Upload
eko-agustian
View
44
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengantar Manajemen
Citation preview
PEMBAHASAN
1.1 Bentuk-bentuk Struktur Organisasi
Berdasarkan pola hubungan kerja dan aktivitas, wewenang serta tanggungjawab,
maka bentuk-bentuk organisasi dibedakan sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi Lini
Organisasi bentuk garis di ciptakan oleh Henry Fayol. Pada struktur
organisasi ini, wewenang dari atasan disalurkan secara vertikal kepada bawahan.
Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara langsung di
tujukan kepada ataan yang memberi perintah. Umumnya organisasi yang
memakai struktur ini adalah organisasi yang masih kecil, jumlah karyawannya
sedikit dan spesialisasi kerjanya masih sederhana
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Lini
Ciri-Ciri:
Kesatuan perintah terjamin;
Pembagian kerja jelas dan mudah dilaksanakan;
Organisasi tergantung pada satu pimpinan
2. Struktur Organisasi Fungsional
Struktur organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor. Struktur
ini berawal dari konsep adanya pimpinan yang tidak mempunyai bawahan
yang jelas dan setiap atasan mempunyai wewenang memberi perintah kepada
setiap bawahan, sepanjang ada hubunganya dengan fungsi atasan tersebut.
Setiap pegawai mempunyai pengawas lebih dari satu orang atasan yang
berberda-beda.
1
Kabag KabagKabag Kabag Kabag
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Fungsional
Ciri-Ciri Struktur organisasi fungsional :
Tidak menjamin adanya kesatuan perintah
Keahlian para pengawas dan pegawai berkembang menuju spesialisasi
Penghematan waktu dapat dilakukan karena mengerjakan pekerjaan yang
sama
3. Departementalisasi
Departementalisasi adalah pengelompokan pekerjaan menjadi departemen
aktivitas pekerjaan yang serupa secara logis berhubungan., oleh karena itu
merupakan hasil keputusan manajer tentantg aktivitas tadi dibagi-bagi
menjadi tugas atau secara jelasnya adalah Proses pengelompokkan dan
penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.
A. Departementalisasi Berdasarkan Produk
Maksudnya perusahaan akan mengelompokan departemen sesuai dengan
kelompok produk yang dihasilkan misalkannya pembagian departeman
barang untuk mengurusi produksi produk berupa barang dan departemen
jasa untuk menangani produk yang berupa jasa.
Gambar 1.3 Departementalisasi Berdasarkan Produk
2
B. Departementalisasi Berdasarkan Area
Maksudnya pembagian departeman berdasarkan lokasi penjualan produk
misalnya departemen yang mengawasi di jawa dan Bali, di Kalimantan
maupun di Sumatara.
Gambar 1.4 Departementalisasi Berdasarkan Area
4. Matrix Organization ( Organisasi Matrix )
Organisasi Matrix merupakan peleburan dari kedua tipe organisasi
diatas. Organisasi Matrix mencari keseimbangan antara operasional /
administrasi dan proyek. Contohnya adalah seorang manajer proyek
yang ingin mengerjakan proyek inventory. Tim proyek akan terdiri dari
bagian purchasing dan finance.
Organisasi Matrix mempunyai tiga buah sub Organisasi berdasarkan
kekuatan manajer proyek dan manajer fungsional.
Keuntungan yang diberikan tipe organisasi matrix adalah pemanfaatan
sumber daya manusia yang efisien, anggota tim mempunyai pekerjaan
operasional tetap setelah proyek selesai, sharing pengetahuan antar divisi
yang lebih baik dari pada tipe fungsional, dan adanya keterlibatan stakeholder
yang kuat.
Kekurangan yang dapat muncul adalah dengan adanya dua buah atasan,
karyawan bawah harus melapor pada dua atasan dan hal ini dapat
membingungkan. Atasan-atasan dapat memperebutkan karyawan sehingga
membingungkan mereka dalam membuat prioritas kerja dan memahami
perannya. Prosedur komunikasi dan pemanfaatan sumber daya harus ada dan
jelas untuk menghindari kekacauan ini.
