Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1069
RELASI KERJASAMA ELIT KAPITALIS DENGAN ELIT LOKAL
TAMBANG EMAS (STUDI KASUS) TIMIKA PAPUA
Yonas Yanampa, Tri Sulistyaningsih, Asep Nurjman Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Email: [email protected]. Alamat: Jl. Bandung 1 Malang, Jawa Timur
Abstraksi
Relasi kerjasama antar elit, bergerak di bidang industri tambang emas, telah melibatkan berbagai
stakeholder. Tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk relasi kerjasama elit kapitalis dengan elit lokal
tambang emas Timika Papua. Panggung perusahan PT.Freeport Indonesia merupakan perusahan
Amerika yang sampai kini telah berlangsung berhasil mengekspolorasi dan eksploitasi sumber daya
alam (SDA), meskipun tantangan eksternal dan internal siliberganti. Kehadiran perusahanjuga
memberikan dampak positif dan negatif terhadap kondisi daerah baik ditingkat lokal maupun
nasional. Sebagai dampak positif adalah saling menguntungkan keuangan antarnegara dalam politik
ekonomi. Sementara dampak negatif adalah kondisi masyarakat lokal dialienakan, diskriminasi,
intimidasi dalam perspektif, ekonomi, politik dan lingkungan. Makna kerjasama antar elit, dapat
menciptakan dunia lapangan kerjasama, menurunkan tingakat kemiskinan, pengangguran, dan
sehingga secara tidak langsung mengubah paradigma sosiokultur masyarakat feodalisme dapat
meningkatkan etika dan nilai kolektivitas masyarakat semakin bertambahdalam kehidupan dinamika
politik ekonomi makro maupun mikro. karakteristik kapitalis pada prinsipnya mencari keuntungan
sebesar-besarnya untuk mencapai tujuansenantiasa memanfaatkan berbagai stakeholder.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dimana tipe penelitian
tersebut merupakan penelitian yang mendeskripsikan, menjelaskan, menjabarkan tentang bentuk-
bentuk relasi kerjasama antar elit kapitalis dengan elit lokal Timika Papua. Adapun penelitian yang
dimaksud akan pengumpulkan data secara seksama akurat dan sistematis dengan cara memahami
dan mendalami kasus, dan fokus pada pengumpulan data akurat yang benar-benar terjadi
dilapangan.Metode analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan menunjukan bahwa kerjasama antar elit kapitalis dengan elit lokal di wilayah
Timika papua merupakan perjuangan dan persaingan politik ekonomi antar negara disebabkan karena
kepentingan keuangan pemerintah serta berbagai kelompok masyarakat untuk mendapatkan
keuntungan dari hasil industri tambang sedang eksplotasi. Sementara kerusakan lingkungan dan
komoditas-komoditas masyarakat lokal dialienasi, sehingga masyarakat lokal melakukan demontrasi
maka timbul konflik pertambangan antara perusahan dengan masyarakat lokal (akar rumput) menjadi
potensi. Tetapi perusahan industri tambang tersebut mampu pengendalian konflik akhirnya konflik
vertikal menjadi sesuatu yang baik untuk memperbaiki kinerja demi mencapai tujuan perusahan
PT.Freeport Indonesia.
Kata Kunci: Relasi Kerjasama, Elit Kapitalis, Elit Lokal, Tambang Emas, Timika Papua
A. Latar Belakang
Relasi kerjasama merupakan bentuk kegiatan sosial antara orang-perorangan atau
kelompokmanusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Kerjasama Amerika, Indoesia, dan elit
lokal dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan
berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan dan
mengucilkan keberadaan negara tersebut serta mewujudkan perdamaian dan memberikan nilai
tambah yang menguntungkan. Karakteristik kapitalis pada prinsipnya mencari keuntungan sebesar-
besarnya memanfaatkan berbagai stakeholder.
KelompokStakeholder yang dimaksud adalah(1) elit kapitalis Amerika (2) Pemerintah
Indonesia) (3) Elit lokal, Timika Papua. Aktor-aktor tersebut memiliki peran dan fungsinya masing-
masing. Kapitalis Amerika merupakan petinggi negara yang pemilik modal (uang), sedangkan
Pemerintah Indonesia otoriter atas sumber daya alam (SDA) yang terdapat di nusantara republik
Indonesia, dan unsure pertukaran jaringan bisnissertainformasi multisional. Kelompok
1070 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
elitlokalTimikaPapua, pemilik hak ulayat (industri tambang emas). Berbagai kelompok elit ini
memainkan panggung perusahan PT.Freeport Indonesia sebagai dapur dunia mencari dan
mendapatkan kepentingan. Sistemik kapitalis menjadi dominanbisnis ekonomi, pertanian, dan
industrial tanpa memperhitungkan modal yang dimilki.
Ketika kerjasama antar elit mulaipeningkatankeuanganekonomi antarnegara, dapatmemberikan
banyak manfaat. Sekalipun dalam kontrakkaryamengalami konflik pertambangan, antara kelompok
masyarakat dengan perusahankadang-kadangmenjadi potensikonflik. Sebagai penyebab timbulnya
konflik pertambangan yakni komoditas-komoditas masyarakat lokal dialienasiolehkapitalis.
Ketidakpuasanitulahtimbulkonflikvertikal.Dalam hubungan kerjasama
mewujudkankepentinganberbagaipihaktermasuk juga perusahan abvokasi kepentingan
masyarakatlokaldapatdiakuisebagai pemilik hak ulayat hinggaperusahan eksploitasi tertata lancar
dan baik. Dalam konteks kerjasama seringkali terjadi konflik vertical.Konflik perusahan terjadi
karena masyarakat tidak merasa mendapatkan nilai tambahan sebagai kesejahteraan dan
kemakmuran. Jika perusahan bijaksana menyelesaikan konflik dengan cara memenuhi permintaan
dan penawaran aspirasi masyarakat, perusahan menerima konfliksebagai sesuatu yang baik.
Golonganmasyarakat kapitalismerupakanmasyarakat yang memiliki modalekonomi yang paling
dominandalamduniaekonomipolitikdengan sistem persaingan di revel ekonomi makro.
Sehinggamuncul revolusi politik ekonomi di bidangpertaniandanindustrial dengandemikian,
perusahankapitalismengkerukpotensialtambang emas di wilayah Timika Papua,
eksploitasitambangterbukamaupuntertutupdapat diperdagangkanuntuk memenuhi kepentingan elit
kapitalis semata. Kerjasama antar elit dikontrol langsung oleh pihak privat atau sektor swasta,
untukmelancarkan produksi ekspor dan impor barang perdagangan. Selain itu, upah yang begitu
besar membeli tenaga kerja dan sarana produksi lebih besarnilai ekspordanimpor. Seiring waktu,
perusahanmulaimemperhatikan masyarakat lokal hingga masyarakatpun ikut berkepihakan pada
perusahan untuk bekerja langsungskenario mendapat posisi atau jabatan struktural dan fungsional
dalam perusahan PT.Freeport Indonesia (Bagong Suyanto, 2014).
