115
REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA ONLINE NEWSDIFABEL.COM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Chairiyani 11150510000115 JURUSAN JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020/ 1441

REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA

MEDIA ONLINE NEWSDIFABEL.COM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Chairiyani

11150510000115

JURUSAN JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020/ 1441

Page 2: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Page 3: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Chairiyani

NIM : 11150510000115

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Representasi

Identitas Kelompok Difabel pada Media Online Newsdifabel.com adalah

benar hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini

merupakan sumber yang akurat dan telah saya cantumkan dalam skripsi ini.

Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai peraturan

perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan

merupakan plagiat dan karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sepertinya.

Jakarta, 1 Juni 2020

Chairiyani

NIM 11150510000115

Page 4: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Representasi Identitas Kelompok Difabel pada Media

Online Newsdifabel.com telah diajukan dalam siding munaqasyah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 8 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada Jurusan Jurnalistik.

Jakarta, 8 Juni 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Kholis Ridho, M.Si Dra, Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP. 1978011142009121002 NIP. 197104122000032001

Anggota

Penguji I Penguji II

Bintan Humeira, M.Si Ali Irfani, M.HI

NIP. 197711052001122002

Pembimbing

Ahmad Zaky, M.Si

NIP. 197711272007101001

Page 5: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

iv

ABSTRAK

Chairiyani. Representasi Identitas Kelompok Difabel pada Media Online

Newsdifabel.com

Media massa memberikan pengaruh besar terhadap perspektif

masyarakat terhadap suatu pemberitaan, misalnya isu difabel. Penggambaran

kelompok difabel di media sering kali menghasilkan stereotip dan representasi

negatif terhadap difabel, sehingga mengakibatkan terjadinya diskriminasi.

Newsdifabel.com menjadi salah satu media komunitas difabel, yang

memanfaatkan media untuk memperjuangkan hak-hak dan menginformasikan

isu-isu difabel.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai

bagaimana identitas kelompok difabel direpresentasikan oleh media online

Newsdifabel.com.

Penelitian ini menggunakan teori representasi dengan analisis framing

Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki untuk menganalisis data. Terdapat

empat struktur dalam framing Zhondang Pan Kosicki, yaitu struktur sintaksis,

struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.

Peneliti menggunakan paradigama konstruktivis dan pendekatan

penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan oleh peneliti dengan

menganalisis data temuan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan

wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Newsdifabel.com

merepresentasikan identitas difabel dengan tiga frame. Pertama, Newsdifab

el.com merepresentasikan kaum difabel sebagai kaum yang masih

terdiskriminasi. Kedua, menempatkan identitas kelompok difabel sebagai

‘subjek’ pada setiap pemberitaan yang ditulis. Ketiga, Newsdifabel.com ingin

menekankan berfikir inklusi.

Kata Kunci: Representasi, Identitas, Difabel, Framing, Media

Komunitas, Media Online, Newsdifabel.com, kesetaraan, diskriminasi.

Page 6: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia yang luar biasa

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi.

Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah menjadi

suri tauladan bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis susun untuk memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak

lepas dari usaha, doa, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Suparto, M.Ed, Ph.D., Wakil Dekan Bidang

Akademi, Dr. Siti Napsiyah, MSW., Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., Wakil Dekan

Kemahasiswaan, Dr. Cecep Sastrawijaya, MA.

2. Ketua Jurusan Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Jurusan

Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaili, M.A.

3. Ahmad Zaky, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

ilmu kepada peneliti. Peneliti ucapkan terima kasih kepada beliau atas

arahan, bimbingan, tenaga, dan kesabaran sehingga peneliti dapat

menyeselaikan skripsi ini. Semoga Allah memberikan keberkahan dan

kemudahan dalam segala urusan beliau.

4. Segenap Dosen dan Staf Akdemik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi atas ilmu yang diberikan kepada peneliti.

5. Staff Redaksi Newsdifabel.com khususnya Barra Annasir, Popon Siti

Latipah, Ravindra Abdi Prahaswara terimakasih atas kebaikan dan

Page 7: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

vi

kesediaan waktunya untuk diwawancarai. Semoga apa yang di cita-

citakan oleh kaum difabel dapat terwujudkan. Salam inklusi.

6. Terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Ayah Muhammad

Yakub HR dan Mamah Nursyimah yang telah berjuang dan

memberikan kasih sayang yang tulus kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan pendidikan S1 dengan baik. Serta saudara-saudara

penulis, Fauziah dan Nurul Husna yang telah membantu dan

memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat peneliti yang ada saat suka dan duka, di dalam maupun di luar

kelas. Salsabila Azhar tempat penulis meluapkan keluh kesah,

pendengar yang baik dan pemberi saran yang sangat berguna. Hilma

Nur Alifah tempat sandaran penulis yang selalu ada untuk memotivasi

dan mengingatkan dalam kebaikan. Citra Ayu Lestari tempat bertukar

pikiran dan saling memberikan kekuatan dalam setiap situasi.

Terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik selama perkuliahan,

kalian yang selalu memberikan saran, motivasi, bantuan, semangat,

dan omelan untuk penulis agar segera menyelesaikan skripsi, sehingga

penulis menjadi lebih baik setiap harinya. Kalian the best.

8. Sahabat-sahabat peneliti dari MA Al-Awwabin Aniisa Fitra, Afiah Nur

Cholidah, Neng Aris Nur Aprianti, Zahra Amelia, dan Jeani Wira

Wardhanika yang selalu memberikan energi positif dengan cadaan,

cerita, dan saling menyemangati satu sama lain. Semoga kita dapat

berkumpul selalu, dan menjadi insan yang berguna di masyarakat.

9. Rizka Amelia lebih dikenal dengan sebutan Riris, adik tingkat serasa

adik kandung. Terima kasih telah menjadi pendengar baik untuk

penulis. Semoga selalu dimudahkan segala urusan perkuliahannya.

Page 8: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

vii

10. Teman-teman seperjuangan Jurnalistik A dan B angkatan 2015, yang

mengisi hari-hari perkuliahan selama empat tahun. Semoga kita semua

sukses di masa depan, Kalian terbaik.

11. Teman-teman KKN 191 Masa Juang yang telah memberikan banyak

cerita pada saat KKN. Terima kasih telah menemani, mendukung, dan

memberikan semangat kepada penulis.

12. Kepada teman-teman yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu

namun turut membantu dalam penyusunan skripsi ini, Penulis ucapkan

terima kasih semoga Allah membalas kebaikan kalian.

Semoga Allah memberikan kerahmatan disetiap langkah kepada orang-

orang yang telah membantu pengerjaan skripsi ini. Semoga karya tulis

sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya mahasiswa

program studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aamiin yaa Robbal

‘Alamin.

Jakarta, 1 Juni 2020

Chairiyani

Page 9: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING…………………………...… i

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. ii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

BAB I .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Batasan Masalah ........................................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 6

F. Metode Penelitian ........................................................................................ 7

G. Pedoman Penulisan..................................................................................... 11

BAB II .......................................................................................................... 13

A. Media dan konstruksi Realitas .................................................................... 13

1. Pengertian Media .................................................................................... 13

2. Konstruksi Media Terhadap Realitas ....................................................... 15

B. Analisis Framing .......................................................................................... 19

1. Pengertian Umum Framing ..................................................................... 19

2. Analisis Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki ........................... 21

C. Teori Representasi ...................................................................................... 25

D. Kelompok Disabilitas ................................................................................... 27

1. Identitas Kelompok ................................................................................. 27

2. Difabel ..................................................................................................... 31

E. Media Komunitas ........................................................................................ 35

Page 10: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

ix

BAB III ......................................................................................................... 39

A. Sejarah Media Newsdifabel.com................................................................. 39

B. Struktur Redaksi Newsdifabel.com ............................................................. 41

C. Proses Produksi Berita ................................................................................ 43

BAB IV ......................................................................................................... 45

1. Sintaksis ...................................................................................................... 45

2. Skrip ............................................................................................................ 55

3. Tematik ....................................................................................................... 58

4. Retoris ......................................................................................................... 63

BAB V .......................................................................................................... 67

Interpretasi ......................................................................................................... 67

BAB VI ......................................................................................................... 74

A. Kesimpulan ................................................................................................. 74

B. Saran ........................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 76

LAMPIRAN.……………..………………………………………………. 79

Page 11: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skema Framing Modal Pan dan Kosicki ……….………. 22

Tabel 3.1 Struktur Redaksi Newsdifabel.com …………….……….. 41

Tabel 4.1 Headline Newsdifabel.com ………………………………. 45

Tabel 4.2 Lead Newsdifabel.com …………………………………… 46

Tabel 4.3 Latar Newsdifabel.com …………………………………... 47

Tabel 4.4 Kutipan Newsdifabel.com ………………………………... 49

Tabel 4.5 Pernyataan Newsdifabel.com …………………………….. 51

Tabel 4.6 Penutup Newsdifabel.com ………………………………... 53

Tabel 4.7 Skrip Newsdifabel.com …………………………………… 55

Tabel 4.8 Detail Newsdifabel.com …………………………………... 58

Tabel 4.9 Koherensi Newsdifabel.com …………………………….... 61

Tabel 4.10 Leksikon Newsdifabel.com ……………………………… 63

Tabel 4.11 Grafis Newsdifabel.com …………………………………. 65

Page 12: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Newsdifabel.com ……………………………………. 39

Gambar 4.1 Foto Berita I ……………………………………………...... 66

Gambar 4.4 Foto Berita II ………….…………………………………... 66

Page 13: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa memiliki tanggung jawab untuk mengakomodasi rujukan

dan melindungi kelompok minoritas di tengah-tengah dominasi suatu

kelompok dalam masyarakat pluralis (McQual 2005). Salah satu kelompok

minoritas yang seringkali termarginalisasi dalam wacana media massa di

Indonesia ialah kelompok disabilitas. Media massa seringkali menempatkan

difabel sebagai kelompok minoritas yang dianggap menyimpang dari

normal, sehingga minim isu-isu tentang kelompok difabel dari segi hak dan

kesetaraan sosial.

Dalam studinya mengenai relasi antara media massa dan kelompok

difabel di Inggris, Woods (2006) menyampaikan bahwa kelompok difabel

memang sangat kurang berpartisipasi dalam kehidupan sosial sebagai

dampak langsung dari kondisi fisiknya yang seringkali menghalangi

aktivitas mereka dan membuat difabel cenderung tersingkirkan dalam

masyarakat, secara garis besar kondisi tersebut juga terjadi di Indonesia.

Berdasarkan penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat

atau LPEM (2016) FEB Universitas Indonesia, pada akhir 2016 estimasi

Jumlah difabel mencapai 12,15% dari populasi atau hampir 30 juta jiwa.

Namun tingkat pendidikan yang diraih difabel lebih minim dibandingan

non-difabel dan rendahnya serapan tenaga kerja dari kelompok difabel, serta

akses fasilitas publik bagi penyandang difabel masih sangat terbatas.

Kelompok difabel dengan segala keterbatasannya masih

dikelompokkan sebagai kelompok minoritas yang sulit mendapatkan hak,

keadilan, dan kesetaraan sosial. Sering kali kelompok difabel menjadi

korban tindak pidana dan tidak mendapat keadilan dikarenakan mengalami

Page 14: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

2

kesulitan untuk mengungkapkan kebenaran dari peristiwa yang terjadi,

kesulitan dalam berkomunikasi membuat beberapa kasus yang dialami kaum

difabel tidak diproses secara adil. Selain ketidakadilan hak dan hukum,

kaum difabel kurang diperhatikan oleh media cetak maupun media

elektronik. Sehingga berita-berita yang muncul hanya mengeksploitasi isu

difabel untuk mencari empati dan simpati semata.

Ketidakadilan penggambaran difabel di media massa juga sering

terjadi yang menghasilkan stereotip dan representasi negatif terhadap

kelompok difabel, Meskipun belum ada hasil studi yang khusus memetakan

representasi terhadap kaum disabilitas dalam berbagai konten media di

Indonesia. Namun, terdapat beberapa hasil studi mengenai tayangan reality

show di televisi yang menunjukkan bahwa media massa menempatkan

kelompok difabel sebagai komoditas yang lemah dan patut dikasihani salah

satu programnya adalah ‘Tali Kasih’ di Indosiar. Selain itu, menghasilkan

stereotip terhadap kelompok difabel yang hanya dijadikan sebagai objek

lelucon dan kekonyolan seperti karakter Aziz Gagap di Opera Van Java.

Selain tayangan pada televisi, marjinalisasi melalui media massa

terhadap kelompok difabel dalam pemberitaan yang menggunakan struktur

bahasa yang memojokkan cenderung memberikan persepsi buruk tentang

disabilitas (Thohari 2012 dan Masduqi 2010). Adapun penelitian dahulu

melakukan pengamatan terhadap beberapa surat kabar dan media online

yang menunjukkan bahwa struktur bahasa yang digunakan dalam teks berita

cenderung memberikan persepsi buruk dengan menyebut mereka dengan

sebutan ‘orang cacat’ ‘kelompok yang perlu dibantu dan dikasihani’ dan

lainnya.

Penggambaran tersebut tentu bertolak belakang dengan kondisi ideal

yang seharusnya diwujudkan oleh institusi media di Indonesia yang

Page 15: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

3

seharusnya melindungi kelompok difabel, sebagai kelompok minoritas di

Indonesia. Perlindungan terhadap kelompok minoritas dalam media di

Indonesia dijamin dalam Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program

Siaran (P3-SPS). Penggambaran media massa yang tidak sesuai dengan

keadaan yang sesungguhnya membuat penyandang disabilitas malu dan

kekosongan saluran aspirasi. Keresahan yang selalu dirasakan oleh kaum

disabilitas terhadap pemberitaan dan informasi yang tidak sesuai harapan

dalam kepentingan diseminasi pengetahuan tentang difabel.

Dalam representasi oleh media, ada seperangkat kriteria yang

menentukan menonjol tidaknya sebuah acara di kanal media. Beberapa

kanal memiliki kriteria tersendiri, tetapi secara garis besar tetap sama, yaitu

bahwa sebuah acara harus memiliki sejumlah aspek yang bisa membuatnya

“menarik”. Hal ini termasuk yang bersifat dramatis dan mengundang air

mata, kesedihan, dan kesenangan serta sekaligus menyajikan infomasi atau

edukasi dengan menghadirkan fakta-fakta yang unik untuk menarik

perhatian. Lebih disayangkan ketika isu-isu terkait kelompok ini menjadi

lebih menarik ketika dibuat menjadi “lelucon atau lawakan”, pendekatan

yang diambil dalam konten media ini lebih terarah pada sensasionalisme

dibanding nilai berita. jika menggali isu ini lebih dalam, maka ada empat

kelompok yang rentan di diskriminasi yaitu perempuan dan anak, isu agama,

difabel, dan komunitas LGBT (Nugroho dan Yanuar dkk 2012).

Kecenderungan media massa yang korporatis, memunculkan

kebutuhan yang memungkinkan bagi tiap individu memiliki kesempatan

yang sama untuk berpartisipasi dan mempresentasikan dirinya dalam media

yang disebut media komunitas. Adanya media komunitas untuk memenuhi

kebutuhan komunikasi dan informasi yang tidak terpenuhi oleh media

mainstream (Holey 2010). Media komunitas menjadi sarana untuk

Page 16: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

4

mengekspresikan suara dan harapan, aspirasi, dan frutasi, serta menjadi

medium eksistensi diri mereka. Seperti halnya media online komunitas

difabel newsdifabel.com yang memanfaatkan media online sebagai

pembentukkan identitas dan membangun kohesivitas yang akan

memperkuat identitas difabel dalam masyarakat.

Newsdifabel.com merupakan media online komunitas difabel yang

memiliki persamaan gagasan dan cita-cita yaitu, memberikan pemahaman

dan informasi kepada masyarakat luas mengenai isu difabel. Media online

newsdifabel.com dibentuk pada 11 Agustus 2018 oleh kawan-kawan difabel,

bersama praktisi hukum, dan pegiat jurnalis. Bersama sepakat untuk

membentuk media yang memiliki kekhasan, perspektif, dan menjadi

penyalur keresahan penyandang difabel. Mengangkat isu-isu yang

menyangkut kelompok difabel seperti hak-hak, pemberdayaan, integrasi

sosial, indepedensi, dan partisipasi difabel dalam bermasyarakat.

Media online Newsdifabel.com menjadi salah satu media alternatif

yang aktif dalam menyuarakan isu-isu difabel, untuk menyosialisasikan

berbagai kegiatan dan kemampuan kelompok difabel. Berdirinya portal

media difabel ini melibatkan kaum difabel dalam penyajian berita dengan

kemampuan yang berbeda-beda, mulai dari kemampuan untuk

berkomunikasi, bersosialisasi, fotografi, komputer, dan kemampuan

menggunakan teknologi informasi. Kegiatan jurnalistik ini dilakukan oleh

kelompok difabel dan non-difabel, agar mendapatkan kesetaraan sosial di

tengah-tengah masyarakat.

Dengan latar belakang tersebut, penulis berasumsi bahwa media ini

digunakan sebagai alat perjuangan bagi kaum difabel dalam mengatasi

stigma-stigma negatif dimasyarakat tentang kaum difabel dengan

merangkul, mengajak berdaya, menyosialisasikan berbagai aktivitas dan

Page 17: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

5

kemampuan difabel. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimanakah

media Newsdifabel.com mempresentasikan identitas difabel, dengan

menelaah isu atau teks berita secara mendalam dalam media online

Newsdifabel.com dan menempatkan kelompok disabilitas sebagai apa.

Karena masyarakat hanya menganggap kelompok difabel sebagai orang-

orang yang memiliki keterbatasan dan minim partisipasinya dalam

kehidupan bermasyarakat.

Untuk itu peneliti meneliti bagaimana identitas difabel

direpresentasikan oleh Newsdifabel.com, karena Newdifabel.com

merupakan media komunitas yang tentunya memberitakan tentang isu-isu

disabilitas kepada khalayak. Maka peneliti akan melakukan penelitian

mengenai: “Representasi Identitas Kelompok Difabel pada Media

Online Newsdifabel.com”.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini fokus terhadap satu pembahasan, penelitian ini

dibatasi dengan mengambil dua pemberitaan berjudul, “Kita Semua

Berpotensi Menjadi Disabilitas” edisi 09 September 2018 dan “Perlukah

Disabilitas Mengenyam Pendidikan Tinggi?” edisi 12 September 2018.

Kedua berita tersebut dipilih karena telah mewakilkan identitas yang

dibentuk oleh Newsdifabel.com.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana

representasi identitas kelompok difabel di media online?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Page 18: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

6

Dengan mengacu kepada permasalahan sebagaimana penulis

rumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menunjukkan pembingkaian media online terhadap identitas

kelompok difabel.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitian ini memiliki signifikan pada

pengembangan kajian ilmiah mengenai dua isu sosial yaitu, isu difabel

dan kajian media komunitas pada media online.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemaparan

tentang isu difabel yang jarang dimunculkan pada media mainstream.

Bagi pihak internal komunitas, penelitian ini untuk bahan evaluasi dari

praktik dan keberlangsungan kegiatan media komunitas. Sedangkan di

ranah eksternal komunitas, penelitian ini dapat berkontribusi bagi

kelompok minoritas atau organisasi non-pemerintah yang peduli

terhadap kelompok minoritas.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan pencarian di internet. Penulis

menemukan penelitian yang sama namun topik dan objek berbeda yang

menginspirasi dalam pengambilan penelitian ini diantaranya:

1. Konstruksi Realitas Sosial Pemberitaan Lesbian, Gay,

Biseksual dan Transgender (LGBT) Muslim di Media online,

(Studi Wacana Berita Komunitas suarakita.org). Skripsi karya

Meylisa Agustina, mahasiswi Jurnalistik, UIN Jakarta, lulusan

Page 19: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

7

tahun 2015. Skripsi ini meneliti tentang kolompok minoritas

LGBT menyuarakan identitasnya melalui portal media online, dan

ingin menggiring opini tertentu kepada pembaca.

