28
BAB I PENDAHULUAN Evaluasi preanestesi pada anak, bukan hanya ditujukan untuk mengetahui macam pembedahan yang akan dijalani oleh seorang anak, namun dimaksudkan juga untuk memahaami fisiologi, perkembangan dan psikologi yang unik dari seorang anak. Ada banyak perbedaan antara anak dan dan orang dewasa dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap pengelolaan anestesi. Seperti anestesia pada orang dewasa, anestesia pada anak kecil dan bayi kususnya harus dipahami secara khusus, sehingga peran dokter anestesi yang berpengalaman sangat penting dalam managemen anestesi pada anak. Ada 3 pembagian pediatri berdasarkan perkembangan fisiologis. 1. Orok (Neonatus) Usia di bawah 28 hari 2. Bayi (infant) Usia 1 bulan – 1 tahun 3. Anak (child) Usia 1 tahun – 12 tahun Pertumbuhan seorang manusia dari anak sampai dewasa, bukan hanya sebuah proses perubahan ukuran tubuh yang sama untuk semua organ. Komposisi total tubuh, perbandingan cairan tubuh dan kepala-tubuh serta fungsi kardiopulmonal, semua berubah tidak secara bersamaan. Sebagai contohnya, kepala menjadi kecil dengan sedikit perubahan lengkung kepala setelah umur 2 tahun. Pada saat yang sama, terjadi perubahan besar pada struktur wajah. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan maandibula dimana berubah dari tulang mandibu;a yang kecil dan cenderung oblik menjadi tulang yang lebih besar, kurang oblik dan lebih mobil pada dewasa. Perkembangan 1

Refrat Ancor2an

  • Upload
    hazelel

  • View
    235

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ancor

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Evaluasi preanestesi pada anak, bukan hanya ditujukan untuk mengetahui macam pembedahan yang akan dijalani oleh seorang anak, namun dimaksudkan juga untuk memahaami fisiologi, perkembangan dan psikologi yang unik dari seorang anak. Ada banyak perbedaan antara anak dan dan orang dewasa dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap pengelolaan anestesi. Seperti anestesia pada orang dewasa, anestesia pada anak kecil dan bayi kususnya harus dipahami secara khusus, sehingga peran dokter anestesi yang berpengalaman sangat penting dalam managemen anestesi pada anak. Ada 3 pembagian pediatri berdasarkan perkembangan fisiologis.1. Orok (Neonatus)Usia di bawah 28 hari2. Bayi (infant)Usia 1 bulan 1 tahun3. Anak (child)Usia 1 tahun 12 tahunPertumbuhan seorang manusia dari anak sampai dewasa, bukan hanya sebuah proses perubahan ukuran tubuh yang sama untuk semua organ. Komposisi total tubuh, perbandingan cairan tubuh dan kepala-tubuh serta fungsi kardiopulmonal, semua berubah tidak secara bersamaan. Sebagai contohnya, kepala menjadi kecil dengan sedikit perubahan lengkung kepala setelah umur 2 tahun. Pada saat yang sama, terjadi perubahan besar pada struktur wajah. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan maandibula dimana berubah dari tulang mandibu;a yang kecil dan cenderung oblik menjadi tulang yang lebih besar, kurang oblik dan lebih mobil pada dewasa. Perkembangan dari komposisi tubuh sangat penting karena merupakan faktor penentu dalam meramalkan efek farmakologi sebuah obat. Pada Fetus, 90% dari komposisi total cairan tubuhnya dalah air; pada bayi aterm, 75 dari komposisi total cairan tubuhnya adalah air, namun pada umur 1 tahun, 60% total tubuhnya adalah air. Komposisi air anak menyerubai orang dewasa saat berumur 1 tahun. Selain itu, juga terdapat perubahan pada proporsi cairan ekstraselular pada awal pertama kehidupan. Dalam perkembangan manusia volume ekstraselular mengalami penurunan sedangkan volume intraseluler mengalami peningkatan. Volume intraselular meningkat mulai dari 20% pada anak prematur, sampai 30% pada anak aterm dan 40% pada dewasa. Hal ini berkebalikan dengan volume ekstraselular dimana berubah dari 60% pada prematur, menjadi 45% pada bayi aterm, dan 20% pada dewasa. Persentasi komposisi tubuh terutama otot pada anak prematur 20% pada anak aterm dan mencapai 50% pada orang dewasa. Demikian juga dengan lemak yang meningkat seiring pertambahan usia, dari 13% pada anak aterm sampai 22% BB pada dewasa. Juga terdapat perubahan perbandingan aliran darah terhadap organ yang berhubungan dengan umur.

