14
Resensi Buku Kumpulan resensi buku berbahasa Indonesia, baik yang sudah maupun belum dimuat di media massa cetak. Beragam resensi buku ada di sini, sastra, kebudayaan, politik, filsafat, sosiologi dan sebagainya. Semua resensi ditulis oleh pemilik blog ini. Minggu, 09 Oktober 2011 Pemaknaan Hidup Jakob Oetama Judul: Syukur Tiada Akhir Penulis: St. Sularto Penerbit: Penerbit Buku Kompas Terbit: September 2011 Halaman: 669 Diposkan oleh nigar pandrianto di 22:20 0 komentar menurutk u: Selasa, 20 September 2011 Kebusukan di Balik Coca Cola Judul : The Coke Machine, Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan Favorit Dunia Penulis : Michael Blanding Penerbit : Elex Media Komputindo Terbit : 2011 Halaman : 420 Halaman

Resensi Buku Ambo

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Resensi Buku Ambo

Resensi Buku Kumpulan resensi buku berbahasa Indonesia, baik yang sudah maupun belum dimuat di media massa cetak. Beragam resensi buku ada di sini, sastra, kebudayaan, politik, filsafat, sosiologi dan sebagainya. Semua resensi ditulis oleh pemilik blog ini.

Minggu, 09 Oktober 2011

Pemaknaan Hidup Jakob Oetama

Judul: Syukur Tiada AkhirPenulis: St. SulartoPenerbit: Penerbit Buku KompasTerbit: September 2011Halaman: 669 Diposkan oleh nigar pandrianto di 22:20 0 komentar menurutku: 

Selasa, 20 September 2011

Kebusukan di Balik Coca Cola

Judul : The Coke Machine,Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan Favorit DuniaPenulis : Michael BlandingPenerbit : Elex Media KomputindoTerbit : 2011Halaman : 420 HalamanHarga : Rp. 99.800

Korporasi raksasa yang mendunia selalu memiliki dua wajah yang bertolak belakang Di satu sisi ia dapat tampil cantik, namun di sisi lain ia memiliki wajah buruk yang selalu ingin dirahasiakan.

Begitu juga dengan perusahaan minuman ringan bersoda The Coca Cola Company. Perusahaan

Page 2: Resensi Buku Ambo

yang telah mendunia ini dilaporkan memiliki sejumlah persoalan yang selama ini tidak diketahui oleh publik.

Buku yang ditulis oleh Michael Blanding ini menjelaskan bagaimana kemajuan perusahaan yang berdiri pada tahun 1892 itu bukan semata-mata karena kehebatan produknya, namun karena iklan.

Iklan Coca Cola yang begitu hebat telah membentuk berbagai citra tentang Coca Cola. Tak ayal lagi, Coca Cola tidak hanya sekadar brand yang mendunia, namun juga sebuah kultur.

Sebagai sebuah kultur Coca Cola menjadi bagian dari keseharian, terutama orang-orang Amerika. Konsumsi Coca Cola pun menjadi sebuah simbol ataupun identitas masyarakat Amerika.

Hasilnya, lingkar pinggang orang Amerika kian membesar. Penelitian menunjukkan bahwa minuman soda yang ditambahkan pada porsi setiap kali makan, akan menambah kemungkinan kegemukan sekitar 60 persen (hal. 90).

Di samping itu, Coca Cola pun telah masuk dalam dalam ritus-ritus keagamaan dan praktik budaya. Masyarakat yang hidup di perbukitan Chiapas Highlands, Meksiko, misalnya, kini telah melibatkan "si kaleng merah" dalam ritual-ritual keagamaan, ia menjadi bagian dari pemujaan.

Hal ini menunjukkan bagaimana Coca Cola telah mengubah kode-kode dalam praktik ritual. Ia telah menjungkirbalikkan nilai-nilai otentik budaya lokal. Jika memang Coca Cola concern dengan keberlangsungan budaya lokal, seharusnya ia dapat mengendalikan ini.

