44
DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA FARMASI DAN TEKSTIL RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU 2015-2019 PERUBAHAN KE - 2

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA FARMASI DAN TEKSTIL

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU

2015-2019 PERUBAHAN KE - 2

Page 2: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

KEPUTUSAN DIREKTUR INDUSTRI KIMIA HULU NOMOR : 01 /IKFT.2/SK/12/2018

TENTANG

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU

TAHUN 2015 – 2019 PERUBAHAN KE - 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR INDUSTRI KIMIA HULU

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (2)

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150/M-

IND/PER/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian, perlu menetapkan Peraturan

Direktur Industri Kimia Hulu tentang Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015 – 2019.

b. bahwa terdapat perubahan nomenklatur berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perindustrian, maka perlu menyesuaikan kembali nomenklatur dan sasaran strategis dari Rencana Strategis

Kementerian Perindustrian Mengingat :

1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;

2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perindustrian; 3. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang

Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014 – 2019;

4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-

IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian;

5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150/M-IND/PER/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan

Kementerian Perindustrian; 6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1/M-IND/

PER/3/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Perindustrian Tahun 2015 – 2019; 7. Peraturan Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan

Aneka Nomor 06.1/IKTA/PER/4/2015 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Tahun 2015 – 2019;

8. Keputusan Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Nomor 11/IKTA/SK/12/2016 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan

Aneka Tahun 2015 – 2019 Perubahan; 9. Keputusan Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan

Tekstil Nomor 147/IKTA/KEP/12/2018 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Tahun 2015 – 2019 Perubahan Ke – 2.

Page 3: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

- 2 -

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR INDUSTRI KIMIA HULU TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN 2015 – 2019 PERUBAHAN KE - 2

Pasal 1

1. Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun

2015 – 2019 Perubahan Ke – 2 yang selanjutnya disebut

Renstra Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015 – 2019 Perubahan Ke – 2 merupakan dokumen perencanaan Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015 – 2019 untuk

periode 5 (lima) tahun namun mencantumkan perubahan perencanaan untuk periode 3 (tiga) tahun dari tahun 2017

sampai dengan tahun 2019 2. Renstra Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun

2015 – 2019 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Industri Kimia Hulu

ini.

Pasal 2

Renstra Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015 – 2019 Perubahan Ke – 2 berisi visi, misi, tujuan, sasaran strategis,

arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, program, kegiatan, indikator kinerja, target

kinerja dan pendanaan yang disusun berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019 Perubahan Ke - 2 dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Perubahan Ke - 2.

Pasal 3

Keputusan Direktur Industri Kimia Hulu ini mulai berlaku

pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 21 Desember 2018

DIREKTUR INDUSTRI KIMIA HULU

FRIDY JUWONO

SALINAN Peraturan Direktur ini disampaikan kepada :

1. Menteri Perindustrian; 2. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; 3. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian; 4. Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian; 5. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil; 6. Biro Perencanaan Kementerian Perindustrian; 7. Pertinggal.

Page 4: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

i

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR

INDUSTRI KIMIA HULU

NOMOR

01/IKFT.2/SK/12/2018

TENTANG RENCANA

STRATEGIS DIREKTORAT

INDUSTRI KIMIA HULU

2015 – 2019 PERUBAHAN

KE – 2

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………...

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………. I-1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………. I-1

B. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………... I-6

C. Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………………………….. I-6

D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………….. I-9

BAB II ANALISIS PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS …………………... II-10

A. Perkembangan Sektor Industri Kimia Hulu …………………………... II-10

B. Analisa SWOT …………………………………………………………………… II-15

C. Permasalahan ……………………………………………………………………. II-17

D. Kondisi Yang Diharapkan Tahun 2015 – 2019 ………………………………… II-8

BAB III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ................................................................. III-19

A. Visi …….............…………………………………………………………………. III-19

B. Misi .............……………………………………………………………………….. III-20

C. Tujuan …………………………………………………………………………….. III-20

D. Sasaran …………………………………………………………………………… III-21

E. Arah Kebijakan dan Strategi .......................................................................... III-23

BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ….……......................................................... IV-24

A. Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Industri Kimia Farmasi dan Tekstil …..…….. IV-24

B. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Industri Kimia Hulu ……………………. IV-26

BAB V PROGRAM KEGIATAN DAN PENDANAAN ...................................................... V-31

A. Program dan Kegiatan ……………….. ……………………………………….. V-31

B. Kebutuhan Pendanaan ………………………………….. ……………………. V-32

BAB VI PENUTUP …………………………………… ...................................................... VI-1

LAMPIRAN

Page 5: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pertumbuhan PDB Industri

Tabel 2.2. Kontribusi industri kimia terhadap PDB Atas Harga Berlaku

Tabel 2.3. Kinerja Industri Kimia Hulu (2010-2015)

Tabel 2.4. Kinerja Industri Petrokimia (2010-2015)

Tabel 2.5. Kinerja Industri Kimia Hulu Lainnya (2010-2015)

Tabel 2.6 Pesebaran Sektor Basis Industri Sampai Tahun 2015

Page 6: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Industri Kimia Hulu

Gambar 4.1. Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil

Gambar 4.2. Peta Strategi Direktorat Industri Kimia Hulu

Page 7: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil merupakan salah satu sektor riil yang

mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat secara masal, merata, dan ajeg. Hal

ini dikarenakan industri kimia, Farmasi dan Tekstil mempunyai karakter dengan

menciptakan material bernilai tambah untuk pemenuhan sektor lainnya, menyerap

tenaga kerja, dan mendorong percepatan penyerapan teknologi. Ketika suatu negara

berproses untuk menjadi negara industri maju, transformasi sosio-ekonomi turut

mengiringi sehingga pada akhirnya proses industrialisasi juga akan meningkatkan

indeks pembangunan Sumber Daya Manusia. Disamping itu, ditinjau dari paradigma

ekonomi, sektor industri juga akan mendorong pendapatan perkapita masyarakat yang

diikuti pertumbuhan permintaan sehingga pada akhirnya menggerakkan pertumbuhan

ekonomi nasional yang ber pada kemampuan industri dalam negeri.

Perkembangan industri Kimia, Farmasi dan Tekstil di Indonesia dimulai pada

awal tahun 1990-an. Pada periode 1994-2005, industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

mampu berkontribusi tidak kurang dari 83-85 persen dari total ekspor nonmigas atau

sebesar 64-67 persen dari total ekspor nasional. Selanjutnya, pada tahun 2005-2009,

tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, dan

perdagangan bersama-sama memberikan kontribusi sekitar 56 persen terhadap PDB

total, sementara pada tahun 2004 ketiga sektor utama tersebut menyumbang sedikit

lebih besar yaitu sebesar 58,45 persen. Sektor industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

memberikan kontribusi terbesar, yaitu 28,07 persen pada tahun 2004 dan 26,38 persen

pada tahun 2009. Rata-rata kontribusi sektor Kimia, Farmasi dan Tekstil pada periode

tahun 2005-2009 adalah sebesar 27,47 persen terhadap PDB nasional dengan tingkat

pertumbuhan tahunan sebesar 6,38 persen; 4,60 persen; 4,59 persen; 4,67 persen;

3,66 persen dan 2.11 persen.

Menurunnya tingkat kontribusi PDB tersebut disebabkan oleh kondisi makro

lainnya yang juga mengalami penurunan akibat krisis finansial global pada tahun 2008.

Krisis finansial global dimulai pada pertengahan tahun 2007 di Amerika Serikat dengan

Page 8: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

2

adanya masalah penyaluran kredit sektor perumahan yang mengalami kemacetan

disertai dengan lemahnya regulasi sektor keuangan sehingga berdampak pada

macetnya lalu lintas keuangan nasional Amerika Serikat. Mengingat besarnya peran

ekonomi Amerika Serikat, krisis berdampak luas hingga ke Eropa, kemudian meluas ke

segala penjuru dunia.

Di Indonesia, krisis ini mengakibatkan memburuknya kinerja sektor riil pada

tahun 2008. Meskipun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 tetap tumbuh sebesar

6,35 persen, namun pada tahun 2008 mengalami perlambatan dimana ekonomi

hanya tumbuh sebesar 6,01 persen. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi

mengalami penurunan yang cukup besar dibanding dengan tahun 2008, yaitu sebesar

4,55 persen. Meski demikian, Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu

bertahan dari dampak krisis finansial global. Menurut para pengemat ekonomi, hal ini

menunjukkan bahwa struktur perekonomian nasional cenderung mapan dan mandiri

yang dibuktikan melalui tingkat kontribusi konsumsi nasional terhadap GDP mencapai

70 persen. Kontribusi tersebut diperoleh dari 60 persen belanja masayarakat dan 10

persen belanja pemerintah. Walaupun perkembangan perekonomian pada tahun 2008

relatif aman, namun kondisi makro mulai awal tahun 2009 lebih berat. Pada tahun

2009, perekonomian Indonesia hanya tumbuh sekitar 4,55 persen dan ekspor tumbuh

di bawah posisi tahun 2008.

