Upload
dwi
View
37
Download
27
Embed Size (px)
Citation preview
RESPONSI ILMU PENYAKIT BEDAH
Pembimbing : dr. Amiril Mu’minin, Sp.BS
Penyusun : Hendra Setiawan
(2010.04.0.0016)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Rambutan Manukan Jombang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
MRS : 23 Juli 2015
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juli 2015
II. ANAMNESA
a. Keluhan Utama :
Sakit kepala pada bagian kiri.
b. Keluhan Tambahan :
Penglihatan kabur
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala pada bagian kiri. Sakit
kepala dirasakan sudah sejak sekitar 2 tahun sebelum MRS, sakit kepala
cekot-cekot timbul sepanjang hari dan berkurang bila pasien minum obat.
Sakit kepala semakin lama dirasakan semakin berat dalam dua tahun ini,
pasien juga mengeluh penglihatannya rabun sejak dua bulan ini dan
semakin memburuk satu bulan belakangan. Pasien sempat datang ke RS...
Mojokerto, oleh dokter diberi obat tetapi keluhan tidak mereda. TERJADI
KETIKA APA?, mengeluh nyeri pada pinggang menjalar ke tungkai kiri.
1
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Hipertensi : disangkal
- Stroke : disangkal
- Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat trauma dan kecelakaan : disangkal
- Riwayat tumor : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada keluarga yang pernah memiliki keluhan seperti penderita
- Hipertensi : disangkal
- Diabetes Melitus : disangkal
e. Riwayat alergi obat : disangkal.
d. Riwayat penggunaan obat : Parasetamol, obat tetes mata (thymol)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :Tampak Sakit Berat
Kesadaran : Compos Mentis GCS : 4-5-6
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit reguler
RR : 20x/menit
2
Suhu : 36,5º C axiller
* Status Generalis
- Kepala :
Bentuk kepala normal
Mata : Conjungtiva Anemis (-)
Sklera Ikterus (-)
Bola mata normal, exopthalmus (-) , strabismus (-)
Pupil: bulat an isokhor diameter 6 mm /4mm,RC
+/+
- Hidung : Bentuk normal
sekret (-)
perdarahan (-)
- Telinga : Bentuk normal
Sekret (-)
- Mulut : Lidah kotor (-)
Pharyng hiperemis (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-)
- Pembesaran Tyroid (-)
- JVP (-)
- Deviasi Trakea (-)
- Thorax :
A. Paru
- Inspeksi : Gerak nafas simetris
- Palpasi : Gerak nafas simetris, fremitus raba simetris
- Perkusi : Sonor pada kedua Hemithorax
- Aukultasi : Suara nafas vesikuler, Rh - /- Wz -/-
B. Jantung
- Ispeksi : Ictus cordis tak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V MCL sin
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Aukultasi : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen :
3
- Inspeksi : Datar simetris
- Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba pembesaran
- Perkusi : Tympani
- Aukultasi : Bising Usus (+), Normal
- Extremitas : Atas dan Bawah
- Akral Hangat : + / +
- Oedema : - / -
Status Neurologis
- GCS : 4-5-6
Nervus Uraian Kanan kiri
N III, IV, VI
N. Oculomotorius
N. Trochlearis
N. Abduscen
(pemeriksaan dengan
menggunakan
perintah)
Kedudukan bola mata
Pergerakan bola mata ke medial
Pergerakan bola mata ke lateral
Pergerakan bola mata ke superior
Pergerakan bola mata ke inferior
Pergerakan bola mata ke medial
superior
Pergerakan bola mata ke medial
inferiror
Exopthalmus
Ptosis
Pupil : bentuk
Tepi
Diameter
Reflex cahaya langsung
Reflex cahaya tidak langsung
Reaksi Konvergensi
Waktu Diam:
- Kerutan dahi
ditengah
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
-
-
bulat
rata
3 mm
+
+
+
ditengah
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
-
-
bulat
rata
3 mm
+
+
+
4
N VII
N. Facialis
N IX, X
N.Glosopharingeus
N. Vagus
N XII
N. Hypoglosus
- Tinggi alis
- Sudut mata
- Lipatan nasolabial
- Sudut mulut
Waktu gerak :
- Mengerutkan dahi
- Mengangkat alis
- Menutup mata
- Mecucu
- Meringis
- Tersenyum
Kedudukan Ulvula
Saat berfonasi
Kedudukan lidah saat diam
Kedudukan lidah saat dijulurkan
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
ditengah
(dbn)
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
ditengah
(dbn)
dbn
Meningeal Sign :
- Kaku kuduk :-
- Brudzinky I, II : -
5
- Kernig sign : -
Reflex Fisiologis :
- BPR : +2 / +2
- TPR : +2 / +2
- KPR : +2 / +2
- APR : +2 / +2
Reflex Patologis :
- Babinsky : - / -
- Chaddock : - / -
- Hoffman : - / -
- Tromner : - / -
Tes Laseque : -/ -
Tes Reverse Laseque :-/-
Tes Patrick : -/-
Tes ContraPatrick : -/-
Tes Sicard : -/-
Tes Bagard : -/-
Sistem Motorik :
- Extremitas atas : 5 / 5
- Extremitas bawah : 5 / 4
Fungsi motorik
Otot Fungsi Inervasi Kondisi pada
