Upload
jusentry-todingan
View
226
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
refka
Citation preview
LAPORAN KASUS OKTOBER 2015
FRAKTUR KLAVIKULA
Nama : Farah Kurniasari
No. Stambuk : N 111 14 005
Pembimbing : dr. Sri Sikspiriani, Sp.OT
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai fungsi
utama, yaitu: membentuk rangka badan, sebagai pengumpul dan tempat melekatnya
otot, sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan organ – organ
dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru, sebagai tempat
deposit kalsium, fosfor, magnesium dan garam, sebagai organ yang berfungsi
jaringan hemopoetik untuk memprodusi sel –sel darah merah, sel – darah putih dan
trombosit.
Sendi secara sederhana merupakan pertemuan antara dua tulang atau lebih.
Sendi memberikan segmentasi pada rangka manusia dan memberikan variasi
pergerakan diantara segmen – segmen serta variasi pertumbuhan. Fungsi anggota
gerak sangat dipengaruhi oleh permukaan sendi, sehingga apabila ada
kelainan/penyakit pada sendi maka akan memberikan gangguan pergerakan.
Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh
salah satu sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olah
raga dan rumah tangga. Setiap tahun 60 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami
trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta (12% dari 30 juta)
membutuhkan perawatan dirumah sakit. Oleh karena itu pertolongan penderita
trauma perlu dimasyarakat dan dokter yang bertugas di puskesmas perlu mengetahui
dasar – dasar pennggulangan trauma untuk melakukan penanggulangan awal sebelum
dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Untuk mengetahui mengapa
dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik
tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan
fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar dan tarikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI
Os clavicula (tulang selangka) berhubungan dengan os sternum di
sebelah medial dan di lateral tulang ini berhubungan dengan os scapula pada
acromion yang dapat diraba sebagai tonjolan di bahu bagian lateral. Tulang ini
termasuk jenis tulang pipa yang pendek, walaupun bagian lateral tulang ini
tampak pipih. Bentuknya seperti huruf S terbalik, dengan bagian medial yang
melengkung ke depan, dan bagian lateral agak melengkung ke belakang.
Permukaan atasnya relatif lebih halus dibanding dengan permukaan inferior.
Ujung medial atau ujung sternal mempunyai facies articularis sternalis yang
berhubungan dengan discus articularis sendi atau articulatio
sternoclavicularis.6
Gambar 1. Anatomi Clavicula1
II. DEFINISI
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Untuk
mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus
mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat
menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan
tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan
tarikan.1
III. EPIDEMIOLOGI
Terdapat 5-10% fraktur clavicula dari semua jenis fraktur. Fraktur ini
kebanyakan terjadi pada pria yang berusia kurang dari 25 tahun, namun juga
lebih sering terjadi pada pria yang lebih tua, yaitu >55 tahun dan pada wanita
>75 tahun.2
IV. ETIOLOGI
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering
terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar
(outstrechedhand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai
klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya
mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke
bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena
pukulan benda keras.3
V. PATOFISIOLOGI
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme
kompresi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi
kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena
jatuh, kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.1
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula.
Clavicula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral
dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling
sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.1
Gambar 2. Fraktur Clavicula1
VI. KLASIFIKASI
Patah tulang dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara
patahan tulang dengan dunia luar, yaitu:4
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih
utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena
adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka
potensial terjadi infeksi.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL
Allman tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang
membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok :5
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula
(insidensi kejadian 75-80%).
- Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
- Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%)
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular
yakni (yakni, conoid dan trapezoid).
a. Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b. Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
c. Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun
kedua-duanya.
d. Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang
melibatkan AC joint.
e. Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan
fragmen proksimal berpindah keatas.
f. Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada
kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
VII. DIAGNOSIS
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan
diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan
terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi
pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan
dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai
perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan
sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan
diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.7
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
konsevatif.5
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif
tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,
apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan
gangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol
kadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang
dengan proses pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak
tangan lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan
tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.4
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :5
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion).
