Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RENCANA STRATEGIS BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN
2005-2009
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain
Manado 2005
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa adalah tanaman perkebunan terluas di Indonesia dengan luas 3.7 juta
ha atau 27% dari areal perkebunan dan merupakan tanaman budidaya terluas
kedua setelah padi. Kelapa merupakan salah satu komoditas strategis dalam
perekonomian nasional, berperan sebagai sumber pendapatan, minyak nabati, dan
bahan baku industri pangan, bahan bangunan, farmasi dan oleokimia.
Pengusahaan kelapa sekitar 97 % dilakukan rakyat kecil dengan rata-rata
pemilikan 1.0 ha/KK. Masyarakat pedesaan yang pendapatannya tergantung
pada kelapa sekitar 18.5 juta jiwa, belum termasuk pedagang dan pengusaha
industri kelapa. Jumlah penduduk yang terlibat dalam agribisnis kelapa
diperkirakan berkisar 15%. Kelapa yang dikonsumsi segar mencapai 65 % dari
total produksi dan sisanya 35 % digunakan sebagai bahan baku industri. Nilai
ekspor produk kelapa sebesar 0.7% dari total ekspor. Dengan produksi kelapa
saat ini sekitar 4 juta ton kopra dan harga Rp. 1.500,-/kg di tingkat petani, berarti
nilai produksi kelapa setiap tahun sekitar Rp. 6.2 triliun.
Sagu masih merupakan sumber pendapatan penting dan pangan utama bagi
penduduk di Papua, Maluku, dan Sulawesi Utara. Sagu banyak digunakan dalam
industri makanan seperti soun dan perekat. Di masa akan datang sagu dapat
berperan penting sebagai sumber karbohidrat untuk industri pangan, pakan, dan
energi terutama bagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan
masih meningkat cukup besar.
Pinang merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Aceh, Sumatera
Utara, Riau, Sumatera Barat, dan lain-lain. Pinang digunakan untuk industri
farmasi, penyamakan kulit, dan konsumsi.
Aren dijumpai di hampir semua provinsi sebagai penghasil gula, tepung, dan
kolang kaling. Bagi masyarakat pedesaan di daerah sentra, tanaman ini sebagai
sumber pendapatan dominan. Di Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara dan
Papua aren diolah menjadi minuman beralkohol dan sebagian kecil diproses
menjadi alkohol teknis.
Lontar mempunyai arti sosial dan ekonomi bagi sebagian masyarakat NTT,
Sulawesi Selatan dan Jawa Timur sebagai penghasil gula merah dan bahan
bangunan rumah. Tanaman gewang di daerah NTT terutama sangat bermanfaat
untuk pakan ternak di musim kering dan untuk bahan bangunan rumah.
Dalam Renstra 2005-2009, tidak semua komoditas yang menjadi mandat
BALITKA dimasukkan dalam program penelitian. Prioritas diberikan pada
kelapa, sagu, aren dan pinang. Penetapan prioritas dilakukan berdasarkan luas
daerah penyebaran, potensi ekspor, dan potensi pengembangan sistem agribisnis.
Penelitian tanaman lontar dan gewang yang belum menjadi prioritas dalam
Renstra 2005-2009 akan dilaksanakan apabila ada permintaan dari stakeholder
atau pelanggan seperti pemerintah daerah dan pihak swasta.
Pengembangan kelapa, sagu, aren dan pinang dalam suatu sistem dan usaha
agribisnis masih menghadapi berbagai masalah. Masalah-masalah pengembangan
kelapa meliputi (1) terbatasnya jumlah varietas unggul untuk peningkatan
produktifitas tanaman melalui kegiatan rehabilitasi, peremajaan dan perluasan
areal; (2) teknologi pengusahaan kelapa yang tersedia masih kurang efisien; dan
2
(3) nilai tambah pengolahan produk kelapa yang rendah. Masalah-masalah dalam
pengusahaan tanaman palma (sagu, aren, dan pinang) meliputi (1) menurunnya
ragam genetik baik dari jumlah aksesi maupun ragam populasi yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan produksi; (2) teknologi pengusahaan yang belum
seluruhnya tersedia; dan (3) bentuk pemanfaatan hasil yang optimal. Di lain
pihak, pelanggan teknologi mengharapkan BALITKA menghasilkan teknologi-
teknologi sebagai berikut: (1) varietas kelapa unggul berproduksi tinggi yang
memerlukan input rendah, dapat beradaptasi dengan lingkungan yang beragam,
tahan penyakit berbahaya seperti penyakit Phytopthora dan penyakit Layu
Kalimantan serta varietas-varietas kelapa yang sesuai untuk konsumsi segar dan
bernilai ekonomi tinggi seperti kopyor; (2) bioinsektisida untuk Sexava dan
Brontispa yang efektif untuk waktu lama, mudah penggunaannya serta murah; (3)
alternatif produk kelapa yang dapat diolah dalam skala kecil; (4) varietas sagu,
aren dan pinang unggul; (5) teknologi budidaya sagu, aren dan pinang yang
efisien; dan (6) teknologi diversifikasi produk primer tanaman sagu, aren dan
pinang. Masalah-masalah dan harapan pelanggan tersebut di atas hanya dapat
dipenuhi melalui kegiatan penelitian dan pengkajian.
Pada tahun 2001-2004, berbagai kegiatan penelitian telah dilaksanakan
untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dan memenuhi harapan
pelanggan. Namun demikian, tidak semua masalah dapat diselesaikan pada
periode tersebut karena kendala biologis tanaman yaitu tanaman berumur panjang,
pelasanaan kegiatan penelitian secara bertahap disesuaikan dengan ketersediaan
dana, fasilitas dan sumberdaya manusia, dan dinamika masalah. Kegiatan-
kegiatan yang belum dapat diselesaikan terutama kegiatan perbaikan potensi
genetik tanaman, konservasi sumberdaya genetik, pengembangan teknologi
pengendalian hayati untuk hama utama, dan pengembangan teknologi budidaya.
Kegiatan penelitian pasca panen umumnya telah berada pada tahap
pengembangan dan pengkajian. Penelitian-penelitian yang belum selesai pada
periode 2001-2004 akan diselesaikan pada 2005-2009.
Dalam RENSRA 2005-2009 akan dilaksanakan 5 program yang dijabarkan
dalam 8 RPTP dan 3 RDHP. Penelitian ditetapkan berdasarkan masalah yang
dihadapi dan harapan-harapan dari pelanggan teknologi BALITKA akan
menghasilkan (1) bahan tanaman unggul; (2) peningkatan efisiensi sistem dan
usaha agribisnis; dan (3) peningkatan nilai tambah. Ketiga komponen hasil ini
merupakan Program Utama Pusat Penelitian Perkebunan. Sasaran yang akan
dicapai Renstra 2005-2009 BALITKA yaitu (1) Pelestarian Sumberdaya Genetik
Kelapa dan Aren; (2) Perbaikan Potensi Genetik Tanaman sehingga memberikan
hasil dan mutu hasil yang tinggi; (3) Pengembangan Sistem dan Usaha Agrbisnis;
dan (4) Memperkuat Ketahanan Pangan. Sasaran-sasaran ini merupakan Program
Utama RENSTRA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005-2009
Rencana Strategis (Renstra) Balitka tahun 2005 - 2009 disusun untuk
melanjutkan program tahun 2000 – 2004 supaya terjadi kesinambungan program
penelitian. Renstra Balitka disusun berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
I. Tugas Pokok dan Fungsi Balitka, dan kebijakan-kebijakan dari Badan
Litbang Pertanian serta dengan mempertimbangkan KAFE maka dapat
ditetapkan Visi dan Misi Balitka
3
II. Analisis Perkembangan Strategis Balika yang mengidentifikasi status
pencapaian penelitian dan pengembangan sampai 2004, dan potensi
organisasi lingkungan Puslitbangbun, untuk dihasilkan Kesimpulan
Faktor Internal (KAFI).
III. Analisis Penetapan tujuan, sasaran, dan Strategi dengan
mengkombinasikan KAFE dan KAFI dengan mengacu pada visi dan
misi yang telah ditetapkan.
IV. Analisis Kebijakan untuk menetapkan Program Penelitian kelapa dan
Palma lain.
V. Analisis Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP).
1.2. Tugas Pokok dan Fungsi BALITKA
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain (Balitka) merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian yang berada dibawah Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Struktur Organisasi Balitka seperti tercantum
pada Lampiran 1. Tugas pokok dan fungsi Balitka berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 64/Kpts/OT.210/1/2003. Balitka
mempunyai tugas melaksanakan penelitian tanaman kelapa (Cocos nucifera
L) dan palma lain. Tanaman palma lain meliputi Sagu (Metroxylon sp),
Aren (Arenga pinnata L), Pinang (Areca catechu), Siwalan (Borassus sp),
dan Gewang (Corypha utan Lam). Balitka menjalankan fungsi:
a. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan dan pemanfaatan plasma
nutfah tanaman kelapa dan palma lain;
b. Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan
fitopatologi tanaman kelapa dan palma lain;
c. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis
tanaman kelapa dan palma lain;
d. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman kelapa dan
palma lain;
e. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan
dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman kelapa dan palma lain;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor
OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Pembentukan
Kelembagaan Internal pada Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menetapkan
bahwa Kelompok Peneliti di Balai Penelitian meliputi (1) Pemuliaan,
Plasma Nutfah dan Perbenihan; (2) Entomologi dan Fitopatologi; dan (3)
Ekofisiologi. Pembentukan tiga kelompok peneliti ini mencerminkan fokus
kegiatan penelitian yang dilaksanakan tahun 2005-2009.
4
1.3. Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Selain Tugas Pokok dan Fungsi, penyusunan Rencana Strategis Balitka juga
harus mengacu pada kebijakan-kebijakan dari Badan Litbang Pertanian sebagai
induk organisasinya. Berdasarkan visi dan misinya, Badan Litbang Pertanian
menetapkan kebijakan Badan litbang (Renstra Badan Litbang Pertanian 2005-
2009) sebagai berikut:
1. Program litbang disusun dengan berorientasi kepada kebutuhan
pengguna, yaitu petani, UKM, swasta/dunia usaha, dan pemerintah,
serta mengacu pada dinamika dan menciptakan permintaan pasar untuk
karakteristik produk akhir hasil-hasil pertanian.
2. Inovasi teknologi yang dirancang dan dihasilkan litbang diarahkan
untuk mendukung peningkatan efisiensi usaha dan daya saing produk
dalam pengembangan agribisnis.
3. Kegiatan litbang dilaksanakan sejalan dengan upaya peningkatan
penguasaan dan pengembangan iptek pertanian termasuk pemanfaatan
teknik biologi molekuler dan rekayasa genetika, teknologi informasi,
serta teknik dan metode lain untuk perbaikan efektivitas, efisiensi, dan
kualitas penelitian.
4. Percepatan proses perluasan jaringan diseminasi serta mekanisme
penjaringan umpan balik inovasi pertanian dalam rangka meningkatkan
kegunaan dan dampak inovasi teknologi yang dihasilkan.
5. Pengembangan dan perluasan jaringan kerjasama dengan lembaga
penelitian, dunia usaha, dan mitra kerja lainnya di dalam negeri dan luar
negeri dalam rangka meningkatkan sinergi program dan kemandirian
pembiayaan litbang.
6. Peningkatan kualitas SDM, efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan
anggaran, intensitas dan kualitas evaluasi kegiatan litbang dalam rangka
meningkatkan kapasitas dan profesionalisme littbang secara
berkelanjutan.
Selain keenam butir kebijakan tersebut, pada periode lima tahun ke depan,
Badang Litbang Pertanian juga menetapkan kebijakan alokasi sumberdaya litbang
menurut komoditas prioritas yang akan menjadi fokus penelitian. Kriteria
penetapan prioritas komoditas unggulan litbang pertanian disusun dengan
mempertimbangkan segi kualitatif dan kuantitatif, serta pemenuhan standar
penilaian secara obyektif. Prioritas komoditas ditetapkan berdasarkan kriteria: (1)
produksi, (2) luas panen, (3) nilai tambah, (4) serapan tenaga kerja, dan (5) daya
saing. Berdasarkan kriteria ini ternyata tanaman kelapa dan aren termasuk
komoditas prioritas dalam sektor perkebunan.
5
II . VISI DAN MISI
Visi dan Misi Balitka disusun berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi
Balitka, Visi dan Misi Puslitbangbun, Visi dan Misi serta kebijakan yang
ditetapkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan kesimpulan
analisis faktor eksternal (KAFE). Visi yang ditetapkan Badan Litbang Pertanian
adalah. Menjadi lembaga Litbang pertanian terunggul di Asia Tenggara yang
mampu menghasilkan inovasi pertanian sesuai dinamikan kebutuhan
pengguna. Sedangkan Visi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
adalah Pusat Keunggulan Iptek Perkebunan.
Dengan mempertimbangkan Visi Badan Litbang dan Puslitbangbun maka
Visi Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain tahun 2005-2009 adalah:
Menjadi lembaga penelitian penghasil teknologi komersial kelapa dan
palma lain yang terkemuka di Asia Tenggara
Dalam rangka menghasilkan teknologi komersial kelapa dan palma lain
yang terkemuka di Asia Tenggara maka perlu dilakukan Misi penelitian dan
pengembangan tanaman kelapa dan palama lain sehingga teknologi yang
dihasilkan dapat bermanfaat bagi petani atau penguna lainnya.
Misi Balitka disusun untuk menunjang Misi Badan Litbang Pertanian dan
Puslitbangbun. Misi Badan Litbang Pertanian adalah:
a. Menciptakan, merekayasa, dan mengembangkan teknologi tinggi,
strategis, dan spesifik lokasi, serta rekomendasi kebijakan pembangunan
dibidang pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna;
b. Meningkatkan efisiensi dan percepatan diseminasikepada para pengguna
serta meningkatkan penjaringan umpan balik inovasi pertanian;
c. mengembangkan jaringanh kerjasama nasional dan internasional dalam
rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Badan Litbang Pertanian
dalam pengembvangan agribisnis dan pembangunan pertanian;
d. Mengembangkan kapasitas institusi Badan Litbang Pertanian dalam
rangka meningkatkan kemampuan pelayanan prima kepada pengguna.