pasien
D S
Hamstring knee flexion L5,S1,S2 DBN DBN
Quadricep Femoris knee extension L2,L3 DBN ↓
Tibialis Anterior Dorsoflexi L4, L5
DBN ↓
Gastrocnemius Plantar Flexi S1, S2 DBN ↓
6
Tibialis Posterior Inverse L4 DBN DBN
Peroneous longus dan
brevis
Eversi L5 DBN DBN
Extensor Halucis Longus
dan Digitorum brevis
dorsoflexi ibu
jari
L5, S1 DBN DBN
Sistem Sensorik
- Rasa Nyeri
Dermatom L2 : DBN / DBN
Dermatom L3 : DBN / DBN
Dermatom L4 :DBN / DBN
Dermatom L5 : DBN / DBN
Dermatom S1 : DBN/ DBN
- Rasa Raba
Dermatom L2 : DBN / DBN
Dermatom L3 : DBN / DBN
Dermatom L4 : DBN / ↓
7
Dermatom L5 : DBN / ↓
Drematom S1 : DBN/ ↓
- Gerak Posisi : dbn/ dbn
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 16 April 2015
Pemeriksaan Laboratorium (DL)
- WBC : 15600 /ul (↑)
- RBC : 4.56 x 106 /ul (H)
- HB : 13,2 g/dL(N)
- HCT : 39.2% (N)
- PLT : 337000/ul (N)
Kimia Klinik:
- SGOT : 12 U/L (N)
- SGPT : 17 U/L (N)
- Glukosa : 129 mg/dl (↑)
- Glu 2JPP : 132 mg/dl (N)
- BUN :14 mg/dl (N)
- Creat : 1.1 mg/dl (N)
Elektrolit
- Na : 135,4 (N)
- K :3.82 (N)
- Cl : 103.9(N)
8
Foto Lumbosacral AP / Lateral (25 Maret 2015)
- Tampak retrolistesis gr I corpus vertebra L3 terhadap L4 dan L5 terhadap
S1
- Trabekulasi tulang (-)
- Lipping proses pada corpus vertebra L2,L3,L4,L5
- Pedikel dan diskus normal
9
Kesan : Spondyloretrolisthesis gr I corpus vertebra L3 terhadap L4 dan L5
terhadap S1
Spondilosis Lumbalis
Foto Dinamik Lumbosacral (7 April 2015)
PosisiStandart
- Tak tampak adanya listhesis, tampak kompresi corpus vertebra L4, lipping
proses (+) pada L1-L5, diskus normal
10
Posisi Fleksi dan Ekstensi
- Listhesis (-)
Kesan
- Spondylolisthesis (-)
- Spondylosis Lumbalis
- Kompresi corpus vertebra L4 kesan oleh karena proses degeneratif
11
Pemeriksaan MRI Lumbosacral irisan axial ,sagital T1W dan
T2W,FATSAT tanpa kontras menunjukkan ( 30 Maret 2015) :
12
13
14
HASIL MRI :
- MR Myelography : Tampak adanya hambatan berat aliran CSF setinggi
L3-4 dan L4-5
- Listhesis (-), kurve melurus. Schmorl’s node di endplate inferior L4 dan
endplate superior L5
- Pada T2W : Tampak perubahan intensitas discus intervertebralis di L2-3,
L3-4, L4-5 dan L5-S1
- Intensitas marrow corpus : Normal
- Lipping di L2, L3, L4 , L5
- L 1-2 : Normal, tak tampak disc herniation
- L2-3 : Bulging disc herniation ringan ke posteromedian dan paramedian
kanan kiri yang menyebabkan penekanan ringan anterior thecal sac dan
foramina neuralis kanan kiri.
- L3-4, L4-5 dan L5-S1 : Bulging disc herniation ke posteromedian dan
paramedian kanan kiri yang menyebabkan penekanan significant anterior
dan thecal sac dan fomina neularis kanan kiri.
- Myelum : Kesan tak tampak kelainan
Kesimpulan :
- Bulging disk herniation L3-4, L4-5 dan L5-S1 ke Posteromedian dan
paramedian kanan kiri yang menyebabkan penekanan significant anterior
thecal sac dan foramina neuralis kanan kiri.
- Bulging disc herniation ringan L2-3 ke posteromedian dan paramedian
kanan kiri yang menyebabkan penekanan ringan anterior thecal sac dan
foramina neuralis kanan kiri
- Schmorl’s node di endplate inferior L4 dan endplate superior L5
- Paralumbal muscle spasme
15
IV. RESUME
Anamnesa :
Penderita seorang Pria berusia 69 tahun, datang dengan keluhan:
- Nyeri pada pinggang menjalar ke tungkai kiri. Nyeri dirasakan sudah sejak
sekitar 1 bulan sebelum MRS. Nyeri terjadi terus-menerus, nyeri terutama
saat membungkuk, nyeri semakin lama dirasakan semakin berat sampai
pasien tidak bisa berjalan dan disertai rasa tebal pada tungkai kiri.
Sebelumnya 5 tahun lalu dan 1 tahun lalu pasien mengeluhkan hal yang
sama, 1 tahun lalu pasien terjatuh dari sepeda motor dan terkena di bagian
panggul kirinya, diberi obat dan ditraksi, kemudian keluhan hilang.
Pemeriksaan Fisik
Reflex Fisiologis :
- APR : +2 / +1
Tes Laseque : -/ +60º
Tes Sicard : +45º/+30º
Tes Bagard : +45º/+50º
Sistem Motorik :
Otot Fungsi Inervasi Kondisi pada
pasien
D S
Hamstring knee flexion L5,S1,S2 DBN DBN
Quadricep Femoris knee extension L2,L3 DBN ↓
Tibialis Anterior Dorsoflexi L4, L5
DBN ↓
Gastrocnemius Plantar Flexi S1, S2 DBN ↓
Tibialis Posterior Inverse L4 DBN DBN
Peroneous longus dan Eversi L5 DBN DBN
16
brevis
Extensor Halucis Longus
dan Digitorum brevis
dorsoflexi ibu
jari
L5, S1 DBN DBN
Sistem Sensorik :
- Rasa Raba
Dermatom L4 : DBN / ↓
Dermatom L5 : DBN / ↓
Drematom S1 : DBN/ ↓
Pemeriksaan Penunjang
MRI :
- Bulging disk herniation L3-4, L4-5 dan L5-S1 ke Posteromedian dan
paramedian kanan kiri yang menyebabkan penekanan significant anterior
thecal sac dan foramina neuralis kanan kiri.
