Upload
nora-damayanti
View
61
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
saraf
Citation preview
HALAMAN SAMPULPEMILIHAN TERAPI PADA PARKINSON
REFERAT
Oleh:
1. Adelia Handoko NIM 0720111010212. Nora Damayanti NIM 082011101068
Dokter Pembimbing:dr. Eddy Ario Koentjoro, Sp.S
SMF SARAF RSD DR. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER2012
HALAMAN JUDULPEMILIHAN TERAPI PADA PARKINSON
REFERAT
diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Klinik Madya Lab/SMF Saraf RSD dr. Soebandi Jember - Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Oleh:
1. Adelia Handoko NIM 0720111010212. Nora Damayanti NIM 082011101068
Dokter Pembimbing:dr. Eddy Ario Koentjoro, Sp.S
SMF SARAF RSD DR. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER2012
ii
PRAKATA
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat dengan judul “Pemilihan
Terapi pada Parkinson“.
Dengan rasa hormat, kami juga menyampaikan rasa terima kasih atas
bantuan dari semua pihak, terutama kepada :
1. dr. Eddy A. Koentjoro, Sp.S selaku dosen pengajar di SMF bagian saraf
dan dokter pembimbing referat kami.
2. dr. Supraptiningsih,Sp.S selaku dosen pengajar di SMF bagian saraf.
3. dr. Usman G. Rangkuti, Sp.S selaku dosen pengajar di SMF bagian saraf.
4. Semua rekan sejawat, paramedis, juru rawat, serta staf administrasi Poli
Saraf RSD. dr. Soebandi Jember atas bantuan dan kerjasama-nya.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu.
Kami menyadari sepenuhnya referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami menerima saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan referat ini agar lebih baik. Harapan kami semoga referat ini
dapat bermanfaat bagi kita bersama.
Jember, Juli 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..ii
PRAKATA............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI………….………………………………………………………….iv
BAB 1. PENDAHULUAN….…………………………………………………...1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA….…………………………………………….3
2.1 Insidensi Parkinson….….……………………………………..…... 3
2.2 Etiologi……...………………………………………………………..4
2.3 Patofisiologi…...……….………………..…………………………...6
2.4 Klasifikasi…………………………………………………………..11
2.5 Gejala klinis………………….…………………………………….12
2.6 Diagnosis………….……………….………………………………..18
2.7 Pemeriksaan Penunjang……………………………….………….20
2.8 Pemilihan Terapi Penyakit Parkinson……………………………20
2.9 Prognosis………………………………………………….………..30
BAB 3. KESIMPULAN…………….…………………………………….…….32
DAFTAR PUSTAKA……………….…………………………………….……33
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer.
Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun
keluarga. Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama
James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika
seseorang mengalami ganguan pergerakan (Shoba et all, 2006).Tanda-tanda khas
yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia,
dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari
degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat
keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering
disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi
autonom. Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine
deficiency). Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang
berkaitan erat dengan usia. (Shoba et all, 2006)
Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron
dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya
inklusi intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies.
Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk
lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks
cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf otonom otak. (Shoba et all,
2006).
1
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan refrat ini antara lain:
a. Memberikan informasi tentang pemilihan obat yang baik untuk Parkinson.
b. Mengetahui efeksamping pemberian obat – obatan pada parkinson
1.3 Manfaat
Diharapkan referaat ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
pemilihan terapi pada parkinson, baik bagi penulis maupun bagi yang ingin
mempelajari tentang parkinson.
1
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Insidensi Parkinson
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria
dan wanita seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada
usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di
seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun
sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun. Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000
penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta
orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia
penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85
tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki
lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum
diketahui (FK UNS, 2008)
2.2 Etiologi
Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui.
Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-
konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah
umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan
yang prematur atau dipercepat. Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak,
tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan
yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me
bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa
menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
4
1.Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200
dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi
mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia
nigra, pada penyakit parkinson.
2.Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang.
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk
adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap
faktor lingkungan.
3.Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses
infeksi, industrialisasi ataupngaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota,
tidak terjadi perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai
tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit parkinson.
4.Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen -sinuklein pada lengan panjang
kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan.
Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi
point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya
disfungsi mitokondria. Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga
meningakatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada
usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun
sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada
usia relatif muda. Kasus-kasus genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan
5
kasus genetika pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian.