Meskipun permasalahan kinerja industri saat ini dikatakan terpengaruh oleh

krisis finansial global. Namun, krisis moneter pada tahun 1997-1998 masih

memberikan andil. Beberapa pengamat menyatakan mulai melihat gejala

deindustrialisasi di Indonesia sejak tahun 2005. Hal ini terbukti dengan adanya

penurunan kapasitas terpasang industri Kimia, Farmasi dan Tekstil dari 80 persen pada

periode sebelum krisis menjadi hanya berkisar 60 persen. Disamping itu, juga terjadi

penurunan jumlah unit usaha perusahaan industri berskala sedang dan besar, dan juga

penurunan signifikan dari indeks produksi industri pengolahan berskala sedang dan

besar. Penyebab utama kondisi ini adalah daya saing produk-produk Kimia, Farmasi

dan Tekstil yang terus melemah. Produk Kimia, Farmasi dan Tekstil seperti elektronika

rumah tangga kalah bersaing dengan produk impor, apalagi diperburuk dengan

banyaknya produk impor ilegal. Di pasar internasional, produk TPT dan produk kayu

kalah bersaing dengan produk dari China dan negara ASEAN lainnya.

Secara keseluruhan Indonesia dapat dikatakan mengalami penurunan daya saing

yang disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut hasil pemeringkat World Economic Forum

(WEF), pada tahun 2010 posisi daya saing Indonesia berada pada urutan ke-54 dari 133

Page 9: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

3

negara. WEF mengidentifikasi 15 faktor penting yang menjadi masalah penghambat dunia

usaha di Indonesia, yaitu :

1. Birokrasi Pemerintah yang tidak efisien;

2. Kurangnya infrastruktur yang memadai;

3. Tidak konsistennya kebijakan pemerintah;

4. Tingginya tingkat korupsi;

5. Sulitnya akses pembiayaan ;

6. Peraturan ketenagakerjaan yang kurang akomodatif;

7. Regulasi pajak yang memberatkan dunia usaha;

8. Tingginya inflasi ;

9. Tidak stabilnya regulasi mata uang asing;

10. Rendahnya tenaga kerja berpendidikan;

11. Rendahnya etos kerja tenaga kerja;

12. Ketidakstabilan pemerintahan ;

13. Tingginya tingkat pajak;

14. Tingginya tingkat kriminal dan kejahatan.

Disamping masalah penghambat dunia usaha di atas, Indonesia juga masih

belum menyelesaikan masalah pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK) terutama untuk kepentingan produksi yang masih sangat terbatas.

Dengan urutan Indonesia di posisi ke-60 dari 72 negara dalam Indeks Pencapaian

Teknologi (IPT), mengindikasikan bahwa integrasi peningkatan IPTEK untuk produksi

masih banyak mengalami hambatan. Pengembangan kelembagaan dan kemampuan

untuk peningkatan kapasitas SDM pada tingkat perusahaan tidak berjalan sesuai

harapan. Sementara itu, standarisasi nasional produk industri, pengembangan

infrastruktur yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan sektor industri, serta

peningkatan kompetensi tenaga kerja belum sepenuhnya berjalan optimal karena

keterbatasan sumber daya.

United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dalam laporannya

(Industrial Development Report 2004) menyatakan bahwa dalam periode 1980-2005,

kinerja Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Indonesia dikategorikan sebagai salah satu

pemenang utama (main winners) bersama beberapa negara berkembang lain yang

kebanyakan berasal dari kawasan Asia Timur. Di antara kinerja negara-negara

tersebut, China berada pada posisi tertinggi. Sedangkan peringkat kinerja Industri

Kimia, Farmasi dan Tekstil Indonesia meningkat dari urutan ke-75 pada tahun 1980

menjadi urutan ke-54 pada tahun 1990 dan menjadi urutan ke-42 pada tahun 2005.

Page 10: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

4

Namun demikian, dibandingkan dengan beberapa negara pesaing utama di Asia Timur

(termasuk ASEAN), peningkatan posisi Indonesia memang relatif rendah.

Di bidang pengembangan industri, dalam rangka menentukan arah, sasaran

dan kebijakan pembangunan industri nasional ke depan, Pemerintah telah menerbitkan

Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional,

yang di dalamnya memuat Bangun Industri Nasional. Bangun industri nasional tersebut

dikembangkan terpadu dengan sektor pertanian, kelautan, kehutanan, kehutanan,

sumber daya manusia industri, serta kemampuan pengembangan dan penelitian,

termasuk pengembangan jasa pendukung rancang bangun, dan perekayasaan industri.

Secara umum, Bangun Industri Nasional tersusun dari industri Kimia, Farmasi dan

Tekstil dan industri andalan masa depan. Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

merupakan spektrum industri yang sudah berkembang saat ini dan telah menjadi

tulang punggung sektor industri. Saat ini kelompok industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

di Indonesia keberadaannya masih sangat tergantung pada sumber daya alam dan

sumber daya manusia tidak terampil. Oleh karena itu, Industri Kimia, Farmasi dan

Tekstil nasional perlu direstrukturisasi dan diperkuat agar mampu menjadi industri

kelas dunia.

Menurut peraturan tersebut, arah pembangunan industri ditujukan untuk :

1. Menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar.

Seluruh upaya pembangunan industri diorientasikan untuk membangun daya saing

dan pengembangan industri guna menciptakan lapangan kerja yang sebesar-

besarnya.

2. Melanjutkan program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri.

Memulihkan industri yang terkena dampak krisis dengan prioritas pada industri

dengan periode pemulihan cepat melalui program revitalisasi, konsolidasi, dan

restrukturisasi industri.

3. Mengoptimalkan pasar dalam negeri dan mendayagunakan potensi dalam negeri.

Merupakan sebuah upaya integral yang dimotori oleh pemerintah untuk

membangkitkan nasionalisme konsumsi produksi dalam negeri agar dalam jangka

panjang mampu membangun dan memperkuat produksi dan kemampuan ekspor.

4. Meningkatkan daya saing.

Menggalakkan program efisiensi biaya produksi di semua komponen biaya, baik yang

langsung maupun tak langsung, serta menerapkan standarisasi.

Page 11: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

5

Kementerian Perindustrian sebagai pembina industri nasional telah

merumuskan perencanaan pengembangan industri nasional. Untuk itu, Kementerian

Perindustrian mengadopsi Kebijakan Industri Nasional tersebut sebagai pedoman

utama dalam menyusun strategi dan langkah-langkah teknis dalam pengembangan

industri Kimia, Farmasi dan Tekstil. Kebijakan Industri Nasional tersebut telah sejalan

dengan dokumen pedoman pembangunan nasional lainnya, yaitu Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015 – 2019, Program

Pembangunan Kabinet Kerja, dan lainnya. secara garis besar, seluruh dokumen

tersebut telah menyepakati satu visi, yaitu untuk menjadikan Indonesia sebagai

negara industri maju baru pada tahun 2025. Oleh karena itu, Kebijakan Industri

Nasional merupakan fondasi dasar penetapan program kegiatan pembangunan

industri nasional. Disamping itu, dokumen-dokumen tersebut juga menyepakati bahwa

industri Kimia, Farmasi dan Tekstil merupakan sektor kunci bagi pencapaian visi

tersebut karena memiliki kemampuan untuk mendukung pembangunan sektor lainnya.

Fokus utama pembangunan industri nasional pada periode tahun 2015 – 2019 adalah

pemantapan daya saing industri yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri

andalan masa depan.

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil adalah unit kerja

Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian yang mengemban tugas pokok dan

fungsi utama sebagai pelayanan teknis dan administratif pada industri Kimia, Farmasi

dan Tekstil nasional. Binaan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

terdiri dari industri Kimia Hulu, industri kimia hilir, industri bahan galian non logam,

industri tekstil kulit alas kaki. Industri tersebut memiliki karakter dasar sebagai industri

padat karya (terutama industri Farmasi dan Tekstil), industri padat modal,

menghasilkan komoditas unggulan ekspor, dan menyimpan potensi strategis sebagai

pendukung sektor lainnya (infrastruktur, pertahanan, transportasi, dan lainnya).

Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil juga merupakan titik awal dari mata rantai nilai

tambah karena mengolah sumber daya alam mentah menjadi produk jadi atau

setengah jadi yang menjadi input bagi sektor industri lainnya. Kokohnya industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil merupakan modal utama bagi pengembangan sektor industri hilir

yang berkarakter lebih padat teknologi. Kinerja industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

nasional saat ini masih dalam proses pemulihan dampak krisis finansial global. Oleh

karena itu, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil memfokuskan

seluruh sumber dayanya untuk memulihkan industri yang terdampak krisis melalui

program revitalisasi dan penumbuhan industri Kimia, Farmasi dan Tekstil.