- Bulging disc herniation ringan L2-3 ke posteromedian dan paramedian
kanan kiri yang menyebabkan penekanan ringan anterior thecal sac dan
foramina neuralis kanan kiri
- Schmorl’s node di endplate inferior L4 dan endplate superior L5
- Paralumbal muscle spasme
V. ASSESMENT
- Diagnosa klinis : Isialgia L3-L4, L4-L5, L5-S1 sinistra ,
hipestesia L3-L4, L4-L5, L5-S1 sinistra
- Diagnosa topis : Radiks Vertebra L3-L4, L4-L5, L5- S1 sinistra
- Diagnosa etiologis : Hernia diskus intervertebralis L3-L4, L4-L5,
L5-S1 dan Stenosis Spinalis L3-L4, L4-L5 e.c.
degenerasi diskus intervertebralis
17
VI. PENATALAKSANAAN
Planning Diagnosa
(-)
Planning Terapi
- Operatif
- Laminektomi
- Microdiscectomy
Planning Monitoring
- Kadar Hb post operasi
- Jumlah drain post operasi
- Vital sign post operasi
Planning edukasi
- Latihan menggerakkan ke-2 tungkai bawah setelah operasi
-Hindari mengangkat beban berat
-Mengikuti Fisioterapi setelah operasi
- Rajin kontrol ke poli bedah saraf setelah operasi
VII. LAPORAN OPERASI
Operasi HNP Lumbal tanggal 20 April 2015 :
1. Persiapan : Inform consent, AB profilaksis
2. Posisi pasien : pronasi
3. Disinfeksi dengan alkohol dan betadine
4. Insisi : Linier L1-S2
5. Temuan operasi : regio L3-L4, L4-L5, L5-S1 tampak duramater terjepit
oleh penebalan ligamentum flavum; Diskus L4-L5 tampak menonjol
kanan dan kiri
6. Tindakan Operasi : Dilakukan Laminectomi L4 dan pengangkatan
ligamentum flavum hingga duramater longgar; Dilakukan
mikrodiscectomy pada L4-5 dan L3-4
Diagnosa Post Operasi : Hernia Nucleus Pulposus L3-4, L5-S1
18
VIII. FOLLOW UP
Tanggal 21 April 2015
SOAP
S : Nyeri bekas luka operasi +, kesemutan pada tungkai kiri hilang timbul,
BAK +
O : K.U : tampak sakit ringan
Vital Sign : - BP : 130/ 80 mmHg
- Nadi : 80x / menit, regular
- RR : 18 x / menit
- Suhu : 36,40C axiller
Status Neurologis :
GCS : 4-5-6
Tes Laseque : -/-
Tes Reverse Laseque : -/-
Tes Patrick : -/-
Reflex Fisiologis :
- BPR : +2 / +2
- TPR : +2 / +2
- KPR : +2 / +2
- APR : +2 / +1
Reflex Patologis :
- Babinsky : - / -
- Chaddock : - / -
- Hoffman : - / -
- Tromner : - / -
Sistem Motorik :
- Extremitas atas : 5 / 5
- Extremitas bawah : 5 / 4
Sistem Sensorik :
- Rasa Nyeri : dbn
- Rasa tebal : -/+
19
- Gerak Posisi : dbn
- Rasa Tekan : dbn
Drainase : 20cc
A : Post Operasi Laminectomy H1
- P :- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Inj. Cefoperazone 3 x 1 gr
- Novaldo 3x1
- Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
- Methylprednisolone 3x1
Tanggal 22 April 2015
SOAP
S : Keluhan tetap (nyeri bekas operasi +, kesemutan pada tungkai kiri hilang
timbul). BAK + & BAB +
O : K.U : tampak sakit sedang
Vital Sign : - BP : 130/ 90 mmHg
- Nadi : 78 x / menit
- RR : 18 x / menit
- Suhu : 36,50C
Status Neurologis :
GCS : 4-5-6
Tes Laseque : -/-
Tes Reversed Laseque : -/-
Tes Patrick : -/-
Reflex Fisiologis :
- BPR : +2 / +2
- TPR : +2 / +2
- KPR : +2 / +2
- APR : +2 / +1
Reflex Patologis :
- Babinsky : - / -
20
- Chaddock : - / -
- Hoffman : - / -
- Tromner : - / -
Sistem Motorik :
- Extremitas atas : 5 / 5
- Extremitas bawah : 5 / 4
Sistem Sensorik :
- Rasa tebal : -/+
Drainase : 10cc
A :Post Operasi Laminectomy H2
- P :- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Inj. Cefoperazone 3 x 1 gr
- Novaldo 3x1
- Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
- Methylprednisolone 3x1
Tanggal 23 April 2015
SOAP
S : Nyeri bekas operasi berkurang, kesemutan pada tungkai kiri berkurang,
pasien memakai korset belum berani duduk, BAB+, BAK+
O : K.U : tampak sakit sedang
Vital Sign : - BP : 120/ 80 mmHg
- Nadi : 80x / menit, regular
- RR : 20 x / menit
- Suhu : 36.20C axiller
Status Neurologis :
GCS : 4-5-6
Tes Laseque : -/-
Tes Reverse Laseque : -/-
Tes Patrick : -/-
Reflex Fisiologis :
21
- BPR : +2 / +2
- TPR : +2 / +2
- KPR : +2 / +2
- APR : +2 / +1
Reflex Patologis :
- Babinsky : - / -
- Chaddock : - / -
- Hoffman : - / -
- Tromner : - / -
Sistem Motorik :
- Extremitas atas : 5 / 5
- Extremitas bawah : 5 / 4
Sistem Sensorik :
- Rasa tebal : -/+
Drainase : 5cc
A : Post Operasi laminectomi H+3
P :- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Inj. Cefoperazone 3 x 1 gr
- Novaldo 3x1
- Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
- Methylprednisolone 3x1
Tanggal 24 April 2015
SOAP
S : nyeri - , kesemutan pada tungkai kiri berkurang, memakai korset dan bisa
