56
(REVIEW) (REVIEW) RENCANA RENCANA STRATEGIS STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TAHUN 2011 TAHUN 2011 -- 2014 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 TAHUN 2011 TAHUN 2011 TAHUN 2011

RENSTRA_DITJEN_PSP_2010-2014.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • (REVIEW)(REVIEW)RENCANA RENCANA STRATEGISSTRATEGISDIREKTORAT JENDERALDIREKTORAT JENDERAL

    PRASARANA DAN SARANA PERTANIANPRASARANA DAN SARANA PERTANIANPRASARANA DAN SARANA PERTANIANPRASARANA DAN SARANA PERTANIANTAHUN 2011 TAHUN 2011 -- 20142014

    KEMENTERIAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIANTAHUN 2011TAHUN 2011TAHUN 2011TAHUN 2011

  • i

    PENGANTAR

    Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan

    tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana

    Pertanian Periode 2011 2014 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana

    Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014.

    Dengan diselesaikannya Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana

    dan Sarana Pertanian Periode 2011 2014, maka diharapkan pelaksanaan

    program pembangunan infrastruktur lahan dan air, penyediaan pembiayaan

    petani, penyediaan pupuk dan pestisida, serta dukungan alat dan mesin

    pertanian, selama lima tahun ke depan dapat berjalan lebih terarah dan

    terkoordinasi dan menjadi komitmen bersama antara Pusat dan Daerah

    serta terpadu antar subsektor maupun sektor.

    Dengan berkembangnya infrastruktur lahan dan air, ketersediaan

    pembiayaan petani, penyediaan pupuk dan pestisida, dukungan alat dan

    mesin pertanian di lapangan, diharapkan mampu memberikan dukungan

    yang kuat bagi berkembangnya kegiatan usaha tani, peningkatan produksi

    dan nilai tambah, sehingga terwujudnya masyarakat petani yang sejahtera

    sebagai salah satu target utama Kementerian Pertanian 2010 - 2014.

    Akhirnya kepada semua pihak yang telah bekerja-sama dan

    menyumbangkan pemikirannya dalam menyusun buku ini, diucapkan terima

    kasih.

    Jakarta, April 2012

    Direktur Jenderal

    Prasarana dan Sarana Pertanian,

    Dr. Ir. H. Sumarjo Gatot Irianto, M.S., D.A.A

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................. i

    DAFTAR ISI ........................................................................ ii

    I. PENDAHULUAN........................................................... 1

    1.1. Kondisi Umum ...................................................... 1

    1.2. Potensi dan Permasalahan ....................................... 7

    II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN .................................... 21

    2.1. Visi dan Misi ........................................................ 21

    2.2. Tujuan dan Sasaran .............................................. 24

    III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI .................................... 32

    3.1. Arah Kebijakan .................................................... 32

    3.2. Strategi ............................................................. 37

    3.3. Program Direktorat Jenderal Prasarana

    dan Sarana Pertanian ............................................. 41

    VI. PENUTUP .................................................................. 44

    LAMPIRAN

  • iii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Target Pembangunan Dan Kebutuhan Pendanaan

    Pembangunan Tahun 2011-2014 Kementerian Pertanian

    Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

  • 1

    I.PENDAHULUAN

    1.1. Kondisi Umum

    Dalam beberapa dekade terakhir ini, kondisi prasarana dan sarana

    pertanian dihadapkan pada berbagai perubahan dan perkembangan

    lingkungan yang sangat dinamis serta persoalan mendasar sektor

    pertanian, seperti antara lain meningkatnya jumlah penduduk,

    tekanan globalisasi dan liberalsisasi pasar, pesatnya kemajuan

    teknologi dan informasi, perubahan iklim global, kecilnya status

    kepemilikan lahan, terbatasnya akses petani terhadap permodalan,

    dan kurangnya penyediaan pupuk pestisida yang memenuhi azas 6

    (enam) tepat (jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu, dan harga),

    serta masih rendahnya pemanfaatan potensi alat dan mesin

    pertanian, maka pembangunan pertanian khususnya target

    peningkatan produksi dan produktivitas pertanian kedepan masih

    diperlukan adanya dukungan prasarana dan sarana pertanian,

    melalui pengelolaan lahan dan air, peningkatan akses permodalan

    bagi petani, penyediaan pupuk pestisida yang memenuhi azas 6

    (enam) tepat serta peningkatan pemanfaatan dan fasilitasi

    penyediaan alat mesin pertanian.

    Program dan kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana

    Pertanian difokuskan untuk mendukung pembangunan empat sub

    sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan

    peternakan.

    Tantangan pembangunan pertanian kedepan dari aspek prasarana

    dan sarana pertanian antara lain bagaimana memperbaiki dan

  • 2

    membangun infrastruktur lahan dan air; membuka akses

    pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah yang terjangkau

    bagi petani kecil; bagaimana membudayakan petani menggunakan

    pupuk kimiawi dan organik secara berimbang untuk memperbaiki

    dan meningkatkan kesuburuan tanah; bagaimana mengupayakan

    adaptasi terhadap perubahan iklim dan pelestarian lingkungan

    hidup; mengupayakan dukungan alat mesin pertanian untuk

    meningkatkan produksi, nilai tambah serta menekan susut hasil

    pertanian yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan

    petani.

    Evaluasi pencapaian program dan kegiatan didasarkan pada

    sasaran dan atau standart kinerja yang telah dilaksanakan

    sebelumnya (tahun 2005 2010), sebagai berikut :

    Tabel-1. Realisasi Kegiatan Pengelolaan Lahan dan Air TA.2005 s/d

    2010

    No Kegiatan Satuan

    Target

    Renstra

    2005 s.d

    2009

    Realisasi

    DIPA 2005

    s.d 2010

    %

    Target

    Yang

    Belum

    Tercapai

    A. Pengelolaan Air

    1 JITUT & JIDES Ha 727.242 615.388 84,62 111.854

    2 TAM Ha 117.587 116.702 99,25 885

    3 Irigasi Air Tanah Unit 46.500 6.147 13,22 40.353

    4 Irigasi Air Permukaan Unit 2.581 1.044 40,45 1.537

    5 Irigasi Bertekanan Unit 1.279 665 51,99 614

    6 Dam Parit Unit 2.730 295 10,81 2.435

  • 3

    No Kegiatan Satuan

    Target

    Renstra

    2005 s.d

    2009

    Realisasi

    DIPA 2005

    s.d 2010

    %

    Target

    Yang

    Belum

    Tercapai

    7 Embung Unit 3.100 1.885 60,81 1.215

    8 Sumur Resapan Unit 2.420 2.469 102,02 (49)

    9 PIP Unit 500 635 127 (135)

    B. Pengelolaan Lahan

    10 Optimasi lahan Ha 50.000 47.987 95,97 2.013

    11 Koservasi Lahan Ha 30.000 21.373 71,24 8.627

    12 Reklamasi Lahan Ha 20.000 11.097 55,49 8.903

    13 Jalan Usaha Tani Km 3.000 2.135 71,17 865

    14 Jalan Produksi Km 2.000 1.735 86,75 265

    15 Pengemb. SRI Pkt 350 217 62,00 133

    16 Sertifikasi Lahan Persil 100.000 62.602 62,60 37.398

    17 Konservasi DAS Ha 33.721 30.050 89,11 3.671

    C. Perluasan Areal

    18 Perluasan sawah Ha 200.000 58,484 29,24 141,516

    19 Pembukaan areal

    Perkebunan

    Ha 100.000 23.120 23,12 76.880

    20 Pembukaan areal

    Hortikultura

    Ha 50.000 12.892 25,78 37.108

    21 Pembukaan areal

    Peternakan

    Ha 50.000 15.175 30,35 34.825

    a. Dari Tabel-1 tersebut diatas, masih terdapat sisa kegiatan pada

    TA 2005 s.d 2010 yang belum tercapai, target kegiatan yang

    belum tercapai tersebut, diharapkan dalam TA. 2011 - 2014

  • 4

    akan dapat dilanjutkan, oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan

    Sarana Pertanian.

    b. Hasil aspirasi masyarakat tani terhadap fasilitasi penyediaan

    infrastruktur lahan dan air, maupun perluasan areal adalah : (i)

    terjadinya peningkatan produksi dengan meningkatnya indeks

    pertanaman (IP), (ii) terjadinya penyerapan tenaga kerja di

    pedesaan, (iii) peningkatan efisiensi biaya produksi, (iv) petani

    sangat mendukung kegiatan pengelolaan lahan dan air maupun

    perluasan areal, dengan model Bantuan Sosial (Bansos),

    sehingga tingkat partisipasi petani meningkat.

    c. Pada aspek pembiayaan petani masih terkendala mendapatkan

    fasilitasi pembiayaan hal ini disebabkan antara lain: (a)

    umumnya skala usaha petani tidak mempunyai skala usaha

    ekonomi; (b) belum berkembangnya lembaga penjaminan

    usaha di bidang pertanian / Asuransi Pertanian; (c) belum

    berkembangnya lembaga keuangan yang khusus membiayai

    sektor pertanian/Bank Pertanian.

