Upload
william-hanugra
View
41
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaadwadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaadwadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaadwadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Citation preview
Perubahan Peraturan Presiden dalam Pengaturan Hukum Reklamasi
Teluk Benoa Bali
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum yang berlandaskan UUD 1945, UU,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah. Peraturan-
peraturan yang dibuat oleh pemerintah dapat berubah sesuai kebutuhan
masyarakat dan tujuan nasional. Tujuan nasional Indonesia sebagai negara yang
telah merdeka dan berdaulat dikonsep pemerintah dalam Politik dan Strategi
Nasional (Polstranas). Polstranas merupakan konsep pemerintah dalam mencapai
tujuan Indonesia dalam jangka panjang seperti arahan pembangunan nasional.
Peraturan Reklamasi merupakan salah satu implementasi tujuan nasional
dalam konsep Polstranas. Reklamasi merupakan upaya teknologi yang dilakukan
manusia untuk merubah suatu lingkungan alam menjadi lingkungan buatan, suatu
tipologi ekosistem estuaria mangrove dan terumbu karang menjadi suatu bentang
alam daratan. Peraturan reklamasi terkait erat dengan peraturan pemerintah dalam
pokok bahasan tata ruang.
Peraturan tata ruang di Indonesia diatur dalam UU penataan ruang dan
UU rencana tata ruang wilayah nasional. Pengkhususan UU tata ruang bagi
beberapa daerah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres). Peraturan tersebut
dibuat berdasarkan UU dan kepentingan masyarakat tersebut.
Salah satu contoh Perpres mengenai tata ruang adalah Perpres nomor 45
tahun 2011, mengenai peraturan tata ruang kawasan perkotaan Denpasar,
Bandung, Gianyar, dan Tabanan. Perpres tersebut menetapkan beberapa kebijakan
terkait tata ruang daerah di Bali, termasuk kebijakan mengenai zona konservasi
perairan Teluk Benoa. Sebagai zona konservasi perairan, Teluk Benoa merupakan
daerah perairan yang dilindungi dari kerusakan karena memiliki ciri khas tertentu.
Pada tahun 2013, muncul rencana reklamasi di Teluk Benoa. Hal ini tentu
bertentangan dari Perpres nomor 45 tahun 2011 tersebut, yang menyatakan Teluk
Benoa merupakan zona konservasi perairan. Kemudian, pada 30 Mei 2014
Perpres nomor 45 tahun 2011 diganti oleh Perpres nomor 51 tahun 2014. Dalam
1
Perpres tersebut, Teluk Benoa yang awalnya adalah zona konservasi berubah
menjadi zona budi daya yang dapat direklamasi seluas 700Ha.
Perubahan Perpres merupakan hasil pertimbangan panjang sebagai
perwujudan konsep Politik dan Strategi Nasional. Dalam hal perubahan Perpres
nomor 45 tahun 2011 menjadi Perpres nomor 51 tahun 2014 beberapa
implementasi Polstranas saling bertentangan. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk membahas Perubahan Peraturan Presiden dalam Pengaturan Hukum
Reklamasi Teluk Benoa Bali.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah di jabarkan, maka tujuan pembuatan
makalah ini adalah
1. Mengkaji dampak perubahan peraturan presiden tentang reklamasi Teluk
Benoa dalam ruang lingkup strategi nasional negara.
2. Mengkaji dampak perubahan Perpres nomor 45 tahun 2011 menjadi
Perpres nomor 51 tahun 2014 dari segi pengelolaan tata ruang tentang
reklamasi Teluk Benoa Bali dalam bidang Ekonomi.
3. Mengkaji dampak reklamasi terhadap ekosistem sekitar tempat reklamasi
akibat perubahan Perpres nomor 45 tahun 2011 menjadi Perpres nomor 51
tahun 2014 dari segi pengelolaan tata ruang tentang reklamasi Teluk
Benoa Bali.
