Upload
albert-lesmana
View
440
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Saat ini angka kematian ibu karena proses kehamilan dan persalinan di dunia
masih tinggi. Berdasarkan data WHO tahun 2003 didapatkan bahwa dalam setiap menit seorang
perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan proses kehamilan dan
persalinannya.1 Indonesia mempunyai angka kematian tertinggi di Asia Tenggara.. Hasil survei
Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002 menyebutkan, angka tersebut mencapai 307 per
100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu masih cukup besar walau berhasil diturunkan
menjadi 255 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 dan 248 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2007.2
Partus lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi
baru lahir. Partus lama didefinisikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam
dihitung mulai dari munculnya tanda-tanda persalinan. Partus lama dapat menyebabkan infeksi,
kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, bahkan dapat terjadi pendarahan post partum yang
menyebabkan kematian ibu. Risiko kematian bayi juga meningkat pada infeksi, cedera dan
asfiksia janin.1
Di Indonesia, prevalensi kejadian partus lama sebesar 6,2% sampai 17,2% dengan
angka morbiditas mencapai 9,2%. Kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah untuk tahun 2006
adalah 74 kasus dari 2552 persalinan yaitu sekitar 2,89% dari seluruh persalinan. Penelitian
yang dilakukan Soekiman di RS Mangkuyudan di Yogyakarta didapatkan bahwa dari 3005
kasus partus lama, terjadi kematian pada bayi sebanyak 16,4% (50 bayi), sedangkan pada ibu
didapatkan 4 kematian, 17 perdarahan, 1 robekan portio dan robekan perineum subtotal.1
Ada tiga faktor penyebab persalinan memanjang atau partus lama yaitu: tenaga
(kekuatan kontraksi dan usaha maternal), jalan lahir (bentuk pelvis maternal dan jaringan
lunak) dan janin (posisi, ukuran, dan letak terendah janin). Kelainan kontraksi atau kelainan his
dapat disebabkan karena terjadinya inersia (his yang tidak sesuai dengan fasenya), inkoordinit
(his tidak teratur, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya), dan
tetanik (his terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim). Kelainan
kontraksi tersebut dapat dikurangi dengan melakukan senam hamil secara rutin.3
The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
merekomendasikan agar wanita hamil dengan resiko rendah untuk melakukan aktivitas fisik
dengan intesitas yang sedang selama 30 menit atau lebih setiap harinya, 3-5 hari dalam
seminggu.4 Aktivitas fisik memberi manfaat terhadap otot yang dilatih dan meningkatkan daya
tahan kardiorespirasi dengan meningkatkan konsumsi oksigen.5
Latihan senam hamil masih merupakan hal baru di kalangan penduduk Indonesia.
Banyak ibu hamil yang ragu untuk beraktivitas selama kehamilan karena takut berakibat buruk
pada janin serta masih terbatasnya informasi yang tersedia. Di samping itu, telah banyak rumah
sakit yang membuka kelas senam hamil dengan pemaparan akan manfaat senam hamil. Atas
dasar tersebut, kami melakukan penelitian mengenai pengaruh senam hamil pada ibu hamil
dengan lamanya proses persalinan kala II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di
dalam rahimnya setelah penyatuan sel telur dan sperma. Pada wanita, lama kehamilan sekitar
266 hari. Kehamilan ditandai dengan berhentinya menstruasi, mual yang timbul pada pagi hari,
pembesaran payudara dan pigmentase putting, dan pembesaran abdomen yang progresif.
Tanda-tanda absolut kehamilan adalah gerakan janin, bunyi jantung janin, dan terlihatnya janin
melalui USG (Ultrasonografi). 6
Perubahan fisiologis yang terjadi semasa hamil, yaitu:
A. Hemodinamik
Posisi tubuh ibu selama kehamilan berpengaruh terhadap curah jantung. Setelah
trimester pertama, posisi terlentang dan berdiri yang lama berdampak pada
berkurangnya curah jantung. Berkurangnya aliran balik vena pada posisi terlentang
merupakan dampak tidak langsung dari kompresi rahim dan dapat dikurangi dengan
posisi berbaring ke kanan dan ke kiri.
