29
BAB I Pembahasan 2.1. Definisi Dermatosis eritroskuamosa adalah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama, yaitu psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis rosea, eritroderma, dermatitis seboroik, lupus eritromatosus, dan dermatofitosis. 2.2. Psoriasis Definisi : psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Sinonim : psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa. Epidemiologi : Insidens orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa. Etiopatogenesis : Faktor genetik berperan. Bila orang tua tidak menderita psoriasis risiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika 1

Refreshing

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kulit

Citation preview

Page 1: Refreshing

BAB I

Pembahasan

2.1. Definisi

Dermatosis eritroskuamosa adalah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema

dan skuama, yaitu psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis rosea, eritroderma, dermatitis seboroik,

lupus eritromatosus, dan dermatofitosis.

2.2. Psoriasis

Definisi : psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,

berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.

Sinonim : psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya

psoriasis pustulosa.

Epidemiologi : Insidens orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna.

Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi

umumnya pada orang dewasa.

Etiopatogenesis :

Faktor genetik berperan. Bila orang tua tidak menderita psoriasis risiko mendapat

psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orangtua menderita psoriasis risikonya

mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakitnya dikenal dua tipe : psoriasis tipe 1

dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat

nonfamilial.

Faktor imunologik berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah

satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit.

Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang

umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas

limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi

1

Page 2: Refreshing

baru umumnya lebih banyak didominasi oleh oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis

terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Lebih dari 90% kasus dapat

mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif.

Faktor pencetus : antara lain stress psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner),

endokrin, gangguan metabolic, obat, alkohol, juga merokok. Stres psikis merupakan

factor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hubungan dengan psoriasis gutata.

Puncak insidens psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan

umumnya membaik, sedangkan pada masa pascapartus memburuk. Gangguan

metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan sebagai factor

pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif adalah beta-adrenargik

blocking agents, litium, antimalaria dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik.

Gejala Klinis :

Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma.

Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit kepala, perbatasan

daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, dan daerah

lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama

diatasnya. Eritem berbatas tegas dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema

yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan

berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi : lentikular, nummular

atau plakat, dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis

gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut Streptococcus.

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin dan Auspitz yang khas, sedangkan Kobner

tidak khas untuk psoriasis. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi

putih pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara

menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah

berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Cara mengerjakannya : skuama yang

berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka

pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan

2

Page 3: Refreshing

yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis,

misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan

disebut fenomen Kobner.

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak 50%. Gejala klinis

pada psoriasis kuku bergantung pada bagian kuku yang terkena :

a. Pada bagian proksimal matriks kuku dapat terdapat pitting nail dan beau line. Pitting

nail ini karena hilangnya parakeratosis dari lempeng kuku, berupa lekukan-lekukan

milier. Beau line yaitu garis transversal karena terjadi inflamasi intermiten yang

menyebabkan terbentuknya garis.

b. Pada bagian medial matriks, akan terbentuk leukonikia yaitu daerah berwarna putih

karena focus parakeratosis di dalam kuku atau lempeng kuku.

c. Pada hiponikia, akan terdapat hyperkeratosis subungual yang mengenai dasar kuku

dan hiponikia (dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas menebal)

d. Pada dasar kuku dan matriks kuku, akan terdapat onikolisis yaitu daerah berwarna

putih diantara lempeng kuku dan dasar kuku. Biasanya dimulai dari distal menuju ke

proksimal.

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan pada sendi, yaitu arthritis psoriasis yang

mengenai 10-30% pasien psoriasis. Umumnya poliartikular, tempat predileksinya pada sendi

tangan, kaki dan sendi-sendi besar. Terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi akan kaku,

membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.

Bentuk klinis :

Psoriasis vulgaris

Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak

karena lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat presileksinya seperti yang telah diterangkan

di atas.

3

Page 4: Refreshing

Psoriasis gutata

Papul kecil berwarna pink, dengan diameter 1-10 mm. Timbulnya mendadak dan

diseminata, umumnya 2-3 minggu setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian

atas, seperti sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain

itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bacterial maupun viral.

