136
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015 REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2014

REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2014

Embed Size (px)

Citation preview

  • DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN

    DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN

    KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

    TAHUN 2015

    REKALKULASI

    PENUTUPAN LAHAN INDONESIA

    TAHUN 2014

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 i

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum wr.wb.

    Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga kami dapat

    menyelesaikan penyusunan buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2013

    yang menampilkan Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain

    berdasarkan penafsiran citra LDCM (The Landsat Data Continuity Mission)/Landsat 8 OLI liputan tahun 2014 untuk seluruh wilayah Indonesia.

    Buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 merupakan pembaharuan hasil

    rekalkulasi sumber daya hutan tahun 2013. Pada edisi tahun 2014 ini, rekalkulasi

    penutupan lahan Indonesia disajikan untuk wilayah 33 provinsi.

    Data dan informasi yang tersaji dalam buku ini merupakan basis data penutupan lahan yang

    dapat diolah lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan pengguna. Diharapkan data dan

    informasi penutupan lahan di dalam dan di luar kawasan hutan dapat digunakan sebagai

    dasar pengambilan keputusan dalam pembangunan baik secara regional maupun nasional

    serta dapat mendukung perencanaan pembangunan wilayah yang terintegrasi sebagai satu

    kesatuan ekosistem.

    Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembangunan kehutanan dengan memperhatikan

    berbagai komitmen tentang pembangunan kehutanan yang mengacu pada Resource Base Management.

    Wassalamu’alaikum wr.wb. Jakarta, Desember 2015

    Direktur Inventarisasi dan Pemantauan

    Sumber Daya Hutan

    Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M. Sc

    NIP. 19620301 198802 1 001

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 ii

    DAFTAR ISI

    Hal

    KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. v

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ................................................................................... 1

    B. Tujuan ................................................................................................ 2

    C. Sasaran ............................................................................................... 3

    D. Ruang Lingkup .................................................................................. 3

    BAB II METODOLOGI ..................................................................................... 4

    A. Sumber Data ...................................................................................... 4

    B. Analisis dan Penyajian Data .............................................................. 6

    BAB III HASIL REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN .............................. 8

    A. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia ......................................... 8

    B. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA)... .......... 13

    C. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Lindung (HL)............................. 16

    D. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Produksi .................................... 18

    1. Hutan Produksi Terbatas (HPT).......................................... 18

    2. Hutan Produksi Tetap (HP) ................................................. 20

    3. Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) .................. 22

    E. Rekalkulasi pada Areal Penggunaan Lain (APL) ............................. 24

    BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................. 26

    A. Kesimpulan ....................................................................................... 26

    B. Saran dan Rekomendasi ................................................................... 26

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 iii

    DAFTAR TABEL

    TABEL Hal

    Tabel III.1 Penutupan Lahan Indonesia (Ribu Ha) 9

    Tabel III.2 Penutupan Lahan Berhutan pada 7 (Tujuh) Kelompok 11

    Pulau/Kepulauan Besar (Ribu Ha)

    Tabel III.3 Sebaran Penutupan Lahan Berhutan di Indonesia 12

    Tabel III.4 Kondisi Penutupan Lahan Berhutan (Ribu Ha) 12

    Tabel III.5 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 15

    Konservasi per provinsi (Ribu Ha)

    Tabel III.6 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 17

    Lindung per Provinsi (Ribu Ha)

    Tabel III.7 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 19

    Produksi Terbatas per Provinsi (Ribu Ha)

    Tabel III.8 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 21

    Produksi Tetap per Provinsi (Ribu Ha)

    Tabel III.9 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 23

    Produksi yang dapat di-Konversi per Provinsi (Ribu Ha)

    Tabel III.10 Luas Penutupan Lahan pada Areal Penggunaan Lain 25

    per Provinsi (Ribu Ha)

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 iv

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR Hal

    Gambar 1 Bagan Alur Proses Rekalkulasi Penutupan Lahan 7

    Gambar 2 Peta Penutupan Lahan Indonesia Tahun 8

    2014

    Gambar 3 Diagram Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 9

    Gambar 4 Diagram Penutupan Lahan Indonesia di Dalam 9

    dan di Luar Kawasan Hutan (APL)

    Gambar 5 Diagram Penutupan Lahan Indonesia per Fungsi 10

    Kawasan Hutan

    Gambar 6 Diagram Penutupan Lahan Berhutan pada 7 (Tujuh) 11

    Kelompok Pulau/Kepulauan Besar

    Gambar 7 Diagram Penutupan Lahan Berhutan 12

    di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Seluruh Indonesia

    Gambar 8 Diagram Kondisi Penutupan Lahan Berhutan 13

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 v

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN Hal

    Lampiran 1 Luas Penutupan Lahan Di Dalam dan Di Luar Kawasan vi

    Hutan Seluruh Indonesia

    Lampiran 2 Luas Penutupan Lahan Berdasarkan 23 Kelas vii

    Penutupan dan Peta Penutupan Lahan Indonesia dan

    per Pulau

    Lampiran 3 Luas Penutupan Lahan Berdasarkan 23 Kelas viii

    Penutupan dan Peta Penutupan Lahan

    per Provinsi

  • BAB I

    PENDAHULUAN

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

    P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan

    Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan

    mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

    pemantapan kawasan hutan dan penataan lingkungan hidup secara berkelanjutan.

    Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain mencakup perumusan dan pelaksanaan

    kebijakan penyelenggaraan rencana perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam,

    di bidang lingkungan hidup dan kehutanan, inventarisasi dan pemantauan sumber daya

    hutan, rencana kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan, pengukuhan

    dan penatagunaan kawasan hutan, pengalokasian manfaat sumber daya hutan, serta

    pengkajian lingkungan hidup strategis, rencana perlindungan dan pengelolaan

    lingkungan hidup dan kajian dampak lingkungan.

    Sebagai implementasi dari kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan lestari tersebut di atas

    khususnya terkait optimalisasi manfaat hutan, salah satu upaya yang ditempuh

    pemerintah Indonesia antara lain dengan menetapkan dan mempertahankan

    kecukupan luas kawasan hutan secara proporsional dan penutupan hutan untuk setiap

    daerah aliran sungai dan atau pulau, yaitu minimal 30 % (tiga puluh persen), seperti

    dituangkan pada pasal 18 UU No. 41 tahun 1999. Namun permasalahan yang timbul

    antara lain diakibatkan oleh tingginya dinamika yang terjadi pada kawasan hutan,

    terutama terkait dengan tutupan hutan yang berubah dengan cepat, Hal ini

    mengakibatkan kondisi hutan Indonesia semakin menurun dan berkurang luasnya.

    Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah konsisten melakukan

    penghitungan angka deforestasi Indonesia secara periodik sejak tahun 1990. Angka

    deforestasi berturut-turut tahun 1990-1996 yaitu sebesar 1,87 juta ha/tahun, tahun

    1996-2000 sebesar 3,51 juta ha/tahun, tahun 2000-2003 sebesar 1,08 juta ha/tahun,

    tahun 2003-2006 sebesar 1,17 juta ha/tahun, tahun 2006-2009 sebesar 0,83 juta

    ha/tahun, tahun 2009-2011 sebesar 0,45 juta ha/tahun dan tahun 2011-2012 sebesar

    0,61 juta ha/tahun. Angka deforestasi pada periode penghitungan terakhir yaitu tahun

    2012-2013 diperoleh nilai sebesar 0,73 juta ha/tahun.

    Sejalan dengan hal tersebut, Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia juga

    menunjukkan adanya penurunan persentase lahan berhutan dibandingkan dengan luas

    daratan Indonesia dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 persentase lahan berhutan

    sebesar 52,5 % (98,7 juta ha) dibandingkan dengan luas daratan Indonesia, sementara

    tahun 2012 menjadi 52,2 % (98,2 juta ha). Rekalkulasi pada periode terakhir yaitu

    tahun 2013 memperlihatkan persentase lahan berhutan seluas 51,3 % (96,5 juta ha)

    dan lahan tidak berhutan seluas 91,4 juta ha (48,7%).

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 2

    Kerusakan hutan dan lahan telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan

    masyarakat antara lain dengan terjadinya banjir, tanah longsor, erosi dan sedimentasi,

    hilangnya biodiversity maupun menurunnya pendapatan negara dari hasil kayu.

    Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya perubahan penutupan hutan di

    Indonesia. Kegiatan yang menyebabkan pengurangan luas hutan antara lain berupa

    konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan sektor lain yaitu untuk

    perkebunan, pertanian, pemukiman/transmigrasi; perdagangan kayu ilegal (illegal

    trading), ataupun penebangan liar (illegal logging); perambahan, dan okupasi lahan

    serta kebakaran hutan.

    Tingginya tekanan terhadap keberadaan hutan telah terdeteksi oleh upaya monitoring

    sumber daya hutan secara periodik dengan interval 3 (tiga) tahunan selama tahun 2000

    - 2009. Sejak tahun 2011, monitoring sumber daya hutan dilakukan secara periodik

    tahunan. Diharapkan dari hasil monitoring dapat meningkatkan akurasi data untuk

    mengetahui:

    1. kondisi hutan Indonesia terkini sebagai bahan pendukung dalam perencanaan

    pembangunan kehutanan di masa yang akan datang;

    2. laju perubahan penutupan hutan sebagai bahan monitoring dan pengawasan

    terhadap pengelolaan hutan yang telah dilaksanakan;

    3. kecenderungan perubahannya di masa yang akan datang sehingga dapat

    diantisipasi perubahan ke arah yang tidak diinginkan.

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dilakukan rekalkulasi atau penghitungan

    kembali terhadap keberadaan dan luas tutupan lahan berhutan dan tidak berhutan

    pada kawasan hutan dan areal penggunaan lain. Penghitungan kembali penutupan

    lahan Indonesia dilakukan berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat 8 OLI liputan

    tahun 2014 serta penyajiannya berdasarkan Peta Dasar skala 1:250.000.

    B. Tujuan

    Tujuan dilakukan rekalkulasi penutupan lahan adalah untuk menyajikan data kondisi

    penutupan lahan terbaru pada kawasan hutan (hutan konservasi, hutan lindung, dan

    hutan produksi) dan areal penggunaan lain di daratan Indonesia sebagai bahan dalam

    penyelenggaraan pengelolaan hutan secara lestari (Sustainable Forest Management),

    mulai dari aspek perencanaan sampai pada pemantauan dan evaluasi.

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 3

    C. Sasaran

    Tersedianya data dan informasi penutupan lahan terkini di daratan Indonesia, meliputi

    luas dan sebarannya (peta) pada Hutan Konservasi, Hutan Lindung, dan Hutan

    Produksi, serta Areal Penggunaan Lain.