    Dari laporan Bank Indonesia terdapat kecenderungan perbankan

    komersial menyalurkan kredit kepada sektor industri, jasa dan

    perdagangan dll. Dari total Rp. 1450 Triliun penyaluran kredit

    pada tahun 2010, yang disalurkan kepada sektor pertanian

    hanya sebesar + 5,2% % atau setara dengan Rp. 72,1 Triliun.

    Sedangkan pembiayaan yang disalurkan Bank dan BPR Syariah

    kepada sektor pertanian, kehutanan dan sarana pertanian pada

    tahun 2010 adalah sebesar Rp 6,78 Trilyun atau + 3% dari total

    portofolio pembiayaan yang disalurkan oleh Perbankan Syariah.

  • 5

    Hal ini menunjukkan keberpihakan perbankan kepada usaha

    pertanian yang relatif masih kecil.

    d. Hasil evaluasi pelaksanaan penyediaan dan penyaluran pupuk

    bersubsidi tahun 2005 2010 yang mencakup sub sektor

    tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan dan

    perikanan budidaya, menunjukan peningkatan penyerapan

    pupuk, terutama NPK dan organik bersubsidi, sedangkan pupuk

    lainnya menurun pada tahun 2010. Pekembangan rencana dan

    realisasi penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk

    sector pertanian tahun 2005 2010 sebagai berikut :

    Tabel.2. Rencana dan Realisasi Penyediaan dan Penyaluran

    Pupuk Bersubsidi tahun 2005 2010.

    No. Jenis Pupuk 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    1. Urea

    Target (ribu ton) 4,027 4,300 4,300 4,800 5,500 4,931

    Realisasi (ribu ton) 3,993 3,962 4,249 4,558 4,651 4,280

    Persentase (%) 99.14 92.15 98.82 94.95 84.56 86.80

    2. SP-36/

    Superphos

    Target (ribu ton) 600 700 800 800 1,000 850

    Realisasi (ribu ton) 597 711 765 588 707 645

    Persentase (%) 99.55 101.58 95.60 73.52 70.70 75.87

    3. ZA

    Target (ribu ton) 400 700 700 700 923 950

    Realisasi (ribu ton) 190 637 702 751 918 714

    Persentase (%) 47.44 91.07 100.24 107.33 99.43 75.15

    4.

    NPK

    Target (ribu ton) 230 400 700 900 1,500 2,100

    Realisasi (ribu ton) 262 400 637 956 1,451 1,473

    Persentase (%) 113.99 99.99 91.07 106.19 96.73 70.16

  • 6

    No. Jenis Pupuk 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    5. Organik

    Target (ribu ton) - - - 345 450 750

    Realisasi (ribu ton) - - - 68 244 246

    Persentase (%) - - - 19.83 54.20 32.82

    disamping itu pada tahun 2008 sampai 2010, pemerintah

    menetapkan kebijakan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) untuk

    mendukung peningkatan produksi padi melalui Sekolah

    Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Rencana dan

    Realisasi penyaluran BLP Tahun 2008 2010 sebagai berikut :

    Tabel 3. Target dan Realisasi Penyaluran BLP Tahun 2008

    2010

    JENIS PUPUK 2008 2009 2010

    OrganikGranul(ton)

    Target 151,571 194,515.8 339,752

    Realisasi 142,067 190,064.7 335,343

    %Realisasi 93.73 97.71 98.70

    OrganikCair(liter)

    Target 1,010,473 1,296,772 2,265,014

    Realisasi 947,120 1,267,098 2,235,621

    %Realisasi 93.73 97.71 98.70

    NPK(ton)

    Target 50,524 64,838.6 113,251

    Realisasi 47,356 63,354.9 111,781

    %Realisasi 93.73 97.71 98.70

  • 7

    f. Penerapan alsintan masih ditandai oleh beberapa kendala yaitu

    ketersediaan alsin produksi maupun pasca panen yang belum

    mencukupi, penempatan dan pemanfaatan alsin yang belum

    optimal, kemampuan petani yang masih terbatas dalam

    penggunaan alsin serta kemampuan ekonomi petani pengguna

    alsintan yang masih rendah, sedangkan harga alsin pada

    umumnya belum terjangkau oleh petani pengguna terutama

    untuk produk impor. Dalam hal ini, peranan pemerintah,

    akademisi maupun swasta terkait baik di pusat maupun daerah

    diperlukan agar teknologi mekanisasi tersebut dapat

    berkembang seiring tercapainya kesejahteraan petani.

    1.2. Potensi dan Permasalahan.

    a. Potensi.

    1) Sumberdaya Lahan

    Dari sisi sumberdaya lahan, terbuka peluang untuk

    pembukaan lahan pertanian melalui (1) pemanfaatan

    lahan terlantar, yang dewasa ini diperkirakan mencapai

    luas 12,4 ha serta meningkatkan luas tanam pada lahan-

    lahan yang berpotensi untuk ditingkatkan IP-nya dan (2)

    pembukaan lahan baru untuk pertanian. Dari luas

    daratan Indonesia sekitar 188 juta hektar, terdapat

    lahan potensial sekitar 94,1 juta hektar yang sesuai

    untuk usaha pertanian tanpa mengganggu ekologis

    daerah aliran sungai. Dengan total luas lahan pertanian

    yang ada saat ini sekitar 63,7 juta ha, maka diperkirakan

  • 8

    masih terbuka peluang untuk perluasan areal pertanian

    sekitar 30,4 juta hektar. Disamping itu Lahan pertanian

    terlantar yang saat ini jumlahnya cukup luas yaitu

    sekitar 12,4 juta hektar (Pusdatin, 2004) merupakan

    potensi yang patut diperhitungkan dalam rangka

    memenuhi kebutuhan lahan pertanian yang semakin

    meningkat.

    Adanya potensi lahan yang cukup luas dan air yang cukup

    tersedia untuk pengembangan usaha pertanian pada

    berbagai tipologi lahan. Dilain pihak tidak semua potensi

    lahan dapat langsung dimanfaatkan karena berbagai

    kendala, seperti lahan yang secara alami bermasalah /

    marginal dan kurang memberikan daya dukung.

    Kemandirian pangan dalam rangka mewujudkan

    ketahanan pangan merupakan aspek paling strategis bagi

    negara berkembang seperti Indonesia yang berpenduduk

    besar. Disatu sisi kebutuhan berbagai jenis bahan pangan

    perlu ditingkatkan, namun disisi lain ketersediaan

    prasarana dan sarana pertanian terbatas. Untuk itu maka

    pencapaian ketahanan pangan perlu memfokuskan pada

    komoditas utama yang sangat diperlukan dengan

  • 9

    merubah kebijakan dari pengembangan multi komoditas

    ke komoditas terpilih, dengan di dukung pengembangan

    dan penyediaan prasarana dan sarana pertanian yang

    efektif dan efisien.

    2) Sumberdaya Air.

    Adanya sumberdaya air seperti air tanah, air permukaan

    dan air hujan yang banyak tetapi belum didayagunakan

    secara maksimal. Misalnya curah hujan, 60% wilayah

    Indonesia memiliki rata-rata curah hujan per tahun 2000

    3500 mm, 20% memiliki curah hujan 3500 5000 mm

    per tahun, 16% memiliki curah hujan 1000 2000 mm

    pertahun. Sedangkan wilayah dengan curah hujan diatas

    5000 mm dan dibawah 1000 mm masing-masing hanya 3%

    dan 1%. Kondisi ini apabila dapat dikendalikan dan

    dimanfaatkan dengan benar akan merupakan dukungan

    ketersediaan air irigasi yang luar biasa.

    Ketersediaan teknologi pengelolaan air untuk produksi

    pertanian memungkinkan nilai tambah dan nilai tukar

    pertanian dapat ditingkatkan.

    Potensi sumber daya manusia pertanian yang langsung

    terkait sebagai pelaku (petani) dari segi latar belakang

    dan jumlah cukup banyak, namun dari segi pendidikan

    dan pengetahuan masih perlu terus diupayakan

    peningkatannya.

  • 10

    3) Potensi sumber pembiayaan pertanian secara umum

    berasal dari :

    a.Pembiayaan yang bersumber dari dana perbankan

    konvensional dan syariah ;

    b. Pembiayaan yang bersumber dari dana BUMN

    PKBL/CSR ;

    c. Pembiayaan yang bersumber dari investasi BUMN dan

    swasta;

    d. Pembiayaan yang bersumber dari dana masyarakat;

    e. Pembiayaan yang bersumber dari dana APBN dan

    APBD;

    f. Pembiayaan yang bersumber dari Lembaga Keuangan

    Mikro Agribisnis (LKM-A) dan lembaga adat

    masyarakat; serta

    g. Sumber pembiayaan lainnya.

    Pemerintah melalui fasilitasi subsidi, diharapkan dapat

    meningkatkan peyaluran kredit dari skim: 1) Kredit

    Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) untuk peningkatan

  • 11

    poduksi pangan; 2) Kredit Pengembangan Energi Nabati

    dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) untuk rehabilitasi

    tanaman perkebunan;. Disamping itu terdapat skim

    khusus untuk pembibitan sapi KUPS ( Kredit Usaha

    Pembibitan Sapi ). Serta Kredit Usaha Rakyat (KUR)

    dengan risiko kredit dijamin oleh pemerintah.

