Upload
phamkhue
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
REPRESENTASI KULTUR ISLAM
DALAM TAYANGAN ADZAN MAGRIB DI RCTI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ITA BASITHA FIRMAN
NIM: 1110051000122
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
i
REPRESENTASI KULTUR ISLAM
DALAM TAYANGAN ADZAN MAGRIB DI RCTI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ITA BASITHA FIRMAN
NIM: 1110051000122
Pembimbing,
Fita Fathurokhmah, M.Si
NIP: 19830610 200912 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Agustus 2014
Ita Basitha Firman
iv
ABSTRAK
ITA BASITHA FIRMAN
NIM: 1110051000122
Representasi Kultur Islam dalam Tayangan Adzan Magrib di RCTI
Perkembangan televisi di Indonesia saat ini sudah sangat maju, hal ini berkaitan
dengan banyaknya stasiun televisi yang bermunculan, maka semakin banyak pula
informasi yang disampaikan oleh televisi. Salah satu program yang wajib ada di setiap
stasiun televisi yaitu tayangan adzan. Secara umum tayangan adzan harus bisa
mengungkapkan representasi konsep kultur Islam seperti aktivitas ibadah ritual kepada
Tuhan (rabbaniyah), baik berupa keindahan bangunan-bangunan masjid, serta keagungan
ciptaan Tuhan seperti alam semesta beserta isinya. Adapula yang menampilkan aktivitas
hubungan vertikal manusia dengan Tuhannya seperti melaksanakan shalat, mengaji,
ataupun berdoa. Namun RCTI mengemas dengan alur cerita yang berbeda dengan alur
adzan pada umumnya, dengan versi “IBU” dan merepresentasikan nilai kasih sayang
seorang ibu kepada anaknya tanpa ada visual ajakan untuk melaksanakan shalat.
Rumusan masalah penelitian yaitu: Apa makna yang terkandung dalam tayangan
adzan magrib RCTI dengan pendekatan analisis semiotika model Charles Sanders Peirce?
Apa yang direpresentasikan oleh RCTI dalam alur cerita adzan magrib?
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis
berpendapat bahwa alam semesta, secara epistimologis adalah sebagai hasil konstruksi
sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
deskriptif bertujuan untuk mengankat fakta, keadaan, variabel dan fenomena-fenomena
yang terjadi ketika penelitian berlangsung.
Teori yang digunakan adalah analisis Semiotika model Charles Sanders Peirce
yang menurut objeknya membagi tanda atas Ikon, Indeks, dan Simbol. Teori Christ
Barker Representasi media dimaknai sebagai bagaimana dunia dikonstruksikan dan
direpresentasikan secara sosial, disajikan kepada kita dan oleh kita didalam pemaknaan
tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah media elektronik RCTI. Sedangkan yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah tayangan adzan magrib versi “IBU”. Peneliti
melakukan analisis data dengan menganalisis gambar.
Penemuan dari penelitian pada tayangan adzan magrib versi “IBU” di RCTI,
makna yang terkandung adalah ibadah vertikal kepada Allah dengan cara ajakan untuk
melaksanakan ibadah shalat, ibadah sosial yang baik dengan cara berbakti kepada ibu.
Representasi kultur Islam adalah datangnya waktu magrib dengan langit berwarna
keemasan, representasi simbol jika seorang ingin sukses maka harus bekerja keras,
representasi pada budaya yang mematikan telepon saat sedang meeting, Asyhadu Allah
Ilaaha Illallah dinamakan Syahadat Tauhid, tiada kata muda dalam mencari uang, wajib
mengingat ibu jika telah suskses dalam karir, makna menyayagi ibu walaupun telah
meninggal dunia, kasih sayang seorang anak kepada ibu, peran dan jasa orang tua
sangatlah besar, kerinduan ibu kepada anaknya, tidak melupakan ibu sesibuk apapun
pekerjaan kita, berbakti kepada ibu adalah kemuliaan tertinggi, wajib memperlakukan ibu
dengan sebaik-baiknya, doa setelah mendengarkan adzan. Tayangan adzan magrib
dengan tema "lBU" di RCTI merepresentasikan kultur islam dengan cara berbakti kepada
orang tua terlebih ke ibu. Sesibuk apapun kita dalam pekerjaan setiap harinya wajib bagi
kita selaku anak untuk memberi kabar dan menanyakan keadaan ibu, karena ibu selalu
mengingat kita kapanpun dan dimanapun kita berada.
Keyword: Semiotika, Representasi, Tayangan Adzan.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, kemudahan,
dan kelancaran dalam proses pengerjaan karya sederhana ini hingga selesai.
Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kita umatnya hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul “Representasi Kultur Islam dalam Tayangan Adzan
Magrib di RCTI ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga karya ini menjadi salah
satu bentuk pembelajaran.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari banyak pihak yang telah
memberi dukungan, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulusnya
kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,
M.A, Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D. selaku Wadek I bidang akademik, Drs.
Jumroni, M.Si, selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan Drs.
Sunandar, M.Ag, selaku Wadek III bidang kemahasiswaan.
3. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Kemudian, Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku
sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus selaku dosen
pembimbing dalam penelitian ini yang senantiasa bersabar serta
meluangkan waktunya untuk membimbing segala kesulitan yang dihadapi
peneliti .
4. Seluruh dosen Fakulta Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga
peneliti dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama
perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku
literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Stasiun teleisi RCTI (rajawali citra televisi Indonesia) yang dengan baik
hati telah mengizinkan untuk melakukan penelitian terkait skripsi.
Terutama kepada Bapak Asril selaku HRD RCTI dan Bapak Emri Akbaril
Syah selaku produser tayangan adzan RCTI yang bersedia meluangkan
waktu kepada peneliti untuk diwawancara berkaitan dengan skripsi
peneliti.
vii
8. Hadiah spesial dan berharga untuk ayahanda tercinta Drs H. Supirman Ali
dan Ibunda Hj.Mislia Sutra Ali yang dengan cinta kasih sayangnya selalu
mendukung dan memberi doa hingga linangan air mata, serta sebagai
tempat berbagi suka mau pun duka selama perkuliahan. Dukungan secara
moril mau pun materil dalam pengerjaan skripsi ini yang begitu besar dan
tak pernah putus juga menjadi semangat terkuat bagi peneliti agar terus
berjuang dalam mewujudkan cita-cita.
9. Kakak dan adik-adikku tersayang Risqa Fadhielah, Irha Bashira Firman,
Ashabul Kahfi dan Mulia Amalia Firman, yang telah memberikan
dukungan selama perkuliahan dan semangat untuk penyelesaian skripsi
ini.
10. Rachmat Hidayat tercinta dan tersayang sebagai penyemangat yang selalu
setia meluangkan waktu untuk mendampingi dalam melaksanakan
bimbingan dan penelitian, menemani suka mau pun duka peneliti selama
penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat tercinta yang selama melaksanakan perkuliahan
Izzatunnisa, Fitri Silviah, Isyana Tungga Dewi, Inayatul Fitria, Rika
Alisha, Erva Dwi Jayanti, Cory Carolina dan lainnya yang tidak cukup
peniliti tulis satu persatu menjadi tempat berbagi suka dan duka peneliti.
Semoga kesuksesan dapat kita genggam bersama di masa mendatang.
12. Teman-teman kelas KPI D angkatan 2010 dan teman-teman di jurusan lain
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2010 atas
viii
kekompakannya dalam menghabiskan waktu bersama yang hampir empat
tahun masa perkuliahan.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, peneliti
ucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan
adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas segala
kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.
Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna,
namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan
segenap keluarga besar civitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Jakarta, Agustus 2014
Ita Basitha Firman
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 8
F. Metodologi Penelitian ............................................................... 9
1. Paradigma Penelitian ........................................................... 9
2. Pendekatan Penelitian .......................................................... 11
3. Metode Penelitian ................................................................ 13
4. Subjek dan Objek Penelitian ................................................ 14
5. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 15
6. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 15
a. Observasi ........................................................................ 15
b. Wawancara Mendalam ................................................... 16
c. Dokumentasi .................................................................. 17
7. Teknik Analisis Data ............................................................ 18
8. Pedoman Penulisan Skripsi .................................................. 18
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 18
BAB II : KAJIAN TEORITIS
A. Teori Representasi Chris Barker ............................................... 20
B. Semiotika ................................................................................... 22
x
1. Konseptualisasi Semiotika ................................................... 23
2. Semiotika Charles Sanders Peirce ....................................... 26
C. Kultur Islam ............................................................................... 31
1. Pengertian Kultur Islam ....................................................... 31
D. Ruang Lingkup Televisi ............................................................ 32
1. Pengertian Televisi ............................................................... 32
2. Sejarah Televisi di Indonesia ............................................... 33
3. Karakteristik Televisi ........................................................... 36
E. Adzan ......................................................................................... 37
1. Sejarah Adzan ...................................................................... 37
2. Pengertian Adzan ................................................................. 38
3. Keutamaan Adzan ................................................................ 39
F. Media Elektronik ...................................................................... 40
1. Media Televisi ..................................................................... 41
BAB III : PROFIL DAN GAMBARAN
A. Sejarah perkembangan RCTI .................................................... 43
B. Logo RCTI ................................................................................ 46
C. Visi dan Misi RCTI ................................................................... 47
D. Struktur Organisasi RCTI .......................................................... 49
E. Profil Tayangan Adzan .............................................................. 49
F. Mekanisme dan Langkah-Langkah Produksi Program
Tayangan Adzan di RCTI .......................................................... 53
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Analisis Semiotika dan Representasi Kultur Islam Pada Tayangan
Adzan Magrib RCTI ......................................................................... 54
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 89
B. Saran ......................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara Pribadi dengan Produser Tayangan Adzan Magrib
RCTI
Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Penelitian / Wawancara
Lampiran 4 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian
Lampiran 6 Foto Bersama Narasumber
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan televisi di Indonesia saat ini sudah sangat maju, hal ini
berkaitan dengan demikian banyaknya stasiun televisi yang bermunculan.
Pada awal tahun 2005 sudah banyak stasiun televisi yang mengudara yaitu:
TVRI, RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV, Global TV, Trans TV, Trans 7, O
Channel, jak TV dan MetroTV1. Dengan banyaknya stasiun televisi yang
mengudara maka semakin banyak pula informasi yang disampaikan oleh
televisi baik dari berbagai daerah maupun negara lain. Salah satu program
yang wajib ada di stasiun televisi yaitu tayangan adzan.2
Media komunikasi yang termaksud media massa adalah radio siaran
dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik surat kabar dan
majalah3. Televisi merupakan sistem bercerita yang tersentralisasi. Dapat saja
berbentuk sinetron, iklan komersial, berita ataupun program lainnya yang di
siarkan dari ruang produksi terkendali dan di sebar luaskan melalui transmitter
ke setiap rumah yang memiliki televisi4.
1Perkembangan Televisi Indonesia, Artikel diakses dari,
http://www.id.metapencarian.com/web?q=+perkembangan+televisi+indonesia. 2 Tayangan Adzan, Artikel diakses pada 10 Mey 2014 dari http://obor-
lampu.blogspot.com/tayangan-adzan-di-tv.html 3Onong U Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2004) Cet.Ke-18,h.22-26. 4 Iswandi Syahputra, jurnalistik Infotainment , kancah Baru Jurnalistik Dalam Industri
Televisi(Yogyakarta:Pilar Media, 2007), h.70-71.
2
Masalah komunikasi yang terus berkembang selalu akan ada keterkaitan
dengan keberadaan media sebagai alat komunikasi. Dengan perkembangan
komunikasi yang semakin pesat memudahkan orang dalam menyampaikan
pesan kepada khalayak luas dalam waktu yang bersamaan. Dengan hadirnya
media televisi dalam kehidupan sehari-hari memudahkan manusia dalam
berkomunikasi. Media merupakan sarana yang dapat digunakan komunikator
dalam menyampaikan pesan kepada komunikan.
Televisi adalah salah satu media yang telah dikenal oleh masyarakat
sebagai media massa yang mampu menyampaikan pesan secara serentak dan
membawa dampak yang sangat besar5. Berbagai macam acara yang disiarkan,
dan khalayaklah yang dinilai berhak untuk memilih acara apa yang akan
ditonton. Pada dasanya media massayang sangat berpengaruh tetapi pengaruh
ini disaring, diseleksi, bahkan mungkin ditolak sesuai dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi mereka. Pendidikan masyarakat yang semakin
baik, diharapkan sebagai peran utama yang mampu membantu masyarakat
untuk menyeleksi dengan baik acara-acara televisi tersebut.
Rajawali Citra Televisi (RCTI) merupakan stasiun televisi swasta
pertama di indonesia. yang memiliki jangkauan terluas di Indonesia,
mengudara untuk pertama kalinya pada 13 november 1988 dan baru di
resmikan pada 24 agustus 1989, dan pada waktu itu siaran RCTI masih
bersifat lokal6. melalui 48 stasiun relaynya program-program RCTI disaksikan
oleh lebih dari 190,4 juta pemirsa yang tersebar di 478 kota diseluruh
5Sunandar, TelaahFormatKeagamaan di Televise, TesisMagister Agama
(Jakarta:Perpustakaan UIN syahid,1999), h. 3. 6Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 18-19
3
nusantara, atau kira-kira 80, 1 persen. Disertai dengan program atau tayangan
yang menarik sehingga mengambil minat pengiklan untuk menayangkan
promo mereka di RCTI. Seperti halnya pada tayangan adzan magrib, hampir
semua stasiun televisi mempunyai alur cerita masing-masing namun RCTI
disini mengemas dengan cara berbeda yang mulai ditanyangkan pada 8 juli
2013 sampai sekarang dengan versi “merindu Ibu kepada anaknya” dengan
mengemas tayangan dengan alur cerita dengan teks adzan magrib.
Sekitar pukul 18.00 WIB, akan terdengar kumandang adzan magrib di
wilayah Indonesia bagian barat yang sebelumnya telah berkumandang dari
wilayah Indonesia bagian timur dan tengah. Adzan merupakan pemberitahuan
kepada umat muslim untuk segera melaksanakan salah satu kewajiban mereka
yaitu melakanakan ibadah shalat. Kewajiban tersebut merupakan perintah
Allah yang telah tercantum dalam Al Qur‟an sebagai pedoman umat islam.
Mentri agama RI, Suryadhamra Ali mengatakan bahwa saat ini 85%
penduduk di Indonesia atau sekitar 199.959.285 jiwa adalah penganut agama
islam. Oleh karena itu, selain di kumandangkan melalui mesjid-mesjid di
seluruh plosok, adzan magrib juga ditayangkan melalui stasiun-stasiun
televisi. Selain untuk menghargai mayoritas umat muslim, tayangan adzan
magrib melalui televisi mampu menjangkau masyarakat secara lebih luas dan
lebih dekat karena adzan dapat hadir di rumah, di kantor hingga di kamar
tidur. Sehingga mereka yang lalai, malas, sibuk, atau lupa dapat diingatkan
kembali akan kewajiban mereka.
4
Shalat merupakan kewajiban bagi umat muslim yang telah memasuki
usia akil baligh, namun akan sangat baik jika kewajiban ini ditanamkan pada
anak-anak sejak dini. Rasulullah Saw berkata, “Ajarilah anak-anakmu shalat
ketika mereka berusia tujuh tahun, dan ketika mereka berusia sepuluh tahun,
hukumlah jika mereka melalaikan shalat” (Wahf al-qahthani, 2006, h. 46).
Oleh karena itu akan sangat baik jika tayangan adzan magrib di televisi dapat
merangsang dan menarik perhatian bagi masyarakat yang mendengarkannya,
sehingga mereka termotivasi untuk melaksanakan shalat.Televisi tampaknya
mempunyai sifat yang istimewa dibandingkan dengan media massa lainnya
(radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainnya)”. Sebagai media
informasi, televisi memiliki kekuatan yang ampuh untuk menyampaikan
pesan. Karena media ini dapat menghadirkan pengalaman yang seolah-olah di
alami sendiri dengan jangkauan yang luas dalam waktu yang bersamaan.
Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan
komunikan.