Misi Pusat Penelitian dan pengembangan Perkebunan adalah :
a. Menghasilkan dan merakit teknologi tinggi dan strategis, melalui
perbaikan bahan tanaman dan peningkatan efisiensi penggunaan
sumberdaya untuk meberikan nilai tambah produk perkebunan yang
berdaya saing tinggi;
b. Menyusun sintesis kebijakan perkebunan yang dapat digunakan sebagai
dasar kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan daya saing
produksi perkebunan;
c. Merancang, melaksanakan dan mempercepat diseminasi hasil penelitian
secara efewktif dan efisien dalam upaya peningkatanadopsi teknologi dan
pengembangan sistem kebijakan pemerintah;
d. Mengembangkan dan memelihara kapasitas institusional untuk
mendukung pelaksanaan penelitian dan pengembangan.
6
Dengan demikian Misi Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain
tahun 2005-2009 adalah:
a. Menciptakan, merekayasa dan mengembangkan teknologi kelapa, aren sagu,
pinang dan lontar yang strategis sesuai kebutuhan pengguna;
b. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi diseminasi serta umpan balik
teknologi kelapa, aren, sagu, pinang dan lontar;
c. Memperkuat jaringan kerjasama nasional dan internasional untuk
penguasaan iptek tanaman kelapa, aren, sagu, pinang dan lontar;
d. Mengembangkan kapasitas dan kemampuan sumber daya Balitka agar
mampu memberikan pelayanan prima kepada pengguna
7
III. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
3.1. Analisis Perkembangan Lingkungan Strategis
Dalam mengindentifikasi Lingkungan Strategis Balai Penelitian tanaman
Kelapa dan Palma Lain, ada 4 aspek penting yang perlu diperhatikan yaitu:
- Strength (kekuatan)
a. Struktur organisasi mapan
b. Jumlah sumber daya manusia cukup tersedia
c. Anggaran tersedia
d. Teknologi yang telah dihasilkan banyak
e. Sarana dan prasarana penelitian tersedia
f. Interaksi dengan pengguna makin meningkat
- Weakness (kelemahan)
a. Belum terpenuhi kritikal mass kompetensi SDM
b. Peralatan lapangan/laboratorium terbatas
c. Pelayanan masyarakat belum prima
d. Daya saing inovasi hasil penelitian belum memadai
e. Kesinambungan penelitian tidak terjamin
- Opportunity (Peluang)
a. Kerjasama penelitian di bidang kelapa dan palma lain dalam dan
luar negeri
b. Perdagangan aneka produk kelapa dan palma lain cenderung
meningkat
c. Pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan terhadap pemerintah
membaik
d. Kesenjangan antara produktifitas riil di tingkat petani dgn
produktifitas potensial komoditas kelapa
e. Areal pertanaman kelapa rakyat belum dimanfaatkan secara
optimal
f. Undang-Undang perlindungan varietas tanaman dan keragaman
hayati
g. Undang-Undang perlindungan dan komersialisasi HAKI dalam
kegiatan agribisnis kelapa dan palma lain
- Threat (Ancaman)
a. Persaingan dengan negara penghasil kelapa makin meningkat
b. Produk kelapa dan palma lain yang belum memenuhi standart
c. Persaingan minyak goreng kelapa dengan minyak nabati lain
d. Dominasi negara maju dalam GATT/WTO dan diberlakukannya
AFTA pada tahun 2009
e. Persaingan teknologi baik di dalam maupun di luar negeri
f. Rendahnya tingkat adopsi petani terhadap teknologi dan belum
kondusifnya kelembagaan penyuluhan
8
g. Meningkatnya konversi lahan pertanaman kelapa dan palma lain
yang produktif, untuk pemukiman, industri dan infrastruktur
h. Meningkatnya jumlah petani kelapa yang memiliki lahan sempit
i. Perubahan kebijakan Departemen pertanian
3.2. Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan strategis ternyata kesimpulan
analisis faktor eksternal (KAFE), yang terdiri atas ancaman perlu diperhatikan
dan peluang yang perlu diraih dalam memajukan organisasi Balitka di masa yang
akan datang.
Ancaman yang harus menjadi perhatian utama dalam menjalankan organisasi
adalah rendahnya tingkat adopsi petani terhadap teknologi dan belum
kondusifnya kelembagaan penyuluhan, meningkatnya konversi lahan pertanaman
kelapa dan palma lain yang produktif, untuk pemukiman, industri dan
infrastruktur, perubahan kebijakan Departemen pertanian, dan Persaingan
teknologi baik di dalam maupun di luar negeri serat ancaman lainnya (Tabel1).
Peluang utama yang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kinerja Balitka adalah perdagangan aneka produk kelapa dan palma lain
cenderung meningkat, kesenjangan antara produktifitas riil di tingkat petani dgn
produktifitas potensial komoditas kelapa, areal pertanaman kelapa rakyat belum
dimanfaatkan secara optimal, dan kerjasama penelitian di bidang kelapa dan
palma lain dalam dan luar negeri serta peluang-peluang lainnya (Tabel 1).
Tabel 1. Kesimpulan analisis Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal Stategis Bobot Rating
(1-4)
Skor Prioritas
A Opportunity
a. Kerjasama penelitian di bidang kelapa
dan palma lain dalam dan luar negeri
b. Perdagangan aneka produk kelapa dan
palma lain cenderung meningkat
c. Pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan
terhadap pemerintah membaik
d. Kesenjangan antara produktifitas riil di
tingkat petani dgn produktifitas potensial
komoditas kelapa
e. Areal pertanaman kelapa rakyat belum
dimanfaatkan secara optimal
f. Undang-Undang perlindungan varietas
tanaman dan keragaman hayati
Undang-Undang perlindungan dan
komersialisasi HAKI dalam kegiatan
agribisnis kelapa dan palma lain
9
11
7
10
9
7
7
3
4
3
4
4
2
2
27
44
21
40
36
14
14
IV
I
V
II
III
VI
VII
9
B Threat
a. Persaingan dengan negara penghasil
kelapa makin meningkat
b. Produk kelapa dan palma lain yang
belum memenuhi standart
c. Persaingan minyak goreng kelapa dengan
minyak nabati lain
d. Dominasi negara maju dalam
GATT/WTO dan diberlakukannya AFTA
pada tahun 2009
e. Persaingan teknologi baik di dalam
maupun di luar negeri
f. Rendahnya tingkat adopsi petani
terhadap teknologi dan belum
kondusifnya kelembagaan penyuluhan
g. Meningkatnya konversi lahan
pertanaman kelapa dan palma lain yang
produktif, untuk pemukiman, industri dan
infrastruktur
h. Meningkatnya jumlah petani kelapa yang
memiliki lahan sempit
i. Perubahan kebijakan Departemen
pertanian
4
4
3
3
5
7
5
4
5
3
3
3
3
3
4
4
3
3
12
12
9
9
15
28
20
12
15
V
VI
IX
VIII
IV
I
II
VII
III
Jumlah 100
3.3. Kesimpulan Analisis Faktor Internal
Dari hasil analisis lingkungan strategis ternyata kesimpulan analisis
faktor internal (KAFI), yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan yang ada
dalam lingkungan Balitka perlu diperhatikan supaya dapat memperbaiki kinerja
sehingga dapat mendorong kemajuan organisasi Balitka.
Kekuatan yang tersedia perlu dimanfaatkan dalam melaksanakan kegiatan
supaya dapat diperoleh hasil yang maksimal. Kekuatan-kekuatan tersebut adalah
cukup tersedia sumber daya manusia, tersedia sarana dan prasarana penelitian,
struktur organisasi mapan, teknologi yang telah dihasilkan banyak, interaksi
dengan pengguna makin meningkat, dan tersedianya anggaran,
Kelemahan yang perlu dibenahi terutama adalah belum terpenuhi kritikal mass
kompetensi SDM, kemudian peralatan lapangan dan laboratorium terbatas,
kesinambungan penelitian tidak terjamin, daya saing inovasi hasil penelitian
belum memadai dan pelayanan masyarakat belum prima (Tabel 2).
10
Tabel 2. Kesimpulan analisis Faktor Eksternal
No Faktor Internal Strategis Bobot Rating
(1-4)
Skor Prioritas
A Strength
a. Struktur organisasi mapan
b. Jumlah sumber daya manusia
cukup tersedia
c. Anggaran tersedia
d. Teknologi yang telah
dihasilkan banyak
e. Sarana dan prasarana
penelitian tersedia
f. Interaksi dengan pengguna
makin meningkat
9
13
8
10
11
9
4
4
3
3
4
3
36
52
24
30
44
27
III
I
VI
IV
II
V
B Weakness
a. Belum terpenuhi kritikal mass
kompetensi SDM
b. Peralatan lapangan &
laboratorium terbatas
c. Pelayanan masyarakat belum
prima
d. Daya saing inovasi hasil
penelitian belum memadai
e. Kesinambungan penelitian
tidak terjamin
10
9
5
7
9
4
3
2
2
3
40
27
10
14
27
I
II
V
IV
III
Jumlah 100
Dengan memperhatikan KAFE dan KAFI maka faktor kunci keberhasilan
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan kompetensi sdm, fasilitas penelitian dan pelayanan
masyarakat dalam rangka menjaring kerjasama penelitian untuk
peningkatan produktivitas dan pemanfaatan potensi lahan yang tersedia
2. Tingkatkan kualitas sdm dan fasilitas penelitian untuk menghasilkan
teknologi yang berdayasaing.
3. Sinergiskan semua sumberdaya serta jaminan kelangsungan penelitian
untuk meningkatkan adopsi teknologi dan pelayanan prima kepada
masyarakat.
4. Berdayakan sumberdaya manusia, fasilitas dan hasil-hasil penelitian untuk
menghasilkan teknologi yang inovatif dan berdaya saing
5. Peningkatan kerjasama penelitian untuk mendapatkan peluang pasar dalam
dan luar negeri
11
6. Peningkatan produktivitas kelapa dan palma lain dengan pemanfaatan
varietas unggul, pemupukan, jarak tanam, dan pengendalian hama
penyakit.
7. daya saing inovasi hasil penelitian untuk mengatasi kesenjangan
produktivitas dan optimalisasi pemanfaatan lahan.
8. peningkatan kompetensi sdm, fasilitas penelitian dan pelayanan
masyarakat dalam rangka menjaring kerjasama penelitian untuk
peningkatan produktivitas dan pemanfaatan potensi lahan yang tersedia
9. Peningkatan kuantitas dan kualitas produk kelapa dan palma lain yang
berdaya saing tinggi
10. Optimalisasi pemanfataan lahan di antara kelapa
11. Rumusan saran kebijakan untuk organisasi dan program dalam jangka
panjang
12. Rumusan saran kebijakan untuk sistem konversi lahan pertanaman kelapa
dan palma lain
3.4. Sumberdaya Penelitian
Sumberdaya penelitian adalah meliputi sumberdaya mannusia, sarana dan
prasaran serta dana. Kondisi sumberdaya yang menunjang penelitian BALITKA
sesuai tugas dan fungsi hingga saat ini dapat dikatakan sudah harus mendapat
perhatian pembenahan. Masalah sumberdaya manusia adalah jumlah dan kualitas,
terutama pada tenaga peneliti. Penyebabnya adalah lambatnya rekrutmen tenaga
baru, maupun minimnya alokasi untuk peningkatan kualitas sumberdaya selama
ini. Kondisi peralatan pendukung penelitian yang ada sebagian besar tidak lagi
memadai. Kondisi ini terjadi karena alokasi dana, baik untuk pengadaan ataupun
pemeliharaan sangat minim. Sebagai gambaran umum akan disajikan secara garis
besar keragaan tenaga, sarana, dan dana.
3.4.1. Potensi Sumberdaya Manusia
Jumlah personil/tenaga pada Balitka saat ini adalah 161 orang yang terdiri
dari PNS 119 orang dan Honorer 42 orang. Jumlah ini hanya 42% dari keadaan
tahun 1994/1995 sebelum reorganisasi Badan Litbang Pertanian. Jumlah dan
status ketenagaan Balitka sampai Desember 2004 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah dan status ketenagaan Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan
Palma Lain, Desember 2004.
Status Kepegawaian/Tahun Jenis kelamin Jumlah
Pria Wanita
1994/1995 - PNS
- Honorer
216
98
49
21
265
119
314 70 384
1999/2000 - PNS
- Honorer
90
34
34
12
124
46
124 46 170
2001 - PNS
- Honorer
85
31
34
11
119
42
116 45 161
12
Dari Tabel 3 terlihat bahwa jumlah tenaga pada tahun 1994 mencapai 384
orang karena pada tahun tersebut karyawan Balitka termasuk Sub Balai Pakuwon
dan 10 kebun percobaan. Setelah terjadi reorganisasi Balitka hanya mempunyai 4
kebun percobaan dan jumlah tenaga yang ada pada tahun 2000 sebanyak 170
orang dan pada Desember 2001 tinggal 161 orang. Selang satu tahun berkurang 5
tenaga PNS berkurang, yaitu karena pensiun sebanyak 4 orang dan karena
pindah/mutasi ke Puslitbangtri 1 orang. Khusus, tenaga peneliti,telah terjadi
pengurangan yang cukup signifikan yang disebabkan terutama karena
perpindahan dan juga pensiun. Tahun 1994 sebanyak 54 orang dan berkurang
menjadi 35 pada akhir tahun 2001. Hingga Desember 2004 tenaga peneliti aktif
yang tercatat berjumlah 28 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, yang bergelar
doktor 3 orang, Magister 11, dan Strata-1 berjumlah 9 orang. Pegawai
(peneliti) yang sedang mengikuti program pendidikan sebanyak 6 orang dengan
rincian tersaji dalam Tabel 4
Tabel 4. Pegawai yang sedang mengikuti program tugas belajar.
