Upload
novy-ayunita-santoso
View
147
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
SERTA PENANGANANNYA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lebih dari separuh kematian karena trauma kepala disebabkan oleh hipertensi
intrakranial. Kenaikan tekanan intrakranial (TIK) dihubungkan dengan penurunan
tekanan perfusi dan aliran darah serebral (CBF) dibawah tingkat kritis (60 mmHg) dapat
berakibat kerusakan otak iskemik.
Pengendalian TIK yang berhasil mampu meningkatkan outcome yang
signifikan. Telah dikembangkan pemantauan TIK tapi belum ditemukan metode yang
lebih akurat dan non invasive. Pemantauan TIK yang berkesinambungan bisa
menunjukkan indikasi yang tepat untuk mulai terapi dan mengefektifkan terapi, serta
menentukan prognosis.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tekanan intrakranial adalah tekanan yang dihasilkan dari komponen otak, cairan
serebrospinal (CSF), dan suplai pembuluh darah dalam ruang intrakranial. Tekanan
intrakranial dapat dinyatakan dalam satuan sentimeter H2O (cmH2O) atau milimeter air
raksa (mmHg) dan normalnya tekanan intrakranial berada pada kisaran 10 – 15 mmHg
pada orang dewasa, 5 – 20 mmHg pada anak-anak. Peningkatan tekanan intrakranial
melebihi ambang yang telah disebutkan di atas disebut tekanan tinggi intrakranial
(TTIK atau increased intracranial pressure-ICP) dan dapat meningkatkan risiko
kematian. Anak-anak lebih dapat mentoleransi peningkatan tekanan intrakranial untuk
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan orang dewasa. Peningkatan tekanan
intrakranial dapat disebabkan oleh trauma kepala (hematom intrakranial atau edema
serebri), hidrosefalus, herniasi otak, dan iskemia otak).
2.2 Etiologi Tekanan Tinggi Intrakranial
Penyebab tekanan tinggi intrakranial dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme
terjadinya:
- Adanya massa seperti tumor otak, infark otak dengan edema, kontusio, hematom
subdural atau epidural, dan abses.
- Pembengkakan seluruh otak, terjadi pada stadium iskemia-anoksia, gagal hepar
akut, hipertensi ensefalopati, pseudomotor serebri, hiperkarbia, dan sindrom
Reye hepatoserebral. Kondisi-kondisi tersebut mengakibatkan penurunan
tekanan perfusi serebral.
- Peningkatan tekanan vena, yang dapat disebabkan oleh trombosis sinus venosus,
gagal jantung, atau obstruksi vena jugular/mediastinum.
- Obstruksi aliran atau gangguan absorpsi CSF, seperti pada hidrosefalus,
penyakit-penyakit meningen, atau obtruksi pada konveksitas serebral dan sinus
sagital superior.
- Peningkatan produksi CSF, dapat terjadi pada meningitis, perdarahan
subarachnoid, atau tumor pleksus koroid.
2.3 Fisiologi Tekanan Intrakranial
Tekanan Intrakranial menuju pada tekanan cairan serebrospinal (CSF) di dalam
rongga kranium. Selama CSF mengalir dalam sumbu kraniospinal, dan tidak tersumbat
maka tekanan CSF selalu konstan.
Variasi TIK tergantung pada:
1. Diameter CSF
2. Sirkulasi serebral
3. Abnormalitas intrakranial
Sirkulasi Serebral
Otak mendapat 15 % curah jantung
Aliran darah serebral secara global : volume darah per menit per 100 gram
jaringan otak.
Kety dan Schmidt : CBF 53 ml/menit/100 gr otak pada individu muda normal
Obrist : CBF 74,5 ml/menit/100 gr otak
Gray matter 24,8 ml/menit/100 gr otak.
Volume darah serebral sebesar 2 % dari volume intrakranial (teknik beku pada
hewan)
Volume darah serebral 7% dari volume intrakranial (invivo pada manusia)
Jika taksiran ini benar, pengembangan massa di kepala bisa mencapai ukuran sedang
tanpa meningkatkan TIK dengan menggeser darah dari rongga kepala. Sirkulasi serebral
dan TIK menunjukkan efek yang bertolak belakang.