B. Sistem respirasi
Kehamilan menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi yang berpengaruh
terhadap respirasi. Pada awal kehamilan dilatasi kapiler terjadi pada saluran respirasi.
Seiring dengan membesarnya uterus, diafragma mengalami elevasi sekitar 4 cm
sehingga kapasitas paru-paru total menurun 4-5%.
Kehamilan berdampak pada berkurangnya functional reserve capacity (FRC).
FRC adalah besarnya udara yang tersisa dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal
(expiratory reserve volume (ERV) ditambah dengan residual volume (RV)). FRC, ERV,
dan RV berkurang sebesar 20%. Tidal volum meningkat secara bertahap 35-50%
seiring usia kehamilan.
C. Kebutuhan energi
Kehamilan dikaitkan dengan meningkatnya kebutuhan energi. Pada dua trimester
pertama, kebutuhan energi meningkat sebanyak 150 kalori/hari, sedangkan pada
trimester ketiga sebanyak 300 kalori/hari.
D. Perubahan hormonal
Saat kehamilan tubuh memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin
(HCG) yang menyebabkan ovarium memproduksi lebih banyak progesteron sehingga
menekan menstruasi, serta mempersiapkan payudara untuk menyusui, relaksasi tulang
sendi dan ligamen, dalam persiapan kelahiran bayi bisa mempengaruhi gerakan usus
besar yang menyebabkan sembelit dan mengakibatkan sakit punggung dan
meningkatkan suhu tubuh.. Melanocyte Stimulating Hormone (MSH) yang berfungsi
memproduksi pigmen kulit meningkat selama kehamilan. Estrogen penting dalam
mempertahankan kesehatan sistem genital, organ reproduksi dan payudara.
E. Perubahan muskuloskeletal
Kehamilan berdampak pada perubahan-perubahan mencolok pada tubuh wanita.
Perubahan meliputi payudara, rahim dam janin yang membesar, meningkatnya lordosis
lumbar, ligamen pelvis menjadi lebih lunak dan lentur, dan pigmentasi kulit bertambah
gelap.
F. Temperatur tubuh ibu dan janin
Tingkat metabolisme meningkat sehingga berdampak pada meningkatnya
produksi panas. 7
II. Aktivitas Fisik
A. Rekomendasi Aktivitas fisik
Rekomendasi aktivitas fisik untuk wanita hamil menurut Society of Obstetricians
and Gynaecologists of Canada adalah :
1. Semua wanita hamil tanpa kontraindikasi dianjurkan untuk berpartisipasi dalam
senam dan meningkatkan aktivitas fisik untuk memperkuat otot. Ini merupakan
bagian dari gaya hidup sehat selama kehamilan.
2. Tujuan dari aktivitas fisik selama kehamilan adalah untuk mempertahankan
kondisi fisik yang baik selama masa kehamilan tanpa mencoba untuk mencapai
kondisi fisik maksimal atau untuk tujuan berkompetisi.
3. Wanita hamil hendaknya memilih jenis aktivitas fisik yang mempunyai risiko
kehilangan keseimbangan dan trauma janin yang minimal.
4. Wanita sebaiknya diberitahukan bahwa aktivitas fisik tidak meningkatkan risiko
kehamilan yang merugikan atau berisiko pada janin.
5. Memulai latihan otot dasar panggul segera setelah melahirkan dapat menurunkan
risiko gangguan saluran kemih di masa mendatang.
6. Wanita sebaiknya diberitahukan bahwa beraktivitas fisik yang tidak berlebihan
selama masa menyusui tidak mempunyai efek terhadap kuantitas maupun
komposisi dasi ASI serta tidak mempengaruhi pertumbuhan bayi.8
B. Kontraindikasi Aktivitas fisik
Kontraindikasi absolut bagi wanita hamil yang ingin beraktivitas fisik adalah:
1. Penyakit katup jantung dan iskemi
2. Diabetes tipe I, penyakit vaskular perifer, penyakit tiroid, hipertensi yang tidak
terkontrol, dan kelainan sistemik berat lainnya (penyakit hati dan ginjal).