2. Representasi Identitas diri Transgender pada Film Bulu Mata.

Skripsi karya Yuandita Lestari, mahasiswi Jurnalistik, UIN

Jakarta, lulusan tahun 2018. Skripsi ini meneliti tentang identitas

transgender yang direpresentasikan bahwa waria tetap memiliki

hak yang sama, disamping pro dan kontra masyarakat.

3. Framing Pemberitaan Dugaan Penistaan Agama oleh

Sukmawati Soekarnoputri (Analisis Komparasi pada Media

Online Republika.co.id dan Kompas.com). Skripsi karya

Hazhiyah Rif’at Fathaniyah, mahasiswi Jurnalistik UIN Jakarta,

lulusan tahun 2018. Skripsi ini meneliti tentang framing yang

ditunjukkan oleh kedua media mainstream dengan analisis framing

Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki.

4. Transgender dalam Bingkai Pemberitaan Waria Setara

Warga di Majalah National Geographic Indonesia. Skripsi

karya Sururoh Tullah Adedoin Uthman, mahasiswi Jurnalistik UIN

Jakarta, lulusan tahun 2019. Skripsi ini meneliti tentang bingkai

pemberitaan transgender di Majalah National Geographic dengan

menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas dengan analisis

framing Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki.

F. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma pada penelitian ini adalah paradigma konstruktivis.

Penulis ingin memahami pembingkaian yang dilakukan pada media

online Newsdifabel.com, terkait isu difabel. Paradigma konstruktivis

memandang bahwa realitas bukanlah suatu hal yang natural, melainkan

Page 20: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

8

hasil dari sebuah konstruksi (Eriyanto 2008, 43). Dalam penelitian

konstruktivis tidak ada realitas, karena peneliti hanya melihat

bagaimana suatu peristiwa dipahami dan dimaknai oleh media.

Menurut Eriyanto penulisan paradigma konstruktivis memiliki

beberapa karakteristik, diantaranya; memiliki tujuan untuk menentukan

realitas yang terjadi sebagai hasil interaksi antara penulis dengan objek

penelitian, penulis melibatkan dirinya dengan realitas yang diteliti,

makna yang dihasilkan dari suatu teks merupakan hasil dari negoisasi

antara teks dengan penulis, hasil penulisan merupakan hasil interaksi

antara penulis dan objek penulisan, subjektivitas penulis menjadi dasar

dari proses analisis, dan kualitas dilihat dari sejauh mana penulis

mampu menyerap dan mengerti bagaimana individu mengkonstruksi

realitas.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan salah satu pendekatan yang digunakan peneliti

dalam ilmu sosial, dengan penekanan objek penelitiannya terhadap

keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat di analisa dengan

metode statistik.

Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk mencari

makna terhadap sesuatu dengan menghimpun data, mengolah data, dan

menganalisa suatu data. Penelitian dengan metode ini dilakukan lebih

mendalam dalam penangkapan suatu makna dan masalah (Moleong

2005, 13). Penelitian kualitatif menggambarkan proses kegiatan yang

ada dilapangan dapat dilihat dari lingkungannya seperti bahasa tubuh,

Page 21: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

9

bahasa tutur, perilaku atau ungkapan-ungkapan yang berkembang

dalam dunia dan lingkungan responden.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan analisis framing Zhondang Pan

dan Gerald M. kosicki. Dalam pandangan Pan dan Kosicki perangkat

framing dibagi menjadi empat struktur besar, yakni struktur sintaksis

yang berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa.

Kemudian struktur skrip yang berhubungan dengan bagaimana

wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa kedalam bentuk

berita. struktur tematik, berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proporsi. Dan

yang terakhir ialah struktur retoris, yaitu bagaimana wartawan

menekankan arti tertentu kedalam berita (Eriyanto 2008, 294).

Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat

menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan dan

kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat

diamati dari tata cara penulisan berita mulai dari kalimat yang dipakai,

cara mengisahkan peristiwa, dan menekankan makna atas peristiwa.

Strategi wacana tersebut dilakukan untuk meyakinkan khalayak

pembaca bahwa berita yang ditulis adalah benar.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengambilan data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Teknik Wawancara

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

instrument wawancara. Wawancara dalam penelitian kualitatif

Page 22: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

10

dilakukan untuk memperoleh data secara mendalam terkait

masalah penelitian. Oleh karena itu peneliti telah melakukan

wawancara melalui telepon dengan Pemimpin Redaksi

Newsdifabel.com Popon Siti Latipah, Barra Annasir selaku editor,

dan Reporter Newdifabel.com Ravindra Abdi Prahaswara. Untuk

mendapatkan data yang lengkap dan akurat.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data-data yang

bersangkutan dengan penelitian, atau sumber-sumber dari bahan-

bahan kepustakaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang

dimaksud. Dokumen yang dilakukan peneliti adalah

mengumpulkan data-data melalui rekaman, telaah, membedah

buku-buku, website, dan literature-literatur pustaka yang berkaitan

dengan skripsi ini.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Untuk melakukan penelitian yang akurat, serta mendapat data

yang valid maka subjek dari penelitian ini adalah staf redaksi

Newsdifabel.com, sedangkan objek penelitiannya adalah teks

media.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif yang dikemukakan oleh Miles dan Hubberman

(Sugiyono 2007, 204) terdapat empat tahap yaitu: Pertama,

pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, observasi, dan

mengumpulan teks media. Kedua, reduksi data melakukan

penyederhanaan dengan menyusun sekumpulan informasi secara

sistematis dan mudah dipahami. Ketiga, penyajian data dilakukan

Page 23: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

11

untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan

kemumngkinan adanya penarikan kesimpulan dan tindakan. Keempat,

penarikan kesimpulan dengan membandingkan data yang telah disusun

dengan menarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalah yang

ada.

G. Pedoman Penulisan

Penulisan penelitian ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan

Karya Ilmiyah (Skripsi,Tesis, dan Disertasi)”. Buku tersebut ditulis oleh

Hamid Nasuhi, dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality

Denvelopment And Assurance).

Skripsi ini dibuat sistematis dengan dibagi menjadi Enam bab.

Hal ini berdasarkan acuan penulis pada Pedoman Akademik Program

Strata 1 yang diliris oleh Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2017. Adapun sistematika

penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I terdiri dari enam sub bab yang terdiri dari

Latar belakang Masalah, Batasan dan Rumusan

masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Tinjauan

Kajian Terdahulu, Metodologi penelitian, dan

Sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II peneliti menguraikan landasan teori yang

digunakan Framing Zhondang Pan dan Gerald Kosicki.

Dalam bab ini peneliti menjabarkan teori serta konsep

penelitian dan penjelasan mengenai difabel.

BAB III GAMBARAN UMUM

Page 24: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

12

Pada bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu, Sejarah

mengenai Newsdifabel.com, Struktur media, serta

Proses Produksi.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini akan diuraikan hasil analisa temuan di

lapangan berupa pembetukan pesan tentang isu difabel

pada media komunitas Newsdifabel.com.

BAB V PEMBAHASAN

Berisi interpretasi atau uraian dari penulis yang

mengaitkan latar belakang dan rumusan masalah

dengan data yang dimiliki.

BAB VI PENUTUP

Dalam bab ini peneliti akan memberikan saran dan

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Menguraikan sumber-sumber bacaan selama penelitian

ini baik melalui buku, majalah, jurnal, maupun internet.

Page 25: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media dan Konstruksi Realitas

1. Pengertian Media Massa

Pengertian media massa sangat luas. Media massa dapat diartikan

sebagai segala bentuk media atau sarana komunikasi untuk menyalurkan

dan mempublikasi berita kepada publik atau masyarakat. Bentuk media

atau sarana jurnalistik yang kini dikenal terdiri atas media cetak, media

elektronik, dan media online. Media massa dalam konteks jurnalistik pada

dasarnya harus dibatasi pada ketiga jenis media tersebut sehingga dapat

dibedakan dengan bentuk media komunikasi yang bersifat massal, tetapi

tidak memiliki kaitian dengan aktivitas jurnalistik.

Media massa bertambah anggota dengan kelahiran situs-situs berita

ruang cyber dalam katagori com, yaitu media online. Sejarah media massa

memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak menghilangkan

teknologi lama. Media online mungkin tidak akan bisa menggantikan

sepenuhnya bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya

menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan

mendapat konsumen berita (Santana 2005, 133-134)

Media online merupakan media massa yang penggunaan dan

pemanfaatannya menggunakan internet. Oleh sebab itu media online

menjadi sebuah media massa yang popular dan sangat khas. Ciri khas

media massa online terletak pada keharusan pengguna untuk memiliki atau

tersambung pada jaringan teknologi informasi menggunakan perangkat

seperti komputer maupun ponsel pintar (Indah Suryawati 2011, 40).

Page 26: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

14

Media online termasuk ke dalam media massa yang pertumbuhan dan

perkembangannya sangat spektakuler. Dilihat dengan bagaimana internet

yang meskipun tidak digunakan sepenuhnya untuk keperluan media

massa, namun media online sudah menjadi suatu alternatif banyak orang

untuk memperoleh informasi. Menurut Indah Suryawati (2011, 46)

terdapat keunggulan dari media online yaitu:

1) Up to Date, informasi pada media online senantiasa terbaru. Hal

ini karena media online dapat melakukan update suatu informasi

atau berita dari waktu ke waktu dengan cepat karena bentuk

penyajiannya yang lebih mudah dan sederhana dibandingkan jenis

media massa lainnya.

2) Real Time, media online dapat menyajikan informasi dan berita

saar peristiwa sedang berlangsung atau live. Sebagian besar

wartawan juga dapat langsung mengirimkan beritanya dari lokasi

kejadian.

3) Informasinya bersifat praktis, keunggulan yang lain dari media

online juga diungguli dalam hal ini. Media online dapat diakses

dimana saja dan kapan saja asalkan terhubung dalam jaringan

internet.

Media online secara khusus yaitu media dalam konteks komunikasi

massa yang mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas dan

periodisitas. Artinya setiap informasi yang disajikan dari media online

mempunyai waktu dalam hal pemberitaan, berbeda dengan media cetak

yang berita sekarang dapat disajikan untuk besok, sedangkan untuk online

hal seperti ini akan menjadi basi, jadi secepat mungkin sebuah kejadian

ditulis dan disampaikan kepada masyarakat (Romli dan Syamsul 2012,

34).

Page 27: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

15

Salah satu medium yang paling banyak digunakan sebagai saluran

untuk menyuarakan berbagai pesan mengenai diri ialah internet, audiance

dapat bertindak aktif sebagai produsen pesan. Internet menyediakan fitur

bagi suatu subjek untuk memproduksi dan mendistribusikan pesannya

sendiri (Kaplan 2010). Kemampuan internet memediasi pembentukkan

identitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui studi yang dilakukan Stern

(1999) mengenai berbagai isi personal homepage, menunjukkan adanya

hubungan antara isi, etestika, dan representasi diri yang sifatnya berupa

ekspresi identitas diri dalam berbagai situs personal homepage tersebut.

2. Konstruksi Media Terhadap Realitas

Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh

Peter L Berger dan Thomas Luckman dalam buku the social of

construction reality. Realitas menurut Berger tidak dibentuk secara ilmiah,

tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan di

konstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau plural.

Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas,

berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan, dan lingkungan sosial,

yang dimiliki masing-masing individu. (Eryanto 2000, 15).

Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara media memandang

realitas kehidupan politik tempat media itu berada. Sistem politik yang

diterapkan sebuah negara ikut menentukan mekanisme kerja media massa

negara itu mempengaruhi cara media massa tersebut mengkonstruksi

realitas. Menurut Hammad, karena sifat dan faktanya bahwa tugas

redaksional media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka

tidak berlebihan bahwa seluruh isi media adalah relitas yang telah

dikonstruksikan (Hammad 2001, 55).

Page 28: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

16

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksi:

1) Pendekatan konstruksi menekankan pada politik pemaknaan dan

proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas.

Makna bukanlah suatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan

dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang

ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.

2) Pendekatan konstruksi memandang kegiatan komunikasi sebagai

proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa

bagaimana pembentukan pesan dan isi komunikator dan dalam isi

penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu

ketika menerima pesan. (Eriyanto 2002, 40-41)

Pada dasarnya media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan

sumber berita, melainkan juga berperan dalam menyusun dan

mendefinisikan realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga

menjadi sebuah informasi yang bermanfaat kepada masyarakat. dan

melalui pemberitaan, media dapat membingkai peristiwa dengan

bingkaian tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaiamana khalayak

harus melihat dan memahami peristiwa dari perspektif tertentu dengan

bahasa sebagai perangkat atau alat dasar yang digunakan.

Media massa secara umum melakukan tiga hal dalam pembentukkan

opini publik. Pertama, menggunakan simbol-simbol untuk memunculkan

pengenalan. Kedua, melakukan strategi pengemasan pesan (framing).

Ketiga, melakukan fungsi agenda media untuk menentukan prioritas pesan

mana yang disampaikan kepada audiens media. Pelaksanaan tiga hal

tersebut bisa saja terpengaruhi oleh faktor internal, kebijakan redaksional

yang didasari keterpihakan pengelola media dalam menaik-turunkan tokoh

atau bahkan kelompok. Kemudian pengaruh dari faktor eksternal seperti

Page 29: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

17

pasa audiens, sistem hukum negara, maupun kekuatan publik lainnya

(Ibnu Hammad 2004, 2-3).

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia

merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah

alat konseptualisasi dan alat narasi. Dalam konteks media massa,

keberadaan bahasa ini tidak lagi sebagai alat semata untuk

menggambarkan sebuah realitas melainkan bisa menentukan gambaran

(makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang akan muncul

dibenak khalayak. Pilihan kata dan cara penyajian suatu relaitas ikut

menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya.

Pemberitaan di dalam media massa tidak selalu bersifat objektif, karena

setiap media memiliki kebijakan tertentu dalam penyampaian isi

beritanya.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh media produk medianya dibangun

dan dibentuk untuk suatu tujuan tertentu. Terdapat motif dibalik setiap

pesan yang ditampilkan dalam produk medianya, baik berupa berita,

headline, liputan khusus, dan sebagainya. Motif ini berupa milai-nilai yang

ingin ditanamkan media dalam benak permisa dan pembacanya.

Tamburuka (2012, 85) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia

memiliki pengharapan dan kemampuan menyerap pesan secara kognisi.

Perubahan kognitif dalam pikiran individu dapat memengaruhi pula

perubahan sikap dan perilaku kita dalam memandang dan memahami

dunia. Selain itu, media tidak hanya berperan sebagai sarana informasi

yang menyampaikan berita secara aktual (baru) dan faktual (apa adanya)

tetapi lebih dari itu, mereka mencoba membangun suatu nilai dalam

pikiran dan benak kita sebagai permisa dan pembacanya.

Page 30: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

18

Bungin (2011) menjelaskan bahwa konten konstruksi sosial media

massa dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas

redaksi media massa, tugas itu di distribusikan pada desk editor

yang ada disetiap media massa. Ada tiga hal penting dalam

mempersiapkan materi konstuksi sosial yaitu keberpihakan media

massa terhadap kapitalisme, keberpihakan semu kepada

masyarakat, dan keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahan Sebaran Konstruksi

Prinsip dasarnya dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah

semua informasi harus sampai pada pembaca secapatnya

berdasarkan agenda media. Apa yang menjadi penting oleh media,

menjadi penting pula bagi pembaca

3. Tahap Pembentukkan Konstruksi Realitas

Setelah pemberitaan sampai kepada pembacanya, terjadi

konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung

secara generic. Pertama, konstruksi realitas pembenaran. Kedua,

kesediaan dikonstruksi oleh media massa. Ketiga, sebagai pilihan

konsumtif

4. Tahap konfirmasi

Konfirmasi adalah tahap ketika media massa maupun permisa

memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk

terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media tahapan

ini perlu untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasannya

konstruksi sosial. Sedangkan bagi pembaca, tahapan ini untuk

menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses

konstruksi sosial.

Page 31: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

19

B. Analisis Framing

1. Pengertian Umum Framing

Konsep framing sering digunakan untuk menggambarkan proses

seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas media. Framing dapat

dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang

khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari isu yang

lain (Nugroho 1999, 20).

Gagasan tetang framing pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun

1995 (Sobur 2002, 161) mulanya frame dimaknai sebagai sumber struktur

konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan

politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan katagori-katagori

standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan

oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-

kepingan perilaku (strips of behavior) dengan membimbing individu

dalam membaca realitas.

Ada beberapa definisi framing menurut para ahli, salah satunya Pan

dan Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi konstruksi dan

memproses berita. perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode

infomasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan

konversi pembentukan berita (Eriyanto 2002, 68).

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu

dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi

realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang

lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih

mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol

oleh media. Seperti yang dikatakan Frank D. Durham (1998, 101) framing

Page 32: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

20

membuat dunia lebih diketahui dan lebih dimengerti. Realitas yang

kompleks dipahami dan disederhanakan dalam katagori tertentu. Bagi

khalayak, penyajian realitas yang demikian, membuat realitas menjadi

lebih bermakna dan dimengerti.

Menurut Eriyanto (2008, 69-70), ada dua aspek dalam framing.

Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan

pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif.

Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang

dipilih (included) dan apa yang dibuang (exluded). Hal ini menjadi penting

untuk penekanan aspek tertentu dilakukan dengan memilih angel berita,

atau memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain. Akibatnya,

pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara

satu dengan media lain.

Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana

fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan

dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto

dan gambar apa, dan sebagainya. Fakta yang terpilih akan ditekankan

mencolok dengan menempatkannya di headline depan, atau bagian

belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan

memperkuat penonjolan. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan lebih

mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibanding dengan aspek

lain.

Framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan),

melainkan juga berhubungan dengan proses produksi berita, kerangka

kerja, dan rutinitas organisasi media. Semua ideologi framing bukan

semata-mata disebabkan oleh struktur skema watawan saja, secara

langsung atau tidak lansung institusi media juga mempengaruhi

Page 33: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

21

pemaknaan peristiwa. Wartawan hidup dalam institusi media dengan

seperangkat aturan, pola kerja, dan aktivitas masing-masing.

2. Analisis Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki

Pan dan Kosicki menyatakan bahwa terdapat dua konsepsi dari

framing yang saling berkaitan (Eriyanto 2002, 252). Pertama, dalam

konsepsi psikologi yaitu bagaimana seseorang memproses informasi

dalam dirinya serta bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi

dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Kedua, konsepsi sosiologis yaitu

bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan, dan

menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas

diluar dirinya.

Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi menjadi empat

struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan

bagaimana wartawan menyusun peristiwa dalam bentuk susunan umum

berita. hal tersebut dapat diamati dari bagian berita seperti lead, latar,

headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya. Kedua, struktur skrip.

Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau

menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita.

Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana

wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam proposisi,

kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara

keseluruhan. Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan

bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur

ini melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan

gambar yang dipakai. Bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga

menekankan arti tertentu kepada pembaca (Eriyanto 2002, 255-256).

Page 34: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

22

Keempat struktur tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Skema Framing Modal Pan dan Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Skema Berita Headline, lead, latar

informasi, kutipan sumber,

pernyataan, dan penutup

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan

Berita

5W+1H

TEMATIK

Cara wartawan

menulis fakta

3. Detail

4. Koheresi

5. Bentuk Kalimat

6. Kata Ganti

Paragraf, proposisi, kalimat,

hubungan antar kalimat

RETORIS

Cara wartawan

menekankan fakta

7. Leksikon

8. Grafis

9. Metafora

Kata, idiom, gambar/foto, dan

grafik.

a. Sintaksis

Pengertian sintaksis secara umum adalah susunan kata atau frase

dalam kalimat. Sistaksis berhubungan dengan bagaiamana wartawan

menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas

peristiwa ke dalam bentuk susunan umum baru (Eriyanto 2011, 294). Unit

yang menjadi perhatian utama struktur ini terdapat pada headline, lead,

latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, dan penutup.

