Upload
dani-arma
View
185
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat Interna oleh dokter muda. judul Pseudogout
Citation preview
Referat
Diagnosis dan Penatalaksanaan
Pseudogout
Oleh:
M. Dani Hamid Arma, S. Ked
04084705003
Pembimbing:
Dr. Surya Darma, SpPD
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT DR.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pseudogout merupakan sindrom klinis yang berkaitan dengan sinovitis akut
akibat deposit kalsium pirofosfat dehidrat (KPFD). KPFD merupakan penyakit
penimbunan kristal terbanyak kedua.1
Kejadian deposit kristal KPFD merupakan idiopatik dan termasuk kejadian
yang jarang menimbulkan keluhan pada kebanyakan pasien. Jarang pasien
menunjukkan gejala yang khas. Penyakit ini dihubungkan dengan beberapa
penyakit metabolik seperti hipertiroidism, hemokromatosis, hipofospatemia,
wilson’s disease, hipokalsiuria, hiperkalsemia, diabetes mellitus dan
hipomagnesemia pada beberapa penelitian.2
Penimbunan kristal kalsium pirofosfat dihidrat (KPFD) pada sendi
umumnya terjadi pada usia lanjut. Prevalensi dari artritis yang disebabkan KPFD
adalah 10-15% pada kelompok umur 65-75 tahun dan 30-60% pada kelompok
umur > 85 tahun.2
Meskipun sebagai penyakit penimbunan kristal kedua terbanyak, namun
sampai saat ini penegakan diagnosis dan penatalaksanaan pada kasus pseudogout
masih belum jelas.3
I. 2. Tujuan
Referat ini ditujukan untuk menambah bahan bacaan dan telaah mengenai KPFD.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Pseudogout merupakan sinovitis mikrokristalin yang dipicu oleh
penimbunan kristal kalsium pirofosfat dihidrat (KPFD), yang dihubungkan
dengan kalsifikasi hialin dan fibrokartilago. Perubahan yang terjadi pada sendi
ditandai dengan kalsifikasi rawan sendi yang tampak pada pemeriksaan radiologis
pada sendi lutut dan sendi-sendi besar lainnya.4
Penggunaan mikroskop polarisasi untuk mencari kristal natrium urat di
dalam cairan sinovium pasien gout dilaporkan pada tahun 1961. Sejak itu, telah
dikembangkan aplikasi teknik pemeriksaan lain yang relatif sederhana seperti
mikroskop elektron energy dispersive elemental analysis, dan difraksi sinar X
untuk memastikan adanya mikrokristal lain, yaitu kalsium pirofosfat dihidrat
(KPFD), kalsium hidroksiapatit (HA), dan kalsium oksalat (CaOx), dalam
berbagai bentuk artritis. Masing-masing kristal ini dapat menimbulkan artritis atau
periartritis akut atau kronik. Namun, Secara klinis gejala yang timbul akibat
endapan dan pelepasan natrium urat, KPFD, HA, dan CaOx tidak dapat
dibedakan, walaupun terdapat perbedaan morfologi, sifat kimia, dan sifat fisika
pada kristal tersebut.1,5
2.2 Epidemiologi
Pseudogout sering ditemukan pada umur pertengahan dan umur yang lebih
tua, data yang pernah dilaporkan menyatakan 10-15 persen berusia 65-70 tahun
dan akan meningkat 30-60 persen pada usia diatas 80 tahun, perempuan lebih
sering terjadi dibanding laki-laki dengan perbandingan 2-3 : 1. Pada suatu
penelitian radiologis, prevalensi kondrokalsinosis pada populasi umum sekitar 0,9
per 1000 penduduk, meningkat sesuai umur dan umumnya asimptomatik.
4
Hubungan antara KPFD dengan osteoartritis masih kontroversi. Suatu penelitian
kohort pada pasien berusia 70 tahun, didapatkan insiden kondrokalsinosis 7,8%
tetapi setelah 7-10 tahun kemudian dengan pemeriksaan radiologis tidak
memperlihatkan perningkatan risiko kejadian osteoartritis.5
2.3 Patogenesis
Sebagian besar kasus KPFD asimtomatik dan penyebabnya tidak diketahui
karena lebih dari 80 persen pasien berusia lebih dari 60 tahun dan 70 persen telah
mengalami kerusakan sendi akibat sebab lain. Perubahan fisika dan kimiawi pada
tulang rawan yang menua mungkin memudahkan nukleasi kristal. Contoh
perubahan kimia tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan produksi pirofosfat inorganik dan penurunan kadar pirofosfat
ekstrak kartilago pasien artritis KPFD. Yang nampaknya berkaitan dengan
peningkatan aktifitas ATPpirofosfohidrolase dan nukleotidase, yang
mengkatalis reaksi ATP ke adenosin dan pirofosfat, yang dapat bergabung
dengan kalsium untuk membentuk kristal KPFD di dalam vesikel matriks.