BAB IIPEMBAHASAN

1. Perbedaan Antara Anak dan Dewasa1.1. NeonatusSebagian besar ahli anestesi berharap untuk menangani anak yang besar pada pembedahan rutin, tetapi ada kecenderungan peningkatan dalam permintaan pemberian anestesi pada neonatus (0-3 bulan) dan bayi (3-12 bulan), sebagai bagian dari suatu keahlian. Neonatus dan bayi tidak boleh dianggap sebagai orang dewasa yang kecil. Tidak cukup hanya menyesuaikan dosis obat, ventilasi, dan kebutuhan gas dengan berat badan. Neonatus mempunyai sejumlah keistimewaan.1. Duktus arteriosus dan foramina pada septa interatrium dan interventrikel belum menutup selama beberapa hari setelah lahir2. Hemoglobin bayi mempunyai aafinitas tinggi terhadap oksigen, dan tidak bisa digantikan oleh hemoglobin orang dewasa selama beberapa minggu.3. Sistem saraf pusat, ginjal, dan fungsi hati, sistem pengaturan belum suhu, dan sistem metabolisme obat tertentu belum menjadi matang sampai bayi berusia beberapa minggu. Neonatus sangat peka terhadap relaksan otot tetapi tahan terhadap agen depolarisator.4. Paru-paru lebih lebih mudah rusak karena tekanan ventilasi yang berlebihan, sehingga menyebabkan pneumothoraks atau pneumomediastinum.5. Laju metabolisme yang tinggi menyebabkan cadangan oksigen yang jauh lebih kecil; sehingga kurangnya kadar oksigen yang tersedia pada udara inspirasi, dapat menyebabkan terjadinya bahaya hipoksia yang lebih cepat dibandingkan pada orang dewasa. Neonatus tampaknya lebih dapat bertahan terhadap gangguan hipoksia daripada anak yang besar dan orang dewasa, tetapi hal ini bukan alasan untuk mengabaikan hipoksia pada neonatus.6. Jalan masuk ke sirkulasi dan saluran pernafasan mungkin menjadi sulit dan neonatus mungkin sulit dipantau tidak sedikit hipoksia akibat kerumunan penonton yang kelihatannya tidak menimbulkan kesulitan.

1.2. RespirasiAda beberapa hal penting yang harus diperhatikan, menyangkut perkembangan anak menyangkut sistem. Hal-hal penting itu adalah