Secara umum tanyangan adzan harus bisa mengungkapkan gambaran
konsep kultur Islam yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan serta aktivitas
ibadah ritual kepada Tuhan (rabbaniyah).
Saat ini tayangan adzan magrib di televisi telah menampilkan simbol-
simbol kultur Islam, baik berupa keindahan bangunan-bangunan masjid, serta
keagungan ciptaan Tuhan seperti alam semesta beserta isinya. Selain itu juga
tanyangan tersebut ada yang mengandung usur-unsur seperti sikap toleransi
sesama umat beragama, ini menggambarkan hubungan horizontal manusia
5
dengan sesama. Adapula yang menampilkan aktivitas hubungan vertikal
manusia dengan Tuhannya seperti melaksanakan shalat, mengaji, ataupun
berdoa.
Tayangan adzan di televisi berdurasi sekitar empat menit. Isi dari
tayangan adzan tersebut telah mengungkapkan gambaran kultur islam dengan
kemampuan yang dimiliki televisi, maka pemahaman mengenai makna dan
fungsi adzan dapat disampaikan secara menarik dan tidak membosankan.
Adzan merupakan lafal yang istimewa dan terdapat banyak keutamaan bagi
yang mengumandangkan adzan.
Kreatifitas awak produksi televisi tak pernah berhenti. Mereka terus
terpacu untuk membuat karya yang lebih baik lagi. sering kita temukan
kumandang azan Maghrib, yang kalau kita perhatikan gambarnya, ternyata
film pendek tersebut ada alur ceritanya. Gambar dikemas dengan teknik
sinematografi yang indah kisah yang diangkat pun juga tak kalah indah.
keseluruhan stasiun televisi mengangkat tema atau alur cerita tayangan adzan
yang menggambarkan representasi nilai keislaman dari berbagai aspek
kehidupan sehari-hari. Alur cerita dan gambar visualnya tidak lepas dari
adegan orang adzan, sekelompok orang yang berami-ramai berjalan menuju
mesjid untuk menjalankan ibadah shalat berjamaah, orang berwudhu di sertai
dengan adegan sebagian orang yang sedang mengaji plus pemandangan alam
indonesia yang indah, suatu pedesaan yang masih asri dengan pemandangan
sawah, jembatan, pemukiman, gunung serta langit senja yang menunjukkan
waktu mendekati magrib. Kadang juga di selang seling dengan pemandangan
mesjid-mesjid berikut ragam arsitektur islami yang terkenal yang di padukan
6
dengan lafal adzan serta maknanya. Penyampaiannya menggunakan bahasa
arab dan untuk maknanya menggunakan bahasa indonesia.
Ada beberapa alur cerita yang pernah diangkat menjadi ilustrasi
kumandang azan Maghrib di beberapa stasiun televisi . Ada kisah tentang dua
orang pendaki gunung suami istri yang sholat berjamaah di puncak gunung
(Trans TV), kisah tentang sebuah keluarga yang ceritanya sedang bepergian.
Ayah Ibu dan putrinya. Hujan deras, jalan mereka terhalang tiang antena
televisi yang ambruk, di sebuah rumah sederhana di pedesaan. Ayah keluar
ingin menegakkan kembali antena anaknyapun tidak mau ketinggalan, dia
keluar mobil dan bermain hujan-hujanan. Melihat ada seorang gadis penghuni
rumah sederhana yang tertarik ikut juga bermain hujan. Mereka menjadi
akrab dan Sholat berjamaah. Sambil menunggu orangtua anak penghuni
rumah sederhana ini pulang. Dan akhirnya ketika mereka berpamitan, mereka
bertukar cindera mata. Ini juga cerita yang indah menurut saya. Persahabatan
yang tidak mengenal strata sosial (SCTV) dan kisah seorang anak muda yang
bersepeda melawati beberapa pepohonan dan berhenti di salah satu tempat
yang menjjual berbagai makanan, pemuda tersebut membeli sebungkus
makanan dan air mineral lalu mengayunkan kembali sepedanya menuju masjid
besar, di depan masjid tersebut terlihat anak yang sedang duduk sendiri,
kemudian pemuda tersebut memberikan bungkusan makanan kepada anak
tersebut kemudian berjalan menuju masjid untuk menunaikan sholat (ANTV).
Dari beberapa tayangan atau gambaran adzan tersebut sangat berbeda
dengan tayangan atau alur cerita adzan yang di sajikan pada stasiun televisi
RCTI edisi 8 Juli 2013 Yang mana RCTI mengemas dengan alur cerita yang
7
tidak menggambarkan atau merepresentasikan perintah berwudhu dan sholat
melainkan merepresentasikan nilai kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti sebuah tayangan adzan pada televisi RCTI Maka judul penelitian
adalah: “Representasi kultur Islam dalam tayangan adzan magrib di
RCTI”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembatasan masalah ini lebih terarah, maka penulis membatasi
masalah yang akan di bahas yaitu hanya kepada representasi kultur Islam
dalam tayangan adzan magrib di RCTI.
Perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa makna yang terkandung dalam tayangan adzan magrib RCTI dengan
pendekatan analisis semiotika model Charles Sanders Peirce ?
2. Apa yang direpresentasikan oleh RCTI dalam alur cerita adzan magrib?
C. Tujuanpenelitian
Atas dasar latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa makna yang terkandung dalam tayangan adzan
magrib RCTI dengan pendekatan analisis semiotika model Charles
Sanders Peirce
2. Untuk mengetahui apa yang direpresentasikan oleh RCTI dalam alur cerita
adzan magrib
8
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut :
1. Manfaat akademis: Penelitian ini secara akademis dapat memberikan
kontribusi positif pada bidang ilmu komunikasi, terutama dalam konteks
analisis semiotika, serta dapat memberikan informasi kepada mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwan Ilmu Komunikasi tentang makna tayangan adzan
yang terdapat di TV RCTI.
2. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
praktisi komunikasi, terlebih mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam agar lebih
mengetahui mengenai tayangan adzan magrib di televisi serta sebagai
perbandingan dan masukan bagi kita semua sebagai mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. TinjauanPustaka
Dalam menentukan judul penelitian ini peneliti sudah mengadakan studi
literatur ke perpustakaan-perpustakaan. Menurut pengamatan peneliti dari
hasil observasi yang peneliti lakukan sampai saat ini hanya menemukan, yaitu:
Muhammad Ghalih mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu
Komunikasi yang berjudul “ Nilai-Nilai Keislaman Tayangan Adzan Magrib (
Semiotika dalam Tayangan Adzan Magrib pada Televisi Lokal Duta Tv
9
Banjarmasin).7 Pada skripsi ini terdapat perbedaan objek penelitiaanya. Pada
skripsi ini objek penelitiannya adalah Tayangan Adzan Magrib pada Televisi
Lokal Duta Tv Banjarmasin, yang mencoba menggali simbol, indeks dan icon
yang terdapat dalam tayangan adzan dengan menggunakan perspektif
semiotika Charles Sanders Pierce. Penelitian ini menganalisis sebuah tayangan
televisi.
Selain itu penulis juga menjadikan skripsi Fathur Rozi mahasiswa
Universitas Muhammadia Malang Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi yang berjudul “ Makna Visual Tayangan
Adzan Analisis Semiotika Visual Tayangan Adzan Magrib Versi Kisah
Seorang Anak Miskin di Stasiun Televisi Indosiar”.8 pada skripsi ini
membahas tentang makna visual yang terkandung dalam tayangan adzan yang
berupa alur cerita tentang kisah seorang anak miskin. Mencoba menggali
makna konotasi dan denotasi yang menggunakan teori Roland Barthes.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma penelitian
Paradigma dapat dikatakan sebagai cara pandang yang digunakan
untuk memahami komplesitas yang ada dalam dunia nyata. Menurut
Patton paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi penganut dan
praktisinya, paradigm menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah
7Muhammad Ghalih, Nilai-Nilai Keislaman Tayangan Adzan Magrib, Semiotika dalam
Tayangan Adzan Magrib pada Televisi Lokal Duta Tv Banjarmasin,Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2013. 8Fathur Rozi, Makna Visual Tayangan Adzan Analisis Semiotika Visual Tayangan Adzan
Magrib Versi Kisah Seorang Anak Miskin di Stasiun Televisi Indosiar, Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadia Malang, 2008.
10
dan juga masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan pada
mereka mengenai apa yang harus dilakukan tanpa harus melakukan
pertimbangan eksistensial ataupun epistimologis yang panjang9.
Paradigma konstruktivis menganggap komunikan bersifat aktif.
Komunikan merupakan mahluk hidup yang memiliki akal dan pikiran
dalam menentukan sikap, sehingga apabila seseorang menyampaikan
pesan kepada orang lain, pesan yang diterima oleh orang tersebut akan di
maknai berbeda. Sebagai contoh, seorang guru menyampaikan pesan
kepada muridnya. Guru itu mengatakan " BULAT" maka belum tentu
pesan yang diterima oleh murid itu "BULAT". Kenapa seperti itu? karena
konstruktivis memandang setiap orang akan berbeda saat memahami atau
memaknai suatu pesan. Manusia memiliki latar belakang yang berbeda
satu dengan lainnya, walaupun dia hidup dalam satu lingkungan yang
sarna. Karena manusia memiliki pengalaman secara psikologis dan
sosiologis yang berbeda. Kedua hal ini yang membuat pemaknaan setiap
orang berbeda-beda.
Pandangan konstruktivis melihat realitas merupakan hasil
bentukan manusia. Realitas adalah bentuk penafsiran manusia. Realitas
ada didalam pikiran manusia, bukan diluar pikiran manusia. Sehingga
disebut realitas subjektif.
Dalam kajian media, konstruktivis tidak melihat media hanya
sebagai alat penyampaian pesan. Tetapi media merupakan alat
9 Deddy Mulyana. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003) h.9.
11
mengkonstruksi pesan. Media bukan cermin yang merefleksikan peristiwa
begitu saja. Sehingga apa yang kita lihat dimedia merupakan realitas yang
dibentuk. Dan realitas hasil bentukan itu dibuat sedemikian rupa agar
khalayak menyakini kebenarannya.10
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan
dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang
yang memiliki sifat openminded. Karenanya, melakukan penelitian
kualitatif dengan baik dan benar bearti telah memiliki jendela untuk
memahami dunia psikologi dan realitas sosial11
.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, adalah instrumen kunci. Oleh
karena itu, penelitian harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas
jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti
menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan
terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas,
untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi
sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data,
dan meneliti sejarah perkembagan.
Untuk itulah, maka seorang peneliti kualitatif hendaknya
memiliki kemampuan brain, skill/ability, bravery atau keberanian, tidak
10
Dani Verdiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, ( Jakarta: Indeks,
2008), cet-2 h. 50. 11
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h.2.
12
hedonis dan selalu menjaga networking, dan memiliki rasa ingin tau yang
besar atau open minded.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan
untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah
dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam
antara peneliti dengan fenomena yang diteliti12
Maka dapat kita simpulkan
bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk
memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan,
variabel dan fenomena-fenomena yang penelitian berlangsung dan
menyajikannya apa adanya. Penelitian deskriptif menuturkan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi, sikap dan
pandangan yang menggejala dimasyarakat, hubungan antar variabel,
perbedaan antar fakta dan lain-lain.
Metode kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.13
Jika
data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena
12
Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006),
h.32. 13
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktik Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2007), h. 58.
13
yang diteliti, maka tidak perlu mencari san ipling lainnya. Disini yang
lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan
banyaknya (kuantitas) data.
Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas yang terjadi
dilapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang
digunakan sebagai bahan penelitian. Penelitian kualitatif juga bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain,
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah.14
sehingga pendekatan
tersebut menjadi pendektan yang paling cocok digunakan dalarn penelitian
ini.
3. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis semiotika model Charles Sanders Peirce. Peirce membagi menjadi
tiga bagian tanda berdasarkan objeknya yaitu:
Pertama ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan "rupa"
(resemblance) sebagaimana mudah dikenali oleh para pemakainya. Di
dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud
sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar
rambu lalulintas merupakan tanda yang ikonik karena menggambarkan
14
Lexi J. Moloeng, Metodologi Penelitian kualitatif. Edisi Revisi, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2007), h.6.
14
bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.15
Kedua,
indeks adalah tanda yang memiliki kaitan fisik, eksistensial atau kausal
diantara representamen dan objeknya sehingga seolah-olah akan
kehilangan karakter yang menjadikannya tanda jika objeknya dipindahkan
atau dihilangkan. Indeks bisa berupa hal-hal semacam zat atau benda
material (asap adalah indeks dari adanya api), gejala alam jalan becek
adalah indeks dari hujan yang turun beberapa saat yang lalu), gejala fisik
(kehamilan adalah indeks dari sudah terjadinya pembuahan). Ketiga,
simbol adalah tanda yang representamennya merujuk kepada objek
tertentu tanpa motivasi (unmotivated), simbol terbentuk melalui konvensi-
konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung diantara
representamen dan objeknya.16
Menurut hakikat interpretannya, tanda-
tanda dibedakan oleh Peirce menjadi rema (rheme), tanda disen (dicent
sign 1 dicisign), dan argumen (argument).17
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah stasiun televisi RCTI sedangkan
yang menjadi objek penelitian adalah alur cerita tayangan adzan magrib di
televisi RCTI.
15
15IndiwanSeto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Aplikasi Praktis bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h. 18. 16
Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, (Yogyakarta: Buku Baik,
2005), h.56. 17
Drs. Alex Sobur, M.Si, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
hal-42.
15
5. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian di laksanakan pada bulan April-Oktober 2014 dan
dilakukan di Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) di jalan Raya
Perjuangan No.1, kebun jeruk jakarta 11530, Telp:
+62215303540/5303550 Fax: +62215320906.
6. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan:
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan
mengambil langsung terhadap objek atau penggantinya (missal: film,
rekonstruksi, video dan sejenisnya.18
Ada dua macam observasi:
1) Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah observasi yang memungkinkan
periset atau peneliti mengamati kehidupan individu atau kelompok
dalam situasi rill, di mana terdapat seeting yang rill tanpa dikontrol
atau diatur secara sistematis seperti riset eksperimental,19
misalnya:
2) Observasi Non Partisipan
Observasi non partisipan adalah observasi yang dalam
pelaksanaannya tidak melibatkan penelitian sebagai partisipasi atau
kelompok yang diteliti.20
18
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya, 1994), h.36. 19
Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),
h.112 20
Jalaluddin Rachmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 83
16
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non
partisipan karena observasi yang dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung dan bebas terhadap objek penelitian dengan
cara menonton dan mengamati adegan-adegan dalam tayangan
adzan magrib di RCTI, kemudian mencatat, memilih dan
menganalisanya sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang
akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah
tertentu yang sesuai dengan data21
. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya
jawab terhadap salah satu narasumber. Ada dua jenis wawancara yaitu:
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur adalah suatu cara mengumpulkan
data atau informasi dengan menggunakan pedoman wawancara,
yang merupakan bentuk spesifik yang berisi intruksi yang
mengarahkan peneliti dalam melakukan wawancara. Wawancara
jenis ini dikenal juga sebagai wawancara sistematis atau
wawancara terpimpin.22
21
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Bhinneka Cipta, 1996), Cet. Ke-10. h. 72 22
Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.
Ke-S. h.101
17
2) Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan
data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan
informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.
Wawancara ini dilakukan dengan berulang-ulang secara intensif.23
Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah jenis
wawancara mendalam. Peneliti langsung mewawancarai nara
sumber dengan wawancara pribadi secara langsung dalam bentuk
Tanya jawab yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
mendalam dari pihak RCTI. Wawancara di lakukan di gedung
Annexe It.3 pada jam 09.10 sampai 11.05, Sumber wawancara
adalah orang yang berkompeten, yaitu bapak Emri Akbaril Syah
selaku produser tayangan adzan magrib RCTI yang berhubungan
langsung dengan objek penelitian yang akan di teliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca
dan mempelajari berbagai bentuk data yang tertulis, rekaman peristiwa
yang lebih dekat dengan percakapan, dan memerlukan interpretasi
yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa
tersebut.24
Dokumentasi tersebut berupa foto dan video adzan RCTI
yang terkait dengan pembahasan penelitian ini.
