Upload
trancong
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RESEPSI TERHADAP KONSEP AURAT DALAM AL-QUR’AN
DAN HADIS DALAM PENGGUNAAN LILIT
(Studi Kasus di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, Sumatra Barat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
EZI FADILLA
NIM. 13531166
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
i
RESEPSI TERHADAP KONSEP AURAT DALAM AL-QUR’AN
DAN HADIS DALAM PENGGUNAAN LILIT
(Studi Kasus di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, Sumatra Barat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
EZI FADILLA
NIM. 13531166
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
v
MOTTO
نعم روب ن الل عب د عن ن ياقالوسلمعلي ه اللصلالل رسولأ متاع ادل
ن يامتاع وخي ةادلةال مر أ الصال
Dari Abdullah bin 'Amru bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dunia adalah perhiasan dan
sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah."
(HR. MUSLIM) 1
1 Muslim bin al-Hajāj al-Qusyairī, Ṣaḥīḥ Muslim, No. 2668, CD Lidwa Pustaka Ensiklopedi
Ḥadīṡ Kitāb 9 Imam, v.1.00 (t.t: Lidwa Pustaka i-Software, 2011)
vi
PERSEMBAHAN
KARYA INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK NENEK, IBU, APA, ABANG DAN ADEK,
YANG SENANTIASA MENYAYANGI DAN MENDO’AKAN
UNTUK PERGURUANKU, DINIYYAH PUTERI PADANG PANJANG
DAN UNTUK IBUNDAKU, RAHMAH EL YUNUSIYAH
“DENGAN TULISAN INI, IZINKAN AKU
MENGENANGMU BUNDA”
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi adalah kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan
skripsi ini berpedoman pada surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987
dan Nomor 0543b/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ba‘ b be
ta' t te
s\a s\ es (dengan titik di atas)
jim j je
h}a‘ h{ ha (dengan titik di bawah)
kha' kh ka dan ha
dal d de
z\al z\ zet (dengan titik di atas)
ra‘ r er
zai z zet
sin s es
syin sy es dan ye
s}ad s} es (dengan titik di bawah)
d{ad d{ de (dengan titik di bawah)
t}a'> t} te (dengan titik di bawah)
z}a' z} zet (dengan titik di bawah)
‘ain ‘ koma terbalik ( di atas)
gain g ge
viii
fa‘ f ef
qaf q qi
kaf k ka
lam l el
mim m em
Nun n en
Wawu w we
ha’ h h
hamzah ’ apostrof
ya' y Ye
II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap
ditulis muta’addidah
ditulis ‘iddah
III. Ta’ Marbutah diakhir kata
a. Bila dimatikan tulis h
ditulis H}ikmah
ditulis Jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang ‚al‛ serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis h.
ditulis Kara>mah al-auliya>’
c. Bila Ta' marbu>t}ah hidup dengan harakat, fath}ah, kasrah, atau d}ammah
ditulis t.
ix
ditulis Zaka>t al-fit}rah
IV. Vokal Pendek
fath}ah ditulis a
kasrah ditulis i
d{ammah ditulis u
V. Vokal Panjang
1 FATHAH + ALIF
ditulis
ditulis
a>
Ja>hiliyah
2 FATHAH + YA’MATI ditulis
ditulis
a>
Tansa>
3 FATHAH + YA’MATI
ditulis
ditulis
i>
Kari>m
4 DAMMAH + WA>WU MATI ditulis
ditulis
u>
Furu>d{
VI. Vokal Rangkap
1 FATHAH + YA’ MATI ditulis
ditulis
Ai
bainakum
2 FATHAH + WA>WU MATI ditulis
ditulis
Au
qaul
VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
ditulis a antum
ditulis u’iddat
ditulis la’in syakartum
x
VIII. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qomariyyah maupun Syamsiyyah
ditulis dengan menggunakan "al"
ditulis al-Qur’a>n
ditulis al-Qiya>s
ditulis al-Sama>'
ditulis al-Syams
IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya
ditulis Z|awī al-Furu>d{
ditulis Ahl al-Sunnah
xi
KATA PENGANTAR
الرحيم الرمحن اهلل بسم
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Kemudian shalawat beserta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
Saw, yang telah menjadi panutan dan penuntun dalam setiap jalan kehidupan umat
manusia.
Terselesaikannya studi penulis yang ditandai dengan selesainya penyusunan
skripsi ini, merupakan sebuah proses panjang yang tidak mudah untuk dilalui. Adapun
dalam penulisan skripsi yang berjudul “Resepsi terhadap Konsep Aurat dalam al-
Qur’an dan Hadis dalam Penggunaan Lilit (Studi Kasus di Perguruan Diniyyah Puteri
Padang Panjang” ini, penulis telah melibatkan banyak pihak yang turut andil dalam
proses penelitian dan pengumpulan datanya, baik sebagai narasumber maupun data
dalam bentuk literatur. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Direktorat Jendral Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian
Agama RI, yang memberikan kesempatan penulis menjadi keluarga PBSB
(Program Beasiswa Santri Berprestasi), sehingga bisa menempuh studi jenjang
S1 dengan beasiswa penuh.
2. Bapak Prof. Yudian Wahyudi, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Alim Roswantoro, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Bapak Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir.
5. Bapak Dr. Afdawaiza Syarifuddin, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir dan sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
banyak masukan dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
xii
6. Bapak Dr. Ahmad Baidowi, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang
membimbing dan meluangkan banyak waktunya untuk membaca dan
mengoreksi serta memberi masukan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
7. Terima kasih tak terhingga untuk keluarga, Nenek, Ibu Yefri Yenni, Apa
Zambri, Abang Zulhamdani, yang sekaligus menjadi Dosen Pembibing kedua
untuk skripsi ini, Adik Rahma Savira, yang senantiasa mendo’akan dan
memberi semangat agar penulis bisa segera menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Kepada Ibu Fauziah Fauzan dan Bapak Fauzi Fauzan yang telah memberikan
izin dan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian di Perguruan
Diniyyah Puteri Padang Panjang.
9. Kepada Ibu Dalius Djamal, Ibu Meuthia Nilda, Ummi Erwita Dewiyani, Kak
Rini, Kak Fena, Kak Deva dan Kak Resminarti dan seluruh santriwati, guru,
staf dan karyawan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, yang telah
bersedia menjadi narasumber dan membantu penulis dalam mengumpulkan
banyak data dan literatur untuk kelengkapan skripsi ini. Kepada adik dan
sahabat-sahabatku alumni Diniyyah Puteri, Nabila, Mayola, Nida, Vani,
Rahma, Muthi’ah, Melani, makasi banyak untuk wawancara singkatnya.
10. Kepada Orang Tua Keduaku, Bapak Prof. Suryadi dan Ibu Nurun Najwah, yang
telah banyak mengajarkan makna kehidupan, disiplin, tanggung jawab, dan
kejujuran serta telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di
Pondok Pesantren An-Najwah.
11. Kepada Mas Ahmad Mujtaba, sebagai salah satu pengelola PBSB yang selalu
siap sedia memberikan semangat dan do’a agar skripsi ini segera diselesaikan,
serta membantu dan mencari solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi
oleh penulis.
12. Kepada teman-teman PBSB yang telah memberi warna dalam setiap detik
waktu yang telah kita habiskan di kota pelajar ini. Kepada anak-anakku, Qina
(kakak tertua, panutan kita semua), Elis (makasi udah boncengin aku yaa, maaf
ya masih ga bisa gantiin Elis ), Vify (keep your sweet smile nak, senyummu
xiii
meluluhkanku), Muna (yang paling manja, teman curhat yang setia) Nadya
(bungsunya Ummy yang lebih dewasa dari kakak-kakaknya), terima kasih
untuk cinta, sayang, dan semangatnya. Terima kasih juga sudah memberikan
Ummy kesempatan untuk belajar menjadi Ummy yang baik untuk kalian
semua. Akur terus yaa.. . Kepada Azhari, teman lamaku, sahabatku, terima
kasih untuk support dan masukannya. Kepada teman- teman cantiikku, Emonk,
Cister dan Leli, sodara-sodara seperjuanganku, Buat Icha, makasi sudah jadi
pendengar yang baik untuk segala keluh kesahku. Buat Angel dan Mbak Lina
yang selalu menenangkan dan bener-bener menjadi penyelamatku. Buat Mbak
Luluk, Mbak Sem, Mbak Maf, Mbak Maulida dan Mbak Alfi yang telah
menemani dan menjadi lebih dari sekedar teman. Kepada Immank, Siroj, Akil,
Asna, Har, Jack, Luqman, Galang, Kamil, Nazar, Fadhli, Ni’am, Andi, Ilham,
Asbandi, dan Zarmi yang telah memberi warna, rasa dan kenangan manis
selama menjadi bagian dari keluarga Romance Class ini.
13. Kepada mbak-mbakku, Mbak Ichi, Mbak Enci, Mbak Ibriza dan adik adikku,
Sekar, Elok, Puji, Dara, Citna, Anti, Fikri, Hamdi, Nanda, Mayola dan seluruh
anggota CSSMoRA terima kasih telah menjadi keluarga dan selalu mendo’akan
agar skripsi ini segera dimunaqasyahkan. Untuk teman-teman KKN-ku, Puri,
Ari, Apri, Risang, Aniq, Luqman dan Mas Latif yang telah menjadi keluarga
baru di semester akhir dan telah banyak mengajarkan arti kebersamaan.
14. Untuk kamuku yang perhatian, nyemangatin, nemenin ngerjain skripsi,
nemenin jalan, dengerin keluh kesahku, selalu ngasih senyuman termanis
sepanjang masa, makasi buat waktunya, makasi buat sayangnya.
15. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung, tempat berdiskusi dan bertukar pikiran, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Jazaakumullahu khairal jazaa’.
xiv
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak memiliki kekurangan. Penulis
sangat mengharapkan masukan dan saran-saran dari para pembaca untuk kebaikan
penelitian dan penulisan karya ilmiah untuk ke depannya. Akhir kata, penulis ucapkan
terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya untuk pihak-pihak yang telah
disebutkan di atas. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik untuk
mereka semua. Aamiin.
Yogyakarta, 16 Februari 2017
Penulis,
Ezi Fadilla
NIM.13531166
xv
ABSTRAK
Perkembangan zaman menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Tidak
terkecuali dalam bidang pakaian, khususnya pakaian muslimah. Berkembangnya tren
pakaian terbaru mengakibatkan tren pakaian lama mulai dilupakan. Dalam penelitian ini,
akan dibahas salah satu jenis pakaian penutup aurat muslimah zaman dahulu yang dikenal
dengan sebutan lilit. Lilit inilah salah satu warisan budaya yang kelestariannya masih
dijaga dan di pertahankan oleh salah satu sekolah di wilayah Sumatra Barat, yaitu
Perguruan Diniyyah Puteri. Dan dalam penelitian ini akan dibahas bagaimana praktik
menutup aurat menggunakan lilit di Diniyyah Puteri serta bagaimana pemahaman dan
pemaknaan para guru dan santri Diniyyah Puteri terhadap penggunaan lilit sebagai resepsi
dari konsep aurat dalam al-Qur;an dan hadis.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitik kualitatif dengan
pendekatan etnografi. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data, penulis melakukan
observasi partisipan dan non partisipan, serta dilengkapi pula dengan wawancara dan
dokumentasi. Dan untuk menelaah dan menganalisa mengenai pemahaman dan makna
dari penggunaan lilit di Perguruan Diniyyah Puteri, penulis menggunakan teori sosiology
of knowledge dari Karl Mannheim. Dengan menggunakan terori ini diperoleh tiga macam
pemaknaan, yaitu makna obyektif, makna ekspresif dan makna dokumenter.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, praktik penggunaan lilit di
Perguruan Diniyyah Puteri merupakan sebuah tradisi turun temurun yang diwariskan oleh
pendirinya, yaitu Rahmah El Yunusiyah. Praktik penggunaan lilit ini juga mengacu
kepada beberapa dalil dalam al-Qur’an dan hadis, seperti Surat al-Nur (31) dan hadis Abu
Dawud (3580) yang menunjukkan bahwa menutup aurat merupakan kewajiban bagi umat
Islam. Penggunaan lilit yang terbilang unik ini, menjadikan Diniyyah Puteri sangat
dikenal dengan ciri khas lilitnya. Lilit yang merupakan sebuah modifikasi dari selendang
ini terus dijaga kelestariannya di Perguruan Diniyyah Puteri agar tidak punah ditelan
masa.
Pemahaman dan pemaknaan dari penggunaan lilit ini apabila dibaca menggunakan teori
sosiology of knowledge, maka akan memperoleh tiga makna, yaitu pertama, makna
obyektif yang meliputi nilai etika berbusana, cara pembuatan dan cara penggunaan lilit.
Kedua, makna ekspresif berupa motif dari penggunaan lilit yang ditunjukkan oleh para
guru, santri dan karyawan di Perguruan Diniyyah Puteri. Ada yang beralasan
menggunakan lilit untuk menutup aurat, untuk menjaga tradisi berlilit, untuk sekedar
mematuhi aturan sebagai santri dan ada pula yang beralasan karena lilit memberikan
kenyamanan ketika digunakan dan penggunanya pun akan terlihat sopan. anggun dan
berwibawa. Ketiga, makna dokumenter yang menunjukkan bahwa lilit merupakan sebuah
tradisi berpakaian yang diajarkan oleh Rahmah El Yunusiyah kepada santrinya di
Perguruan Diniyyah Puteri. Sebagai pendiri dari Perguruan Diniyyah Puteri, Rahmah
memang memberi pengaruh besar di Perguruannya itu, tidak hanya dalam bidang
pendidikan, cara berpakaian santri Perguruan Diniyyah Puteri pun banyak mengadopsi
dari cara berpakaian Rahmah El Yunusiyah.
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. ii
HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ....................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. xi
ABSTRAK .................................................................................................... xv
DAFTAR ISI ................................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 9
D. Batasan Penelitian ................................................................. 10
E. Tinjauan Pustaka .................................................................... 11
F. Kerangka Teori ....................................................................... 17
G. Metode Penelitian ................................................................... 19
H. Sistematika Pembahasan ........................................................ 23
BAB II KONSEP AURAT DALAM ISLAM .............................................. 24
A. Pengertian Aurat ..................................................................... 24
B. Konsep Aurat dalam al-Qur’ān .............................................. 27
C. Konsep Aurat dalam Ḥadīṡ ..................................................... 41
D. Batasan Aurat menurut Pandangan Ulama ............................. 53
xvii
BAB III PENGGUNAAN LILIT DI PERGURUAN DINIYYAH
PUTERI PADANG PANJANG ................................................. 57
A. Gambaran Umum Perguruan Diniyyah Puteri ....................... 57
B. Biografi Rahmah El Yunusiyah ............................................. 83
C. Sejarah Penggunaan Lilit di Diniyyah Puteri ......................... 96
BAB IV LILIT SEBAGAI RESEPSI KONSEP AURAT ....................... 105
A. Makna Obyektif Praktik Penggunaan Lilit sebagai
Resepsi Konsep Aurat dalam al-Qur’ān dan Ḥadīṡ ............... 106
B. Makna Ekspresif Praktik Penggunaan Lilit sebagai
Resepsi Konsep Aurat dalam al-Qur’ān dan Ḥadīṡ .............. 118
C. Makna Dokumenter Praktik Penggunaan Lilit sebagai
Resepsi Konsep Aurat dalam al-Qur’ān dan Ḥadīṡ ............... 127
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 134
A. Kesimpulan ............................................................................. 134
B. Saran ....................................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 138
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler Santri Diniyyah Puteri. ........................... 67
Tabel 2: Struktur Organisasi Perguruan Diniyyah Puteri ......................................... 70
Tabel 3: Nama-nama Asrama Perguruan Diniyyah Puteri. ........................................ 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Santri Perguruan Diniyyah Puteri Masa Lalu ......................................... 5
Gambar 2 : Pendiri Diniyyah Puteri dan Pimpinan Diniyyah Puteri saat ini. ............ 7
Gambar 3 : Seragam Santri Perguruan Diniyyah Puteri. ........................................... 111
Gambar 4 : Jahit Sangkut pada Bagian Pinggir Lilit. ................................................. 113
Gambar 5 : Hiasan dan Renda Lilit. ........................................................................... 114
Gambar 6 : Hiasan Bunga Setangkai Khas Diniyyah Puteri. ..................................... 115
Gambar 7 : Belajar Menggunakan Lilit pada Masa Orientasi Santri. ....................... 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perempuan memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam. Banyak
ayat-ayat al-Qur’ān dan ḥadīṡ yang khusus membahas mengenai perempuan,
mulai dari pembahasan mengenai jasmani, rohani, hak, kewajiban bahkan
eksistensinya di masyarakat. Salah satu pembahasan yang menarik dan sering
kali diperbincangkan adalah pembahasan mengenai aurat. Batasan aurat bagi
perempuan secara spesifik telah diatur dalam beberapa ayat dan ḥadīṡ. Salah
satu pakaian penutup aurat yang disebutkan dalam al-Qur’ān adalah khumur
(kerudung), sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Nūr : 31
بص وقللمؤمنت يغضضن من أ ين زينتهن إل ما ظهر ل رهن ويحفظن فروجهن ول يبد
و ءابائهن أ عول ين زينتهن إل ل ول يبد هن جيوب مرهن لع ولضبن ب و ءاباء ن ه منها
أ
و بنهن أ ن إخو و بن
هن أ ن و إخو
هن أ بناء بعول
و أ
هن أ بنائ
و أ
هن أ هن بعول سائ و ن
هن أ ت خو
أ
و يمنهن أ
و ما ملكت أ
بعي أ ول ٱلت
رب غي أ جال ن ة م ٱل و ٱلر
فل أ ين ٱلط ٱل لم يظهروا لع
ساء عورت إل ٱلن وتوبوا علم ما يفي من زينتهن رجلهن لأ ول يضبن ب يه ٱلل
جيعا أ
٣١لعلكم تفلحون ٱلمؤمنون
Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
2
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-
laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Adapun ḥadīṡ yang sering kali disebutkan dalam pembahasan mengenai
kewajiban menutup aurat bagi perempuan adalah
د عن ثنا الول قال حد ان ل بن الفضل الر ومؤم نطاكثنا يعقوب بن كعب ال سعيد حد
ع الل شة رض قال يعقوب ابن دريك عن عئ ي عن قتادة عن خال سماء بن بشن أ
نهأ
عرض عليه وسلم وعليها ثياب رقاق فأ صل الل ب بكر دخلت لع رسول الل
نت أ ب
ة إذا بلغت سماء إن المرأ
عليه وسلم وقال يا أ صل الل يض لم عنها رسول الل المح
يه شار إل وجهه وكفن يرى منها إل هذا وهذا وأ
تصلح أ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ka'b al-Anthaki dan
Muammal Ibnu al-Fadhl al-Harrani keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami al-Walid dari Sa'id bin Basyir dari Qatadah dari Khalid berkata;
Ya'qub bin Duraik berkata dari 'Aisyah ra, bahwa Asma binti Abu Bakr masuk
menemui Rasulullah saw dengan mengenakan kain yang tipis, maka Rasulullah
saw pun berpaling darinya. Beliau bersabda: "Wahai Asma`, sesungguhnya
seorang wanita jika telah balig tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini -
beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya (HR. Abu Dawud) 1
1 Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats, Sunan Abū Dāwud, Kitāb Pakaian, Bāb Perhiasan
yang boleh ditampakkan oleh wanita, No. Hadis : 3580. CD Lidwa Pustaka Ensiklopedi Hadis Kitab
9 Imam, v.1.00 (t.t: Lidwa Pustaka i-Software, 2011). Pada akhir hadis Abu Dawud menyebutkan
bahwa Hadis ini mursal karena salah satu rawi yang bernama Khalid bin Duraik belum pernah
bertemu langsung dengan ‘Aisyah ra.