3
Gambar 1.5 Struktur Organisasi Matriks
5. Struktur Organisasi Konglomerasi
Struktur konglomerasi adalah varian struktur divisional yang diatur menurut
produknya. Biasanya terdiri dari perusahaan (firm) terpisah yang memiliki
produk yang berbeda dalam pasar yang juga berbeda tapi beroperasi bersama-
sama dibawah satu payung perusahaan (korporasi). Divisinya masing-masing
independen tetapi berkontribusi dan tergantung kepada kantor pusat dalam
hal sumber finansial dan perencanaan korporasinya (Grifiifn, 2006).
Gambar 1.6 Struktur Organisasi PT. Astra Honda Motor
Keuntungan Struktur Organisasi Konglomerasi (Robbins.2008), antara lain:
Pembatasan liability,
Adanya otonomi untuk divisi yang beragam
Resiko disebar dibanyak segmen pasar.
Mempunyai perusahaan yang bidang usahanya dari hilir
4
Kelemahan Struktur Organisasi Konglomerasi (Robbins.2008), antara lain:
Struktur konglomerasi diturunkan dari beratnya bobot legal dan orientasi
finansial.
Untuk menjaga keuntungan dari sisi legal korporasi tidak dapat dengan
mudah membangun divisi untuk membangun operasi atau sinergi pemasaran.
Orientasi invesmen pada level korporasi dapat dengan mudah mencegah
manajemen puncak dari pemahaman/pengetahuan masalah ditingkat divisi
selain dari urusan finansial.
Adanya kemungkinan untuk menjual divisi bermasalah mendorong
berlangsungnya orientasi strategik jangka pendek yang hanya tertarik dengan
siklus finansial tahunan.
Peluang tidak dapat diraih dengan cepat karena harus mendapat persetujuan
dari pimpinan pusat korporasi terlebih dahulu.
6. Struktur Organisasi Hybrid
Dalam organisasi hibrida (hybrid organization), bauran dari bentuk-
bentuk organisasi digunakan pada tingkat puncak dan bisa atau tidak ada
tingkatan yang lebih rendah. Organisasi hibrida itu sendiri adalah struktur
yang diorganisasikan berdasarkan lebih dari satu dimensi pada tingkatan
puncak. Kombinasi semacam itu sering kali merupakan hasil dari perusahaan
yang diorganisasikan secara regional yang telah memproduksi lini produk
baru dan berbeda sehingga manajemen yakin bahwa hal itu paling baik
ditangani oleh devisi produk tingkat dunia.
Gambar 1.7 Struktur Organisasasi Hybrid
2.1 Kepemimpinan
5
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepadapengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara
alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan
praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam
hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.
2.1.1 Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:
1. Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga
mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan
pengikutnya timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin
dianggap mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan Yang Maha
Kuasa.
2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa.
b. bersikap terlalu melindungi.
c. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan.
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya.
b. Pemimpin bertindak sebagai dictator.
c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.
4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:
a. menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku.
b. lebih banyak menggunakan system perintah.
c. menghendaki keputusan mutlak dari bawahan.
d. Formalitas yang berlebih-lebihan.
e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan.
6
f. Sifat komunikasi hanya sepihak
5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat
koordinasi pekerjaan dari semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi
menghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap
anggota kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam
akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan,
disiplin.
2.1.2 Pemimpin yang ideal menurut Islam
Dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki
sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya,
yakni sebagai berikut:
1. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
2. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
3. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
4. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan
mengimplementasikannya.
Dalam QS An-Nisa: 135, Allah Swt berfirman :
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin,
Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan. (QS An-Nisa:135).
3.1 Teori Motivasi
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan
memelihara perilaku manusia., dan merupakan suatu proses untuk mencoba
7
mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Seorang
karyawan mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan baik,
mungkin pula tidak. Maka dari itu hal tersebut merupakan salah satu tugas dari
seorang pimpinan untuk bias memberikan motivasi (dorongan) kepada bawahannya
agar bias bekerja sesuai dengan arahan yang diberikan.
A. Content Theory
Content theory berkaitan dengan beberapa nama seperti Maslow, Mc, Gregor,
Herzberg, Atkinson dan McCelland.
1. Teori Hierarki Kebutuhan
Maslow (1943) mengemukakan teori motivasi yang dinamakan
Maslow's Need Hierarchy Theory/ A Theory of Human Motiation atau Teori
Hierarki Kebutuhan dari Maslow. Hierarki kebutuhan dari Maslow ini
diilhami oleh Human Science Theory dari Elton Mayo.