23
Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, h. 102 24
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke Arah
Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.97.
18
7. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis data dengan
cara dokumentasi rekaman pada tanyangan adzan magrib RCTI yang
menjadi acuan dalam analisis tersebut. Peneliti menggunakan analisis
semiotika model Charles Sanders Peirce yang membagi tanda, untuk
menganalisis hasil temuan peneliti, semiotika adalah khusus menelaah
sistem tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Setelah
analisis terpapar dengan jelas, maka kemudian akan ditarik kesimpulan
atas hasil, permasalahan yang berkaitan tersebut.
8. Pedoman Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya
ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh Assurance)
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatulla Jakarta 2007.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah proses penelitian ini, peneliti membagi skripsi
ini menjadi lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN pada bab ini akan dikemukakan latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian sebagai
pengantar dari keseluruhan penelitian yang menguraikan pokok-pokok yang
tercantum dalam setiap bab.
19
BAB II : KAJIAN TEORITIS bab ini akan dikemukakan beberapa
definisi dari segi teoritis tentang teori representasi media Chris Barker,
semiotika Charles Sanders Peirce, kultur islam, ruang lingkup televisi, adzan,
media elektronik.
BAB III : PROFIL DAN GAMBARAN bab ini akan menguraikan
sejarah perkembangan RCTI, logo RCTI , visi misi RCTI, struktur organisasi
RCTI, profil tayangan adzan, mekanisme dan langkah-langkah produksi
program tayangan adzan RCTI.
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA bab ini berisi hasil
penelitian mengenai analisis tayangan adzan magrib RCTI diantaranya adalah
tampilan gambar-gambar, analisis representasi media.
BAB V: PENUTUP pada bab ini akan dikemukakan Kesimpulan atas
permasalahan yang diteliti dan juga Saran peneliti terhadap permasalahan
penelitian.
20
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Teori Representasi Media Chris Barker
Representasi merupakan kajian utama dalam studi budaya (Cultural
studies). Representasi sendiri dimaknai sebagai bagaimana dunia
dikonstruksikan dan direpresentasikan secara sosial dan disajikan kepada kita
dan oleh kita didalam pemaknaan tertentu. Unsur utama studi budaya dapat
dipahami sebagai praktik pemaknaan representasi yang menghendaki
penyelidikan tentang cara yang dihasilkannya makna pada beragam konteks.
Representasi melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan
program televisi.1
Representasi itu terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru untuk
diproduksi dalam dunia, berbagai macam subyektivitas untuk dieksplor, dan
dimensi baru makna yang tidak pernah menutup sistem kekuasaan yang
sedang beroperasi. Representasi juga merupakan tindakan yang menghadirkan
sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau
simbol. Representasi adalah proses dan hasil yang memberi makna khusus
pada tanda. Melalui representasi, ide-ide ideologi dan abstrak mendapat
bentuk abstraknya. Representasi juga berarti sebuah konsep yang digunakan
dalam proses sosial pemaknaan melihat sistem penandaan yang tersedia:
dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Representasi berasal
1 Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 8.
21
dari kata dasar dalam bahasa inggris represent yang bermakna stand for,
artinya atau juga act as a delegate for yang berarti bertindak sebagai
pelambang atas sesuatu. Representasi juga dapat diartikan sebagai proses dan
hasil yang memberi makna khusus pada tanda.
Dalam pembicaraan kita representasi merujuk kepada konstruksi segala
bentuk media ( terutama media massa) terhadap segala aspek realitas atau
kenyataan, seperti masyarakat, objek, peristiwa, hingga identitas budaya.2
Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat
dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film. Konsep representasi sendiri
dilihat sebagai sebuah produk dari proses representasi tidak hanya melibatkan
bagaiman identitas budaya disajikan atau atau lebih tepatnya dikonstruksikan
didalam sebuah teks tapi juga dikonstruksikan didalam proses produksi dan
resepsi oleh masyarakat yang mengkomsusmsi nilai-nilai budaya yang
direpresentasikan tadi.
Seperti yang dikatakan Chris Barker sebagai berikut:
“Citra, bunyi, objek, dan aktivitas pada dasarnya merupakan sistem
tanda yang memaknai dengan sistem yang sama dengan bahasa,
sehingga kita dapat menunjukannya sebagai teks budaya. Makna
diproduksi dalam interaksi antara teks dan pembacanya, sehingga
momen konsumsi juga merupakan momen produksi yang penuh
makna.3”
Representasi mengacu pada sebuah proses konstruksi didalam tiap
medium (khususnya dalam media massa) aspek-aspek realitas seperti orang,
tempat, obyek-obyek tertentu, kejadian-kejadian, identitas kultural, dan
konsep abstrak lainnya. Representasi dapat hadir dalam sebuah audio-visual.
2Nuraini Juliastuti, Representasi Budaya, (bandung:kencana,2008), 34.
3Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 11.
22
Inti kajian representasi memfokuskan kepada isu-isu mengenai
bagaimana cara representasi itu dibentuk sehingga menjadi sesuatu yang
keliatan alami. Jika sampai pada tahap ini, maka representasi itu dikatakan
berhasil dibangun dan dipercayai masyarakat sebagai sebuah normalitas alami
yang tidak perlu dipertanyakan kembali karena sudah dianggap sebuah
kewajaran. Dalam sebuah representasi terdapat sebuah sistem yang disebut
sistem representasi, yang artinya pembangunan sebuah konsep representasi
selalu identik dengan nilai-nilai ideologis yang melatar belakanginya,
bagaimana ideology-ideologi itu dibentuk dalam sebuah kerangka seperti
sistem posisi dalam representasi tentang gender.
B. Semiotika
Semiotika berasal dari kata yunani semion, yang berarti tanda.4
Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan
poetika. Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain daripada
sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.Yang
menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda tak hanya bahasa
dan system.5
Sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiologi adalah sebuah ilmu
umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di
dalam masyarakat”. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana
terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.
4Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 11.
5Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik, 2004), h.3.
23
Semiologi menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama
perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi
sebagai tanda, harus ada dibelakang sistem tanda pembedaan dan kovensi
yang memungkinkan makna itu.
Dengan demikian, bagi Peirce semiotika adalah suatu cabang dari
filsafat, sedangkan bagi saussure semiologi adalah bagian dari disiplin
psikologi sosial.
1. Konseptualisasi Semiotika
Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan
perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.
Kajian semiotika dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan
semiotika signifikasi.
Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi
tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor
dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode, pesan, saluran
komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika
signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya
dalam suatu konteks tertentu.6
Semiotika tidak dapat disebut dalam bidang ilmu karena fungsinya
adalah sebagai alat analisis, cara mengurai suatu gejala. Maka dari itu
sebagian orang menganggap semiotika sebagai ancangan sementara yang
lain menggunakannya sebagai metode, meskipun demikian, Art Van Zoest
6Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal 84
24
menganggapnya sebagai cabang ilmu. Namun, terlepas dari perdebatan itu,
jelas semiotika bersifat lintas disiplin, mirip filsafat dan logika. Semiotika
dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang ilmu:arsitektur, kedokteran,
sinematografi, linguistik, kesusastraan, bahkan hukum dan antropologi
untuk memahami tanda. Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda
dan pemaknaan. Pada dasarnya para semiotikus melihat kehidupan sosial
dan budaya sebagai pemaknaan, bukan hakikat esensial objek.7
Contohnya adalah, bendera kuning yang berkibar di depan gang atau
di depan rumah-rumah, bagi seseorang yang hendak melayat, maka
bendera kuning tersebut dijadikan suatu tanda bahwa rumah tersebutlah
yang sedang berkabung. Akan tetapi, bagi seseorang yang sedang tidak
ingin melayat, maka janur kuning tersebut tidak menjadi tanda apapun.
Bendera kuning tersebut menjadi tanda bagi seseorang karena ia sudah
terbiasa atau sudah menjadi tradisi bagi masyarakat sekitarnya.
Semiotika mengkaji tanda, penggunaan tanda, dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan tanda. Kemudian semua jelas dapat menjadi tanda
sehingga tidak ada yang tidak dapat dijadikan topik penelitian semiotika.
Dengan kata lain, perangkat pengertian semiotika dapat diterapkan pada
semua bidang kehidupan asalkan persyaratannya terpenuhi, yaitu ada arti
yang diberikan, ada pemaknaan, ada interpretasi. Lebih baik lagi, seorang
7Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan danBudaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia,
2004), h. 77-78.
25
semiotikus dapat bekerja dimanapun dan kapan pun semiosis berlangsung,
baik di dalam maupun di luar komunikasi.8
Ada dua tokoh semiotika yang perlu kita ketahui. Peneliti akan
menggambarkan secara singkat kaitan diantara para semiotikus tersebut.
Yakni sejak Ferdinand de Saussure (1857-1913) di Swis dan Charles
Sanders Peirce (1834-1914) di Amerika Serikat. Sebenarnya, Saussure
tidak pernah berpretensi menjadi semiotikus karena pusat minatnya adalah
bahasa. Namun dialah yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk
melihat bahasa sebagai sistem tanda. Dikotomi Saussure yang diterapkan
pada tanda: penanda dan petanda akhirnya mempengaruhi banyak
semiotikus Eropa. Sedikitnya ada tiga aliran yang diturunkan dari tanda
Saussure. Pertama, semiotik komunikasi yang menekuni tanda sebagai
bagian dari proses komunikasi. Kedua, semiotik konotasi, yaitu yang
mempelajari makna konotatif dari tanda. Ketiga, yang sebenarnya
merupakan aliran di dalam semiotik komunikasi adalah semiotik
ekspansif. Dalam semiotik jenis ini, pengertian tanda kehilangan tempat
sentralnya karena digantikan oleh pengertian produksi arti. Tujuan
semiotik ekspansif adalah mengejar ilmu total dan bermimpi
menggantikan filsafat.9
8Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan danBudaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia,
2004), h. 79. 9Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan danBudaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia,
2004), h. 82-83.
26
2. Semiotika Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce, menandaskan bahwa kita hanya dapat
berfikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat
sarana tanda.10
Peirce dikenal dengan teori segitiga makna-nya (triangle
meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga elemen
utama yang terdiri dari: tanda (sign), acuan tanda (Object), pengguna
tanda (Interpretant).
Bagi Peirce tanda “is something which stands to somebody for
something in some respect or capacity”.11
Sesuatu yang digunakan agar
tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda
(sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni
ground, object, dan interpretan. Atas dasar hubungan ini Peirce
mengadakan klasifikasi tanda.
Ground Object Interpretan
1. Qualisign (suatu
kualitas yang
merupakan suatu
tanda)
2. Sinsign (“sin”
“hanya sekali” :
peristiwa yang
1. Ikon yaitu tanda
yang memiliki
kualitas objek yang
di denotasikan.
2. Indeks (petunjuk)
yaitu tanda yang
mendenotasikan
1. Rheme yaitu
tanda suatu
kemungkinan
kualitatif yaitu
bahwa ia
mewakili suatu
objek yang
10
Sumbo Tinarbuko, Semiotika KomunikasiVisual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 16. 11
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal.41.
27
merupakan
sebuah tanda).
3. Legisign
(=hukum yang
berupa tanda.
Setiap tanda
konvensional
adalah Legisign).
suatu objek melalui
keterpengaruhanny
a kepada objek itu.
3. Syimbol yaitu
sebuah tanda yang
konvensional.
mungkin ada.
2. Design yaitu
tanda eksistensial
suatu objek.
3. Argument yaitu
tanda suatu
hukum.
Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign,
sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda,
misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah dan merdu. Sinsign adalah
eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata
kabur atau keruh yang ada pada urutan kata “air sungai keruh” yang
menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang
dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan
hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.
Tanda berdasarkan objeknya, Peirce membagi menjadi tiga bagian
yaitu :
a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance)
sebagaimana mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon
hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai
kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar rambu
28
lalulintas merupakan tanda yang ikonik karena menggambarkan bentuk
yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.12
b. Indeks adalah tanda yang memiliki kaitan fisik, eksistensial atau
kausal diantara representamen dan objeknya sehingga seolah-olah akan
kehilangan karakter yang menjadikannya tanda jika objeknya
dipindahkan atau dihilangkan. Indeks bisa berupa hal-hal semacam zat
atau benda material (asap adalah indeks dari adanya api), gejala alam
(jalan becek adalah indeks dari hujan yang turun beberapa saat yang
lalu), gejala fisik (kehamilan adalah indeks dari sudah terjadinya
pembuahan).
c. Symbol adalah tanda yang representamennya merujuk kepada objek
tertentu tanpa motivasi (unmotivated), symbol terbentuk melalui
konvensikonvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung
diantara representamen dan objeknya.13
Menurut hakikat
interpretannya, tanda-tanda dibedakan oleh Peirce menjadi rema
(rheme), tanda disen (dicent sign / dicisign), dan argumen (argument).
d. Rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda apapun
yang tidak betul dan tidak pula salah. Reme merupakan tanda yang
memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya
orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu
baru menangis, atau menderita penyakit mata dimasuki insekta, atau
baru bangun atau ingin tidur.
12
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Aplikasi Praktis bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h. 18. 13
Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, (Yogyakarta: Buku Baik,
2005), h.56.
29
e. Dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan
sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas
yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.
f. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang
sesuatu. Lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi
kecelakaan.
Fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan
kebudayaan yang selama ini dipegang bagi sebagian masyarakat,
mengandung arti tersendiri bagi mereka. Contohnya : janur kuning yang
menandakan bahwa ada pesta di lingkungan dimana janur kuning itu
diletakkan.
Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-
tanda itu, bekerja dikatakan juga semiologi dalam memahami studi tentang
makna setidaknya terdapat tiga unsure utama yakni : 1. Tanda 2. Acuan
tanda 3. Pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik,
biasa dipersepsikan indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda
itu sendiri, dan bergantungpada pengenalan oleh penggunanya, sehingga
disebut tanda misalnya : mengacungkan jempol kepada kawan kita yang
berprestasi itu, makna disampaikan dari pengacung dan ini diakui seperti
itu, baik oleh pengacung maupun teman yang berprestasi, maka
komunikasi pun berlangsung. 14
14
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung, Rosdakarya, 2006), hal.96
30
Dapat disimpulkan, semiotika adalah ilmu yang membahas segala
hal tentang tanda (sign) sebagai tindak komunikasi dari cara berfungsinya
hingga pengirimannya oleh mereka yang mempergunakan. Wilayah
cakupan ilmu semiotika jika ditelusurinlebih jauh dapat meliputi bidang
keilmuan, keagamaan, estetika dan budaya.
Keempat wilayah cakupan semiotika ini memiliki korelasi masing-
masing dan ciri khas yang membedakan satu bidang dengan bidang yang
lainnya, oleh karena ciri khas inilah masing-masing bidang dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan yang ada.15
Pengembangan semiotika dibidang agama terdapat pada korelasi antara
penanda dan petanda secara instrinc dengan agama itu sendiri. Apa yang
terdapat dalam kitab suci merupakan wahyu ilahi sehingga hubungan
antara tanda dan makna selalu mengaju pada isi kitab suci agama yang
bersangkutan.
Semiotika pada bidang budaya, terutama dalam kajian disiplin
antropologi, terdapat adanya korelasi antara tanda-tanda budaya dan nilai-
nilai sosial yang ada pada lingkungan masyarakat tertentu, jika mengamati
budaya jawa, misalnya pengamatan terhadap norma, tata nilai, etika, sikap
kesopanan, tingkah laku, adat istiadat, tradisi dan berbagai ucapan ritual
akan menjadi objek yang menarik. Kebudayaan pada dasarnya adalah
jejaring tanda-tanda yang bermakna.16
15
Puji Santosa, Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra (Bandung, Ankasa, 1931),
hal 19 16
Kris Budiman, Jejaring Tanda-tanda Strukturalisme dan Semiotika Dalam Kritik
Kebudayaan, (Magelang: UI. 2004), h. 27-28
31
C. Kultur Islam
1. Pengertian Kultur Islam
Pengertian kultur Islam adalah seperangkat pengetahuan,
kepercayaan, adat kebiasaan, dan keterampilan suatu masyarakat tertentu.