Page 12: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

6

Industri Kimia Hulu merupakan industri kimia penghasil bahan baku untuk

untuk industri kimia antara dan hilirnya yang padat modal dan berteknologi tinggi.

Pengembangan industri Kimia Hulu mempunyai peranan penting dalam mengemban

misi pembangunan ekonomi mulai dari penyediaan bahan baku sampai ke hilir,

penciptaan nilai tambah dan penyediaan lapangan kerja. Industri Kimia Hulu

mempunyai keterkaitan yang sangat luas dengan sektor ekonomi lainnya, karena

produknya terkait dengan kebutuhan hajat hidup orang banyak seperti industri plastik,

tekstil, karet, kulit, pupuk, pestisida, cat, pembersih, bahan peledak, bahan baku

farmasi dan lain-lain. Fokus pengembangan industri Kimia Hulu kedepan adalah

penguatan Klaster Industri Petrokimia dan industri Kimia Hulu lainnya

B. Maksud dan Tujuan

Sebagaimana Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019

yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1/M-

IND/PER/3/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian tahun 2015-

2019 yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Industri Nasional, dalam rangka

menyelenggarakan pembinaan industri yang akomodatif, aspiratif, dan fasilitatif.

Renstra Kementerian didukung oleh Renstra masing-masing eselon I, salah satunya

adalah Renstra Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil.

Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi

dan Tekstil 2015-2019 dimaksudkan memberikan arah kebijakan dan strategi

pembangunan industri dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan

pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu 2015-2019, sehingga

diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Direktorat

Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil. Renstra Direktorat Jenderal Industri

Kimia, Farmasi dan Tekstil merupakan acuan bagi Direktorat Industri Kimia Hulu dalam

menyusun Rencana Strategis di lingkungan Direktorat Industri Kimia Hulu yang akan

menjadi pedoman dalam menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pengembangan

industri sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu selama kurun

waktu 2015-2019.

C. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-

IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,

maka Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai tugas: Melaksanakan perumusan dan

Page 13: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

7

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta

pemberian bimbingan teknis dan evalusai di bidang industri Kimia Hulu. Dalam

melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu menyelenggarakan fungsi

:

a. Penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang industri Kimia Hulu.

b. Penyiapan perumusan kebijakan termasuk penyusuanan peta panduan

pengembangan klaster industri petrokimia dan pengembangan klaster industri

Kimia Hulu lainnya.

c. Penyiapan pelaksanaan kebijakan termasuk pengembangan klaster industri

petrokimia dan pengembangan klaster industri Kimia Hulu lainnya.

d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedure dan kriteria di bidang industri

Kimia Hulu.

e. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang industri Kimia Hulu.

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja Direktorat.

Selanjutnya untuk melaksanakan tugas dan fungsi diatas, maka Direktorat

Industri Kimia Hulu terdiri dari 4 unit Eselon III yaitu Sub Direktorat Program, Evaluasi

dan Pelaporan, Subdirektorat Industri Kimia Anorganik Dasar, Subdirektorat Industri

Kimia Organik Dasar, Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya dan Sub bagian Tata

Usaha dan Manajemen Kinerja. Pada tiap-tiap Eselon III didukung oleh 2 (dua) seksi

yaitu Seksi Iklim Usaha dan Kerja Sama dan Seksi Standardisasi dan Teknologi,

sedangkan untuk Subdirektorat Program, Evaluasi dan Pelaporan didukung oleh Seksi

Program dan Seksi Evaluasi dan Pelaporan. Adapun tugas masing-masing

Subdirektorat sebagai berikut :

1. Subdirektorat Program Pengembangan Industri Kimia Hulu mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang industri

Kimia Hulu.

2. Subdirektorat Industri Kimia Anorganik mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha,

standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta

pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri kimia anorganik

dasar.

3. Subdirektorat Industri Kimia Organik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha, standarisasi

Page 14: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

8

dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta pelaksanaan

kerjasama dan promosi industri di bidang industri kimia organik dasar.

4. Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma,

standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis mengenai iklim usaha,

standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta

pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri Kimia Hulu lainnya.

5. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi kepegawaian,

keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, kearsipan, dan

dokumentasi serta menajemen kinerja Direktorat.

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Industri Kimia Hulu

Direktur Industri Kimia Hulu

Seksi Pemberdayaan

Industri

Seksi Evaluasi Pelaporan

Seksi Program

Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya

Subdirektorat Industri Kimia Anorganik

Subdirektorat Industri Kimia Organik

Subdirektorat Program Pengembangan

Industri Kimia Hulu

Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana

Industri

Subbagian Tata Usaha

Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana

Industri

Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana

Industri

Seksi Pemberdayaan

Industri

Seksi Pemberdayaan

Industri

Kelompok Jabatan Fungsional

Page 15: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

9

D. Ruang Lingkup

Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu merupakan bagian dari

perencanaan jangka panjang industri dan ekonomi yang bersifat rolling plan dengan

ruang lingkupnya mencakup: Visi, Misi, tujuan, sasaran, analisi perkembangan

lingkungan strategis, arah kebujakan dan strategi, program dan kegiatan untuk

Penanganan masalah-masalah aktual sektor industri. Penyusunan Rencana Strategis

Direktorat Industri Kimia Hulu memiliki rentang waktu dari tahun 2015 – 2019.

Page 16: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

10

BAB II

ANALISIS PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

A. Perkembangan Sektor Industri Kimia Hulu

Perkembangan industri dibawah pembinaan Direktorat Industri Kimia Hulu

dapat digambarkan secara kuantitatif sebagai berikut :

1. Klasifikasi Lapangan Usaha

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 64/M-

IND/PER/7/2011 tentang Jenis-jenis industri dalam pembinaan Direktorat Jenderal

dan Badan di Lingkungan Kementerian Perindustrian, berikut digembarkan jenis-

jenis industri dibawah pembinaan Direktorat Industri Kimia Hulu berdasarkan KBLI

(Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), yaitu :

a) Industri Pengolahan Garam (KBLI 10774)

b) Industri Kimia Hulu Anorganik Khlor dan Alkali (KBLI 20111)

c) Industri Kimia Hulu Anorganik Gas Industri (KBLI 20112)

d) Industri Kimia Hulu Anorganik Pigment (KBLI 20113)

e) Industri Kimia Hulu Anorganik Lainnya (KBLI 20114)

f) Industri Kimia Hulu Organik untuk Bahan Baku Zat Warna dan Pigment, Zat

Warna dan Pigment (KBLI 20116)

g) Industri Kimia Hulu Organik yang bersumber dari minyak bumi, gas alam dan

batubara (KBLI 20117)

h) Industri Kimia Hulu Organik yang menghasilkan bahan kimia khusus (KBLI

20118)

i) Industri Kimia Hulu Organik lainnya (KBLI 20119)

j) Industri Damar Buatan (Resin sintetis) dan bahan baku plastik (KBLI 20131)

k) Industri karet buatan (KBLI 20132)

l) Industri pupuk alam/non sintetis hara dan makro primer (KBLI 20121)

m) Industri pupuk buatan tunggal hara makro primer (KBLI 20122)

n) Industri pupuk buatan majemuk hara makro primer (KBLI 20123)

o) Industri pupuk buatan campuran hara makro primer (KBLI 20124)

p) Industri pupuk hara makro sekunder (KBLI 20125)

q) Industri pupuk hara mikro (KBLI 20126)

r) Industri pupuk pelengkap (KBLI 127)

s) Industri pupuk lainnya (KBLI 20129)

t) Industri Bahan baku pemberantas hama (Bahan aktif) (KBLI 20211)

Page 17: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

11

u) Industri zat pengatur tumbuh (KBLI 20213)

v) Industri bahan amelioran (pembenah tanah) (KBLI 20214)

w) Industri perekat/ lem (KBLI 20291)

x) Industri bahan peledak (KBLI 20292)

y) Industri bahan farmasi (KBLI 21011)

2. Kontribusi terhadap Ekonomi

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi

nasional Tahun 2010 sebesar 6,1% dan pertumbuhan industri non migas sampai

triwulan II tahun 2015 mencapai 6,61%. Industri pupuk, kimia dan barang dari karet

mengalami peningkatan dari 4,48% tahun 2010 dan mencapai 6,62% triwulan II

tahun 2015 (Tabel 2.1)

Tabel 2.1. Pertumbuhan PDB Industri

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Q1 Q2

INDUSTRI MANUFAKTUR TANPA

MIGAS 5.86 5.27 5.15 4.05 2.52 5.09 5.78 6.61

1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2.75 7.21 5.05 2.34 11.29 2.73 4.04 9.34