2. Berkurangnya glikoprotein kartilago yang secara normal menghambat dan
mengatur nukleasi kristal. Sehingga terjadi defisiensi inhibitor yang
menyebabkan peningkatan endapan kristal.
3. Kajian invitro membuktikan bahwa transforming growth faktor β1 dan faktor
pertumbuhan epidermis merangsang pelepasan pirofosfat oleh kartilago sendi
sehingga ikut berperan dalam pengendapan kristal KPFD. Pelepasan KPFD di
ruang sendi diikuti oleh fagosistosis kristal oleh neutrofil dan pelepasan
mediator inflamasi. Selain itu, neutrofil melepaskan suatu glikopeptida yang
bersifat kemotaktik untuk neutrofil lain, sehingga memperberat proses
peradangan.5,6
5
2.4 Manifestasi klinis
Artropati KPFD dapat asimptomatik, akut, subakut, atau kronik atau
menimbulkan sinovitis akut yang terjadi pada sendi yang sudah sakit kronik.
Artritis KPFD akut semula disebut sebagai pseudogout oleh McCarty dan
rekannya karena kemiripan dengan gout. Ia dan penulis lain telah mengenal
bahwa gejala sisa endapan KPFD adalah :
1. Induksi atau peningkatan beberapa bentuk osteoartritis,
2. Induksi penyakit resorptif berat yang mungkin secara radiografis mirip
dengan artritis neuropatik
3. Timbulnya sinovitis proliferalit simetrik, yang secara klinis serupa dengan
artritis reumatoid
4. Kalsifikasi diskus intervertebralis dan pembatasan mobilitas tulang
belakang yang mirip dengan ankilosis spondilitis.5,6
Lutut adalah sendi yang paling sering terkena pada artropati KPFD. Tempat
lain adalah pergelangan tangan, bahu, pergelangan kaki, siku dan tangan. Sendi
temporomandibularis, dan ligamentum flavum kanalis spinalis dapat terkena
walaupun jarang. Bukti klinis dan radiografik menunjukkan bahwa endapan
KPFD bersifat poliartikularis pada paling sedikit dua pertiga pasien. Bila terjadi
sinovitis akut, diagnosa dibuat dengan mengidentifikasi kristal berbentuk batang
atau romboid dengan birefringent positif lemah dalam cairan sinovium. Bila
gambaran klinisnya mirip dengan osteoartritis progresif lambat, diagnosis
mungkin lebih sulit ditegakkan. Distribusi sendi mungkin memberi petunjuk
penting, yang menyiratkan penyakit KPFD. Diagnosis pasti memerlukan
pembuktian adanya kristal KPFD di cairan sinovium atau jaringan sendi. Tanpa
adanya efusi sendi atau indikasi untuk memperoleh biopsi sinovium,
kondrokalsinosis merupakan bukti diagnosis presumtive endapan KPFD.5,6
Serangan akut KPFD dapat dicetuskan oleh trauma seperti cedera fisik pada
ekstremitas, bedah sendi, keseleo atau bahkan berjalan yang lama. Kejadian
6
ini diyakini akan menimbulkan abrasi tulang rawan dan penyebaran mikrokristal
ke dalam ruang sendi.5,6
Pada hampir 50 persen kasus, KPFD mungkin disertai demam ringan dan
kadang-kadang demam setinggi 40oC. Tanpa memandang ada tidaknya bukti
radiografik kondrokalsinosis pada sendi yang terkena, harus dilakukan analisis
sinovium dengan pewarna dan biakan mikroba untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi. Pada kenyataannya, infeksi pada suatu sendi dengan proses
pengendapan mikrokristal dapat menyebabkan pelepasan kristal yang diikuti oleh
sinovitis akibat kristal dan mikroorganisme. Cairan sinovium pada pseudogout
non komplikata memperlihatkan gambaran peradangan. Jumlah sel darah putih
dapat berkisar dari beberapa ribu sampai 100.000 sel per mililiter, dengan rerata
sekitar 24000 sel permililiter dan sel yang predominan adalah neutrofil.
