Upload
dangdang
View
214
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Rekam Jejak Partai-Partai Politik
Peserta Pemilu 2014 dalam Pemajuan HAM Oleh Irawan Saptono
Apakah isu hak asasi manusia (HAM), terutama isu kejahatan HAM berat di masa lalu,
masih merupakan isu yang diperhatikan partai-partai politik menjelang Pemilu 2014?
Partai partai mengusung isu kesejahteraan rakyat, kesehatan dan pendidikan cuma-cuma,
kredit murah petani, serta anggaran pro rakyat. Itu semua juga isu hak asasi manusia,
yang digolongkan dalam hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (Ekosob). Tetapi, tiada
platform perjuangan partai-partai yang mencoba berpaling kepada kejahatan HAM masa
lalu. Sebagian partai yang berlaga malah berusaha membuang jauh-jauh isu itu. Berikut
sikap politik dan platform perjuangan partai-partai yang berlaga di Pemilu 2014
terhadap isu kejahatan HAM di masa lalu.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
PDIP diprediksi menang dalam Pemilu Legislatif 2014, namun sejauh mana keinginan
partai ini untuk menegakkan HAM? PDIP dan Megawati Soekarnopurti adalah salah satu
korban pelanggaran HAM. Ia disingkirkan dari panggung politik oleh rezim Soeharto,
para pendukungnya dianiaya, dibunuh dan dihilangkan di seputar Peristiwa 27 Juli 1996.
Namun setelah ia berkuasa, ia tak mampu berbuat apa-apa untuk mengusut peristiwa-
peristiwa kejahatan HAM di masa lalu.
Human Rights Watch, pada Januari 2003 atau setengah tahun setelah Megawati
Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, memerintah menggantikan Presiden Abdurahman
Wahid, menulis laporan:
“Meski berhasil menciptakan kestabilan politik, namun Presiden Megawati dinilai gagal
menegakkan hak asasi manusia (HAM) dan memberantas korupsi di Indonesia.
Kegagalan penegakan hak asasi manusia ini terutama terkait dengan pengadilan terhadap
para pelaku pelanggaran HAM yang dilakukan oleh militer. Selain itu, juga telah terjadi
peningkatan kasus penyiksaan terhadap warga sipil di daerah konflik, seperti di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Meski selama satu setengah tahun pemerintahan Presiden
Megawati berhasil menciptakan stabilitas politik, tapi dia gagal dalam menegakkan
HAM. Kegagalan Megawati tercermin dalam berbagai pembela HAM, meluasnya
korupsi, dan kekerasan dalam konflik di Aceh, Papua, serta Maluku. Dalam kasus
pelanggaran HAM Timor Leste, pemerintah dianggap berlaku setengah hati dalam
menindak para pelakunya. Sejauh ini, hanya personil militer dan dua orang Timor Leste
yang dijatuhi hukuman penjara”.
Todung Mulya Lubis, salah seorang pegiat HAM terkemuka menulis di majalah Tempo,
1 Oktober 2001 berjudul “Megawati dan HAM”. Dia mengkritik Presiden Megawati
karena tidak melakukan upaya maksimal untuk menegakkan HAM, terutama kejahatan HAM berat di masa lalu. Tetapi, pada Pemilihan Presiden 2009, Megawati yang
berpasangan dengan Prabowo Subianto, pensiunan jendral yang banyak dikaitkan dengan
kejahatan HAM di dekade sebelumnya, memuat isu HAM dalam visi dan misinya.
Pada dokumen visi dan misinya, calon Presiden Megawati dan calon Wakil Presiden
Prabowo Subianto menyatakan perlindungan dan penghormatan terhadap HAM baru
pada tingkat wacana dan retorika meski sudah tersedia institusi HAM, seperti Komnas
HAM, dan sejumlah peraturan perundang-undangan di bidang HAM. Secara umum
Megawati-Prabowo melihat fakta bahwa pasca reformasi pelaksanaan HAM yang
berkembang masih sebatas pada hak sipil-politik warga untuk lebih bebas berekspresi
dan berpartisipasi.