Rumusan Masalah
1. Apa dampak perubahan peraturan presiden tentang reklamasi Teluk Benoa
di provinsi Bali dalam kajian strategi nasional?
2. Apa dampak reklamasi terhadap ekosistem disekitar tempat reklamasi
tersebut?
3. Apa dampak reklamasi terhadap ekonomi masyarakat sekitar wilayah
reklamasi tersebut?
TINJAUAN PUSTAKA
2
1. Reklamasi
Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kata dalam
Bahasa Inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak.
Menurut KBBI disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the
sea). Kegiatan reklamasi pantai merupakan upaya teknologi yang dilakukan
manusia untuk merubah suatu lingkungan alam menjadi lingkungan buatan,
suatu tipologi ekosistem estuaria, mangrove dan terumbu karang menjadi
suatu bentang alam daratan. Pengertian reklamasi lainnnya adalah suatu
pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna
atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara
dikeringkan. (Suharto, 1996)
Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan
pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek
wisata. Dalam perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu
langkah pemekaran kota. Reklamasi dilakukan oleh negara atau kota-kota
besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian
pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan
(keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah
daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru.
Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu negara/kota
dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota),
penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dll.
Ekosistem perairan pantai sangat rentan terhadap perubahan sehingga
apabila terjadi perubahan baik secara alami maupun rekayasa akan
mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan
ekosistem perairan pantai dalam waktu yang relatif lama akan berakibat pada
kerusakan ekosistem wilayah pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan
pantai. Dampak yang ditimbulkan dari tempat pengambilan material urug.
Untuk reklamasi biasanya memerlukan material urug yang cukup besar yang
tidak dapat diperoleh dari sekitar pantai, sehingga harus didatangkan dari
wilayah lain yang memerlukan jasa angkutan. Pengangkutan ini berakibat
3
pada padatnya lalu lintas, penurunan kualitas udara, debu, bising yang akan
mengganggu kesehatan masyarakat. (Maskur, 2008)
2. Peraturan Presiden (Perpres) No.45 th 2011
Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Pasal
123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang WilayahNasional, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan
Tabanan. Presiden memutuskan untuk menetapkan peraturan presiden tentang
rencana tata ruang kawasan perkotaan denpasar, badung, gianyar, dan tabanan
(Sarbagita).
Peraturan Presiden ini terdiri atas 124 pasal yang diantara pasal-pasalnya,
terdiri atas kebijakan umum dan khusus dengan ruang lingkup pengaturan
Peraturan Presiden ini meliputi: Peran dan fungsi rencana tata ruang serta
cakupan Kawasan Perkotaan Sarbagita; Tujuan, kebijakan, dan strategi
penataan ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita; Rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian
pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita; Pengelolaan Kawasan
Perkotaan Sarbagita; dan peran masyarakat dalam penataan ruang di Kawasan
Perkotaan Sarbagita.
Kebijakan penataan ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita meliputi:
pengembangan keterpaduan sistem pusat-pusat kegiatan yang mendukung
fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan
pariwisata yang bertaraf internasional; peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan sistem prasarana; peningkatan fungsi dan perlindungan fasilitas
pertahanan dan keamanan negara; dan pelestarian alam dan sosial-budaya di
Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai pusat pariwisata bertarafinternasional
yang berjati diri budaya Bali.
Dalam pemanfaatan strategi peningkatan fungsi, maka pemerintah
melakukan diantara lain: menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan
keamanan negara; mengembangkan kegiatan budi daya secara selektifdi
dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara;
4
mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan
pertahanan dan keamanan negara dan kawasan budi daya terbangun di
sekitarnya; dan mewajibkan instansi Pemerintah dan pemerintah daerah
melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan
dan evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup di Kawasan
Perkotaan Sarbagita sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan lindung dikelompokkan ke dalam Zona lindung yang terdiri atas:
Zona lindung 1 (Zona L1) yang merupakan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa kawasan hutan lindung,
kawasan bergambut, dan kawasan resapan air; Zona lindung 2 (Zona L2)
yang merupakan kawasan perlindungan setempat; dan Zona lindung 3 (Zona
L3) yang merupakan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan
kawasan cagar budaya.
Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas
beberapa daerah, contohnya: kawasan konservasi perairan di perairan
Kawasan Sanur di Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar, perairan Kawasan
Serangan di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, perairan Kawasan
Teluk Benoa sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan
sebagian di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, perairan Kawasan
Nusa Dua di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan perairan
Kawasan Kuta di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. (BPKB)
3. Peraturan Presiden (Perpres) No.51 th 2014
Perubahan atas peraturan presiden nomor 45 tahun 2011 tentang
rencana tata ruang kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan
Tabanan. Menimbang, bahwa memperhatikan perkembangan kebijakan
strategis nasional dan dinamika internal di Kawasan Perkotaan Denpasar,
Badung, Gianyar dan Tabanan, khususnya terkait pemanfaatan ruang di
Kawasan Teluk Benoa, sehingga perlu dilakukan revitalisasi; bahwa Kawasan
Teluk Benoa dapat dikembangkan sebagai kawasan yang potensial guna
pengembangan kegiatan ekonomi serta sosial budaya dan agama, dengan
5
tetap mempertimbangkan kelestarian fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai
dan pelestarian ekosistem kawasan sekitarnya, serta keberadaan prasarana dan
sarana infrastruktur di Kawasan Teluk Benoa; bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu
menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar,
dan Tabanan diubah. Beberapa yang diubah yaitu pasal 55 yang menyatakan
tentang Zona L3 dan pasal 56 yang menjelaskan tentang zona P, dan
diantara pasal 63 dan pasal 64 disisipkan pasal baru, yang diantaranya: Zona
P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 merupakan zona perairan pesisir
dengan karakteristik kawasan teluk yang berhadapan dengan Zona L3, Zona
B1, Zona B2, dan Zona B3 di Kawasan Teluk Benoa, yang menjaga fungsi
Zona L3, Zona B1, Zona B2, dan Zona B3 sebagai kawasan pemanfaatan
umum yang potensial untuk kegiatan kelautan, perikanan, kepelabuhanan,
transportasi, pariwisata, pengembangan ekonomi, permukiman, sosial budaya,
dan agama. Zona P sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal 63A
ditetapkan di perairan pesisir Teluk Benoa yang berada di sebagian
Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung.
Penerapan ketentuan di Zona P meliputi: kegiatan dalam Zona P yang
berhadapan dengan Zona L3 dilakukan dengan menjaga fungsi Taman Hutan
Raya Ngurah Rai dan ekosistem mangrove serta pendalaman bagian-bagian
tertentu dari Teluk; penyediaan aksesibilitas di dalam kawasan teluk,
termasuk ketersediaan alur pelayaran; pemanfaatan ruang dengan tidak
mengganggu keberlanjutan fungsi sistem Daerah Aliran Sungai; pemanfaatan
ruang dilakukan sekurang-kurangnya berjarak 100 (seratus) meter dari Zona
L3. Kegiatan sebagaimana dimaksud sebelumnya, dapat dilakukan melalui
kegiatan revitalisasi termasuk penyelenggaraan reklamasi paling luas 700
(tujuh ratus) hektar dari seluruh Kawasan Teluk Benoa.
6
Indikasi Program Utama Lima Tahunan Arahan Pemanfaatan Ruang
Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagaimana termuat dalam Lampiran III
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 diubah dengan menambahkan
indikasi program utama, indikasi lokasi, indikasi sumber pendanaan, indikasi
instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan Perwujudan Pola Ruang
untuk Zona P sehingga Indikasi Program Utama Lima Tahunan Arahan
Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Presiden ini yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. (BPKB)
Pembahasan
7
Polstranas merupakan salah satu sarana perwujudan tujuan nasional
bangsa Indonesia. Termasuk dalam konteks tersebut pengaturan undang-
undang dalam hal tata ruang, kelestarian alam, dan budaya. Dalam hal ini,
Polstranas berorientasi dalam peraturan perundang-undangan reklamasi yang
membahas ekonomi, sumber daya alam, dan budaya.