TIK meningkat mengakibatkan vasospasme dan penurunan CBF. Bila TIK
mendekati MAP maka sirkulasi serebral berhenti.
Vasodilatasi serebral menyebabkan volume darah serebral meningkat sehingga TIK
meningkat.
Vasodilatasi :
- Fisiologis
- Patologis
Pembuluh darah serebral mengembang sebagai respon terhadap hiperaktifitas fisiologis
dalam otak.
Vasodilatasi ini bersifat fokal dan tidak berarti terhadap CBV.
Relaksasi lebih luas terjadi pada hiperkapnea.
CO2 menurunkan resistensi vaskular sehingga CBV meningkat.
Pada PCO2 30-60 mmHg bebas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
autoregulasi.
Perubahan 1 mmHg dari PaCO2 sekitar 2,5% perubahan pada aliran darah
serebral (CBF).
PaCO2 tidak lagi mempengaruhi CBF saat mencapai 80 mmHg atau < 15
mmHg.
Selama hipotensi sistemik yang parah
Saat autoregulasi menghilang maka efek CO2 menurun atau menghilang
Kenaikan PCO2 5-7% akan menaikkan CBF 75% (peningkatan tekanan arteri
sistemik yang disebabkan oleh vasokonstriksi perifer). Reaksi pembuluh darah perifer
paradoks terhadap hiperkapnea, terjadi karena pelepasan katekolamin dalam jumlah
besar ke dalam darah.
Hipokapnea akibat hiperventilasi aktif atau pasif akan menurunkan CBF sepertiga nilai
dasar (efek ini bebas dari pH arteri). Penurunan CBF ini akan menghilangkan CBV dan
TIK. Penurunan TIK tidak sampai semenit setelah hiperventilasi buatan. Jika
hiperventilasi dipertahankan dalam jangka panjang TIK pelan-pelan akan meningkat
walaupun tetap lebih rendah (butuh waktu 2 – 5 jam).
Hipokapnea (< 20 mmHg) tidak berarti secara klinis, karena dihubungkan
dengan hipoksia jaringan (saat kurva disosiasi bergeser ke kiri). Hipoksia yang berat
akan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan CBF. Hiperkapnea disertai hipoksia
yang parah akan melumpuhkan pembuluh darah dan berakibat hilangnya autoregulasi
(CBV meningkat dan peningkatan TIK).
2.4 Fisiologi Cairan Serebrospinal
Sebagian besar CSF diproduksi oleh pleksus choroidalis dari ventrikulus
lateralis, sisanya dihasilkan oleh jaringan otak dan dialirkan langsung ke rongga sub
arachnoid lalu diabsorpsi melalui vili arachnoid menuju sagitalis.
Pengikatan atau penghilangan pleksus choroidalis akan menurunkan CSF 60%.
Produksi CSF 0,3 – 0,5 cc/menit (450-500 cc/hari). Karena hanya ada volume 150cc
CSF di otak dewasa, jadi ada 3 kali penggantian CSF selama sehari. Produksi CSF
bersifat konstan dan tidak tergantung tekanan.
Variasi pada TIK tidak mempengaruhi laju produksi CSF. Absorpsi CSF secara
langsung dipengaruhi oleh kenaikan TIK. Tempat utama penyerapan CSF pada vili
arachnoidalis (merupakan suatu katub yang diatur oleh tekanan). Bila fungsi katub rusak
atau jika tekanan sinus vena meningkat, maka absorpsi CSF menurun, maka terjadilah
peningkatan CSF. Obstruksi terutama terjadi di aquaductus Sylvii dan cisterna basalis.
Jika aliran CSF tersumbat maka akan terjadi hidrocephalus tipe obstruktif.
2.5 Respon tekanan atau volume.
Tengkorak merupakan kotak kaku yang membatasi pergerakan bebas maupun
pengembangan otak.
Isi tengkorak :
1. Otak.
2. CSF : cairan serebrospinal Total Volume bersifat konstan
3. Darah.
Jika salah satu komponen meningkat maka terjadi penurunan komponen lain
(Hukum Monroe-Kelly). Diantara ketiga komponen, hanya otak yang volumenya
konstan, sehingga yang bisa bergeser adalah CSF dan darah. Bila massa otak meningkat
maka mula-mula CSF dan darah keluar dari rongga tengkorak, lalu apabila massa otak
semakin meningkat akan terjadi mekanisme kompensasi tidak efektif sehingga
menyebabkan TIK meningkat.
