Upload
sitti-nurdiana-diauddin
View
8
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kulit
Citation preview
BAB I
Pembahasan
2.1. Definisi
Dermatosis eritroskuamosa adalah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema
dan skuama, yaitu psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis rosea, eritroderma, dermatitis seboroik,
lupus eritromatosus, dan dermatofitosis.
2.2. Psoriasis
Definisi : psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,
berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Sinonim : psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya
psoriasis pustulosa.
Epidemiologi : Insidens orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna.
Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi
umumnya pada orang dewasa.
Etiopatogenesis :
Faktor genetik berperan. Bila orang tua tidak menderita psoriasis risiko mendapat
psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orangtua menderita psoriasis risikonya
mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakitnya dikenal dua tipe : psoriasis tipe 1
dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat
nonfamilial.
Faktor imunologik berperan. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah
satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit.
Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang
umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas
limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi
1
baru umumnya lebih banyak didominasi oleh oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis
terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Lebih dari 90% kasus dapat
mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif.
Faktor pencetus : antara lain stress psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner),
endokrin, gangguan metabolic, obat, alkohol, juga merokok. Stres psikis merupakan
factor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hubungan dengan psoriasis gutata.
Puncak insidens psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan
umumnya membaik, sedangkan pada masa pascapartus memburuk. Gangguan
metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan sebagai factor
pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif adalah beta-adrenargik
blocking agents, litium, antimalaria dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik.
Gejala Klinis :
Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma.
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit kepala, perbatasan
daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, dan daerah
lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama
diatasnya. Eritem berbatas tegas dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema
yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi : lentikular, nummular
atau plakat, dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis
gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut Streptococcus.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin dan Auspitz yang khas, sedangkan Kobner
tidak khas untuk psoriasis. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi
putih pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara
menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah
berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Cara mengerjakannya : skuama yang
berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka
pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan
2
yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis,
misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan
disebut fenomen Kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak 50%. Gejala klinis
pada psoriasis kuku bergantung pada bagian kuku yang terkena :
a. Pada bagian proksimal matriks kuku dapat terdapat pitting nail dan beau line. Pitting
nail ini karena hilangnya parakeratosis dari lempeng kuku, berupa lekukan-lekukan
milier. Beau line yaitu garis transversal karena terjadi inflamasi intermiten yang
menyebabkan terbentuknya garis.
b. Pada bagian medial matriks, akan terbentuk leukonikia yaitu daerah berwarna putih
karena focus parakeratosis di dalam kuku atau lempeng kuku.
c. Pada hiponikia, akan terdapat hyperkeratosis subungual yang mengenai dasar kuku
dan hiponikia (dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas menebal)
d. Pada dasar kuku dan matriks kuku, akan terdapat onikolisis yaitu daerah berwarna
putih diantara lempeng kuku dan dasar kuku. Biasanya dimulai dari distal menuju ke
proksimal.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan pada sendi, yaitu arthritis psoriasis yang
mengenai 10-30% pasien psoriasis. Umumnya poliartikular, tempat predileksinya pada sendi
tangan, kaki dan sendi-sendi besar. Terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi akan kaku,
membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.
Bentuk klinis :
Psoriasis vulgaris
Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak
karena lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat presileksinya seperti yang telah diterangkan
di atas.
3
Psoriasis gutata
Papul kecil berwarna pink, dengan diameter 1-10 mm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya 2-3 minggu setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian
atas, seperti sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain
itu juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bacterial maupun viral.
Psoriasis inversa (psoriasis fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan
namanya.
Psoriasis eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini
kelainannya membasah seperti dermatitis akut.
4
Psoriasis seboroik (seboriasis)
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis
seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain
berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.