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.53 1.74 10.43 8.03

3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.46 -3.5 -0.48 3.01

4). Kertas dan Barang cetakan 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.27 1.64 4.22 3.87

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8.77 4.48 5.69 4.46 1.51 4.67 -0.02 6.62

6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3.81 0.53 3.4 -1.49 -0.63 2.16 4.38 5.66

7). Logam Dasar Besi & Baja -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.53 2.56 18.32 15.48

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.94 10.35 8.84 4.41

9). Barang lainnya 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.13 2.98 1.13 6.21

Ekonomi 5.69 5.50 6.35 6.01 4.55 6.10 6.47 6.49

INDUSTRI PENGOLAHAN termasuk

MIGAS 4.60 4.59 4.67 3.66 2.11 4.48 5.02 6.09

Sumber : BPS, diolah Kemenperin (2015)

Tabel 2.2 menunjukkan kontribusi industri non migas terhadap PDB industri

sebesar 21,55% pada tahun 2010 dan peran industri Kimia Hulu yang diwakili

Page 18: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

12

industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 2,74% tahun 2010 terhadap

PDB industri non migas. Jika dilihat pada tahun sebelumnya, peran industri Kimia

Hulu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena kondisi global yang masih

dirasakan dan berdampak pada industri-industri dibawah pembinaan Direktorat

Industri Kimia Hulu.

Tabel 2.2. Kontribusi industri kimia terhadap PDB Atas Harga Berlaku

NO LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(Q1) (Q2)

Industri bukan Migas 22.38 22.43 23.00 22.57 21.55 21.05 20.99

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 6.37 6.68 6.99 7.49 7.24 7.09 7.29

2 Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 2.70 2.37 2.12 2.08 1.93 1.99 1.94

3 Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 1.34 1.39 1.48 1.43 1.25 1.20 1.15

4 Kertas dan Barang cetakan 1.19 1.15 1.05 1.09 1.02 0.99 0.97

5 Pupuk, Kimia & Barang dari karet 2.82 2.80 3.11 2.90 2.74 2.56 2.66

6 Semen & Brg. Galian bukan logam 0.87 0.83 0.81 0.77 0.71 0.69 0.69

7 Logam Dasar Besi & Baja 0.62 0.58 0.59 0.48 0.42 0.44 0.43

8 Alat Angk., Mesin & Peralatannya 6.27 6.44 6.66 6.17 6.06 5.93 5.70

9 Barang lainnya 0.21 0.19 0.18 0.17 0.16 0.16 0.16

Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100

Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 88.85 89.46 89.41 91.68 92.23 91.97 91.36

Sumber : BPS, diolah Kemenperin (2015)

3. Perkembangan Industri Kimia Hulu

Bila dirinci Kinerja industri Kimia Hulu pada tahun 2015, kapasitas produksi dan

produksi mengalami peningkatan sekitar 3% bila dibandingkan dengan tahun 2010.

Sedangkan utilitas industri Kimia Hulu sekitar 79%. Peranan ekspor industri Kimia

Hulu mengalami peningkatan 2,3% dan terjadi penurunan impor ±3,2% bila

dibandingkan dengan tahun 2005. Sementara investasi meningkat dari tahun 2014

sekitar 0,2% tetapi jika dibandingkan dengan data tahun 2010 mengalami

penurunan 1,63%. Secara rinci kinerja industri Kimia Hulu dapat dilihat pada tabel

berikut.

Page 19: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

13

Tabel 2.3. Kinerja Industri Kimia Hulu (2010-2015)

NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 010-015

1. Kapasitas Produksi 35,633,864 38,500,662 38,656,862 39,224,455 40,417,260 41,496,335 2.67

2. Produksi 27,253,329 28,689,907 30,259,680 30,598,659 31,709,366 32,783,315 3.59

Nilai Produksi (US $) 15,075,985 17,147,410 16,270,687 16,881,855 17,545,952 18,176,324 3.02

Nilai Produksi (Rp000) 139,159,308 149,364,030 148,967,180 154,562,766 160,642,935 166,414,340 3.34

3. Impor

- Volume (Ton) 4,509,123 4,480,605 3,905,329 3,909,590 3,843,347 3,932,394 (3.21)

- Nilai (US$. 000) 3,564,808 3,660,214 3,257,024 3,229,602 3,431,453 3,717,407 0.02

4. Ekspor

- Volume (Ton) 5,589,078 5,217,234 5,218,713 5,490,744 5,712,332 6,168,224 2.36

- Nilai (US$. 000) 2,894,730 3,169,854 2,939,394 3,189,816 3,308,560 3,593,033 3.76

5. Kebutuhan 26,173,374 27,953,278 28,946,295 29,017,506 29,840,381 30,547,485 2.81

Neraca 1,079,956 736,629 1,313,384 1,581,153 1,868,985 2,235,830 20.81

Utilisasi Kapasitas (%) 76 75 78 78 78 79 0.90

6. Investasi (US$ juta) 84,365 84,840 84,883 84,939 84,906 86,062 0.29

7. Investasi (Rp juta) 8,380,632 6,864,972 7,014,972 7,165,172 7,165,172 7,250,551 (1.63)

8. Tenaga Kerja (orang) 49,341 59.712 57,371 57,634 58,066 60,011

9. Jumlah Perusahaan

(buah)

284 306 306 314 316 322 2.18

Tabel 2.4. Kinerja Industri Petrokimia (2010-2015)

NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 010-015

1. Kapasitas Produksi 28,879,610 30,812,610 30,928,610 31,788,310 32,793,310 34,031,310 3.00

2. Produksi 23,158,187 23,670,331 24,523,549 25,378,184 26,516,960 27,750,352 3.72

Nilai Produksi (US $) 12,707,872 13,883,880 13,161,480 13,071,983 13,442,531 13,796,266 0.88

Nilai Produksi (Rp000) 116,068,823 119,484,607 120,500,657 119,681,270 123,073,837 126,312,480 1.45

3. Impor

- Volume (Ton) 3,855,140 3,825,420 3,580,564 4,082,745 4,113,564 4,133,616 2.01

- Nilai (US$. 000) 3,182,661 3,240,048 3,334,555 3,802,812 4,033,694 4,369,835 7.02

4. Ekspor

- Volume (Ton) 4,588,686 4,195,774 4,723,799 4,551,988 4,725,766 4,695,195 1.25

- Nilai (US$. 000) 2,303,134 2,504,226 2,856,239 2,684,802 2,582,500 2,701,728 2.40

5. Kebutuhan 22,424,641 23,299,976 23,380,315 24,908,941 25,904,758 27,188,773 3.92

Neraca 733,546 370,355 1,143,234 469,243 612,202 561,579 (2.03)

Utilisasi Kapasitas (%) 80 77 79 80 81 82 0.70

6. Investasi (US$ juta) 214,809 216,409 221,254 221,310 221,277 222,433 0.69

7. Investasi (Rp juta) 42,136,811 81,535,352 125,476,252 126,923,836 134,404,959 131,482,341 22.84

8. Tenaga Kerja (orang) 39,115 48,873 46,392 46,574 46,585 46,847 2.20

9. Jumlah Perusahaan

(buah)

161 163 163 170 172 177 1.98

Page 20: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

14

Tabel 2.5. Kinerja Industri Kimia Hulu Lainnya Lainnya (2010-2015)

NO URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 010-015

1 Kapasitas Produksi 7,130,254 8,175,052 8,175,252 8,175,645 8,175,950 8,677,025 2.85

2 Produksi 3,989,982 5,124,715 5,341,574 5,649,572 5,848,611 5,981,696 7.33

Nilai Produksi (US $) 2,359,534 3,360,094 3,502,280 3,704,224 3,834,726 3,921,985 8.93

Nilai Produksi (Rp000) 23,006,829 30,763,523 32,065,321 33,914,225 35,109,050 35,907,956 7.95

3 Impor

- Volume (Ton) 672,822 707,039 537,728 520,800 533,086 572,136 -4.71

- Nilai (US$. 000) 397,883 463,581 352,569 341,470 349,526 375,129 -3.09

4 Ekspor

- Volume (Ton) 1,000,392 1,039,150 460,293 722,760 705,475 946,031 -2.79

- Nilai (US$. 000) 591,597 681,334 301,798 473,888 462,555 620,279 -1.83

5 Kebutuhan 3,662,412 4,792,605 5,419,009 5,447,612 5,676,222 5,607,801 7.84

Neraca 327,570 332,110 77,435 201,960 172,389 373,895 -0.99

Utilisasi Kapasitas (%) 56 63 65 69 72 69 4.39

6 Investasi (US$ juta) 0 0 0 0 0 0

7 Investasi (Rp juta) 0 0 0 0 0 0

8 Tenaga Kerja (orang) 9,343 9,003 9,122 9,152 9,617 9,797 1.26

9 Jumlah Perusahaan

(buah)

124 142 142 143 143 143 2.14

4. Pesebaran Industri

Jumlah perusahaan industri di sektor industri Kimia Hulu sampai dengan

tahun 2015 adalah sebanyak 197 perusahaan. Penyebaran industri tidak merata

dan perusahaan terkonsentrasi di pulau jawa dengan jumlah perusahaan terbesar

berlokasi di Banten. seperti yang terlihat dalam tabel 2.6. Dari tabel tersebut terlihat

persebaran industri di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa sebesar 75:25.