Peningkatan volume intrakranial yang menyebabkan peningkatan tekanan sampai
dengan nilai kritis tercapai. Setelah itu sedikit saja penambahan volume akan
meningkatkan tekanan.
Volume tambahan dalam rongga otak akan dikompensasi dengan menggeser CSF ke
kantung duralspinalis (70%) dan penurunan vena serebralis (30%). Pada obstruksi
foramen magnum tidak ada peran duralspinalis sehingga mekanisme kompensasi
menurun. Compliance (ΔV/ ΔP) bersifat pressure dependent.
2.6 Patofisiologi
Struktur otak, tulang kranium, dan duramater yang inelastik membentuk suatu
kontainer yang kaku (rigid container), sehingga bila terjadi peningkatan tekanan pada
komponen isi kontainer tersebut (otak, darah, atau cairan serebrospinal) akan
meningkatkan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan pada salah satu komponen
akan mempengaruhi kedua komponen lainnya, hal ini dikenal sebagai doktrin Monro-
Kellie. Peningkatan ringan dari volume cairan otak tidak langsung menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial karena terdapat mekanisme kompensasi sirkulasi
cairan serebrospinal yang akan mengalirkan kelebihan volume cairan otak melalui
kanalis spinalis (spinal canal). Ambang nilai tekanan yang dapat ditoleransi oleh
mekanisme ini adalah 25 mmHg.
Salah satu bahaya peningkatan tekanan intrakranial adalah iskemia otak akibat
penurunan tekanan perfusi serebral (CCP). CCP(cerebral perfusion pressure) adalah
selisih antara ICP dengan tekanan arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) pada
pembuluh darah serebral. CCP menunjukkan jumlah volume darah yang dapat diraih
oleh otak.
ICP = MAP – CCP (10-15mmHg) (80-85mmHg) (70mmHg)
Apabila tekanan intrakranial mencapai level tekanan sistemik rata-rata maka akan
sangat sulit untuk mengalirkan darah ke dalam ruang intrakranial. Respon tubuh untuk
menurunkan CCP adalah dengan meningkatkan tekanan darah dan dilatasi pembuluh
darah otak sehingga mengakibatkan peningkatan volume darah otak dan kemudian
meningkatkan tekanan intrakranial. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan aliran
dan perfusi serebral, bahkan dapat menyebabkan iskemia dan infark otak. Peningkatan
tekanan darah juga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial yang pada akhirnya
dapat mencetuskan peningkatan tekanan intrakranial.
Peningkatan tekanan intrakranial pada salah satu ruang otak (one-side-
occupying-process) seperti hematom dapat menyebabkan pergeseran garis tengah
(midline shift). Midline shift dapat menekan ventrikel sehingga mempengaruhi sirkulasi
CSF. Akibat lain yang ditimbulkan oleh midline shift dan space-occupying-process
adalah herniasi otak (biasanya terjadi herniasi uncal atau cerebellar). Apabila sampai
terjadi penekanan pada batang otak, sistem respirasi dapat terganggu dan dapat
berakibat fatal.
2.7 Metode pemantauan TIK
Ada 3 kelompok metode pengukuran TIK:
1. Epidural (EDP)
2. Subdural
3. Intraventrikuler.
Pengukuran Epidural (EDP)
Penanaman sensor tekanan atau penempatan transducer langsung di atas
permukaan dura.
Pemantauan tekanan subdural
Memasang stopcock yang diisi saline pada rongga subdural melalui lubang pada
kranium. Stopcock ini dihubungkan dengan tranducer melalui pipa intravena
berisis saline.
pemantauan tekanan ventrikuler.
Penggunaan ventrikulostomi untuk mengeluarkan cairan CSF untuk studi
diagnostik merupakan prosedur neurosurgical yang lama yang paling dapat
dipercaya untuk mengukur TIK.
Kesuksesan dengan ventricular catheter meningkat bila menggunakan CT Scan
untuk mengetahui lokasi dan ukuran dari ventricular.