Psoriasis pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap varian dari psoriasis. Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa,
bentuk lokalisata, dan generalisata. Bentuk lokalisata, contohnya psoriasis pustulosa
palmo-plantar. Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata
akut.
a. Psoriasis pustulosa palmo-plantar
Penyakit ini bersifat kronis dan residif, mengenai telapak tangan atau kaki atau
keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril, dan dalam,
diatas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.
b. Psoriasis pustulosa generalisata akut
Sebagai factor provokatif banyak, misalnya obat yang tersering karena penghentian
kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penicillin dan derivatnya (ampisilin dan
amoksisilin) serta antoibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin, morfin, kodein,
salisilat dan lain-lain. Factor lain selain obat adalah infeksi bacterial dan virus.
Penyakit ini dapat timbul pada penderita sedang atau telah atau belum pernah
menderita psoriasis. Gejala awalnya adalah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai
gejala umum berupa demam, malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada
makin merah. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematous dan eritematosa
pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustule miliar pada plak-
plak tersebut. Dalam sehari pustule berkonfluensi membentuk “lake of pus”
berukuran beberapa centimeter.
Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi eritroderma.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, kultur pus dari pustul steril.
Eritroderma psoriatic
Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau
oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak
5
tampak lagi karena terdapat eritem dan skuama tebal yang menyeluruh. Ada kalanya lesi
psoriasis massih tampak samar-samar, yakni lebih eritematous dan kulitnya lebih tinggi.
Histopatologi : psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni : parakeratosis,
dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro.
Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.
Diagnosis banding : jika gambaran klinisnya tidak khas, maka harus dibedakan dengan
beberapa penyakit dermatosis eritroskuamosa lainnya. Mengingat tanda khas dari psoriasis
antara lain skuama yang kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan
fenomena Auspitz. Pada stadium penyembuhan telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi
hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah keluhan pada
dermatofitosis ialah gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis. Penyakit tersebut
sekarang jarang terdapat, perbedaannya adalah pada sifilis terdapat sanggama tersangka,
pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh, dan tes serologic untuk sifilis positif.
Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-
kuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik.
Pengobatan :
Pada psoriasis gutata yang biasanya disebabkan infeksi di tempat lain, setelah infeksi tersebut
diobati umumnya psoriasisnya akan sembuh sendiri.
Pengobatan sistemik :
Kortikosteroid
Prednisone 20-30 mg perhari. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan,
kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan
menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata.
Obat sitostatik
Yang biasa dipakai adalah metotreksat. Dengan cara kerja mereduktase asam dihidrofolic
Indikasinya adalah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis dengan lesi
6
kulit, dan eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat standar.
Kontraindikasinya adalah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik, kehamilan,
penyakit infeksi aktif (TB), ulkus peptikum, colitis ulserosa, dan psikosis. Cara
penggunaan metotreksat : mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg per os untuk
mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang
tidak dikehendaki dalam 3 hari diberikan dosis 3 x 2.5 mg, dengan interval 12 jam dalam
seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak tampak perbaikan, dosis dinaikkan 2,5
mg-5mg per minggu. Biasanya dengan dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak
perbaikan. Cara lain ialah diberikan i.m. 7,5 mg-25 mg dosis tunggal setiap minggu.
Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada pasien Parkinson yang
juga menderita psoriasis, membaik psoriasisnya dengan pemberian levodopa. Dosisnya
adalah 2x250 mg – 3x500mg, efek sampingnya : mual, muntah, anoreksia, hipotensi,
gangguan psikik, dan pada jantung.
DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe Barber
dengan dosis 2x100mg sehari. Efek sampingnya adalah anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.
Etretinat
Etretinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan
dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Pada psoriasis, obat tersebut
mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosisnya
bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis
dapat dinaikkan menjadi 1 ½ mg/kgBB. Efek sampingnya : kulit menipis, selaput lendir
pada mulut, mata dan hidung kering, peningkatan lipid darah, gangguan fungsi hepar, dan
teratogenik.
Siklosporin
Efeknya adalah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari. Bersifat nefrotoksik dan
hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat
terjadi kekambuhan.