3. Serviks inkompeten
4. Riwayat aborsi spontan dua kali atau lebih.
5. Plasenta previa dan perdarahan pada kehamilan sekarang.
6. Ketuban pecah dini atau persalinan prematur pada kehamilan sekarang.
7. Preeklampsia
8. Kadar lemak tubuh yang sangat rendah, kelainan pola makan (anoreksia,
bulimia).
9. Kehamilan multipel
10. Intauterine growth retardation (IUGR)8
Kontraindikasi relatif bagi wanita hamil yang ingin beraktivitas fisik adalah:
1. Riwayat persalinan prematur, IUGR, dan preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya.
2. Anemia defisiensi zat besi (hemoglobin <10 gr/dl).
3. Penyakit paru (Penyakit Paru Obstruksi Kronik).
4. Penyakit katup jantung atau iskemi ringan dan aritmia jantung.
5. Obesitas dan Diabetes Melitus tipe II.
6. Jarang beraktivitas fisik sebelum hamil.
7. Kehamilan kembar (setelah usia kehamilan 24 minggu).
8. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi curah jantung dan distribusi aliran darah.
9. Presentasi bokong pada trimester ketiga.8
III. Senam Hamil
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan untuk memperkuat dan
mempertahankan elastisitas dinding perut, ligamen, otot-otot dasar panggul yang berhubungan
dengan proses persalinan (FK. Unpad, 1998).
Selain itu, senam hamil juga bertujuan untuk penguatan otot-otot kaki dan melatih
pernapasan. Menguatkan otot kaki diperlukan karena kaki merupakan penopang tubuh ibu
yang semakin lama semakin berat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Melatih
pernapasan diperlukan karena seiring bertambah besarnya janin, diafragma akan terdorong ke
arah dada sehingga rongga dada menjadi lebih kecil sehingga pengembangan paru menjadi
tidak optimal. Senam hamil biasanya dimulai saat kehamilan memasuki trisemester ketiga,
yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan.9
Tujuan utama dari persiapan fisik dengan senam hamil adalah:
A. Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara fungsi kaki sehingga
dapat menahan berat badan yang semakin meningkat, rasa nyeri, telapak kaki yang
menjadi datar, varises, dan bengkak.
B. Melatih dan menguasai tehnik pernapasan yang berperan penting selama kehamilan
dan proses persalinan. Latihan pernapasan dilakukan dengan cara menaikkan perut
saat menarik napas dan mengempiskan perut saat membuang napas melalui mulut
secara perlahan. Dengan demikian proses relaksasi dapat berlangsung lebih cepat dan
kebutuhan oksigen tubuh dapat terpenuhi.
C. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum,
otot-otot dasar panggul dan paha bagian dalam sehingga proses kontraksi dan
relaksasi yang berhubungan dengan persalinan dapat dikuasai.
Gambar 1. Anatomi Otot Dasar Panggul
D. Membentuk sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan sehingga dapat mengatasi
keluhan-keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh seperti sakit pinggang
dan punggung.
E. Memperoleh relaksasi tubuh yang sempurna dengan memberikan latihan-latihan
kontraksi dan relaksasi.
F. Mendukung ketenangan mental.10
Eisenberg (1996) membagi senam hamil menjadi empat tahap dimana setiap
tahapnya mempunyai manfaat tersendiri bagi ibu hamil. Tahap dan manfaat senam hamil yaitu:
A. Aerobik
Merupakan aktifitas yang berirama dan berulang. Gerakan yang disarankan untuk
ibu hamil adalah jalan. Manfaat dari aerobik ini adalah mencukupi kebutuhan oksigen
dalam metabolisme otot, meningkatkan fungsi respirasi dan kardiovaskular, juga
aktivitas otot dan sendi, secara umum menghasilkan perubahan pada keseluruhan tubuh
terutama kemampuan untuk memproses dan menggunakan oksigen, meningkatkan
peredaran darah, meningkatkan kebugaran dan kekuatan otot, meredakan sakit
punggung dan sembelit, memperlancar persalinan, membakar kalori, mengurangi
keletihan dan menjadikan bentuk tubuh yang baik setelah persalinan.