    Fasilitasi pembiayaan dari dana pemerintah melalui

    program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

    (PUAP) diharapkan dapat menumbuhkan kelembagaan

    petani yang focus melayani pembiayaan usaha tani skala

    mikro dan kecil. Pada saat ini terdapat potensi 29.013

    Gapoktan untuk tumbuh sebagai kelembagaan keuangan

    mikro di 451 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi untuk

    dapat difasilitasi menjadi jaringan (network) perbankan

    dalam mengoptimalkan pembiayaan bagi petani mikro -

    kecil di pedesaan.

    4) Potensi Penyediaan Pupuk dan Pestisida

    Produsen pupuk terbesar di dalam negeri adalah perusahaan

    Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu: PT. Pupuk

    Srwidjaja Palembang, PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Pupuk

  • 12

    Kujang Cikampek, PT. Pupuk Kalimantan Timur dan PT.

    Petrokimia Gresik. Total kapasitas produksi terpasang

    sebesar 14.596 juta ton per tahun, yang mencakup pupuk

    Urea, SP-36/Superphos, ZA, NPK dan pupuk organik. Namun,

    produksi pupuk sangat tergantung pada pasokan bahan baku

    utama (gas bumi/alam) dan bahan baku pupuk lainnya

    (Fosfat dan Kalium) yang sebagian besar diimpor.

    Perkembangan produksi pupuk oleh BUMN tahun 2008 2010

    sebagai berikut:

    Tabel 4. Kapasitas Terpasang dan Produksi Pupuk Tahun

    2008 2010

    JenisPupuk

    Kapasitas

    Terpasang

    (ribu

    ton/tahun)

    Produksi(ributon)

    2008 2009 2010

    Urea 8,048 6,132 6,857 6,727

    SP36/superphos 1,000 493 768 797

    ZA 650 670*) 743*) 749*)

    NPK 2,950 900 1,694 1,683

    Organik 1,948 345 450 346

    Jumlah 14,596 8,540 10,512 10,302

    Catatan: *) termasuk pengadaan dari impor

  • 13

    Disamping itu, terdapat pupuk terdaftar diproduksi oleh

    perusahaan industry kecil menengah (IKM), yang sampai

    tahun 2010, mencapai sekitar 1.082 formula, sebagai

    berikut:

    Tabel 5.: Perkembangan Jenis dan Jumlah Pupuk yang

    diproduksi oleh Perusahaan IKM (2010)

    Jenis Pupuk Jumlah

    Pupuk Anorganik Pupuk Organik dan

    pembenah Tanah

    Pupuk Hayati/ mikroba

    753 formula

    308 formula

    21 formula

    JUMLAH 1.082 formula

    Tabel 6: Perkembangan Jumlah Pestisida Yang Terdaftar di

    Indonesia Tahun 2008 2010

    No. Jenis Pestisida

    Jumlah Formulasi Pestisida Yang Terdaftar (Kumulatif)

    2008 2009 2010

    1. PHL 330 384 421

    2. Herbisida 507 586 631

    3. Insektisida 707 786 847

    4. Fungisida 320 354 389

    5. Rodentisida 31 38 45

  • 14

    No. Jenis Pestisida

    Jumlah Formulasi Pestisida Yang Terdaftar (Kumulatif)

    2008 2009 2010

    6. Akarisida 19 20 20

    7. Bakterisida 7 7 7

    8. ZPT 75 86 97

    9. Pengawet Kayu 64 72 78

    10. Moluskisida 14 27 33

    11. Nematisida 6 6 6

    12. Lain-lain 16 20 23

    Jumlah 2.096 2.386 2.597

    Keterangan : PHL (Pestisida Hygiene Lingkungan).

    5) Potensi Alat dan Mesin Pertanian

    Upaya untuk mencapai visi pertanian 2010 2014 yaitu

    membangun pertanian industrial dengan berbasis pada

    sumberdaya lokal, berarti kemampuan lahan pertanian

    sebagai sumber utama produksi harus benar-benar dapat

    dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga mencapai

    produktivitas yang tinggi. Dalam pemanfaatan sumberdaya

    yang ada harus efisien sehingga dapat menghasilkan out put

    yang tinggi, berkualitas, ramah lingkungan serta mempunyai

    nilai tambah dan daya saing tinggi. Kondisi diatas adalah

    sama dengan mendorong terwujudnya suatu pertanian

    modern melalui pengembangan dari usaha tani yang sudah

    berkembang lama dan membudaya lama dalam pertanian

  • 15

    tradisional. Dalam hal ini, potensi-potensi unggulan dari

    sumberdaya lokal tetap menjadi faktor utama yang

    digunakan sebagai dasar pengembangan dengan tetap

    melakukan inovasi teknologi secara terencana, konsisten

    dan terus menerus.

    Alsintan jelas merupakan salah satu potensi yang siap untuk

    dikembangkan dalam upaya mencapai visi pembangunan

    pertanian industrial yang tangguh. Potensi tersebut akan

    menjadi output yang signifikan apabila dikelola melalui

    kebijakan yang terarah dan berkelanjutan serta didukung

    oleh kesadaran masyarakat pengguna, baik dalam hal

    pemanfaatannya untuk selalu menggunakan sesuai sesuai

    standar mutu dan aturan yang ada maupun kemauan untuk

    meningkatkan kemampuannya untuk menggunakan alsintan

    sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses

    produksi sampai penanganan pasca panennya.

    Berdasarkan Undang Undang No. 32 tahun 2005 tentang

    Otonomi Daerah telah meningkatkan peran propinsi dalam

    koordinasi, sehingga memungkinkan program penyediaan

  • 16

    dan pengembanan prasarana dan sarana pertanian dapat

    disinergikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

    monitoring dan evaluasi serta pembiayaannya

    Meningkatnya kemampuan pendanaan propinsi dan

    kabupaten / kota melalui penggalian PAD, memungkinkan

    alokasi pendanaan pengembangan dan penyediaan

    prasarana dan sarana pertanian dapat ditingkatkan secara

    signifikan.

    b. Permasalahan

    1) Sumberdaya Lahan

    Permasalahan sumber daya lahan yang dihadapi saat ini

    antara lain, adalah : penguasaan lahan pertanian per kapita

    semakin sempit dan jumlah petani gurem setiap tahun

    semakin meningkat (jumlah petani gurem 13,7 juta KK dan

    laju peningkatan 2,4 % per tahun); terjadinya laju

    peningkatan konversi lahan pertanian ke lahan non

    pertanian (+ 110.000 ha/tahun); infrastruktur pertanian

    yang sangat minim berdampak pada penurunan

    produktivitas hasil pertanian serta meningkatnya luas lahan

    yang sementara tidak diusahakan (luas lahan terlantar +

    12,4 ha); luasan lahan kritis di Indonesia cenderung makin

    meningkat; terjadinya laju peningkatan degradasi lahan

    pertanian dengan laju 2,8 juta ha/tahun (khususnya lahan

    sawah); masih luasnya lahan marginal yang sifat fisika,

    kimia dan biologi tidak mendukung untuk pertumbuhan

    serta hasil pertanian yang optimal tanpa masukan teknologi

  • 17

    yang memadai. Disamping permasalahan tersebut, secara

    yuridis-normatif peraturan perundang-undangan yang

    terkait dengan pengendalian lahan masih jauh dari memadai

    (lack of law), di samping adanya fakta empiris dimana

    dalam hal pelaksanaanyapun, penegakkan hukum terhadap

    peraturan yang ada yang terkait dengan kebijakan

    pemanfaatan dan penggunaan lahan pertanian masih sangat

    Iemah (weak of law enforcement).

    2) Sumberdaya Air

    Dengan makin luas dan tingginya tingkat degradasi

    lingkungan, khususnya pada Daerah Aliran Sungai telah

    menyebabkan ketidak-seimbangan antara pasokan air dengan

    kebutuhan, baik dalam kuantitas, kualitas, dan waktu.

    Disamping itu makin tingginya kompetisi penggunaan air antar

    sektor, menyebabkan air terbagi untuk memenuhi banyak

    sektor.

    Dari aspek lingkungan, issue perubahan ikilim sebagai dampak

    pemanasan global (global warming) telah menjadi perhatian

    sebagian besar penduduk dunia. Sektor yang paling rentan

    terhadap perubahan iklim adalah sektor pertanian. Dampak

    yang paling nyata dari perubahan iklim adalah peningkatan

    suhu udara, perubahan pola hujan dan peningkatan terjadinya

    iklim ekstrim atau anomali. Kejadian banjir dan kekeringan

    dengan frekwensi dan durasi yang semakin meningkat telah

    menyebabkan kerusakan dan kerugian yang sangat besar bagi

    sektor pertanian.

  • 18

    Permasalahan sumberdaya air lainnya antara lain belum

    optimalnya koordinasi kelembagaan pengelolaan air; sebagian

    besar infrastruktur irigasi rusak ringan sampai dengan berat

    sekitar 53 % sehingga mengalami penurunan fungsi; beberapa

    pulau di Indonesia (Jawa, Sulawesi, Bali) yang merupakan

    sentra produsen pertanian telah mengalami defisit air.