3
Aurat ialah sesuatu yang menimbulkan birahi/syahwat.2 Dalam Kitab
Lisān al-‘Arab, kata ‘aurah diartikan sebagai aib atau cacat cela pada sesuatu,
dan sesuatu itu tidak memiliki penahan (penjaga).3 Apabila aurat dibiarkan
terbuka, maka akan timbullah rasa malu dan hal inilah yang mengharuskan
manusia untuk menutup auratnya dan memeliharanya agar tidak mengganggu
manusia lainnya.
Sebagai salah satu pakaian penutup aurat, perbincangan mengenai
jilbab, kerudung atau hijab pun juga tidak akan ada habisnya. Seiring dengan
semakin berkembangnya tren pakaian ala muslimah pada saat ini, banyak
perempuan muslimah yang pada awalnya enggan menggunakan kerudung,
justru malah berbalik menjadi sangat tertarik untuk menggunakannya. Ini
dikarenakan banyaknya inovasi dan kreasi kerudung muslimah pada saat ini
yang menjadikan orang yang mengenakannya tetap terlihat menarik dan
fashionable.
Kitab al-Munjid mengartikan jilbab sebagai baju atau pakaian yang
lebar.4 Dalam kitab al-Mufradāt karya Raghib Isfahani, disebutkan bahwa
jilbab adalah baju dan kerudung.5 Kitab Lisān al-‘Arab mengartikan jilbab
sebagai jenis pakaian yang lebih besar dari kerudung dan lebih kecil dari
2 Fuad Mohd. Fachruddin, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam, (Jakarta : CV
Pedoman Ilmu Jaya, 1984) hlm. 1. 3 Ibnu Manẓur, Lisān al-‘Arab, Juz IV, (Beirut: Dar al-Shadir, 1992) hlm. 616. 4 Muḥammad Ṣalih al-Munjid, Durūs al-Syaikh Muḥammad al-Munjid dalam Software
Maktabah Syāmilah, (t.t : Muasasah al-Maktabah al-Syamilah, 2005) hlm.17. 5 Raghīb al-Isfahani, al-Mufradāt fī Garīb al-Qur’ān, (Beirut : Dar al-Qalam, 1992) hlm.
199.
4
selendang besar (rida’), yang biasa digunakan oleh kaum wanita untuk
menutup kepala dan dada mereka.6
Di Indonesia, jilbab sudah dikenal sejak zaman dahulu, ada yang berupa
selendang, songkok atau sekedar kain yang hanya digunakan untuk menutupi
rambut saja. Sedangkan di daerah Sumatra Barat, jilbab mulai dikenal pada saat
kepulangan Haji Sumanik, Haji Miskin dan Haji Piobang dari Mekkah. Pakaian
yang mereka gunakan adalah jubah dan sorban sebagaimana layaknya pakaian
orang Arab 7
Namun, seiring berjalannya waktu, pakaian yang dibawa oleh mereka,
ternyata tidak dapat diterima oleh masyarakat Minangkabau. Masyarakat
Minangkabau menganggap pakaian yang dibawa oleh mereka menyerupai
pakaian bangsa lain. Selanjutnya pada abad XX, sepulangnya Syekh Abdul
Karim Amrullah, Syekh Ibrahim Musa dan Syekh Muhammad Jamil Jambek
berkembang pula jenis pakaian muslim lainnya, yaitu bagi kaum laki-laki,
menggunakan baju kemeja beserta sarung jawa. Sedangkan bagi kaum
perempuan menggunakan sarung jawa, baju basiba 8 dan dilengkapi dengan
lilit atau dalam bahasa minang disebut lilik (sejenis kain panjang yang dililitkan
6 Ibnu Manẓur, Lisān al-‘Arab, Juz I (Beirut: Dar al-Shadir, 1992) hlm. 273. 7 Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsīr al-Azhār, Jilid IV (Singapura : Pustaka Nasional
Pte Ltd, 2007) hlm. 5783. 8 Baju basiba merupakan baju kurung yang dikenakan oleh perempuan Minangkabau
sebagai identitasnya. Baju yang biasa digunakan oleh Bundo Kanduang ini memiliki keistimewaan,
yaitu longgar saat dipakai sehingga tidak membentuk lekuk tubuh. Baju basiba biasanya ditandai
dengan tiga tanda jahitan yang berawal dari ujung ketiak yang diberi pita (bis) sesuai dengan warna
baju. Dan pada bagian rok yang merupakan pasangan dari baju diberi hiasan berupa lipatan di bagian
pinggirnya. Baju basiba dikenal juga sebagai baju kurung longgar, tidak bersaku dan panjangnya
hingga di bawah lutut.
5
di kepala).. Setelah itu, seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat
Minangkabau pun mulai banyak mengenal pakaian modern. Mereka juga sudah
banyak yang mengunjungi tanah haram, dan ketika mereka pulang ke tanah air,
para kaum perempuan pulang dengan mengenakan jilbab sebagaimana yang
kita kenal pada saat ini.9
Melihat sejarah singkat perkembangan pakaian muslim di daerah
Minangkabau di atas, terdapat satu pakaian wanita muslimah yang pada masa
lalu merupakan pakaian yang utama bagi kaum perempuan, namun sejarahnya
pudar dan terlupakan pada saat ini, yaitu lilit. Lilit merupakan kain panjang
yang berukuran sekitar 150 x 60 cm yang digunakan oleh kaum perempuan
pada masa lalu untuk menutupi kepala dan dadanya dengan cara dililitkan.
Gambar 1 : Santri Perguruan Diniyyah Puteri masa lalu
9 Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsīr al-Azhār, Jilid IV, hlm. 5784.
6
Ketika meneliti lebih jauh mengenai sejarah lilit, maka akan muncul
satu nama yang pada masa lalu dengan sangat telaten dan istiqāmah
menggunakan lilit dalam kesehariannya, yaitu Rahmah El Yunusiyah. Rahmah
El Yunusiyah merupakan salah satu tokoh wanita yang banyak berperan dalam
pergerakan politik, sosial, pendidikan dan keagamaan di wilayah
Minangkabau.
Rahmah El Yunusiyah dilahirkan pada tanggal 29 Desember 1900 di
Kenagarian Bukit Surungan, Padang Panjang. Ayahnya bernama Syekh
Muhammad Yunus dan ibunya bernama Rafi’ah. Rahmah merupakan orang
yang sangat idealis, memiliki cita-cita yang tinggi dan juga cakrawala yang
sangat luas. Sebagai salah satu tokoh pejuang emansipasi wanita, Rahmah
sangat ingin mengangkat derajat kaum wanita, sehingga mereka tidak hanya
dipandang sebagai seorang istri yang hanya akan melahirkan anak saja, namun
lebih dari itu kaum wanita juga memiliki hak untuk dipandang dan berperan
sebagaimana mestinya di masyarakat.10
10 Hamruni, Pendidikan Perempuan dalam Pemikiran Rahmah El Yunusiyah dalam Jurnal
“Kependidikan Islam”, Vol. 2, No. 1 (Februaru-Juli, 2004), hlm. 122.
7
Gambar 2 : Rahmah El Yunusiyah sebagai Pendiri Perguruan Diniyyah Puteri dan
Fauziah Fauzan sebagai Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri saat ini.
Atas dasar cita-cita dan perjuangan untuk mengangkat derajat kaum
wanita inilah, Rahmah mendirikan sebuah sekolah khusus putri yang pada saat
ini dikenal dengan nama Perguruan Diniyyah Puteri. Perguruan
Diniyyah Puteri merupakan pondok modern khusus putri yang terletak di
kawasan kota Padang Panjang Sumatra Barat. Didirikan oleh Rahmah El
Yunusiyah pada tanggal 1 November 1923. Pada saat ini, Perguruan Diniyyah
Puteri dipimpin oleh cicit dari Rahmah El Yunusiyah, yaitu Fauziah Fauzan El
M, SE, Akt, M.Si. Di bawah pimpinan Fauziah Fauzan, Perguruan Diniyyah
Puteri sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga Perguruan
Diniyyah Puteri pada saat ini telah memiliki lima jenjang pendidikan, mulai
dari Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Tinggi. Pendidikan di Perguruan
8
Diniyyah Puteri juga ditunjang dengan adanya berbagai macam divisi otonom
yang banyak memberikan manfaat untuk para santri. 11
Berdasarkan hasil observasi sementara, penulis menemukan bahwa
Perguruan Diniyyah Puteri yang didirikan oleh Rahmah El Yunusiyah inilah
yang tetap melestarikan penggunaan lilit, sebagaimana yang diajarkan oleh
Rahmah El Yunusiyah pada masa lalu. Mulai dari ukuran hingga cara
penggunaannya, Perguruan Diniyyah Puteri tetap merujuk pada apa yang telah
diajarkan oleh Rahmah El Yunusiyah dengan alasan untuk tetap menjaga dan
melestarikan apa yang telah menjadi ciri khas dari Perguruan Diniyyah Puteri
pada masa lalu.