Sistem kerjasama antar elit kapitalis denganIndonesia adalah pasca kontrak karya (KK). Proses
kerjasama yang dilakukan adalah model negosiasi semata. Tidak mematuhi peraturan perundang-
undangan No. 11 tahun 1967 tentang pertambangan umumdan peraturan daerah khusus Propinsi
Papua.Aturandikeluarkan oleh pemerintah pusat sekedar landasansimbolik, untukperusahan masuk
mengkeruk dan eksploitasi industri tambang. Tetapiaturan yang digunakan dalam relasi kerjasama
antarelitadalah model negosiasi. Buktinyaperusahanberhasiloperasitambangemasdengan dua sistem
yaitu (1) penambangan terbuka (open pit) dan (2) sistem tambang tertutup (block caving) tanpa
memperhitungkan nilai kuantitatifyang dicapai oleh kaumkapitalis (Paharizal, 2016).
Jika kontrak karya pasca industri tambang emas pertama atau sebelumnya telah berakhir, maka
kaum elit kapital ingin operasi kembali atau memperluas tempat (area) operasi hanya disetting oleh
sekelompok elit tertentu dengan sistem negosiasi, sehingga lapisan semua masyarakat
ataukaryawanburuhsulit mengetahuiataumemahami strategis kerjasama yang di bangun antar elit
tersebut. Berbagai lapisanmasyarakat dari berbagaidaerahdansukubangsatanpa berpikirpanjang
melibatkan diri dalam perusahan sebagaitenaga kerja buruh. Dengan demikian, masyarakatlokal
mengalami perubahan nilai dan norma dinamika sosial menstranspormasi diri darikehidupan
masyarakat tradisional secara kolektif menjadi modernisasi. Kondisi masyarakat daerah Timika pesat
berkembang dan mengalami peradaban modernisasidisebabkan karena akibat daripengaruh
kehadiran perusahan asing, kini disebut PT. Freeport Indonesia. Mengadopsi sosiokultural pada
masyarakat lokal Timika bangsa dan negara mendapatkan peluangdankesempatanuntuk mencari
jatidiri dan eksitensi ekonomi (Ambar T. Sulistiyani, 2004).
Perusahan tambang emas kini, disebut PT. Freeport Indonesia pendapatan cukup popularitas,
maka perusahan melakukan regulasi kepada pemilik harta kepada publik selama perusahan tambang
emas operasi banyak kepedulian terhadap masyarakat lokal daerah dalam perspektif ekonomi, insfra-
struktur termasuk juga pranata sosial itulah wujud nyata yang sudah dikerjakan oleh perusahan asing
tersebut. tetapi sebaliknya apabila kapitalismelakukan eksploitasi dan dialienasikan kebutuhan
masyarakat proletariat otomatis merugikan kepentingan masyarakat dalam bidang ekonomi, dan
keluarga kapitalis privat telah digantikan oleh perusahan nasional dan internasional sebagai tanggung
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1071
jawab moral perusahan kepada pemilik ulayat tanah adat melalui dukungan sosial(Bryan S. Turner,
2012).
Permasalahan komoditas (tambang emas) merupakan pusat persoalan sosiokultural masyarakat
kapitalis terhadapmasyarakat lokaldiwilayah Timika Papua, dimana nilai kolektif masyarakat dapat
terjaga ketat oleh elit lokal. Dalam hal ini, kepala suku, tokoh wanita, pemuda dan keagamaan kaum
intelektual (akademik). Norma dan nilai sosiokultural masyarakat lokal Timika menjaga potensial
alamnya sehingga, kaum kapitalis melangkah meluas wilayah operasi kewajiban mediasi dengan elit-
elit yang dilibatkan dalam kerjasama agar pembagian investasi transparansi dan akuntabilitas.
Pada prinsipnya kelola komoditas (tambang emas) berakar pada orientasi materialis sehingga elit
masyarakat lokal yang dilibatkan langsung dalam kontrak karya (KK) negosiasi pembagian investasi.
Suatu kondisi dimana aktivitas-aktivitas produktif kerja sering dijadikan para kaum proletariat dapat
memproduksi bukan untuk dirinya melainkan untuk kaum kapitalis. Nilai tambahan bagi masyarakat
lokal (pemilik ulayat) mendapatkan keuntungan melalui corparate social responsibility) (CSR)
sebagai dana tanggungjawab sosial. Keuntungan hasil inipun tidak mutlak perusahan diberikan
kepada masyarakat setempat, tetapi proses negosiasi yang cukup panjang dan akhhirnya memberikan
dana satu persen atau dana hibahkepada masyarakat korban terutama suku Amungme dan Kamoro
serta lima suku kerabat lainnya (Edi Suharto, 2010).
B. Kajian Teori
a. Relasi Kerjsama
Relasi kerjasama secara umum dalam istilah teamwork dapat definisikan sebagai kumpulan
individu yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu-individu tersebut
memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang
lain.Bekerja dalam bentuk tim akan lebih efektif dari pada bekerja sendiri-sendiri. Bekerja dalam tim
memiliki banyak fungsi dan manfaat. Fungsi bekerja dalam tim antara lain dapat berubah sikap,
perilaku, dan nilai-nilai pribadi serta dalam mendisiplinkan anggota lainnya. Cara kerja tim
menghendaki adanya komunikasi terbuka diantara semua anggota. Interaksi antar anggota tim yang
efektif, akan mempengaruhi dinamika kerja tim. Tidak hanya penting dan bermanfaat bagi
organisasinya saja, tetapi juga memberikan manfaat bagi individu para anggotanya. Manfaat lain
dari tim adalah meningkatkan komunikasi interpersonal antara para anggotanya (Amirullah, 2015).
Pengamatan istilah kerjasama pendapat Marx bahwa kerjasama sebenarnya tidak dibatasi untuk
aktivitas ekonomi belaka, melainkan mencakup seluruh tindakan-tindakan produktif dimana manusia
mulai mengubah dan mengolah alam material untuk tujuan tertentu. Jika proses kerjasama berjalan
dengan efektif otomatis akan mengalami banyak perubahan selama di bawah sistem kapitalisme.
Melalui proses produksi menjadi dasar obyektivitas menghasilkan makna baru dalam kehidupan
manusia, menstranspormasikan terhadap pemenuhan kebutuhan bisa membawah manusia pada
penciptaan kebutuhan baru dalam ekonomi keluarga. Sehingga pengembangan kekuatan-kekuatan
dan potensi-potensi manusia yang sebenarnya. Kemudian kerjasama merupakan aktivitas sosial,
melibatkan orang lain secara langsung terlibat dalam produksi-produksi, atau tidak langsung akan
menikmati hasilkerjasamanya (Ritzer, 2013).