Persoalan yang harus dihadapi Coca Cola adalah persoalan pelanggaran hak-hak asasi buruh. Ini terjadi di Columbia. Di negara ini sejumlah kasus yang berakhir pada kematian buruh pabrik Coca Cola, beberapa kali terjadi.

Tuntutan buruh untuk memperoleh hak-haknya ternyata tidak selalu mendapat respon positif. Bahkan Dalam buku ini disampaiakan justru perusahaan yang berusaha untuk menghancurkan serikat pekerja yang menuntut hak-haknya.

Malah, dilukiskan dalam buku ini adanya kemungkinan disewanya tentara bayaran untuk menghentikan gerakan serikat pekerja. Di negeri yang sama juga dilakukan montaje judicial atau jebakan pengadilan terhadap para aktivis serikat pekerja.

Masalah lain yang terus menyudutkan Coca Cola adalah pencemaran lingkungan. Dari India dilaporkan bahwa perusahaan minuman bersoda itu telah mencemari lingkungan. Mereka membuang limbah pabrik dengan seenaknya.

Limbah pabrik itu telah memperburuk kondisi lingkungan. Bahkan hewan-hewan peliharaan mati karena meminum air dari sungai yang tercemar. Keinginan untuk mengubah keadaan ini juga tidak kunjung muncul.

Page 3: Resensi Buku Ambo

Catatan lain tentang buku ini ialah, adanya ketidakberimbangan dalam menampilkan fakta mengenai Coca Cola. Hasilnya, buku ini terkesan sebagai black campaign terhadap perusahaan asal Amerika Serikat itu...***

Judul: Coke MachinePenulis: Michael BlandingPenerbit: Elex MediaHalaman: 420 halamanHarga: Rp. 99.800 Diposkan oleh nigar pandrianto di 11:53 1 komentar menurutku: 

Kamis, 01 September 2011

Sejarah Kretek Jawa

Judul: Kretek Jawa, Gaya Hidup Lintas BudayaPenulis: Rudy BadilPenerbit: Kepustakaan Populer GramediaHalaman: xxvii + 171 halamanTerbit: Agustus 2011Harga: Rp. 175.000 (soft cover)

Diposkan oleh nigar pandrianto di 23:29 0 komentar menurutku: 

Jumat, 19 Agustus 2011

Mochtar Lubis dalam Perspektif Kritis

<!--[if gte mso 9]>

Judul : Jurnalisme dan Politik di Indonesia

Penulis : David T Hill

Page 4: Resensi Buku Ambo

Penerbit : Yayasan Obor Indonesia

Terbit : I, Agustus 2011

Tebal : 362 halaman

Harga : Rp. 75.000

Mochtar Lubis adalah ikon pers Indonesia. Keberaniannya mengritik penguasa terus menjadi buah bibir hingga kini. Karena kritikan tersebut, pemerintah acap kali merasa jengah. Buntutnya, Mochtar dijebloskan ke penjara.

Buku ini tampaknya ingin memperlihatkan bagaimana sepak terjang Mochtar Lubis di jagat pers dan kaitannya dengan dinamika politik nasional. Tidak hanya karena posisinya sebagai pemimpin Indonesia Raya yang bertiras besar dan berpengaruh, namun karena Mochtar memiliki garis moral perjuangan yang sulit digeser, yang tercermin lewat gaya jurnalistiknya.

Garis moral tersebut kira-kira, selalu kritis terhadap kecenderungan negatif penguasa seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang, penyelewengan jabatan, serta kemerosotan moral pemangku kekuasaan.

Ketika Presiden Soekarno menikahi Hartini misalnya, Indonesia Raya jelas-jelas mengritiknya. Bahkan Mochtar terang-terangan menyerang Soekarno (Hal. 57). Soekarno pun gerah dengan "ulah" Mochtar tersebut..