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi akut :7
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :7
- Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
X. PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada
berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan
usia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan
sangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari
penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.7
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. Anton
Umur : 60 tahun
Alamat : Jl. Undata no.1
Tanggal Masuk : 14 oktober 2015
Tanggal Pemeriksaan : 15 oktober 2015
Rumah Sakit : Anutapura
II. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri bahu kiri
Anamnesis terpimpin : pasien masuk dengan keluhan nyeri pada bahu sebelah
kiri sejak beberapa jam masuk rumah sakit. Nyeri muncul setelah pasien
mengalami kecelakaan motor, nyeri dirasakan terus menurus, nyeri bertambah
saat tangan digerakkan. Pingsan (-), demam (-), sakit kepala (-), pusing (-),
mual (-), muntah (-), nafsu makan baik, BAB dan BAK lancar.
Riwayat trauma : pasien mengalami kecelakaan tunggal ketika
mengendarai motor roda dua. Pasien mengendarai motor dengan kecepatan
sekitar 100 km/jam dan menggunakan helm. Pasien terjatuh ke sebelah kiri dan
terseret sekitar 2 meter.
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital: Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu :36,7
Pernapasan :18 x/menit
Status lokalis:
Regio : clavicularis sinistra
Inspeksi : tampak edem, luka (-).
Palpasi : nyeri tekan (+), deformitas (+), dan teraba hangat (+)
ROM :
Shoulder joint
- Flexi (active) = 5o
- Flexi (passive) = 10o
- Extension (active) = 5o
- Extension (passive) = 10o
- Adduction (active) = 5o
- Adduction (passive) = 10o
- Abduction (active) = 10o
- Abduction (passive) = 15o
- External (active) =0o
- External (passive) =15o
- Internal (acrive) = 0o
- Internal (passive) = 15o
Elbow joint
- Flexi (active) = 150o
- Flexi (passive) = 150o
- Extension (active) = 15o
- Extension (passive) = 45o
- Pronation = 180o
- Supination = 180o
NVD : pulsasi A. brachialis sinistra (+), capillary refill < 2 detik
Sensoris : sensitive terhadap perabaan (+), nyeri (+)
Motoric : terdapat keterbatasan gerakan akibat nyeri
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
a. RBC 3.9 x 106/mm3
b. HGB 12.3 g/dL
c. HCT 32.9 %
d. PLT 209 x 103/mm3
e. WBC 14.3 x 103
Radiologi
V. Diagnosa
Fracture 1/3 middle clavicula sinistra
VI. Terapi
Non-medikamentosa:
pemasangan mitela
Medikamentosa :
antibiotic
analgetik
VII. Prognosis
Dubia
VIII. Follow up
No. Tanggal Tanda vital Follow Up
1. 16 oktober 2015 TD : 110/70
mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,5o C
S : nyeri pada bahu kiri.
O: nyeri tekan (+), ROM :
pergerakan terbatas
A : Fracture 1/3 middle
clavicula sinistra
P :
IVFD RL 20 tpm
Cefoperazone 1gr /12
jam/ iv
Ketorolac 1 amp/12
jam/iv
Ranitidine 1 amp/ 12
jam/iv
2. 17-oktober- 2015 TD: 110/70 mmHg
N : 82 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,7 o C
S : nyeri pada bahu kiri.
O: nyeri tekan (+), ROM :
pergerakan terbatas
A : Fracture 1/3 middle
clavicula sinistra
P :
IVFD RL 20 tpm
Cefoperazone 1gr /12
jam/ iv
Ketorolac 1 amp/12
jam/iv
Ranitidine 1 amp/ 12
jam/iv
3. 18-oktober-2015 TD: 110/70 mmHg
N: 80 x/menit
P: 20 x/ menit
S: 36,7 o C
S : nyeri pada bahu kiri
berkurang.
O: nyeri tekan (+), ROM :
pergerakan terbatas
A : Fracture 1/3 middle
clavicula sinistra
P :
IVFD RL 20 tpm
Cefoperazone 1gr /12
jam/ iv
Ketorolac 1 amp/24
jam/iv
Ranitidine 1 amp/ 12
jam/iv
4 19-oktober -2015 TD: 110/80 mmHg
N: 84 x/menit
P: 20 x/ menit
S: 36,5 o C
S : nyeri pada bahu kiri
berkurang.