No. Program
Pendidikan
Universitas Junlah
Pegawai
Sumber Dana
Dalam
Negeri
Luar Negeri
1.
2.
3.
S3
S3
S2
IPB
IPB
UNSRAT
-
-
-
2
1
1
Mandiri/PAATP
PAATP
Mandiri
Untuk membantu peneliti dalam tugasnya, maka terdapat tenaga teknisi
litkayasa yang cukup memadai, baik untuk tugas penelitian di lapangan maupun di
laboratorium.
3.4.2. Pengembangan Sumberdaya Manusia
Program pengembangan sumberdaya manusia perlu dilakukan dengan
latar belakang dua permasalahan utama, antara lain (a). Jumlah sumberdaya
manusia makin berkurang, (b) Tingkat ketrampilan dan profesionalitas tetap/tidak
meningkat. Penyebab berkurangnya sumber daya (SDM) di BALITKA karena
proses alami, yaitu pensiun dan karena proses pindah. Khusus proses pindah ini
terjadi secara besar-besaran pada saat reorganisasi di Badan Litbang, yaitu dengan
didirikannya BPTP. Pengurangan terbesar jumlah pegawai karena proses pindah
justru terjadi pada tenaga peneliti. Selanjutnya, tidak meningkatnya ketrampilan
dan profesionalisme SDM karena sejak 8 tahun terakhir sebagian besar karyawan
tidak/kurang mengikuti pelatihan-pelatihan, baik untuk jangka pendek (short
training) maupun latihan jangka panjang.
Pemecahan yang tepat untuk kedua permasalahan utama mengenai
ketenagaan tersebut adalah dengan (a) Rekrutmen (untuk tenaga calon peneliti
maupun non peneliti) dan (b) penyusunan usulan program pelatihan (bagi tenaga
peneliti, teknisi litkayasa, dan administratif). Adapun kebutuhan tenaga
berdasarkan bidang tugas masa 10 tahun kedepan disajikan dalam Tabel.5.
13
Tabel 5. Kebutunan Tenaga berdasarkan bidang tugas di BALTIKA (hingga
2010)
No Bidang Tugas SD SLTP SLT
A
S1 S2 S3 Jumlah
1. Administratif - 2 3 3 - - 8
2. Laboran
- Analis Kimia
- Keteknikan
-
-
-
-
2
2
3
2
-
1
-
-
5
5
Jumlah - - 4 5 1 - 10
3. Peneliti
- Bioteknologi
- Pasca Panen
- Agroklimatolo
gi
- Hama
- Penyakit
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
1
1
-
-
3
2(1)
1
2
1
4(1)
2
1(1)
2
2(1)
6(1)
5(1)
3(1)
4
3(1)
Jumlah Peneliti - - - 4 8 9 21
Jumlah - 2 7 12 9 9 39
Keterangan: ( ) sedang studi
Berdasarkan pada rencana pengembagan SDM, khususnya tenaga peneliti,
maka pada akhir tahun 2010 tenaga peneliti bergelar S3 sebanyak 11 orang, S2
sebanyak 19 orang dan Strata-1 sebanyak 13 orang atau total peneliti sebanyak 43
orang. Dalam rangka menunjang kelancaran tugas atau kegiatan penelitian dan
kegiatan balai secara keseluruhan, maka diperlukan tenaga yang trampil atau
profesional. Untuk maksud tersebut maka dibutuhkan program pelatihan-
pelatihan jangka pendek (short training). Adapun jenis dan bidang tugas yang
memerlukan pelatihan disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Kebutuhan jenis pelatihan (Jangka Pendek) hingga tahun 2010.
Bidang/Jenis
Pelatihan/Pendidikan
Bidang tugas
Tekn
isi
Labor
an
Kepal
a
Kebu
n
Adm.
/PRT
Proye
k
Peneliti
1. Programer Komputer
2. Teknisi Komputer
3. Analisa Jaringan Tan.
4. Analisa Tanah dan Bahan
5. Teknisi alat
pendingin/oven
6. Latihan Perencanaan
7. Manajemen Lab.
8. Manajemen Kebun
-
-
-
-
**
-
-
-
-
-
-
**
**
-
-
*
-
-
-
-
-
-
-
*
-
**
-
**
*
-
-
-
**
-
-
-
-
-
-
-
-
*
-
-
**
*
-
*
*
-
*
*
-
-
14
Percobaan
9. Manajemen Proyek
10. Manajemen Sarana
Penelitian.
12. Manajemen Bengkel
Rekayasa
13. Manajemen Kearsipan
14. Kesekretarisan/humas
15. Komersialisasi
16. Multimedia/fotografer
17. Information Technology
(IT)
18. Bahasa Inggris
-
**
-
-
-
**
*
*
-
-
-
-
*
*
-
*
*
-
-
-
*
-
-
*
-
-
*
*
*
-
**
**
-
-
*
-
-
-
-
*
*
-
-
-
*
*
*
***
Keterangan : (*) Prioritas sedang, (**) Prioritas tinggi, (***) Prioritas sangat
tiinggi
3.4.3. Perkembangan Infra Struktur Penelitian
Keberhasilan program penelitian kelapa dan palma lain banyak tergantung
pada tersedianya fasilitas penunjang berupa sarana dan prasarana penelitian.
Fasilitas penunjang tersebut terdiri atas ; (1) lahan kantor dan instalasi, (2)
laboratorium dan rumah kaca, (3) gedung kantor, (4) gudang, (5) bengkel
peralatan dan rekayasa, (6) lantai jemur, (7) rumah dinas dan mess, (8) Alat
lapang dan mesin pertanian, (9) kendaraan operasional, dan (10) dan barang
inventaris lainnya. Sebagian besar fasilitas tersebut sudah dimakan usia karena
pengadaannya antara tahun 1958-1985 sehingga kondisi ini tidak dapat lagi
mendukung secara optimal pelaksanaan penelitian di Balai Penelitian Tanaman
Kelapa dan Palma Lain. Sarana-sarana yang ada baik jumlah dan keragamannya
sudah cukup memadai, namun sebagian besar yang sudah pantas untuk direnovasi
atau diperbaiki baik total maupun parsial. Keterbatasan dana pemerintah telah
menyebabkan beberapa sarana/prasarana penunjang hanya diperbaiki
seadanya/seperlunya. Keadaan umum daya dukung infrastruktur penelitian
BALITKA seperti tercantum pada Tabel 7.
Adapun sarana yang digunakan langsung untuk kegiatan penelitian yaitu
bahan tanaman kelapa yang dikategorikan dalam tiga varietas kelapa, yaitu kelapa
Dalam, Genjah, dan Hibrida. Sebagian bahan/tanaman penelitian adalah tanaman
kelapa, dengan tingkat umur yang beragam, mulai dari umur 1 tahun hingga lebih
dari 90 tahun. Sebagian besar bahan tanaman (kelapa) ini merupakan bahan
tanaman kegiatan penelitian dari bidang Pemuliaan, yaitu sebagai bahan koleksi
plasma nutfah maupun hasil-hasil persilangan serta ada beberapa yang merupakan
tanaman yang dijadikan sumber benih kelapa unggul.
Selain sarana lapang, yang tak kalah penting adalah sarana laboratorium.
Ada lima laboratorium yang dimiliki oleh Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan
Palma Lain Manado, yakni laboratorium Plasma Nutfah dan Pemuliaan,
Laboratorium Ekofisiologi, Laboratorium Pengolahan Hasil dan Mekanisasi,
Laboratorium Hama dan Penyakit, serta laboratorium Bioteknologi. Sarana
laboratorium yang masih berfungsi dan masih dapat digunakan untuk beberapa
kegiatan penelitian mulai terbatas, karena beberapa peralatan/mesin vital dan
15
prinsip telah mengalami kerusakan. Sebagian besar alat yang rusak tersebut sulit
untuk diperbaiki karena tidak ada tenaga teknisi yang mampu serta alokasi dana
dari tahun ke tahun yang terus berkurang baik yang melalui jalur dana APBN
rutin, proyek, maupun bantuan. Status atau situasi sarana bengkel peralatan
Balitka dihubungkan dengan perannya dalam hal perbaikan sarana bergerak,
seperti alat transportasi masih cukup memadai, sedangkan untuk menopang
kegiatan penelitian, khususnya di bidang teknologi rekayasa alat sudah tidak
memadai.
Tabel 7. Daya Dukung Infrastruktur Penelitian Balitka
Infrastruktur Daya Dukung Keterangan
Kualitatif Kuantitatif
Laboratorium:
Bioteknologi Baik Baik Proses akreditasi
Pemuliaan Cukup Cukup Belum diakreditasi
Ekofisiologi Kurang Kurang Belum diakreditasi
Hama Kurang Kurang Belum diakreditasi
Penyakit Kurang Kurang Belum diakreditasi
Pasca panen Cukup Cukup Belum diakreditasi
Ruma Kaca
Pemuliaan Kurang Kurang Manajemen dan peralatan minim
Ekofisiologi Kurang Kurang Manajemen dan peralatan minim
Hama Kurang Kurang Manajemen dan peralatan minim
Penyakit Kurang Kurang Manajemen dan peralatan minim
Kebun Percobaan Cukup Cukup Perlu panataan fisik lapangan
Rencana Pengembangan sarana yang menjadi prioritas BALITKA ke
depan diprioritaskan pada sarana laboratorium dan sarana bengkel rekayasa.
Rincian mengenai rencana pengembangan sarana disajikan dalam Tabel 8.
16
Tabel 8. Rincian kebutuhan peralatan Laboratorium, bengkel rekayasa dan
sarana lainnya.
No
Nama Barang/Alat
Jumlah
Untuk Bidang Peneltian
A. Sarana Laboratorium
1. Centrifuge 15.000 rpm
2. AAS
3. Spectrofotometer Spectronic
70
4. pH meter (skala 0-14)
5. Heating manset, 6 hole
6. Block digester, 40 hole
7. Analytical balance, 4 decimal
8. Top Load Balance, 2 decimal
9. Water destilation, 24 l/jam
10. Oven listrik
11. Analisator lemak
12. Autoclave
13. Laminar flow
14. Mikrokjeldahl
15. Microscope
16. Distiling apparatus
17. Conductivity meter
18. Glas ware
20. Refrigerator
21. Grinder and Milles
1 unit
1 unit
2 unit
4 unit
2 set
2 set
4 unit
2 unit
1 unit
3 unit
1 unit
2 unit
1 set
2 set
2 set
6 set
2 unit
1 paket
2 buah
1 unit
Hama/Penyakit, Pemuliaan
Ekofisiologi
Ekofisiologi
Ekofisiologi, Pemuliaan
Ekofisiologi, Pemuliaan
Hama/Penyakit
Umum*)
Umum*)
Umum*)
Umum*)
Pasca Panen/Fisiologi hasil
Umum*)
Bioteknologi
Umum*)
Umum*)
Umum*)
Ekofiologi
Bioteknologi dan H/P.
Bioteknologi dan Pemuliaan
Umum*)
C. Sarana lainnya
1. Rotaslasher
2. Hand Slasher
3. Penakar Hujan Otomatis
4. Tuber Solarimeter + Integrator
5. Dome Solarimeter
6. Data Logger
7. Net Radiometer
8. Photosyntetics Analyzer
9. Automatic Weather Station
10. Wireless Mic
11. TV Sony 25 inchi
12. Video Camera Sony Hand.
13. Computer Toshiba Laptop
14. Stasiun Iklim mini
15. Renovasi Rumah Kaca
16. Bangunan Rumah Kaca
1 unit
4 unit
2 unit
6 set
1 unit
2 unit
2 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 set
1 set
1 set
6 unit
4 unit
Ekofisiologi dan Pemuliaan
Ekofisiologi dan Pemuliaan
Ekofisiologi
Ekofisiologi
Ekofisiologi
Ekofisiologi
Ekofisiologi
Ekofisiologi
Ekofisiologi
Diseminasi
Diseminasi
Diseminasi
Perencanaan dan Monev
Ekofisiologi
Pemuliaan dan Ekofisiologi
Pemuliaan dan Ekofifiologi
*) artinya digunakan untuk menunjang kegiatan penelitian yang memerlukannya
3.5. Anggaran dan Pembiayaan
Dana adalah salah satu faktor yang sangat menentukan bagi suksesnya suatu
kegiatan. Sebagai instansi teknis penelitian, maka dana rutin dan pembangunan
yang dialokasikan disesuaikan dengan program kerja yang dilaksanakan dan biaya
yang tersedia. Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan kegiatan administrasi
17
lainnya, Balitka ditunjang oleh beberapa sumber dana meliputi Anggaran Rutin
(APBN) dan Sektoral/Pembangunan (APBN, BLN-PAATP) dan kerjasama
lainnya.
Rencana anggaran belanja pegawai menurut target DIK 2004 adalah sebesar
Rp. 2.423.000.000,- dan yang terealisasi untuk belanja pegawai mencapai Rp.
2.038.084.770,- (84.11%) dari target, sedangkan belanja non pegawai (belanja
barang, belanja pemeliharaan, dan belanja dinas) terealisasi sebesar Rp.
487.260.559,- (96.79%). Penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) hingga
Desember 2004 terealisai sebesar Rp. 113.738.647,- (103.00%) dari rencana DIK
2004 hanya sebesar Rp. 110.427.000,-. Rencana atau target PNBP ini diperoleh
dari penerimaan umum sebesar Rp. 33.128.000,- dan penerimaan fungsional
sebesar Rp. 77.299.000,-.
Untuk kegiatan yang dibiayai melalui Bagian Proyek Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Kelapa Manado meliputi kegiatan-kegiatan yang
tercakup dalam 7 (tujuh) Tolok Ukur, yakni Penyusunan Rencana Teknis (4 keg.),
Pelatihan Keterampilan Tenaga Kerja (3 keg.) Perawatan Alat Besar/Alat Bantu
(60 unit), Penelitian Produk/Teknik Produksi (6 keg.) Penelitian Penguasaan
Teknologi (7 keg.), Penyuluhan dan Penyebaran Informasi (4 keg.) dan
Pemantauan dan Evaluasi (1 keg.). Alokasi anggaran rutin dan bagian proyek
serta realisasinya untuk BALITKA tahun 2004 terdapat dalam Tabel 9.
