38
REFERAT TUMOR PAYUDARA Oleh: Wulan Dita Pratiwi Sam 1102009304 Pembimbing: Dr. Dem Hutabarat Sp.B KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI

Referat Tumor Payudara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Tumor Payudara

REFERAT

TUMOR PAYUDARA

Oleh:

Wulan Dita Pratiwi Sam

1102009304

Pembimbing:

Dr. Dem Hutabarat Sp.B

KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

2014

Page 2: Referat Tumor Payudara

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan referat yang

berjudul “TUMOR PAYUDARA”.

Adapun referat ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta yang dilaksanakan di

RSUD Kabupaten Bekasi.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Dem Hutabarat, SpB yang

telah membimbing dalam penyelesaian referat ini serta pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan referat ini.

Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan referat ini saya mohon

kritik dan saran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap

referat ini bermanfaat bagi pembacanya.

Kab. Bekasi , Januari 2014

Penyusun

1

Page 3: Referat Tumor Payudara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................

BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................

II.1 Definisi ………………………………………………………........

II.2.a Anatomi dan Fisiologi Payudara ……………………….................

II.2.b Vaskularisasi dan Persyarafan Payudara…………………….........

II.2.c Fisiologi ..............……………………………………………..…...

II.3 Jenis–jenis Tumor Payudara …………………………………..…..

II.4 Diagnosis…………………………………………………..............

BAB III. KESIMPULAN ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

2

Page 4: Referat Tumor Payudara

BAB I

PENDAHULUAN

Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir

40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae

mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna

karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada

wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara

adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound

, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi payudara dapat membantu

dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien. Mayoritas

dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker,

maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,

kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari

jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena

pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh

karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk

mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan

invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang

sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan dikatakan bahwa

penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae

dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus

manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering

timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab

tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.

3

Page 5: Referat Tumor Payudara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau

pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.

Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).⁽²⁾

Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel

abnormal yang dapat terjadi pada payudara. ⁽²⁾

2.2.a. ANATOMI DAN FISIOLOGI

a. Gambaran umum (1,2)

Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan

terdapat dalam fascia superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria

memiliki sepasang mamma, namun pada pria glandula mamma tersebut tidak

berkembang dan mengalami rudimenter.

4

Page 6: Referat Tumor Payudara

Mammae terletak di

bagian anterior dan termasuk

bagian dari lateral thoraks.

Kelenjar susu yang bentuknya

bulat ini terletak di fasia

pektoralis. Mammae melebar ke

arah superior dari iga dua, inferior

dari kartilago kosta enam dan

medial dari sternum serta lateral

linea midaksilanis. Pada bagian

mammae yang paling menonjol

terdapat sebuah papilla,

dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer

lines pada kompleks nipple(papilla)-areola yang melebar ke luar secara

sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli

bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae. Pada bagian lateral

atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut

penonjolan Spence atau ekor payudara.

Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri

dari bebrapa lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang

disebut ductus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara

kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak yang disebut ruang

retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum

suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.

Struktur payudara terdiri atas:

- Parenkim epithelial

- Lemak, pembuluh darah, syaraf dan saluran getah bening

- Otot dan fasia

5

Page 7: Referat Tumor Payudara

2.2.b. VASKULARISASI DAN PERSYARAFAN

1. Arteri

Payudara mendapat perdarahan dari:

a. Rami intercostales arterioles dari anteria thoracica interna, yaitu salah

satu cabang dari arteri subclavia

b. Arteri thoracica lateralis (a. mamania ekstema) dan arteri

thoracoacromialis, yaitu cabang dari arteri axillanis

c. Arteri intercostales posterior, cabang pars thoracica aortae dalam spatial

intercostales I, II. dan IV

2. Vena

Pada payudara terdapat tiga grup vena:

a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria intema

b. Cabang-cabang v. aksilaris

c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis

3. Limfe

Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam

metastase sel kanker.

a. Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke

kelompok pectoral, tetapi ada juga yang disalurkan ke kelompok apical,

subskapular, lateral, dan sentral.

Terdapat enam grup kelenjar getah bening axilla:

6

Page 8: Referat Tumor Payudara

1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah

tepi lateral m. pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.

2. Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa

subskapularis dan thorakodorsalis, mulai dari percabangan v.

aksilaris menjadi v. subskapularis sampai ke tempat masuknya

v. thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus dorsi.

3. Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam

jaringan lemak di pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif

mudah diraba dan merupakan kelenjar getah bening yang

terbesar dan terbanyak.

4. Kelenlar getah bening interpectoral (Rotter’s node), terletak

diantara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami

pektoralis v. thorakoakromialis.

7

Page 9: Referat Tumor Payudara

5. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v.

aksilaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. lattisimus

dorsi sampai ke medial dan percabangan v. aksilanis — v.

thorako-akromalis.

6. Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial

percabangan v. aksilanis — v. thorako-akromialis sampai

dimana v. aksilanis menghilang dibawah tendon m. subklavius.

Kelenjar ini merupakan kelenjar axial yang tertinggi dan

termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dan

kelenjar-kelenjar getah bening aksila masuk ke dalam

kelenjar ini.

b. Sisanya disalurkan ke nodi limphoidei infraclaviculares,

supraclaviculares, dan parasternales.

c. Persyarafan (3)

Persarafan kulit mammae diurus oleh cabang pleksus servikalis

dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri dipersarafi

oleh saraf simpatik.

Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan

penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni nervus

interkostobrakialis, nervus kutaneus brakialis medialis yang mengurus

sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi

aksila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa

pada daerah tersebut. 4 syaraf nervus pektoralis yang menginervasi

muskulus pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis yang

menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus torakalis longus

yang menginervasi muskulus serratus anterior sedapat mungkin

dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.

8

Page 10: Referat Tumor Payudara

2.2.c. FISIOLOGI

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon.

Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesterone

memulai perkembangan lobules-lobulus payudara juga deferensiasi sd epitel.

Prolaktin merangsang laktogenesis.

1. Pubertas terjadi pembesaran payudara yang diakibatkan karena bertambahnya

jaringan kelenjar dan deposit jaringan lemak.

2. Siklus menstruasi pada fase premestruasi akan terjadi pembesaran vascular

dan pembesaran kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada fase

pasca menstruasi.

3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara

kolostrum sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi susu dimulai

sebagai respon terhadap rangsang penghisapan dan bayi (sucking refleks).

4. Monopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan

2.3. JENIS-JENIS TUMOR JINAK PAYUDARA

9

Page 11: Referat Tumor Payudara

A. Fibroadenoma Mammae

Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah

menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar

mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi

pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Pada masa adolesens, fibroadenoma

tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama

kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan estrogen

meningkat. Nodul Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan

diameter 1 hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya

melebihi 10 cm (giantfibroadenoma).

INSIDENS : Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat

pada wanita muda berusia 15-25 tahun. fibroadenoma terjadi secara asimptomatik

pada 25% wanita.

ETIOPATOGENESIS : Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti

tetapi dikatakan bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap

menjadi penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal

termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor

genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-

degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya

10

Page 12: Referat Tumor Payudara

penyakit ini. Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus

hiperplastik dari mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan

normal dan involusi”. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25

tahun), waktu dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada

mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap

merupakan bagian dari perkembangan mammae.

GAMBARAN KLINIS : Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan

pada payudara ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan

berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar

(giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus.

Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile

(dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun

retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak

melekat pada jaringan sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-

kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada

kuadran lateral superior dari mammae. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun

kadang nyeri jika ditekan.

DIAGNOSIS : Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun

dianjurkan juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA)

sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa

ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu,

mammografi tidak rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa

melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang

lebih besar (core needle biopsi).

11

Page 13: Referat Tumor Payudara

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Menunjukkan stroma fibroblastik longgar

yang terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri

dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan

lapisan sel tunggal atau multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran

basalis yang intak

PENATALAKSANAAN : Pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah

pengaruh anestesi lokal atau general. Fibroadenoma residif setelah pengangkatan

jarang terjadi. Sekiranya berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga

berpengaruh. Pertama, pembentukan dari trulymetachronous fibroadenoma.

Kedua, asal dari tumor tidak diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan

mungkin karena presentasi dari tumor phyllodes yang tidak terdiagnosa

B. Kista Mammae

Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista

terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil

untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae

dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila jaringan

tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk

12

Page 14: Referat Tumor Payudara

makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat

mencapai 1 sampai 2 inchi.

INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia

antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal

antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas

usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.

ETIOPATOGENESIS : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae

merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama

terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun terdapat bukti yang

mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibat penggunaan

terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista mammae ini masih belum jelas.

Penelitian awal menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus

atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang

akan bergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena

adanya obstruksi dari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan

stroma.

13

Page 15: Referat Tumor Payudara

GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba

kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobile namun tidak seperti

fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak

pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang

meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa

dipalpasi. Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan

payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan

terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada kista.

DIAGNOSIS : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan klinis

dan aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml.

Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam,

kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi

dan ultrasonografi juga membantu dalam penegakkan diagnosis

tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.

PENATALAKSANAAN : Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae.

Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai.

Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa

dideteksi dengan mammografi. Walau bagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa

tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi

menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara

keseluruhan setelah diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi

darah. Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan

eksisi direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista.

Indikasi pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah ( selagi

tidak disebabkan oleh trauma dari jarum ), kemungkinan terjadinya intrakistik

karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari

14

Page 16: Referat Tumor Payudara

kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu

diberikan sebelum dilakukan eksisi.

C. Papilloma Intraduktus

Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus

mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor

ini bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung

dari sistem duktus yakni sinus lactiferous dan duktus terminalis.

INSIDENS : Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita

paramenopausal atau postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke

enam.

ETIOPATOGENESIS : Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum

jelas. Dari kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan

proliferasi dari epitel fibrokistik yang hiperplasia.

GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe

soliter. Papilloma Intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan

hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan

bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area

subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis.

Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.

GAMBARAN HISTOLOGI : Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla

multipel yang masing-masing terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi sel epitel

kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan terluar epitel

menutupi lapisan mioepitel.

PENATALAKSANAAN : Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan

papilloma serta nipple discharge dapat menghilang secara spontan dalam waktu

beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi lokal duktus yang terkait

15

Page 17: Referat Tumor Payudara

bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah pilihan sebagai

penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal

dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait

dengan nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal

mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearah

maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.

D. Kelainan Fibrokistik

Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah

benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini

harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada payudara adalah

kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.

INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-

50 tahun (>50%).

GAMBARAN KLINIS : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya

multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat

penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama

periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap

bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik

berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya

payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum

menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai.

Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.

Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.

DIAGNOSIS : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,

mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan

16

Page 18: Referat Tumor Payudara

kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada

kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.

Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan

seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan

fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di

bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan

pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi

berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,

sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila

cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,

maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

PENATALAKSANAAN : Medikamentosa simptomatis, operasi apabila

medikamentosa tidak menghilangkan keluhannya dan ditemukan pada usia

pertengahan sampai usia lanjut.

E. Tumor Filoides (Kistosarkoma filoides)

Tumor filodes atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor

fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan

komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini

jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai

benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,

meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena

pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak

yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%).

Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.

17

Page 19: Referat Tumor Payudara

INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45

tahun.

GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor

payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan,

jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan

berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari

fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan

biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan

FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,

mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.

PENATALAKSANAAN : Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan

pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar

yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif

mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara).

Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan

patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari

seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.

F. Adenosis Sklerosis

Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan

fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup

kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus

saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini

kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis

dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.

18

Page 20: Referat Tumor Payudara

Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis

agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun

merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.

GAMBARAN KLINIS : Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas

sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker

melalui pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa proliferasi

(proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel). Adenosis

sklerosis dengan karakteristik lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya

muncul pada mikrokista multipel, tetapi biasanya muncul berupa massa yang

dapat terpalpasi. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan

kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis.

PENATALAKSANAAN : Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat

menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui

pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.

G. Galaktokel

Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang

hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus

yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi

benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang

dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti

kanker.

GAMBARAN KLINIS : Biasanya galaktokel tampak rata, Kista menimbulkan

benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal

serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Benjolan dapat

digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan

19

Page 21: Referat Tumor Payudara

DIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi,

dimana akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.

PENATALAKSANAAN : Penatalaksanaan galaktokel dilakukan dengan aspirasi

jarum halus untuk mengeluarkan sekret susu. Pembedahan dilakukan jika kista

terlalu kental dan sulit di aspirasi

H. Mastitis

Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang

menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit

sekitar puting.