Dan juga menyebutkan bahwa kebudayaan adalah suatu tata cara hidup
yang lengkap dan jelas dari masyarakat tertentu yang mengandung
pranata nilai atau norma yang dirumuskannya, pranata ide atau konsep
berfikir, pranata prilaku, dan pranata karya budaya.
Jika pengertian akhlak dalam sistem agama islam diatas
dibandingkan dengan pengetian budaya, akhlak tiada lain adalah kultur.
Maka akhlakul-karimah yang bersumber pada wahyu Ilahi adalah kultur
Islam yang tinggi.17
Kultur islam juga bisa diartikan sebagai kebudayaan dan peradaban
yang dijiwai oleh pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran islam
yang murni bersumber dari Alquran dan Al-Sunnah, dan melepaskan diri
dari kultur dan budaya yang dijiwai oleh kemusyrikan, takhayul, bidah,
dan khurafat.18
Alquran memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan
meletakkan kebudayaan sebagai eksitensi hidup manusia. Kebudayaan
merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal,
hati, dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Jadi secara umum
kebudayaan islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya
17
Jusuf A. Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2005),h. 117. 18
Jusuf A. Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, h.18.
32
manusia yang berdasarkan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat
menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang.19
D. Ruang Lingkup Televis
1. Pengertian Televisi
Televisi secara etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh
dan “vision” yang berarti penglihatan, segi jauhnya diusahakan oleh
prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar.20
Dengan demikian televisi
yang dalam bahasa ingrisnya television diartikan dengan melihat jauh.
Melihat jauh disini dengan gambar dan suara yang diproduksi disuatu
tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah
perangkat penerima ( televisi set).21
Kata televisi merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa
yunani dan visio (penglihatan) dari bahasa latin. Sehingga televisi dapat
diartikan sebagai telekomonikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh.22
Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat
kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat
istimewa. Ia nerupakan gabungan dari media dengar dan gambar bisa
19
MusaAsyari, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al Qur‟an, (Yogyakarta: LESFI,
1992), h.37. 20
Latif Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma
Rimbow, 1989), h. 221. 21
Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis,
(Yogyakarta: Rineka, 1998), h.20. 22
Televisi, Artikel diakses pada 16 Mei 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/televisi.
33
bersifat imformatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari
ketiga unsur diatas.23
Televisi adalah media yang mampu mempersatukan gambar dan
bahasa. Secara keseluruhan, bahasa yang ada dalam materi acara terdiri
dari bahasa asing, bahasa sehari-hari, dan bahasa Indonesia. Ini tampak
dalam film asing maupun local, sinetron, musik, dan iklan.24
Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar
diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini
menggunakan peralatan yang mengubah suara dan cahaya kedalam
gelombang elektronik dan mengkomversinya kembali kedalam cahaya
yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar.25
2. Sejarah Televisi di Indonesia
Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai
pada tanggal 24 Agustus 1962. Saat itu masyarakat Indonesia disuguhi
tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi
hitam putih, tetapi siaran televisi pertama di Indonesia itu menjadi
momentum yang sangat bersejarah.26
Dan juga bertepatan dengan
dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau Asean
Games di Senayan. Sejak saat itu Televisi Republik Indonesia (TVRI)
23
Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, (Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 1996), h.5. 24
Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, (Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 1996),h.83. 25
Pengertian Televisi, Artikel ini diakses pada 16 Mei 2014 dari:
http:/www.devinisionline.com./2010/10/pengertiantelevisi.html. 26
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, Teori Dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 15.
34
dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekarang.
Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia
yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi
maka pada 16 Agustus 1976, mantan Presiden Soeharto meresmikan
penggunaan Satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi.
Setidaknya ada tiga pemikiran dasar berdiriya TVRI pertama,
secara politis diperkirakan akan menguntungkan pemeritah dalam
kampanye pemilu pertama 1955. Kedua, dapat menempu persatuan
nasional lewat pendidikan. Ketiga, momen Asian Games, dimana dengan
adanya stasiun televisi, bangsa Indonesia akan mendapatkan Prestasi
sebagai bansa yang modern, berkembang cepat, dan canggih dalam
perkara teknonogi.27
Karena kelahirannya yang premature, pertumbuhan TV di
Indonesia tidak sebaik di Barat. Benar selama dua pecan Asian Games
TVRI punya bahan liputan langsung dari berbagai lapangan olah raga
untuk disiarkan.Namun, setelah itu yang tersisa hanya pola teknik
sehingga antara 12 hingga 18 September 1962, siaran terpaksa
diistirahatkan karena TVRI tidak punya program yang jelas untuk
disiarkan. Ketika diudarakan lagi, untuk masa cukup lama siaran hanya
dapat dilaksanakan tidak lebih dari 30 menit sehari.28
Untuk menyikapi masalah itu, baru kemudian pada tanggal 20
Oktober 1963 lebih setahun setelah siaran pertama kehadiran TVRI diatur
27
Kutipan dari: Paul Kitley, Konstruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca, (Jakarta: Isal,
2001), 25-26. 28
Idi Subandi Ibrahim, dan Dedi Mulyana, ed, Bercinta Dengan Televisi: Televisi di
Indonesia dan Pengaturannya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 1997), h. 12.
35
melalui Keppres No. 215 tahun 1963 yang antara lain menetapkanya
sebagai Yayasan Televisi Repoblik Indonesia ( disingkat TVRI) hanya
saja, pelaksanaannya tidak lagi murni.
Dulu berdasarkan Keppres No.215/1963, TVRI berada langsung
dibawah Presiden. Kini ia lebih banyak diatur Departemen Penerangan
(Deppen).29
Pada tanggal 1 April 1981 TVRI tidak menyiarkan iklan. Hal
ini dilakukan oleh pemerintah Orde Baru guna menghindari konsumerisme
masyarakat di Indonesia.
Sejalan dengan perkembangannya, maka pada tanggal 16 Agustus
1976 TVRI resmi menggunakan Satelit Palapa untuk telekomunikasi dan
siaran televisi, sehingga jangkauan dan daya pancarnya lebih luas hampir
seluruh plosok Nusantara.
Perkembangan pertelevisisan di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat setelah pada tahu 1989 pemerintah
Indonesia secara resmi melakukan terombosan dengan memberi izin
mendirikan stasiun yang bersifat komersial yang ditandai dengan
berdirinya stasiun televisi swasta pertama yaitu RCTI yang secara resmi
beroprasi pada tahun 1990 kemudian disusul oleh stasiun televisi swasta
lainnya SCTV, TPI, yang mengudara tahun 199, ANTV mulai pada tahun
1993, INDOSIAR 1995, awal tahun 2000-an Metro TV, Trans TV, TV 7,
lativi dan TV Global.
29
Idi Subandi Ibrahim, dan Dedi Mulyana, ed, Bercinta Dengan Televisi: Televisi di
Indonesia dan Pengaturannya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 1997), h. 12-13.
36
Di sejumlah Negara berkembang seperti diasia tenggara, media
melakukan perannya yang dilukiskan sebagai “agen pembangunan”.30
Di
Indonesia misalnya, pemerintah melihat media sebagai sumber daya yang
kritis untuk membantu dalam mengkomunikasikan pendidikan dan
informasi vital mengenai isu mendasar seperti kesehatan, perairan,
pengendalian kelahiran pada kurang lebih 200 juta jiwa penduduk bangsa
ini yang tinggal di lebih darii 13.000 pulau. Media diharapkan bisa
membantu pemerintah dalam tugasnya mempersatukan, membangun dan
membentuk jiwa nasionalisme masyarakat.
3. Karakteristik Televisi
Ditinjau dari stimulus alat indra, radio, surat kabar, dan majalah
hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Televisi memiliki
kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audio-visual)
Apabila khalayak radio hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara,
khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Gambar yang
dilihat atau tampak pada layar televisi sebenarnya merupakan hasil
reproduksi suatu obyek yang ditangkap oleh lensa kamera stasiun
televisidan dipisahkan berdasarkan warna pokok, yaitu merah (red), hijau
(green), dan biru (blue). Hasil reproduksi tersebut kemudian
ditransmisikan melalui udara atau juga kabel, bagi televisi kabel.
30
Jim Macnamara, Strategi Jitu Menaklukkan Media, (Jakarta: Mitra Media, 1999), h. 9-
10.
37
E. Adzan
1. Sejarah Adzan
Adzan mulai disyari‟atkan pada tahun kedua Hijriah. Pada suatu
hari Nabi Muhammad SAW membentuk suatu musyawarah bersama para
sahabat untuk menentukan bagaimana cara mengumpulkan orang-orang
agar segera berkumpul ke masjid ketika telah memasuki waktu shalat.31
Beberapa sahabat ada yang memberikan usulan. Ada yang mengusulkan
untuk mengibarkan bendera atau menyalakan api di tempat yang tinggi
agar pemberitahuan tersebut bisa sampai ke tempat yang jauh. Ada juga
yang mengusulkan untuk meniup terompet, namun itu akan menyerupai
pemberitahuanyang dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi. Ada juga
yang mengusulkan untuk membunyikan lonceng, namun itu akan
menyerupai orang-orang Nasrani. Namun saat itu semua usulan itu ditolak
oleh Nabi.
Abu Daud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid berkata sebagai
berikut, “Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk shalat
dimusyawarahkan. Suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku
melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati
orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual
lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku
saja. Orang tersebut malah bertanya, “Untuk apa?”, Aku menjawabnya,
“Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum
31
Sejarah Adzan, Artikel diakses pada 17 Mei 2014 dari,
http://www.google.com/#q=pengertian+adzan.
38
muslim untuk menunaikan shalat.” Orang itu berkata lagi, “Maukah kau
kuajari cara yang lebih baik?” Dan aku menjawab “Ya!”, Lalu dia berkata
lagi dan kali ini dengan suara yang amat lantang:
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad
SAW., dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi
Muhammad SAW., berkata, “Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah
di samping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia
harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang
amat lantang.” Lalu aku pun melakukan hal itu bersama Bilal. Rupanya,
mimpi serupa dialami pula oleh Umar, ia juga menceritakannya kepada
Nabi Muhammad SAW.
2. Pengertian Adzan
Secara bahasa adzan berarti pemberitahuan atau seruan.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At Taubah Ayat 3:
39
“dan ini adalah seruan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat
manusia”
Adapun adzan menurut syara‟ (Al-Mughni karya Ibnu Qudamah:
2/53), adzan berarti pemberitahuan waktu shalat dengan menggunakan
lafal-lafal tertentu yang telah disyariatkan sebagaimana yang telah
diketahui.
3. Keutamaan Adzan
Adzan merupakan lafal yang istimewa. Terdapat banyak
keutamaan bagi yang mengumandangkan adzan. Selain itu juga telah
banyak hadits yang menyebutkan keutamaan bagi yang mendengarkan
adzan, salah satunya yaitu barang siapa yang berdoa untuk dirinya sendiri
memohon karunia kepada Allah, doanya dapat dikabulkan. Dari Anas
Radhiyallahu „anhu, ia berkata, “Rasulullah SAW telah bersabda “Doa di
antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak oleh karena itu, berdoalah
kalian.
keutamaan lain dari adzan yaitu dapat mengusir syetan. Hal ini
berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu „anhu bahwasanna
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila diseru (dikumandangkan adzan)
untuk menunaikan shalat, maka syetan lari terbirit-birit sambil terkentut-
kentut hingga ia tidak mendengar seruan adzan. Kemudian apabila
dikumandangkan iqamah untuk shalat, ia pun lari hingga apabila telah
selesai taswib, ia datang lagi hingga membisikkan (menggoda) di antara
seseorang dengan dirinya sambil berkata kepadanya, „Ingatlah itu!,
40
ingatlah itu!‟ tentang hal-hal yang tidak diingat sebelumnya hingga
seseorang menjadi tidak tahu sudah berapa rakaat shalat yang ia
kerjakan.”32
F. Media Elektronik
Media elektronik adalah sebuah media yang menyampaikan sesuatu
yang berbentuk elektronik seperti TV, radio, dan HP. Media elektronik dapat
diartikan sebagai sumber informasi yang utama dan mudah untuk didapatkan.
Media elektronik pada dasarnya terdiri dari 4 jenis: radio, televisi, rekaman
(kaset analog, CD, DAT, dan video), dan internet sebagai media terbaru.
Masing-masing media mempunyai karakter dan wilayah penyebaran yang
berbeda, baik secara teknologi, maupun proses produksi materinya.33
Pengertian yang lebih sederhana dalam media ini adalah semua
informasi atau data yang diciptakan, didistribusikan, serta diakses memakai
bentuk elektronik, energy elektromekanis ataupun peralatan yang dipakai
didalam komunikasi elektronik. Peralatan yang paling sering dipakai
mengakses media berbentuk elektronik yaitu radio, televisi, ponsel, computer,
dan perangkat-perangkat yang lain.
Kelebihan dari media elektronik yaitu sebagai sarana hiburan, relaksasi
dan untuk pendidikan. Dengan kehadiran media ini kita semua bisa
mempelajari budaya lain, mempromosikan kreatifitas, mengetahui sudut
32
Keutamaan Adzan, Artikel diakses pada 17 Mey
2014,dari,http://hizred.wordpress.com/ 2012/01/05/keutamaan-adzan-dan-menjawab-adzan/ 33
Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi, Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006), h. 4
41
pandang orang lain, memperoleh inspirasi, dan dapat mempelajari segala hal.
Memperoleh berita dan informasi yang cepat adalah sebuah kebutuhan primer
masyarakat modern. Dengan media jenis elektronik, kita semua bisa dengan
mudah memperoleh berita dan informs terbaru, baik dari dalam negri maupun
luar negri.34
1. Televisi
Televisi adalah media massa elektronik yang bersifat audio visual
serta kemampuan memainkan gambar sehingga mampu menstimulasi
pendengaran dan penglihatan. Namun prinsip dasar televisi lebih rumit,
karena suara dan gambar diatur sedemikian rupa agar tersaji dan diterima
oleh khalayak secara sikron.
Berdasarkan pengamatan para ahli pertelevisian, informasi dari
televisi diingat lebih lama disbanding dengan yang diperoleh melalui
pembaca (media cetak). Sekalipun informasi yang disugukan persis sama.
Hal ini karena terdapat visualisasi berbentuk gambar bergerak dala
televisi. Visualisasi tersebut berfungsi sebagai penambah dan pendukung
narasi yang dibaca reporter atau newsreader. Jadi, dalam menerima
informasi, media ini memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah
mampu menampilkan hal-hal menarik yang ditangkap oleh indra
pendengaran dan penglihatan, mampu menampilkan secara detail suatu
peristiwa atau kejadian, karena mempengaruhi dua indra sekaligus, maka
efek persuasifnya lebih kuat ketimbang media lainnya maka dari itu
34
Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi, Teori dan Praktik, h.6
42
televisi adalah media yang paling popular dikalangan masyarakat. Hal
inilah yang menjadi keunggulan media televisi dibanding media informasi
lainnya. Efesiensi jurnalistik televisi pun lebih menyakinkan.35
Namun kekurangan media televisi ini adalah biaya produksi yang
mahal, waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi sampai selesai
sangan lama, khalayak sangat heterogen sehingga sulit untuk menjangkau
public sasaran yang diinginkan, peralatan peliputannya sangat mahal dan
rumit penggunaannya, bila tidak dipersiapkan dengan matang maka pesan
visual itu justru menciptakan emage buruk36
.
Sebagai media elektronik yang informative, televisi umumnya
memeiliki program atau acara yang bervariasi. Mulai dari berita, diskusi,
debat, olahraga, film, music, sinetron, talk show, reality show dan masih
banyak lagi yang lainnya. Keragaman program televisi tersebut tentunya
berpeluang memberikan inspirasi kepada para penontonnya.
35
Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi, (Jakarta: Grasindo, 1997), h.
