14
1 RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR PARANORMAL BELIEF MAHASISWA INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY DI SITUBONDO Fauzul Adim Ubaidillah Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang E-mail : [email protected] RINGKASAN : Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui gambaran religiusitas mahasiswa Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII) (2) untuk mengetahui gambaran paranomal belief mahasiswa Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII). (3) untuk mengetahui apakah religiusitas merupakan prediktor paranormal belief. Penelitian merupakan jenis penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Partisipan penelitian ini berjumlah 204 orang yang terdiri dari 102 orang laki-laki dan 102 orang perempuan dengan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah skala Religious Orientation Scale (ROS) dan skala Paranormal Belief Scale (PBS). Hasil dari penelitian adalah (1) Religiusitas dan Paranormal belief sebagian besar mahasiswa Institut Agama Islam berada pada klasifikasi sedang. (2) religiusitas memiliki pengaruh yang rendah (R Square = 0,053 atau 5,3%) namun signifikan terhadap paranormal belief (0,001 < 0,05). Saran untuk peneliti selanjutnya adalah mempertimbangkan variabel kognitif, kepribadian, orientasi kebahagiaan, sensation seeking, dan distrust in science sebagai faktor yang berpengaruh terhadap paranormal belief individu atau kelompok masyarakat. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan memilih sampel penelitian yang lebih variatif dengan mempertimbangkan latar belakang agama, sosial, dan budaya. Kata kunci : religiusitas, paranormal belief, mahasiswa Paranormal adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu fenomena atau keadaan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan (Broad, 1949; Tobacyk, 1995; Hurley & Peetrs, 2005). Tobacyk dan Milford (dalam, Sen & Yesilyurt, 2014) mengidentifikasi tiga kriteria untuk

RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

1

RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR PARANORMAL BELIEF

MAHASISWA INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY DI SITUBONDO

Fauzul Adim Ubaidillah

Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang

E-mail : [email protected]

RINGKASAN : Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk

mengetahui gambaran religiusitas mahasiswa Institut Agama Islam

Ibrahimy (IAII) (2) untuk mengetahui gambaran paranomal belief

mahasiswa Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII). (3) untuk

mengetahui apakah religiusitas merupakan prediktor paranormal

belief. Penelitian merupakan jenis penelitian deskriptif

korelasional dengan menggunakan teknik analisis regresi linier

sederhana. Partisipan penelitian ini berjumlah 204 orang yang

terdiri dari 102 orang laki-laki dan 102 orang perempuan dengan

teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian adalah skala Religious Orientation Scale (ROS)

dan skala Paranormal Belief Scale (PBS). Hasil dari penelitian

adalah (1) Religiusitas dan Paranormal belief sebagian besar

mahasiswa Institut Agama Islam berada pada klasifikasi sedang.

(2) religiusitas memiliki pengaruh yang rendah (R Square = 0,053

atau 5,3%) namun signifikan terhadap paranormal belief (0,001 <

0,05). Saran untuk peneliti selanjutnya adalah mempertimbangkan

variabel kognitif, kepribadian, orientasi kebahagiaan, sensation

seeking, dan distrust in science sebagai faktor yang berpengaruh

terhadap paranormal belief individu atau kelompok masyarakat.

Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan memilih sampel

penelitian yang lebih variatif dengan mempertimbangkan latar

belakang agama, sosial, dan budaya.

Kata kunci : religiusitas, paranormal belief, mahasiswa

Paranormal adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu

fenomena atau keadaan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ilmu

pengetahuan (Broad, 1949; Tobacyk, 1995; Hurley & Peetrs, 2005). Tobacyk dan

Milford (dalam, Sen & Yesilyurt, 2014) mengidentifikasi tiga kriteria untuk

Page 2: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

2

menetapkan suatu keadaan atau fenomena yang dapat dikategorikan sebagai

fenomena paranormal yaitu : 1). Fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara

ilmiah. 2). Fenomena yang bisa dijelaskan hanya dengan mengubah prinsip-

prinsip dasar ilmu pengetahuan. 3). Fenomena yang tidak sesuai dengan persepsi

normatif dan ekspektasi tentang suatu hal yang dianggap sebagai fakta.

