Upload
nguyenxuyen
View
221
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
RETORIKA DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DI PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
HARI HARYANTO NIM. 106051001821
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil
jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 22 Agustus 2010
Hari Haryanto
RETORIKA DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DI PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
HARI HARYANTO NIM. 106051001821
Pembimbing:
DRS. WAHIDIN SAPUTRA. M.A NIP. 197009031996031001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul RETORIKA DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DI
PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 31 Agustus
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 31 Agustus 2010
Sidang Munaqasah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota
Dr. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA
NIP. 19660110 199303 1 004 NIP. 19710816 199703 2 002
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Study Rizal, LK, MA H. Zakaria, MA
NIP. 19700903 199613 1 022 NIP. 19720807 200312 1 003
Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 19700903 199603 1 001
ABSTRAK
Hari Haryanto Retorika Dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah Di Pondok Pesantren al-Hidayah
Berdakwah pada dasarnya merupakan aktifitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui berbagai forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT. Namun dalam berdakwah seorang da’i dituntun agar memahami betul apa yang dimau oleh mad’u agar dakwah yang disampaikan benar-benar sampai kepada masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam perbuatan yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran islam. Dengan ilmu retorika dakwah maka kita akan bisa mengajak mereka kepada jalan yang diridhoi oleh Allah. KH. Abdul Rahman al-Madinah mampu merekrut jamaah dengan banyak bahkan jamah beliau selalu bertambah setiap harinya, sebagaimana bertambahnya santri setiap tahunnya yang ingin belajar di pondok pesantren al-hidayah.
Dari uraian di atas timbul beberapa pertanyaan yaitu; Apa konsep retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah? Bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah? Bagaimana penerapan retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam berdakwah?
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representative dalam penelitian ini maka, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis. Dengan cara mengumpulkan data seperti, observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang mendeskripsikan gagsan primer yang diperoleh dari hasil wawancara yang akan menafsirkan penafsiran penulis.
Mengetahui apa konsep retorika menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah serta penerapannya dalam berdakwah, mengingat medan dakwah yang bermacam-macam jenisnya. Dan Mengetahui konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah Dari beberapa kali pengamatan penulis pada retorika dakwah yang beliau gunakan terbilang cukup bagus, dikemas dengan menarik sehingga materi dakwahpun mudah dipahami oleh jamaah. Dakwah yang beliau gunakan bersifat information,yaitu memberi informasi atau pengetahuan pada jamaah. education, yatu memberi pendidikan, terbukti dengan pondok pesantren dan beberapa majlis talim yang beliau asuh. Persuasion, mampu mengemas materi dakwah dengan menarik agar jamaah tertarik untuk melaksanakan apa yang dimaksud oleh da’i. dan entertainment,dalam berdakwahpun beliau menggunakan canda agar dakwah terlihat lebih santai. Dengan keempat landasan tersebut dakwah beliau dapat dinikmatioleh semua lapisan masyarakat.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT dari
lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada
penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya,
serta dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang mulia, yang
baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk
mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan
umatnya di Dunia dan di Akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn
Abdillah ibn Abdul Muthallib.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi,
baik itu berupa sifat malas, dan lalai dan. Sungguh sebuah anugerah terindah yang
diberikan Allah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
walau mungkin masih banyak kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena
banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis.
Penulis persembahkan segalanya kepada ayahanda Moh. Somad. S.Pd dan
kepada ibunda tersayang Wina Suryanih, yang dengan ketegaran hatinya dalam
menghadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi
penulis serta air susunya yang telah menjadi daging dalam tubuh ini, yang dengan
keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa penulis. Adikku Apriyati,
Kakak-Kakakku Moh. Yusuf, Dewi Astuti. Kakak Iparku, Hartanto, Nurjanah
serta Keponakanku, Silvia Salsabila, Nayla Mudrika, dan Awfa Detan, yang selalu
mendoakan penulis agar penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam menyelesaikan penulisan skripsi,
rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak H. Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku
ii
Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan bapak
Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni. M.Si. Dan Kepada Sekertaris
Jurusan Ibu Hj. Umi Musyarrofah. M.A
3. Bapak. Drs. Wahidin Saputra, M.A sebagai pembimbing skripsi yang
selalu setia dan sabar membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai
pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam
masa perkuliahan.
5. Bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang
telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam
mengerjakan skripsi ini.
6. Pengasuh Podok Pesantren al-Hidayah, bapak KH. Abdul Rahman al-
Madinah beserta keluarga, hormat dan ta’dzim penulis kepada beliau yang
telah memberikan waktu luang untuk wawancara walau di tengah
kesibukan.
7. Ustad Muhammad Zaelani. S.Ag, Ustad Muhammad Romli, dan Ustad
Rofi’uddin.S.t.h.i. Para santri Pondok Pesantren al-Hidayah dan jama’ah
majelis Dzikir Watta’lim Nahdhotus Suybban. Serta semua pihak yang
telah membantu memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.
8. Annisa Balqis beserta keluarga yang telah memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis serta teman-teman dari B4 community yang selalu
mewarnai keceriaan hari-hari penulis.
9. Sahabat tercinta, Mukhtar Fauzi, Dafik, Deni Sopiansyah, Dian Putra,
Fikri Rifa’i, Eko Maulana, Badru Tamam, Uut Muthiah, Arsil, Afaf
Sholihin, Devi Epok, Lukmanul Hakim, Rahmat SB, Kiki Maulana,
Dasuki, Dedi Kurniasyah, Said Mukhsin, yang banyak memberikan
motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
iii
10. Keluarga Besar KPI B angkatan 2006, Badru, Deni Sofiasyah, Dafik Nurul
Fitron, Fikri Rifa’i, Hamiludin Isma’il, Fachmi Ali, Denhas, Dedi
Kurniasyah Putra, Asep Fais Muis, Dian Putra, Didi Rustandi, Hambali
Rusman, Nurhasanah, Nisfi Ramadiyati, Dian Komalasari, Besse
Hermawati, Fatonah, Fitri Susilawati, Seli Elvira Ria, Eki Susanti, Eri
Wita Widuri, Desti Eka Sari Putri, Dini Utami, Ida Nurul Huda, Fitriyani,
Gita Andini, dan umumnya KPI angkatan 2006, yang sudah memberi
keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang
telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis.
11. Keluarga Besar KKS Puraseda-Leuwiliang-Bogor tahun 2009. Semoga tali
silaturahmi ini tidak pernah putus.
12. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah
yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.
Amin ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 22 Agustus 2010
Hari Haryanto
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian............................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka .....................................................................11
G. Sistematika Penulisan............................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORITIS RETORIKA DAN DAKWAH
A. Ruang Lingkup Retorika...................................................... 12
1. Pengertian Retorika...........................................................12
2. Tujuan Dan Fungsi Retorika.............................................13
3. Lima Hukum Retorika......................................................18
4. Pembinaan Teknik Berbicara ..........................................19
B. Ruang Lingkup Dakwah......................................................20
1. Pengertian Dakwah..........................................................20
2. Unsur-Unsur Dakwah......................................................22
3. Bentuk-Bentuk Dakwah..................................................31
v
vi
BAB III PROFIL KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DAN
PROFIL PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH
A. Riwayat Hidup Dan Pendidikan KH. Abdul Rahman
al-Madinah………………………………………………..33
B. Aktivitas Dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah Dan
Keterkaitan Berdirinya Pondok Pesantren
al-Hidayah..........................................................................35
C. Visi Dan Misi Pondok Pesantren al-Hidayah....................40
BAB IV ANALISIS RETORIKA DALAM PELAKSANAAN
DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH
A. Konsep Retorika Menurut KH. Abdul Rahman
al-Madinah..........................................................................43
B. Konsep Dakwah Menurut KH. Abdul Rahman
al-Madinah..........................................................................48
C. Penerapan Retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah
Dalam Berdakwah………………………………………..51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................63
B. Saran..................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah Agama yang menyerukan kepada Amar Ma’ruf Nahyi Munkar,
atau dengan kata lain Islam adalah agama dakwah. Dakwah mengandung arti. ajakan,
atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku. Dakwah merupakan kewajiban
individu muslim kapanpun dan di manapun berada. Berdakwah tidak dapat
dilaksanakan dengan asal-asalan melainkan harus dengan metode, karena yang diseru
adalah manusia yang mempunyai pendirian.1 Oleh karena itu bagi para da’i harus
mengemas dengan baik tema yang akan di sampaikan oleh khalayak.
Adapun pengertian dakwah nenurut Prof. HM. Toha Yahya Umar, yaitu,
mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sebagaimana
perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan didunia dan akhirat.2
Allah berfirman dalam al-Qur’an:
☺ ☺
☺ ☺
1 H. Naan Rukmana, masjid dan dakwah (Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002), Cet Ke-1, hal.
164. 2 Rafiuddin, dkk, Prinsip-Prinsip Dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia,1997) hal.
31.
1
2
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahlu: 125)
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diajak kepada agama Allah melalui
tiga cara, Dakwah dengan Hikmah, Mauizhah Hasanah dan al-Jidal (perdebatan).3
Hikmah adalah al-Burhan al-Aqli (argumentasi yang logis). Maksudnya
argumentasi yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah. Argumentasi yang
memuaskan, yang bisa mempengaruhi jiwa siapa saja. Karena manusia tidak dapat
menutupi akalnya dihadapan argumentasi-argumentasi yang pasti serta pemikiran
yang kuat.
Mauizhah Hasanah atau peringatan yang baik. itu berarti mempengaruhi
perasaaan manusia tatkala akal mereka diseru dan mempengaruhi pemikiran mereka
tatkala pemikirannya diseru, sehigga pemahaman mereka terhadap apa yang mereka
dakwahkan senantiasa diliputi oleh semangat untuk melakksanakannya serta
beraktifitas untuk meraihnya.
Adapun cara yang ketiga, al-jidal (perdebatan) dengan cara yang baik dengan
bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi terbatas pada ide.
Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang bathil,
lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan benar.
3 Anonim, Islam,Dakwah Dan Politik (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Cet. Ke-1, hal.
33-36.
