Upload
aya-lovrathilova
View
122
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Kimia Fisik
Citation preview
REFRAKTOMETRI
I.TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk meningkatkan kemampuan melakukan prosedur laboratorium yang sederhana
dengan baik dan efisien
2. Untuk meningkatkan kemampuan mengukur data, melakukan pengamatan dan
pengukuran serta membuat perhitungan yang sistematis
3. Untuk mengetahui cara kerja alat refraktometer Abbe
4. Untuk mengetahui indeks bias dari berbagai macam zat cair
II. DASAR TEORI
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena
melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya juga dapat
didefinisikan sebagai pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua
medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan
kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif
merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua
terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks
bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan
sempurna.
Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat
ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke
medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1. cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2. cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90O)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari
diantaranya :
dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan
bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
terjadinya pelangi setelah turun hujan.
Indeks Bias
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara cepat rambat cahaya di
udara dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut. Pembiasan cahaya dapat terjadi
dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat
lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian
Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya
dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:
n = c / cm
• n = indeks bias
• c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3x10^8 m/s)
• cm = cepat rambat cahaya di suatu medium
atau:
n = ʎ1/ʎ2 = sin ɑ /sin ʙ
• ʎ1 = panjang gelombang 1
• ʎ2 = panjang gelombang 2
• ɑ = sudut datang
• ʙ = sudut bias
Hukum Snelius
Hukum snelius adalah rumus matematika yang memberikan hubungan antara sudut
datang dan sudut bias pada cahaya atau gelembang lainnya yang melalui batas antara dua
medium isotopik berbeda, seperti udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari
matematikawan Belanda Willbrord Snellius, yang merupakan salah satu penemuannya.
Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan. Hukum ini
menyebutkan bahwa nisbah sinus sudut dating dan sudut bias adalah
konstas, yang tergantung pada medium. Perumusan lain yang dcivalen adlah nisbah sudut
dating dan sudut bias sama dengan nisbah kecepatan cahaya pada kecua medium, yang
sama dengan kebalikan nisbah indeks bias.
Pada tahun 1637, Rene Descartes secara terpisah menggunakan argument heuristic
kekekalan momentum dalam bentuk sinus dalam tulisannya Discourse On Method untuk
menjelaskan hukum ini. Cahaya dikatakan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi pada
medium yang lebih padat karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat terusiknya
plenum, substansi kontinu yang membentuk alam semesta. Dalam bahasa PERANCIS, hukum
snellius disebut Loide Descartesatau Loide Snell-Descartes.
Pemantulan Internal Sempurna (Total Internal Reflection)
Pemantulan internal sempurna adalah pemantulan yang terjadi pada bidang batas dua zat
bening yang berbeda kerapatan optiknya.
• Cahaya datang yang berasal dari air (medium optik lebih rapat) menuju ke udara
(medium optik kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal (berkas cahaya J).
• Pada sudut datang tertentu, maka sudut biasnya akan 90° dan dalam hal ini berkas
bias akan berimpit dengan bidang batas (berkas K). Sudut datang dimana hal ini terjadi
dinamakan sudut kritis (sudut batas).
Sudut kritis adalah sudut datang yang mempunyai sudut bias 90° atau yang mempunyai cahaya
bias berimpit dengan bidang batas.
• Apabila sudut datang yang telah menjadi sudut kritis diperbesar lagi, maka cahaya
biasnya tidak lagi menuju ke udara, tetapi seluruhnya dikembalikan ke dalam air
(dipantulkan)(berkas L). Peristiwa inilah yang dinamakan pemantulan internal sempurna Syarat
terjadinya pemantulan internal sempurna :
1) Cahaya datang berasal dari zat yang lebih rapat menuju ke zat yang lebih
renggang.
2) Sudut datang lebih besar dari sudut kritis.
Beberapa peristiwa pemantulan sempurna dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya :
a. Terjadinya fatamorgana
b. Intan dan berlian tampak berkilauan
c. Teropong prisma
d. Periskop prisma
e. Serat optik, digunakan pada alat telekomunikasi atau bidang kedokteran. Serat ini
digunakan untuk mentransmisikan percakapan telefon, sinyal video, dan data
komputer.
Refraktometer
Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks bias cairan atau padat,
bahan transparan dan refractometry. Prinsip pengukuran dapat dibedakan, oleh cayaha,
penggembalaan kejadian, total refleksi, ini adlah pembiasan (refraksi) atau reflaksi total
cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan semua tiga prinsip, satu
dengan insdeks bias dikenal (Prisma). Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran
prisma dan media sampel (n cairan) dengan kecepatan yang berbeda indeks bias diketahui
dari media sampel diukur dengan defleksi cahaya.
