27
BAB I PENDAHULUAN Luka adalah suatu keadaan putusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh berbagai hal. Seseorang yang menderita luka akan merasakan adanya ketidaksempurnaan yang pada akhirnya cenderung untuk mengalami gangguan fisik dan emosional sehingga berdampak pada kualitas hidupnya. Di Indonesia, perhatian terhadap perawatan luka masih sangat kurang. Padahal luka adalah permasalahan ‘sederhana’ yang bisa menjadi kompleks, karena bisa berujung pada parut dan keloid. Di Amerika, untuk perawatan luka saja, dinas kesehatan nasional Amerika menganggarkan dana tidak kurang dari 2,5 miliyar dollar. Sebuah jumlah yang cukup besar. Hal itu dilakukan karena setiap tindakan operasi, luka pasti menjadi side product dari tindakan tersebut. Parut dan keloid yang dihasilkan tidak hanya menimbulkan rasa ketidakpercayaan diri saja, namun juga rawan memicu frustasi. Ini yang belum diperhatikan pemerintah negeri ini. Kendala dalam perawatan luka di Indonesia adalah adanya anggapan bahwa material perawatan luka modern, mahal, dan tidak cocok untuk masyarakat Indonesia. Luka akut yang dirawat dengan metode konvensional umumnya 3

Referat Perawatan Luka Modern

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Perawatan Luka Modern

BAB IPENDAHULUAN

Luka adalah suatu keadaan putusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh

berbagai hal. Seseorang yang menderita luka akan merasakan adanya

ketidaksempurnaan yang pada akhirnya cenderung untuk mengalami gangguan

fisik dan emosional sehingga berdampak pada kualitas hidupnya.

Di Indonesia, perhatian terhadap perawatan luka masih sangat kurang. Padahal

luka adalah permasalahan ‘sederhana’ yang bisa menjadi kompleks, karena bisa

berujung pada parut dan keloid. Di Amerika, untuk perawatan luka saja, dinas

kesehatan nasional Amerika menganggarkan dana tidak kurang dari 2,5 miliyar

dollar. Sebuah jumlah yang cukup besar. Hal itu dilakukan karena setiap tindakan

operasi, luka pasti menjadi side product dari tindakan tersebut. Parut dan keloid

yang dihasilkan tidak hanya menimbulkan rasa ketidakpercayaan diri saja, namun

juga rawan memicu frustasi. Ini yang belum diperhatikan pemerintah negeri ini.

Kendala dalam perawatan luka di Indonesia adalah adanya anggapan bahwa

material perawatan luka modern, mahal, dan tidak cocok untuk masyarakat

Indonesia. Luka akut yang dirawat dengan metode konvensional umumnya lebih

lama sembuh. Semakin lama luka, maka bekas parut yang dihasilkan akan

semakin parah.

BAB II

3

Page 2: Referat Perawatan Luka Modern

4

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Luka (wound) merupakan adanya diskontinuitas dan/atau kerusakan

jaringan tubuh yang menyebabkan gangguan fungsi. Luka pada kulit, otot,

tulang, pembuluh darah, maupun organ seperti jantung, usus dan sebagainya,

semuanya melalui suatu proses reparatif yang serupa (similar) dan dapat di

prediksi (predictable).

Luka dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Luka akut

Luka akut adalah luka dalam hitungan jam (s/d 8 jam). Luka yang

dibiarkan lebih dari 8 jam dinamakan neglected wound (luka yang

terabaikan). Luka akut umumnya merupakan luka traumatik, contohnya

luka tertusuk, terpotong, abrasi, laserasi, luka bakar, dan luka traumatik

lainnya.

2. Luka kronik

Luka kronis adalah luka yang berlangsung lebih dari 2 minggu tanpa

melewati fase-fase penyembuhan secara sempurna; atau merupakan luka

yang berulang. Contohnya adalah luka akibat tekanan.