Dalam konteks pengembangan wilayah, reklamasi kawasan pantai ini
diharapkan akan dapat meningkatkan daya tampung dan daya dukungan
lingkungan (environmental carrying capacity) secara keseluruhan bagi
kawasan tersebut. Reklamasi dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat
sumberdaya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan social ekonomi
dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase (UU 27, 2007). Hal
ini umumnya terjadi karena semakin tingginya tingkat populasi manusia,
khususnya di kawasan pesisir, sehingga perlu dicari solusinya. Ensiklopedi
Nasional Indonesia, 1990, Tujuan reklamasi yaitu untuk memperbaiki daerah
atau areal yang tidak terpakai atau tidak berguna menjadi daerah yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain untuk lahan
pertanian, perumahan, tempat rekreasi dan industri.
Dengan lahirnya Perpres No. 51 tahun 2014 di akhir Mei, memutuskan
bahwa wilayah Teluk Benoa yang dulunya merupakan zona L3 atau
konservasi (Perpres No. 45 tahun 2011), kini masuk dalam zona P atau
penyangga. Dalam zona ini terdapat kegiatan kegiatan yang di perbolehkan
seperti kegiatan kelautan, perikanan, pariwisata, pengembangan ekonomi,
pemukiman bahkan penyelenggaraan reklamasi.
Penerbitan Perpres No. 51 Tahun 2014 ini menghapuskan pasal-pasal yang
menyatakan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi sebagaimana yang
disebutkan di dalam pasal 55 ayat 5 Perpres No. 45 Tahun 2011. Serta
mengubah kawasan konservasi perairan pesisir Teluk Benoa menjadi zona
penyangga, yang secara tegas di muat dalam pasal 63A ayat (2) Perpres No.
51 tahun 2014 yang berakibat pada dapat di reklamasiya teluk benoa (pasal
101A Perpres No. 51 tahun 2014). Bahkan luas wilayah yang dapat di
reklamasipun telah di tentukan, yakni maksimal seluas 700 hektar.
8
Selain klausul yang mengijinkan kegiatan revitalisasi termasuk
penyelenggaraan reklamasi, Perpres No. 51 tahun 2014 juga mengurangi
luasan kawasan konservasi perairan dengan menambahkan frasa “sebagian”
pada pasal 55 Perpres No. 51 tahun 2014. Lahirnya Perpres No. 51 tahun 2014
ini seolah menjadi jalan bebas hambatan untuk di langsungkanya reklamasi di
Teluk Benoa.
Teluk Benoa yang merupakan kawasan konservasi seharusnya tidak layak
untuk direklamasi. Namun perubahan Perpres No. 45 Tahun 2011 menjadi
Perpres No. 51 Tahun 2014 mengubah Teluk Benoa untuk tidak lagi
dinyatakan sebagai kawasan konservasi, melainkan sebagai zona P. Sesuai
dengan pasal 63A ayat (1) Perpres No. 51 Tahun 2014 menyebutkan bahwa
Zona P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 merupakan zona perairan
pesisir dengan karakteristik kawasan teluk yang berhadapan dengan Zona L3,
Zona B1, Zona B2, dan Zona B3 di Kawasan Teluk Benoa, yang menjaga
fungsi Zona L3, Zona B1, Zona B2, dan Zona B3 sebagai kawasan
Pemanfaatan umum yang potensial untuk kegiatan kelautan, perikanan,
kepelabuhanan, transportasi, pariwisata, pengembangan ekonomi,
permukiman, sosial budaya, dan agama. Pada pasal 63A ayat (2) Perpres No.
51 Tahun 2014 menyatakan Zona P sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan di perairan pesisir Teluk Benoa yang berada di sebagian
Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung.
