Upload
wiwitrahayukurniawan
View
2
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fggffg
Citation preview
7/17/2019 Resusitasi Cairan Pada Penyakit Infeksi
http://slidepdf.com/reader/full/resusitasi-cairan-pada-penyakit-infeksi 1/6
RESUSITASI CAIRAN PADA PENYAKIT INFEKSIEddy Rahardjo
Fak.Kedokteran Univ.Airlangga
Surabaya
PENDAHULUANGangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bukanlah penyakit tersendiri tetapi
selalu merupakan bagian atau penyulit dari proses penyakit lain misalnya infeksi,
gangguan keseimbangan hormonal atau bahkan iatrogenik dari suatu terapi medik.
Karena itu penting sekali bagi dokter, jika menghadapi pasien dengan tanda
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit untuk selalu mencari penyakit
penyebab gangguan tersebut. Terapi hendaknya dikerjakan serentak yaitu terapi
suportif untuk mengurangi derajat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
bersama terapi definitif / kausal untuk menyembuhkan penyakit dasarnya.
Istilah “Resusitasi Cairan” mulai dikenalkan sebagai penyebutan terapi cairan
dalam jumlah banyak diberikan dalam waktu singkat, untuk mengatasi gangguan
akut yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan kematian. Jadi dalam konteks penyakit infeksi ini, nampaknya hanya muntaber / severe gastroenteritis danDengue Shock Syndrome saja yang tepat untuk mendapatkan resusitasi cairan.
LATAR BELAKANG FISIOLOGI
Cairan tubuh (60% berat badan) terbagi dalam 3 kompartemen normal yaitu Intra
Vascular (IVF) sebesar 5% berat badan, Inter Stitial (ISF) 15% dan Intra Cellular(40%) berat badan. IVF dan ISF bersama-sama disebut Extra Cellular Fluid
(ECF). Dalam keadaan patologis yang mengiringi shock yang berkepanjanganterjadi third space loss (ke lumen usus, rongga peritoneum dan non-functioning
ECF). ECF adalah cairan tubuh dengan turn-over rate tinggi, dikeluarkan melalui
urine (25 ml/kg/hari) dan keringat serta uap air nafas (700 ml/m2/hari). Seorang
dengan berat badan 50 kg (1.5m2) akan mengeluarkan / kehilangan cairansebanyak (50 kg x 25 ml) + (1.5 x 700 ml) = 2250 ml. Jadi sejumlah ini pula yang
diperlukan untuk “harus masuk” agar keseimbangan cairan tubuhnya terjaga baik.
Cairan untuk kebutuhan ini disebut Cairan Maintenance atau Rumatan.
Jika input tidak memadai, tubuh mengurangi produksi urine. Tetapi hilangnya
keringat dan uap air nafas tidak dapat dikekang. Jika input berlebihan, tubuh akan
menambah produksi urine guna membuang kelebihan cairan keluar. Dengan
mengetahui jumlah produksi urine dapat diperkirakan status keseimbangan cairan.
Gangguan keseimbangan pada penyakit infeksi terjadi jika :
1.
kehilangan cairan meningkat : muntaber gastroenteritis, capillary leakage padaDengue Shock Syndrome, demam tinggi, cairan lambung berlebihan, ileus
pada sepsis, peritonitis, luka bakar2. masukan cairan berkurang / terhenti : mual, muntah, ileus, coma, puasa pasca
bedah, tidak mau / tidak mampu minum cukup3. masukan cairan berlebihan : infus berlebihan, redistribusi ISF masuk ke IVF
4.
produksi urine terhenti : gagal ginjal akut, gagal jantung lanjut
7/17/2019 Resusitasi Cairan Pada Penyakit Infeksi
http://slidepdf.com/reader/full/resusitasi-cairan-pada-penyakit-infeksi 2/6
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLITDalam menangani gangguan keseimbangan cairan elektrolit pada penyakit infeksi,
harus diperhatikan bahwa proses penyakit infeksi di satu sisi dan proseskehilangan cairan berlebihan di sisi lain adalah dua hal yang berjalan sendiri-
sendiri tetapi saling memperberat. Terapi atas penyakit infeksi harus dilakukan
bersama terapi cairan replacement tadi. Terapi diberikan serentak, bersama-sama, bukan saling menunggu. Dalam menghadapi “kehilangan berlebihan” maka terapicairan harus memberi penggantian (Cairan Replacement).