7
Pengobatan topikal :
Preparat ter
Preparat ter yang mempunyai efek anti radang. Menurut asalnya, preparat ter dibagi
menjadi 3, yakni yang berasal dari :
- Fosil, misalnya iktiol
- Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
- Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang cukup
efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Namun ter yang berasal dari batu bara
lebih efektif dibandingkan dengan dari kayu dan kemungkinan memberikan iritasi juga
lebih besar. Psoriasis menahun lebih baik diberikan preparat ter yang berasal dari batu
bara, sedangkan pada psoriasis akut sebaiknya diberikan preparat ter dari kayu. Ter yang
berasal dari kayu berbau, tidak seperti likuor karbonis detergens. Konsentrasi yang
dipakai adalah 2-5%. Awalnya diberikan konsentrasi yang rendah, jika tidak berhasil
konsentrasi dinaikkan. Dan ditambahkan asam salisilat untuk lebih efektif daya
penetrasinya, konsentrasi 3-5%. Sebagai vehikulum digunakan salap, karena daya
penetresinya paling kuat.
Kortikosteroid
Menggunakan golongan poten. Jika lesi hanya beberapa, dapat pula disuntikkan intralesi
seminggu sekali. Seperti dengan triamsinolon 0,1% krim.
Ditranol
Obat yang efektif, namun kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8% dalam pasta, salap atau krim. Lama
pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3
minggu.
Vitamin D topikal
Diberikan pada pasien yang resisten terhadap terapi yang terdahulu atau pada lesi-lesi di
muka atau daerah-daerah yang kulitnya tipis. Vitamin D ini lebih efektif bila
dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal. Seperti calcitrol digunakan 2x/hari pada
daerah yang terkena dengan dosis tidak melebihi 200g/minggu.
8
Retinoid topikal
Formulasi gel aquous tidak menyebabkan iritasi karena pemakaian jangka panjang serta
tidak berbau dan berwarna. Namun tidak boleh digunakan pada wanita hamil. Contohnya
tazarotene gel aquous 0,05%, tidak digunakan lebih dari 20% permukaan tubuh,
dioleskan sebanyak 2mg/cm2. Kontraindikasi pada anak berumur kurang dari 12 tahun.
Imunomodulator
Contohnya tacrolimus topikal 0,1%, dengan dosis untuk dewasa dioleskan tipis pada lesi,
pada anak umur 2-15 tahun dioleskan 0,03% salep dipermukaan lesi, dan untuk yang
berumur lebih dari 15 tahun dosisnya sama dengan dewasa.
Pengobatan dengan penyinaran
Dengan menggunaakn ultraviolet yang mempunyai efek menghambat mitosis.
Digunakan sinar ultraviolet artificial, diantaranya sinar A (UVA), dapat digunakan
sendiri atau bersama dengan psoralen dan disebut PUVA. Karena psoralen bersifat
fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik. Mula-mula 10-20 mg psoralen
diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam
bagan, diantaranya 4x seminggu. Penyembuhan dalam 3-4 minggu, setelah itu diberikan
dosis pemeliharaan seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekurensi.
Sinar ultraviolet B (UVB) untuk psoriasis tipe plak, gutata, pustular dan eritroderma.