Tabel 9. Penyerapan dana rutin dan proyek tahun anggaran 2004
No. Sumber Dana Target T.A.
2004
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Prosentase
(%)
Sisa Dana
(Rp)
1 Rutin 4.523.187.000 2.594.232.156 57.35 1.928.954.844
Jumlah 4.523.187.000 2.594.232.156 57.35 1.928.954.844
2 Pembangunan
APBN-MURNI
(RM)
ADB-PAATP (RK)
2.600.000.000
677.999.000
2.554.067.504
655.647.872
98.23
96.70
45.932.496
22.351.128
Jumlah 3.277.999.000 3.209.715.176 96,89 68.283.624
Adapun kebutuhan dana, baik untuk rutin maupun proyek meningkat pada
tahun 2005. Peningkatan ini terjadi karena sesuai dengan program kerja yang
dilakukan dan kecenderungan situasi harga yang meningkat. Khusus dana
penelitian tahun 2005 sebesar Rp. 2.437.515.250,- (murni untuk penelitian) untuk
membiayai 8 Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) dan 2 Rencana Desiminasi
Hasil Penelitian (RDHP) sedangkan untuk tahun 2006 dana penelitian menurun
menjadi Rp. 1.678.819.000 karena hanya membiayai 6 RPTP dan 2 RDHP.
Rincian kebutuhan dana penelitian untuksetiap RPTP dan RDHP pada tahun 2005
dan 2006 disajikan pada Tabel 10.
Dalam rangka menaikan atau mendapatkan dana, maka telah dilakukan
beberapa kegiatan kerjasama dengan COGENT, ACIAR dan APCC untuk
membiayai kegiatan penelitian maupun biaya pendidikan. Beberapa tenaga
peneliti mendapat fasilitas bea siswa dari hasil kerjasama dengan pihak luar
18
seperti COGENT. Selain itu, dengan diaktifkannya unit komersialisasi, maka
diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana baik dari hasil penjualan jasa,
teknologi, maupun mitra kerjasama.
Tabel 10. Rencana Kebutuhan Dana Penelitian dari setiap RPTP/RDHP untuk
tahun 2005-2006
No.
Judul RPTP/RDHP
Kebutuhan Biaya (Rp)
2005 2006
1. Konservasi ex situ plasma nutfah kelapa
dan palma lain
325. 000 000 302.753.000
2. Kelapa Dalam komposit unggul 335 000 000 277.355.000
3. Perbaikan teknik ex vitro kultur embrio
kelapa kopyor
95.000.000 82.680.000
4. Resistensi varietas kelapa terhadap
penyakit layu Kalimantan dan struktur
genetik Phytopthora
135.000.000 95.725.000
5. Standarisasi protokol produksi Virgin
Cococnut Oil
80 000 000 61.675.000
6. Penyempurnaan pengendalian hama
Sexava secara terpadu
441.000.000 381.291.000
7. Studi dasar tanaman aren 159.000.000 -
8. Teknologi hiodrolisis tekanan sedang
minyak kelapa untuk diterapkan industri
oleokimia skala kecil menengah dalam
negeri
120.000.000 -
9. Akselerasi teknologi pengolahan kelapa
secara terintegrasi
199.928.000 151.340 000
10. Perbenihan 547.587.250 326.000.000
Jumlah 2.437.515.250 1.678.819.000
19
IV. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI
Penetapan tujuan, sasaran, dan strategi ini merupakan hasil analisis dan
sintesis dari KAFE, Visi, Misi, dan KAFI.
4.1. Tujuan
a. Melakukan eksplorasi, identifikasi, dan konservasi sumberdaya genetik
kelapa, aren, sagu, pinang, dan lontar.
b. Menghasilkan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktifitas dan
efisiensi sistem produksi, mutu dan nilai tambah hasil tanaman kelapa, aren,
sagu, pinang, dan lontar.
c. Mengembangkan jejaring dan kerjasama kemitraan dengan lembaga
penelitian, dunia usaha, petani dan pelaku agribisnis untuk menghasilkan
inovasi teknologi kelapa, aren, sagu, pinang, dan lontar.
d. Memanfaatkan secara optimal dan mengembangkan kapasitas dan
profesionalisme sumberdaya manusia dan sarana penelitian.
4.2. Sasaran
1. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2005 – 2009 untuk komponen
komponen teknoogi kelapa dan aren adalah sebagai berikut:
o Kelapa: (a) Enam varietas Kelapa Dalam dengan produktivitas rata-rata
mencapai 3.5 ton setara kopra/ha/tahun, satu varietas resisten terhadap
penyakit busuk pucuk yang disebabkan oleh Phytophtora dan satu varietas
resisten terhadap KWD yang penyebabnya adalah Phytoplasma, serta bibit
kelapa kopyor dengan teknik ex situ yang kultur embrionya telah diperbaiki
dengan daya adaptasi bibit di lapangan meningkat dari 20% menjadi 50%.
Selain itu koleksi kelapa ditargetkan dapat mencapai 250 aksesi dalam 5
tahun mendatang; (b) teknologi pengendalian hayati hama sexava dan
oryctes yang mampu menekan kerusakan tanaman < 20% dan mengurangi
biaya pengendalian hingga 50% dan pengendalian penyakit layu kelapa; (c)
Model PRIMATANI kelapa di daerah sentra produksi kelapa dengan
aplikasi pengolahan produk kelapa skala kecil dan menengah.
o Aren: (a) Teridentifikasi sumber benih Aren Unggul di 3 provinsi dan
penambahan koleksi menjadi 35 aksesi dari tiga daerah yaitu Jawa,
Sumatera, dan Kalimantan sebagai tambahan dan telah teridentifikasinya
kultivar Aren Genjah dan Aren Dalam dan koleksi 4 aksesi aren asal
Sumatera; (b) paket teknologi budidaya aren yang mampu untuk
meningkatkan produksi nira hingga 20%; dan (c) teknik penyadapan nira
yang lebih efisien dan teknologi pengolahan juga menjadi target sehingga
dapat dihasilkan alkohol teknis 70 %, gula merah dan gula semut yang lebih
tahan simpan, dan palm wine bermutu.
2. Sasaran perakitan teknologi yang ingin dicapai pada tahun 2005 –2009 untuk
tanaman kelapa dan aren adalah sebagai berikut:
20
o Kelapa: (a) Paket Teknologi Lengkap Kelapa Dalam Unggul dengan
produktivitas tinggi dan tahan terhadap Phytophtora dan Phytoplasma,
Paket Teknologi Lengkap kelapa kopyor unggul, dan Model PRIMATANI
kelapa di daerah sentra produksi; (b) Rekomendasi teknik pengendalian
hayati hama sexava, dan oryctes; dan pengendalian penyakit layu kelapa
yang efektif; (c) Rekomendasi pengolahan produk kelapa skala kecil dan
menengah.
o Aren: (a) Paket Teknologi Lengkap Aren Unggul Spesifik Lokasi; (b)
Rekomendasi teknik penyadapan nira yang lebih efisien; (c) Rekomendasi
teknik pengolahan untuk menghasilkan alkohol teknis 70 %, gula merah dan
gula semut yang lebih tahan simpan, dan palm wine bermutu.
4.3. Strategi
Strategi disusun mengacu kepada tujuan dan sasaran dengan
mempertimbangkan Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal (KAFE) yang terdiri
atas ancaman dan peluang serta dipadukan dengan Kesimpulan Analisis Faktor
Internal (KAFI) yang terdiri atas kelemahan dan kekuatan. Berdasarkan atas
Matrik Paduan KAFE dan KAFI terdapat empat paduan yang dianalisis sebagai
paduan strategi. Prioritas strateji secara berturut-turut adalah paduan antara (1)
kelemahan dan ancaman, (2) kelemahan dan peluang, (3) kekuatan dan acaman,
dan (4) kekuatan dan peluang (lihat matriks Lampiran 4.3). Hal ini dilaksanakan
karena dalam pelaksanaan semua kegiatan kelemahan selalu menjadi pembatas
untuk mencapai tujuan, sehingga harus mendapat prioritas. Selain itu karena
ancaman lebih sering menjadi sumber kegagalan maka perlu didahulukan sebagai
fokus perhatian untuk diatasi.
Secara lengkap Strategi yang akan ditempuh dalam periode 2005-2009
adalah sebagai berikut:
Menyusun Prioritas dan Fokus (Kelemahan dan Ancaman): Di satu pihak
daya dukung sumber daya manusia, infrastruktur, dan anggaran yang terbatas
dan di pihak lain daya saing komoditas kelapa dan palma lain sangat
membutuhkan percepatan untuk segera ditingkatkan, mengharuskan untuk
menyusun fokus dan prioritas, agar tujuan dan sasaran dapat dicapai.
Menjalin Kemitraan dan Pemberdayaan (Kelemahan dan Peluang): Untuk
dapat memanfaatkan peluang dengan baik seperti semakin terbukanya
penciptaan nilai tambah produk bagi petani perkebunan dan semakin
terbukanya peluang untuk bekerja sama baik secara individu ataupun
instusional, maka daya dukung penelitian dan pengembangan yang terbatas
tersebut harus terlebih dahulu ditingkatkan dengan cara menjalin kemitraan
dan pemberdayaan.
Menguatkan Promosi (Kekuatan dan Ancaman): Dengan modal dasar
pencapaian hasil-hasil penelitian yang sudah sedemikian banyak dan
kompetensi ahli yang tinggi maka agar daya saing petani dapat segera
ditingkatkan, promosi hasil perakitan komponen-komponen teknologi hasil
penelitian yang sudah dicapai harus diperkuat.
21
Mendorong Percepatan (Kekuatan dan Peluang): Hasil-hasil penelitian yang
telah dirakit harus didorong percepatan adopsi teknologi agar peluang untuk
meningkatkan nilai tambah tanaman kelapa dan palma lain dapat
dimanfaatkan dengan baik.
22
V. KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
5.1. Kebijakan
Kebijakan merupakan penjabaran dari strategi penelitian tanaman kelapa
dan palma lain sebagai berikut:
Kebijakan Penyusunan Prioritas dan Fokus Penelitian.
Prioritas penelitian tanaman kelapa dan palma lain mengikuti prioritas komoditas
yang ditentukan oleh Badan Litbang Pertanian yaitu Kelapa dan Aren, sedangkan
fokus penelitian tanaman kelapa pada penanganan varietas kelapa unggul,
pengendalian hama sexava, oryctes dan Brontispa, penyakit Phytophtora dan
Phytoplasma, serta pembibitan kelapa kopyor unggul, sedangkan pada tanaman
aren pada produktivitas dan penyadapan.
Kebijakan Pola Kemitraan
Pola kemitraan dengan pihak akan dibangun dengan petani, swasta,
pemerintah daerah, BPTP, dan lembaga-lembaga international dalam bentuk:
a. Penelitian partisipatif (Participatory Research) yaitu pelaksanaan penelitian
yang melibatkan stakeholder secara aktif seperti pada pelestarian potensi
keragaman genetik dalam bentuk konservari in situ berbasis komunitas,
pendirian kebun induk kelapa, sagu dan pinang.
b. Penelitian Kemitraan yaitu pelaksanaan penelitian bersama dengan lembaga
penelitian dalam dan luar negeri serta pemerintah daerah.
c. Penelitian dan Pengkajian (LITKAJI) seperti dalam penelitian uji multilokasi
kelapa unggul.
d. Bantuan Teknik yaitu bantuan tenaga peneliti dalam penyusunan
kebijaksanaan atau penerapan hasil penelitian seperti dalam kegiatan
pemilihan pohon induk dengan pemerintah daerah.
Kebijakan diseminasi dan alih teknologi.
Tujuan diseminasi dan alih teknologi adalah: (a) mempercepat adopsi teknologi
sistem produksi tanaman dan pengolahan hasil tanaman kelapa, sagu, aren dan
pinang, (b) mendorong usaha komersialisasi teknologi dan (c) membangun
kerjasama diseminasi hasil penelitian dengan lembaga penelitian, dunia usaha dan
pemerintah daerah. Sasaran yang ingin dicapai meliputi: (a) dimanfaatkannya
teknologi yang dihasilkan secara luas, (b) kuantitas teknologi yang
dikomersialkan meningkat, dan (c) meningkatnya partisipasi stakeholder dalam
kegiatan diseminasi.
Strategi yang ditempuh dalam melaksanakan diseminasi yaitu (1) Pengembangan
Unit Komersialisasi Teknologi (UKT); (2) Promosi; (3) Ekspose dan Pameran; (4)
Rencana Alih Teknologi; dan (5) Pengembangan jaringan Litkaji.
1. Pengembangan UKT (Unit Komersialisasi Teknologi)
Unit Komersialisasi Teknologi Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain
telah dibentuk sejak tahun 2002. Kegiatan yang dilaksanakan sampai 2004
23
meliputi (a) pembenahan organisasi; (b) mengelola kerjasama pemanfaatan
teknologi dengan Pemerintah daerah; dan (c) melakukan promosi teknologi-
teknologi yang siap diterapkan ditingkat petani/pengguna. Rencana kegiatan
2005-2009 meliputi: (a) komersialisasi benih kelapa Dalam Mapanget, Dalam
Tenga, Dalam Palu, Dalam Bali, Genjah Salak, Genjah Bali Kuning dan Genjah
Raja (2005-2009), pemanfaatan agens hayati hama kelapa dan (b) Komersialisasi
bibit kopyor hasil kultur embrio (2005-2009).
