Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    1/19

    REKOMENDASIIKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

    Suplementasi BesiUntuk Anak

    IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

    2011

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    2/19

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    3/19

    iiiSuplementasi Besi untuk Anak

    Tim Penyusun

    Prof. Djajadiman Gatot, dr, SpA(K)

    Prof. Dr. Ponpon Idjradinata, dr.,SpA(K)

    Maria Abdulsalam, dr, SpA(K)

    Prof. Bidasari Lubis, dr, SpA(K)

    Soedjatmiko, dr, SpA(K), MSiDr.Aryono Hendarto, dr, SpA(K)

    Dr. Harapan Parlindungan Ringoringo,dr, SpA(K)

    Setyo Handryastuti, dr, SpA(K)

    Murti Andriastuti, dr, SpA

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    4/19

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    5/19

    vSuplementasi Besi untuk Anak

    Kata Sambutan

    Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia

    Anemia desiensi besi merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak

    Indonesia yang perlu mendapat perhatian khusus karena tidak saja berdampak

    untuk saat ini tetapi juga masa mendatang. Kekurangan besi pada masa anak

    terutama pada 5 tahun pertama kehidupan dapat berdampak negatif terhadap

    kualitas hidup anak. Dilain pihak, kita mengetahui bahwa anak yang menempati

    30% populasi akan menentukan 100% masa depan suatu bangsa.

    Angka kejadian anemia desiensi besi sebesar 40%. Angka ini tentu saja menjadi

    perhatian pemerintah sehingga berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi

    masalah ini. Tugas ini sangat berat, oleh karena itu pemerintah harus dibantu, baik

    oleh organisasi profesi terkait, lembaga sosial masyarakat, pihak swasta, dan yang

    paling penting adalah masyarakat sendiri.

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai organisasi profesi dokter spesialis

    anak satu-satunya di Indonesia yang mempunyai tujuan turut membantu pemerintah

    dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia, sertamengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan anak, merasa perlu

    menerbitkan satu rekomendasi suplementasi besi pada anak. Rekomendasi ini

    bertujuan agar semua pihak terkait, khususnya praktisi kesehatan anak mempunyai

    konsep yang sama, sehingga percepatan pencegahan dan penanggulangan anemia

    desiensi besi dapat terlaksana.

    Oleh karena itu Pengurus Pusat IDAI sangat berterima kasih kepada Satuan

    Tugas Anemia Desiensi Besi (Satgas Adebe) yang telah menyusun Rekomendasi

    Suplementasi Besi untuk Anak Indonesia. Kami berharap rekomendasi ini dapat

    bermanfaat tidak saja untuk anggota IDAI tetapi juga praktisi kesehatan lain yangmemberikan pelayanan kesehatan anak

    Healthy children for healthy Indonesia

    Badriul Hegar, dr., Sp.A(K), Ph.D

    Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    6/19

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    7/19

    viiSuplementasi Besi untuk Anak

    Kata Pengantar

    Ketua Satuan Tugas Adebe IDAI

    Masalah desiensi nutrisi, baik yang menyangkut makronutrien maupun

    mikronutrien, masih menjadi perhatian utama di negara berkembang termasuk

    Indonesia. Desiensi ini bukanlah semata-mata hanya karena kuantitasnya

    saja tetapi tidak jarang menyangkut ketidakserasian dalam mengkomposisi

    nutrien secara optimal yang pada akhirnya berdampak pada asupan gizi secara

    keseluruhan.

    Salah satu elemen mikronutrien yang penting ialah besi (Fe). Kekurangan besi,

    apalagi bila telah menyebabkan anemia terbukti memberikan pengaruh buruk bagi

    tumbuh kembang anak dan bayi sampai remaja, khususnya dan segi prestasi

    dan kualitas hidup serta kinerja sebagai sumber daya manusia di masa mendatang.

    Karena itu sudah sewajarnya bila tenaga kesehatan perlu secara berkesinambungan

    memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya peranan

    besi untuk kehidupan termasuk mengenali tanda dan gejala desiensi terutama

    bila telah terjadi anemia.