2.2 Fisiologi Luka

Ada beberapa fase penyembuhan luka yakni :

a. Fase inflamasi : berupa hemostatsis dan inflamasi

b. Fase proliferatif : terdiri dari epitelialiasi, angiogenesis, pembentukan

jaringan granulasi dan deposisi kolagen

c. Fase maturasi : kontraksi, pembentukan jaringan parut (scar tissue),

remodeling

Page 3: Referat Perawatan Luka Modern

5

Tabel 1. Fase penyembuhan luka serta faktor pertumbuhan yang terlibat

Fase penyembuhan luka Growth factors dan sitokin

Hemostasis PDGF, IGF-1, EGF, FGF, TGF-beta

Inflamasi Sda + aktivasi komplemen

Proliferasi sel Protease (elastase, kolagenase)

Granulasi dan matrix repair MMPs, TIMPs

Epitelialisasi EGF, TGF-beta

Remodelling/ pembentukan scar FGF, protease

Gambar 1. Gambaran Fase Penyembuhan Luka

Umumnya luka yang akut akan melalui tahapan fase diatas dengan baik, jika

dilakukan perawatan luka yang benar. Namun jika perawatan luka dilakukan

dengan sembarangan dan menyalahi prinsip-prinsip perawatan luka, maka luka

dapat menjadi kronis karena adanya fase penyembuhan yang tidak terlewati

dengan dengan sempurna. Penyebab lainnya adalah penyakit yang mendasari

(misalnya diabetes melitus, CVI, dll) sehingga elemen pencetus luka tersebut

selalu ada. Pada luka-luka seperti ini tentunya memerlukan pemahaman

perawatan luka yang benar karena jelas luka tersebut lebih sulit untuk sembuh.

Fase-fase dalam penyembuhan luka (khususnya pada kulit dan jaringan di

bawahnya) umumnya memiliki pola dan waktu yang serupa seperti terlihat

pada tabel dibawah ini :

Page 4: Referat Perawatan Luka Modern

6

Tabel 2. Waktu penyembuhan luka

Fase penyembuhan luka Waktu Sel yang

berperan

Hemostasis Segera (menit) Platelet

Inflamasi Hari 1-3 Neutrofil

Makrofag

Proliferasi sel Hari 3-21 Makrofag

Granulasi dan matrix repair Hari 7-21 Limfosit

Angiosit

Neurosit

Fibroblast

Epitelialisasi Hari 3-21 Keratinosit

Remodelling/ pembentukan scar Hari 21-beberapa tahun Fibrosit

Teknik perawatan luka juga harus mengikuti fase-fase dalam

penyembuhan luka, khususnya dari segi waktu: waktu penggantian wound

dressing, waktu pengangkatan benang, dsb.

Jenis dari penyembuhan luka terdiri dari :

1. Primary wound healing (penyembuhan luka primer): terjadi saat

pinggirian luka (wound edges) yang bersih dan masih vital (tidak iskemik/

nekrosis) ditemukan dengan aprokmasi yang baik (biasanya penjahitan)

sehingga fase pembentukan jaringan granulasi lebih cepat dan epitelialisasi

langsung terjadi dalam beberapa hari (1-3 hari).

2. Secondary wound healing (penyembuhan luka sekunder): terjadi pada luka

yang cukup dalam /lebar dan jarak antara ujung-ujung luka terlalu jauh,

sehingga tidak dapat dilakukan penjahitan secara langsung. Seluruh fase

penyembuhan luka secara spontan akan dilewati sesuai dengan

dalam/luasnya luka dan tergantung dari penyakit yang mendasarinya.

3. Tertiary wound healing (penyembuhan luka tersier): terjadi pada luka yang

kurang vital/jaringan nekrotik cukup banyak/luka cukup dalam/luka kotor

dan memerlukan tindakan debridemen/nekrotomi terlebih dahulu untuk

Page 5: Referat Perawatan Luka Modern

7

jangka waktu tertentu (hingga luka cukup vital dan bersih), untuk

kemudian melewati fase-fase penyembuhan luka.