Gangguan keseimbangan elektrolit Natrium dan Kalium selalu terjadi bersamagangguan cairan tetapi melalui mekanisme yang lebih rumit.Tubuh tidak memiliki
cadangan Natrium. Jadi kebutuhan dan ekskresi berjalan bersama-sama setiap hari
tanpa banyak yang dapat dilakukan untuk mempengaruhinya.
Natrium dalam keseimbangannya sangat dipengaruhi oleh jumlah air isotonik
yang menyertainya. Kadar Natrium fisiologis adalah 145-150 mEq/L Jika jumlah
Natrium naik atau jumlah air turun maka pemeriksaan laboratorium akan sama
menunjukkan hipernatremia, padahal terapi kedua kelainan ini sangat berbeda.
Demikian juga hasil laboratorium yang menunjukkan hiponatremia, mungkin
disebabkan oleh intake dan retensi air berlebihan diluar proporsi ion Natrium yangtersedia atau memang karena kekurangan intake Natrium.
Kalium banyak berada di intrasel. Secara teoritis, pasien mempunyai cukup
cadangan Kalium di dalam tubuhnya. Kadar Kalium dalam darah (IVF) akan
meningkat bila terjadi :
1.
destruksi jaringan berlebihan (trauma, sepsis, nekrosis, luka bakar > 30%)2.
hambatan pengeluaran melalui urine (gagal ginjal akut)
3.
hemolisis4.
rhabdomyolysis dan kejang-kejang otot yang berkepanjangan.
KONSEP KOREKSI GANGGUAN KESEIMBANGAN
Semua gangguan keseimbangan dalam tubuh akan dicoba diatasi sendiri melaluimekanisme homeostasis selama penyimpangan tersebut masih dalam bataskompensasi. Untuk mengatasi gangguan yang sudah melewati batas kompensasi,
terapi tidak ditujukan mengembalikan ke harga normal, tetapi cukup sampaimasuk ke dalam batas kompensasi saja. Hal ini bertujuan untuk menghindari
penyulit iatrogenik yang terjadi akibat upaya terapi yang overshoot.
Koreksi harus didasari pertimbangan mekanisme terjadinya gangguan dan apa saja
yang terganggu : volume, komposisi, ada atau tidak akibat ikutan.
MACAM-MACAM GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN
1.
SALINE DEFICIT / SALINE EXCESS
2.
WATER DEFICIT / WATER EXCESS
3.
KALIUM DEFICIT / KALIUM EXCESS4.
HIPOALBUMINEMIA
7/17/2019 Resusitasi Cairan Pada Penyakit Infeksi
http://slidepdf.com/reader/full/resusitasi-cairan-pada-penyakit-infeksi 3/6
SALINE DEFICITYang disebut “saline” adalah air yang disertai Natrium dalam proporsi normal
atau isotonik. Cairan ini berada di IVF dan ISF. Saline deficit disebut juga ECFdeficit atau lebih sering disebut hipovolemia. Kelainan ini paling sering menyertai
penyakit infeksi. Diare, muntaber, peritonitis, luka bakar dan perdarahan adalah
hipovolemia pada ECF yang berisi Natrium isotonik. Demikian juga shock padaDSS.
TERAPIPada gastroenteritis, defisit dapat berada pada sisi IVF atau ISF atau keduanya
sekaligus. Tetapi pada DSS hanya terjadi IVF deficit karena perembesan ke ISF
dan “third space”.