    Di negara seperti Indonesia dengan angka kejadian desiensi besi dan anemia

    desiensi besi cukup tinggi seperti dilaporkan dalam berbagai penelitian, dapat

    direkomendasikan pemberian suplementasi besi tanpa terlebih dahulu

    melakukan pemeriksaan khusus bahkan tanpa perlu melakukan uji tapis.

    Untuk itulah satuan tugas anemia desiensi besi (Satgas Adebe) IDAI menyusun

    rekomendasi suplementasi besi praktis untuk anak agar dapat digunakan secara

    nasional dalam mencegah terjadinya defisiensi besi sebelum terjadinya anemia.

    Hal ini dapat dilaksanakan dengan baik dengan dukungan dan komitmen

    pemerintah demi tercapainya pembentukan generasi penerus yang berkualitas.

    Rekomendasi ini disusun berdasarkan basil kerja Satgas Adebe IDAI periode yang

    lalu ditambah dengan informasi dan bukti-bukti mutakhir yang didapatkan dari

    berbagai sumber. Sangat disadari bahwa basil kerja ini belum sempurna, namun

    disadari pula perlu adanya pedoman nasional yang dapat segera digunakan sebagai

    pedomanpemberian suplementasi besi untuk anak.

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    8/19

    viii Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME dan ucapan terimakasih

    kepada Pengurus Pusat IDAI serta bantuan dari berbagai pihak yang terkait,

    akhirnya anggota satgas Adebe dapat menyelesaikan rekomendasi ini. Semoga

    bermanfaat dalam membantu pernerintah meningkatkan pelayanan kesehatan

    bagi bangsa.

    Prof. Djajadiman Gatot, dr.,Sp.A(K)

    Ketua Satuan Tugas ADEBE IDAI

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    9/19

    ixSuplementasi Besi untuk Anak

    Daftar Isi

    Tim Penyusun ..................................................................................................................... iii

    Kata Sambutan Ketua PP.IDAI ......................................................................................... v

    Kata Pengantar Ketua Satgas ADEBE IDAI ................................................................. vii

    Bab I. Latar belakang ....................................................................................................... 1

    Bab II. Pentingnya suplementasi besi untuk anak .......................................................1

    - II.1. Suplementasi untuk bayi prematur/bayi berat lahir rendah ............2

    - II.2. Suplementasi untuk bayi cukup bulan .................................................. 2

    - II.3. Suplementasi untuk balita dan anak usia sekolah .............................. 3

    - II.4. Suplementasi untuk remaja.................................................................... 3

    Bab III. Uji tapis (skrining) massal ................................................................................... 4

    Bab IV. Pemeriksaan kadar hemoglobin ........................................................................ 4

    Bab V. Dukungan kebijakan pemerintah ..................................................................... 5

    Kesimpulan Rekomendasi ................................................................................................ 6

    Daftar Pustaka..................................................................................................................... 7

    Appendiks ........................................................................................................................... 9

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    10/19

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    11/19

    1Suplementasi Besi Untuk Anak

    Bab I. Latar belakang

    Setiap kelompok usia anak rentan terhadap desiensi besi (DB).1,2 Kelompok

    usia yang paling tinggi mengalami DB adalah usia balita (0-5 tahun) sehinggakelompok usia ini menjadi prioritas pencegahan DB.1 Kekurangan besi denganatau tanpa anemia, terutama yang berlangsung lama dan terjadi pada usia 0-2tahun dapat mengganggu tumbuh kembang anak, antara lain menimbulkan defekpada mekanisme pertahanan tubuh dan gangguan pada perkembangan otakyang berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia pada masamendatang.1,3-6

    Rekomendasi 1Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita

    (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun

    Bab II. Pentingnya suplementasi besi untuk anak

    Prevalens anemia desiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar40-45%.7 Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkanprevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turutsebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%.8 Penelitian kohort terhadap 211 bayi berusia 0bulan selama 6 bulan dan 12 bulan didapatkan insidens ADB sebesar 40,8% dan

    47,4%.9 Pada usia balita, prevalens tertinggi DB umumnya terjadi pada tahunkedua kehidupan akibat rendahnya asupan besi melalui diet dan pertumbuhanyang cepat pada tahun pertama.1, 10 Angka kejadian DB lebih tinggi pada usiabayi, terutama pada bayi prematur (sekitar 25-85%) dan bayi yang mengonsumsi