Dari pemaparan di atas, ada beberapa hal yang menarik untuk diteliti.
Pertama, Rahmah menggunakan lilit dengan cara yang khas bukan tanpa
alasan, Beliau memiliki landasan dan alasan tersendiri saat menggunakan lilit
dengan cara demikian. Oleh karena itu, penulis akan meneliti apa saja nilai-
nilai keislaman yang terkandung dalam penggunaan lilit, sehingga lilit dapat
dikategorikan sebagai salah satu pakaian muslimah yang sopan dan dapat
menutup aurat. Kedua, Perguruan Diniyyah Puteri terlihat sangat menjaga
tradisi menggunakan lilit sebagaimana yang diajarkan oleh Rahmah El
Yunusiyah dan dalam tulisan ini, penulis hendak meneliti seberapa besar
pengaruh yang diberikan oleh Rahmah El Yunusiyah di Perguruan Diniyyah
11 Data diperoleh dari website Perguruan Diniyyah Puteri, www.diniyyahputeri.org,
diakses pada tanggal 20 Februari 2016.
9
Puteri, sehingga sampai saat ini Perguruan Diniyyah Puteri masih tetap
menjaga apa yang telah diajarkan oleh Rahmah El Yunusiyah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, fokus
permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana praktik menutup aurat menggunakan lilit di Perguruan Diniyyah
Puteri Padang Panjang ?
2. Bagaimana pemahaman dan pemaknaan penggunaan lilit oleh santri dan
guru di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sebagai resepsi terhadap
konsep aurat dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Mendeskripsikan praktik penggunaan lilit di Perguruan Diniyyah Puteri
Padang Panjang sebagai pakaian penutup aurat.
b. Mengetahui dan mengidentifikasi pemahaman dan pemaknaan
penggunaan lilit oleh santri dan guru di Perguruan Diniyyah Puteri
Padang Panjang sebagai resepsi terhadap konsep aurat dalam al-Qur’ān
dan ḥadīṡ
10
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah
pengetahuan pembaca terutama mengenai pakaian penutup aurat
perempuan pada masa lalu, yaitu lilit. Selain itu, penelitian ini juga berisi
pembahasan mengenai pemahaman santri dan guru di Perguruan Diniyyah
Puteri terhadap konsep aurat, sehingga mereka menggunakan lilit sebagai
pakaian penutup aurat dalam kesehariannya.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini secara umum adalah sebagai
pengingat bagi umat Islam akan kewajibannya untuk menutup aurat. Dalam
penelitian ini akan dibahas salah satu pakaian penutup kepala yang dikenal
dengan sebutan lilit. Lilit ini merupakan pakaian muslimah masa lalu yang
dilestarikan penggunaannya oleh salah satu pondok pesantren di Sumatra
Barat, yaitu Perguruan Diniyyah Puteri.
D. Batasan Penelitian
Adapun batasan-batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Konsep aurat yang tercantum dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ serta batasan aurat
menurut pandangan para ulama.
2. Kondisi Perguruan Diniyyah Puteri berupa kehidupan santri dan keseharian
mereka pada masa kepemimpinan Rahmah El Yunusiyah sebagai setting
historis dari penggunaan lilit pada masa lalu.
11
3. Lilit yang digunakan dalam keseharian santri di Perguruan Diniyyah Puteri,
berupa cara penggunaannya, siapa saja yang menggunakannya, hingga
pemaknaan terhadap lilit sebagai pakaian penutup aurat.
E. Tinjauan Pustaka
1. Aspek Konsep Aurat
Pembahasan mengenai konsep aurat telah banyak dibahas dalam
berbagai buku, artikel maupun skripsi. Buku atau artikel yang membahas
mengenai konsep aurat biasanya mencantumkan beberapa dalil dari al-
Qur’ān dan ḥadīṡ sebagai penguat dari argumennya.
Salah satu buku yang membahas mengenai konsep aurat adalah buku
Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam yang ditulis oleh Fuad
Mohd. Fahruddin. Buku ini secara umum mengupas mengenai aurat dan
jilbab dalam perspektif Islam. Dan ketika membahas mengenai konsep
aurat, Fuad mengiringi penjelasannya dengan ayat al-Qur’ān maupun ḥadīṡ
sebagai penguat.
Kemudian buku yang berjudul Fiqh Perempuan Refleksi Kyai atas
Wacana Agama dan Gender yang ditulis oleh Husein Muhammad. Beliau
dikenal sebagai Kyai pemerhati masalah-masalah agama dan perempuan.
Dalam bukunya Husein Muhammad menjelaskan argumennya mengenai
aurat perempuan dengan menyertakan dalil-dalil berupa ayat al-Qur’ān dan
ḥadīṡ. Di samping itu, beliau juga menyertakan pendapat beberapa mufassir
dan fuqahā’ yang terdapat dalam karya-karya klasik yang berkenaan
dengan dalil tentang aurat. Kemudian buku Jilbab, Pakaian Wanita
12
Muslimah yang ditulis oleh Quraish Shihab yang berisi pendapat-pendapat
ulama klasik maupun kontemporer mengenai aurat perempuan dan pakaian
wanita muslimah beserta pro kontra berkaitan dengannya.
Adapun skripsi yang membahas mengenai konsep aurat adalah
Skripsi yang berjudul “Menutup Aurat Bagi Perempuan (Studi komparatif
penafsiran Muhammad Syahrur dan Nasr Hamid Abu Zayd)” yang ditulis
oleh Muhammad Nailil Muna. Skripsi ini secara umum membandingkan
dua argumen dan penafsiran ulama mengenai aurat. Dan dua ulama yang
dibandingkan penafsirannya tersebut adalah Muhammad Syahrur dan Nasr
Hamid Abu Zayd. Letak perbedaan argumentasi keduanya mengenai aurat
perempuan adalah Muhammad Syahrur dalam kitab Nahwa Uṣūl al-Jadīdah
li al-Fiqih al-Islāmiy : Fiqih al-Mar‘ah menyebutkan aurat perempuan
adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Aurat itu selayanya
ditutupi dengan batasan bagian yang secara umum tidak diperbolehkan
untuk ditampakkan, seperti lubang di antara kedua payudara, bagian bawah
payudara, bagian bawah ketiak, kemaluan dan pantat. Sedangkan menurut
Nasr Hamid Abu Zayd dalam kitabnya Dawā’ir al-Khauf : Qirā‘ah fī Kitāb
al-Mar‘ah, disebutkan bahwa aurat perempuan tidak hanya ditafsirkan
secara tekstual dan statis, melainkan juga bersifat universal karena juga
mempertimbangkan aspek perkembangan zaman dan kultur/budaya
manusia, sehingga penutup aurat dipandang sebagai sesuatu yang dapat
13
menampilkan diri perempuan dalam bentuk yang terhormat. Sehingga tidak
menimbulkan gangguan sosial.12
Tulisan lain yang juga menuliskan konsep aurat adalah skripsi dari
Sidik Purnomo dengan judul “Pakaian Wanita dalam al-Qur’ān (Studi
Semantik al-Qur’ān atas Libās, Ṡiyāb, Sārābil, Khumur, dan Jalābīb)”.
Skripsi ini juga membahas mengenai konsep aurat dalam al-Qur’ān dari sisi
semantiknya. Dalam tulisan ini dijelaskan perbedaan makna dari masing-
masing kata. Kata libās identik dengan pakaian yang menutup dalam artian
secara umum. Kata ṡiyāb dimaknai sebagai pakaian jenis tertentu. Kata
sārābil yang diartikan sebagai jenis pakaian yang disesuaikan dengan
pekerjaan atau aktivitas yang dijalani seseorang. Kata khumur merujuk
kepada makna pakaian yang dapat mencegah pemakainya dari kehilangan
harga diri. Sedangkan kata jalābīb mengacu pada pakaian sebagai identitas
muslimah yang dapat membedakan mereka dengan perempuan non
muslim.13
Selain beberapa tulisan di atas, masih banyak lagi tulisan-tulisan
lainnya yang secara spesifik membahas mengenai konsep aurat, baik yang
membahas khusus konsep aurat bagi perempuan atau konsep aurat secara
umum.
12 Muhammad Nailil Muna, “Menutup Aurat Bagi Perempuan (Studi komparatif penafsiran
Muhammad Syahrur dan Nasr Hamid Abu Zayd)”. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015, hlm 75-77. 13 Sidik Purnomo, “Pakaian Wanita dalam al-Qur’ān (Studi Semantik al-Qur’ān atas Libās,
Ṡiyāb, Sārābil, Khumur, dan Jalābīb)”. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012, hlm. 98-99.
14
2. Aspek Jilbab dan Lilit
Adapun tulisan mengenai jilbab, penulis menemukan beberapa buku
seperti Jilbab Menurut al-Qur’ān dan Sunnah karya Husein Shahab yang
membahas mengenai jilbab dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ lengkap dengan dalil
dan penjelasannya. Buku ini kemudian diringkas dalam sebuah buku kecil
yang terdiri dari 85 halaman. Kemudian buku Hikmah Jilbab dalam
Pembinaan Akhlak yang ditulis oleh Istadiyanta. Buku ini pada awalnya
menjelaskan mengenai aurat dan jilbab, kemudian pengarangnya juga
mengaitkan pembahasan dalam buku ini pada pembinaan akhlak serta
ajakan-ajakan untuk menggunakan jilbab.
