Upload
deni-kurniawan
View
221
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Yurnani
Usia : 22 tahun
Alamat : Jalan Sukapura RT 004/04. Sukapura. Cilincing. Jakarta Utara
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Nama Suami : Tn. Herman
Tanggal MRS : 5 April 2015
No. RM : 205176
II. ANAMNESA
Keluhan Utama:
Os mengeluh keluar air sejak 2 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os mengaku hamil pertama dan usia kehamilannya saat ini adalah 37 minggu. Os
datang ke rumah sakit dengan membawa surat rujukan dari bidan yang menyatakan
bahwa kehamilan Os letak lintang. Os mengeluh keluar air sejak 2 jam yang lalu. Os
juga mengeluh mulas sejak pagi.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Os menyangkal pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM dan asma disangkal
Riwayat Pernikahan:
Kawin ke 1, masih kawin, lama kawin 1 tahun.
Riwayat Haid:
Menarche: 12 tahun
Haid teratur, tidak nyeri saat haid, lama haid 7 hari, siklus 28 hari.
HPHT : lupa
Riwayat Persalinan :
NoTempat bersalin
Penolong Thn AtermJenis
PersalinanPenyulit
Anak
JK BB Sehat
1. Hamil ini
Riwayat Alergi :
Alergi makanan disangkal
Alergi obat-obatan disangkal
Alergi debu (-), udara dingin (-)
Riwayat Operasi:
Os menyangkal memiliki riwayat operasi sebelumnya
Riwayat Kebiasaan :
Minum Jamu (-)
Merokok (-)
Alkohol (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36.7 ˚C
Status Generalis :
Rambut : bersih
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Mulut : mukosa bibir lembab (+)
Gigi : caries (-)
Leher : kelenjar tiroid membesar (-), pembesaaran KGB (-)
Dada : jantung normal (+), gallop (-), murmur (-), paru-paru normal (+),
rhonki (-), wheezing (-)
Payudara : simetris, puting susu menonjol (+)
Abdomen : membesar sesuai kehamilan (-), striae (+), linea nigra (+), TFU 26 cm
Vagina : pengeluaran pervaginam (+), penyakit kelamin (-), varices (-)
Ekstremitas : oedema (-), simetris (+)
IV. STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri 26 cm, letak anak memanjang, presentase bokong, his tiap 4×10
menit, lamanya 50 detik, bunyi jantung janin 181×/menit tidak teratur.
- Leopold I : teraba bagian bulat keras (kepala)
- Leopold II : teraba bagian dataran yang keras memanjang (punggung) di
sebelah kanan
- Leopold III : teraba bagian bulat lunak (bokong)
- Leopold IV : bagian terbawah janin (bokong) sudah masuk PAP
Pemeriksaan dalam
Pembukaan lengkap, ketuban sudah pecah, penurunan bagian terendah H III, Blood
slym (+).
Diagnosa
Ibu : G1P0A0 hamil aterm dengan letak sungsang
Bayi : tunggal hidup intrauterin presentasi bokong
Rencana tindakan
- Observasi tanda-tanda vital, his dan DJJ
- Partus pervaginam
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Masa perdarahan 2’00” menit 1-3
Masa pembekuan 4’00” menit 2-6
Hemoglobin 13.3 g/dl 11.3 - 15.5
Leukosit 21.900 /ul 4.3-10.4
Hematokrit 34.0 % 36-46
Trombosit 492 ribu/µL 150-440
VI. LAPORAN PARTUS
Bayi lahir tanggal 5 April 2015, jam 20.45 , jenis kelamin perempuan, berat
2650 gram, panjang 47 cm, Nilai Apgar 5/9, Lahir hidup.
Jenis partus spontan atas indikasi letak sungsang. Luka jalan lahir (+). Rupture
periteni tingkat II, jahitan (+).
Placenta lahir lengkap. Berat 400 gram.
Perdarahan (kala III+IV) 400 cc.