Relasi kerjasama merupakan salah satu usaha diantara sejumlah usaha disektor informasi yang
kehadirannya menjadi “jawaban terakhir” proses pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat dalam
sektor industri dan kemiskinan di lingkungan perkotaan merupakan salah satu usaha disektor
informal yang mampu mengatasi kemiskinan perkotaan sebab aktor pekerja yang padat karya
membutuhkan modal relatif mencukupi kebutuhan sehari-hari atau modal yang tidak terlalu besar,
mandiri bersifat kewiraswastaan, dan tak terlalu banyak menggantungkan pada uluran tangan
Pemerintah dan elit kapitalisme. Akan tetapi jika pekerjaan itu menguntungkan secara ekonomi maka
masyarakat kaum buruh akan konsisten dengan pekerjaan yang telah produksi secara kapitalisme
(Agus M. Irianto, 2015).
b. Elit Kapitalisme
1072 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Sejarah perkembangan kapitalisme tidak dapat dilepaskan dari pembahasan sejarah tatanan
masyarakat di Eropa Barat. Masyarakat di (benua) Eropa merupakan masyarakat yang perkembangan
peradabannya sangat mempengaruhi perkembangan peradaban dunia hingga sekarang. Terkait
dengan sejarah menunjukan bahwa kapitalisme berkembang pada struktur kekuasaan tertentu dalam
suatu masyarakat, terjadi perubahan sistem politik sebagai akibat dari munculnya para pemegang
kekuasaan ekonomi, yakni para kapitalis dan penguasa yang memiliki peralatan produksi. Di
samping itu, terdapat para pekerja yang berkaitan dengan masalah pengajian, sehingga kekuasaan
sendiri dihapus saat berharapan dengan kekuasaan sesungguhnya yaitu kekayaan dan kemilikan
modal (Caude. Jessua, 2015) dan baca juga tesis (Farden A. Murib, 2017).
Munculnya industri dan sistem kapitalisme sebagian besar agricultural menjadi sistem industrial
yang menyeluruh. Sebagai akibat sejumlah besar rakyat meninggalkan lahan pertanian dan pekerjaan
agritultural guna pekerjaan-pekerjaan industrial diberikan dalam pabrik-pabrik yang berkembang
pesat. Birokrasi-birokrasi ekonomi yang muncul untuk memberikan banyak layanan yang dibuthkan
industri dan sistem ekonomi kapitalis yang sedang muncul. Karena para anggota kaum proletariat
berproduksi hanya untuk pertukaran, mereka juga merupakan bagian dari konsumen, sebab mereka
tidak memiliki alat produksi sendiri, maka harus mengunakan upahnya untuk membeli
kebutuhannya. Pihak yang memberikan upah adalah kaum kapitalis. Kaum kapitalis adalah orang-
orang memiliki alat-alat produksi dengan bantuan teknologi yang canggih dapat membeli tenaga-
tenaga buruh, dan komoditas-komoditas dengan harga atau upah yang murah demi pencapian
kepentingan-pentingan kapitalis untuk memiliki modal (uang) yang sebesar-besarnya (Marx,dalam
George. Ritzer, 2011) dan baca juga dalam tesis (Farden A. Murib, 2017).
c. Elit lokal
Elit lokal merupakan perseorangan atau kelompok dari orang yang dianggap berpengaruh
dan mempunyai kecerdasan intelektual di dalam masyarakat, diantaranya para tokoh masyarakat,
pemuka agama, pemuda, pemimpin organisasi, mantan penguasa dan orang-orang yang mempunyai
kemampauan dan kompetensi yang relatif lebih dibanding masyarakat kebanyakan. Kemudian
dimaksud dengan elit lokal disini adalah elit yang tidak bersentuhan dengan partai politik serta tidak
menjadi bagian dari partai politik. Dalam hal ini, elit lokal dinilai mempunyai kemampuan
mempengaruhi masyarakat karena memiliki kekuasaan informal yang diakui dan dihormati oleh
masyarakat.
Elit non politik lokaladalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan
mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini
seperti: elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lain sebagainya.
Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan selain dapat membedakan ruang lingkup mereka, juga dapat
memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit politik maupun elit mesyarakat dalam proses
kerjasamasstakeholder.
Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri maupun
antarkelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit menurut Pareto terjadi dalam
dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara kelompok-kelompok yang memerintah sendiri,
dan Kedua, pergantian terjadi di antara elit dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa
berupa pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu: (a). Individu-individu dari lapisan yang berbeda
kedalam kelompok elit yang sudah ada, dan atau (b). Individu-individu dari lapisan bawah yang
membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang
sudah ada.Dalam pengertian tertentu elit-elit penentu sama tuanya dengan masyarakat manusia yang
terorganisasi, yang kesemuanya mempunyai minoritas-minoritas mereka yang terkemuka meliputi
pendeta-pendeta, orang-orang tua, raja-raja panglima, atau atau ahli-ahli dan pahlawan-pahlawan
yang legentaris yang menjadi perantara dan lambang-lambang bagi kehidupan bersama. Masyarakat
dapat diperkirakan beraneka ragam dalam cara mereka melakukan pengaturan untuk mengadakan
seleksi melatih dan memberi imbalan pada minoritas mereka yang memimpin, tetapi dalam
prakteknya hanya sedikit cara yang diterapkan(Suzanne Keller, 1995).
C. Landasan Teori
a. Teori Interaksionisme Simbolik
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1073
Perilaku interaksionisme merupakan pembahasan prinsip-prinsip dasar teori interaksi
simbolis. Dalam pengertian umum ini, tidak akan mudah dilakukan karena seperti kata Paul Rock,
ia mengandung “kekaburan yang terbentuk secara sengaja” dan berlawanan terhadap sistematisasi.
Ada beberapa perbedaan signifikan dalam teori interaksionisme simbolis, menurut Blumer, mencoba
mengemukakan prinsip-prinsip dasar teori ini adalah sebagai berikut:
(1) Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir dapat membedakan interaksionisme simbolis dengan behaviorisme
yang jadi akarnya. Asumsi ini, menjadi basis bagi seluruh orientasi teoritis interaksionisme simbolis.
Kemudian ia juga mengatakan bahwa asumsi kemampuan berpikir manusia adalah salah satu
sumbangsih utama penganut interaksionisme simbolis memiliki konsepsi pikiran yang tidak lazim,
yaitu memandang pikiran muncul dalam sosialisasi kesadaran.Penganut interaksionisme simbolis
pun tidak memahami pikiran sebagai benda, struktur fisik, namun sebagai proses yang berlangsung
terus-menerus. Pikiran hampir seluruhnya terkait dengan setiap aspek lain interaksionisme simbolis,
termasuk sosialisasi, makna, simbolis. Diri, interaksi dan bahkan masyarakat.