Penelitian di Jerman menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari
penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus
penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.
5.Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan
mitokondria
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d.Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi
merupakan neuroprotektif.
e.Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya
masih belum jelas benar
f.Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan
depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
(FK UNS, 2008).
6
Sedangkan faktor risiko pada parkinson antara lain:
Gambar. Faktor risiko parkison
(National Institute of Neurogycal Disorders and Stroke, 2004)
2.3 Patofisiologi
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal
ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
a. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron
nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi
lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari
stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
7
b. Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses
neurodegenerasi pada Parkinson. Pandangan saat ini menekankan pentingnya
ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam
melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah
mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan
gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk
gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan
yang terjadi seaktu program gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari
gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.
Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus, putamen,
palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra,
lokus seruleus).
Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi sebagai
berikut :
1.Piramidal ; kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek
superfisial yang abnormal
2.Ekstrapiramidal : didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
3.Serebelar : ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai nistagmus
4.Neuromuskuler : kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek tendon yang
menurun
Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum
diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi
serotonin, dopamin dan noradrenalin. Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi
sel-sel neuronyang meliputi berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya
substansia nigra, area ventral tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus
pontin, nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia
otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan
kehilangan sel substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%,
sedangkan pada nukleus raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus
8
ganglia basalis antara 32 % - 87 %. Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber
utama neurotransmiter. Terlibatnya struktur ini mengakibatkan berkurangnya
dopamin di nukleus kaudatus (berkurang sampai 75%), putamen (berkurang
sampai 90%), hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43%
di lokus sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior.
Serotonin berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus
frontalis dan 30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga
terjadi pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin,
substansi P dan bombesin.
Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan
neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem
transmiter yang terlibat ini menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan
respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam
proses reward dan reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa
abnormalitas sistem neurotransmiter pada penyakit Parkinson akan mengurangi
keefektifan mekanisme reward dan menyebabkan anhedonia, kehilangan motivasi
dan apatis. Sedang Taylor menekankan pentingnya peranan sistem
dopamin forebrain dalam fungsi-fungsi tingkah laku terhadap pengharapan dan
antisipasi. Sistem ini berperan dalam motivasi dan dorongan untuk berbuat,
sehingga disfungsi ini akan mengakibatkan ketergantungan yang berlebihan
terhadap lingkungan dengan berkurangnya keinginan melakukan aktivitas,
menurunnya perasaan kemampuan untuk mengontrol diri. Berkurangnya perasaan
kemampuan untuk mengontrol diri sendiri dapat bermanifestasi sebagai perasaan
tidak berguna dan kehilangan harga diri. Ketergantungan terhadap lingkungan dan
ketidakmampuan melakukan aktivitas akan menimbulkan perasaan tidak berdaya
dan putus asa. Sistem serotonergik berperan dalam regulasi suasana perasaan,
regulasi bangun tidur, aktivitas agresi dan seksual. Disfungsi sistem ini akan
menyebabkan gangguan pola tidur, kehilangan nafsu makan, berkurangnya libido,
dan menurunnya kemampuan konsentrasi. Penggabungan disfungsi semua unsur
yang tersebut di atas merupakan gambaran dari sindrom klasik depresi.
9
Diagram Patofisiologi Depresi pada Penyakit Parkinson
Kehilangan neuron batang otakakibat penyakit ParkinsonDeplesi biokimiawi
korteks dan ganglia basalisPenurunan reward mediation, ketergantungan
terhadap lingkungan, dan respons terhadap stres yang tidak adekuatApatis, rasa
tidak berharga, rasa tidak berguna tidak ada harapan, putus asa
Gambar. Dopamin pathway in the brain.
(National Institute of Neurogycal Disorders and Stroke, 2004)
Neuro Farmakologi Molekular dari GB
Ada 3 jenis neurotranslitter (NT) utama terdapat di GB, yaitu dopamine
(DA), Acetyl Cholin (Ach) dan asam amino (Glutamat dan GABA).
1. Dopamin (DA)
Saraf DA pada striatum berasal dari pars kompakta substansia
nigra, terutama yang ke putamen dan inti caudal, saraf ini bersinaps
terutama di bagian tengah striatum yang memberi modifikasi dan
respon terhadap rangsangan yang berasal dari korteks dan thalamus.