B. Kalistenik
Latihan berupa gerakan-gerakan senam ringan berirama yang dapat membugarkan
dan mengembangkan otot-otot serta dapat memperbaiki bentuk postur tubuh.
Manfaatnya adalah meredakan sakit punggung dan meningkatkan kesiapan fisik dan
mental terutama mempersiapkan tubuh dalam menghadapi persalinan.
C. Relaksasi
Merupakan latihan pernapasan dan pemusatan perhatian. Latihan ini bisa
dikombinasikan dengan katihan kalistenik. Manfaatnya adalah menenangkan pikiran
dan tubuh, membantu ibu menyimpan energi untuk ibu agar siap menghadapi
persalinan.
D. Kebugaran Panggul (biasa disebut kegel)
Manfaat dari latihan ini adalah menguatkan otot-otot vagina dan sekitarnya
(perinial) sebagai kesiapan untuk persalinan, mempersiapkan diri baik fisik maupun
mental.11
Gerakan pada senam hamil antara lain :
A. Latihan Kelenturan
Tahan setiap posisi sambil menarik napas sebanyak 10 kali. Ulangi untuk sisi
kanan dan kiri.
1. Angkat lengan kanan ke atas dan tekuk badan ke samping kiri untuk
meregangkan tubuh bagian samping Ulangi untuk lengan kiri.
Gambar 2. Gerakan Latihan Kelenturan 1
2. Pegang lengan kanan dengan tangan kiri dan tarik ke arah bahu kiri. Ulangi untuk
lengan kiri.
Gambar 3. Gerakan Latihan Kelenturan 2
3. Berdiri dengan kedua kaki terbuka, tangan diletakkan di lutut, tekuk kedua lutut,
pastikan punggung tetap tegak dan lutut sejajar dengan kaki untuk meregangkan
kaki bagian dalam.
Gambar 4. Gerakan Latihan Kelenturan 3
4. Letakkan kedua tangan di dinding untuk menyangga tubuh. Tumpukan berat
badan pada satu kaki dan kaki lainnya dilemaskan dan sedikit ditekuk.
Condongkan badan ke depan untuk meregangkan otot betis.
Gambar 5. Gerakan Latihan Kelenturan 4
5. Letakkan satu kaki di lantai dan kaki lainnya di atas kursi, condongkan panggul
ke depan untuk meregangkan bagian depan paha dari kaki yang diluruskan dan
bagian belakang paha dari kaki yang ditekuk.
Gambar 6. Gerakan Latihan Kelenturan 5
6. Dengan posisi merangkak, lengkungkan punggung kearah atas.
Gambar 7. Gerakan Latihan Kelenturan 6
7. Duduk bersila dengan kedua telapak kaki ditempelkan, tekuk badan ke depan
untuk meregangkan bagian dalam paha.12
Gambar 8. Gerakan Latihan Kelenturan 7
B. Latihan Pernapasan
Latihan pernapasan pada dasarnya melatih teknik pernafasan perut (diafragma)
dan pernafasan dada. Sesuai dengan kebutuhannya untuk mengatasi nyeri selama
persalinan, maka kedua teknik pernafasan di atas dapat digabung maupun dimodifikasi.
Gerakannya antara lain:
1. Pernafasan perut
Dengan sikap berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di
samping badan, dan relaks, letakkan tangan kiri di atas perut. Tarik nafas dalam
melalui hidung, sampai perut menggelembung dan tangan kiri terangkat. Tahan
sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut. Ulangi dengan frekuensi
8 kali per menit. Teknik pernafasan ini digunakan untuk mempercepat relaksasi,
mengatasi stress dan mengatasi nyeri his palsu mauun his permulaan kala I.
2. Pernafasan dada dalam
Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di
samping badan dan relaks, letakkan tangan di atas dada. Tarik nafas dalam melalui
hidung dengan mengembangkan dada sehingga tangan kanan terangkat. Tahan satu
sampai dua detik, dan hembuskan nafas lewat celah bibir sehingga tangan kanan
turun mengikuti surutnya badan. Frekuensi yang dianjurkan 8 kali per menit.