2.3 Penilaian Luka

Tabel 3. Kerangka kerja penilaian luka

Parameter Penilaian

M Measure Panjang, lebar, kedalaman, area

E Exudate Kuantitas dan kualitas eksudat

A Appearance Wound bed, jenis jaringan dan jumlah

S Suffering Kuantitas dan kualitas nyeri

U Undermining Ada atau tidaknya

R Re-evaluate Monitor ulang seluruh kondisi luka secara

regular

E Edge Kondisi pinggir luka dan kulit sekitar luka

1. Measure

Pengukuran luka dapat berubang pada sepanjang proses penyembuhan

luka. Pada proses awal penyembuhan dimana jaringan nekrotik telah

dibuang, luka tampak semakin meluas, hal ini karena daerah luka yang

sebenarnya telah tertutupi oleh jaringan nekrotik tersebut. Monitoring dari

ukuran luka penting dalam menentukan pilihan dressing luka yang tepat.

Luka yang luas dan dalam memerlukan dressing yang berbeda dengan luka

yang dangkal, maupun luka yang memiliki sinus.

2. Exudate

Normalnya eksudat dapat muncul pada proses penyembuhan pada fase

inflamasi dan lebih sedikit pada fase epitelisasi. Adanya eksudat yang

berlebihan menunjukkan adanya pemanjangan fase inflamasi ataupun

adanya infeksi pada luka. Keast menyatakan bahwa eksudat dapat dinilai

dari kualitas dan kuantitas eksudat serta bau pada luka.

Tabel 4. Indikator penilaian eksudat Sistem TELER

Poin Kebocoran Eksudat

Page 6: Referat Perawatan Luka Modern

8

5 Tidak terdapat eksudat pada saat pergantian wound dressing

4 Terdapat eksudat dalam waktu 2 jam sebelum pergantian wound

dressing berikutnya

3 Terdapat eksudat dalam waktu 8 jam sebelum pergantian wound

dressing berikutnya

2 Terdapat eksudat dalam waktu 24 jam setelah pergantian wound

dressing

1 Terdapat eksudat dalam waktu 8 jam setelah pergantian wound

dressing

0 Terdapat eksudat dalam waktu 2 jam setelah pergantian wound

dressing

Tabel 5. Indikator penilaian bau luka Sistem TELER

Poin Bau

5 Tanpa bau

4 Bau tercium saat wound dressing dibuka

3 Bau tercium di dekat luka

2 Bau tercium dari jarak sehasta dari pasien

1 Bau tercium memenuhi seluruh ruangan

0 Bau tercium saat memasuki rumah / klinik

3. Appearance

Penilaian penampilan luka dapat mengevaluasi tahapan penyembuhan

luka maupun adanya komplikasi pada luka. Umumnya dari penampilan

dapat diketahui apakah suatu luka tersebut nekrotik, terinfeksi, bernanah,

granulasi atau epitelisasi.

4. Suffering

Rasa nyeri yang meningkat seiring dengan proses perjalanan luka

menunjukkan adanya infeksi pada luka. Krasner membagi nyeri pada luka

menjadi tiga tipe: nyeri luka akut non-siklik, contohnya nyeri pada saat

debriment; nyeri luka akut siklik, contohnya nyeri pada saat penggantian

Page 7: Referat Perawatan Luka Modern

9

wound dressing; nyeri luka kronik, yaitu bersifat konstan dan persisten.

Intensitas nyeri dapat diukur dengan visual and logue scale.

5. Undermining

Pada saat tindakan perawatan luka, perlu dilakukan pemeriksaan

terhadap cavitas luka, apakah terdapat saluran dan sinus pada dinding dan

dasar luka. Pada luka dapat dibersihkan dengan kasa steril untuk dapat

mengevaluasinya.

6. Re-evaluate

Evaluasi ulang dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa ada atau

tidaknya tanda-tanda komplikasi dan untuk memonitor perkembangan luka

terhadap terapi yang diberikan. Frekuens evaluasi ulang berbeda-beda

tergantung pada jenis dan progresifitas luka, pada luka kronik evaluasi

ulang dapat dilakuakn setiap 1-2 minggu, sedangkan pada luka akut dapat

dilakukan lebih sering.

