24
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA MEI 2016 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT : PSIKOTIK POST PARTUM LAPORAN KASUS : SKIZOFRENIA PARANOID OLEH : Nurul Awalia Burhan C11112112 PEMBIMBING : Dr. Kristanty Randa Arung SUPERVISOR: Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

referat psikiatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat psikiatri

Citation preview

Page 1: referat psikiatri

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA MEI 2016FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT : PSIKOTIK POST PARTUM

LAPORAN KASUS : SKIZOFRENIA PARANOID

OLEH :

Nurul Awalia Burhan

C11112112

PEMBIMBING :

Dr. Kristanty Randa Arung

SUPERVISOR:

Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: referat psikiatri

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Awalia Burhan/C11112112

Judul Referat : Psikotik Post Partum

Judul Kasus : Skizofrenia Paranoid

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada

bagian Ilmu Kesehatan Jiwa dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Makassar, Mei 2016

Supervisor Pembimbing,

Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

Residen Pembimbing,

dr. Kristanty Randa Arung

Page 3: referat psikiatri

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Awalia Burhan/C11112112

Judul Referat : Psikotik Post Partum

Judul Kasus : Skizofrenia Paranoid

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada

bagian Ilmu Kesehatan Jiwa dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Makassar, Mei 2016

Residen Pembimbing,

dr. Kristanty Randa Arung

Supervisor Pembimbing,

Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

Page 4: referat psikiatri

A. PENDAHULUAN

Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah

melahirkan. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi dan psikosis.

Gangguan emosional selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan

yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara.

Sepanjang masa setelah melahirkan hampir 85% wanita mengalami gangguan

emosi. Bagi kebanyakan wanita, gejalanya hanya sementara dan ringan (postpartum

blues/babyblues); namun 10-15% wanita mengalami gangguan emosi yang

berkelanjutan (persisten); seperti pada depresi postpartum (16%) pada mulanya ialah

kelainan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, oleh karena itu secara

diagnostiknya bisa dibedakan dengan penyakit gangguan jiwa lainnya. Namun

penelitian yang terbaru mengatakan bahwa gangguan psikiatri pada wanita yang

terjadi sepanjang hidupnya.

Sejak dahulu. Hipocrates, Celcus dan Galen merasakan adanya kondisi-

kondisi khusus pada kehamilan memegang peranan sebagai faktor pencetus

timbulnya penyakit. Kondisi-kondisi ini meliputi antara lain perubahan-perubahan

hormonal, perubahan bentuk badan, meningkatkan aktivitas konflik yang

berhubungan dengan kehamilan dan reorganisasi intrapsikis yang berhubungan

dengan sifat keibuan. Kelahiran sering kali merupakan faktor pencetus terjadinya

skizofrenia, yang sering kali dinamakan gangguan psikiatri pada postpartum.

Penelitian lain mengatakan bahwa onset terjadinya gangguan psikiatri pada

postpartum disebabkan oleh stres akibat dari persalinan, faktor hormonal atau

perubahan-perubahan metabolik, kelelahan fisik, kehilangan darah dan infeksi.

Walaupun faktor fisik turut memegang peranan, tetapi yang merupakan faktor utama

mungkin psikogenetik alamiah.

Sebagian perempuan menganggap bahwa masa–masa setelah melahirkan

adalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara

emosional. Kelahiran seorang bayi dapat menimbulkan stress berat pada sang ibu. Ia

bertanggung jawab atas perawatan bayi yang tak berdaya itu, ia harus pula

memberikan perhatian terhadap suami atau pasangannya, malam hari sering

Page 5: referat psikiatri

terganggu, ia merasa tidak mampu atau tidak yakin akan kemampuannya menjadi

seorang ibu. Gangguan-gangguan psikologis yang muncul tersebut akan mengurangi

kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan

ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau

berupa serangan yang sangat berat selama berbulan–bulan atau bertahun-tahun

lamanya.

Ada 3 tipe gangguan jiwa pascapersalinan, diantaranya adalah postpartum

blues, postpartum depression dan postpartum psikosis.