1. Saluran pernafasan atas2. Ukuran saluran pernafasan3. Mekanisme sistem pernafasan4. Kontrol pusat pernafasan5. Karakteristik otot pernafasanGambar.1.1 Diagram potongan coronal sistem pernafasan dari anakPada anak anak terdapat perbedaan dalam perkembangan saluran pernafasan bagian atas. Perbedaan yanng pertama adalah, anak memiliki lidah yang reatif lebih besar dibandingkan dengan lebar saluran pernafasan itu sendiri. Intubasi sering terhambat dengan besarnya lidah dan kecilnya rahang. Anak-anak sering memiliki glotis pada bagian anterior dan letaknya sedikit ke cranial dengan bentuk jalan nafas seperti corong. Bagian tersempit jalan nafas yaitu pada bagian kartilago cricoid akan tetap seperti ini sampai saat pubertas. Pada anak, glotis terletak pada C2, berbeda sekitar 2-3 corpus vertebra dibandingkan dengan yang dewasa dimana pada dewasa glotis terletak pada C4-5. Cartilago cricoid terletak pada C4 pada anak-anak dan C6-C7 pada orang dewasa. Kemiringan pita suara juga berubah seiring perkembangan usia. Plica vocalis pada anak lebih miring dan terletak lebih anterior dibandingkan orang dewasa. Ini menyebabkan intubasi pada anak harus lebih cepat dan lebih suliterutama pada intubasi nasal. Perbedaan anatomi lainnya adalah epiglotis, dimana epiglotis pada anak-anak cenderung lebih besar,panjang, melengkung, berbentuk seperti huruf omega dan lebih lemas dibandingkan dewasa. Maturasi terjadi pada umur 2 tahun, dan mendekati bentuk dewasa pada usia pubertas, dimana bentuk epiglotis lebih pendek, kecil, tumpul, tidak melengkung seperti huruf omega. Perbedaan anatomi inilah yang mendasari metode dan cara intubasi yang digunakan saat anestesi. Contohnya laringoscop bilah lurus (Miller) sangat cocok digunakan pada anak akrena dapat mengangkat secara langsung epiglotis dari laring selama visualisasi glotis. Pada anak-anak resistensi saluran nafas meningkat dan menurun seiring pertambahan usia. Ketebalan mukosa saluran pernafasan pada anak-anak juga mempersulit intubasi. Mekanisme pernafasan juga berubah secara drastis dari anak-anak ke dewasa. Perubahan ini terjadi sebagai kompensasi dari peningkatan alveolarisasi dan ukuran jalan nafas. Pada anak-anak, dinding dada lunak dan lentur karena sebagian besar terdiri dari kartilago, sehingga dinding dada anak sangat rentan terhadap tekanan tinggi. Pada bayi, otot intercostalis dan diafragma lebih banyak terdiri dari serabut otot tipe 2 yang sangat rentan terhadap kelelahan. Serat tipe 1 menjadi dominan ketika mencapai uumur 2 tahun. Pengaturan pusat pernafasan pada bayi dan dewasa juga terdapat perbedaan. Pada bayi, apabila terjadi penurunan kadar CO2 berakibat pada apnea dan hypoxia, ini kebalikan dengan orang dewasa dimana apabila terjadi peningkatan CO2 akibat hypoxia, maka akan terjadi tachipnea. Berikut ini adalah perbedaan mekanisme pernafasan pada anak dan dewasa.

1.3. CardiovascularPada neonatus dan bayi, laju denyut nadi adalah penentu utama cardiac output. Denyut nadi bayi mampu berdenyut lebih cepat dari orang dewasa guna mengatur preload, kontraksi, oksigenasi miokard sebelum adanya penurunan cardiac output. Pada anak dan bayi, bradikardi dapat secara drastis menurunkan cardiac output. Oleh karena itu, penanganan bradikardi pada anak dan bayi harus cepat dengan cara meningkatkan denyut nadi guna mengkoreksi penurunan cardiac output yang muncul dalam bentuk hipotensi. Bradikardi adalah hasil yang muncul akibat hypertoni parasimpatik, dimana sangat sering terjadi pada anak dan dicetuskan karena adanya nyeri yang hebat, atau hypoxia. Laryngoscopy,intubasi,operasi mata, operasi jalan nafas tarikan dinding abdomen dan hernioplasty sering menimbulkan refleks vagal dan bradikardi. Bradikardi pada anak dapat diterapi dengan menggunakan atropin dan merupakan alasan mengapa para aahli anestesi menganjurkan menggunakan atropin sebagai baagian dari agen inhalasi. Masa dan ketebalan ventrikel pada neonatus hampir sama pada neonatus, namun seiring bertambahnya usia ventrikel kiri mulai bertambah dominan. Berikut ini adalah nilai normal denyut nadi dan TD pada anak

Kadar hemoglobin dan afinitas oksigen bervariasi sesuai umur. Pada anak aterm, kadar nomal Hb berkurang secara drastis sesuai peningkatan umur. Pada anak, jumlah darah dalam sirkulassi lebih banyak dalam pembuluh darah (80-90 ml/kgBB). Oleh karena itu, pemahaman mengenai EBV anak sangat penting dalam menentukan Allowance Blood Loss pada anak (ABL = EBV x (HCt1-Hct2/rata2 HCt)).

1.4. Fungsi GinjalFungsi ginjal berubah secara drastis seiring bertambahnya usia. Laju Filtrasi Glomerulus berubah dari < 40 mL/menit saat lahir, menjadi 100 mL/menit pada tahun pertama kehidupan, dibandingkan dengan dewasa 130 mL/menit. Perubahan fungsi ginjal dan GFR ini bersamaan dengan perubahan kemampuan untuk mengatur metabolisme garam dan air sebagai respons perubahan kadar hormon ADH selama anestesia. Meskipun melalui serangkaian jalur yang kompleks, diketahui bahwa ginjal neonatus mengeluarkan banyak natrium, sehingga neonatus lebih rentan terkena hiponatremia.