Sementara hak sosial, ekonomi dan budaya warga masih belum dipenuhi secara
maksimal, terutama hak atas pekerjaan dan tempat tinggal. Oleh karenanya Megawati-
Prabowo bertekad memenuhi hak warga atas pekerjaan dan perumahan, sehingga
pelaksanaan HAM di Indonesia lebih utuh dan seimbang. Keputusan Megawati mengajak
Prabowo dalam Pemilihan Presiden 2009 ditanggapi negatif ketua Ikatan Orang Hilang
(Ikohi) Mugiyanto. Ia kecewa dan mengatakan: “Saya sangat kecewa dengan PDIP yang
memutuskan menjadikan Prabowo Subianto sebagai Cawapres-nya Megawati, karena
sebelumnya kami berharap bahwa PDIP masih memiliki komitmen, walaupun sedikit,
dalam penegakan hak asasi manusia. Indikasi yang terakhir sebelum pemilu 2009 adalah
ketika PDIP sangat antusias menghidupkan kembali Panitia Khusus (Pansus)
Penghilangan Paksa di DPR pada bulan September 2008. Sebagaimana diketahui, PDIP
sebagai partai yang lahir dari rahim perjuangan menentang Orde Baru, bahkan beberapa
pimpinannya sendiri adalah korban kebijakan politik Orde Baru, mustinya memiliki
keberpihakan terhadap para sesama korban Orde Baru. Dan korban Orde Baru adalah
juga para wong cilik, yang selama ini diklaim sebagai konstituen PDIP. Oleh karena itu,
klaim PDIP sebagai representasi orang kecil, orang miskin, orang tertindas menurut saya
telah dikhianati begitu PDIP menjadikan Prabowo Subianto sebagai Cawapresnya
Megawati.”
Dalam dokumen-dokumen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), seperti
Piagam Perjuangan, Anggaran Dasar, dan Dasa Prasetiya, kata hak asasi manusia hanya
ditemukan sekali. Dasa Prasteiya adalah arah umum program yang dijadikan Doktrin
Perjuangan, dan disahkan dalam Kongres III PDIP tahun 2010. Dasa merupakan
pelengkap Program Perjuangan Partai, yang disebut Trias Dinamika Partai. Dasa ke-10
menyatakan bahwa PDIP akan menegakkan dan menjunjung tinggi asas keadilan dan hak
asasi manusia. Namun tidak disebutkan apakah PDIP akan menegakkan keadilan hak
asasi manusia, terutama kejahatan-kejahatan HAM berat di masa lalu. Dasa-dasa lainnya
sebagian besar berkomitmen pada hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, seperti menjaga
kebhinekaan, gotong royong, mufakat, hak rakyat untuk makmur, pembaruan agraria,
menyediakan perumahan, bebas biaya kesehatan dan pendidikan, dan lain-lain. Berikut
ini Dasa Prasetiya PDI Perjuangan: Menegakkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Pancasila dan UUD 1945, serta menjaga kebhinekaan bangsa;
Memperkokoh budaya gotong royong dalam memecahkan masalah
bersama;Memperkuat ekonomi Rakyat melalui penataan sistem produksi, reforma agraria, pemberian proteksi, perluasan akses pasar dan permodalan; Menyediakan
pangan dan perumahan yang sehat dan layak bagi Rakyat;Membebaskan biaya berobat
dan biaya pendidikan bagi Rakyat;Memberikan pelayanan umum secara pasti, cepat dan
murah;Melestarikan lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta menerapkan aturan
tata ruang secara konsisten;Mereformasi birokrasi pemerintahan dalam membangun tata
pemerintahan yang baik, bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme;Menegakkan
prinsip - prinsip demokrasi partisipatoris dalam proses pengambilan
keputusan;Menegakkan hukum dengan menjujung tinggi azas keadilan dan hak asasi
manusia.