3
Salah satu tujuan yang paling utama dalam berdakwah adalah, bagaimana
pesan yang disampaikan oleh da’i dapat dipahami dan dijalani dengan baik oleh
mad’u. Banyak orang yang gagal di atas mimbar, karena tidak mempunyai persiapan.
Persiapan adalah salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki bagi para da’i yang
ingin meraih sukses dalam berpidato, oleh karena itu peran da’i sangatlah penting
untuk menentukan hasil dalam berdakwah.
Tujuan lain dilaksanakannya dakwah adalah, mengajak manusia kejalan Allah
SWT, jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk
mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar
manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.4
Ada beberapa kemungkinan menurut Ahmad Mubarok untuk keberhasilan
dakwah. kemungkinan pertama, Karena pesan dakwah yang disampaikan seorang da’i
memang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang merupakan suatu keniscayaan
yang tidak mungkin ditolak, sehingga mereka menerima pesan dakwah itu dengan
antusias.
Kemungkinan kedua, Karena faktor seorang da’i, yaitu da’i tersebut memiliki
daya tarik dan pesona yang menyebabkan masyarakat sudah dapat menerima pesan
dakwahnya meski kualitas dakwahnya bisa jadi sederhana saja.
4 Rafiuddin Dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip Dan Strategi Dakwah (Bandung:
CV. Pustaka Setia,1997) Cet. Ke-1, hal. 32.
4
Kemungkinan ketiga, Karena kondisi psikologi masyarakat yang sedang haus
terhadap siraman rohani dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif pada setiap
da’i, sehingga pesan dakwah sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh
masyarakat dengan penafsiran jelas.
Kemungkinan keempat, Karena faktor keemasan yang menarik, masyarakat
yang semula acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadp da’i setelah paket
dakwah yang diberi keemasan lain, maka paket dakwah berhasil menjadi stimuli yang
menggelitik persepsi masyarakat dan akhirnya merekapun merespon positif.5
Menguasai materi saja belum cukup untuk meraih sukses dalam dunia pidato
tanpa dibarengi dengan keindahan bahasa. Rangkaian kata dan susunan bahasa yang
indah dan berirama dalam pidato merupakan akar dalam retorika. Hitler mampu
menggiring manusia dalam kancah perang dunia kedua, Napoleon Bonaparte berhasil
menguasai duapertiga daratan Eropah, dan Bung Tomo yang terkenal dengan Arek-
Arek Soroboyo. Semuanya itu kalau kita kaji dan analisa tidak lain bersumber dari
sebuah pidato serta keindahan bahasa yang mampu mengerakan hati manusia.
Dengan pidato bisa membakar semangat banyak orang agar mau maju ke medan
perang.
Sering sekali retorika disamakan dengan Public Speaking, yaitu suatu bentuk
komunikasi lisan yang disampaikan kepada kelompok orang banyak, tetapi
sebenarnya retorika itu tidak sekedar berbicara di hadapan umum, melainkan,
5 Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999) Cet. Ke-1, hal.161.
5
merupakan suatu gabungan antara seni berbicara dan pengetahuan atau masalah
tertentu untuk meyakinkan pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif.6
Dalam bahasa arab disebut Fannul Khitabah yaitu seni pidato atau berbicara.7
Seorang da’i dituntut agar bisa memilah-milih kata yang digunakan dalam berdakwah
dengan struktur kata-kata yang teratur dan rapi agar dapat dimengerti oleh masyarakat
yang mendengarkannya, walaupun ayat dan hadits yang mereka gunakan sama tetapi
tidak semua da’i dapat menyusun pesan dakwahnya dengan baik. Maka retorika
digunakan sebagai ilmu yang memandu atau membimbing untuk merancang atau
menampilkan kata yang baik dan persuasif memiliki relevansi yang tinggi dan
memiliki peran yang besar dalam berdakwah.
Pada saat ini banyak para da’i yang muncul di tengah-tengah masyarakat,
yang menyampaikan dakwahnya dengan metode-metode khusus sehingga
memberikan perhatian pada masyarakat. Seiring dengan harapan kehadiran para da’i
di tengah masyarakat dapat memberikan nuansa baru dalam berdakwah agar
masyarakat mau menjalankan ajaran Islam yang semakin bermakna bagi masyarakat.
KH. Abdul Rahman al-Madinah adalah sosok mubaligh yang terbilang sukses
dalam penyampaian dakwahnya, dengan sisitem penyampaian yang baik beliau dapat
merekrut begitu banyak kalangan mad’u dari berbagai status, beliaupun berhasil
6 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1999), hal. 9. 7 H. Basrah Lubis, Metodologi Dan Retorika Dakwah Petunjuk Praktis Khutbah Dan Pidato,
(Jakarta:PT. Tursina,1999) hal. 59.
6
menyampaikan dakwahnya melalui bidang pendidikan yaitu tepatnya di Pondok
Pesantren al-Hidayah yang berada di daerah Jakarta Timur.
Beliau adalah salah satu kyai yang disegani di daerah pondok kelapa dan
sekitarnya, dakwah beliau dijadikan contoh oleh para da’i atau ustad, khususnya yang
berada di daerah pondok kelapa Jakarta Timur. Di antara kyai yang tidak asing di
daerah pondok kelapa dan mengikuti gaya dakwah beliau, yakni, Kyai Ihya
Ulumuddin (kyai jaka tingkir), Kyai Nur Fadiilah (kyai tile).
Berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagaimana yang telah diuraikan di
atas dan dikuatkan juga oleh pernyataan bahwa retorika adalah suatu ilmu yang
sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang da’i dalam proses pelaksanaan
dakwahnya agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. dari sebab itulah penulis
tertarik untuk membahas sosok kyai yang memiliki cita-cita luhur untuk menegakkan
dan memajukan Agama Allah. untuk membahas lebih dalam tentang cara yang
digunakan oleh KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam menyampaikan dakwah Islam
pada sebuah skripsi yang berjudul “Retorika Dakwah KH. Abdul Rahman al-
Madinah di Pondok Pesantren al-Hidayah”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Karena luasnya tentang pembahasan retorika, agar lebih terfokus. maka,
penulis membatasi pada penelitian ini, tentang bagaimana retorika KH. Abdul
Rahman al-Madinah di Pondok Pesanten al-Hidayah dan sekitarnya yang terletak di
7
daerah Jakarta Timur khusunya Pondok Kelapa. Bedasarkan pembahasan tersebut
maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah?
2. Bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah?
3. Bagaimana penerapan retorika dalam berdakwah menurut KH. Abdul Rahman
al-Madinah?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti ada tujuan di dalamnya, berdasarkan pokok
permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana konsep retorika menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah.
2. Mengetahui bagaimana konsep dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah.
3. Mengetahui bagaimana penerapan retorika dakwah yang digunakan beliau dalam
berdakwah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif, khususnya untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan umumnya bagi yang lain yang
terjun pada dunia dakwah. yang berkaitan tentang retorika sebagai alat utama dalam
menyiarkan dakwah islami.
8
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan agar menjadi bahan tambahan bagi
para dai yang menyampaikan dakwahnya dengan se-efektif mungkin, agar
dakwahnya dapat diterima oleh khayalak khususnya yang berkenaan dengan retorika
KH. Abdul Rahman al-Madinah.
E. Metodologi Penelitian
1. Metodologi Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representative dalam penelitian
ini maka, penulis menggunakan metode Kualitatif Deskriptif Analisis, yaitu metode
yang memiliki beberapa langkah penerapan.8 Langkah pertama adalah
mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahan utama. Langkah kedua, adalah
membahas gagasan primer yang pada hakikatnya adalah memberikan penafsiran
penulis tehadap gagasan yang dideskripsikan.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang
berarti tidak mengajukan peranyaan-pertanyaan.9 Teknik pada penelitian ini
8 Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar Disiplin
Ilmu,(Bandung:Pusjarlit Dan Nuansa, 1998). Cet. Ke-1, hal. 45. 9 Lexy j. Moleong, Metodologi Penilitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007) Cet. Ke-1, hal. 186.
9
penulis mendatangi ustad yang bermukim di lingkungan Pondok Pesantren al-
Hidayah serta mengikuti dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah, guna
memperoleh data yang kongkrit tentang hal-hal yang berkaitan tentang
retorika. Penulis melakukan kegiatan penelitian dari bulan Mei sampai
Agustus 2010, kurang lebih sebanyak 12 di antaranya:
1. Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Musholla Assa’adatul
Abadiyah, Bekasi.
2. Haul KH. Hasbullah, Caman, Jakarta Timur. Pada Tanggal 14 Juli
2010.
3. Haul KH. Madinah, di Pondok Pesantren al-Hidayah. Pada tanggal
06 Agustus 2010.
4. Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Kemayoran
Pada Tanggal 28 Juli 2010.
5. Tentang Keutamaan Sholat Dan Mengaji. Di Majelis Daaruus As-
Sa’idah. Pada Tanggal 6 Agustus 2010.
6. Tabligh Akbar. Di Lapangan Kampung Tipar. Pondok Kelapa.
7. Pentingnya Menuntut Ilmu. Di Sekolah SD. Negeri 1. Bekasi.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
10
kepada informan.10 penulis melakukan wawancara secara langsung dengan
KH. Abdul Rahman al-Madinah, Ust. Moh. Zaelani, Ust. Moh. Ramli, Ust.
Rofi’uddin, dan beberapa santri juga jama’ah beliau dari beberapa Majelis
Ta’lim. Guna mendapatkan informasi tentang penerapan retorika dakwah KH.
Abdul Rahman al-Madinah dalam ceramahnya, serta wawancara ini juga
bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab perumusan masalah yang
penulis ajukan.
c. Dokumentasi
Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan
tentang dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah dan Pondok Pesantren Al-
Hidayah, baik berupa buku, tulisan atau juga foto beliau ketika berdakwah dan
berkas-berkas lain yang berkaitan dengan retorika dakwah. Dokumen ini
digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan.
Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang oleh
CeQDA (Center For Quality Develoment And Assurance) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta.