56 36
Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi,h.57
43
BAB III
PROFIL DAN GAMBARAN
A. Sejarah Perkembangan PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sebagai stasiun televisi swasta
pertama di Indonesia mulai menudara secara terrestrial di Jakarta pada tanggal
24 Agustus 1989.1 RCTI menanyangkan berbagai macam program acara
hiburan, informasi dan berita yang dikemas secara menarik. RCTI tumbuh dan
berkembang dengan cepat menjadi agen perubahan dan pembaharu dalam
dinamika sosial masyarakat di Indonesia.
Pada awal berdirinya, RCTI merupakan sebuah stasiun televisi
alternatif bagi masyarakat Indonesia. Karena sampai tahun 1989, masyarakat
Indonesia hanya bisa menikmati siaran televisi dari satu saluran: Televisi
Republik Indonesia (TVRI), munculnya RCTI tidak lepas dari desakan
masyarakat kepada pemerintah untuk membuka kesempatan bagi dunia
hiburan. Hal tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah mengizinkan
pemakaian antena parabola untuk perorangan pada tahun 1986.
Penunjukan terhadap RCTI ternyata tidak lepas dari kepentingan
pengusaha. Pada awal berdirinya, kepemilikan RCTI dikuasai oleh Bambang
Trihatmodjo, ia menjabat sebagai direktur utama. Setelah penandatanganan
perjanjian penunjukan Siaran Saluran Terbatas-TVRI (SST-TVRI) bersama
1 Profil RCTI. Artikel diakses pada 12 Mei 2014 dari http://www.rcti.tv/page/profil-
perusahaan.
44
Dirjen RTV, Ishadi pada tanggal 22 februari 1988, memulai siaran percobaan
di Jakarta. Dan resmilah RCTI mengudara pada tanggal 24 Agustus 1989.
Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jaringan terluas
di Indonesia. Melalui 48 stasiun relay-nya program-program RCTI disaksikan
oleh 180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di seluruh Nusantara, atau
kira-kira 80% dari jumlah penduduk Indonesia. Kondisi demografi ini disertai
rancangan program-program menarik diikuti rating yang bagus, menarik minat
pengiklan untuk menanyangkan promo mereka di RCTI.
Secara teknis RCTI memiliki dimiliki sepenuhnya oleh PT. Bimantara
Citra Tbk. Kepemilikan saham RCTI sejak 16 Februari 2004 dikuasai oleh PT.
Media Nusantara Citra (MNC) secara penuh. Saham PT. MNC sendiri
dikuasai oleh Bimantara yang merupakan induk perusahaan sebesar 99.99
persen. perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan Bimantara yang
merupakan induk usaha divisi media dan penyiaran. Salah satu peran penting
yang dimainkan MNC adalah memasok acara-acara yang ditayangkan RCTI,
Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Global TV. Saat ini Bimantara
menguasai tiga stasiun televisi nasional melalui MNC, disamping 99,99
persen saham RCTI, MNC juga menguasai 70 persen saham Global TV, dan
75 persen saham PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia.
Sejak awal, cita-cita RCTI adalah menciptakan serangkaian acara
unggulan dalam satu saluran, yang memungkinkan para pengiklan memilih
RCTI sebagai media iklan-iklan mereka. Cita-cita itu menjadi nyata karena
sejak berdiri hingga saat ini RCTI senantiasa menjadi market leader. Hingga
45
tahun 2007, RCTI tetap mempertahankan posisi market leader dengan pangsa
pemirsa mencapai 17,9% (ABC 5+) dan 17,5% (all demo). RCTI juga berhasil
mempertahankan pangsa periklanan televisi tertinggi sebesar 15,2% seperti di
laporkan oleh ABG Nielsen Media Research.
RCTI didedikasikan sebagai televisi yang menyediakan berbagai
informasi dan hiburan yang berkualitas tinggi secara menarik. Dengan
mengusung motto “ Kebanggaan Bersama Milik Bangsa” dan slogannya
“RCTI OKE” RCTI semakin dikenal hingga saat ini slogan tersebut masih
membekas dihati penonton setianya dan masyarakat luas. Kini RCTI selalu
menjadi yang terdepan dalam industri penyiaran TV di Indonesia karena
kualitas program-programnya.
Di RCTI, kualitas bukannya kata tanpa makna melainkan harmonisasi
dari kreatifitas, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan dan do‟a.
Enam aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program RCTI yang
mengusung motto “Kebanggaan Bersama Milik Bangsa” namun tampil dalam
kemasan yang “oke”. Kualitas program-program RCTI pada akhirnya
mengantarkan RCTI untuk selalu menjadi yang terdepan dalam industri
penyiaran TV di Indonesia.
Nama Rajawali Citra Televisi Indonesia secara keseluruhan
menggambarkan bahwa PT. Bimantara Citra bersama PT. Rajawali Wira
Bhakti Utama mempunyai komitmen yang tinggi untuk bekerjasama
mengabdi kepada bangsa melalui sumbangannya memberikan informasi,
pengetahuan dan sekaligus hiburan melalui televisi Indonesia.
46
B. Logo RCTI
Logo RCTI dicetak di atas dasar putih dengan komposisi warna
biru,hijau, merah, dan hitam. Digunakannya warna merah, hijau dan biru
karena warna-warna tersebut adalah merupakan lambang gelombang visual
elektromagnetikdalam pertelevisian yang terkenal dengan ROB (red, green,
dan blue).
Sosok seekor rajawali dalam logo dalam stimulasi berwarna putih
bersih dengan posisi atau kedudukan siap siaga, kedua kaki kokoh dan
berkuku, sorot matanya tajam ke depan dengan garis-garis pancaran merah
putih, sayapnya mengembang, dengan garis-garis melebar pada ujungnya,
berwarna pelangi: merah, hijau, dan biru.
Secara keseluruhan logo RCTI ingin menggambarkan sikap RCTI yang
selalu tangkap serta sigap setiap saat, turut serta mencerdaskan bangsa dalam
era pembangunan semesta nasional, bermediakan teknologi televisi yang
dilandasi semangat perjuangan serta wawasan nasional maupun internasional
atau dunia, demi mencapai kesejahteraan lahir dan batin seluruh rakyat
Indonesia. Logo RCTI kemudian mengalami redesign yaitu dibuat lebih solid
tanpa banyak merubah bentuk. Namun hanya terdiri dari dua warna yaitu biru
dan merah. Kepingan balok dibuat menyatu dengan warna biru sesuai
47
Corporate colour RCTI. Sementara sorot mata lurus ke depan berwarna merah
menunjukkan misi ke depan yang tajam.
C. Visi dan Misi RCTI
Visi: Media Utama Hiburan dan Informasi.
Perkataan “utama” mengandung makna lebih dari yang “pertama”
karena kata “pertama” hanya mencerminkan hierarki pada dimensi tertentu.
Sedangkan kata “utama” mengandung unsur kemuliaan karena melibatkan
aspek kualitas, integritas dan dedikasi.
Media utama hiburan dan informasi memiliki makna:
1. RCTI unggul dalam hal kualitas materi dan penyajian program hiburan
dan infirmasi.
2. RCTI memperhatikan keseimbangan faktor bisnis dan tanggung jawab
sosial atas sajian program-programnya.
3. RCTI menjadi pilihan yang utama dari para “stakeholder” (karyawan,
pemirsa, pengiklan, pemegang saham, pemasok, pesaing, perusahaan
afiliasi, mitra strategis, masyarakat, dan penyelenggaraan Negara).
Misi: Bersama Menyediakan Layanan Prima
Rajawali Citra Televisi Indonesia melalui pelanyanan prima bertujuan untuk:
1. Selalu menjadi yang pertama dalam pemanfaatan teknologi tinggi
2. Terbaik dalam penyajian program-program hiburan dan informas
3. Selain menjadi pilihan pertama pemirsa dan pemasang iklan.
48
Interaksi kerja di perusahaan lebih mengutamakan semangat
kebersamaan sebagai sebuah tim kerja yang kuat. Hal ini memungkinkan
seluruh komponen perusahaan mulai dari level teratas sampai dengan level
terbawa mampu bersama-sama, terkoordinasi dan tersistemasi memberikan
karya terbaiknya demi mewujudkan pelayanan terbaik dan utama kepada
“stakeholder”.
Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, ada tiga nilai sebagai
pilar utama yaitu keutamaan dalam kebersamaan, bersatu padu, dan oke.
Ketiga pilar tersebut yang menjadi motivasi, inspirasi dan semangat juang
insan RCTI. Proses kerja dilakukan dengan semangat kebersamaan untuk
sampai pada hasil yang mendapat pengakuan dari para “stakeholder” atas
kualitas, integritas, dsn dedikasi yang ditampilkan. 2
Komitmen atas tanggung jawab sosial dan peran serta dapam
pembangunan nasional merupakan tanggung jawab RCTI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
RCTI dikenal oleh para pemegang iklan sebagai media komunikasi
yang sangat efisien dan efektif. Sekarang ini, RCTI tetap menjadi No.1 baik
dari kalangan pemirsa maupun kasar saham: RCTI sebagai trend centerdi
pertelevisian indonesia, memenangkan penghargaan sebagai stasiun televisi
“the top of mind” atau ditengah-tengah persaingan yang tinggi.
2 Profil RCTI dalam Tiga Pilar Utama, Artikel diakses pada 12 Mei 2014 dari
http://www.rcti.tv/page/visi-misi-dan-tiga-pilar-utama.
49
D. Struktur Organisasi RCTI
E. Profil Tayangan Adzan
Tanyangan adzan magrib di RCTI adalah suatu program tahunan
dengan tema yang berbeda- beda setiap tahunnya. Edisi 2013 pertama kali di
tanyangkan pada tanggal 8 juli 2013 dan berakhir 4 juli 2014 dengan tema
“IBU”. Tanyangan adzan ini berdurasi tiga menit, dengan 75 scene kemudian
untuk seting tempat di adakan di dua kota yaitu di Jakarta di sekitar daerah
Sudirman dan bandung di daerah cicaki cipunegara. Dan untuk yang
Komisaris Utama
Posma Tobing
Komisaris Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo
Oerianto Gyandi
Liliana Tanoesoedibjo
Dewan Direksi Direktur Utama
Hary Tanoesoedibjo
Wakil Direktur Utama Beti P. Santoso
Kanti Mirdiati Imansyah
Direktur Corporate Affairs
Syafril Nasution
Direktur Sales & Marketing
Erwin Andersen
Direktur Produksi & Program
Erwin Andersen
50
membuat alur cerita atau tema azan ini adalah produsernya sendiri yaitu Emri
Akbaril Syah tetapi tetap melakukan diskusi kepada bagian-bagian terkait
untuk share ide-ide tambahan dan melengkapi bagian-bagian yang kurang
cocok. Kemudian adapun model yang membintangi peran pada tayangan
adzan magrib ini adalah Henidar Amroel sebagai ibu, Fajar Syadiansah
sebagai anak (pengusaha muda) dan agus sebagai anak SD.
Adapun sekilas alur cerita tanyangan adzan magrib tersebut sebagai
berikut:
Di tengah belantara gedung pencakar langit Jakarta, seorang eksekutif
muda sedang melakukan presentasi. Ia melihat ponsel pintarnya yang
tergeletak di atas meja layarnya menyala sebagai tanda ada panggilan masuk.
Sejenak ia melirik ponselnya itu, ada panggilan dari ibunya. Ia tak mau
meeting bersama rekan bisnisnya terganggu, maka ia mematikan ponselnya
lalu melanjutkan presentasi.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, ia menerima telpon dari
seseorang. Sambil tetap menyetir mobilnya, ia berkomunikasi dengan
ponselnya. Sementara itu ponsel miliknya yang lain yang tergeletak di dasbor
mobil layarnya menyala sebagai ada panggilan masuk. Ia raih ponselnya itu,
ada panggilan dari ibunya. Karena ia masih sibuk berkomunikasi dengan
ponsel yang lain, ia matikan lagi panggilan ibunya.
Sementara itu, di sebuah kota yang jaraknya lebih dari seratus
kilometer ada sebuah ibu yang tengah merana. Betapa ia merindui anak
lelakinya itu, beberapa kali ia menghubungi ponsel anaknya tiada terjawab.
51
Untuk melepaskan kerinduannya kepada anak lelakinya, ibu itu
mengumpulkan permainan anak lelakinya, satu persatu ia bersihin permainan
anak lelakinya itu di ruang keluarga. Ia kadang mengingat dalam khayalan di
sana ada seorang anak lelaki yang sedang berlarian sambil bermain pesawat
terbang.
Eksekutif muda sedang menghentikan mobilnya di sebuah perepatan
jalan. Lampu lalulintas sedang berwarna merah. Dari arah kanan, ia di hampiri
oleh seorang anak laki-laki yang berseragam SD menjajakan sebuah
permainan baling-baling dari kertas karton. Ia beli semua baling-baling itu,
sementara pikirannya melanyang kemasa kecil ketika ia berbain baling-baling
bersama ibunya.
Perhatiannya kemudian beralih keanak lelaki berseragam SD, anak itu
berlari kearah took bunga, lelaki eksekutif muda tersebut penasaran dan ia
pelankan mobilnya kearah anak lelaki berseragam SD itu pergi dan rupanya ia
pergi ke pemakaman umum.
Ia turun dari mobil dan mengikuti angkah-langkah kecil anak yang
berseragam SD tersebut, mereka melintasi banyak nisan. Kemudian anak
lelaki tersebut bersimpuh di sebuah nisan yang bertulis nama ibunya. Anak
tersebut eletakan bunga yang tadi dibelinya, kemudian iya mengeluarkan
gabaran hasil karyanya yang bertuliskan “selamat ulang tahun ibu” kemudian
gambar tersebut di bentangkan di atas pusara ibunya.
52
Sejenak eksekutif muda terkesima dan terharu melihat apa yang di
lakukan oleh anak lelaki tersebut di depan kuburan ibunya. Menyaksikan
adegan tersebut eksekutif muda menjadi teringat ibunya.
Ia mencoba menelpon ibunya beberapa kali namun tidak di angkat ia
gelisah dan panik kemudian melajukan mobilnya kearah rumah ibunya, ia
mendapati ibunya yang sedang membersihkan permainan masa kecilnya, lalu
ia berlari dan meminta map kepada ibunya.
Kesimpulan alur cerita si atas bahwasannya sesibuk apapun urusan
kita, kita tidak boleh melupakan orang tua kita selagi mereka masih ada di
dunia ini. 3
3 Wawancara peneliti dengan Emri Akbaril Syah sebagai produser, tayangan adzan
magrib RCTI, Jakarta, 7 Juli 2014
53
F. Mekanisme dan Langkah-Langkah Produksi Program Tayangan Adzan
di RCTI.
Alat
Budget
Share refrensi
Breafing
Admin (Izin & sewa)
Style Editing Shooting
Casting
Wardrob
Camera
Pendukung Camera
Sara genser
Akomodasi
Lighting
Pra Produksi
Breafing Cart
Shootting
Prizinan / Pembayaran
Koading Materi
Mobile Editor
Pasca Produksi
Editing
Preview
Tone
Mobile Editor
Produksi
Tema
Ide Cerita
Didiskusikan
Pembuatan Naskah
54
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Analisis Semiotika dan Representasi Kultur Islam Pada Tayangan Adzan
Magrib di RCTI
Pada bab ini akan dibahas mengenai masalah pokok yang akan diambil
untuk bahan penelitian. Dengan menggunakan teori Charles Sanders Peirce yang
mengemukakan tentang jenis tanda, diantaranya sign ( ikon, indeks, dan symbol),
object, dan interpretant. Untuk penelitian ini, peneliti mengambil tayangan adzan
magrib di RCTI edisi 8 juli 2013.
Selain itu dalam bab ini peneliti juga menambahkan beberapa tabel agar
memudahan para pembaca mengerti apa yang diteliti. Peneliti juga menambahkan
gambar agar pembaca juga dapat melihat apa saja yang diteliti dan dapat melihat
tanda-tanda yang ada dalam tayangan adzan magrib di televisi RCTI.
1. Scene satu detik 1-3. Teks:اهلل اكبر, Allah Maha Besar.
Visualisasi
55
Ikon Analisis gambar pada visualisasi gambar pada scene satu
tersebut terlihat gedung- gedung pencakar langit yang kokoh
berdiri tegak ditengah kota Jakarta dengan lampu kantor dan
lampu jalan yang mulai dinyalakan menandakan waktu telah
senja.
