13
TUGAS MATA KULIAH BEDAH MULUT III TEKNIK REPLANTASI GIGI Disusun Oleh : Deozola Revici R 08/265422/KG/8308 Yuan Ardila 08/265548/KG/8305 Shabrina 08/265744/KG/8307 Maria Angela Astrid 08/265968/KG/8309 Irene Cynthiauli S 08/265992KG/8311 Putri Kartikasari 08/266011/KG/8315 Allen Awinda 08/266047/KG/8317 Tutut Prabantari A 08/267785/KG/8319 Novita Setya Sandy 08/267796/KG/8321 Anrizandy Narwidina 08/267800/KG/8323 Fania Chairunisa 08/267809/KG/8325

replantasi makalah

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS MATA KULIAH BEDAH MULUT III

TUGAS MATA KULIAH BEDAH MULUT IIITEKNIK REPLANTASI GIGI

Disusun Oleh :

Deozola Revici R

08/265422/KG/8308

Yuan Ardila

08/265548/KG/8305

Shabrina

08/265744/KG/8307

Maria Angela Astrid

08/265968/KG/8309

Irene Cynthiauli S

08/265992KG/8311

Putri Kartikasari

08/266011/KG/8315

Allen Awinda

08/266047/KG/8317

Tutut Prabantari A

08/267785/KG/8319

Novita Setya Sandy

08/267796/KG/8321

Anrizandy Narwidina

08/267800/KG/8323

Fania Chairunisa

08/267809/KG/8325FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011REPLANTASI GIGII. PENDAHULUAN

A. Definisi

Replantasi gigi adalah mengembalikan gigi ke dalam alveolusnya (Walton dan Torabinejad, 2003) yang terlepas pada waktu kecelakaan atau gigi yang dicabut dengan rencana (Tarigan, 2006). Replantasi adalah pelekatan kembali suatu bagian tubuh yang tadinya terlepas sebagian atau seluruhnya dari tubuh (Kathleen, 2002). Replantasi gigi avulsi dapat dibagi menjadi dua kategori: replantasi yang ditanam kembali dalam waktu singkat (atau disimpan dalam media penyimpanan) dan replantasi yang ditanam kembali setelah tertunda dengan membran periodontal pada akar yang telah kering (Mitsuhiro, 2000). Replantasi merupakan salah satu dari perawatan bedah endodontik dalam pengembangan perawatan yang lebih luas untuk menghindari pencabutan gigi. (Grossman, 1995).B. Tujuan

Replantasi gigi bertujuan untuk menghindari kehilangan gigi secara permanen dan mengembalikan fungsi rongga mulut sehingga pasien dapat kembali berbicara dan makan dengan baik.

II. ISIA. Indikasi Replantasi

gigi yang avulsi bukan karena penyakit periodontal

soket alveolar yang tersedia harus utuh untuk menyediakan tempat bagi gigi yang akan direplantasi

stage perkembangan akar harus dipertimbangkan

periode extra alveolar harus dipertimbangkan. Misal : periode extra alveolar yang melebihi satu jam akan berpengaruh pada resorbsi akar

(Andreasen, 1994)

tidak terdapat karies yang luas dan tidak ada kerusakan jaringan periodontal yang mengakibatkan gigi tersebut avulsi (Mitchel dan Mitchell, 2005)

tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dan tidak merokok, perokok memiliki kualitas pembuluh darah (tunika intima) yang jelek sehingga mudah sekali terjadi sumbatan (trombosis) sehingga aliran darah terganggu. anak-anak, mereka memiliki kualitas penyembuhan yang baik dan membutuhkan fungsi yang lebih penting dibanding orang dewasa

(Anonim, 2011) gigi sedang erupsi dimana akar belum terbentuk sempurna

(Archer, 1975)

akar gigi masih baik tanpa adanya treatment endodontik

keadaan jaringan periodontal baik (perlekatan ligamen periodontal ke sementum baik)

(Laskin, 1985)