10 Joko Subagyo, Metode Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta Rhineka Cipta,1991), Cet Ke-1.
11
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, maka langkah pertama
adalah meninjau pustakaan serta menelaah skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai
objek dan subjek penelitian yang hampir sama. Ternyata ada beberapa judul skripsi
yang membahas tentang retorika, baik di Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatulloh maupun di Perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatulloh. Antara lain.
1. Retorika Dakwah KH. Habib Ali Alwi Bin Thohir. Karya Syarifah Sa’diyah.
Angkatan 2003.
2. Penerapan Retorika Dakwah Ustadz Yusuf Mansur. Karya Sulnah Syafitri.
Angkatan 2003.
3. Retorika Nasaruddin Umar Pada Pengajian Rutin Di Masjid Agung Sunda
Kelapa. Karya Tiara Zulharbi, Angkatan 2001.
Walaupun skripsi ini terlihat agak sama namun jika diteliti lagi akan
mendapatkan perbedaan. Yang menjadi perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lain
adalah skripsi ini membahas retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah di
Pondok Pesantren al-Hidayah. Jika skripsi-skripsi yang lalu membahas retorika di
pengajian atau di majelis ta’lim maka skripsi ini membahas retorika di lingkungan
pesantren al-Hidayah. Namun, tidak menutupi kemungkinan penelitipun meneliti
retorika beliau di luar pondok pesantren.
12
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini ditulis secara sistematis, dan terbagi menjadi lima bab, yang
masing-masing bab terdiri dari beberapa sub, adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan
BAB II : Landasan teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang lingkup
retorika, yang membahas pengertian retorika, tujuan dan fungi
retorika, lima hukum retorika dan teknik pelatihan berbicara. Ruang
lingkup dakwah, yang membahas pengertian dakwah, metode
dakwah, unsur-unsur dakwah dan bentuk-bentuk dakwah
BAB III : Profil dan aktivitas KH. Abdul Rahman al-Madinah dalam
berdakwah serta gambaran Pondok Pesantren Al-Hidayah
BAB IV : Hasil dan Analisis, yang terdiri dari perepsi KH. Abdul Rahman al-
Madinah tentang retorika dan dakwah, serta penerapannya dalam
berdakwah
BAB V : Yang merupakan bagian terakhir dari skripsi ini, terdiri dari
kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Retorika
1. Pengertian Retorika
Di tinjau dari segi bahasa retorika berasal dari bahasa yunani yaitu rhetor
yang berarti seorang juru pidato, yang mempunyai sinonim orator.1 Dalam bahasa
arab disebut fannul khitabah, sedangkan retorika menurut encyclopedia britania,
seperti yang dikutip Datuk Tombak Alam, retorika adalah kesenian menggunakan
bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pembaca dan
pendengar.2
Definisi retorika menurut kamus besar bahasa indonesia adalah,
keterampilan berbahasa secara efektif dalam karang mengarang atau seni
berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.3 Dalam arti yang sempit berarti
retorika adalah bagaimana seseorang meggunakan tutur bahasa yang baik dan
jelas agar dapat mempengaruhi orang lain dengan tujuan dan maksud tertentu.
Banyak para pakar yang mengungkapkan definisi retorika dari segi istilah,
beberapa pendapat antara lain:
Jalaluddin Rahmat mengatakan dalam bukunya retorika modern pendekatan
praktis, bahwa retorika adalah pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni
1 M.H. Israr, Retorika Dan Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet.
Ke-.1, hal. 10. 2 Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan Dan Dakwah, (Jakarta: PT. Rhineka
Cipta), hal. 36. 3 Departemen Pendidikan Nasioanal, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), Edisi ke-3, Cet. Ke-2, hal. 953.
12
13
rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam
medan pikiran.4
I Gusti Ngurah Oka mengatakan bahwa retorika adalah ilmu yang
mengajarkan tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan penampilan
kultur untuk membina saling pengertian, dan kerjasama serta kedamaian dalam
kehidupan masyarakat.5
Wahidin Saputra, mengatakan bahwa retorika adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana betutur kata di hadapan orang lain dengan
sistematis, logis, untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain.6
2. Tujuan Dan Fungsi Retorika
a. Tujuan Retorika
ketika Aristoteles di sekitar abad ke-4 SM, menampilkan retorika sebagai
ilmu yang berdiri sendiri, dikatakan bahwa tujuannya adalah persuasi, yang
dimaksudkan persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya penanggap tutur akan
kebenaran gagasan topik tutur.
Secara retorika bertujuan berbicara kepada massa itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
4 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1998), hal. 5. 5 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Bandung: Terate,
1976), Cet. Ke-1, hal. 13. 6 Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan, (Teknik Khitabah), (Buku Ajar Fakultas
Dakwah UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta: Dakwah Pres 2006), hal. 2.
14
a) to inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa,
guna memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian
dengan sebaik-baiknya.
b) to convine, yaitu meyakinkan atau menginsafkan.
c) to inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem
penyampaian yang baik dan bijaksana.
d) to entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau menyenangkan
dan memuaskan.
e) to actuate (to put into action), yaitu menggerakan dan mengarahkan
mereka untuk bertindak merealisir dan melaksanakan ide yang telah
dikomunikasikan oleh orator di hadapan massa.7
b. Fungsi Retorika
Menurut Plato, retorika bertujuan untuk memberikan kemampuan dalam
menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang luas.8
Sedangkan menurut Aristoteles, menampilkan retorika sebagai ilmu yang
beridri sendiri, yang dikatakan tujuannya adalah untuk mempengaruhi orang
(persuasif).9
7 T,A Lathief Rosydy, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan:
PT.Firma Rinbow,1939), hal. 234-235 8 Onong Uchana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003), hal.
55 9 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, hal. 63
15
Aristoteles menyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi orang lain:
a. Ethos: anda harus bisa dan sanggup menunjukan pada khalayak bahwa
anda memiliki pengetahuan yang luas dan status terhormat.
b. Phatos: anda mampu menyentuh hati, khalayak (perasaan, emosi,
harapan, kebencian dan kasih sayang mereka).
c. Logos: anda harus meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti.
Pada situasi ini anda harus mendekati khalayak melalui otak atau pola
pikir mereka.10
I Gusti Ngurah Oka mejelaskan bahwa retorika adalah untuk:
a. Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam
hubungan kegiatan bertuturnya, termasuk ke dalam gambaran ini antara lain
gambaran proses kejiwaan ketika ia terdodong untuk bertutur ketika ia
mengidentifikasi pokok persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.
b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang bisa
diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikatnya,
strukturnya, fungsi dan sebagainya.
c. Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah tutur misalnya,
dikemukakan tentang hakikatnya, strukturnya, bagian-bagian dan
sebagainya.
d. Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas
disiapkan pula bimbingan tentang:
a) Cara memilih topik.
10 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal. 156
16
b) Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk
menentukan sasaran ulasan yang persuasif dan objektif.
c) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak
dicapai.
d) Pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat
yang padu, utuh, mantap, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa
dan gaya tutur dalam penampilan tuturnya.11
Setelah bahan pidato dipersiapkan, untuk selanjutnya adalah mengatur
materi dakwah dan menyusunnya dengan menarik. Banyak cara menyusun pidato,
akan tetapi semuanya harus didasari pada tiga prinsip yaitu:
1) Kesatuan (unity) komposisi yang baik adalah merupakan kesatuan yang
utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan sifat. Dalam isi
maksudnya adalah gagasan tunggal harus mendominasi uraian,
mengenai tujuanpun harus jelas, apakah tujuan pidato itu untuk
menghibur, memberitahukan dan mempengaruhi, begitupun sifat
pembicara apakah serius, informal, formal atau bermain-main dengan
demikian akan jelas apa yang akan disampaikan dalam pidato tersebut.
2) Pertautan-pertautan (coherency) ini menunjukan urutan bagian yang
berkaitan satus ama lain, pertautan menyebabkan perpindahan dari
pokok yang satu ke pokok yang lainnya secara lancar.
11 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, hal.65
17
3). Titik berat (emphasis), bila kesatuan dan pertauatn membantu pendengar
untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, maka titik berat
menunjukan mereka pada bagian-bagian yang penting patut diperhatikan.12
Jika kita memahami arti fungsi retorika agak sejalan dengan fungsi dari
komunikasi, yaitu pada umumnya fungsi komunikasi ada empat yakni:
1) Mass Information, yaitu untuk memberi dan menerima informasi kepada
khayalak. Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan dan
menerima informasi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang dengan
pengetahuannya. Tanpa komunikasi informasi tidak dapat disampaikan
dan diterima.
2) Mass Education, yaitu member pedidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan
oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh
siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan.
3) Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan oleh
setiap orang atau lembaga yang mencari dukungan. Dan ini lebih banyak
digunakan oleh orang yang bisnis, dengan cara mempengaruhi melalui
iklan yang dibuat.
4) Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur, biasanya dilakukan oleh
amatir radio, televisi ataupun orang yang mempunyai professional
menghibur.13
12 Jaluddin Rahmat, Retorika Modern, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-6, hal, 32-34 13 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta:UIN Jakarta Press,2007), Cet. Ke-1, hal. 52
18
3. Lima Hukum Retorika
Ada lima tahap penyusunan pidato atau yang sering dikenal dengan (the
five connons rethoric) atau lima hukum retorika. Menurut Aristoteles dalam buku
diksi dan gaya bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf, berikut penjelasannya.
a. Invention atau Heuresis, yaitu penemuan atau penelitian materi-materi.
Langkah ini sebenarnya mencakup kemampuan untuk menemukan,
mengumpulkan, menganalisis dan memilih materi yang cocok untuk
pidato, Menurut Aristoteles argumen-argumen harus dicari melalui rasio,
moral, dan afeksi. Karena ini dianggap sebagai bagian yang sangat
penting.
b. Disposition atau Taxis atau Oikonomia, adalah penyusunan dan
pengurutan materi (argumen) dalam sebuah pidato.
c. Elocutio atau lexis, yaitu pengungkapan atau penyajian gagasan dalam
bahasa yang sesuai. Ada tiga hal yang menjadi dasar elucutio, yaitu
komposisi, kejelasan, dan langgam bahasa dari pidato; kerapian,
kemurnian, ketajaman, dan kesopanan dalam bahasa; kemegahan, hiasan
pikiran dengan upaya retorika.
d. Memoria atau Mneme yaitu menghafalkan pidato, latihan untuk
mengingat gagasan-gagasan dalam pidato yang sudah disususn.