miring ke kiri dan kanan, BAB+, BAK+
O :K.U : tampak sakit ringan
Vital Sign : - BP : 130/ 80 mmHg
- Nadi : 80 x / menit regular
- RR : 16 x / menit
- Suhu : 360C axiller
22
Status Neurologis :
Sistem Motorik :
- Extremitas bawah : 5 / 4
Sistem Sensorik :
- Rasa tebal : -/+
A : Post Operasi Laminectomi H+4
P :- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Inj. Cefoperazone 3 x 1 gr
- Novaldo 3x1
- Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
- Methylprednisolone 3x1
Tanggal 25 April 2015
SOAP
S : nyeri - , kesemutan berkurang, memakai korset, bisa miring ke kiri dan
kanan dan mencoba duduk, BAB+, BAK+
O :K.U : tampak sakit sedang
Vital Sign : - BP : 120 / 90 mmHg
- Nadi : 86 x / menit regular
- RR : 20 x / menit
- Suhu : 36.40C
Status Neurologis :
GCS : 4-5-6
Tes Laseque : -/-
Tes Reverse Laseque : -/-
Tes Patrick : -/-
Sistem Motorik :
- Extremitas bawah : 5 / 4
Sistem Sensorik :
- Rasa tebal : -/+
A : Post Operasi laminectomi H+5
23
P :- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Inj. Cefoperazone 3 x 1 gr
- Novaldo 3x1
- Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
- Methylprednisolone 3x1
Tanggal 26 April 2015
SOAP
S : nyeri - , kesemutan -, memakai korset, bisa duduk, BAB+, BAK+
O :K.U : tampak sakit sedang
Vital Sign : - BP : 120 / 70 mmHg
- Nadi : 86 x / menit regular
- RR : 20 x / menit
- Suhu : 36.80C
Status Neurologis :
GCS : 4-5-6
Tes Laseque : -/-
Tes Reverse Laseque : -/-
Tes Patrick : -/-
Sistem Motorik :
- Extremitas bawah : 5 / 4
A : Post Operasi laminectomi H+6
P :- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Inj. Cefixim 2x 100mg
- As mef 3x 300mg
- Inj. Radin 2 x 1 tab
- Ketorolac 1x1 tab
24
Tanggal 27 April 2015
SOAP
S : nyeri - , kesemutan - , memakai korset, bisa duduk, BAB+ BAK+
O :K.U : tampak sakit sedang
Vital Sign : - BP : 130 / 90 mmHg
- Nadi : 86 x / menit regular
- RR : 18 x / menit
- Suhu : 370C
Status Neurologis :
GCS : 4-5-6
Tes Laseque : -/-
Tes Reverse Laseque : -/-
Tes Patrick : -/-
Sistem Motorik :
- Extremitas bawah : 5 / 4
A : Post Operasi laminectomi H+7
P :- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Inj. Cefixim 2x 100mg
- As mef 3x 300mg
- Inj. Radin 2 x 1 tab
- Ketorolac 1x1 tab
25
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi dan Fisiologi Vertebra
Secara anatomis, kolumna vertebralis terdiri dari 33 buah
vertebrae, yaitu 7 vertebra servikal, 12 vertebra torakal, 5 lumbal, 5
sakral, dan 4 vertebra koksigeus. Tulang vertebra ini dihubungkan satu
sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan.
Anatomi tulang vertebrae anterior, posterior, dan lateral
26
Kolumna vertebralis merupakan strukur tulang yang kompleks
yang dapat dibagi menjadi bagian anterior, lateral dan posterior.Bagian
anterior terdiri dari serangkaian silinder corpus vertebra yang
dihubungkan oleh discus intervertebralis dan diikat oleh ligamentum
longitudinalis anterior dan posterior.Bagian anterior berfungsi sebagai
penyangga beban. Bagian lateral dipisahkan dari posterior oleh
prosesus artikular di daerah servical dan lumbar dengan prosesus
transversus di daerah thorax. Foramen intervertebralis oval, di balik
corpus dan di antara pedikel, yang terkecil berada di servical dan
thorax atas, dan meningkat secara progresif dalam ukuran di thorax
dan atas daerah lumbal. Foramen intervertebralis lumbosakral (L5 /
S1) adalah yang terkecil dari foramen lumbar. Foramen ini membantu
komunikasi antara lumen kanal tulang belakang dan jaringan lunak
paravertebral, sedangkan bagian posterior terdiri atas permukaan
posterior dari lamina dan proses spinosus, ligamen, dan sendi facet
yang fungsinya sebagai penuntun arah. Korpus vertebra kearah
posterior membentuk canalis vertebralis.
27
Ligamen-ligamen yang terdapat pada vertebrae
Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin
mengecil sehingga pada ruang intervertebra L5-S1 setengah kali dari
lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan
didaerah ini.
Vertebra lumbalis , terdiri dari L1 - L5 , terdiri dari 3 bagian
fungsional yaitu :
1. Corpus vertebra yang berfungsi untuk menyangga berat badan
Corpus vertebra bagian lumbar dibedakan dari corpus vertebra
thorax karena tidak adanya costa.
2. Arcus vertebra berfungsi untuk melindungi elemen saraf.
3. Processus (spinosus dan transversus) yang berfungsi untuk
meningkatkan efisiensi tindakan otot.