    D. Ruang Lingkup

    Kondisi penutupan lahan di daratan pada 33 provinsi di seluruh Indonesia, baik pada

    Kawasan Hutan maupun Areal Penggunaan Lain yang dirinci ke dalam 23 kelas

    penutupan lahan (tidak termasuk tubuh air; danau, sungai besar, laut (kawasan

    konservasi perairan)), kelompok hutan, non hutan dan, tipe hutan (primer, sekunder,

    dan tanaman).

    Contoh Citra satelit LDCM (The Landsat Data Continuity Mission)/Landsat 8 OLI, Pulau Sumatera

  • BAB II

    METODOLOGI

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 4

    BAB II METODOLOGI

    A. Sumber Data

    Data yang digunakan dalam rekalkulasi penutupan lahan adalah data digital yang

    tersedia pada Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan,

    Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan pada tingkat ketelitian

    skala 1:250.000. Data tersebut meliputi:

    1. Peta Dasar skala 1 : 250.000

    2. Data digital penutupan lahan hasil penafsiran citra LDCM (The Landsat Data Continuity Mission)/Landsat 8 OLI liputan tahun 2014. Penutupan lahan diklasifikasi menjadi 23 kelas, yaitu sebagai berikut:

    a. Hutan;

    1. Hutan lahan kering primer

    2. Hutan lahan kering sekunder

    3. Hutan rawa primer

    4. Hutan rawa sekunder

    5. Hutan mangrove primer

    6. Hutan mangrove sekunder

    7. Hutan tanaman *

    b. Non Hutan;

    8. Semak/Belukar

    9. Belukar rawa

    10. Padang rumput

    11. Perkebunan

    12. Pertanian lahan kering

    13. Pertanian lahan kering dan Semak

    14. Transmigrasi

    15. Sawah

    16. Tambak

    17. Tanah Terbuka

    18. Pertambangan

    19. Pemukiman

    20. Rawa

    21. Pelabuhan Udara/Laut

    22. Awan

    23. Tidak ada data

    Ket. * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan yang

    merupakan hasil budidaya manusia meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan

    Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil

    reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari

    citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah

    bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 5

    Legenda berikut menampilkan klasifikasi 23 kelas penutupan lahan:

    Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan)) tidak termasuk dalam

    penghitungan penutupan lahan. Kelas penutupan lahan awan dan tidak ada data tidak termasuk

    dalam rekalkulasi, sehingga luas penutupan lahan hanya berdasarkan 21 kelas.

    3. Data digital kawasan hutan bersumber dari data digital Kawasan Hutan dan

    Kawasan Konservasi Perairan Indonesia yang baru berdasarkan SK Penunjukan

    Kawasan Hutan dan Perairan tahun 2009 - 2014 untuk 24 (dua puluh empat)

    provinsi yaitu: Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat,

    Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu,

    Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat

    (NTB), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi

    Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Provinsi

    Kalimantan Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi

    Gorontalo, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Maluku,

    Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, 2 (dua) provinsi yaitu

    Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan Provinsi Sulawesi Tenggara

    menggunakan data digital Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan berdasarkan SK

    Persetujuan Perubahan (Tahun 2011 - 2012), sedangkan 8 (delapan) provinsi

    lainnya yaitu Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi

    Banten, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi D.I Yogyakarta, dan Provinsi Bali

    bersumber dari SK Penunjukan Lama (Tahun 1999 - 2004).

    Kawasan Hutan berdasarkan fungsinya terdiri dari Hutan Konservasi (KSA-KPA

    dan Taman Buru), Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan

    Produksi/Hutan Produksi Tetap (HP), dan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 6

    (HPK). Data tersebut tidak bisa dijadikan sebagai acuan mengenai garis batas dan

    fungsi kawasan hutan di lapangan. Data tabular luas kawasan hutan berdasarkan SK

    Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan per provinsi

    bersumber dari Tabel Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan per

    provinsi tahun 2014 (Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan).

    Berdasarkan tabel kawasan tersebut, ada tiga provinsi dalam SK Kawasan Hutan

    dan Kawasan Konservasi Perairan yang tidak dibedakan antara kawasan konservasi

    daratan dengan perairannya, yaitu: Provinsi Aceh, Lampung, dan Jawa Barat. Oleh

    karena itu, luas hasil rekalkulasi penutupan lahan pada fungsi kawasan konservasi

    tidak sama dengan luas fungsi kawasan konservasi pada Tabel 1.1. Hal ini

    disebabkan tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan)) tidak

    termasuk dalam penghitungan luas penutupan lahan.

    B. Analisis dan Penyajian Data

    Rekalkulasi penutupan lahan dilaksanakan melalui analisis data penutupan lahan pada

    kawasan hutan provinsi dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis.

    Tahapan rekalkulasi adalah sebagai berikut :

    1. Penyiapan data digital kawasan hutan dan penutupan lahan nasional yang

    disesuaikan ke data dasar.

    2. Overlay (tumpang susun) data digital penutupan lahan dengan data kawasan hutan.

    3. Penghitungan luas penutupan lahan di daratan pada setiap fungsi kawasan hutan

    dan areal penggunaan lain. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan

    konservasi perairan)) tidak termasuk dalam penghitungan. Dalam penghitungan

    luas menggunakan spesifikasi: Proyeksi yang digunakan adalah Mercator, spheroid

    WGS 84, angka luas dibulatkan ke dalam ribu ha.

    4. Penyajian luas dan sebaran penutupan lahan pada kawasan hutan dan areal

    penggunaan lain dalam bentuk peta, diagram, dan tabel.

    Proses selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 7

    Gambar 1. Bagan Alur Proses Rekalkulasi Penutupan Lahan

  • BAB III

    HASIL REKALKULASI

    PENUTUPAN LAHAN

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 8

    BAB III HASIL REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN

    A. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia

    Salah satu hasil kegiatan rekalkulasi penutupan lahan Indonesia berdasarkan data digital

    hasil penafsiran citra LDCM (The Landsat Data Continuity Mission)/Landsat 8 OLI liputan tahun 2014 berupa Peta Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 sebagaimana

    tersaji pada Gambar 2 berikut:

    Sumber : Data Digital Penutupan Lahan Hasil Penafsiran Citra Landsat 8 OLI Liputan Tahun 2014

    Gambar 2. Peta Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014

    Kalkulasi penutupan lahan dilakukan terhadap seluruh daratan Indonesia seluas 187,8

    juta ha yaitu pada 7 (tujuh) kelompok pulau/kepulauan besar atau 33 provinsi, yang

    terdiri dari kawasan hutan daratan seluas 121 juta ha atau 64,3% dan Areal Penggunaan

    Lain (APL) seluas 67 juta ha atau 35,7% (Tabel III.1). Persentase dihitung terhadap luas

    seluruh daratan Indonesia (187,8 juta ha). Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan

    konservasi perairan)) tidak termasuk dalam penghitungan.

    Hasil rekalkulasi penutupan lahan selengkapnya adalah:

    1. Luas penutupan lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 96 juta ha atau

    51% dan non hutan seluas 92 juta ha atau 49%. (Tabel III.1 dan Gambar 3).

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 9

    Gambar 3. Diagram Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014

    2. Luas kawasan hutan daratan sebesar 121 juta ha (64%) terdiri dari 88 juta ha (47%) masih berhutan dan 33 juta ha (17%) merupakan lahan tidak berhutan (non hutan).

    (Tabel III.1). Persentase dihitung terhadap luas seluruh daratan Indonesia (187,8

    juta ha).

    Tabel III.1 Penutupan Lahan Indonesia (Ribu Ha)

    KSA-KPA HL HPT HP Jumlah

    A. Hutan 17.532 24.043 21.809 18.065 81.449 6.687 88.136 46,9 7.630 4,1 95.766 51,0

    B. Non hutan 4.371 5.595 5.035 11.200 26.201 6.433 32.634 17,4 59.351 31,6 91.986 49,0

    Total 21.902 29.638 26.844 29.265 107.650 13.121 120.770 64,3 66.982 35,7 187.752 100,0

    %HUTAN TETAPHPK Jumlah Jumlah %

    APL

    PENUTUPAN LAHAN

    KAWASAN HUTAN

    %TOTAL

    Ket. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.

    Gambar 4. Diagram Penutupan Lahan Indonesia

    di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL)

    95.766

    91.986

    90.000

    91.000

    92.000

    93.000

    94.000

    95.000

    96.000

    97.000

    Hutan Non Hutan

    Lu

    as (

    Rib

    u H

    a)

    Penutupan Lahan

    Non

    Hutan

    49,0%Hutan

    51,0%

    88.136

    7.630

    32.634

    59.351

    0

    10.000

    20.000

    30.000

    40.000

    50.000

    60.000

    70.000

    80.000

    90.000

    100.000

    Kawasan Hutan APL

    Lu

    as (

    Rib

    u H

    a)

    Fungsi Kawasan

    Hutan Non Hutan

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 10

    Gambar 5. Diagram Penutupan Lahan Indonesia

    per Fungsi Kawasan Hutan

    3. Penyebaran penutupan lahan berhutan pada kawasan hutan daratan menurut kelompok pulau/kepulauan besar, yang terluas terdapat di Papua yaitu seluas 32,5

    juta ha atau 33,9% dari luasan total lahan berhutan di daratan Indonesia sebesar 96

    juta ha, berikutnya Kalimantan seluas 25,6 juta ha (26,7%), sedangkan luas terkecil

    adalah Pulau Bali dan Nusa Tenggara seluas 1,5 juta ha (1,6%). Pulau-pulau yang

    lain memiliki luas penutupan lahan berhutan kurang dari 15,0%. Data selengkapnya

    tersaji pada Tabel III.2 dan Gambar 6.

