Upload
masykura
View
854
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan
kemudahan yang diberikanNya, sehingga referat yang berjudul ” Patogenesis, Diagnosis,
dan Penatalaksanaan Perdarahan Saluran Cerna pada Anak” dapat diselesaikan oleh
penulis.
Referat ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tingkat
kepaiteraan klinik ilmu kesehatan anak dalam program pendidikan doter umum.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Yusri Dianne, SpA sebagai supervisor dan dr.
Elfitri Meli sebagai pembimbing yang telah banyak membantu dalam penulisan referat
ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada guru – guru serta semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut membantu dlam penyelesaian referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dri kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan, karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan.
Padang, 24 Agustus 2010
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu masalah emergensi di bidang
gastroenterologi anak. Perdarahan saluran cerna akut pada anak baik berupa muntah
darah atau darah segar dari rektrum merupakan suatu keadaan yang menakutkan anak dan
orang tuanya meskipun jumlahnya sedikit.1 ( FKUI ) Perdarahan saluran cerna merupakan
10-20% kasus yang dirujuk ke Gastroenterologi Anak.2( emedicine ). Perdarahan yang terjadi
umumnya bersifat akut, berbeda pada orang dewasa yang umumnya bersifat kronis.
( YDJ ).
Perdrahan saluran cerna atas jarang ditemukan pada anak. Berdasarkan data dari
Pedaitric Endoscopy Database System-Clinical Outomes Research Initiative ( PEDS –
CORI ), Brabcoft menemukan 5% ( 327 dari 6337 ) kasus hematemesis. Insiden
perdarahan saluran cerna atas dilaporkan oleh El Mouzan sebesar 5% dengan umur 5-18
tahun. Perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 7 : 1 dengan keluhan utama
sebanyak 69% berupa sakit perut kronik, 21% dengan hematemesis melana dan sisanya
dengan Gejala muntah disertai sakit perut. Pada anak – anak yang dirawat di intensive
care unit,insiden perdarahan saluran cerna atas 6% - 25%. Walaupun demikian kejadian
perdarahan saluran cerna atas yang mengancam jiwa hanya 0,4%. Dr.deddy, YDJ
Perdarahan gastrointestinal dibagi menjadi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
( SCBA ) yaitu kehilangan darah dalam lumen pembuluh saluran cerna mulai dari
esofagus sampai dengan duodenum ( proksimal dari Ligamentum Treitz ) dan Perdarahan
Saluran Cerna Bawah ( SCBB) yang berasal dari daerah di bawah ligamnetum treitz (FKUI-
hal49),buku ajar gastroenterologi,YDJ,nelson-hal........),emedicine. Perdarahan saluran cerna pada anak dapat
bermanifestasi berupa muntah darah (hematemesis), keluarnya darah bewarna hitam dari
rectum (melena), tinja yang berdarah atau keluarnya darah segar melalui rectum
(hematochezia/enterorrhagia) dan darah samar di feses. Teridentifikasinya gangguan
hemodinamik dan cepatnya respon untuk mengatasinya, merupakan langkah awal yang
paling penting disamping menghentikan perdarahan itu sendiri. YDJ
1. 2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah membicarakan mengenai patogenesis,
diagnosis, dan penatalaksanaan perdarahan saluran cerna pada anak.
1.3 Metode Penulisan
Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada baberapa
literatur.
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2. 1 Definisi
Perdarahan gastrointestinal dibagi menjadi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
( SCBA ) yaitu kehilangan darah dalam lumen pembuluh saluran cerna mulai dari
esofagus sampai dengan duodenum ( proksimal dari Ligamentum Treitz ) dan Perdarahan
Saluran Cerna Bawah ( SCBB) yang berasal dari daerah di bawah ligamnetum treitz (FKUI-
hal49),buku ajar gastroenterologi,YDJ,nelson-hal........),emedicine. Perdarahan saluran cerna pada anak dapat
bermanifestasi berupa muntah darah (hematemesis), keluarnya darah bewarna hitam dari
rectum (melena), tinja yang berdarah atau keluarnya darah segar melalui rectum
(hematochezia/enterorrhagia) dan darah samar di feses.