(2) Berpikir dan Interaksi
Berpikir dan interaksi merupakan individu yang memiliki kemampuan berpikir secara
umum. Pandangan semacam ini, menyebabkan interaksionisme simbolis memusatkan perhatian pada
interaksi sosial spesifik-sosialisasi. Bagi interaksionisme simbolis adalah proses dinamis yang
memungkinkan orang mengembangkan kemampuan berpikir, tumbuh secara manusiawi. Lebih jauh
lagi, spesialisasi tidak sekedar proses atau arah dimana aktor menerima informasi, namun proses
dinamis dimana aktor membangun dan memanfaatkan informasi untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
(3) Tindakan dan Interaksi
Tindakan dan interaksi merupakan pusat perhatian interaksionisme simbolis, dampak makna
dan simbol pada tindakan dan interaksi manusia. Dalam hal ini, ada gunanya menggunakan gagasan
mead tentang perbedaan perilaku tertutup dengan perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah perilaku
berpikir, yang melibatkan simbol dan makna. Perilaku terbuka adalah perilaku aktual yang dilakukan
oleh aktor. Makna dan simbol memberi karakteristik khusus pada tindakan sosial (yang melibatkan
aktor tunggal), dan interaksi sosial (yang melibatkan dua aktor atau lebih yang melakukan tindakan
sosial yang secara timbal balik). Dalam proses interaksi sosial, secara simbolis orang
mengkomunikasikan makna kepada orang lain yang terlibat. Dengan kata lain, dalam interaksi sosial,
aktor terlibat dalam proses pengaruh mempengaruhi satu individu dengan individu lainnya(Ritzer,
2013).
Melalui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus
yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara langsung
menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang akan
ditanggapinya.Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi
mempunyai makna-makna tertentu, sehingga dapat menimbulkan komunikasi. Komunikasi secara
murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka
sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam
hubungan ini, Habermas mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan
komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia dapat
mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang paling positif. Kedua,
sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang
lain, dapat memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain
(Ritzer, 2013: 396).
Persentuhan inteksionisme simbolik dengn perspektif Parson, Giddens, dan Bourdeu bahwa
dalam tindakan apapun, manusia sebagai anggota masyarakat merupakan pelaksana “peran-peran
sosial) tertentu, yang termasuk dalam perspektif mikro mempelajari tindakan sosial manusia,
meskipun bertolak dari akar yang berbeda ternyata juga mengalami persentuhan-persentuhan dengan
sejumlah perspektif lain. Di antaranya, ketika membangun diskusi anatara “peran” dan “tindakan” ia
bersentuhan dengan model analisis fungsional, teori tindakan voluntaristik, serta keteraturan sosial
parsons. Ketika menempati posisi-posisi aktor atau setting dalam melakukan tindakan sosial,
interaksionisme simbolik bersentuhan dengan pemikiran konsep “waktu-ruang”dan “strkturisasi”
(Agus M. Irianto, 2015).
1074 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
b. Jaringan Sosial
Orientasi sosiologi atomistik memusatkan perhatian pada aktor yang mengambil keputusan
terlepas dari aktor lain. Lebih umum lagi, mereka memusatkan perhatian pada “atribut personal”
aktor. Salah satu aspek terpenting dari analisis jaringan adalah dia cenderung menjauhkan sosiologi
dari studi kelompok sosial dan kategori sosial dan pendekatannya pada studi tentang ikatan antar dan
antara aktor yang ”tidak cukup terbatas dan begitu ketat untuk disebut sebagai kelompok” (Ritzer,
2013).
Teori jaringan tampaknya bersandar pada serangkaian prinsip koheren pendapat B. Wellman,
1983) dalam buku Ritzer, sebagai berikut:
1. Ikatan antar aktor biasanya bersifat simetris baik isi maupun intensitasnya. Aktor saling
memberi hal berbeda satu sama lain, dan mereka melakukannya dengan kurang lebih intens.
2. Ikatan antar individu harus dianalisis dalam konteks struktur dan jaringan yang lebih besar.
3. Penstrukturan ikatan sosial mngarah pada berbagai jaringan yang tidak acak.
Hasilnya adalah melibatkan berbagai pihak mlahirkan kolaborasi dan kompetisi. Beberapa
kelompok menjadi satu untuk mendapatkan sumber daya yang langkah tersebut secara kolaboratif,
sementara beberapa kelompok lain berkompetisi dan berkonflik untuk memperebutkan sumber daya
tersebut. Jadi teori jaringan memiliki sifat dinamis dengan struktur sistem yang berubah seiring
dengan perubahan pola kualisi dan konflik adalah bahwa “kohesi adalah fungsi dari perasahan
identifikasi anggota kelompok dengan kelompok tersebut, khususnya perasaan bahwa kepentingan
timbal balik, mereka dibatasi dengan kepentingan kelompok (Ritzer, 2013).
Dalam pelaksanaan jaringan sosial dapat terlihat kepentingan ekonomi yang dimiliki oleh tiap-
tiap anggota dalam jaringan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan menstabilkan kualitas
perekonomian para anggota jaringan. Jaringan sosial yang berdasarkan ekonomi dapat terlihat
apabila tercukupinya kebutuhan sehari-hari, adanya penghasilan yang pasti didapat dan terdapat
sistem pembagian kerja yang jelas yang melatarbelakangi mereka dalam bekerja sehari-hari yang
dilakukan mempengaruhi dalam membangun jaringan sosial pada aktor.Tercukupinya kebutuhan
sehari-hari merupakan faktor yang paling dominan dalam membangun jaringan sosial antar aktor.
Tercukupinya kebutuhan sehari-hari dapat dilihat dari bagaimana kebutuhan sandang, pangan dan
papan yang mereka dapatkan setelah masuk dalam jaringan sosial yang bangun. Berdasarkan jurnal,
(Amalia Fatma Pitaloka, 2015).
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu mendeskripsikan, menjelaskan,
menjabarkan yang berpandangan bahwa apa yang nampak dipermukaan termasuk pola perilaku
manusia sehari-hari merupakan suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi. Penggunaan
penelitian studi kasus ini dipilih karena melalui penjabaran ini akan membantu peneliti dalam
memahami berbagai gejala atau fenomena sosial yang ada di dalam elit kapitalis dalam lapisan
masyarakat. Peneliti harus mampu mencurahkan waktu dengan anggota masyarakat yang ditelitinya
untuk memperoleh sebuah pemahaman tentang bagaimana pandangan kelompok elit kapitalis dengan
elit lokal terhadap bentuk-bentuk kerjasama yang mendorong mereka dalam membentuk sebuah
komunikasi jaringan sosial.
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena peneliti sendiri
merupakan alat (instrument) pengumpul data yang utana sehingga kehadiran peneliti mutlak
diperlukan dalam menguraikan data nantinya. Karena dengan terjun langsung ke lapangan maka
peneliti dapat melihat secara langsung fenomena di daerah lapangan seperti keadaan atau kondisi
daerah operasi kerjasama dan bagaimana perspektif masyarakat lokal memahami relasi kerjasama
yang berjalan. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnyaa ia menjadi hasil
pelapor dari hasil penelitiannya (Moleong, 1994).