Perihal perubahaan pengaturan tersebut, pemerintah juga memaparkan
beberapa alasan seperti untuk menyelaraskan arahan pengaturan peruntukan
dan pemanfaatan ruang di Kawasan Teluk Benoa sebagaimana diatur dalam
Perpres No. 45/2011 dengan Perpres No. 12/2012 tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Jawa-Bali; Adanya perkembangan kebijakan strategis nasional
dan dinamika internal di Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan
Tabanan, khususnya terkait pemanfaatan ruang di Kawasan Teluk Benoa,
sehingga perlu dilakukan kebijakan revitalisasi kawasan yang sesuai dengan
perkembangan potensi alam, wisata, lingkungan dan masyarakat di Bali secara
khusus dan umum; Kondisi eksisting Kawasan Teluk Benoa sudah tidak
9
seluruhnya memenuhi kriteria sebagai kawasan konservasi perairan, dimana
secara faktual telah ada perubahan fisik antara lain jalan tol, jaringan pipa
migas, maupun pelabuhan internasional Benoa. Selain itu, terjadinya
pendangkalan, menjadi salah satu pertimbangan bahwa Kawasan Benoa
tersebut tidak lagi tepat untuk dikatakan sebagai kawasan konservasi. Khusus
keberadaan jalan tol layang diatas kawasan pantai, telah mengubah dinamika
ekosistem pantai di Kawasan Teluk Benoa, sehingga diperlukan penyesuaian
peruntukan ruang; Kawasan Teluk Benoa dinilai dapat dikembangkan sebagai
kawasan pengembangan kegiatan ekonomi serta sosial budaya dan agama,
dengan tetap mempertimbangkan kelestarian fungsi Taman Hutan Raya
Ngurah Rai dan pelestarian ekosistem kawasan sekitarnya, termasuk tanaman
bakau (mangrove), serta keberadaan prasarana dan sarana infrastruktur di
Kawasan Teluk Benoa; Perubahan Perpres Sarbagita tersebut juga
dimaksudkan untuk menyesuaikan dinamika dan perubahan tujuan
pembangunan perekonomian nasional, khususnya yang terkait dengan rencana
percepatan pembangunan di Bali, yang merupakan bagian dari rencana
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembanguan Ekonomi Indonesia 2011-
2025 (MP3EI).
Adanya perubahan Perpres yang memperbolehkan reklamasi Pantai Teluk
Benoa dengan berbagai pro dan kontra memang menimbulkan banyak
persepsi antara segi positif dan negatifnya reklamasi ini.
Beberapa contoh dampak positif dari reklamasi adalah untuk
menyelamatkan pulau Bali khususnya Teluk Benoa dari dampak abrasi pantai
yang kian hari semakin memprihatinkan, Pulau Baru yang akan dibangun dari
reklamasi bias menambah luas pulau Bali, kawasan ini juga akan menjadi
milik Bali, milik masyarakat Bali. Reklamasi juga dapat menjaga keberadaan
pura-pura yang ada di Bali, banyak pura–pura suci di bali yang berada di tepi
laut, jika tidak dilakukan reklamasi untuk mengamankan daratan Bali, maka
pura– pura yang berada di tepi laut ini akan hilang, contohnya Pura Tanah Lot
yang berada tepat di tepi laut, jika tidak direklamasi, mungkin keberadaan
pura ini akan hilang. Tidak hanya itu, ditinjau dari sosial ekonomi khususnya
di Bali yang merupakan icon pariwisata. Dibangunnya kawasan terpadu,
10
seperti fasilitas umum dan akomodasi pariwisata pada wilayah reklamasi bisa
menumbuhkan perekonomian Bali, dan juga akan memberikan peluang
lapangan kerja bagi masyarakat bali yang sangat bergantung pada sektor
pariwisata. Diperkirakan sekitar ratusan ribu lapangan kerja baru akan tersedia
di kawasan ini. Dengan kata lain dapat mengurangi jumlah pengangguran di
Bali dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Bali. Masyarakat Bali juga
bisa ikut aktif dalam pembangunan wilayah reklamasi Teluk Benoa, agar tidak
hanya investor dari Luar Negeri memenuhi pembangunan disana.