    3) Dari hasil evaluasi perkembangan penyaluran kredit/

    pembiayaan dari perbankan yang hanya berkisar 5,2 -5,6%

    per-tahun kepada sektor pertanian, terdapat kesenjangan

    yang sangat lebar antara kebutuhan dana pembangunan

    pertanian dengan ketersediaan dana pihak perbankan.

    Permasalahan tersebut disebabkan antara lain: (a) Belum

    adanya bank /lembaga keuangan yang khusus membiayai

    sektor pertanian; (b) Sebagian besar usaha yang dilakukan

    petani berada dalam kelompok usaha tidak feasible dan tidak

    bankable; (c) Masih tingginya suku bunga kredit serta Skim

    kredit bank /lembaga keuangan umumnya masih fokus

    membiayai usaha diaspek produksi dan belum fokus pada

    aspek pasca produksi; (d) Belum tersedianya asuransi

    kerugian komoditi untuk melindungi petani dari kerugian baik

    dari segmen on-farm maupun kerugian pada off-farm; (e)

  • 19

    Belum optimalnya pemanfaatan dana laba PKBL, BUMN, dan

    CSR (Corporate Social Responsibility) maupun sumber

    pendanaan lainnya dari lembaga keuangan non-bank kepada

    petani; dan (f) Belum berkembangnya fasilitator pembiayaan

    yang membantu petani untuk mengakses kredit/pembiayaan

    kepada perbankan.

    4) Meningkatnya kebutuhan pupuk untuk sektor pertanian

    sejalan dengan bertambahnya permintaan komoditas

    pertanian untuk pangan, industri dan energy- bio fuel.

    Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan pupuk antara

    lain adalah: (a) aspek produksi pupuk terkendala dengan

    jaminan pasokan bahan baku seperti gas, dan bahan baku

    pupuk seperti Phosfat dan Kalium yang sebagian besar impor;

    serta umur pabrik yang sudah melewati masa ekonomis; (b)

    aspek distribusi, antara lain terjadinya

    peredaran/perdagangan pupuk secara illegal; (c) aspek

    penggunaan, adalah penerapan pemupukan berimbang

    spesifik lokasi belum merata, terutama penggunaan pupuk

    organik masih sangat rendah sehingga kondisi lahan pertanian

    semakin menurun produktivitasnya; dan (d) aspek

    pengawasan, masih lemahnya kinerja Komisi Pengawasan

    Pupuk dan Pestisida (KP3) baik tingkat provinsi,

    kabupaten/kota.

    5) Masalah dan kendala pengembangan alat dan mesin pertanian

    (mekanisasi pertanian) di Indonesia, meliputi antara lain :

    karakteristik lahan, luas kepemilikan dan sebaran lahan;

    beragamnya kondisi sosial ekonomi petani terutama modal,

  • 20

    tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan dan budaya;

    sistem usahatani yang masih subsisten dan tradisional serta

    prasarana/infrastruktur penunjang khususnya jalan usahatani

    yang masih minim.

    Selain itu kondisi kelembagaan alsintan yaitu Usaha Pelayanan

    Jasa Alsintan (UPJA) dan perbengkelan masih belum

    berkembang dengan optimal, dikarenakan lemahnya

    pengelolaan baik dari aspek teknis, ekonomis dan organisasi.

    Dalam peredaran dan distribusi alsintan, pengawasan

    terhadap alat dan mesin pertanian baik yang diproduksi di

    dalam negeri maupun impor masih lemah sehingga mutu alat

    dan mesin pertanian tidak memenuhi standar serta tidak

    sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Lemahnya pengawasan

    alat dan mesin pertanian disebabkan kurangnya dukungan

    SDM dan sarana operasional pengawasan alat dan mesin

    pertanian.

  • 21

    BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

    2.1. Visi dan Misi

    Dalam merumuskan visi dan misi Direktorat Jenderal

    Prasarana dan Sarana Pertanian sebagai landasannya adalah

    visi dan misi Kementerian Pertanian, sebagai berikut :

    Visi Kementerian Pertanian adalah : terwujudnya pertanian

    industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya

    lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah,

    daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani.

    Misi Kementerian Pertanian adalah : (a) mewujudkan sistem

    pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis IPTEK dan

    sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui

    pendekatan sistem agribisnis; (b) menciptakan keseimbangan

    ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan

    peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan

    kemandirian pangan; (c) mengamankan plasma-nutfah dan

    meningkatkan pendayagunaan- nya untuk mendukung

    diversifikasi dan ketahanan pangan; (d) menjadikan petani

    yang kreatif, inovatif dan mandiri serta mampu

    memanfaatkan IPTEK dan sumberdaya lokal untuk

    menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi; (e)

    meningkatkan produk pangan segar dan olaan yang aman,

    sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi; (f) meningkatkan

    produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku

  • 22

    industri; (g) mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi

    secara vertikal dan horizontal guna menumbuhkan usaha

    ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di

    pedesaan; (h) mengembangkan industri hilir pertanian yang

    terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi

    permintaan pasar domestik, regional dan internasional; (i)

    mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan

    perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan

    berkeadilan; (j) meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan

    aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan

    profesional.

    Visi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    periode 2011-2014 adalah : mewujudkan Direktorat Jenderal

    Prasarana dan Sarana Pertanian sebagai motor penggerak

    tersedianya prasarana dan sarana pertanian, untuk

    pembangunan pertanian berkelanjutan.

    Untuk mencapai Visi tersebut Direktorat Jenderal Prasarana

    dan Sarana Pertanian mengemban Misi sebagai berikut :

    a. Mendorong partisipasi stake holder dalam pengembangan

    dan pengelolaan lahan dan air secara efektif dan efisien

    untuk kegiatan pertanian berkelanjutan.

    b. Mendayagunakan lahan dan air untuk kegiatan pertanian

    yang berkelanjutan.

    c. Menyelenggarakan manajemen dan administrasi

    pembangunan berdasarkan prinsip transparansi dan

    akuntabilitas.

  • 23

    d. Menyusun kebijakan pengembangan perluasan areal,

    pengelolaan lahan dan pengelolaan air yang berbasis pada

    pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan.

    e. Mewujudkan dan mengembangkan sistem pembiayaan

    usaha pertanian yang flesibel dan sederhana.

    f. Memfasilitasi penyediaan, penyaluran dan penggunaan

    pupuk dan pestisida sesuai azas 6 (enam) tepat (jenis,

    jumlah, tempat, waktu, mutu dan harga)

    g. Meningkatkan pengawasan atas penyediaan, penyimpanan

    dan penggunaan pupuk dan pestisida

    h. Meningkatkan pelayanan pendaftaran pupuk dan pestisida

    i. Mendorong peran serta masyarakat dan stakeholder terkait

    dalam penyediaan dan pengawasan pupuk dan pestisida

    j. Menyelenggarakan pengembangan sistem mekanisasi

    pertanian di Indonesia melalui kebijakan pengembangan,

    pengawasan dan kelembagaan alat dan mesin pertanian

    yang sesuai dengan arah pembangunan pertanian.

    k. Memberikan pelayanan prima dalam bidang perencanaan,

    administrasi dan manajemen pembangunan prasarana dan

    sarana pertanian.

  • 24

    2.2. Tujuan dan Sasaran

    Tujuan pengembangan dan penyediaan prasarana dan sarana

    pertanian yang meliputi aspek lahan dan air, pembiayaan,

    pupuk pestisida dan alat mesin pertanian (Alsintan), adalah

    sebagai berikut :

    2.2.1. Tujuan pengelolaan lahan dan air tahun 20112014,

    adalah :

    a. Mengembangkan infrastruktur pertanian aspek

    lahan pada kawasan tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan dan peternakan melalui jalan

    pertanian.

    b. Memperluas areal pertanian pada kawasan tanaman

    pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

    c. Mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian ke

    non pertanian bersama instansi terkait dalam

    rangka mewujudkan lahan pertanian abadi.

    d. Menyusun rancangan Peraturan Pemerintah,

    Peraturan Menteri sebagai diamanatkan oleh

    Undang Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

    (PLPPB).

    e. Mendorong peningkatan status kepemilikan lahan

    petani agar ada jaminan kepastian hukum, agar

  • 25

    dapat meningkatkan akses petani kepada sumber

    permodalan.

    f. Melakukan upaya optimasi lahan melalui

    peningkatan IP/ konservasi lahan dan konservasi

    DAS Hulu/ rehabilitasi dan reklamasi lahan dalam

    rangka pendayagunaan lahan terlantar, pencegahan

    degradasi lahan yang terus berlanjut serta

    mencegah meluasnya lahan pertanian yang kritis.

    g. Mewujudkan usahatani padi sawah ramah

    Iingkungan melalui SRI (System of Rice

    Intensification).

    h. Mengembangkan Rumah Kompos dan UPPO dalam

    rangka pemanfaatan pupuk organik untuk

    memperbaiki dan meningkatkan kesuburan lahan

    pertanian.

    i. Mewujudkan pengembangan sumber air irigasi

    alternatif skala kecil, baik air tanah maupun air

    permukaan untuk tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan dan peternakan.

    j. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan air irigasi

    melalui pengembangan dan optimalisasi air irigasi

    baik jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan

    pedesaan, maupun pengembangan tata air mikro.

    k. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan kelembagaan

    petani pemakai air di 32 propinsi serta melakukan

  • 26

    upaya pemberdayaan kelembagaan pengelola air

    irigasi dalam rangka meningkatkan posisi tawar

    petani.

    l. Melakukan upaya konservasi air, peningkatan

    kualitas air dan pelestarian lingkungan, serta

    melakukan upaya adaptasi terhadap perubahan

    iklim global.

    m. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antar

    sektor dan lembaga terkait dalam rangka

    memecahkan permasalahan dalam pengelolaan

    lahan dan air.

    n. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

    pertanian dalam bidang pengelolaan lahan dan air

    yang sensitive gender.