Penelitian mengenai tradisi penggunaan penutup kepala sebagai alat
penutup aurat juga telah dilakukan oleh Nurul Karimatil Ulya dengan judul
skripsinya “Implementasi Ayat al-Qur’ān dan Ḥadīṡ Menutup Aurat Dalam
Tradisi Pemakaian Rimpu ( Studi Living Qur’ān-Ḥadīṡ di Desa Ngali, Kec.
Belo, Kab. Bima, NTB)”. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik yang
menerangkan tentang pandangan masyarakat Bima dan argumen Lebe
sebagai tokoh ulama dan sejarawan yang mengamalkan dan memaknai
tradisi pemakaian Rimpu sebagai implementasi dari ayat al-Qur’ān dan
ḥadīṡ tentang menutup aurat. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan, namun objek dan lokasi penelitian
akan sangat berbeda. Penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya ini
objek penelitiannya adalah Rimpu dan penelitiannya dilaksanakan di daerah
Bima, Nusa Tenggara Barat. Sedangkan penelitian yang akan penulis
15
lakukan, objeknya adalah lilit dan akan di laksanakan di Perguruan
Diniyyah Puteri Padang Panjang.14
Adapun tulisan mengenai lilit, penulis menemukan sebuah artikel
yang ditulis oleh Fadhli Lukman yaitu “Lilik, Jilbab Urang Minang”. Secara
umum artikel ini membahas mengenai lilit yang merupakan pakaian identitas
masyarakat Islam Minangkabau pada masa lalu. Tulisan ini diperoleh dari
hasil survei singkat yang dilakukan oleh penulisnya karena keterbatasan
data. Dalam tulisan ini penulis juga memberikan pemaknaan dari kata jilbab
atau khimar menurut Buya Hamka. Pada paragraf terakhir dari tulisannya
beliau menjelaskan sejarah singkat dari perkembangan pakaian muslim masa
lalu. 15
Tulisan lain yang juga di tulis oleh Fadhli Lukman yang memuat
tentang lilit adalah “Sejarah Sosial Pakaian Penutup Kepala Muslimah di
Sumatra Barat “. Dalam tulisan ini dijelaskan sejarah perkembangan
pakaian penutup kepala di wilayah Sumatra Barat. Mulai dari tikuluak
tanduak yang digunakan dalam acara adat, tuduang atau sejenis selendang
yang dikenakan dengan cara sedikit dililitkan di kepala atau diletakkan
begitu saja, hingga lilit yang dalam tulisan ini disebut dengan mudawarah
yang banyak dikenakan di kalangan para pelajar madrasah pada saat itu.
Kemudian, tulisan ini dilanjutkan dengan munculnya tren jilbab dan hijab
14 Nurul Karimatil Ulya, “Implementasi Ayat al-Qur’ān dan Ḥadīṡ Menutup Aurat Dalam
Tradisi Pemakaian Rimpu ( Studi Living Qur’ān-Ḥadīṡ di Desa Ngali, Kec. Belo, Kab. Bima, NTB)”.
Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016, hlm. 19. 15 Data diambil dari web Fadhli Lukman, https://fadhlilawang.com, diakses pada 25
Februari 2016.
16
yang mulai mengikis tradisi penggunaan mudawarah. Tidak hanya itu,
pengaruh sosial dan politik pada saat itu juga memberikan dampak yang
signifikan terhadap model pakaian di wilayah Sumatra Barat.
3. Rahmah El Yunusiyah
Penulis menemukan beberapa tulisan yang menuliskan mengenai
Rahmah El Yunusiyah, yaitu skripsi dengan judul “Pemikiran dan Aktivitas
Dakwah Rahmah El Yunusiyah” yang ditulis oleh Fennazhra dan artikel
dengan judul “Pendidikan Perempuan dalam Pemikiran Rahmah El
Yunusiyah”
Kedua tulisan tersebut membahas mengenai kontribusi yang
diberikan oleh Rahmah El Yunusiyah berupa pemikiran dan aktivitas
dakwah yang dilakukannya pada masa lalu untuk membela Islam dan
membela hak kaum wanita. Tulisan tersebut juga menceritakan bagaimana
perjuangan Rahmah untuk membangun sekolah yang diperuntukkan untuk
kaum wanita yang diberi nama Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang..
Hal tersebut dilakukannya karena beliau melihat kaum wanita seusianya
pada saat itu tidak mendapatkan pendidikan yang layak.16
Kemudian terdapat sebuah skripsi lainnya yang berjudul
“Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau : Telaah Atas Pemikiran
Rahmah El Yunusiyah” yang ditulis oleh Dewinofrita. Skripsi ini secara
16 Fennazhra, “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah”. Skripsi Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, hlm. 86.
17
umum membahas mengenai kiprah dan pemikiran Rahmah El Yunusiyah
dalam pembaharuan pendidikan Islam di Minangkabau yang bisa dilihat
dengan adanya Diniyyah School Putri. Serangkaian perjuangan dan usaha
yang telah dilakukan oleh Rahmah El Yunusiyah dalam pembaharuan
pendidikan di Minangkabau menjadikan Rahmah El Yunusiyah satu di
antara ulama yang berpengaruh ketika itu di Minangkabau, khususnya di
Padang Panjang.17
Setelah menelaah buku, skripsi dan artikel yang telah disebutkan di atas,
penulis menarik kesimpulan bahwa, telah banyak buku, artikel dan skripsi yang
membahas mengenai konsep aurat dan jilbab, namun penulis tidak menemukan
tulisan yang membahas mengenai konsep aurat yang dikaitkan dengan
penggunaan lilit. Oleh karena itu, penulisan dan penelitian mengenai resepsi
terhadap konsep aurat dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ dalam penggunaan lilit ini
layak untuk dikembangkan.
F. Kerangka Teori
Dalam sebuah penelitian lapangan, dibutuhkan teori agar dapat
menggambarkan fenomena dan peristiwa yang dikaji dengan baik. Demikian
pula halnya dengan kajian Living Qur’ān dan Living Ḥadīṡ. Kajian ini
menjadikan sebuah fenomena dimaknai dan difungsikan secara riil di
masyarakat dengan menggunakan pendekatan sosiologis, atau dikenal juga
17 Dewinofrita, “Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau : Telaah Atas Pemikiran
Rahmah El Yunusiyah”. Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2003, hlm. 87.
18
dengan istilah al-Qur’ān and ḥadīṡ in everyday life. Maksudnya, al-Qur’ān dan
ḥadīṡ yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bentuk tulisan,
lisan maupun perbuatan. 18
Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Sociology of
Knowledge (Sosiologi Pengetahuan) yang dikembangkan oleh Karl Mannheim.
Teori sosiologi pengetahuan Mannheim menyatakan bahwa tindakan manusia
dibentuk oleh dua dimensi, yakni, perilaku (behavior) dan makna (meaning).
Oleh karena itu, tindakan sosial dibangun dari tindakan atau perilaku individu
yang diarahkan kepada orang lain, misalnya perilaku beragama, tidak termasuk
tindakan sosial jika ia hanya mengambil implementasi dirinya sendiri.
Sedangkan tentang makna (meaning), Karl Mannheim membagi dimensi makna
ini menjadi tiga macam makna, yaitu makna obyektif, ekspresif dan dokumenter.
Makna obyektif adalah makna yang ditentukan oleh konteks sosial di mana
tindakan berlangsung. Makna ekspresif adalah makna tindakan dari setiap
perilaku. Sedangkan makna dokumenter adalah makna yang tersirat atau
tersembunyi, sehingga pelaku tidak sepenuhnya menyadari bahwa suatu aspek
yang diekspresikan menunjukkan kepada kebudayaan secara menyeluruh. Inilah
yang kemudian dikenal dengan istilah “Tiga Lapis Makna”. Dengan adanya teori
ini, kebenaran diarahkan pada sesuatu yang relatif. Kebenaran, nilai dan norma
18 M.Mansur, “Living Qur’ān dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’ān“ dalam Sahiron
Syamsuddin (Ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’ān dan Hadis, Cet. I (Yogyakarta : TH-Press,
2007) hlm. 5.
19
dikondisikan dalam masyarakat tertentu dan sesuai dengan keadaan historis yang
konkret.19
Dalam penelitian mengenai resepsi terhadap konsep aurat dalam al-
Qur’ān dan ḥadīṡ dalam penggunaan lilit ini, maka relasi operasional dengan
teori tersebut adalah ketika penggunaan lilit bisa ditelusuri dari sisi aturan-aturan
yang berlaku dan mendasari selama proses pelaksanaannya, sehingga dapat
diperoleh makna objektif dari kajian tersebut. Kemudian berkembang ke arah
motif atau tujuan yang mendasari penggunaan lilit tersebut, maka diperoleh pula
makna ekspresifnya. Dan diakhiri dengan mencari makna dokumenter, yaitu
dengan menemukan makna tersembunyi dalam penggunaan lilit tersebut, yang
secara langsung maupun tidak langsung dirasakan dan memberi dampak
signifikan bagi penggunanya.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan, yaitu data
yang dikumpulkan berupa deskripsi detail menurut bahasa dan cara pandang
subjek penelitian. Menurut perspektif penelitian lapangan, gambaran
diuraikan secara deskriptif dengan pendekatan etnografi, yaitu
mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan sudut pandang asli
(penggunanya).20 Penelitian ini juga bersifat deskriptif – analitik, yaitu
19 Karl Mannheim, Essays on The Sociology of Knowledge, ( New York : Oxford University
Press. 1952) hlm. 44-45.
20 James P. Spradly, Metode Etnografi, terj. Misbah Zulfa Elizabeth, (Yogyakarta : PT.
Tiara Wacana, 1997) hlm. 3-4.