Hierarki kebutuhan mengikuti teori jamak yakni seseorang
berperilaku/bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-
macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan
seseorang itu berjenjang. Artinya, jika kebutuhan yang pertama telah
terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua aakan muncul menjadi yang utama.
Selanjutnya jika kebutuhan tingakt kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan
tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingakt kebutuhan kelima.
Dasar Teori Hierarki Kebutuhan:
a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu
menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menerus dan hanya akan
berhenti bila akhir hayatnya tiba.
b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi
pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi
motivator.
c. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang/ hierarki,yakni:
1. Physiological Needs (kebutuhan fisik dan biologis).
2. Safety and Security Needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan).
3. Affiliation or Acceptance Needs or Belongingness (kebutuhan
sosial).
8
4. Esteem or Status Needs (kebutuhan akan penghargaan atau prestise).
5. Self Actualization (aktualisasi diri).
2. Teori X dan Teori Y.
Menurut Douglas Mc.Gregor yang seorang psikolog sosial Amerika
yang memimpin suatu varietas proyek riset dalam hal motivasi dan tingkah
laku umum dari anggota organisasi mengemukakan bahwa manusia secara
jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X (teori
tradisional) dan manusia penganut teori Y (teori demokratik).
Menurut teori X ini untuk memotivasi karyawan harus dilakukan
dengan cara pengawasan dengan ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mereka
mau bekerja sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah
cenderung kepada motivasi negative yakni dengan menerapkan hukuman
yang tegas. Tipe kepemimpinan teori X adalah otoriter sedangkan gaya
kepemimpinan berorientasi pada prestasi.
Menurut teori Y ini untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan
dengan cara peningkatan partisipasi karyawan, kerja sama, dan keterikatan
pada keputusan. Mc.Gregor memandang suatu organisasi efektif sebagai
organisasi apabila menggantikan pengawasan dan pengarahan dengan
integrasi dan kerja sama serta karyawan ikut berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
B. Teori Proses (Process Theory)
Teori ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan,
mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu, agar setiap
individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer.
Teori proses yakni :
1. Teori Harapan – Victor Vroom
Teori ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk
bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu
pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan
pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Teori
pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan
tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu
9
penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong
ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi
dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
2. Teori Keadilan
Teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi
oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan, individu
bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi.
C. Reinforcement theory
Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motive atau proses motivasi.
Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa
yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan dating dalam proses
pembelajaran.
4.1 Komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau
infonnasi seseorang ke orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya
berupa kata-kata yang disampaikan seseorang tapi mempunyai
pengertian yang lebih luas seperti ekpresi wajah, intonasi dan sebagainya.
Komunikasi dapat menghubungkan antara bagian yang berbeda atau disebut
rantai pertukaran imformasi. Hal ini mengandung unsur-unsur:
1. sebagai kegiatan untuk seseorang mengerti,
2. sebagai sarana pengendalian imformasi, dan
3. sebagai sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu.
4.1.1 Proses Komunikasi
Cangara mengungkapkan unsur-unsur komunikasi sebagai berikut:
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia sumber bisa terdiri atas
satu orang tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai,
organisasi atau lembaga. Sumber sering juga disebut pengirim, komunikator
atau dalam bahasa inggris disebut Source, Sender.
2. Pesan
10
Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim
kepada penerima, dalam bahasa inggris pesan biasanya disebut message,
content atau information.
3. Media
Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan
dari satu sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai
saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam
bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi panca indera adalah
alat atau media komunikasinya. Sedangkan dalam komunikasi massa media
massa adalah media komunikasinya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima biasanya
disebut khalayak, sasaran, komunikate, audience atau receiver.
5. Efek
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
6. Umpan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik adalah salah satu bentuk dari
pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik
bisa berasal dari unsur lain seperti pesan, dan media meski pesan belum
sampai pada penerima.