Page 35: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

23

1. Headline merupakan judul pada berita. Headline biasanya menjadi

salah satu penunjang yang kuat dalam berita jika kita ingin meneliti

apakah ada unsur yang kuat pada sebuah berita. Headline memiliki

tingkat kemenonjolan tinggi yang menunjukkan kecenderungan

berita, sehingga pembaca akan lebih mengingat headline

dibandingkan bagian berita. Headline memiliki fungsi untuk

mempengaruhi pembaca dalam memandang isu dan peristiwa yang

telah dirancang sedemikian rupa oleh media.

2. Lead dalam dunia jurnalistik disebut dengan teras berita. Lead

merupakan paragraph pertama yang memuat fakta atau informasi

dari keseluruhan uraian berita. Bagian ini menampilkan peristiwa

dari sudut pandang dan prespektif tertentu dalam bentuk berita.

3. Latar dapat mempengaruhi makna yang ingin disampaikan oleh

wartawan. Latar yang dipilih oleh wartawan akan menentukan

kemana padangan khalayak akan dibawa.

4. Kutipan menjadi sumber berita, bagian ini difungsikan untuk

membangun objektivitas dan prinsip keseimbangan agar tidak

memihak. Bagian ini dijadikan bukti bahwa apa yang ditulis bukan

hanya pendapat wartawan, melainkan pendapat yang disampaikan

dari orang yang memiliki otoritas tertentu.

5. Penutup merupakan bagian akhir dari penulisan struktur berita.

Penutup menjadi penguat berita yang disusun dengan cermat dan

berhubungan dengan keseluruhan laporan. Bagian penutup

menjadi satu kesatuan antara lead dan body dalam teks berita.

b. Skrip

Skrip merupakan salah satu strategi wartawan dalam mengemas berita.

Bagaimana sebuah peristiwa dipahami dengan cara menyusun bagian

Page 36: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

24

tertentu. Dalam struktur framing skrip, laporan berita sering disusun dalam

bentuk cerita. Hal ini Karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang

berusaha menunjukkan hubungan dan peristiwa yang ditulis merupakan

kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya

berorientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan

pembaca. Bentuk umum dari skrip adalah pola 5W+1H, who, what, when,

where, why, dan how (Eriyanto 2002, 299).

c. Tematik

Struktur tematik erat kaitannya dengan cara wartawan

mengungkapkan perspektifnya atau cara wartawan menulis pandangan

atas peristiwa kedalam proporsi, kalimat, atau hubungan antar kalimat

yang membentuk teks secara keseluruhan. Perangkat framing yang

digunakan untuk meneliti adalah detail dan koherensi.

Detail berhubungan dengan cara penyampaikan wartawan dalam

menulis berita dengan informasi secara lengkap, tentu saja dengan

informasi yang dapat menguntungkan mereka. Kemudian koherensi

adalah gabungan dari dua kalimat untuk menghubungkan suatu fakta yang

berbeda. Dalam pembentukkan struktur ini akan melihat bagaimana

pemahaman itu diwujudkan kedalam bentuk yang lebih mengerucut.

d. Retoris

Retoris menggambarkan pilihan kata untuk menekankan arti yang

ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat

retoris untuk membuat citra dan meningkatkan kemenonjolan pada sisi

tertentu untuk menunjukkan bahwa apa yang disampaikan merupakan

suatu kebenaran (Ariyanto 2002, 304).

Page 37: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

25

Terdapat beberapa elemen dari struktur retoris yang digunakan oleh

wartawan, yaitu leksikon, grafis, dan metafora. Leksikon merupakan

pemilihan dan pemakaian kata untuk menggambarkan peristiwa.

Pemilihan kata yang dipakai tidak semata-mata karena kebetulan, tetapi

juga dipilih secara ideologis dalam menunjukkan bagaimana pemaknaan

seseorang terhadap fakta dan realitas. Selain dengan kata, penekanan

pesan dalam berita dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis.

Grafis biasannya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat berbeda dari

yang lainnya.

C. Teori Representasi

Representasi didefinisikan Marcel sebagai penggunaan sebuah tanda

(gambar, bunyi, dan lain-lain) untuk menghubungkan atau mereproduksi

sesuatu melalui panca indra, perasaan sehingga memunculkan makna

dalam bentuk fisik tertentu. Stuart Hall berpendapat representasi

merupakan hubungan suatu makna berasal dari bahasa dan budaya. Makna

yang diproduksi akan berhasil jika dipertukarkan antar anggota

masyarakat dengan budaya yang sama (Hall 2003, 17).

Representasi berbeda dengan refleksi. Perbedaannya terletak pada

perbedaan pandangan dala melihat realitas yang ditampilkan media

(realitas kedua) dengan realitas yang sebenarnya (realitas pertama).

Representasi merupakan sebuah proses menyeleksi, menyajikan,

menstrukturkan, dan menajamkan. Bukan hanya menyampaikan makna

yang sudah ada, namun sarana dalam membuat sesuatu yang bermakna.

Media sendiri memiliki potensi untuk menandakan sesuatu dengan

berbagai cara, bergantung pada pola-pola apa yang kemudian

direpresentasikan. Media juga digunkan sebagai tempat dimana ide-ide

Page 38: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

26

berputar sebagai kebenaran, kemudian sebagai alat yang efektif untuk

memarginalkan dan menghapuskan kebenaran yang sesungguhnya.

Dengan kata lain media dapat dianggap sebagai alat kamuflase. Sedangkan

isi media akan menghasilkan ketidaksetaraan sosial yang sudah ada dalam

masyarakat seperti ras, kelas sosial, gender, dan orientasi sosial.

Representasi juga merupakan konsep yang menghubungkan antara

makna, bahasa, dan budaya. Representasi juga dapat berarti menggunakan

bahasa untuk mengatakan sesuatu yang penuh arti atau menggambarkan

dunia yang penuh arti kepada orang lain. Bahasa merupakan sebuah sistem

dari representasi yang diperlukan dalam proses pengkonstruksian makna.

Penyebaran makna melalui bahasa dapat membuat kita menghubungkan

konsep dan ide dalam bentuk kata dan tulisan tertentu, citra, serta bentuk

visual.

Struart Hall juga berpendapat bahwa ada beberapa prinsip representasi

sebagai sebuah proses produksi makna melalui bahasa, yaitu:

1. Representasi untuk mengartikan sesuatu, maksudnya adalah

representasi menjelaskan dan menggambarkan dalam pikiran

dengan sebuah gambaran imajinasi untuk menempatkan

persamaan sebelumnya dalam pikiran atau perasaan kita.

2. Representasi digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau

mengkonstruksi makna dari sebuah simbol.

Hall memetakan penjelasan produksi makna menjadi tiga teori

representasi (Gita 2011). Pertama pendekatan reflektif yang

mengfungsikan bahasa sebagai cermin, artinya sebuah makna tergantung

pada sebuah objek, manusia, ide, atau peristiwa di dalam dunia nyata.

Bahasa yang diibaratkan sebagai cermin memiliki makna pantulan arti

sebenarnya yang ada di dunia. Namun tanda yang ditampilkan memiliki

Page 39: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

27

hubungan bentuk dari objek yang direpresentasikan. Kedua, pendekatan

intensional yang menggunakan bahasa sebagai komunikasi sesuai dengan

cara pandang terhadap sesuatu. Artinya, cara pendekatan ini berlawanan

dengan sebelumnya. Pendekatan ini siapapun yang mengungkapkan

pengertiannya ke dalam dunia melalui bahasa.

Ketiga, pendekatan konstruksi. Jika pendekatan reflektif

mengfungsikan bahasa sebagai cermin, maka dalam pendekatan ini makna

dikontruksi lewat bahasa yang digunakan. Pendekatan ketiga ini bertujuan

untuk megenali publik, karakter sosial, dan bahasa. Konsep dalam pikiran

dan tanda (bahasa) menjadi bagian penting yang digunakan dalam proses

kontruksi atau produksi makna. Dari ketiga pendekatan tersebut dapat

diartikan bahwa bahasa yang digunakan merupakan cerminan dari sebuah

makna atas apa yang ingin dibangun.

Penelitian ini menggunakan pendekatan konstruksi untuk mengetahui

konsep yang ada pada setiap berita yang ditulis oleh wartawan dan

hubungannya dengan isu difabel dan direpresentasikan melalui media

online. Representasi yang merajuk kepada bagaimana seseorang,

sekelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam sebuah

pemberitaan. Penelitian ini fokus terhadap bagaimana kelompok difabel

yang juga sebuah kelompok sosial itu ditampilkan. Bagi peneliti media

massa merupakan salah satu sarana representasi dan komunikasi di dalam

masyarakat, sehingga media massa tidak hanya sebagai alat penyampaian

pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat

komunikasi (Cangara 2014).

D. Kelompok Disabilitas

1. Identitas Kelompok

Page 40: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

28

Identitas merupakan sebuah cara seseorang untuk mendeskripsikan

tentang dirinya pertama kali ia akan menjabarkan suatu karakter mengenai

siapa dirinya. Hal ini sebuah keyakinan dan perasaan yang dimiliki setiap

orang mengenai siapa dirinya yang dinamakan dengan konsep diri. Konsep

diri digambarkan seseorang yang mengenal dirinya sendiri dari gabungan

antara fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi yang

mereka capai.

Sedangkan kelompok adalah dua atau lebih individu dalam interaksi

tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok,

masing-masing menyadari orang lain merupakan anggota group tersebut,

dan masing-masing meyadari saling ketergantungan positif mereka karena

berusaha untuk mencapai tujuan bersama (Johnson and Jhonson 1987, 8).

Menurut Tajfel (Hogg and Abram 1998), social identity (identitas

sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari

pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial

bersamaan dengan signifikasi nilai dan emosional dari keanggotaan

tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli, dan

juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.

Teori identitas sosial dimaksudkan untuk melihat psikologi hubungan

sosial antar kelompok, proses kelompok, dan sosial diri (Hogg 2000).

Teori ini menangani seluruh respon yang dicoba dilakukan oleh anggota

kelompok untuk menaikkan posisi mereka dan posisi kelompoknya.

Dalam teori identitas sosial, secara umum membahas tentang perilaku

individu yang merefleksikan unit-unit sosial secara lebih besar seperti

kelompok sosial, organisasi, kebudayaan, dan kelompok sosial yang

menjadi rujukan bagi setiap perilaku individu tersebut.

Page 41: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

29

Tajfel (Ellemers 1999) mengembangkan identitas sosial menjadi tiga

komponen yaitu:

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan kesadaran kognitif akan

keanggotaannya dalam kelompok, yaitu individu mengkategorikan

dirinya dengan kelompok tertentu yang akan menentukan

kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan

keanggotaan kelompoknya. Sebelum seorang individu memperoleh

identitas sosialnya ia melakukan apa yang disebut kategorisasi diri

terlebih dahulu. Kategorisasi diri terjadi ketika seseorang

menempatkan dirinya sebagai objek yang bisa dikategorisasikan,

diklasifikasikan, dan diberi nama dengan cara tertentu dengan

katagori yang ada dalam lingkungan sosialnya (Stets dan Burke

2000, 225).

Dengan kata lain, katagorisasi diri terjadi ketika seorang

individu mengklasifikasikan dan membedakan kelompok yang ia

miliki dengan kelompok lainnya. Pada tahap ini, individu telah

menyadari peranannya sebagai anggota kelompok tertentu dan

bagaiamana kelompok tersebut berperan dalam pembentukan

identitas sosialnya dalam masyarakat.

2. Komponen Evaluatif

Komponen Evaluatif merupakan nilai positif atau negatif yang

dimiliki individu terhadap anggotanya dalam kelompok. Selain itu,

Ashmore (2004) menambahkan bahwa komponen evaluative ini

juga terbentuk dari penilaian anggota terhadap pandangan orang

luar komunitas tentang keberadaan komunitasnya tersebut atau

disebut evaluative from other.

Page 42: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

30

3. Komponen Emosional

Komponen emosional merupakan perasaan terlibat secara

emosional terhadap kelompok, komponen ini menekankan pada

seberapa besar perasaan emosional individu terhadap

kelompoknya. Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam

kelompok yang dievaluasi secara positif karena kelompok lebih

berkontribusi terhadap identitas sosial yang positif. Hal ini

menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota kelompok

sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang

kuat terhadap kelompoknya, walaupun kelompoknya diberikan

karakteristik negatif.

Identitas sosial diasumsikan oleh Tajfel (1978 dalam Gudykunst 1997,

88) sebagai keseluruhan bagian dari konsep diri masing-masing individu

yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan mereka

terhadap suatu kelompok sosial bersamaan dengan nilai dan signifikansi

emosional terhadap keanggotaan tersebut. Sedangkan menurut Barker

(2004, 220) identitas sosial adalah ekspektasi dan opini orang lain terhadap

diri kita. Identitas sosial yang dimiliki seseorang akan selalu dipengaruhi

oleh identitas diri seseorang dan pengaruh lingkungan sosial tempat ia

mengaitkan diri sebagai kelompok.

Di dalam kelompok sosial juga dikenal dengan adanya kelompok

mayoritas dan minoritas. Schaefer (1979) mengidentifikasi lima

karakteristik keanggotaan kelompok minoritas:

1. Anggotanya diperlakukan berbeda oleh kelompok mayoritas karena

dianggap sebagai ancaman

Page 43: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

31

2. Anggotanya memiliki bentuk fisik dan budaya yang berbeda dari

mayoritas

3. Keanggotaannya cenderung terbentuk secara paksa karena adanya

tekanan

4. Anggota kelompok minoritas cenderung berinteraksi dan menikah

dengan sesama anggota

5. Anggota kelompok minoritas sadar dengan status subkordinat dan

ini menyebabkan solidaritas kelompoknya menjadi kuat.

2. Difabel

Di Dikutip dari www.newsdifabel.com bahwa dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia yang terakhir, yaitu KBBI V 0.2.1 Beta (21) yang dibuat

oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2016, kata di.fa.bel/difabêl/

memiliki arti penyandang cacat. Sebenarnya kata difabel adalah serapan

dari different ability yang berarti perbedaan pengunaan, memiliki makna

perbedaan cara penggunaan anggota tubuh. Different ability kemudian

dipendekkan menjadi difable dan dalam perkembangannya menjadi

difabel.

Biasanya seseorang yang menyandang atau memiliki keterbatasan

disebut dengan disabilitas atau difabel, dua kata ini memiliki arti dan

makna yang berbeda. Disabilitas merupakan kata dari bahasa Inggris

disability yang artinya cacat atau ketidakmampuan. Disabilitas adalah

istilah yang meliputi gangguan keterbatasan aktivitas, dan pembatasan

partisipasi. Maksud dari kata ganguan adalah adanya sebuah masalah pada

fungsi tubuh atau strukturnya, sehingga adanya kesulitan individu dalam

menjalankan kegiatan sehari-hari.

Page 44: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

32

Sedangkan difabel merupakan kependekan dari different ability

(perbedaan kemampuan) kata baru yang digagas untuk memperhalus kata-

kata atau sebutan bagi seluruh penyandang cacat yang kemudian mulai

ditetapkan pada masyarakat luas pada tahun 1999 untuk menggunakan

kata ini sebagai pengganti dari kata cacat.

Menurut WHO (1980) ada tiga definisi berkaitan dengan kecacatan,

yaitu impairment, disabitiliy, dan handcap. Impairment adalah kehilangan

atau abnormalitas struktur atau fungsi psikologis, fisiologis atau anatomis.

Disability adalah suatu keterbatasan atau kehilangan kemampuan (sebagai

akibat impairment) untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara atau

dalam batas-batas yang dipandang normal bagi seorang manusia. Handcap

adalah suatu kerugian bagi individu tertentu, sebagai akibat dari suatu

impairment atau disability, yang membatasi atau menghambat

terlaksananya suatu peran yang normal (Sholeh 2014).

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan

Hak-Hak Penyandang Disabilitas, yaitu orang-orang yang memiliki

keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu

lama. Berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakat dapat

menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan

efektif berdasarkan kebersamaan hak.

Kebijakan terbaru berkaitan dengan difabel khususnya di provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun

2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang

Disabilitas. Perda ini mencakup tentang penerapan pendidikan inklusi,

pekerjaan kepada difabel (adanya penghargaan kepada perusahaan yang

memberikan pekerjaan kepada difabel), kebijakan jaminan pembiayaan

Page 45: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

33

kesehatan daerah kepada difabel serta beberapa kebijakan layanan yang

sudah berpihak pada difabel.

Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Disabilitas

telah dijelaskan bahwa “hak keadilan dan perlindungan hukum untuk

disabilitas meliputi hak: atas perlakuan yang sama dihadapan hukum,

diakui sebagai subjek hukum, memiliki dan mewarisi harta bergerak atau

tidak bergerak, mengendalikan masalah keuangan atau menunjuk orang

untuk mewakili kepentingannya dalam urusan keuangan, memperoleh

akses terhadap pelayanan jasa perbankan dan non perbankan, memperoleh

aksesbilitas dalam pelayanan peradilan atas segala perlindungan dari

tekanan, kekerasan, penganiayaan, diskriminasi, dan atau perampasan hak

milik, memilih dan menunjuk orang mewakili segala kepentingan dalam

hal keperdataan di dalam dan luar pengadilan, dilindungi hak kekayaan

intelektualnya”.

Setidaknya ada empat azas yang dapat menjamin kemudahan atau

aksebilitas tersebut yang mutlak mestinya harus dipenuhi oleh pemerintah

(Rahayu dkk 2013, 111) yakni:

1. Azas kemudahan, artinya setiap orang dapat mencapai semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

2. Azas kegunaan, artinya semua orang dapat mempergunakan semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

3. Azas keselamatan, artinya setiap bangunan dalam suatu lingkungan

terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang

termasuk disabilitas.

Page 46: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

34

4. Azas kemandirian, artinya setiap orang harus bisa mencapai dan

masuk untuk mempergunakan semua tempat atau bangunan dalam

suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus atau

disabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa penyandang difabel memiliki

definisi masing-masing yang mana semuanya memerlukan bantuan untuk

tumbuh dan berkembang secara baik.

Berikut jenis-jenis penyandang disabilitas menurut undang-undang

nomor 4 tahun 1997:

1. Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari:

a. Mental Tinggi. Seiring dikenal dengan memiliki bakat

intelektual diatas rata-rata, dan ia juga memiliki kreativitas dan

tanggungjawab terhadap tugasnya.

b. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas

intelektual atau IQ (Intelligence Quotient) dibawah rata-rata

yang dibagi menjadi dua kelompok. Petama, anak lamban

belajar yang memiliki IQ antara 70-90. Kedua, yang memiliki

IQ dibawah 70 dikenal dengan anak yang berkebutuhan

khusus.

c. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan

dengan prestasi belajar yang diperoleh.

2. Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu:

a. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa adalah individu

yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan

neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan,

sakit, atau akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio

dan lumpuh.

Page 47: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

35

b. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah

individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.

Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu:

buta total (blind) dan low vision.

c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah

individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik

permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan

dalam pendengaran, tunarungu juga memiliki hambatan

berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.

d. Kelainan Bicara (Tunawicara), adalah seorang yang

mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui

bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti

oleh orang lain. Kelainan ini dapat bersifat fungsional dimana

kemungkinan disebabkan karena ketunarunguan, dan organik

yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaa organ

bicara maupun adanya gangguan pada organ motorik yang

berkaitan dengan bicara.

3. Tunaganda (disabilitas ganda). Penderita cacat lebih dari satu

kecacatan (yaitu cacat fisik dan mental) merupakan mereka yang

menyandang lebih dari satu jenis keluarbiasaan, misalnya

penyandang tunanetra dan tuna rungu, penyandang tuna daksa yang

disertai dengan tuna grahita.

E. Media Komunitas

Berbagai kajian mengenai media komunitas selama ini lebih banyak

merujuk tentang suatu kelompok masyarakat dalam suatu wilayah yang

sama dan komunitas tersebut menjadi suatu kelompok marjinal atau

minorritas karena terpencil dan secara geografis atau jauh dari akses media

Page 48: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

36

(Howley 2010). Akan tetapi kelompok minoritas yang dapat diakomodasi

oleh gagasan media komunitas sebenarnya merajuk pada pemahaman akan

konsep komunitas dalam konteks yang lebih subtansial dan tidak hanya

berlandaskan geografis.