Tetapi jika dilihat dari sikap politik para politisi PDIP, baik yang di parlemen maupun
yang di kepengurusan komitmen pembasmian kejahatan HAM cukup signifikan.
Misalnya, Ketua DPP PDIP Bidang Hukum, Trimedya Panjaitan, dalam kedudukannya
sebagai anggota DPR RI mendukung rencana pemerintah meratifikasi Statuta Roma,
yakni statuta tentang International Criminal Court (ICC), agar penyelesaian kasus-kasus
kejahatan HAM berat bisa lebih cepat. Menurut Trimedya, statuta tersebut bisa menjadi
stimulus bagi pemerintah menyelesaikan berbagai status kekerasan HAM di Indonesia.
Statuta Roma adalah statuta tentang Mahkamah Pidana Internasional yang mengatur
tentang kewenangan untuk mengadili kejahatan HAM berat. Kejahatan itu adalah
genosida (the crime of genocide), kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against
humanity), kejahatan perang (war crimes), dan kejahatan agresi (the crime of aggression).
Ratifikasi Statuta Roma merupakan mekanisme sistem keadilan internasional untuk
mengakhiri impunitas peristiwa-peristiwa kejahatan HAM yang berat. Di pihak lain,
untuk mencegah terjadinya peristiwa kejahatan HAM berat di masa yang akan datang.
Trimedya menjelaskan:
Statuta Roma juga bisa menjadi dorongan pemerintah membentuk pengadilan HAM ad
hoc. Menurutnya, Hal tersebut berbanding lurus dengan rekomendasi DPR agar
penyelesaian kasus HAM di Indonesia, yang diselesaikan lewat pengadilan HAM ad hoc.
Ratifikasi Statuta Roma ICC juga tidak akan mengganggu kedaulatan hukum
Indonesia. Meskipun nantinya Indonesia akan terikat peraturan hukum internasional,
namun penyelesaian HAM bisa diselesaikan dengan hukum Indonesia. Ratifikasi ini bisa
lebih menekan Indonesia membentuk pengadilan HAM ad hoc.1
Agung Putri Astrid, seorang aktivis HAM, juga bergabung dengan PDIP. Ia pernah
menjadi Direktur ELSAM, kini Ketua Departemen Hukum dan HAM di Dewan
Pimpinan Pusat PDIP. Ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR pada Pemilu 2014 dari
Bali. Ia memiliki komitmen memperjuangkan perundang- undangan yang akan
melindungi HAM terutama yang bisa melindungi hak-hak perempuan.
Partai Golongan Karya (Golkar)
Partai Golongan Karya adalah partai yang selama berkuasa, terjadi banyak pelanggaran HAM berat. Bersama-sama Orde Baru, orde yang dipimpin Jendral Soeharto, menindas
musuh-musuhnya. Dari 1965 hingga 1998 kekuasaan Golkar, sudah sekian banyak
pelanggaran HAM berat dilakukan, dan tidak semua pelakunya dibawa ke pengadilan.
Pelaku pelanggaran HAM pembantaian orang Timor Timur (1999) dan Tanjung Priok
(1984) dibawa ke pengadilan setelah Orde Baru kehilangan kekuasaan, tetapi mereka
bebas. Golkar berubah nama menjadi Partai Golkar dan bukan lagi partai penguasa sejak
Pemilu 1999. Suasana berganti dan Golkar juga mengubah paradigmanya, semacam
pertobatan. Partai ini masih kuat, masih merupakan partai papan atas. Pemilu 2014
diprediksi oleh survei-survei pemilih akan bersaing ketat dengan PDIP.