    17.532

    24.043

    21.809

    18.065

    6.687

    4.371

    5.595 5.035

    11.200

    6.433

    0

    5.000

    10.000

    15.000

    20.000

    25.000

    30.000

    KSA-KPA HL HPT HP HPK

    Lu

    as

    (R

    ibu

    Ha)

    Fungsi Kawasan Hutan

    Hutan Non Hutan

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 11

    Tabel III.2 Penutupan Lahan Berhutan pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/

    Kepulauan Besar (Ribu Ha)

    KSA-KPA HL HPT HP Jumlah

    1 SUMATERA 4.024,4 3.759,6 1.378,6 3.532,8 12.695,3 245,6 12.940,9 13,5 1.005,5 1,0 13.946,4

    2 JAWA 389,3 536,5 271,7 1.008,2 2.205,7 - 2.205,7 2,3 771,8 0,8 2.977,5

    3 KALIMANTAN 3.855,3 5.914,7 9.159,5 5.808,0 24.737,7 877,7 25.615,4 26,7 2.545,3 2,7 28.160,7

    4 SULAWESI 1.556,3 3.540,9 2.441,6 703,6 8.242,5 285,6 8.528,1 8,9 802,6 0,8 9.330,7

    5 BALI NUSATGR 224,3 794,1 288,8 190,9 1.498,0 18,2 1.516,2 1,6 674,1 0,7 2.190,3

    6 MALUKU 574,0 1.017,2 1.327,0 807,1 3.725,3 1.137,9 4.863,3 5,1 277,6 0,3 5.140,8

    7 PAPUA 6.908,1 8.479,8 6.941,6 6.014,6 28.344,1 4.122,4 32.466,5 33,9 1.553,4 1,6 34.019,9

    Total 17.531,7 24.042,8 21.808,8 18.065,3 81.448,6 6.687,5 88.136,1 92,0 7.630,3 8,0 95.766,4

    NO. PULAU/ KEPULAUAN APL % TOTALHUTAN TETAPHPK Jumlah

    KAWASAN HUTAN

    %

    Ket. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.

    Gambar 6. Diagram Penutupan Lahan Berhutan

    pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar

    4. Berdasarkan fungsi kawasan hutan, penutupan lahan berhutan pada kawasan hutan

    daratan seluruh Indonesia meliputi 17,5 juta ha (80%) terdapat pada kawasan hutan

    konservasi, 24 juta ha (81,1%) pada kawasan hutan lindung dan 46,6 juta ha (67,3%)

    pada kawasan hutan produksi. Sedangkan lahan berhutan pada areal penggunaan

    lain seluas 7,6 juta ha (11,4%). Persentase dihitung terhadap luas daratan masing-

    masing fungsi kawasan hutan. Secara lengkap disajikan pada Tabel III.3 berikut.

    0

    1.000

    2.000

    3.000

    4.000

    5.000

    6.000

    7.000

    8.000

    9.000

    10.000

    SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI BALI NUSA MALUKU PAPUA

    Lu

    as (

    Rib

    u H

    a)

    Pulau/Kepulauan

    KSA-KPA HL HPT HP HPK APL

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 12

    Tabel III.3 Sebaran Penutupan Lahan Berhutan di Indonesia

    LUAS LAHAN LUAS PER

    BERHUTAN (Ribu Ha) FUNGSI (Ribu Ha)1 Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA) 17.531,7 21.902,4 80,02 Kawasan Hutan Lindung 24.042,8 29.637,6 81,13 Kawasan Hutan Produksi

    a. HPT 21.808,8 26.844,2 81,2b. HP 18.065,3 29.265,4 61,7c. HPK 6.687,5 13.120,7 51,0sub Total 46.561,6 69.230,3 67,3

    Total Kawasan Hutan ( 1+ 2 + 3 ) 88.136,1 120.770,3 73,04 Areal Penggunaan Lain 7.630,3 66.981,6 11,4

    Total ( 1+ 2 + 3 + 4 ) 95.766,4 187.751,9 51,0

    %NO PENUTUPAN LAHAN

    Ket. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.

    Gambar 7. Diagram Penutupan Lahan Berhutan

    di dalam dan di luar Kawasan Hutan Seluruh Indonesia

    5. Kondisi tutupan hutan pada daratan di kawasan hutan dan areal penggunaan lain dapat dikelompokkan atas hutan primer, hutan sekunder, dan hutan tanaman (Tabel III.4).

    Dari penutupan lahan berhutan seluas 96 juta ha, 45 juta ha atau 46,9% merupakan

    hutan primer, 46 juta ha atau 48,1% merupakan hutan sekunder dan selebihnya

    merupakan hutan tanaman, yaitu seluas 5 juta ha (5,0%). Kondisi hutan primer terluas

    terdapat di hutan lindung, sedangkan hutan sekunder umumnya terdapat pada hutan

    produksi, dan sebagian pada hutan lindung. Hutan tanaman sebagian besar terdapat

    pada hutan produksi. Kondisi hutan pada areal penggunaan lain sebagian besar

    merupakan hutan sekunder.

    Tabel III.4 Kondisi Penutupan Lahan Berhutan (Ribu Ha)

    KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah %

    1 Hutan primer 12.378,6 14.572,5 9.524,6 4.564,1 41.039,8 2.537,3 43.577,1 45,5 1.299,4 1,4 44.876,5 46,9

    2 Hutan sekunder 5.006,5 9.175,6 11.953,3 10.490,2 36.625,6 4.109,9 40.735,5 42,5 5.359,5 5,6 46.095,0 48,1

    3 Hutan tanaman * 146,5 294,7 330,9 3.011,1 3.783,2 40,3 3.823,5 4,0 971,4 1,0 4.794,9 5,0

    Total 17.531,7 24.042,8 21.808,8 18.065,3 81.448,6 6.687,5 88.136,1 92,0 7.630,3 8,0 95.766,4 100,0

    NO. PENUTUPAN

    LAHAN

    APLTOTAL %HUTAN TETAP

    HPK Jumlah

    KAWASAN HUTAN

    %

    Ket : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan. * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia,

    meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil

    reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam

    yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan

    sekitarnya.

    Hutan Tanaman di dalam Kawasan Hutan Konservasi dan Hutan Lindung tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman

    Industri/IUPHHK-HT.

    17.532

    24.043 21.809

    18.065

    6.687 7.630

    0

    5.000

    10.000

    15.000

    20.000

    25.000

    30.000

    KSA-KPA

    HL HPT HP HPK APL

    Lu

    as (

    Rib

    u H

    a)

    Fungsi Kawasan

    17.532

    24.043

    46.562

    7.630

    0

    5.000

    10.000

    15.000

    20.000

    25.000

    30.000

    35.000

    40.000

    45.000

    50.000

    HutanKonservasi

    HutanLindung

    HutanProduksi

    ArealPenggunaan

    Lain

    Lu

    as (

    Rib

    u H

    a)

    Fungsi Kawasan

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 13

    Gambar 8. Diagram Kondisi Penutupan Lahan Berhutan

    Luas penutupan lahan berdasarkan kondisi hutan per fungsi kawasan hutan untuk

    masing-masing provinsi disajikan pada Lampiran 1. Sedangkan kondisi penutupan

    lahan berdasarkan 23 kelas penutupan beserta peta per provinsi untuk 33 provinsi

    disajikan secara lengkap pada Lampiran 3.

    B. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA)

    Penutupan lahan pada kawasan Hutan Konservasi meliputi penutupan lahan di kawasan

    suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan taman buru.

    Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Hutan Konservasi per

    provinsi pada Tabel III.5, terlihat bahwa :

    a. Provinsi-provinsi yang memiliki tutupan lahan berhutan lebih dari 80,0% terhadap luas total kawasan hutan konservasi, untuk wilayah Pulau Sumatera (Provinsi Aceh:

    91,1% atau 771,9 ribu ha dari luasan 847,1 ribu ha, Sumatera Utara: 88,3% atau

    376,9 ribu ha dari luasan 427,0 ribu ha, Sumatera Barat: 89,1% atau 686,2 ribu ha

    dari luasan 769,8 ribu ha, Jambi: 84,7% atau 580,6 ribu ha dari luasan 685,5 ribu ha,

    dan Bengkulu : 86,4% atau 400,2 ribu ha dari luasan 463,0 ribu ha, Pulau Jawa

    (Jawa Barat: 83,6% atau 110,5 ribu ha dari luasan 132,2 ribu ha), Pulau Kalimantan

    (Kalimantan Barat: 81,2% atau seluas 1,2 juta ha dari luasan 1,4 juta ha dan

    Kalimantan Timur: 84,0% atau seluas 1,4 juta ha dari luasan 1,7 juta ha), Pulau

    Sulawesi (Provinsi Sulawesi Utara: 86,4% atau 211,7 ribu ha dari luasan 245,2 ribu

    ha, Gorontalo: 94,6% atau 186,0 ribu ha dari luasan 196,7 ribu ha, Sulawesi

    Tengah: 86,2% atau 558,9 ribu ha dari luasan 648,4 ribu ha, Sulawesi Barat: 94,1%

    atau 202,4 ribu ha dari luasan 215,2 ribu ha), Kepulauan Maluku (Provinsi Maluku

    Utara 94,1% atau seluas 205,6 ribu ha dari luasan 218,5 ribu ha, Provinsi Maluku

    87,6% atau seluas 368,4 ribu ha dari luasan 420,3 ribu ha), dan Pulau Papua (Papua

    Barat: 97,4% atau 1,7 juta ha dari luasan 1,7 juta ha).

    0

    2.000

    4.000

    6.000

    8.000

    10.000

    12.000

    14.000

    KSA-KPA HL HPT HP HPK APL

    Lu

    as (

    Rib

    u H

    a)

    Fungsi Kawasan

    Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 14

    b. Provinsi-provinsi yang memiliki tutupan lahan berhutan berkisar 50,0 – 80,0% terhadap luas total kawasan hutan konservasi wilayahnya terdapat di Pulau Sumatera

    (Provinsi Riau: 78,6% atau 497,9 ribu ha dari luasan 633,4 ribu ha, Sumatera

    Selatan: 56,6% atau 420,1 ribu ha dari luasan 741,9 ribu ha, Lampung: 59,3% atau

    274,2 ribu ha dari luasan 462,0 ribu ha,); Pulau Jawa (Provinsi Banten : 75,6% atau

    85,5 ribu ha dari luasan 113 ribu ha, Jawa Tengah: 72,1% atau 11,8 ribu ha dari

    luasan 16,4 ribu ha, DI Yogyakarta: 68,8% atau 0,6 ribu ha dari luasan 0,9 ribu ha,

    Jawa Timur: 78,6% atau 180,8 ribu ha dari luasan 230,1 ribu ha); Pulau Kalimantan

    (Provinsi Kalimantan Selatan: 63,9% atau 136,3 ribu ha dari luasan 213,3 ribu ha,

    Kalimantan Tengah: 70% atau 1,1 juta ha dari luasan 1,6 juta ha); Pulau Sulawesi

    (Provinsi Sulawesi Tenggara: 74,6% atau 211 ribu ha dari luasan 282,9 ribu ha,

    Sulawesi Selatan: 76,2% atau 186,2 ribu ha dari luasan 244,5 ribu ha), Pulau Bali

    dan Nusa Tenggara (Provinsi Bali: 55,1% atau 12,6 ribu ha dari luasan 22,9 ribu ha,

    Nusa Tenggara Timur: 52,8% atau 137,3 ribu ha dari luasan 260,2 ribu ha); dan di

    Pulau Papua ( Provinsi Papua: 77,8% atau 5,2 juta ha dari luasan 6,7 juta ha).

    c. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan kisaran 25,0 - 50,0% terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: 33,8% atau 12,0 ribu ha dari

    luasan 35,5 ribu ha, Provinsi Kepulauan Riau: 26,0% atau 4,5 ribu ha dari luasan

    17,1 juta ha), Pulau Jawa (Provinsi DKI Jakarta: 41,9% atau 100 ha dari luasan 300

    ha), dan Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Provinsi NTB: 44,2% atau 74,4 ribu ha

    dari luasan 168 ribu ha).