2. Promosi
Promosi hasil-hasil penelitian akan dilakukan melalui cara :
a. Penerbitan karya tulis ilmiah dan semi ilmiah (jurnal, buletin yang
terakreditasi dan ditulis dalam bahasa Inggris dan Indonesia, monograf, buku
petunjuk teknis,leaflet, booklet, dan buku tentang kelapa dan palma lain).
b. Penyampaian melalui media cetak dan elektronik dalam bentuk iklan, siaran
pedesaan pada koran, majalah pertanian, radio atau televisi dan cybernet.
c. Penyampaian melalui suatu bentuk komunikasi oral seperti seminar,
lokakarya, workshop, simposium dan gelar teknologi.
d. Promosi melalui kerjasama pelatihan, magang, visitor plot serta pembangunan
kebun induk kelapa.
3. Expose dan Pameran
Kegiatan expose dan pameran lebih dititik beratkan pada penyampaian
materi hasil-hasil penelitian yang siap pakai ditingkat pengguna dalam hal ini
petani, pemerintah dan pengusaha. Dalam acara ini pengguna dapat secara cepat
menerima teknologi yang dihasilkan dan diperoleh dengan penjelasan langsung,
dialog, membaca bahan/materi yang disiapkan seperti brosur, leaflet, booklet, dan
poster.
4. Rencana Alih Teknologi
Rencana alih teknologi meliputi kegiatan:
a. Pelepasan beberapa varietas kelapa:
Kelapa Dalam Komposit Serbuk Bebas (2009)
Kelapa Dalam Lubuk Pakam, Dalam Sawarna, Dalam Banyuwangi, Dalam
Jepara, Dalam Rennel, Dalam Kima Atas.
Kelapa Hibrida GRA x DMT, GKB x DMT, GKN x DTE, GKB x DTE.
Kelapa Genjah Kuning Bali (GKB), Genjah Raja (GRA), Genjah Salak
(GSK).
b. Pengusulan Hak Paten:
Protokol Hibrida Kultur Embrio Kelapa Kopyor (2005)
Protokol Baru Kultur Embrio Kelapa Kopyor (2008)
Teknologi pengolahan minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) (2007).
Teknologi pengolahan palm wine (2006).
Alat hidrolisis tekanan sedang (2006).
Sertifikasi ISO 17025 Laboratorium Bioteknologi (2006)
24
Sertifikasi Kebun Benih Kelapa Dalam Mapanget (2005)
Sertifikasi produksi benih kelapa Dalam Komposit (2009).
Bioinsektisida metabron untuk hama Sexava dan Brontispa (2007)
Teknologi pengolahan minuman isotonik air kelapa (2008)
5. Pengembangan Jaringan Litkaji
Rencana pengembangan jaringan litkaji meliputi:
a. Coconut World Museum di Bali dan Sulawesi Utara (2005-2009).
b. Konservasi sagu di Papua (2005-2009).
c. Kelapa Dalam Komposit di Kalimantan Tengah (2005-2009).
5.2. Program dan Kegiatan
Program Balitka merupakan rincian lanjutan dari kebijakan yang
dicanangkan dan ditangani secara lintas disiplin yang disinkronkan dengan
Program Badan Litbang Pertanian, yaitu Program Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Tinggi dan Strategis Komoditas, Sub Program
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tinggi dan Strategis Perkebunan.
Sub program Badan Litbang ini merupakan Program dari Puslitbangbun
kemudian dijabarkan dalam sub Program Puslitbangbun..
Program yang dituangkan dalam Rencana Strategis Balitka
merupakan Sub Program Puslitbangbun yang tercantum dalam Renstra
Puslitbangbun 2005-2009. Lima program yang akan dilaksanakan oleh
Balitka yaitu(1) Program pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan dan
pelestarian sumber daya genetik kelapa dan palma lain, (2) Program
penelitian pemuliaan, perbaikan sistem produksi, tekno-ekonomi kelapa dan
aren, (3) Program peningkatan daya saing produk pertanian utama melalui
inovasi dan teknologi pertanian, (4) Program pengembangan model
agribisnis terintegrasi secara vertikal untuk komoditas dan produk pertanian
bernilai komersial tinggi, dan (5) Program pengembangan sistem informasi,
komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi pertanian. Matrix keluaran
dari setiap program dapat dilihat pada Lampiran 1. Masing-masing program
dijabarkan dalam bentuk Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) atau
Rencana Desiminasi Hasil Penelitian (RDHP) sebagai berikut:
A. Program pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian
sumber daya genetik kelapa dan palma lain
RPTP Konservasi ex situ plasma nutfah kelapa dan palma lain
Indonesia memiliki sumberdaya genetik lebih dari 500 aksesi yang
tersebar di 33 provinsi. Di setiap provinsi diperkirakan terdapat rata-rata 25
aksesi kelapa potensial. Kegiatan eksplorasi dan koleksi yang dilakukan
pada periode 1974 - 2004 baru berhasil mengumpulkan 155 aksesi kelapa
yang berarti rata-rata 3 aksesi per tahun. Jumlah aksesi ini masih jauh di
bawah Filipina yang berhasil mengoleksi 225 aksesi pada bentangan
25
geografis yang sempit. Rendahnya intensitas kegiatan konservasi dapat
menyebabkan kepunahan sumberdaya genetik kelapa. Sebagai contoh,
kelapa Genjah Salak tidak ditemukan lagi di habitatnya di Kalimantan
Selatan, Genjah Merah Jombang di Jombang, Genjah Hijau Seribu di
Jember. Aksesi-aksesi yang berada di ambang kepunahan atau ’Endangered
Species’ yaitu Dalam Igoduku dan Dalam Igo Bulan di Maluku, Genjah
Merah Sri Tanjung dan Genjah Orange Sri Wulan di Banyuwangi, Dalam
Kenari di Sulawesi Utara, Dalam Biak (Sabut manis) di Biak serta beberapa
kultivar lokal di Papua, NTT, Kalimantan dan Sumatera.
Upaya konservasi berupa pembangunan ’Field Genebank’ atau Kebun
Plasma Nutfah kelapa menghadapi kendala ketersediaan lahan dan dana
yang berkelanjutan. Penyebaran kelapa yang luas di pulau-pulau dan di
daerah-daerah terpencil menyulitkan kegiatan eksplorasi dan koleksi. Oleh
karena itu, strategi konservasi yang baru perlu diterapkan. Kegiatan
konservasi tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan tanpa keuntungan
ekonomi. Beberapa metode konservasi justru mendatangkan keuntungan
ekonomi. Metode-metode konservasi tersebut akan diterapkan sebagai
pendekatan baru dalam program ini. Pertanyaan menarik: ’Mungkinkah
melakukan konservasi 345 aksesi kelapa dalam waktu 5 tahun, sementara
selama 30 tahun sebelumnya hanya berhasil mengkonservasi 155 aksesi?“
Strategi yang diterapkan yaitu metode konservasi berbasis kawasan dan
komunitas.
RPTP ini dijabarkan dalam 4 kegiatan sebagai berikut:
1. Eksplorasi, koleksi dan karakterisasi plasma nutfah kelapa
2. Koleksi dan konservasi sumberdaya genetik pinang secara ex situ
3. Koleksi dan konservasi sumberdaya genetik sagu secara ex situ
4. Eksplorasi, koleksi dan karakterisasi sumber daya genetik aren secara ex
situ.
RPTP ini bertujuan untuk: (a) melakukan konservasi 500 aksesi
plasma nutfah kelapa potensial, (b) membangun kebun plasma nutfah kelapa
berbasis agrowisata dan komunitas, (c) melakukan sidik jari (fingerprinting)
DNA aksesi kelapa Indonesia, dan (d) melakukan dokumentas dan evaluasi
bentuk pemanfaatan setiap aksesi kelapa. Roadmap dari RPTP ini disajikan
pada Gambar 1.
Keluaran yang diharapkan dalam jangka panjang yaitu database
yang lengkap tentang kelapa, sagu, pinang dan aren dan konservasi 50%
aksesi kelapa, sagu, pinang dan aren serta metode pengelolaan sumberdaya
genetik yang efisien
26
Gambar 1. Roadmap Konservasi Aksesi Kelapa
2005 2006 2007 2008 2009
Kebun Plasma Nutfah Kelapa berbasis Komunitas di 10
provinsi
Mar
ket T
rend
P
rodu
ct &
Pro
duct
ion
proc
ess
Tec
h-no
logy
Pat
h
500 Aksesi Kelapa Potensial
R &
D P
roje
ct
Ekplorasi dan Koleksi
Pembangunan Kebun Plasma Nutfah Kelapa Berbasis Agrowisata dan Komunitas
Kelapa
Segar
Benih Kelapa
Unggul Ornamental
Karakterisasi Morfologi dan Sidikjari DNA
Kebun Plasma Nutfah Kelapa berbasis Agrowisata
di Sulut dan Bali
27
B. Program penelitian pemuliaan, perbaikan sistem produksi, tekno-
ekonomi kelapa dan aren
1. RPTP Kelapa Dalam Komposit Unggul
Petani sebagai pelanggan utama teknologi BALITKA menghendaki
varietas kelapa unggul dengan ciri-ciri sebagai berikut: berproduksi tinggi
(minimal 2.5 ton kopra/ha/tahun), berbuah pada umur kurang dari 5 tahun,
tidak memerlukan pemeliharaan intensif, dapat beradaptasi pada lingkungan
yang beragam, dan tahan terhadap penyakit berbahaya seperti Penyakit
Busuk Pucuk dan Penyakit Gugur buah yang disebabkan Phytopthora dan
Penyakit Layu Kalimantan yang disebabkan oleh Phytoplasma. Sembilan
puluh persen petani menginginkan kelapa Dalam unggul. Masalah yang
dihadapi adalah kelapa Dalam umumnya berproduksi rendah rata-rata 1.5-
2.0 ton kopra per hektar per tahun dan berbuah lebih lambat yaitu sekitar 6
tahun. Proses pengembangan kelapa Dalam memerlukan waktu yang
panjang (20 tahun) mulai dari kegiatan seleksi sampai pelepasan varietas
jika mengikuti tahapan pemuliaan konvensional.
Sejak tahun 2003, varietas kelapa unggul baru yang diharapkan
memenuhi harapan petani telah dikembangkan yaitu Kelapa Dalam
Komposit terdiri atas kelapa Dalam Komposit Serbuk Bebas (KDK-SB) dan
Kelapa Dalam Komposit Hibrida Intervarietas (KDK-HI). Selain kedua
kultivar ini, 15 kultivar kelapa Hibrida Intervarietas Dalam x Dalam telah
dibuat sebagai populasi induk dari kelapa Dalam Komposit. Varietas-
varietas kelapa ini diharapkan dapat memenuhi standar internasional yang
ditetapkan oleh UPOV (Union for the Protection of Plant Varieties) dan
Undang-undang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) meliputi
Distinctness atau keunikan, Uniform atau keseragaman (terutama
produktivitas per tanaman), Stability atau kestabilan, dan Novelty atau baru
(DUSN). Tahapan pemuliaan diperpendek menjadi maksimal 10 tahun yaitu
setelah seleksi dan hibridisasi langsung dilakukan uji multilokasi di tiga
provinsi yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo dan Jawa Timur.
RPTP ini terdiri atas 2 kegiatan yaitu : (1). Pelepasan varietas dan
(2). Perakitan Kelapa Dalam Komposit Hibrida Intervarietas. Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan: (1) kelapa Dalam unggul dan (2) kebun
induk kelapa dalam komposit pada 3 provinsi.
Keluaran yang diharapkan dari RPTP ini pada tahun 2005-2009
meliputi (1) 6 varietas kelapa Dalam unggul; (2) 2 varietas Kelapa Dalam
Komposit; (3) 15 varietas kelapa Hibrida Intervarietas Dalam x Dalam; (3)
Kebun Induk Kelapa Dalam Komposit Produktif masing-masing seluas 15
ha di tiga provinsi yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo dan Jawa Timur.
Tahapan RPTP disajikan pada Roadmap Kelapa Dalam Komposit Unggul
(Gambar 2).
28
Gambar 2. Roadmap Kelapa Dalam Komposit
Benih kelapa Dalam komposit unggul
Kelapa dalam dan Genjah
Unggul
Kelapa Dalam Komposit Serbuk
Bebas
Ma
rket
T
ren
d
Pro
du
ct &
P
rod
uct
ion
p
roce
ss
Tec
hn
olo
gy
Pa
th
Kelapa Genjah Unggul
R &
D
Pro
ject
Eksplorasi, koleksi, karakterisasi, konservasi,
evaluasi dan pemanfaatan 500 aksesi kelapa
2005
2006
2007
Perakitan kelapa Dalam Unggul Komposit
Kelapa Dalam Unggul
Perbaikan populasi (Recurrent Selection)
2008 2009
Hibrida Inter- varietas D x D,
D x G
29
2. RPTP Perbaikan teknik in vitro kultur embrio kelapa kopyor
Hasil penelitian kultur embrio sampai 2003 menunjukkan bahwa
keberhasilan pertumbuhan in vitro embrio kelapa cukup tinggi (> 85%)
tetapi apabila dipindahkan ke screen house untuk diaklimatisasi banyak
plantlet (calon bibit) yang tidak dapat beradaptasi sehingga banyak planlet
yang mati. Hingga saat ini tingkat keberhasilan pada taraf aklimatisasi
masih rendah yaitu sekitar 20%. Daun plantlet kelapa kopyor kurang tegar
jika dibandingkan dengan plantlet kelapa biasa. Jadi, masalah serius yang
dihadapi dalam kultur embrio adalah pada taraf aklimatisasi, oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian perbaikan teknik aklimatisasi atau teknik ex vitro.
