21
RESUSITASI PADA LUKA BAKAR Arliawan Arsadi Ali C 111 11 022 SUPERVISOR PEMBIMBING Dr. dr. Fonny Josh Sp.BP-RE(K) BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015 JOURNAL READING NOVEMBER 2015 Frederick W Endorf dan David J Dries

Resusitasi Pada Luka Bakar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

luka bakar

Citation preview

STEMI EXTENSIVE ANTERIOR ONSET >24 HOURS KILLIP I

RESUSITASI PADA LUKA BAKARArliawan Arsadi AliC 111 11 022

SUPERVISOR PEMBIMBINGDr. dr. Fonny Josh Sp.BP-RE(K)

BAGIAN ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN2015JOURNAL READINGNOVEMBER 2015Frederick W Endorf dan David J Dries

PendahuluanBerbagai penelitian kian meluas dan mendalam untuk memperoleh strategi resusitasi luka bakar akut.

Jurnal ini bertujuan untuk merangkum beberapa temuan terbaru dalam bidang resusitasi luka bakarFormula Parkland : 4 ml / %TBSA / kg BBBaxter dan Shires, 1968Formula Parkland jumlah cairan diberikan dalam 8 jam. jumlah cairan sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.Hari kedua menerima cairan sejumlah cairan hari pertama.

Total Body Surface Area

DewasaBayi dan anak Temuan baru dalam resusitasiVolume resusitasiProsedur ResusitasiPenggunaan koloid Penggunaan cairan hipertonikParameter Evaluasi Hasil Resusitasi

Volume ResusutasiKritik yang paling konsisten terhadap formula Parkland adalah bahwa pasien cenderung menerima lebih banyak cairan daripada jumlah cairan yang diprediksi berdasarkan berat badan dan %TBSA.

Engrav dkk. (2000) menemukan 58% pasien menerima cairan yang lebih banyak dari yang diperkirakan oleh formula Parkland.

Pemberian cairan yang berlebihan dapat mengakibatkan komplikasi edema berupa abdominal compartement syndrome, edema pulmonal, dll

Fenomena ini dikenal sebagai "fuid creep

Volume ResusutasiPeneliti mengaitkan perubahan ini dengan peningkatan bermakna dalam penggunaan obat narkotika penghilang rasa sakit selama periode resusitasi.

Terdapat korelasi kuat antara terapi opioid yang diterima pada 24 jam pertama pasca luka bakar dan volume cairan selama periode yang sama. (Engrav dkk, 2000)

Protokol ResusitasiCairan resusitasi harus dititrasi dengan berpatokan pada output urin yang dipertahankan antara:0.51.0 ml/kg/jam pada pasien dewasa dan1.0 1.5 ml/kg/jam pada anak-anak.

Protokol Resusitasi

Protokol ResusitasiUntuk lebih menghapus unsur kesalahan manusia, beberapa pusat telah menggunakan algoritma resusitasi berbasis komputer.

Protokol tersebut menghasilkan penggunaan cairan kristaloid yang lebih rendah, dan volume kristaloid total yang lebih rendah selama perawatan di unit intensif.

Penggunaan koloidPandangan lama: penggunaan koloid dalam 24 jam pertama resusitasi adalah kontraindikasi.

Penggunaan koloidPenelitian terbaru menganjurkan penggunaan koloid pada resusitasi luka bakar, bahkan dalam 24 jam pertama.

PenelitiTahunHasilLawrence dkk 2010albumin 5 % sejumlah sepertiga volume cairan resusitasi. Tidak terdapat perbedaan angka kejadian sindrom kompartemen abdomen.Cochran dkk2011Penggunaan albumin 5 % pada luka bakar luas (>20% TBSA) menurunkan angka mortalitas.Faraklass dkk 2011Penggunaan albumin 5 % pada pasien pediatri luka bakar luas (>15%) mengurangi total volume cairan resusitasi yang diberikanVlachou dkk 2010penggunaan 6% hydroxyethylstarch (HES) memerlukan volume cairan yang lebih rendah dalam 24 jam pertama.