19
e. Actio atau Hypokrisis, yaitu menyajikan pidato, penyajian efektif dari
sebuah pidato akan ditentukan juga oleh suara, sikap, dan gerak-gerik
tubuh.14
4. Pembinaan Teknik Berbicara
Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu
pembinaan teknik berbicara merupakan bagian yang penting dalam retorika.
Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas,
teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara dan bercerita.15
Setiap orang bisa menyampaikan pidato, karena pidato adalah satu hal
yang dapat dipelajari asalkan dia mau mengetahui dan mempelajari serta
mempraktekkan tiga prinsip pidato atau yang biasa disebut trisila pidato, yaitu:
a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak).
b. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda
memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda (olah vokal).
c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan, dan
tubuh anda (olah visual).16
Dari tiga prinsip pidato di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa pidato
adalah satu bakat yang dapat dipelajari dengan menguasai trisila pidato tersebut.
14 Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1984),
Cet. Ke-7, hal.9-10 15 P. Rudi Wuwur Hedrikus, Retorika, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), hal. 16-17 16 A.H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,
(Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982), hal.5
20
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu
bentuk isim masdar dari kata da’a-yad’u-da’watan yang artinya menyeru,
memanggil, mengajak dan menjamu.17 Toha Yahya Umar menegaskan, bahwa
dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti, seruan, panggilan atau undangan,
adapun dakwah di Islam dimaksudkan adalah, mengajak dengan cara bijaksana
kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.18
Di dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang menunjukan kata tersebut,
antara lain, dalam surat Yunus ayat 25 yang berbunyi
“Allah menyeru manusia ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”. (Yunus: 25)
Sedangkan menurut istilah, mengandung beberapa makna yang berbeda
namun tujuan dan arti dari dakwah itu sendiri sama, di bawah ini ada beberapa
pengertian istilah dakwah menurut para pakar ilmu dakwah, antara lain:
M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan,
baik dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan
17 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah, 1973), hal.127 18 Toha Umar Yahya, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya,1983), Cet. Ke-.3 , hal.1
21
berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian,
kesadaran, penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur
paksaan.19
Karena dakwah adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan
ketertarikan, oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas
lisan semata, akan tetapi mencakup sekuruh aktivitas lisan maupun perbuatan
yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan
terhadap Islam.20 Artinya tujuan dakwah adalah bagaimana kita mengajak orang
lain agar senantiasa mengamalkan yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang
timbul dari kemauan mereka sendiri. Allah berfirman
⌧
☺ ☺
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran. Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( al-Maidah: 8).
19 M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),
hal.6 20 Ahmad Mubarok, Dakwah Islam, (Bogor: Thariqul Izzah, 2002), Cet. ke-. 1, hal. 13
22
Quraish Shihab berpendapat, bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada jalan keinsyapan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi lebih
baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.21
Sedangkan dakwah menurut H.N.S Nasrudin Latif, dakwah artinya setiap
usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai
dengan garis-garis aqidah dan syariah serta akhlak islamiyah.
2. Unsur-Unsur Dakwah
a. Dai
Da’i secara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk isim fa’il dari asal
kata da’a-yad’u-da’watan, artinya orang yang melakukan dakwah. Secara
terminologi, da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (akil baligh) dengan
kewajiban dakwah.22 Seorang da’i tidak hanya harus mengetahi dan hapal
berbagai macam hadits melainkan seorang da’i dituntut harus menguasai ajaran-
ajaran Islam, penuh kewibawaan dan wawasan yang tinggi karena selayaknya da’i
memahami berabagai aspek sendi kehidupan.
Menurut DR. Musthafa Ar-rafi’i dalam bukunya yang berjudul potret juru
dakwah. Syarat-syarat dan sifat yang harus dipenuhi sosok juru dakwah adalah, pertama, Amal dan kegiatannya harus ikhlas karena mencari ridha Allah dan karena ingin meraih pahalanya. Kedua, Seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam amal soleh. Ketiga, Menempuh cara hikmah (bijaksana) terhadap orang-orang terpelajar dan intelek, dan melakukan metode “mauizhah hasanah” (nasihat yang baik) dalam mengahadapi orang awam dan orang biasa. Keempat,
21 Quraish Shihab,Membumikan Al-Quran Fungsi Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke, .XIX, hal. 194 22 Idris A Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, (Uin Syarif Hidayatulloh Jakarta, Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi, 2004), hal.6
23
Seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang sesuai dengan jamannya dan menguasai teori dari berbagai aliran pemikiran. Kelima, Seorang juru dakwah harus lembut dalm menyampaikan nilai-nilai dan pandangan serta lembut dalam mengingkari kesesatan. Keenam, Dalam dakwahnya ia bertujuan menarik manfaat dan menghilangkan kemudharatan. Ketujuh, Harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan. Kedelapan, Harus mengetahui tabiat kejiwaan jama’ahnya. Kesembilan, Sang juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabila cara hikmah, jidal dan mauizhah hasanah tidak mempan.23
Dewasa ini banyak para da’i yang menyiarkan agama Allah dengan cara
yang bermacam-macam, dengan satu tujuan amar ma’ruf nahyi munkar.banyak
ayat-ayat yang menjelaskan tentang pentingnya amar maruf nahyi munkar, seperti
yang tertera dalam surat al-Imron ayat 104.
☺
☺ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.(al-Imron:104)
Setiap muslim berkewajiban melakukan dakwah dengan caranya masing-
masing, karena ayat di atas menjelaskan agar kita menyeru orang lain terhadap
kebaikan. Menyeru terhadap yang ma’ruf dan mencegah terhadap yang munkar.
Pentingnya subjek dakwah dalam mendidik diri pribadi dengan kesabaran dan
keteguhan hati serta kemauan yang keras untuk berbuat baik dan berupaya agar
selalu kembali kepada Allah SWT, mendidik diri supaya berbudi luhur, baik hati,
bersifat murah hati, dermawan dan lebih mementingkan diri orang lain dan
berinfak dengan ikhlas tanpa dilingkupi keragu-raguan dan kebimbangan sama
sekali.
23 Mustthafa ar-Rafi’I,Potret Juru Dakwah, (Jakarta: CV. Pustaka al-Kautsar, 2002), hal.
38-50
24
b. Mad’u
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia
penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang
beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara
keseluruhan.24
Objek dakwah adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk menerima
dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan objek dakwah yang sering
dikenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan, status
sosial, kesehatan dan sebagainya.25
Menurut Muhammad Abduh dalam buku manajemen dakwah karangan M.
Munir dan Wahyu Ilahi mad’u menjadi tiga golongan26, yaitu:
a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir
secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan
b) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir
secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-
pengertian yang tinggi
c) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka
senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan
tidak mampu membahas secara mendalam.
Sedangkan mad’u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat
dikelompokan dalam delapan rumpun, yaitu27 :
24 M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group), edisi ke-1, Cet. Ke-2, hal.23 25 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta, Grafindo,2005), Cet.
Ke-1, hal.107 26 Muhammad Munir Dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 23-24
25
a. Para ulama
b. Ahli zuhud dan ahli ibadah
c. Penguasa dan pemerintah
d. Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya
e. Fakir miskin dan orang lemah
f. Anak, istri dan kaum hamba
g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiat
h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasulnya
c. Materi Dakwah
Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang dapat mempelajari realitas
masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka pada tempatnya
masing-masing, kemudian ia mengajak mereka bedasarkan kemampuan akal,
pemahaman, tabiat, tingkat keilmuan dan status sosial mereka, dan seorang da’i
yang bijak adalah yang mengetahui metode yang akan dipakainya.28
Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
disampaikan da’i dan mad’u, pada dasarnya bersumber dari al-Qur’an dan hadits
sebagai sumber utama yang meliputi akidah, syari’ah, dan akhlak.29 Yang perlu
dipahami dakwah tidak hanya berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah, akan
tetapi lebih dari itu, bagaimana memberikan kesadaran yang dalam agar mad’u
dapat mengaktualisasikan akidah, syari’ah, dan akhlak dalam kehidupan sehari-
hari.
27 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Prenada Media,2006),
Cet. Ke-2, ed.rev, hal. 106. 28 Sa’id al-Qathani, Menjadi Da’i Sukses, (Jakarta:Qisthi Press, 2005), Cet Ke-1, Hal. 97. 29 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 109.
26
Seyogyannya seorang da’i harus mampu membaca kondisi dan situasi mad’u
agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh mad’u. di
sinilah. Peran materi sangat dibutuhkan guna menunjang keberhasilan dalam
berdakwah.
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah
pokok, yaitu.30
Pertama, masalah akidah (keimanan), masalah pokok yang menjadi materi
dakwah adalah aqidah islamiyah, aspek akidah ini yang akan membentuk moral
manusia. Karena akidah bersifat sentral pada diri manusia dan sangat erat
hubungannya dengan rukun iman maka yang dibahas pada akidah tidak hanya
tertuju iman akan teteapi mencakup apa yang dilarang seperti syirik.
Kedua, masalah syari’ah, hukum atau syariah disebut sebagai cermin
peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Materi dakwah yang
menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberika informasi
yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang berifat wajib,
mubah, makruh, dan haram.
Ketiga, masalah mu’amalah, Islam merupakan agama yang melakukan
urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih
banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual.
Ibadah dalam mu’amalah di sini, diartkan sebagai ibadah yang mencakup
hubungan dengan Allah SWT dalam rangka mengabdi padanya.
30 M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 24-30
27
Keempat, masalah akhlak. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik
dengan ukuran yang bersumber pada Allah. Sebagaimana telah diaktualisasikan
oleh Rasulluloh SAW. Apa yang menjadi sifat dan digariskan baik olehnya dapat
dipastikan baik secara esensial oleh akal manusia. Dalam al-Quran dikemukakan
bahwa kriteria baik itu, antara lain bertumpu pada sifat Allah SWT.
d. Metode Dakwah
Metode adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau
jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.