7. Edge

Hal ini mencakup pinggiran luka dan kulit sehat di sekitarnya. Pinggir

luka dengan sel epitel yang meninggi menunjukkan luka yang mengalami

proses penyembuhan. Keadaan kulit di sekitar luka perlu diperhatikan,

seperti adanya eritema dan kalor yang menunjukkan proses infeksi.

Adanya eritema tanpa tanda radang lainnya dapat menunjukkan adanya

reaksi alergi terhadap bahan wound dressing. Indurasi menunjukkan

adanya kerusakan progresif pada luka tekanan. Maserasi dapat timbul pada

luka dengan produksi eksudat yang banyak.

2.4 Prinsip Perawatan Luka

Prinsip perawatan luka secara umum adalah :

1. Debridement

Seluruh materi asing/nonviable/jaringan nekrotik merupakan debris dan

dapat menghambat penyembuhan luka sehingga diperlukan tindakan untuk

membersihkan luka dari semua materi asing ini. Nekrotomi (pembuangan

jaringan nekrotik) juga termasuk dalam debridemen luka. Debridemen

Page 8: Referat Perawatan Luka Modern

10

dapat dilakukan berkali-kali (bertahap) samapai seluruh dasar luka (wound

bed) bersih dan vital.

2. Moist wound bed

Dasar luka (wound bed) harus selalu lembab. Lembab bukan berarti

basah. Kassa yang direndam dalam larutan seperti Nacl itu basah bukan

lembab, karena kassa yang basah dapat menjadi kering sehingga tidak

pernah menjadi lembab. Lembab yang dimaksud adalah adanya eksudat

yang berasal dari sel di dasar luka yang mengandung sel-sel darah putih,

growth factors, dan enzim-enzim yang berguna dalam proses

penyembuhan luka. Suasana lembab ini harus dipertahankan dengan

diikuti pencegahan infeksi dan pembentuka pus.

3. Prevent further injury

Jaringan disekitar luka biasanya mengalami inflamasi sehingga ikatan

antar selnya kurang kuat. Saat merawat luka dianjurkan untuk tidak

membuat luka/kerusakan baru dijaringan sekitarnya. Imobilisasi lama juga

dapat menyebabkan kerusakan jaringan lainnya misalnya terbentuk ulkus

dekubitus, infeksi sekunder, bahkan pneumonia, dll.

4. Nutritional therapy

Nutrisi adalah suatu terapi bukan hanya sebagai suplemen/tambahan.

Terapi nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan luka sebab

komponen jaringan yang rusak harus diganti. Pada setiap luka memerlukan

elemen pengganti yang didapatkan dari asupan nutrisi.

5. Treat underlying diseases

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses penyembuhan luka

adalah penyakit yang mendasari luka tersebut misalnya DM, CVI, SLE,

dll. Jika penyakit yang mendasarinya tidak diatasi, kemungkian besar luka

akan sulit sembuh

6. Work with law of nature

Pepatah mengatakan “time heals all wounds”. Sesungguhnya

penyembuhan luka dilakukan oleh tubuh penderita sendiri. Yang dapat kita

lakukan adalah memberikan suasana dan kondisi ideal agar luka dapat

Page 9: Referat Perawatan Luka Modern

11

sembuh tanpa adanya hambatan/gangguan.jika seluruh faktor yang

menghambat penyembuhan luka dapat diatasi (mulai dari faktor sistemik

sampai keadaan status lokalis itu sendiri) maka tidak ada alasan luka tidak

dapat sembuh.

2.5 Jenis-Jenis Perawatan Luka

1. Perawatan luka akut

Secara umum 8 jam pada luka akut ditentukan sebagai golden period

untuk luka. Jaringan tubuh yang dibiarkan iskemik (tidak mendapat

oksigen dari darah) selama lebih dari 8 jam akan menjadi nekrosis dan

kerusakannya tidak dapat dikembalikan ke keadaan normal (sering disebut

irreversibel injury). Maka dari itu sebaiknya perawatan luka dimulai

secepatnya sejak luka/injury terjadi dan tidak menunggu hingga nekrosis.