Tabel 2.6 Pesebaran Sektor Basis Industri Sampai Tahun 2015

No. Provinsi DIT. IKHU

1 DI Aceh 2

2 Sumatra Utara 7

3 Sumatra Barat

4 Riau 3

5 Jambi 1

6 Sumatra Selatan 4 7 Bengkulu

8 Lampung -

9 Kepulauan Bangka Belitung -

10 Kepulauan Riau 2

11 DKI Jakarta 24

12 Banten 53

Page 21: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

15

13 Jawa Barat 46

14 Jawa Tengah 3

15 DI Yogyakarta -

16 Jawa Timur 23

17 Bali -

18 NTT -

19 NTB -

20 Kalimantan Barat 4

21 Kalimantan Tengah 1

22 Kalimantan Selatan 5 23 Kalimantan Timur 15

24 Sulawesi Utara -

25 Sulawesi Tengah -

26 Sulawesi Selatan -

27 Sulawesi Tenggara -

28 Sulawesi Barat -

29 Gorontalo -

30 Maluku 2

31 Maluku Utara -

32 Papua - 33 Papua Barat 2

Jumlah : 197

B. Analisa SWOT

Dari kondisi perkembangan industri Kimia Hulu, maka dilakukan Analisa

Kekuatan, Kelemahan, Peluang serta Ancaman. Adapun analisa SWOT sektor industri

Kimia Hulu adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan :

a. Sumber daya alam di dalam negeri sangat melimpah untuk memasok bahan

baku industri dalam negeri.

b. Kapasitas produksi industri dibeberapa jenis industri cukup mampu mendukung

kebutuhan dalam negeri.

c. Beberapa perusahaan di sub sektor BIM telah mulai menerapkan sistem dan

prosedur produksi sesuai standar internasional dan menggunakan sistim

informasi terkini.

2. Kelemahan :

a. Ekspor SDA mineral mengurangi pasokan bahan baku industri dalam negeri

dan belum termanfaatkannya secara optimal untuk pengembangan industri,

misalnya minyak bumi, gas bumi dan batubara.

b. Walaupun beberapa industri telah ada yang menguasai teknologi tinggi, namun

masih banyak industri yang penguasaan teknologinya masih lemah, sehingga

sangat tergantung pada teknologi dari luar negeri.

Page 22: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

16

c. Teknologi proses produksi yang dipakai di beberapa industri saat ini sudah tidak

efisien, disamping permesinan sudah banyak yang tua seperti di Industri pupuk.

d. R&D masih lemah.

e. Integrasi antara industri kimia di hulu, antara dan hilir masih lemah.

f. Terbatasnya mutu SDM dan penanganan SDM belum dilakukan secara

komprehensif yang dapat menciptakan SDM industri yang memiliki kompetensi

dan berkualitas

g. Lemahnya penguasaan jaringan pasar global dan profesionalisme dalam

menjalin kerjasama dengan partner asing.

h. Kurangnya dukungan perbankan untuk pendanaan (Investasi dan Modal Kerja)

dengan tingkat suku bunga yang bersaing.

i. Belumnya terbangunnya kesamaan visi dan misi kedepan antara instansi

Pemerintah dengan Industri dalam mengolah SDA lokal menjadi hasil industri

yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.

j. Belum dikembangkannya sistem informasi terpadu di tingkat Pusat, Propinsi

dan Kabupaten / Kota, sehingga data dan informasi industri yang dipunyai tidak

dapat digunakan secara akurat dalam menyiapkan program pengembangan

industri.

k. Penanganan masalah penghematan energi belum optimal, bahkan cenderung

industri kurang respon terhadap manajemen energi, konservasi energi dan audit

energi.

l. Lingkungan usaha belum kondusif terutama masih belum adanya kepastian

hukum, konsistensi kebijakan dan masalah-masalah ketenaga kerjaan terutama

sinkronisasi dan dukungan kebijakan antar instansi Pemerintah dan Pemerintah

daerah dalam rangka mendorong pengembangan industri.

m. Minimnya dan belum meratanya sarana dan prasarana pendukung yang dapat

mendorong pertumbuhan dan penyebaran sektor industri (terutama di luar

pulau jawa), seperti : listrik, jalan, telekomunikasi.

3. Peluang :

a. Peluang pasar dalam negeri cukup besar, sebagai basis pengembangan

ekspor. Selain itu, sebagian besar produk industri Kimia Hulu menghasilkan

bahan baku dan komponen untuk sektor industri lainnya.

b. Pangsa pasar produk BIM dipasar luar negeri masih sangat kecil, sehingga

peluangnya masih cukup besar untuk ditingkatkan, khususnya pasar non

tradisional.

Page 23: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

17

c. Adanya kebijakan Pemerintah untuk peningkatan penggunaan produksi dalam

negeri melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Menperin RI No.

15/M-IND/PER/2/2011 tentang Pedoman Penggunaan Produksi Dalam Negeri

dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

d. Peluang investasi untuk memperkuat struktur industri sektor industri Kimia Hulu

dalam pohon industri.

4. Ancaman :

a. Ancaman dari negara pesaing seperti Cina, Thailand dan Vietnam karena iklim

investasi yang lebih kondusif dalam menarik investor.

b. Tumbuhnya industri-industri sejenis di negara-negara ASEAN karena proteksi

dan bantuan pemerintahnya, menjadi lebih berdaya saing khususnya di pasar

Asean.

c. Semakin meningkatnya penggunaan hambatan non tarif seperti Technical

Barrier to Trade di Negara tujuan ekspor yang dapat menghambat upaya

ekspor Indonesia.

d. Masyarakat dalam negeri cenderung semakin menyukai produk impor (impor

minded), karena alasan lebih murah.

e. Semakin maraknya penyelundupan (impor illegal) dan manipulasi dokumen

impor yang mengancam pasar produksi dalam negeri.

f. Makin meluasnya daerah-daerah perdagangan bebas (Free Trade) serta

tuntutan negara-negara industri kuat dalam perjanjian perdagangan bebas.-

C. Permasalahan

Beberapa kendala/permasalahan yang dihadapi Industri kimia Hulu dalam

perkembangannya antara lain :

a. Gangguan pasokan gas untuk bahan baku dan energi di beberapa wilayah.

b. Ketergantungan impor naphtha dan condensate sebagai bahan baku industri

petrokimia.

c. Perbaikan iklim investasi dan aturan berusaha.

d. Penguasaan teknologi lebih maju.

e. Kurangnya infrastuktur sarana dan prasarana vs perkembangan industri.

Page 24: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

18

D. Kondisi yang diharapkan Tahun 2015-2019

Pada tahap ini, industri kimia Hulu diharapkan dapat terus meningkatkan daya

saing dan berwawasan lingkungan serta menjadi sektor industri yang kokoh dan

berkontribusi bear terhadap oertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi yang harus

dicapai pada akhir tahun 2014 antara lain :

1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program

revitalisasi industri di sektor industri kimia hulu;

2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar;

3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi bahan baku industri;

4. Semakin meningkatnya daya saing industri yang berorientasi ekspor;

5. Tumbuhnya industri - industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak

pertumbuhan industri di masa depan.

Page 25: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

19

BAB III

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU

A. VISI DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU

Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang pada tahun 2025, yaitu

“Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Dunia”, yang bercirikan: 1) Industri

kelas dunia; 2) PDB sektor industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar jawa;

3) Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.

Untuk menuju visi tersebut, dirumuskan Visi Jangka Menengah Pembangunan

Nasional tahun 2020 sesuai dengan hasil Deklarasi Bogor pada tahun 1995 antar para

Kepala Negara APEC, Indonesia diharapkan akan menjadi “Negara Industri Maju

Baru” pada tahun 2020 yang kemudian menjadi visi tahun 2020, dengan kriteria dasar

antara lain: 1) Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya; 2)

Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional; 3)

Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar; 4)

Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat,

keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5) Jasa industri yang tangguh.

Berdasarkan visi tahun 2020 tersebut, kemampuan Industri Nasional diharapkan

mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan

ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang

berciri kerakyatan.

Visi tersebut diatas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun Kementerian

Perindustrian sampai dengan 2019 yakni “Indonesia Menjadi Negara Industri yang

Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya

Alam dan Berkeadilan.”