Keadaan ibu postpartum
KU baik. Tekanan darah 120/80 mmHg. Nadi 80x/menit. Pernapasan
20x/menit. Suhu 36.5C. TFU 2 jari dibawah pusat. Kontraksi baik. Perdarahan
normal.
FOLLOW UP
TANGGAL CATATANMinggu,6 April 2015
S = lemas, pegalO = keadaan umum : tampak sakit sedang kesadaran = compos mentis TTV: TD : 150/100 mmHg S : 36,5o C N : 78 kali/menit P : 16 kali/menit Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-) Leher: pemb.KGB (-/-), pemb.tiroid (-/-) Dada : Pulmo : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronhki (-/-) Cor : BJ I dan II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Mammae : simetris (+), ASI (-) Abdomen : NTE (-), BU (+) Genitalia : darah (+), lendir (-), flour albus (-) Ekstemitas : akral hangat (+),edema (-), CRT ≤2 detik (+) Otonom : BAB (-), BAK (+), Flatus (+)A = P1A0 post partus hari 1P = Terapi oral :
- Cefadroxil 2×1 hari- Asam mefenamat 3×1 hari- Hemafort 1×1Off infus
Senin,7 April 2015
S = nyeri di bagian jahitanO = keadaan umum : tampak sakit sedang kesadaran = compos mentis TTV: TD : 120/70 mmHg S : 36,5oC N : 60 kali/menit P : 17 kali/menit Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-) Leher: pemb.KGB (-/-), pemb.tiroid (-/-) Dada : Pulmo : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronhki (-/-) Cor : BJ I dan II reguler murni, gallop (-), murmur (-) Mammae : simetris (+), ASI (-) Abdomen : NTE (-), BU (+) Genitalia : darah (+), lendir (-), flour albus (-) Ekstemitas : akral hangat (+),edema (-), CRT ≤2detik (+) Otonom : BAB (-), BAK (+), Flatus (+)A = P1A0 post partus hari 2P = Terapi oral :
- Cefadroxil 2×1 hari- Asam mefenamat 3×1 hari- Hemafort 1×1Pasien boleh pulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
KLASIFIKASI
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni :
1) Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech )
2) Presentasi bokong kaki tidak sempurna ( incomplete breech )
3) Presentasi bokong ( frank breech )
ETIOLOGI
1. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika
menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak
bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya janin sudah menetap pada satu
posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.
2. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan
beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin
berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
3. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga ada
kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian
bawah rahim.
4. Hidramnion (kembar air). Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan
janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
5. Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus)
membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.
6. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan
dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di
bagian atas rahim.
7. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya
menjadi sungsang.
8. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya,
maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis keluhan pasien
2. Melakukan perabaan perut bagian luar. Cara ini dilakukan oleh dokter atau
bidan. Janin akan diduga sungsang bila bagian yang paling keras dan besar berada di
kutub atas perut. Perlu diketahui bahwa kepala merupakan bagian terbesar dan
terkeras dari janin.
Cara lain adalah dengan ultrasonografi (USG).
MEKANISME
Bokong akan masuk rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang / miring.
Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah
panggul garis panggul paha menempati diameter anteposterior dan tronchater depan berada di
bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin sehingga tronchater
belakang melewati perineum dan lahirlah bokong serta kaki. Setelah itu terjadi putaran paksi
luar dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas
panggul dengan garis terbesar bahu melintang / miring. Terjadi putaran paksi dalam pada
bahu sehingga bahu depan ada dibawah simfisis melewati perineum. Kepala masuk ke dalam
rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang. Dalam rongga panggul terjadi putaran
paksi dalam. Kepala serta muka berputar ke posterior dan oksiput ke simfisis. Dagu, mulut,
hidung, dahi, dan kepala lahir berturut – turut lewat perineum.