Luka akut yang bersih (acute clean wound) misalnya luka sayatan

pisau yang bersih dapat segera ditutup/dijahit sehingga terjadi

penyembuhan luka secara primer (primary wound healing). Luka akut

yang kotor memerlukan penanganan debridemen terlebih dahulu sebelum

penjahitan luka sesuai dengan prinsip penanganan luka secara umum.

Debridemen pada luka akut dilakukan sesegera mungkin setelah luka

terjadi. Penggunaan antiseptik pada luka masih kontroversial karena

beberapa pendapat mengatakan bahwa luka tidak harus steril dan flora

normal pada luka masih diperlukan untuk melawan kuman patogen.

Penggunaan antiseptik seperti betadine, alkohol atau peroksida dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan sehingga tidak dianjurkan untuk

digunakan pada luka terbuka. Larutan ideal digunakan untuk debridemen

adalah cairan fisiologis (NaCl 0.9%) sebanyak mungkin sampai luka

menjadi bersih.

Setelah dilakukan debridemen luka dengan benar, luka kemudian dinilai

apakah dapat langsung dilakukan penutupan/penjahitan. Jika luka akut

tersebut kotor namun masih dapat ditutup dengan penjahitan sebaiknya

dipasang drain sebagai pencegahan jika terbentuk pus dikemudian hari.

Page 10: Referat Perawatan Luka Modern

12

Jika luka akut tersebut cukup besar/dalam dan penjahitan sulit dilakukan

maka sebaiknya dipilih jenis perawatan/penyembuhan luka sekunder

(perawatan luka terbuka).

Luka pasca operasi umumnya merupakan luka akut steril sehingga

dapat dipertahankan sampai 3 hari untuk kemudian dilakukan penggantian

dressing. Waktu 3 hari dipakai sebagai patokan sesuai waktu yang

diperlukan bagi luka untuk melewati fase proliferasi dan epitelialisasi pada

luka akut tipe primary healing/repair. Saat epitelialisasi ujung-ujung luka

terjadi, luka tersebut bukan lagi dinamakan luka terbuka, oleh karena itu

dapat dilakukan wound dressing dan pencucian. Pencucian dilakukan

dengan menggunakan air atau Nacl fisiologis untuk mencuci krusta dan

kemungkinan adanya kuman yang menempel saat dressing dibuka. Oleh

karena itu pasien boleh mandi setelah dressing atau balutan dibuka dan

luka harus dicuci saat mandi. Setelah itu luka dikeringkan dan dapat

langsung ditutup dengan dressing yang baru. Penggunaan antiseptik

(betadine, alkohol, dll) masih tetap kontroversial,

2. Perawatan luka kronik

Mungkin saja suatu saat luka kronis dapat melalui seluruh fase

penyembuhan namun tanpa mempertahankan fungsi dan struktur anatomis

yang benar. Luka dapat menjadi kronis jika terdapat hambatan/ gangguan

saat melewati fase-fase penyembuhan, misalnya ada penyakit yang

mendasari (biasanya penyakit kronis pula seperti diabetes, dll), nutrisi

yang kurang, atau akibat perawatan luka yang tidak benar.

Gangren diabetikum merupakan salah satu contoh luka kronis yang

paling sering dijumpai dan sering berakhir dengan tindakan amputasi.

Perawatan luka secara baik dan benar yang dibarengi dengan kontrol

glukosa yang teratur sesungguhnya dapat mencegah tindakan amputasi

yang berlebihan.

Secara prinsip perawatan luka kronis tidak banyak berbeda dengan luka

akut. Debridemen dan nekrotomi harus dilakukan secara rutin untuk

menghilangkan faktor penghambat penyembuhan luka. Debridemen dapat

Page 11: Referat Perawatan Luka Modern

13

dilakukan secara bertahap untuk mngurangi kemungkinan further injury

pada jaringan sehat disekitar luka. Prinsip moist wound bed pun harus

dilakukan dengan pemilihan wound dressing yang tepat. Nutrisi dan

pengobatan penyakit yang mendasari juga harus selalu dievaluasi supaya

pasien memperoleh asupan gizi yang baik untuk mempercepat

penyembuhan luka

Luka maligna (malignant wound), suatu luka yang timbul akibat adanya

sel-sel neoplasma maligna di sekitar luka tersebut, juga dapat

dikategorikan sebagai luka kronis. Meskipun demikian, penanganan luka

yang mengikuti prinspi-prinsip diatas dapat menghasilkan penyembuhan

luka yang baik.