Konsep komunitas pada awalnya menekankan pada kelompok

masyarakat di suatu wilayah yang sama (George Hillary 1955 dalam

Kahne et.al, 1996). Namun, sejalan dengan perkembangan yang ada

elemen wilayah atau geografis menjadi bukan hal yang penting lagi. Hal

ini dinyatakan pada konsep komunitas yang diajukan Wellman dan Gulia

(1999, 93) bahwa komunitas sebagai jejaring sosial dapat eksis diantara

individu yang tidak tinggal dalam satu lingkungan.

Menurut Cohen (1985), keberadaan sebuah komunitas dapat

diidentifikasi dari adanya: (1) sekumpulan individu; (2) sistem nilai yang

diakui dan dianut bersama; (3) simbol bdaya yang memiliki dan dipahami

bersama dan membentuk sanse of identity; (4) batasan yang membuat

anggotanya merasa bahwa dia adalah anggota kelompok.

Berkembangnya teknologi media telah membentuk term baru dalam

komunitas yang disebut sebagai online community atau komunitas online.

Preece (Al-Saggaf 2004, 3) merumuskan bahwa online community ialah

sekelompok orang yang berinteraksi secara sosial karena adanya

kebutuhan untuk memainkan peran sosial tertentu dan memiliki kesamaan

tujuan atau kepentingan berdasarkan aturan yang disepakati sebagai

pedoman interaksi, dan memakai internet sebagai media interaksi yang

memfasilitasi rasa kebersamaan.

Merajuk pada Enda Nasution (2012), hal ini dapat memanfaatkan

platform atau bagaimana struktur sebuah media place akan mempengaruhi

dan bagaimana sebuah komunitas terbentuk dan melakukan kolektifnya.

Page 49: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

37

Medium tradisiomal seperti televisi, radio, dan surat kabar cenderung

membatasi jangkauan special-geografis bagi komunitas non-komersial.

Pada akhirmya komunitas membuat media komunitas yang berbasis online

tanpa terhalang batasan ruang dan waktu.

Media komunitas juga disebut sebagai alternative media karena

orientasi pembentukkannya ialah menyediakan ruang dan kesempatan

bagi kelompok-kelompok marginal untuk membentuk pesan mereka

sendiri, mengekspresikan pesan tersebut dalam suara mereka sendiri,

dengan menggunakan bahasa dan simbol budaya mereka sendiri

(Rodriguez 2001).

Jack Snyder (2003) melihat peran positif yang dapat dimainkan media

komunitas, seperti medidik, pengindentifikasi, penyedia dorum, dan

penguat sosiokultural bagi komunitas. Peran utama ini bersinergi dengan

prinsip-prinsip good governance seperti partisipasi, transparansi, dan

akuntabilitas di tingkat komunitas.

Media komunitas tercipta dari kesadaran insan media akan gentingnya

kondisi media mainstream, yanag hanya dijadikan sebagai salah satu alat

pelegalan penindasan terhadap masyarakat. banyak definisi mengenai

media komunitas. Ada yang mengatakan bahwa media komunitas

merupakan saluran untuk menyuarakan hal-hal dan fakta, yang tidak

tertampung pada media mainstream. Namun ada juga yang berpendapat

bahwa media komunitas, wadah untuk masyarakat menginformasikan

fakta-fakta yang kemudian disebarkan kepada khalayak. Agar tercipta

sebuah kesadaran pentingnya bangkit dari penindasan penguasa.

Kajian media komunitas merupakan kesadaran untuk mengeksplorasi

bagaimana sekelompok orang berorganisasi dirinya untuk mengkreasikan

suatu teks, praktik, atau institusi media dalam rangka memenuhi

Page 50: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

38

kebutuhan dan kepentingan kelompok itu sendiri yang tidak tepenuhi oleh

media besar. Barrigan menjelaskan bahwa media komuitas dapat

didefinisikan sebagai media yang diadaptasikan bagi kepentingan suatu

komunitas untuk tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh komunitas

tersebut. Media komunitas memungkinkan anggota komunitas memiliki

akses informasi, edukasi, hiburan, tanpa harus menemui keterbatasan

konten yang dikuasi oleh pemiliki seperti media komersial.

Peran media komunitas dpat mendukung partisipasi kelompok

minoritas, karena salah satu ciri khas media komunitas adalah strukturnya

yang demokratis. Struktur demokratis media terwujud karena tatanan

organisasional dalam media komunitas tudak bersifat hirarkis. Karena

karakteristiknya ini, media komunitas disebut juga citizen media. Media

komunitas disebut juga dengan alternative media karena orientasi

pembentukkannya menyediakan ruang dan kesempatan bagi kelompok-

kelompok marjinal untuk membentuk pesan mereka sendiri, dengan

menggunakan simbol budaya milik mereka sendiri, untuk

mempertahankan identitas budaya sebuah komunitas dan merubah

stereotip yang seringkali dikenakan pada kelompok ini.

Page 51: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

39

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Media Newsdifabel.com

Gambar 3.1

Logo Newsdifabel.com

Maraknya pemberitaan berbagai kejadian di era keterbukaan sudah

bukan lagi hal yang luar biasa, semua peristiwa akan mudah dan cepat

disaksikan secara online. Namun ada beberapa hal yang menjadi keresahan

bagi sebagian kelompok minoritas, khususnya kaum difabel. Pemberitaan

yang diberitakan oleh media-media mainstream, tidak sesuai harapan dalam

kepentingan diseminasi pengetahuan tentang difabel. Maka pada 11 agustus

2018, kawan-kawan difabel bersama praktisi hukum dan pegiat jurnalis

membentuk media online yaitu Newsdifabel.com.

Newsdifabel.com terlahir atas upaya kawan-kawan difabel yang

memiliki persamaan gagasan dan cita yaitu, memberikan pemahaman dan

informasi kepada masyakarat luas mengenai isu difabel. Meskipun tiap

individu difabel memiliki kemampuan yang berbeda-beda mulai dari

kemampuan untuk berkomunikasi, bersosialisasi, fotografi, komputer, dan

kemampuan menggunakan teknologi informasi. Maka atas dasar kesamaan

visi, tergegaslah suatu media dengan melibatkan disabilitas netra, rungu,

wicara, daksa, serta kawan-kawan non difabel yang memiliki kemampuan

jurnalistik bahu-membahu membangun Newsdifabel.com.

Page 52: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

40

Seperti yang tertulis pada situs web Newsdifabel.com, bahwa media ini

berkomitmen membentuk kekhasan, perspektif, dan menjadi saluran

keresahan bagi kaum difabel. Persoalan yang sering kali terjadi kaum difabel

adalah rasa malu, dan kekosongan saluran inspirasi. Dibentuknya

Newsdifabel.com tentu dapat mengatasi persoalan tersebut dengan merangkul,

mengajak berdaya, mensosialisasikan berbagai aktivitas, dan kemampuan

kawan-kawan difabel. Hal ini bertujuan agar keberadaan kaum difabel dapat

diakui sebagai manusia yang memiliki kesamaan hak dan kewajiban di tengah-

tengah masyarakat, sebagai makhluk sosial tanpa adanya diskriminasi.

Konsep Newsdifabel.com adalah kerja bersama, setara, egaliter, semua

gagasan dibahas bersama, sehingga tak ada yang merasa paling unggul.

Setidaknya di lingkungan kaum difabel media ini akan terus berjalan dari

difabel untuk difabel dengan memberikan impresi positif dan dukungan yang

besar. Cita-cita kaum difabel dengan adanya media online ini dapat

memberikan informasi yang edukatif, terutama tentang cara pandang negara

dan masyarakat terhadap kaum difabel. Merubah pandangan yang awalnya

hanya dijadikan sebagai objek pembangunan semoga dapat menjadi subjek

pembangunan. Media ini membangun sebuah wacana bahwa negara akan

berkembang dan maju apabila kaum difabel sudah sejahtera, dapat

melaksanakan tugas-tugas sebagai warganegara tanpa adanya hambatan dan

diskriminasi.

Penulis melihat bahwa media Newsdifabel.com merupakan salah satu

media difabel yang masih aktif dan cepat dalam memberitakan suatu berita.

Newsdifabel.com mempunyai beberapa rubrik yakni, analisis dan opini, karya

difabel, kisah, olah raga, hukum, pendidikan, reportase, seni dan budaya,

tokoh, dan video. Semua rubrik yang disuguhkan memberitakan kisah-kisah

inspiratif dan prestasi kaum difabel.

Page 53: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

41

B. Struktur Redaksi Newsdifabel.com

Tabel 3.1 Struktur Redaksi Newsdifabel.com

Media ini dibuat oleh difabel dan untuk difabel. Selain persamaan

gagasan dan cita, Newsdifabel.com ingin menunjukkan kepada masyarakat

Pemimpin Perusahaan

Suhendar, S.H.

Pemimpin Redaksi

Popon Siti Latipah

Staf Redaksi

Barra Annasir

Agus Maja

Sri Hartanti

Legal Officer

Asri Vidya Dewi, S.Si. S.H

Administrator

Irvan Arimansyah

Litbang

Agus Bebeng

Kontributor

Suhendra, S.H

Agus Maja

Lulu R. Wibawa

Popon S.L

Vanza Putra

Yayat Ruhiyat

Tri Nugroho

Muslim

Page 54: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

42

bahwa kelompok difabel bisa melakukan apa yang biasa dilakukan oleh

masyarakat lainnya. Hal ini yang membuat kelompok difabel bersatu untuk

membuat media massa dengan kemampuan yang berbeda-beda. Terlihat dari

struktur di atas bahwa pemimpin perusahaan, pemimpin redaksi, hingga

kontributor lapangan atau wartawan adalah penyandang disabilitas yang

diantaranya difabel netra, rungu, wicara, dan difabel daksa,

Terdapat empat orang tim redaksi yang non-difabel untuk membantu

mendirikan dan menjalakan proses jurnalistik, yaitu Barra Annasir sebagai staf

redaksi dan editor, Agus Pepeng selaku staf redaksi dan Asri Vidya Dewi

sebagai tim hukum. Namun secara keseluruhan teman difabel yang melakukan

kegiatan jurnalistik misal, meliput berita, proses wawancara, foto, dan

sebagainya.

Newsdifabel.com dibentuk pada tahun 2018, yang artinya masih dalam

masa proses untuk mengembangkan media ini. Struktur organisasi

Newsdifabel.com secara keseluruhan belum berjalan berdiri sempurna

termasuk ada tim hukum dan litbang yang memang belum berjalan

sebagaimana mestinya, karena pada awalnya media ini dibentuk untuk

menginformasikan berita tentang diafabel. Kelompok difabel yang turun

lapangan tidak ada basic pendidikan jurnalistik, sehingga tim redaksi

Newsdifabel.com masih dalam tahap pemberalajaran untuk bagaimana

menulis berita, bagaimana mewawancarai narasumber, dan bagaimana tata

cara penulisan berita. Beberapa diantara teman difabel ada yang berprofesi

sebagai Ibu Rumah Tangga, guru SLB, dan tukang pijat tuna netra.

Selain memproduksi berita, teman-teman difabel juga memiliki

beberapa kegiatan untuk menunjang berdirinya media seperti, melakukan

rapat tim redaksi dalam waktu sebulan sekali. Pertemuan tersebut

membicarakan progres Newsdifabel.com dan respon masyarakat terhadap

Page 55: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

43

media itu sendiri. Tiap pertemuan akan membuat jadwal peliputan dalam satu

bulan kedepan, apakah ada event disabilitas yang bisa diliput atau ide-ide yang

bisa dijadikan tulisan. Tidak hanya itu, Newsdifabel.com juga rutin

mengadakan pendidikan jurnalistik untuk melatih SDM (Sumber Daya

Manusia) difabel agar mendapatkan llmu jurnalistik.

Selain itu, banyak masyarakat dan mahasiswa yang tertarik dengan

media ini. Hal tersebut membuktikan bahwa adanya respon positif dari

masyarakat dan membuat kelompok difabel akan terus menyuarakan

informasi tentang difabel. Peran utama dari Newsdifabel.com ialah

menyuarakan apa yang ingin teman-teman disabilitas suarakan, meskipun

belum menyentuh angka 50% dari teman-teman difabel yang ada di Indonesia.

Tapi dengan adanya pemberitaan-pemberitaan disabilitas yang tidak

diberitakan media mainstream, newsdifabel merasa sudah turut andil dalam

menyuarakan dan memperjuangkan hak disabilitas.

C. Proses Produksi Berita

Tahapan-tahapan produksi berita pada Newsdifabel.com sama seperti

media lainnya dalam memproduksi berita. J.B Wahyudi (1992: 75)

mengemukakan tahapan-tahapan di mulai dari ide peliputan, peliputan,

pembuatan rundown, pembuatan naskah, penyuntingan gambar, dan

penayangan. Pada saat ada event yang berhubungan dengan disabilitas,

Newsdifabel.com harus sudah mengetahui infonya jauh sebelum acara

tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat mengkonfirmasi pihak panitia acara

bahwa tim newsdifabel akan meliput dan dapat mewawancarai pihak-pihak

terkait. Karena terbatas oleh kedisabilitas, tidak memungkinkan meliput tanpa

konfirmasi terlebih dahulu dengan pihak acara. Biasanya pada saat ingin

mewawancarai, wartawan yang bertugas akan menghubungi narasumber dan

bertemu di titik yang telah disepakati.

Page 56: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

44

Meliput satu berita membutuhkan teman untuk saling membatu dalam

peliputan acara. Misalnya Teh Popon, difabel netra mengajak teman difabel

daksa untuk mengambil gambar dan menuntun jalan. Setiap peliputan

setidaknya 2 orang yang akan ditugaskan turun ke lapangan dan dipasangkan

agar dapat saling membantu dalam proses peliputan. Hal ini tentu perlu adanya

kerjasama antar tim agar setiap peliputan dapat berjalan dengan lancar. Setelah

mendapatkan informasi, diolah menjadi tulisan, lalu di edit oleh editor, dan

berita siap tanyang.

Kesulitan tentu dialami oleh difabel pada saat meliput berita contoh,

ketika yang bertugas tidak melakukan konfirmasi kepada pihak acara mereka

akan menganggap teman difabel sebagai peserta acara bukan jurnalis yang

ingin meliput. Selain itu aksesibilitas yang kurang di tempat umum menjadi

kesulitan besar yang dihadapi oleh difabel daksa saat meliput. Namun di sisi

lain, kemajuan teknologi sudah sangat membantu kaum difabel seperti

komputer, laptop, dan handphone sudah ada software screen reader. Screen

reader merupakan perangkat lunak yang biasa digunakan difabel netra untuk

membaca apa yang ada dilayar. Hal ini sangat membantu dalam proses

menulis berita. Teh Popon, difabel netra dapat menulis dan mengedit artikel

dengan bantuan software tersebut. Software screen reader juga dapat

membantu difabel netra untuk membaca berita-berita yang ada pada

Newsdifabel.com.

Page 57: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

45

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan bagaimana representasi

identitas kelompok difabel dikonstruksi oleh media online. Temuan penelitian

ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sintaksis

a. Headline

Tabel 4.1

Headline Newsdifabel.com

Berita Unit Keterangan

I Headline Kita Semua Berpotensi menjadi Disabilitas

II Headline Perlukah Disabilitas megenyam

Pendidikan Tinggi?

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa penelitian ini mengambil dua

berita berbeda, yaitu berita pertama edisi 09 September 2018, dan berita

kedua edisi 12 September 2018. Berita pertama berjudul “Kita Semua

Berpotensi menjadi Disabilitas”, Arti dari kata ‘berpotensi’ adalah

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Judul tersebut

menyampaikan informasi kepada pembaca bahwasanya setiap manusia

dapat menjadi disabilitas, dan mengajak masyarakat untuk tidak

membeda-bedakan atau diskriminasi terhadap kaum disabilitas.

Berita kedua berjudul “Perlukah Disabilitas Mengenyam Pendidikan

Tinggi?” Penggunaan kalimat Tanya pada judul tersebut menjadikan

kalimat yang sering di pertanyakan oleh masyarakat tentang pendidikan

Page 58: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

46

disabilitas. Secara tersirat Newsdifabel.com ingin menyampaikan jawaban

dari pertanyaan tersebut.

b. Lead

Tabel 4.2

Lead Newsdifabel.com

Berita Unit Keterangan

I Lead Andika Arisman, penyandang disabilitas

berusia 27 tahun berjibaku dalam

kehidupan dengan bekerja sebagai

pengemudi ojek online. Di kompas.com

diceritakan, dalam sehari, Andika hanya

mendapat 2-3 order bernilai sekitar

Rp.30.000-an. Lalu apa gerangan

sebabnya?

II Lead Setiap manusia lahir ke dunia dalam kondisi

sama. Sama-sama diciptakan oleh Tuhan,

sama-sama lahir dari perut seorang ibu, dan

sama-sama memiliki hak untuk hidup.

Tuhan menciptakan manusia dengan

kondisi yang sempurna. Yakni memiliki

akal yang digunakan berfikir. Kemampuan

berfikir inilah yang menjadi dasar manusia

untuk dapat menjalankan perintah Tuhan

dalam hal menuntut ilmu lewat suatu proses

pendidikan.

Page 59: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

47

Tabel 4.2 menunjukkan Lead yang ditampilkan Newsdifabel.com

pada berita pertama mencakup Who lead dan What lead. Who lead dan

What lead tersebut menjelaskan Andika Arisman penyandang disabilitas

berjibaku sebagai pengemudi ojek online hanya mendapatkan 2-3 order

bernilai Rp.30.000-an. Terdapat kata “penyandang disabilitas berjibaku

dalam kehidupan”, pemilihan kata ‘berjibaku’ dalam kalimat tersebut

mengartikan bahwa Arisman bertindak nekad dengan tetap bekerja meski

penyandang disabilitas. Kemudian akhir kalimat menggunakan kalimat

Tanya “lalu, apa gerangan sebabnya?”, ini dapat diartikan penulis berita

ingin menyampaikan informasi lebih dalam tentang pendapatan Andika

Arisman hanya Rp30.000-an.

Lead yang ditampilkan pada berita kedua hanya berisi What lead,

yang menjelaskan bahwa setiap manusia diciptakan dengan kondisi

sempurna dan memiliki akal untuk berfikir sehingga dapat menuntut ilmu

dalam proses pendidikan. Kata “sama-sama” pada lead diatas terulang

sebanyak tiga kali menandakan Newsdifabel.com secara tegas ingin

menyampaikan setiap manusia yang dilahirkan mempunyai hak yang sama

tanpa ada perbedaan termasuk dalam hal menuntut ilmu.

c. Latar

Tabel 4.3

Latar Newsdifabel.com

Berita Unit Keterangan

I Latar Karena Andika penyandang disabilitas,

oleh karenanya, konsumen urung

menggunakan jasanya. Jika situasi itu terus

dialami Andika, maka sudah dipastikan bisa

Page 60: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

48

mengecilkan pendapatan karena di sistem

transportasi online didesain untuk

mengutamakan orderan ke pengemudi yang

memiliki ratting bagus (sering

mendapatkan penumpang/orderan)

II Latar Seiring pesatnya kemajuan zaman beserta

ilmu pengetahuan, pendidikan tidak cukup

berhenti sampai jenjang menengah saja.

Perlu dilanjutkan ke jenjang pendidikan

tinggi agar pengetahuan manusia

berkembang optimal. Para penyandang

disabilitas memiliki kesempatan yang sama

untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Pemerintah juga sudah menetapkan

peraturan yang mengatur bahwa para

penyandang disabilitas berhak

menlanjutkan pendidikan setinggi

mungkin. Sebagaimana tertuanag dalam

UU No. 8 tahun 2016 dan Permenristekdikti

No. 46 tahun 2017. Hal ini perlu disambut

baik khususnya oleh penyandang disabilitas

sendiri dan tidak menyia-nyiakan

kesempatan emas yang sudah

diperjuangkan oleh berbagai pihak ini.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa latar informasi yang ditampilkan

Newsdifabel.com pada berita pertama merupakan fakta dari cerita yang

dikutip dari Kompas.com bahwa, karena Andika penyandang disabilitas

Page 61: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

49

konsumen urung menggunakan jasanya sehingga mengecilkan

pendapatan. Dari latar informasi, terlihat wartawan menyimpulkan bahwa

penyebab dari kecilnya pendapatan karena Andika penyandang disabilitas,

yang berimbas pada rating sistem ojek online. Kemudian kalimat “jika

situasi itu terus dialami Andika, maka sudah dipastikan bisa mengecilkan

pendapatan”, merupakan pernyataan fakta yang ditulis wartawan jika

banyak penumpang yang urung menggunakan jasa Andika.