Salah satu cara untuk membedakan refraktometer berbeda. Klasifikasi dalam
indtrumen pengukuran analog dan digital, refraktometer analog tradisional sering digunakan
sebagai sumber cahaya sinar matahari atau lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna.
Detector adalah skala yan dapat dibaca dengan system optic dengan mata
Digital menggunakan refraktometer sebagai sumber cahaya adalah LED. Detektor
adalah sensor CCD yang digunakan sebuah pengukuran temperature kompensasi indeks
bias bergantung pada suhu. Metode pengukuran apalagi refraktometer digunakan dalam
sensor mesin yang lebih kompleks, seperti sebagai sensor hujan dikendaraan atau di
perangkat detector untuk kromotografi cair kinierja tinaggi (HPLC). Disini sering bekerja
terus detector indeks bias digunakan.
Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena
melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
- Mendekati Garis Normal
Cahaya dibiakan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optic kurang rapat kemedium optic lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari
udara kedalam air.
- Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optic lebih rapat kedalam optic kurang rapat, contoh cahaya merambat dari dalam air
ke udara.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat- alat :
1. Refraktometer ABBE
2. Tissue
Bahan – bahan :
1. Akuades
2. Glukosa 2,5%
3. Glukosa 5%
4. Campuran glukosa + sukrosa 10%
5. Etanol
6. Aseton
IV. CARA KERJA
1. Diuji bahwa air dari bak thermostat sedang disirkulasi melalui prisma dan temperature
kostan pada (250 + 10 )C
2. Prisma yang iluminasi dan refraksi digantung bersama- sama sepanjang satu sisi dan
diklem pada sisi yang berlawanan. Buka klem dan pisahkan prisma. Dibersihkan kedua
permukaan prisma dengan hati- hati dengan tissue yang dibubuhi alcohol. Bila
permukaan prisma sudah bersih dan kering, bawa keduanya bersama- sama dan klem
ditutup.
3. Diberi sampel (1-2 tetes) dengan pipet tetes dalam lubang isian(yang sudah terang
sepanjang persimpangan diantara dua prisma yang diklem)
4. Dengan knop logam knurled (dibawah skala) dapat memutar prisma sepanjang sumbu
horizontal dengan tetap menjaga posisi dari cermin dan teleskop. Prisma diputar sampai
batas diantara medan terang dan gelap terlihat dengan jelas pada teleskop. (jika
pengaturan kompensator Abbe tidak tepat, seberkas sinar berwarna yang tersebar dapat
terlihat pada perbatasan). Cermin diatur sebaiknya untuk dapat memantulkan sinar
sepanjang sumbu teleskop. Posisi terbaik dapat diperoleh dengan mencoba bila zat cair
sudah diberikan, dan suatu saat tidak perlu mengadakan perubahan setelah itu untuk
mendapat sumber cahaya yang mantap.
5. Pada ujung bawah teleskop, terdapat knop logam knurled yang berfungsi mengatur
kompensator Abbe. Pengaturan dianggap benar, jika terlihat batas yang tajam antara
daerah yang terang dan gelap.
6. Prisma diputar hingga batas daerah terang dan gelap tepat berhimpit dengan titik potong
dari garis silang (lensa mata pada teleskop dapat diatur dengan memutarnya) untuk
membuat garis silang berada pada focus yang tajam.
7. Indeks refraksi dapat dibaca dari skala (nD), suatu saat pengaturan yang selanjutnya telah
dibuat. Lensa mata dari pembacaan skala teleskop dapat diatur untuk membuat skal
menjadi focus yang tajam.
8. Untuk menyelesaikan pengukuran, permukaan prisma dibersihkan dan ketika kering,
klem prisma menjadi satu. Dilepaskan penutup protektif peralatan.
9. Prisma, teleskop dan cermin yang jelas dapat diputar sebagai unit tunggal sepanjang
sumbu horizontal. Dengan cara ini memungkinkan untuk membuat permukaan prisma
yang jelas menjadi posisi horizontal. Sehingga, sebagai alternative sampai pada langkah
3, setetes zat cair dapat ditansfer secara langsung ke permukaan prisma.