Teknik pernafasan ini menggantikan pernafasan perut apabila nyeri his kala I sudah
cukup.
3. Pernafasan dada cepat
Dengan sikap berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan di
samping badan dan relaks tarik nafas cepat melalui hidung dan hembuskan cepat
melalui mulut, mulailah dengan frekuensi 30 kali per menit yang makin lama makin
dipercepat hingga 60 kali per menit, perlambat lagi sedikit demi sedikit hingga
kembali menjadi 30 kali per menit.
4. Pernafasan kombinasi perut dan dada
Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di
samping dada dan relaks, katubkan kedua tangan pada batas antara dada dan perut.
Lakukan pernafasan perut selama 30 detik. Teknik pernafasan ini digunakan untuk
mengatasi nyeri his pertengahan kala I.
5. Pernafasan kombinasi perut, dada dalam, dan dada cepat
Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di
samping dada dan relaks. Lakukan pernafasan perut selama 15 detik, lanjutkan
dengan pernafasan dada dalam 15 detik, kemudian pernafasan dada cepat yang
makin lama makin dipercepat untuk kemudian diperlambat dan dilanjutkan
pernafasan dada dalam dan diakhiri pernafasan perut. Teknik pernafasan ini
digunakan untuk mengatasi rasa nyeri his pertengahan dan akhir kala I dan juga
mengatasi keinginan mengejan yang belum boleh dilakukan (Kushartanti, 2004).
C. Latihan penguatan otot dasar panggul (Kegel)
Kontraksikan otot dasar panggul selama 10 detik lalu relaksasikan otot dasar
panggul selama 5 detik. Ulangi sebanyak 10 kali.Untuk mengetahui otot yang harus
dikontraksi, latihlah dengan menahan urin saat miksi tanpa menggunakan otot
abdomen, kaki, dan pantat atau dengan menahan flatus.
Lakukan gerakan di bawah ini dengan 10-15 kali pengulangan.
1. Sikap merangkak, bertumpu pada kedua tangan dan kaki yang tegak lurus pada
lantai dan badan sejajar dengan lantai. Jarak antara kedua tangan sama dengan
jarak kedua bahu. Angkat kaki kanan dan kiri secara bergantian dan luruskan.
Gambar 9. Gerakan Latihan Penguatan Otot Dasar Panggul 1
2. Berbaring dengan posisi lutut ditekuk, kontraksikan otot perut dan angkat lutut
secara bergantian ke arah dada. Pastikan punggung tetap menempel pada lantai.
Gambar 10. Gerakan Latihan Penguatan Otot Dasar Panggul 2
3. Berdiri dengan kedua kaki terbuka, tangan kanan memegang punggung kursi,
dan tangan kiri diangkat ke samping sejajar bahu (pastikan tangan kiri dalam
posisi relaks). Angkat tumit, tekuk kedua lutut dan berdiri kembali. Ulang
beberapa kali lalu ganti posisi tangan yang memegang kursi lalu ulangi dengan
gerakan yang sama.
Gambar 11. Gerakan Latihan Penguatan Otot Dasar Panggul 3
4. Berdiri dengan posisi lutut sedikit ditekuk dan kedua tangan sedikit ditekuk di
depan tubuh masing-masing memegang beban. Angkat kedua lengan kearah
samping sampai sejajar dengan lantai.
Gambar 12. Gerakan Latihan Penguatan Otot Dasar Panggul 4
5. Berdiri dengan punggung menempel pada dinding dan lutut sedikit ditekuk.
Dorong panggul ke depan dengan mengkontraksikaan otot perut dan punggung
bawah ditekan ke arah dinding. Tahan beberapa detik lalu kembali ke posisi
awal. Ulangi beberapa kali.
Gambar 13. Gerakan Latihan Penguatan Otot Dasar Panggul 5
IV. Persalinan
A. Persalinan Normal
Persalinan didefinisikan sebagai kontraksi rahim berulang dengan frekuensi,
intensitas dan durasi yang cukup untuk menyebabkan obliterasi (penipisan) dan dilatasi
mulut rahim yang progresif sehingga janin dapat dikeluarkan dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar.