Di sisi lain, jika Reklamasi Teluk Benoa di laksanakan tentu akan
menimbulkan bencana ekologis. Alasannya jika reklamasi tetap dilaksanakan,
maka akan terjadi perubahan arus air laut di sekitar perairan tersebut. Dampak
paling nyata yang dapat dirasakan adalah semakin memperparah terjadinya
abrasi di sejumlah pantai di sekitar Teluk Benoa. Indonesia Maritime Institute
(IMI) menegaskan, reklamasi di Teluk Benoa berpotensi merusak ekosistem
terumbu karang yang selain sebagai penopang kehidupan jutaan biota laut,
juga menjadi andalan wisata bahari di Pulau Bali, jika reklamasi dilakukan
maka tentu sedimentasi yang ditimbulkan akan mematikan terumbu karang
dan biota lainnya. Teluk Benoa dikelilingi oleh daratan Tanjung Benoa dan
Pulau Serangan, kemudian bila latar belakang reklamasi yang diutarakan
untuk menjaga Bali dari bahaya tsunami atau gelombang pasang, tentunya
tidak beralasan karena yang akan lebih dahulu dihantam oleh tsunami (bila
benar terjadi) adalah dua pulau tersebut yaitu daratan Tanjung Benoa dan
Pulau Serangan. Selain itu, kawasan Teluk Benoa juga merupakan Green
Nature Garden, yang berarti bahwa mangrove hanya dapat tumbuh di
kawasan tersebut.
Kegiatan reklamasi dengan pengurugan akan merubah kondisi ekologi
lingkungan mangrove yang menghendaki syarat-syarat tertentu terhadap kadar
garam, pasang surut air laut dan pelumpuran. Kemunduran dan hilangnya
ekosistem mangrove secara keseluruhan akan mempunyai dampak berupa
hilangnya fungsi hutan mangrove baik terhadap kondisi biologi dan
sebagainya. Secara langsung pengaruhnya yang negatif terhadap hutan
mangrove yang saat ini luas dan penyebarannya sangat terbatas, yaitu terhadap
11
hutan mangrove yang berada pada tepi pantai dengan status hutan lindung
pantai dan hutan mangrove Cagar Alam
Hal-hal diatas tentu saling tumpang tindih. Disisi satu tujuan Polstranas
dari sisi kesejahteraan, yaitu ekonomi terpenuhi, namun tujuan Polstranas
yang diharapkan menungjang kelestarian alam mulai terabaikan. Maka dari
itu, permasalahan orientasi Polstranas ini harus dituntaskan melalui penegakan
hukum, bukanlah melalui revisi perpres. Pelaksanaan solusi ini adalah dengan
cara penyelamatan atau rehabilitasi ekosistem tanpa diikuti dengan
pembangunan akomodasi pariwisata secara masif yang tentunya akan
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang lebih besar.
Simpulan dan Saran
12
Simpulan
Kegiatan reklamasi menimbulkan banyak dampak positif maupun negatif
terhadap kelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi Bali. Tetapi jika
reklamasi dilaksanakan mengikuti prinsip–prinsip reklamasi dan dengan
komunikasi dan koordinasi yang sinergi dari segenap lembaga masyarakat, tujuan
dari reklamasi yang untuk memajukan suatu wilayah dan tidak mengesampingkan
kelestarian lingkungan bisa tercapai, sehingga manfaat reklamasi akan dirasakan
bagi masyarakat Bali, baik itu di sektor ekonomi, pariwisata, budaya ataupun
kelestarian lingkungan.
Saran
Melalui tulisan ini, Penulis berharap akan semakin banyak generasi muda
yang mampu menyuarakan pikiran dan pendapatnya mengenai permasalahan ini.