3. Wound dressing

Wound dressing (balutan) pada luka hingga saat ini masih merupaka

subyek yang terus diteliti dan dikembangkan untuk mencari bentuk yang

paling ideal pada semua luka. Dressing yang idela harusnya mempunyai

kriteria sebagai berikut :

a. Memertahankan kelembapan dasar luka

b. Dapat mengontrol perumbuhan kolonisasi bakteri

c. Bersifat absorben

d. Mudah digunakan

e. Berfungsi sebagai barrier dari bakteri

f. Penggantian dressing yang efektif

g. Menyebakan pembentukan jaringan granulasi yang sehat

h. Memulai epitelialisasi

i. Aman

j. Mengurangi dan menghilangkan nyeri pada tempat luka

k. Saat pelepasan tidak menyebabkan nyeri

l. Murah

Berbagai macam tipe dari balutan (wound dressing), mulai dari yang

kontroversial hingga yang advanced. Dressing kontroversial yang masih

Page 12: Referat Perawatan Luka Modern

14

digunakan sampai sekarang adalah kassa (cotton gauze). Advance dressing

sangat beragam jenisnya diantaranya hydogel, hydroccolids, alginate, VAC

(vacuum assted closure), bioceramics. Apapun dressingnya prinsip

penaganan luka selalu sama.

Lima tahapan perawatan luka secara umum atau biasa disebut 5D,

yaitu:

a. Describe: luka akut atau kronis, tetanus prone atau non tetanus prone,

luas atau kecil, permukaan atau dalam, terbuka atau tertutup, dengan

atau tanpa underlying diseases.

b. Debridement: buang semua debris, pus jaringan nekrotik, corpus

alienum, dan semua hal yang dapat menghambat penyembuhan luka.

Hindari injury pada jaringan sehat disekitar luka. Irigasi cukup dengan

cairan fisiologis Nacl 0,9% atau aqua (H2O). Hindari pemakaian

antiseptik/cairan lain yang dapat merusak jaringan yang sehat (H2O2),

povidon iodin, alkohol, dsb). Debridemen harusnya dilakukan bertahap

untuk mencegah kerusakan jaringan sehat yang berlebihan.

c. Dressing (moist wound bed): luka ditutup dengan balutan yang

memenuhi prinsip perawatan luka yaitu moist. Jika memungkinkan pilih

dressing yang dapat menciptakan suasana tekanan negatif pada dasar

luka (negative pressure), artinya debris/pus/eksudat di dasar luka

diangkat/dikeluarkan secara kontinu. Pilih tipe wound dressisng yang

paling ideal yang memenuhi prinsip penanganan luka

d. Disease: selama penyakit yang mendasari tidak diobati dengan benar

maka luka tidak akan dapat sembuh dengan sempurna

e. Diet: nutrisi yang cukup sangat penting dalam proses penyembuhan

luka

2.6 Perawatan Luka dengan Madu

Madu merupakan bahan yang tidak membuat iritasi, tidak beracun, mudah

tersedia, dan relatif murah. Madu telah dilaporkan memiliki sifat antimikroba

yang baik. Selain itu madu juga efektif dalam penyembuhan luka, hampir

Page 13: Referat Perawatan Luka Modern

15

semua jenis luka responsif terhadap perawatan dengan madu.penggunaan

madu dalam dressing luka dapat mempercepat proses penyembuhan luka

karena efeknya yang menstimulasi proses penyembuhan luka, mencegah

infeksi, menstimulasi pertumbuhan jaringan granulasi, mengurangi

peradangan dan dressing jaringan yang tidak melekat.