Postpartum blues atau sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu

kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara. Postpartum depression yaitu

depresi pasca persalinan yang berlangsung saat masa nifas, dimana para wanita yang

mengalami hal ini kadang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya

merupakan penyakit. Postpartum psikosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan

jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu

kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.

Pertama kali dikenal sebagai gangguan pada tahun 1850, psikosis paska

partus adalah suatu kondisi mental yang sangat serius yang memerlukan perhatian

medis segera. Menariknya, studi tentang tingkat gangguan telah menunjukan bahwa

jumlah perempuan yang mengalami psikosis paska partus tidak berubah sejak

pertengahan 1800-an. Sementara itu adalah bentuk paling ekstrim dari gangguan

mood paska melahirkan. Psikosi pasca persalinan juga merupakan salah satu yang

paling langkah. Biasanya digambarkan sebagai periode ketika seorang wanita

keholangan sentuan dengan realitas, gangguan tersebut terjadi pada wanita yang baru

melahirkan. Ini pengaruh antara satu dan dua perempuan per 1.000 wanita yang telah

melahirkan. Sayangnya, meskipun banyak wanita dengan gangguan tersebut

menyadari sesuatu yang slah dengan mereka, kurang dari 20% benar-benar berbicara

kepada penyedia pelayanan kesehatan mereka. Masih sedih adalah kenyataan bahwa

psikosis pasca partus sering salah didiagnosis atau dianggap depresi pasca partus.

Sehingga mencegah seorang wanita menerima perhatian medis yang tepat yang dia

butuhka. Wanita yang tidak menerima pengobatan yang teoat seringkali merespons

Page 6: referat psikiatri

dengan baik tapi biasanya mengalami depresi pasca melahirkan sebelum benar-benar

pulih. Namun, tanpa pengobatan, psikosis dapat menyebabkan konsekuensi yang

tragis. Psikosis pasca partus memiliki tingkat bunuh diri 5% dan tingkat pembunuh

bayi 4%. Meskipun timbul gejala dapat terjadi kapan saja dalam tiga bulan pertama

setelah melahirkan, wanita yang memiliki pasca partus psikosis biasanya mengalami

gejala dalam 2-3 minggu pertama setelah melahirkan. Gejala psikosis pasca partus

biasanya muncul tiba-tiba, dalam 80% kasus, psikosis terjadi tiga sampai 14 hari

setelah episode babas gejala

B. DEFENISI

Psikosis postpartum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi berat dan

waham. Umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama dan biasanya kasus terjadi 2-

3 hari setelah melahirkan. Perempuan yang menderita bipolar disorder atau masalah

psikotik lainnya yang disebut Skizoafektif disorder mempunyai resiko yang lebih

tinggi untuk terkena postpartum psikosis. Gejalanya antara lain mengalami delusi,

halusinasi, gangguan saat tidur dan obsesi mengenai bayinya. Penderita dapat terkena

perubahan mood secara drastis, dari depresi ke gusaran dan berganti menjadi euforia

dalam waktu yang singkat.

C. EPIDEMIOLOGI

Secara epidemiologinya, psikosis postpartum sangat jarang terjadi yaitu 1 atau

2 dalam setiap 1000 kelahiran. Pada kasus yang berat psikosis postpartumyang

ditandai dengan halusinasi, waham dan pikiran membunuh bayi (infabticide). Wanita

yang mengalami psikosis postpartum merupakan suatu kondisi yang sangat serius,

memerlukan penanganan yang cepat dan biasanya perlu diopname

D. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko psikotik post partum contohnya adalah :

1. Riwayat psikosis, gangguan bipolar ( GB ) atau skizofrenia

Page 7: referat psikiatri

2. Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia

3. Gangguan bipolar ( GB ) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodic

dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran,

biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.

4. Skizofrenia : gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi

social, fungsi kerja, dan perawatan diri.

5. Skizofrenia tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti

halusinasi, delusi, asosiasi longgar.