28
Lumbar vertebrae
Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama
laindari servikal sampai lumbal/sakral. Diskus ini berfungsi sebagai
penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber). Diskus
intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
1. Lapisan terluar terdiri dari lamela fibro kolagen yang
berjalan menyilang konsentris mengelilingi nukleus
pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai
gulungan per (coiled spring).
2. Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus.
3. Daerah transisi.
Nukleus Pulposus
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari
proteoglikan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang
29
tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nukleus
pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan
tekanan/beban. Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus
berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia
20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan
penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya
kadar air dalam nukleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi
kurang elastis.
Spinal Cord
Spinal cord berasal dari dasar otak, berjalan sepanjang tulang
belakang servikal dan thorax, dan berakhir di bagian bawah tulang
belakang servikal. Oleh karena itu, cedera tulang belakang atau
kerusakan dapat menyertai trauma atau penyakit dari tulang
belakang servikal atau tulang belakang thorax.
Spinal cord tidak berjalan melalui tulang belakang lumbal
(punggung bawah). Setelah spinal cord berhenti di tulang belakang
thorax bagian bawah, nerve root dari lumbal dan sakral menyatu
menjadi kabel seperti "ekor kuda" (cauda equina) dan keluar
melalui tulang belakang
Spinal Nerve
Saraf yang disebut saraf tulang belakang atau akar saraf,
cabang dari sumsum tulang belakang/ spinal cord dan keluar
melalui lubang yang disebut Foramen. Saraf ini membawa
informasi dari sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh, dan dari
tubuh kembali ke otak.
Dekat spinal cord masing-masing spinal nerve bercabang
menjadi dua. Satu, terdiri dari serat sensorik, memasuki spinal cord
melalui radix dorsal; badan selnya terletak di ganglion spinal yang
ada di luar spinal cord. Yang lainnya, terdiri dari serat motorik,
keluar dari spinal cord melalui radix ventral; badan selnya terletak
di daerah tertentu dari spinal cord itu sendiri.
30
Ada empat kelompok utama spinal nerve, yang keluar berbagai
tingkat sumsum tulang belakang.
Saraf servikal "C": untuk gerakan dan sensori lengan, leher dan
badan bagian atas. Juga mengontrol pernapasan.
Saraf Thoracic "T": suplai badan dan perut.
Saraf lumbal "L" dan sacral Saraf "S": (saraf di punggung bawah)
memasok kaki, kandung kemih, usus dan organ seksual.
II. Hernia Diskus Intervertebralis
Ketika diskus berdegenerasi, menjadi kurang lentur karena usia atau
cedera punggung, diskus dapat prolaps - keluar. Hilangnya bantalan
dapat menyebabkan tekanan pada saraf lokal dan menyebabkan nyeri
punggung atau leher, mati rasa atau kesemutan di lengan, atau rasa sakit
terbakar di salah satu atau kedua kaki. Jika prolaps parah dapat merusak
31
spinal cord. Sebagai bagian dari proses penuaan diskus kehilangan
kandungan air yang tinggi dan kemampuan mereka untuk melindungi
tulang belakang. Ini disebut penyakit degenerative diskus. Sebagai
perburukan diskus, tulang belakang awalnya dapat menjadi kurang
stabil. Spur dapat berkembang sebagai hasil dari ketidakstabilan ini dan
dapat menyebabkan tekanan pada saraf di dekatnya yang mengarah ke
kaki atau lengan sakit. Penyempitan saluran saraf oleh bony spur
dikenal sebagai degeneratif spinal stenosis.
Sign & Symptom
Pasien dengan penyakit disc di leher, toraks, atau lumbar tulang
belakang pengalaman gejala bervariasi tergantung di mana letak
herniated disc dan mengenai apa. Berikut ini adalah gejala yang paling
umum dari penyakit lumbar disc:
- Nyeri punggung intermiten atau terus menerus (hal ini dapat
diperburuk oleh gerakan, batuk, bersin, atau berdiri untuk jangka
waktu yang lama)
- Spasme otot punggung
- Linu panggul - nyeri yang dimulai di dekat bagian belakang atau
bokong dan perjalanan ke bawah kaki ke betis atau ke kaki.
- Kelemahan otot di kaki
- Mati rasa di kaki atau kaki
- Refleks menurun pada lutut atau pergelangan kaki
- Perubahan fungsi kandung kemih atau bowel
Dalam kasus yang jarang terjadi, pasien dengan herniations disc
kemungkinan besar mengalami kelemahan dalam ekstremitas atau
tanda-tanda kompresi sumsum tulang belakang seperti kesulitan dengan
gaya berjalan, inkoordinasi, atau hilangnya kontrol usus / kandung
kemih.
32
Patofisiologi
Diskus intervertebralis dapat mengalami perubahan degenerasi, yang
meningkatkan resiko terjadinya resiko herniasi, macam herniasi:
1. intravertebral disc herniation (Schmorl's node)
2. intradural disc herniation
3. Limbus fracture : trauma dari segmen tulang dari vertebral ring
apophysis pada perlekatan anulus (HNP)
III. Intravertebral Disc Herniation
Disebut juga Schmorl’s node. Herniasi melalui endplate tulang rawan
menjadi corpus vertebra (intra spongious herniasi). Sering ditemukan
tidak sengaja pada xray atau MRI. Dapat menghasilkan nyeri pinggang
awalnya yang berlangsung 3-4 bulan setelah onset. perpindahan difus
(sebagaimana dapat dilihat pada osteoporosis) kadang-kadang disebut
sebagai disc balon.
Temuan Klinis
Selama fase akut, pasien mungkin mengalami LBP yang diperburuk
oleh berat badan dan gerakan. Mungkin ada nyeri pada perkusi atau
kompresi manual atas segmen yang terlibat.