Diharapkan dengan cara ini daya adaptasi plantlet kelapa kopyor pada taraf
ex vitro meningkat sehingga akan meningkatkan ketersediaan bibit kelapa
kopyor yang siap tanam. Dari penelitian yang dilakukan hingga saat ini,
ternyata waktu yang dibutuhkan embrio untuk menjadi bibit yang siap
tanam di lapang sekitar 18 bulan. Berdasarkan hasil penelitian di negara
negara penghasil kelapa lainnya, ternyata waktu yang dibutuhkan embrio
untuk menjadi bibit siap tanam di lapang dapat diperpendek menjadi 8
hingga 10 bulan, oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi protokol kultur
embrio kelapa terutama pada tahap in vitro. Salah satu masalah yang
dihadapi dalam teknik kultur jaringan umumnya dalam kultur embrio
khususnya adalah harga bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan
media tumbuh sangat mahal. Oleh karena itu salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah “surrogate“ embrio artinya embrio kelapa kopyor
dipindahkan ke buah kelapa Dalam normal. Jadi daging buah kelapa ini
menjadi media tumbuh dari embrio kelapa kopyor. Persentase buah kelapa
kopyor sangat rendah sekitar 10–20%/pohon, karena tingkat kemurnian
genetik yang rendah. Selain itu, perbanyakan melalui biji kelapa kopyor
tidak memungkinkan karena endospermnya (daging buah) yang rusak,
kultur jaringan dalam hal ini mikropropagasi diharapkan mampu
menghasilkan kemurnian kelapa kopyor lebih dari 90%. Saat ini permintaan
kelapa kopyor sangat tinggi terutama di Jawa. Pemanfaatan daging buah
kelapa kopyor hingga saat ini masih dalam bentuk es kelapa kopyor dan
untuk minuman ringan lainnya. Pada dasarnya daging buah kelapa kopyor
dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi oleh karena itu
perlu dilakukan pengolahan daging buah kelapa kopyor menjadi produk
yang lebih bermutu.
RPTP ini dijabarkan dalam 2 kegiatan yaitu: (a) Perbaikan teknik
hardening dan weaning plantlet kelapa kopyor dan (b) Aklimatisasi bibit
kelapa kopyor hasil kultur embrio. Roadmap Perbaikan teknik in vitro kultur
embrio kelapa kopyor disajikan pada Gambar 3.
Penelitian ini bertujuan untuk: (a) meningkatkan jumlah bibit kelapa
kopyor yang siap tanam di lapang, (b) memperpendek waktu untuk
menghasilkan bibit yang siap ditanam di lapang, (c) meningkatkan jumlah
bibit kelapa kopyor yang siap tanam di lapang dengan menggunakan buah
kelapa Dalam normal sebagai media tumbuh, (d) mendapatkan metode
kultur jaringan kelapa kopyor true-to-type, dan (e) meningkatkan nilai
30
tambah kelapa kopyor dengan mengolah daging buah kelapa kopyor
menjadi produk makanan yang bernilai tinggi.
Keluaran yang diharapkan pada 2005-2009 adalah sebagai berikut:
(1) Teknik Ex Vitro Kultur Embrio Kelapa Kopyor, (2) Protokol kultur
embrio yang menghasilkan bibit kopyor dalam waktu 12 bulan , (3) Teknik
Surrogate embrio kelapa kopyor, (4) Teknik Mikropropagasi kelapa kopyor
menggunakan plumula, dan (5) Teknik pengolahan daging buah kopyor.
31
Gambar 3. Road map perbaikan teknik in vitro kultur embrio kelapa kopyor
Bibit Kelapa Kopyor dan Kenari
Teknik
Perbanyakan
kopyor & kenari
dengan kultur
embrio
Pematenan
protokol
kopyor &
kenari TTT
hasil kultur
jaringan
Mar
ket
Tre
nd
Pro
duct
&
Pro
duct
ion
proc
ess
Tec
hnol
ogy
Pat
h
Teknik in vitro , kelapa Kenari &
Kopyor
Protokol kopyor &
kenari TTT hasil kultur
embrio
Teknologi pengolahan
kopyor & kenari
R &
D
Pro
ject
Perbaikan In
Vitro Perbaikan
Teknik Ex Vitro
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Uji kemurnian
Pengolahan daging buah kopyor dan
kenari
Keterangan : TTT = True-To-Type
Pengemban
gan teknik Kultur
jaringan
Kelapa kopyor segar Kelapa kopyor kalengan
Protokol kopyor & kenari TTT hasil kultur
jaringan
32
3. RPTP Resistensi varietas kelapa terhadap penyakit layu Kalimantan
dan struktur genetik Phytophthora
Penyakit kelapa berbahaya di Indonesia saat ini adalah Penyakit
Busuk Pucuk (PBP) yang disebabkan Phytophthora dan Penyakit Layu
Kalimantan (PLK) yang disebabkan Phytoplasma. PBP terutama menyerang
kelapa Hibrida Genjah x Dalam sedangkan PLK menyerang kelapa Dalam
maupun Hibrida G x D atau D x D di Kalimantan Tengah. Penyakit ini
menyebabkan kematian tanaman dan belum ada teknologi pengendalian
yang efektif. Strategi yang tepat untuk pengendalian kedua penyakit ini yaitu
pengembangan varietas kelapa yang resisten. Sampai tahun 2004, indikasi
adanya varietas yang resisten terhadap PBP dan PLK diketahui baik melalui
pengamatan morfologi maupun molekuler. Seleksi dibantu Marka (Marker
Assisted Selection) DNA berpeluang secara cepat mengidentifikasi varietas-
varietas kelapa yang tahan terhadap kedua penyakit ini. Kerjasama
penelitian sangat berpeluang terutama dengan lembaga-lembaga penelitian
di Eropa.
Penelitian ini dijabarkan dalam 3 kegiatan yaitu: (1) Uji Lapang
Resistensi Varietas Kelapa Terhadap Penyakit Layu Kalimantan, (2)
Identifikasi dan diagnosis penyakit layu di Kalimantan Timur dan (3)
Struktur genetik Phytophthora palmivora. Roadmap Resistensi Varietas
Kelapa Terhadap Penyakit Layu Kalimantan dan Phytophthora seperti
tercantum pada Gambar 4.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan 35 varietas kelapa
terhadap Penyakit Layu Kalimantan, diagnosis dan identifikasi penyakit
layu, dan deteksi dini Phytoplasma. Output yang diharapkan dari penelitian
ini adalah tersedia varietas kelapa yang resisten untuk menekan berkembang
penyakit layu Kalimantan.
33
Gambar 4. Roadmap Resistensi Varietas Kelapa Terhadap Penyakit Layu
Kalimantan dan Phytophthora
Teknologi pemberantasan serangga vector penular penyakit, kultur teknis, kimiawi
Kultivar kelapa tahan penyakit
Sistem peringatan dini
Mar
ket
Tre
nd
Pro
duct
&
Pro
duct
ion
proc
ess
Tec
hno-
logy
Pat
h
R &
D
Pro
ject
Seleksi varietas kelapa tahan penyakit
2005 2006 2007 2008 2009
Deteksi dini serangan penyakit di pembibitan
Dev
elop
men
t
Pengujian kultivar kelapa tahan penyakit layu
Preferensi vektor penular
Jenis varietas kelapa
tahan penyakit layu
Analisa DNA, sifat fisik
(trichoma, stomata, klorofil)
34
4. RPTP Standarisasi protokol produksi Virgin Coconut Oil
Selama ini pengolahan virgin coconut oil (VCO) yang dilaksanakan
masih menerapkan teknik pemanasan, sehingga tidak ada keseragaman
dalam proses pengolahan baik tingkatan suhu yang digunakan maupun
waktu selama proses, yang berakibat pada produk akhir memiliki mutu yang
berubah-ubah tanpa ada keseragaman. Untuk mengatasinya diperlukan
pedoman teknik pengolahan yang lebih rinci, sehingga dapat diperoleh mutu
yang seragam.
Teknologi yang dapat diterapkan adalah dengan cara fermentasi,
karena dengan cara ini pemecahan emulsi santan (krim) dapat terjadi
sehingga minyak dapat terpisah. Sebenarnya teknologi ini sudah lama
tersedia, namun dalam proses selanjutnya pemanasan tetap diberikan untuk
memisahkan minyak lebih sempurna, walaupun berakibat pada peningkatan
sifat kimia yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu diperlukan teknologi fermentasi yang lebih baik,
sehingga tanpa proses lanjut dengan pemanasan, VCO dapat terpisah dengan
baik. Untuk itu penggunaan bahan-bahan yang berpotensi memecah emulsi
krim perlu ditelusuri, seperti bahan alami dari tanaman (buah nenas dan
pepaya), mikroba dan ragi komersial. Teknologi pengolahan VCO
menggunakan bahan nabati dan ragi komersial sudah banyak dilaporkan,
tetapi masih dilanjutkan dengan pemanasan
Dengan menggunakan bahan-bahan ini akan dipelajari mana yang
efisien dan efektif dalam pengolahan VCO secara fermentasi, sehingga
masing-masing bahan akan diperoleh tahap-tahap pengolahan yang dapat
dipedomani yang pada akhirnya akan diperoleh protokol pengolahan VCO
yang baku.
Dalam perkembangan terakhir penggunaan VCO semakin bervariasi,
sehingga untuk mengantisipasi permintaan dalam jumlah dan kualitas yang
diinginkan konsumen/pasar, diperlukan teknologi yang efisien dan efektif.
Diharapkan tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini menjadi
solusi untuk memenuhi permintaan konsumen/pasar.
RPTP ini terdiri dari tiga kegiatan sebagai berikut: (1) Protokol
pengolahan VCO menggunakan enzim alami, biakan murni dan ragi, (2).
Protokol pengolahan VCO menggunakan teknik pemanasan bertahap, dan
(3) Protokol pengolahan VCO menggunakan minyak pancing (MPA).
Tahapan kegiatan penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 5.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh: (1) bahan alami, jenis
mikroba dan ragi komersial serta proses untuk pengolahan virgin coconut
oil yang efektif dan efisien (2) konsentrasi yang tepat dari masing-masing
bahan pemecah emulsi krim, baik dari bahan alami, mikroba maupun ragi
komersial, (3) lama fermentasi yang sesuai dari masing-masing bahan
pemecah emulsi krim, baik dari bahan alami, mikroba maupun ragi
komersial, dan (4) virgin coconut oil berdaya simpan lama dan memiliki
mutu fisik, kimia, dan mikrobiologi yang standar.
Keluaran yang diharapkan adalah (1) dua jenis bahan alami (buah
nenas dan pepaya), dua jenis mikroba (S. cerevisiaee,dan B.
stearothermophilus) dan ragi komersial (ragi roti dan tape) untuk
35
pengolahan virgin coconut oil, (2) protokol pengolahan virgin coconut oil
secara fermentasi, menggunakan bahan alami, mikroba maupun ragi
komersial, dan (3) virgin coconut oil yang berdaya simpan lebih lama dan
memiliki mutu yang standard serta dapat diterima pasar.
36
Market
Product
Technology
Development
Research
2003 2004 2005 2006 2007
Gambar 5. Roadmap protocol produksi virgin coconut oil
Teknik fermentasi : enzim
alami, biakan murni & ragi
komersial
Teknik penyaringan
Minyak kelapa murni/ VCO
Blondo
Pengolahan VCO dari
beberapa kultivar
kelapa dalam potensial Studi Preferensi Konsumen
Minyak krengsengan
Pengolahan terpadu skala petani
Minyak kelapa murni/VCO
Minyak pancing
Standarisasi ptotokol
produksi virgin Coconut Oil
(VCO)
Pengolahan terpadu skala industri
Teknik pemanasan
Teknik perbanyakan minyak pancing
Minyak krengsengan Blondo Minyak pancing
Uji penyimpanan VCO&Uji
biologis
Pengembangan produksi VCO
Teknik penyaringan
dgn batu zeolit
37
5. RPTP Penyempurnaan pengendalian hama Sexava secara terpadu
Sexava masih merupakan hama yang sangat berbahaya bagi
tanaman kelapa di Kawasan Timur Indonesia. Kerugian akibat serangan
hama ini dapat mencapai miliaran rupiah karena selain merurunkan produksi
dapat juga mematikan tanaman kelapa. Beberapa strategi pengendalian telah
dilakukan untuk mengatasi masalah hama tersebut tetapi sampai sekarang
masih merupakan masalah utama pada beberapa daerah serangan di
kepulauan Sangihe Talaud (Sulawesi Utara), Maluku dan Papua. Ada
beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab kegagalan
pengendalian hama Sexava antara lain situasi populasi hama itu sendiri,
metode pengendalian yang parsial dan keadaan lingkungan, termasuk
perilaku atau budaya petani kelapa yang sering kali hanya kekebun apabila
ingin memetik hasilnya.
Sudah terbukti bahwa masalah hama Sexava tidak dapat diatasi
dengan mengandalkan salah satu teknik pengendalian. Untuk itu beberapa
pendekatan dan teknik pengendalian seperti pengendalian hayati dengan
memanfaatkan musuh alami (parasitoid dan entomopatogen), cara kultur
teknis dengan penanaman tanaman sela, sanitasi dan kajian sosial, budaya
dan ekonomi petani dapat diterapkan di daerah serangan Sexava karena
mempunyai potensi yang baik untuk membatasi perkembangan populasi
hama.
Salah satu alternatif pengendalian yang dapat diandalkan adalah
pemanfaatan musuh alami. Cendawan entomopatogen Metarhizium
anisopliae var. anisopliae yang diisolasi dari hama Brontispa ternyata dapat
menginfeksi nimfa dan imago Sexava. Cendawan ini mempunyai peluang
yang baik untuk dikembangkan sebagai salah satu agens hayati potential
dalam mengendalikan hama Sexava. Hama Brontispa dan Sexava kedua-
duanya menyerang daun kelapa sehingga ada kemungkinan Metarhizium
yang diisolasi dari Brontispa dapat berkembang dengan baik pada populasi
Sexava di lapangan karena memiliki relung yang hampir sama.