    ASI secara eksklusif tanpa suplementasi.11 Rekomendasi terbaru menyatakan

    suplementasi besi sebaiknya diberikan mulai usia 4-8 minggu dan dilanjutkansampai usia 12-15 bulan, dengan dosis tunggal 2-4 mg/kg/hari tanpa melihat usia

    gestasi dan berat lahir.11, 12 Remaja perempuan perlu mendapat perhatian khususkarena mengalami menstruasi dan merupakan calon ibu. Ibu hamil dengan anemiamempunyai risiko 3 kali lipat melahirkan bayi anemia, 2 kali lipat melahirkan bayiprematur, dan 3 kali lipat melahirkan bayi berat lahir rendah sehingga suplementasibesi harus diberikan pada remaja perempuan sejak sebelum hamil.13

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    12/19

    2 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

    II.1. Suplementasi untuk bayi prematur/bayi berat lahir rendah(BBLR)

    Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan kelompok risiko tinggi mengalami DB.

    Menurut World Health Organization (WHO), suplementasi besi dapat diberikansecara massal, mulai usia 2-23 bulan dengan dosis tunggal 2 mg/kgBB/hari.1,5 Bayidengan berat lahir rendah memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi mengalami DB.Pada dua tahun pertama kehidupannya, saat terjadi pacu tumbuh, kebutuhan besiakan meningkat.14 Bayi prematur perlu mendapat suplementasi besi sekurang-kurangnya 2 mg/kg/hari sampai usia 12 bulan. Suplementasi sebaiknya dimulai sejakusia 1 bulan dan diteruskan sampai bayi mendapat susu formula yang difortikasi

    atau mendapat makanan padat yang mengandung cukup besi.15Centers for DiseaseControl and Prevention (CDC) di Amerika merekomendasikan bayi-bayi yang lahirprematur atau BBLR diberikan suplementasi besi 2-4 mg/kg/hari (maksimum 15

    mg/hari) sejak usia 1 bulan, diteruskan sampai usia 12 bulan.10 Pada bayi beratlahir sangat rendah (BBSLR), direkomendasikan suplementasi besi diberikan lebihawal.11,14, 16,17

    II.2. Suplementasi untuk bayi cukup bulan

    Pada bayi cukup bulan dan anak usia di bawah 2 tahun, suplementasi besi diberikanjika prevalens ADB tinggi (di atas 40%) atau tidak mendapat makanan dengan

    fortikasi. Suplementasi ini diberikan mulai usia 6-23 bulan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari.1,2,5,14,18 Hal tersebut atas pertimbangan bahwa prevalens DB pada bayiyang mendapat ASI usia 0-6 bulan hanya 6%, namun meningkat pada usia 9-12bulan yaitu sekitar 65%.19 Bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dankemudian tidak mendapat besi secara adekuat dari makanan, dianjurkan pemberiansuplementasi besi dengan dosis 1 mg/kg/hari.10 Untuk mencegah terjadinyadesiensi besi pada tahun pertama kehidupan, pada bayi yang mendapatkan ASI

    perlu diberikan suplementasi besi sejak usia 4 atau 6 bulan.2,20 The AmericanAcademy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian suplementasi besipada bayi yang mendapat ASI eksklusif mulai usia 4 bulan dengan dosis 1 mg/

    kg/hari dilanjutkan sampai bayi mendapat makanan tambahan yang mengandungcukup besi.15,21,22 Bayi yang mendapat ASI parsial (>50% asupannya adalah ASI)atau tidak mendapat ASI serta tidak mendapatkan makanan tambahan yangmengandung besi, suplementasi besi juga diberikan mulai usia 4 bulan dengan

    dosis 1 mg/kg/hari.15

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    13/19

    3Suplementasi Besi Untuk Anak

    II.3. Suplementasi untuk balita dan anak usia sekolah

    Pada anak usia balita dan usia sekolah, suplementasi besi tanpa skrining diberikanjika prevalens ADB lebih dari 40%.1 Suplementasi besi dapat diberikan dengan