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap yang dilihat berdasarkan prosesnya, yaitu:
1. Kala I (tahap dilatasi serviks)
Tahap ini dimulai saat telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas, dan durasi yang cukup untuk mengasilkan pendataran dan dilatasi serviks
yang progesif. Kala I persalinan berakhir berakhir ketika mulut rahim berdilatasi
secara lengkap (sekitar 10 cm). Tahap ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase laten
Fase ini dimulai saat muncul kontraksi rahim dalam interval yang tetap
dan berakhir saat terjadi peningkatan dalam perubahan dilatasi mulut rahim
sampai mencapai ukuran 3 cm. Pembukaan terjadi sangat lambat, kurang lebih
berlangsung selama 8 jam.
b. Fase aktif
Fase ini ditandai dengan meningkatnya dilatasi mulut rahim dengan
menurunnya bagian terendah janin. Fase ini dibagi menjadi 3 fase:
1) Fase percepatan (Acceleration phase)
Peningkatan bertahap dari dilatasi yang menandai periode dari dilatasi
cepat. Dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal (phase of maximum slope)
Terjadi dilatasi mulut rahim yang paling besar. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase perlambatan (deceleration phase)
Tahap terminal yang ditandai dengan dilatasi yang melambat dan
diakhiri dengan terjadinya dilatasi secara lengkap. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
2. Kala II (tahap pengeluaran)
Tahap interval diantara akhir tahap pertama dan pengeluaran bayi secara lengkap.
Tahap ini dimulai dengan kontraksi rahim yang menjadi lebih kuat dan cepat kira-kira
2-3 menit sekali. Durasi rata-rata adalah 50 menit untuk nullliparous (belum pernah
melahirkan anak yang mampu hidup) dan 20 menit untuk multiparous (telah
melahirkan dua kali atau lebih janin hidup atau melahirkan beberapa anak dalam satu
waktu). Tahap ini dianggap memanjang jika diatas 2 jam pada nulliparous atau 1 jam
pasien parous (telah melahirkan satu kali atau lebih janin hidup). Perpanjangan waktu
diperkenankan jika menggunakan anestesi epidural.
3. Kala III (tahap plasenta)
Tahap interval diantara pengeluaran bayi dan pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban. Durasinya rata-rata 10 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri dan disertai pengeluaran darah. Tahap ini dinyatakan
memanjang jika berlangsung lebih dari 30 menit.
4. Kala IV (puerperium)
Tahap setelah proses kelahiran dan berakhir dengan resolusi dari perubahan
fisiologis saat kehamilan. Biasanya terjadi selama 6 bulan setelah melahirkan. Selama
waktu ini, traktus reproduksi kembali ke tahap saat tidak hamil dan ovulasi dimulai
kembali. Tahap ini juga dianggap perlu untuk mengamati jika ada perdarahan
postpartum.13,14
B. Persalinan Lama (Dystocia)
Dystocia adalah persalinan yang sulit yang ditandai oleh kemajuan yang lambat
dari persalinan. 8-11 % dystocia menyebabkan komplikasi persalinan pada saat kala I
dan Kala II, serta merupakan penyebab utama dilakukan persalinan secara caesar.
Keadaan ini muncul akibat interaksi dan fungsi yang abnormal dari:
1. Power (kekuatan)
Kontraksi rahim yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya sehingga
menyebabkan rintangan pada jalan lahir tidak dapat diatasi sehingga kehamilan
mengalami hambatan atau kemacetan. Hal ini meliputi kekuatan kontraksi dan
usaha maternal.
2. Passenger (janin)
Gangguan persalinan karena letak atau bentuk janin. Hal ini meliputi posisi,
ukuran, dan letak terendah janin.
3. Passage (jalan lahir)
Gangguan disebabkan karena kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir
bias mengahalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan. Hal ini
meliputi bentuk pelvis maternal dan jaringan lunak.