Pada tipe plak dan gutata dikombinasikan dengan salap likuor karbonis detergens 5-7%
yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum di sinar di cuci dahulu. Dosis UVB pertama 12-
23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan
15% dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan adalah
pengurangan 75% skor PASI (psoriasis area and severity index). Cara menghitung PASI
berdasarkan 3 komponen yaitu eritem (redness), ketebalan (thickness) dan skuama
(scaliness) pada lesinya. Dan diberi nilai 0-4, dimana 0 berarti tidak ada eritem,
ketebalan dari plak ataupun skuama sama sekali, sedangkan nilai 4 berarti sudah dalam
tingkat yang paling berat ketiga gejalanya. Rumusnya adalah :
PASI=0.1(Rh +Th +Sh )Ah +0.2(Ru +Tu +Su )Au +0.3(Rt +Tt +St )At+0.4(Rl +Tl +Sl )Al
Keterangan :
9
Rh, Ru, Rt, Rl = eritem (redness) dari plak pada kepala (head), ekstremitas atas (upper
extremities), bagian badan (trunk), dan ekstremitas bawah (lower extremities), nilainya
0-4
Th, Tu, Tt, Tl = ketebalannya, nilainya 0-4
Sh, Su, St, Sl = skuama, nilainya 0-4
Ah, Au, At, Al = daerah yang terkena lesi psoriasis pada kepala (head), ekstremitas atas
(upper extremities), badan (trunk), dan ekstremitas atas (lower extremities), nilainya 0-6,
diberikan skor 0 jika tidak terdapat daerah yang terkena dan diberi skor 6 jika lesi
psoriasis mencapai lebih dari 90% bagian.
Komplikasi :
- Infeksi sekunder
- Arthritis psoriasis
- Prolaps katup mitral
Prognosis : psoriasis bersifat kronis dan residif.
2.3. Parapsoriasis
Definisi : penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, pada umumnya tanpa keluhan,
kelainan kulit terutama terdiri atas eritema, skuama dan papul atau plak yang mirip dengan
psoriasis, berkembangnya perlahan-lahan, perjalanannya umumnya kronik.
Klasifikasi : dibagi menjadi 3, antara lain :
Parapsoriasis gutata
Parapsoriasis variegate
Parapsoriasis en plaques
Gejala klinis :
Parapsoriasis gutata
10
Terutama pada pria muda. Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, eritema dan
skuama, dapat hemoragik, kadang berkonfluensi dan umumnya simetris. Penyakit ini
sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks. Tempat predileksi pada badan, lengan atas
dan paha, tidak terdapat pada kulit kepala, muka dan tangan. Bentuk ini biasanya kronik,
tetapi dapat akut disebut parapsoriasis gutata akuta. Gambaran klinisnya mirip dengan
varisela, kecuali ruam yang telah disebutkan dapat ditemukan vesikel, papulonekrotik dan
krusta. Jika sembuh meninggalkan sikatriks seperti varisela, karena itu disebut pula
parapsoriasis varioloformis akuta atau pitiriasis likenoides et varioliformis akuta atau
pitiriasis likenoides et varioliformis.
Parapsoriasis variegata
Kelaianan terdapat pada badan, bahu, dan tungkai, bentuknya seperti kulit zebra; terdiri
atas skuama dan eritem yang bergaris-garis.
Parapsoriasis en plaque
Umumnya pada usia pertengahan, dapat terus-menerus atau mengalami remisi, lebih
sering pada pria dibanding wanita. Tempat predileksi pada badan dan ekstremitas.
Kelainan kulit berupa bercak eritematosa, permukaannya datar, bulat atau lonjong,
berdiameter 2,5cm dengan sedikit skuama, berwarna merah jambu, coklat atau agak
kuning. Bentuk ini sering berkembang menjadi mikosis fungoides.
Histopatologi :
Pada parapsoriasis gutata terdapat infiltrate limfohistiositik di sekitar pembuluh darah superfisial,
hyperplasia epidermal yang ringan, dan sedikit spongiosis setempat. Pada parapsoriasis
variegata, epidermis tampak menipis disertai parakeratosis setempat dan pada dermis terdapat
infiltrate menyerupai pita terutama terdiri atas limfosit. Pada parapsoriasis en plaque
gambarannya tidak khas, mirip dermatitis kronik.
Diagnosis banding :
11
Pitiriasis rosea ruamnya terdiri atas eritem dan skuama juga, namun perjalanannnya tidak
menahun seperti pada parapsoriasis. Selain itu, susunan ruam pada pitiriasis rosea sejajar dengan
lipatan kulit dan costae.
Psoriasis skuamanya tebal, kasar, berlapis-lapis, dan terdapat fenomena tetesan lilin dan Auspitz.
Kecuali gambaran histopatologinya berbeda.