Sampai saat ini belum diketahui formulasi bioinsektisida dengan
bahan aktif cendawan Metarhizium anisopliae var. anisopliae yang tepat
untuk hama Sexava, demikian halnya dengan konsentrasi konidia yang
efektif, dan teknik aplikasi yang sesuai untuk mengendalikan nimfa dan
imago Sexava di lapangan. Penelitian ini dimulai dengan membuat beberapa
formulasi bioinsektisida kemudian diuji patogenisitas di laboratorium dan
teknik aplikasi di lapangan untuk mengendalikan hama Sexava. Cendawan
tersebut diformulasikan dalam bentuk cair (EC) dan padat (WP) dengan
nama produk Metabron (singkatan dari Metarhizium anisopliae var.
anisopliae yang diisolasi dari hama Brontispa). Bioinsektisida metabron ini
diharapkan dapat menekan 50% populasi hama Sexava sehingga
diasumsikan 1 tahun setelah aplikasi dapat menekan kerusakan tanaman
sampai pada taraf 20-30% dan pada tahun kedua dan ketiga kerusakan
tanaman < 20% yang secara ekonomis tidak merugikan lagi. Dengan
demikian dapat mengurangi penggunaan insektisida kimia sintektik sekitar
38
50% dalam pengendalian hama Sexava sehingga akan tercipta sistem
pengendalian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pemanfaatan bioinsektisda ini dapat diintegrasikan dengan teknik
pengendalian lain seperti cara kutur teknis dengan penanaman tanaman sela
dan teknik pengendalian lainnya sehingga dapat membatasi serangan hama
Sexava secara berkelanjutan. Jika PHT untuk hama Sexava dapat diterapkan
secara luas dengan peran aktif masyarakat atau petani kelapa maka dapat
mengurangi serangan hama Sexava sehingga akan meningkatkan produksi
kelapa dan pendapatan petani sekitar 30%.
Penelitian ini dijabarkan dalam 3 kegiatan sebagai berikut: (1)
Formulasi dan metode aplikasi bioinsektisida metabron untuk Sexava, (2)
Pengendalian Sexava Melalui Pemanfaatan Lahan di Antara Kelapa, dan (3)
Kajian sosial ekonomi dalam pengendalian hama Sexava. Road map
pengendalian hama Sexava secara terpadu seperti terlihat pada Gambar 6.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendapatkan bioinsektisida Metabron
dan teknik aplikasi untuk hama Sexava dan (2) Memperbaiki paket teknologi
pengendalian hama Sexava secara terpadu dengan pendekatan metode
pengendalian ramah lingkungan yang dapat memperbaiki tingkat pendapatan
petani melalui usaha tani di antara kelapa dan diversifikasi produk kelapa
serta pendekatan sosial budaya masyarakat/petani kelapa.
Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) dua formula
dan teknik aplikasi bioinsektisida Metabron dalam pengendalian hama
Sexava dan (2) Satu paket PHT untuk Sexava yang dapat diterapkan oleh
petani
39
Gambar 6. Roadmap Pengendalian Hama Sexava secara Terpadu
Paket Teknologi PHT untuk Sexava
Bioinsektisida
Metabron
padat & cair
Mar
ket T
rend
Pro
duct
& P
rodu
ctio
n
proc
ess
Tec
hnol
ogy
Pat
h
Metode
pengendalian
hayati
kultur teknis,
sanitasi,
mekanis, fisik,
karantina,
kimia
-Dua formula
bioinsektisida
-Daya bunuh
75% di
laboratorium
-Dinamika
populasi
- 3 jenis tanaman
sela
- Data sosial
ekonomi sebelum
introduksi PHT
R &
D P
roje
ct
2005 2007
Pengendalian Hama Sexava secara Terpadu
Bioinsektisida Metabron
Dev
elo
pm
ent
Pengendalian Sexava melalui pemanfaatan lahan diantara kelapa
2006
Formulasi dan metode aplikasi bioinsektisda metabron untuk
Sexava
Kajian sosisal
ekonomi
Kajian sosisal
ekonomi
-Dua formula
bioinsektisida
-Daya bunuh di
laboratorium dan
lapangan
-2 teknik aplikasi
-Dinamika
populasi
-Data populasi
dan kerusakan
tanaman
- 3.jenis tan sela
-2 kelompok tani
-Dua formulasi
bioinsektisida
-Kerusakan
tanaman <20%
-Dinamika
populasi
-3 jenis tanaman
sela
- 2 kelompok tani
- Data sosial
ekonomi setelah
penerapan PHT
Bioinsektisida
Metabron
padat & cair
Bioinsektisida
Metabron
padat & cair
40
6. Studi dasar tanaman aren
Aren adalah tanaman penghasil nira, serat tepung aren, kayu dan
berbagai produk lain. Nira diolah menjadi gula cetak, gula semut, gula
kristal , alkohol teknis, minuman beralkohol dan berbagai produk turunan
dari nira.
Pengembangan sistem dan usaha agribisnis aren akan menunjang
peningkatan pendapatan petani, pendapatan daerah dan pengembangan
agroindustri aren. Pengembangan sistem dan usaha agribisnis aren belum
ditunjang oleh tersedianya ilmu pengetahuan dan teknologi yangmeliputi:
varietas unggul, keseuaian lahan dan iklim, hama dan penyakit utama,
rekomendasi pemupukan dan diversifikasi usahatani, panen dan pasca panen
produk aren, potensi dan prospek ekonomi.
Pengembangan aren dilain pihak petani dan stakeholder memerlukan
gambaran yang komprehensif mengenai tanaman aren untuk
pengembangannya.
Untuk mengantisipasi peluang ekonomi dari tanaman aren dimasa
datang maka diperlukan data untuk menginventarisasi daerah-daerah sentra
tanaman aren, untuk mendapatkan data sebaran populasi tanaman aren
dengan keragaman produk yang dihasilkan pada kondisi lahan dan iklim
berbeda . Usaha membudidayakan tanaman aren perlu dilakukan dalam
rangka pelestarian genetik, peningkatan produksi nira sebagai sumber bahan
baku industri kecil yang mengolah berbagai produk aren, dan mendukung
pelestarian lingkungan. Usaha ini dimulai dengan penyediaan kebutuhan
hara bagi tanaman aren.
Tanaman aren masih dikenal sebagai tanaman liar yang belum
banyak dibudidayakan. Hal ini mengakibatkan ragam tanaman sangat besar.
Selanjutnya pengetahuan petani terhadap tanaman aren, cara pengolahan
masih sangat sederhana, sehingga semuanya akan menghasilkan nira dan
produk lain yang berkualitas rendah. Untuk meningkatkan pendayagunaan
tanaman aren yang optimal, maka perlu dilakukan penelitian dari berbagai
aspek baik teknik budidaya, pengolahan hasil, dan aspek ekonomis
pengusahaan aren. Guna melengkapi kebutuhan tersebut beberapa informasi
mengenai botani, cara budidaya, cara penyadapan, cara pengolahan dari
petani perlu ditelusuri dengan harapan akan terungkap banyak keterangan
yang berguna untuk pengembangan tanaman aren.
RPTP ini dijabarkan dalam 3 kegiatan penelitian sebagai berikut: (1)
Kesesuaian lahan dan Iklim Tanaman Aren, (2) Pemupukan NPK pada
tanaman aren, dan (3) Studi Pendasaran Aren. Road map penelitian ini
seperti tercantum pada Gambar 7.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) membuat peta kesesuaian lahan
dan iklim tanaman aren, (2) mengevaluasi pengaruh pupuk terhadap
pertumbuhan tanaman aren dan peningkatan produksi nira, dan (3)
mengetahui data dasar tanaman aren.
Keluaran yang diharapkan adalah (1) rekomendasi teknologi agribisnis aren
berkelanjutan, (2) rekomendasi kebijakan pengembangan aren di Indonesia,
dan (3) peta kesusuaian lahan
41
Gambar 7. Roadmap studi daasar aren
Mar
ket
Tre
nd
Pro
duct
&
Pro
duct
ion
proc
ess
Tec
hnol
ogy
Pat
h
R &
D P
roje
ct
2005 2006 2007 2008 2009
Agribisnis aneka produk dari aren
Studi Pendasaran aren
Kesesuaian lahan dan iklim
Pemupukan NPK pada tanaman aren
Teknik budidaya
aren
Teknik pengolahan
produk
Kesesuaian lahan
dan iklim
Rekomendasi
pemupukan
Indegeneus
knowledge
42
C. Program peningkatan daya saing produk pertanian utama melalui
inovasi dan teknologi pertanian
1. RPTP Teknologi hidrolisis tekanan sedang minyak kelapa untuk
diterapkan industri oleokimia skala kecil menengah dalam negeri
Indonesia mengekspor minyak kelapa yang diproduksi seluruhnya
dalam bentuk minyak kelapa kasar (CCO) yang di Eropa dan Amerika
diolah menjadi senyawa-senyawa kimia organik dalam industri oleokimia.
Selanjutnya hasilnya diimpor kembali untuk industri dalam negeri. Minyak
kelapa mengandung asam laurat yang tinggi dan sangat sesuai untuk diolah
menjadi senyawa oleokimia berantai atom C pendek.
Industri oleokimia saat ini terutama berada di Eropa dan Amerika
sedangkan bahan baku berada di negara-negara berkembang penghasil
minyak kelapa. Mengingat investasi yang mereka tanamkan sangat
tergantung pada bahan baku di negara berkembang, maka investor-investor
di Eropa dan Amerika tidak bersedia membangun industri sejenis di negara-
negara penghasil bahan baku. Karena itu tidak ada alternatif lain untuk
membangun industri kelapa yang kuat, selain harus mengembangkan
teknologi oleokimia sendiri. Teknologi ini akan memungkinkan pada
peluang pengembangan industri berbasis kelapa yang lebih hilir untuk
memenuhi kebutuhan industri nasional dalam menghasilkan barang-barang
yang digunakan masyarakat secara luas seperti sabun dan deterjen,
komponen kosmetik, pasta gigi, shampo, skin lotion, cat, surfaktan,
plasticizer, resin. Teknologi yang dimaksud adalah hidrolisis dengan tekanan
sedang.
Produk-produk yang dihasilkan dari oleokimia yang menggunakan
bahan baku dengan komponen utamanya asam laurat (C12) dan asam
meristat (C14) memiliki unjuk-kerja (performance) optimal.
Keberhasilan dari kegiatan penelitian ini sangat membutuhkan dukungan
sarana dan prasarana laboratorium yang baik dengan peralatan presisi tinggi
serta SDM yang memiliki keahlian dan pengalaman yang kuat di bidang
teknik kimia industri, khususnya kimia organik. Mengingat hal tersebut di
atas saat tidak dimiliki laboratorium Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan
Palma Lain (Balitka) Manado sedangkan kebutuhan akan teknologi tersebut
sudah mendesak, maka dilakukan penelitian kerjasama dengan Perguruan
Tinggi yang memiliki fasilitas dan SDM yang sesuai, dalam hal ini Institut
Teknologi Bandung (ITB). Bila penelitian ini selesai dilaksanakan dan
memberi hasil yang baik maka akan membuka peluang pengembangan
industri oleokimia, disamping itu industri minyak kelapa sebagai bahan
baku pembuatan oleokimia semakin tumbuh dan berkembang.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendapatkan teknologi proses
komersial yang handal untuk mendapatkan produk asam lemak minyak
kelapa secara partaian dan dapat memproduksi bahan tengahan yang
langsung dapat digunakan sebagai energi alternatif maupun oleokimia
lainnya, (2) Dapat memberikan informasi yang cukup untuk mendirikan
pabrik percontohan yang berfungsi sebagai unit peragaan operasional untuk
menarik dunia usaha agar menggunakan teknologi proses ini dan
43
menerapkannya pada skala komersial sehingga akan menggalakkan
pertumbuhan industri-industri kecil-menengah domestik di bidang
pengolahan oleokimia dan pembuatan peralatannya.
Keluaran yang diharapkan adalah teknologi alkoholisis
(metanolisis) berskala 30L sederhana sehingga dapat memproduksi ester
metil minyak kelapa. Teknologi fraksionasi ester metil minyak kelapa untuk
mendapatkan ester metil rantai menengah asam lemak minyak kelapa.
Informasi teknologi hidrolisis ester metil menjadi asam lemaknya. Road
map dari penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 8.
44
2002 2003 2004 2005 2006
Gambar 8. Roadmap Teknologi Pengolahan Metil ester minyak kelapa
Oleokimia
Rekayasa Teknologi
Hidrolisis
Metanoli
sis
Minyak
Kelapa
Metil ester Gliserin
Rendemen dan Mutu
Metil Ester
Studi Preferensi
Konsumen
Perancangan Proses
Metil ester Gliserin
Asam
lemak
Asam
lemak
Ma
rket
P
rod
uct
Tec
hn
olo
gy
D
evel
op
men
t R
esea
rch
45
D. Program pengembangan model agribisnis terintegrasi secara
vertikal unt5uk comoditas dan produk pertanian bernilai komersial
tinggi
1. RDHP Akselerasi teknologi pengolahan kelapa secara terintegrasi
Kelapa merupakan komoditi unggulan daerah Sulawesi Utara, dan
merupakan tanaman sosial karena umumnya berada diareal perkebunan
kelapa rakyat. Kenyataan di lapangan adalah rendahnya pendapatan petani
kelapa karena pertanaman kelapa umumnya masih bersifat monokultur,
lahan diantara kelapa belum dimanfaatkan secara maksimal, pertanaman
kelapa tidak berasal dari benih kelapa ungul, produk utama kelapa hanya
kopra dan minyak klentik, dan kelembagaan kelompok tani kelapa masih
lemah. Dipihak lain teknologi pengusahaan kelapa sudah tersedia tapi belum
secara utuh diadopsi oleh petani.
Dengan demikian program percepatan transfer teknologi kepada petani harus
segera dilaksanakan tidak hanya melalui penyuluhan, pelatihan atau seminar
tetapi dengan membentuk kawasan binaan khusus di desa Nonapan, Kab.
Bolaang Mongondow – Sulawesi Utara dan desa Huntu Gorontalo. Dengan
pembentukan kawasan binaan di kebun petani, maka adopsi teknologi akan
lebih mudah karena dalam pelaksanaan kegiatan para petani akan
diikutsertakan secara langsung. Karena lokasinya ada di tempat petani
sendiri, maka otomatis juga akan berfungsi sebagai petak pamer atau
demonstrasi plot sehingga akan lebih cepat petani-petani lain untuk
mengadopsi teknologi tersebut.