Partai Golkar mengubah garis perjuangannya pada 2000 setelah mendeklarasikan
dokumen partai yang berjudul: “Paradigma Baru Partai Golkar”. Paradigma Baru
diputuskan dalam Keputusan Rapim IV Partai Golkar pada 2000. Hal yang berkaitan
dengan komitmen HAM Golkar adalah sebagai berikut:
“Golkar adalah partai yang berkomitmen pada penegakan hukum, keadilan dan hak-hak
asasi manusia. Sebagai partai politik yang hidup di negara yang berdasarkan hukum,
maka Golkar senantiasa mengupayakan terwujudnya supremasi hukum di segala bidang.
Komitmen pada penegakan hukum, keadilan, dan hak-hak asasi manusia ditempatkan
sebagai pilar utama dalam rangka mewujudkan pemerintahan dan tata kehidupan
bernegara yang demokratis, konstitusional dan berdasarkan hukum.
Selanjutnya , Partai Golkar mengutamakan pembangunan hukum untuk keadilan dan
tegaknya Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam kerangka ini, maka harus diupayakan
tegaknya supremasi hukum karena Indonesia adalah Negara hukum. Lebih daripada itu,
supremasi hukum harus ditempatkan sebagai pilar utama dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang demokratis, konstitusional dan berdasarkan hukum. Partai Golkar
memandang bahwa reformasi hukum tidak terbatas pada penyempurnaan sarana dan
prasarana, materi dan aparatur hukum, tetapi juga pembangunan budaya hukum.
Penegakan dan pemajuan HAM merupakan unsur penting dalam penghormatan harkat
dan martabat kemanusiaan.”
Paradigma Baru Golkar juga memuat komitmen pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial,
budaya dan hak- hak sipil. Paradigma Baru itu menyatakan sebagai partai yang
berwawasan kesejahteraan rakyat, maka Partai Golkar berjuang untuk mengembangkan
sistem ekonomi kerakyatan, yakni sistem ekonomi yang yang berpihak pada usaha kecil,
menengah, dan koperasi tanpa menafikan tumbuhnya sistem ekonomi konglomerasi yang
tidak monopolistik; mengusahakan ketersediaan bahan kebutuhan pokok rakyat dengan
harga yang serba terjangkau; mengurangi pengangguran dengan perluasan lapangan
kerja; memperjuangkan upah minimum regional (UMR) yang memadai, dan jaminan
kerja; serta meningkatkan akses ekonomi rakyat. Partai Golkar juga mengembangkan
prinsip nonsektarian dan antisektarianisme, dan karena itu juga nondiskriminasi dan
antidiskriminasi.
Tetapi sejauh mana komitmen partai yang selama berkuasa terlalu banyak melakukan
pelanggaran HAM ini? Dalam masa kampanye Pemilu Legislatif 2014 Golkar justru
kembali menyatakan bahwa mereka adalah partai Orde Baru. Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, menyatakan kader Partai Golkar dan anggota organisasi massa yang
berafiliasi di dalamnya untuk tidak malu mengakui bahwa Partai Golkar berjaya pada era
Orde Baru. Bakrie meminta mereka berbangga terhadap masa kepemimpinan Jendral
Soeharto. Bakrie mengatakan: "Kalau ada orang tanya, Anda Orde Baru? Jawab, Ya."
Bakrie juga menyatakan hal serupa dalam kampanye-kampanye Golkar di daerah.
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Gerindra adalah partai yang didirikan dan dipimpin Letnan Jendral Prabowo Subianto.