1.5. GastrointestinalPerbedaan sistem gastrointestinal pada anak dan dewasa perlu menjadi pertimbangan pada saat anestesi. Pada saat pertama kali lahir, PH lambung neonatus adalah basa, meskipun begitu, pada hari kedua kehidupan, lambung neonatus sudah mencapai PH fisiologis. Jumlah sekresi cairan lambung pada bayi aterm sama dengan orang dewasa. Namun, meskipun PH dan isi lambung pada anak saat puasa sama dengan orang dewasa, refleks kordinasi menelan dan fungsi Lower Esophageal Spincter (LES) belum sepenuhnya matang sampai umur 6 bulan. Hepar pada neonatus dan bayi belumlah matang secara fungsional. Ketidakmatangan fungsional ini secara umum disebabkan oleh 2 hal:(1) pertumbuhan dan perkembangan sistem enzim dimana meskipun ada pada saat lahir,namun belum berfungsi (2). Penurunan Hepatic Blood Flow. Pada saat lahir, kemampuan hepar untuk konjugasi dan mengkatabolisme suatu zat berkurang. Oleh karena itulah, obar-obat anestesi cenderung memiliki waktu paruh yang lebih lama di neonatus dibandingkan dengan pada anak dewasa. Ketidakmatangan fungsi hepar ini tercermin dari penurunan konsentrasi produk sintesis hepar, seperti albumin pada neonatus.

2. Tatalaksana Anestesi Pada PediatriAnestesia pediatric adalah anesthesia pada pasien yang berumur di bawah 12 tahun, yang dibagi menjadi 3 kelompok umur, yaitu :1. Neonatus2. Bayi-anak umur < 3 tahun3. Anakumur > tahun

Masalah1. Bayi bukan miniature orang dewasa.2. Ada perbedaan mengenai anatomi, fisiologi, psikologi, farmakologi dan patologi.3. Bayi lebih mudah mengalami hipoglikemi, hiportemia atau hipertermia, bradikardia.4. Parasimpatis lebih dominan.5. Mordibitas dan mortalitas tingg

Masa Pra-AnaestesiaKunjungan pra-anestesia dilakukan sekurang-kurangnya dalam waktu 24 jam sebelum tindakan anestesia. Perkenalan dengan orang tua penderita sangat penting untuk memberi penjelasan mengenai masalah pembedahan dan anestesia yang akan dilakukan. Pada kunjungan tersebut yang perlu dilakukan adalah :1. Anamnesis(aloanamnesis) pada orang tua pasien.2. Pemeriksaan fisik3. Pemeriksaan laboratorium seperlunya disesuaikan dengan jenis operasi PuasaPuasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa yang dianjurkan adalah sebagai berikut :UsiaMakanapadat/Susu Formula /ASICairan jernih tanpa partikel