B. Kontraindikasi Replantasi fraktur rahang atau alveolus

pasien dengan riwayat medis yang sangat luas yang dapat mengganggu kemampuan penyembuhannya

gigi dengan penyakit periodonsium lanjut yang telah mengenai furkasi atau gigi yang goyang (Walton dan Torabinejad, 2003) suplai darah kurang baik

vitalitas sel-sel ligament periodontal dan sementum kurang, sehingga tidak mendukung kesuksesan replantasi dalam jangka waktu yang lama gigi mengalami avulse dalam jangka waktu yang telah lama

pada pasien dengan kondisi immunokompromis

tidak ada tulang bukal atau interradikuler

(Tarigan, 2004)

avulsi gigi lebih dari 2 atau 3 jam

terjadi resorbsi tulang dan akar gigi

(Laskin, 1985)

C. Perawatan Pra Replantasi

Sebelum perawatan dilakukan, pasien perlu diredakan emosinya terlebih dahulu. Karena setelah trauma terjadi,pasien pasti akan merasa takut dan cemas, terutama bila dokter gigi langsung memberikan perawatan. (Rutar, 1997)Sebelum mendapatkan tindakan perawatan pasien diinstruksikan untuk menyimpan gigi dalam media alumunium foil atau perintahkan pasien untuk menggenggam dengan hati-hati gigi dalam sapu tangan ataupun kain bersih dan segera ke dokter gigi. Gigi dapat juga disimpan dalam media penyimpanan untuk menghindari dehidrasi ligamen periodontal dan kematian pulpa.

Apabila gigi kotor, bersihkan gigi dengan cara memegang gigi pada bagian mahkota gigi dan mengalirinya dibawah air mengalir

Selama perjalanan ke dokter gigi, simpan gigi di bawah lidah, atau di vestibulum mulut, atau masukkan dalam air susu

Pasien yang mengalami cedera, harus benar-benar diperhatikan bagaimana kondisi saluran pernapasannya. Dasar dari usaha mempertahankan jalan napas adalah mengontrol perdarahan dari mulut atau hidung dan membersihkan orofaring. Untuk pasien yang tidak memiliki kelainan pada pembekuan darah, perdarahan pada daerah yang avulsi biasanya tidak berakibat fatal, melakukan penekanan baik secara langsung dengan jari maupun tidak langsung menggunakan kasa atau tampon.Kasus lepasnya gigi dari soket alveolar akibat trauma injuri harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat, dengan tetap memperhatikan kondisi fisik dari pasien. Pada kasus avulsi yang disebabkan oleh cedera kemungkinan terdapat komplikasi seperti laserasi pada jaringan lunak labial, bukal, palatum, lidah. Pencegahan terhadap tetanus harus dilakukan dengan membersihkan luka dengan seksama, penyingkiran benda-benda asing dan pemberian tetanus toxoid antitoxin.Dianjurkan untuk tidak memegang gigi avulsi pada bagian akarnya, karena dapat merusak serat-serat ligamen periodontal, tetapi memegang gigi pada bagian mahkota. Pembersihan gigi dilakukan hanya jika terdapat kotoran pada gigi, namun tidak boleh mengikis atau menggosok gigi.

(Pedersen, 1996)Penatalaksanaan gigi avulsi harus dilakukan dalam waktu seminimum mungkin untuk menjaga ligamen periodontal karena bila ligamen periodontal masih baik, derajat dan ketepatan waktu resorpsi akar akan terjaga dan kemungkinan terjadinya ankilosis akan berkurang. Resorpsi akar hampir tidak terhindarkan apabila melebihi 2 jam, waktu maksimal dilakukan replantasi adalah 48 jam setelah gigi berada diluar soket. (Rutar, 1997)D. Teknik Replantasi Gigi yang terlepas dari soketnya (avulsi)Prosedur Replantasi :

1. Tempatkan gigi yang avulsi pada larutan saline

2. Area soket gigi yang avulsi diperiksa

3. Cuci ligament periodontal dan foramen apikal dengan saline

4. Soket gigi juga dicuci dengan saline

5. Gigi direplantasi ke dalam soket gigi dengan penekanan jari yang lembut

6. Gigi kemudian di-splinting selama 1 minggu dengan semi-rigid splint

7. Terapi antibiotic dilakukan sesegera mungkin setelah replantasi

8. Vaksin tetanus dapat dilakukan apabila pasien rentan terhadap tetanus

(Mitchel dan Mitchell, 2005)

Teknik Replantasi ada 2

1. Replantasi imediat adalah replantasi yang dilakukan segera dalam waktu 1 jam setelah gigi mengalami avulsi

Tahap-tahapnya:

Gigi diletakkan pada cawan yang berisi salin fisiologik.