Pada tahun 2012 Pew Research Center melakukan survei tentang

kepercayaan umat muslim di Indonesia dengan jumlah partisipan sebanyak 2000

orang berusia lebih dari 18 tahun yang berasal dari berbagai kota dan provinsi di

Indonesia, dan 1880 orang partisipan beragama muslim. Hasil dari survei ini

menunjukkan 99 % masyarakat di Indonesia percaya pada malaikat, 95 % percaya

pada takdir atau nasib, 96% percaya adanya surga, 95% percaya adanya neraka,

53 % percaya pada jin, 69% percaya adanya sihir atau santet, 29% percaya pada

takhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

kejadian yang buruk bisa terjadi, dan 20% dari masyarakat Indonesia mempunyai

pengalaman mengeluarkan roh jahat dari dalam tubuh seseorang (Pew Research

Center, 2017). Akan tetapi, tidak semua kepercayaan pada sesuatu yang gaib dan

mistik sesuai dengan nilai dan norma yang diajarkan agama. Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pada tahun 2005 mengeluarkan fatwa yang berisi larangan untuk

memanfaatkan, menggunakan dan atau mempercayai segala bentuk perdukunan

dan peramalan (Amin & Hasanuddin, 2017).

Meskipun sudah terdapat fatwa yang melarang masyarakat untuk

memanfaatkan, menggunakan dan atau mempercayai perdukunan dan peramalan,

masih banyak masyarakat dari berbagai kalangan seperti artis, pengusuha, politisi,

dan mahasiswa yang mendatangi dukun atau paranormal untuk menyelesaikan

Page 3: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

3

berbagai macam persoalan yang dialaminya. Seorang paranormal di Pati, Jawa

Tengah bernama Asih Marlina atau Jeng Asih saat diwawancara Portal Media

Tempo mengatakan bahwa menjelang pemilihan umum dirinya akan kedatangan

para politisi yang mencalonkan diri menjadi legislator dari berbagai partai politik,

Jeng Asih mengatakan bahwa tujuan para politisi tersebut adalah ingin auranya

menguat sehingga banyak yang memilih. Selain politisi, terdapat pula mahasiswa

yang mendatangi dukun atau paranormal, ketua Paguyuban Paranormal Indonesia

Edy Rusmanto atau Boss Edy kepada portal media Tempo mengatakan bahwa

mahasiswa yang menemui dirinya memiliki tujuan agar dimudahkan saat

menghadapi ujian skripsi atau meminta pengasihan agar mudah menaklukkan

lawan jenis (Sohirin, 2017).

Ada beberapa penelitian yang membahas mengenai kepercayaan individu

atau masyarakat kepada fenomena gaib, dan tidak dapat dijelaskan secara ilmiah,

penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah Tam & Shiah (2004) meneliti

tentang hubungan antara paranormal belief, religiusitas dan kemampuan kognitif

individu pada mahasiswa yang memiliki latar kebudayaan cina di Taiwan. Abbas

(2013) meneliti dampak percaya pada aktivitas atau fenomena yang bersifat gaib

terhadap orientasi kebahagiaan anak-anak muda di Pakistasn. Oh dkk (2011)

melakukan penelitian tentang perbedaan dan perubahan paranormal beliefs pada

mahasiswa yang berasal dari Korea Selatan dan Amerika Serikat. Parra (2015)

meneliti hubungan paranormal belief dengan sensation seeking dan mengalisis

perbedaan hubungan paranormal belief dengan sensation seeking berdasarkan

gender. Colbert dan Saroglu (2015) meneliti tentang hubungan antara agama dan

paranormal belief terhadap distrust in science, penelittian ini membandingkan

Page 4: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

4

hasil korelasi antara agama, paranomal belief, dan distrust in science, partisipan

yang berasal dari Korea Selatan dengan partisipan yang berasal dari Denmark dan

Austria.

Hergovich dkk (2005) meneliti hubungan antara paranormal belief dan

religiusitas pada mahasiswa di Vienna, Austria. Penelitian ini menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang rendah tetapi signifikan antara paranormal belief dan

religiusitas. Pada subjek ateis hubungan antara paranormal belief dan religiusitas

lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang menganut agama katolik dan

protestan. Ara (2016) meneliti tentang hubungan antara paranormal belief dan

religious belief di India. Penelitian ini dilakukan dengan meneliti hubungan

paranormal belief dan religious belief dengan partisipan yang berasal dari tiga

kelompok agama mayoritas di India yaitu agama Hindu, Islam, dan Kristen.

Partisipan penelitian berusia antara 15 sampai 71 tahun yang terdiri dari laki-laki

dan perempuan dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Menurut

penelitian ini terdapat korelasi yang signifikan antara religious belief, dengan

paranormal belief (r=0.236, p=0.000).