Kedudukan peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian ini sangat tepat, karena ia mempunyai
peran yang sangat vital dalam proses penelitian. Sedangkan kehadiran penelitian dalam penelitian ini
diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informan, dengan terlebih dahulu mengajukan
surat ijin penelitian ke lembaga yang terkait. Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran sarta tetapi masih
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1075
melakukan fungsi pengamatan. Peneliti pada saat penelitian mengadakan pengamatan langsung,
sehingga diketahui fenomena-fenomenayang nampak. Secara umum kehadiran peneliti di lapangan
dilakukan melakukan tiga tahap, yaitu: (1) Penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal
lapangan penelitian. (2) Pengumpulan data, dalam bagian ini peneliti secara khusus mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan dalam proses penelitian. (3) Evaluasi data yang bertujuan menilai data
yang diperoleh di lapangan penelitian dengan kenyataan yang ada.Pendekatan Penelitian adalah
metedologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar secara utuhuntuk menelaah dan memahami sikap, pandanga, perasaan perilaku
individu atau kelompok orang perlu memandang sebagai sesuatu dari keutuhan (Lexy. J. Maleong,
2014).
Jenis penelitian yang digunakan dalam kasus ini adalah mengunakan studi kasus, dimana tipe
penelitian tersebut merupakan penelitian yang mendeskripsikan tentang proses kerjasama antar elit.
Adapun penelitian yang dimaksud akan mengumpulkan data secara seksama, akurat dan sistematis
dengan cara mengamati kasus dan fokus pada pengumpulan data yang akurat yang terjadi dilapagan.
Kemudian strategis peneliti mengumpulkan data maupun informasi yang akurat, melalui individu,
kelompok stakeholder antar elit sesuai dengan judul “Relasi Kerjasama Antara Elit Lokal dengan
Elit Kapitalis Tambang Emas (Studi Kasus Di Timika Papua)”.Lokasi Penelitian Penelitian ini
dilakukan di Kabupaten Timika Papua. Deskriptifnya akan fokus pada studi kasusrelasi kerjasama
antara elit kapitalis dengan elit lokal, pada perusahan asing (PT. Freeport Indonesia)
masuk/mengabdi dan mengkeruk potensi sumber daya alam (SDA) salah satunya adalah industri
tambang emas. Sehingga peneliti melakukan penelitian ini diangkap mempermudah untuk diteliti
sesuai dengan fakta di lapangan.
Adapun alasan peneliti mengambil lokasi tersebut dikarenakan; (1)Terdapat perusahan asing
(PT.Freeport Indonesia) tunggaltelah masuk/mengabdidanmelakukan kerjasama dengan elit lokal di
bidang industri pertambangan selama 51 tahun. Sehingga peneliti ingin mengetahui bentuk-bentuk
kerjasama apa saja yang dibangun selama ini (2) Bagaimana perusahan berpihakan pada masyarakat
lokal dan memberikan manfaat kerjasama yang efektif atau sebaliknya kelompok elit memanfaatkan
relasi kerjasama sebagai memenuhi kepentingan antara elit kapitalis dengan elit lokal saja. Subjek
Penelitian dan Informan, berdasarkan teknik Sampling Purposive yang akan dipakai. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu,
Pertimbangan tertentu ini, bahwa orang tersebut diangkap paling tahu tentang apa yang peneliti
diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan mempermudahkan peneliti mejelajahi
objek atau situasi yang diteliti (Sugiyono, 2015).
Dalam penelitian ini, subyek penelitianlebih pada pengumpulan data informasi. Informasi adalah
orang-orang dari intansi perusahan atau lembaga yang semanjak membangun mitra kerjasama
diminta keterangan tentang bentuk-bentuk relasi kerjasama yang profesional dan praktis, sesuai
dengan faktadilapangan.Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditentukan, maka beberapa intansi
atau lembaga sebagai mitra kerjasama atau orang-orang yang dijadikan sebagai sumber informan dan
dokumentasi.
Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian kualitatif dikenal beberapa metode
pengumpulan data yang umum digunakan, beberapa metode tersebut antara lain adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang
akan digunakan yaitu: (1) Observasi atau pengamatan langsung, maka Observasi adalah teknik
pengumpulan data di mana dalam melakukan penelitian peneliti mengamati secara langsung
objek penelitian untuk memperoleh kebenaran dari data yang didapat dalam metode ini, peneliti
melakukan observasi secara langsung pada orang-perorangan dalam beberapa intansi atau
lembaga yang membangun mitra kerjasama antara perusahan, yang fokus pada lokasi penelitian
guna mengumpulkan data-data yang diperlukan. Dimana peneliti secara langsung melihat atau
mengamati apa yang terjadi pada subjek penelitian, selain itu peneliti juga mengunakan
pengamatan secara terfokus adalah pengamatan yang jelas diketahui subjek peneltian untuk
mengamati peristiwa yang terjadi pada perusahan, intansi dan lembaga-lembaga mitra kerjasama
dalam hal ini peneliti mengamati langsung di lapangan (Sugiyono, 2015).
1076 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Wawancara Mendalam (in-depth interview). Maka wawancara mendalam dengan aktor (orang-
perorangan) yang melakukan mitra kerjasama dengan perusahan asing dapat melakukan wawancara
secara terbuka, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang relasi kerjasama
antara elit kapitalis dengan elit lokal tersebut, sehingga peneliti mendapat informasi akurat melalui
wawancara sehingga mendapatkan informasi yang relevan (Sugiyono, 2015).
Dokumentasi, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto dari lokasi penelitian,
termasuk juga berkas-berkas yang diambil, akan dikaji kembali dengan maksud untuk melengkapi
data-data yang diperoleh dari lapangan menjadi landasan penelitian. Teknik analisa data, teknik
analisa data merupakan salah satu langkah dalam rangka memperoleh temuan hasil penelitian, hal
ini menyebabkan data akan menentukan kearah mana temuan ilmiah bila dianalisis dengan cara
teknik yang tepat.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian perlu dianalisis dengan teliti dan cermat sehingga dapat
menemukan kesimpulan yang tepat dari penelitian tersebut. Analisis dimaksudkan untuk proses
penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dipahami diimplementasikan untuk
menghubungkan data dengan konteks yang sesuai dengan apa yang menjadi tema penelitian yang
diangkat. Seterusnya data yang didapatkan dalam penelitian ini akan disederhanakan dalam bentuk
deskriptif, dalam hal ini menggambarkan pemaknaan atas kerjasama antara elit kapitalis dengan elit
lokal diwilayah Timika Papua. Jadi analisis data yag digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, yakni (1) analisis sebelum di lapangan. Analisis sebelum dilapangan adalah peneliti
melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki dilapangan.
