Upload
muhammad-kemal-thoriq
View
72
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
difteri
Citation preview
Azda A. Fajri012116343
REFLEKSI KASUS
IDENTITAS PASIENNama : An. BMUsia : 5 TahunJenis Kelamin : Laki - LakiAlamat : Jangkungharjo, GroboganNama Ortu : Ny. FPekerjaan : BidanBangsal : AnggrekNo RM : 318648
ANAMNESAKeluhan Utama
demam dan sariawan pada hampir seluruh mulutRiwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu, demam naik turun, demam turun jika diberi obat penurun panas, tidak disertai kejang, tidak disertai mimisan atau gusi berdarah.Ibu Pasien mengeluh timbul sariawan yang banyak kurang lebih 2 hari setelah awitan demam, sariawan mulai muncul pertama di bibir kemudian meluas sampai ke lidah bagian belakang. Kadang ditemui adanya darah disekitar sariwan tersebut
Ibu Pasien juga mengeluh sakit pada tenggorokan, nyeri dirasakan semakin bertambah saat makan dan minum, sehingga ibu pasien mengeluh anaknya jadi susah makan dan minum. Riwayat sesak serta suara serak disangkal
Riwayat Penyakit DahuluRiwayat Demam : (+)Riwayat Kejang : (-)Riwayat Batuk Pilek : (+)Riwayat Diare : (-)
Riwayat Penyakit KeluargaKeluarga tidak ada yang memiliki
penyakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi- Kesan ekonomi cukup
Riwayat ImunisasiHepatitis B: (+) 0,2,3,4 bulanDPT+HiB : (+) 2,3,4 bulanBCG : (+) 1 bulanCampak : (+) 9 bulanPolio : (+) 0,2,3,4 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :G2P1A0 H38 minggu, lahir spontan di
bidan. Jenis kelamin laki-laki langsung menangis BB 3100g. Ibu teratur periksa kehamilan ke bidan. Riwayat sakit saat kehamilan disangkal. Minum jamu, merokok, dan minum alkohol selama hamil disangkal.
PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalisata :
Keadaan Umum : Kurang AktifKesadaran : Compos MentisTanda Vital
Nadi : 116 x/menitRespiration Rate : 36 x/menitSuhu : 37,7oC
Kepala : Bulat lonjong, simetris, kesan normalMata : Mata Cekung (-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik(-/-)Hidung : Napas cuping (-), epistaksis (-), sekret
(-)Mulut : tampak pseudomembran putih pada lidah
dan menyebar sampai ke arkus faring, membran mudah dilepas dan berdarah apabila tersentuh, bibir kering (-), sianosis (-) T2-T2 hiperemis, tidak ditemukan detritus
Leher : Pembesaran KGB submental bilateral (Keras, mobile, tidak nyeri,tidak melekat erat, 2x2x2 cm) dan submandibula bilateral (Keras, mobil, tidak melekat erat, 2x2x2 cm), Bull neck tidak ditemukan
ThoraxPulmo
Inspeksi : Retraksi costa (-)Palpasi: Tidak ada krepitasiPerkusi : Sonor seluruh lapang paruAuskultasi : Ronkhi (-/-), stridor (-/-)
CorInspeksi : Iktus cordis tidak tampakPalpasi: Iktus cordis teraba pada ICS V medial linea
midclavicula sinistraPerkusi : Konfigurasi jantung dalam batas
normalAuskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, gallop
tidak ditemukan, murmur tidak ditemukan
AbdomenInspeksi : CembungAuskultasi : Bising Usus (+)Perkusi : TimpaniPalpasi: Hepar dan lien dalam batas normal
EkstremitasAkral dingin : Superior (-/-) Inferior (-/-)Oedem Extremitas : Superior (-/-) Inferior (-/-)Cap. refill : <2 <2’
Status GiziBerat Badan : 20 KgTinggi : 107 cmZ-Score BB/TB (WHO) : 18.7 (+1 SD)
PEMERIKSAAN PENUNJANGSwab Lidah dengan pengecatan Neisser
ditemukan Kuman Batang Bergranula, positif
Darah RutinHb : 10.9 g%Leukosit : 5400/mm3
Eosinofil : 0Basofil : 0Staff : 0Segment : 42Limfosit : 41Monosit : 17
Eritrosit : 4.330.000/mm3Trombosit : 447.000/mm3Ht : 34.3%
Kesan : Limfositosis
Daftar masalahDemam 4 hariNyeri tenggorokan, susah saat makan
dan minumpseudomembran putih pada lidah dan
menyebar sampai ke arkus faring, membran mudah dilepas dan berdarah apabila tersentuh
Pembesaran KGB Submental dan Submandibula
DIAGNOSA BANDINGDifteriStomatitis AphtousMononukleosus infeksiosa
DIAGNOSIS KERJADifteri
Initial PlanningInitial Terapi
Istirahat total ditempat isolasiADS IV 80.000 IU dalam 100cc RL selama 2
jamPenisilin prokain IV 1.000.0000IU/hari selama