Pemeriksaan dengan mikroskop polarisasi biasanya memperlihatkan kristal
birefringent positif lemah di cairan ekstrasel dan di dalam neutrofil.6
Bila tidak diterapi, serangan akut dapat menetap beberapa hari sampai
sebulan. Terapi dengan aspirasi sendi (untuk menurunkan tekanan intraartikularis)
dan obat antiinflamasi nonsteroid atau suntikan glukokortikoid intraartikularis
dapat mengembalikan keadaan semula dalam 10 hari atau kurang. Untuk pasien
yang mengalami serangan berulang pseudogout, terapi profilaktik setiap hari
dengan kolkisin dosis rendah mungkin bermanfaat. Sayangnya belum ada
pengobatan efektif untuk membersihkan endapan KPFD dari kartilago dan kapsul
sendi. Akibatnya, KPFD cenderung menimbulkan artritis yang progresif.4,6
2.5 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tidak ada yang spesifik, laju endap darah
meninggi selama fase akut, leukosit PMN sedikit meninggi. Sekitar 20% pasien
dengan timbunan kristal KPFD ditemukan hiperurisemia dan 5% disertai kristal
MSU.3,5
7
Pemeriksaan cairan sinovium dengan menggunakan mikroskop cahaya
biasa dapat terlihat bentuk kristal seperti kubus (rhomboid) atau batang pendek
bersifat birefringent positif lemah. Pada keadaan lain dapat berbentuk jarum
seperti kristal MSU. Kedua berntuk kristal ini bersifat refringent pada
pemeriksaan kristal dengan menggunakan mikroskop polarisasi cahaya.3,5
2.6 Pemeriksaan radiologis
Gambaran radiologis timbunan kristal KPFD dapat memperlihatkan
gambaran kondrokalsinosis berupa bintik bintik atau garis garis radioopak yang
sering ditemukan di meniskus fibrokartilago sendi lutut. Dapat pula berupa
kalsifikasi pada sendi radio ulner distal, simfisis pubis, glenoid serta anulus
fibrous diskus intervertebralis. Pemeriksaan skrining dapat dilakukan dengan
pemeriksaan foto pada sendi lutut (dalam keadaan tanpa beban) dengan posisi
antero posterioos (AP), foto pelvis posisi AP, untuk melihat sekitar simfissi pubis
dan panggul dan posisi postero anterior dari pergelangan tangan. 5,6
Gambaran radiologis kondrokalsinosis di kartilago hialin dan fibrokartilago pada rontgen sendi lutut 3
2.7 Diagnosis
Pseudogout dicurigai bila didapatkan adanya serangan radang sendi yang
bersifat rekuren, episodik, ditandai dengan sinovitis mikrostalin dan didukung
dengan penemuan pemeriksaan radiologis yang memperlihatkan adanya
kondrokalsinosis.5
McCarty mengajukan kriteria diagnosis untuk timbunan kristal KPFD
yang didasarkan atas gambaran kristal dan radiologis.6
8
Kategori:
Definit : Harus memenuhi kriteria I atau IIa
Probable : Harus memenuhi kriteria IIa atau IIb
Possible : harus memenuhi kriteria IIIa atau IIIb seharusnya mengingatkan
klinisi kemungkinan penyakit dasar endapan KPFD .
Kriteria :
I : ditemukan kristal KPFD secara definitif dari aspirat cairan sendi,
biopsi atau nekroskopi
II : a. Identifikasi kristal monoklinik atau triklinik yang
memperlihatkan positif lemah, atau kurang jelas refraksi ganda
(membias) dengan mikroskop biasa berpolisator
b. adanya kalsifikasi fibrokartilago dan kartilago hialin yang khas
pada gambaran radiologis.
III : a. Artritis akut, terutama pada lutut atau sendi besar lainnya
dengan atau tanpa bersamaan hiperurisemia
b. artritis kronik terutama pada lutut, pangkal paha, pergelangan
tangan, tangan, siku, sendi bahu, dan sendi metakarpopalangeal,
terutama bila disertai eksaserbasi akut, artritis kronik yang
menunjukkan gambaran tersebut membantu untuk membedakan
dengan OA.
- letak OA yang tidak lazim, seperti sendi pergelangan tangan,
sendi metakarpopalangeal, atau sendi bahu.
- gambaran radiologis misalnya penyempitan celah sendi
radiokarpal, atau patelofemoral, terutama bila terisolasi (patela
yang membungkus femur).