Efektif artinya antara biaya, tenaga, dan waktu dapat seimbang. Sedangkan efisien
atau sesuatu yang berkenaan dengan pencapaian suatu hasil. Jadi metode dakwah
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai
suatu tujuan dakwah yang efektif dan efisien.31
Sekurang-kurangnnya ada tiga metode yang digambarkan dalam al-Quran
yang tertera dalam surat an-Nahl:
☺ ☺
☺
☺ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(an-Nahl: 125)
31 Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,1993),
hal.21
28
Dakwah dengan hikmah, menurut pendapat M. Abduh dalam buku metode
dakwah yang dikarang oleh Munzier Suparta dan Harjani Hefni32 bahwa. Hikmah
adalah mengetahui rahasia-rahasia dan faedah di dalam arti ucapan yang sedikit
lafazh akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada
tempat atau semestinya.
Dakwah dengan nasehat yang baik, menurut para pakar bahasa, nasehat
mengandung arti teguran atau peringatan. Menurut Ashfani, dengan mengutip
pendapat Imam Khalil yang ditulis oleh A. Ilyas Ismail33, menyatakan bahwa
nasehat adalah memberikan peringatan (al-tadzkir) dengan kebaikan yang dapat
menyentuh hati. Jadi, makna terpenting dari nasehat adalah mengingatkan
(tadzkir) dan membuat peringatan (dzikra) kepada umat manusia. Menurut Sayyid
Qutub nasehat yang baik adalah, nasehat yang dapat masuk dalam jiwa manusia
serta dapat menyejukan hati, bukan nasehat yang dapat memerahkan telinga
karena penuh dengan kecaman dan caci-maki yang tidak pada tempatnya.
Dakwah dengan dialog yang baik, perdebatan dengan cara yang baik
dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi terbatas
pada ide. Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi-
argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan
benar.34 Menurut Qutub, dakwah yang baik (jadal husna) adalah jadal yang tidak
mengandung unsur penganiayaan karena adanya unsur pemaksaan kehendak, juga
tidak mengandung unsur merendahkan dan melecehkan lawan dialog.
32 Munzier Suparta dan Harjani, Hefni metode dakwah, hal. 8 33 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutub, (Jakarta, Pemadani, 2006), Cet. Ke-
1, hal. 249-250 34 Anonim, Islam,Dakwah Dan Politik, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), Cet. Ke-
1, hal. 33-36
29
e. Media Dakwah
Media dakwah menjadi salah satu unsur dalam berdakwah, karena
bagaimanapun media dapat membantu da’i dalam menyampaikan isi pesannya
agar menjadi efektif. Banyak media yang dapat dimanfaatkan oleh juru dakwah,
termasuk di dalamnya adalah semua jenis media masa, seperti radio, televisi, surat
kabar, majalah dan sebagainya. Di samping itu masih banyak lagi media dakwah
yang lainnya mengingat media itu dapat berupa orang, tempat, kondisi tertentu
dan sebagainya.35
Pada saat ini masih banyak para da’i yang menggunakan media
dakwahnya dengan menggunakan mimbar, dan tabligh akbar, walaupun cara ini
terbilang tradisional namun cukup efektif dan masih dipertahankan sampai saat
ini.
Dalam buku yang berjudul studi tentang ilmu dakwah, karangan Anwar
Mas’ari. Dia menyebutkan beberapa media dan sarana yang diperlukan oleh juru
dakwah antara lain:
a) Mimbar dalam khitabah
b) Qalam dalam khitabah
c) Pementasan dan drama
d) Seni suara dan bahasa
e) Medan dakwah
f) Alat bantu perlengkapan
35 Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, hal. 163
30
f. Tujuan Dakwah
Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah tujuan dakwah,
bagaimanapun dakwah merupakan suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu, karena tanpa tujuan dakwah yang disampaikan akan sia-sia. Menurut
Asmuni Syukir dalam buku dasar-dasar strategi dakwah Islam, tujuan dakwah
terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Tujuan Umum Dakwah Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia meliputi orang mu’min
maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang diridlai Allah SWT. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia maupun di akhirat merupakan titik tujuan hidup manusia, maka dakwah pun mengajak kita untuk mengarah kepada kebajikan.
2) Tujuan Khusus Dakwah
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian daripada tujuan umum. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktifitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagaimana secara terperinci. Di bawah ini disajikan beberapa tujuan khusus dakwah a. Mengajak ummat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatlan taqwanya kepada Allah SWT. Tujuan ini pun dibagi lagi kedalam tujuan yang lebih khusus a) Menganjurkan dan menunjukan perintah-perintah Allah b) Menunjukan larangan-larangan Allah c) Menunjukan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau bertaqwa
kepada Allah d) Menunjuakan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepadanya
b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf. Tujuan ini pun dibagi menjadi beberapa tujuan yang lebih khusus a) Menunjukan bukti-bukti ke-Esaan Allah b) Menunjukan keuntungan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah c) Menunjukan ancaman bagi orang yang ingkar kepadanya d) Menganjurkan untuk berbuat baik dan mencegah berbuat kejahatan e) Mengajarkan sareat Allah dengan cara bijaksana f) Memberikan beberapa tauladan dan contoh yang baik kepada (muallaf)
31
c. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah
d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Tujuan ini pun masih dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus, yaitu:
a) Menanamkan rasa keagamaan pada anak b) Memperkenalkan ajaran-ajaran Islam c) Membiasakan berakhlak mulia d) Mengajarkan Al-Qur’an.36
3. Bentuk-Bentuk Dakwah
a. Dakwah bi al-Lisan
Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan lisan antara lain :
a) Qaulun ma’rufun, dengan bebicara dalam pergaulan sehari-hari yang
disertai dengan misi agama yaitu agama Islam, seperti penyebarluasan
salam, mengawali perbuatan dengan membaca basmalah.
b) Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah dalam
ibadah maupun perbuatan.
c) Nasihatuddin yaitu memberi nasihat kepada orang yang dilanda problem
kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik, seperti
bimbingan penyuluhan agama dan sebagainya.
d) Majelis Ta’lim, seperti pembahasan pada bab-bab dengan menggunakan
buku atau dengan kitab dan berakhir dengan dialog.
e) Penyajian Umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum.
f) Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan
dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik satu
kesimpulan.
36 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, t.t), hal.54
32
b. Dakwah bi al-Hal
Yaitu dakwah yang dilakaukan melalui berbagai kegiatan yang langsung
menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah atau berdakwah melalui
perbuatan, mulai dari tutur kata, tingkah laku, sampai pada kerja bentuk nyata
seperti mendirikan panti asuhan, fakir miskin, sekolah-sekolah, rumah ibadah
dll.37
c. Dakwah bi al-Qolam
Berbicara dakwah tentang dakwah bi al-Qalam tidak terlepas dengan
memahami makna tulisan. Dalam konteks ini, tulisan memiliki dua fungsi.
Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang produknya berupa
ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya
berupa karya seni (jurnalistik).38
Dakwah bi al-Qalam dengan kekuatannya mempengaruhi masa mampu
membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan merupakan pola pikir dan
prilaku masyarakat. Perkembangan media cetak semakin mencuat karena media
yang bisa diperoleh oleh siapa saja yang membutuhkan perkembangan masyarakat
sekarang ini, pada umumnya mampu membaca, selain itu media cetak cenderung
bisa diperoleh siapa saja dan di mana saja berada.39
37 Rafi’uddin, dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2001), hal. 24 38 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal.175 39 Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 175
BAB III
PROFIL KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DAN PROFIL PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH
A. Riwayat Hidup dan Pendidikan KH. Abdul Rahman al-Madinah
Sosok yang senantiasa menyeru ke jalan Allah serta mengamalkan sunnah-
sunnah Nabi, akhlaknya yang mulia menjadi panutan bagi keluarga dan
masyarakat. KH. Abdul Rahman al-Madinah kelahiran Jakarta Tanggal 31
Agustus 1962. Ayah beliau bernama H. al-Madinah (al-maghfurlah) Ulama asli
Pondok Kelapa, dan Ibunda beliau bernama Hj. Tiharoh. Beliau berada di
lingkungan pendidikan Agama yang sangat kuat dan patuh dalam menjalankan
Syariat Allah, karena ayah beliau selalu menekankan agar kelak dewasa nanti
menjadi anak yang berilmu dan mampu meneruskan perjuangan ayahnya.
KH. Abdul Rahman al-Madinah merupakan anak ke enam dari tujuh
bersaudara, yaitu, H. Abdul Latif (al-maghfurlah), H. Matroji, Hj. Rosadah, H.
Tamin Hadi, Hj. Dra. Rodemah, H. Abdul Rahman dan Rosidah. Sejak kecil
mereka semua dididik dalam keluarga yang taat pada Agama.
KH. Abdul Rahman al-Madinah merupakan salah satu kyai yang disegani di
mata masyarakat, karena ilmu dan wibawanya yang menjadi figure seorang
ulama. Beliau dikenal dimasyarakat sebagai panutan bagi para ustad-ustad atau
para kyai, khususnya yang berada di daerah Pondok Kelapa dan sekitarnya.
Karena kegigihan beliau dalam berdakwah, beliau berhasil mendirikan Pondok
Pesantren untuk anak yatim dan anak yang tidak mampu. Tidak hanya itu beliau
juga membuat Majlis Dzikir Watta’lim yang baru dirintisnya, walaupun Majlis
Dzikir Watta’lim ini terbilang baru namun jamaah yang hadir setiap pertemuan
33
34
sudah mencapai ratusan. Majlis ini dinamakan “Nahdlhotus Syubban” yang
berarti Kebangkitan Para Pemuda. Didedikasikan buat para remaja agar selalu
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya serta selalu berpegang
teguh pada Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Pada tahun 1987 KH. Abdul Rahman al-Madinah menikah dengan Ibu
Kasmawati. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai Enam orang anak yaitu,
Qonita Rahmawati, Zaqi Mubarok, Fadli Rahman, Hafizuddin, Rofi’uddin, dan
Silvia Annajma. Di dalam keluarga beliau memiliki keluarga yang harmonis dan
humoris, sehingga anaknyapun tidak segan-segan untuk menceritakan keluh
kesahnya pada beliau.1
Tokoh Ulama betawi ini berharap perjuanganya nanti dapat diteruskan oleh
anak-anakya, maka tidak heran jika semua anaknya beliau masukan ke pesantren-
pesantren yang ada di Jakarta bahkan ada pula yang di Luar Jawa.dalam satu
hadits Rasul dikatakan.