< 6 bulan4 jam2 jam

6-36 bulan6 jam3 jam

>36 bulan8 jam3 jam

Premedikasi pada anakAnak-anak dan orang tuanya sering merasa cemas saat-saat pre operatif. Kecemasan saat pre-operasi dapat bervariasi dengan berbagai macam cara. Sesuai dengan umurnya, bentuk-bentuk kecemasan ini dapat berupa verbal atau tingkah laku. Menangis, agitasi, retensi urine, nafas dalam, tak mau bicara, pernafasan dalam, merupakan bentuk dari anak yang cemas. Kecemasan ini dapat mencapai puncaknya saat induksi anestesi. Ada berbagai cara untuk menekan kecemasan pre-operatif ini. Tujuan dan definisi dari premedikasi ini bervariasi pada tiap tenaga medis, dan pasien dan orangtuanya memiliki persepsi sendiri terhadap arti premedikasi. Bagi tenaga medis, premedikasi berfungsi untuk pendekatan psikologis memberikan penjelasan pada pasien dan keluarganya, tentang apa yang akan dilakukan sebelum dan sesudah operasi beserta yang akan terjadi kemudian. Dan juga untuk memisahkan sang pasien dari orang tuanya dengan tenang pada saat akan dilakukan operasi, dan juga penggunaan obat-obatan analgesi dan hipnotik yang bertujuan untuk membuat amnesia ataupun mengurangi nyeri post operasi. Tujuan lainnnya dapat berupa menekan biaya obat yang akan digunakan, anti emesis, memudahkan saat induksi, dan hal-hal lain yang tak diinginkan. Indikasi , Keuntungan dan Kerugian pada PremedikasiPasien anak-anak yang memerlukan premedikasi dan sedasi untuk membuat mereka menjadi kooperatif, adalah yang termasuk di bawah ini:1. Anak-anak yang memiliki riwayat operasi sebelumnya sehingga menjadi terlalu takut akan ketidaknyamanan akan perawatan di rumah sakit dan operasi berikutnya.2. Anak-anak di bawah usia sekolah yang tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya secara mudah, dimana ahli anestesi merasa kehadiran orang tuanya pada saat induksi tidak akan menguntungkan.3. Anak-anak yang terbatas komunikasinya yang disebabkan karena keterbelakangan mental (misalnya autisme), dan orang tua berperan sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan sang anak saat induksi4. Keadaan-keadaan dimana induksi harus dilakukan tanpa ada usaha perlawanan dari ataupun sikap tidak kooperatif, atau menangis dari sang anak.5. Remaja yang menunjukkan tingkat kecemasan yang tinggi. Remaja sering merasa ketakutan akan kehilangan penampilan tubuhnya, kematian. Tidak ada kesepakatan yang pasti akan keuntungan dari premedikasi pada anak-anak. Terutama pada bayi. Namun seorang anak yang kooperatif dan ter-sedasi, dapat mengurangi level kecemasan pada orang tuanya sendiri yang mungkin dapat berpengaruh terhadap persiapan pre-operasi atau bahkan terhadap sikap anaknya sendiri. Anak-anak dan orang tuanya mendapatkan keuntungan yang berbeda dari premedikasi: amnesia, analgesia, mengurangi cemas (baik terhadap pasien sendiri ataupun orang tuanya), dan sikap kooperatif. Para pekerja medis, baik tiu ahli anestesiologi dan perawat pre-operasi, mengetahui keuntungan dan resiko dari pengurangan cemas pre-operasi. Keamanan obat, onset obat, reaksi disforik, mual, muntah harus di pertimbangkan sebelum melakukan premedikasi. Premedikasi ideal untuk anak-anak adalah dengan administrasi yang baik, onset dan panjang durasi yang dapat diramalkan, dan komplikasi yang minimal. Seringkali tujuan dari premedikasi adalah menciptakan seorang pasien anak-anak yang tenang, kooperatif , dan mudah dipisahkan dari orang tuanya dan menuruti instruksi dari sang ahli anestesi. Namun kebutuhan dan metode dari premedikasi akan berbeda berdasarkan kebutuhan pasien, orang tua pasien, prosedur bedah, dan juga tempramen sang ahli anestesi. Meskipun premedikasi merupakan hal yang penting dalam menurunkan kecemasan, namun bukan berarti premedikasi adalah satu-satunya komponen. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki pikiran yang bercampur aduk tentang premedikasi, dan permintaan mereka mungkin bahwa mereka ingin ditangani oleh pekerja medis yang telah mereka kenal. Pada kasus ini , tidak diperlukan obat-obatan sedative atau pengurang rasa cemas, sehingga tidak ada efek samping atau pun komplikasi-komplikasi yang akan dihadapi atau dikhawatirkan. Bedah emergensi, lambung yang penuh, trauma kepala dan trauma abdomen merupakan kelemahan, atau batasan dari indikasi premedikasi. Pada anak normal dan sehat, resiko tentu saja minimal, dan bila komplikasi terjadi, biasanya karena over dosis atau suatu proses patologi yang tak diketahui.PremedikasiBayi: Umur < 12 bulan, berikan atropine 0,01 0,02 mg/kgbb, dosis minimum 0,1 mg secara intra vena.Anak Sehat : Umur 1-3 tahun,berikan atropine 0,01 mg/kgbb,dosis minimum 0,1 mg secara intra vena.Anak tenang:Tidak diperlukan sedasi, akan tetapi kalau diperlukan dapat diberikan :1. Diazepam peroral 4 mg/kgbb, 90 menit prainduksi atau dapat diberikan perrektal 0,2-0,4 mg /Kgbb, 30 menit prainduksi2. Dapat juga diberikan midazolam dengan dosis 0,5-1 mg/Kgbb perrektal.3. Atau khoralhidrat dengan dosis 20-75 mg/Kgbb.

