Upload
fadillahhutami
View
36
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
3.2 PembahasanFormalin adalah larutan tak berwarna, mudah larut dalam air, mudah menguap, dan
mempunyai bau yang tajam. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 % formaldehid dalam
air. Biasanya ditambah metanol hingga 15 % sebagai pengawet. Formalin termasuk golongan
aldehida suku pertama denganrumus kimia ; H-CH=O. Formalin mempunyai banyak nama
kimia diantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,Oxomethane,
Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,Superlysoform, Formic aldehyde,
Formalith, Tetraoxymethylene, Methyloxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan
Methyleneglycol.
Formalin ini biasa digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan disinfektan
untuk peralatan rumah sakit serta untuk pengawet mayat. formalin banyak disalahgunakan
untuk pengawet bahan makanan sehari-hari. Produk pangan yang mengandung formalin itu
tanpa sadar dikonsumsi masyarakat luas sehari-hari, karena tidak tahu bagaimana
membedakan makanan berformalin atau tidak. Disamping itu, akibat ketidaktahuan dampak
penggunaan formalin. Dampak yang tak terlihat secara langsung ini juga membuat para
produsen tidak peduli akan akibat jangka panjangnya. Akumulasi formalin terus-menerus
dalam tubuh dapat berakibat fatal yang mengancam sistem keseimbangan tubuh. Formalin
adalah salah satu jenis pengawet yang sangat berbahaya, Apabila tertelan sebanyak 2 sendok
makan saja atau 30 mL formalin bisa menyebabkan kematian. Formalin dilarang
penggunananya sebagai pengawet makanan, hal ini dapat dilihat dari permenkes No.
722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan karena dapat
merugikan kesehatan manusia.
Pengaruh formalin terhadap sistem tubuh tergantung pada berapa lama dan berapa
kadar yang terakumulasi dalam tubuh. Faktor imunitas tubuh juga ikut menentukan. Namun
bagi usia bayi dan anak kecenderungan bahaya formalin semakin besar, karena sistem imun
tubuhnya belum sempurna. Sifat oksidator formalin dapat merusak sel-sel tubuh sehingga
menghambat metabolisme, bahkan dapat mengakibatkan pertumbuhan sel yang abnormal
(kanker).
3.2.1 Profil Responden
Profil responden mahasiswa Diploma IPB dibagi menjadi dua yaitu 15 mahasiswa
dari Porgram Keahlian SJMP dan 15 mahasiswa dari Program Keahlian Non SJMP sehingga
responden berjumlah 30 mahasiswa. Kemudian mahasiswa dibagi menjadi 6 kriteria, yaitu
nama, jenis kelamin, usia, asal daerah, semester dan Program Keahlian. Pada Program
Keahlian SJMP usia responden berkisar 19-20 tahun yang bersemester 2 dan 4, berjenis
kelamin perempuan dan laki-laki, serta responden berasal dari berbagai daerah. Sedangkan
untuk Program Keahlian Non SJMP usia responden berkisar 19-20 dan 37 tahun, berjenis
kelamin perempuan dan laki-laki, responden terdiri dari PK Manajemen Informatika dan
Akuntansi yang bersemester 4 dan satu responden dari karyawan Diploma IPB, serta
responden juga berasal dari berbagai daerah. Hal yang melatarbelakangi adanya responden
dari program keahlian yang berbeda adalah untuk membandingkan tingkat pengetahuan antar
Program Keahlian tersebut tentang formalin dalam produk pangan.
3.2.2 Pengetahuan Mahasiswa SJMP dan NON SJMP Tentang Formalin
Tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap formalin dalam pangan dapat diketahui
melalui pemberian kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa mengenai
pengetahuan tentang formalin, bahaya penggunaan formalin dan cara mengidentikasi adanya
formalin pada produk pangan. Kuesioner diberikan secara langsung kepada mahasiswa
Diploma IPB dari program keahlian SJMP dan Non SJMP yaitu pada tanggal 13 Maret 2013.
Sebelum diberikannya kuesioner tersebut, responden diberikan intruksi atau penjelasan cara
pengisian kuisioner tersebut agar mahasiswa dapat mengisi kuisioner dengan baik dan sesuai
yang diharapkan.
Jumlah responden yang mengisi kuisioner terdapat 30 mahasiswa yang terdiri dari 15
mahasiswa dari PK SJMP dan 15 mahasiswa PK non SJMP. Berdasarkan hasil pengisian
kusioner oleh responden, didapatkan bahwa PK non SJMP memiliki tingkat pengetahuan
yang kurang mengenai formalin dibandingkan dengan PK SJMP. Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan mereka yang masih relatif rendah dan wawasan mereka
yang kurang tentang formalin dalam produk pangan. Sebaiknya mahasiswa ataupun
masyarakat lebih memperluas wawasan mengenai formalin dan sadar bahaya yang
ditimbulkan akibat mengkonsumsi produk pangan yang berformalin, sehingga dapat terhindar
dari penyalahgunaan formalin pada produk pangan yang dilakukan oleh oknum produsen
yang tidak bertanggung-jawab.
3.2.3 Pengetahuan Efek Formalin jangka Pendek dan Jangka Panjang Bagi
Kesehatan Manusia
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan
pernapasan. Formalin yang masuk melalui jalur mulut dengan mengkonsumsi makanan yang
berformalin. Sedangkan formalin yang masuk melalui jalur pernapasan dengan menghirup
polusi yang mengandung formalin dari lingkungan sekitar seperti: asap knalpot, asap rokok,
dan asap pabrik. Apabila formalin tersebut tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa
terbakar, mual, muntah, dan diare. Sedangkan apabila formalin tersebut terhirup maka
mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, dan batuk-batuk.