    dosis 2 mg/kgBB/hari (dapat sampai 30 mg/hari) selama 3 bulan.1,5

    II.4. Suplementasi untuk remaja

    Suplementasi besi pada remaja lelaki dan perempuan diberikan dengan dosis 60mg/hari selama 3 bulan. Pemberian suplementasi besi dengan dosis 60 mg/hari,secara intermiten (2 kali/minggu), selama 17 minggu, pada remaja perempuanternyata terbukti dapat meningkatkan feritin serum dan free erythrocyteprotoporphyrin (FEP).2, 23 Centers for Disease Control and Prevention (CDC) danAAP merekomendasikan suplementasi besi pada remaja lelaki hanya bila terdapatriwayat ADB sebelumnya, tetapi mengingat prevalens DB yang masih tinggi diIndonesia sebaiknya suplementasi besi pada remaja lelaki tetap diberikan.10,15Penambahan asam folat pada remaja perempuan dengan pertimbangan pencegahanterjadinya neural tube defect pada bayi yang akan dilahirkan dikemudian hari.1, 24

    Rekomendasi 2

    Dosis dan lama pemberian suplementasi besi (Rekomendasi A):Usia (tahun) Dosis besi elemental Lama pemberian

    Bayi* : BBLR (< 2.500 g)Cukup bulan

    3 mg/kgBB/hari2 mg/kgBB/hari

    Usia 1 bulan sampai 2 tahunUsia 4 bulan sampai 2 tahun

    2 - 5 (balita) 1 mg/kgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan

    berturut-turut setiap tahun

    > 5 - 12 (usia sekolah) 1 mg/kgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulanberturut-turut setiap tahun

    12 - 18 (remaja) 60 mg/hari# 2x/minggu selama 3 bulanberturut-turut setiap tahun

    Keterangan: * Dosis maksimum untuk bayi: 15 mg/hari, dosis tunggal#Khusus remaja perempuan ditambah 400 g asam folat

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    14/19

    4 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

    Bab III. Uji tapis (skrining) massal

    Data WHO tahun 1990-1995 menunjukkan prevalens ADB pada negara-negara

    berkembang adalah 39% (0-4 tahun), 48,1% (5-14 tahun) dan 52% (wanita hamil).1

    Data SKRT tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%, serta

    40,1% pada wanita hamil.8 Ringoringo mendapatkan prevalens ADB pada bayiberusia 0-6 bulan sebesar 38,5%.25 Berdasarkan data tersebut, saat ini tidak perludilakukan uji tapis secara massal dalam pemberian suplementasi besi.1

    Rekomendasi 3

    Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrining) desiensi besi secara massal.

    Bab IV. Pemeriksaan kadar hemoglobin

    The American Academy of Pediatrics (AAP) dan CDC di Amerika menganjurkanmelakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) setidaknya satu

    kali pada usia 9-12 bulan dan diulang 6 bulan kemudian pada usia 15-18 bulan ataupemeriksaan tambahan setiap 1 tahun sekali pada usia 2-5 tahun. Pemeriksaantersebut dilakukan pada populasi dengan risiko tinggi seperti bayi dengankondisi prematur, berat lahir rendah, riwayat mendapat perawatan lama di unitneonatologi, dan anak dengan riwayat perdarahan, infeksi kronis, etnik tertentudengan prevalens anemia yang tinggi, mendapat asi ekslusif tanpa suplementasi,mendapat susu sapi segar pada usia dini, dan faktor risiko sosial lain.10,15,19, 26, 27Pada bayi prematur atau dengan berat lahir rendah yang tidak mendapat formulayang difortikasi besi perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan Hb

    sebelum usia 6 bulan.10,11

    Pada anak usia sekolah (5-12 tahun) dan remaja lelaki, CDC hanyamerekomendasikan pemeriksaan Hb dan Ht pada individu yang memiliki riwayatADB.10 Pada usia remaja, uji tapis dapat dilakukan satu kali antara usia 11-21tahun. Uji tapis dapat diulang setiap 5-10 tahun, kecuali pada remaja perempuanyang telah menstruasi dan mempunyai risiko tinggi, uji tapis dapat diulang setahunsekali.19,26 Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalens anemia yang

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    15/19

    5Suplementasi Besi Untuk Anak

    tinggi dan mempunyai kemungkinan etiologi yang beragam. Oleh karena itu, jikadari hasil pemantauan ditemukan anemia, maka perlu dicari penyebabnya.1

    Rekomendasi 4

    Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia 2 tahun danselanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila dari hasil pemeriksaanditemukan anemia, dicari penyebab dan bila perlu dirujuk.