Latar informasi yang ditampilkan pada berita kedua membahas

tentang penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk

mengenyam pendidikan tinggi. Wartawan menambahkan dikalimat awal

“pendidikan tidak cukup berhenti sampai jenjang menengah saja. Perlu

dilanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi agar pengetahuan manusia

berkembang optimal” kalimat tersebut terlihat bahwa wartawan ingin

menyampaikan pentingnya pedidikan tinggi. Kemudian diakhir kalimat

wartawan menyampaikan “tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang

sudah diperjuangkan oleh berbagai pihak ini”. Menunjukkan bahwa

Newsdifabel.com mendukung aturan pemerintah dan menghimbau kepada

difabel agar mengeyam pendidikan tinggi.

d. Kutipan

Tabel 4.4

Kutipan Newsdifabel.com

Berita Unit Keterangan

I Kutipan Rolland Barthes, dalam ilmu semiologi

menjelaskan pentingnya deskripsi bahasa

agar tidak menimbulkan masalah.

Page 62: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

50

II Kutipan Sebagaimana tertuang dalam UU No. 8

tahun 2016 dan Permenristekdikti No. 46

tahun 2017.

Saat ini memang sudah diatur dalam UU

No. 8 2016 bahwa perusahaan swasta

berhak menyediakan 1% dari total

karyawannya untuk penyandang disabilitas,

sedangkan perusahaan milik Negara wajib

mempekerjakan 2% pegawainya.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kutipan yang ditampilkan

Newsdifabel.com pada berita pertama mengambil kutipan dari Rolland

Barthes, seorang semiologi (ilmu ilmu umum tentang tanda) terkemuka di

ranah akademisi bidang humaniora. Kutipan tersebut berisi tentang

pentingnya deskripsi bahasa agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Dalam hal ini wartawan ingin menginfomasikan pemakaian kata ‘tidak

normal’ pada berita dianggap sebagai diskriminasi terhadap kaum difabel.

Kutipan yang ditampilkan oleh Newsdifabel.com pada berita kedua

berisi peraturan UU, dalam hal ini terlihat bahwa wartawan ingin

menginformasikan bahwa persoalan tentang tenagakerja difabel sudah

diatur dalam Undang-Undang. Kutipan fakta ini sebagai acuan yang harus

dilakukan oleh negara dan masyarakat tentang isu difabel, agar tidak ada

lagi diskriminasi dan marginalitas dalam kehidupan bermasyarakat.

e. Pernyataan

Tabel 4.5

Pernyataan Newsdifabel.com

Page 63: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

51

Berita Unit Keterangan

I Pernyataan Andika Arisman adalah simbol konkret,

sebuah tanda bagaimana masyarakat (meski

tidak semua) mendiskriminasi kaum

disabilitas. Watak masyarakat adalah

cermin bagaimana negara memperlakukan

kaum disabilitas.

Dimasyarakat awam, kata ‘tidak normal’ ini

merujuk pada manusia yang memiliki

‘keterbatasan’ panca indera dan tubuh.

Persepsi dan istilah itu jelas keliru.

Sehingga istilah yang tepat adalah different

ablilities people kemudian diakronimkan

(disingkat) menjadi difable (dalam bahasa

Indonesia: difabel). Pentingnya memahami

makna bahasa agar perbedaan kegunaan

fisik tiap manusia jangan dijadikan dalih

untuk mendiskriminasi.

II Pertanyaan Setelah menyelesaikan pendidikan

menengah banyak orang tua dari

penyandang disabilitas yang bingung akan

nasib anaknya. Tidak seperti orang tua lain

yang memiliki anak non-disabilitas, mereka

semangat mendorong anaknya untuk

melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan

tinggi. Meski begitu, ada juga orang tua

yang memilih meminta anaknya untuk

langsung mendaftar kerja. Yang membuat

Page 64: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

52

orang tua dari anak penyandang disabilitas

bingung adalah kekurangan keterampilan

yang dimiliki anaknya, lapangan kerja yang

menolak adanya disabilitas, rasa takut

menyekolah anaknya di perguruan tinggi,

dan masalah ekonomi. Akhirnya banyak

dari mereka yang membiarkan anaknya

putus sekolah dan kehilangan masa depan.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dalam kolom pernyataan pada berita

pertama, Newsdifabel.com menyampaikan bahwa “watak masyarakat

adalah cermin bagaimana negara memperlakukan kaum disabilitas”,

dalam konteks tersebut wartawan dengan tegas menulis kaum difabel

masih belum mendapatkan perlindungan dari masyarakat maupun negara.

Dituliskan pada awal kalimat “Andika Arisman adalah simbol konkret,

sebuah tanda bagaimana masyarakat mendiskriminasi kaum disabilitas”,

kalimat ini merupakan kesimpulan dari wartawan dalam menanggapi

kasus Andika Arisman. Pada kolom kedua, wartawan juga menyampaikan

infomasi bahwa tidak hanya perlakukan diskriminasi saja, namun banyak

masyarakat masih menyebut penyandang disabilitas dengan diksi yang

tidak sopan dan condong mendiskriminasi. Newsdifabel.com membuat

pernyataan bahwa kata difabel lebih bertanggungjawab dari pada kata

‘tidak normal’.

Sedangkan pada berita kedua, Newsdifabel.com menyampaikan

bahwa orang tua dari kaum difabel bingung dengan jenjang pendidikan

yang harus di tempuh, kaum difabel merasa kurangnya keterampilan dan

lapangan pekerjaan belum memadai adanya kaum difabel. Dalam hal ini,

Newsdifabel.com sedang memaparkan persoalan-persoalan yang sering

Page 65: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

53

dialami oleh kaum difabel ditengah-tengah masyarakat. Kalimat “akhirnya

banyak dari mereka yang membiarkan anaknya putus sekolah dan

kehilangan masa depan”, dalam kalimat tersebut wartawan menyimpulkan

masalah yang ada.

f. Penutup

Tabel 4.6

Penutup Newsdifabel.com

Berita Unit Keterangan

I Penutup Karena tidak bisa memesan takdir maka,

kita semua memiliki potensi menjadi

disabilitas. Selain terberi sejak dalam

kandungan, proses menjadi disabilitas juga

dikarenakan faktor kejadian tertentu missal,

kecelakaan, malapraktik, bencana alam, dan

lainnya.

Potensi menjadi penyandang disabilitas

bisa menyasar siapapun, termasuk Presiden,

Mentri Sosial, Gurbenur, Wali Kota, dan

para pemegang kebijakan. Termasuk

penulis sendiri.

Jadi, masihkah kebijakan dan arah

pembangunanmu abaikan dan tak ramah

disabilitas?

II Penutup Namun faktanya banyak perusahaan yang

masih melakukan penolakan dengan alasan

ijazah dan lain-lain. Oleh karena itu

disabilitas perlu mengenyam pendidikan

Page 66: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

54

tinggi agar memiliki kesetaraan dengan

mereka yang bukan disabilitas. Dan Negara

wajib menyediakan, dan mengelola

infrastruktur yang ramah bagi disabilitas.

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada bagian akhir berita pertama

Newsdifabel.com menyatakan bahwa “kita semua memiliki potensi

menjadi penyandang disabilitas.” Dalam kalimat tersebut dapat diartikan

bahwa wartawan ingin menyampaikan bahwa manusia pada hakikatnya

sama, dan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Pada kalimat

berikutnya berisi proses disabilitas dapat berupa kecelakaan, malapraktik,

dan bencana alam. Kemudian di kalimat akhir, berisikan kalimat

pertanyaan “jadi, masihkah kebijakan dan arah pembangunanmu abai dan

tak ramah disabilitas?”. Dalam kalimat tersebut secara tidak langsung

Newsdifabel.com mempertanyakan jika semua orang berpotensi difabel

seharusnya negara dan masyarakat peduli dan dapat menerima kaum

difabel dengan menimbangkan hak-hak difabel.

Penutup pada berita kedua yang ditampilkan Newsdifabel.com

merupakan kesimpulan dari fakta yang ditemukan wartawan, terdapat

pada kalimat “namun faktanya banyak perusahaan yang masih melakukan

penolakan dengan alasan ijazah dan lain-lain”, fakta tersebut

menginformasikan kepada khalayak bahwa kaum difabel masih menerima

diskriminasi dan belum mendapatkan haknya. Newsdifabel.com

menyuarakan kepada kaum difabel agar mengenyam pendidikan tinggi

agar memiliki kesetaraan dengan masyarakat lainnya. Pada kalimat akhir

wartawan mengkritik negara dengan kalimat “dan Negara wajib

menyediakan, dan mengelola infrastruktur yang ramah bagi disabilitas”,

Page 67: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

55

penyediaan fasilitas yang aksesibilitas dapat memberikan ruang bagi kaum

difabel untuk menuntut ilmu.

2. Skrip

Tabel 4.7

Skrip Newsdifabel.com

Unit Berita I Berita II

5W+1H What (apa yang terjadi)

Setiap manusia berpotensi

menjadi disabilitas, namun

tetap saja diskriminasi

terhadap kaum disabilitas

masih terjadi di masyarakat.

What (apa yang terjadi)

Kaum disabilitas bingung

dengan persoalan

mengenyam pendidikan

tinggi dan kurangnya fasilitas

yang aksesibilitas terhadap

kaum difabel.

Who (siapa yang

diberitakan)

Andika Arisman, salah satu

penyandang disabilitas yang

mendapat perlakuan

diskriminasi.

Who (siapa yang

diberitakan)

Kaum disabilitas

When (kapan berita ditulis)

9 September 2018

When (kapan berita ditulis)

12 September 2018

Where (dimana berita

tersebut ditulis)

Bandung

Where (dimana berita

tersebut ditulis)

Jakarta

Page 68: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

56

Why (mengapa diskriminasi

masih terjadi)

Watak masyarakat adalah

cermin bagaimana negara

memperlakukan

diskriminasi. Letak

diskriminasi bisa dua hal:

istilah atau label dan

regulasi. Dalam hal regulasi,

ketersediaan huruf braille

dalam surat suara atau ujian

nasional, akses ditempat

publik, dan 2% pekerja

dalam suatu perusahaan.

Dalam hal istilah atau label,

adanya diskursus atau

ideologi normalitas.

Why (mengapa kaum

disabilitas harus mengenyam

pendidikan tinggi)

Kaum disabilitas perlu

mengenyam pendidikan

tinggi agar memiliki

kesetaraan dengan mereka

yang bukan disabilitas.

Dengan disabilitas

menempuh pendidikan

setinggi mungkin, nantinya

lapangan pekerjaan juga akan

semakin terbuka dengan

sendirinya. Negara wajib

menyediakan, dan mengelola

infrastruktur yang ramah

bagi disabilitas.

How (bagaimana Negara dan

masyarakat ramah dengan

disabilitas)

Penguasa atau pemerintah

memiliki sumber daya untuk

menemukan dan membuat

fasilitas agar memudahkan

kaum difabel menikmamti

hidup, menyerap semua ilmu

dan mengembangkan

potensinya secara maksimal,

How (bagaimana anak-anak

disabilitas memperoleh

pendidikan formal?

Untuk anak-anak dengan

disabilitas, sejak dulu sudah

berdiri sebuah sekolah

khusus yang memang

diperuntukkan untuk

memberikan pendidikan bagi

mereka. Sekolah itu diberi

nama Sekolah Luar Biasa

Page 69: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

57

tanpa adanya diskriminasi

sosial, ekonomi, politik,

budaya. Termasuk agama.

Serta mengubah penyebutan

‘orang cacat’ menjadi

‘difabel’.

yang di dalamnya meliputi

SDLB, SMPLB, SMALB

dengan kekhususan yang

berbeda-beda. Namun jika

anak disabilitas sudah

memiiliki kemampuan yang

memadai untuk belajar

bersama teman-teman yang

non-disabilitas, maka

sebaiknya anak disabilitas

disekolahkan di sekolah

regular melalui program

inklusi.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tinjauan unsur skrip what, who, when,

where, why, dan how yang terdapat pada berita pertama dan kedua yang

ditampilkan Newsdifabel.com mencakup unsur yang lengkap. Pada bagian

when dan where, penulis tidak mencantumkan kapan peristiwa itu terjadi

dan dimana peristiwa itu terjadi, melainkan kapan berita itu ditulis dan

dimana berita tersebut ditulis. Karena jenis kedua berita tersebut ialah

comprehensive news, jenis berita ini berisi laporan mengenai fakta dari

suatu peristiwa yang ditinjau secara menyeluruh. Sehingga unsur yang

ditekankan pada kedua berita tersebut adalah unsur why dan how.

Pada unsur skrip berita pertama memberikan gambaran bahwa kaum

difabel masih mendapat diskriminasi secara langsung dan tidak langsung.

Newsdifabel.com memberikan penekanan pada judul agar tidak ada lagi

diskriminasi, baik pemerintah maupun masyarakat. Unsur skrip pada

berita kedua Newsdifabel.com menekankan kepada kaum difabel, bahwa

Page 70: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

58

difabel harus mengenyam pendidikan tinggi agar memiliki kesetaraan

dengan non-difabel. Kesamaan pada dua berita tersebut adalah keresahan

yang dialami oleh difabel dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,

difabel merasa belum diperhatikan secara penuh oleh pemerintah dan

masyarakat.

3. Tematik

a. Detail

Tabel 4.8

Detail Newsdifabel.com

Unit Berita I Berita II

Detail I Karena Andika Arisman

penyandang disabilitas, oleh

karenanya konsumen urung

menggunakan jasanya. Jika

situasi seperti ini terus

dialami Andika, maka sudah

dipastikan bisa mengecilkan

pendapatan.

Untuk anak-anak dengan

disabilitas, sejak dulu sudah

berdiri sebuah sekolah

khusus yang memang

diperuntukkan untuk

memberikan pendidikan bagi

mereka. Sekolah itu diberi

nama Sekolah Luar Biasa

yang di dalamnya meliputi

SDLB, SMPLB, dan

SMALB dengan kekhususan

yang berbeda-beda.

Detail II Letak diskriminasinya bisa

dua hal: istilah/label dan

regulasi. Dalam hal regulasi,

missal ketersediaan huruf

Yang membuat orang tua dari

anak disabilitas bingung

adalah kurangnya

keterampilan yang dimiliki

Page 71: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

59

braille dalam surat

suara/ujian nasional, akses di

tempat publik, 2% pekerja

difabel dalam satu

perusahaan, dan banyak lagi.

Dalam istilah/label,

bermakna adanya

diskursus/ideologi

normalitas. Nah,

diskursus/ideologi

normalitas di dalamnya akan

terus terkandung

diskriminasi jika tidak segera

diluruskan.

anaknya, lapangan kerja yang

menolak adanya disabilitas,

rasa takut menyekolahkan

anaknya diperguruan tinggi,

dan masalah ekonomi.

Akhirnya banyak dari

mereka yang membiarkan

anaknya putus sekolah dan

kehilangan masa depan.

Detail III Disini penulis sedang ingin

mengatakan bahwa

penguasa/pemerintah

memiliki sumber daya untuk

menemukan dan membuat

fasilitas agar memudahkan

kaum difabel menikmati

hidup, menyerap semua ilmu

dan mengembangkan

potensinya secara maksimal,

tanpa adanya diskriminasi

sosial, ekonomi, politik,

budaya.

Saat ini memang sudah diatur

dalam UU No. 8 tahun 2016

bahwa perusahaan swasta

berhak menyediakan 1% dari

total karyawannya untuk

penyandang disabilitas,

sedangkan perusahaan milik

Negara wajib

mempekerjakan 2%

pegawainya. Namun

faktanya banyak perusahaan

yang masih melakukan

penolakan dengan alasan

ijazah dan lain-lain. Oleh

Page 72: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

60

karena itu disabilitas perlu

mengenyam pendidikan

tinggi agar memiliki

kesetaraan dengan mereka

yang bukan disabilitas. Dan

negara wajib menyediakan,

dan mengelola infrastruktur

yang ramah bagi disabilitas.

Detail IV Karena tidak bisa memesan

takdir maka, kita semua

memiliki potensi menjadi

penyandang disabilitas.

Selain terberi sejak dalam

kandungan, proses menjadi

disabilitas juga bisa

dikarenakan faktor kejadian

tertentu missal, kecelakaan,

malapraktik, bencana alam,

dan lainnya.

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada unsur tematik ada dua kesamaan

katagori yang menjadi perhatian dalam berita pertama dan kedua, menurut

Pan Kosicki. Kedua berita tersebut mengedepankan dua inti permasalahan,

yakni hak difabel dan penerimaan masyarakat terhadap kaum difabel.

Pada berita pertama, hak difabel masih belum diperhatikan oleh

pemerintah maupun masyarakat sehingga terjadi diskriminasi. Letak

diskriminasi disini mencakup dua hal yaitu dalam istilah atau label dan

Page 73: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

61

regulasi. Istilah atau label yang dimaksud adalah ketika adanya ideologi

normalitas, sehingga dalam penyebutan ‘istilah’ kaum difabel sering

terjadi diskriminasi. Kemudian terdapat regulasi yang belum sepenuhnya

berpihak kepada difabel seperti akses publik, ketenagakerjaan, dan

ketersediaan huruf braille. Ketika hak dan regulasi berjalan sebagaimana

mestinya, dapat memudahkan kaum difabel untuk mengembangkan

potensinya tanpa ada diskriminasi.

Inti permasalahan yang kedua adalah penerimaan masyarakat. Pada

berita pertama Andika Arisman menjadi salah satu contoh bagaimana

kaum difabel diperlakukan, ketimpangan sosial ini terus terjadi jika tidak

diluruskan. Dikutip oleh pemimpin redaksi Newsdifabel.com dalam

wawancara bahwa diskriminasi yang terjadi di masyarakat disebabkan

kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang difabel,

oleh sebab itu dengan adanya Newsdifabel.com difabel mendapat

kesetaraan diantara masyarakat sosial.

Sedangkan pada berita kedua, hak asasi manusia dinyatakan ketika

penulis berita menulis UU No. 8 tahun 2016 tentang regulasi

ketenagakerjaan. Faktanya masih banyak perusahaan yang menolak

adanya difabel, Kesenjagan sosial ini membuat difabel kurangnya

keterampilan dan kehilangan masa depan.

b. Koherasi

Tabel 4.9

Koherasi Newsdifabel.com

Unit Berita I Berita II

Koherensi penguasa/pemerintahan

memiliki sumber daya untuk

faktanya banyak

perusahaan yang masih

Page 74: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

62

menemukan dan membuat

fasilitas agar memudahkan

kaum difabel menikmati

hidup, menyerap semua

ilmu dan mengembangkan

potensinya secara maksimal,

tanpa ada diskriminasi

sosial, ekonomi, politik,

budaya. Termasuk agama.

melakukan penolakan

dengan alasan ijazah dan

lain-lain. Oleh karena

itu, disabilitas perlu

mengeyam pendidikan

tinggi agar memiliki

kesetaraan dengan mereka

yang bukan disabilitas.

Dan Negara wajib

menyediakan, dan

mengelola infrastruktur

yang ramah bagi

disabilitas

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa berita pertama menyatakan koherensi

dalam paragraf enam merupakan koherensi penjelas. Kata “agar” dalam

kalimat ini menghubungkan penyelesaian dari dua proposisi yang

mendukung proposisi kalimat sebelum kalimat hubung. Kalimat pertama

mengungkapkan bahwa penguasa atau pemerintah memiliki sumber daya

untuk membuat fasilitas yang artinya pemerintah mempunyai kuasa penuh

untuk mensejahterakan kelompok difabel. Kata penghubung agar pada

kalimat tersebut sebagai pengantar keterangan tujuan dari suatu tindakan,

bahwa jika pemerintah membuat fasilitas yang aksesibilitas maka difabel

dapat mengembangkan potensi secara maksimal dan terdapat kemudahan

di ruang publik.