    2.2.2. Tujuan pengembangan dan fasilitasi pembiayaan

    pertanian bagi petani dan pelaku usaha pertanian,

    tahun 2011 2014, adalah :

    a. Mewujudkan sistem dan mekanisme pelayanan

    kredit/pembiayaan yang mudah diakses dan berbunga

    rendah melalui fasilitasi penyediaan subsidi dan

    penjaminan.

    b. Mewujudkan terbentuknya sistem perlindungan usaha

    petani dan mitigasi risiko usaha petani melalui

    Asuransi Pertanian.

  • 27

    c. Meningkatkan ketersediaan pembiayaan bagi petani

    petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala

    kecil, buruh tani, melalui PUAP

    d. Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan

    keuangan mikro dan pemberdayaan pengurus

    Gapoktan penerima BLM-PUAP menuju terbentuknya

    Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A)

    e. Mewujudkan pembentukan petugas pendamping

    Fasilitator Pembiayaan Pertanian (FPT) untuk

    membantu dan memfasilitasi petani kepada

    perbankan

    f. Mewujudkan terbentuknya Undang Undang

    Pembiayaan Pertanian serta turunannya dalam

    bentuk Peraturan Pemerintah.

    2.2.3. Tujuan penyediaan pupuk pestisida sesuai azas enam

    tepat tahun 2011 2014, adalah :

    a. Memfasilitasi penyediaan pupuk bersubsidi untuk

    sektor pertanian dalam rangka mendorong

    penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi

    serta meningkatkan fasilitasi penyediaan dan

    penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki

    kualitas lahan pertanian.

    b. Mengawasi peredaran dan penggunaan pupuk dan

    pestisida yang ramah lingkungan.

  • 28

    2.2.4. Tujuan pengembangan alat mesin pertanian, tahun

    2011 2014, adalah sebagai berikut:

    a. Menyelenggarakan fasilitasi penyediaan alat dan

    mesin pertanian di tingkat petani dalam rangka

    mendukung pembangunan pertanian

    b. Mengoptimalkan pemanfaatan alat dan mesin

    pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas

    usaha sektor pertanian

    c. Mengefektifkan peran pengawasan penyediaan,

    peredaran dan pemanfaatan alat dan mesin

    pertanian

    d. Menumbuh kembangkan Kelembagaan Usaha

    Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel alsintan

    e. Melakukan penguatan UPJA yang sesuai dengan

    karakteristik dan potensi wilayah setempat

    f. Meningkatkan kualitas pengelolaan UPJA yang

    berorintasi bisnis dan mandiri agar menjadi UPJA

    Mandiri

    g. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dalam

    pengembangan, pegawasan dan peningkatan peranan

    kelembagaan alsintan.

    2.2.5. Sasaran pelaksanaan pembangunan dan program

    kerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana

    Pertanian tahun 2011-2014 adalah sebagai berikut:

  • 29

    a. Terwujudnya pengembangan basis data lahan

    pertanian yang akurat melalui penyiapan peta dan

    data lahan serta pemanfaatannya di seluruh

    Indonesia.

    b. Terwujudnya pengembangan (pembangunan dan

    rehabilitasi) infrastruktur pertanian seperti

    pembuatan jalan pertanian sebesar 11.546 km.

    c. Terwujudnya perluasan areal pertanian pada kawasan

    tanaman pangan seluas 362.680 ha untuk sawah,

    hortikultura seluas 39.824 ha, perkebunan seluas

    93.181 ha dan peternakan seluas 24.366 ha.

    d. Terwujudnya optimasi lahan 914.758 Ha, serta

    pengembangan usahatani padi sawah ramah

    Iingkungan melalui SRI (System of Rice

    Intensification) seluas 521.180 Ha.

    e. Terwujudnya pengembangan sumber air irigasi

    alternatif dalam skala kecil, baik air tanah maupun

    air permukaan untuk tanaman pangan seluas 2.623

    unit, hortikultura seluas 1.927 unit, perkebunan

    seluas 1.858 unit dan peternakan seluas 1.748 unit.

    f. Terwujudnya optimalisasi pemanfaatan air irigasi

    melalui rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani

    (JITUT) dan jaringan irigasi pedesaan (JIDES) dan

    pengembangan tata air mikro (TAM) seluas 1.778.317

    Ha.

    g. Pengembangan Sentra Usaha Ekonomi Produktif

    Petani melalui Gapoktan PUAP & Penumbuhan

  • 30

    Gapoktan PUAP menjadi LKM-A di 33 propinsi,

    sejumlah 40.000 Gapoktan.

    h. Tersalurnya pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian

    di 33 provinsi, di 33 Propinsi khususnya di daerah

    sentra produksi beras, sejumlah 46,79 juta ton.

    i. Terwujudnya peningkatan kememilikan produk

    alsintan sesuai standar mutu yang berlaku (SNI), di 33

    propinsi sebesar 3 5 %.

    j. Terlaksananya penumbuhan dan pengembangan

    kelembagaan alsintan (UPJA), tingkat pemula 10 %,

    berkembang 10% dan profesional dan mandiri 15% per

    tahun, serta pengembangan bengkel alsintan di 33

    propinsi.

    k. Terwujudnya upaya konservasi air dalam rangka

    pemanfaatan curah hujan efektif dan aliran

    permukaan untuk tanaman pangan dan hortikultura

    5.895 unit, perkebunan seluas 1.652 unit, dan

    peternakan 2.014 unit. Pelaksanaan Sekolah Lapang

    Adaptasi perubahan iklim di 32 provinsi.

    l. Terlaksananya kegiatan pemberdayaan kelembagaan

    petani pemakai air, serta meningkatnya kualitas

    koordinasi dan sinkronisasi kelembagaan dalam

    menangani masalah pengairan tingkat tersier di 32

    propinsi.

    m. Peningkatan kualitas SDM pertanian dalam

    pengelolaan lahan dan air yang sensitive gender di 33

    propinsi.

  • 31

    n. Pengembangan Sentra Usaha Ekonomi Produktif

    Petani melalui Gapoktan PUAP & Penumbuhan

    Gapoktan PUAP menjadi LKM-A di 33 provinsi.

    o. Tersalur & terfasilitasinya petani / peternak melalui

    penyaluran kredit program KKP-E, sebesar Rp. 10,5

    Trilyun

    p. Tersalurnya kredit pembibitan sapi bersubsidi,

    sebesar Rp.23,3 Trilyun.

    q. Terfasilitasinya Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk

    Petani, Tanaman Pangan, Hortikultura, Kebun &

    Ternak, sebesar Rp. 24,4 Trilyun.

    r. Tersalurnya Pembiayaan Syariah melalui Bank Syariah

    & LKM-A, sebesar Rp. 8,83 Trilyun.

    s. Tersalurnya pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian

    di 33 provinsi.

    t. Terlaksananya pengawasan atas peredaran dan

    penggunaan pupuk secara berimbang dan pestisida

    yang ramah lingkungan.

    u. Terlaksananya pelayanan pendaftaran pupuk dan

    pestisida.

    v. Terwujudnya peningkatan kepemilikan alsintan di 33

    provinsi sebesar 3 - 5 %

    w. Terwujudnya optimalisasi penggunaan alsintan

    melalui project percontohan optimasi pemanfaatan

    alsintan di 5 lokasi setiap tahun

  • 32

    x. Terlaksananya pengawasan pengadaan, peredaran

    dan penggunaan alat dan mesin pertanian yang

    berdaya guna dan berhasil guna di 33 Provinsi

    y. Terlaksananya penumbuhan dan pengembangan UPJA

    Pemula, Berkembang dan Profesional meningkat

    masing 10%, 10% dan 15% per tahun dan

    pengembangan bengkel alsintan di 33 Propinsi

    z. Terlaksananya Penguatan UPJA di 33 Propinsi

    aa. Terwujudnya peningkatan kualitas pengelolaan UPJA

    yang berorientasi bisnis dan mandiri sebagai pilot

    percontohan UPJA Mandiri di 5 lokasi per tahun

    melalui sekolah lapang alsintan.

    bb. Terwujudnya peningkatan kualitas koordinasi dan

    sinkronisasi dalam pengembangan, pengawasan dan

    kelembagaan alsintan di 33 propinsi.