    Bab V. Dukungan kebijakan pemerintah

    Dalam rangka menurunkan prevalens ADB dan mendukung programnasional pencegahan DB, maka diperlukan dukungan dari pemerintah daninstitusi lain.1

    Rekomendasi 5

    Pemerintah harus membuat kebijakan mengenai penyediaan preparat besidan alat laboratorium untuk pemeriksaan status besi.

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    16/19

    6 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

    Kesimpulan Rekomendasi

    Rekomendasi 1

    Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita(0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun.

    Rekomendasi 2

    Dosis dan lama pemberian suplementasi besi:

    Usia (tahun) Dosis besi elemental Lama pemberian

    Bayi* : BBLR (< 2.500 g)

    Cukup bulan

    3 mg/kgBB/hari

    2 mg/kgBB/hari

    Usia 1 bulan sampai 2 tahun

    Usia 4 bulan sampai 2 tahun

    2 - 5 (balita) 1 mg/kgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut

    setiap tahun

    > 5 - 12 (usia sekolah) 1 mg/kgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut

    setiap tahun

    12 - 18 (remaja) 60 mg/hari# 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut

    setiap tahun

    Keterangan: *Dosis maksimum untuk bayi: 15 mg/hari, dosis tunggal#Khusus remaja perempuan ditambah 400 g asam folat

    Rekomendasi 3

    Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrining) desiensi besi secara massal.

    Rekomendasi 4

    Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia 2 tahun dan selanjutnyasetiap tahun sampai usia remaja. Bila dari hasil pemeriksaan ditemukan anemia,dicari penyebab dan bila perlu dirujuk.

    Rekomendasi 5

    Pemerintah harus membuat kebijakan mengenai penyediaan preparat besi danalat laboratorium untuk pemeriksaan status besi.

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    17/19

    7Suplementasi Besi Untuk Anak

    Daftar Pustaka

    1. World Health Organization. Iron deciency anemia: assessment, prevention, and

    control. A guide for programme managers. Geneva: WHO; 2001.2. Allen LH. Iron supplements: scientic issues concerning efcacy and implication for

    research and programs. J Nutr. 2002;132 (Suppl):813-9.

    3. Haas JD, Brownlie TIF. Iron deciency and reduced work capacity: a critical review

    of the research to determine a causal relationship. J Nutr. 2001;131 (Suppl):676-90.

    4. Akman M, Cebeci D, Okur V, Angin H, Abali O, Akman AC, dkk. The effects of iron

    deciency on infants development test performance. Acta Paediatr. 2004;93:1391-6.

    5. Lannotti LL, Tielsch JM, Black MM, Black RE. Iron supplementation in early childhood:

    health benet and risks. Am J Clin Nutr. 2006;84:1261-76.

    6. Joyce C, McCann JC, Ames BN. An overview of evidence for a causal relationbetween iron deciency during development and decits in cognitive or behavioral

    function. Am J Clin Nutr. 2007;85:931-45.

    7. Helen Keller International (Indonesia). Iron deciency anemia in Indonesia. Jakarta;

    1997:1-16.

    8. Untoro R, Falah TS, Atmarita, Sukarno R, Kemalawati R, Siswono. Anema gizi besi.

    Dalam: Untoro R, Falah TS, Atmarita, Sukarno R, Kemalawati R, Siswono, penyunting.

    Gizi dalam angka sampai tahun 2003. Jakarta: DEPKES; 2005. h. 41-4.

    9. Ringoringo HP. Pendekatan diagnostik status besi bayi berusia 0 bulan sampai

    6 bulan di Banjarbaru: saat terbaik pemberian suplementasi zat besi. [disertasi].

    Jakarta: Universitas Indonesia; 2008. h. 99-101

    10. Centers for Disease Control and Prevention. Recommendation to prevent and

    control iron deciency in United States. 1998.

    11. Rao R, Geogieff MK. Iron therapy for preterm infants. Clin Perinal. 2009;36:27-42.

    12. Berglund S, Westrup B, Domellof M. Iron supplements reduce the risk of

    iron deciency anemia in marginally low birth weight infants. Pediatrics.