10
Reseptor (R) DA terdiri atas 5 jenis, yaitu R-DA satu (disingkat D1),
D2, D3, D4, dan D5. Dari sifat yang dikandungnya D3, D4 dan D2
adalah identik, sedangkan D5 identik dengan D1. Oleh karena itu
banyak diteliti adalah D1 dan D2 yang memang mempunyai perbedaan
tegas dari anatomi, farmakologi dan biokimiawinya. D1 berkaitan
dengan adenyl cyclose dan D2 bertentangan atau tidak terkait dengan
itu. Selain dari pada itu. D2 bersangkutan dengan fungsi motoris dan
kelainan motoris akibat obat amfetamin, apomorfin dan neuroleptika.
D1 belum banyak diungkapkan oleh karenahanya sedikit obat yang
spesifik bekerja pada R-D1 (antara lain SKF 38393) danporsinya
dalamneuron DA-ergik sekitar berhubungan dengan fungsi limbic dan
diduga bersangkutan dengan titik tangkap obat clozapin, suatu
neuroleptika yang bebas dari gangguan ekstrapiramidal sebagai efek
samping (Joeesef, 1997).
Pemberian bahan agonis D1 akan meningkatkan neuron
nigrostriatum, sama dengan pemberian agonist D2. Jadi peran D1
adalah eksitasi sedangkan D2 adalah inhibisi pada neuron
nigrostriatum (Joeesef, 1997).
2. Acetylcholin (ACh)
Neuron Ach striatum berasal dari sel interneuron yang berperan
dalam motor learning. Selain dari pada itu, Ach dari sisi farmakologis
berperan mengatur pelepasan NT baik untuk dirinya sendiri (lewat
autoreceptor) maupun NT DA, Glu dan GABA lewat heteroreceptor.
Reseptor muscarinic acetyl choline (Rm Ach) diduga berkaitan dengan
fungsi motoris dan kelainannnya, oleh karena itu terdapat biperiden
dan trihexy phenidil RM-Ach terdiri dari 5 subtipe, yaitu M1, M2, M3,
M4, dan M5. Obat antiparkinson dari kelompok ini bekerja R-M1 dan
M4. Reseptor M1 , M3 dan M5 bekerjanya lewat phospatidil inosital,
sedangkan M2 dan M4 berkaitan dengan cyclic AMP.
11
Selain R muscarinik, terdapat juga R nikotinik yang tidak berkaitan
dengan fungsi motoris dankeduanya mempengaruhi pelepasan NT
lewat mekaisme pra sinaps. Pengaruh RmAch prasinaps, adalah
menghambat pelepasan NT, sedangkan R nikotinik preasinaps akan
meningkatkan pelepasan NT. R-mACh terdapat di striatum, inti
pedunculus pontis, substansia nigra pars compacta, thalamus dan dan
korteks (Joeesef, 1997).
3. Glutamat (Glu)
Striatum sebagai pintu masuk ke GB menerima saraf aferen
gkutaminergik yang berasaldari berbagai bagian korteks dan thakamus.
Saraf glutaminergiknya dari korteks juga menuju substansia nigra, inti
subtalamik, globus palidus interna dan eksterna namun terbanyak
menuju stratum (Joeesef, 1997)
2.4 Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi
harus diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang
etiologi, prognosis dan penatalaksanaannya.
a. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi
penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis
ini.
b. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain :
tuberkulosis, sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya
golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya perdarahan
serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark
lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
12
c. Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari
gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson
(degenerasi hepato-lentikularis), hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-
drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal(parkinsonismus juvenilis). (FK
UNS, 2004).
2.5.Gejala Klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik
penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
a. Gejala Motorik
1) Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam,
dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua.
Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah
tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu
diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang
disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi
metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang
logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-
ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-
ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-
tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu
emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga
terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan
(seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat
13
istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang
jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika
disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya
terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi
pada kedua belah sisi.
2) Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan
tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara
perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan
seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan
itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi
tidak halus lagi sepertibreak-dance. Gerakan yang kaku membuat
penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya
menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni
seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas
motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel
phenomenon).
3) Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian
sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi
serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada
tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju,
langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik
sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu.
Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang,
14
suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar
air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak
asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan,
lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir
menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi
muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah
seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan
ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
4) Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau
mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; danstart
hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi
sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan
depresi. 13Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta
mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah
suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
5) Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada
beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
6) Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi
cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada,
bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
7) Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita
suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata
yang monoton dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
15
8) Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya
dengan deficit kognitif.
9) Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ),
mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon
terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat
memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
10) Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan
diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif) .
b. Gejala non motorik
1) Disfungsi otonom
-Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
-Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
-Pengeluaran urin yang banyak
-Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku, orgasme.
2) Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
3) Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
4) Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
5) Gangguan sensasi,
- kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna,
- penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh
hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk
melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan
posisi badan
16
- berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia
atau anosmia),
Signs and Symptoms of Parkinson’s Disease
Sign/symptom LR+ LR- Description
History of tremor 1.3 to 17
0.24 to 0.60
Observed as patient rests hands in his or her lap; often described as pill-rolling in quality; must be distinguished from postural tremor (as limb is held against gravity) or kinetic tremor (occurs with movements)
Distal resting tremor as a sign
1.3 to 1.5
0.47 to 0.61
History of bradykinesia and rigidity
4.5 0.12 Difficulty with rapidly and sequentially tapping the fingers of one hand and then the other on a table top; difficulty tapping the heel rapidly; difficulty twiddling or circling the hands rapidly around each other in front of the body; reduced arm swing on affected side during ambulation
Difficulty turning over in bed
13 0.56
Difficulty opening jars 6.1 0.26Difficulty rising from a chair
1.9 to 5.2
0.39 to 0.58
Rigidity as a sign 0.53 to 2.8
0.38 to 1.6
The physician feels resistance as he or she places a finger within the patient’s antecubital fossa and repeatedly flexes and extends the patient’s arm at the elbow; resistance can be cogwheel rigidity (catching and releasing) or
17
Sign/symptom LR+ LR- Description
lead-pipe rigidity (continuously rigid); rigidity must be distinguished from spasticity, which has only increased flexor tone; rigidity also can be tested at wrist supination or pronation
Poor heel-to-toe gait 2.9 0.32 Small, shuffling steps may be observed, with difficulty initiating ambulation; patients may have a festinating gait (involuntary acceleration of gait); heel-to-toe ambulation is impaired; arms often are stationary; posture often is stooped; patients may have difficulty turning and have poor balance
History of shuffling gait 3.3 to 15
0.32 to 0.50
Loss of balance 1.6 to 6.6
0.29 to 0.35
History of micrographia 2.8 to 5.9
0.30 to 0.44
Handwriting is small and often indecipherable
LR+ = positive likelihood ratio; NPV = negative likelihood ratio.Adapted with permission from Rao G, Fisch L, Srinivasan S, D’Amico F, Okada T, Eaton C, et al. Does this patient have Parkinson’s disease? JAMA 2003;289:251.(Shoba et all, 2006)
18
2.6 Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada setiap kunjungan penderita :
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik.
2. Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan
diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor
dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
3. Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh
menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran
konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan
untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.
(Damlo, 2007)
19
Gambar. Manajemen dan Diagnosis Parkinson
(Shoba et all, 2006)
20
2.7 Pemeriksaan penunjang
-EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
-CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo).
2.8 Pemilihan Terapi Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi
untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi
gejala yang timbul.
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-
obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan
atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk
memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini
dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan,
terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-
hari.
21
22
a. Terapi Obat-obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
1. Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.
2. Carbidopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak
levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada
neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa
dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron
dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek
samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi
pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa
dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum
mencapai neuron dopaminergik.
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita
penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal.
Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya &
mengurangi efek sampingnya.
Sejak diperkenalkan akhir tahun 1960an, levodopa dianggap merupakan obat yang
paling banyak dipakai sampai saat ini. Levodopa dianggap merupakan tulang
punggung pengobatan penyakit parkinson. Berkat levodopa, seorang penderita
parkinson dapat kembali beraktivitas secara normal.
Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai
memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu,
sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa
efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya.Levodopa
melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan saraf pusat dan mengalami
perubahan ensimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat aktifitas neuron di
ganglia basal.
23
Efek samping levodopa dapat berupa:
1)Neusea, muntah, distress abdominal
2)Hipotensi postural
3)Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia
lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system
konduksi jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
4)Diskinesia.
Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau
muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap
terapi levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-offyang sangat
mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi
terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
5)Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum
darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi
levodopa.
Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia
yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon
penderita yang mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin berkurang.