Psoriasis inversa (psoriasis fleksural)

Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan

namanya.

Psoriasis eksudativa

Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini

kelainannya membasah seperti dermatitis akut.

4

Page 5: Refreshing

Psoriasis seboroik (seboriasis)

Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis

seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain

berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.

Psoriasis pustulosa

Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit

tersendiri, kedua dianggap varian dari psoriasis. Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa,

bentuk lokalisata, dan generalisata. Bentuk lokalisata, contohnya psoriasis pustulosa

palmo-plantar. Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata

akut.

a. Psoriasis pustulosa palmo-plantar

Penyakit ini bersifat kronis dan residif, mengenai telapak tangan atau kaki atau

keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril, dan dalam,

diatas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.

b. Psoriasis pustulosa generalisata akut

Sebagai factor provokatif banyak, misalnya obat yang tersering karena penghentian

kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penicillin dan derivatnya (ampisilin dan

amoksisilin) serta antoibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin, morfin, kodein,

salisilat dan lain-lain. Factor lain selain obat adalah infeksi bacterial dan virus.

Penyakit ini dapat timbul pada penderita sedang atau telah atau belum pernah

menderita psoriasis. Gejala awalnya adalah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai

gejala umum berupa demam, malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada

makin merah. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematous dan eritematosa

pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustule miliar pada plak-

plak tersebut. Dalam sehari pustule berkonfluensi membentuk “lake of pus”

berukuran beberapa centimeter.

Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma.

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, kultur pus dari pustul steril.

Eritroderma psoriatic

Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau

oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak

5

Page 6: Refreshing

tampak lagi karena terdapat eritem dan skuama tebal yang menyeluruh. Ada kalanya lesi

psoriasis massih tampak samar-samar, yakni lebih eritematous dan kulitnya lebih tinggi.

Histopatologi : psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni : parakeratosis,

dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro.

Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.

Diagnosis banding : jika gambaran klinisnya tidak khas, maka harus dibedakan dengan

beberapa penyakit dermatosis eritroskuamosa lainnya. Mengingat tanda khas dari psoriasis

antara lain skuama yang kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan

fenomena Auspitz. Pada stadium penyembuhan telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi

hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah keluhan pada

dermatofitosis ialah gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.

Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis. Penyakit tersebut

sekarang jarang terdapat, perbedaannya adalah pada sifilis terdapat sanggama tersangka,

pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh, dan tes serologic untuk sifilis positif.

Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-

kuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik.

Pengobatan :

Pada psoriasis gutata yang biasanya disebabkan infeksi di tempat lain, setelah infeksi tersebut

diobati umumnya psoriasisnya akan sembuh sendiri.

Pengobatan sistemik :

Kortikosteroid

Prednisone 20-30 mg perhari. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan,

kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan

menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata.

Obat sitostatik

Yang biasa dipakai adalah metotreksat. Dengan cara kerja mereduktase asam dihidrofolic

Indikasinya adalah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis dengan lesi

6

Page 7: Refreshing

kulit, dan eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat standar.

Kontraindikasinya adalah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik, kehamilan,

penyakit infeksi aktif (TB), ulkus peptikum, colitis ulserosa, dan psikosis. Cara

penggunaan metotreksat : mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg per os untuk

mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang

tidak dikehendaki dalam 3 hari diberikan dosis 3 x 2.5 mg, dengan interval 12 jam dalam

seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak perbaikan, dosis dinaikkan 2,5

mg-5mg per minggu. Biasanya dengan dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak

perbaikan. Cara lain ialah diberikan i.m. 7,5 mg-25 mg dosis tunggal setiap minggu.

Levodopa

Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada pasien Parkinson yang

juga menderita psoriasis, membaik psoriasisnya dengan pemberian levodopa. Dosisnya

adalah 2x250 mg – 3x500mg, efek sampingnya : mual, muntah, anoreksia, hipotensi,

gangguan psikik, dan pada jantung.

DDS

DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe Barber

dengan dosis 2x100mg sehari. Efek sampingnya adalah anemia hemolitik,

methemoglobinemia, dan agranulositosis.