2. 2 Epidemiologi
Perdrahan saluran cerna atas jarang ditemukan pada anak. Berdasrkan data dari
Pedaitric Endoscopy Database System-Clinical Outomes Research Initiative ( PEDS –
CORI ), Brabcoft menemukan 5% ( 327 dari 6337 ) kasus hematemesis. Insiden
perdarahan saluran cerna atas dilaporkan oleh El Mouzan sebesar 5% dengan umur 5-18
tahun. Perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 7 : 1 dengan keluhan utama
sebanyak 69% berupa sakit perut kronik, 21% dengan hematemesis melana dan sisanya
dengan Gejala muntah disertai sakit perut. Pada anak – anak yang dirawat di intensive
care unit,insiden perdarahan saluran cerna atas 6% - 25%. Walaupun demikian kejadian
perdarahan saluran cerna atas yang mengancam jiwa hanya 0,4%. Dr.deddy, YDJ
2. 3 Etiolog
GIT ATAS
Periode Neonatal Bayi Pra Sekolah Usia Sekolah
Tertelan darah ibu
Tukak stress
Gastritis
hemoragik
Diatesis
perdarahan
Benda asing
Malformasi
vaskular
Gastritis
Esofagitis
Tukak stress
Syndrom.Mallory weiss
Stenosis pilorik
Malvormasi vaskuler
Tukak stress
Gastritis
Esofagitis
Syundrom.Mallory weiss
Varises esofagus
Benda asing
Malformasi vaskuler
Tukak stres
Gastritis
Esofagitis
Tukak peptik
Sind.Mallory Weiss
Varises esofagus
GIT BAWAH ( Anak Sehat )
Neontal Bayi Pra sekolah Usia sekolah
Tertelan darah ibu
Kolitis infeksi
Peny. Hemoragik
Divertikulum
Mackeli
Alergi susu
Duplikasi usus
Fisura ani
Kolitis infeksi
Kolitis nonspesifik
Intususepsi
Polip juvenil
Divertikulum mackeli
Alergi susu
Kolitis infeksi
Fisura ani
Polip juvenile
Intususepsi
Divertikulum mackeli
Angiodisplasia
Purpura henoch Schonlein
Kolitis infeksi
Polip hemoroid
Peny.usus beradang
GIT BAWAH ( Anak Sakit )
Neontal Bayi Pra sekolah Usia sekolah
NEC
DIC
Intususepsi
Volvulus usus tengah
Kolitis infeksi
Duplikasi usus
Sindrom hemolitik
Uremik
Enterokolitis pseudo
Memranosa
Sind.hemolitik uremik
Enterokolitis pseudo
membranosa
BAB 3
PATOGENESIS
Traktus gastrointestinal mempunyai area yang sangat luas, juga kaya dengan
vaskularisasi, banyak menskresi enzim, menjaga keseimbangan osmotik dan berfungsi
untuk absorbsi. Perdarahan dapat disebabkan oleh karena erosi mukosa, malformasi
pembuluh darah, koagulopati atau akipat hipertensi portal. Pada perdarahan akut bias
terjadi secara tiba-tiba sering tanda diikuti gejala lain. Walaupun demikian dapat disertai
gejala kelelahan, nyeri dan lemas. Pada perdrahan kronis terutama pada perdarahan
SCBB penderita dapat melena, hematemesis berulang dengan heme feses positif , baik
dengan atau tanpa diertai dengan anemia. Pada beberapa penderita perdarahan
berlangsung perlahan dengan kompensasi system hemopoetik, juga terdapat episode
perdarahan berulang disertai penurunan hematokit akut.
Secara garis besar penyebab perdarahan saluran cerna pada anak dapat
dikelompokkan menjadi 4 bagian :
1. Kelainan mukosa
Kelainan muosa yang ditemukan brupa erosi atau ukus. Kelainan tersebut dapat
ditemukan pada esofagitis, gastritis, Mallory-Weiss tear, ulkus stress dan ulkus peptikum.
YDJ,nelson, fkui, kapsel,dr deddy, gastoenterologi. Pada traktus GI bagian atas, ulkus
peptikum serngkali mengalami erosi dan ulserasi yag berat, refluks gastroesofageal
sampai ulserasi dari antrum dan atau duodenum karena infeksi campylobacter pilori
( riwayat keluarga positif terdapat pada 25 – 50% penderita). – Asam asetilsalisilat
( aspirin ) seringkli berkaitan dengan kasus PSM. Selama menggunakan aspirin, episode
perdarahan berlanjut selama infeksi akut, tetapi kadang – kadang hanya satu kali.