Penggunaan cairan hipertonikDalam upaya untuk mencegah resusitasi yang berlebihan, beberapa peneliti juga mulai menggunakan salin hipertonik, sebagai terapi tunggal atau dikombinasi dengan koloid.PenelitiTahunHasilBelba dkk 2009menggunakan cairan hipertonik salin laktat yang mengandung natrium (250 mEq/L) dan laktat (120 mEq/L) dan memerlukan cairan resusitasi yang lebih rendah

Oda dkk 2009Menggunakan cairan hipertonik diberikan secara bertahap, dimulai dengan larutan natrium (300 mEq/L), klorida (88 mEq/L), dan laktat (212 mEq/L). Penggunakan cairan hipertonik selama resusitasi juga dapat menurunkan risiko sindrom kompartemen abdominal.Antioksidan

AntioksidanPenelitiTahunHasilTanaka dkk2000Peneliti menemukan bahwa kebutuhan cairan rata-rata 3 ml/kg/%TBSA pada kelompok vitamin C (66 mg/kg/jam) dibandingkan 5,5 ml/kg/%TBSA pada kelompok yang diresusitasi dengan ringer laktat saja.Khan dkk 2011volume cairan rata-rata lebih rendahpada kelompok vitamin C ditambah riger laktat (5,3 ml/kg/%TBSA) dibandingkan dengan kelompok ringer laktat (7,1 ml/kg/%TBSA).Constantini dkk 2009Penggunaan pentoxifylline (PTX) setelah luka bakar pada mencit, dalam larutan salin diinjeksi secara intraperitoneal ke dalam satu kelompok tikus dan larutan salin saja ke kelompok lain. Kelompok dengan PTX mengalami penurunan permeabilitas usus dan peradangan.PlasmapheresisBeberapa pusat luka bakar telah melakukan pembuangan mekanik mediator inflamasi dari aliran darah melalui plasmapheresis.

PlasmapheresisPenelitiTahunHasilKlein dkk2009plasmapheresis menurun penggunaan kristaloid hingga 28,3%. Ketika disesuaikan dengan berat badan pasien dan % TBSA, rata-rata cairan pasca resusitasi menurun 40%.Neff dkk 2010Peneliti menemukan beberapa manfaat fisiologis dengan pertukaran plasma, termasuk peningkatan 24% dalam mean arterial pressure (MAP), peningkatan 400% dalam output urin, dan pengurangan 25% dalam tingkat resusitasi cairan intravena yang diperlukan.Pemantauan hasil resusitasiTantangan selanjutnya dalam manajemen resusitasi luka bakar adalah penentuan titik akhir klinis yang optimal.

Meskipun digunakan secara luas, output urin umumnya bukan parameter yang sempurna untuk menilai perfusi jaringan secara keseluruhan.

Perhatian para peneliti juga tertuju pada efektivitas parameter konvensional lainnya termasuk tekanan darah, denyut jantung, dan tekanan vena sentral, dan kadar laktat serum.

RekomendasiKonsensus terbaik untuk luka bakar yang tersedia berasal dari American Burn Association pada tahun 2008.

Journal of Burn Care and Research, American Burn Association, 2008KesimpulanResusitasi luka bakar merupakan fase yang kompleks dan menantang dalam perawatan pasien luka bakar.

Kecenderungan untuk menggunakan volume cairan kristaloid yang berlebihan dalam resusitasi akut telah disadari oleh para praktisi medis, dan beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi pemberian cairan berlebih bila memungkinkan.

Walaupun pedoman resusitasi luka bakar yang ada mungkin tidak menggunakan berbagai hasil penelitian di bidang resusitasi luka bakar dalam beberapa tahun terakhir, pedoman tersebut memberikan titik awal terapi yang aman, khususnya bagi para praktisi medis tanpa pengalaman yang cukup untuk menstabilkan korban cedera termal sebelum mentransfernya ke pusat luka bakar yang lebih memadaiTerima Kasih