Berpedoman kepada visi pembangunan nasional dan peran Industri Kimia

Farmasi dan tekstil dalam mendukung visi tersebut, maka sub sektor Industri Kimia

Farmasi dan tekstil menetapkan visi jangka panjang tahun 2025 adalah: “Terwujudnya

Industri Kimia, Farmasi dan tekstil yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri

yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan.”

Page 26: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

20

Berpedoman kepada Visi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan tekstil,

maka Direktorat Industri Kimia Hulu menetapkan visi yaitu : “Terwujudnya Industri

Kimia Hulu Yang Berdaya Saing Tinggi, Berwawasan Lingkungan, Adil Dan

Mandiri Dengan Struktur Industri Yang Kuat Untuk Menopang Pembangunan

Industri Nasional.”

B. MISI DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas dan mewujudkan Indonesia yang

menjadi “Negara Industri Maju Baru” pada tahun 2020 yang kemudian menjadi visi

tahun 2020, dengan kriteria dasar antara lain: 1) Kemampuan tinggi untuk bersaing

dengan Negara industri lainnya; 2) Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi

perekonomian nasional; 3) Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah

dengan Industri Besar; 4) Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan

lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5) Jasa

industri yang tangguh. Berdasarkan visi tahun 2020 tersebut, kemampuan Industri

Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi

basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya

ekonomi yang berciri kerakyatan, maka diperlukan tindakan nyata dalam bentuk 6

(enam) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu sebagai

berikut :

1. Memperkuat dan memperdalam struktur industri Kimia Hulu untuk mewujudkan

industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan;

2. Meningkatkan nilai tambah industri Kimia Hulu di dalam negeri melalui pengelolaan

sumber daya industri yang berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan

teknologi dan inovasi;

3. Menciptakan iklim usaha yang kompetitif;

4. Meningkatkan kualitas produkk-produk industri Kimia Hulu melalui SNI;

5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

6. Mendukung pemerataan pembangunan industri Kimia Hulu ke seluruh wilayah

Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional.

C. TUJUAN

Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, oleh

sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk memampukam industri dalam

memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik

Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi

Page 27: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

21

permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh melemahnya

daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus

mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar

membangun industri andalan masa depan.

Di bidang pengembangan industri, dalam rangka menentukan arah, sasaran

dan kebijakan pembangunan industri nasional ke depan, Pemerintah telah menerbitkan

Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional,

yang di dalamnya memuat Bangun Industri Nasional. Bangun industri nasional tersebut

dikembangkan terpadu dengan sektor pertanian, kelautan, kehutanan, kehutanan,

sumber daya manusia industri, serta kemampuan pengembangan dan penelitian,

termasuk pengembangan jasa pendukung rancang bangun, dan perekayasaan industri.

Secara umum, Bangun Industri Nasional tersusun dari industri Kimia, Farmasi dan

tekstil dan industri andalan masa depan. Industri Kimia, Farmasi dan tekstil merupakan

spektrum industri yang sudah berkembang saat ini dan telah menjadi tulang punggung

sektor industri. Saat ini kelompok industri Kimia, Farmasi dan tekstil di Indonesia

keberadaannya masih sangat tergantung pada sumber daya alam dan sumber daya

manusia tidak terampil. Oleh karena itu, Industri Kimia, Farmasi dan tekstil nasional

perlu direstrukturisasi dan diperkuat agar mampu menjadi industri kelas dunia.

Berdasarkan penjabaran visi, misi, analisa lingkungan strategis dan

permasalahan yang ada di sub sektor industri Kimia Hulu serta kondisi yang diinginkan

tahun 2015-2019, maka Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai tujuan

“Meningkatnya Peran Industri Kimia Hulu dalam Perekonomian Nasional ” agar

pada akhir tahun 2019, Industri Kimia Hulu dapat menjadi pondasi yang kuat untuk

menopang pembangunan industri yang berkelanjutan dan mendukung pembangunan

pilar industri andalan masa depan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan indikator kinerja

tujuan sebagai berikut :

1. Laju pertumbuhan PDB industri kimia Hulu;

2. Kontribusi PDB industri kimia hulu terhadap PDB Nasional;

3. Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor industri kimia hulu.

Page 28: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

22

TUJUAN INDIKATOR

KINERJA TUJUAN SATUAN

TARGET

2015 2016 2017 2018 2019

1 Meningkatnya

Peran Industri

Kimia Hulu

dalam

Perekonomian

Nasional

1 Laju

Pertumbuhan

PDB Industri

Kimia Hulu

% 4,21 – 4,44 3,28 – 3,45 3,88 – 4,17 3,69 – 4,09 4,04 – 4,53

2 Kontribusi PDB

Industri Kimia

Hulu terhadap

PDB Nasional

% 1,35 - 1,37 1,31 - 1,33 1,34 – 1,36 1,40 – 1,42 1,45 – 1,48

3 Jumlah

Penyerapan

Tenaga Kerja

Juta

Orang

0,29 – 0,30 0,29 – 0,30 0,40 – 0,41 0,44 – 0,45 0,48 – 0,49

D. SASARAN

Untuk mewujudkan pencapaian kondisi yang diinginkan dan tujuan diatas

sesuai dengan Visi dan Misi Direktorat Industri Kimia Hulu, maka sasaran strategis

yang ingin dicapai Direktorat Industri Kimia Hulu tahun 2015-2019, adalah :

1. Meningkatnya Populasi Industri

2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

3. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

4. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil,

berdaya saing dan berkelanjutan.

Page 29: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

23

E. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Indikator Kinerja Sasaran Strategis dari masing-masing sasaran diatas dan

target kinerja tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

SASARAN

STRATEGIS (SS)

INDIKATOR

KINERJA

SASARAN

STRATEGIS

(IKSS)

SATUAN

TARGET 2015 -

2019

2015 2016 2017 2018 2019

Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S) – Indikator Kinerja Utama

1 Meningkatnya

Populasi

Industri

1 Jumlah unit

industri kimia

hulu

Unit/Pabrik 96 122 116 127 144 605

2 Nilai investasi

di sektor

industri kimia

hulu

Rp. Triliun 20,6 –

23,7

34,3 –

37,4

34,3 –

37,4

51,2 –

54,5

65,1 –

67,8

20,6 –

67,8

2 Meningkatnya

daya saing

dan

produktivitas

sektor industri

1 Kontribusi

ekspor produk

industri kimia

hulu terhadap

ekspor nasional

Persen 2,77 –

2,87

3,28 –

3,38

3,19 –

3,22

3,29 –

3,30

3,29 –

3,30

2,77 –

3,30

2 Produktivitas

SDM industri

kimia hulu

Rp juta perorang pertahun

1.301,6 1.628,7 1.211,9 1.320,7 1.429,3 1.365,7

3 Tersedianya

kebijakan

pembangunan

industri yang

efektif

1 Jumlah

Peraturan

Perundang -

Undangan

PP/Perpres

/Kepres/Per

men

RSKKNIPer

sen

0 0 2 1 0 3

4 Terselenggara

nya urusan

pemerintahan

di bidang

perindustrian

yang adil,

berdaya saing

dan

berkelanjutan

1 Infrastruktur

kompetensi

yang terbentuk

RSKKNI 1 1 1 1 1 1

Page 30: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

24

BAB IV

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi dan

Tekstil

Dari penjabaran arah kebijakan Kementerian Perindustrian dan berdasarkan Visi

dan Misi Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil, maka disusun rencana

strategis yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun 2015-2019 dengan tujuan

Memperkuat Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Menjadi Penggerak Industri

Nasional, maka disusun arah kebijakan Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi dan

tekstil seperti yang dapat dilihat dalam Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Kimia

Farmasi dan Tekstil dalam gambar 4.2

Peta Strategi tersebut menggambarkan visi dan misi jangka panjang industri

berbasis manufaktur nasional. Sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 28

Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, industri berbasis manufaktur nasional

memegang peranan penting dalam pembangunan industri nasional menuju Negara

Industri Maju Baru pada tahun 2020 dan menjadi Negara Industri Tangguh Dunia pada

tahun 2025. Melalui penyusunan Peta Strategi tersebut, diharapkan kinerja

pelaksanaan tupoksi Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi dan tekstil semakin

fokus dan kontributif terhadap pembangunan industri nasional.

Arah kebijakan dalam rencana strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia

Farmasi dan tekstil mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :

1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam

perekonomian nasional.

2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional

dan kompetensi daerah.

3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih

seimbang dengan kemampuan industri skala besar.

4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau jawa.

5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam

mendukung pembangunan nasional.