9
- pembentukan kista subkondral
- degenerasi progresif berat : kolaps tulang subkondral
(mikrofraktur), dan fragmentasi dengan pembentukan badan-badan
radiosens intraartikular.5,6
2.8 Tatalaksana
Non farmakologi
Mengistirahatkan sendi penting selama serangan akut dan latihan fisik
dilakukan setelah serangan akut bertujuan memperbaiki ketegangan otot dan
lingkup gerak sendi untuk menghindari kontraktur.6
Farmakologi
Pada serangan akut sendi besar dapat dilakukan aspirasi sekaligus
dilanjutkan dengan pemberian steroid intraartikular. Tindakan ini disamping
bertujuan untuk mengurangi tekanan intra artikular juga sebagai tindakan
diagnostik untuk pemeriksaan kristal.6
Pemberian NSAID berupa fenilbutazon dosis 400-600mg/hari untuk
beberapa hari dapat bermanfaat, indometasin dosis 75-150 mg/hari atau dengan
NSAID lainnya, dengan tetap memperhatikan efek samping NSAID pada saluran
cerna dan pemberian pada usia lanjut.6
Kolkisin efektif menghambat pelepasan faktor-faktor kemotaktik seperti
sel-sel neutrofil dan mononuklir dan juga menghambat ikatan sel neutrofil dengan
endotel. Pemberian kolkisin intravena efektif untuk pengobatan pseudogout,
sedangkan kolkisin oral tidak sebaik pada pengobatan gout dibandingkan
pseudogout (primer), tapi untuk pencegahan serangan dapat digunakan kolkisin
oral.6
10
BAB IIIKESIMPULAN
Pseudogout merupakan sinovitis mikrokristalin yang dipicu oleh endapan
kristal kalsium pirofostat dihidrat yang dihubungkan dengan kalsifikasi hialin dan
fibrikartilago. Pseudogout terjadi pada 10-15% usia 65-70 tahun dan 30-60 %
pada usia diatas 80 tahun, perempuan lebih sering terjadi dibanding laki-laki
dengan perbandingan 2-3 : 1.
Penyebab pseudogout diduga karena perubahan kimia dan perubahan
fisika pada tulang rawan yang telah menua, yang disebabkan beragam faktor,
yaitu faktor peningkatan pembentukan pirofosfat, faktor penurunan pembentukan
pirofostfat, maupun faktor pencetus terjadinya inflamasi di sendi.
Gejala klinis yang dapat terjadi pada pseudogout yaitu timbulnya gejala-
gejala sakit sendi, seperti osteoartritis, artritis neuropatik, artritis reumatoid,
ataupun spondilo artritis, sedangkan pada pemeriksaan laboratorium tidak ada
yang spesifik, tanda-tanda pseudogout dapat dilihat pada pemeriksaan cairan
sinovium dengan ditemukannya kristal kalsium, dan pada pemeriksaan radiologis
ditemukan gambaran kondrokalsinosis.
Diagnosis pseudogout ditegakkan berdasarkan kriteria Mc Carty, yaitu
ditemukannya gejala artritis akut maupun kronik pada anamnesis, dan
pemeriksaan sendi, gambaran kondrokalsinosis pada pemeriksaan radiologis,
gambaran berbias pada pemeriksaan menggunakan mikroskop berpolisator, dan
ditemukan kristal kalsium pada pemeriksaan cairan sendi.
Penatalaksanaan pada KPFD yaitu untuk mengurangi gejala nyeri sendi
yang terjadi pada pasien. secara non farmakologis dilakukan istirahat pada sendi,
dan aspirasi cairan sendi, kemudian secara famakologis diberikan obat-obatan
penghilang nyeri seperti fenilbutazon, indometasin atau obat-obat golongan
NSAID yang lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Forciea MA et al. Geriatric Secrets; Question and answer reveal the secrets
to successful management of Geriatric patient. 3rd Edition. Philadelpia:
Elsevier Health Sciences. 2004. Chaper 32 ; Arthtritis and musculosceletal
pain in elderly; page 201
2. Rischette P, Bardin T, Doherty M. An update on the epidemiology of the
calcium phyrophosphat dyhidrate crystal deposition disease.
Rheumatology. 2009. [ dikunjungi 22 mei 2013
http://rheumatology.oxfordjournals.org/content/48/7/711.long ]
3. Fam AG. What is new about crystals other than monosodium urate? Curr
Opin Rheumatol 2000.12:228-234 [dikunjungi 22 mei 2013
http://journals.lww.com/co-rheumatology/Abstract/2000/05000/What_is_n
ew_about_crystals_other_than_monosodium.13.aspx ]
4. Rosenthal AK. 1998. Crystal arthropathies. In: Maddison P, Isenberg D,
Woo P, Glass D, et al. Oxford textbook of rheumatology. 2nd ed. Oxford
University Press.
5. Hoffman. Garry. S. 2000. Artritis Akibat Pengendapan Kristal kalsium
dalam Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13, EGC.
Jakarta. Hal 1893-1895.
6. Faridin. 2007. Kristal Artropati Selain Gout Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. Jakarta. Hal 1211-1213.
12