Krtik keras Mochtar tak berhenti di situ, melainkan juga ketika Konferensi Asia-Afrika berlangsung pada tahun 1955. Saat itu ia mengritik panita "keramahtamahan" yang "menyediakan" perempuan untuk menyenangkan para delegasi.

Ketika Indonesia Raya berada di Orde Baru, orientasi perlawanannya tidak berubah. Meskipun pada awalnya harian ini mendukung garis kebijakan Suharto, namun ia tetap kritis. Misalnya saja kritik kasus korupsi Pertamina oleh Ibno Sutowo yang memiliki kedekatan dengan Presiden Suharto.

Namun, sikap keras Mochtar Lubis tidak selalu menuai pujian dari orang-orang yang mendukung perjuangannya. Sebaliknya, ia memperoleh kritik. Keberpihakannya membuat pemberitaannya menjadi tidak seimbang.

Pernyataan antikomunis di Indonesia Raya misalnya, selalu memperoleh ruang yang besar. Sebaliknya, pemberitaan atau statement yang mendukung komunis, selalu memperoleh porsi yang lebih sedikit.

Bahkan pada peristiwa berikutnya, Mochtar Lubis menolak penyelenggaraan Pekan Film Rusia pada tahun 1969. Soe Hok Gie mengritik halini. Soe Hok Gie menuduh Mochtar sebagai orang yang berpandangan sempit sekaligus seorang pelacur intelektual.

Page 5: Resensi Buku Ambo

Selain itu, buku ini juga menyinggu Mochtar Lubis sebagai seorang sastrawan. Protesnya terhadap pemerintah, deskripsi sebuah situasi moral, ataupun eksplanasi kondisi saat menjalankan tugas jurnalistik, ia ungkapkan lewat karya-karya sastranya.

Ini yang membuat Mochtar Lubis menonjol sebagai sastrawan. Sejumlah pengakuan internasional ia peroleh karena karya-karya sastranya tersebut. Kepiawainnya tidak hanya teruji di bidang jurnalistik, namun juga di dunia kepengarangan.

Sebagai sebuah biografi kritis, buku ini memberikan perspektif yang lebih luas mengenai Mochtar. David T Hill tidak berpretensi memuji-muji Mochtar, namun juga memperlihatkan sisi manusiawi Mochtar. Pada buku ini Mochtar beberapa kali digambarjan sebagai sosok yang dapat juga meletupkan kebencian, kesumat, hingga kekeraskepalaan.

Itulah Mochtar Lubis, meskipun perjuangannya tak sepi kritik, namun ia selalu memegang teguh nilai-nilai yang diyakininya.***

dimuat di harian Koran Jakarta, 2 Sepetember 2011 Diposkan oleh nigar pandrianto di 20:56 1 komentar menurutku: 

Rabu, 17 Agustus 2011

Wajah Tertindas Perempuan

Diposkan oleh nigar pandrianto di 04:05 1 komentar menurutku: 

Minggu, 07 Agustus 2011

Suara Kritis dari Twitter

Judul : Percikan (Kumpulan Twitter @gm_gm)

Penulis : Goenawan Mohamad

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Page 6: Resensi Buku Ambo

Tahun : 2011

Tebal : ix + 320

Harga : Rp. 65.000

Dunia virtual merupakan media alternatif yang demokratis. Artinya, ia hadir dengan terlepasnya pakem-pakem seperti yang melekat pada media tradisional seperti surat kabar maupun televisi.

Dengan begitu, setiap individu yang memiliki akses ke jaringan internet, dapat menjadikannya medium komunikasi. Setiap hal dapat dikomunikasikan secara bebas, mulai dari ide, gagasan, opini, sindiran ataupun kecaman.

Twitter, sebagai media sosial di dunia virtual, memiliki karakter yang sama. Tidak mengherankan jika Twitter terpilih juga sebagai medium komunikasi. Twitter tak hanya terbuka, melainkan resisten terhadap intervensi.