    Data penutupan lahan di kawasan Hutan Konservasi selengkapnya disajikan pada Tabel

    III.5 berikut ini:

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 15

    Tabel III.5 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Konservasi

    per Provinsi (Ribu Ha)

    Primer Sekunder Tanaman Total % Total %

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1 Aceh 545,2 221,0 5,6 771,9 91,1 75,3 8,9 847,1

    2 Sumatera Utara 295,3 81,4 0,2 376,9 88,3 50,2 11,7 427,0

    3 Sumatera Barat 393,0 293,2 - 686,2 89,1 83,6 10,9 769,8

    4 Riau 147,2 344,6 6,1 497,9 78,6 135,5 21,4 633,4

    5 Jambi 492,7 87,9 - 580,6 84,7 104,8 15,3 685,5

    6 Sumatera Selatan 281,2 130,6 8,3 420,1 56,6 321,8 43,4 741,9

    7 Bangka Belitung 3,7 8,3 - 12,0 33,8 23,5 69,3 35,5

    8 Bengkulu 317,1 82,7 0,4 400,2 86,4 62,8 - 463,0

    9 Lampung 197,9 76,3 - 274,2 59,3 187,8 40,7 462,0

    10 Kepulauan Riau 0,5 4,0 - 4,5 26,0 12,6 74,0 17,1

    SUMATERA 2.673,8 1.330,0 20,5 4.024,4 79,2 1.057,9 20,8 5.082,3

    11 Banten 7,6 53,8 24,1 85,5 75,6 27,5 24,4 113,0

    12 DKI Jakarta - 0,1 - 0,1 41,9 0,2 58,1 0,3

    13 Jawa Barat 50,3 22,8 37,5 110,5 83,6 21,7 16,4 132,2

    14 Jawa Tengah - 3,8 8,0 11,8 72,1 4,6 27,9 16,4

    15 D.I. Yogyakarta - 0,1 0,5 0,6 68,8 0,3 31,2 0,9

    16 Jawa Timur 0,7 168,1 11,9 180,8 78,6 49,4 21,4 230,1

    JAWA 58,6 248,8 82,0 389,3 79,0 103,6 21,0 492,9

    17 Kalimantan Barat 979,7 182,2 - 1.161,9 81,2 268,2 18,8 1.430,1

    18 Kalimantan Selatan 62,0 38,7 35,7 136,3 63,9 76,9 36,1 213,3

    19 Kalimantan Tengah 300,8 824,3 - 1.125,1 70,0 483,2 30,0 1.608,3

    20 Kalimantan Timur 1.202,5 223,2 6,4 1.432,0 84,0 272,6 16,0 1.704,7

    KALIMANTAN 2.545,0 1.268,3 42,1 3.855,3 77,8 1.101,0 22,2 4.956,3

    21 Sulawesi Utara 130,5 81,3 - 211,7 86,4 33,4 13,6 245,2

    22 Gorontalo 130,1 55,9 - 186,0 94,6 10,6 5,4 196,7

    23 Sulawesi Tengah 202,0 356,9 - 558,9 86,2 89,5 13,8 648,4

    24 Sulawesi Tenggara 29,9 181,2 - 211,0 74,6 71,9 25,4 282,9

    25 Sulawesi Barat 118,9 83,5 - 202,4 94,1 12,8 5,9 215,2

    26 Sulawesi Selatan 106,3 79,3 0,6 186,2 76,2 58,3 23,8 244,5

    SULAWESI 717,6 838,1 0,6 1.556,3 84,9 276,5 15,1 1.832,8

    27 Bali 3,5 8,6 0,5 12,6 55,1 10,3 44,9 22,9

    28 NTB 45,8 28,0 0,5 74,4 44,2 93,7 55,8 168,0

    29 NTT 64,7 72,3 0,3 137,3 52,8 122,9 47,2 260,2

    BALI DAN NUSA TENGGARA 114,1 108,9 1,3 224,3 49,7 226,9 50,3 451,1

    30 Maluku Utara 76,7 128,9 - 205,6 94,1 12,9 5,9 218,5

    31 Maluku 133,5 234,9 - 368,4 87,6 51,9 12,4 420,3

    MALUKU 210,3 363,7 - 574,0 89,9 64,8 10,1 638,8

    32 Papua 4.563,9 677,3 - 5.241,2 77,8 1.495,1 22,2 6.736,3

    33 Papua Barat 1.495,3 171,5 - 1.666,8 97,4 45,1 2,6 1.711,9

    PAPUA 6.059,2 848,8 - 6.908,1 81,8 1.540,1 18,2 8.448,2

    INDONESIA 12.378,6 5.006,5 146,5 17.531,7 80,0 4.370,7 20,0 21.902,4

    Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI liputan tahun 2014

    NO. PROPINSI HUTAN NON HUTAN

    Penutupan Lahan

    TOTAL

    Hutan Konservasi terdiri dari: Kawasan Suaka Alam (KSA), yang meliputi Cagar

    Alam dan Suaka Margasatwa; Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang meliputi

    Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; serta Taman Buru.

    Masing-masing kawasan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga

    pengelolaannya pun akan berbeda pula. Di dalam kawasan Hutan Konservasi,

    hutan tanaman tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-

    HT. Kondisi penutupan lahan pada kawasan konservasi merupakan bahan

    pertimbangan dalam penyusunan rencana pengelolaannya.

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 16

    C. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Lindung (HL)

    Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Hutan Lindung per

    provinsi pada Tabel III.6, terlihat bahwa :

    a. Provinsi Kalimantan Timur memiliki lahan berhutan terluas di dalam kawasan hutan lindung yaitu 97,0% atau 2,7 juta ha dari luasan 2,8 juta ha. Sedangkan

    provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan ≥ 80,0% selain Provinsi Kalimantan

    Timur yaitu Provinsi Aceh (92,5% atau 1,6juta ha dari luasan 1,7 juta ha), Jambi

    (80,6% atau 144,7 ribu ha dari luasan 179,6 ribu ha), Jawa Tengah (84,7% atau 71,5

    ribu ha dari luasan 84,4 ribu ha), Gorontalo (88,7% atau 181,4 ribu ha dari luasan

    204,6 ribu ha), Sulawesi Tengah (89,8% atau 1,1 juta ha dari luasan 1,3 juta ha),

    Sulawesi Tenggara (88,0% atau 952,2 ribu ha dari luasan 1,1 juta ha), NTB (87,2%

    atau 375,2 ribu ha dari luasan 430,5 ribu ha ), Maluku Utara (86,7% atau 506,2

    ribu ha dari luasan 584,1 ribu ha), Maluku (81,5% atau 511 ribu ha dari luasan

    627,3 ribu ha), Papua (89,6% atau 7,0 juta ha dari luasan 7,8 juta ha) dan Papua

    Barat (90,6% atau 1,5 juta ha dari luasan 1,6 juta ha).

    b. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan pada kawasan hutan lindungnya pada kisaran 50,0 – 80,0% terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Sumatera Utara:

    55,9% atau 674,7 ribu ha dari luasan 1,2 ribu ha, Sumatera Barat: 73,3% atau 580,6

    ribu ha dari luasan 791,7 ribu ha, Bengkulu : 69,6% atau 174,6 ribu ha dari luasan

    250,7 ribu ha, Pulau Jawa (Provinsi Banten : 50,7% atau 6,3 ribu ha dari luasan 12,4

    ribu ha, DKI Jakarta: 68,5% atau 31 ha dari luasan 45 ha, Jawa Barat: 66,1% atau

    192,5 ribu ha dari luasan 291,3 ribu ha, dan Jawa Timur: 77% atau 265,3 ribu ha

    dari luasan 344,7 ribu ha), Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Barat: 77,9%

    atau 1,8 juta ha dari luasan 2,3 juta ha, Kalimantan Selatan: 70,5% atau 371,1 ribu

    ha dari luasan 526,4 ribu ha, dan Kalimantan Tengah: 72,9% atau 981 ribu ha dari

    luasan 1,3 ribu ha ), Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Utara: 69,8% atau 112,9 ribu

    ha dari luasan 161,8 ribu ha, Sulawesi Barat: 67,5% atau 305 ribu ha dari luasan 452

    ribu ha, Sulawesi Selatan: 68,4% atau 843,4 ribu ha dari luasan 1,2 juta ha), Pulau

    Bali dan Nusa Tenggara (Provinsi Bali: 75,6% atau 72,4 ribu ha dari luasan 95,8

    ribu ha, NTT: 50,6% atau 346,5 ribu ha dari luasan 684,4 ribu ha).

    c. Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kep.Bangka Belitung, Lampung, Kep.Riau, dan DI Yogyakarta memiliki lahan berhutan di kawasan hutan lindungnya kurang dari

    50,0%. Provinsi Lampung memiliki persentase lahan berhutan terkecil dari luasan

    hutan lindungnya yaitu 19,5% atau 61,9 ribu ha dari luasan 317,6 ribu ha.

    Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Lindung selengkapnya disajikan pada

    Tabel III.6 berikut ini :

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 17

    Tabel III.6 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Lindung

    per Provinsi (Ribu Ha)

    Primer Sekunder Tanaman Total % Total %

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1 Aceh 664,1 948,2 1,8 1.614,2 92,5 130,1 7,5 1.744,2

    2 Sumatera Utara 250,9 390,5 33,3 674,7 55,9 532,2 44,1 1.206,9

    3 Sumatera Barat 171,9 408,4 0,4 580,6 73,3 211,0 26,7 791,7

    4 Riau 24,1 70,5 1,0 95,7 40,9 138,4 59,1 234,0

    5 Jambi 109,0 35,4 0,2 144,7 80,6 34,9 19,4 179,6

    6 Sumatera Selatan 82,4 182,6 14,1 279,2 48,4 298,1 51,6 577,3

    7 Bangka Belitung 23,9 58,6 - 82,4 44,4 103,1 230,0 185,5

    8 Bengkulu 102,1 72,5 - 174,6 69,6 76,1 - 250,7

    9 Lampung 6,8 55,1 - 61,9 19,5 255,7 80,5 317,6

    10 Kepulauan Riau 0,8 50,7 - 51,5 48,6 54,4 51,4 105,9

    SUMATERA 1.436,1 2.272,5 50,9 3.759,6 67,2 1.833,9 32,8 5.593,5

    11 Banten - 3,7 2,5 6,3 50,7 6,1 49,3 12,4

    12 DKI Jakarta - 0,031 - 0,031 68,5 0,014 31,5 0,045

    13 Jawa Barat 50,5 39,5 102,5 192,5 66,1 98,8 33,9 291,3

    14 Jawa Tengah 0,1 20,8 50,6 71,5 84,7 12,9 15,3 84,4

    15 D.I. Yogyakarta - - 0,8 0,8 39,1 1,3 60,9 2,1

    16 Jawa Timur 10,0 173,8 81,5 265,3 77,0 79,4 23,0 344,7

    JAWA 60,6 237,9 237,9 536,5 73,0 198,5 27,0 734,9

    17 Kalimantan Barat 961,1 839,9 - 1.801,0 77,9 509,9 22,1 2.310,9

    18 Kalimantan Selatan 259,0 110,3 1,8 371,1 70,5 155,3 29,5 526,4

    19 Kalimantan Tengah 450,6 530,4 0,0 981,0 72,9 365,1 27,1 1.346,1

    20 Kalimantan Timur 2.141,6 619,7 0,4 2.761,7 97,0 86,5 3,0 2.848,2

    KALIMANTAN 3.812,2 2.100,3 2,2 5.914,7 84,1 1.116,9 15,9 7.031,6

    21 Sulawesi Utara 71,6 41,3 - 112,9 69,8 48,8 30,2 161,8

    22 Gorontalo 85,7 95,7 - 181,4 88,7 23,2 11,3 204,6

    23 Sulawesi Tengah 380,3 765,7 - 1.146,0 89,8 130,1 10,2 1.276,1

    24 Sulawesi Tenggara 226,2 726,0 - 952,2 88,0 129,3 12,0 1.081,5

    25 Sulawesi Barat 119,9 185,2 - 305,0 67,5 147,0 32,5 452,0

    26 Sulawesi Selatan 377,0 464,0 2,4 843,4 68,4 389,3 31,6 1.232,7

    SULAWESI 1.260,6 2.277,9 2,4 3.540,9 80,3 867,8 19,7 4.408,7

    27 Bali 40,4 31,6 0,4 72,4 75,6 23,3 24,4 95,8

    28 NTB 256,6 118,3 0,2 375,2 87,2 55,3 12,8 430,5

    29 NTT 42,2 304,2 0,0 346,5 50,6 337,9 49,4 684,4

    BALI DAN NUSA TENGGARA 339,3 454,1 0,7 794,1 65,6 416,6 34,4 1.210,7

    30 Maluku Utara 158,8 347,0 0,5 506,2 86,7 77,9 13,3 584,1

    31 Maluku 117,6 393,3 - 511,0 81,5 116,3 18,5 627,3

    MALUKU 276,4 740,3 0,5 1.017,2 84,0 194,1 16,0 1.211,3

    32 Papua 6.235,2 766,2 0,1 7.001,4 89,6 813,9 10,4 7.815,3

    33 Papua Barat 1.152,0 326,4 - 1.478,4 90,6 153,2 9,4 1.631,6

    PAPUA 7.387,2 1.092,6 0,1 8.479,8 89,8 967,0 10,2 9.446,9

    INDONESIA 14.572,5 9.175,6 294,7 24.042,8 81,1 5.594,8 18,9 29.637,6

    Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI liputan tahun 2014

    NO. PROPINSI HUTAN NON HUTAN

    Penutupan Lahan

    TOTAL

    Hutan lindung merupakan kawasan yang memiliki fungsi perlindungan sistem

    penyangga kehidupan. Di dalam kawasan Hutan Lindung, hutan tanaman tidak

    diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT. Dari hasil rekalkulasi

    pada 33 provinsi, hanya 6 provinsi yang memiliki lahan berhutan kurang dari 50%.

    Terbukanya tutupan lahan pada Hutan Lindung dapat diakibatkan oleh penebangan

    liar dan alih guna lahan menjadi lahan pertanian yang menyebabkan berbagai bencana

    erosi dan tanah longsor, timbulnya kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada

    musim hujan. Untuk mencegah terbukanya tutupan lahan berhutan di Hutan Lindung,

    pemanfaatan kawasan hutan lindung harus sesuai dengan daya dukung kawasan.

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 18

    D. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Produksi

    Penutupan lahan pada kawasan hutan produksi dirinci menjadi penutupan lahan di

    Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi Tetap (HP), dan Hutan Produksi

    yang dapat di-Konversi (HPK).

    1. Hutan Produksi Terbatas (HPT)

    Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Hutan Produksi

    Terbatas (HPT) per provinsi pada Tabel III.8, terlihat bahwa :

    a. Provinsi Papua Barat memiliki persentase lahan berhutan terluas di dalam kawasan hutan produksi terbatas sebesar 96,1% atau 1,7 ha dari luasan 1,8 juta

    ha diikuti dengan Provinsi Kalimantan Timur sebesar 94,8% atau 4,7 juta ha

    dari luasan 5,0 juta ha. Provinsi-provinsi lain yang memiliki lahan berhutan lebih

    dari 80,0% adalah Provinsi Kalimantan Tengah (87,3% atau 2,9 juta ha dari

    luasan 3,3 juta ha), Sulawesi Tengah (83,9% atau 1,2 juta ha dari luasan 1,4 juta

    ha, Sulawesi Tenggara (82,9% atau 387,1 ribu ha dari luasan 466,9 ribu ha),

    Maluku Utara (85,5 % atau 570,5 ribu ha dari luasan 666,9 ribu ha ), Maluku

    (84,6% atau 756,5 ribu ha dari luasan 894,3 ribu ha), Papua (87,8% atau 5,2 juta

    ha dari luasan 5,9 juta ha).

    b. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 50,0 - 80,0% untuk Pulau Sumatera terdapat di Provinsi Aceh 73,1% (103,7 ribu ha dari

    luasan 141,8 ribu ha), Sumatera Utara 52,6% (337,9 ribu ha dari luasan 641,8

    ribu ha), Sumatera Barat 64,2% (149,7 ribu ha dari luasan 233,2 ribu ha), Jambi

    63,4% (163,8 ribu ha dari luasan 258,3 ribu ha), Kepulauan Riau 50,9% (83,8

    ribu ha dari luasan 164,7 ribu ha). Di Pulau Jawa terdapat di Provinsi Jawa Barat

    54,6% (103,8 ribu ha dari luasan 190,2 ribu ha), Jawa Tengah 78,3% (144 ribu

    ha dari luasan 183,9 ribu ha). Di Pulau Kalimantan terdapat di Provinsi

    Kalimantan Barat 65,7% (1,4 juta ha dari luasan 2,1 juta ha), Kalimantan Selatan

    63,1% (80 ribu ha dari luasan 126,7 ribu ha). Di Pulau Sulawesi terdapat di

    Provinsi Sulawesi Utara 69,6% (145,5 ribu ha dari luasan 208,9 ribu ha),

    Gorontalo 79,7% (200,2 ribu ha dari luasan 251,1 ribu ha), Sulawesi Barat 73%

    (241,3 ribu ha dari luasan 330,7 ribu ha), Sulawesi Selatan 60,8% (300,9 ribu ha

    dari luasan 494,8 ribu ha). Di Pulau Bali dan Nusa Tenggara terdapat di

    Provinsi Nusa Tenggara Barat 76% (217,9 ribu ha dari luasan 286,7 ribu ha).

    c. Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Bali dan Nusa Tenggara Timur memiliki lahan berhutan kurang dari 50,0%. Provinsi Riau

    37% (381,3 ribu ha dari luasan 1,0 juta ha), Sumatera Selatan 40,7% (84,9 ribu

    ha dari luasan 208,7 ribu ha), Bengkulu 40% (69,3 ribu ha dari luasan 173,3

    ribu ha), Lampung 12,7% (4,2 ribu ha dari luasan 33,4 ribu ha), Banten 48,2%

    (23,9 ribu ha dari luasan 49,4 ribu ha), Bali 14,7% (1,0 ribu ha dari luasan 6,7

    ribu ha), dan Nusa Tenggara Timur 40,2% (69,9 ribu ha dari luasan 174 ribu

    ha).

    d. Provinsi Lampung memiliki lahan berhutan dengan persentase terkecil yaitu 12,7% atau 4,2 ribu ha dari luasan 33,4 ribu ha.

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 19

    Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) merupakan cadangan potensi kayu dan

    sumber benih permudaan alam. Dari hasil rekalkulasi sumber daya hutan pada

    seluruh provinsi, sebagian besar provinsi memiliki lahan berhutan kurang dari

    80,0% dengan penutupan hutan sekunder yang lebih luas dibandingkan hutan

    primernya. Sedangkan pada Provinsi Papua dan Papua Barat penutupan hutan

    primernya lebih luas dibandingkan dengan hutan sekundernya. Di pulau Sumatera

    dan pulau Jawa memiliki hutan tanaman yang relatif lebih luas dibandingkan pulau-

    pulau lainnya. Upaya regenerasi jenis-jenis kayu unggulan dan langka perlu

    dilakukan dalam rangka pengembangan hutan tanaman dan mempertahankan

    keanekaragaman jenis flora endemik yang ada di Indonesia.

    Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Produksi Terbatas, selengkapnya

    disajikan pada Tabel III.8 berikut ini :

    Tabel III.8 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi Terbatas

    per Provinsi (Ribu Ha)

    Primer Sekunder Tanaman Total % Total %

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1 Aceh 2,2 101,5 - 103,7 73,1 38,1 26,9 141,8

    2 Sumatera Utara 33,5 297,3 7,1 337,9 52,6 303,9 47,4 641,8

    3 Sumatera Barat 5,1 144,3 0,2 149,7 64,2 83,6 35,8 233,2

    4 Riau 33,6 295,2 52,5 381,3 37,0 650,3 63,0 1.031,6

    5 Jambi 89,9 72,1 1,8 163,8 63,4 94,5 36,6 258,3

    6 Sumatera Selatan 10,8 59,6 14,5 84,9 40,7 123,8 59,3 208,7

    7 Bangka Belitung - - - - - - - -

    8 Bengkulu 16,7 52,7 - 69,3 40,0 104,0 60,0 173,3

    9 Lampung 3,4 0,8 - 4,2 12,7 29,1 87,3 33,4

    10 Kepulauan Riau 4,8 79,0 - 83,8 50,9 80,8 49,1 164,7

    SUMATERA 200,0 1.102,4 76,1 1.378,6 47,8 1.508,1 52,2 2.886,7

    11 Banten - 3,3 20,6 23,9 48,2 25,6 51,8 49,4

    12 DKI Jakarta - - - - - - - -

    13 Jawa Barat 1,7 12,7 89,3 103,8 54,6 86,4 45,4 190,2

    14 Jawa Tengah - 22,1 121,9 144,0 78,3 39,9 21,7 183,9

    15 D.I. Yogyakarta - - - - - - - -

    16 Jawa Timur - - - - - - - -

    JAWA 1,7 38,2 231,8 271,7 64,1 151,9 35,9 423,5

    17 Kalimantan Barat 317,9 1.082,0 0,1 1.400,0 65,7 732,4 34,3 2.132,4

    18 Kalimantan Selatan 24,6 53,2 2,1 80,0 63,1 46,7 36,9 126,7

    19 Kalimantan Tengah 415,2 2.474,1 7,2 2.896,5 87,3 421,0 12,7 3.317,5

    20 Kalimantan Timur 2.283,5 2.495,8 3,8 4.783,1 94,8 262,8 5,2 5.045,9

    KALIMANTAN 3.041,2 6.105,1 13,3 9.159,5 86,2 1.462,9 13,8 10.622,4

    21 Sulawesi Utara 45,5 100,0 - 145,5 69,6 63,4 30,4 208,9

    22 Gorontalo 69,8 130,4 - 200,2 79,7 50,9 20,3 251,1

    23 Sulawesi Tengah 218,0 948,5 0,1 1.166,6 83,9 224,4 16,1 1.391,0

    24 Sulawesi Tenggara 60,6 326,5 - 387,1 82,9 79,7 17,1 466,9

    25 Sulawesi Barat 77,8 163,5 - 241,3 73,0 89,4 27,0 330,7

    26 Sulawesi Selatan 99,3 195,2 6,4 300,9 60,8 194,0 39,2 494,8

    SULAWESI 571,1 1.864,0 6,5 2.441,6 77,7 701,7 22,3 3.143,4

    27 Bali 0,0 0,6 0,4 1,0 14,7 5,7 85,3 6,7

    28 NTB 106,3 111,6 0,0 217,9 76,0 68,8 24,0 286,7

    29 NTT 4,3 65,6 - 69,9 40,2 104,0 59,8 174,0

    BALI DAN NUSA TENGGARA 110,6 177,8 0,4 288,8 61,8 178,6 38,2 467,4

    30 Maluku Utara 101,8 465,8 2,8 570,5 85,5 96,4 14,5 666,9

    31 Maluku 57,8 698,8 - 756,5 84,6 137,7 15,4 894,3

    MALUKU 159,6 1.164,6 2,8 1.327,0 85,0 234,1 15,0 1.561,1

    32 Papua 4.245,8 986,5 0,0 5.232,3 87,8 729,0 12,2 5.961,2

    33 Papua Barat 1.194,6 514,7 - 1.709,3 96,1 69,1 3,9 1.778,5

    PAPUA 5.440,4 1.501,2 0,0 6.941,6 89,7 798,1 10,3 7.739,7

    INDONESIA 9.524,6 11.953,3 330,9 21.808,8 81,2 5.035,4 18,8 26.844,2

    Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI liputan tahun 2014

    NO. PROPINSI HUTAN NON HUTAN

    Penutupan Lahan

    TOTAL

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 20

    2. Hutan Produksi Tetap (HP)

    Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada kawasan Hutan

    Produksi Tetap per provinsi pada Tabel III.7, terlihat bahwa:

    a. Provinsi Papua Barat memiliki persentase lahan berhutan terluas di dalam kawasan hutan produksi tetap yaitu sebesar 95,3% atau 2,1 juta ha dari luasan

    2,2 juta ha diikuti dengan Provinsi Papua sebesar 82,9% atau 3,9 juta ha dari

    luasan 4,7 juta ha.

    b. Sedangkan provinsi yang memiliki persentase lahan berhutan berkisar antara 50,0 – 80,0% terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Aceh : 68,3% atau 408,7 ribu

    ha dari luasan 598,4 ribu ha, Sumatera Barat : 71,7% atau 258,7 ribu ha dari

    luasan 360,6 ribu ha, Riau : 60,9% atau 1,4 juta ha dari luasan 2,3 juta ha,

    Bengkulu: 59,5% atau 15,4 ribu ha dari luasan 25,9 ribu ha), dan Kepulauan

    Riau: 69,3% atau 34,3 ribu ha dari luasan 49,4 ribu ha), Pulau Jawa (Provinsi

    Jawa Tengah : 73,6% atau 266,7 ribu ha dari luasan 362,4 ribu ha, DI

    Yogyakarta : 72,2% atau 10 ribu ha dari luasan 13,9 ribu ha, Jawa Timur : 79,7%

    atau 623,6 ribu ha dari luasan 782,8 ribu ha), Pulau Kalimantan (Provinsi

    Kalimantan Tengah: 51,6% atau 2,0 juta ha dari luasan 3,8 juta ha, Kalimantan

    Timur: 67,7% atau 2,7 juta ha dari luasan 4,1 juta ha), Pulau Sulawesi (Provinsi

    Gorontalo: 75,3% atau 67,7 ribu ha dari luasan 89,9 ribu ha, Sulawesi Tengah:

    73,9% atau 296,8 ribu ha dari luasan 401,8 ribu ha, Sulawesi Tenggara: 54,9%

    atau 220,3 ribu ha dari luasan 401,6 ribu ha, dan Sulawesi Barat: 63,1% atau

    45,4 ribu ha dari luasan 71,9 ribu ha ), Pulau Bali dan Nusa Tenggara ( Provinsi

    Nusa Tenggara Barat: 54,2% atau 81,6 ribu ha dari luasan 150,6 ribu ha,

    Kepulauan Maluku (Provinsi Maluku Utara: 78,3% atau 377 ribu ha dari luasan

    481,7 ribu ha, Maluku : 66,8% atau 430,1 ribu ha dari luasan 643,7 ribu ha).

    c. Provinsi yang memiliki lahan berhutan kurang dari 50,0% terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Sumatera Utara : 38,5% atau 271 ribu ha dari luasan 704,5

    ribu ha, Jambi : 41% atau 395,1 ribu ha dari luasan 963,8 ribu ha, Sumatera

    Selatan : 35,8% atau 613,8 ribu ha dari luasan 1,7 juta ha, Bangka Belitung:

    25,2% atau 109 ribu ha dari luasan 432,9 ribu ha; Pulau Jawa (Provinsi Banten:

    43,2% atau 11,7 ribu ha dari luasan 27,0 ribu ha, Jawa Barat: 47,4% atau 96,2

    ribu ha dari 203 ribu ha); Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Barat: 37,1%

    atau 790 ribu ha dari luasan 2,1 juta ha, Kalimantan Selatan: 33,3% atau 254,1

    ribu ha dari luasan 762,2 ribu ha); Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Utara:

    48,4% atau 31,1 ribu ha dari luasan 64,4 ribu ha, Sulawesi Selatan: 34,1% atau

    42,3 ribu ha dari luasan 124 ribu ha; dan Pulau Bali dan Nusa Tenggara

    (Provinsi Bali: 16,1% atau 300 ha dari luasan 1,9 ribu ha, Nusa Tenggara Timur:

    36,8% atau 108,9 ribu ha dari luasan 296,1 ribu ha).

    d. Provinsi yang memiliki lahan berhutan kurang dari 5,0% yaitu Provinsi Lampung (3,6% atau 6,8 ha dari 191,7 ribu ha), DKI Jakarta (2,7% atau 4,3 ha

    dari 158,4 ha).

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 21

    Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Produksi Tetap, selengkapnya disajikan

    pada Tabel III.7 berikut ini:

    Tabel III.7 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi Tetap

    per Provinsi (Ribu Ha)

    Primer Sekunder Tanaman Total % Total %

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1 Aceh 4,6 378,2 26,0 408,7 68,3 189,6 31,7 598,4

