28
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan REKAYASA VEGETATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO LONGSOR Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102 Telepon : (0271) 716709 dan Fax (0271) 716959 Email: [email protected] Oleh : Heru Dwi Riyanto

rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

REKAYASA VEGETATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO LONGSORBalai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran SungaiJl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102Telepon : (0271) 716709 dan Fax (0271) 716959Email: [email protected]

Oleh :Heru Dwi Riyanto

Page 2: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend. A. Yani Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102

Telephon : (0271) 716709 dan Fax (0271) 716969 Email : [email protected]

Page 3: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

i

Prinsip pencegahan longsor adalah mencegah air supaya tidak terkonsentrasi di bidang luncur, mengikat massa tanah agar tidak meluncur dengan cara merembeskan air ke lapisan tanah yang lebih dalam dari lapisan kedap air (bidang luncur).

Rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor ini adalah salah satu metoda dalam upaya mencegah terjadinya longsor dangkal melalui upaya penanaman pepohonan yang didasarkan pada tiga tipologi tanaman serta ketinggian dari muka laut sebagai tempat tumbuh tanaman.

Buku ini berisi tentang jenis-jenis tanaman/pohon-pohonan yang berhasil dihimpun dan dikaji dalam upaya rekayasa vegetative untuk mengurangi risiko longsor. Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memberikan informasi mengenai jenis pepohonan yang dapat dipergunakan dalam mencegah longsor dangkal melalui rekayasa vegetatif.

Hasil yang disampaikan dalam buku ini akan terus dilakukan penyempurnaannya. Baik penambahan jenis-jenisnya ataupun melalui kajian/penelitian lapangan lebih lanjut. Kritik dan saran masukan guna perbaikan dan updating status kajian/riset ini sangat diharapkan.

Surakarta, Agustus 2016 Kepala Balai, Dr. Nur Sumedi NIP. 19690718 199403 1 001

Page 4: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................... ii

PENDAHULUAN .......................................................................... 1

ZONA BERPOTENSI LONGSOR ..................................................... 2

PERAN VEGETASI UNTUK STABILITASI LERENG ........................... 4

PEMILIHAN JENIS ........................................................................ 7

SUMBER BACAAN ....................................................................... 22

SUMBER FOTO ............................................................................ 23

Page 5: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

1

REKAYASA VEGETATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO LONGSOR PENDAHULUAN Secara geografis sebagian besar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan bencana alam, dan salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah bencana longsor. Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh gravitasi; dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi. (Permen PU. No.22,2007) Prinsip pencegahan longsor adalah mencegah air supaya tidak terkonsentrasi zdi bidang luncur, mengikat massa tanah agar tidak meluncur dengan cara merembeskan air ke lapisan tanah yang lebih dalam dari lapisan kedap air (bidang luncur). Bencana itu dapat dicegah dengan menjaga pepohonan di lereng. Tumbuhan akan menyerap air dan akarnya mengikat tanah. Tanah gundul di lereng harus dihijaukan. Lereng terjal yang berpotensi longsor sebaiknya dihindari dengan tidak membangun rumah di kaki lereng. Tebing terjal dekat jalan dan permukiman sebaiknya dilandaikan untuk mencegah runtuh.

Page 6: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

2

Umumnya pembahasan tentang longsor lebih banyak ditekankan pada “air (curah hujan) dan lahan” .Padahal kejadian longsor berkaitan dengan komponen “air, tanah dan tanaman”, pembahasan tentang pentingnya tanaman dalam penanggulangan longsor belum banyak dilakukan karena itu pemahaman tipologi tanaman dalam penanggulangan longsor menjadi penting untuk kita kaji. ZONA BERPOTENSI LONGSOR

Sumber: Permen Pekerjaan Umum No. 22 Tahun 2007 Zona Potensi Longsor adalah : *daerah dengan kondisi terrain dan geologi yang sangat peka terhadap gangguan luar

Page 7: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

3

*Bersifat alami maupun aktivitas manusia sebagai faktor pemicu *kawasan dengan curah hujan rata-rata yang tinggi (di atas 2500 mm/tahun) * kemiringan lereng yang curam (lebih dari 40%), dan/atau kawasan rawan gempa Pengkajian untuk menetapkan apakah suatu kawasan dinyatakan rawan terhadap bencana longsor dilakukan: tiga disiplin ilmu atau bidang studi yang berbeda. Geologi, teknik sipil, dan kehutanan/pertanian. Kehutanan/pertanian mengkaji jenis tutupan lahan atau vegetasi. Zona Tipe A Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung, lereng pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut. Zona Tipe B Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter di atas permukaan laut.