Sedangkan berita kedua koherensi yang digunakan adalah “oleh

karena itu” terdapat pada paragraf tujuh menggunakan koherensi sebab

Page 75: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

63

akibat. Kata penghubung oleh karena iitu merupakan kata penghubung

antarkalimat yang digunakan untuk menghubungkan dua kalimat yang

diakhiri dengan tanda baca titik pada kalimat pertama dan ditandai dengan

tanda baca koma pada kalimat kedua. Dalam berita tersebut kata

penghubung menunjukkan bahwa adanya penolakan terhadap

ketenagakerjaan difabel karena tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada

kalimat kedua adalah bentuk penyelesaikan dan kesimpulan bahwa difabel

harus mengenyam pendidikan tinggi guna kesetaraan antarmasyarakat.

Kata penghubung yang digunakan pada kedua berita memiliki

konteks sebagai penjelas dan penyelesaian masalah dari kalimat pertama.

Untuk itu koherensi seperti itu menunjukkan penyelesaikan masalah atau

saran kepada pemerintah dan kelompok difabel.

4. Retoris

a. Leksikon

Tabel 4.10

Leksikon Newsdifabel.com

Unit Berita I Berita II

Leksikon Urung, mendiskriminasi,

abai,

Mengenyam, inklusi,

pesimis, kesetaraan

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa penggunaan leksikon pada teks

berita pertama yang ditampilkan adalah urung, mendiskriminasi, abai, dan

normalitas. Urung artinya membatalkan. Penggunaan kata ‘urung’

merupakan sikap yang dilakukan oleh para konsumen ketika mengetahui

bahwa Andika Arisan penyandang disabilitas. Keterbatasan fisik Andika

Page 76: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

64

membuat konsumen urung menggunakan jasanya sebagai ojek online.

Popon Siti Latipah selaku Pimpinan Redaksi memberikan pertanyaan:

“kita juga sama dengan mereka. Mengiginkan hak kesetaraan

disabilitas yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Karena

apa pun yang masyarakat lakukan buktinya kita juga bisa

melakukan, dengan adanya teknik-teknik alternatif. Meskipun

caranya beda”

Mendiskriminasi berasal dari kata diskriminasi yang artinya

perlakukan yang tidak adil terhadap perorangan atau kelompok.

Penggunaan kata ‘mendiskriminasi’ merupakan sikap masyarakat yang

secara tidak langsung mebuat perlakuan tidak adil. Diskriminasi bisa

karena dua hal, istilah atau penyebutan dan dalam hal regulasi. Abai

artinya tidak diperdulikan. Kata ‘abai’ dalam berita pertama ditujukan

kepada sikap masyakarat dan negara atau pemerintah yang masih

menunjukkan sikap acuh terhadap kaum difabel. Dalam hal ini

Newsdifabel.com menulisnya pada kalimat terakhir dengan menggunakan

kalimat pertanyaan.

Penggunaan leksikon pada berita kedua yang ditampilkan adalah

mengenyam, inklusi, pesimis, dan kesetaraan. Mengenyam berasal dari

kata kenyam yang artinya merasai. Penggunakaan kata tersebut sebagai

arti bahwa penyandang disabilitas pun mempunyai hak untuk merasai

pendidikan tinggi, dan hak tersebut dicantumkan pada UU. Inklusi artinya

sistem layanan pendidikan yang mengatur agar difabel dapat sekolah

dengan teman-teman non-difabel. Kata ‘inklusi’ ditampilkan untuk anak

difabel yang memiliki kemampuan memadai belajar dengan teman non-

difabel, dan diharapkan dapat bersaing secara akademis dengan anak

lainnya.

Page 77: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

65

Pesimis aritinya orang yang bersikap atau berpandangan tidak

mempunyai harapan yang baik. Kata ‘pesimis’ merupakan kata yang

menggambarkan sikap orang tua dari anak difabel tentang masa depan.

Mereka merasa pesimis dengan kurangnya keterampilan yang dimilki

anaknya dan lapangan pekerjaan yang menolak adanya disabilitas.

Ravindra Abdi Prahaswara memberikan pernyataan:

“memberikan informasi kepada orang tua dari penyandang

disabilitas supaya, orang tua ini tidak terlalu merasa pesimis

terhadap anaknya dan juga mampu mendorong anaknya bisa setara

seperti orang pada umumnya”

Kesetaraan adalah persamaan kedudukan, persamaan tingkatan,

tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kata ‘kesetaraan’

memberikan pesan kepada kaum disabilitas agar mengenyam pendidikan

tinggi, dan mendapatkan kesetaraan dengan yang lainnya. Persamaan

kedudukan tersebut dalam kehidupan sosial berarti persamaan hak,

kewajiban, dan tanggungjawab.

b. Grafis

Tabel 4.11

Grafis Newsdifabel.com

Unit Berita I Berita II

Gambar

atau foto

Foto pendemo dengan poster

yang bertulis accessibility for

all

Foto bangku sekolah

Metafora - -

Page 78: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

66

Gambar 4.1 Foto Berita 1 Gambar 4.1 Foto Berita II

foto berita pertama menampilkan sebuah foto pendemo dengan

memegang poster yang bertulisan accessibility for all, yang memiliki arti

aksesibilitas untuk kita semua. Terlihat dari tulisan poster tersebut, ingin

menyampaikan pesan bahwa kaum difabel menginginkan Kota, bahkan

negara yang aksesibilitas. Kaum difabel ingin merasakan kemudahan untuk

mengakses fasilitas publik, dan hal ini merupakan hak yang harus didapatkan

kaum difabel.

Foto berita kedua menampilkan sebuah foto yang menggambarkan

suasana kelas dengan kursi-kursi di ruang sepi. Foto dengan kursi-kursi di

dalam ruangan dapat diartikan suasana sekolah, sekolah tempat untuk

menimba ilmu dan pengetahuan. Mendapatkan pendidikan merupakan hak

bagi sebeluruh masyarakat, termasuk kaum difabel setidaknya wajib belajar

12 tahun. Gambaran tersebut mengartikan bahwa kaum difabel ingin

mendapatkan pendidikan yang layak, agar dapat berkontribusi lebih untuk

negara.

Page 79: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

67

BAB V

PEMBAHASAN

Interpretasi

Riset ini menemukan tiga pokok pikiran yang menjadi pusat perhatian

dalam kedua berita tersebut. Pertama adalah Newsdifabel.com

merepresentasikan kaum difabel sebagai kelompok yang masih

terdiskriminasi. Kedua, Newsdifabel.com menempatkan identitas kelompok

difabel sebagai subjek pada setiap pemberitaannya. Ketiga, Newsdifabel.com

ingin menekankan berfikir inklusi.

Newsdifabel.com sebagai media komunitas difabel melihat ini sebagai

masalah yang dianggap penting untuk diberitakan, kaum difabel sebagai

masyarakat minoritas berskala besar yang masih termarginalkan dalam

masyarakat. Kesadaran masyarakat terhadap kaum difabel masih dianggap

kurang sehingga diskriminasi sering terjadi. Seperti yang disampaikan oleh

Barra Annasir selaku Staff Redaksi Newsdifabel.com:

“Difabel minoritas besar, karena minoritas besar, temarjinalkan, dan

terdiskriminasi itu yang paling mewakili terhadap kelompok

disabilitas. Maka dari itu kita memilih diksi difabel itu different ability

perbedaan penggunaan tubuh, bukan cacat. Kita juga melarang atau

memberikan ajaran ini bukan cacat, ini adalah perbedaan

penggunaan tubuh”.

Penggunaan diksi pada Newsdifabel.com dalam tiap pemberitaanya

menggunakan kata ‘disabilitas’ dan ‘difabel’ sehingga memberikan pehaman

kepada khalayak bahwa kedua kata tersebut menjadi layak untuk digunakan

tanpa diskursus. Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama.

Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan sebuah realitas. Bahasa

adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Dalam konteks media massa,

keberadaan bahasa ini tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan

Page 80: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

68

sebuah realitas melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai

suatu realitas-realitas media yang akan muncul dibenak khalayak.

Disabilitas merupakan kata dari bahasa Inggris disability yang artinya

cacat atau ketidakmampuan. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan

keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Maksud dari kata ganguan

adalah adanya sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya, sehingga

adanya kesulitan individu dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Sedangkan

difabel merupakan kependekan dari different ability (perbedaan kemampuan)

kata baru yang digagas untuk memperhalus kata-kata atau sebutan bagi

seluruh penyandang cacat.

Diksi disabilitas dan difabel menjadi titik fokus Newsdifabel.com dalam

berita pertama, terlihat dari penjelasan tentang ideologi normalitas. Isi pada

pesan tersebut wartawan ingin menyampaikan bahwa saat ini masyarakat

sudah terkonstruk oleh defisini normal dan tidak normal pada kegunaan fisik

sehingga hadir terminologi normalitas. Penjelasan tersebut seperti yang

dikatakan oleh Jack Snyder (2003) bahwa media komunitas memiliki peran

positif seperti medidik, pengidentifikasi, penyedia forum dan penguat

sosiokultural bagi komunitas.

Newsdifabel.com menekankan realitas yang terjadi di masyarakat pada

headline berita pertama dengan contoh kasus yang dialami oleh Andika

Arisman, bahwa sampai saat ini diskriminasi pada kelompok difabel masih

terjadi. Kaum difabel mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai

warga masyarakat, dengan keterbatasannya sering kali difabel dianggap

sebagai kaum yang lemah dan perlu dikasihani. Hal inil ini menunjukkan

bahwa media Newsdifabel.com memilih fakta yang terjadi dimasyarakat,

untuk membentuk suatu konstruk tentang difabel. Sebagaimana Eriyanto

Page 81: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

69

(2008: 69-70) mengatakan bahwa bagaiamana fakta itu dipilih dan disajikan

untuk membentuk suatu gagasan tertentu. Didukung oleh pernyataan

pemimpin redaksi Newsdifabel.com

“Stigma masyarakat terhadap difabel selama ini memang cenderung

negatif. Artinya negatif itu, memandang kita selalu butuh bantuan

orang lain, atau kita tidak bisa melakukan hal apapun”.

Diskriminasi yang sering terjadi dimasyarakat, disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang difabel. maka dari itu sekelompok

difabel yang ada di Bandung mendirikan media Newsdifabel, guna

memberikan informasi tentang difabel agar dapat hidup berdampingan tanpa

diskriminasi. Sebagai media komunitas, newsdifabel memberikan semua hal

yag terkait dengan difabel dan memanfaatkan media sebagai alat perjuangan

untuk menyampaikan aspirasi serta menginformasi isu-isu difabel yang jarang

dipublikasikan oleh media mainstream.

Selain menyuarakan hak-hak dan menginformasikan tentang pencapaian

difabel, media komunitas ini dapat memberikan kesempatan bagi difabel

untuk berkarya, mengapresiasi kelebihan masing-masing, saling memberikan

penguatan, dan saling menyemangati. Seperti yang dikemukakan oleh Tajfel

(1998) bahwa identitas sosial adalah mereka yang memiliki pengetahuan

tentang keanggotaan dalam suatu kelompok bersamaan dengan keterlibatan,

rasa peduli, dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok

tertentu.

Seperti yang tertulis pada situs web Newsdifabel.com, bahwa media ini

berkomitmen untuk membentuk kekhasan, perspektif, dan menjadi saluran

keresahan bagi kaum difabel. persoalan yang terjadi pada kaum difabel adalah

rasa malu dan kekosongan inspirasi, dengan adanya Newsdifabel mereka

Page 82: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

70

percaya dapat mengatasi persoalan tersebut dengan merangkul, mengajak

berdaya, menyosialisasikan berbagai aktivitas dan kemampuan kawan-kawan

difabel. Setidaknya dilingkungan kaum difabel, media ini akan terus berjalan

dari difabel untuk difabel dengan memberikan impresi positif dan dukungan

yang besar bagi cita-cita difabel.

Pada berita kedua, Newsdifabel merepresentasikan eksistensi difabel

dalam pendidikan masih termarjinalkan, pada hakikatnya hak pendidikan bagi

difabel sudah dicantumkan Undang-Undang. Namun masih jauh dengan

realitas yang ada. Berita kedua dengan judul “Perlukah Disabilitas

Mengenyam Pendidikan Tinggi?” menonjolkan aspek edukasi, hukum, dan

sosial. Ketiga aspek tersebut memberikan gambaran bahwa tidak hanya

kelompok difabel yang berjuang untuk mengenyam pendidikan tinggi, namun

pemerintah turut andil dalam penyediaan fasilitas dan regulasi yang baik untuk

masyarakat difabel. Staff redaksi Newsdifabel.com memberikan pernyataan

“harapan kita mengabarkan fakta sebenarnya yang penting

memberitakan bahwa ini eksistensi disabilitas seperti ini,

terdiskriminasi dalam pendidikan. yang seharusnya tidak

memarjinalkan, turut serta memperjuangkan hak-hak disabilitas

dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Terkait pendidikan fasilitas-

fasilitas SDLB, SMPLB, SMALB, dan kualitas pengajar. Seperti yang

sudah dicantumkan pada UU Permenristekdiksi No. 46, harus

dipenulis karena implementasinya kurang maksimal”.

Pada berita kedua, menunjukkan bahwa Newsdifabel.com mendukung

adanya pendidikan inklusi bagi siswa difabel. Baihaqi dan M. Sugiarmin

(2006, 75-76) menyatakan bahwa hakikat inklusi adalah mengenai hak setiap

siswa atas perkembangan individu, sosial, intelektual. Artinya para siswa

harus dapat kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mendapat

potensi tersebut, sistem pendidikan harus dirancang dengan memperhitungkan

perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa.

Page 83: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

71

Pada dasarnya media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan

sumber berita, melainkan juga berperan dalam menyusun dan mendefinisikan

realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi sebuah informasi

yang bermanfaat kepada masyarakat. Pemberitaan tentang pendidikan difabel

jarang sekali dibahas pada media mainstream, seringkali pemerintah dan

masyarakat mengabaikan hak difabel. Pendidikan yang tinggi akan

mendorong kebaikan bagi difabel dan dapat berguna bagi masyarakat umum.

Melalui pemberitaan, media dapat membingkai peristiwa dengan

bingkaian tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaiamana khalayak

harus melihat dan memahami peristiwa dari perspektif tertentu dengan bahasa

sebagai perangkat atau alat dasar yang digunakan. Pada berita kedua aspek

hukum yang digambarkan adalah kebijakan pemerintah yang belum

terealisasikan sebagaimana mestinya. Terlihat dari wartawan yang menuliskan

beberapa Undang-Undang tentang hak pendidikan difabel, masyarakat difabel

mencita-citakan bahwa apa yang tertulis pada Undang-Undang dapat

terealisasikan dengan baik agar difabel mampu bersaing dan dapat

berkontribusi bagi bangsa dan negara.

Identitas difabel pada media Newsdifabel.com menempatkan kelompok

difabel sebagai subjek pada setiap pemberitaannya bukan sebagai objek.

Artinya, newsdifabel memberikan ruang bagi kelompok difabel untuk

bersuara atas dirinya lansung, tidak diwakili oleh orang lain. Padahal seperti

dikatakan oleh McQuail (2009) bahwa media selama ini cenderung

menempatkan kelompok minoritas dalam posisi yang kurang menguntungkan,

cenderung melihat kelompok marginal sebagai objek daripada subjek. Dapat

disimpulkan Newsdifabel.com tampaknya menempatkan dirinya sebagai

sarana bagi kelompok difabel menyuarakan kepentingan mereka yang selama

ini tidak mendapat ruang di media massa.

Page 84: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

72

Kecenderungan media mainstream dalam memberitakan isu difabel

dapat menimbulkan stereotip dan representasi negatif terhadap difabel seperti

bersifat dramatis, kesedihan, kaum yang tak berdaya, bahkan kekurangannya

diangap sebagai lawakan. Seperti yang dikemukakan oleh Frank D. Durhaim

(1988) bahwa framing membuat lebih dimengerti, realitas yang kompleks

disederhanakan dalam katagori tertentu. Karena bagi khalayak penyajian

realitas yang demikian, membuat realitas menjadi lebih dimengerti.

Menurut Holey (2010), kecenderungan media massa yang korporatis,

memunculkan kebutuhan yang memungkinkan tiap individu memiliki

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan mempresentasikan dirinya

dalam media yang disebut media komunitas. Artinya adanya media komunitas

untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan informasi yang tidak terpenuhi

oleh media mainstream. Seperti halnya media Newsdifabel.com yang

memanfaatkan media sebagai pembentukkan identitas dan membangun

kohesivitas yang akan memperkuat identitas difabel dalam masyarakat.

Cita-cita kaum difabel dengan adanya media Newsdifabel.com dapat

memberikan informasi yang edukatif, terutama tentang cara pandang negara

dan masyarakat terhadap kaum difabel. Merubah pandangan yang awalnya

hanya dijadikan sebagai objek pembangunan, menjadi subjek pembangunan.

Penulis melihat hal ini bertujuan agar keberadaan kaum difabel dapat diakui

sebagai manusia lainnya yang memiliki kesamaan hak dan kewajiban.

Newsdifabel.com memiliki wacana bahwa negara akan berkembang dan

maju apabila kaum difabel sudah sejahtera, dan dapat menjalankan tugas-tugas

sebagai warganegara tanpa adanya hambatan. Penulis melihat media ini tidak

hanya ditujukan untuk sesama kaum difabel, tetapi untuk seluruh lapisan

masyarakat dan pemerintah. Artinya Newsdifabel sebagai media komunitas

difabel ingin mengajak berpikir inklusif dengan menerima kelompok difabel,

Page 85: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

73

menuntut kesetaraan bahwa difabel mampu dan dapat bersaing dengan yang

non-difabel, kelompok difabel harus mendapatkan perhatian lebih dari

pemerintah mulai dari kebijakan sampai fasilitas-fasilitas yang aksesibilitas

dan menjadikan difabel sebagai subjek pembangunan.

Penulis mengerucutkan interpretasi ini menjadi satu titik temu bahwa

Newsdifabel.com pada intinya ingin menyatakan bahwa kesadaran terhadap

kelompok minoritas perlu dimiliki oleh tiap individu, sehingga kesetaraan dan

kepahaman berpikir dapat dijalani dan dijunjung tinggi. Newsdifabel.com

menjadi media alternative untuk memberikan pemahaman dan informasi

kepada masyarakat luas mengenai isu disabilitas, tentunya guna mengubah

paradigma atau stigma negatif terhadap disabilitas.

Berita-berita yang ditulis oleh difabel pada Newsdifabel.com tentu ingin

memberikan gambaran bahwa difabel sama seperti masyarakat pada

umumnya. Apa pun yang masyarakat lakukan terbukti bahwa kaum difabel

dapat melakukannya, hanya saja dengan teknik-teknik yang berbeda dibantu

oleh kemajuan teknologi. Difabel daksa pun dapat membaca dan menulis

berbagai macam informasi melalui huruf braille dan menggunakan bantuan

software screen reader.

Page 86: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

74

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Riset ini menunjukkan bahwa media online Newsdifabel membingkai

identitas kelompok difabel dalam tiga representasi. Pertama,

Newsdifabel.com merepresentasikan kaum difabel sebagai kaum yang

masih terdiskriminasi. Terdiskriminasi, baik dalam kehidupan sosial,

pendidikan, dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum

terealisasikan secara menyeluruh. Diskriminasi yang sering terjadi

dimasyarakat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

difabel. Penggunaan diksi yang salah dapat memunculkan diskriminasi,

dimana kata ‘difabel’ sudah sangat relevan untuk digunakan. Namun,

masih banyak masyarakat bahkan media massa menggunakan kata yang

cenderung memojokkan kaum difabel.