Anak dengan kelainan jantung bawaan, dapat diberikan kombinasi obat :1. Atropin 0,01-0,02 mg/kgbb intra muskuler2. Diazepam perrektal 0,02-0,04 mg/kgbb, 30 menit prainduksi.3. Morfin intramuskuler 0,2 mg/Kgbb, 45 menit prainduksiKalau perlu analgetik narkotik pada anak besar (diatas 5 tahun), dapat diberikan :1. Petidin 1,0-2,0 mg/kgbb IM2. Morfin 0,1-0,2 mg/kgbb IMHati-hati terhadap efek samping berupa depresi napas, mual muntah dan disforia.InfusTempat pemasangan infud dilakukan pada :1. Dorsum manus2. Pergelangan tangan3. Dekat mata kaki bagian dalam4. Kepala (scalp)Jarum : Sedapat mungkin pergunakan kanul Teflon No.20, 22,24Cairan : 1) Bayi umur < 12 bulan berikan Dekstrosa 5 % dalam Nacl 0,225% atau Nacl 0,45 %2) Umur >12 bulan berikan dekstrosa 5 % dalam Nacl 0,9 % atau dalam ringer, atau bias juga diberikan ringer, atau bias juga diberikan ringer laktat/ asetat3) Pada kasus tertentudisesuaikan dengan masalah yang dijumpai.Jumlah : Tetesandisesuaikan dengan keperluanSuhu Kamar Operasi1) Bayi-bayi yang berumur > 12 bulan atau berat badan 20 kg gunakan sitem magillInduksi1. Pada neonatusInduksi dilakukan di kamar operasi dengan cara inhalasi sebagai berikut : Induksi inhalasi dengan kombinasi obat N2O :O2= 4:2 (liter) dan obat inhalasi volatile, misalnya halothan dimulai dengan dosis 0,5 Vol%, dinaikkan secara bertahap 0,5% tiap 3-5 kali nafas sampai pasien tertidur , kemudian dipasang infuse.2. Pada umur < 3 tahunInduksi dilakukan di kamr khusus untuk induksi yang berada di kamar terima atau kamar persiapan. Pada saat prosedur induksi dilaksanakan, orang tuanya boleh menemaninya, sambil iut serta melaksanakan prosedur induksi secara inhalasi seperti tersebut diatas. Selanjutnya setelah pasien tertidur, segera pasang infuse dan dibawa ke kamar operasi untuk tindakan lebih lanjut3. Pada anak > 3 tahunPada anak yang Kooperatif, pasien boleh ditemani oleh orangtuanya di kamar terima pasien dan segera pasang infuse dengan fasilitas anestesi local, selanjutnya induksi dilakukan secara intravena melalui infuse yang terpasang dengan obat-obat induksi intarvena seperti penthotal, ketamin, midazolam atau propofol dengan dosis yang disesuaikanIntubasiA. Intubasi dalam keadaan anestesi (asleep) dilakukan dengan cara sebagai berikut1. Induksi dengan anesthesia inhalasi 2. Setelah tidur cukup dalam berika anesthesia topical 1x semprot Xylocain 10 %3. Berikan anesthesia inhalasi beberapa menit lagi sambil menunggu khasiat analgesia topical4. Lakukan laringoskopi dengan larigoskop daun lurus dan kemudian lakukan intubasi.B. Intubasi dalam keadaan sadar ( awake), dilakukan pada pasien neonates yang berusia dibawah 10 hari, pada pasien dengan keadaan umum jelek, hernia diafragmatika, fistula trakea-bronkoessofagus, ileus obstruktif dan pada kasus yang diperkirakan sulit untuk intubasi.Tata laksannya adalah sebagai berikut1. Berikan O2 100% beberapa menit.2. Buatposisi kepala dalam posisi cium (sniffing) dan ekstensi sendi atlas3. Berikan analgesia topical 1x semprot xylokain 10 %4. Tunggu 2-3 menit (menunggu obat mulai bekerja)5. Lakukan laringoskopi dengan daun lurus segera lakukan intubasiPipa endotrakheaPipa enditrakhea yang diguanakan untuk anak yang berumur < 8 tahun, adalah pipa endotrakhea tanpa kaf (balon) dan yang terbuatdari plastic atau polivinil dan usahakan ukuran pipa agak sedikit longgar.Ukuran diameter pipa untuk anak diatas 1 tahun dapat ditentukan dengan rumus =1/n + 4,5 ( n dalam tahun). Pada neonaus, besarnya diameter PET yag ditentukan sebagai berikutBerat badan