Pengobatan :
Emolien untuk skuamanya
Kortikosteroid potensi sedang, seperti triamsinolon 0,1% krim atau salep.
Fototerapi dengan UVA atau UVB untuk menginduksi remisi, dan digunakan psoralen
sebelumnya, seperti dengan metoxsalen dosisnya 0,3-0,4 mg/kgBB peroral 1,5 jam
sebelum diberi UVA
Eritromisin 40mg/kgBB untuk menghambat kemotaksis neutrofil
Prognosis :
Penyakit ini kronik dan residif, tidak ada obat pilihan dan sebagian menjadi mikosis fungoides.
2.3. Pitiriasis rosea
Definisi : penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial
berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil dibadan,
lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam
waktu 3-8 minggu.
Epidemiologi : terutama umur 15-40 tahun, pria sama dengan wanita banyaknya.
Etiologi : belum diketahui secara pasti, tetapi karena penyakit ini self limiting disease maka
banyak yang mengatakan bahwa penyebabnya virus. Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
Gejala klinis : terdapat skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch),
umumnya di badan, soliter, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri
atas eritem dan skuama halus dipinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu. Lesi
berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, member gambaran yang khas, sama dengan lesi
12
pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon cemara
terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan,
lengan atas bagian proksimal dan paha atas. Pitiriasis rosea juga berbentuk urtika, vesikel dan
papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.
Diagnosis banding :
Tinea korporis : pada pitiriasis rosea tidak berat rasa gatalnya, tidak seperti tinea korporis.
Skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis skuamanya kasar. Pada tinea sediaan KOH akan
positif. Perlu dicari lesi inisial atau ditanyakan kepada penderita. Biasanya lesi inisial tersebut
tidak seluruhnya eritematosa lagi, tetapi bentuknya masih oval sedangkan ditengahnya
hipopigmentasi.
Pengobatan :
Pengobatan bersifat simtomatik, untuk gatalnya dapat diberikan antihistamin sedative, seperti
diphenhidramin. Sedangkan obat topikal dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi
mentol ½ - 1 %.
Prognosis :
Baik karena penyakit sembuh spontan biasanya dalam waktu 3-8 minggu.
2.4. Eritroderma
Definisi : kelainan kulit yang ditadai dengan adanya eritema di seluruh tubuh atau hampir
seluruh tubuh (90% atau lebih), biasanya disertai skuama. Yang mutlak adalah eritema, skuama
tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada
mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan baru timbul skuama.
Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.
Sinonim : dermatitis eksfoliativa
Etiologi dan klasifikasi :
Berdasarkan etiologinya, dibagi menjadi 3, yaitu :
13
Akibat alergi obat biasanya secara sistemik
Akibat perluasan penyakit kulit, misalnya psoriasis, pemfigus foliaseus, dermatitis
atopic, pitiriasis rubra dan liken planus
Akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.
Patofisiologi :
Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit
meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya penderita merasa dingin dan
menggigil. Pada eritroderma kronik dapat terjadi gagal jantung. Juga terjadi hipotermi karena
peningkatan perfusi ke kulit. Penguapan cairan yang meningkat dapat menyebabkan dehidrasi.
Bila suhu badan meningkat kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu.
Kehilangan panas akan menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju
metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding dengan laju
metabolisme dasar.
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari sehingga
menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan
peningakatan relative globulin terutama globulin gamma merupakan kelainan yang khas. Edema
sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskular.
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan
rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan-bulan
dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.
Gejala klinis :
1. Eritroderma akibat alergi obat biasanya secara sistemik
14
Penggunaan obat yang masuk ke dalam badan dengan berbagai cara. Selain itu juga dapat
terjadi karena obat topikal.
2. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit
Yang sering terjadi adalah akibat psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi.