V. DATA PENGAMATAN
No. Larutan Suhu nD larutan
I II III
1. Aquades 1,3320 1,3320 1,3320
2. Glukosa 2,5% 1,3351 1,3351 1,3351
3. Glukosa 5% 1,3381 1,3381 1,3381
4. Campuaran
Glukosa+sukrosa 10%
300 C 1,3441 1,3441 1,3441
5. Etanol 1,3552 1,3552 1,3552
6. Aseton 1,3320 1,3320 1,3320
VI. PERHITUNGAN
1) Aquades
Menentukan tingkat ketelitian pengukuran :
1,3320 1,3320 0 0
1,3320 1,3320 0 0
1,3320 1,3320 0 0
∑ ꞊ 0
Jadi Aquades pada suhu 300 C adalah 1,3320 ± 0
Kebenaran Praktikum = 100% - 0%
= 100%
2) Glukosa 2,5%
Diketahui : α1 = 1,3351o
α2 = 1,3351o
α3 = 1,3351o
Ditanya : Indeks bias rata – rata = ….?
Jawab :
=
=
=
=
1,3351o 1,3351o 0o 0o
1,3351o 1,3351o 0o 0o
1,3351o 1,3351o 0o 0o
∑ 0o
Standar Deviasi (SD) =
=
=
=
=
Indeks bias rata – rata =
Kesalahan praktikum =
=
Kebenaran praktikum =
=
3) Glukosa 5%
Diketahui : α1 = 1,3381o
α2 = 1,3381o
α3 = 1,3381o
Ditanya : Indeks bias rata – rata = ….?
Jawab :
=
=
=
=
1,3381o 1,3381o 0 0
1,3381o 1,3381o 0 0
1,3381o 1,3381o 0 0
∑ 0
Standar Deviasi (SD) =
=
=
=
=
Indeks bias rata – rata =
Kesalahan praktikum =
=
Kebenaran praktikum =
=
4) Glukosa + Sukrosa 10%
Diketahui : α1 = 1,3441o
α2 = 1,3441o
α3 = 1,3440o
Ditanya : Indeks bias rata – rata = ….?
Jawab :
=
=
=
=
1,3441o 1,3441o 00 0o
1,3441o 1,3441o 0o 0o
1,3441o 1,3441o 0 o 0o
∑ 0o
Standar Deviasi (SD) =
=
=
=
=
Indeks bias rata – rata =
Kesalahan praktikum =
=
Kebenaran praktikum =
=
5) Aseton
Diketahui : α1 = 1,3552o
α2 = 1,3552o
α3 = 1,3552o
Ditanya : Indeks bias rata – rata = ….?
Jawab :
=
=
=
=
1,3552o 1,3552o 0o 0o
1,3552o 1,3552o 0o 0o
1,3552o 1,3552o 0o 0o
∑ 0o
Standar Deviasi (SD) =
=
=
=
=
Indeks bias rata – rata =
Kesalahan praktikum =
=
Kebenaran praktikum =
=
6) Etanol
Diketahui : α1 = 1,3320o
α2 = 1,3320o
α3 = 1,3320o
Ditanya : Indeks bias rata – rata = ….?
Jawab :
=
=
=
=
1,3320o 1,3320o 0o 0o
1,3320o 1,3320o 0o 0o
1,3320o 1,3320o 0o 0o
∑ 0o
Standar Deviasi (SD) =
=
=
=
=
Indeks bias rata – rata =
Kesalahan praktikum =
=
Kebenaran praktikum =
=
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan pengukuran dilaboratorium ini dilakukan pengukuran indeks bias dari
beberapa zat cair dengan menggunakan alat refraktometer Abbe. Prinsip kerja alat ini adalah
didasarkan pada pengukuran sudut kritis yaitu sudut terkecil dari luas bidang dengan garis
normal dalam medium yang indeks biasnya terbesar, dimana sinar dipantulkan seluruhnya. Pada
percobaan ini zat cair yang akan diukur indeks biasnya adalah Glukosa 2.5%, Glukosa 5%,
campuran Glukosa + Sukrosa 10%, Etanol, Aseton . Untuk masing – masing zat akan dilakukan
tiga kali pengulangan untuk memperkecil tingkat kesalahan sehingga bisa mendekati ketepatan.