Umur kehamilan Diameter PET

< 1000 gram3000 gram>38 minggu3,5-4,0 mm

Pemeliharaan Pada umumnya dilakukan anesthesia umum inhalasi melalui pipa endotrakheal. Pada operasi kecil dengan keadaan umumbaik, lokasi di permukaan tubuh tetapi bukan didaerah kepala-leher, posisi terlentang dan durasinya singkat kurang dari 30 menit dilakukan melalui sungkup muka. Pada operasi di daerah anorektal, genetalia externa dan inguinal dapat dilakukan analgesia regional subarachoid atau epidural kaudal, sebagai bagian dari anestesi balans. Aliran gas dan uap anestetika Aliran gas total untuk alat Jackson ress :2-3 kali isi semenit (TV=10 ml/Kgbb) Aliran gas total untuk alat makill pada anak >20 Kg minimum sama sdengan isi semenit. Campuran gas : -neonatus N2O :O2= 50:50 -Bayi N2O : O2= 60 :40 -Anak N2O :O2=70 : 30 Kalau tersedia obat pilihan adalah isofluran atau sevofluran 1-2 vol % (nafas spontan) atau 0,25-1,00 vol % (nafas dibantu kendali) Pola nafas1) Spontan dilakukan pada kasus operasi kecil, keadaan umum pasien baik, lokasi di permukaan tubuh kecuali di daerah kepala leher, possisi terlentang dan durasi kurang dari 30 menit. Hati-hati terhadap obstruksi jalan nafas dan depresi napas2) Nafas bantu dan atau nafas kendali, dilakukan pada operasi besar dan lama. Nafas kendali yang diberikan sebaiknya dilakukan dengan tangan (manual). Hati-hati dengan penderita kista paru (bias terjadi pneumo thoraks) dan pada fistel trakeo-osofagus Pelumpuh otot1) Otot lurik bersifat myasthenic reponse , sensitive terhadap pelumpuh otot non depolarisasi tetapi resisten terhadap depolarisasi.2) Obat pelumpuh ototSuksinilkholin, dosis 1-2 mg/kgbb untuk fasilitas intubasiPankoronium dosis 0,04-0,06 mg/kgbbAtrakurium dosis 0,3-0,6 mg/kgbb3) Penawar, setiap mempergunakan obat pelumpuh oot on depolarisasi harus diberikan penawarnya yaitu neostigmin, dosis 0,05 mg/kgbb, dikombinasikan dengan atropine 0,025 mg/kgbbTerapi cairan selama operasi Pilihan cairan :untuk pemeliharaan :dekstrosa 5% dalam 0,225 Nacl, sedangkan ringer laktat atau ringer asetat untuk pengganti kehilangan cairan selama operasi. Kebutuhan cairan1) Pemeliharaan (dalam 24 jam)Berat , 10 kg =100 ml/kgbbBerat 10-20 kgbb =1000 ml +50X nl ml/kgbbBerat 20-30 kgbb =1500 ml +50X n2 ml/kgbbCatatan :n1 =tambahan berat >10-20- 5 tahun, namun perlu adanya pengawasan terhadap bahaya depresi pernafasan.

DAFTAR PUSTAKA

Boulton T.B. 1994. Anestesiologi. Jakarta: EGCGunawan, S.G. dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai penerbit FK UILatief S.A. dkk. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan terapi intensif FK UILongnecker D.E. dkk. 2008. Anesthesiology. New York:The McGraw Hill.Mangku G., Senapathi T.G. 2010. Buku Ajar Anestesi dan Reanimasi. Jakarta Barat: P.T. IndeksMuhiman, M. Dkk. 2004. Anestesiologi. Jakarta: C.V. InfomedikaOmoigui, S. 1997. Buku Saku Obat-obatan Anestesia. Jakarta: EGCSarim B.Y. 2012. Buku Panduan Kepanitraan Kllinik Ilmu Anestesi. Kupang

19