Perdarahan dapat timbul baik dari erosi lokal atau dari gastritis yang difus., yang semakin
bertambah oleh karena penurunan daya lekat platelet. NSAID juga menyebabkan erosi
traktus GI bagian atas.
Penyakit radang usus sering menyebabkn PSM, asal perdarahan dapat berasal dari
penyakit Chron atau kolitis ulseratif, perdarahan bersifat masif berasal dari area yang luas
dan menyebabkan turunnya kadar hemoglobin.
Pada polip juvenil tanpa disertai rasasakit, engan darah feses warna merah terang.
Adanya riwayat keluarga dengan polip kolon multiple adenomatosa mengarahkan
diagnosis poliposis familial ( autosom dominan ) diserati dengan perdarahan rektum
ringan pada anak, yang sering menjadi karsinoma pada dewasa muda.
2. Hipertensi Porta
Hipertensi porta adalah peningkatan tekanan vena porta yan menetap di atas 5
mmhg, biasana disebabka oleh adanya hambatan aliran vena porta atau peningkatan
aliran darah porta. Tekanan vena porta didefnisikan sebagai perbedaan tekanan antara
vena porta dan vena cava inferior, disebut juga portal pressure gradient, yang memliki
nilai normal antra 1-5 mmHg. Adanya penyakit yang mengganggu aliran vena potal dapat
menyebkan hipertensi portal. Penyebab hipertensi portal diklasifikasikan sesuai dengan
lokasi kelainan yaitu prehepatik, intraheptik dan posthepatik.
Prehepatik
Penyebab tersering hipertensi portal prehepatik adalah penutupan vena potal (
Vein Poertal Oclusion, PVO ).perdarahan saluran cerna atas pada anak 30 % disebabkan
penutupan vena porta. Kateterisasi umbilikus dengan atau tanpa pemberian bahan iritan,
sepsis dan peritonitis merupaka 30 % penyedab PVO, disamping trombofilia, dengan
gannguan myeloproliferasi. Namun sebagian besar anak dengan PVO tidak diketahui
penyebabnya.
Intra hepatik
Penyebab utama hipertensi portal intrahepatik adalah penyakit liver seperti sirosis
fibrosis, dan nodular hiperplasia. Penyebab tersering sirosis pada anak adalah atresia biier
diikuti penyakit cystic fibrosis, autoimune hepettitis, α1- anti tripsyn deficiency, dan
cogenital constrictiv pericarditis.
Posthepatik
Salah satu penyebab adalah Budd_Chairi syndrome, mrupakan trombosis dari
vena hepatika, penyebabnya adalah ganggun myelo-proliferative atau thrombophilic.
Biasanya ditemukan pada dewasa muda, jarang pada anak. Penyebab lain adalah Chronic
constrictive pericarditis
Patofisiologi
Secara matematis peningkatan tekanan vena porta digambarkan denga persamaan : ?P =
Q x R
? P = perbedaan tekanan vea porta dengan vena cava inferior
Q = aliran darah
R = tahanan vaskuler terhadap aliran porta
Jadi peningkatan tekanan vena porta sebagai peningkatan aliran darah maupun
tahanan vaskuler, maupun kmbinasi keduanya. Peningkatan tahan vaskuler dapatterjadi d
semua tempat di aksis splenoportl, menyebabkan hipertensi poratal prehepatik, sirkulasi
intrahepatik 9 hipertensi portal intra hepatik ), dan vea hepatica ( hipertensi portal
posthepatik ).
Sebagai kompensasi danya hipertensi portal, tubuh melakukan pementukan
kolateral portosistemik untuk menurunkan tekana vena portal. Kolateral yang paling
banyak dan penting secara klinis adalah kolateral gastroesofageal yag menghubungkan
sirkulai potal dengan sistemik padapembuluh darah di rongga dada yaitu vena axygos dan
hemiazygos melalui vena koroner dan vena gstrica brevis dimana didalamnya ternasuk
varises gastroesofageal yangsering pecah menyebabkan perdarahan gastrointestinal.