Peranan kelembagaan petani internal dan eksternal sangatlah dibutuhkan
dalam aktifitas petani yang dinamis karena dapat menjadi alat bantu atau
media komunikasi diantara petani dan petani lain, stake holder, peneliti,
penyuluh, pemerintah, dan sebagainya. Kelembagaan petani dapat
dikembangkan dengan membenahi kelembagaan yang sudah ada di desa,
atau mendirikan suatu lembaga milik petani yang representatif.
Kalau program percepatan transfer teknologi tidak segera dilaksanakan
maka pendapatan petani tidak akan meningkat bahkan cenderung menurun
karena umur kelapa yang semakin tua. Kalau hal ini dibiarkan terus maka
produksi kelapa akan menurun bahkan mungkin julukan Sulawesi Utara
sebagai daerah Nyiur Melambai dan Gorontalo dengan kelapa sebagai
komoditas andalan lama kelamaan akan tinggal menjadi kenangan.
Akan tetapi kalau program percepatan transfer teknologi ini dilaksanakan
maka produksi kelapa akan meningkat, areal dibawah kelapa dapat
dimanfaatkan secara maksimal dengan tanaman sela dan ternak,
keanekaragaman produk hasil kelapa meningkat. Kelembagaan petani
menjadi kuat, pasar terjamin dengan demikian pendapatan petani meningkat
dan sekaligus meningkatkan devisa negara. Road map kegiatan ini seperti
pada Gambar 9.
Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) mengoptimalkan pemanfaatan
lahan diantara kelapa dengan pola usahatani kelapa dengan tanaman sela
dan ternak, (2) meningkatkan nilai tambah komoditi kelapa melalui
diversifikasi produk, dan (3) memantapkan kelembagaan petani kelapa.
46
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah (1) pola usahatani kelapa
dengan tanaman sela dan ternak, (2) peningkatan pendapatan petani dari
tanaman sela, ternak dan produk kelapa, dan (3) terbentuknya kelompok tani
mandiri dan tersedianya pasar untukn produk kelapa.
2. RDHP Perbenihan
Suatu varietas yang diperoleh melalui seleksi atau pemuliaan
kemudian dikembangkan dan terbukti unggul, maka perbanyakan benih
untuk disebar harus dalam kondisi yang ketat dan tepat. Hal ini terutama
ditujukan dalam perbanyakan benih sumber untuk menghasilkan benih
pokok dan selanjutnya benih pokok diperbanyak untuk menghasilkan benih
sebar. Oleh karena itu, persediaan benih sumber harus cukup tersedia.
Khususnya tanaman kelapa yang menjadi mandat Balai Penelitian Tanaman
Kelapa dan Palma Lain wajib menyediakan benih sumber sampai benih
pokok dan selanjutnya perbanyakan benih pokok menjadi benih sebar dapat
dilakukan oleh kebun bibit pemerintah atau swasta dengan pengawasan dari
instansi pemilik benih sumber. Akan tetapi sampai saat ini belum ada
instansi pemerintah, swasta maupun petani penangkar benih yang berminat
menginvestasikan modalnya karena tanaman kelapa baru mulai berproduksi
pada umur 5-6 tahun. Di sisi lain, tidak ada jaminan bahwa produski benih
yang dihasilkan langsung laku dijual sebagai benih.
Kebun benih kelapa yang telah dibangun adalah kebun benih dasar
yang berada di kebun percobaan Balitka Manado. Dari kebun benih dasar ini
setelah berproduksi dapat menjadi sumber benih untuk membangun kebun
benih sebar di tingkat penangkar benih yang berminat atau perusahaan-
perusahaan swasta. Luas kebun benih dasar kelapa yang ideal untuk setiap
varietas unggul minimal 10 hektar untuk kelapa Dalam dan 5 hektar untuk
kelapa Genjah. Pembangunannya akan lebih cepat jika ada kerjasama antara
PEMDA setempat, Swasta, penangkar benih, Direktorat Perbenihan dan
berbagai pihak terkait. Tetapi sampai saat ini belum ada Pemda, swasta atau
penangkar benih yang berminat untuk menginvestasikan modalnya dalam
membangun kebun benih kelapa, karena tanaman kelapa baru mulai
berproduksi pada umur 5-6 tahun sehingga dirasakan terlalu lama modal
baru kembali.Disamping itu tidak ada jaminan bahwa produksi benih yang
dihasilkan langsung laku dijual sebagai benih, karena 96 persen
pemilik/penggarap kelapa adalah milik rakyat miskin.
47
2005 2006 2007
Gambar 9. Road Map Akselerasi Teknologi Pengusahaan Kelapa
Mar
ket
tren
d
Benih Kelapa Unggul, Virgin Coconut Oil, Produk jadi Sabut, Hasil
Tanaman Sela dan Ternak
Introduksi
Kelapa Unggul
Demplot Binaan
Kelapa + Tanaman
Sela + Ternak
Kelompok pengolahan
diversifikasi produk
Kelapa
Penguatan
Kelembagaan Petani
Inovasi Teknologi on Farm
Akselerasi
Teknologi Kelapa Unggul
Akselerasi
Teknologi Diversifikasi Horizontal dan Vertikal
Usahatani Berbasis Kelapa
Pro
duct
&
Pro
duct
ion
Pro
cess
Tec
hnolo
gy
Pat
h
R &
D
Pro
ject
48
Oleh karena itu dalam kegiatan ini perhatian tidak hanya untuk
pembangunan kebun benih baru yang memerlukan waktu 6-7 tahun baru
berproduksi, tetapi juga akan diutamakan memelihara sumber benih kelapa
yang sudah berproduksi seperti DMT di Kebun Percobaan Kima Atas.
Dalam lima tahunkedepan akan dilakukan pemeliharaan kelapa
DMT produktif dan memelihara tanaman muda yakni kelapa Dalam
Mapanget (DMT) kelapa Dalam Tenga (DTA), Dalam Mamuaya (DMA),
dan Dalam Palu (DPU), Dalam Bali (DBI), kelapa Genjah Salak (GSK),
Genjah Raja (GRA) dan Genjah Kuning Bali (GKB). Dari lima jenis kelapa
Dalam tersebut empat diantaranya telah dilepas sebagai varietas unggul
Nasional yaitu DTA, DPU, DBI dan DMT sehingga perlu tersedia sumber
benih berupa kebun induk untuk mengantisipasi permintaan. Sedangkan
kelapa Dalam DMA, kelapa Genjah Salak (GSK), Genjah Raja (GRA) dan
Genjah Kuning Bali (GKB) akan dilepas kemudian.
Suatu varietas yang sudah dilepas sebagai varietas unggul nasional
maka perbanyakan benih untuk disebar harus dalam kondisi yang ketat dan
tepat guna mempertahankan kemurnian. Oleh karena itu untuk
mempertahankan kemurnian benih pada tanaman meyerbuk silang seperti
kelapa maka perbanyakan hanya dapat dilakukan melalui sistem kebun
induk benih sumber dengan kelas benih dasar dan benih pokok.
Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) memelihara kebun benih kelapa Dalam dan
Genjah, yaitu Dalam Tenga (DTA), Dalam Palu (DPU), Dalam Mapanget
(DMT), Dalam Mamuaya (DMA), Dalam Bali (DBI), Genjah Salak (GSK),
Genjah Raja (GRA) dan Genjah Kuning Bali (GKB), dan (2) menghasilkan
benih sumber yang berkwalitas untuk membangun kebun benih sebar.
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah 35 ha kebun
benih kelapa Dalam dan 15 ha kelapa Genjah untuk memenuhi kebutuhan
benih dimasa mendatang.
E. Program pengembangan sitem informasi, komunikasi, diseminasi
dan umpan balik inovasi pertanian
RDHP Penyuluhan dan penyebaran informasi
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain yang adalah salah satu
unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian menjadi sangat strategis
dalam menyediakan inovasi teknologi dan pasokan kebijakan komoditas
dalam bidang perkelapaan dan harus tersalur dan diadopsi secara cepat, dan
dapat dikenal pengguna teknologi. Banyak teknologi yang dihasilkan sudah
sampai ke petani tetapi belum sampai dilahan petani. Hal ini berarti bahwa
belum semua teknologi dapat dimanfaatkan oleh pelaku agribisnis kelapa.
Rendahnya pemanfaatan teknologi oleh pelaku bisnis perkelapaan, dapat
disebabkan oleh masih lemahnya pemenuhan prasyarat komersialisai
teknologi yang meliputi data dan informasi tentang paten, hasil uji coba
produksi, sumua biaya dan ekonomi, dan analisa pasar produk teknologi.
Untuk melaksanakan ini bahwa Litbang telah mengantisipasi dalam rangka
meningkatkan adopsi teknologi dengan membangun manajemen korporasi.
49
Upaya Pembangunan manajemen korporasi didasarkan pada kelapa perlu
didasarkan pada :
- Kemampuan pendanaan riil pemerintah masih sulit, tuntutan pengguna
teknologi semakin besar, baik dari segi kualitas, efisiensi biaya dan
ketepatan waktu.
- Inovasi teknologi yang dihasilkan masih bersifat inovasi rutin, pada hal
lembaga penelitian seharusnya menghasilkan teknologi yang berorientasi
bisnis dengan orientasinya, tetap pada masyarakat dengan menghasilkan
IPTEK yang mampu memberikan nilai tambahan komersial yang tinggi bagi
pengguna.
Oleh keadaannya Balitka kedepan harus dikelola berdasarkan prinsip-
prinsip ekonomi, sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih
efisiensi dan memberikan kemajuan sebesar-besarnya bagi pengguna. Dalam
mewujudkan tujuan ini strategi desiminasi perlu disusun dan direncanakan
lebih terpadu dan terukur sehingga teknologi yang dihasilkan dapat sampai
kepengguna.
Kegiatan ini bertujuan untuk menginformasikan inovasi teknologi hasil
penelitian kelapa dan palma lain agar dapat sampai kepada pengguna,
sehingga mampu mendorong agribisnis berbasis kelapa hingga ke pedesaan
sehingga secara langsung dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa.
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan desiminasi adalah publikasi Balitka
dalam bentuk buletin, monograf, terbitan khusus dan proseding seminar
pengendalian hama terpadu.
VI. SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
6.1. Pengertian
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang pada
pokoknya adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu
kesatuan, yaitu perencanaan strtegis, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja,
dan pelaporan kinerja.
Perencanaan strtegis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil
yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 sampai 5 tahun secara sistematis dan
berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang
ada atau yang mungkin timbul. Proses ini menghasilkan suatu rencana strtegis
instansi pemerintah, yang setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strateji,
kebijakan, dan program serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam
pelaksanaannya.
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam rencana strtegis. Hasil dari proses ini berupa rencana kinerja
tahunan.
50
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, misi, dan strateji instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk
menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang
keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Selanjutnya dilakukan
pula analisis akuntabilitas kinerja yang menggambarkan keterkaitan pencapaian
kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan
sasaran, tujuan, visi dan misi sebagaimana ditetapkan dalam rencana strtegis.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP) adalah
dokumen yang berisi gambaran perwujudan AKIP yang disusun dan disampaikan
secara sistematik dan melembaga.
6.2. Indikator Kinerja
Komponen-komponen dari SAKIP yang menjadi bagian dari dokumen
perencanaan strtegis ini dan belum dibahas adalah perencanaan dan pengukuran
kinerja. Dalam perencanaan kinerja diperlukan penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerjanya. Kegiatan telah ditetapkan, yang perlu ditetapkan lebih lanjut
adalah indikator kinerja dari kegiatan yang telah ditetapkan (lihat Lampiran 6.2).
Indikator kinerja yang ditetapkan ini merupakan indikator kinerja dalam jangka
waktu lima tahun terutama untuk indikator kinerja dari kegiatan yang
dilaksanakan oleh UPT yaitu kegiatan penelitian. Sedangkan indikator kinerja
tahunannya ditetapkan dalam Renstra di setiap UPT. Untuk kegiatan
pengembangan indikator kinerjanya langsung indikator kinerja tahunan, yaitu
kegiatan perakitan teknologi dan sintesis kebijakan. Indikator kinerja yang
dimaksud adalah masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat
(benefit), dan dampak (impact).
Masukan (input) adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan
berjalan untuk menghasilkan keluaran (output). Input penelitian meliputi antara
lain sumberdaya manusia, dana, dan fasilitas.
Keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
sesuatu kegiatan yang dapat berupa produk/jasa fisik dan atau non-fisik, misalnya
lima varietas unggul baru dengan hasil 10-15 % lebih tinggi dari varietas yang
ada.
Hasil (outcome) adalah sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan. Misalnya tersebar dan diadopsinya inovasi teknologi oleh sekian petani
pada hamparan sekian hektar.
Manfaat (benefit) adalah kegunaan suatu keluaran yang dirasakan langsung
oleh pengguna dan masyarakat tani. Misalnya inovasi teknologi telah mampu
meningkatkan pendapatan usahatani (%) per satuan luas lahan.
Dampak (impact) adalah ukuran tingkat pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif. Misalnya pendapatan rumah tangga tani meningkat (% per
tahun), produksi tingkat wilayah meningkat (%).
51
6.3. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Penanggung Jawab penyusunan LAKIP adalah pejabat yang secara fungsional
bertanggung jawab melakukan dukungan administratif di instansi masing-masing.
Pimpinan instansi, sebagaimana tersebut dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999,
dapat menentukan tim kerja yang bertugas membantu penanggung jawab LAKIP
di instansinya masing-masing dengan mengacu pada pedoman yang telah
ditetapkan.
Mengingat LAKIP merupakan media pertanggungjawaban dan juga menjadi
bahan evaluasi untuk menilai kinerja instansi pemerintah, maka LAKIP harus
dibuat secara tertulis dan disampaikan secara periodik. LAKIP tersebut harus
disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.