Daerah yang terkena cedera dirontgen guna melihat apakah ada fraktur alveolus atau tidak.

Lokasi avulsi diperiksa dengan seksama mengetahui ada-tidaknya serpihan tulang yang harus dibuang. Jika alveolusnya telah runtuh maka soket dikuakkan dengan instrumen.

Soket diirigasi dengan hati-hati dengan salin untuk membuang koagulum yang terkontaminasi.

Pada cawan salin, mahkota gigi diangkat dengan tang ekstraksi agar akarnya tidak terkena.

Gigi yang diperiksa apakah masih mengandung debris, jika masih ada harus dibersihkan memakai kasa yang dibasahi salin.

Gigi dimasukkan kembali ke dalam soketnya; setelah sebagian masuk (dengan menggunakan tang), teruskan dengan menekannya perlahan-lahan dengan jari atau pasoen disuruh menggigit kasa sampai giginya duduk dengan baik.

Ketepatan letak gigi dalam lengkung diperiksa dan koreksi jika ada yang mengganjal. Luka-luka di jaringan lunak dijahit, terutama di daerah servikal.

Gigi distabilkan selama 1-2 minggu dengan splin.

Dianjurkan untuk memberi pasien antibiotik dengan dosis sama seperti untuk infeksi mulut yang ringan sampai moderet.

Pasien diberi perawatan penunjang seperti diet lunak dan analgesik diberikan sesuai keperluan.

2.Replatasi yang dilakukan lebih dari 1 jam setelah gigi mengalami avulsi

Tahap-tahapnya:

Periksalah daerah avulsi dan periksa pula radiografnya guna melihat ada-tidaknya fraktur alveolus.

Bersihkan debris yang melekat pada permukaan gigi.

Celupkan gigi pada larutan NaF 2,4% (diasamkan sampai pH 5,5) selama 5-20 menit).

Ekstirpasi pulpanya, dan saluran akar dibersihkan, dibentuk, dan diobturasi seraya giginya dipegang memakai kasa yang dibasahi flour. Prosedur ini sering dapat diselesaikan melalui apeks jika giginya masih belum matang.

Bersihkan soket alveolus dari bekuan darah dengan menyedotnya secara hati-hati. Soketnya kemudian diirigasi dengan salin. Mungkin perlu dianestesi terlebih dahulu.

Replantasikan gigi dengan hati-hati ke dalam soketnya, letakkan dengan tepat di lengkungnya dan kontaknya.

Pasang splin gigi untuk 3 sampai 8 minggu (Walton dan Torabinejad, 2003) Pada kasus dengan pembentukan akar yang belum sempurna ( diameter foramen apical lebih dari 1 mm ), masih dapat dimungkinkan revaskularisasi pulpa

Pada kasus pembentukan akar yang telah sempurna, ekstirpasi pulpa pada saat yang sama dengan pengambilan splint dan dressing saluran akar dengan calcium hydroxide

Pada kasus PDL vital ( periode extraalveolar dry lebih dari 1 jam ), treatment mencegah resorbsi diindikasikan :

Angkat PDL dan pulpa

Tempatkan gigi dalam 2.4% sodium fluoride solution (acidulated to pH=5.5) selama 20 menit

Obturasi saluran akar dengan gutta perca dan sealer

Replantasi gigi

Splint selama 6 minggu

(Mitchel dan Mitchell, 2005)E. Perawatan Pasca ReplantasiStabilisasi (bila diperlukan) setelah replantasi dapat dilakukan dengan dijahit dan atau menggunakan pack periodontium atau dengan resin komposit dan kawat ortodonsia yang diikatkan pada gigi tetangga. Pengangkatan splint ini dapat dilakukan 7 sampai 14 hari kemudian. Sebaiknya segera membuat radiograf setelah melakukan replantasi.

Cara stabilisasi sederhana dan sangat efektif adalah dengan meminta pasien untuk menutup mulutnya dalam posisi oklusi sentrik dan mempertahankan posisi ini sampai malam harinya, kecuali ketika makan makanan lunak, sedangkan cairan sebaiknya disedot melalui sedotan.