Dari pendapat Cangara di atas dapat dipahami bahwa unsur-unsur komunikasi
terdiri dari enam faktor diantaranya : sumber, pesan, media, penerima, efek, dan
umpan balik yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
Pendapat Cangara di atas jika digambarkan seperti bagan di bawah ini :
Gambar 1.7 Unsur-unsur Komunikasi
4.1.2 Hambatan dalam Komunikasi
11
Dalam proses organisasi tidaklah selalu mulus, tentunya akan banyak terjadi
hambatan-hambatan pada perjalanananya. Hambatan yang sering muncul adalah
hambatan komunikasi, karena komunikasi adalah kunci utama dalam kesuksesan
organisasi mengingat banyaknya orang yang terlibat didalammnya. Hambatan
tersebut tentunya bukan menjadi suatu pengganjal dalam organisasi karena semua
hambatan pastinya dapat diselesaikan dengan baik dan tepat. Berikut ini adalah
macam-macam hambatan dalam organisasi yaitu :
1. Hambatan dari Proses Komunikasi yaitu hambatan yang timbul dari
ketidak jelasan informasi yang akan disampaikan.
2. Hambatan Fisik yaitu hambatan yang terjadi akibat ada gangguan cuaca,
gangguan sinyal, dsb.
3. Hambatan Semantik yaitu hambatan yang terjadi akibat pemahaman yang
sedikit mengenai bahasa dan istilah-istilah asing yang digunakan dalam
informasi atau pesan
4. Hambatan Psikologis yaitu hambatan yang berasal dari gangguan kondisi
kejiwaaan dari si pengirim pesan atau penerima pesan sengingga
mengakibatkan informasi tersebut mengalami perubahan
5. Hambatan Manusiawi yaitu hambatan yang terjadi akibat tingkat emosi
manusia yang tidak menentu dalam menyikapi informasi atau pesan
6. Hambatan Organisasional yaitu tingkat hirarkhi, wewenang manajerial
dan spesialisasi yaitu hambatan yang timbul akibat komunikasi dengan
atasan atau bawahan mengalami kendala seperti tingkat pemahaman
terhadap suatu informasi yang berbeda yang mengakibatkan sebuah
hambatan.
7. Hambatan-hambatan Antar Pribadi yaitu hambatan yang timbul antar
pribadi didalam sebuah organisasi, biasanya hambatan ini muncul karena
adanya salah paham antar pribadi yang menyangkut masalah tugas dan
wewenang dari orang yang ada dalam organisasi
Dari berbagai hambatan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses
komunikasi itu tidak mudah dan memerlukan jalan yang sangat panjang untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dalam organisasi dan dalam aktivitas lainnya.Tetapi
12
hambatan tersebut bukanlah menjadi satu-satunya penghambat dalam organisasi.
4.1.3 Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi
Untuk memecahkan masalah hambatan tersebut diatas berikut ini diurakian
cara mengatasi hambatan komunikasi:
1. Memerikan umpan balik atau Feed Back yaitu memberikan kesempatan
pada seseorang untuk menyampaikan informasi dan gagasannya sehingga
tercipta komunikasi 2 (dua) arah.
2. Mengenai si penerima berita yaitu mengenali latar belakang , pendidikan
serta kondisi penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima
dengan baik dan mudah dimengerti oleh si penerima pesan.
3. Susunlah secara terperinci apa, dan kapan informasi tersebut harus
disampaikan dan kepada siapa informasi tersebut akan disampaikan.
5.1 Pengawasan
Pengawasan meupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
5.1.2 Proses Pengawasan
Menurut Handoko (1998), proses pengawasan biasanya terdiri dari paling
sedikit lima tahap (langkah). Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
1. Penetapan standar pelaksanaan
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat
digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran,
kuota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Adapun
bentuk standar yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran,
bagian pasar, marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.
Ada tiga bentuk standar yang umum:
Standar-standar phisik; meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah
langganan, atau kualitas produk.
13
Standar-standar moneter; yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup
biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan
sejenisnya.
Standar-standar waktu; meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu
pekerjaan harus diselesaikan.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk
mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh sebab itu, langkah kedua dalam
proses pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan
secara tepat.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu 1)
pengamatan (observasi), 2) laporan-laporan, baik lisan dan tertulis, 3)
metode-metode otomatis dan 4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan
pengambilan sampel.
4. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata
dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa
standar tidak dapat dicapai.
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus
diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, seperti:
Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu
rendah).
Mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya,
atau kurang, atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri).
Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan
penyimpangan-penyimpangan.
14