Upload
lia-pamungkas
View
20
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jiwa
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu schizo yang
berarti “terpotong” atau “ terpecah” dan phren yang berarti pikiran, sehingga skizofrenia
berarti pikiran yang terpecah. Arti dari kata-kata tersebut menjelaskan karakteristik utama dari
gangguan skizofrenia berupa pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang
mengalaminya. Definisi skizofrenia yang lebih mengacu kepada gejala kelainannya adalah
gangguan psikis yang ditandai oleh penyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi social,
disorganisasi persepsi, pikiran dan kognisi.1,3
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering.Hampir 1% penduduk dunia
menderita skizofrenia selama hidup mereka.Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia
remaja akhir atau dewasa muda.Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 25-35 tahun.Diagnosis skizofrenia,menurut sejarahnya,mengalami
perubahan-perubahan. Pedoman untuk menegakan diagnostik adalah DSM-IV( Diagnostic and
statistical manual) dan PPDG2-III/ICD-X. Dalam DSM-Ivterdapat kriteria objektif dan
sfesifik untuk mendefinisikan skizofrenia. Belum ada penemuan yang patogonomik untuk
skizofrenia. Diagnosis berdasarka gejala atau deskripsi klinis dan merupakan suatu
sindrom.Etiologi skizofrenia belum pasti.Berdasarkan penelitian
biologik,genetik,fenomenologik dinyatakan bahwa skizofrenia merupakan gangguan atau
penyakit. Ada beberapa subtipe skizofrenia yang di identifikasi berdasarkan variabel klinik :
- F 20.0. Skizofrenia paranoid
- F 20.1. Sizofrenia Disorganisasi ( herbefrenik)
- F 20.2. Skizofrenia katatonik
- F 20.3. Skizofrenia tak terinci
- F 20.4. Skizofrenia pasca skizofrenia
- F 20.5. Skizofrenia residual
- F 20.6. Skizofrenia simpleks
- F.20.7. Skizofrenia lainnya
- F 20.8. Skizofrenia yang tak tergolongkan
Skizofrenia herbefrenik merupakan suatu bentuk skizofrenia yang biasanya timbul
pada usia remaja awal dengan perubahan afektif yang menonjol, waham (delusions) da
halusinasi (hallucinations) yang singkat dan terpecah, perilaku yang tidak bertanggung 1
jawab serta tidak dapat diramalkan, dan sering di sertai dengan manerisme. Mood dangkal
dan tidak sesuai, proses berpikir tidak terorganisasi dan pembicaraan inkoheren.Terdapat
kecendrungan yang jelas untuk terjadinya isolasi sosial.3
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini diantaranya adalah untuk memberikan gambaran ringkas
mengenai Skizofrenia Hebefrenik terutama dalam hal gejala klinis, diagnosis serta
penanganan yang tepat.
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab yang banyak dan
perjalanan penyakit yang luas (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang, pada
umumnya di tandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran
dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih ( Clear Consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1
Salah satu pembagian skizofrenia adalah Skizofrenia Herbefrenik merupakan suatu bentuk
skizofrenia yang biasanya timbul pada usia remaja awal dengan perubahan afektif yang
menonjol, waham (delusions) dan halusinasi (hallucinations) yang singkat dan terpecah,
perilaku yang tidak bertanggung jawab serta tidak dapat diramalkan, dan sering di sertai
dengan manerisme. Mood dangkal dan tidak sesuai, proses berpikir tidak terorganisasi dan
pembicaraan inkoheren.Terdapat kecendrungan yang jelas untuk terjadinya isolasi sosial.1
2.2 Epidemiologi
Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat,dan menimbulkan disorganisasi
personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran dan
perilakunya abnormal. Di Indonesia, sekitar 1%–2% dari total jumlah penduduk mengalami
skizofrenia yaitu mencapai 3/1000 penduduk, prevalensi 1,44/1000 penduduk diperkotaan
dan 4,6/1000 penduduk di pedesaan berarti jumlah penderita skizofrenia 600.000 orang
produktif.Data American Psychiatric Association (APA) menyebutkan 1% populasi
penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada
usia 16-25 tahun.Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap
kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan
lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.1,2
2.3 Etiologi
Etiologi Skizofrenia Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia lainnya.
Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:
1. Model Diatesis Stres
Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan
spesifik (diastesis), yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan 3
stress maka memungkinkan perkembangan gejala Skizofrenia. Komponen lingkungan
tersebut dapat berupa biologis atau psikologis
2. Faktor Biologi
a. Hipotesis Dopamin
Dari hipotesis dopamine menyatakan bahwa skizofrenia dihasilkan dari terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori ini didapat dari pengamatan obat anti
psikosis yang kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine
b. Hipotesis serotonin
Adanya metabolisme serotonin yang abnormal pada penderita skizofrenia, ditandai
dengan hiperserotoninemia.
c. Hipotesis GABA (Gamma Butyric Acid)
Dari data yang tersedia bahwa beberapa pasien Skizofrenia mengalami kehilangan
GABA didalam hipokampusnya.
d. Neuropatologi
Pada akhir abad ke 20, para peneliti telah membuat kemajuan signifikan yang
memperhatikan suatu neuropatologis potensial untuk skizofrenia, terutama pada
system limbic dan ganglia basalis, termasuk neuropatologi pada korteks serebri, talmus
dan batang otak.
3. Faktor Genetika
Adanya penelitian yang menemukan adanya hubungan pada tempat kromosom
tertentu pada penderita skizofrenia
4. Faktor psikososial
Pada faktor ini menandakan adanya tekanan psikososial yang terjadi pada orang
tertentu yang bisa memicu terjadinya skizofrenia, sperti permasalahan keluarga, hubungan
intrapersonal, konflik dan frustasi dalam lingkungan.1,2
2.4 Tanda dan Gejala
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase
aktif dan fase residual.
Fase prodromal
Biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih
dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya
fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.
4
Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan
teman, mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”.
Fase aktif
Gejala positif/ psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham,
halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila
tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami
eksaserbasi atau terus bertahan.1,2
Fase residual
Dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya
sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita
skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan,
mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).2
Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, antara lain;
Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.
Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri
atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu
kesatuan.
Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu
kesatuan.
Gangguan proses berfikir
Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,
berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik
diri secara ekstrim dari hubungan sosial.5
2.5 Gejala positif dan negatif
Pada tahun 1980,T.J crow mengajukan klasifikasi pasien skizofrenik kedalam tipe I dan
II, berdasarkan ada atau tidaknya gejala positif (atau produktif) dan negatif (atau defisit).
5
Walaupun sistem ini tidak diterima sebagai bagian klasifikasi DSM-IV-TR, pembedaan klinis
kedua tioe tersebut secara signifikan mempengaruhi penelitian psikiatrik. Gejala positif
mencakup waham dan halusinasi gejala negatif meliputi afek mendatar atau menumpul,miskin
bicara (alogia) atau isi bicara, blocking kurang merawat diri, kurang motivasi, anhedonia, dan
penarikan diri secara sosial. Pasien tipe I cenderung memiliki sebagian besar gejala positif,
struktur otak normal pada ct-scan, dan respon relatif baik terhadap pengobatan. Pasien tipe II
cenderung mengalami sebagian besar gejala negatif, abnormalitas struktural otak pada ct-scan,
dan respon buruk terhadap terapi. kategori ketiga, disorganized, mencakup pembicaraan kacau
(gangguan isi pikir), perilaku kacau, defek kognitif, dan defisit atensi.3
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu3
1. Gejala positif
a. Delusi atau waham
Suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan
secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap
meyakini kebenarannya.
b. Halusinasi
Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita
mendengar suara-suara/ bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber
dari suara/ bisikan itu.
c. Kekacauan alam pikiran
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak
dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat
dan gembira berlebihan.
e. Merasa dirinya ”Orang Besar”, merasa serba mampu dan sejenisnya.
f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap
dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.
6
2. Gejala negatif
a. Alam perasaan (affect) ”tumpul” dan ”mendatar”
Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan
ekspresi.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang
lain dan suka melamun.
c. Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.
d. Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.
e. Sulit dalam berpikir nyata.
f. Pola pikir steorotip.
g. Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.