IV. Intradural Disc Herniation
Herniasi dari fragmen diskus ke dalam thecal sac, atau ke nerve root
(intraradikular herniasi). Meskipun dapat diketahui dengan
myelography atau MRI, diagnosis jarang dibuat sebelum operasi .
biasanya saat operasi, ada penekanan massa ke dalam nerve root.
V. Hernia Nucleus Pulposus
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah Degenerasi Disc yang
menyebabkan robeknya annulus fibrosis, mungkin disebabkan oleh
trauma atau beban mekanik yang berlebih. Prolaps disc akut terjadi
ketika herniasi soft nukleus melalui robekan annulus yang
33
menyebabkan iritasi dan atau kompresi sabut saraf yang berdekatan.
Fragmen bebas dari nukleus pulposus mungkin berada di atas atau di
bawah level disc space. Herniasi biasanya terjadi posterolateral, tapi
bisa terjadi sentral, mengkompresi cauda equina. (lindsay)
Epidemiologi
Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering
terjadi pada pria dan wanita dewasa dengan insiden puncak pada
dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini banyak terjadi pada individu
dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP
pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun dan
lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering
terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-
60 tahun dan angka kejadian pada wanita dan pria sama.
Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar
HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal
hanya sekitar 20% dari insiden HNP. HNP servikal paling sering
terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada daerah servikal
dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat
jarang ditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus
T9-T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis
posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka
protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral, dengan
kompresi radiks saraf.
Etiologi
Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
Spinal stenosis.
Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
Pembentukan osteophyte.
34
Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan
annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas
sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus
Patofisiologi Hernia Nucleus Pulposus
Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara
kedua tulang vertebra, dilingkari oleh annulus fibrosus yang terdiri dari
fibrokartilago dimana di dalamnya terdapat substansi setengah cair.
Nukleus pulposus terdiri atas jaringan kolagen yang hiperhidrasi,
memiliki kandungan air tinggi, yang berkurang dengan bertambahnya
usia. Pengurangan ini meningkat saat usia pertengahan yang
menyebabkan penurunan volume diskus. Pada saat yang sama, terjadi
penurunan elastisitas dari anulus fibrosus, yang memfasilitasi robekan
dari anulus dalam tekanan yang tidak terduga. Herniasi terjadi oleh
karena adanya degenerasi atau trauma pada annulus fibrosus yang
menyebabkan protusi dari nukleus pulposus.
Herniasi dapat terjadi pada daerah kostolateral yang menyebabkan
ligamentum longitudinal posterior tergeser dan menekan akar saraf
yang keluar sehingga menyebabkan gejala skiatika.
Herniasi dapat juga ke arah posterior yang hanya menyebabkan
gejala nyeri punggung bawah. Kelainan ini jarang menimbulkan
kompresi.
Herniasi dapat pula terjadi ke atas atau ke bawah melalui lempeng
tulang rawan korpus vertebra membentuk nodus Schmorl.
Kompresi akut pada saraf menyebabkan terjadinya disfungsi.
Kompresi pada saraf motorik menyebabkan kelemahan (parese),
sedangkan kompresi pada syaraf sensoris menyebakan numbness.
35
Grading Herniasi Nucleus Pulposus
1. Disc
Degeneration: perubahan kimia sehubungan dengan proses usia
menyebabkan diskus melemah, tetapi tanpa herniasi.
2. Prolapse: bentuk atau posisi dari diskus berubah dengan sedikit
penonjolan pada kanalis spinalis. Juga disebut protursi atau
buldging.
3. Extrusion: nukleus pulposus menembus anulus fibrosus tetapi masih
tetap didalam diskus.
4. Sequestration: nukleus pulposus melewati anulus fibrosus dan
terletak di luar diskus pada kanalis spinalis.
Gambaran klinis
Hernia diskus vertebra lumbalis biasanya menyebabkan nyeri
punggung bawah dengan atau tanpa disertai skiatika atau mungkin
hanya berupa nyeri punggung bawah yang bersifat kronik dengan
skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong
sampai ke tungkai bawah.
Penojolan kearah Posterolateral :
Injury: Riwayat jatuh, mengangkat beban berat, biasanya
gejala low back pain mendahului gejala pada tungkai.
Leg pain: Iritasi ataupun kompresi syaraf menimbulkan
rasa nyeri sesuai dengan area yang terkena, dan dapat
menjalar sampai ke bagian tengah betis. Batuk, bersin
ataupun peregangan dapat memicu nyeri pada tungkai.Jika
36
kompresi menyebabkan kerusakan akar syaraf maka rasa nyeri tidak
tampak, namun berkembang menjadi kelemahan.
Gejala Sensoris: Muncul gejala parastesia sesuai dengan distribusi akar
syaraf yang terkena.
Gejala mekanis :
- Tes Lasegue (SLRT) kompresi L5-S1 menyebabkan terbatasnya
pergerakan, dimana elevasi < 60 sudah menimbulkan rasa nyeri
- Dorsofleksi kaki akan membangkitkan nyeri dan elevasi tungkai
yang sehat juga menimbulkan rasa nyeri pada tungkai sisi kontralateral.
- Reversed Leg raising (femoral stretch): Tes untuk iritasi akar
syaraf pada segmen L4 dan diatasnya)
- Defisit Neurologis : tergantung pada akar syaraf yang terkena
L4 : kelemahan pada otot quadriceps,
gangguan sensoris pada bagian medial
betis, hilangnya reflex patella
L5 : kelemahan dorsoflexi pada kaki,
kelemahan ekstensor digitorum longus dan extensor hallucis longus,
gangguan sensori pada bagian dorsum manus
37
S1 : kelemahan pada gerakan plantar flexi , gangguan sensoris pada
aspek lateral kaki dan telapak kaki, gangguan pada reflex Achilles.