Dia banyak dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM berat, seperti
pelanggaran HAM di Timor Timur, penghilangan paksa sejumlah aktivis dan peristiwa
kerusuhan Mei 1998. Bagaimana sikap Gerindra terhadap penuntasan peristiwa
pelanggaran HAM berat sangat menarik. Platform perjuangan partai ini menolak
Pengadilan HAM. Dalam Manifesto Perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya,
penolakan tersebut ditulis secara eksplisit. Argumentasinya, hak asasi manusia adalah
materi hukum sehingga tidak diperlukan hukum tersendiri yang mengatur tentang hak
asasi manusia. Berikut kutipan argumentasi tersebut:
“Warga negara yang merasa hak-haknya dilanggar oleh negara dapat menggugat negara
dan pejabatnya secara hukum. Hak-hak asasi manusia adalah materi sistem hukum. Jika
hak-hak asasi manusia belum secara lengkap tercermin dalam hukum positif, maka sistem
hukumnya yang harus disempurnakan. Hal ini diperlukan untuk menghindari kerancuan
sistem. Karena itu, diperlukan klarifikasi kedudukan hak-hak asasi manusia di satu pihak,
dan sistem hukum pada pihak lain. Hak-hak asasi manusia yang bersifat universal
seharusnya mempertimbangkan partikular- isme budaya dan kepentingan nasional.
Negara menegakkan kemanusiaan yang beradab.
Warga negara terhadap hukum, tidak diperlakukan sebagai subyek yang secara potensial
pelaku perbuatan pelanggaran hukum. Negara menghargai kesetiaan rakyat terhadap
negara dan amal bakti warga terhadap masyarakat dan negara. Warga negara harus
menghormati perjanjian luhurnya kepada negara sebagai organisasi. Siapa saja yang
berikrar menjadi bagian dari organisasi negara dengan sendirinya harus menghormati hak
negara. Negara menghormati hak- hak pribadi warga negara sesuai dengan hukum.
Hukum dan kemanusiaan tidak boleh dipandang sebagai dua substansi yang terpisah.
Maka, adanya Pengadilan HAM merupakan sesuatu yang over bodig (berlebihan).
Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia harus ditempatkan dalam perspektif
hukum. Hukum disusun antara lain untuk mengatur bagaimana warga negara
menjalankan hak-haknya sebagai pribadi. Hak-hak warga negara secara pribadi tak dapat
dijalankan di luar hukum. Negara sebagai organisasi berjalan sesuai hukum. Warga
negara yang merasa hak-haknya dilanggar oleh negara dapat menggugat negara dan
pejabatnya secara hukum.Hak-hak asasi manusia adalah materi sistem hukum. Jika hak-
hak asasi manusia belum secara lengkap tercermin dalam hukum positif, maka sistem
hukumnya yang harus disempurnakan. Hal ini diperlukan untuk menghindari kerancuan
sistem. Karena itu, diperlukan klarifikasi kedudukan hak-hak asasi manusia di satu pihak,
dan sistem hukum pada pihak lain. Hak-hak asasi manusia yang bersifat universal seharusnya mempertimbangkan partikularisme budaya dan kepentingan nasional.”.
N a m u n d e m i k i a n , b e r t e n t a n g a n d e n g a n argumentasi tersebut, dalam
platform itu dinyatakan bahwa “Partai Gerindra berkomitmen untuk berjuang dalam
pemenuhan hak-hak asasi manusia sebagaimana yang dimandatkan dalam UUD 1945
demi mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.” Bagaimana perjuangan
pemenuhan HAM dicapai dengan mengabaikan instrumen-instrumen HAM, di mana
perbuatan pelanggaran HAM adalah kejahatan menurut hukum domestik dan
internasional? Artinya, jika Gerindra berkuasa, partai ini akan menghapus semua produk
hukum nasional tentang HAM dan menolak kerjasama pemajuan HAM internasional.
Di bagian lain plafform Gerinda disebutkan, partai ini mendukung pemurnian agama.
Pemurnian agama dalam praktek di lapangan menimbulkan tindak kekerasan dan
intoleransi yang bermuara pada pelanggaran HAM.
Partai Demokrat
Partai Demokrat adalah penguasa dua periode pemerintahan. Partai ini dua kali
memenangkan Pemilu, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden dua kali. Dalam
dokumen partai berjudul Manifesto Politik dan Platform Perjuangan Partai Demokrat,
partai ini mencantumkan perjuangan penegakan HAM adalah hal yang penting. Pada
2013, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, mendeklarasikan 10
Poin Pakta Integritas yang mempertegas lagi Manifesto Politik dan Platform Pejuangan
Partai Demokrat.