2.6 Patofisiologi
Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.
a. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya
mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan
terhindar dari ancaman.
b. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa
mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa
yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri ( with drawl ).
c. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara
tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan
dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.
d. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti
perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.3-5
Waham
7
Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya menetap dan
kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham kejaran, hipokondrik,
kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak
dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia
pertengahan, tetapi kadang-kadang yang berkaitan dengan bentuk tubuh yang salah dijumpai pada
usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan situasi kehidupan
individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan
sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut
adalah normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.3
2.7 Diagnosis
Menurut PPDGJ-III diagnosis di tegakan bila
1. Memenuhi kriteria umum skizofrenia yaitu :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikud ini yang amat jelas ( dan biasnya dua gejala atau lebih
gejala- gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. - though echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda,
atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
- Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar atau
b. - Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusinasi auditorik :
8
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yangberbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu
atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang
berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.1
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
2. Diagnosa herbefrenia untuk pertama kali hanya ditegakan pada usia remaja atau dewasa
muda (onset biasanya mulai 15- 25 tahun)
3. Kepribadian premormid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun
tidak harus demikian untuk menetukan diagnosis.
9
4. Untuk diagnosis herbefrenia yang meyakinkan umumnya di perlukan pengamatan
kontunyu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme,
ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa
tujuan dan hampa perasaan.
- Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri
(self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai,
(grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondriakal dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases)
- Proses pikir yang mengalami disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu
(rambling) dan inkoherens.
5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya menonjol,
halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol (fleeting and fragmentaty delusion
and hallucinations) Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang
serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku penderita memperlihatkan ciri khas yaitu,
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Perilaku tanpa
tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang
dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya,
makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.
2.8 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Obat Antipsikotik3
Anti psikosisis terdiri dari dua kelas utama yaitu:
Anti Psikosis Tipikal (antagonis dopamine reseptor) yang disebut juga dengan Anti
psikosis yang klasik yang mana kerjanya memblokade dopamin reseptor pasca sinaptik
neuron di otak khususnya di sitem limbic dan ekstrapiramidal, sehingga efektif untuk gejala
positif seperti inkoherensi, waham, halusinasi, prilaku aneh yang tidak terkendali.
Obat anti psikosis tipikal5
10
No. Nama Generik Sediaan Dosis Akut mg/hariDosis pemeliharaan
mg/hari
1 Chlorpromazine Tab. 25 mg
100 mg
200 - 1000 50 – 400
2 Thioridazine Tab 50 mg 100 mg
200 – 800 50 – 400
3 Perphenazine Tab. 2 mg
4 & 8 mg
12 - 64 8 – 24
4 Trifluoperazine Tab. 1 mg5 mg
10 – 60 4 – 30
5 Haloperidol Tab. 0,5 mg 1,5 mg
2 mg 5 mg
5 - 20 1 -15
6 Pimozide Tab 4 mg2- 10
2 – 10
11
Anti Psikosis Atipikal (Antagonis serotonin-dopamin) yang disebut juga dengan anti
psikosis baru yang mana selain berafinitas terhadap dopamine juga terhadap serotonin
sehingga efektif juga untuk gejala negative seperti gangguan perassan atau afek, gangguan
hubungan sosial, gangguan proses fikir, kecenderungan menyendiri, dan tidak ada inisiatif.