6. Skizofrenia tipe II ditemukan gejala-gejala negatif seperti penarikan diri,

apatis, dam perawatan diri yang buruk. Wanita dengan riwayat pribadi

psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki peningkatan resiko

mengembangkan psikosis pasca partus.

Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat keluarga psikosis,

gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih besar untuk

mengembangkan gangguan tersebut. Additionally, wanita yang telah memiliki

insiden masa lalu pasca partus psikosis adalah antara 20% dan 50% lebih

mungkin mengalami lagi dalam masa kehamilan.

E. ETIOLOGI

Gangguan psikotik pada postpartum biasanya terjadi karena penyakit mental

mendasar, misalnya skizofrenia atau gangguan bipolar, perubahan mendadak

keadaan umum setelah melahirkan juga ikut berperan. Bisa juga terjadi karena

konflik psikodinamik mengenai keibuan misalnya seperti kehamilan yang tak

dikehendaki, terjadinya perkawinan yang tak bahagia atau takut menjadi ibu.

Penyebab lain, contohnya :

1. Faktor social cultural ( dukungan suami dan keluarga kepercayaan atau etnik )

2. Faktor obstetric dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )

3. Faktor psikososial ( adanya stressor psikososial, faktor kepribadian, riwayat

mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional, dll )

4. Faktor keturunan

5. Karakter personal sperti harga diri yang rendah

Page 8: referat psikiatri

6. Perubahan hormonal yang cepat

7. Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM )

8. Martial disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dangan orang

lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.

9. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak diinginkan

10. Merasa terisolasi

11. Kelemahan, gangguan tidur ( insomnia ), ketakutan terhadap suatu masalah,

ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna. Disamping itu

disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik

lainnya yang disebut skizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai

resiko tinggi untuk terkena pasca partus psikosa.

F. PATOFISIOLOGI

1. Faktor  HormonKadar estrogen dan progesteron menurun drastis saat  persalinan.

Perubahan kadar estrogen dan progesteron pada saat kehamilan memicu peningkatan ikatan pada reseptor dopamin dan  penurunan kadar hormon saat persalinan menyebabkan terjadinya suatu supersensitivitas reseptor dopamin yang mencetuskan terjadinya psikotik postpartum. Prolaktin dan kortisol atau kadar perubahan hormon-hormon ini, namun individu yang terlibat menjadi lebih sensitif kepada perubahan hormon dan bisa menyebabkan depresi apabila diterapi dengan estrogen atau progesteron exogenous 

2. Faktor PsikososialPenelitian psikodinamik menunjukkan bahwa pada gangguan postpartum

terdapat konflik antara sang ibu denga tugasnya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya yang baru dengan suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai seorang ibu yang tak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu ini menemukan jati dirinya dan ini merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak. Walaupun wanita ini mempunyai pengalaman dengan ibunya, tetapi pengalaman masa kanak-kanak memaksanya menolak

Page 9: referat psikiatri

figur ibunya untuk ditiru dan didentifikasi. Penolakan ini mengakibatkan seorang ibu kehilangan arah dan menjadi bingung. Gangguan identifikasi ini menyebabkan perasaan terganggu, mereka sebagai ibu yang tidak tahu bagaimana seharusnya bertindak, dan melahirkan anak tetapi tidak tahu bagaimana merawatnya.

3. Faktor BiologisWanita dengan riwayat psikosis cenderung untuk terjadi rekurensi sebanyak 20-50%.

G. GEJALA KLINIS

Gejala dapat terjadi dalam jangka setahun setelah melahirkan anak.

Namun awalnya sering terjadi pada minggu ke-dua atau ke-tiga selepas

persalinan. Kebanyakan pasien tidak mengidap gangguan jiwa sebelumnya,

namun demikian insidennya amat besar pada pasien dengan riwayat gangguan

bipolar, gangguan jiwa masa nifas (psikosis dan depresi) dan riwayat keluarga

tentang gangguan jiwa masa nifas. Gejala yang khas pada psikosis postpartum

terdiri dari agitasi, gelisah, emosi yang labil, termasuk kegembiraan berlebih,

insomnia, menangis,bingung dan akhirnya timbal episode psikotik yang gawat

dengan gambaran mania dan delirium. Peristiwa bunuh diri dan membunuh

bayi (Suicide dan infanticida) mencapai 10% kasus yang tak diobati. Obsesi

juga sering dan terfokus pada statu impuls untuk mencederai atau membunuh

bayinya.