Etretinat

Etretinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan

dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Pada psoriasis, obat tersebut

mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosisnya

bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis

dapat dinaikkan menjadi 1 ½ mg/kgBB. Efek sampingnya : kulit menipis, selaput lendir

pada mulut, mata dan hidung kering, peningkatan lipid darah, gangguan fungsi hepar, dan

teratogenik.

Siklosporin

Efeknya adalah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari. Bersifat nefrotoksik dan

hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat

terjadi kekambuhan.

7

Page 8: Refreshing

Pengobatan topikal :

Preparat ter

Preparat ter yang mempunyai efek anti radang. Menurut asalnya, preparat ter dibagi

menjadi 3, yakni yang berasal dari :

- Fosil, misalnya iktiol

- Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski

- Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens

Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang cukup

efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Namun ter yang berasal dari batu bara

lebih efektif dibandingkan dengan dari kayu dan kemungkinan memberikan iritasi juga

lebih besar. Psoriasis menahun lebih baik diberikan preparat ter yang berasal dari batu

bara, sedangkan pada psoriasis akut sebaiknya diberikan preparat ter dari kayu. Ter yang

berasal dari kayu berbau, tidak seperti likuor karbonis detergens. Konsentrasi yang

dipakai adalah 2-5%. Awalnya diberikan konsentrasi yang rendah, jika tidak berhasil

konsentrasi dinaikkan. Dan ditambahkan asam salisilat untuk lebih efektif daya

penetrasinya, konsentrasi 3-5%. Sebagai vehikulum digunakan salap, karena daya

penetresinya paling kuat.

Kortikosteroid

Menggunakan golongan poten. Jika lesi hanya beberapa, dapat pula disuntikkan intralesi

seminggu sekali. Seperti dengan triamsinolon 0,1% krim.

Ditranol

Obat yang efektif, namun kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.

Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8% dalam pasta, salap atau krim. Lama

pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3

minggu.

Vitamin D topikal

Diberikan pada pasien yang resisten terhadap terapi yang terdahulu atau pada lesi-lesi di

muka atau daerah-daerah yang kulitnya tipis. Vitamin D ini lebih efektif bila

dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal. Seperti calcitrol digunakan 2x/hari pada

daerah yang terkena dengan dosis tidak melebihi 200g/minggu.

8

Page 9: Refreshing

Retinoid topikal

Formulasi gel aquous tidak menyebabkan iritasi karena pemakaian jangka panjang serta

tidak berbau dan berwarna. Namun tidak boleh digunakan pada wanita hamil. Contohnya

tazarotene gel aquous 0,05%, tidak digunakan lebih dari 20% permukaan tubuh,

dioleskan sebanyak 2mg/cm2. Kontraindikasi pada anak berumur kurang dari 12 tahun.

Imunomodulator

Contohnya tacrolimus topikal 0,1%, dengan dosis untuk dewasa dioleskan tipis pada lesi,

pada anak umur 2-15 tahun dioleskan 0,03% salep dipermukaan lesi, dan untuk yang

berumur lebih dari 15 tahun dosisnya sama dengan dewasa.

Pengobatan dengan penyinaran

Dengan menggunaakn ultraviolet yang mempunyai efek menghambat mitosis.

Digunakan sinar ultraviolet artificial, diantaranya sinar A (UVA), dapat digunakan

sendiri atau bersama dengan psoralen dan disebut PUVA. Karena psoralen bersifat

fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik. Mula-mula 10-20 mg psoralen

diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam

bagan, diantaranya 4x seminggu. Penyembuhan dalam 3-4 minggu, setelah itu diberikan

dosis pemeliharaan seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekurensi.

Sinar ultraviolet B (UVB) untuk psoriasis tipe plak, gutata, pustular dan eritroderma.