20
penelitian yang difokuskan untuk pemecahan masalah-masalah dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan data atau
fakta yang terlihat sebagaimana adanya.21
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini akan
mengungkap pemahaman para pengguna lilit di lingkungan Perguruan
Diniyyah Puteri Padang Panjang sebagai resepsi terhadap konsep aurat
dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perguruan Diniyyah Puteri Padang
Panjang. Penulis memilih lokasi tersebut karena Perguruan Diniyyah Puteri
adalah sekolah khusus putri yang didirikan oleh Rahmah El Yunusiyah.
Sekolah ini juga merupakan salah satu sekolah yang masih melestarikan
penggunaan lilit dalam segala aktivitas akademik baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada 6
September 2016 sampai 30 Oktober 2016.
3. Objek Penelitian dan Sumber Data
Objek penelitian ini adalah para santri, guru, karyawan, dan staf di
Perguruan Diniyyah Puteri. Sedangkan sumber data, akan dibagi menjadi
dua bagian, yaitu data primer dan sekunder. Data primer akan diperoleh dari
hasil wawancara kepada keluarga terdekat dari Rahmah El Yunusiyah dan
Pengurus Yayasan Rahmah El Yunusiyah, karena sebagai keluarga terdekat
21 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, cet. VII, (Yogyakarta : UGM Press,
1993) hlm. 63.
21
yang melanjutkan perjuangan Rahmah El Yunusiyah, mereka akan lebih tahu
dan paham maksud dan tujuan Rahmah El Yunusiyah menggunakan lilit.
Data sekunder yang difungsikan untuk melengkapi data primer, akan
diperoleh dari hasil wawancara dengan para santri, guru, karyawan dan staf.
Kemudian penulis juga akan melengkapi data dengan literatur tertulis,
seperti peraturan sekolah, buku, koran, dokumentasi sekolah dan lain
sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Metode observasi adalah penyajian data dengan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diteliti. Dalam hal
ini penulis bermaksud meneliti dan mengamati segala aktivitas di
Perguruan Diniyyah Puteri secara langsung, sehingga penulis dapat
mengetahui sejauh mana pemaknaan dan pemahaman para pengguna lilit
terhadap konsep aurat dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ.
Observasi yang akan dilakukan dengan dua cara, yaitu partisipan
dan non-partisipan. Selain untuk memperoleh data yang lebih akurat,
penulis bermaksud menggunakan observasi partisipan dan non partisipan
agar dapat melakukan penggalian informasi tentang kehidupan dan
kegiatan para pengguna lilit di Perguruan Diniyyah Puteri.
22
b. Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
cara mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber yang
bersangkutan dengan penelitian. Dengan menggunakan metode ini,
penulis langsung mendapatkan data dari informan mengenai pemahaman
konsep aurat dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ terhadap penggunaan lilit di
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
c. Dokumentasi
Metode pengumpulan data lainnya adalah metode dokumentasi.
Data atau informasi akan diperoleh dari literatur tertulis, seperti buku,
catatan, majalah, foto/gambar, transkip dan lain-lain. Pengumpulan data
dengan teknik dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data-data yang
telah ada sebelumnya
5. Analisis Data
Bentuk analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analitis, yaitu dengan memaparkan data-data yang telah diperoleh
di lapangan dan kemudian melakukan analisa terhadap data tersebut. Dalam
hal ini penulis akan menelusuri pemahaman dan pemaknaan konsep
menutup aurat dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ menurut para guru dan santri dan
kaitannya dengan praktik penggunaan lilit. Setelah data terkumpul dan
disusun secara sistematis, barulah dilanjutkan dengan mengaitkan dan
membaca hasil penelitian ini dengan menggunakan teori sosiologi
pengetahuan yang telah dirancang sebelumnya.
23
H. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Pada BAB I yang merupakan pendahuluan, akan dibahas latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, batasan penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Pada BAB II akan dibahas mengenai konsep aurat dalam al-Qur’ān dan
ḥadīṡ, serta batasan aurat laki-laki dan perempuan menurut ulama.
Pada BAB III akan dibahas mengenai gambaran umum Perguruan Diniyyah
Puteri, biografi Rahmah El Yunusiyah dan sejarah awal penggunaan lilit di
Minangkabau.
Pada BAB IV yang merupakan analisa dan hasil penelitian yang berisi
makna dari praktik menutup aurat dengan menggunakan lilit, serta pemahaman
santri dan guru di lingkungan Perguruan Diniyyah Puteri terhadap konsep aurat
dalam al-Qur’ān dan ḥadīṡ terhadap penggunaan lilit.
Dan pada BAB V akan ditutup dengan kesimpulan dan saran-saran untuk
penelitian selanjutnya.
134
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan observasi lapangan dan analisis terhadap data yang
telah ditemukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai resepsi
terhadap konsep aurat dalam al-Qur’an dan hadis dalam penggunaan lilit, di
antaranya :
1. Praktik menutup aurat di Perguruan Diniyyah Puteri menggunakan baju
basiba dengan lilit sebagai penutup kepalanya. Lilit atau dikenal juga
dengan sebutan mudawarah merupakan salah satu pakaian penutup kepala
perempuan di Minangkabau. Lilit yang mulai dikenal pada abad XX ini
biasanya digunakan oleh pelajar Madrasah, baik ketika belajar di Madrasah
maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Lilit merupakan kain panjang
berukuran 150 x 60 cm atau kira-kira setinggi berdiri tegak perempuan
pemakainya. Lilit pada umumnya dibuat dengan menggunakan kain voile
yang polos dan tidak bermotif. Sebagai pemanis, lilit biasanya diberi hiasan
renda atau bunga-bunga strimin kecil pada bagian pinggirnya. Adapun lilit
yang digunakan di Perguruan Diniyyah Puteri memiliki bentuk dan cara
pemakaian yang berbeda dengan lilit pada umumnya. Lilit Diniyyah Puteri
telah diajarkan cara pembuatan dan penggunaannya secara turun temurun
135
oleh Pendiri Perguruan Diniyyah Puteri, Rahmah El Yunusiyah. Cara
penggunaan lilit yang dianggap rumit tidak menyurutkan tekad Perguruan
Diniyyah Puteri untuk tetap melestarikan penggunaan lilit yang sekaligus
menjadi ciri khas dari santri Perguruan Diniyyah Puteri ini. Bentuk dan cara
penggunaan lilit sangat berbeda dengan pashmina yang dikenal pada saat
ini. Pashmina yang terdiri dari berbagai bentuk dan motif bisa dikenakan
dengan berbagai cara dan lilitan yang berbeda-beda. Sedangkan lilit yang
bentuknya monoton dengan hiasan yang sederhana hanya dapat digunakan
dengan satu cara saja. Inilah yang menjadikan lilit dianggap unik dan
berbeda dengan penutup kepala pada umumnya. Namun, seiring
berjalannya waktu dan berkembangnya trend fashion, penggunaan lilit
mulai memudar, bahkan tidak dikenal lagi. Model dan ukuran jilbab yang
lebih variatif dan terus berkembang memiliki daya tarik tersendiri bagi
kaum wanita pada saat itu. Selain itu, pertimbangan nilai ekonomis dan
praktis juga semakin menghilangkan budaya berlilit di Minangkabau. Saat
ini, lilit hanya digunakan oleh pelajar Madrasah tertentu pada saat proses
belajar mengajar di lingkungan Madrasah saja.
2. Pemahaman para santri, guru dan karyawan Diniyyah Puteri terhadap
anjuran menutup aurat dalam al-Qur’an dan hadis direalisasikan dalam
bentuk penggunaan lilit. Tingkat keilmuan dan pemahaman yang berbeda-
beda menjadikan pengguna lilit memiliki motif penggunaan lilit yang
berbeda-beda pula, adapun tingkatannya sebagai berikut :
136
a. Ada yang menggunakan lilit karena menganggap lilit memang
memenuhi syarat sebagai pakaian penutup aurat dan mengetahui dengan
pasti dalil-dalil yang berkaitan dengan konsep aurat dalam Islam.
b. Ada yang menggunakan lilit dengan maksud untuk melestarikan tradisi
penggunaan lilit yang telah diajarkan secara turun temurun dan menjadi
ciri khas di Perguruan Diniyyah Puteri.
c. Yang terakhir, ada yang menggunakan lilit hanya untuk memenuhi
aturan yang berlaku di Perguruan Diniyyah Puteri saja. Ini biasanya
terjadi di sebagian besar kalangan para santri yang tidak terlalu nyaman
menggunakan lilit, namun terpaksa menggunakannya karena aturan
perguruan.
Adapun faktor-faktor yang mendorong Diniyyah Puteri untuk
mempertahankan budaya berlilit adalah karena tiga alasan, yaitu
pertama, lilit telah menjadi ciri khas dari Diniyyah Puteri. Kedua, visi
misi Perguruan Diniyyah Puteri yang berlandaskan al-Qur’an dan
sunnah menjadikan Diniyyah Puteri tetap mempertahankan penggunaan
lilit yang dinilai sebagai penutup kepala yang sesuai dengan ajaran
Islam. \Ketiga, lilit menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan,
dan Diniyyah Puteri menjadi salah satu sekolah yang ikut serta dalam
melestarikan warisan budaya tersebut. Apabila budaya berlilit ini
137
ditinggalkan, maka lama-kelamaan akan hilang karena digeser oleh
tren-tren pakaian terbaru yang berkembang pesat saat ini.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, beberapa saran yang penulis berikan
adalah :
1. Tradisi dan budaya yang beragam di Minangkabau sebaiknya mendapat
perhatian dari pemerintah dan tokoh masyarakat. Tradisi berpakaian yang
menjadi ciri khas di Minangkabau hendaknya terus dilestarikan agar tidak
terlupakan dan hilang begitu saja.