“Jika Anak Adam Meninggal Maka Terputuslah Amal Ibadahnya Kecuali Tiga. Yang Pertama. Shodaqoh Jariyah, Kedua. Ilmu Yang Bermanfaat Dan Ketiga Anak Yang Selalu Mendoakan Kedua Orangtuanya2”.
Penerapan pendidikan yang sangat tegas oleh KH. Abdul Rahman al-Madinah
membuat anak-anaknya memiliki pengetahuan agama dan umum yang cukup,
perjuangan beliaupun dalam mendidik anaknya tidak sia-sia karena ada salah satu
dari anak beliau yang sudah mampu perpidato di depan masyarakat atau
terkadang mengisi majelis ta’lim yang beliau asuh.
1 Wawancara Pribadi Dengan Ustad Rofi’uddin (Menantu KH. Abdul Rahman al-
Madinah) Pada Tanggal 24 juli di Pon-Pes al-Hidayah. 2 Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, Shahih At-Targib Wa At-Tarhih, (Hadits-
Hadits Sahih Tentang Anjuran Dan Janji Pahala, Ancaman & Dosa, (Jakarta. PT. Tim Pustaka Sahifa, 2007). Hal. 180
35
Tuntutlah Ilmu Walau Sampai Ke Negeri China, itulah untaian pribahasa arab
yang menjadi landasan beliau dalam menuntut ilmu. Beliau banyak mengemban
ilmu-ilmu Agama di berbagai Sekolah hingga menjadi Mubaligh terkenal dan
disegani. Adapun sekolah yang pernah beliau jadikan tempat untuk menuntu ilmu,
1. Sekolah Dasar di Pondok Kelapa.
2. Madrasah Ibtidaitah (MI) di Pondok Kelapa.
3. PGA di Bekasi Pada Tahun 1979.
4. Pondok Pesantren Daarul-Rahman terletak di Jakarta Selatan di bawah
asuhan KH. Syukron Ma’mun.
5. Salafiyah, Serang Banten Pada Tahun 1985.3
B. Aktivitas Dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah dan Keterkaitan
Berdirinya Pondok Pesantren al-Hidayah
Aktivitas dakwah beliau tidak hanya sebatas dengan siraman-siraman rohani
ataupun ceramah, akan tetapi beliau juga melakukan kegitan atau dakwah bilhal
sebagai usaha mengefektifkan dakwah Islam agar balance antara dakwah billisan
dan dakwah bilhal.
Setiap hari beliau menjalan aktivitas yang padat dimulai dari mengajar di
beberapa majlis talim sampai berdakwah di atas mimbar, namun beliau tidak
3 Pada pagi hari beliau sekolah di Madrasah yang dekat dengan rumah beliau, untuk menuju ke sekolah beliau mengendarai sepeda butut, beliau selalu mendapatkan ejekan dari teman-temannya dengan ejekan “itu onta dah dikasih rumput”, namun beliau tetap sabar. Sorenya beliau sekolah lagi di Madrasah Ibtidaiyah. Kegigihan beliau dalam menuntut ilmu tidak pernah patah semangat, terbukti bahwa beliau banyak menjuarai di berbagai perlombaan baik olahraga maupun seni. Karena beliau menyadari akan pentingnya ilmu agama beliau melanjutkan sekolahnya ke Pesantren Daarul-Rahman. Di sinilah beliau mulai menggali potensi yang ada pada dirinya dalam bidang dakwah, bahkan beliau menjadi salah satu murid kesayangan KH. Syukron ma’mun, sampai saat ini hubungan beliau dengan guru-gurunya masih sangat dekat, beliau pernah berpesan agar selalu menjaga silaturahmi dengan para guru karena dengan itu, ilmu kita akan bermanfaat.
36
pernah lelah untuk berdakwah, karena itu perintah dari Allah yang dituangkan
pada al-Quran.dan Hadits.
☺ ☺
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung.” (al-Imran Ayat 104).
Dengan cara penyampaiannya yang bagus dan mudah dicerna oleh
masyarakat serta memadukan materi ceramah dengan humor yang dapat
menyegarkan Suasana mad’u. KH. Abdul Rahman al-Madinah mampu merekrut
jama’ah dari berbagai kalangan, bahkan banyak jamah yang menginginkan majlis
talimnya diajar oleh beliau. Aktifitas beliau selain membimbing dan mengasuh
santriawan dan santriawati yang ada di Pondok Pesantren beliau juga aktif
dakwah di luar dan berbagai Daerah termasuk Sulawesi, Padang, Kalimantan dan
masih banyak lagi .
Beliau mengajar dari masjid ke masjid dari remaja orang tua dan kaum ibu
terutama di lingkungannya sendiri karena beliau ingin lingkungannya disirami
dengan siraman rohani. Beliau mengajar juga di luar Kota atau Jawa akan tetapi
mengajar di sana hanya sebulan sekali, karena yang beliau mendahulukan dakwah
di lingkungannya sendiri. Oleh karena itu setiap hari beliau mengajar di majelis-
majelis yang terletak khusunya di Daerah Pondok Kelapa dan sekitarnya. Beliau
juga sering berdakwah di Luar Jawa untuk mengisi ceramah dalam rangka
memperingati hari besar Islam seperti, Maulid Nabi, Isra Miraj, Nuzulul al-
Qur’an, dan acara besar lainnya.
37
Dalam berdakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah tidak mengenal kelas atas
dan kelas bawah, yang terpenting bagi beliau bagaimana dakwah itu dapat
tersalurkan bagi yang membutuhkannya, karena dakwah merupakan warisan dari
Rasullullah, walaupun tantangan dakwah itu sulit, namun dakwah Islam harus
tetap dilaksanakan.
Sampai saat ini beliau menjadi penasehat FBR dan FORKABI. Banyak partai
yang mengajak beliau untuk bergabung dengan partainya. Namun beliau menolak
karena beliau berharap dakwahnya ini dapat bermanfaat bagi semua lapisan
masyarakat, maka dari itu beliau tidak mau bergelut dalam partai karena
menurutnya. Jika bergelut dalam partai maka mungkin dakwah saya memihak
untuk satu partai saja, saya hanya ingin dakwah saya meluas di berbagai kalangan.
Karena saya dari masyarakat dan saya masyarakat supaya saya diterima oleh
masyarakat makanya saya mengambil satu keputusan bahwa saya ingin dimiliki
oleh semua masyarakat dan tidak memegang kepada satu partai, atau satu
golongan, atau satu organisasi tertentu dengan maksud agar dakwah saya dapat
masuk kesemua kalangan dan masyrakat, karena saya ingin memasyarakatkan
dakwah karena saya berprinsip kalau saya berdakwah satu partai maka partai lain
tidak menikmati dakwah saya, karena berbeda pendapat atau argument oleh partai
lain. Sedangkan kita satu bangsa yanga harus diberi siraman rohani sehingga
menjadi bangsa yang selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi
larangannya.
KH. Abdul Rahman al-Madinah tertarik dengan Dunia Dakwah karena itu
merupakan perintah dari Allah dan Rasulnya. Dalam al-Quran “ud’u” ajaklah
38
atau serulah manusia dalam kebaikan, jika kita senantiasa mengajak saudara-
daudara kita kejalan kebaikan yang diridhoi oleh Allah maka itu sangat mulia di
hadapan-Nya. tugas yang mulia ini merupakan perintah Allah, tanpa pamrih,
tanpa mengharap balasan dari seseorang yang kita ajak berdakwah. Jika mereka
mengikuti apa yang kita serukan sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulnya berarti
kita telah menyelamatkan mereka.4
Maka dari itu beliau sangat tertarik dengan tugas yang mulia itu, ada satu
pepatah yang mengatakan. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi
orang lain. Kita ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang
lain makanya saya akan terus menjalakan dakwah walau dakwah itu sangat berat
Katakan Yang Benar Walau Itu Pahit. Kita harus berani katakan yang benar itu
benar dan yang bathil itu bathil di tengah-tengah Umat dan di tengah masyarakat
Berdirinya Pondok Pesantren al-Hidayah dilatar belakangi oleh adanya
keprihatinan terhadap anak-anak yatim dan dhua’fa yang kurang mendapatkan
perhatian yang memadai untuk memahami dan melaksanakn petunjuk Agama
Islam. Islam adalah agama “Rahmatan Lil’aalamin” (Rahmat Bagi Seluruh
Alam). Namun di sisi lain ada juga manusia yang seakan-akan tidak merasakan
kerahmatan Islam karena dari mereka tidak memiliki kelebihan harta, ilmu,
maupun kesempatan. Di antara manusia yang tidak kurang mendapatkan perhatian
tersebut adalah anak-anak yatim dan dhu’afa.
4 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah (Pimpinan Pondok
Pesantren al-Hidayah), Pada Tanggal 5 Agustus, di kediaman beliau.
39
Agar keprihatinan di atas dapat membuahkan hasil maka perlu segera
didirikan sebuah sarana pendidikan untuk menampung anak-anak yatim dan
dhua’fa, maka H. al-Madinah (al-magfurlah) , H. Abd. Latif (al-magfurlah), dan
KH Abdul Rahman al-Madinah mendirikan sebuah yayasan al-Hidayah, pada
mulanya yayasan ini hanya bergerak di bidang informasi seperti Majelis Ta’lim,
Kuliah Ramadhan dan kegiatan-kegiatan Islam lainnya.