  • 33

    BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

    3.1. Arah Kebijakan

    Kebijakan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana

    Pertanian, dalam rangka menunjang pembangunan

    pertanian adalah sebagai berikut:

    1) Kebijakan yang terkait dengan pengembangan

    infrastruktur pertanian aspek lahan adalah adalah

    pengembangan jalan pertanian pada kawasan tanaman

    pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

    2) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran:

    meningkatnya luas areal pertanian pada kawasan

    tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan

    peternakan, ditempuh melalui:

    a) Penambahan Baku Lahan (PBL)

    b) Pendekatan kawasan yang berskala ekonomi

    c) Kesesuaian daya dukung dan agropedoklimat

    d) Partisipasi dan pemberdayaan petani.

    e) Peningkatan efektivitas pembelajaran melalui

    pendampingan.

    3) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran:

    terwujudnya upaya optimasi, konservasi, rehabilitasi

    dan reklamasi lahan pertanian :

    a) Kebijakan optimasi lahan dilakukan melalui

    pemberdayaan masyarakat petani/peternak pada

  • 34

    lahan terlantar, dan lahan yang berpotensi untuk

    ditingkatkan IP-nya melalui:

    Kebijakan pengembangan usahatani dan

    konservasi DAS hulu yang dilakukan melalui

    pemberdayaan masyarakat.

    Kebijakan Reklamasi lahan dilakukan melalui

    pemberdayaan masyarakat/ petani pada lahan

    rawa, bekas tambang, dan bekas industri.

    Kebijakan perbaikan kesuburan lahan sawah

    melalui pengembangan rumah kompos dan UPPO

    untuk pemberian/ penambahan bahan organik/

    kompos.

    Peningkatan efektifitas pembelajaran melalui

    pendampingan.

    b) Kebijakan peningkatan kesuburan dan produktivitas

    lahan melalui pengembangan pertanian ramah

    lingkungan yang dikenal dengan System of Rice

    Intensification (SRI).

    c) Kebijakan peningkatan infrastruktur melalui

    pengembangan jalan pertanian pada kawasan

    pertanian tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan, dan peternakan.

    4) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran:

    tercapainya pengembangan sumber air alternatif dan

    skala kecil, adalah :

    a) Diprioritaskan pada kawasan kekeringan dengan

    mendayagunakan baik air permukaan maupun air

    tanah.

  • 35

    b) Pengembangan sumber air alternatif dan skala kecil

    secara berkelanjutan dengan cara partisipatif.

    5) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran:

    tercapainya optimasi pemanfaatan air irigasi, adalah:

    a) Peningkatan fungsi prasarana irigasi,

    b) Penerapan teknologi hemat air

    c) Peningkatan partisipasi masyarakat.

    6) Kebijakan terkait dengan revitalisasi pembiayaan

    petani dan kelembagaan petani dalam rangka

    meningkatkan ketersediaan pembiayaan/kredit bagi

    petani, fokus pada :

    a) Pembiayaan yang bersumber dari dana perbankan ;

    b) Pembiayaan yang bersumber dari dana BUMN/ CSR ;

    c) Pembiayaan yang bersumber dari dana lembaga

    Keuangan Non Bank;

    d) Pembiayaan yang bersumber dari pembiayaan

    swasta dan masyarakat;

    e) Pembiayaan yang bersumber dari dana masyarakat

    tani dan atau masyarakat yang peduli terhadap

    pertanian ;

    f) Pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah

    pusat (APBN) dan pemerintah daerah (APBD Propinsi

    dan APBD Kabupaten/Kota) ;

    g) Pembiayaan yang bersumber dari lembaga

    keuangan mikro dan lembaga adat yang

    berkembang di masyarakat; serta sumber

    pembiayaan lainya.

  • 36

    7) Kebijakan terkait pupuk dan pestisida, adalah:

    a) Penyediaan pupuk bersubsidi untuk sektor

    pertanian untuk mendorong penerapan pemupukan

    secara berimbang guna meningkatkan produktivitas

    dan kualitas hasil pertanian.

    b) Pengawasan peredaran dan penggunaan pupuk dan

    pestisida ramah lingkungan.

    c) Peningkatan pelayanan pendaftaran pupuk dan

    pestisida pertanian.

    8) Kebijakan pengembangan alsintan, didalamnya

    memuat beberapa hal sebagai berikut :

    a) Kebijakan yang terkait dengan sasaran

    meninmgkatnya kepemilikan alsintan pada 33

    propinsi sebesar 3 5 %, adalah : (a) sosialisasi

    pelaksanaan kegiatan kepemilikan alsintan, (b)

    koordinasi dengan Dinas Propinsi dan

    Kabupaten/Kota guna pemantapan kegiatan

    kepemilikan alsintan, (c) kebijakan dalam

    pelaksanaan kegiatan kepemilikan alsintan.

    b) Kebijakan yang terkait dengan sasaran terlaksananya

    penumbuhan dan pengembangan UPJA Pemula,

    Berkembang dan Profesional, meningkat masing-

    masing 10%, 10% dan 15% per tahun, adalah : (a)

    sosialisasi Permentan No.25 Tahun 2008 tentang

    Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan UPJA, (b)

  • 37

    Pembentukan Tim UPJA, (c) kebijakan

    pemberdayaan dalam pengelolaan UPJA , (d)

    peningkatan peranan UPJA dalam pengembangan

    alsintan, (e) kebijakan peningkatan integrasi

    subsistem pengguna, penyedia alsintan, permodalan

    dan pembinaan dalam keberlanjutan kelembagaan

    UPJA.

    c) Kebijakan yang terkait dengansasaran terlaksananya

    pengembangan bengkel alsintan di 33 propinsi,

    adalah : (a) sinkronisasi dan koordinasi dewngan

    instansi terkait, (b) peningkatan peranan produsen

    alsintan dalam pengembangan bengkel, (c)

    peningkatan keahlian pengelola bengkel alsintan.

    3.2. Strategi

    Strategi yang dilaksanakan dalam upaya mewujudkan visi dan

    misi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    adalah sebagai berikut :

    1) Good Governance

    Melaksanakan manajemen penyediaan dan pengembangan

    prasarana dan sarana pertanian yang efisien, bersih,

    transparan, bebas dari KKN dengan penyelenggaraan

    disiplin anggaran dan penciptaan kebijakan yang

    mendorong peran serta stakeholder terkait baik di pusat

    maupun daerah sesuai dengan peta kewenangannya.

  • 38

    2) Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Lahan dan

    Air Secara Lestari

    Melaksanakan pengembangan lahan melalui

    penyempurnaan tata aturan pengelolaan lahan dan air,

    pengendalian alih fungsi lahan, perluasan areal pertanian,

    optimalisasi lahan terlantar/tidur, konservasi dan

    rehabilitasi, reklamasi, jalan usahatani dan jalan produksi

    pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan

    peternakan) dan meningkatkan kesuburan dan

    produktivitas melalui usahatani padi SRI, serta

    pengelolaan air yang efisien dan efektif dengan

    mengembangkan dan merehabilitasi jaringan irigasi

    ditingkat usahatani, jaringan irigasi desa, dan Tata Air

    Mikro (TAM) melalui partisipasi masyarakat.

    3) Menetapkan Skala Prioritas Kawasan Pengembangan

    Melaksanakan penetapan skala prioritas kawasan

    pengembangan pertanian yang berbasis komoditas.

    Perkembangan otonomi daerah yang telah dilaksanakan

    bisa dipandang positif, kondisi ini dapat membangun

    sistem pembagian manfaat ekonomi secara lebih adil dan

    merata antar wilayah, antar pelaku ekonomi (pengentasan

    kemiskinan) dan antar generasi yang dapat memberikan

    dampak positif (langsung maupun tidak langsung) terhadap

    perbaikan ekosistem lokal maupun global. Oleh karena itu

    penetapan skala prioritas kawasan pengembangan

    pertanian berbasis komoditas perlu dikaji skala

    ekonominya dengan baik.

  • 39

    4) Mendorong Pola Partisipatif

    Melaksanakan pemberdayaan masyarakat/petani dalam

    pengelolaan lahan dan air dengan meningkatkan

    kemampuan SDM melalui pengarusutamaan gender (PUG)

    agar mandiri dan proaktif melalui kegiatan-kegiatan

    penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana

    pertanian dalam suatu wadah organisasi/kelompok petani

    yang kuat dan mandiri. Fasilitasi pemerintah harus

    diselenggarakan untuk mendorong kreatifitas dan

    memberdayakan usaha masyarakat dan memberdayakan

    usaha masyarakat, antara lain melalui pola Bantuan Sosial

    dan Sekolah Lapang (SL).

    5) Menggalang Sinergi dan Meningkatkan Mutu Koordinasi

    Melaksanakan penggalangan sinergi semua instansi terkait

    dalam memberdayakan potensi sumber daya pertanian

    yang ada untuk pengelolaan prasarana dan sarana

    pertanian.

    6) Pemberdayaan Kelembagaan dan SDM Pertanian

    Pemberdayaan kelembagaan dan SDM pertanian perlu

    ditata dan dikelola dengan baik melalui pelatihan dan

    penerapan inovasi teknologi baru dibidang prasarana dan

    sarana pertanian.