1. Hipovolemia intravaskuler (IVF) dapat diterapi dengan cepat sampai kondisi
perfusi perifer, nadi dan tekanan darah mendekati nilai normal. Pada titik ini
diharapkan perfusi organ vital (otak, koroner) dapat dipertahankan tanpa
kompensasi lagi. Disamping itu, perfusi organ sekunder (splanchnic) dapat
berjalan mendekati normal.
2.
Hipovolemia interstisial (ISF) harus dikembalikan lebih perlahan, karenaharus menunggu cairan infus di dalam vena (IVF) merembes keluar ke
interstitial. Kembalinya tugor kulit, fontanella, basahnya mukosa lidah dan
berkurangnya haus berjalan seiring dengan meningkatnya porduksi urine.
3.
Cairan Replacement yang sesuai dan mirip IVF adalah Ringer Laktat, Ringer
Asetat, NaCl 0.9%. Karena ISF dan IVF tergabung dalam ECF, maka CairanReplacement untuk ISF adalah Ringer Laktat, Ringer Asetat, NaCl 0.9%.
SALINE EXCESS
Saline excess karena penyakit dijumpai pada dekompensasi jantung dan pasien
gagal ginjal akut oligurik. Saline excess iatrogenik dapat disebabkan oleh :
1.
Terapi cairan Ringer atau NaCl 0.9% berlebihan > 20-40 ml/kg.2.
Pemberian Natrium bikarbonat berlebihan. Hal ini sering menjadi penyulitfatal bagi pasien dekompensasi jantung berat (shock kardiogenik) yang
pemeriksaan gas darahnya menunjukkan asidosis metabolik. Dokter seringterpengaruh untuk menetralisir asidosis, tanpa menyadari beban berat volume
air yang pada akhirnya akan mengikuti Natrium bikarbonat yang pekat ini.
Natrium bikarbonat 8% adalah 9 kali lebih pekat daripada NaCl 0.9%. Terapi
100 ml Natrium bikarbonat drip akan menyebabkan shift cairan dari ISF ke
IVF hingga jadi 900 ml karena air akan mengikuti tempat Natrium pekat..
Pasien mungkin meninggal justru karena dekompensasi jantungnya makin
berat akibat terapi.
TERAPIKelebihan cairan harus dikeluarkan. Diuretika frusemid intra vena 1-2 mg/kg
dapat menghasilkan diuresis 1 – 2 L. Umumnya kondisi pasien dengan cepat akan
membaik. Dosis ulangan diberikan lagi sampai tercapai balans baru yang lebih baik. Pada keadaan excess yang berat disertai edema paru, terapi perlu
dikombinasi dengan dopamin drip 3-5 mcg/kg/menit sampai distress nafas hilang.
7/17/2019 Resusitasi Cairan Pada Penyakit Infeksi
http://slidepdf.com/reader/full/resusitasi-cairan-pada-penyakit-infeksi 4/6
WATER EXCESSYang disebut “water” disini adalah air yang tidak disertai Natrium dalam proporsi
normal (hipotonik). Water excess terjadi akibat masuknya air tanpa diiringi cukup NaCl (isotonik) ke dalam IVF (pembuluh darah). Hal ini dapat terjadi pada pasien
saline deficit (misalnya muntaber atau DSS) yang diberi infus pengganti berupa
Dextrose tanpa Natrium. Hal yang sama juga dapat terjadi jika diberikan larutanlow-Sodium seperti 0.225 NaCl atau 0.45 NaCl. Pasien yang menunjukkan kadar
Natrium rendah harus dianggap sebagai water excess.
Tanda-tanda klinis dari water excess adalah penurunan kesadaran atau bahkankejang-kejang yang menyertai riwayat kehilangan cairan dan terapi seperti diatas.
TERAPI
Upaya menaikkan kadar Natrium dicapai dengan :
1.
membuang kelebihan air (puasa, restriksi cairan masuk, diuresis) bila kadar
Na antara 125-130 mEq/L.