Obat Anti psikosis Atipikal3
No Nama generik Sediaan Dosis anjuran
1 Risperidone Tab. 1,2,3 mg Tab. 2 -6 mg/h
2 Clozapine Tab. 25 mg
100 mg
25-100 mg/h
3 Quetiapine Tab. 25 mg
100 mg
200 mg
50-400 mg/h
4 Olanzapine Tab. 5 mg
10 mg
10-20 mg/h
Pengaturan Dosis
Pada terapi anti psikosis dimulai dari dosis awal sesuai dengan dosis anjuran,
kemudian dinaikkan 30-50% setiap 2-3 hari dari dasis awal hingga mencapai dosis efektif,
yang mana pada dosis efektif ini akan tanpak hilngnya beberapa symtoms yang dievaluasi
setiap 2 minggu, kemudian dinaikkan hingga mencapai dosis optimal dan dosis ini
dipertahankan sampai 6 bulan sehingga semua target simptoms hilang, kemudian diturunkan
lagi setiap 2 minggu hingga mencapai dosis maintenance, sehingga pengobatan berkisar antara
1 sampai 2 tahun untuk serangan episode pertama, 2 sampai 5 tahun untuk serangan episode
kedua dan seumur hidup untuk serangan episode ketiga.3
Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
Newer atypical antipsycotic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia
episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena
tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa
saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti
dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali
lebih lama pada Clozaril)
12
Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu sangat penting untuk
mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti
minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi,
dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti
dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita berhenti minum obat
karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting,
diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.
Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini
merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya
antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer
atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi
cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
Pengobatan Selama fase Penyembuhan
Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh.
Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat setelah episode
petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia
episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba
menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita Skizofrenia lebih dari satu episode, atau belum
sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat,
bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin
beratnya penyakit.
Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama,
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin
masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional
gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal
(EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku
penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat
beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki.
13
Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine)
bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.
Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi
pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace.
Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif
terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik
konvensional dengan antipsikotik atipikal. Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat
menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan
sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan
menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang
efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita
Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan
antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini. Efek
samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul
derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa
demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.
Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan
praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian
atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa
dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur
tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan
manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam
14
cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut
berasal dari ketidak tahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang
keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam
penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan
tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,
dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara
perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi
kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan
cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi
pasien skizofrenia.2,3
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan
skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien
skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.
Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional
antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien. Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan
di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban
dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi
jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah
sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah
lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama
yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.2,3
15
e. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang
sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Tujuan utama
perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien
dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada
perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan
pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit
menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian
mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien
dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit
harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas
hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan
untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat
perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam
memperbaiki kualitas hidup.2,3
2.9 Prognosis
Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,
prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat
kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal
(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan
penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan
kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu
yang singkat.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia :
1. Keluarga
Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan
membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang
normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.
2. Inteligens.
16
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan
lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.
3. Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien
(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi
mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek
merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri
obat Risperidone serta Clozapine.
4. Reaksi Pengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih
bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap
pemberian obat.
5. Stressor Psikososial
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak
yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau
dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan
bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau
akan bertambah parah.
6. Kekambuhan
Penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.
7. Gangguan Kepribadian
Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit
disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar
terhadap kesembuhan.
8. Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan
akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.
17
9. Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis
yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.
10. Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik
dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.
11. Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang
menunjukkan prognosisnya baik nantinya.2
Tabel 1.1 Ciri untuk mempertimbangkan prognosis baik hingga buruk pada Skizofrenia
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu pembagian skizofrenia adalah Skizofrenia Herbefrenik merupakan suatu
18
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik
Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif
Onset muda
Tidak ada factor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat social dan pekerjaan premorbid yang buruk
Prilaku menarik diri atau autistic
Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
bentuk skizofrenia yang biasanya timbul pada usia remaja awal dengan perubahan afektif
yang menonjol, waham (delusions) dan halusinasi (hallucinations) yang singkat dan terpecah,
perilaku yang tidak bertanggung jawab serta tidak dapat diramalkan, dan sering di sertai
dengan manerisme. Mood dangkal dan tidak sesuai, proses berpikir tidak terorganisasi dan
pembicaraan inkoheren.Terdapat kecendrungan yang jelas untuk terjadinya isolasi sosial.
Penyebab terjadinya skizofrenia secara pasti belum diketahui, akan tetapi ada beberapa
dugaan bahwa keterlibatan genetik, faktor biologis, faktor psikososial merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya skizofrenia.Terapi untuk skizofrenia dapat dilakukan
dengan terapi farmakologi yaitu dengan anti psikotik, juga ditambah dengan terapi
psikososial seperti terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi
individual dan perawatan rumah sakit.
19