    7) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani

    yang Feasible dan Bankable, adalah mendorong

    peningkatan portfolio ketersediaan dana dari bank

  • 40

    pelaksana KKP-E, KPEN-RP dan KUPS untuk membiayai

    usaha pertanian.

    8) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani

    yang Feasible dan tidak Bankable, adalah mengoptimalkan

    skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang risiko kreditnya

    sudah ditangani oleh pemerintah melalui pola risk sharing.

    9) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani

    yang tidak Feasible dan tidak Bankable, adalah

    mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-

    A) dari Gapoktan PUAP di pedesaan untuk pembiayaan

    usaha mikro dan kecil.

    10) Strategi Penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi,

    dengan mendorong penggunaan pupuk majemuk dan

    pupuk organik melalui pemberian subsidi harga pupuk dan

    bantuan langsung pupuk, serta bantuan sarana pengolah

    pupuk organik ditingkat petani.

    11) Strategi dalam meningkatkan pengawasan pupuk dan

    Pestisida, yaitu dengan mendorong peran pemerintah

    daerah dalam pengawasan pupuk dan pestisida melalui

    peningkatan kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan

    Pestisida (KP3)

    12) Strategy pengembangan alat dan mesin pertanian secara

    selektif dan progresif, yaitu dengan melaksanakan

    pengembangan alsintan melalui optimalisasi penggunaan

    alsintan dan pemanfaatan teknologi alat dan mesin

  • 41

    pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas,

    efisiensi, serta kualitas semua sumber daya termasuk

    sumber daya tenaga kerja

    13) Strategy pengawasan alsintan, yaitu pemberdayaan

    petugas pengawas melalui peningkatan kompetensi

    petugas pengawas dan penyediaan sarana pendukung

    14) Strategy penumbuhan dan pengembangan UPJA dan

    bengkel alsintan, yaitu pemberdayaan kelembagaan UPJA

    dan bengkel Alsintan melalui peningkatan kompetensi

    SDM, organisasi dan bisnis serta penerapan inovasi

    teknologi dibidang alat dan mesin pertanian.

    3.3. Program Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana

    Pertanian.

    Program Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    adalah : Program Pengembangan dan Penyediaan Prasarana

    dan Sarana Pertanian dengan indikator kinerja program

    adalah :

    1) Tersedianya kebijakan di bidang pengelolaan lahan dan

    air serta perluasan areal

    2) Tersedianya standart, norma, pedoman, kriteria dan

    prosedur di bidang pengelolaan lahan dan air serta

    perluasan areal

    3) Terlaksananya bimbingan teknis di bidang pengelolaan

    lahan dan air serta perluasan areal

  • 42

    4) Luasan (Ha) areal pelayanan irigasi, area pengelolaan

    lahan dan area pertanian baru.

    5) Terbentuk dan terfasilitasinya Gapoktan PUAP dengan

    dana Stimulus dana Penguatan Modal Usaha.

    6) Terealisasi penyaluran kredit program KKP-E, kredit

    pembibitan sapi bersubsidi, KUR, dan pembiayaan usaha

    tani melalui laba BUMN

    7) Tersedianya rumusan dan pelaksanaan kebijakan,

    penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

    pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pupuk

    dan pestisida pertanian dan non pertanian.

    8) Terlaksananya penyediaan dan penyaluran pupuk untuk

    sektor pertanian.

    9) Terlaksananya pengawasan peredaran dan penggunaan

    pupuk dan pestisida

    10) Terlaksananya pelayanan pendaftaran pupuk dan

    pestisida.

    11) Tersedianya kebijakan di bidang alat dan mesin

    pertanian.

    12) Tersedianya standart, norma, pedoman, kriteria dan

    prosedur di bidang alat dan mesin pertanian.

    13) Terlaksananya bimbingan teknis di bidang alat dan mesin

    pertanian

  • 43

    14) Jumlah unit alsintan yang digunakan, luasan (Ha) areal

    yang dikerjakan menggunakan alsintan, jumlah petugas

    pengawas alsintan dan jumlah UPJA/Bengkel Alsintan

    yang operasional.

  • 44

  • 45

    BAB IV. PENUTUP

    Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Prasarana

    dan Sarana Pertanian 2011-2014 merupakan kelanjutan dari

    program/ kegiatan tahun 2005-2010 yang telah dilaksanakan pada

    periode lalu. Sesuai dengan kebijakan Menteri Pertanian sebagai

    penanggung jawab pelaksana pembangunan pertanian, maka Visi,

    Misi dan Strategi Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan

    Sarana Pertanian tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, untuk

    menjawab tantangan yang akan dihadapi kedepan. Oleh karena

    itu, dokumen ini diharapkan dapat mempertegas posisi dan

    peranan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian serta

    dapat menyatukan operasionalisasi dari semua pihak yang terkait

    dengan penyelenggaraan penyediaan dan pengembangan prasarana

    dan sarana pertanian, baik Pemerintah, institusi kemasyarakatan

    untuk mencapai suatu arah yaitu terlaksananya perencanaan,

    pelaksanaan dan pengendalian program yang sesuai dengan

    paradigma pembangunan serta kebutuhan dan aspirasi masyarakat

    sebagai pengguna layanan (beneficiaries/ customer) pembangunan

    pertanian pada umumnya dan penyediaan dan pengembangan

    prasarana dan sarana pertanian pada khususnya.

  • 46

    Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan

    Sarana Pertanian Tahun 2011-2014, disusun dengan

    memperhatikan Renstra Kementerian Pertanian dan RPJM

    Tahun 2010 2014, dan diharapkan dapat menjadi

    dokumen yang mampu memberikan arah strategis, target

    dan sasaran yang tepat tetapi fleksibel dengan

    perkembangan situasi yang terjadi khusus di bidang

    prasarana dan sarana pertanian, sesuai kondisi spesifik

    lokasi.

  • 47

    Lampiran 1

    2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 20148 5.260,94 4.479,72 6.294,15 6.669,95 22.704,77

    Meningkatnya aksesibilitas dan luas lahan yang dioptimasi, dikonservasi, direhabilitasi maupun direklamasi serta meningkatnya luasan areal pertanian baru

    195.337 Ha 1.644 Km

    76.600 Bdg 561 Pkt

    385.787 Ha 454 Km

    75.000 Bdg 8 Pkt

    640.000 Ha 4.724 Km

    50.000 Bdg 4 Pkt

    750.000 Ha 4.724 Km

    50.000 Bdg 4 Pkt

    Meningkatnya efisiensi dan ketersediaan air irigasi pada lahan-lahan pertanian

    255.067 Ha 8.909 unit

    523.250 Ha 3.563 Unit

    500.000 Ha 4.355 Unit

    500.000 Ha 4.889 Unit

    Terfasilitasinya alat dan mesin pertanian 1.088 Unit 2.217 Unit 3.779 Unit 3.996 Unit

    Tersalurkannya pupuk dan pestisida 9,73 jt ton 0,21 jt ton

    36,39 jt ton

    10,53 jt ton 0,10 jt ton

    36,97 jt ton

    11,06 jt ton 0,10 jt ton

    37,66 jt ton

    11,61 jt ton 0,10 jt ton

    38,41 jt ton

    Terfasilitasinya pola pembiayaan pertanian 10.000 Gapoktan; 4,5 Triliun; 50 orang; 1,5 triliun; 200 LKMA; Rancangan kebijakan pembiayaan pertanian; Penyusunan kebijakan asuransi pertanian

    7.000 Gapoktan; 5,0 Triliun; 100 orang; 1,8 triliun; 300 LKMA; Kebijakan pembiayaan pertanian; Pengembangan dasar hukum dan uji coba

    10.000 Gapoktan; 6,0 Triliun; 100 orang; 2,0 triliun; 350 LKMA; Kebijakan pembiayaan pertanian; Uji coba

    10.000 Gapoktan; 7,0 Triliun; 100 orang; 2,2 triliun; 400 LKMA; Kebijakan pembiayaan pertanian; Pelaksanaan asuransi pertanian

    INDIKATOR TargetAlokasi Anggaran Baseline Kegiatan

    Prioritas TOTAL (Milyar Rp.)

    TARGET PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2014KEMENTERIAN PERTANIAN

    Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    NOPROGRAM/KEGIATANPRIORITAS

    SASARAN(Milyar Rp.)