Kedua, Newsdifabel.com menempatkan identitas kelompok difabel

sebagai ‘subjek’ pada setiap pemberitaan yang ditulis. Subjek yang

ditampilkan merupakan bentuk bahwa adanya ruang bagi kaum difabel

untuk menyuarakan isu-isu yang tidak diberitakan oleh media mainstream.

Ketiga, Newsdifabel.com ingin menekankan berfikir inklusi. inklusi

adalah sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan

sebuah lingkungan yang terbuka dengan mengikutsertakan semua tanpa

perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik,

budaya dan lainnya. Newsdifabel.com memiliki wacana bahwa, negara

akan berkembang dan maju apabila kaum difabel sudah sejahtera dan

dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai warganegara tanpa adanya

hambatan dan diskriminasi. Pada intinya penulis ingin mengatakan bahwa

Page 87: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

75

kesadaran terhadap kelompok minoritas perlu dimiliki oleh setiap

individu, sehingga kesetaraan dan kepahaman berpikir inklusi dapat

dijalani dan dijunjung tinggi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa saran

kepada segenap Akademisi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

khususnya program studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

masyarakat penikmat media massa.

1. Sebagai media komunitas yang memberikan informasi tentang isu

disabilitas, Newsdifabel.com perlu memberikan gambaran tentang

bagaimana seharusnya masyarakat bersikap terhadap kelompok

difabel. Tujuannya agar masyarakat dan kaum difabel dapat

bersosialisasi di lingkungan masyarakat tanpa ada diskriminasi.

2. Penulis juga menyarankan agar penelitian mengenai media komunitas

Newsdifabel.com dapat dilakukan dengan mencoba menggunakan

metode penelitian lain. Karena media yang secara khusus mengangkat

isu difabel masih sangat jarang dan banyak hal menarik untuk diteliti.

3. Sebagai penelitian mengenai isu difabel, penulis menyarankan agar

masyarakat dapat membaca informasi-informasi tentang difabel pada

Newsdifabel.com agar mengetahui tentang identitas difabel yang

sebenarnya.

4. Penulis menyarankan kepada pihak-pihak yang telah membaca skripsi

ini untuk lebih terbuka terhadap kaum difabel. Jangan memandang

sebelah mata kaum difabel, jangan diskriminasi, ikut merangkul, dan

berjuang bersama untuk memenuhi hak-hak disabilitas.

Page 88: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

76

DAFTAR PUSTAKA

Aprinta, Gita. (2011) The Massenger Kajian Media Massa: Representasi Girl

Power Wanita Dalam Media Online,Vol. II. Jakarta: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Birowo, M. Antonius. (2004). Metode Penulisan Komunikasi Teori dan

Aplikasi Yogyakarta: Gintayali.

Bungin, B. (2007) Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Durham, Frank D. (1998) News Frames as Social Narrative: TWA Flight 800,

Journal of Communication , vol. 48

Eriyanto. (2012) Analis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.

Yogyakarta: PT LkiS Printing Cermelang.

Farihah, Ipah. (2006) Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Ciputat: UIN Jakarta Press

Hall, Stuart. (2003) Cultural Representation and Signifying Practices.

London: Saga Publication.

Hammad, Ibnu. (2004) Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa.

Jakarta: Granit

Suryawiti, Indah. (2011) Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik.

Bogor: Ghalia Indonesia

Jumroni, Suhaimi. (2006) Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta:

Lembaga penelitian UIN Jakarta dengan UIN Press.

Junal Perempuan. (2010 Vol. 65) Mencari Ruang untuk Difabel. Jakarta:

Yayasan Jurnal Perempuan

Page 89: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

77

Kriyantoro, R. (2006) Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Prenada Media Group.

Moleong, Lexy J. (2005) Metode Penulisan Kualitatif. Bandung: PT Rosda

Karya.

Mondry, M.Sos. (2008) Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor:

Ghalia Indonesia.

M. Romli, Asep Syamsul. (2012) Jurnalistik Online : Panduan Praktis

Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa Cendekia.

Nugroho, Yanuar, dkk. (2012) Media dan Kelompok Rentan di Indonesia:

Empat Kisah. Jakarta: Centre for Innovation Policy and Governance.

Nurkhoiron, M, dkk. (2007) Hak Minoritas: Multikultural dan Dilema Negara

Bangsa. Jakarta: Interaksi Fondation.

Rahayu, Sugi dkk. (2013) Pelayanan Publik Bidang Transportasi Bagi

Difabel di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.

Sobur, Alex. (2006) Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Soehartono, Irawan. (2011) Metode Penelitian Sosial. Bandung: Rosdakarya

Strauss, Aneslm & Corbin Juliet. (2003) Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wahyudi, J.B. (1992) Teknologi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Page 90: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

78

Internet

https://www.bphn.go.id

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1667.pdf

https://www.google/newsdifabel.com

https://www.kbbionline.co.id

https://www.kompasiana.com

https://www.lpem.org

repository.uin.ac.id

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi dan Reporter, Popon Siti

Latipah.

Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi dan Editor, Barra Annasir.

Wawanacara pribadi dengan penulis berita ke II, Ravindra Abdi Prahaswara.

Page 91: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

79

LAMPIRAN

Page 92: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

80

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Judul Skripsi

Page 93: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

81

Lampiran 2

Surat Bimbingan Skripsi

Page 94: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

82

Page 95: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

83

Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

Page 96: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

84

Permohonan izin wawancara via Telepon

Page 97: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

85

LAMPIRAN

TRANSKRIP WAWANCARA NEWSDIFABEL.COM

Wawancara I

Narasumber : Barra Annasir

Jabatan : Staf Redaksi dan Editor

Waktu : 19 April 2020

Keterangan : wawancara via telepon

1. Isu apa yang diunggulkan dalam media Newsdifabel.com?

Isu tentang disabilitas, semua isu. Jadi kami punya platform,

platform pemberitaan semua tentang isu disabilitas dan saya

menerapkan dengan keras flatform anti diskriminasi, kesetaraan, anti

ras, anti-sentiment antar agama, dan termasuk pendapat situasi politik

tertentu kita netral. ‘Netral’ dalam artian tidak mau berpihak pada

salah satu kubu yang sedang bertarung secara politik.

2. Bagaimana Newsdifabel.com melihat identitas difabel?

Difabel minoritas besar, karena minoritas besar, temarjinalkan,

dan terdiskriminasi itu yang paling mewakili terhadap kelompok

disabilitas. Maka dari itu kita memilih diksi difabel itu different ability

perbedaan penggunaan tubuh, bukan cacat. Kita juga melarang atau

memberikan ajaran ini bukan cacat, ini adalah perbedaan penggunaan

tubuh.

3. Menurut Bapak bagaimana masyarakat memandang difabel?

Sebenarnya terpolarisasi ada yang sudah sadar awareness. Tapi

kebanyakan memandang difabel cacat dan penyakit dan berbelaskasih.

Karena beberapa teman-teman disabilitas bilang ‘saya tidak perlu

Page 98: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

86

dikasihani, jangan iba pada saya dengan konsisi saya’ itu teman

disabilitas yang bicara. Ada masyarakat yang memandang seperti itu.

Ada juga yang sudah sadar kadang ikut menjadi volunteer, tidak

mengeksploitasi. Ada yang memandang penyakit, cacat, dan mungkin

yang mistis lagi azab dari masa lalunya seperti itu. Dan tentang

masyarakat difabel saya menyoroti tentang kebijakan negara yang

masih diskriminatif terkait fasilitas publik yang belum aksesibilitas.

4. Menurut bapak apakah pemerintah sudah memenuhi hak

difabel?

Secara garis besar belum, misalnya fasilitas yang belum

aksesibilitas, pendidikan yang masih minim untuk difabel, dan

kebijakan-kebijakan yang belum terealisasikan.

5. Apakah Newsdifabel dibuat untuk memperjuangkan hak difabel

atau hanya untuk menyampaikan berita-berita saja?

Menyampaikan berita dan memperjuangkan sebenarnya,

caranya sementara ini hanya audiensi. Kalau dibandung pernah ada

demonstrasi perubahan Wyata Guna menjadi BRSPDSN (Balai

Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Nentra), karena

dinilai perubuhan itu berdampak pengusiran pada beberapa teman-

teman yang ada diasrama. Metode yang digunakan pada saat itu demo,

sampai membuka posko. Sebenarnya itu ingin meminta perhatian, dan

akhirnya audiensi dengan menegoisasikan tuntutannya ke pihak

pemerintah. Biasanya memang audiensi dan demo yang bisa kita

lakukan.

6. Bagaimana Newsdifabel.com menggambarkan identitas difabel?

Masyarakat yang belum terpenuhi hak-hak dasar HAM.

Perlakuan diskriminasi itu melanggar HAM, semua ada di Undang-

Undang Disabilitas tetapi yang terlihat dimasyarakat masih ada

Page 99: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

87

perlakuan diskriminasi, lalu tidak terpenuhnya hak, dan masih banyak

lagi. Melihat pemerintah semangatnya sudah ada, misalnya semangat

akomodatif, trobosan akomodatif dengan mengambil staff khusus

yang disabilitas. Tetapi itu hanya di staff khusus, bagi teman-teman

lainnya belum terasa, belum menyeluruh kebawah.

7. Pesan apa yang ingin disampaikan Newsdifabel.com kepada

masyarakat?

Pesannya jangan diskriminatif, berlaku adil terhadap

disabilitas, turut serta berjuang bersama disabilitas, menegakkan hak

asasi. PR umumnya seperti itu.

8. Pesan apa yang ingin disampaikan Newsdifabel.com kepada

pemerintah?

Pesan untuk pemerintah penuhi tuntutan disabilitas terkait

HAM secara menyeluruh turunannya seperti pendidikan, kesehatan,

akses publik, secara budaya bagaimana mematangkan pemikiran

masyarakat tentang disabilitas.

9. Menurut bapak apakah media mainstream sudah cukup andil

dalam mempresentasikan difabel?

Kalau masalah media mainstream, kita ada kredo bahwa

disabilitas dalam pemberitaan jangan dijadikan objek, tetapi jadikan

sebagai subjek. Kalau di media mainstream setau saya masih

menjadikan disabilitas sebagai objek, Misalnya ‘disabilitas ini

berprestasi’, ‘disabilitas ini tidak terurus’ seperti itu.

10. Bagaimana menentukan sebuah berita yang layak atau tidak

layak dipublikasikan?

Newsdifabel.com Mekankan prinsip tidak SARA, dan isunya

tentang disabilitas. Memuat refrensi-refrensi yang terpercaya. Di

Newsdifabel.com dalam penulisannya asalkan membicarakan tentang

Page 100: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

88

difabel, tidak mengandung unsur SARA, tidak seksis, tidak

diskriminatif, tidak berkata-kata kasar, dan berberbasiskan pada data,

berbasiskan pada fakta.

11. Bagaimana cara newsdifabel.com mengemas sebuah berita agar

menarik untuk dibaca?

Sebenarnya tujuan dari Newsdifabel.com sendiri fokusnya

yang terpenting teman-teman difabel bisa menulis terlebih dahulu, bisa

melakukan wawancara, bisa reportase. Kita belum masuk ke wilayah

yang harus ideal. Memang belum maksimal, Karena tujuan kita

menulis saja dulu karena tidak ada yang mempunyai basic jurnalistik.

12. Bagaimana tahapan produksi berita, mulai dari melihat suatu

peristiwa hingga sampai dijadikan berita?

Sebenarnya kita membebaskan meliput segala sesuatu yang

berkaitan dengan disabilitas. Kalau ada event-event tertentu kita akan

merapatkan untuk pembagian kerja tim, misalnya waktu itu pernah ada

Paralympic kita meliput perlombaan catur nasional, kalau ada

perelatan-perelatan besar yang berkaitan dengan disabilitas. Dan yang

lainnya dibebaskan apapun itu.

13. Bagaimana pandangan Newsdifabel.com melihat isu difabel

dipublikasikan pada media mainstream?

Beberapa media mainstream pernah malakukan dalam konteks

saya menolak diksi cacat, kami tidak setuju ada diksi cacat.

Sebenarnya pemberitaannya lebih ke belaskasih.

14. Dari berita KITA SEMUA BERPOTENSI MENJADI

DISABILITAS pesan dan aspek apa yang ingin ditampilkan pada

berita tersebut?

Saya ingin menekankan berfikir inklusi, bahwa orang yang

non-difabel itu sebenarnya punya potensi besar menjadi difabel, maka

Page 101: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

89

kalian jangan diskriminatif pada difabel. Karena pada situasi tertentu

kita semua bisa jadi difabel entah itu bencana alam, kecelakaan lalu

lintas, atau korban terorisme, atau malpraktik. Aspek yang ditonjolkan

tentang kesadaran masyarakat tentang disabilitas. Karena semua bisa

menjadi disabilitas dalam keadaan tertentu, maka berwelas asihlah

dalam konteks jangan memandang remeh, jangan mendiskriminasi,

dan berjuang bersama untuk memenuhi hak-hak disabilitas.

15. Apa yang Newsdifabel.com harapkan setelah membuat portal

media komunitas online ini, tentang identitas dari difabel?

Harapan kita mengabarkan fakta sebenarnya yang penting

memberitakan bahwa ini eksistensi disabilitas seperti ini,

terdiskriminasi dalam pendidikan. Tidak memarjinalkan, turut serta

memperjuangkan hak-hak disabilitas dengan kebijakan-kebijakan

pemerintah. Terkait pendidikan fasilitas-fasilitas SDLB, SMPLB,

SMALB dan kualitas pengajar. Seperti yang sudah dicantumkan pada

UU permenristekdiksi No. 46, harus dipenuhi karena implementasinya

kurang maksimal.

Page 102: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

90

Wawancara II

Narasumber : Popon Siti Latipah

Jabatan : Pemimpin Redaksi dan Reporter

Waktu : 24 April 2020

Keterangan : Wawancara via telepon

1. Apa yang membuat Teh Popon ingin bergabung dengan

Newsdifabel.com?

Alasannya mungkin sama dengan teman-teman yang gabung di

Newsdifabel.com, kita ingin melalui media newsdifabel ini kita bisa

mengubah paradigma atau biasa yang disebut stigma masyarakat

terhadap disabilitas yang selama ini memang kecenderungan lebih ke

negatif. Artinya negatif itu, memandang kita selalu butuh bantuan

orang lain, atau kita tidak bisa melakukan hal apapun. Kenapa

masyarakat bisa lahir stigma seperti itu di masyarakat, mungkin

mereka tidak tau yang sebenarnya seperti apa. Dengan adanya

Newsdifabel kita menyajikan berita-berita hal-hal yang receh sampai

hal-hal yang memang layak dijadikan berita, mereka jadi tau bahwa

disabilitas itu sebenarnya sama dengan masyarakat pada umumnya.

2. Bagaimana teman difabel dapat melakukan kegiatan jurnalistik,

karena saya dapat informasi bahwa teman difabel tidak ada latar

belakang reporter dan jurnalis?

Kita belajar menulis sesudah ada portal ini. Awalnya setelah

kita punya gagasan ide untuk membuat media online tentang

disabilitas ini, karena kita tau kita tidak punya basic itu kita

mengadakan pelatihan. Dari pelatihan-pelatihan itu kita dapat sedikit

ilmu tentang jurnalis.

Page 103: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

91

3. Kalau untuk pelatihan itu sampai sekarang masih adakah?

Sebenarnya pelatihan itu kita berencana untuk melakukan

pelatihan itu di tahun 2020 awal ini, tapi karena terkendala dengan satu

dan lain hal, jadi saat ini belum terlaksana. Apalagi sekarang

terkendala covid-19.

4. Selain membuat berita, apakah Newsdifabel.com ada kegiatan

lainnya, karena media ini dapat dikatakan media komunitas?

Biasanya kita ada pertemuan antara kontributor, editor, dan

sebagainya dalam waktu sebulan sekali. Dan kita terakhir kumpul

Desember atau Januari, setelah itu kita sampai sekarang belum ketemu

lagi. Karena covid ini. Sebelum covid ada juga kita terkendala dengan

kesibukan masing-masing, ditambah sekarang mobilitas kita juga

terbatas jadi ya sudah kita belum bertemu lagi sampai sekarang selain

online.

5. Pada setiap pertemuan itu apa yang dibahas Teh?

Kalau setiap pertemuan yang dibicarakan pasti progres

Newsdifabel.com dan respon masyarakat terhadap Newsdifabel, terus

rencana-rencana peliputan misalkan dalam satu bulan kedepan apakah

ada event disabilitas yang bisa kita liput, atau ada ide-ide apa yang bisa

kita jadikan tulisan. Selebihnya ngobrol-ngobrol biasa aja, saling

memberikan penguatan, saling menyemangati. Karena kita sifatnya

masih free tidak provit oriented, jadi kita benar-benar butuh penguatan

pada saat kita lesuh kita bertemu kita semangat lagi.

6. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Newsdifabel?

Sebenarnya dengan adanya ketertarikan Chani untuk penelitian

di Newsdifabel juga salah satu bentuk respon masyarakat terhadap

kita, terus ada juga teman-teman mahasiswa lainnya yang sama.

Bahkan ada yang sudah beres skripsinya, kan Alhamdulillah berartikan

Page 104: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

92

masyarakat responnya positif. Selain teman-teman mahasiswa ada

juga beberapa media mainstream yang meliput kita, berartikan itu

ketertarikan tehadap Newsdifabelnya sudah mulai muncul. Kita juga

ga nyangka akan seperti ini.

7. Menurut Teteh Popon apakah Newsdifabel.com sudah turut andil

dalam memperjuangkan hak-hak disabilitas?

Sedikit banyaknya sudah, karena kita menyuarakan apa yang

ingin teman-teman disabilitas suarakan. Meskipun mungkin belum

menyentuh sampai wilayah 50% dari teman-teman disabilitas yang ada

di Indonesia, mungkin hanya beberapa persen saja. Tapi dengan

adanya pemberitaan-pemberitaan tentang disabilitas yang tidak

diberitakan media mainstream, kita merasan ada andil untuk teman-

teman bisa menyuarakan itu.

8. Dalam struktur redaksi semua reporter penyandang disabilitas,

bagaimana Teteh dan teman difabel meliput berita?

Kalau misalnya ada event yang berhubungan dengan

disabilitas, kita pasti sudah tau infonya jauh-jauh hari. Misalkan ada

Musyawarah Nasional Pemilihan Ketua Persatuan Tuna Netra

Indonesia, kita meminta izin kepada panitia untuk liputan setelah itu

kita baru turun ke lapangan meliput. Sebelumnya kita juga akan

konfirmasi kira-kira siapa yang bisa diwawanacara, karena kita

terbatas oleh kedisabilitasan kita. Seperti Teteh kan disabilitas netra,

jadi tidak bisa melihat dan kalau sudah janjian sebelumnya pasti kita

langsung menghubungi narsumnya. Misalnya janjian di titik mana,

setelah itu kita wawancara. Kita olah jadi tulisan, setelah di edit dengan

editor kalau menurut editor sudah siap tayang langsung naik jadi

berita. Kalau untuk Teteh sendiri karena total tidak bisa melihat, jadi

Teteh bawa temen dari Newsdifabel juga yang bisa mengambil gambar

Page 105: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

93

karena Teteh sendiri tidak bisa foto. Jadi biasanya Teteh ditemani oleh

teman daksa.

9. Apakah ada kesulitan saat meliput berita?

Yang paling tampak, kebanyakan kalau konfirmasi hanya ke

ketuanya saja, dan panita lainnya tidak tau kalau kita datang ingin

meliput. Mungkin ketua pelaksannya lupa memberitahu panitia

lainnya, kalau begitu mereka tidak menganggap kalau kita jurnalis

yang ingin meliput. Jadi nyangkanya kita peserta. Setelah kita jelaskan

kalau kita dari Newsdifabel, terus ada idcard jadi mereka percaya

kalau kita jurnalis. Setelah itu kita mengadakan liputan itu.

Kalau untuk Teteh sendiri Teteh kan tidak bisa melihat sama

sekali, jadi harus memastikan dengan benar narasumber itu dimana.