Tidak salah jika Goenawan Mohammad memilih Twitter untuk melemparkan pecahan gagasannya. Ia seakan dapat melihat bahwa media ini punya kekuatan tersendiri, apalagi akunnya memiliki puluhan ribu pengikut (followers).

Kumpulan celetukhan--demikian Goenawan mengistilahkannya--merupakan tweet Goenawan yang dimulai pada akhir tahun 2009. Hingga Agustus 2011 jumlah tweet yang ia sampaikan hampir mendekati 18.000 buah.

Keseluruhan tweet ini dikumpulkan menjadi beberapa kategori. Kategori tersebut antara lain media dan informasi, politik dan demokrasi, ekonomi dan konsumerisme, bangsa dan negara, hingga tokoh dan sejarah.

Adalah usaha yang pantas untuk dihargai untuk mengumpulkan tweet Goenawan dalam sebuah antologi. Pasalnya, memang banyak ide, pernyataan ataupun pemikiran yang layak didokumentasikan.

Semua itu disampaikan secara beragam oleh Goenawan, ada yang bernada pedas, penuh sindiran, bahkan humor. Ini yang membuat kumpulan tweet ini lebih bercitarasa, ringan, namun tetap perlu dikulum agar "manisnya" terasa.

Meskipun demikian, Goenawan tetap kritis. Sesuatu yang busuk akan tetap ia katakan busuk. Ia bahkan tidak segan untuk keras menunjuk "orang-orang di Senayan" sebagai hipokritan yang rakus kekuasaan dan doyan fulus.

Kategorisasi ini menjadi cara yang pas untuk memahami satu per satu tweet Goenawan. Pasalnya, jika tweet ini dibaca secara terpisah dalam medium yang berbeda-beda, maka tweet ini menjadi "tidak" berbunyi apa-apa.

Page 7: Resensi Buku Ambo

Hal yang kurang dari buku ini adalah tidak adaanya latar belakang dari tweet yang ditulis oleh Goenawan. Padahal latar hal ini akan mengembalikan ingatan seseorang pada peristiwa yang dimaksud oleh Goenawan.

Pembaca mutakhir mungkin dapat memahami tweet Goenawan. Namun jika buku ini kelak dibaca oleh mereka yang saat ini masih berusia belasan tahun, barangkali apa yang disampaikan oleh Goenawan tak lagi punya makna.

Lihat saja tweet Goenawan pada halaman 132 tentang "cicak dan buaya". Bayangkan, pada saat itu makna "cicak" dan "buaya" mungkin sudah tidak lagi sama dengan saat ini.

Atau tweet mengenai Nurdin Halid yang disindir akan membuat pakaian ala pemimpin Libya M Khadafi. Tweets ini tidak akan punya makna jika pembaca tidak paham sejarah Libya.

Tetapi tweet memang sebuah celetukhan spontan yang dapat ditulis dari manapun dan dalam kondisi apapun. Tweet bukanlah sebuah esai yang ditulis dengan persiapan, referensi atau bahan khusus.

Namun, paling tidak, kekritisan Goenawan mengingatkan kepada pembaca bahwa negeri ini masih berjubel dengan masalah yang nyata-nyata menuntut penyelesaian.***

Diposkan oleh nigar pandrianto di 22:53 2 komentar menurutku: Posting Lama Beranda Langgan: Entri (Atom) <a href='http://promo.gramediamajalah.com/www/delivery/ck.php?n=a51cede0&cb=insert_random_number_here' target='_blank'><img src='http://promo.gramediamajalah.com/www/delivery/avw.php?zoneid=458&cb=insert_random_number_here&n=a51cede0' border='0' alt='' /></a>

Mengenai Saya

nigar pandrianto Orang biasa dan sangat biasa

Lihat profil lengkapku

Page 8: Resensi Buku Ambo

Pengikut

Arsip Blog

▼   2011 (23) o ▼   Oktober (1)

Pemaknaan Hidup Jakob Oetama o ►   September (2)