ETIOPATOGENESIS : Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan

memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi

tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi

melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan

pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah.

GAMBARAN KLINIS : Pada mastitis menyebabkan payudara menjadi merah,

nyeri, dan terasa hangat saat perabaan. Terkadang sukar dibedakan dengan

karsinoma, yaitu adanya massa berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan

20

Page 22: Referat Tumor Payudara

menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat

pembesaran kelenjar getah bening aksila.

PENATALAKSANAAN : Pada mastitis dengan kondisi ini diterapi dengan

antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau

kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui pembedahan.

I. Ductus Ectasia

Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran

dan pengerasan dari duktus.

INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia

sekitar 40 sampai 50 tahun dan di anggap sebagai variasi normal proses payudara

wanita usia lanjut.

GAMBARAN KLINIS : Adanya massa berupa ductus yang membesar dicirikan

dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada

puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan.

PENATALAKSANAAN : Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan

apapun, atau dapat membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air

hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang

abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.

J. Nekrosis Lemak

Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa

terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh

berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami

kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.

21

Page 23: Referat Tumor Payudara

GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak

nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak

rata.

DIAGNOSIS : Karena kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah

yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan

dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan lemak yang

kemudian menjadi fibrosis.

PENATALAKSANAAN : Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan

pembedahan eksisi

2.4 DIAGNOSIS

2.4.a Pemeriksaan Fisik

1. SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)

Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila

terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat

menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah

pada wanita muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda

agar terbiasa melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki

masa menopause) sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah

siklus menstruasinya selesai.

Cara melakukan SADARI adalah :

1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri

menghadap cermin.

2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit

payudara, dan puting yang masuk.

22

Page 24: Referat Tumor Payudara

3. Angkat lengannya lurus melewati kepala  atau lakukan gerakan bertolak

pinggang untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk

memperjelas kerutan pada kulit payudara.

4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.

5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.

6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.

2.4.b Pemeriksaan Penunjang

Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada

payudara adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah

menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Nuklear skintigrafi.

1. Mammografi

23

Page 25: Referat Tumor Payudara

Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba; jadi

sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Ketepatan 83 – 95%, tergantung

dari teknisi dan ahli radiologinya.

Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak teraba

namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau kanker

payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk skrining

rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker payudara.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan kistik.

3. Scintimammografi

Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radiosotop

Tc 99 sestamibi. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas tinggi untuk menilai

aktivitas sel kanker pada payudara. Selain itu dapat pula mendeteksi lesi multipel

dan keterlibatan KGB regional.

4. Diagnosis Pasti (3)

                Diagnosa pasti hanya dapat ditegakan dengan pemeriksaan

histopatologis. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan beberapa cara, yaitu

-          Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)

-          Needle core biopsi dengan jarum Silverman

-          Excisional biopsy dan pemeriksaan frozen section (potong beku) waktu operasi

            Pemeriksaan potong beku (frozen section) waktu operasi banyak dilakukan

di senter-senter pendidikan. Ketepatan cukup tinggi 97,65 % dengan tidak ada

false positif dan hanya 0,6 % false negatif.

24

Page 26: Referat Tumor Payudara

BAB III

KESIMPULAN

1. Tumor jinak mamma ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,

stroma, areola dan papilla mammae.

2. Hampir semua etiologi tumor jinak payudara belum secara pasti. Namun,

berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan pemicu

terjadinya tumor jinak payudara yang ada.

3. Jenis-jenis tumor jinak payudara antara lain :

a. Fibroadenoma mammae

b. Kista mammae

c. Papilloma intraduktus

d. Kelainan fibrokistik

e. Tumor filoides

f. Adenosis sklerosis

g. Galaktokel

h. Mastitis

i. Ductus ektasia

j. Nekrosis lemak

25

Page 27: Referat Tumor Payudara

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta,

EGC, 2010, hal : 475-478.

2. Pierce A.G, Neil R.B, At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta, Erlangga,

2007.

3. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,

Jakarta, Penerbit FKUI, 2010, hal : 324-326; 333-334.

4. http:// emedicine.medscape.com/article/435779-overview

5. http://www.holoogic.com/benign-breast-tumors/

26