    2010;126:e874-e883.

    13. Meinzen-Derr JK, Guererro ML, Altaye M, Ortega-Gallegos H, Ruiz-Palacios GM,

    Morrow AL dkk. Risk of infant anemia is associated with exclusive breast-feeding

    and maternal anemia in Mexican cohort. J Nutr. 2006;136:452-8.

    14. Vendt N, Grunberg H, Leedo S, Tillmann V, Talvik T, dkk. Prevalence and causes of

    iron deciency anemias in infants aged 9-12 months in Estonia. Medicina (Kaunas).

    2007;43:947-52.

    15. Baker RD, Greer FR, Committee of Nutrition. Clinical report diagnosis and

    prevention of iron deciency and iron deciency anemia in infants and young

    children (0-3 years of age). Pediatrics. 2010;126:1040-50.

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    18/19

    8 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

    16. Franz AR, Mihatsch WA, Sander S, Kron M, Pohlandt F. Prospective randomize trial

    of early versus late enteral iron supplementation in infans with birth weight of less

    than 1301 grams. Pediatrics. 2000;106:700-6.

    17. Steinmacher J, Pohlandt F, Bode H, Sander S, Kron M, Franz AR, dkk. Randomized

    trial of early versus late enteral iron supplementation in infants with a birth weightof less than 1301 grams: neurocognitive development at 5.3 years corrected age.

    Pediatrics. 2007;120:538-46.

    18. Monajemzadeh SM, Zarkesh MR. Iron deciency anemia in infants aged 12-15

    months in Ahwaz, Iran. Int J. Gynaecol Obstet. 2009;52:182-4.

    19. Kohli-Kumar M. Screening for anemia in children: AAP recommendations-a critique.

    Pediatrics. 2001;108:1-2.

    20. Kazal LA. Prevention of iron deciency in infants and toddlers. Am Fam Physician.

    2002;66:1217-27.

    21. Friel JK, Aziz K, Andrews WL, Harding SV, Courage ML, Adams RJ, dkk. A double-masked, randomized control trial of iron supplementation in early infancy in healthy

    term breast-fed infants. J Pediatr. 2003;143:582-6.

    22. Georgieff MK, Wewerka SW, Nelson CA, deReigner RA. Iron status at 9 months of

    infants with low iron stores at birth. J Pediatr. 2002;141:405-9.

    23. Zavaleta N, Respicio G, Garcia T. Efcacy and acceptability of two iron

    supplementation schedules in adolescent school girls in Lima, Peru. J Nutr. 2000;130

    (Suppl): 462-4.

    24. Baker PN, Wheeler SJ, Sanders TA, Thomas JE, Hutchinson CJ, Clarc K, dkk. A

    prospective study of micronutrient status in adolescent pregnancy. Am J Clin Nutr.

    2009;89:1114 -24.

    25. Ringoringo HP. Insidens desiensi besi dan anemia desiensi besi pada bayi berusia

    0-12 bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan: studi kohort prospektif. Sari Pediatri.

    2009;11:8-14.

    26. Wu AC, Lesperance L, Bernstein H. Screening for iron deciency. Pediatr Rev.

    2002;23:171-8.

    27. Domellof M, Dewey KG, Lonnerdal B, Cohen R, Hernell O. Diagnostic criteria for

    iron deciency in infants should be reevaluated. J Nutr. 2002;132:3680-6.

    28. Domellof M, Dewey KG, Lonnerdal B, Cohen R, Hernell O. Diagnostic criteria for

    iron deciency in infants should be reevaluated. J Nutr. 2002;132:3680-6.

  • 7/27/2019 Rekomendasi IDAI Suplemen Zat Besi

    19/19

    9Suplementasi Besi Untuk Anak

    Preparat besi setara dengan 60 mg besi elemental

    Askorbat 437 mg

    Aspartat 422 mg

    Karbamat 125 mg

    Fumarat 183 mg

    Klorida 214 mg

    Gluseptat 544 mg

    Glukonat 518 mg

    Laktat 310 mg

    Oksalat 193 mg

    Sulfat 300 mg

    Tortrat 268 mg

    Iron Polimaltose Complex( IPC ) 176,47 mg

    Ferazon 452 mg

    Appendiks