PROGNOSIS
Mortalitas pada sungsang lebih besar dibandingkan dengan letak normal. Penyebab
kematian perinatal yaitu prematuritas & penanganan persalinan yang kurang sempurna
dengan akibat perdarahan tengkorak, terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada
waktu masuk rongga panggul. Asfiksia terjadi bila janin bernapas sebelum mulut dan hidung
lahir, sedangkan perdarahan tengkorak terjadi akibat kompresi dan dekompresi yang cepat
tanpa ada penyesuain sebelumnya.
PENANGANAN DALAM KEHAMILAN
Karena berbahaya, sebaiknya persalinan pada sungsang di hindari. Kalau pada waktu
ante natal sudah mengetahui posisi sungsang diusahakan versi luar jadi presentasi kepala.
Sebaiknya melakukan versi luar antara 34 – 38. Kalau < 34 minggu belum perlu dilakukan
versi luar karena masih ada kemungkinan berputar sendiri janinnya. Sedangkan kalau > 38
minggu sudah sulit karena janin bertambah besar dan air ketuban mulai berkurang.
Versi luar : diagnosis letak janin pasti, denyut jantung janin baik. Kalau bokong sudah
masuk pintu atas panggul harus dikeluarkan dahulu. Pakai jari – jari tangan untuk
mengangkat bokong. Setelah itu bokong di tahan memakai 1 tangan, tangan yang lainnya
membuat fleksi terus menerus. Kedua tangan harus bekerja sama sehingga presentasi menjadi
kepala. Dorong kepala masuk pintu atas panggul, kemudian cek denyut jantung janin.
Dianjurkan untuk versi luar memakai kekuatan ringan bukan paksaan.
Sistem Skoring Untuk Menentukan Keberhasilan VERSI LUAR
Newman dkk (1993) mengembangkan scoring untuk meramalkan keberhasilan
tindakan versi luar. Pada score < 2 keberhasilan 0% dan pada score > 9 keberhasilan
mencapai 100%.
Kontra indikasinya adalah
1. Panggul sempit, sehingga harus dilakukan seksio sesar.
2. Perdarahan ante partum, sehingga bisa menyebabkan terlepasnya plasenta.
3. Hipertensi, bisa menyebabkan solusio plasenta.
4. Bayi kembar, bisa menyebabkan lilitan tali pusat
5. Plasenta previa
PENANGANAN DALAM PERSALINAN
Kalau tidak ada masalah tidak dianjurkan mempercepat kelahiran. Tentukan apakah
ada indikasi seksio sesar ( CPD, PP, tumor ), awasi kemajuan pembukaan dan penurunan
bokong. Kalau bokong lahir jangan melakukan tarikan pada bokong karena dapat
mengakibatkan kedua lengan menjungkit ke atas dan kepala terdorong turun di antara lengan
sehingga kelahiran lengan bahu sulit.
Saat kepala masuk dalam pintu atas panggul tali pusat tertekan antara kepala janin dan
panggul ibu. Maka kelahiran seluruhnya harus 8 menit setelah umbilicus lahir. Setelah
umbilicus lahir tali pusat ditarik sedikit sampai kendor supaya tidak teregang dan tidak
terjepit antara kepala dan panggul. Kriteria untuk menentukan persalinan :
Metode lain untuk menentukan cara persalinan adalah dengan menggunakan Zahtuni
Andros Breech Scoring seperti terlihat pada tabel dibawah :
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila skoring antara 0 – 4.
Untuk melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih beberapa tindakan :
PERASAT BRACHT
Bokong dan pangkal paha yang telah lahir di pegang dengan 2 tangan, kemudian di
hiperlordosis tubuh janin kearah perut ibu, sehingga lama kelamaan bagian janin dapat
dilahirkan. Penolong sama sekali tidak melakukan tarikan, hanya bantu proses persalinan
sesuai dengan letak sungsang. Tidak semua bagian berhasil dilahirkan.
Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang “Bracht”) dapat dibagi menjadi 3
tahap :
1. Fase Lambat Pertama
Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus
Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang
membahayakan jalannya persalinan.
Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.
2. Fase Cepat
Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut.
Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit ( 1 – 2 kali kontraksi uterus ) fase ini
harus sudah berakhir.
Pada fase ini, talipusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga dapat
menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3. Fase lambat Kedua
Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala.
Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala
yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi
kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
PERASAT KLASIK
Dasarnya adalah lengan kiri janin ditolong oleh lengan kiri penolong begitu pula
sebaliknya. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, badan
ditarik kebawah sampai ujung bawah scapula dimana kelihatan dibawah simfisis. Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh
janin ditarik keatas, sehingga perut janin ke arah perut ibu. Tangan penolong yang satu
dimasukan kedalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin menuju ke lengan
belakang sampai fossa kubiti. 2 jari tangan tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus dan
lengan belakang janin dikeluarkan dengan bimbingan jari – jari tersebut. Untuk melahirkan
lengan depan, dada dan punggung janin dipengang dengan kedua tangan, tubuh janin diputar
unutk mengubah lengan depan supaya berada di belakang dengan arah putaran sedemikian
rupa sehingga punggung janin melewati simfisis, kemudian lengan yang sudah berada
dibelakang tersebut dilahirkan dengan cara yang sama. Cara klasik terutama dilakukan bila
lengan depan menjungkit ke atas / berada di belakang leher janin. Karena memutar tubuh
dapat membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dilakukan
tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetep dilahirkan sebagai lengan depan.
Kedua kaki dipengang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik
tuuh janin ke bawah sehingga punggung janin mengarah ke bokong.
PERASAT MUELLER
Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke bawah
sampai bahu depan berada di bawah simfisis, kemudian lengan depan dikeluarkan dengan
cara yang kurang lebih sama dengan cara yang telah diuraikan di depan, sesudah itu baru
lengan belakang di lahirkan.
PERASAT LOEVSAT
Dasarnya adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada bahu depan
karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang di putar ke depan dengan
sendirinya akan lahir di bawah simfisis. Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran
muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin ditarik kebawah sampai
ujung bawah scapula depan terlihat di bawah simfisis, kemudian tubuh janin diputar dengan
cara memegang dada dan punggung oleh kedua tangan sampai bahu belakang terdapat di
depan dan tampak di bawah simfisis, dengan demikian lengan depan dapat dikeluarkan
dengan mudah. Bahu yang lain yang sekarang jadi bahu belakang, dilahirkan dengan
memutar kembali tubuh janin kearah berlawanan, sehingga bahu belakang jadi bahu depan
dan lengan dapat dilahirkan dengan mudah.
PERASAT MAURICEAU
Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis pada maxilla untuk
mempertahankan kepala agar tetap flexi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang
dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke
bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput / batas rambut dibawah simfisi. Tubuh janin
digerakkan ke atas sedangkan tangan kiri tetep mempertahankan fleksi kepala, sehingga
muka lahir melewati perineum dan disusul oleh bagian lain. Tangan kiri tidak boleh ikut
menarik janin, karena dapat menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.
CUNAM PIPER
Kedua kaki janin dipegan pleh seorang pembantu dan diangkat ke atas, kemudian
cunam dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Cunam ditarik
curam kebawah sampai batas rambut dan suboksiput berada dibawah simfisis, dengan
suboksiput sebagai titik pemutaran , cunam berangsur diarahkan mendatar dan keatas,
sehingga muka janin dilahirkan melewati perineum, disusul oleh bagian kepala yang lain.
KOMPLIKASI
- Komplikasi ibu
1. Perdarahan
2. Trauma jalan lahir
3. Infeksi
- Komplikasi anak
Aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang
menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini
merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan
terjadinya aspirasi.
Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat
Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
Panggul sempit
Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
Fraktura / dislokasi:
Paralisa nervus brachialis
Menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-
jari penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan pada leher saat
membebaskan lengan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2008
Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF. Obstetri Williams Paduan Ringkas. Edisi 21. EGC,
2009.