(a) (b)

Gambar . (a) Aplikasi madu secara konvensional sebagai wound dressing

(b) Produk perawatan luka dan wound dressing berbahan dasar

madu

Mekanisme pasti yang mendasari proses penyembuhan luka dengan

menggunakan madu masih belum diketahui, namun beberapa penelitian

mengatakan bahwa madu bekerja melalui penurunan kadar ROS, selain itu

madu juga memiliki efek antibakteri dan pH yang rendah dengan kandungan

asam bebas yang tinggi. Hal ini penting dalam membantu proses

penyembuhan luka. Disamping itu jenis luka dan derajat keparahan luka juga

mempengaruhi dalam keberhasilan perawatan luka dengan madu. Madu yang

digunakan harus dalam jumlah yang cukup sehingga bila terkena eksudat luka

maka madunya tidak langsung hilang. Pemberiannya harus menutupi dan

mencakup seluruh bagian luka hingga kebagian tepinya. Hasil yang lebih baik

didapatkan bila madu diberikan pada dressing dibandingkan dengan dioleskan

langsung pada lukanya. Semua rongga harus terisi oleh madu dan dressing

membentuk suatu oklusi untuk mencegah madu keluar dari luka.

Pengaruh madu dalam menyembuhkan luka merupakan hasil dari

gabungan efek debrimen secara kimiawi pada jaringan nekrotik dan

Page 14: Referat Perawatan Luka Modern

16

devitalisasi jaringan dari ulkus oleh katalase, penyerapan edema melalui sifat

higroskopis dari madu, merangsang pertumbuhan jaringan granulasi, dan

epitelisasi dari tepi luka, sifat bakterisid dan fungsid madu, gizi untuk

jaringan, dan produksi H2O2 yang dihasilkan.

Madu mengandung 40% glukosa, 40% fruktosa, 20% air, dengan asam

organik, vitamin, enzim, dan mineral, tetapi memiliki berat jenis 1,4 dan pH

3,6. Pengobatan dengan madu sederhana dan di tidak mahal serta tidak perlu

di buat steril terlebih dahulu karena sudah memiliki sifat bakterisid dan

fungisid, memiliki viskositas yang tinggi sehingga membentuk penghalang

fisik, menciptakan lingkungan luka yang lembab sehingga mempercepat

proses penyembuhan luka.

Gambar . Penyembuhan luka dengan aplikasi madu

2.7 Maggot Debridement Therapy (MDT)

Penggunaan larva untuk proses penyembuhan luka telah tercatat dengan

baik selama berabad-abad. Efek dari penggunaan larva pada luka pertama kali

diperkenalkan oleh Ambrosius Pare tahun 1557. Pembentukan jaringan

granulasi ditingkatkan oleh penggunaan dari belatung. Aplikasi klinis pertama

penggunaan belatung dilakukan oleh JF Zakharia dan J jones pada perang

saudara di Amerika. Kemudian William Bear menyempurnakan metode ini

dengan menggunakan belatung yang telah disterilkan untuk mencegah

terjadinya infeksi pada luka. Terapi dengan metode ini semakin banyak

digunakan terutama untuk luka kronis dan luka yang terinfeksi di Amerika

Utara dan Eropa selama tahun 1930. Dengan meluasnya penggunaan

antibiotik, MDT in kemudian ditinggalkan. Dan kembali digunakan sekitar

Page 15: Referat Perawatan Luka Modern

17

akhir tahun 1990-an dimana telah banyak ditemukan resistensi bakteri

terhadap antibiotik.

Larva dari lalat hijau Lucilia Sericata adalah larva yang paling umum

digunakan untuk MDT. Larva yang berukuran 1-2 mm akan menetas dari

telurnya dalam waktu 12-24 jam. Mereka akan memakan jaringan yang

nekrotik dalam kondisi lingkungan luka yang lembab. Dalam 4-5 hari mereka

akan menjadi dewasa dengan ukuran 10 mm, kemudian menjadi kepompong

dan lalat dewasa.

Gambar . Daur Hidup Lalat

Larva yang digunakan dalam MDT harus steril untuk mencegah terjadinya

kontaminasi. Larva yang digunakan adalah larva yang baru baru menetas dari

telurnya. Dan larva harus digunakan dalam waktu 8 jam dan disimpan dalam

kulkas dengan suhu 8°-10°C, sehingga dapat memperlambat metabolisme

tubuh mereka. Untuk memaksimalkan debridemen, hal yang penting untuk

diperhatikan adalah pasokan oksigen pada luka dan kelembaban luka. Namun

luka yang terlalu lembab juga akan mematikan larva.