Pada gambar tersebut terlihat bundaran HI sebagai jalanan pusat
kota Jakarta yang dipenuhi lalu-lalang kendaraan mobil dan
motor yang menyebabkan kemacetan setiap harinya yang
membawa para pekerja kembali ke rumah masing-masing.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Allahu Akbar (Allah Maha
Besar), dengan teks bahasa Arab dan terjemahan menggunakan
bahasa Indonesia.
Tulisan “Allahu Akbar (Allah Maha Besar)” dengan latar
gedung-gedung dan kemacetan kota Jakarta.
Allahu Akbar (Allah Maha Besar) ditulis dengan menggunakan
warna putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
56
Indeks Background pada gambar iniyaitu langit yang berwarna
keemasan menunjukan magrib telah tiba dan menandakan
segala aktifitas telah selesai.
Di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang berwarna merah
dan biru karena warna tersebut merupakan lambang gelombang
visual elektromagnetik dalam pertelevisian, logo RCTI
menggambarkan sikap yang selalu tangkap serta sigap setiap
saat dan turut serta mencerdaskan bangsa.
Warna putih pada teks “Allahu Akbar (Allah Maha Besar)”
melambangkan kedamaian, kesucian, kesempurnaan serta
kebersihan.
Simbol Pada teks “Allahu Akbar (Allah Maha Besar)” menunjukan
bahwa adzan magrib telah berkumandang sebagai
pemberitahuan atau seruan untuk melaksanakan salah satu
kewajiban kita yaitu ibadah sholat.
Chris Barker dalam teorinya mengatakan Citra, bunyi, objek, dan
aktivitas pada dasarnya merupakan sistem tanda yang memaknai dengan
sistem yang sama dengan bahasa, sehingga kita dapat menunjukannya sebagai
teks budaya. Makna diproduksi dalam interaksi antara teks dan pembacanya,
sehingga momen konsumsi juga merupakan momen produksi yang penuh
57
makna1. Pada gambar diatas merepresentasikan sistem tanda yaitu tanda
datangnya waktu magrib dengan langit berwarna keemasan yang diartikan
waktu magrib telah datang.
Teks: “Allahu Akbar (Allah Maha Besar)”merepresentasikan bahwaAllah
maha pencipta segala sesuatu menjadi nyata, Allah yang merencanakan
penciptaan, kekuasaan dan pengaturan segala sesuatu yang ada dimuka bumi
ini. Teks “Allahu Akbar (Allah Maha Besar)” yaitu lafadz pertama pada teks
adzan agar para umat muslim yang mendengarkan lafadz adzan langsung
mengingat Allah dan melaksanakan salah satu kewajibannya yaitu ibadah
sholat.2
2. Scene dua, detik 4-7. Teks:اهلل اكبر, Allah Maha Besar.
Visualisasi
Ikon Pada gambar tersebut terlihat seorang eksekutif muda yang
sedang melakukan presentasi bersama rekan bisnisnya di
sebuah perusahaan besar di Jakarta.
Pemuda tersebut terlihat sangat serius dalam menyampaikan
presentasinya dengan tangan memegang beberapa map.
1 Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 11
2 Drs Moh Rifa‟I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1976), h. 27.
58
Terlihat di depan pemuda tersebut ada beberapa rekan
bisnisnya yang terdiri dari satu orang wanita dan tiga orang
lelaki yang sedang serius mendengarkan presentasi.
Eksekutif muda dan para rekan bisnisnya menggunakan
stelan jas hitam menandakan kedisiplinan dalam bekerja dan
terlihat sangat rapih dan sopan.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Allahuakbar (Allah
Maha Besar), dengan teks bahasa Arab dan terjemahan
menggunakan bahasa Indonesia.
Tulisan “Allahuakbar (Allah Maha Besar)” dengan latar
seorang eksekutif muda yang sedang presentasi bersama
beberapa rekan bisnisnya.
Allahu Akbar (Allah Maha Besar) ditulis dengan
menggunakan warna putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Pada gambar tersebut terlihat eksekutif muda yang sedang
presentasi mengambarkan bahwa pemuda tersebut semangat
dan giat dalam bekerja.
Background pada gambar ini yaitu kaca dan tembok
berwarna putih melambangkan suci dan bersih
59
Di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang berwarna
merah dan biru karena warna tersebut merupakan lambang
gelombang visual elektromagnetik dalam pertelevisian, logo
RCTI menggambarkan sikap yang selalu tangkap serta sigap
setiap saat dan turut serta mencerdaskan bangsa.
Warna putih pada teks “Allahu akbar (Allah Maha Besar)”
melambangkan kedamaian, kesucian, kesempurnaan serta
kebersihan.
Simbol Dari ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan
bahwa seorang eksekutif muda tersebut memiliki cita-cita
yang tinggi, dengan begitu dia harus semangat untuk
bekerja.
Teks pada gambar tersebut yaitu “Allahu Akbar” Allah
maha besar yang menunjukan bahwa adzan magrib telah
berkumandang sebagai pemberitahuan atau seruan
untukmelaksanakan salah satu kewajiban kita yaitu ibadah
sholat.
Representasi menurut teorinya merupakan tindakan yang
menghadirkan sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa
tanda atau simbol3. Pada gambar tersebut merepresentasikan kultur islam
seorang eksekutif muda yang tinggal diperkotaan dengan kesibukan
pekerjaannya sehingga lupa memberi kabar kepada Ibunya, namun menyadari
3 Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 11
60
bahwa apa yang dia lakukan salah dan mendatangi Ibunya meminta maap atas
kesalahannya.
Hasil wawancara: “disini kita mengambil adegan seorang eksekutif
muda yang sedang presentasi dan sibuk dalam bekerja serta mapan dalam
kehidupannya, apakah masih mengingat ibunya atau tidak. Didalam alur
cerita pada tayangan adzan magrib tersebut, karena lelaki tersebut sedang
sibuk dalam meetingnya dia mencuekkan telpon ibunya padahal ibunya
yang berada dikota lain sangat merindukan anaknya. Gambar tersebut
mungkin sangat sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari oleh sebab
itu tayangan ini untuk mengingatkan bagi masyarakat yang menonton
tayangan ini agar selalu mengingat ibunya sesibuk apapun”4.
3. Scene tiga, detik 11-14. Teks:اهلل اكبر, اهلل اكبر ,Allah Maha Besar, Allah Maha
Besar.
Visualisasi
Ikon
Pada gambar tersebut terlihat tangan eksekutif muda sedang
memegang ponselnya dan melihat ada panggilan dari “mama”
di tengah-tengah presentasinya.
Eksekutif muda kemudian mematikan panggilan telpon dari
mamanya dan melanjutkan kembali presentasinya.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Allahu Akbar AllahuAkbar
(Allah Maha Besar Allah Maha Besar), dengan teks bahasa
4 Wawancara peneliti dengan Emri Akbaril Syah sebagai produser, tayangan adzan
magrib RCTI, Jakarta, 7 Juli 2014.
61
Arab dan terjemahan menggunakan bahasa Indonesia.
Tulisan “Allahu Akbar Allahu Akbar (Allah Maha BesarAllah
Maha Besar)” dengan latar sebuah ponsel.
Allahu Akbar Allahu Akbar (Allah Maha BesarAllah Maha
Besar) ditulis dengan menggunakan warna putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Background pada gambar ini yaitu terlihat tangan pemuda
eksekutif muda sedang memegang ponsel dan melihat ada
panggilan dari mama di tengah-tengah presentasinya.
Di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang berwarna merah
dan biru karena warna tersebut merupakan lambang gelombang
visual elektromagnetik dalam pertelevisian, logo RCTI
menggambarkan sikap yang selalu tangkap serta sigap setiap
saat dan turut serta mencerdaskan bangsa.
Narasi pada gambar tersebut yaitu “Allahuakbar-Allahuakbar”
yang berarti Allah maha besar yang menunjukan bahwa adzan
magrib telah berkumandang sebagai pemberitahuan atau seruan
untuk melaksanakan salah satu kewajiban kita yaitu ibadah
sholat.
Warna putih pada teks “Allahu Akbar Allahu Akbar Allah
Maha Besar Allah Maha Besar)” melambangkan kedamaian,
kesucian, kesempurnaan serta kebersihan.
62
Simbol Dalam ikon dan tanda verbal yang ada terkandung pesan bahwa
sesibuk apapun kita harus tetap mengingat ibu, karena ibu
adalah wanita yang sangat penting bagi kita selaku anak.
Representasi menurut Chris Barker adalah proses dan hasil yang
memberi makna khusus pada tanda. Melalui representasi, ide-ide ideologi dan
abstrak mendapat bentuk abstraknya5. Representasi pada gambar di atas
adalah makna pada suatu budaya kita yang mematikan telpon pada saat
meeting berlangsung,pada gambar diatas menjelaskan bahwa kita harus
berbakti kepada kedua orang tua kita terutama “ibu” karena ibu yang telah
membesarkan kita, pengorbanan ibu sangatlah banyak dalam membesarkan,
membimbing dan mengajarkan kita sehingga kita bisa seperti sekarang ini.
Maka sesibuk apapun kita harus tetap memberi kabar kepada ibu.
Hasil wawancara: gambaran ponsel sengaja kita tampilkan karena
ponsel genggam sebagai media komunikasinya yang sangat efektif seluruh
masyarakat. Benda tersebut pasti ada hubungannya dalam pemberian
informasi disetiap harinya6.
4. Scene empat, detik 40-45. Teks:أشهد ان ال اله إالاهلل, Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah.
Visualisasi
5 Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 12.
6Wawancara peneliti dengan Emri Akbaril Syah sebagai produser, tayangan adzan magrib
RCTI, Jakarta, 7 Juli 2014
63
Ikon Pada gambar tersebut terlihat seorang eksekutif muda sedang
mengendarai mobil sambil melihat ke arah depan jalan raya.
Terlihat pemuda tersebut menggunakan kemeja berwarna
putih dengan memadukan dengan dasi berwarna hitam.
Pemuda tersebut mengespresikan wajah yang senang dengan
melihat ke arah depan sambil menyetir mobilnya.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Asyhadu Allaa Ilaaha
Illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)”
dengan teks bahasa Arab dan terjemahan menggunakan
bahasa Indonesia.
Tulisan “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah)” dengan latar pengusaha muda yang
berada didalam mobil.
Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah), ditulis dengan menggunakan warna
putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Terlihat pemuda tersebut menggunakan kemeja berwarna
putih yang berarti bersih dan suci dengan memadukan dengan
dasi berwarna hitam agar tetap terlihat kewibawaan sebagai
seorang pengusaha muda.
64
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Warna putih pada teks “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)” melambangkan
kedamaian, kesucian, kesempurnaan serta kebersihan.
Simbol Narasi pada gambar tersebut yaitu “Asyhadu alla ilaha
illallah” yang berarti “aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain
allah”.
Representasi juga berarti sebuah konsep yang digunakan dalam proses
sosial pemaknaan melihat sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan,
video, film, fotografi, dan sebagainya7. Begitupun pada pemaknaan pada
gambar diatas yang menandakan kesibukan eksekutif muda dalam
mengendarai mobilnya.. Teks pada gambar tersebut “Asyhadu Allaa Ilaaha
Illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)” merepresentasikan
bahwa kalimat tersebut dinamakan syahadat tauhid sebab didalam kalimat
tersebut kita bersaksi dengan sepenuh rasa bahwa tiada yang lain hanya Allah
SWT semata-mata, tiada sekutu baginya didalam segala hal, dan tiada satupun
yang bercampur aduk dengannya kecuali dia semata-mata.
7 Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 14
65
5. Scene lima, detik 50-55. Teks: الاهللأشهد ان ال اله إ , Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah.
Visualisasi
Ikon Pada gambar tersebut terlihat seorang anak berseragam SD
berlari sambil memegang uang hasil berjualan kincir
anginnya.
Terlihat anak berseragam SD sedang membeli bunga mawar
di salah satu penjual bunga di pinggir jalan.
Terlihat di depan anak SD tersebut seorang pemuda yang
memakai kaos putih dan kopia hitam yang sedang berjualan
beraneka macam bunga-bunga yang sangat indah terlihat dari
warna bunga yaitu merah, kuning dan hijau.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Asyhadu Allaa Ilaaha
Illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)”
dengan teks bahasa Arab dan terjemahan menggunakan
bahasa Indonesia.
Tulisan “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah)” dengan latar seorang anak SD dan
terlihat beberapa mobil yang sedang menunggu rambu lalu
66
lintas yang berwarna merah yang berarti berhenti.
Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah), ditulis dengan menggunakan warna
putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Seragam SD putih merah yang digunakan oleh anak tersebut
menandakan usianya masih belia dan terlihat kepolosan di
wajahnya.
Seragam tersebut menandakan dia seorang pelajar SD dan
bukan anak jalanan seperti anak pada umumnya yang
berjualan di jalan.
Anak SD tersebut terlihat sangat senang karena dia
memberikan senyuman yang sangat bahagia.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Warna putih pada teks “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)” melambangkan
kedamaian, kesucian, kesempurnaan serta kebersihan.
67
Simbol Dari ikon dan tanda verbal yang ada bahwa anak kecil yang
berseragam SD bisa mencari uang sendiri yang halal dengan
cara menjualkan hasil karyanya berupa kincir angin.
Karna kerja kerasnya seorang anak SD yang masih kecil bisa
membeli Bunga dengan memakai uang hasil jerih payahnya
sendiri.
Pada gambar tersebut merepresentasikan bahwa tiada kata muda dalam
mencari uang selama kita mendapatkannya dengan cara halal. Mengasah
kemampuan kita untuk berkarya dan memiliki harga jual dikalangan
masyarakat, berguna bagi mereka yang membeli dan menguntungkan bagi kita
sendiri.
Hasil wawancara: “gambar diatas sengaja kita tampilkan seorang
anak SD yang berjualan kincir angin, dengan kepolosannya tersebut
menggunakan baju seragam yang menandakan dirinya bukan seorang anak
jalanan tetapi dia menjual hasil karyanya untuk mendapatkan sejumlah
uang. Gambaran anak berseragam tersebut membeli bunga dan meletakkan
disalah satu kuburan yaitu kuburan mendiang ibunya sebagai tanda
sayang.”8
6. Scene enam , 1 menit 1-3 detik. Teks: أشهد ان ال اله إالاهلل , Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah.
Visualisasi
8Wawancara peneliti dengan Emri Akbaril Syah sebagai produser, tayangan adzan magrib
RCTI, Jakarta, 7 Juli 2014
68
Ikon Pada gambar tersebut terlihat seorang pemuda yang berada di
dalam mobil dengan mengepresikan wajah senang yang
sedang memutar-mutarkan kincir angin yang di pegangnya.
Terlihat pemuda tersebut menggunakan kemeja berwarna
putih dengan memadukan dengan dasi berwarna hitam.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Asyhadu Allaa Ilaaha
Illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)”
dengan teks bahasa Arab dan terjemahan menggunakan
bahasa Indonesia.
Tulisan “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah)” dengan latar pengusaha muda
yang berada didalam mobil.
Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah), ditulis dengan menggunakan warna
putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Pada gambar diatas terlihat espresi pemuda tersebut bahagia
dan senang melihat dan memainkan kincir angin yang
dipegangnya sambil teringat masa kecilnya ketika bermain
kincir angin bersama ibunya.
Terlihat pemuda tersebut menggunakan kemeja berwarna
69
putih yang berarti bersih dan suci dengan memadukan dengan
dasi berwarna hitam agar tetap terlihat kewibawaan sebagai
seorang pengusaha muda.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Warna putih pada teks “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah (Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah)” melambangkan
kedamaian, kesucian, kesempurnaan serta kebersihan.
Simbol Dalam ikon dan tanda verbal yang ada terdapat pesan bahwa
kita harus selalu mengingat ibu dan wajib berbakti kepada
kedua orang tua kita.