    2 Sumatera Utara 2,7 195,4 72,9 271,0 38,5 433,4 61,5 704,5

    3 Sumatera Barat 7,2 242,6 8,9 258,7 71,7 101,9 28,3 360,6

    4 Riau 24,9 653,1 741,9 1.419,9 60,9 912,0 39,1 2.331,9

    5 Jambi 73,5 125,6 196,0 395,1 41,0 568,7 59,0 963,8

    6 Sumatera Selatan 4,7 122,5 486,6 613,8 35,8 1.099,7 64,2 1.713,5

    7 Bangka Belitung 8,9 100,1 - 109,0 25,2 323,9 74,8 432,9

    8 Bengkulu 2,9 12,5 - 15,4 59,5 10,5 40,5 25,9

    9 Lampung - 0,1 6,7 6,8 3,6 184,9 96,4 191,7

    10 Kepulauan Riau 1,9 31,9 0,4 34,3 69,3 15,2 30,7 49,4

    SUMATERA 131,3 1.862,1 1.539,4 3.532,8 47,9 3.839,8 52,1 7.372,6

    11 Banten - 0,6 11,1 11,7 43,2 15,3 56,8 27,0

    12 DKI Jakarta - 0,004 - 0,004 2,7 0,2 97,3 0,158

    13 Jawa Barat 0,2 13,5 82,5 96,2 47,4 106,7 52,6 203,0

    14 Jawa Tengah - 5,9 260,8 266,7 73,6 95,7 26,4 362,4

    15 D.I. Yogyakarta - - 10,0 10,0 72,2 3,9 27,8 13,9

    16 Jawa Timur 0,5 71,2 551,8 623,6 79,7 159,1 20,3 782,8

    JAWA 0,8 91,3 916,2 1.008,2 72,6 380,9 27,4 1.389,1

    17 Kalimantan Barat 58,8 679,5 51,7 790,0 37,1 1.337,4 62,9 2.127,4

    18 Kalimantan Selatan 110,7 93,9 49,5 254,1 33,3 508,1 66,7 762,2

    19 Kalimantan Tengah 31,4 1.865,1 107,3 2.003,8 51,6 1.878,1 48,4 3.881,8

    20 Kalimantan Timur 412,0 2.032,1 316,2 2.760,2 67,7 1.317,1 32,3 4.077,3

    KALIMANTAN 612,8 4.670,6 524,7 5.808,0 53,5 5.040,7 46,5 10.848,7

    21 Sulawesi Utara 12,2 19,0 - 31,1 48,4 33,2 51,6 64,4

    22 Gorontalo 6,2 61,5 - 67,7 75,3 22,2 24,7 89,9

    23 Sulawesi Tengah 81,4 215,4 - 296,8 73,9 105,0 26,1 401,8

    24 Sulawesi Tenggara 22,9 195,7 1,7 220,3 54,9 181,2 45,1 401,6

    25 Sulawesi Barat 11,4 33,9 - 45,4 63,1 26,5 36,9 71,9

    26 Sulawesi Selatan 2,0 38,6 1,7 42,3 34,1 81,7 65,9 124,0

    SULAWESI 136,0 564,2 3,4 703,6 61,0 449,9 39,0 1.153,5

    27 Bali 0,0 0,0 0,3 0,3 16,1 1,6 83,9 1,9

    28 NTB 25,0 56,0 0,7 81,6 54,2 69,0 45,8 150,6

    29 NTT 17,2 91,3 0,4 108,9 36,8 187,1 63,2 296,1

    BALI DAN NUSA TENGGARA 42,2 147,3 1,4 190,9 42,5 257,7 57,5 448,6

    30 Maluku Utara 32,4 319,2 25,5 377,0 78,3 104,7 21,7 481,7

    31 Maluku 77,5 352,6 0,0 430,1 66,8 213,6 33,2 643,7

    MALUKU 109,8 671,8 25,5 807,1 71,7 318,3 28,3 1.125,4

    32 Papua 2.607,6 1.321,0 0,5 3.929,1 82,9 810,2 17,1 4.739,3

    33 Papua Barat 923,6 1.162,0 - 2.085,5 95,3 102,6 4,7 2.188,2

    PAPUA 3.531,1 2.483,0 0,5 6.014,6 86,8 912,9 13,2 6.927,5

    INDONESIA 4.564,1 10.490,2 3.011,1 18.065,3 61,7 11.200,1 38,3 29.265,4

    Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI liputan tahun 2014

    NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN

    Penutupan Lahan

    TOTAL

    Kawasan Hutan Produksi Tetap umumnya diperuntukkan bagi pemanfaatan hasil

    hutan kayu. Dari 33 provinsi di seluruh Indonesia, 19 provinsi diantaranya memiliki

    penutupan lahan berhutan di hutan produksi tetap lebih dari 50,0%.

    Kondisi Hutan Produksi Tetap didominasi oleh jenis hutan sekunder kecuali pulau

    Papua yang masih memiliki hutan primer cukup luas. Hutan sekunder di Pulau

    Sumatera meliputi 1,9 juta ha sedangkan hutan primernya hanya 131,3 ribu ha,

    demikian pula dengan pulau-pulau lainnya. Pulau Sumatera memiliki hutan

    tanaman yang terluas dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya yaitu 1,5 juta ha.

    Hutan tanaman tersebut merupakan hasil reforestasi yang sebagian besar dilakukan

    pada hutan tanaman. Pulau Jawa memiliki hutan tanaman yang terluas kedua yaitu

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 22

    916,2 ha (antara lain tanaman jati dan pinus, sesuai kelas perusahaan yang dikelola

    oleh Perum Perhutani). Pulau Bali dan Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi dan Pulau

    Papua memiliki hutan tanaman yang relatif sedikit dibandingkan dengan hutan

    tanaman di pulau lainnya. Oleh karena itu, kegiatan hutan tanaman di wilayah

    tersebut dapat lebih dikembangkan guna meningkatkan pasokan kayu untuk

    memenuhi kebutuhan industri kehutanan.

    3. Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK)

    Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Hutan Produksi yang

    dapat di-Konversi per provinsi pada Tabel III.9, terlihat bahwa:

    a. Tidak seluruh provinsi memiliki kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi. Provinsi Lampung, Bali, NTB dan seluruh provinsi di Pulau Jawa

    tidak memiliki kawasan HPK.

    b. Provinsi yang memiliki persentase lahan berhutan terbesar adalah Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 92,2% atau 1,4 juta ha dari luasan 1,5 juta ha) diikuti

    dengan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 83,1% atau 12,2 ribu ha dari luasan 14,7

    ribu ha).

    c. Provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 50,0 – 80,0% adalah Provinsi Kalimantan Timur (67,6% atau 121,4 ribu ha dari luasan 179,7 ribu

    ha), Gorontalo (73,9% atau 60,9 ribu ha dari luasan 82,4 ribu ha), Sulawesi

    Tengah (74,3% atau 161,5 ribu ha dari luasan 217,3 ribu ha), Maluku Utara

    (58,5% atau 330,1 ribu ha dari luasan 564,1 ribu ha), Maluku (61% atau 807,8

    ribu ha dari luasan 1,3 juta ha), dan Papua (67,1% atau 2,8 juta ha dari luasan

    4,1 juta ha).

    d. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan antara 25,0 – 50,0% adalah Provinsi Sumatera Barat (48,6% atau 91,1 ribu ha dari luasan 187,6 ribu ha),

    Kepulauan Riau (29,1% atau 73,7 ribu ha dari luasan 252,9 ribu ha),

    Kalimantan Barat (32,2% atau 63,7 ribu ha dari luasan 197,9 ribu ha),

    Kalimantan Tengah (26,9% atau 684,2 ribu ha dari luasan 2,5 juta ha), Sulawesi

    Tenggara (36,4% atau 34,1 ribu ha dari luasan 93,6 ribu ha), Sulawesi Barat

    (27,4% atau 6,2 ribu ha dari luasan 22,6 ribu ha), dan Sulawesi Selatan (46,6%

    atau 10,7 ribu ha dari luasan 23 ribu ha).

    e. Provinsi yang memiliki lahan berhutan kurang dari 25% adalah Aceh (14% atau 2,2 ribu ha dari luasan 15,4 ribu ha), Sumatera Utara (9,3% atau 7 ribu ha dari

    luasan 75,7 ribu ha), Riau (5,6% atau 71,0 ribu ha dari luasan 23,0 ribu ha),

    Bangka Belitung (4,3% atau 30 ha dari luasan 700 ribu ha), Bengkulu (2,7% atau

    300 ha dari luasan 11,8 ribu ha), Kalimantan Selatan (5,6% atau 8,5 ribu ha dari

    luasan 151,4 ribu ha), dan NTT (16% atau 18,2 ribu ha dari luasan 113,6 ribu

    ha).

    f. Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan memiliki persentase lahan berhutan terkecil sebesar 0,1%. Provinsi Jambi (0,1% atau 16 ha dari luasan 11,4 ribu ha),

    dan Sumatera Selatan (0,1% atau 300 ha dari luasan 176,7 ribu ha).

    Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi

    selengkapnya disajikan pada Tabel III.9 berikut ini :

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 23

    Tabel III.9 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi

    yang dapat di-Konversi per Provinsi (Ribu Ha)

    Primer Sekunder Tanaman Total % Total %

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1 Aceh - 2,0 0,2 2,2 14,0 13,3 86,0 15,4

    2 Sumatera Utara 0,9 6,1 - 7,0 9,3 68,7 90,7 75,7

    3 Sumatera Barat 6,6 84,4 0,1 91,1 48,6 96,5 51,4 187,6

    4 Riau 2,9 58,8 9,3 71,0 5,6 1.197,7 94,4 1.268,8

    5 Jambi - 0,006 0,010 0,016 0,1 11,4 99,9 11,4

    6 Sumatera Selatan - 0,1 0,1 0,3 0,1 176,4 99,9 176,7

    7 Bangka Belitung 0,029 0,0 0,0 0,030 4,3 0,7 95,7 0,7

    8 Bengkulu - 0,3 0,1 0,3 2,7 11,5 97,3 11,8

    9 Lampung - - - - - - - -

    10 Kepulauan Riau 9,6 64,1 0,0 73,7 29,1 179,3 70,9 252,9

    SUMATERA 20,1 215,8 9,7 245,6 12,3 1.755,3 87,7 2.001,0

    11 Banten - - - - - - - -

    12 DKI Jakarta - - - - - - - -

    13 Jawa Barat - - - - - - - -

    14 Jawa Tengah - - - - - - - -

    15 D.I. Yogyakarta - - - - - - - -

    16 Jawa Timur - - - - - - - -

    JAWA - - - - - - - -

    17 Kalimantan Barat 2,0 61,7 - 63,7 32,2 134,2 67,8 197,9

    18 Kalimantan Selatan - 5,7 2,7 8,5 5,6 143,0 94,4 151,4

    19 Kalimantan Tengah 3,0 658,0 23,2 684,2 26,9 1.859,4 73,1 2.543,5

    20 Kalimantan Timur 5,0 115,7 0,7 121,4 67,6 58,3 32,4 179,7

    KALIMANTAN 10,0 841,1 26,7 877,7 28,6 2.194,8 71,4 3.072,6

    21 Sulawesi Utara - 12,2 - 12,2 83,1 2,5 16,9 14,7

    22 Gorontalo 1,2 59,7 - 60,9 73,9 21,5 26,1 82,4

    23 Sulawesi Tengah 33,4 126,7 1,4 161,5 74,3 55,8 25,7 217,3

    24 Sulawesi Tenggara 0,5 33,5 0,1 34,1 36,4 59,5 63,6 93,6

    25 Sulawesi Barat 0,1 6,1 - 6,2 27,4 16,4 72,6 22,6

    26 Sulawesi Selatan 5,0 5,7 - 10,7 46,6 12,3 53,4 23,0

    SULAWESI 40,2 244,0 1,5 285,6 63,0 168,0 37,0 453,6

    27 Bali - - - - - - - -

    28 NTB - - - - - - - -

    29 NTT 1,7 16,5 - 18,2 16,0 95,4 84,0 113,6

    BALI DAN NUSA TENGGARA 1,7 16,5 - 18,2 16,0 95,4 84,0 113,6

    30 Maluku Utara 18,9 309,9 1,2 330,1 58,5 234,0 41,5 564,1

    31 Maluku 173,6 634,3 - 807,8 61,0 517,0 39,0 1.324,9

    MALUKU 192,5 944,2 1,2 1.137,9 60,2 751,0 39,8 1.888,9

    32 Papua 1.628,7 1.132,6 1,2 2.762,5 67,1 1.353,9 32,9 4.116,4

    33 Papua Barat 644,2 715,7 - 1.359,9 92,2 114,7 7,8 1.474,7

    PAPUA 2.272,9 1.848,3 1,2 4.122,4 73,7 1.468,6 26,3 5.591,0

    INDONESIA 2.537,3 4.109,9 40,3 6.687,5 51,0 6.433,2 49,0 13.120,7

    Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra Landsat 8 OLI liputan tahun 2014

    NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN

    Penutupan Lahan

    TOTAL

    Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) adalah kawasan hutan yang

    dicadangkan untuk kegiatan non kehutanan seperti kegiatan transmigrasi dan

    perkebunan, dengan alternatif pelepasan kawasan menjadi kawasan Non Hutan

    Negara atau Areal Penggunaan Lain (APL).