Bukan hanya pendapat yang ikut-ikutan tapi pendapat yang penuh dengan
pertimbangan juga solusi yang dapat membawa masalah ini untuk mengutamakan
kepentingan masyarakat banyak.
DAFTAR PUSTAKA
13
BPKB. 2011. Undang-undang. http://www.bpkp.go.id. Diakses : 11 September
2014, pukul 19.54 WIB.
_____. 2014. Undang-undang. http://www.bpkp.go.id. Diakses : 11 September
2014, pukul 19.54 WIB.
Fajar, Jay. 2014. Inilah Penjelasan Istana Tentang Perpres Reklamasi Teluk
Benoa. http://www.mongabay.co.id. Diakses : 11 September 2014, pukul
19.54 WIB
Lemhannas. 1995. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Maskur, Ali. 2008. Rekonstruksi Pengaturan Hukum Reklamasi Pantai di Kota
Semarang. Tesis Magister pada FH Universitas Diponegoro. Semarang:
tidak diterbitkan.
Muhajir Anton. 2014. Pesisir Bali Tolak Reklamasi, Berikut Tuntutan Warga.
http://www.mongabay.co.id. Diakses: 11 September 2014, pukul 19.54
WIB.
Suharto, Wisnu. 1996. Reklamasi Pantai dalam Perspektif Tata Air dalam
“Rekonstruksi pengaturan hukum reklamasi pantai di kota Semarang”.
Semarang: Unika Soegijapranata.
Sumarsono. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hasil Diskusi
14
Pertanyaan
1. Ahmad Safrizal (kelompok 3) - F14140060Mengenai peratuaran presiden, apakah setiap presiden bisa mengubah perpres atau perpres yang ada dihapuskan? Apa alasan akan terjadi Tsunami di Bali jika dilakukan reklamasi?Jawab:Tidak bisa, karena peraturan dapat diubah dalam rentang waktu 5 tahun sekali tetapi presiden baru dapat membuat peraturan baru yang sesuai dengan kehendak pemerintah. Bila terjadi reklamasi maka arah arus air laut di Teluk Benoa Bali bisa berubah secara natural karena adanya penambahan daratan sehingga hal tersebut berdampak pada wilayah selatan Teluk Benoa Bali.
2. Fachry Ramadhan K. T. (kelompok 3) - F1410047Dasar hukum reklamasi atau kegiatan reklamasi di laksanakan berdasarkan prinsip-prinsip apa?Jawab: Perpres nomor 51 tahun 2014, berdasarkan prinsip ekonomi, ekologis, dan sosial budaya yang menyesuaikan hukum nasional dan masyarakat.
3. Jefri Yoanda (kelompok 8) - G54140049Latar belakang reklamasi di bali? Seberapa penting wilayah ekosistem dibandingkan reklamasi?Jawab:Latar belakang yaitu untuk menyelaraskan arahann pengaturan peruntukan dan pemanfaatan ruang di kawasan teluk Benoa, adanya perkembangan kebijakan strategis nasional dan dinamika internal di kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan, kondisi eksiting kawasan teluk benoa sudah tidak seluruhnya memenuhi kriteria sebagai kawasan konservasi perairan, dimana secara faktual telah adaperubahan fisik antara lain jalan tol. Kawasan teluk benua dinilai dapat dikembangkan sebagai kawasan pengembangan kegiatan ekonomi serta sosial dan agama, dengan tetap mempertimbangkan kelestarian fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan pelestarian ekosistem kawasan sekitarnya kemudian untuk menyusaikan dinamika dan perubahan tujuan pembangunan perekonomian nasional. Wilayah ekosistem terssebut sangat penting karena di wilayah tersebut di tumbuhi hutan mangrove yang sangat langka dan hanya di wilayah ini sangat banyak kemudian jika dilakukan reklamasi di daerah tersebut maka akan merusak kehidupan ekosistem bawah laut seperti contohnya terumbu karang dan juga ikan-ikan kecil karena bahan bangunan yang digunakan untuk meenimbun.