1. Gejala awal :

a. Perasaan sedih, kecewa dan putus asa

b. Sulit tidur atau insomnia

c. Sering menangis

d. Gelisah, cemas, dan irritable yang berlebihan

e. Merasa letih dan lelah

f. Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan

Page 10: referat psikiatri

g. Mudah tersingung / labil

h. Sakit kepala

i. Peningkatan atau penurunan berat badan secara tiba-tiba

j. Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya

k. Menolak makan dan minum

2. Gejala lanjutan :

a. Curiga berlebihan

b. Kebingungan

c. Sulit konsentrasi

d. Bicara merancau atau inkhoren

e. Irasional

f. Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang ulang)

g. Agresif

h. Impulsif ( bertindak diluar kesadaran ) walaupun banyak

wanita pasca melahirkan mengalami depresi pasca partus tapi

tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa pasca partus tapi

setiap psikosa pasca partus pasti diawali oleh depresi pasca

partus dan bisa samapai melukai diri sendiri bahkan

membunuh anak-anaknya.

H. DIAGNOSIS

Menurut DSM-IV-TR, tidak ada kriteria bagi gangguan psikotik pada postpartum. Namun diagnosis bisa ditegakkan apabila psikosis yang terjadi mempunyai hubungan dengan persalinan dan perlangsungannya hanya sementara. Harus juga dipertimbangkan diagnosis gangguan mood DSM-IV-TR sebagai diferensial diagnosisnya. Gejala karakteristik bagi gangguan psikotik pada postpartum terdiri atas delusi, gangguan kognitif, gangguan motilitas, mood atau suasana perasaan tak terkontrol dan halusinasi. Gejala psikotik ini hanya mencakup hal-hal yang menyangkut keibuan dan kehamilan. DSM-IV-TR juga menyetujui diagnosis gangguan psikotik dan

Page 11: referat psikiatri

gangguan mood (suasana perasaan) yang singkat disebabkan karena pasca persalinan.

Sedang menurut PPDGJ-III, maka pedoman diagnostik untuk gangguan psikiatri pada postpartum (F.53), yaitu :

F.53.1  GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU BERAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS YTKo  Termasuk : Psikosis masa nifas YTT

I. DIAGNOSIS BANDING

Seperti gangguan psikotik yang lain, perlu ditimbangkan kemungkinan

adanya gangguan psikotik lain yang disebabkan oleh kondisi kesehatan yang

lain atau gangguan psikotik yang disebabkan oleh pennggunaan zat-zat

tertentu. Masalah kesehatan lain yang berpotensi untuk menyebabkan gejala

yang sama adalah seperti hipertiroid atau sindrom cushing. Gangguan psikotik

yang disebabkan oleh penggunaan zat biasanya berhubungan dengan

penggunaan obat anti nyeri seperti pentazocine (palwin) atau obat anti

hipertensi semasa kehamilan. Kondisi kesehatan lain yang bisa menyebabkan

gejala yang sama termasuk infeksi, toksemia dan neoplasma. Wanita dengan

riwayat gangguan mood diklasifikasikan sebagai pasien yang mengalami

gangguan rekurens. Psikosis postpartum tidak bisa disamakan dengan baby

blues, yang merupakan gejala ringan, berlangsung hanya beberapa hari dan

ditandai dengan gejala sering menangis, fatigue, anxietas, iritasi yang bermula

setelah persalinan dan gejalanya berkurang dalam durasi satu minggu. Depresi

postpartum non-psikotik tidak mengalami delusi dan halusinasi. Ia lebih berat

dari baby blues sementara terjadi pada 10-20% wanita dan ditandai denga

perasaan sedih dan berputus asa, merasakan diri tidak sesuai untuk menjadi

orang tua dan gangguan tidur. Biasanya disertai dengan pemikiran obsesif

untuk mencelakai bayi yang dilahirkan sehingga perlu diobservasi dengan

seksama.