Penojolan ke arah Sentral :
Gejala dan tanda herniasi ke arah sentral biasanya bilateral, walaupun
salah satu sisi biasanya menunjukan gejala lebih buruk.
Leg pain: Menjalar dari punggung ke paha
belakang dan pada ke2 sisi (bilateral). Nyeri tidak
muncul bila terdapat kelemahan.
Parastesia: Terjadi pada distribusi yang sama.
Paralisis: Hilangnya sensasi bladder dan urethral
yang disertai dengan adanya retensi urin.
Hilangnya sensasi anal disertai dengan gejala
konstipasi.
Nyeri hebat berhubungan dengan protursi diskus
lateral dapat menghambat mikturisi. Pada kasus ini analgesik kuat dapat
men. Adanya sensasi perineal yang normal mengeliminasi kompresi
radix sebagai penyebab retensi.
Kehilangan sensoris: Meluas pada semua
atau sebagian dari area sakrum (‘saddle’
anastesi) dan memastikan penyebab
neurogenik dari kelainan spingter.
Kehilangan motorik: Biasanya tampak
sebagai drop foot sebagai kehilangan dari
kekuatan dorsifleksor dan plantarfleksor
kedua kaki.
Kehilangan reflex: Reflex achilles biasanya
hilang pada kedua sisi.
38
Diagnosis
1. Foto Polos
Foto polos posisi AP dan Lateral dari vertebra lumbosakral
dapat menunjukkan penyempitan diskus, penyakit degeneratif
maupun kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil
(spondilolistesis). Untuk menyingkirkan kelainan patologis lain
seperti karsinoma metastase.
2. MRI
MRI merupakan pemeriksaan pilihan utama. Gambaran
melintang dan longitudinal pada level tertentu akan menunjukkan
penyakit diskus.
3. Scanning tulang
Dapat mendeteksi protursi diskus dan menunjukkan sejauh
mana kompresi saraf. CT-Scan dapat dengan jelas menunjukkan
hipertrofi dari sendi facet dan diameter canalis spinalis.
39
Diagnosis Banding
1. Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebospinalis
yang berprotein tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan
menggunakan myelografi.
2. Spondylolithesis
Spondylolithesis adalah kelainan yang disebabkan perpindahan ke
depan (masuk; tergelincir) satu corpus vertebra terhadap vertebra di
bawahnya. Tersering L 4-5.
3. Spondylosis
Spondylosis adalah kelainan degeneratif yang menyebabkan
hilangnya struktur dan fungsi normal spinal. Walaupun peran
proses penuaan adalah penyebab utama, lokasi dan percepatan
degeneratif bersifat individual. Proses degeneratif pada regio
servikal, thoraks, atau lumbal dapat mempengaruhi diskus
intervertebral dan sendi facet.
4. Artritis.
5. Anomali kolumna spinalis.
Management
a. Protusi Diskus Postrolateral
Terapi Konservatif :
- Analgesik
- Menghindari mengangkat beban berat
- Istirahat dengan menggunakan alas yang keras
Indikasi Operasi :
- Nyeri yang parah,yang tidak mengalami remisi dengan
pengobatan konservatif
- Serangan nyeri yang berulang sehingga menyebabkan
keterbatasan dalam pekerjaan
- Adanya defisit neurologis tanpa remisi dari nyeri
40
Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina
vertebralis, dapat dilakukan sebagai dekompresi terhadap radiks
spinalis yang tertekan atau terjepit oleh protursi nukleus pulposus
Disecectomy
Pada discectomy, sebagian dari diskus intervertebralis
diangkat untuk mengurangi tekanan terhadap saraf. Discectomy
dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan
general anasthesia. Hanya sekitar 2-3 hari tinggal di rumah sakit.
Akan dianjurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi
untuk mengurangi resiko pengumpulan darah, untuk sembuh total
memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dati satu diskus yang
harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus.
Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
41
Microdiscecetomy
Pilihan operasi lainnya meliputi microdiscectomy, prosedur
memindahkan fragmen dari diskus yang ternukleasi melalui irisan
yang sangat kecil dengan menggunakan ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi
gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif
discetomy pada kasus-kasus tertentu.
Tehnik operasi :
Percutaneus prosedur :
Meliputi beberapa tehnik dengan tujuan untuk mendekompresi
diskus intervertebralis dengan cara membuang nucleus pulposus
melalui aspirasi (automated percutaneus discectomy), terapi laser
(laser discectomy) atau melalui energy radiofrekuensi (coblation).
Meskipun semua tehnik menunjukkan perbaikan gejala, namun
tidak ada yang seefektif microdistektomi(1)
Prosthetic Intervertebral disc Replacement :
Melalui jalan abdomen, diskus yang menonjol dibuang
digantikan dengan artificial disk.(1)
Lumbar Fusion
42
b.. Protusi Diskus Sentral
Kompresi diskus kearah sentral menekan kauda equina
membutukan terapi urgent (segera) terutama jika gejalanya memburuk
dalam 24-48 jam. Jika gejalanya berkembang menjadi retensi urin
tanpa rasa nyeri disertai dengan inkontinensia yang berlebihan, maka
outcomenya buruk dan tindakan operatif juga tidak terlalu
berpengaruh. Pada protursi sentral dibutuhkan laminectomi 2 level
untuk mencegah kerusakan akar syaraf. Setelah diskus dibuang,
penyembuhan dapat mencapai hingga dua tahun.Walaupun fungsi
kandung kemih dapat kembali normal namun kelainan fungsi sexual
tetap ada.
VI. Spinal stenosis
Diklasifikasikan sebagai:
1. stenosis kanal sentral: penyempitan dimensi AP dari kanalis spinalis.