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan
digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Selanjutnya penelitian ini masih bersifat sementara
dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan bukan lagi berupa angka-angka. (2) Analisis selama di lapangan. Analisis
data selama di lapangan dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam kurun waktu tertentu. Kemudian pada saat wawancara berupa pertanyaan-
pertanyaan kepada subjek peneliti agar peneliti melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancai setelah dianalisis belum memuaskan, maka peneliti
akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kreadibel.
Miles and Huberman (1984) dalam (Sugiyono, 2015).
Teknik pemeriksaan keabsahan data. Teknik pemeriksaan keabsahan data melekat pada konsep
objektivitas, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Berkaitan dengan persoalan itu,
subjektif berarti tidak dapat dipercaya atau melenceng (Moleong, 2015).Dalam konsep pemeriksaan
keabsahan data peneliti melakukan dengan cara (1) perpanjanganKeikutsertaan. Perpanjangan
Keikut-sertaan adalah peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Dalam keikutsertaan
tidak dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan waktu berarti peneliti tinggal dilapangan
sampai pengumpulan data tercapai. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan beberapa teknik
keikutsertaan yaitu; (a) Membatasi ganggungan dari dampak peneliti pada konteks pengumpulan
data. (b) Membatasi kekeliruan (biases) pada penenliti (c) Mengkonpensasikan pengaruh dari
kejadian-kejadian tidak biasa atau pengaruh sesaat.Pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang
baru. Dalam penelitian ini, penulis juga mengunakan ketekunan pengamatan mencari secara
konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam proses analisis yang berlangsung. Untuk mencari
apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat (Moleong, 2015).
(2) Ketekunanataukeajengan pengamatan. Keajengan pengamatan berarti mencari secara
konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan.
Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.Maksud perpanjangan
keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-
faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi
fenomena yang diteliti (Moleong, 2015). (3) Triagulasi. Triagulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber dengan berbagai
cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triagulasi sumber yaitu untuk mengecek dan
memastikan data yang diperoleh berdasarkan sumber; triagulasi teknik yaitu data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah,
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1077
akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian
kredibilitas data, dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi
atau teknik dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Triagulasi sumber yaitu mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triagulasi
data perluh dilakukan yaitu megadakan cek ulang tentang pemaknaan kerjasama antara elit lokal
dengan kapitalis, yaitu dengan jalan mengaji data yang diperoleh dari beberapa subyek dan informan
serta memperkaya refrensi melalui dokumentasi. Wawancara pada subyek dan informan dilakukan
lebih dari satu orang dengan bahan wawancara yang sama. Kemudian hasil wawancara tersebut
dipadukan, dan dibandingkan mana pandangan yang sama dan yang berbeda apabila sama berarti
hasil wawancara tersebut diangkap benar dan dijadikan kesimpulan (Moleong, 2004). (4)
Pemeriksaan sejawat melalui diskusi.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh
dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik tersebut mengandung beberapa maksud
sebagai salah satu teknik kemeriksaan keabsahan data yaitu, pertama peneliti tetap mempertahankan
sikap terbuka dan kejujuran dalam diskusi yang telah berjalan, agar pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan agar memperoleh hasil yang diharapkan. Kedua diskusi dengan sejawat memberikan
kesempatan awal yang baik untuk dapat informasi yang baik dan akurat sehingga peneliti ikut
merasakan keterharusan para peserta atau subjek penelitian untuk membuat sesuai yang tepat
(Moleong, 2015). (5) Analisis kasus negatif. Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan
mengumpulkan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah
dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding sebelum waktunya diambil sebagai kasus
untuk meneliti kekurangan informasi yang diperoleh supaya meningkatkan argumentasi penemuan
(Moleong, 2015) (6) Pengecekan anggota.
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam
pemeriksaan derayat kepercayaan. Pertama cek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori,
analitis, penafsiran, dan kesimpualan. Anggota yang terlibat dimanfaatkan untuk memberikan reaksi
dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.
Pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak formal. Pengecek
anggota secara formal yaitu menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang
dimaksudkan oleh responden dengan jalan bertindak dan berlaku untuk memberikan informasi.
Artinya setiap hari pada waktu peneliti bergaul dengan para subjeknya mereka diminta pendapatnya
(Moleong, 2015).
E. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Membangun relasi kerjasama elit kapitalis, Pemerintah Indonesia, dengan elit lokal tambang
emas Timika Papua mulai berdiri perusahan pemilik kapitalis Amerika kontrak karya (KK) pertama
sejak Tahun 1967 di Timika Papua, sampai sekarang tahun 2017 telah berjalan normal. Untuk
membangun relasi kerjasma antar elit perusahan melibatkan berbagai stakeholderdari tingkat
Internasional, nasional, dan lokal ditempatkan dengan peran dan fungsinya masing-masing. Aktor
yang dapat dilibatkan dalam perusahan ini adalah petinggi negara (Presiden, menteri, legislatif, partai
politik, LSM, Intelejen TNI/POLRI dan kelompok elit lokal Timika Papua.
Pendekatan mengakomodir semua stakeholder perusahan Amerika telah membangun
jaringan komunikasi dan informasi bisnis melalui terminologi sehingga berhasil melakukan
ekploitasi industri tambang emas di dua tempat yakni tambang terbuka dan tertutup (diatas tanah,
dan dibawah tanah), tenaga kerjawan yang digunakan adalah ahli-ahli dari diluar negeri dan dalam
negeri. Kerjasama antar elit seringkali mengalami tantangan eksternal dan internal akibat dari
kondisi/geografis daerah, dan masyarakat lokal melakukan demonstrasi pertama tahun 1997, 2006,
dan 2017 menuntut ke perusahan hanya nasib mereka diakui perusahan sebagai pemilik tunggal yang
setidaknya mendapat komoditas-komoditas dan juga kelayakan bekerja di jabatan-jabatan strategis
dalam perusahan PT.Freeport Indonesia, sehingga timbul konflik vertikal. Penyebab konflik
masyarakat timbul karena mereka tidak mendapatkan apa-apa dan ironisnya lagi mereka dapat
dialienasikan, diskriminasi, intimidasi, oleh milisteris Indonesia.
Berdasarkan konflik pertambangan perusahan (aktor petinggi kedua negara) juga abvokasi
kepentingan masyarakat lokal melalui dana jaminan sosial (CSR) untuk pengembangan ekonomi,
1078 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
kesehatan, pendidikan, sosial dan lingkungan. Dana yang diberikan langsung oleh perusahan adalah
dana satu persen dalam bentuk program kerja melalui beberapa lembaga kemasyarakatan (lembaga
pengembangan masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), lembaga adat Amungme (LEMAS),
lembaga adat kamoro (LEMASKO), Yayasan Wharsting, Yayasan Juamako). Berdirinya lembaga-
lembaga ini adalah untuk membangun jaringan dan informasi bisnis melalui mitra kerja. Banyak hal
yang dikerjakan oleh mitra kerja tersebut banyak juga yang gagal akibat tidak profesional kelola dana
mitra dengan benar oleh elit lokal yang menduduki jabatan-jabatan strategis.