Page 12: referat psikiatri

J. PENATALAKSANAAN

Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi emergensi dan memerlukan

perhatian dan penanganan segera. Pasien mungkin akan membutuhkan terapi

obat untuk jangka waktu tertentu, seperti haloperidol atau flufenazin,

keduanya diberikan dalam dosis 2-5 mg per os 3 kali perhari. Bila agitasi

maka pasien membutuhkan anti psikotika berpotensi tinggi dan diberikan IM.

Mood stabilizer seperti lithium, valproid acid, carbamazepine digunakan

sebagai terapi akut yang dikombinasi dengan obat anti psikotik dan

benzodiapezine.

Indikasi pemakaian ECT sama seperti psikosis tanpa persalinan tetapi

dianjurkan ditunda sampai satu bulan postpartum untuk menghindari

terjadinya emboli.

Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pasca partus ini

adalah kombinasi antara psikoterapi,lingkungan sekitar ibu dan medikasi

seperti antidepresan,jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat di rumah

sebaiknya ibu dirawat di rumah sakit.libatkan anggota keluarga dalam

penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-

orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.

K. PENCEGAHAN

Berikut adalah beberapa cara pencegahan dari terjadinya gangguan psikotik

pada postpartum :

1. Wanita yang beresiko tinggi untuk terjadinya gangguan psikotik pada

postpartum harus diidentifikasi sebelum persalinan. Deteksi dini psikosis dan

depresi post partum dapat dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan ibu

hamil dan imunisasi.

Page 13: referat psikiatri

2. Psikosis post partum dapat dicegah dengan memberikan pemahaman kepada

masyarakat khususnya ibu hamil tentang faktor resiko terjadinya depresi.

3. Pengobatan farmakologis dan non-farmakologis sangat diperlukan bagi

wanita atau ibu dengan psikosis post partum. Wanita dengan gangguan

bipolar atau dengan riwayat psikosis postpartum dapat diberikan lithium

yang diberikan pertama kali sebelum atau 24 sebelum persalinan.

Selain itu, beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas

dari ancaman depresi dan psikosa pasca partus, yaitu :

1. Pelajari diri sendiri,pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan

psikosa pasca partus,sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi

ini.Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.

2. Tidur dan makan yang cukup,diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan

usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup,keduanya penting

dalam periode pasca partus.

3. Olahraga,merupakan kunci untuk mengurangi depresi pasca partus, lakukan

peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari,sehingga

membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang

berlebihan.

4. Beritahukan perasaan ibu, jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu

dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan

ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang terdekat

ataupun orang yang dipercaya.

5. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat, dukungan dari orang

terdekat dari mulai kehamilan,persalinan dan pasca partus sangat penting,

Yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada

kesulitan.

6. Persiapan diri dengan baik,persiapan sebelum persalinan sangat

diperlukan,ikutlah kelas hamil,baca buku-buku yang dibutuhkan

7. Lakukan pekerjaan rumah tangga, pekerjaan rumah tangga sedikit banyak

dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama

Page 14: referat psikiatri

periode pasca partus. Kondisi anda yang belum stabil bisa ibu curahkan

dengan memasak atau membersihkan rumah.

8. Dukungan emosional, minta dukungan emosional dari keluarga dan

lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress.ceritakan

pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, Sehingga ibu merasa

lebih baik dari setelahnya

L. DAMPAK PSIKOSIS POST PARTUM

Psikosis postpartum mengakibatkan dampak yang luar biasa bagi

penderitanya. Setidaknya, depresi berdampak pada biaya, emosi, fisik, dan social.

1. Dampak biaya; kinerja menurun, istirahat, cuti, tidak produktif, biaya

pengobatan, bahkan hilangnya potensi penghasilan karena penderita merasa

ingin bunuh diri.