Kerusakan jaringan sistem saluran pernafasan bisa menganggu paru-paru berupa pneumonia
(radang paru) atau edema paru (pembengkakan paru).
Akibat jangka pendek yang terjadi bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak
adalah bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit
kepala, mual, diare dan muntah. Sedangkan untuk jangka panjang formalin dapat
mengakibatkan banyak gangguan organ tubuh, daya ingat berkurang, kanker bahkan
kematian.
Berdasarkan Tabel 1.Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Diploma IPB Terhadap
Formalin Dalam Pangan diketahui bahwa mahasiswa Non SJMP masih berada pada tingkat
pengetahuan yang kurang dibandingkan mahasiswa SJMP terhadap bahaya jangka pendek
formalin dalam produk pangan. Hal ini dibuktikan saat pengisian kuesioner banyak
mahasiswa Non SJMP yang tidak menjawab efek jangka pendek bagi kesehatan produk
pangan yang mengandung formalin. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa Non SJMP tidak
mempelajari secara khusus tentang bahaya formalin sehingga sangat diperlukan kesadaran
dari mahasiswa tersebut untuk mencari informasi lebih tentang bahan tambahan pangan
(BTP) yang berbahaya bagi kesehatan seperti : formalin, boraks, dll.
3.2.4 Mengetahui Produk Pangan Yang Berformalin
Bahan makanan sangat penting bagi kehidupan manusia seperti lemak, karbohidrat,
protein, vitamin, dan mineral. Akan tetapi baik sengaja maupun secara tidak sengaja ada zat
aditif yang bersifat sintetis sehingga akan mempengaruhi kulaitas makanan tersebut. Dalam
proses produksi sering terjadi kelalaian bahkan kesengajaan menggunakan bahan kimia
sebagai zat tambahan dalam makanan seperti zat pengawet, pewarna, dan sebagainya. Bahan
kimia yang terdapat dalam bahan makanan dengan kadar yang berlebih akan bersifat toksik
bagi manusia.
Mengetahui makanan atau produk pangan secara pasti adanya formalin yaitu dengan
cara mendeteksi formalin secara kualitatif maupun kuantitatif secara akurat di laboratorium
dengan menggunakan pereaksi kimia. Sedangkan mengenali kemungkinan adanya formalin
dalam suatu produk pangan yaitu dengan cara dilihat dan dirasa secara kasat mata. Berikut ini
terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak seakurat pengujian di
Laboratorium untuk mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu
membedakannya dari pangan tanpa formalin. Produk pangan yang biasanya mengandung
formalin yaitu produk pangan tersebut lebih tahan lama atau awet meskipun disimpan pada
suhu kamar,tekstur lebih kenyal, bau menyengat dari formalin, serta tidak ada lalat
disekitarnya.
Berdasarkan Tabel 1.Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Diploma IPB Terhadap
Formalin Dalam Pangan, diketahui bahwa baik mahasiswa SJMP maupun Non SJMP dapat
mengetahui bagaimana cara menguji secara pasti produk pangan yang mengandung formalin.
Akan tetapi, mahasiswa Non SJMP memiliki pengetahuan yang lebih terhadap pengujian
formalin secara pasti dalam produk pangan dibandingkan dengan mahasiswa SJMP, padahal
formalin sudah tidak asing lagi bagi kalangan mahasiswa SJMP tersebut. Hal ini
kemungkinan terjadinya kejenuhan mahasiswa SJMP yang mengisi kuesioner secara
berulang. Faktor lainnya, mungkin dikarenakan kondisi mahasiswa SJMP yang terlalu lelah
setelah selesai melakukan aktifitas perkuliahan. Selain itu, terdapat responden dari mahasiswa
SJMP yang terburu-buru mengisi kuesioner karena akan melakukan aktifitas perkuliahan
berikutnya sehingga responden tidak menjawab pertanyaan secara optimal.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Dari hasil survey mahasiswa Diploma IPB Program Keahlian SJMP dan Non SJMP
terhadap pengetahuan tentang formalin dalam pangan, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
Non SJMP masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai formalin dan bahaya
penggunaan formalin bagi kesehatan. Akan tetapi, mahasiswa non SJMP dalam hal
pengetahuan tentang pengujiian adanya formalin secara pasti dalam produk pangan lebih
unggul dibandingkan dengan mahasiswa SJMP, yang seharusnya mahasiswa SJMP lebih
mengetahui dan mengerti mengenai formalin dalam pangan.
4,2 Saran
Dari hasil survey ternyata mahasiswa Non SJMP memiliki pengetahuan yang kurang
terhadap formalin, sehingga disarankan agar mahasiswa ataupun masyarakat luas
meningkatkan pengetahuan terhadap formalin, bahaya-bahaya yang ditimbulkan, dan
mengetahui ciri produk pangan yang mengandung formalin dengan cara mengikuti
penyuluhan tentang formalin, dan memperbanyak informasi dengan membaca buk, searching
internet, dan lain-lain. Selain itu, Produsen juga harus lebih memperhatikan kesehatan
konsumen tidak hanya mencari keuntungan semata. Oleh karena itu, peran dan upaya
pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi peredaran formalin yang merajalela pada
produk pangan. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap peredaran produk pangan di
masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas bagi oknum produsen yang
menyalahgunakan formalin pada produk pangan,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Makalah Formalin. http://blogspot.com/makalah-formalin
[ 17 Maret 2013]
Anonim. 2008. Formalin sebagai Pengawet Makanan. www.bali-travelnews.com
[ 17 Maret 2013]
Utami, A.S, 2008. Studi Pengetahuan Bahaya Penggunaan Formalin pada Masyarakat Desa
Sukosewu Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro, Malang, Universitas
Muhamadiyah Malang [17 Maret 2013].