Singer dan Benassi (dalam Sen & Yesilyurt, 2014) menyatakan bahwa

tingkatan dari paranormal belief dapat digunakan sebagai indikator yang

menunjukkan kekurangan dalam program pendidikan kita. Berdasarkan perspektif

ini, paranormal belief tidak sesuai dengan fakta dan hukum yang berlaku dalam

ilmu pengetahuan dan berdampak buruk terhadap proses literasi dalam ilmu

pengetahuan, hal ini penting untuk melakukan identifikasi paranormal belief

untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan sistem pendidikan kita. Meskipun

terdapat penelitian tentang paranormal belief yang dilakukan di Amerika, Eropa,

Page 5: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

5

dan Asia, masih sedikit penelitian tentang paranormal belief yang dilakukan di

Indonesia. Melakukan identifikasi dan memahami paranormal belief dalam kultur

dan konteks agama yang berbeda memungkinkan para peneliti dan pendidik

memiliki sudut pandang yang lebih luas tentang paranormal belief.

Berdasarkan penjelasan tersebut, khususnya penjelasan tentang

kepercayaan masyarakat kepada fenomena yang gaib, dan tidak dapat dijelaskan

secara ilmiah yang masih banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat

khususnya masyarakat muslim di Indonesia, penulis tertarik untuk mengkaji dan

melakukan penelitian tentang “Religiusitas sebagai prediktor Paranormal Belief

pada mahasiswa di Institut Agama Islam Ibrahimy di Situbondo”.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

penelitian deskriptif korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh

mahasiswa Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII). Karakteristik populasi ini

adalah a). Mahasiswa beragama Islam, b). Berusia 17 tahum sampai 23 tahun, c).

Masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif di Institut Agama Islam Ibrahimy.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified

random sampling. Teknik stratified random sampling dipilih karena sebaran

populasi relatif tidak sama atau tidak proporsional. Teknik stratifoed random

sampling dilakukan dengan memilih secara acak satu kelas (kelompok)

mahasiswa IAII pada masing-masing program studi untuk dijadikan sampel

penelitian. Sampel penelitian yang dipilih berasal dari 11 program studi yang

terdapat di IAII. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 204 orang dengan

rincian 102 orang laki-laki dan 102 orang perempuan.

Page 6: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

6

Peneltiian ini memiliki dua jenis data yaitu data religiusitas dan data

paranormal belief mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam penelitian ini adalah skala religiusitas yang merupakan adaptasi dari

Religious Orientation Scale (ROS) yang disusun oleh Gorsuch & McPherson

(1989) dan skala paranormal belief yang merupakan adaptasi dari Revised

Paranormal Belief Scale yang disusun oleh Tobacyk (2004). Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran

tingkat religiusitas dan paranormal belief mahasiswa. Selain menggunakan

analisis deskriptif, penelitian ini juga menggunakan analisis regresi linier

sederhana untuk mengetahui pengaruh variabel religiusitas (X) terhadap variabel

paranormal belief (Y).

HASIL

Hasil analisis deskriptif terhadap data religiusitas mahasiswa IAII dengan

menggunakan skor T dengan mean 50 dan deviasi standar 10 menunjukkan bahwa

religiusitas 39 partisipan penelitian dengan persentase 19,2% berada pada

klasifikasi tinggi, religiusitas 126 partisipan penelitian dengan persentase 61,8%

berada pada klasifikasi sedang, dan 39 partisipan penelitian dengan persentase

19,2% berada pada klasifikasi rendah. Sedangkan hasil analisis deskriptif dengan

skor T mean 50 dan deviasi standar 10 terhadap data paranormal belief

mahasiswa IAII menunjukkan bahwa paranormal belief 45 partisipan penelitian

dengan persentase 22,1% berada pada klasifikasi tinggi, paranormal belief 144

partisipan penelitian dengan persentase 70,6% berada pada klasifikasi sedang, dan

paranormal belief 15 partisipan penelitian dengan persentase 7,4% berada pada

klasifikasi rendah.

Page 7: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

7

Adapun hasil analiss regresi yang mengukur pengaruh religiusitas terhadap

paranormal belief menunjukkan terdapat pengaruh yang rendah namun signifikan

R square = 0,053; p = 0,001 < 0,05. Nilai Standardized Coefficients (beta) sebesar

0,229 yang berarti pengaruh dan sumbangan efektif variabel religiusitas (X)

terhadap paranormal belief (Y) dalam penelitian ini sebesar 0,229 atau 22,9%.