2.
memberikan semua kebutuhan infusi sebagai NaCl 0.9%
3. menambahkan NaCl pekat (3-10%) atau Na-bikarbonat 7.5 – 8 %. Terapi ini
diberikan jika kadar Na < 125 atau pasien kejang. Koreksi harus lambat dan bertahap. Jika Na < 120 maka kenaikan kadar plasma tidak boleh lebih dari 5-
7 mEq/L /hari. Terapi dimulai dengan 150-200 ml NaCl 3% per 24 jam
ditambah dengan cairan maintenance lainnya.
Koreksi hiponatremia khronis atau subakut harus hati-hati, pelan dan bertahap
agar tidak terjadi penyulit demyelinisasi syaraf.Pasien yang kejang juga memerlukan tambahan terapi diazepam intra vena.
WATER DEFICIT
Pasien demam tinggi berkepanjangan yang tidak mendapat Cairan Maintenance
disertai koreksi Cairan Replacement, perlahan-lahan akan mengalami water
deficit. Selain tanda defisit cairan (dehidrasi) yang lazim, kadar Natrium plasmaakan nampak naik.Tanda shock sering timbul lebih lambat. Kerusakan dangangguan fungsi otak lebih berat jika dibanding isotonic (saline) deficit biasa.
TERAPI
Memberikan infus dalam volume yang cukup, berupa Dextrose 5% atau cairan
0.225 NaCl/Dextrose 5%.
HIPERKALEMIA / KALIUM EXCESS
Gangguan ini berada di dalam IVF. Hiperkalemia sangat berbahaya bagi jantung
dan jiwa pasien. Kadar Kalium yang tinggi dapat disebabkan karena ekskresi yang
terhambat (gagal ginjal) atau destruksi sel berlebihan. Kadar K alium > 5.0 mEq/L
harus segera diberi pengobatan supresif karena pada kadar 6 mEq/L mudah terjadifibrilasi ventrikel (cardiac arrest).
7/17/2019 Resusitasi Cairan Pada Penyakit Infeksi
http://slidepdf.com/reader/full/resusitasi-cairan-pada-penyakit-infeksi 5/6
TERAPI
1.
Calcium glukonat intravena. Obat ini bekerja sangat cepat tetapi juga berlangsung pendek (10-15 menit saja).
2.
Natrium bikarbonat untuk mengurangi keasaman plasma. Onsetnya agaklambat tetapi masa kerjanya lebih panjang (1-2 jam)
3.
Infusi Dextrose 10-40% dengan Insulin Reguler (i.v.) sebanyak 1 unit / 5 gramDextrose (larutan Dextrose 10% 500 ml dapat dicampur 10 unit RI).
4.
Hemodialisis atau peritoneal dialisis jika Kalium persisten > 6.0 mEq/L
HIPOKALEMIA / KALIUM DEFICIT
Karena tubuh dan ICF berisi banyak Kalium, jika pada suatu ketika kadar Kalium
dalam plasma menjadi rendah, maka deficit totalnya sangat besar (whole body
depletion).Terapi hipokalemia harus dilakukan bertahap agar infusi Kalium yang
masuk intravena dapat merembes dulu ke ISF dan tidak menyebabkan transient
hyperkalemia selama koreksi berlangsung.
TERAPI
KCl tidak boleh disuntikkan intravena langsung tetapi harus diberikan lewatinfusion drip pelahan. Satu ml larutan KCl 7.5% berisi 1 mEq/ ml. Dosis
maksimum adalah 20 mEq per jam atau maksimal 100 mEq/hari (beberapa buku
menyebut batas 200 mEq/hari). Larutan dengan kadar KCl > 40 mEq/L sering
menyebabkan phlebitis vena perifer. Jika diberikan oral, KCl sangat iritasi
terhadap lambung hingga harus dipilih sediaan slow release coated tablet.