Pada tipe plak dan gutata dikombinasikan dengan salap likuor karbonis detergens 5-7%

yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum di sinar di cuci dahulu. Dosis UVB pertama 12-

23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan

15% dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan adalah

pengurangan 75% skor PASI (psoriasis area and severity index). Cara menghitung PASI

berdasarkan 3 komponen yaitu eritem (redness), ketebalan (thickness) dan skuama

(scaliness) pada lesinya. Dan diberi nilai 0-4, dimana 0 berarti tidak ada eritem,

ketebalan dari plak ataupun skuama sama sekali, sedangkan nilai 4 berarti sudah dalam

tingkat yang paling berat ketiga gejalanya. Rumusnya adalah :

PASI=0.1(Rh +Th +Sh )Ah +0.2(Ru +Tu +Su )Au +0.3(Rt +Tt +St )At+0.4(Rl +Tl +Sl )Al

Keterangan :

9

Page 10: Refreshing

Rh, Ru, Rt, Rl = eritem (redness) dari plak pada kepala (head), ekstremitas atas (upper

extremities), bagian badan (trunk), dan ekstremitas bawah (lower extremities), nilainya

0-4

Th, Tu, Tt, Tl = ketebalannya, nilainya 0-4

Sh, Su, St, Sl = skuama, nilainya 0-4

Ah, Au, At, Al = daerah yang terkena lesi psoriasis pada kepala (head), ekstremitas atas

(upper extremities), badan (trunk), dan ekstremitas atas (lower extremities), nilainya 0-6,

diberikan skor 0 jika tidak terdapat daerah yang terkena dan diberi skor 6 jika lesi

psoriasis mencapai lebih dari 90% bagian.

Komplikasi :

- Infeksi sekunder

- Arthritis psoriasis

- Prolaps katup mitral

Prognosis : psoriasis bersifat kronis dan residif.

2.3. Parapsoriasis

Definisi : penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, pada umumnya tanpa keluhan,

kelainan kulit terutama terdiri atas eritema, skuama dan papul atau plak yang mirip dengan

psoriasis, berkembangnya perlahan-lahan, perjalanannya umumnya kronik.

Klasifikasi : dibagi menjadi 3, antara lain :

Parapsoriasis gutata

Parapsoriasis variegate

Parapsoriasis en plaques

Gejala klinis :

Parapsoriasis gutata

10

Page 11: Refreshing

Terutama pada pria muda. Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, eritema dan

skuama, dapat hemoragik, kadang berkonfluensi dan umumnya simetris. Penyakit ini

sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks. Tempat predileksi pada badan, lengan atas

dan paha, tidak terdapat pada kulit kepala, muka dan tangan. Bentuk ini biasanya kronik,

tetapi dapat akut disebut parapsoriasis gutata akuta. Gambaran klinisnya mirip dengan

varisela, kecuali ruam yang telah disebutkan dapat ditemukan vesikel, papulonekrotik dan

krusta. Jika sembuh meninggalkan sikatriks seperti varisela, karena itu disebut pula

parapsoriasis varioloformis akuta atau pitiriasis likenoides et varioliformis akuta atau

pitiriasis likenoides et varioliformis.

Parapsoriasis variegata

Kelaianan terdapat pada badan, bahu, dan tungkai, bentuknya seperti kulit zebra; terdiri

atas skuama dan eritem yang bergaris-garis.

Parapsoriasis en plaque

Umumnya pada usia pertengahan, dapat terus-menerus atau mengalami remisi, lebih

sering pada pria dibanding wanita. Tempat predileksi pada badan dan ekstremitas.

Kelainan kulit berupa bercak eritematosa, permukaannya datar, bulat atau lonjong,

berdiameter 2,5cm dengan sedikit skuama, berwarna merah jambu, coklat atau agak

kuning. Bentuk ini sering berkembang menjadi mikosis fungoides.

Histopatologi :

Pada parapsoriasis gutata terdapat infiltrate limfohistiositik di sekitar pembuluh darah superfisial,

hyperplasia epidermal yang ringan, dan sedikit spongiosis setempat. Pada parapsoriasis

variegata, epidermis tampak menipis disertai parakeratosis setempat dan pada dermis terdapat

infiltrate menyerupai pita terutama terdiri atas limfosit. Pada parapsoriasis en plaque

gambarannya tidak khas, mirip dermatitis kronik.

Diagnosis banding :

11

Page 12: Refreshing

Pitiriasis rosea ruamnya terdiri atas eritem dan skuama juga, namun perjalanannnya tidak

menahun seperti pada parapsoriasis. Selain itu, susunan ruam pada pitiriasis rosea sejajar dengan

lipatan kulit dan costae.