Dengan demikian H0 ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa religiusitas

merupakan prediktor paranormal belief.

PEMBAHASAN

Religiusitas Mahasiswa

Religiusitas merupakan kepercayaan beragama yang kuat (Oxford, 2017).

Sedangkan, menurut Bergan dan McConatha (dalam Holdcroft, 2006) religiusitas

adalah beberapa dimensi yang berkaitan dengan kepercayaan dan keterlibatan

pada suatu agama tertentu. Allport dan Ross tahun 1967 mengidentifikasi dua

dimensi religiusitas yaitu dimensi religiusitas intrinsic dan extrinsic. Religiusitas

mahasiswa Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII) ditinjau dari hasil uji Skor T

menunjukkan bahwa religiusitas sebagian besar mahasiswa IAII berada pada

kategori sedang.

Mahasiswa IAII yang termasuk dalam kategori sedang dapat dikategorikan

sebagai mahasiswa yang memiliki kepercayaan yang cukup kuat pada nilai-nilai

dan ajaran suatu agama. Allport dan Ross (1967) mendeskripsikan karakteristik

individu yang religius yaitu individu yang religius memandang agama sebagai

suatu ketetapan yang tidak dapat diubah dan menjadikan agama sebagai pedoman

hidup. Selain itu, individu yang religius juga terlibat dalam berbagai aktivitas

keagamaan, dan menjadikan agama sebagai sarana untuk memperoleh

Page 8: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

8

perlindungan, kenyamanan, dan status sosial di masyarakat (Paraschiva &

Nicoleta).

Paranormal Belief Mahasiswa

Paranormal merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan

suatu fenomena atau keadaan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar-dasar

ilmu pengetahuan (Broad, 1949; Tobacyk, 1995; Hurley & Peetrs, 2005).

Paranormal belief adalah kepercayaan atau keyakinan kepada fenomena yang

tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. Paranormal belief

terdiri dari tujuh aspek atau dimensi yaitu : traditional religious belief,

psychokinesis, witchcraft, superstition, spiritualism, extraordinary life form,

precognition. Istilah paranormal selalu diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat

dijelaskan secara ilmiah (Oh dkk, 2011).

Tobacyk dan Milford (dalam Sen & Yesilyurt, 2014) mengidentifikasi tiga

kriteria untuk menetapkan suatu keadaan atau fenomena yang dapat

dikategorikan sebagai fenomena paranormal yaitu : 1). Fenomena yang tidak

dapat dijelaskan secara ilmiah. 2). Fenomena yang bisa dijelaskan hanya dengan

mengubah prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. 3). Fenomena yang tidak

sesuai dengan persepsi normatif dan ekspektasi tentang suatu yang dianggap

sebagai fakta. Hasil uji skor T dalam penelitian ini menunjukkan paranormal

belief sebagian besar mahasiswa IAII berada pada kategori sedang. Mahasiswa

IAII yang termasuk dalam kategori sedang dapat dikategorikan sebagai

mahasiswa yang percaya pada suatu hal atau fenomena yang bersifat gaib.

Tingkatan paranormal belief individu atau kelompok masyarakat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu; pertama, faktor pertumbuhan

Page 9: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

9

ekonomi dan pendapatan per kapita, jika pertumbuhan ekonomi suatu negara

semakin baik dan pendapatan per kapita mengalami peningkatan, maka tingkat

paranormal belief akan mengalami penurunan. Kedua, penerimaan individu atau

kelompok masyarakat terhadap sudut pandang ilmiah, artinya tingkat paranormal

belief individu atau kelompok masyarakat akan mengalami penurunan apabila

individu atau kelompok masyarakat menjadikan ilmu pengetahuan dan proses-

proses ilmiah sebagai dasar dalam memahami suatu fenomena. Individu atau

kelompok masyarakat yang memiliki sudut pandang ilmiah atau individu yang

memahami nilai dan proses ilmiah mungkin akan memiliki tingkat paranormal

belief yang rendah, sedangkan individu yang percaya adanya kekuatan misterius

yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan urutan proses ilmiah akan memiliki

tingkat paranormal belief yang lebih tinggi daripada individu yang memiliki

sudut pandang ilmiah (Oh dkk, 2011).