    Pelaksanaan kegiatan transmigrasi dan perkebunan yang dilaksanakan harus sesuai

    ketentuan yang berlaku sehingga tidak mengakibatkan timbulnya okupasi areal oleh

    masyarakat setempat. untuk meminimalkan terjadinya pelepasan kawasan hutan

    yang tidak sesuai dengan tujuan peruntukan (transmigrasi/perkebunan), maka perlu

    dilakukan pengawasan yang ketat dan sanksi yang lebih tegas terhadap pelaksanaan

    kegiatan dimaksud agar kegiatan perubahan peruntukan kawasan hutan tersebut

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 24

    dapat memberikan jaminan keberlangsungan sumber daya alam dan

    pengusahaannya.

    E. Rekalkulasi pada Areal Penggunaan Lain (APL)

    Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Areal Penggunaan Lain per

    provinsi pada Tabel III.10, terlihat bahwa :

    a. Provinsi yang memiliki lahan berhutan lebih dari 50,0% adalah Provinsi Papua (57,9% atau 989 ribu ha dari luasan 1,7 juta ha), dan Papua Barat (67,2% atau 564,4

    ribu ha dari luasan 840,1 ribu ha).

    b. Provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 25,0 – 50,0% adalah Provinsi Kalimantan Timur (30,2% atau 1,7 juta ha dari luasan 5,6 juta ha.

    c. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 10,0 – 25,0% di

    Pulau Sumatera adalah Provinsi Aceh (11,1% atau 256,1 ribu ha dari luasan 2,3 juta

    ha), Kepulauan Riau (15,4% atau 34,9 ribu ha dari luasan 227 ribu ha). Di Pulau

    Jawa adalah Provinsi Jawa Tengah (10,1% atau 282,6 ribu ha dari luasan 2,8 juta ha).

    Di Pulau Sulawesi adalah Provinsi Sulawesi Tengah (22,7% atau 476,7 ribu ha dari

    luasan 2,1 juta ha). Di Pulau Bali Nusa Tenggara adalah Provinsi Nusa Tenggara

    Timur (17,7% atau 564,4 ribu ha dari luasan 3,2 juta ha), Di Pulau Maluku adalah

    Provinsi Maluku Utara (19,6% atau 120,8 ribu ha dari luasan 615,4 ribu ha),

    Maluku (22% atau 156,8 ribu ha dari luasan 711,7 ribu ha).

    d. Luas lahan berhutan yang kurang dari 10,0% terdapat di Provinsi Sumatera Utara

    (3,9%), Sumatera Barat (8,8%), Riau (2,9%), Jambi (2,7%), Sumatera Selatan (2,4%),

    Kepulauan Bangka Belitung (4,7%), Bengkulu (3,1%), Lampung (0,7%), Banten

    (3,7%), DKI Jakarta (0,2%), Jawa Barat (4,9%), DI Yogyakarta (7,6%), Jawa Timur

    (8,6%), Kalimantan Barat (9,0%), Kalimantan Selatan (4,7%), Kalimantan Tengah

    (6,9%), Sulawesi Utara (6,8%), Gorontalo (3,9%), Sulawesi Tenggara (9,7%),

    Sulawesi Barat (6,5%), Sulawesi Selatan (4,1%), Bali (3,7%), dan Nusa Tenggara

    Barat (9,9%).

    Data penutupan lahan pada Areal Penggunaan Lain selengkapnya disajikan pada Tabel

    III.10 berikut ini :

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 25

    Tabel III.10 Luas Penutupan Lahan pada Areal Penggunaan Lain (APL)

    per Provinsi (Ribu Ha)

    Primer Sekunder Tanaman Total % Total %

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1 Aceh 1,3 240,8 14,0 256,1 11,1 2.044,3 88,9 2.300,4

    2 Sumatera Utara 3,4 132,2 23,8 159,5 3,9 3.886,7 96,1 4.046,2

    3 Sumatera Barat 13,9 143,0 4,5 161,4 8,8 1.679,6 91,2 1.841,0

    4 Riau 2,1 68,7 25,6 96,5 2,9 3.286,6 97,1 3.383,1

    5 Jambi 34,8 31,8 7,3 74,0 2,7 2.659,8 97,3 2.733,8

    6 Sumatera Selatan 2,1 59,0 64,3 125,4 2,4 5.083,3 97,6 5.208,7

    7 Bangka Belitung 5,1 42,4 - 47,4 4,7 957,7 95,3 1.005,2

    8 Bengkulu 0,7 28,7 3,9 33,2 3,1 1.045,0 96,9 1.078,3

    9 Lampung 2,1 15,0 0,2 17,3 0,7 2.413,4 99,3 2.430,6

    10 Kepulauan Riau 0,7 33,2 1,0 34,9 15,4 192,1 84,6 227,0

    SUMATERA 66,2 794,7 144,6 1.005,5 4,1 23.248,7 95,9 24.254,3

    11 Banten 0,0 3,6 23,9 27,5 3,7 709,9 96,3 737,4

    12 DKI Jakarta - 0,1 - 0,1 0,2 64,7 99,8 64,9

    13 Jawa Barat 1,4 12,2 126,7 140,3 4,9 2.741,7 95,1 2.882,0

    14 Jawa Tengah - 14,3 268,3 282,6 10,1 2.526,8 89,9 2.809,4

    15 D.I. Yogyakarta - 0,0 23,0 23,0 7,6 279,6 92,4 302,6

    16 Jawa Timur 1,3 41,4 255,4 298,2 8,6 3.181,9 91,4 3.480,0

    JAWA 2,8 71,7 697,3 771,8 7,5 9.504,5 92,5 10.276,3

    17 Kalimantan Barat 20,0 548,1 4,1 572,2 9,0 5.802,0 91,0 6.374,1

    18 Kalimantan Selatan 5,5 37,2 47,6 90,4 4,7 1.843,6 95,3 1.934,0

    19 Kalimantan Tengah 1,0 154,4 21,0 176,4 6,9 2.392,6 93,1 2.569,0

    20 Kalimantan Timur 290,1 1.368,0 48,2 1.706,3 30,2 3.942,7 69,8 5.649,0

    KALIMANTAN 316,6 2.107,7 121,0 2.545,3 15,4 13.980,8 84,6 16.526,1

    21 Sulawesi Utara 8,6 41,6 - 50,3 6,8 694,3 93,2 744,6

    22 Gorontalo 2,5 12,1 - 14,6 3,9 359,3 96,1 373,8

    23 Sulawesi Tengah 49,9 425,6 1,2 476,7 22,7 1.623,4 77,3 2.100,1

    24 Sulawesi Tenggara 7,2 117,2 0,3 124,7 9,7 1.160,5 90,3 1.285,2

    25 Sulawesi Barat 0,2 38,2 - 38,4 6,5 549,5 93,5 587,9

    26 Sulawesi Selatan 11,5 83,5 2,9 97,9 4,1 2.281,6 95,9 2.379,4

    SULAWESI 79,8 718,3 4,4 802,6 10,7 6.668,5 89,3 7.471,1

    27 Bali 0,5 15,9 0,0 16,4 3,7 423,2 96,3 439,6

    28 NTB 15,1 77,1 1,2 93,4 9,9 850,9 90,1 944,3

    29 NTT 26,9 534,9 2,5 564,4 17,7 2.629,9 82,3 3.194,3

    BALI DAN NUSA TENGGARA 42,5 627,9 3,7 674,1 14,7 3.904,0 85,3 4.578,2

    30 Maluku Utara 9,5 111,1 0,2 120,8 19,6 494,7 80,4 615,4

    31 Maluku 15,2 141,6 - 156,8 22,0 554,9 78,0 711,7

    MALUKU 24,7 252,7 0,2 277,6 20,9 1.049,6 79,1 1.327,1

    32 Papua 571,2 417,6 0,1 989,0 57,9 719,4 42,1 1.708,4

    33 Papua Barat 195,5 369,0 - 564,4 67,2 275,7 32,8 840,1

    PAPUA 766,7 786,6 0,1 1.553,4 61,0 995,1 39,0 2.548,5

    INDONESIA 1.299,4 5.359,5 971,4 7.630,3 11,4 59.351,3 88,6 66.981,6

    Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra Landsat 8 OLI liputan tahun 2014

    NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN

    Penutupan Lahan

    TOTAL

    Dari total Areal Penggunaan Lain seluas 67 juta ha, seluas 7,6 juta ha atau 11,4 %

    merupakan penutupan berhutan. Penutupan lahan berhutan di APL didominasi oleh

    penutupan hutan sekunder seluas 5,4 juta ha. Keberadaan hutan primer pada APL

    seluas 1,3 juta ha memerlukan kecermatan dalam pengelolaannya yaitu dalam

    pemanfaatannya, karena merupakan aset yang penting sebagai sistem penyangga

    kehidupan di tengah maraknya penebangan di dalam kawasan hutan. Areal ini juga

    dapat dicadangkan sebagai kawasan hutan negara sebagai alternatif pengganti peran

    fungsi hutan dari kawasan hutan yang telah terdegradasi.

    Sebab

  • BAB IV

    KESIMPULAN DAN

    REKOMENDASI

  • Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2014 26

    .BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    A. Kesimpulan

    1. Rekalkulasi penutupan lahan Indonesia hasil penafsiran citra LDCM (The

    Landsat Data Continuity Mission)/Landsat 8 OLI liputan tahun 2014 dilakukan

    pada kawasan hutan daratan seluas 121 juta ha (64,3%) dan daratan areal

    penggunaan lain seluas 67 juta ha (35,7%). Persentase dihitung terhadap luas

    seluruh daratan Indonesia (187,8 juta ha). Tubuh air (danau, sungai besar, laut

    (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan.

    2. Berdasarkan hasil rekalkulasi penutupan lahan Indonesia, terdapat lahan

    berhutan seluas 96 juta ha atau 51% dari luas daratan Indonesia dan lahan tidak

    berhutan seluas 92 juta ha (49%).

    3. Di dalam kawasan hutan terdapat lahan berhutan seluas 88 juta ha atau 47,0%

    dari luas daratan Indonesia dan lahan tidak berhutan (non hutan) seluas 33 juta

    ha atau 17%.

    4. Hasil rekalkulasi menunj