O: nyeri tekan (+), ROM :
pergerakan terbatas
A : Fracture 1/3 middle
clavicula sinistra
P :
Meloxicam 7,5 mg 2 x
1
Ciprofloxacin 500 mg
2 x 1
5 20-oktober-2015 TD: 110/70 mmHg
N: 78 x/menit
P: 20 x/ menit
S: 36,7 o C
S : nyeri pada bahu kiri
berkurang.
O: nyeri tekan (+), ROM :
pergerakan terbatas
A : Fracture 1/3 middle
clavicula sinistra
P :
Meloxicam 7,5 mg 2 x
1
Ciprofloxacin 500 mg
2 x 1
BAB IV
DISKUSI
Berdasarkan anamnesis, diketahui pasien seorang laki-laki usia 60 tahun
datang ke RSU Anutapura dengan keluhan utama nyeri pada bahu kiri sulit. Hal ini
dialami setelah pasien mengalami kecelakaan lalulintas. Pasien mengalami
kecelakaan lalulintas dimana pasien mengendarai motor sendiri dengan kecepatan
100 km/jam, kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan tunggal yang mana pasien
tiba-tiba jatuh ke sebelah kiri dan terseret sekitar 2 meter dari motor pasien. Hal ini
sesuai dengan teori dimana kejadian fraktur clavicula lebih sering terjadi pada pria
tua diatas usia 55 tahun, dengan adanya fraktur pencetus yakni trauma dengan
kecelakaan lalu lintas.
Setelah anamnesis dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan dikelompokkan menjadi 3 yaitu look, feel, move.
1. Look atau inspeksi dimana kita memperhatikan penampakan dari lokasi
cedera, apakah ada fraktur terbuka dimana tulang terlihat kontak dengan
dunia luar, apakah ada deformitas dari ekstremitas tubuh, hematoma,
edema, scar dan lain-lain. Pada pasien ini didapatkan adanya edema dan
pada pasien ini juga didapatkan adanya deformitas pada calvicula.
2. Feel atau palpasi. Kita harus melakukan palpasi pada seluruh ekstremitas
dari proksimal hingga distal termasuk sendi di proksimal maupun distal
dari lokasi cedera untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri, efusi, maupun
krepitasi. Pada pasien ini didapatkan adanya nyeri tekan.
3. Move. Penilaian dilakukan untuk mengetahui ROM (Range of Motion).
Seringkali pemeriksaan ROM sulit dilakukan pada pasien yang baru saja
mengalami trauma karena rasa sakit yang dirasakan tetapi hal ini harus
tetap dilakukan. Pada pasien ini ROM shoulder joint pada pasien ini
terbatas.
Selain pemeriksaan fisik, juga dilakukan pemeriksaan X-Ray pada kasus ini
didapatkan adanya fraktur 1/3 middle clavicula sinistra. Sehingga prosedur tindakan
yang diambil untuk menangani kasus ini adalah pemasangan mitela dan ORIF (Open
Reduction Internal fixation. Namun pada pasien ini yang dilakukan hanya
pemasangan mitela, pasien pada kasus ini menolak untuk dilakukan ORIF.
Prognosis pada pasien ini tergantung dari penanganan yang telah dilakukan,
pada pasien ini dilakukan pemasangan mitela, yang kemungkinan dapat menimbulkan
adanya kalus. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik mengganggu meskipun
lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran. Selain itu juga pada pasien ini
bisa terjadi komplikasi lambat yaitu mal union dimana proses penyembuhan tulang
berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya
atau abnormal atau non union yaitu kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai
6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif
Watampone, 2009, p. 355-356.
2. Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st 2008. Available
from: URL: http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p65.html. Accessed:
November 22th 2012.
3. Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2012. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199. Accessed:
November 22th 2012.
4. Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah.
2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
5. Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available from:
URL: http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures Accessed:
November 22th 2012.
6. Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia.
Bandung: Graha Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.
7. Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from: URL:
http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm Accessed: November
22th 2012.