Ada 2 teori yang berusaha menernagkan terjadinya perdrahan varises, yaitu 1)
teori erosi menjelaskan bahwa perdarahan varises terutama disebabkan traua eksternal
pada dinding varises yang tipis dan mudah pecah disebabkan makanan yang keras dan
danya Refkuks Gastroesofagus ( GER ), namun teori ini banyak ditentang sebab tidak
terbukti hubungan antara makan dan perdarahan dan tidak ada bukti penderita GER
mengalami perdarahan lebih tinggi. 2) teori yang lebih anyak diterima yaitu teori
eksplsosi, bahwa factor utama penyebab perdarahan adalah tingginya tekanan hidostetitk.
Hukum Leplace’s membuat persamaan tension = ( Pi – Pe ) x r/w
Pi = tekanan intravarises
Pe = tekanan dalam lumen esophagus
r = diameter varises.
W = ketebalan dari dindig varise
Maka berdasarkan hukum ini lebih besar ukuran varises akan mengurangi
ketebalan dindingnya sehingga meningkatkan kemumgkinan pecahnya varises. Hanya
kolateral submukosa esofagus dan lambung yang serng menyebabkan perdarahan, namun
jarang pada bagian saluran cerna yang lain. Faktoe penyebab terjadinya perdarahan
berbeda dengan faktor yang berpengaruh terhadap berat dan lamanya perdarahan. Dalam
hal ini selain tekanan hidrostatik, faktor yang berpengaruh terhadap berat dan lamanya
perdarahan adalah luasnya robekan varises, vskositas darah dan adanya gangguan faal
pembekuan.
3. Kelainan Vaskuler
Kemungkinan adanya kelainan vaskuler yang bersifat herediter perlu dipikirkan
bila ditemukan perdrahan samar kronis, transfuse berulang, atau perdarahan saluran cerna
pada keluarga. Kelainan vaskuer ditemukan antara lian pada teleangiektasi hemoragik,
( penyakit Osler-Weber_Rendu ) bersifat herediter autosom dominant dan pada sindrom
KlippelTrenaunay. Sindrom turner dapat mengalami komplikasi oleh teleangiektasi
traktus gastrointestinal, terlebih pada penderita yang mengalami peningkatan insiden
radang usus. YDJ.
4. Koagulopati
Penderita hemofili A atau B ( defisiensi factor VIII dan IX ) mempunyai insiden
perdarahan saluran cerna 10 -25% lebih sering berupa ulkus peptikum dan gastritis.
Kadaan nitampak pada defisiensi sedang dan berat. Gangguan faktor koagulasi juga dapat
terjadi pada pemkaian antikoagulan, antibiotika ( kloramfenikol, metronidazole,
trimeroprim sulfametoksazole fenitoin, barbiturat dan salisilat. Pada penderita penyakt
hati kronis dapat terjadi defisiensi faktorkoagulasi karena kurangnya fungsi sintesis,
terlebih oleh defisiensi asam empedu dan mudah terjadi malabsorbsi vitamin K
Penyebab yang utama dari perdarahan usus halus pada anak adalah dibertikulum
meckel yang berisian mucosa ektopik gaster atau páncreas dan dapat terjadi ulserasi.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan scanning radionuklir dan terapi dilakukan
dengan reseksi divertikulum.6 Duplikasi merupakan penyebab kedua tersering perdarahan
usus halus pada anak dan terapinya juga dengan reseksi, Ulkus pada anak sering terjadi
selama perawatan di UCU pasca operasi . Chaibou M melaporkan bahwa beberapa factor
risiko terjadinya perdarahan saluran cerna atas pada anak yang dirawat intensif ádalah
gagal napas, coagulopathy dan nilai PRIMS (pediatric risk of mortality store)= 10.7
Helicobacter pylori dapat menyebabkan gastroduodenal ulcerasi tetapi gambaran lesi
noduler yang difus lebih sering ditemukan pada anak. El Mouzan melaporkan dari 15
anak yang dilakukan bioterapi antrum melalui endoskopi didapatkan 13 diantaranya
(87%) positif H. Pylori.5 Esophagistis karena refluks yang berat pada esophagus dapat
disebabkan karena penyakit neuromuskuler, trauma mekanik karena benda asing, dan
trauma kimia karena tertelan bahan kaustik, obat-obatan dan infeksi. Varises esophagus
pada anak disebabkan hipertensi portal baik intrahepatik maupun ekstrahepatik.