Kebusukan di Balik Coca Cola Sejarah Kretek Jawa

o ►   Agustus (4) Mochtar Lubis dalam Perspektif Kritis Wajah Tertindas Perempuan Suara Kritis dari Twitter Catatan dari Asia Tengah

o ►   Juli (2) Pram Angkat Bicara Keluasan Pemikiran Gus Dur

o ►   Juni (1) Bandung, Kata Para Penyair

o ►   Mei (3) Duka Aceh dalam Sejarah KIsah Cinta Seorang Wartawan Kisah Pengabdian Inggit Garnasih

o ►   April (2) Kekuatan Mimpi dan Harapan Indonesia di Mata Seorang Jerman

o ►   Maret (2) Ketertindasan dan Kekuatan Perempuan Jawa Memoar Seorang Budayawan

o ►   Februari (2) Mohamad Hatta di Balik Kemerdekaan Seruan Sikap Toleransi

o ►   Januari (4) Catatan dari Medan Perang Pemikiran Kebangsaan Eks Tapol Perempuan Kulit Putih pada Masa Pendudukan Jepang Mengurai Persoalan Hilir Pekerja Seks Komersial

►   2010 (23) o ►   Desember (1)

Kenangan Seorang Wartawan Nekad o ►   November (4)

Page 9: Resensi Buku Ambo

Sisi Tak Terungkap Sejarah Bangsa Akar Pemberontakan Macan Tamil Perjalanan Spiritual Putri Tiongkok ke Nusantara Semarang Riwayatmu Dulu

o ►   Oktober (2) Jejak Spionase Internasional di Indonesia Prahara di Tengah Ketegangan Budaya

o ►   September (1) Menaksir Bencana Lingkungan Hidup

o ►   Agustus (5) Betawi Sepanjang Jalan Kenangan Protes Penuntasan Tragedi Mei 1998 Meluruskan Persoalan Mendasar Pesantren Kisah Bandung Tempo Doloe Mempertanyakan Humanitas Kolonialisme

o ►   Juli (1) Membuka Selubung Dominasi

o ►   Juni (3) Pers di Bawah Bayang-bayang Kekuasaan Konferensi Meja Bundar dalam Kenangan Catatan Kegelisahan Seorang Pendaki

o ►   Mei (2) Terancamnya Sungai, Terancamnya Peradaban Penunggalan Makna Tubuh oleh Kekuasaan

o ►   April (1) Sketsa Buram Kepartaian di Indonesia

o ►   Maret (1) Kemanusiaan dan Kebermaknaan dalam Obituari

o ►   Februari (2) Menuju Kritik Sastra yang Bermartabat Absurditas Pernikahan dalam Masyarakat Kontemporer...

►   2009 (7) o ►   Desember (2)

Catatan Kompleksitas Soe Hok-Gie Melawan Otoritas Tanpa Batas Sekte Agama

o ►   November (1) Pecahan Mozaik Sosok Pramoedya A Toer

o ►   Oktober (1) Menyurusi Jejak Pemikiran WS Rendra

o ►   Februari (1) o ►   Januari (2)

►   2008 (2) o ►   April (1) o ►   Maret (1)

Page 10: Resensi Buku Ambo

►   2007 (5) o ►   Desember (1) o ►   Agustus (4)

Jumlah Pengunjung

825,005

Sampaikan Saran Anda

Your browser does not support inline frames.

Click <a href=http://oggix.net>og

gix.com</a> for free Tagboard Shoutbox

Guestbook.

Name :

Web URL :

Message :

by. oggix.com

 open smileys 

131029

FzjHtteVI+U=

1

http://

Page 11: Resensi Buku Ambo

Komen-komen Terbaru dari pengunjung

Situs Favorit

Buku Yang Kubaca Film Buku Gramedia Majalah, Delivering Ideas GramediaShop Inibuku ISTANA BUKU Miss Bibliophile MPH Bookstore Malaysia Niagarabuku Toko Buku Palasari ONline

on yahoo

Klik di kolam untuk memberi makan ikan

 

Shout!! Reset