2. Penelitian yang telah penulis lakukan hanya fokus pada satu pakaian saja,
yaitu lilit. Sedangkan di Minangkabau masih terdapat banyak jenis pakaian
yang sangat khas dan hanya ada di Minangkabau. Penulis mengharapkan
adanya kelanjutan dari penelitian ini, sehingga pakaian-pakaian yang ada
pada zaman dahulu yang sudah tidak eksis lagi pada saat ini, bisa dikenal
dan diketahui, sehingga tidak akan hilang ditelan masa.
138
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Kitab
Amrullah, Abdul Malik Karim. Tafsīr al-Azhār. Jilid IV. Singapura : Pustaka Nasional
Pte Ltd, 2007.
Armando, Ade dkk. Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar. No.1. Jakarta : PT. Ikrar
Mandinabadi, 2004.
al-Bār, Ibnu ‘Abd. Kitāb al-Tamhīd limā fī al- Muwaṭṭa’. Juz VIII. Magrib : Wazārah
‘Umūm al-Auqāf, 1387 H.
al-Barudi, Imad Zaki. Tafsir Wanita. Penj. Samson Rahman. Cet 1. Jakarta : Pustaka
Al-Kautsar, 2003.
Baum, Gregory. Agama dalam Bayang-bayang Relativisme : Agama, Kebenaran dan
Sosiologi Pengetahuan. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1999.
Djamal, Murni. Dr.H. Abdul Karim Amrullah ; Pengaruhnya dalam Gerakan
Pembaruan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke 20. Jakarta : INIS, 2002.
Chaniago, Hasril. 101 Orang Minang di Pentas Sejarah. Padang : Citra Budaya
Indonesia, 2010
Edward dkk. Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatra Barat. Padang
: Islamic Centre, 1981.
El-Muhammady Fauziah Fauzan. Buku Panduan Santri MTs.DMP dan MA.KMI
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Padang Panjang : Diniyyah
Research Centre, 2014.
Engineer, Asghar Ali. Pembebasan Perempuan. terj. Agus Nuryanto. Yogyakarta :
LKiS Pelangi Aksara, 2007.
Fachruddin, Fuad Mohd. Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam. Jakarta : CV
Pedoman Ilmu Jaya, 1984.
al-Ghamidi, Ali bin Sa’id. Fikih Wanita. terj. Ahmad Syarif dkk. Jakarta : Aqwam,
2012.
139
Hamidah, Tatik. Fiqh Perempuan : Berwawasan Keadilan Gender. Malang : UIN
MALIKI Press, 2011.
Hubairah, Ibnu. al-Ifṣāḥ ‘an Ma‘āni al- Ṣibāh. Juz I. Halb : al-Maktabah alHalabiyyah,
1947.
Ibrahim. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi : Kristal Multimedia, 2015.
Indra, Hasbi dkk. Potret Wanita Sholehah. Jakarta : PENAMADANI, 2004.
al-Isfahani, Raghīb. al-Mufradāt fī Garīb al-Qur’ān. Beirut : Dar al-Qalam, 1992.
Jamil, Muhammad. Padusi Minang. Bukittinggi : Cinta Buku Agency, 2015.
al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Aisar al-Tafāsīr li Kalām al-Aliy al-Kabīr. Juz IV. Arab
Saudi : Maktabah al-‘Ulum wa al-Hukm, 2003
Kaṡīr, Ibnu. Tafsir al-Qur’ān al-‘Aẓīm. Juz VI. Beirut : Dar Tayyibah, 1999.
Mandzur, Ibnu. Lisan al-‘Arab, Juz IV. Beirut: Dar al-Shadir, 1992.
Mannheim, Karl. Essays on The Sociology of Knowledge. New York : Oxford
University Press. 1952.
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqh Lima Madzhab. Jakarta : Lentera, 2008
Munawaroh, Junaidatul. Rahmah El Yunusiyah, Pelopor Pendidikan Perempuan
dalam Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
bekerjasama dengan PPIM IAIN Jakarta, 2000
al-Munjid, Muḥammad Ṣalih al-Munjid. Durūs al-Syaikh Muḥammad al-Munjid
dalam Software Maktabah Syāmilah. t.t : Muasasah al-Maktabah al-Syamilah,
2005.
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir. Yogyakarta : Idea Press
Yogyakarta, 2015.
Muthahhari, Murtadha. Hijab, Gaya Hidup Wanita Islam. Bandung : Mizan, 1994.
140
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. cet. VII. Yogyakarta : UGM Press,
1993.
al-Nawawi, Yahya bin Syaraf. al-Majmū’. Juz III. Beirut : Dar al-Fikr, t.th.
Qal‘ajī, Muḥammad Rawās. Mu'jam Lugat al-Fuqahā’. Juz I. Beirut : Dar al-Nafā’is,
1988.
Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi. terj. Fathurrahman Abdul Hamid dkk. Jakarta : Pustaka
Azzam, 2009.
Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zilāl al-Qur’ān. Juz III. Beirut : Dar al-Syuruq, 1991.
Rasyad, Aminuddin dkk. H RAHMAH EL YUNUSIYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL
YUNUSY, Dua Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia, Riwayat
Hidup, Cita-cita dan Perjuangannya. Jakarta : Perguruan Diniyyah Puteri
Perwakilan Jakarta, 1990.
al-Razi, Fakhruddin. Mafātīh al-Gaib. Beirut : Dar Ihyā’ al-Turāṡ, 1999.
Rusyd, Ibnu. Bidāyah al-Mujtahid wa Nihāyah al-Muqtasid. Juz I. Kairo : Dar al-
ḥadīṡ, 2004.
al-Sa’di, Abdurrahman. Fatwa-fatwa Tentang Wanita. terj. Amir Hamzah Fachruddin
dkk. Jakarta : Darul Haq, 2012.
Shahab, Husein. Hijab Menurut al-Qur’an dan al-Sunnah : Pandangan Muthahhari
dan Al-Maududi. Bandung : PT Mizan Pustaka, 2013.
Shaleh, Isnaniah. Peringatan 55 Tahun Diniyyah Putri Padang Panjang. Jakarta :
Ghalia Indonesia, 1978.
Shihab, Qurais. JilBāb, Pakaian Wanita Muslimah,. Jakarta : Lentera Hati, 2010.
Spradly, James P. Metode Etnografi. terj. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta : PT.
Tiara Wacana, 1997.
Subhan, Zaitunah. Al-Qur’an dan Perempuan : Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran. Jakarta : PRENADAMEDIA, 2015.
Syamsuddin, Sahiron. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta :
TH-Press, 2007.
141
al-Syafi’i. al-Umm. Juz I. Beirut : Dar al-Ma’rifah, 1990.
al-Syaukani, Muhammad Ibn Ali. Nail al-Autār. Jilid V. Kairo : al-Halabi, 1052 H.
Syuqqah, Abdul Halim Abu. Kebebasan Wanita,. Jakarta : Gema Insani Press, 1997.
Taimiyah, Ibnu. Jilbab dan Cadar dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya, 1994.
Thawilah, Abdul Wahhab Abdussalam. Panduan Berbusana Islami : Berpenamilan
Sesuai Tuntutan al-Qur'an dan Sunnah. Jakarta : Almahira, 2007.
Yanggo, Huzaemah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2010.
al-Zuhaily, Wahbah. al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu. Jilid 1. Damaskus : Dar alFikr,
2008.
Skripsi
Dewinofrita, “Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau : Telaah Atas
Pemikiran Rahmah el-Yunusiyyah”. Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
Fennazhra, “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah”. Skripsi
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Muhammad Nailil Muna, “Menutup Aurat Bagi Perempuan (Studi komparatif
penafsiran Muhammad Syahrur dan Nasr Hamid Abu Zayd)”. Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Nurul Karimatil Ulya, “Implementasi Ayat al-Qur’an dan Hadis Menutup Aurat Dalam
Tradisi Pemakaian Rimpu (Studi Living Qur’an-Hadis di Desa Ngali, Kec. Belo,
Kab. Bima, NTB)”. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.
Sidik Purnomo, “Pakaian Wanita dalam Al-Qur’an (Studi Semantik Al-Qur’an atas
Libas, Siyab, Sarabil, Khumur, dan Jalabib)”. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
142
Makalah, Jurnal, Koran dan Arsip
Ardiansyah. “Konsep Aurat Menurut Ulama Klasik dan Kontemporer ; Suatu
Perbandingan Pengertian dan Batasannya di dalam dan luar Sholat”. Analytica
Islamica. Vol.16, No. 2, 2014
Fadhli Lukman, “Sejarah Sosial Pakaian Penutup Kepala Muslimah di Sumatra Barat
“ ,Musawa, Vol.13, No. 1, Januari, 2014
Hamruni. “Pendidikan Perempuan dalam Pemikiran Rahmah El Yunusiyah”.
Kependidikan Islam. Vol. 2, No. 1, Februaru-Juli 2004.
Warlis. Modul mata pelajaran Kediniyyah Puterian. 2007.
Software (Aplikasi)
CD Ensiklopedi Hadis Kitab 9 Imam. t.t.: Lidwa Pustaka i-Software, t.th.
Maktabah Syamilah. Muasasah Al-Maktabah Asy-Syamilah, 2005.
Internet
www.diniyyahputeri.org
https://fadhlilawang.com
Wawancara
Wawancara dengan Dalius Djamal, Murid Rahmah El Yunusiyah sekaligus Guru di
Perguruan Diniyyah Puteri, di Padang Panjang, tanggal 21 September 2016 jam
14.30.