Representasi menurut teori Chris Barker menyatakan bahwa
representasi bisa hadir dalam sebuah audio-visual karena setiap audio-visual
yang kita lihat pasti akan menimbulkan pemaknaan tersendiri pada tanda-
tanda yang ditampilkan dan dapat merepresikannya9. Pada gambar tersebut
merepresentasikan seorang pemuda yang telah sukses dalam karirnyapun
wajib mengingat ibunya. Jika kita tidak sempat atau berada jauh dari ibu kita
bisa mengirimkan doa dalam setiap shalat kita agar ibu kita senantiasa
diberikan kesehatan dan umur panjang.
9Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 11
70
7. Scene tujuh, 1 menit 35 detik. Teks:اشهد ان محمدا رسول اهلل,aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah.
Visualisasi
Ikon Background pada gambar di atas adalah beberapa perkuburan
yang tersusun rapi di daerah pemakaman umum dan terdapat
batu nisan yang bertuliskan Fatimah Binti Rokhim lahir 25-6-
1980 dan wafat 11- 5- 2010 yang berarti sudah wafat tiga
tahun yang lalu.
Diatas kuburan tersebut terdapat bunga mawar yang masih
segar.
Pada gambar di atas terdapat banyak kuburan yang sangat
terawat dan bersih.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Asyhadu Anna
Muhammadar Rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah Rasul Allah)”.dengan teks bahasa Arab dan
terjemahan menggunakan bahasa Indonesia.
Tulisan “Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah (aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah)”, dengan
latar batu nisan dan sekitar perkuburan.
71
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah (aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah)”,ditulis dengan
menggunakan warna putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Pada gambar diatas terlihat kuburan yang sedang dikunjungi
dan diberi bunga mawar berwarna merah yang menandakan
keberanian dan keindahan.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Warna putih pada teks“Asyhadu Anna Muhammadar
Rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul
Allah)”.melambangkan kedamaian, kesucian, kesempurnaan
serta kebersihan.
Simbol Dalam ikon dan verbal yang ada terkandung pesan bahwa
bagi kita yang masih hidup didunia ini untuk selalu dan rutin
untuk ziarah kubur dan memberikan doa yang terbaik bagi
para keluarga yang terlebih dahulu menghadap Allah agar
dimudahkan jalannya dan diterima disisinya.
72
Representasi menurut teorinya menunjuk baik pada proses maupun
produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses
perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang
kongkret10
. Pada gambar diatas dengan jelas merepresentasikan makna
menyayangi ibu walaupun sudah meninggal dengan memberikan bunga pada
kuburan ibunya. Representasi pada teks “Asyhadu Anna Muhammadar
Rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah)” dinamakan
kalimat syahadat rasul sebab pada kalimat ini kita melafazkan bersaksi bahwa
yang menyampaikan dan menanggung diri rahasia Allah SWT adalah
Muhammad yaitu diri zahir kita dan dengan melafazkan kalimat zahir tersebut
maka berikrar dan bersaksilah kita dengan diri kita sendiri bahwa diri zahir
kita tetap akan menanggung rahasia Allah SWT, dan akan menjaganya untuk
selama-lamanya.
8. Scene delapan, 1 menit 51 detik,حي على الصالة, marilah shalat.
Visualisasi
Ikon Pada gambar tersebut terlihat seorang anak kecil berseragam
SD sedang berdoa di depan pusara ibunya di pemakaman
umum.
10
Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 8
73
Wajah anak itu terlihat khusu berdoa dengan rawut wajah
yang sedih.
Anak berseragam putih terlihat mengangkat tangan berdoa
dan memohon kepada Allah dengan penuh harapan.
Dibelakang anak tersebut terdapat banyak kuburan yang
berjejer rapih dengan rumput yang tumbuh diatas kuburan.
Hayya‟Alash Shalaahmarilah shalat, ditulis dengan
menggunakan warna putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Pada gambar tersebut terlihat anak SD yang sedang berdoa
dengan khusu mengirimkan doa untuk ibunya yang telah
pergi meniggalkan dia terlebih dahulu.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Warna putih pada teks“Hayya‟Alash Shalaah (marilah
shalat)”.melambangkan kedamaian, kesucian, kesempurnaan
serta kebersihan.
74
Simbol Narasi pada gambar tersebut yaitu “Hayya alash Shalaah”
yang berarti “marilah sholat”.
Pada teks tersebut mengajak umat muslim untuk
melaksanakan shalat karena shalat adalah salah satu
kewajiban bagi umat muslim yang patuh kepada Allah.
Menurut teori Chris Barker representasi adalah salah satu praktek
penting yang memproduksi kebudayaan, pada gambar diatas memberikan
kode-kode kebudayaan yang sama lewat bahasa ( simbol-simbol dan tanda
tertulis, lisan, atau gambar) dapat mengungkapkan pikiran tetang sesuatu11
.
Pada gambar tersebut merepresentasikan tentang kasih sayang seorang anak
kepada ibunya, walaupun ibunya telah meninggala ia selalu berziara kubur dan
mengirinkan doa untuk ibunya yang tercinta, agar senantiasa di berikan tempat
yang paling bagus disisi Allah SWT.
Berdoalah memohon ampun agar rahmat dan kasihnya mengalir
kepada kedua orangtua kita yang telah meninggal dunia, seperti mereka
mengasihi kita sejak masih didalam kandungan. Doa kita untuk kedua
orangtua akan memberi manfaat bagi mereka. Nabi SAW, memberikan kabar
baik bahwa setelah manusia meninggal dunia, seluruh amalnya terputus,
kecuali tiga hal: amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu
mendoakannya.12
11
Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004), h. 12
Islan Gusmian, Doa Menghadapi Kematian, (Jakarta, Mizan Pustaka, 2011), h.11.
75
Hasil wawancara: “untuk ide anak kecil yang sedang berdoa
tersebut sengaja ditampilkan untuk memberitahukan kepada masyarakat
yang menonton tayangan adzan ini bahwa anak yang SD saja bisa
mendoakan ibunya padahal ibunya telah meninggal dunia, dan pelajaran
bagi kita semua untuk selalu menyayangi kedua orangtua kita selagi
mereka masih hidup”.13
9. Scene Sembilan, 2 menit 3 detik. Tidak ada teks
Visualisasi
Ikon Pada gambar tersebut terlihat sebuah kertas yang di letakan di
atas kuburan.
Pada gambar tersebut telihat batu nisan yang berdiri kokoh
dengan tanah yang berwarna coklat dan rumput yang
berwarna hijau.
Pada kertas tersebut bertuliskan “selamat ulang tahun ibu”
dengan warna krayon yang berwarna-warni.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
13
Wawancara peneliti dengan Emri Akbaril Syah sebagai produser, tayangan adzan
magrib RCTI, Jakarta, 7 Juli 2014
76
Indeks Warna dasar background adalah coklat tanah dan rumput
hijau yang bersimbolkan kesejukan pada kuburan tersebut.
Pada kertas yang diletakan di atas kuburan bertuliskan
“terimah kasih ibu” yang menandakan kepolosan dan
keceriaan dalam menuliskannya.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Simbol pada gambar tersebut bertuliskan“selamat ulang tahun
ibu”Sebuah bingkisan yang dibuat sangat indah oleh seorang
anak kecil yang polos yang sangat mencintai ibunya.
Representasi menurut teorinya menjelaskan bahwa representasi juga
dapat diartikan sebagai proses dan hasil yang memberi makna khusus pada
tanda14
. Pada gambar tersebut merepresentasikan kasih sayang seorang anak
kepada ibunya. Bagi setiap anak, orang tua adalah sosok yang memiliki
banyak makna dalam setiap hidupnya, kasih sayang yang terus menerus
diberikan kepada kita, peran dan jasa orang tua bagi kita sangatlah besar dan
disertai dengan pengorbanan yang luar biasa untuk mendidik dan
membesarkan kita. Makna representasi pada gambaran tersebut adalah tetap
14
Nuraini Juliastuti, Representasi Budaya, (bandung:kencana,2008), 35
77
mengigat ibu dan selalu mendoakannya walaupun ibu sudah meninggal akan
tetapi kita sebagai anak wajib mendoakanyanya.
10. Scene sepuluh, 2 menit 47 detik. Teks:حي على الفالح, Marilah menuju
kemenangan.
Visualisasi
Ikon
Pada gambar di atas terlihat seorang ibu yang sedang duduk
sambil membersikan beberapa permainan anak lelakinya
sebagai pengobat rindu.
Terlihat ibu tersebut menghayal dan melihat anak lelakinya
yang masih kecil berlarian sambil bermain pesawat udara.
Pada gambar tersebut terlihat ruangan yang berisi sofa, lemari
dan jendela kaca dengan kain horden berwarna putih.
Terlihat seorang ibu memakai jubbah berwarna biru dan
jilbab berwarna kuning dan anak kecil yang sedang
memainkan pesawat mainannya menggunakan baju hitam dan
celana panjang abu-abu.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Hayya‟ Alal Falaah
(Marilah menuju kemenangan)” dengan teks bahasa Arab dan
terjemahan menggunakan bahasa Indonesia.
78
Tulisan“Hayya‟ Alal Falaah (Marilah menuju kemenangan)”
dengan latar gambaran diruang tengah rumah dengan seorang
ibu dan anak.
Hayya‟ Alal Falah (Marilah menuju kemenangan)ditulis
dengan menggunakan warna putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah
Indeks
Background pada gambar tersebut adalah ruang tengah rumah
dengan jendela yang berhorden putih yang bersimbolkan
kesucian dan kebersian serta beberapa peralatan rumah tangga
lainnya.
Pada gambar tersebut terlihat seorang ibu yang sedang
membersikan peralatan mainan pesawat terbang anaknya
dengan rasa rindu yang sangat mendalam.
Baju biru yang digunakan oleh ibu tersebut menandakan
keanggunan dan jilbab kuning menandakan keceriaan dan
kebaikan seorang ibu.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
79
Warna putih pada teksHayya‟ Alal Falah (Marilah menuju
kemenangan).melambangkan kedamaian, kesucian,
kesempurnaan serta kebersihan.
Simbol Dari ikon dan tanda verbal yang terkandung terdapat pesan
bahwa versi adzan ini bertemakan “IBU” untuk mengingatkan
bagi kita semua akan selalu mengingat ibu.
Inti kajian representasi menurut teoriya memfokuskan pada isu-isu
mengenai bagaimana cara representasi itu dibentuk sehingga menjadi suatu
kesatuan yang keliatan alami15
. pada gambar diatas merepresentasikan kultur
islam seorang ibu dengan kehidupan yang sederhana, dalam kesendiriannya
yang merindukan anaknya dengan gambaran bayangan anaknya yang sedang
berlarian sambil bermain menandakan kerinduan yang sangat mendalam.
11. Scene sebelas, 3 menit 5 detik,اهلل اكبر، اهلل اكبر, Allah Maha Besar, Allah Maha
Besar.
Visualisasi
Ikon
Pada gambar tersebut terlihat seorang pemuda yang sedang
mencari sosok ibu yang dia rindukan.
15
Nuraini Juliastuti, Representasi Budaya, (bandung:kencana,2008), 34
80
Terlihat espresi pemuda tersebut sangat panik karena ia
menampilkan wajah yang sangat shok.
Terlihat di belakang pemuda tersebut berdiri kokoh lemari
kayu yang berwarna coklat.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Allahuakbar (Allah Maha
Besar), dengan teks bahasa Arab dan terjemahan
menggunakan bahasa Indonesia.
Tulisan “Allahu Akbar Allahu Akbar (Allah Maha Besar)”
dengan latar seorang eksekutif muda yang sedang mencari
ibunya.
Allahu Akbar Allahu Akbar (Allah Maha Besar) ditulis
dengan menggunakan warna putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks
Background pada gambar di atas yaitu sebuah rumah yang
lemari dan pintunya berukirkan kayu jati yang sangat indah
yang menandakan keindahan bagi orang yang melihatnya.
Pada gambar tersebut terlihat wajah pemuda tersebut sedang
bersedih karena khawatir kepada ibunya.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
81
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Warna putih pada teks “Allahu Akbar Allahu Akbar (Allah
Maha Besar)” melambangkan kedamaian, kesucian,
kesempurnaan serta kebersihan.
Simbol Narasi pada gambar tersebut yaitu “Allahu AkbarAllahu
Akbar yang berarti Allah maha besar yang menunjukan
bahwa adzan magrib telah berkumandang sebagai
pemberitahuan atau seruan untuk melaksanakan salah satu
kewajiban kita yaitu ibadah sholat.
Representasi dalam teorinya bisa berbentuk kata-kata atau tulisan
bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film16
. Seperti
pada tayangan adzan ini yang memaknai gambar pada tayangan. Representasi
pada gambar diatas adalah jangan pernah kita melupakan ibu sesibuk apapun
urusan kita. Terkait dengan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua,
Rasulullah SAW memberikan perhatian khusus terhadap bakti kepada ibu.
Dalam salah satu dakwahnya beliau menyampaikan bahwa surga itu berada di
bawah telapak kaki ibu. Ridha dan restu seorang ibu merupakan jalan menuju
surga. Dan orang yang meniti jalan ini pun akan berjumpa dengan Rasulullah
SAW di surga.17
16
Nuraini Juliastuti, Representasi Budaya, (bandung:kencana,2008), 34 17
Adnan Tharsyah, Manusia yang Dicintai dan Dibenci Allah: Kunci-Kunci Menjadi
Kekasih Allah, (Jakarta, Mizan Khasanah Ilmu-Ilmu Islam, 2012), h. 23.
82
12. Scene dua belas, 3 menit 15 detik. Teks:ال إله إالاهللTiada Tuhan Selain Allah.
Visualisasi
Ikon
Pada gambar tersebut terlihat seorang pemuda yang sedang
duduk bersedih karena memberikan espresi yang sangat
menyedihkan.
Terlihat pemuda tersebut menggunakan kemeja berwarna
putih dengan memadukan dengan dasi berwarna hitam agar
tetap terlihat kewibawaan dan ketegasan sebagai seorang
pengusaha muda.
Terlihat dibelakang pemuda tersebut ada meja dengan barisan
guci-guci yang tersusun rapih.
Pada gambar tersebut terdapat teks “Laa Ilaaha Illallaah
(Tiada Tuhan Selain Allah)”, dengan teks bahasa Arab dan
terjemahan menggunakan bahasa Indonesia.
Tulisan “Laa Ilaaha Illallaah (Tiada Tuhan Selain Allah)”,
dengan latar seorang eksekutif muda yang sedangmenangis
didepan ibunya.
Laa Ilaaha Illallaah (Tiada Tuhan Selain Allah)ditulis dengan
menggunakan warna putih.
83
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Warna dasar background adalah warna putih yang berarti suci
dan bersih.
Terlihat seorang laki-laki yang sedang menangis didepan
ibunya dan meminta maap atas kesalahannya karena tidak
meberi kabar dan tidak mengingat ibunya ketika sedang sibuk
dan membuat ibunya khawatir memikirkan anaknya.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Warna putih pada teks “Laa Ilaaha Illallaah (Tiada Tuhan
Selain Allah)”, melambangkan kedamaian, kesucian,
kesempurnaan serta kebersihan.
Simbol Dalam ikon dan tanda verbal yang ada terlihat penyesalan
yang mendalam oleh pemuda tersebut karena telah melupakan
ibunya yang sangat baik kepadanya dan meminta maap dan
berjanji tidak akan melakukan kesalahan tersebut untuk kedua
kalinya.
84
Representasi kultur islam yang mengangkat tentang IBU dalam
perspektif islam ditunjukan dengan berbakti kepada kedua orang tua, berbakti
kepada ibu adalah kemuliaan hidup yang tertinggi.
Islam menekankan untuk membalas kebaikan orang tua serta berbakti
pada orang tua. Islam menuntut kita untuk berbakti kepada ibu, secara khusus
lebih dari ayah. Ini karena hak ibu lebih banyak dari pada ayah.
Artinya: Diriwayatkan dari Imam Shadiq bahwa seorang laki-laki bertanya
pada Nabi Saw. Mana dari orang tuanya yang seharusnya ia rawat lebih baik.
“Ibumu”, sabda Nabi. “ siapa kemudian?” Tanya orang itu. “ Ibumu” jawab
Nabi. “Siapa berikutnya?” Tanya laki-laki itu lagi. “ Ibumu,” sabda Nabi.