Pengurangan ukuran kanal dapat menyebabkan kompresi saraf lokal dan /
atau pengurangan suplai darah ke sumsum tulang belakang (cervical)
atau cauda equina (lumbal)
2. foraminal stenosis: penyempitan neural foramen. Mungkin hasil dari
setiap Kombinasi dari : protusi diskus foramina, spondylolisthesis,
hipertrofi facet, Kolaps disc space, hipertrofi sendi uncovertebral
(cervical), kista synovial.
Lumbal Spinal Stenosis
Disebabkan oleh hipertrofi facet dan hipertrofi ligamentum flavum, dapat
diperburuk oleh bulging disc atau spondylolisthesis, atau penyempitan
congenital
• Paling umum di L4-5 dan kemudian pada L3-4
43
• Gejala stenosis muncul nyeri kaki dan pinggang yang progresif secara
bertahap saat berdiri dan berjalan dan menghilang dengan duduk atau
berbaring (klaudikasio neurogenik)
Dapat diklasifikasikan sebagai:
1. bentuk stabil dari lumbar spinal stenosis: hipertrofi dari aspek dan
ligamentum flavum disertai dengan degenerasi dan kolaps diskus
2. tidak stabil: hipertrofi dari aspek dan ligamentum flavum disertai
dengan degenerasi dan kolaps diskus dan superimposed dengan
A. spondylolisthesis degeneratif: bentuk unisegmental
B. degeneratif scoliosis: bentuk multisegmental
Presentasi klinis
Nyeri mungkin bukan keluhan utama, sebaliknya, beberapa pasien dapat
mengeluh parestesia atau kelemahan dengan berjalan kaki. Beberapa
mungkin mengeluh kram otot
Hilang dari gejala:
Terjadi dengan posisi yang mengurangi lordosis lumbal dengan
meningkatkan diameter kanal sentral (dengan mengurangi tekukan dari
ligamentum flavum) dan mengalihkan perhatian sendi facet (yang
membesar foramen neural).
Posisi yang disukai termasuk duduk, jongkok. Pasien dapat menunjukkan
postur “antropoid” (fleksi pinggang berlebihan), "tanda keranjang Belanja”
pasien sering dapat berjalan lebih jauh jika mereka dapat bersandar ke depan
misalnya seperti pada keranjang belanja. Naik sepeda sering juga bisa
ditoleransi.
Pemeriksaan Khusus
1. X-ray Lumbosakral: dapat menunjukkan spondylolisthesis. Diameter AP
kanal biasanya menyempit.
2. CT scan : CT juga menunjukkan diameter kanal AP, hipertrofik ligamen,
facet arthropathy, dan bulging anulus atau herniated disc.
44
CT sulit untuk menunjukkan spondylolisthesis meskipun defect dapat
dilihat.
3. Myelogram: film lateral sering menunjukkan "washboard pattern"
(multiple anterior defect), Film AP sering menunjukkan "wasp waisting"
(penyempitan dye colomn), juga dapat menunjukkan blok parsial atau
lengkap (terutama di posisi rawan). Mungkin sulit untuk melakukan LP
jika stenosis parah (kurangnya aliran CSF dan kesulitan menghindari
nerve root).
4. MRI: menunjukkan struktur saraf dan hilangnya CSF pada tingkat parah
stenosis. MRI sulit untuk memvisualisasikan tulang yang memberikan
kontribusi signifikan (mungkin berguna untuk perencanaan bedah). Baik
untuk mengevaluasi saraf karena spondylolisthesis (mungkin lebih baik
daripada myelogram / CT) dan kista juxtafacet.
Terapi
Non Pembedahan
- Terapi fisik
- NSAID
- Acetaminopen
Pembedahan dilakukan bila gejala menjadi parah meskipun sudah diberi
obat. Tujuan dari operasi adalah menghilangkan rasa sakit, menghentikan
perkembangan gejala, dan mungkin mengembalikan beberapa defisit
neurologis yang ada.
Pembedahan
1. Laminektomi: dekompresi posterior central kanal dan neural foramina
tanpa atau dengan fusi.
Pilihan Fusion:
A. fusi posterolateral ± sekrup fiksasi gagang bunga / batang
B. interbody fusion: umumnya tidak berdiri sendiri biasanya
membutuhkan stabilisasi tambahan, meliputi: sekrup pedicle, sekrup
facet, penjepit prosesus spinosus
45
1. posterior interbody lumbar fusion (PLIF): biasanya bilateral graft
2. transforaminal lumbar interbody fusi (TLIF): unilateral graft
2. Prosedur untuk menambah tinggi ruang diskus dan secara tidak langsung
dekompresi neural foramina tanpa dekompresi langsung.
A. anterior lumbar interbody fusion (ALIF): melalui laparotomi
B. lumbar lateral interbody fusion: beberapa teknik dikenal sebagai
ekstrim lateral interbody fusi (TLIF) atau direct lateral (DLIF)
C. aksial lumbar interbody fusion (Ax-LIF): L5-S1 saja
3. Pembatasan extensi dengan interspinous spacer
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Lindsay, Kenneth W. Neurology and neurosurgery illustrated. 5th
edition, Elsevier, 2010.
2. Encyclopædia Britannica, Inc. 2015. Spinal Nerve.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/560071/spinal-nerve
3. Greenberg, Mark S. 2010. Handbook of Neurosurgery. 7th edition
4. Mark R Foster. http://emedicine.medscape.com/article/1263961-
overview . Hernia nucleus pulposus
5. Van de graff, Human Anatomy The McGraw- Hill companies sixth
edition 2001.
6. http://www.centrew.com/abc/images/LowerBackAnatomy.jpg
7. Standring, Susan. 2008. Gray’s anatomy. 39th edition. Elsevier
8. Spinal cord Anatomy. 2013.
http://www.apparelyzed.com/spinalcord.html
9. Spinal Cord and Spinal Nerve Roots.
http://www.spine-health.com/conditions/spine-anatomy/spinal-cord-and-spinal-
nerve-roots
47