Page 31: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

25

Page 32: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …
Page 33: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

27

Gambar 4.1. PETA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA FARMASI DAN TEKSTIL TAHUN 2015 – 2019

PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN

PERSPEKTIF PROSES INTERNAL

Tujuan. Meningkatnya peran industri dalam

perekonomian nasional

Terwujudnya Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri

2 Meningkatnya Populasi 1

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN

Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang

perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

3 4

Page 34: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

28

B. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Industri Kimia Hulu

Dalam rangka mendukung kebijakan Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi

dan tekstil, sebagai unit kerja eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia

Farmasi dan tekstil maka Direktorat Industri Kimia Hulu berkewajiban menyukseskan

pencapaian sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal

Industri Kimia Farmasi dan tekstil.

Kebijakan Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia Hulu

mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :

1. Pemantapan struktur industri Kimia Hulu dengan seoptimal mungkin

memanfaatkan SDA lokal guna peningkatan nilai tambah.

2. Pengaturan efisiensi bahan baku/energi melalui penerapan teknologi baru dan

penghematan maupun diversifikasi bahan baku/energi.

3. Pengaturan pengembangan bahan baku alternatif industri petrokimia seperti

gasifikasi batubara maupun biomassa.

4. Peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk menghasilkan industri yang berdaya

saing.

5. Peningkatan produksi industri Kimia Hulu dalam rangka mendorong

pengembangan industri hilirnya untuk peningkatan ekspor dan substitusi impor.

6. Pengembangan kemitraan dengan industri kecil menengah.

7. Pengembangan SDM dan R&D termasuk dalam upaya pengembangan industri

yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan.

Arah Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia Hulu

mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :

1. Pengembangan industri petrokimia dan industri Kimia Hulu lainnya melalui

pendekatan klaster.

2. Industri yang bertumpu pada potensi SDA lokal yang yang tidak dapat diperbaharui

(petrokimia dan bahan kimia berbasis batubara) maupun yang dapat diperbaharui.

3. Industri yang berpeluang meningkatkan pasar ekspor industri hilirnya (bahan baku

plastik, bahan baku tekstil, bahan baku pembersih dan Bahan baku serat).

4. Industri yang kandungan lokalnya masih rendah (bahan kimia adi dan bahan kimia

khusus).

5. Industri yang berwawasan lingkungan (pupuk organik, pestisida alami).

6. Pengembangan industri yang memanfaatkan bahan baku alternatif industri

petrokimia seperti gasifikasi batubara maupun biomassa.

7. Pengembangan industri yang memanfaatkan limbah/scrap/used-product petrokimia

sebagai bahan baku.

Strategi Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia Hulu

mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut yang digambarkan dalam peta strategi

pada gambar 4.2.

Page 35: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

29

GAMBAR 4.2. PETA STRATEGI INDUSTRI KIMIA HULU

PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN

PERSPEKTIF PROSES INTERNAL

Tujuan. Meningkatnya peran industri dalam

perekonomian nasional

Terwujudnya Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Industri

2 Meningkatnya Populasi 1

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN

Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang

perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

3 4

Page 36: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

30

Untuk pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Direktorat Industri Kimia Hulu

seperti yang diuraikan pada BAB III, maka dalam kebijakan Direktorat Industri Kimia

Hulu di susun 4 (empat) sasaran strategis yang akan dicapai dengan 2 (dua) indikator

Kinerja Utama, seperti yang diuraikan berikut :

Sasaran Strategis I (IKU) :

Meningkatnya Populasi Industri, dengan indikator Kinerja Utama :

1). Jumlah unit industri kimia hulu.

2). Nilai investasi di sektor industri kimia hulu.

Sasaran Strategis II (IKU) :

Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri, dengan indikator Kinerja

Utama :

1). Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional.

2). Produktivitas SDM industri kimia hulu.

Sasaran Strategis diatas merupakan Strategic Outcome Direktorat Industri

Kimia Hulu dengan indikator kinerja utama untuk mengukur keberhasilan pencapaian

outcome Direktorat Industri Kimia Hulu..

Untuk mewujudkan rencana strategis ini, telah ditetapkan proses yang harus

dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu

dan dikelompokan ke dalam : (1) Perumusan kebijakan; (2) Pelayanan dan fasilitasi;

serta (3) Monitoring dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian

sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan kapasitas

kelembagaan guna mendukung pencapaian sasaran strategis. Kebijakan ini tertuang

dalam rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu tahun 2010-2014. Uraian proses

tersebut dengan indikator keluaran (output) adalah sebagai berikut :

C. Proses Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Kimia

Farmasi dan tekstil (Strategic Driver), terdiri dari :

a. Perumusan Kebijakan, dengan uraian :

1) Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Rencana dan Kebijakan Industri Kimia

Farmasi dan tekstil, dengan Indikator Kinerja keluaran :

a) Jumlah Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP,

R.Perpres/R.Keppres).

b) Jumlah Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri.

Page 37: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

31

2) Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan Industri Kimia Farmasi

dan tekstil, dengan Indikator Kinerja keluaran :

a) Jumlah Renstra 2010 -2014 & RENJA.

b) Jumlah RENKIN, Laporan Akhir Kinerja

3) Menetapkan peta panduan pengembangan Industri Kimia Farmasi dan tekstil,

dengan Indikator Kinerja keluaran

a) Peta Panduan Pengembangan klaster Industri.

b) Peta Panduan Industri unggulan provinsi,

c) Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/kota.

4) Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan Industri Kimia Farmasi

dan tekstil, dengan Indikator Kinerja keluaran :

a) Rekomendasi usulan insentif .

b) Perusahaan industri yang memperoleh insentif.

b. Pelayanan dan Fasilitasi, dengan uraian :

1) Mengembangkan R&D di instansi dan Industri Kimia Farmasi dan tekstil,

dengan Indikator Kinerja keluaran :

a) Kerjasama R&D instansi dengan industri.

2) Memfasilitasi pengembangan pupuk organik, dengan Indikator Kinerja keluaran:

a) Jumlah pabrik pupuk organik.

3) Memfasilitasi pengembangan industri Kimia Hulu, dengan Indikator Kinerja

keluaran :

a) Tingkat utilisasi kapasitas produksi..

b) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan.

c) Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku.

d) Perjanjian kerjasama Internasional.

4) Memfasilitasi promosi industri Kimia Hulu, dengan Indikator Kinerja keluaran :

a) Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi.

5) Memfasilitasi penerapan standardisasi, dengan Indikator Kinerja keluaran :

a) Rancangan SNI yang diusulkan.

b) Penambahan SNI wajib yang diterapkan.

c) Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008

(Pedoman BSN10 dan GKM).

Page 38: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

32

6) Meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan Indikator Kinerja:

a) Tingkat kepuasan pelanggan.

c. Monitoring dan Evaluasi.

1) Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian

kinerja industri, dengan Indikator Kinerja keluaran :

a) Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan

b) Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri.

D. Proses Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, terdiri dari :

a. Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang kompeten, dengan Indikator

Kinerja keluaran:

1) Standar kompetensi SDM aparatur.

2) SDM aparatur yang kompeten.

b. Membangun organisasi yang profesional dan probisnis, dengan Indikator Kinerja

keluaran :

1) Penerapan sistem manajemen mutu.

c. Membangun sistem informasi yang terintegrasi & handal, dengan Indikator Kinerja

keluaran :

1) Tersedianya sistem informasi online.

2) Pengguna yang mengakses.

d. Meningkatkan kemampuan litbang industri Kimia Hulu, dengan Indikator Kinerja

keluaran :

1) Fasilitasi pengembangan litbang.

2) Kerjasama litbang dengan industri Kimia Hulu.

e. Dukungan dana yang memadai, dengan Indikator Kinerja keluaran :

1) Tingkat penyerapan anggaran.

.

Page 39: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

31

BAB V

PROGRAM KEGIATAN DAN PENDANAAN

A. Program dan Kegiatan

Dalam rangka mencapai seluruh target kinerja industri kimia Hulu, baik kinerja

tahunan maupun menengah melalui pencapaian IKU serta program yang telah

ditetapkan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, maka sesuai

Tupoksi, Direktorat Industri Kimia Hulu mendapat tugas melaksanakan program

Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hulu.

Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hulu memiliki indikator

pencapaian kinerja yaitu meningkatnya nilai tambah produk industri kimia Hulu dan 2

(dua) indikator kinerja tujuan yaitu:

1. Meningkatkan peran industri kimia Hulu yang berdaya saing dalam perekonomian

nasional;

2. Meningkatkan investasi sektor industri yang berwawasan lingkungan.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, program/kegiatan ini akan didukung oleh

rencana aksi sebagai berikut:

1. Revitalisasi/penumbuhan Industri Pupuk

2. Optimalisasi Pabrik Pupuk Organik

3. Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam

4. Penyusunan Program dan Evaluasi Kinerja IKHu

5. RSNI dan Pemberlakuan SNI Wajib Produk IKHu

6. Peningkatan kerjasama, iklim usaha, promosi dan investasi

7. Tersusunya RSKKNI IKHu

8. Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

9. Pengembangan Industri Petrokimia

Page 40: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

32

B. KEBUTUHAN PENDANAAN

Untuk melaksanakan program kegiatan di lingkungan Direktorat Industri Kimia

Hulu tahun 2015 -2019 sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, di proyeksikan

akan mengalami pertumbuhan kebutuhan anggaran. Anggaran yang dialokasikan pada

tahun 2015 adalah sebesar Rp. 21.889.316.000,- dan akan mencapai Rp.