Jika ventrikulus lateralis menyempit dan tidak terlihat dengan CT Scan sehingga
teknik subdural lebih praktis.
Ventrikulus yang dipilih untuk pemasangan kateterisasi pada sisi kontralateral
hemisfer yang terlihat.
Kateterisasi ventrikulus memungkinkan untuk
1. Mengukur komplians serebralis.
2. Laju produksi CSF dan tahanan aliran dengan cara menyuntikkan /
menyedot sejumlah kecil cairan.
2.8 Tanda dan Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Gejala yang umum terdapat pada kondisi ini adalah sakit kepala, mual, muntah,
kelumpuhan okular, gangguan kesadaran, dan papiledema. Papiledema dapat
menyebabkan gangguan penglihatan, atrofi optik, bahkan kebutaan.
Pergeseran jaringan otak dapat menyebabkan dilatasi pupil, kelumpuhan nervus
abdusen (N. VI), dan triad Cushing (peningkatan tekanan darah sistolik, bradikardi, dan
pola respirasi yang abnormal). Pada anak-anak, irama pernafasan yang melambat dapat
mengarah pada gejala peningkatan tekanan intrakranial.
Respirasi yang iregular dapat terjadi apabila terdapat penekanan pusat
pernafasan. Respirasi Cheyne-Stokes terjadi apabila terdapat penekanan pada hemisfer
serebral atau diensefalon. Hiperventilasi terjadi apabila terdapat kerusakan batang otak
atau tegmentum.
Kesadaran pasien dapat dipertahankan pada ambang tekanan 25 – 40 mmHg
dengan tekanan darah yang normal dan tanpa pergeseran jaringan. Kesadaran pasien
akan terganggu apabila tekanan intrakranial melebihi 40 – 50 mmHg dan terdapat
penurunan CPP. Peningkatan tekanan intrakranial lebih jauh lagi dapat menyebabkan
infark dan kematian otak.
Pada bayi dan anak-anak terdapat sedikit perbedaan toleransi peningkatan
tekanan intrakranial dibandingkan dengan orang dewasa karena pada bayi dan anak-
anak sutura kranial belum menutup. Peningkatan tekanan intrakranial yang sangat tinggi
pada bayi akan mengakibatkan penonjolan (bulging) fontanel.
2.9 Manajemen Tekanan Tinggi Intrakranial
Penderita tekanan tinggi intrakranial harus mendapat sirkulasi, pernafasan, dan
oksigenasi yang adekuat. Keadaan oksigen yang inadekuat dan CO2 yang berlebih akan
menyebabkan pembuluh darah otak berdilatasi sehingga meningkatkan tekanan
intrakranial. Oksigenasi inadekuat juga mengakibatkan sel otak akan mengalami
metabolisme anaerob yang menghasilkan laktat dan dapat menurunkan pH, sehingga
pembuluh darah darah otak juga berdilatasi.
Penderita tekanan tinggi intrakranial yang disertai dengan hipertensi tanpa
cedera kepala diberikan terapi antihipertensi seperti obat-obat calcium channel blockers
untuk menurunkan MAP apabila penurunan aliran darah ke otak diperlukan. Obat-obat
penghilang nyeri dapat digunakan untuk menurunkan agitasi dan kebutuhan metabolik
otak namun harus berhati-hati terhadap beberapa obat penghilang nyeri yang
menimbulkan efek samping lain. Pemberian obat-obat untuk menurunkan tekanan
intrakranial pada anak tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kelumpuhan.
Perawatan penderita tekanan tinggi intrakranial di ruang perawatan bedah saraf
intensif (NCCU) dapat menggunakan tranduser atau lumbar puncture untuk
mengukur/mengevaluasi tekanan intrakranial. Insersi kateter ke dalam ventrikel
keempat otak dapat digunakan untuk mengalirkan CSF dan menurunkan tekanan
intrakranial.
Kraniotomi evakuasi dilakukan untuk mengeluarkan hematom intrakranial atau
menurunkan tekanan pada salah satu bagian otak.
Penanganan yang cukup drastis untuk mencegah herniasi otak adalah dengan
kraniektomi dan perluasan duramater, sehingga edema otak tidak akan menyebabkan
kerusakan otak atau herniasi otak.
DAFTAR PUSTAKA