- Eritroderma karena psoriasis
Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena 2 hal : karena penyakitnya sendiri atau
karena pengobatan yang terlalu kuat, misalnya pengobatan topikal dengan ter dengan
konsentrasi yang terlalu tinggi. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan apakah
pernah menderita psoriasis. Penyakit tersebut bersifat menahun dan residif, kelainan
berupa skuama yang berlapis-lapis dan kasar diatas kulit yang eritematosa, berbatas
tegas. Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi
psoriasis dapat ditemukan kelaianan yang lebih eritematosa dan agak meninggi
daripada sekitarnya dan skuama di tempat itu lebih tebal. Sebagian penderita hanya
menunjukkan eritema yang menyeluruh dan skuama. Setelah diberi kortikosteroid,
eritrodermanya berkurang, maka gejala psoriasisnya tampak.
- Penyakit Leiner
Sinonimnya ialah eritroderma deskuamativum. Etiologinya tidak diketahui pasti,
tetapi umumnya penyakit ini disebabkan dermatitis seboroik yang meluas, karena
pada penderita penyakit ini hampir selalu terdapat kelainan yang khas untuk
dermatitis seboroik. Usia penderita antara 4 -20 minggu. Keadaan umum baik, tanpa
keluhan. Kelainan kulit berupa eritema universal disertai skuama kasar.
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam dapat menyebabkan kelainan eritroderma.
Jadi setiap kasus yang tidak termasuk golongan 1 dan 2, harus dicari penyebabnya, yang
berarti harus dicari menyeluruh. Harus dicari apakah ada penyakit pada alat dalam,
infeksi alat dalam dan infeksi fokal.
Sindrom Sezary : limfoma, ada yang berpendapat stadium dini mikosis. Yang diserang
adalah pria rata-rata berumur 64 tahun, sedangkan wanita 53 tahun. Sindrom ini ditandai
dengan eritema berwarna merah membara yang universal, disertai skuama dan rasa
sangat gatal. Selain itu, terdapat infiltrate pada kulit dan edema. Dapat disertai
splenomegali, limfadenopati superficial, alopesia, hiperpigmentasi, hyperkeratosis. Dari
15
pemeriksaan laboratorium, terdapat leukositosis, eosinofilia dan limfositosis. Selain itu
terdapat limfosit atipik, yang disebut sel Sezary. Besarnya sel ini 10-20 u, sifat tidak
khas, inti homogen, lobular dan tak teratur. Sel tersebut dalam darah, kelenjar getah
bening, dan kulit. Pada kulit terdapat infiltrate pada dermis bagian ata dan terdapatnya sel
Sezary. Disebut syndrome sezary bila jumlah sel sezary yang beredar 1000/mm3 atau
lebih. Bila jumlah sel dibawah 1000/mm3 dinamai sindrom preSezary.
Pengobatan :
- Kortikosteroid
Pada golongan yang disebabkan alergi obat, diberikan prednisone dengan dosis 3x10mg –
4x 10 mg.
Sedangkan pada golongan II, diberikan prednisone dosis mula 4x10mg – 4x15mg/hari.
Jika dalam beberapa hari, tidak terjadi perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Jika terdapat
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika disebabkan alergi terhadap ter pada
pengobatan psoriasis, maka obat tersebut harus diturunkan. Eritroderma karena psoriasis
dapat diberikan etretinat. Lama penyembuhan tidak secepat golongan I. Pengobatan
karena penyakit Leiner, diberikan kortikosteroid yaitu prednisone dengan dosis 3x1-2
mg/hari. Pada sindrom Sezary, diberikan prednisone 30mg dan sitostatik, biasanya
digunakan klorambusil dosis 2-6mg/hari.
- Pada eritroderma yang lama, diberikan diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama
dapat menyebabkan hipoproteinemia.
- Emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan
salep lanolin 10%.
Prognosis :
Baik, pada golongan I, yaitu karena alergi terhadap obat. Pada golongan yang tidak diketahui
penyebabnya, penderita akan ketergantungan steroid, untuk mengurangi gejalanya. Sindrom
sezary prognosisnya buruk, penderita pria umumnya meninggal setelah 5 tahun, sedangkan
penderita wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan infeksi atau penyakit berkembang
menjadi mikosis fungoides.