Ara (2016) menyatakan bahwa status sosial-ekonomi dan tingkat

pendidikan juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat paranormal belief

individu. Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki status sosial-

ekonomi dan pendidikan yang rendah lebih mudah percaya terhadap sesuatu hal

atau fenomena yang bersifat gaib. Berdasarkan penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa tingkat paranormal belief mahasiswa IAII berada pada

kategori sedang. Faktor ekonomi dan pendidikan berpengaruh terhadap tingkatan

paranormal belief individu atau kelompok masyarakat.

Pengaruh Religiusitas terhadap Paranormal Belief

Religiusitas dan paranormal belief merupakan kepercayaan atau

keyakinan adanya fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, seperti

Page 10: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

10

psychokinesis, extrasensory perception, atau adanya hidup setelah mati dan

adanya malaikat (Hergovich dkk, 2005). Menurut Ara (2016) religiusitas memiliki

korelasi yang signifikan terhadap paranormal belief. Tam dan Shiah (2004)

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara religiusitas

dengan paranormal belief. Colbert dan Saroglu (2015) menyatakan terdapat

korelasi positif antara paranormal belief dengan religiusitas pada partisipan

beragama Katholik di Austria, partisipan beragama Protestan di Denmark dan

partisipan beragama Budha di Korea Selatan, sedangkan korelasi negatif antara

paranormal belief dengan religiusitas terdapat pada partisipan beragama protestan

di Korea Selatan.

Aarnio dan Lindeman (2007) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

religiusitas dan paranormal belief memiliki korelasi yang positif dan signifikan.

Aarnio dan Lindeman (2007) juga menjelaskan persamaan dan perbedaan

karakteristik psikologis individu yang religius dan individu yang percaya adanya

fenomena yang bersifat gaib, persamaan tersebut yaitu; pertama, individu yang

religius dan percaya pada fenomena yang bersifat gaib cenderung berpikir secara

intuitif dan kurang berpikir secara analitis. Kedua, individu tersebut lebih sering

menyaksikan fenomena yang bersifat gaib dibandingkan dengan individu yang

tidak religius dan percaya pada fenomena yang bersifat gaib. Selain itu, individu

tersebut juga memiliki sikap yang positif terhadap fenomena supernatural yang

ditunjukkan oleh peserta yang lainnya. Sedangkan perbedaannya adalah individu

yang religius memfokuskan pada nilai-nilai kebudayaan seperti; respek pada suatu

tradisi, konformitas, dan kesejahteraan dibandingkan dengan individu yang

Page 11: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

11

percaya pada fenomena yang bersifat gaib. Kedua, individu yang religius

mendukung nilai-nilai transendensi diri, khususnya nilai kebajikan.

Uji hipotesis penelitan ini adalah menggunakan uji regresi linier sederhana

untuk mengetahui apakah religiusitas merupakan prediktor paranormal belief.

Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang rendah namun signifikan antara variabel religiusitas terhadap variabel

paranormal belief, yang berarti religiusitas mahasiswa IAII berpengaruh rendah

namun signifikan terhadap paranormal belief mahasiswa IAII. Seluruh partisipan

dalam penelitian ini menganut agama islam. Hasil penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Hergovich dkk pada tahun 2005 yang

menyatakan religiusitas memiliki pengaruh yang rendah namun signfikan

terhadap paranormal belief. Hergovich dkk (2005) menyatakan bahwa agama

yang dianut oleh individu memiliki pengaruh terhadap tingkat paranormal belief

individu tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Hergovich dkk (2005)

menunjukkan perbedaan korelasi antara religiusitas dan paranormal belief pada

partisipan penelitian yang menganut agama Katolik dan Protestan dengan

partisipan penelitian yang Ateis.

Berdasarkan hasil penjelasan diatas, dapat disimpukan bahwa religiusitas

dapat digunakan sebagai prediktor untuk menentukan tingkat paranormal belief.