Partai Hanura
Partai Hati Nurani Rakyat didirikan oleh Jendral Wiranto, mantan Panglima ABRI.
Wiranto juga banyak dikaitkan dengan kasus-kasus pelanggaran HAM terutama kasus-
kasus ketika ia menjabat sebagai Panglima ABRI, yakni kasus pelanggaran HAM berat di
Timor Timur (1999) dan kasus penembakan para mahasiswa Universitas Tri Sakti dan
Kerusuhan Mei 1998. Namun demikian, Wiranto tidak pernah secara formal diselidiki
atau bahkan dinyatakan diberhentikan dari jabatannya karena kasus-kasus pelanggaran
HAM. Berbeda dengan Letjen Prabowo yang diberhentikan karena menculik sejumlah
aktivis mahasiswa dan politik. Maka, jika dilihat dari platform partainya, Hanura masif
permisif terhadap komitmen penegakan HAM. Dalam dokumen perjuangannya, Hanura
menyatakan antara lain: “Mendorong terwujudnya rasa keadilan dengan terlaksananya
sistem hukum yang adil, konsekuen dan tidak diskriminatif serta memberikan
perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Mendorong dan
memperjuangkan tegaknya HAM sesuai dengan Deklarasi HAM 1948.”
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) PKS adalah partai Islam yang sebagian aktivis pendirinya dulu menjadi korban pelanggaran HAM Orde Baru. Komitmen HAM PKS cukup jelas, tidak ambivalen,
karena PKS memang tidak memiliki beban pelanggaran HAM di masa lalu. Platform
HAM PKS adalah:
“Pemerintah, partai politik, dan militer harus berkomitmen untuk ikut serta dalam
pembangunan masyarakat melalui kerangka demokratisasi. Pengakuan dan perlindungan
HAM yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Hisbah (kontrol publik berupa amar ma'ruf nahi munkar) merupakan bentuk
kebebasan berekspresi telah terbukti menjadi alat kontrol yang efektif bagi para
penguasa. Penindakan hukum yang tegas, namun menghormati asas keadilan dan due
process of law. Membuat aturan pelaksanaan dalam upaya implementasi seluruh materi
HAM dalam konstitusi dan undang-undang menjadi aplikatif. Melakukan revisi terhadap
semua peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai, bertentangan atau berpotensi
bertentangan dengan materi HAM dalam konstitusi. Memperhitungkan perlindungan
HAM dal am semua kebijakan pemerintah. Memastikan pemerintah memberikan ruang
kebebasan berekspresi, yang diberlakukan bukan saja sebagai hak asasi warga negara,
tetapi juga sebagai kewajiban warga negara. Mengoptimalkan posisi Republik Indonesia
sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dalam menciptakan perdamaian
dunia, serta memastikan terjaminnya perlindungan HAM di tingkat internasional tanpa
pandang bulu”.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
PKB didirikan oleh Abdurahman Wahid (Gus Dur). Dengan demikian, jelas bahwa
komitmen HAM partai ini tidak diragukan lagi. Gus Dur adalah aktivis HAM di zaman
Orde Baru. Ketika menjadi Presiden RI, ia meminta maaf atas apa yang dialami orang-
orang Partai Komunis Indonesia (PKI) sekitar 1965-1966. Basis PKB adalah Nahdlatul
Ulama (NU) yang ketika terjadi pembantain terhadap orang-orang PKI di seputar 1965-
1966, mereka dilibatkan oleh tentara. Dalam platform partai yang diberi judul Mabda
Syasi disebutkan perjuangan HAM PKB :
”Cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah terwujudnya suatu bangsa
yang merdeka, bersatu, adil dan makmur sejahtera lahir dan batin, bermartabat dan
sederajat dengan bangsa-bangsa lain didunia, serta mampu mewujudkan suatu
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia menuju tercapainya
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, keadilan sosial dan menjamin
terpenuhinya hak asasi manusia serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Bagi Partai
Kebangkitan Bangsa, wujud dari bangsa yang dicita-citakan itu adalah masyarakat yang t
e r j a m i n h a k a s a s i k e m a n u s i a a n n y a y a n g mengejawantahkan nilai-nilai
kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan bersumber pada hati nurani (as-
shidqu), dapat dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu memecahkan masalah-
masalah sosial yang dihadapi (al-amanah wa al-wafa-u bi al-ahdli), bersikap dan
bertindak adil dalam segala situasi (al- 'adalah), tolong menolong dalam kebajikan (al-
ta'awun) serta konsisten menjalankan ketentuan yang telah disepakati bersama (al-
istiqomah) musyawarah dalam menyelesaikan persoalan sosial (al-syuro) yang menempatkan demokrasi sebagai pilar utamanya dan persamaan kedudukan setiap warga
negara didepan hukum (al-musawa) adalah prinsip dasar yang harus ditegakkan”.