HIPOALBUMINEMIA
Pasien infeksi yang berkepanjangan akan mengalami gangguan nutrisi dansekaligus peningkatan metabolisme. Dengan demikian akan terjadi defisiensi
nutrisi akut. Salah satu indikator sekaligus penyulit gangguan nutrisi ini adalah
hipoalbuminemia. Pada kadar albumin < 2.5 gm/dl dapat dipastikan jaringan akanmengalami edema. Edema yang paling berbahaya adalah jika terjadi di paru danotak. Kadar albumin yang rendah di dalam plasma memang juga dapat disebabkan
oleh adanya retensi cairan. Namun lebih baik bila keadaan ini diatasi dengandiuresis serta penambahan infusi albumin.
TERAPI
Infusi albumin pekat (20% dan 25%) akan mengakibatkan penarikan air dari Extra
Vascular masuk ke dalam Intra Vascular. Volume load ini harus diperhatikan. 100
ml albumin 25% akan menjadi 500 ml larutan fisiologis albumin 5% di dalam
plasma orang normal.Tambahan 450 ml secara cepat pada pasien tua sakit jantung
dapat berakibat fatal.
ASIDOSIS METABOLIKShock apapun, termasuk diantaranya muntaber dan DSS, menyebabkan aliran
darah dan oksigen ke jaringan berkurang. Gangguan pembuangan asam (fixed
acids), sampah metabolik dan asam laktat menyebabkan penumpukan zat-kimia
yang merugikan ini di jaringan. Asidosis ini tidak dapat dikoreksi dengan Natrium
7/17/2019 Resusitasi Cairan Pada Penyakit Infeksi
http://slidepdf.com/reader/full/resusitasi-cairan-pada-penyakit-infeksi 6/6
bikarbonat sebab aliran darah yang terganggu tidak akan mungkin men-
distribusikan obat itu ke jaringan. Yang benar adalah memberikan cairan pengganti (Ringer Laktat) sampai shocknya teratasi. Asidosis akan hilang sendiri
jika sirkulasi darah sudah normal / bebas dari shock. Sifat hiperosmoler dari Natrium bikarbonat sendiri menambah kacau aliran darah di jaringan yang sudah
kacau akibat hipoksia.
TERAPICegah berlanjutnya shock dengan memberikan terapi kausal.
1.
Shock hipovolemik : volume harus diberikan segera agar hipoksia seluler
tidak berkepanjangan.
2.
Shock kardiogenik : terapi inotropik dan chronotropik harus diberikan agar
jantung dapat memberikan cardiac output yang lebih baik.
3.
Sebenarnya Natrium bikarbonat baru perlu diberikan jika pH < 7.25 (beberapa
buku menyebutkan batas 7.20) atau Base Excess lebih dari –10. Dalam hal ini
maka diberikan 25 mEq - 50 mEq per drip agar pH beranjak masuk ke daerah
aman yaitu > 7.25. Koreksi pH ini tidak perlu ditingkatkan secara drastis
sampai nilai normal. Kondisi sudah akan bagus jika pH sudah berhasil dibawa> 7.25.
PENUTUP
Terapi cairan pada penyakit infeksi dalam banyak hal dapat disederhanakandengan contoh pendekatan dan uraian diatas. Berbagai kepustakaan memang
memberikan uraian dan berbagai protap yang rumit. Tetapi bagi dokter yang harus bekerja secara praktis agar dapat menolong lebih banyak pasien dengan lebih
cepat, uraian diatas dapat banyak menolong. Hal ini menjadi keprihatinantersendiri bagi Indonesia dimana fasilitas diagnosis tidak banyak tersedia dan
kesempatan para dokter untuk mengikuti continuing education tidak mungkin pernah merata diantara kita.
KEPUSTAKAAN YANG DIANJURKAN
1.
Park GR, Roe PG.; Fluid Balance and Volume Resuscitation for Beginners.
Greenwich Medical Media Ltd. London. 2000.
2.
Marik PE.; Handbook of Evidence-Based Critical Care. Springer Verlag. New
York. 2001.
3.
Marino, PL.; The ICU book. Williams Wilkins. Baltimore.1998.
4.
Tribble CG, Cope JT.; ICU Recall. Williams Wilkins. Baltimore.1997.