2.5. Dermatitis Seboroik (DS)
16
Definisi : dermatitis yang bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik.
Etiopatogenesis : DS berhubungan dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula tersebut aktif
pada bayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormone
androgen dari ibu berhenti. DS pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian
jarang pada usia sebelum akil balik dan insidennya mencapai puncak pada umur 18-40 tahun,
kadang pada umur tua. DS lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. DS dapat
diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Dapat timbul
karena factor kelelahan, stress emosional, infeksi atau defisiensi imun.
Gejala klinis
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuma yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya
agak kurang tegas. DS yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama yang halus,
mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang
halus dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang
berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal.
Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian vertex dan
frontal.
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak
disertai eksudasi dan krusta yang tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga postaurikuler dan
leher. Pada daerah tersebut batasnya sering cembung.
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor dan
berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debris epitel yang lekat
pada kulit kepala disebut cradle cap.
17
Pada daerah supraorbital, skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit dibawahnya eritematosa
dan gatal disertai berrcak skuama kekuningan, dapat pula terjadi blefaritis.
Selain itu dapat mengenai liang telinga luar, areola mammae, umbilicus, lipat paha, dan daerah
anogenital.
Diagnosis : gambaran khas DS adalah skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di
tempat-tempat seboroik.
Diagnosis banding : psoriasis, terdapat skuama yang berlapis-lapis disertai dengan tanda
tetessan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda. Jika psoriasis mengenai scalp
sukar dibedakan. Perbedaannya adalah skuamanya lebih tebal dan putih seperti mika, kelainan
kulit juga pada perbatasan wajah dan scalp dan tempat lain sesuai dengan tempat predileksinya.
Pada lipat paha dan perianal dapat menyerupai kandidosis. Pada kandidosis terdapat eritem
berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit di sekitarnya.
Pengobatan : kasus yang mempunyai factor konstitusi sukar disembuhkan, meskipun
penyakitnya telah terkontrol. Factor predisposisi hendaknya diperhatikan, misalnya stress
emosional dan kurang tidur. Diet yang rendah lemak.
a. Sistemik :
- kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari.
Jika telah ada perbaikan dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi
sekunder diberi antibiotic.
- Isotretinoin : mengurangi aktifitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar dapat diturunkan
sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3
mg/kgBB per hari, perbaikan tampak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis
18
pemeliharaan 5-10 mg perhari selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk
mengontrol penyakitnya.
- Pada DS yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB yang cukup aman
dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar
penderita mengalami perbaikan. Bila pada sediaan langsung terdapat P.ovale yang
banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mcg per hari.
b. Pengobatan topikal
Pada pitiriasis sika dan steatosa, seminggu 2-3 kali scalp dikeramasi selama 5-15 menit,
misalnya dengan selenium sulfide. Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien, misalnya
krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk DS, ialah :
- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar
- Resorsin 1-3%
- Sulfur praesipitatum 4-20% dapat digabung dengan asam salisilat 3-6%
- Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison. Pada kasus inflamasi yang berat dapat
dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan jangan
dipakai terlalu lama karena efek sampingnya.
- Krim kerokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung banyak
terdapat P.ovale.
Obat tersebut lebih baik dipakai dalam bentuk krim.
Prognosis : kasus yang mempunyai factor konstitusi sukar disembuhkan, meskipun terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Gordon R. Psoriasis. 2010. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/762805-
overview .
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.
19
Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. In : Djuanda A, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. p : 173-185.
Wong, HK. Parapsoriasis. 2009. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1107425-treatment
Umar SH. Erythroderma. 2009. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1106906-overview
Louden AB, Pearce DJ, Lang W, Feldman SR. A simplified psoriasis area severity index (SPASI) for
rating psoriasis severity in clinic patients. Dermatology Online Journal 10 (2) : 7.
20