Religiusitas berbanding lurus dengan tingkat paranormal belief mahasiswa IAII

artinya semakin tinggi religiusitas semakin tinggi pula tingkat paranormal belief

mahasiswa atau sebaliknya semakin rendah religiusitas semakin rendah pula

tingkat paranormal belief

Page 12: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

12

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa religiusitas dan paranormal belief sebagian besar mahasiswa Institut

Agama Islam berada pada klasifikasi sedang. Terdapat pengaruh rendah namun

signifikan antara religiusitas terhadap paranormal belief. Religiusitas dapat

digunakan sebagai prediktor paranormal belief

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang bisa diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; Bagi masyarakat, diharapkan

masyarakat agar tidak terlalu menjadikan sesuatu hal yang bersifat gaib sebagai

landasan utama dalam bepikir dan mengambil keputusan. Selain itu, hendaknya

masyarakat lebih selektif lagi dalam memilih sesuatu yang ingin dipercaya dan

diyakini, terutama sesuatu hal yang bersifat gaib. Untuk penelitian selanjutnya,

diharapkan untuk peneliti selanjutnya mampu mengembangkan penelitian ini

menjadi lebih variatif, terutama mengenai faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi paranormal belief dan religiosity. Selain itu, peneliti selanjutnya

diharapkan memilih sampel penelitian yang lebih variatif dan tidak terbatas pada

mahasiswa.

Page 13: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

13

DAFTAR RUJUKAN

Aarnio, K. & Lindeman, M. 2007. Religious People and Paranormal Believers,

Alike or Different?. Journal of Individual Differences. 28 (1): 1 – 9.

Abbas, S. N. 2013. The Impact of Belief in Paranormal Belief Activities on

Orientation to Happiness of Youth in Pakistan. Interdiscplinary Journal of

Contemporary Research in Bussiness. 5 (7): 432 – 440.

Amin, M. & Hasanuddin. 2005. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor

2/MUNAS VII/6/2005 Tentang Perdukunan (Kahanah) dan Peramala

(‘Irafah). (Online), (http://mui.or.id/wp-content/uploads/2017/02/11.-

Perdukunan-Kahanah-Dan-Peramalan-Irafah.pdf), diakses 22 Februari 2017.

Ara, R. M. 2016. A Correlational Study of Religious and Paranormal Belief

among Indians. International Journal of Education and Psychological

Research. 5 (2): 84 – 95.

Colbert, M. & Saroglou, V. 2015. Religion, Paranormal Beliefs, and Distrust in

Science. Archive for The Psychology of Religion : 185 – 199.

Hergovich, A. dkk. 2005. Paranormal Belief and Religiosity. The Journal of

Parapsychology; 293 – 303.

Ji-Young, Oh, dkk. 2011. Differences and Changes in Paranormal Beliefs in

University Student from South Korea and The United States. Korean Social

Science Journal, 38 (2): 35 – 51.

Paraschiva, P. & Nicoleta, M. 2011. Ways of Approaching Religiosity in

Psychological Research. The Journal International Social Researach, 4 (18):

352 – 362.

Parra, A. 2015. Gender Differences in Sensation Seeking and Paranormal/

Anomalous Experiences. The Open Psychology Journal. 8: 54 – 58.

Pew Research Center. 2012. The World’s Muslim : Unity and Diversity.

Washington, D.C: Pew Research Center. (Online),

(http://www.pewforum.org/2012/08/09/the-worlds-muslims-unity-and-

diversity-executive-summary/), diakses 27 Februari 2017.

Page 14: RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR MAHASISWA INSTITUT …fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/ARTIKEL.doc.pdftakhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu

14

Sen, M. & Yesilyurt, E. 2014. The Development of Paranormal Belief Scale (PBS)

for Science Education in the Context of Turkey. International Journal of

Education in Mathematics, Science and Technology. 2 (2): 107 – 115.

Sohirin. 2013. Pati Kota Seribu Paranormal. (Online),

(https://seleb.tempo.co/read/news/2013/04/02/219470688/pati-kota-seribu-

paranormal), diakses 20 Februari 2017

Sohirin. 2013. Ketika Paranomal Kebanjiran Politikus. (Online),

(https://seleb.tempo.co/read/news/2013/04/02/219470683/ketika-

paranormal-kebanjiran-politikus), diakses 20 Februari 2017

Sohirin. 2013. Zaman Modern Ritual dari Paranormal Lebih Mudah. (Online),

(https://seleb.tempo.co/read/news/2013/04/02/219470733/zaman-modern-

ritual-dari-paranormal-lebih-mudah), diakses 20 Februari 2017

Sohirin. 2013. Mahasiswapun Pergi ke Paranormal. (Online),

(https://seleb.tempo.co/read/news/2013/04/02/219470700/mahasiswa-pun-

pergi-ke-paranormal), diakses 20 Februari 2017.

Tam, W.C. & Shiah, Y. 2004. Paranormal Belief, Religiosity, and Cognitive

Complexity. The Parapsychological Association Convention; 423 – 429.