Dystocia meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Fase laten yang memanjang
Fase ini dianggap memanjang jika melebihi 20 jam pada pasien nulliparous
dan 14 jam pada pasien multiparous. Beberapa faktor yang mempengaruhi fase
laten antara lain yaitu :
a. Anestesia regional
b. Sedasi yang berlebihan
c. Keadaan serviks yang buruk (tebal atau tidak mengalami pendataran atau
tidak membuka
2. Gangguan pemanjangan (Protraction Disorder)
Hal ini terjadi jika jangkauan dilatasi kurang dari 1.2 cm per jam pada pasien
primiparous (mengandung atau melahirkan hanya satu anak) atau kurang dari 1.5
cm per jam pada pasien multiparous. Pada gangguan ini, terdapat kontraksi yang
adekuat.
3. Secondary arrest of labor
Tidak terjadi perubahan dilatasi mulut rahim lebih dari 2 jam dari fase aktif
dengan bukti adanya kontraksi yang adekuat atau tidak ada penurunan dari bagian
terendah janin setelah 1 jam dari dilatasi yang lengkap dan penipisan (obliterasi)
dari mulut rahim.
4. Tahap kedua yang memanjang
a. Lebih dari 2 jam pada pasien nulliparous tanpa anestesi regional.
b. Lebih dari 3 jam pada pasien nulliparous dengan anestesi regional.
c. Lebih dari 1 jam pada pasien multiparous tanpa anestesi regional.
d. Lebih dari 2 jam pada pasien multiparous dengan anestesi regional.
5. Persalinan cepat (precipitous labor)
Proses kelahiran berlangsung dalam waktu 1 jam atau kurang setelah onset
dari persalinan aktif.4
Daftar Pustaka
1. Indriyani, Dhika; Amiruddin, RDr. Ridwan,SKM, M. Faktor Risiko Kejadian Partus Lama di RSIA Siti Fatimah Makassar tahun 2006. http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/3/faktor-risiko-partus-lama-di-rsia-siti-fatimah-makassar/. 31 Mei 2007.
2. [Anonim]. Pembangunan Kesehatan Tahun 2007. http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3000&Itemid=2. 20 Februari 2008.
3. [Anonim]. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Sikap Ibu tentang Senam Hamil di RSU Islam Kustati, Surakarta. http://74.125.153.132/search?q=cache:fQvGYKDdRHYJ:etd.eprints.ums.ac.id/893/1/J210040005.pdf+Ada+tiga+faktor+penyebab+persalinan+memanjang+atau+partus+lama+yaitu&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a.
4. Lewis, Beth. et al. The Effects of Exercise During Pregnancy on Maternal Outcomes: Practical Implications for Practice. American Journal of Lifestyle Medicine 2009. http://www.medscape.com/viewarticle/580466. 10 Juni 2008.
5. Evans, Arthur T. Manual of Obstetrics, 7th edition. Texas: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
6. W. B. Saunders Company. Kamus Kedokteran Dorland. dr. Huriawati Hartanto, et al, penerjemah; dr. Huriawati Hartanto, et al, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2000. Terjemahan dari: Dorland’s Illustrated Medical Dictionary.
7. Abdulla, Aly; Faiza abdulla.. Exercise and Pregnancy. Middle East Journal of Family Medicine 2004;2.
8. Davies, Gregory A. L. et al. Exercise in Pregnancy and Postpartum Period. Joint SOGC/CSEP Clinical Practice Guideline 2003;129.
9. Ensiklopedia Kehamilan: Panduan Lengkap Hamil Sehat. Dr.Ahmad Isa dan Anita Hairunnisa.Yogyakarta.Familia.2008.
10. Hulliana, Mellyna. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Niaga Swadaya.
11. Azaroh. Senam Ibu Hamil. Juni 2008. http://azaroh.wordpress.com/2008/06/29/senam-ibu-hamil/
12. [Anonim]. Active for Two. Quebec; 2007. www.kino-quebec.qc.ca
13. Prof. Dr. Abdul Bari Saifuddin, MPH, SpOG (K), editor. Ilmu Kebidanan. Ed ke-4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
14. Fortner, Kimberly B. et al. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
15. Dahlan, Sopiyudin M. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans; 2006.
16. 17.18.19. Uyanto, Stanislaus S. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2006.