2. Dampak emosi; hidup dipenuhi dengan perasaan yang tidak nyaman, tidak

berdaya, penyesalan mendalam, sedih, putus asa, cemas.

3. Dampak fisik; tubuh sakit, psikosomatis, jika ada sakit lebih cenderung

mengalami komplikasi, kecepatan pemulihan kondisi kesehatan lebih lama

dan lambat.

4. Dampak sosial; sering timbul konflik dalam keluarga, ketidakmampuan

menjalankan fungsi dan peran sebagai orangtua yang baik, perceraian,

putusnya persahabatan, perilaku yang merugikan diri sendiri, dan atau orang

lain. Seperti

mabuk, penggunaan obat-obatan terlarang.

M. PROGNOSIS

Hampir pada semua kasus psikosis postpartum prognosisnya adalah baik,

kebanyakan sembuh dalam waktu 3 bulan, 70% dalam waktu 6 bulan dan 30%

kemungkinan rekurensi pada kehamilan yang berikutnya.

Page 15: referat psikiatri

Prognosis pada serangan pertama relatif lebih baik, seperti juga pada

skizofrenia yang mempunyai penyakit fisik sebagai faktor presipitasi. Kira-

kira 90% penderita ini sembuh dari keadaan psikotik dalam waktu relatif

singkat.. Dalam depresi postpartum, sebagian besar sembuh dalam beberapa

bulan. Bagaimanapun resiko terjadinya psikosis lagi yang berhubungan

dengan kehamilan berikutnya adalah besar. Kemungkinan terjadinya lagi

diperkirakan berkisar antara 15-30%.

N. KESIMPULAN

Psikosis postpartum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi berat

dan waham. Gejala yang khas pada psikosis postpartum terdiri dari agitasi,

gelisah, emosi yang labil, termasuk kegembiraan berlebih, insomnia,

menangis,bingung dan akhirnya timbal episode psikotik yang gawat dengan

gambaran mania dan delirium.

Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi emergensi dan memerlukan

perhatian dan penganan segera. Pasien mungkin akan membutuhkan terapi

obat untuk jangka waktu tertentu, seperti haloperidol atau flufenazin,

keduanya diberikan dalam dosis 2-5 mg per os 3 kali perhari. Bila agitasi

maka pasien membutuhkan anti psikotika berpotensi tinggi dan diberikan IM.

Mood stabilizer seperti lithium, valproid acid, carbamazepine digunakan

sebagai terapi akut yang dikombinasi dengan obat anti psikotik

dan benzodiapezine.Prognosis pada serangan pertama relatif lebih baik,

seperti juga pada skizofrenia yang mempunyai penyakit fisik sebagai faktor

presipitasi. Kira-kira 90% penderita ini sembuh dari keadaan psikotik dalam

waktu relatif singkat.

Page 16: referat psikiatri

DAFTAR PUSTAKA

1. Janet Williams et al. Best Practice Guidlines for Mental Health Disorders in the Perinatal Period. 2014. BC Reproductive Mental Health Program. p6-56

2. Rusdi maslim.Dr, Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta. 2002. Hal 125-126

3. American Psychiatric Association (APA). 1994). Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorder (DSM-IV) 4th ed. Washington, DC : American

Psychiatric Asosiasi. P 386-390

4. Nau, Melissa et al. Postpartum Psychosis and the Courts. The Journal of The

American Academy of Psychiatry and the Law. 2012. Vol 40:318-325

5. Spinelli, Margaret. Postpartum Psychosis : Detection of Risk and

Management. The Journal of The American Psychiatry. 2009. 166:4 (405-

408)

6. Bergink, Veerle et al. Prevention of Postpartum Psychosis and Mania in

Women at High Risk. The Journal of The American Psychiatry. 2012. 169 :

609-615.

7. Wieck, A et al. Increased Sensitivity of Dopamine receptors and Recurrence

of Affective Psychosis after Childbirth. British Medical Journal. Vol 303 :

613-616

8. Sit, Dorothy, et al. A Review of Postpartum Psychosis. National Institutes of

Health, Journal of Womens Health (Larchnt). 2006. 15(4) 352-368