Page 8: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

4

Zona Tipe C Zona berpotensi longsor pada daerah dataran rendah, tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai dengan 20%, dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut. PERAN VEGETASI UNTUK STABILISASI LERENG

Tanaman dengan tipologinya yaitu tentang tajuk dan perakaran mempunyai peran yang penting dalam mencegah atau mengeliminir kejadian longsor. Vegetasi dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan komposisinya yang beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia antara lain sebagai pengendali longsor lahan. Peran tersebut antara lain terhadap intersepsi, evapotranspirasi, infiltrasi, lengas tanah dll. Peran tersebut diilustrasikan yang menggambarkan mekanisme secara hidrologi maupun mekanisme secara mekanik dari tanaman, sebagaimana Gambar dan keterangannya sebagai berikut:

Page 9: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

5

Sumber: Greenway 87 dlm Hardiatmo 2012

No Mekanisme secara hidrologi Pengaruh

1 Daun-daunan memotong hujan, menyebabkan hilangnya absorpsi dan transpirasi yang mereduksi air hujan untuk berinfiltrasi

(+)

2 Akar dan batang menambah kekasaran permukaan tanah dan permeabilitasnya, sehingga menambah kapasitas infiltrasi

(-)

3 Akar menyerap air dari tanah, air yang hilang ke udara oleh transpirasi, menyebabkan tekanan air pori berkurang

(+)

4 Pengurangan kelembaban tanah akibat penyerapan akar dapat menyebabkan tanah retak, sehingga menambah kapasitas infiltrasi

(-)

Page 10: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

6

No Mekanisme secara mekanik Pengaruh

5 Akar memperkuat tanah, menambah kuat geser (+) 6 Akar pohon menembus sampai ke lapisan kuat,

memberikan dukungan pada tanah bagian atas, karena berfungsi sebagai penyangga dan member efek lengkung

(+)

7 Berat pohon membebani lereng, menambah komponen gaya normal dan gaya ke bawah lereng

(-)/(+)

8 Tumbuh-tumbuhan mengirim gaya dinamik ke lereng akibat angin

(-)

9 Akar mengikat partikel tanah di permukaan dan menambah kekasaran permukaan, sehingga mengurangi kemudahan tererosi

(+)

Peran pertama vegetasi dimulai dari peran tajuk menyimpan air intersepsi mengurangi jumlah air hujan yang sampai permukaan tanah mengurangi jumlah air yang terinfiltrasi dan pemenuhan lengas tanah. Semakin tinggi / berat kerapatan tajuk kemampuan tajuk untuk menangkap air hujan dalam bentuk air intersepsi juga semakin besar. Peran kedua adalah morfologi akar. Berbagai jenis vegetasi memiliki ciri khas sistem perakaran yang beragam. Pada lahan-lahan yang miring diperlukan vegetasi dengan jenis perakaran yang dalam dan akar serabut yang banyak. Hal ini akan meningkatkan daya cengkram tanah oleh akar dan akan mampu mengurangi kemungkinan terjadinya pergerakan tanah menaikkan kuat geser tanah

Page 11: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

7

Peran ketiga adalah evapotranspirasi. Pada kawasan yang memiliki intensitas hujan yang tinggi, proses evapotranspirasi berperan mengurangi kejenuhan tanah agar tidak terjadi akumulasi air di lapisan impermeabel yang justru akan menjadi bahan gelincir dalam kejadian longsor dangkal. PEMILIHAN JENIS Pemilihan jenis tanaman merupakan kunci penting dalam keberhasilan pengendalian longsor lahan secara rekayasa vegetative. Selain didasarkan pada tiga Peran Vegetasi Tanaman Keras (Pohon) dan Zona Potensi Longsor, pemilihan jenis juga didasarkan pada ketinggian tempat tumbuh tanaman dari muka laut (elevasi). Elevasi adalah rentang ekologis untuk tumbuh tanaman di mana ada tanaman yang memiliki rentang ekologis sempit dan lebar. Jenis tanaman/pohon terpilih tersebut adalah sebagai berikut:

Page 12: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

8

Page 13: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

9

Page 14: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

10

Adapun gambar tanaman/pohon tersebut adalah : `

Sukun Nangka

Mimba Tayuman

Page 15: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

11

Kupu-kupu Kenanga

Trengguli Johar

Page 16: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

12

Asem Jawa Laban

Jati Cengkeh

Page 17: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

13

Mahoni Bidara Laut

Kesambi Angsana

Page 18: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

14

Jengkol Pinus

Sengon Alpukat

Page 19: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

15

Petai Rambutan

Mindi Mangga

Page 20: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

16

Lamtoro Lamtoro Sabrang

Bungur Dlingsem

Page 21: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

17

Waru Laut Waru Gunung

Rengas Lengkeng

Page 22: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

18

Eucaliptuis alba Durian

Sono keling Sono sisso

Page 23: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

19

Pilang Sono brits

Kayu Manis Kaliandra Merah

Page 24: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

20

Kaliandara Putih Aren

Jambu Mete Kemiri

Page 25: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

21

Agathis Bambu

Cempedak

Page 26: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

22

Sumber Bacaan Kementerian PU, 2007. Pedoman Penataan Ruang, Kawasan Rawan Bencana Longsor, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/ 2007