Namun pengurus dan pengasuh tidak putus asa juga tidak tinggal diam
berbagai usaha telah dilakukan agar dapat mengembangkan cita-cita melalui
yayasan yang sudah terbentuk. Maka untuk mengantisipasi kamajuan jaman serta
dukungan dan dana-dana dari warga setempat yang tak henti-hentinya
didedikasikan kepada pengurus dan pengasuh. maka didirikan juga Pondok
Pesantren al-Hidayah dan sekolah formal hingga saat ini, mulai dari Raudhotul
Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madarasah Tsanawiyah (MTs), Dan
Madrasah Aliyah (MA).5
Para santri yang datang dan bermukim di Pondok Pesantren al-Hidayah
ternyata tidak hanya dari masyarakat Pondok Kelapa, akan tetapi ada pula santri
yang berasal dari Luar Jawa seperti, Lampung, Palembang dan Irian Jaya. Mereka
bermukim di sana semata-mata hanya ingin menuntut ilmu dan sekaligus
mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka melalui program
EkstraKurikuler di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren al-Hidayah diharapkan
menjadi Lembaga Pendidikan Islam yang menciptakan generasi muslim serta
5 Wawancara Pribadi Dengan Ustad Moh. Zaelani, Pada Tanggal 19 Juni Di Kediaman
Beliau.
40
mampu menjawab tantangan jaman dan yang paling pokok adalah mampu
menyiapkan sumber daya alam yang berkualitas.
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren al-Hidayah
Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan yang lainnya. Pondok Pesantren
al-Hidayah bertujuan untuk menyiarkan ajaran Agama Islam secara menyeluruh,
di samping sebagai lembaga pendidikan Pondok Pesantren al-Hidayah juga
berfungsi sebagai lembaga sosial kemasyarakatan untuk kemaslahatan umat Islam
yaitu dengan cara melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
1. Visi
Mencetak generasi muslim yang siap terjun ke masyarakat untuk
menyebarluaskan Agama Allah yang selalu berpegang teguh pada al-Qur’an
dan Hadits, Jujur, Amanah, Ilmiyah Amaliyah, Amaliyah Ilmiyah.
2. Misi
a. Mempersiapkan kader-kader muslim yang menguasai ilmu Agama,
mampu berkreasi secara aktif berlandaskan Iman dan Taqwa.
b. Menanamkan jiwa tauhid yang tinggi dengan landasan al-Quran dan
Hadits.
c. Membentuk anak-anak yatim dan dhua’fa menjadi generasi muslim yang
memiliki Iman yang kuat, berakhlak mulia dan berpendidkan.
Sejak diresmikannya Pondok Pesantren al-Hidayah pada tanggal 1 Januari
Tahun 1990 oleh KH. Syukron Mamun. Pesantren ini sudah menerapkan
perpaduan antara Sistem Klasik dengan Sitem Salaf. Misalnya pada pagi hari
41
mulai pukul 06.30 sampai 07.10 semua santri melakukan percakapan di halaman
sekolah dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Pada pukul 07.20 sampai
12.00 dilaksanakn proses belajar di dalam kelas. Lalu pada siang harinya sampai
pukul 15.00 para santri mengikuti kursus bahasa Arab dan Inggris. Selanjutnya
pada sore harinya diberlakukan Sistem Salafi, karena pada pukul 16.00 sampai
pukul 17.30 para santri belajar kitab kuning seperti Fathul Mu’in, Fathul Qurib
dan lain sebagainya. Lalu selepas sholat maghrib sampai isya para santri
memperdalam baasa arab dengan mempelajari kitab-kitab seperti, al-Ajrumiyah,
al-Imriti, an-Nahwul al-Wadih dan lain sebagainya6.
Guna terlaksananya cita-cita pesantren untuk membentuk generasi muslim
yang siap terjun ke masyarakat, maka Pondok Pesantren al-Hidayah memberikan
program formal dan nonformal. Adapun program-program tersebut:
Formal
1. Raudhatul Athfal
2. Madrasah Ibtidaiyah
3. Madrasah Tsanawiyah
4. Madrasah Aliyah
Dalam rangka membangun serta mempertajam kemampuan santri sesuai
bidnagnya masing-masing maka pondok pesantren al-hidayah membentuk wadah
ekstrakurikuler, antara lain;
6 Wawancara Pribadi Dengan Ustad Moh. Zaelani.
42
Non formal
1. Muhadhoroh (Latihan Pidato Dengan Menggunakan Tiga Bahasa)
2. Muhadatsah (Percakapan Dengan Menggunakan Bahasa Arab dan
Inggris)
3. Marching Band
4. Pencak Silat
5. Marawis
6. Hadroh
Pondok Pesantren al-Hidayah menanggung seluruh pembiayaan pendidikan,
makan dan minum serta sarana dan prasarana dengan kata lain gratis, terutama
bagi mereka yang tidak mampu, fakir miskin anak yatim, dan dhuafa, maka tidak
heran jika banyak para santri yang berdatangan dari berbagai pelosok daerah.7
Pondok Pesantren al-Hidayah juga mengadakan acara besar yaitu Maulid Nabi
Muhammad SAW yang diadakan rutin setiap tahun sekali. Antusias masyarakt
begitu besar sehingga jamaah yang menghadiri acara tersebut hampir ribuan,
biasanya pada acara besar KH. Abdul Rahman al-Madinah mengundang Mubaligh
kondang seperti. KH. Zainuddin. MZ, KH. Rhoma Irama, Ustad Jefri al-Bukhori
serta masih banyak lagi para ulama yang datang pada acara Maulid Nabi
Muhammad SAW yang diadakan di Pondok Pesantren al-Hidayah.
7 Wawancara Pribadi Dengan Ustad Moh. Zaelani.
BAB IV
ANALISIS RETORIKA DALAM PELAKSANAAN DAKWAH KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH
A. Konsep Retorika Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah
Berdakwah pada dasarnya merupakan aktifitas lisan baik yang
disampaikan secara formal melalui berbagai forum resmi ataupun sekedar
berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT.
Ceramah atau khutbah merupakan salah satu bentuk kegitan dakwah yang sangat
sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Agar dakwah itu
berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal, dan hati para jamaah,
maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang sangat penting.
Dalam berdakwah seorang da’i dituntun agar memahami betul apa yang
dimau oleh mad’u agar dakwah yang disampaikan benar-benar sampai kepada
masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam perbuatan
yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran islam. Retorika menjadi hal yang
paling pokok untuk mengaktualisasikan tujuan dakwah tersebut, seni berbicara
yang baik akan memudahkan jamaah untuk menerima dan memahami materi yang
disampaikan. Seni berbicara merupakan rasa atau warna yang melengkapi setiap
kata yang terlontar dalam bekomunikasi, sehingga setiap kata yang keluar dari
lisan menjadi indah dan enak didengar serta mampu menghipnotis jamaah.
Sedangkan retorika dakwah menurut KH.Abdul Rahman al-Madinah.
Gaya atau ciri khas seorang da’i dalam berdakwah. Berdakwah itu perlu cara dan
perlu gaya supaya tidak menjenuhkan dan tidak membosankan ma’du atau orang
yang kita ajak dakwah, sebab jika dakwah itu monoton maka orang akan jenuh. Di
43
44
situlah diperlukan retorika dakwah dan retorika dakwah sangat penting untung
menunjang keberhasilan dalam berdakwah tanpa menguasai retorika dakwah
maka dakwah kita kurang memuaskan. Karena dakwah Perlu trik sendiri jika
dakwah kita monoton orang akan ngantuk bahkan jenuh dan lain sebagainya.1
Dalam retorika dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah, beliau
menggunakan intonasi yang bervariasi, dan berbicara sesuai dengan kondisi
jamaah serta mampu menyampaikan dakwahnya sesuai dengan klasifikasi usia
audience. Ketika mad’u yang dihadapi kecil dalam hal ini tingkat sigor, maka
intonasi suara lebih sering lantang namun lembut, hal ini juga dapat ditemui
dalam proses retorika, yaitu usaha untuk melibatkan emosi dan rasio dari pihak
mad’unya mereka merasa terlibat dengan masalah dan persoalan yang disajikan2.
Ketika berdakwah di hadapan ribuan jamaah, beliau menampilkan seluruh
gayanya tanpa harus meniru gaya orang lain, kadang beliau menggunakan bahasa
tubuh (gesture) seperti menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, mimik wajah
yang dibuat secara spontan, dan kontak mata beliau yang tidak pernah lengah
kehadapan jamaah, sehingga dakwahnya dapat menarik perhatian jamaah
Hal tersebut sesuai dengan tiga prinsip pidato atau yang biasa disebut
trisila pidato, yaitu
1. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak
(kontak)
1 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul RAhman al-Madinah, (Pimpinan Pondok
Pesantren al-Hidayah), Pada Tanggal 5 Agustus di Kediaman Beliau. 2 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pertama,1997), Cet Ke.XVIII, hal.45
45
2. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda
memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda (olah
vokal)
3. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah,
tangan dan tubuh anda (olah visual)3
Dakwah yang disampaikan panjang lebar dan memakan waktu yang cukup
panjang, jika seorang da’i tidak menguasai retorika dan tidak mengemas materi
dengan baik maka jamah akan merasa bosan dan jenuh, namun jika seorang da’i
ahli dalam retorika, maka dakwah yang disampaikan selama berjam-jam pun akan
berlalu begitu saja, tanpa kehilangan perhatian terhadap da’i tersebut. Begitu
hebatnya retorika sehingga orang tetap tertarik dan mau mendengarkannnya.
Dalam ilmu retorika seorang orator disaat berbicara harus melakukan
persiapan-persiapan, seperti, penguasaan materi, pemilihan topik dan
penyampaian pesan dengan gaya bahasa yang baik karena itu semua menjadi
syarat dalam mencapai keberhasilan dakwah, karena persiapan adalah setengah
dari kesuksesan. Apabila ada sedikit kejelekan, maka hal itu akan mempengaruhi
seorang da’i.
Retorika merupakan seni atau gaya dalam penyampaian materi, berarti
materi yang disampaikan dikemas dengan cara yang menarik, sebagaimana tujuan
dari retorika dalam berdakwah adalah mengutarakan pesan dakwah lewat bahasa
lisan dengan menganjurkan jamaah mengikuti ajaran Islam, agar jamaah lebih
paham dan tertarik untuk mengikuti apa yang disampaikan.