    PROGRAM PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

    Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian

    Terlaksananya penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian melalui kegiatan perluasan dan pengelolaan lahan; pengelolaan air irigasi; fasilitasi pembiayaan pertanian; fasilitasi pupuk dan pestisida; serta fasilitasi alat dan mesin pertanian

  • 48

    Lampiran 1

    2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 20148.1 Perluasan areal dan

    pengelolaan lahan pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang)

    Luasan (Ha) perluasan areal Tanaman pangan (sawah dan lahan Kering), kawasan hortikultura, kawasan perkebunan dan kawasan peternakan

    103.579 Ha 116.387 Ha 140.000 Ha 150.000 Ha 779,52 1.280,26 1.540,00 1.650,00 5.249,78

    Jumlah (Ha) Lahan yang dioptimasi, dikonservasi, direhabilitasi dan direklamasi

    55.358 Ha 209.400 Ha 300.000 Ha 350.000 Ha 224,29 471,15 675,00 787,50 2.157,94

    Jumlah (Ha) Konservasi DAS Hulu 36.400 Ha 145,60 145,60

    Jumlah (Ha) Pengembangan SRI (System of Rice Intensification

    559 Pkt 60.000 Ha 200.000 Ha 250.000 Ha 25,16 135,00 450,00 562,50 1.172,66

    Jumlah bidang tanah petani yang di pra-sertifikasi

    76.600 Bdg 75.000 Bdg 50.000 Bdg 50.000 Bdg 7,66 7,50 2,57 2,61 20,34

    Jumlah Panjang Jalan Usaha Tani (JUT) dan Jalan Produksi (JAPROD) pada Jalan Pertanain

    1.644 Km 37,35

    Jumlah (Km) Jalan Pertanian 454 Km 4.724 Km 4.724 Km 45,40 472,40 472,40 1.027,55

    Jumlah audit Lahan Luar Jawa 1 Paket 7 Paket 3 Paket 3 Paket 25,79 125,00 100,00 5,00 255,79

    Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE)

    1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 77,00 25,00 25,00 25,00 152,00

    1.322,37 2.089,31 3.264,97 3.505,01 10.181,66

    INDIKATOR Target

    Meningkatnya produktivitas lahan pertanian, luasan areal pertanian baru dan prasarana Jalan Usaha Tani/Jalan Produksi serta pengendalian lahan untuk mendukung peningkatan produksi pertanian

    TARGET PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2014KEMENTERIAN PERTANIAN

    Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    NOPROGRAM/KEGIATANPRIORITAS

    SASARAN

    Alokasi Anggaran Baseline Kegiatan Prioritas TOTAL

    (Milyar Rp.)

    Sub total

    (Milyar Rp.)

  • 49

    Lampiran 1

    2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 20148.2 Pengelolaan air irigasi untuk

    pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang)

    Meningkatnya ketersediaan air irigasi dalam mendukung produksi pertanian

    Jumlah (unit) pengembangan sumber air alternatif skala kecil (melalui pengembangan sumber air permukaan dan air tanah) untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan.

    2.617 Unit 1.677 Unit 1.855 Unit 2.039 Unit 68,60 100,62 139,13 152,93 461,27

    Jumlah (Ha) pengembangan jaringan dan optimasi air (melalui pengembangan/ rehabilitasi JITUT, JIDES, dan TAM) untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura,dan perkebunan

    255.067 Ha 523.250 Ha 500.000 Ha 500.000 Ha 196,20 522,85 500,00 500,00 1.719,05

    Jumlah (Unit) pengembangan/ pelaksanaan konservasi air dan lingkungan hidup serta antisipasi perubahan iklim (melalui pembangunan embung/ dam parit dan Sekolah Lapang Iklim) untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan

    4.225 Unit 1.586 Unit 1.750 Unit 2.000 Unit 212,75 95,16 175,00 200,00 682,91

    Jumlah (Unit) pengembangan kelembagaan petani pemakai air (melalui Pemberdayaan P3A dan Pengembangan Irigasi Partisipatif) untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan.

    2.067 Unit 300 Unit 750 Unit 850 Unit 85,30 30,00 75,00 85,00 275,30

    562,85 748,63 889,13 937,93 3.138,53

    SASARAN INDIKATOR TargetAlokasi Anggaran Baseline Kegiatan

    Prioritas TOTAL (Milyar Rp.)

    Sub total

    (Milyar Rp.)

    TARGET PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2014KEMENTERIAN PERTANIAN

    Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    NOPROGRAM/KEGIATANPRIORITAS

  • 50

    Lampiran 1

    2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 20148.3 Penyaluran pupuk

    bersubsidi (Prioritas Nasional dan Bidang)

    Tersalurnya Pupuk Bersubsidi

    Jumlah pupuk bersubidi (juta ton) 9,73 10,53 11,06 11,61 15.562,53 16.943,99 19.696,88 22.794,26 74.997,66

    Bantuan Langsung Pupuk (juta ton) 0,21 0,10 0,10 0,10 1.096,59 450,00 472,50 496,13 2.515,21

    Jumlah Roadmap Kebutuhan dan Penyediaan Pupuk (juta ton)

    36,39 36,97 37,66 38,41

    Terbangunnya Rumah Kompos - - - - - - - -

    16.659,12 17.393,99 20.169,38 23.290,38 77.512,88

    8,4 Meningkatnya pemanfaatan alat dan mesin pertanian

    Jumlah (unit) alat dan mesin pertanian yang efisien dan berkelanjutan di lokasi.

    1.088 2.217 3.779 3.996 19,58 73,18 111,13 117,87 321,75

    Jumlah (Paket) UPJA Mandiri - 100 120 150 0,00 5,00 7,20 10,50 22,70

    Jumlah jenis alsintan yang diawasi di lokasi - 4 20 20 0,00 2,00 11,10 11,70 24,80

    19,58 80,18 129,43 140,07 369,25

    Sub total

    Sub total

    (Milyar Rp.)

    TARGET PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2014KEMENTERIAN PERTANIAN

    Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    NOPROGRAM/KEGIATANPRIORITAS

    SASARAN INDIKATOR TargetAlokasi Anggaran Baseline Kegiatan

    Prioritas TOTAL (Milyar Rp.)

    Pengelolaan sistem penyediaan dan pengawasan alat mesin pertanian (prioritas Nasional dan Bidang)

  • 51

    Lampiran 1

    2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 20148,5 Terbentuk dan terfasilitasinya Gapoktan

    PUAP dengan dana Stimulus dana Penguatan Modal Usaha.

    10.000 Gapoktan

    7.000 Gapoktan

    10.000 Gapoktan

    10.000 Gapoktan

    1.100,00 800,00 1.160,00 1.200,00 4.260,00

    Penyediaan kredit program oleh perbankan 4,5 Triliun 5,0 Triliun 6,0 Triliun 7,0 Triliun 1,50 1,00 1,50 1,50 5,50

    Meningkatnya jumlah tenaga pendamping dalam memfasilitasi pembiayaan

    50 orang 100 orang 100 orang 100 orang 1,30 2,60 2,60 2,60 9,10

    Tumbuhnya Pembiayaan Syariah 1,5 Triliun 1,8 Triliun 2,0 Triliun 2,2 Triliun 0,70 0,80 1,10 1,30 3,90

    Meningkatnya kemampuan pengurus Gapoktan dalam mengelola dana melalui pembukuan, menerapkan SOP standar LKM-A

    200 LKMA 300 LKMA 350 LKMA 400 LKMA 120,00 120,00 140,00 150,00 530,00

    Terealisasinya kebijakan pembiayaan pertanian

    Rancangan kebijakan pembiayaan pertanian

    Kebijakan pembiayaan pertanian

    Kebijakan pembiayaan pertanian

    Kebijakan pembiayaan pertanian

    5,00 7,00 7,00 8,00 27,00

    Terlindunginya usaha pertanian dari dampak kerugian

    Penyusunan kebijakan asuransi pertanian

    Pengembangan dasar hukum dan uji coba

    Uji coba Pelaksanaan asuransi pertanian

    0,70 1,00 1,00 2,50 5,20

    1.229,20 932,40 1.313,20 1.365,90 4.840,70

    TARGET PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2014KEMENTERIAN PERTANIAN

    Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    NOPROGRAM/KEGIATANPRIORITAS

    SASARAN INDIKATOR TargetAlokasi Anggaran Baseline Kegiatan

    Prioritas TOTAL (Milyar Rp.)

    Pengembangan Sentra Usaha Ekonomi Produktif Petani melalui Gapoktan PUAP & Penumbuhan Gapoktan PUAP menjadi LKM-A, Tersedianya plafon kredit program (KKP-E, KUPS, KPEN-RP dan KUR) oleh perbankan, Meningkatnya kemampuan Tenaga Pendamping dalam memfasilitas

    Pelayanan Pembiayaan Pertanian, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) / Prioritas Nasional

    (Milyar Rp.)

    Sub total

  • 52

    Lampiran 1

    2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 20148,6 Dukungan manajemen dan

    dukungan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Prasarana dan sarana pertanian

    Meningkatnya fasilitasi pelayanan teknis dan administrasi untuk mendukung pelaksanaan kerja Direktorat Jenderal

    Jumlah dokumen perencanaan (Program, Anggaran dan Kerjasama), keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan program peningkatan nilai tambah, daya saing, sarana dan prasarana pertanian.

    6 6 6 6 309,97 224,93 224,93 224,93 984,75

    309,97 224,93 224,93 224,93 984,75Sub total

    (Milyar Rp.)

    TARGET PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2014KEMENTERIAN PERTANIAN

    Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    NOPROGRAM/KEGIATANPRIORITAS

    SASARAN INDIKATOR TargetAlokasi Anggaran Baseline Kegiatan

    Prioritas TOTAL (Milyar Rp.)

    01 COVER-RENSTRA PSP-13 APRIL'11.pdf02 KATA-PENGANTAR-RENSTRA PSP-12APRIL'11_ttd_.pdfRenstra PSP 2012 _25April2012.pdf