Psoriasis skuamanya tebal, kasar, berlapis-lapis, dan terdapat fenomena tetesan lilin dan Auspitz.

Kecuali gambaran histopatologinya berbeda.

Pengobatan :

Emolien untuk skuamanya

Kortikosteroid potensi sedang, seperti triamsinolon 0,1% krim atau salep.

Fototerapi dengan UVA atau UVB untuk menginduksi remisi, dan digunakan psoralen

sebelumnya, seperti dengan metoxsalen dosisnya 0,3-0,4 mg/kgBB peroral 1,5 jam

sebelum diberi UVA

Eritromisin 40mg/kgBB untuk menghambat kemotaksis neutrofil

Prognosis :

Penyakit ini kronik dan residif, tidak ada obat pilihan dan sebagian menjadi mikosis fungoides.

2.3. Pitiriasis rosea

Definisi : penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial

berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil dibadan,

lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam

waktu 3-8 minggu.

Epidemiologi : terutama umur 15-40 tahun, pria sama dengan wanita banyaknya.

Etiologi : belum diketahui secara pasti, tetapi karena penyakit ini self limiting disease maka

banyak yang mengatakan bahwa penyebabnya virus. Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.

Gejala klinis : terdapat skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch),

umumnya di badan, soliter, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri

atas eritem dan skuama halus dipinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu. Lesi

berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, member gambaran yang khas, sama dengan lesi

12

Page 13: Refreshing

pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon cemara

terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan,

lengan atas bagian proksimal dan paha atas. Pitiriasis rosea juga berbentuk urtika, vesikel dan

papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.

Diagnosis banding :

Tinea korporis : pada pitiriasis rosea tidak berat rasa gatalnya, tidak seperti tinea korporis.

Skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis skuamanya kasar. Pada tinea sediaan KOH akan

positif. Perlu dicari lesi inisial atau ditanyakan kepada penderita. Biasanya lesi inisial tersebut

tidak seluruhnya eritematosa lagi, tetapi bentuknya masih oval sedangkan ditengahnya

hipopigmentasi.

Pengobatan :

Pengobatan bersifat simtomatik, untuk gatalnya dapat diberikan antihistamin sedative, seperti

diphenhidramin. Sedangkan obat topikal dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi

mentol ½ - 1 %.

Prognosis :

Baik karena penyakit sembuh spontan biasanya dalam waktu 3-8 minggu.

2.4. Eritroderma

Definisi : kelainan kulit yang ditadai dengan adanya eritema di seluruh tubuh atau hampir

seluruh tubuh (90% atau lebih), biasanya disertai skuama. Yang mutlak adalah eritema, skuama

tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada

mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan baru timbul skuama.

Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan

hiperpigmentasi.

Sinonim : dermatitis eksfoliativa

Etiologi dan klasifikasi :

Berdasarkan etiologinya, dibagi menjadi 3, yaitu :

13

Page 14: Refreshing

Akibat alergi obat biasanya secara sistemik

Akibat perluasan penyakit kulit, misalnya psoriasis, pemfigus foliaseus, dermatitis

atopic, pitiriasis rubra dan liken planus

Akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.

Patofisiologi :

Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit

meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya penderita merasa dingin dan

menggigil. Pada eritroderma kronik dapat terjadi gagal jantung. Juga terjadi hipotermi karena

peningkatan perfusi ke kulit. Penguapan cairan yang meningkat dapat menyebabkan dehidrasi.

Bila suhu badan meningkat kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu.

Kehilangan panas akan menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju

metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding dengan laju

metabolisme dasar.

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari sehingga

menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan

peningakatan relative globulin terutama globulin gamma merupakan kelainan yang khas. Edema

sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskular.

Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan

rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan-bulan

dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.

Gejala klinis :

1. Eritroderma akibat alergi obat biasanya secara sistemik

14

Page 15: Refreshing

Penggunaan obat yang masuk ke dalam badan dengan berbagai cara. Selain itu juga dapat

terjadi karena obat topikal.

2. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit

Yang sering terjadi adalah akibat psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi.

- Eritroderma karena psoriasis

Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena 2 hal : karena penyakitnya sendiri atau

karena pengobatan yang terlalu kuat, misalnya pengobatan topikal dengan ter dengan

konsentrasi yang terlalu tinggi. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan apakah

pernah menderita psoriasis. Penyakit tersebut bersifat menahun dan residif, kelainan

berupa skuama yang berlapis-lapis dan kasar diatas kulit yang eritematosa, berbatas

tegas. Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi

psoriasis dapat ditemukan kelaianan yang lebih eritematosa dan agak meninggi

daripada sekitarnya dan skuama di tempat itu lebih tebal. Sebagian penderita hanya

menunjukkan eritema yang menyeluruh dan skuama. Setelah diberi kortikosteroid,

eritrodermanya berkurang, maka gejala psoriasisnya tampak.

- Penyakit Leiner

Sinonimnya ialah eritroderma deskuamativum. Etiologinya tidak diketahui pasti,

tetapi umumnya penyakit ini disebabkan dermatitis seboroik yang meluas, karena

pada penderita penyakit ini hampir selalu terdapat kelainan yang khas untuk

dermatitis seboroik. Usia penderita antara 4 -20 minggu. Keadaan umum baik, tanpa

keluhan. Kelainan kulit berupa eritema universal disertai skuama kasar.

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam dapat menyebabkan kelainan eritroderma.

Jadi setiap kasus yang tidak termasuk golongan 1 dan 2, harus dicari penyebabnya, yang

berarti harus dicari menyeluruh. Harus dicari apakah ada penyakit pada alat dalam,

infeksi alat dalam dan infeksi fokal.

Sindrom Sezary : limfoma, ada yang berpendapat stadium dini mikosis. Yang diserang

adalah pria rata-rata berumur 64 tahun, sedangkan wanita 53 tahun. Sindrom ini ditandai

dengan eritema berwarna merah membara yang universal, disertai skuama dan rasa

sangat gatal. Selain itu, terdapat infiltrate pada kulit dan edema. Dapat disertai

splenomegali, limfadenopati superficial, alopesia, hiperpigmentasi, hyperkeratosis. Dari

15

Page 16: Refreshing

pemeriksaan laboratorium, terdapat leukositosis, eosinofilia dan limfositosis. Selain itu

terdapat limfosit atipik, yang disebut sel Sezary. Besarnya sel ini 10-20 u, sifat tidak

khas, inti homogen, lobular dan tak teratur. Sel tersebut dalam darah, kelenjar getah

bening, dan kulit. Pada kulit terdapat infiltrate pada dermis bagian ata dan terdapatnya sel

Sezary. Disebut syndrome sezary bila jumlah sel sezary yang beredar 1000/mm3 atau

lebih. Bila jumlah sel dibawah 1000/mm3 dinamai sindrom preSezary.

Pengobatan :

- Kortikosteroid

Pada golongan yang disebabkan alergi obat, diberikan prednisone dengan dosis 3x10mg –

4x 10 mg.

Sedangkan pada golongan II, diberikan prednisone dosis mula 4x10mg – 4x15mg/hari.

Jika dalam beberapa hari, tidak terjadi perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Jika terdapat

perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika disebabkan alergi terhadap ter pada

pengobatan psoriasis, maka obat tersebut harus diturunkan. Eritroderma karena psoriasis

dapat diberikan etretinat. Lama penyembuhan tidak secepat golongan I. Pengobatan

karena penyakit Leiner, diberikan kortikosteroid yaitu prednisone dengan dosis 3x1-2

mg/hari. Pada sindrom Sezary, diberikan prednisone 30mg dan sitostatik, biasanya

digunakan klorambusil dosis 2-6mg/hari.

- Pada eritroderma yang lama, diberikan diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama

dapat menyebabkan hipoproteinemia.

- Emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan

salep lanolin 10%.

Prognosis :

Baik, pada golongan I, yaitu karena alergi terhadap obat. Pada golongan yang tidak diketahui

penyebabnya, penderita akan ketergantungan steroid, untuk mengurangi gejalanya. Sindrom

sezary prognosisnya buruk, penderita pria umumnya meninggal setelah 5 tahun, sedangkan

penderita wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan infeksi atau penyakit berkembang

menjadi mikosis fungoides.