“Siapa berikutnya?” Tanya lagi. “Kemudian Ayahmu”,ujar Nabi.18
13. Scene ke tiga belas detik tidak ada teks.
Visuali
sasi
Iko
n
Pada gambar
tersebut
terlihat
seorang anak
mencium
tangan ibunya
dengan suka
18
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhathus Shalihin Jus 1, ( Jakarta: Pustaka Amani,
1999), h. 327.
85
cita.
Terlihat
ibunya sangat
terharu dan
ikut
meneteskan air
mata yang
bertanda kasih
sayangnya
kepada anak
lelakinya.
Jubah yang
dipakai oleh
ibunya
berwarna biru
dan jilbab
berwarna
kuning.
Terlihat
pemuda
tersebut
menggunakan
kemeja
berwarna putih
86
dengan
memadukan
dengan dasi
berwarna
hitam agar
tetap terlihat
kewibawaan
dan ketegasan
sebagai
seorang
pengusaha
muda.
Terlihat di
belakang ibu
dan anak
tersebut sofa,
pintu dan
tembok
berwarna
putih.
Diatas gambar
terdapat
tulisan RCTI
yang
87
semuanya
menggunakan
huruf kapital
ditulis dengan
warna biru dan
garisan warna
merah
ditengah.
Indeks Warna dasar
background
adalah
warna
merah
melambang
kan
keceriaan di
sekitar
rumah
tersebut.
Pada
gambar
tersebut
terlihat
seorang
88
pemuda
meminta
maap
kepada
ibunya
dengan
mencium
tangan
ibunya
dengan rasa
penyesalan
yang sangat
besar.
Terlihat
ibunya
menangis
merasa
terharu
melihat anak
kesanyanga
nnya pulang
kerumah
bertanda ia
sangat
89
bahagia.
Jubbah yang
dipakai
ibunya
berwarna
biru
melambang
kan
keanggunan,
kesabaran
dan
lembutan
seorang
wanita
muslimah
dipadukan
dengan
jilbab
kuning di
kepala
sebagai
pelengkap
kesolehanny
90
a.
Background
di sebelah
kiri atas
terdapat
logo RCTI
yang
berwarna
merah dan
biru karena
warna
tersebut
merupakan
lambang
gelombang
visual
elektromagn
etik dalam
pertelevisian
, logo RCTI
menggamba
rkan sikap
yang selalu
91
tangkap
serta sigap
setiap saat
dan turut
serta
mencerdask
an bangsa.
Simbol Dari ikon
dan tanda
verbal pada
gambar
terkandung
pesan
tentang
kepatuhan
kepada
kedua orang
tua terutama
ibu.
Tangisan
dan
senyuman
ibu
92
merupakan
bentuk kasih
sayang ibu
terhadap
anaknya.
Representasi kultur islam yaitu berbakti kepada ibu, seorang dengan
cara menghormatinya, manusia yang paling pantas untuk di perlakukan
dengan sebaik-baiknya adalah ibu. Kita wajib menghormati orangtua kita
sama seperti kita berusaha memuliakan Allah dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan kita. Karena begitu besarnya pengorbanan seorang ibu kepada kita
mulai dari mengandung sampai melahirkan kita ke dunia.
Dalam hal ini yang paling penting dalam menghormati mereka bukan
hanya memberi harta. Namun yang paling dibutuhkan adalah akhlak yang baik
dari anaknya. Dan akhlak inilah kekayaan termahal yang bisa membuat sang
anak doanya di ijabah oleh Allah SWT, sehingga bisa menyelamatkan serta
memuliakan ibu bapaknya.
Hasil wawancara: “ latar belakang alur cerita yang bertemakan
“IBU” adalah kita ingin memberitahukan bahwa ibadah shalat pasti wajib,
ibadah vertical kepada Allah, namun disini kita memberitahukan bahwa
bentuk ibadah sosial yang baik itu adalah berbakti kepada orangtua yaitu
ibu, “kalo ibadah shalat kamu benar harusnya ibadah sosial kamu juga
bener” contohnya disini antara ibu dan anak. Jadi kita ingin menjelaskan
bahwa kita sebagai umat islam harus sayang dan berbakti kepada ibu”.19
14. Scene empat belas, 3 menit 32-4 menit. Teks :
19
Wawancara peneliti dengan Emri Akbaril Syah sebagai produser, tayangan adzan
magrib RCTI, Jakarta, 7 Juli 2014
93
محمىدا الذي محمذا الىسيلة والفضيلة وابعثه مقاما رب هذه الذعىة التامة والصالة القائمة آت للهم
وعذته, إنك التخلف الميعاد
Visualisasi
Ikon
Pada gambar tersebut terlihat suasana senja hari di tandai
dengan terlihatnya langit yang berwarna kemerahan dengan
pemandangan lampu-lampu di tengah kota.
Pada gambar tersebut terdapat doa setelah mendengarkan
adzan dengan teks Allahumma Rabba Haadzihid Da‟wati
Taammah, Wash-Shalaatil Qaa‟imah, Aati Sayyidana
Muhammadanil Wasiilata Wal-Fadhiilah, Wassyarafa Wad-
darajatal‟aaliyatar Rafii‟a, Wab‟atshul Maqaamal
Mahmuudalladzi Wa‟adtah, Innakalaa Tuhliful Al-Mi‟aad.
Teks pada gambar diatas menggunakan warna putih.
Diatas gambar terdapat tulisan RCTI yang semuanya
menggunakan huruf kapital ditulis dengan warna biru dan
garisan warna merah ditengah.
Indeks Pada gambar di atas terlihat suasana senja disore hari terlihat
keindahan langit menjemput kegelapan.
Background di sebelah kiri atas terdapat logo RCTI yang
94
berwarna merah dan biru karena warna tersebut merupakan
lambang gelombang visual elektromagnetik dalam
pertelevisian, logo RCTI menggambarkan sikap yang selalu
tangkap serta sigap setiap saat dan turut serta mencerdaskan
bangsa.
Warna putih pada teks melambangkan kedamaian, kesucian,
kesempurnaan serta kebersihan.
Simbol Dari ikon dan tanda verbal terkandung pesan bahwa kita
sebagai umat muslim wajib membaca doa setelah adzan
karena disunnahkan bagi umat muslim untuk membacanya
setelah mendengarkan adzan.
Representasi kultur islam pada gambar diatas adalah memberikan teks
doa setelah mendengarkan adzan karena kita sebagai umat muslim disunahkan
untuk membacabya setelah selesai mendengarkan adzan.
Artinya: “Ya Allah, penguasa panggilan yang sempurna dan shalat yang
didirikan, berikanlah kepada Muhammad Washilah dan keistimewaan dan
tempatkanlah ditempat yang mulia yang telah Engkau janjikan. Sesungguhnya
Engkau tidak (pernah) menyalahi janji”.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai analisis semiotika dan
representasi kultur islam pada tayangan adzan magrib di RCTI. Dapat
disimpulkan bahwa tayangan adzan tersebut mampu membawa dampak positif
bagi kalangan masyarakat. Dapak positifnya berupa mengajak untuk
melaksanankan shalat dan berbakti kepada kedua orang tua atau ibu. Peneliti
juga menemukan representasi kultur islam dalam tayangan adzan magrib
RCTI dengan tema "lBU", yaitu:
1. Tayangan adzan magrib di RCTI merepresentasikan bahwa tayangan
adzan ini adalah mengingatkan dan memberitahukan bahwa waktu sholat
telah tiba dan juga mengajak umat muslim untuk melaksanakan salah satu
kewajibannya yaitu ibadah shalat. Penemuan dari penelitian pada tayangan
adzan magrib versi “IBU” di RCTI, makna yang terkandung adalah ibadah
vertikal kepada Allah dengan cara ajakan untuk melaksanakan ibadah
shalat, ibadah sosial yang baik dengan cara berbakti kepada ibu.
Representasi kultur islam adalah datangnya waktu magrib dengan langit
berwarna keemasan, representasi simbol jika seorang ingin sukses maka
harus bekerja keras, representasi pada budaya yang mematikan telepon
saat sedang meeting, Asyhadu Allah Ilaaha Ilallah dinamakan Syahadat
Tauhid, tiada kata muda dalam mencari uang, wajib mengingat ibu jika
96
telah suskses dalam karir, makna menyayagi ibu walaupun telah
meninggal dunia, kasih sayang seorang anak kepada ibu, peran dan jasa
orang tua sangatlah besar, kerinduan ibu kepada anaknya, tidak melupakan
ibu sesibuk apapun pekerjaan kita, berbakti kepada ibu adalah kemuliaan
tertinggi, wajib memperlakukan ibu dengan sebaik-baiknya, doa setelah
mendengarkan adzan. Tayangan adzan ini sangat efektif bagi masyarakat
yang mendengarkannya juga yang sedang sibuk menonton acara lain bisa
berhenti sejenak untuk melaksanakan shalat dan sangat efektif bagi
masyarakat yang memiliki rumah jauh dari masjid bisa mengetahui waktu
shalat magrib telah tiba lewat televisi yaitu dengan menonton tayangan
adzan.
2. Tayangan adzan magrib dengan tema "lBU" di RCTI merepresentasikan
kultur islam dengan cara berbakti kepada orang tua terlebih ke ibu.
Sesibuk apapun kita dalam pekerjaan setiap harinya wajib bagi kita selaku
anak untuk memberi kabar dan menanyakan keadaan ibu, karena ibu selalu
mengingat kita kapanpun dan dimanapun kita berada. Selagi ibu kita
masih hidup maka sayangi dan cintailah beliau sepenuh hati karena ibu
banyak berkorban buat kita dan juga surga berada di telapak kaki ibu, jadi
jika kita ingin masuk surga terlebih dahulu berbaktilah kepada ibu.
3. Dari beberapa scene yang di teliti terdapat tiga scene yang merupakan inti
dari representasi kultur islam pada tayangan adzan magrib di RCTI dengan
tema “IBU” yaitu pertama: pada scene ke dua (eksekutif muda) yang Pada
gambar tersebut merepresentasikan kultur islam seorang eksekutif muda
97
yang tinggal diperkotaan dengan kesibukan pekerjaannya sehingga lupa
memberi kabar kepada Ibunya, namun menyadari bahwa apa yang dia
lakukan salah dan mendatangi Ibunya meminta maap atas kesalahannya.
Kedua: terdapat pada scene ke delapan (anak SD) Pada gambar tersebut
merepresentasikan tentang kasih sayang seorang anak kepada ibunya,
walaupun ibunya telah meninggal ia selalu berziarah kubur dan
mengirinkan doa untuk ibunya yang tercinta, agar senantiasa di berikan
tempat yang paling bagus disisi Allah SWT. Ketiga: pada scene ke sepuluh
gambar diatas merepresentasikan kultur islam seorang ibu dengan
kehidupan yang sederhana, dalam kesendiriannya yang merindukan
anaknya, dengan gambaran bayangan anaknya yang sedang berlarian
sambil bermain menandakan kerinduan yang sangat mendalam.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil analisis yang
telah dikemukaka dan bisa dijadikan pertimbangan bagi RCTI, khususnya
pada program tayangan adzan, adalah sebagai berikut:
1. Pada tayangan adzan magrib di RCTI ini yang mana bertemakan "IBU"
pada alur ceritanya mempunyai makna-makna yang positif terhadap ibu
maka RCTI sebaiknya terus mempertahankan ide-ide cerita yang baru
untuk tayangan adzan selanjutnya yang mampu menarik perhatian
penonton televisi sehingga nantinya bisa berdampak positif bagi RCTI
namun temanya tidak lepas dari kultur Islam yang sebenamya.
98
2. Mengingat bahwa tanyan adzan magrib sangat penting bagi umat muslim
sebaiknya memperhatikan makna-makna konten yang positif bagi
masyarakat.
3. Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian,
diharapkan penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian lebih lajut
mengenai makna-makna yang terdapat dalam tanyangan adzan magrib
yang beredar luas dimasyarakat khususnya pada media elektronik televisi
dengan menggunakan alat analisis yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Pustaka
Abdul Kadir Nuhuyanan, Pedoman Dan Tuntunan Shalat Lengkap, (Jakarta:
Gema Insani, 1997)
Adnan Tharsyah, Manusia yang Dicintai dan Dibenci Allah: Kunci-Kunci
Menjadi Kekasih Allah, (Jakarta, Mizan Khasanah Ilmu-ilmu Islam,
2012)
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung, Rosdakarya, 2006)
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009)
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Gitanyali, 2004)
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi, Teori Dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006)
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke
Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004)
Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, (New Delhi:Sage,2004)
Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat
Penelitian Kemasyarakatan danBudaya Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Indonesia, 2004)
Dani Verdiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, ( Jakarta: Indeks,
2008)
Deddy Mulyana. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003)
Dedi Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005)
Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
18-19
Drs Moh Rifa’I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1976)
_______, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1976)
Effendy,Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1989)
Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi, (Jakarta: Grasindo,
1997)
Idi Subandi Ibrahim, dan Dedi Mulyana, ed, Bercinta Dengan Televisi: Televisi di
Indonesia dan Pengaturannya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 1997)
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin Jus 1, (Jakarta: Pustaka Amani,
1999)
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Aplikasi Praktis bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013)
Islah Gusmian, Doa Menghadapi Kematian, (Jakarta: Mizan Pustaka, 2011)
Iswandi Syahputra, jurnalistik Infotainment , kancah Baru Jurnalistik Dalam
Industri Televisi (Yogyakarta:Pilar Media, 2007)
Jalaluddin Rachmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001)
Jim Macnamara, Strategi Jitu Menaklukkan Media, (Jakarta: Mitra Media, 1999)
Jusuf A. Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2005)
Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, (Yogyakarta: Buku
Baik, 2005)
_______, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, (Yogyakarta: Buku Baik,
2005)
Kris Budiman, Jejaring Tanda-tanda Strukturalisme dan Semiotika Dalam Kritik
Kebudayaan, (Magelang: UI. 2004)
Latif Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma
Rimbow, 1989)
Lexi J. Moloeng, Metodologi Penelitian kualitatif. Edisi Revisi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007)
_______, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2006)
MusaAsyari, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al Qur’an, (Yogyakarta:
LESFI, 1992)
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1994)
Nuraini Juliastuti, Representasi Budaya, (bandung:kencana,2008)
Onong U Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2004)
Onong Uchajana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, ( Bandung: Mandar
Maju, 1993)
Paul Kitley, Konstruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca, (Jakarta: Isal, 2001)
Puji Santosa, Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra (Bandung, Ankasa,
1931)
Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2010)
RM Soenarto, Program Televisis Dari Penyususnan Sampai Pengaruh Siaran,
(Jakarta: FFTV-IKJ Press,2007)
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Bhinneka Cipta, 1996)
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008)
_______,Semiotika KomunikasiVisual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008)
Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI,
Tesis, (Yogyakarta: Rineka, 1998)
_______,Telaah Format Keagamaan di Televisi, Tesis Magister Agama (Jakarta:
Perpustakaan UIN syahid,1999)
Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, (Jakarta,
PT. Rineka Cipta, 1996)
_______,Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, (Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 1996)
_______,Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Isi Media Televisi, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996)
Yusuf Al Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2, (Jakarta, Gema Insani, 2001)
B. Dari Internet
http://duniatv.blogspot.com/2008/02/sejarah-televisi.html. diakses pada 17 Mei
2014 dari
http://hizred.wordpress.com/ 2012/01/05/keutamaan-adzan-dan-menjawab-adzan/
diakses pada 17 Mey 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/televisi
http://muhammad-haidir.blogspot.com/pengertian-sejarah-kebudayaan-islam.html
diakses pada 13 Mey 2014
http://obor-lampu.blogspot.com/tayangan-adzan-di-tv.html diakses pada 10 Mey
2014 dari
http://www.google.com/#q=pengertian+adzan diakses pada 17 Mei 2014
http://www.rcti.tv/page/profil-perusahaan diakses pada 12 Mei 2014
http://www.rcti.tv/page/visi-misi-dan-tiga-pilar-utama Artikel diakses pada 12
Mei 2014
http:/www.devinisionline.com./2010/10/pengertiantelevisi.html diakses pada 16
Mei 2014