Daniel T.W, J.A. Helms and F.S.Baker. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Setyawati. T. 1998. Studi Fisiognomi Vegetasi Hutan di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa barat, Buletin Penelitian Hutan No. 612/1998 Bogor

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Hardiatmo, H.C. 2012. Tanah Lingsor dan Erosi. Kejadian dan Penanganan. Gadjah Mada University Press

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2007. Teknologi Pengendalian Lingsor. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Suryatmojo, 2016. Strategi of Vegetatif Selection for Landslide Hazard Reduction. http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/wp-content/uploads/2009/02/strategirehabilitasilahanrawan-longsor.pdf.

Page 27: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

23

Sumber Foto

No. Jenis (spesies) sumber

1. Sukun (Artocarpus communis) Top Tropikal

2. Nangka (Artocarpus heterophylla) petanihebat.com

3. Mimba (Azadirachta indica) bptsitubondo.wordpress.com

4. Tayuman (Bauhinia hirsula) www.tamanmurah.com

5. Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) www.tamanmurah.com

6. Kenanga (Cananga odorata) manfaat.co.id

7. Trengguli(Cassia fistula) googlet.com

8. Johar (cassia siamea) update-beritaharian.blogspot.com

9. Asem (Tamarindus indica) alamendah.org

10. Laban (Vitex pubescens) diansyah86.blogspot.com

11. Jati (Tectona grandis) fjb.kaskus.co.id

12. Cengkeh (Syzygium aromaticum) www.tanobat.com

13. Mahoni (Swietenia macrophlla) infoherbalis.com

14. Bidara laut (Strychnos sp) infotoga.blogspot.com

15. Kesambi (Schleichera oleosa) jualtanamanhias.net

16. Angsana (Pterocarpus indicus) Rynari.wordpress.com

17. Jengkol (Pithecelobium jiringa) warasfarm.wordpress.com

18. Pinus (Pinus merkusii) makassar.tribunnews.com

19. Sengon (Periserianthes falcataria) budidayasengon.blogspot.com

20. Alpukat (Persea Americana) masandry.com

21. Petai (Parkia speciosa) ipnn.com

22. Rambutan (Nephelium lappaceum) www.pupukkebun.biz

23. Mindi (Melia azedarach) alampriangan.com

24. Mangga (Mangifera indica) Samrtinyourhand.blogspot.com

25. Lamtoro (Leucaena leucocephala) kumpulanresepalami.blogspot.com

26. Lamtoro sabrang (Leucaena glauca) www.hear.org

Page 28: rekayasa vegetatif untuk mengurangi risiko longsor pendahuluan

`

24

No. Jenis (spesies) sumber

27. Bungur (Lagerstromia speciosa) jualbibitunggul.com

28. Dlingsem (Homalium tomentosum) flickriver.com

29. Waru laut (Hibiscus tiliaceus) istianggana.com

30. Waru gunung (Hibiscus seminis) forestryinformation.wordpress.com

31. Rengas (Gluta renghas) id.wikipedia.org

32. Lengkeng (Euphoria longana) ragambudidaya.blogspot.com

33. Eucaliptus (Eucalyptus alba) www.onlineplantsnt.com.au

34. Durian (Durio zibethinus) Toba Go Green

35. Sonokeling (Dalbergia latifolia) Wibowo Djatmiko (Wie 146)

36. Sono siso (Dalbergia siso) Top Tropical

37. Pilang (Acacia leucophloea) Wibowo Djatmiko (Wie 146)

38. Sono brit (Dalbergia sissoides) Wibowo Djatmiko (Wie 146)

39. Kayu manis (Cinnamomum burmani) obat-kolesterol.com

40. Kaliandra merah (Calliandra callothyrsus) agroplus

41. Kaliandra putih (Calliandra tetragana) bahankuesehat.blogspt.com

42. Aren (Arenga pinnata) Anak gunung.com

43. Jambu mente (Anacardium occidentale) tipspetani.blogspot.co.id

44. Kemiri (Aleurites mollucana) tipspetani.blogspot.co.id

45. Damar (Agathis alba) academia.edu

46. Bambu (Bambusa sp) Noah Bell

47. Cempedak (Artocarpus champeden) Kalteng .litbang.pertanian.go.id