Soalnya dulu pernah narasumbernya ada di sebelah mana,

wawancaranya di sebelah mana. Jadi lucu juga sih. Kata teman, ini

narsumnya sebelah sini. Jadi hal-hal yang seperti itu yang dijadikan

pelajaran.

10. Menurut Teteh masyarakat melihat difabel sebagai apa Teh?

Selama ini mungkin mereka menganggap kita sebagai

perlakuan khusus yang mereka lakukan terhadap kita atau yang mereka

terapkan kepada kita. Karena mungkin ketidaktahuan meraka, dengan

memperlakukan kita special, memperlakukan kita lain dari pada yang

lain. Mungkin dengan pengetahuan dan pengalaman mereka sudah

cukup, mungkin hal itu tidak akan terjadi. Intinya informasi tentang

disabilitas belum sampai kepada masyarakat secara utuh.

11. Dengan adanya Newsdifabel.com apa yang ingin disampaikan

kepada masyarakat?

Sudah pasti ingin menyampaikan bahwa, kita juga sama

dengan mereka. Mengiginkan hak kesetaraan disabilitas sama dengan

Page 106: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

94

masyarakat pada umumnya. Karena apa pun yang masyarakat lakukan

buktinya kita juga bisa melakukan, dengan adanya teknik-teknik

alternatif. Meskipun caranya beda, misalnya Chani bisa baca Teteh

pun bisa baca hanya saja hurufnya berbeda. Apalagi dengan kemajuan

teknologi sekarang, kita bisa baca buku dengan leluasa, kita bisa akses

internet dengan sama, teman-teman daksa, tulisan sebagainya juga

sekarang sudah mulai terbuka dan mau menerima mungkin karena

informasi yang sudah makin banyak.

12. Apa pesan untuk pemerintah dari Newsdifabel.com?

Kalau pesan untuk pemerintah sudah pasti jelas, pemerintah

punya Undang-Undang dan regulasi. Jika Undang-Undang itu sudah

dilaksanakan, itu sangat memberikan kenyamanan terhadap teman-

teman disabilitas. Tetapi nyatanya yang namanya Undang-Undang,

sampai saat ini hanya sebagai seolah-olah hanya wacana saja belum

terlaksana menyeluruh. Inginnya Undang-Undang yang sudah ada

dijalankan dengan semestinya. Sosialisasi terhadap masyarakat juga,

bahwa ada Undang-Undang Disabilitas itu juga penting. Jadi tidak

semata-mata Undang-Undang Disabilitas yang tau hanya orang-orang

disabilitas itu sendiri kan percuma, sementara yang harus melakukan

aplikasi Undang-Undang itu bukan disabilitas sebenarnya, tapi pihak-

pihak terkait yang ada hubungannya dengan UU tersebut.

Page 107: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

95

Wawancara III

Narasumber : Ravindra Abdi Prahaswara

Sebagai : Penulis Berita “Perlukah Disabilitas

Mengenyam Pendidikan Tinggi?’’

Waktu : 25 April 2020

Keterangan : Wawancara via telepon

1. Apa alasan Bapak mengangkat berita “Perlukah Disabilitas

Mengenyam Pendidikan Tinggi?

Secara historis saya tulis berita itu tahun 2018 moment-nya

kala itu penerimaan PNS, kemudian saya riset teryata lowongan CPNS

yang dibuka itu formasinya itu ada untuk kelompok disabilitas. Baru

di tahun 2018 karena sebelumnya masuk ke formasi umum, sejak

tahun 2018 itu lah formasi khusus untuk disabilitas. Masalahnya

muncul ketika saya lihat satu persatu saya amati tentang formasi yang

ada memang benar ada untuk disabilitas, tapi persyaratannya masih

banyak ditemukan yang diskriminatif. Ada syarat-syarat tertentu yang

dimana belum banyak disabilitas yang bisa mendaftar ke formasi itu,

terutama salah satunya adalah kualisifikasi pendidikan yang

disyaratkan. Misal ada formasi disabilitas tapi harus dari lulusan S1

Pertambangan, S1 Kedokteran, dan masih banyak yang lain. Itu suatu

hal yang sebenarnya pemerintah itu sudah mulai terbuka ingin

menampung disabilitas supaya ikut mengabdi untuk negara, tapi disisi

lain pemerintah kurang memahami betul kondisi di lapangan yang

terjadi. Tidak melihat data, apakah ada disabilitas dari jurusan tersebut.

Kalau pemerintah mempunyai data dan meliat secara lengkap, maka

pemerintah tahu bagaimana disabilitas dan kuliahnya di jurusan apa

Page 108: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

96

saja. Misal yang dibuka formasi kedokteran, sampai dengan saat ini

belum ada disabilitas yang lulus atau jangankan lulus masuk kuliah

kedokteran saja belum ada. Karena jurusan kedokteran itu syaratnya

harus sehat secara fisik, kemudian tidak buta warna, dan lain

sebagainya. Ambil contoh lain jurusan Teknologi Informasi Komputer

itu sebenarnya disabilitas mampu masuk jurusan itu, dari pihak

lembaga pendidikan Universitasnya belum awware terhadap

disabilitas. Untuk masuk pun susah, apalagi mencari lulusan agar

mendaftar ke CPNS dengan syarat tersebut. Kemudian tulisan itu

berangkat dari banyaknya disabilitas yang ingin menempuh

pendidikan tinggi, tapi dari pihak keluarga kurang mendukung lalu

Anggapan masyarakat masih banyak yang melihat dari sisi

kekurangannya. Ambil contoh ketika ada disabilitas kuliah, maka

banyak masyarakat yang beranggapan ‘wah ngapain sih orang kaya

gitu kuliah’ itu poin keduanya. Yang ketiga, kurangnya dukungan dari

orang tua. Kurangnya dukungan dari orang tua ini disebabkan karena,

kurang informasi yang dimiliki orang tua dan memiliki rasa takut dan

pesimis bahwa anaknya bagaimana cara berkuliah di perguruan tinggi.

Dari tiga poin itu, maka saya membuat sebuah berita di Newsdifabel

untuk menjawab semua kekhawatiran, kegelisahan, serta keadaan yang

sebenarnya terjadi.

2. Pesan apa yang ingin disampaikan dari berita tersebut?

Pesannya untuk memberikan gambaran yang jelas pada

pertama, disabilitasnya itu sendiri bahwasanya ia bisa untuk berkuliah

dan menempuh pendidikan yang tinggi itu bisa dan jalannya ada. Yang

kedua, juga memberikan informasi kepada orang tua dari penyandang

disabilitas supaya, orang tua ini tidak terlalu merasa pesimis terhadap

anaknya dan juga mampu mendorong anaknya bisa setara seperti orang

Page 109: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

97

pada umumnya. Yang ketiga, juga memberikan informasi kepada

masyarakat secara luas bahwasanya disabilitas itu bisa menempuh

perguruan tinggi dan dampak dari pendidikan itu akan mendorong

kebaikan bagi disabilitas dan bisa berguna bagi masyarakat. Jadi

dengan adanya pendidikan yang tinggi, disabilitas itu bisa lebih

berguna di masyarakat umum.

3. Aspek apa yang ditojolkan dari berita tersebut?

Aspek yang pertama, tentunya edukasi atau pendidikan. Yang

kedua, aspek hukum karena di dalam berita itu saya muat ada dasar

hukumnya juga. Kemudian aspek sosial, dan ini yang terpenting.

4. Bagaimana seharusnya pemerintah mengelola kebijakan hak

pendidikan difabel?

Dari pemerintah yang hendaknya lebih mensosialisasikan

aturan yang ada ke bawah, karena pemerintah itu sekarang mempunyai

aturan dan Undang-Undang pun sudah ada No.8 2016 tentang

disabilitas, UU No. 20 2003 tentang pendidikan nasional, dan

permenristekdiksi 47 2017. Sebenarnya aturan di pusat sudah jelas,

cuma kebawahnya itu yang kurang sampai di tiap-tiap institusi

pendidikan. Jadi sosialisasi itu harus terus dijalankan, kemudian

mendukung tiap kebijakan yang sudah diambil perguruan tinggi yang

sudah lebih baik menerima anak disabilitas. Kemudian juga tiap

mengambil kebijakan harus bedasarkan data dengan melibatkan

organisasi penyandang disabilitas, itu penting.

Page 110: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

98

Minggu, 09 September 2018

Rep: Barra Annasir

Kita Semua Berpotensi menjadi Disabilitas

[Bandung, 9-09-2018] Andika Arisman, penyandang disabilitas berusia 27

tahun berjibaku dalam kehidupan dengan bekerja sebagai pengemudi online.

Di Kompas.com diceritakan, dalam sehari, Andika hanya mendapat 2-3 order

bernilai sekitar Rp.30.000-an. Lalu, apa gerangan sebabnya?

Karena Andika penyandang disabilitas, oleh karenanya, konsumen urung

menggunakan jasanya. Jika situasi itu terus dialami Andika, maka sudah

dipastikan bisa mengecilkan pendapatan karena di sistem transportasi online

dikenal dengan namanya rating. Sistem pemesanan online didesain untuk

mengutamakan orderan ke pengemudi yang memiliki rating bagus (sering

mendapatkan penumpang/orderan).

Andika Arisman adalah simbol konkret, sebuah tanda bagaimana masyarakat

(meski tidak semua) mendiskriminasi kaum disabilitas. Watak masyarakat

adalah cermin bagaimana Negara memperlakukan kaum disabilitas.

Diskriminatif. Letak diskriminasinya bisa dua hal: istilah/label dan regulasi.

Dalam hal regulasi, misal, ketersediaan huruf braille dalam surat suara/ujian

nasional, akses di tempat public, 2% pekerja difabel dalam satu perusahaan,

dan banyak lagi. Dalam hal istilah/label, bermakna adanya diskursus/ideologi

normalitas. Nah, diskursus/ideologi normalitas di dalamnya akan terus

terkandung diskriminasi jika tidak segera diluruskan. Ketika pertama kali kita

memisahkan diri antara normal dan tidak-normal, sejak itulah pertama kali

kita makin mengokohkan definisi normal, yang terkandung diskriminasi.

Dalam ilmu filsafat disebut sebagai kuasa-bahasa sehingga hadir terminologi

(pengistilahan) normalistas. Kuasa-normalitas bisa beroperasi secara sadar

ataupun tak sadar di kepala kita. Karena kuasa-normalitas (yang dipengaruhi

gagasan manusia) akan menjadi dorongan kesadaran sejauh mana kebijakan

pemerintah (secara kolektif) atau individu pembuat kebijakan (secara

perorangan) berani memutuskan dan punya keberpihakan kepada penyandang

disabilitas misal, memutuskan untuk membangun fasilitas secara menyeluruh

bagi penyandang disabilitas atau membuat kebijakan yang mendorong

peningkatan kapasitas penyandang disabilitas. Ketiadaan dorongan tersebut

adalah akibat dari hadirnya gagasan kuasa-normalitas di kepala pemegang

Page 111: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

99

kebijakan. Selain itu ideologi normalitas hadir untuk secara sengaja duduk

berseberangan dengan yang-tidak-normal. Yang paling berbahaya dari kuasa-

normalitas adalah ketika ia (kuasa-normalitas) sudah menjadi konstruksi

sosial yang kemudian dianggap biasa, diyakini benar dan tak perlu dibahas

lagi.

Roland Barthes, dalam ilmu semiologi menjelaskan pentingnya deskripsi

bahasa agar tidak menimbulkan masalah. Dalam diskursus ini, terminologi

tidak-normal disematkan kepada orang yang memiliki kegunaan fisik yang

berbeda dengan yang lain. Di masyarakat awam, kata ‘tidak normal’ ini

merujuk pada manusia yang memiliki keterbatasan panca indera dan tubuh.

Persepsi dan istilah itu jelas keliru. Sehingga istilah yang tepat adalah different

abilities people atau orang dengan kemampuan berbeda. Different abilities

people kemudian diakronimkan (disingkat) menjadi difable (dalam bahasa

Indonesia: difabel). Pentingnya memahami makna bahasa agar perbedaan

kegunaan fisik manusia jangan dijadikan dalih untuk mendiskriminasi.

Sebernarnya, ada lagi salah sangka yang terlanjur menjadi konstruksi sosial

dalam pemaknaan. Karena menjadi konstruksi sosial maka dalam kesadaran

(kognitif) kita jangan sampai terjebak oleh konstruksi bahasa yang umum.

Sebagai contoh, dalam masyarakat kita kebanyakan (jika tidak bisa dikatakan

‘semua’) menujukkan bahwa perspektif disabilitas dipenuhi oleh terminologi

kesehatan. Itu keliru karena, disabilitas bukan bermakna sebagai orang sakit.

Dalam kajian teologis (ketuhanan), kita perlu berhati-hati tentang pemaknaan,

karena tidak bisa juga dinyatakan sebagai ‘penyandang cacat’ atau ‘orang

cacat’. Jika menilai itu sebagai cacat, pernyataannya adalah: apakah ciptaan

tuhan tidak sempurna? Tentu Tuhan menciptakan dengan penuh

kesempurnaan. Toh kita tidak bisa mendahului dan memesan takdir, bukan?

Manusia diberi akal untuk menemukan teknologi. Lewat Louis Braille, Tuhan

mengkondisikan adanya huruf braille. Disini penulis sedang ingin mengatakan

bahwa penguasa/pemerintahan memiliki sumber daya untuk menemukan dan

membuat fasilitas agar memudahkan kaum difabel menikmati hidup,

menyerap semua ilmu dan mengembangkan potensinya secara maksimal,

tanpa ada diskriminasi sosial, ekonomi, politik, budaya. Termasuk agama.

Khusus tentang ini, penulis memberikan pertanyaan kontemplatif, sudahkah

tempat-tempat ibadah juga ramah disabilitas (?)

Page 112: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

100

Meski penulis menggunakan istilah ‘disabilitas’ secara umum dalam tulisan

ini, akan tetapi penulis merasa perlu untuk menjelaskan tentang istilah

‘difabel’ dan ‘cacat’, semata-mata demi menghadirkan pemahaman yang

komprehensif tentang istilah disabilitas itu sendiri, sehingga pembaca

menyadari secara penuh betapa bahasa bisa berpengaruh besar pada pola

pemikiran yang terbentuk di tengah masyarakat.

Kembali ke medan pembahasan, karena tidak bisa memesan takdir maka, kita

semua memiliki potensi menjadi penyandang disabilitas. Selain terberi sejak

dalam kandungan, proses menjadi disabilitas juga bisa dikarenakan faktor

kejadian tertentu misal, kecelakaan, malapraktik, bencana alam, dan lainnya.

Potensi menjadi penyandang disabilitas bisa menyasar siapapun, termasuk

Presiden, Mentri Sosial, Gurbenur, Wali Kota, dan para pemegang kebijakan.

Termasuk penulis sendiri.

Jadi, masihkah kebijakan dan arah pembangunanmu abai dan tak ramah

disabilitas?

Page 113: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

101

Rabu, 12 September 2018

Rep: Ravindra Abdi Prahaswara

Perlukah Disabilitas Mengenyam Pendidikan Tinggi?

[Jakarta, 12-09-2018] setiap manusia lahir ke dunia dalam kondisi sama.

Sama-sama diciptakan oleh Tuhan, sama-sama lahir dari perut seorang ibu,

dan sama-sama memiliki hak untuk hidup. Tuhan mencipkan manusia dengan

kondisi yang sempurna. Yakni memiliki akal yang digunakan berfikir.

Kemampuan berfikir inilah yang menjadi dasar bagi manusia untuk

mendapatkan perintah tuhan dalam hal menuntut ilmu lewat suatu proses

pendidikan.

Proses pendidikan sebenarnya sudah dimulai ketika seorang manusia

dilahirkan. Berawal dari lingkungan keluarga, seorang anak dididik oleh ibu

dan bapaknya. Menginjak usia sekolah, anak mulai dimasukkan ke jenjang

pendidikan formal agar memperoleh cukup ilmu pengetahuan yang dapat

menyongsong masa depannya. Lalu bagaimana anak penyandang disabilitas

itu bisa memperoleh pendidikan formal?

Untuk anak-anak dengan disabilitas, sejak dulu sudah berdiri sebuah sekolah

khusus yang memang diperuntukkan untuk memberikan pendidikan bagi

mereka. Sekolah itu diberi nama Sekolah Luar Biasa yang di dalamnya

meliputi SDLB, SMPLB, dan SMALB dengan kekhususan yang berbeda-

beda. Namun, jika anak penyandang disabilitas sudah memiliki kemampuan

yang memadai untuk belajar bersama dengan teman-temannya yang non-

disabilitas, maka sebaiknya anak penyandang disabilitas disekolahkan di

sekolah regular melalui program inklusi. Dengan disekolahkan di sekolah

regular, anak penyandang disabilitas diharapkan mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungan masyarakat sesungguhnya dan mampu bersaing secara

akademis dengan anak lain yang non-disabilitas.

Perlukah penyandang disabilitas mengenyam pendidikan tinggi?

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, banyak orang tua dari

penyandang disabilitas yang bingung akan nasib anaknya. Tidak seperti orang

tua lain yang memiliki anak non-disabilitas, mereka semangat mendorong

anaknya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan tinggi. Meski

begitu, ada juga orang tua yang memilih meminta anaknya untuk langsung

Page 114: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

102

mendaftar kerja. Yang membuat orang tua dari anak penyandang disabilitas

bingung adalah kurangnya keterampilan yang dimiliki anaknya, lapangan

kerja yang menolak adanya disabilitas, rasa takut menyekolahkan anaknya di

perguruan tinggi, dan masalah ekonomi. Akhirnya banyak dari mereka yang

membiarkan anaknya putus sekolah dan kehilangan masa depan.

Kasus semacam ini banyak, dan sering kita jumpai di desan maupun kota.

Kurangnya informasi yang dimiliki orang tua, menimbulkan cara pandang

mereka lebih ke arah pesimis dan negatif terhadap nasib anaknya sendiri.

Mereka lupa bahwa Allah sudah menjamin rizki untuk setiap manusia dengan

adil tanpa ada yang dilupakan. Sesungguhnya rizki, jodoh, maut itu sudah

diatur oleh Allah. Jadi, sebagai orang tua, hendaknya yakin dan menyerahkan

semuanya kepada janji yang pasti datangnya dari Allah. Biarkan anak

menentukan nasib dan pilihannya sendiri. Dukung anak dengan sepenuh jiwa,

raga, dan doa tentunya.

Seiring pesatnya kemajuan zaman beserta ilmu pengetahuan, pendidikan tidak

cukup berhenti sampai jenjang menengah saja. Perlu dilanjutkan ke jenjang

pendidikan tinggi agar pengetahuan manusia berkembang optimal. Para

penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam

pendidikan tinggi. Pemerintah juga sudah menertapkan peraturan yang

mengatur bahwa para penyandang disabilitas berhak melanjutkan

pendidikannya setinggi mungkin, sebagaimana tertuang dalam UU No. 8

tahun 2016 dan permenristekdikti No.46 tahun 2017. Hal ini perlu disambut

baik khususnya oleh penyandang disabilitas sendiri dan tidak menyia-nyiakan

kesempatan emas yang sudah diperjuangkan oleh berbagai pihak ini.

Dengan disabilitas menempuh pendidikan setinggi mungkin, nantinya

lapangan pekerjaan juga akan semakin terbuka dengan sendirinya. Saat ini

memang sudah diatur dalam UU No. 8 2016 bahwa perusahaan swasta berhak

menyediakan 1% dari total karyawannya untuk penyandang disabilitas,

sedangkan perusahaan miliki Negara wajib mempekerjakan 2% pegawainya.

Namun faktanya banyak perusahaan yang masih melakukan penolakan dengan

alasan ijazah dan lain-lain. Oleh karena itu disabilitas perlu mengeyam

pendidikan tinggi agar memiliki kesetaraan dengan mereka yang bukan

disabilitas. Dan Negara wajib menyediakan, dan mengelola infrastruktur yang

ramah bagi disabilitas.

Page 115: REPRESENTASI IDENTITAS KELOMPOK DIFABEL PADA MEDIA …

103

Berita I Newsdifabel.com, 09 September 2018

Berita II Newsdifabel.com, 12 September 2018