Wawancara dengan Nabilah Imamah Izazi, Alumni Perguruan Diniyyah Puteri, di
Padang Panjang, tanggal 8 September 2016 jam 13.15.
Wawancara dengan Sherly Devani, Alumni Perguruan Diniyyah Puteri, di Padang
Panjang, tanggal 18 September 2016 jam 14.00.
Wawancara dengan Resminarti, Kepala Divisi Diniyyah Tahfidzul Qur’an., di Padang
Panjang, tanggal 25 September 2016 jam 15.00.
143
Wawancara dengan Mayola Andika, Alumni Perguruan Diniyyah Puteri, di
Yogyakarta, tanggal 10 Oktober 2016 jam 10.00.
Wawancara dengan Rahma Savira, santri kelas XI MA.KMI Diniyyah Puteri, di
Padang Panjang, tanggal 20 September 2016 jam 12.00.
Wawancara dengan Nidaul Fadhilah, Alumni Perguruan Diniyyah Puteri, di Padang
Panjang, tanggal 16 September 2016 jam 14.20.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
144
INSTRUMEN DATA PENELITIAN
A. Pedoman Wawancara
1. KEPADA PIMPINAN
1) Profil Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
a. Bagaimana sejarah berdirinya Perguruan Diniyyah Puteri Padang
Panjang?
b. Apa visi, misi dan moto Perguruan Diniyyah Puteri Padang
Panjang?
c. Apa saja jenjang pendidikan yang ada di Perguruan Diniyyah Puteri
Padang Panjang ?
d. Apa saja fasilitas yang ada di Perguruan Diniyyah Puteri Padang
Panjang?
e. Siapa saja yang pernah menjadi pimpinan Perguruan Diniyyah
Puteri Padang Panjang?
f. Apa saja kebijakan-kebijakan yang wajib dipatuhi oleh karyawan
dan santri di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang?
g. Apa saja kontribusi yang telah diberikan oleh Perguruan Diniyyah
Puteri Padang Panjang untuk masyarakat dulu dan sekarang?
2) Biografi Rahmah El Yunusiyah
a. Tanggal lahir dan masa kecil Rahmah El Yunusiyah
b. Latar belakang pendidikan Rahmah El Yunusiyah
145
c. Bagaimana latar belakang sosial Rahmah El Yunusiyah?
d. Apa saja pengaruh yang diberikan oleh Rahmah El Yunusiyah untuk
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang?
3) Tradisi Penggunaan Lilit
a. Sejak kapan mulai menggunakan lilit?
b. Apa yang dirasakan saat menggunakan lilit?
c. Kapan saja waktu penggunaan lilit?
d. Mengapa tradisi penggunaan lilit harus dilestarikan?
e. Apa saja batasan aurat perempuan?
f. Apakah lilit dianggap memenuhi syarat sebagai penutup aurat?
g. Apa ayat atau hadis yang dijadikan pedoman?
h. Siapa saja yang wajib menggunakan lilit?
i. Adakah aturan khusus dalam penggunaan lilit?
j. Siapa yang menginspirasi Rahmah untuk menggunakan kerudung
dengan cara dililitkan tersebut?
2. KEPADA STAF, GURU DAN KARYAWAN
1) Sejak kapan mengenal lilit?
2) Sudah berapa lama menggunakan lilit?
3) Sudah berapa lama mulai bekerja di Perguruan Diniyyah Puteri
4) Apa jabatan di Perguruan Diniyyah Puteri?
5) Adakah syarat khusus yang harus dipenuhi untuk bergabung di
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang?
146
6) Apa yang Anda rasakan saat menggunakan lilit?
7) Apa kesulitan yang dihadapi saat menggunakan lilit?
8) Siapa yang mengajarkan menggunakan lilit?
9) Apa yang diketahui tentang batasan aurat perempuan?
10) Adakah ayat atau hadis yang menjadi landasannya?
11) Apakah lilit sudah bisa dianggap sebagai penutup aurat?
12) Kapan saja Anda menggunakan lilit?
3. KEPADA SANTRI
1) Siapa yang mengenalkan Anda dengan Perguruan Diniyyah Puteri?
2) Sejak kapan mengenal lilit?
3) Apa yang dirasakan saat menggunakan lilit?
4) Siapa yang mengajarkan menggunakan lilit?
5) Kapan saja Anda menggunakan lilit?
6) Apa peraturan terkait lilit yang harus dipatuhi?
7) Pernahkah Anda melanggar aturan itu?
8) Apa hukuman yang diberikan untuk pelanggaran itu?
9) Apa yang diketahui tentang batasan aurat perempuan?
10) Apa ayat atau hadis yang menjadi landasan?
11) Apakah lilit bisa dijadikan sebagai alat penutup aurat?
12) Mana yang lebih nyaman lilit atau kerudung biasa?
B. Pedoman Observasi
1. Kondisi lingkungan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
147
2. Kondisi staf, karyawan, guru dan santri Perguruan Diniyyah Puteri Padang
Panjang.
3. Cara penggunaan lilit di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
4. Penggunaan lilit di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sebagai
pakaian penutup aurat.
C. Pedoman Dokumentasi
1. Lingkungan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, baik sekolah
maupun asrama.
2. Gambaran santri, guru, karyawan dan staf Perguruan Diniyyah Puteri
Padang Panjang
3. Praktik penggunaan lilit di Perguruan Diniyyah Puteri sebagai pakaian
penutup aurat.
4. Ruang Galeri Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.
5. Dokumen-dokumen terkait tema penelitian, brosur perguruan, web pondok
pesantren dan video profil Perguruan Diniyyah Puteri yang terbaru.
148
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Fauziah Fauzan SE.,Akt,M.Si
Alamat : Padang Panjang
Jabatan : Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
2. Nama : Fauzi Fauzan, Lc, S.Fil.I
Alamat : Padang Panjang
Jabatan : Kepala Departemen SDM, Rumah Tangga dan DRC
3. Nama : Dalius Djamal
Alamat : Padang Panjang
Jabatan : Murid Rahmah El Yunusiyah dan Guru Diniyyah Puteri
4. Nama : Erwita Dewiyani, S.Pd.I
Alamat : Padang Panjang
Jabatan : Kepala Asrama Perguruan Diniyyah Puteri
5. Nama : Ade Suyenti
Alamat : Padang Panjang
Jabatan : Guru MA.KMI Perguruan Diniyyah Puteri
6. Nama : Dra. Yasmaida
Alamat : Padang Panjang
Jabatan : Guru MA.KMI Perguruan Diniyyah Puteri
7. Nama : Resminarti S.P.
Alamat : Pekan Baru, Riau
149
Jabatan : Kepala Diniyyah Tahfidzul Qur’an
8. Nama : Fena
Alamat : Padang Panjang
Jabatan : Staf Public Relation Perguruan Diniyyah Puteri
9. Nama : Rahma Savira
Alamat : Bukittinggi
Kelas : XI STT
10. Nama : Sherly Devani
Alamat : Padang Panjang
Sebagai : Alumni Perguruan Diniyyah Puteri
11. Nama : Nidaul Fadhilah
Alamat : Padang Panjang
Sebagai : Alumni Perguruan Diniyyah Puteri
12. Nama : Mayola Andika
Alamat : Padang Panjang
Sebagai\ : Alumni Perguruan Diniyyah Puteri
13. Nama : Nabila Imamah Izazi
Alamat : Pekan Baru, Riau
Sebagai : Alumni Perguruan Diniyyah Puteri
154
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Diniyyah Puteri Tempo Dulu
155
Lingkungan Sekolah Perguruan Diniyyah Puteri
Asrama Perguruan Diniyyah Puteri
156
Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri
Rahmah El Yunusiyyah Isnaniah Shaleh
Husainah Nurdin Dra. Dzikra
157
Fauziah Fauzan SE.,Akt,M.Si
Seragam Resmi Perguruan Diniyyah Puteri
158
Lilit Diniyyah Puteri
Lilit Pesantren Lainnya
159
JENIS-JENIS JILBAB
Jilbab Instan
Jilbab Pashmina
160
Jilbab Segi Empat
Cadar
Lilit
161
CURRICULUM VITAE
Nama : Ezi Fadilla
NIM : 113531166
Jurusan / Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
TTL : Sungai Tanang, 17 Desember 1994
E-Mail : [email protected]
Facebook : Ezi Fadilla
Motto : Do your best and always be better.
Orang Tua : Zambri (Ayah)
Yefri Yenni (Ibu)
Alamat asal : Sungai Tanang, Kec. Banuhampu, Kab. Agam,
Sumatera Barat.
Alamat di Yogyakarta : Ma’had Putri An-Najwah, Perum Boko Permata Ari B1
No.11, RT. 05, RW. 30, Jobohan, Desa Bokoharjo, Kec.
Prambanan, Kab. Sleman, Yogyakarta.
Pendidikan : TK Aisiyah Sungai Tanang (2000 – 2001)
SDN 02 Sungai Tanang (2001 – 2007)
MTs Diniyyah Puteri Pdg. Panjang (2007 – 2010)
MA.KMI Diniyyah Puteri Pdg. Panjang (2010 – 2013)
Pengalaman Organisasi :
- Sekretaris Departemen Kominfo CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
(Periode 2014 – 2015)
- Bendahara Umum CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Periode 2015 –
2016)
- Pengurus Pondok Pesantren An-Najwah (Periode 2014 – 2015)
Karya Ilmiah :
- Menyikapi Pluralisme Agama Perspektif Al-Qur’an