Untuk mencapai tujuan perjuangan itu maka misi utama yang dijalankan Partai
Kebangkitan Bangsa adalah tatanan masyarakat beradab yang sejahtera lahir dan batin,
yang setiap warganya mampu mengejawantahkan nilai-nilai kemanusiaannya. Hal itu
meliputi, terpeliharanya jiwa raga, terpenuhinya kemerdekaan, terpenuhinya hak-hak
dasar manusia seperti pangan, sandang, dan papan, hak atas penghidupan/ perlindungan
pekerjaan, hak mendapatkan keselamatan dan bebas dari penganiayaan (hifdzu al-Nafs),
terpeliharanya agama dan larangan adanya pemaksaan agama (hifdzu al-din),
terpeliharanya akal dan jaminan atas kebebasan berekspresi serta berpendapat (hifdzu al-
Aql), terpeliharanya keturunan, jaminan atas perlindungan masa depan generasi penerus
(hifdzu al- nasl) dan terpeliharanya harta benda (hifdzu al-mal). Misi ini ditempuh
dengan pendekatan amar ma'ruf nahi munkar, yakni menyerukan kebajikan serta
mencegah segala kemungkinan dan kenyataan yang mengandung kemungkaran.
Partai Amanat Nasional (PAN)
Pada 1998, ketika PAN didirikan oleh Amien Rais dan kawan-kawan, salah satu bunyi
platform-nya adalah referendum bagi rakyat Timor Timur. Ini menjadi kenyataan
setahun sesudahnya, pada September 1999, ketika Presiden Habibie menyetujui
referendum. Hasilnya provinsi itu merdeka. Komitmen HAM PAN sangat jelas. Berikut
komitmen HAM PAN dalam platform-nya: “Memperjuangkan untuk penegakan
hukum tanpa diskriminasi. Seluruh masyarakat harus mendapat akses pada sistem
peradilan yang independen, adil dan murah. Pemerintah harus menciptakan pra-kondisi
yang memberi kemungkinan yang luas bagi warga negara untuk mengembangkan hak-
hak individu dan kewajiban sosial-politiknya secara wajar. Seluruh masyarakat harus
mendapat akses pada sistem peradilan yang independen, adil dan murah.
Memperjuangkan pemberlakuan hak asasi manusia yang universal dan mendukung
pelaksanaan konvensi PBB mengenai hak asasi manusia. Pemerintah harus segera
menyelesaikan kasus-kasus korupsi dan pelanggaran HAM yang masih pending dalam
proses pengadilan yang fair dan terbuka.”
Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
PPP adalah partai yang cukup besar di zaman Orde Baru. Sekarang menjadi partai papan
tengah dan menurut survei-survei pemilih menjelang Pemilu 2014, suaranya turun drastis.