2.5. Dermatitis Seboroik (DS)

16

Page 17: Refreshing

Definisi : dermatitis yang bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik.

Etiopatogenesis : DS berhubungan dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula tersebut aktif

pada bayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormone

androgen dari ibu berhenti. DS pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian

jarang pada usia sebelum akil balik dan insidennya mencapai puncak pada umur 18-40 tahun,

kadang pada umur tua. DS lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. DS dapat

diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Dapat timbul

karena factor kelelahan, stress emosional, infeksi atau defisiensi imun.

Gejala klinis

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuma yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya

agak kurang tegas. DS yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama yang halus,

mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang

halus dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang

berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal.

Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian vertex dan

frontal.

Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak

disertai eksudasi dan krusta yang tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga postaurikuler dan

leher. Pada daerah tersebut batasnya sering cembung.

Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor dan

berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debris epitel yang lekat

pada kulit kepala disebut cradle cap.

17

Page 18: Refreshing

Pada daerah supraorbital, skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit dibawahnya eritematosa

dan gatal disertai berrcak skuama kekuningan, dapat pula terjadi blefaritis.

Selain itu dapat mengenai liang telinga luar, areola mammae, umbilicus, lipat paha, dan daerah

anogenital.

Diagnosis : gambaran khas DS adalah skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di

tempat-tempat seboroik.

Diagnosis banding : psoriasis, terdapat skuama yang berlapis-lapis disertai dengan tanda

tetessan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda. Jika psoriasis mengenai scalp

sukar dibedakan. Perbedaannya adalah skuamanya lebih tebal dan putih seperti mika, kelainan

kulit juga pada perbatasan wajah dan scalp dan tempat lain sesuai dengan tempat predileksinya.

Pada lipat paha dan perianal dapat menyerupai kandidosis. Pada kandidosis terdapat eritem

berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit di sekitarnya.

Pengobatan : kasus yang mempunyai factor konstitusi sukar disembuhkan, meskipun

penyakitnya telah terkontrol. Factor predisposisi hendaknya diperhatikan, misalnya stress

emosional dan kurang tidur. Diet yang rendah lemak.

a. Sistemik :

- kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari.

Jika telah ada perbaikan dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi

sekunder diberi antibiotic.

- Isotretinoin : mengurangi aktifitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar dapat diturunkan

sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3

mg/kgBB per hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis

18

Page 19: Refreshing

pemeliharaan 5-10 mg perhari selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk

mengontrol penyakitnya.

- Pada DS yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB yang cukup aman

dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar

penderita mengalami perbaikan. Bila pada sediaan langsung terdapat P.ovale yang

banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mcg per hari.

b. Pengobatan topikal

Pada pitiriasis sika dan steatosa, seminggu 2-3 kali scalp dikeramasi selama 5-15 menit,

misalnya dengan selenium sulfide. Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien, misalnya

krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk DS, ialah :

- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar

- Resorsin 1-3%

- Sulfur praesipitatum 4-20% dapat digabung dengan asam salisilat 3-6%

- Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison. Pada kasus inflamasi yang berat dapat

dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan jangan

dipakai terlalu lama karena efek sampingnya.

- Krim kerokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung banyak

terdapat P.ovale.

Obat tersebut lebih baik dipakai dalam bentuk krim.

Prognosis : kasus yang mempunyai factor konstitusi sukar disembuhkan, meskipun terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Gordon R. Psoriasis. 2010. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/762805-

overview .

Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.

19

Page 20: Refreshing

Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. In : Djuanda A, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. p : 173-185.

Wong, HK. Parapsoriasis. 2009. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1107425-treatment

Umar SH. Erythroderma. 2009. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1106906-overview

Louden AB, Pearce DJ, Lang W, Feldman SR. A simplified psoriasis area severity index (SPASI) for

rating psoriasis severity in clinic patients. Dermatology Online Journal 10 (2) : 7.

20