3 hariParacetamol IV 30ml prnPrednison PO 20mg 2x1 selama 3 mingguRL 4 tpm
Initial plan monitoring Monitoring KU dan tanda-tanda vitalMonitoring sesak nafasSwab lidah sebanyak 3 kaliEKG
Initial plan edukasiMenjelaskan kepada keluarga pasien
tentang penyakit pasien penyebab, dan penatalaksanaan
Menjelaskan prognosis tentang penyakit pasien
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa kemungkinan penyakit yang dialami pasien dapat dengan mudah menular sehingga harus dirawat dalam ruang isolasi
PROGNOSISQuo Ad Vitam : Dubia ad BonamQuo Ad Functionam : Dubia ad BonamQuo Ad Sanam : Dubia ad Bonam
KomplikasiGagal Nafas e.c. Obstruksi Jalan Nafas
dan paresis otot-otot pernafasanMiokarditisNefritisBronkopneumoniaAtelektasisParesis Otot-otot mata, muka, dan leher
PEMBAHASANDEFINISI
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh karena toxin dari bakteri dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa dan penyebarannya melalui udara. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae, dimana manusia merupakan salah satu reservoir dari bakteri ini
Etiologi Spesies Corynebacterium diphteriae adalah kuman batang gram-positif (basil aerob), tidak bergerak, pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60ºC, tahan dalam keadaan beku dan kering. Dengan pewarnaan, kuman ini bisa terlihat dalam susunan palisade, bentuk L atu V
Patogenesis Basil hidup dan berkembang biak pada traktus
respiratorius bagian atas terlebih-lebih bila terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus dan lain-lain. pada tempat ini basil membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotosin. Pseudomembran dapat timbul lokal atau kemudian menyebar dari faring atau tonsil ke laring dan seluruh traktus respiratorius bagian atas sehingga menimbulkan gejala yang lebih berat, kelenjar getah bening sekitarnya akan mengalami hiperplasi dan mengandung toksin
Eksotoksin dapat mengenai jantung dan menyebabkan miokarditis toksik atau mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul paralisis terutama otot-otot pernafasan.
Kematian terutama disebabkan oleh sumbatan membran pada laring dan mukosa membran pada laring dan trakhea, gagal jantung, gagal pernafasan atau akibat komplikasi yang sering yaitu bronkopneumonia
Manifestasi Klinis Tergantung pada berbagai faktor, maka manifestasi penyakit ini bias bervariasi dari tanpa gejala sampai suatu keadaan / penyakit yang hipertoksik serta fatal. Sebagai factor primer adalah imunitas pejamu terhadap toksin difteria, virulensi serta toksigenitas C. diphtheriae, dan lokasi penyakit secara anatomis
Difteri Saluran Pernapasan Pada uraian klasik 1400 kasus difteri dari California yang dipublikasikan pada tahun 1954, focus infeksi primer adalah tonsil atau faring pada 94%, dengan hidung dan laring dua tempat berikutnya yang paling lazim. Sesudah sekitar masa inkubasi 2-4 hari, terjadi tanda-tanda dan gejala-gejala radang lokal. Demam jarang lebih tinggi dari 39ºC
Difteri Hidung Difteria hidung pada awalnya menyerupai common cold, dengan gejala pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan. Infeksi nares anterior (lebih sering pada bayi) menyebabkan rhinitis erosif, purulen, serosanguinis dengan pembentukan membrane. Pada pemeriksaan tampak membrane putih pada daerah septum nasi. Absorbsi toksin sangat lambat dan gejala sistemik yang timbul tidak nyata sehingga diagnosis lambat dibuat
Difteri Tonsil Faring Pada difteri tonsil dan faring, nyeri tenggorok merupakan gejala awal yang umum, tetapi hanya setengah penderita menderita disfagia, serak, malaise atau nyeri kepala. Dalam 1-2 hari kemudian timbul membrane yang melekat berwarna putih kelabu, injeksi faring ringan disertai dengan pembentukan membrane tonsil unilateral atau bilateral, yang meluas secara berbeda-beda mengenai uvula, palatum molle, orofaring posterior, hipofaring dan daerah glottis. Edema jaringan lunak dibawahnya dan pembesaran limfonodi dapat menyebabkan gambaran “bull neck”.