Dulu PPP bersikap kritis terhadap tindakan-tindakan keras melanggar HAM yang
dilakukan Orde Baru atas para aktivis Islam. Berikut ini platform perjuangan HAM partai
Islam ini:
“PPP memiliki prinsip perjuangan yang mengandung nilai-nilai hak asasi manusia dalam
upaya penghormatan terhadap hak-hak publik, yaitu: (1) persamaan derajat kemanusiaan;
(2) kemerdekaan atau kebebasan dengan pertanggungjawaban moral dan hukum di dunia
dan akhirat; (3) persaudaraan antar manusia; (4) keadilan yang berintikan pemenuhan
hak-hak manusia berdasarkan prinsip dan rasa keadilan; dan (5), setiap warga masyarakat berhak atas partisipasi dalam urusan publik yang menyangkut kepentingan
bersama”.
Partai Nasional Demokrat (Nasdem)
Partai ini didirikan Surya Paloh dan pertama kali ikut Pemilu pada Pemilu 2014.
Merupakan pecahan Partai Golkar. Partai ini dikenal dengan platform yang diberi
nama Restorasi Indonesia. Penegakan HAM adalah salah satu bagian kecil dari visi
Restorasi Indonesia.
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
Partai ini diketuai oleh Letnan Jendral (Purn) Sutiyoso, merupakan kelanjutan dari
Partai Keadilan dan Persatuan yang tidak lolos batas ambang minimum perolehan suara
dalam Pemilu 1999. Sutiyoso adalah mantan Panglima Kodam Jaya yang pada 27
Juli 1996 memerintahkan pengambilalihan kantor DPP PDI yang dikuasai para
pendukung PDI pro Megawati Soekarnoputri. Dalam pengambilalihan itu terjadi
pelanggaran-pelanggaran HAM berat. Tetapi kasusnya tidak diusut sampai sekarang.
PKPI memiliki platform perjuangan HAM yang tertuang dalam visi-misinya yakni
”Mewujudkan keadilan, kesejahteraan sosial dan hak- hak politik rakyat untuk
mewujudkan peri-kehidupan yang adil, beradab, berbudaya dengan menjunjung tinggi
supremasi hukum, demokrasi dan hak asasi manusia (HAM); Memperkokoh persatuan
yang nyata dalam tatanan masyarakat majemuk melalui peri kehidupan yang adil,
setara, merata dan tidak diskriminatif; Mewujudkan masyarakat kewargaan (civil
society) yang kuat, sehat, cerdas, professional, beradab (civilized society) dan bersih
(clean society) melalui pembangunan kesehatan dan pendidikan serta penciptaan
kesempatan kerja dalam rangka pengentasan kemiskinan.”
Partai Bulan Bintang
Partai Bulan Bintang (PBB) adalah partai berasas Islam. Partai ini berdiri pada 1998,
saat reformasi politik terjadi setelah jatuhnya Soeharto, sebagai penerus Partai Masyumi,
yang dibubarkan Presiden Soekarno. Tokoh- tokoh PBB antara lain Yusril Ihza
Mahendra dan MS Kaban. Partai ini memperjuangkan Syariat Islam dalam sistem
hukum Indonesia.Dalam dokumen berjudul Tafsir Asas Partai Bulan Bintang, PBB
merujuk pada ajaran Islam. Dalam dokumen ini, PBB menghormati harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang dimuliakan. Semua manusia pada hakikatnya duduk
sama rendah dan tegak sama tinggi. Satu-satunya yang membedakan seorang manusia
dengan yang lain adalah ketakwaan dan kedekatan dirinya kepada Allah. Karena itu,
warga PBB menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) yang
sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Kewajiban menghormati HAM merupakan
kewajiban setiap orang, lembaga, negara, organisasi, partai, maupun badan
internasional. Warga PBB berjuang untuk menegakkan HAM agar setiap orang dapat
hidup aman dan sentosa sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Dalam platform PBB, partai ini juga mengusung pemenuhan hak-hal sosial, ekonomi,
dan budaya serta hakhak sipil dan politik.