Kebanyakan masyarakat lokal Timika hampir tujuh puluh lima person hidup dibawah garis
kemiskinan. Faktanya dari segi pembangunan insfa struktur, pranata sosial, masih banyak yang tidak
kerjakan baik, akhirnya masyarakat lokal hidup dalam rumah tradisional, pelayanan kesehatan juga
banyak tempat yang belum di bangun klinik, masyarakat yang sakit berat tidak ditolong secepatnya
sehingga banyak yang meninggal, bukan hanya itu melainkan tingkat penganguran masyarakat
semakin bertambah, faktor pendidikan masyarakat hampir rata-rata tidak bersekolah. Fakta kondisi
masyarakata lokal tersebut dalam kongnif, dan perasaan mereka timbul ketidakpuasan akhirnya
melakukan konflik vertikal masyarakat dengan perusahan, masyarakat dengan keamanan,
masyarakat dengan Pemerintah daerah tak ujung penyelesaian. Tetapi perusahan menerima konflik
sebagai sesuatu yang baik dan apapun motif konflik sebagian besar dapat menyelesaikan dengan cara
memberikan dana subsidi agar masyarakat bisa kelola sendiri.
Perusahan berjalan normal kapitalis keterlibatan melisterisme Indonesia di tempat
eksploitasi dan eksporolasi tambang emas, masyarakat yang tidak memiliki kepentingan dalam
perusahan tidak berhak masuk berekspresi, sekalipun masyarakat pribumi yang hidup di tempat
eksploitasi, justru sikap dan karakteristik militerisme melakukan tindakan prasangka dan agresif
sehingga masyarakat intimidasi, diskriminasi, dikucilkan bahkan dialienasikan mereka dari tempat
mereka tinggal dan perusahan terus-menerus menguasai komoditas-komoditas yang ada. Dalam hal
ini, perusahan tidak menutupi kemungkin-kemungkinan memberikan pelayanan-pelayanan dengan
pendekatan rasionalitas abvokasi kepentingan secara bertahap dalam berbagai bidang salah satu
diantaranya adalah pelayanan pendidikan dapat dibiaya mulai dari tingakat sekolah dasar hingga
gelar doktor.
Sistem yang dibangun oleh kedua negara adalah interaksi simbolik,sebab secara detail dan
mendalam bahwa ekslpolitasi tambang emas yang sedang berlangsung tidak semua orang melihat
sebab sistem tersebut kabur. Peraturan yang buat dan disepakti melalui kontrak karya (KK) antar
kedua negarapun sampai dengan hari ini, semua tidak melaksanakan tetapi aturan tersebut menjadi
ladasan simbolik perusahan masuk dan mengkeruknya. Paradigma masyarakat luar beranggapan
bahwa ketika aturan Pemerintah daerah (PERDA) tidak dijalankan dengan profesional maka
keuangan negara kepentingan masyarakat dpat diabaikan ini tandanya bahwa negara dapat dirugikan
secara tak beretika dan bermoral. Secara keseluruhan kerjsama antar elit Amerika, Pemerintah
Indonesia, dan elit lokal Timika Papua yang melibatkan mendapatkan keuntungan hasil dari
eksploitasi maka mereka konsisten abvokasi para perusahan.
b. Pembahasan
Relasi kerjasama antar elit Amerika, Pemerintah Indonesia, elit lokal Timika Papua, dapat
dibentuk dalam kontrak karya (KK) diman keberadaan perusahan membawah dampak positf dan
juga negatif. Dampak positif kerjasama merupakan mewujudkan perdamaian dan memberikan nilai
tambah yang menguntungkan. Dampak negatif kehadiran kapitalis Amerika perusahan PT.Freeport
Indonesia menciptakan timbul penyebab konflik pertambangan, antara kelompok masyarakat dengan
perusahankadang-kadangmenjadi potensikonflik di ranah kehidupan masyarakat. Ketika perusahan
menghadapi persoalan eksternal maupun internal senantiasa memanfaatkan kekuatan militerisme
Indonesia, sebagai pelindung serta pengendalian sosial dalam menghadapi konflik sosial yang
timbul.Sehingga perusahan konsisten mengkeruk dan ekploitasiindustritambang, untukmencapai
nilai targer.
Tindakan dan interaksi merupakan pusat perhatian antar aktor elit dalam jaringan sosial,
komunikasi bisnis terlihat sebagai interaksi simbolis, akhirnya tindakan stakeholder perusahan yang
bergerak di bidang industri tambang menjadikan landasan yang kabur seperti mead menjelaskan
perbedaan perilaku tertutup dengan perilaku terbuka. Yang disebut perilaku tertutup adalah dimana
perusahan Amerika selama melakukan kerjasaama dengan Pemerintah Indonesia, dan elit lokal,
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 1079
rahasia manajemen tidak bisa publik mengetahui tetapi yang bisa dirasakan oleh berbagai kelompok
masyarakat adalah sebuah sikap tertutup bisa dilihat dari makna dan simbol memberi tindakan sosial
yang mempengaruhi satu individu dengan individu lainnya.
Dalam bentuk asset barang (gedung, kendaraan, besi, perumahan, dan tempat eksploitasi
tambang emas) terutama nilai tambah penghasilan (pendapatan) sangat kabur dapat dilihat dan
segaligus menikmati oleh masyarakat pada umumnya dan lebih khusus lagi masyarakat lokal yang
hidup di tempat eksploitasi. Sedangkan perilaku terbuka adalah perusahan membuka lapangan kerja
bagi masyarakat dunia pada umumnya dan lebih khususnya lagi masyarakat lokal Timika Papua,
akhirnya banyak kerja di perusahan dan juga perusahan memberikan peluang dan kesempatan untuk
masyarakat lokal bisnis ekonomi mikro.
Perusahan juga memiliki jaringan otoriter dengan keamanan aparatur negara sebagai untuk
melindungi tempat eksploitasi tambang, dengan memberikan dana keamanan yang cukup besar
sehingga aparat keamanan juga menjalankan fungsi dengan tegas dan profesional tetapi juga pihak
lain seringkali dapat dirugikan.Dalam hal ini, asumsi Marx mengangkap bahwa subordinasi kelas
buruh dan subordinasi kelas brojuis adalah watak kapitalisme yang paling penting, karena dengan
posisi dan cara seperti itulah kelas borjuis akan dapat leluasa menyerap nilai tambah (surplus volue)
dari tenaga kerja tidaklah keliru jika dikatakan kapitalisme baru benar-benar disebut kapitalisme
apabila jantung hidupnya, yaitu rasionalisasi perolehan laba berkelanjutan melalui eksploitasi tenaga
kerja, memasuki ranah produksi masyarakat dalam sistem kapitalistik kerap kali dapat dinikmati oleh
berbagai kalangan.