Pemanggilan kembali untuk evaluasi perlu dilakukan untuk mencari tanda-tanda kegoyangan, kerusakan periodontium, resorbsi akar, kelainan periradikuler yang menetap dan tanda-tanda penyembuhan

(Walton dan Torabinejad, 2003)Buat suatu radiograf untuk memeriksa posisi gigi di dalam soket dan untuk mengetahui apakah terdapat fraktur akar atau tulang alveolar. Periksa gigi-gigi di dekatnya untuk kemungkinan adanya fraktur akar.Jangan mencoba melakukan perawatan endodontik pada waktu ini kecuali bila gigi memerlukan drainase. Dalam kasus seperti itu, kamar pulpa dibuka, kamar pulpa dan saluran akar dibersihkan, masukkan medikamen intrakanal dan tutup kavitas. Perawatan endodontik diselesaikan pada lain waktu.

(Grossman, 1995)

Untuk meredakan rasa sakit setelah replantasi, pasien dapat mengonsumsi aspirin atau acetaminophen. Antibiotik juga dapat diberikan jika terjadi infeksi. Pasien sebaiknya tidak berkumur, meludah, atau merokok pada 24 jam setelah replantasi. Pasien juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang lunak untuk beberapa hari ke depan.

Dua puluh empat jam setelah replantasi, pasien dianjurkan untuk berkumur dengan larutan garam dan air hangat setiap 1 atau 2 jam sekali. Garam dapat membantu mengurangi pembengkakakn yang terjadi di sekitar gigi yang direplantasi.

Pasien dengan penyakit jantung atau kelainan sistem imun harus dimonitor setelah melakukan replantasi. Dokter gigi sebaiknya mengirim pasien ke dokter umum 48 jam setelah replantasi untuk memeriksa resiko terjadinya tetanus, terutama jika pasien belum melakukan vaksin tetanus dalam 5 tahun terakhir. Pasien replantasi harus melakukan kontrol rutin.

(Mark dkk, 1999)F. Prognosis

Prognosis jangka pendek dari replantasi intensional cenderung lebih baik dibandingkan dengan prognosis jangka panjangnya. Di saat awal, biasanya terjadi perlekatan kembali jaringan ikat serta epitel dan stabilisasi. Problem sering datang kemudian, kadang-kadang setelah beberapa tahun.

Walaupun demikian, dalam jangka panjang replantasi intensional juga sering berhasil. Telah dilaporkan suatu keberhasilan dalam perawatan replantasi intensional selama 5 tahun atau lebih. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis adalah lamanya gigi berada di luar soketnya, kerusakan pada dinding soket atau akar, atau kesukaran yang terjadi saat pencabutan.

(Walton dan Torabinejad, 2003)G.. Komplikasi

Komplikasi seriusnya adalah berupa kerusakan periodontium atau yang paling sering adalah ankilosis dengan resorpsi yang parah. Oleh karena itu, pemeriksaan lanjutan jangka panjang sangat perlu dilakukan. Jika problemnya terus berkembang, pencabutan merupakan indikasi dari kasus tersebut.

(Walton dan Torabinejad, 2003)

DAFTAR PUSTAKA

Grossman LI. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Edisi kesebelas. EGC. Jakarta

Mark H. Beers MD, and Berkow R. 1999. Dental Emergencies: Fractured and Avulsed Teeth. Whitehouse Station. New JerseyKathleen S, et all. 2002. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. EGC. JakartaTarigan R. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Widya Medika. Jakarta

Tsukiboshi M. 2000. Treatment Planning for Traumatized Teeth. Quintessence Publishing Co Inc. TokyoRutar JE. 1997. Paediatric dentistry avulsion: Case reports. Aust Dent J. 42 (6): 361-6

Pedersen GW. 1996. Buku ajar praktis bedah mulut. EGC. Jakarta: 221-64

Walton RE. Torabinejad M. 2003. Prinsip&Praktik Ilmu Endodonsia, Edisi Ketiga. EGC. Jakarta

http://replantation.wordpress.com/2010/04/07/hello-world/ diunduh 24 April 2011 pukul 16.09