Tanggapan
Wahyu Sabda Alam (kelompok 1)
15
Jawab: Sebenarnya pembangunan tidak bisa dihentikan tetapi seharusnya di evaluasi.
Pertanyaan
1. Lini Angraini (kelompok 6) - F44140050Adakah Tap MPR yang mengatur tentang poltranas?Jawab: Untuk saat ini belum ada Tap MPR yang mengatur tentang polstranas.
2. Bagus Refaldi( kelompok 3) - F34140004Apakah ada dasar yang mengatur tentang ekosistem?Jawab: peraturan tentang ekosistem jelas terdapat pada implementasi polstranas yag merupakan acuan tujuan jangka panjang negara.
3. Aminulloh (kelompok 5) – F34140060Kenapa banyak bentuk penolakan terhadap reklamasi dan belum ada keputusan yang jelas?Jawab: karena banyak hal yang harus dikaji seperti ekologis, ekonomi dan sosial budaya.
Tanggapan
Sabilah Makruf (kelompok 5) – F34140071
Karena reklamasi banyak penolakan oleh masyarakat sekitar seharusnya pemerintah mementingkan suara rakyat karena negara kita adalah negara demokrasi. Lagi pula seharusnya pemeritah tidak mengabaikan dampak ekologis yang bisa menimbulkan bencana sosial budaya dimasa yang akan datang.
Pertanyaan
1. Zuri Arika Saktiani (kelompok 2) – E1410008Pantas atau tidak reklamasi di Bali? Apakah POLSTRANAS di Indonesia sudah baik atau belum?
2. Deden Safar Haji (kelompok 1) – C54140076Indonesia adalah negara demokrasi tetapi mengapa proyek reklamasi masih disahkan?
3. Rafiq Izzudin R. (kelompok 5) – G54140098Menurut pendapat kelompok penyaji Indonesia sebaiknya melakukan reklamasi atau tidak?Sebenarnya kelompok penyaji tidak berpihak kepada kedua-duanya karena kami sebagai pihak yang netral tetapi kalau dari segi dampak positif kami menginginkannya karena kami juga mengingikan Indonesia sebagai negara maju dan dapat dikenal oleh dunia. Tetapi kalau melihat dampak negatifnya sangat sangat mengakhawatirkan seperti kehilangan budaya, ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove yang sangat langka dan hanya tubuh di Bali harus hilang hanya untuk pembangunan.
Tanggapan (kelompok 7)
16
1. Khadikkil Fahmi (kelompok 7) – G24140072Reklamasi dilakukan bergantung kepada hati rakyat dan bergantung kepada dampak yang diakibatkannya, tidak bisa memutuskan secara sepihak. Pemerintah harusnya melihat dampak positif dan negatifnya, jangan hanya melihat dampak negatifnya saja atau positifnya saja, dan diperlukannya pengorbanan, kemudian dalam memutuskan sesuatu itu jangan terlalu cepat.
2. Mutia Diska (kelompok 8) – G54140001Pemerintah Bali ingin mengurangi kerusakan di pantai atau pulau Bali dan menguntungkan secara ekonomi karena dapat meningkatkan daya tarik wisatawan asing ke pulau Bali. Jadi jangan melihat dampak negatifnya saja tetapi positifnya seperti kerusakan besar, dan iklimnya tetapi reklamasi di daerah tersebut dapat menangani eksploitasi dan dapat memanfaatkan lahan kosong, green development, tidak mengurangi kebudayaan, karena 100 hektar wilayahnya untuk pariwisata dan sisanya tetap untuk ekosistem hutan mangrove.
3. Juan Fitriansyah (kelompok 4) – F34140028Social effect (banyak gejolak) yang dirasakan warga Bali, karena ketakutan mereka, karena pada awalnya mereka yang mempunyai lahan tidak diakui oleh pemerintah dan kehilangan lahan mereka, penghasilan besar sama dengan pengeluaran besar, tetapi kebudayaan terkikis.
LAMPIRAN
17