147.500.000.000,- pada tahun 2019. Sumber pendanaan kegiatan tersebut berasal dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Rincian proyeksi kebutuhan

anggaran tahun 2014 – 2019 dapat dilihat pada lampiran.

Page 41: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

33

BAB VI

PENUTUP

Revisi Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015-

2019 disusun dengan mengacu pada Revisi Renstra Kementerian Perindustrian dan

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (Ditjen IKFT) Tahun 2015-2019.

Revisi dilakukan karena adanya perubahan nomenklatur organisasi berdasarkan

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Perindustrian.

Revisi Renstra Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015-2019 merupakan

landasan untuk mewujudkan Visi Industri Kimia Hulu yaitu Tumbuhnya industri Kimia

Hulu yang berdaya saing tinggi, berwawasan lingkungan dan mandiri untuk menompang

pebangunan industri nasional dan menuju Visi Industri Nasional 2025, yaitu mewujudkan

Indonesia menjadi Negara Industri Maju Baru.

Visi Industri Nasional 2025 tersebut telah selaras dengan Visi Pembangunan

Nasional Jangka Panjang 2025, yaitu Membawa Indonesia Menjadi Negara Industri

Tangguh Dunia. Untuk mencapai Visi tersebut maka telah ditetapkan tujuan Tahun

2020, yaitu Menjadikan Indonesia Negara Industri Maju, dimana salah satu prioritas

pembangunannya berfokus pada penguatan, pendalaman, dan penumbuhan klaster

industri.

Page 42: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

Lampiran Keputusan Direktur Industri Kimia Hulu Nomor: 01/IKFT.2/SK/12/2018

2017 2018 2019 2017 2018 2019

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Penumbuhan dan Pengembangan

Industri Kimia Hulu

15,535,85 23.500,00 58.000,00 Dit. Industri Kimia

Hulu

4.000,00 4.400,00 4.840,00

- Terjaminnya pasokan Bahan baku industri pupuk

(pabrik)

5 5 5

- Jumlah Pabrik Pupuk yang direvitalisasi 1 - -

- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi

pembangunannya di Papua Barat

1 1 1

- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi

pembangunannya di Maluku

1 1 1

- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi

pembangunannya di Sulawesi Tengah

1 1 1

- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi

pembangunannya di Kalimantan Timur

1 1 1

- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi

pembangunannya di Sumatera Selatan

1 1 1

- Jumlah industri/pabrik yang difasilitasi

pembangunannya di Lampung

1 1 1

2.101,43 2.311,57 2.542,73

- Jumlah perusahaan yang difasilitasi untuk

investasi baru dan perluasan (Perusahaan)

3 3 3

- Jumlah Perusahaan yang difasilitasi untuk

mendapatkan insentif (Perusaaan)

5 5 5

- Jumlah usulan skema dan tarif komoditi dalam

Kerjama Perdagangan

5 5 5

- Jenis Produk/Bahan baku impor yang dievaluasi 3 3 3

- Data Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 1 1 1

2.017,28 2.219,01 2.440,91

- Terfasilitasinya operasional Center of Excellence

Industri Petrokimia (persen)

90 95 100

- SDM Industri Kimia Hulu yang dilatih melalui

pelatihan kompetensi (orang)

200 200 200

312,97 344,27 378,69

- Jumlah SNI wajib yang diberlakukan (SNI) 3 3 3

1.250,0 1.375,0 1.512,5

- Terstandardisasinya kualitas produk Industri

Kimia Hulu (standar produk)

6 6 6

Terbentuknya Center of Excellence (CoE) Industri

Petrokimia

Regulasi Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri

Kimia Hulu

RSNI/ SNI Industri Kimia Hulu

Rekomendasi Kebijakan Pengamanan Bahan Baku,

Bahan Penolong dan Energi

Rekomendasi Iklim Usaha Industri Kimia Dasar

(2)

LAMPIRAN : MATRIKS KINERJA DAN PENDAAAN DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN 2015 - 2019 PERUBAHAN KE - 2

Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /

Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi

Unit Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-

NS-BS

Lampiran - Hal 1

Page 43: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

Lampiran Keputusan Direktur Industri Kimia Hulu Nomor: 01/IKFT.2/SK/12/2018

2017 2018 2019 2017 2018 2019

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)(2)

Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /

Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi

Unit Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-

NS-BS

1.975,0 2.172,5 2.389,8

- Terstandardisasinya kompetensi SDM Industri

Kimia Hulu (standar kompetensi kerja)

1 1 1

- Infrastruktur Pendukung Tenaga Kerja Berbasis

Kompetensi (LSP/TUK)

- 1 -

- Assesor Kompetensi industri kimia hulu (orang) 50 50 50

- Pelatihan SDM Industri Kimia Hulu 85 85 100

- - -

- Pilot Plant Propylene berbasis CPO - - 1 15.000

- Pilot Plant Polimer Enhanced Oil Recovery (EOR) - - 1 15.000

907,0 907,0 907,0

- Jumlah bantuan peralatan proses pupuk organik

yang dioptimalisasi (unit)

2 2 2

638,99 702,88 773,17

- Luas lahan intensifikasi dan/atau ekstensifikasi

pegaraman (ha)

50 50 50

2.214,10 2.435,51 2.679,06

- Dokumen Deklarasi OPCW 1 1 1

- Dokumen Inspeksi dan Verifikasi OPCW 1 1 1

- Dokumen Pengelolaan Bahan Kimia 1 1 1

- Dokumen Data dan Informasi tentang Bahan Kimia 1 1 1

- RUU Tentang Bahan Kimia 1 1 1

374,1 411,5 452,7

- Jumlah Kerjasama Bilateral dan Multilateral yang

difasilitasi

7 7 7

1.343,67 1.478,04 1.625,84

- Rencana/Program Direkorat Industri Kimia Hulu 1 1 1

- Laporan Evaluasi Program Direktorat Industri Kimia

Hulu

1 1 1

- Laporan Kinerja Industri di bawah binaan

Direktorat Industri Kimia Hulu

1 1 1

2.000,0 2.000,0 10.000,0

- Pabrik Methanol berbasis gasifikasi batubara - - 1

- Pabrik Bahan Baku Obat 1 1 1

Pembangunan Pabrik

Pilot Project Industri Kimia Dasar

Bantuan Peralatan Proses Pabrik Pupuk

Bantuan Pembiayaan pada intensifikasi lahan

pegaraman

Rekomendasi Kerjasama Konvensi Senjata Kimia

Fora Kerjasama Internasional

Program dan Evaluasi Kinerja Direktorat Industri

Kimia Hulu

SKKNI Industri Kimia Hulu

Lampiran - Hal 2

Page 44: RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU …

Lampiran Keputusan Direktur Industri Kimia Hulu Nomor: 01/IKFT.2/SK/12/2018

2017 2018 2019 2017 2018 2019

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)(2)

Program / KegiatanSasaran Program (outcome) /

Sasaran Kegiatan (output)/IndikatorLokasi

Unit Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-

NS-BS

- Pabrik NPK - - 1

1.200,0 2.200,0 3.200,0

-Profil Kinerja Industri Garam

1 1 1

- Profil Kinerja Industri Petrokimia kelompok C1

(Methane)

1 1 1

Profil Kinerja Industri Petrokimia kelompok Olefin

1 1 1

Profil Kinerja Industri Petrokimia kelompok

Aromatik

1 1 1

Profil Kinerja Industri Resin Sintetik 1 1 1

Profil Kinerja Industri Bahan Pewarna 1 1 1

Profil Kinerja Industri Chlor Alkali 1 1 1

Profil Kinerja Industri Gas Industri 1 1 1

Profil Kinerja Industri Bahan Kimia Khusus 1 1 1

Profil Kinerja Industri Pupuk, Zat Pengatur Tumbuh

dan Amelioran (Zat Pembenah Tanah)

1 1 1

Profil Kinerja Industri Karet Buatan 1 1 1

Profil Kinerja Industri Pestisida 1 1 1

Profil Kinerja Industri Bahan Baku Obat 1 1 1

Profil Kinerja Industri Bahan Organik Lainnya 1 1 1

Profil Kinerja Industri Bahan Peledak 1 1 1

Profil Kinerja Industri Lainnya 1 1 1

Profil Industri Kimia Hulu

Lampiran - Hal 3