Sebelum refraktometer dipakai, prisma pada refraktometer dibersihkan terlebih dahulu dengan
tissue yang diberi etanol agar permukaan prisma bebas dari debu atau pasir yang dapat
menyebabkan kerusakan pada prisma. Untuk mengecek alat masih dalam keadaan baik dan layak
pakai dilakukan kalibrasi alat dengan menggunakan Aquadest. Hasil pengukuran indeks bias
terhadap aquadest adalah 1,3320. Berdasarkan literature diketahui bahwa indeks bias aquades
pada suhu 30 0C adalah 1,3320. Sehingga dapat disimpulakan bahawa refraktometer ini masih
layak digunakan
Setelah dilakukan percobaab diperoleh data sebagai berikut :
1. Indeks bias rata – rata untuk Aquades adalah 1,3320
2. Indeks bias rata - rata untuk Glukosa 2,5 % adalah 1,3351
3. Indeks bias rata – rata untuk Glukosa 5 % adalah 1,3381
4. Indeks bias rata – rata untuk campuran Glukosa + Sukrosa 10 % adalah 1,3441
5. Indeks bias rata – rata untuk Etanol adalah 1,3552
6. Indeks bias rata – rata untuk Aseton adalah 1,3320.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa indeks bias semua cairan diatas lebih besar dari
indeks bias cairan yaitu 1,3320. Indeks bias tertinggi dihasilkan oleh Aseton. Tiap cairan
memiliki indeks bias yang berbeda, walaupun jenis cairannya sama dapat pula terjadi perbedaan
indeks bias seperti pada glukosa yang memiliki konsentrasi yang berbeda. Perbedaan hasil
indeks bias yang pada berbagai macam zat cair dapat disebabkan karena sudut kritis yang
dibentuk oleh zat – zat tersebut lebih besar dari sudut kritis yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan sinar bias, yang dibentuk oleh aquadest, dimana semakin besar sudut kritis yang
dibentuk maka semakin banyak sinar datang yang dipantulkan oleh cairan tersebut. Selain itu,
perbedaan indeks bias pada zat cair tersebut dapat pula disebabkan oleh adanya perbedaan
kerapatan, dimana semakin besar kerapatannya maka volumenya akan semakin kecil, sehingga
indeks biasnya akan semakin kecil pula. Dapat pula disebabkan oleh perbandingan perbedaan
kecepatan cahaya pada masing – masing cairan dengan kecepatan cahaya di dalam hampa udara.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa indeks bias pada cairan yang dipakai melebihi satu,
hal ini menunjukkan bahwa kecepatan cahaya dari cairan di medium lebih kecil daripada
kecepatan cahaya di ruang hampa. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Aseton
yang memiliki indeks bias terbesar, menghasilkan sudut kritis yang paling besar diikuti oleh
Campuran Glukosa + Sukrosa 10% glukosa 5% , glukosa 2,5 % dan kemudian yang memiliki
nilai yang sama dengan aquades adalah Etanol.
VIII. KESIMPULAN
Refraktometer adalah alat untuk mengukur indeks suatu zat.
Indeks bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam ruang hampa di
bagi dengan kecepatan cahaya dalam suatu zat.
Bagian-bagian dari refraktometer adalah lensa, kaca prisma, fokus, daulight
plate, dan tabung.
Indeks bias dipengaruhi oleh kerapatan, sudut kritis dan kecepatan cahaya
2. Indeks bias aquadest adalah 1,3320
3. Indeks bias rata - rata untuk Glukosa 2,5 % adalah 1,3355
4. Indeks bias rata – rata untuk Glukosa 5 % adalah 1,3372
5. Indeks bias rata – rata untuk campuran Glukosa + Sukrosa 10 % adalah 1,3355
6. Indeks bias rata – rata untuk Etanol adalah 1,3320
7. Indeks bias rata – rata untuk Aseton adalah 1,3557
8. Glukosa 5% memiliki indeks bias terbesar
9. Indeks bias dipengaruhi oleh kerapatan, sudut kritis dan kecepatan cahaya
DAFTAR PUSTAKA
James.1999.Kimia universitas.Jakarta: binarupaksara Job sheet praktikum Purba, Michael. 2000. Kimia 2000 Kelas 2. Jakarta : Erlangga Slowwinski,Emil J. 2003.Chemical Principles in the Laboratory with Qualitative
Analysis.Japan Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Jurusan
Kimia F.MIPA Universitas Udayana : Bukit Jimbaran http://en.wikipedia.org/wiki/Abbe_refractometer http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Snellius http://smpn9depok.files.wordpress.com/2008/10/pembiasan-cahaya.pdf http://swastikayana.wordpress.com/2009/04/08/pembiasan-cahaya/
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
REFRAKTOMETRI
Oleh :
Nama : Henu Sumekar
NIM : 1008105041
Kelompok : VB
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012