Untuk menghilangkan efek samping levodopa, jadwal pemberian diatur dan
ditingkatkan dosisnya, juga dengan memberikan tambahan obat-obat yang
memiliki mekanisme kerja berbeda seperti dopamin agonis, COMT inhibitor atau
MAO-B inhibitor. Jika kombinasi obat-obatan tersebut juga tidak membantu
disini dipertimbangkan pengobatan operasi. Operasi bukan merupakan
pengobatan standar untuk penyakit parkinson juga bukan sebagai terapi pengganti
terhadap obat-obatan yang diminum.
3. COMT inhibitors
Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Untuk mengontrol fluktuasi motor
pada pasien yang menggunakan obat levodopa.Tolcapone adalah penghambat
enzim COMT, memperpanjang efek L-Dopa. Tapi karena efek samping yang
24
berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis yang sama,
entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi liver.
4. Agonis dopamin
Agonis dopamin seperti bromokriptin (Parlodel), pergolid (Permax),
pramipexol (Mirapex), ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid dianggap
cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan
merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan
reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan
peningkatan gejala Parkinson.
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami
serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis
tinggi. Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan
setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik.
5. MAO-B inhibitors
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga
berguna pada penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat
ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula
memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi
levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Yaitu untuk mengaluskan
pergerakan.
Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi
monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine
yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-
amphetamin and L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia.
Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian, yang sampai saat
ini tidak bisa diterangkan secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah
stomatitis.
25
6. Amantadine (Symmetrel)
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.
7. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar
otak, maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa
dekarboksilase. Untuk maksud ini dapat digunakan karbidopa atau benserazide
( madopar ). Dopamin dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah.
Dengan demikian lebih banyak levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah,
untuk kemudian dikonversi menjadi dopamine di otak. Efek sampingnya umunya
hampir sama dengan efek samping yang ditimbulkan oleh levodopa.
26
b. Deep Brain Stimulation (DBS)
Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan
elektroda yang memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus ke
dalam otak. Terapi ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah
tindakan minimal invasif yang dioperasikan melalui panduan komputer dengan
tingkat kerusakan minimal untuk mencangkokkan alat medis yang disebut
neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target di
dalam otak yang terlibat dalam pengendalian gerakan.
Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi
ini digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini
memberikan kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek samping,
dokter menargetkan wilayahsubthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP)
sebagai wilayah stimulasi elektris. Pilihan wilayah target tergantung pada
penilaian klinis.
DBS kini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik dengan
kemajuan pembedahan terkini kepada para pasien dengan penyakit parkinson.
DBS direkomendasikan bagi pasien dengan penyakit parkinson tahap lanjut
(stadium 3 atau 4) yang masih memberikan respon terhadap levodopa.
Pengendalian parkinson dengan terapi DBS menunjukkan keberhasilan 90%.
Berdasarkan penelitian, sebanyak 8 atau 9 dari 10 orang yang menggunakan terapi
DBS mencapai peningkatan kemampuan untuk melakukan akltivitas normal
sehari-hari.
Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar
diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami
kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada
penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan
yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.
c. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi
fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan
27
diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik
pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi
disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan
pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya.1
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat
dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan,
dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas,
memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut. 1
d. Terapi Suara
Perawatan yanG paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan
oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ).
LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa
alat elektronik yang menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency
auditory feedback (FAF) untuk meningkatkan kejernihan suara.
e. Terapi gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi
gen yang melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke
bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan
memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid
decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA).
GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-
derived neurotrophic factor) pada ganglia basal dengan menggunakan implant
kathether melalui operasi. Dengan berbagai reaksi biokimia, GDNF akan
merangsang pembentukan L-dopa.
f. Pencangkokan syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem
yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah randomized double-blind sham-placebo
28
dengan pencangkokan dopaminergik yang gagal menunjukkan peningkatan mutu
hidup untuk pasien di bawah umur.
g. Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya
levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di
mana terapi dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan
stimulasi thalamik.
h. Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen
neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids,
bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun yang
sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors (selegiline and
rasagiline), dopamine agonis, dan complek I mitochondrial fortifier coenzyme
Q10.
i. Nutrisi
Beberapa nutrient telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian
digunakan secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L-
Tyrosin yang merupakan suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70
% dalam mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting
dalam biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap
110 pasien.
THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor
koenzim dalam biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah
dibanding L-Tyrosin dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara
teori dapat mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua
29
vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan
katalase untuk menetralkan anion superoxide yang dapat merusak sel. 1
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip
dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki
struktur dan fungsi mirip dengan koenzim Q.
FDA-Approved Medications for Parkinson’s Disease
Medication Adverse effects Indications and comments
AnticholinergicsBenztropine (Cogentin), trihexyphenidyl (Artane)
Dry mouth, dry eyes, constipation, hypotension, cognitive impairment, urinary retention
Useful for symptomatic control of Parkinson’s disease (benefits are mild to moderate); associated with more adverse effects than other drugs
Carbidopa/levodopaImmediate- and sustained-release carbidopa/levodopa (Sinemet)
Nausea, somnolence, dyskinesia, hypotension, hallucinations
Levodopa is the most effective medication and remains the primary treatment for symptomatic Parkinson’s disease; no added benefit for motor complications with sustained-release versus immediate-release preparations
COMT inhibitorsEntacapone (Comtan) Diarrhea; exacerbates
levodopa adverse effects; bright orange urine
Useful for managing motor fluctuations (“wearing-off” effect) in patients taking levodopa; levodopa dose may need to be reduced if dyskinesia appears
Tolcapone (Tasmar) Diarrhea; exacerbates levodopa adverse effects; rare liver failure (liver function monitoring needed)
Dopamine agonistsBromocriptine (Parlodel)
Nausea, headache, dizziness
Useful for early and advanced disease
30
Medication Adverse effects Indications and comments
Pergolide (Permax) Somnolence; hallucinations; nausea; edema; fibrosis of cardiac valves, lung, and retroperitoneum; retroperitoneal and pulmonary fibrosis
Useful for the initial treatment of parkinsonism and as adjunct therapy in patients taking levodopa
Pramipexole (Mirapex), Ropinirole (Requip)
Nausea, sleep attacks, edema, hallucinations, hypotension
Useful for early disease and in patients with Parkinson’s disease and motor fluctuations
MAO-B inhibitorsSelegiline (Eldepryl) Nausea, insomnia, drug
interactions with other MAO inhibitors/tyramine
Useful for symptomatic control of Parkinson’s disease (benefits are mild to moderate) and as adjuvant therapy for patients with Parkinson’s disease and motor fluctuations
Rasagaline (Azilect) Weight loss, hypotension, dry mouth, drug interactions with other MAO inhibitors/tyramine
NMDA receptor inhibitorAmantadine (Symmetrel)
Nausea, hypotension, hallucinations, confusion, edema
Useful for treating akinesia, rigidity, tremor, dyskinesia
FDA = U.S. Food and Drug Administration; COMT = catechol O-methyltransferase, MAO-B = monoamine oxidase-B; NMDA = N-methyl-D-aspartate.(Shoba et all, 2006)
2.9 Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga
terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak
general, dan dapat menyebabkan kematian.
31
Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang
dapat sangat parah.
Parkinson’s Disease sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal,
tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD
pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap
akhir, PD dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan
memburuk yang dapat menyebabkan kematian.
Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih.
Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang
tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu.
Dengan treatment yang tepat, kebanyakn pasien PD dapat hidup produktif.
32
BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan
1. Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia
basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine
deficiency).
2. Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada
terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi
dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya
menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum
bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini
akan menemani sepanjang hidupnya.
3. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi
total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general,
dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap
pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi.
Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi.
Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Sobha S. Rao, M.D., Laura A. Hofmann, M.D., and Amer Shakil, M.D.,
“Parkinson’s Disease: Diagnosis and Treatment”,http://www.aafp.org/afp/
20061215/2046.html, 15 Desember 2006.
2. SMF Ilmu Penyakit Syaraf FK UNS. 2008. Parkinson. Solo;FK UNS.
3. National Institute of Neurogycal Disorders and Stroke. 2004. Parkinson’s
Disease. National Institute of Health.
4. Damlo, S. 2007. AAN Releases Recommendations on Treatment of
Parkinson's Disease. Am Fam Physician Mar 15:75(6):922-924.
5. Joessef. Majalah Aksona: Farmakologi Terapi Penyakit Parkinson. 1997. Lab
Ilmu Penyakit Saraf RS.dr.Soetomo.Surabaya.
34