Trombosis vena splanikus dengan vena portal akan menyebabkan terjadinya varises
esophagus.8 Kelainan vaskuler dan duplikasi saluran cerna merupakan penyebab lainya
yang jarang ditemukan pada anak.6
Pada bayi baru lahir pernyebab perdarahan saluran cerna sangat bervariasi.
Perdarahan dapat terjadi karena tertelan darah ibu sewaktu persalinan atau menyusui,
dapat juga terjadi karena esophagitis, gastritis dan ulserasi gastroduodenal. Hematemesis
dapat terjadi karena alergi susu sapi pada bayi yang dapat susu formula, dan defisiensi
vitamin K.6 Mahcado RS melaporkan dua kasus hematemesis sekuler oleh karena
gastritis hemorrhage yang disebabkan karena alergi susu sapi.9 Pada remaja penggunaan
analgetik nonsteroid (NSAID) sering menimbulkan ulkus peptic yang menyebabkan
perdarahan selain robekan Malorry-Weiss, varises gastroesophagus dan gastritis karena
alcohol.5 Romanisizen melaporkan kejadian Malorry-Wess pada anak sekitar 0.3%.
Banyak faktor yang menyebakan terjadinya Malorry – Weiss síndrome pada anak dan
biasanya bersamaan dengan penyakit saluran cerna lainya seperti gastritis dan duodenitis,
infeksi helicobacter pylori, gastroesophageal reflux dan asma bronchial.10 Riwayat
muntah yang berat dan kemudian muntah darah khas untuk gejala Malorry-Weiss, pada
dewasa sering dihubungkan dengan konsumsi alkohol ( DD )
Penyebab perdarahan saluran cerna bawah dapat dilihat pada tabel di bawah6 :
Pada neonatus penting menyingkirkan terjadinya Necrotizing Enterocolitis
(NEC), hal ini jarang ditemukan pada neonatus cukup bulan. Perdarahan rektum pada
bayi sering berhubungan dengan kejadian NEC, jika diagnosis NEC ditegakkan maka
pemberian antibiotika harus dilakukan dan bayi dipuasakan. Penyebab yang sering pada
bayi adalah intoleransi susu sapi yang menyebabkan terjadinya colitis, penyebab lainya
adalah fisura ani.11 Obstruksi usus dengan iskemia yang terjadi pada bayi dan anak dapat
menimbulkan gejala muntah, sakit perut dan darah di tinja yang dapat disebabkan karena
volvulus atau invaginasi. Pada bayi lebih besar penyebab perdarahan retal dapat berupa
fisura anorektal, gastroenteritis infeksi dan invaginasi.6,11
Polyp juvenil, peradangan dan lesi nonneoplastik pada rektosigmoid merupakan
penyebab yang sering dari perdarahan retal pada anak usia sekolah dan remaja.11 Polip ini
bukan suatu keganasan yang sering terdapat pada rektosigmoid. Diperkirakan
kejadiannya sekitar 2% pada anak dengan gejala asimptomatis dengan lokasi tersaring
atau 83,1% pada rektosigmoid.12 Poddar U dkk melaporkan dari 353 anak yang dilakukan
kolonoskopi didapati sebanyak 208 (59%) dengan polip, dan Juvenil poliposis (jumlah
polip lebih dari 5 ) didapat pada 17 (8%) diantaranya dengan rentang umur 3 – 12 tahun
13 Enterocolitis karena suatu infeksi dapat bermanifestasi sebagai suatu buang air besar
berdarah pada anak. Sindroma Uremia Hemolitik dan Purpura Henoch-Schonlein
merupakan penyakit vaskulitis yang sering ditemui pada anak dengan gajala berupa
ulcerasi dan perdarahan saluran cerna. Penyakit inflamasi usus juga dapat menyebabkan
colitis dan perdarahan rektal pada anak. Kolitis ulseratif didapat 2-4 per 100.000 anak
dan rata-rata umur saat diagnosis ditegakkan 10 tahun.14 Kelainan pembuluh darah seperti
hemangioma, malformasi vena, telangiectasia herediatary hemorrhage merupakan
penyebab yang jarang dari perdarahan saluran cerna bawah pada anak. Pada remaja
perdarahan sering disebabkan oleh karena divertikulum kolon dan penyakit inflamasi
usus.6,11