Selanjutnya gejala tergantung dari derajat peneterasi toksin dan luas membrane. Pada kasus berat, dapat terjadi kegagalan pernafasan atau sirkulasi. Dapat terjadi paralisis palatum molle baik uni maupun bilateral, disertai kesukaran menelan dan regurgitasi. Stupor, koma, kematian bias terjadi dalam 1 minggu sampai 10 hari. Pada kasus sedang penyembuhan terjadi secara berangsur-angsur dan bias disertai penyulit miokarditis atau neuritis. Pada kasus ringan membrane akan terlepas dalam 7-10 hari dan biasanya terjadi penyembuhan sempurna
Difteri Kulit Difteri kulit berupa tukak dikulit, tepi jelas dan terdapat membrane pada dasarnya, kelainan cenderung menahun. Difteri kulit klasik adalah infeksi nonprogresif lamban yang ditandai dengan ulkus yang tidak menyembuh, superficial, ektimik dengan membrane coklat keabu-abuan. Infeksi difteri kulit tidak selalu dapat dibedakan dari impetigo streptokokus atau stafilokokus, dan mereka biasanya bersama.
DiagnosisDiagnosis baku dibuat dengan ditemukannya
Corynebacterium diphteriae pada preparat biakan. Untuk pengobatan tidaklah dibenarkan menunggu hasil pemeriksaan preparat langsung atau biakan, tetapi bila secara klinis terdapat persangkaan yang kuat adanya difteria, maka penderita harus diobati sebagai penderita difteria
Adanya membran tenggorok sebenarnya tidak terlalu spesifik untuk difteri, karena beberapa penyakit lain juga dapat ditemui adanya membran. Tetapi membran pada difteri agak berbeda dengan membran penyakit lain, warna membran pada difteri lebih gelap dan lebih keabu-abuan disertai dengan lebih banyak fibrin dan melekat dengan mukosa di bawahnya. Bila diangkat terjadi perdarahan. Biasanya dimulai dari tonsil dan menyebar ke uvula
Diagnosa BandingStomatitisTonsilitis folikularis atau lakunarisTerutama bila membran masih berupa bintik putih.
Anak harus dianggap sebagai penderita difteria bila panas tidak terlalu tinggi tetapi tampak lemah dan terdapat membran putih kelabu dan mudah berdarah bila diangkat. Tonsilitis lakunaris biasanya disertai panas yang tinggi sedangkan anak tidak terlampau lemah, faring dan tonsil tampak hiperemis dengan membran putih kekuningan, rapuh dan lembek, tidak mudah berdarah dan hanya terdapat pada tonsil saja
Angina plaut vincentPenyakit ini juga membentuk membran yang
rapuh, tebal, berbau dan tidak mudah berdarah. Sediaan langsung akan menunjukan kuman fisiformis (gram positif) dan spirila (gram negatif)
Mononukleosus infeksiosaTerdapat kelainan ulkus membranosa yang tidak
mudah berdarah dan disertai pembengkakan kelenjar. Khas pada penyakit ini terdapat peningkatan monosit dalam darah tepi
Pengobatan Pengobatan umumTerdiri dari perawatan yang baik, istirahat
mutlak di tempat tidur, isolasi penderita dan pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG setiap minggu
Pengobatan spesifikAnti diphteria serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata. Antibiotika. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM jakarta diberikan penisilin prokain 50.000u/kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosisKortikosteroid. Obat ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya. Dabat diberikan prednison 2mg/kgbb/hari selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.
Komplikasi Saluran pernafasanObstruksi jalan nafas dengan segala akibatnya,
bronkopneumonia, dan atelektasis
KardiovaskularMiokarditis akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini
UrogenitalDapat terjadi nefritis
Susunan sarafKira-kira 10% penderita difteria akan mengalami komplikasi yang
mengenai sistem susunan saraf terutam sistem motorik
Prognosis Nelson berpendapat kematian difteria sebesar 3-5% dan sangat bergantung kepada :Umur penderita, karena makin muda umur anak prognosis makin burukPerjalan penyakit, karena makin lanjut makin buruk prognosisnyaLetak lesi difteriaKeadaan umum penderita, misalnya prognosis kurang baik pada penderita kurang giziPengobatan. Makin lambat pemberiaan anti toksin, prognosis akan makin buruk
Daftar PustakaWHO.2008.Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Hasan (ed).1987.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bag. IKA FKUI
Kliegman et.al. 2007 Nelson’s Textbook of Pediatrics. New York: McGrall-Hill