Tiga enzim proteolitik telah diidentifikasi dalam eksresi/sekresi (ES)

belatung. Enzim ini efektif mendegradasi komponen matriks ektraseluler,

termasuk laminin dan fibronektin. Dalam ES juga telah diindentifikasi adanya

zat antibakteri. ES menghambat perkembangan bakteri gram negatif dan gram

positif termasuk stafilokokus aureus yang resisten meticilin (MRSA), E.coli,

dan pseudomonas aeruginosa. ES juga menghasilkan amonia sehingga

menciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan

Page 16: Referat Perawatan Luka Modern

18

bakteri. Selain itu, penelitian lain mengungkapkan bahwa larva L sericata

juga mencerna dan membunuh bakteri yang terdapat dalam luka.

Maggot juga menyebabkan peningkatan proliferasi dari fibroblas sehingga

akan mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu ES juga mengandung

sitokin, kandungan gamma-interferon dan interleukin-10 (IL-10) juga

meningkatkan jaringan granulasi pada luka. Maggot debridement therapy

terutama digunakan untuk membersihkan dan desinfektan pada luka kronis

yang kotor, banyak jaringan nekrotik, dan terinfeksi. Berbagai penelitian

menunjukkan kemajuan MDT dalam mengobati luka yang gagal

disembuhkan. Larva ini efektif membersihka jaringan nekrotik dan eksudat

tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya. Hal ini akan merangsang

timbulnya jaringan granulasi dan mengurangi bau. MDT bermanfaat pada

berbagai jenis luka kronis.

Tabel . Jenis luka yang dapat di terapi dengan MDT

Jenis Luka

Ulkus diabetik Ulkus iskemik / arterial

Ulkus venous Ulkus tekanan

Ulkus neuropati (non-diabetik) Thromboangiitis obliterans

Luka / ulkus post-trauma Necrotising fasciitis

Abses malleolus Sinus pilonidal

Grossly infected toe Osteomyelitis

Luka infeksi pasca replantasi lengan

bawah

Luka pasca prostese lutut

Luka infeksi pasca operasi payudara Luka tembak terinfeksi

Luka pada keganasan Luka bakar

Luka kronis pasca operasi Luka terinfeksi S. aureus yang resisten

terhadap methisilin

Page 17: Referat Perawatan Luka Modern

19

Kombinasi ulkus venous-arterial Mastoiditis sub-akut

Tidak semua jenis luka dapat menggunakan MDT, MDT tidak boleh

digunakan pada luka yang kering karena maggot tidak bisa hidup di

lingkungan tersebut. Selain itu penggunaan MDT juga harus di hindari pada

luka terbuka organ berongga dan luka di dekat pembuluh darah besar.

(a)

(b)

Gambar . (a) Aplikasi MDT pada luka Buerger Disease

(b) Aplikasi MDT pada Diabetic Ulcer

Page 18: Referat Perawatan Luka Modern

20

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC. 2011

Chan DCW, et al. Maggot Debridement Therapy in Chronic Wound Care.

Hongkong Med J. 2007; 13(5): 382-5

Dealey C. The Care of Wounds: A Guide For Nurses. UK: Blackwell Publishing

Ltd. 2005

Molan PC. Using Honey in Wound Care. International Journal of Clinical Aro-

matherapy. 2006; 3(2): 21-4

Pangayoman, RA. Perawatan Luka. RS Sentosa Internatinal. Bandung. 2011

Puri A, et al. Topical Application of Honey in The Treatment of Wound Healing: A

Metaanalysis. Department of Pharmacology. 2008; 10(4): 166-9

Sontani D. Perawatan Luka Modern. Universitas Airlangga. Surabaya. 2010

Suriadi. Manajemen Luka. Pontianak: Penerbit STIKEP MUHAMMADIYAH

Pontianak. 2007