Esensi yang mendasar dari kapitalisme, menurut Robert Lekachman tiga unsur penting
dominan dalam relasi kerjasama yakni ; (1) modal (uang) adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa
dalam masyarakat merupakan karya manusia dan karenanya bisa di produksi berulang kali
(reproducible); (2) di bawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat
produksinya dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hal legal untuk mengunakan hak
milikinya guna meraup keuntungan produksi; dan (3) kapitalisme bergantung kepada sistem pasar,
yang menentukan distribusi, mengalokasikan sumber-sumber daya dan menetapkan tingkat-tingkat
pendapatan, gaji, biay sewa, dan keuntungan dari kelas-kelas sosial yang berbeda.
Dalam konteks ini, Eric Wolf menyebutkan tiga ciri pokok yang menandai kapitalisme.
Pertama, berkembangnya kelas kapitalis yang dengan kekayaan uangnya bisa membeli tenaga kerja
dan sarana produksi untuk memproduksi barang dagangan di pasar. Kedua, kelas kapitalis menguasai
semua sarana produksi yang penting dalam perekonomian masyarakat dan membatasi akses bebas
pekerja terhadap sarana-sarana produksi hingga pekerja harus menjual tenaga kerjanya kepada
kapitalis. Ketiga, maksimalisasi keuntungan melalui produksi yang dikuasai sepenuhnya oleh
kapitalis. Teori tersebut telah dirasakan oleh penguasa, pengusaha, dan masyarakat dunia menuju
kesejahteraan dan kemakmuran rasional dalam setiap kehidupan sebagai masyarakat industrialis.
Fakta kerjasama dalam bidang industri tambang emas, sedang berlangsung sampai dengan
targer tahun 2041, untuk menindaklanjuti eksploitasi pihak perusahan dengan masyarakat lokal
sedang negosiasi kontrak karya (KK) di ganti menjadi ijin usaha pertambangan khusus (IUPK) aturan
ini disahkan melalui undang-undann nomor 1 tahun 2017 tentang ijin usaha pertambangan khusus
(IUPK) kedua pentinggi negara telah mengakui dan menetapkan sebagai landasan simbolik jaringan
informasi bisnis politik ekonomi antar kedua negara. Dalam pertengahan perubahan-perubahan
sistem juga mengalami tantangan yang begitu besar bagi keberlangsung ekploitasi tambang tetapi
kerja keras dari semua pihak, terutama orang-perorangan yang menduduki dalam jabatan struktural
dan fungsional perusahan mengenalikan tantangan itu dengan baik dan akhirnya banyak pihak boleh
menerima perubahan itu sebagai sesuatu yang dapat menguntungkan keuangan negara, kepentingan
masyarakat baik di tingkat nasional dan lokal.
F. Kesimpulan Relasi kerjamasa antar elit kapitalis Amerika, Pemerintah Indonesia, dan elit lokal Timika
Papua, dapat dibentuk berdasarkan komitmen dan janji pertukan jaringan informasi bisnis politik
ekonomi antar kedua negara, yang sedang berjalan dan bergerak dibidang industri pertambangan
emas di Timika Papua, menjadi kepentingan berbagai stakeholder. Fakta membuktikan bahwa
sekelompok orang yang terlibat dalam kerjasama ini, mendapatkan fasilitas yang cukup mewah
ketimbang masyarakat yang tidak terlibat (bekerja) justru dapat diskriminasi, dialienasikan,
1080 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
dikucilkan, diintimidasi dan diabaikan komoditas-komoditas pemilikannya. Akhirnya timbul konflik
vertikal antar perusahan dengan masyarakat, tetapi karena jaminan perlindungan aparat keamanan
sehingga konflik teratasi dengan baik dan konflik juga diterima sebagai sesuatu yang baik.
Kapitalis Amerika adalah pemilik modal (uang) yang mendominasi bisnis politik ekonomi,
terutama dibidang industri pertambangan, pertanian. Sedangkan Pemerintah Indonesia penguasa atas
sumber daya alam (SDM) terdapat di nusantara republik Indonesia. Kelompok elit lokal adalah
pemilik tunggal atas tanah ulayat industri tambang emas di Timika Papua. Kelompok tersebut adalah
aktor yang bermain panggung PT.Freeport Indonesia. Pasca perpanjangan kontrak telah berakhir
keputusan tertinggi adalah ke tiga aktor untuk diperpanjangan atau sebaliknya. Pembangun bagi
masyarakat proletariat yang di wilayah Timika mendapat pelayanan khusus melalui mitra kerja yang
dibangun oleh PT.Freeport dalam bentuk lembaga kemasyarakatan yakni lembaga pengembangan
masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK), lembaga adat Amungme (LEMASA), lembaga adat
Kamoro (LEMASKO), Yayasan Wharsting, dan Yayasan Juamako).
Lembaga yang tersebut kelola dana satu persen dari perusahan PT.Freeport Indonesia
sebagai dana jaminan sosial (CSR) dalam bentuk program, akhir lembaga juga tidak bekerja sesuai
tujuan lembaga tetapi justru keluar dari tujuan yang sebenarnya sehingga hak masyarakat dapat
diabaikan akhirnya terjadi konflik vertikal horizontal. Segi lain, dengan terjadi konflik kedua mitra
evaluasi program kerja dan memperhatikan program apa saja yang belum dikerjakan dan sudah
dikerjakan,
Daftar Pustaka
[1] Amirullah. (2015). Kepemimpinan dan Kerjasama Tim, Jakarta: Mitra Wacana Media.
[2] Agus M. Irianto. (2015). Interkasionisme Simbolik, Semarang: Gigih pustaka Mandiri
[3] Bryan S. Turner. (2012). Relasi Agama dan Teori Sosial Kontemporer, Banguntapan
Yogjakarta:
[4] Bagong Suyanto. (2013). Sosiologi ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat
Post-modernisme, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
[5] Claude Jessua. (2015). Kapitalisme, Yogjakarta: Jalasutra.
[6] Emzir. (2011). Metedeologi Penelitian Kualitatif ANALISIS DATA, Jakarta: Rajawali Press
[7] Elly M. Setiadi & Usman Kolip. (2010). Pengantar Sosiologi “Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahn Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya”, Jakarta:Kencana.
[8] Fauzi. Muchamad. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar, Semarang:
Walisongo Press.
[9] Goodman, J. Douglas-Ritzer George. (2008). Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
[10] Krinus Kum. (2015), Konflik Pertambangan Di Tanah Papua, Jakarta: Mitra Wacana Media
[11] Lexy J. Moleong. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
[12] Markus Haluk. 2014), Menggugat Freeport Suatu Jalan Penyelesaian Konflik, Jayapura:
Deyai.
[13] Oman Sukmana. (2016), Konsep dan Teori Gerakan Sosial, Malang Jatim: Intrans
Publishing Wisma Kalimetro.
[14] Suzanne Keller. (1984/ 1995), pengguasa dan Kelompok Elit Peranan elit penentu dalam
masyarakat modern.