3 A.H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,
(Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982), hal.5
46
Seorang da’i memulai pidato dengan cara mengajak jamaah ke dalam
suasana santai dan ceria terlebih dahulu atas materi yang akan disampaikan agar
dapat menarik dan perhatian jamaah, jika da’i menyampaikannya diawali dengan
bahasa yang lembut maka jamaah dapat menerimanya dengan mudah, namun jika
dimulainya dengan dakwah yang kasar maka jamaahpun akan enggan
menerimanya.
Seorang da’i haruslah pandai untuk mengenal dan mengetahui jamaahnya
dengan baik, juga dapat melihat situasi dan kondisi mad’u yang di hadapinya,
sebab tanpa melihat itu maka dakwah kita tidak mengenai sasaran, karena dari
sinilah seorang da’i dapat menentukan tema apa yang perlu dibahas yang sesuai
dengan keadaan jamaah. Agar dakwah yang disampaikan tepat pada sasarannnya.4
Salah satu petunjuk al-Quran bagi mereka yang menjalankan dakwah adalah
hendaknya para da’i melakukan dakwah itu sesuai dengan kadar kemampuan
orang yang didakwahi dan dengan bahasa kaumnya dan bukan dengan bahasa
yang tidak dipahami oleh para pendengarnya5.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim ayat empat:
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ibrahim: 4)
4 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 5 Musthafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi Harmoni Antara Kelembutan
Dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), Cet. Ke-1, hal. 21.
47
Sebagai seorang Da’i atau Mubaligh selayaknya terlebih dahulu
mempunyai trik atau gaya dalam berdakwah agar dakwahnya dapat diterima oleh
masyarakat dan mengena pada sasaran. Maka metode yang beliau gunakan
terlebih dahulu adalah mengetahui dan mengenal orang yang diajak dakwah. Kita
harus mengenal mad’u terlebih dahulu, sebab masyarakat berbeda-beda tingkat ke
ilmuwannya, kita lihat mereka dari golongan apa. Atas, menengah, atau awam
maka sangat penting bagi da’i mengenal medan yang akan didakwahinya.6
Misalnya pada saat kita bertemu dengan petani maka bahasa yang kita
gunakanpun bahasa petani. Pada saat bertemu orang yang kita anggap intelektual
maka bahsaa yang kita gunakanpun bahasa yang intelektual. Salah satu di antara
Hadist Nabi berbunyi “Berbicaralah Kalian Menurut Kadar Kemampuan
Mereka”. Maka bagi para da’i jangan sampai salah pakai dalam penggunaan
bahasa kepada khalayak karena itu dapat mengurangi keberhasilan dalam
berdakwah.
Menurut Muhammad Abduh dalam buku manajemen dakwah karangan M.
Munir dan Wahyu Ilahi mad’u menjadi tiga golongan7, yaitu:
a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir
secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan
b) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir
secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-
pengertian yang tinggi
6 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 7 Muhammad Munir Dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 23-24
48
c) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka
senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan
tidak mampu membahas secara mendalam.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, ternyata sebelum beliau
berdakwah langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenal mad’u atau
medan yang akan kita dakwahi, agar pesan dakwah mudah diterima dan bisa
menjangkau pola pemikiran audience. Beliau bisa beradaptasi dengan jamaah.
Jika berceramah dengan para pejabat maka gaya bahasa yang beliau gunakanpun
bahasa intelek dam ilmiah dan jika bicara di hadapan jamaah yang biasa saja,
maka bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti.
B. Konsep Dakwah Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah
Dakwah ibarat bola lampu kehidupan, yang memberikan cahaya dan
menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang
benderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian
yang cukup terpenting bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda kegersangan
spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi, kerusuhan, kecurangan dan
sederet tindakan-tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah merupakan ajakan kepada
keinsapan atau usaha mengubah situasi yang rumit menjadi situasi yang lebih baik
dan sempurna.
Dalam sejarah di muka bumi ini, dakwah merupakan aktifitas yang sudah
lama sekali dilakukan oleh umat Islam, bahkan sejak Nabi Adam dilahirkan
49
proses dakwah sudah terjadi, sehingga dakwah begitu lekat dengan umat Islam
bahkan hampir di seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Setiap muslim mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah
Dienul Islam kepada muslim lainnya. Sesuai dengan Hadits Rasul “Sampaikanlah
Dari Ku Walau Cuma Satu Ayat”. Untuk itu dalam menyampaikan dakwahnya,
seorang da’i yang berperan sebagai khatib atau penceramah harus memahami
metode dalam berdakwah, agar sukses dalam penyampaiannya.
Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan usaha mengaktualisasikan
nilai-nilai iman teologis dalam suatu sistem kegiatan manusia di bidang
kemasyarakatan yang dilakukan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa,
berfikir, bersikap dan bertingkahlaku dalam tatanan realitas individu dan sosio
cultural dalam rangka mewujudkan nilai-nilai islam dalam berbagi kehidupan.
Konsep dakwah digunakan beliau lebih memprioritaskan masalah-masalah
yang sedang aktual di masyarakat, seperti teroris, nabi dan malaikat palsu, serta
aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan Islam, agar masyarakat tidak ikut-
ikutan dalam hal yang yang dapat merugikan diri sendiri juga terlebih bagi
Agama.
Sedangkan dakwah menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah. Mengajak
atau menyeru setiap orang mempunyai kewajiban dan tugas untuk mengajak
kepada semua lapisan masyarakat, termasuk tugas dakwah kita yang pertama
mengajak terhadap diri kita dan keluarga kita, karena fungsi dakwah itu sangat
50
berarti buat kita, keluaga kita, dan masyarakat agar lapisan masyarakat senantiasa
menjalankan perintah Allah dan Rasulnya.8
Konsep dakwah yang beliau maksud hampir sama dengan pendapa-
pendapat yang ada pada bab sebelumnya. Bahwa keduanya mengandung arti
yaitu. Dakwah adalah mengajak manusia agar menjalankan apa yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya serta menjauhi larangnnya, yang tertera
dalam al-Quran dan as-Sunnah, untuk mencapai kebahagiaan di Dunia dan
Akhirat.
Adapun tujuan dakwah menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah. Adalah
mengajak mad’u agar dapat senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
apa yang dilarangnya, menjalankan apa yang diperintah Rasul dan menjauhi apa
yang dilarangnya, karena menurut beliau jika dakwah tidak mempunyai tujuan
maka dakwah kita akan ngawur dan ngambang, maka kita harus tegas dan tahu ke
mana mad’u akan kita bawa. Sebab da’i ibarat supir angkot kemana penumpang
itu akan dibawa tergantung supir, tentunya supir harus memiliki ilmu dalam
berkendara itu sendiri agar penumpang itu selamat sampai tujuan.9
Maka sekali lagi saya ingin katakan bahwa tujuan dakwah adalah
mengajak manusia kejalan yang baik dan diridhoi oleh Allah SWT. Dakwah itu
merupakan tugas yang mulia. Andai kata orang yang kita ajak ikut ke jalan yang
kita serukan maka di mata Allah itu merupakan kebaikan yang luar biasa, lalu
8 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 9 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
51
bagaimana jika yang mengikuti dakwah kita lebih dari satu atau bahkan jutaan
orang. Subhanallah.10
Penulis melihat bahwa tujuan dakwah yang beliau maksud berbeda dengan
konsep yang ada pada bab dua skripsi ini. Karena tujuan dakwah yang beliau
maksud sama dengan konsep, tidak ada tujuan dakwah yang khusus dan umum
menurut konsep dakwah yang beliau gunakan. Seharusnya beliau mempunyai
tujuan yang khusus dan umum dalam berdakwah.
C. Penerapan Retorika KH. Abdul Rahman al-Madinah Dalam Berdakwah
KH. Abdul Rahman al-Madinah termasuk salah satu kyai yang konsisten
dalam berdakwah. Kepentingan umat lebih beliau prioritaskan dari pada
kepentinagn pribadi. Beliau tidak kenal lelah dalam berdakwah demi syiarnya
agama Allah dimuka bumi serta tegaknya “Amar Ma’ruf Nahyi Munkar”. Oleh
karena itu dakwah seharusnya dilakukan dengan baik agar isi dakwah itu dapat
tersampaikan kepada mad’u.
Penerapan Retorika Dakwah yang efektif menurut KH. Abdul Rahman al-
Madinah, seperti yang disabdakan oleh Nabi “sebaik-baik ucapan itu yang singkat
dan padat”. Tatkala waktu sudah larut malam seorang da’i harus menghindari
dakwah yang terlalu panjang, tetapi kasihlah mereka dakwah yang singkat dan
yang padat, agar mereka dapat mengambil manfaat dari materi yang disampaikan
walaupun itu singkat. Jika da’i berbicara tanpa Retorika maka dakwah akan
10 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
52
ngawur. Jamaahpun akan bertanya “ dia ngomong apa sih, saya kok tidak
paham”. Maka sering sekali saya katakan jika da’i yang tidak menguasai Retorika
dalam berdakwah maka otomatis dia akan ditinggalkan jamaah.11
Retorika dalam berdakwah sangat penting, sebab menurut beliau tanpa
retorika dakwah maka kita akan bingung ke mana sasaran dakwah kita. Maka
diperlukanlah gaya pidato atau gaya ceramah. Seperti Bung Karno, beliau seorang
Orator dan Proklamator yang sangat luar biasa, bagaimana gaya beliau dalam
berpidato di hadapan ribuan jamaah, satu contoh maulid Nabi Muhammad SAW
di Istana Negara, pidato beliau sangat mengebu dan berapi-api, tapi beliau tahu
kapan harus menggunakan intonasi keras dan kapan menggunakan intonasi yang
lembut. Tujuannya agar jamaah tetap konsen dan memperhatikan dakwah kita,
sebab kalau kita terlau humorpun itu akan jenuh kalau seriuspun akan bosan.
Oleh karena itu retorika dakwah sangat penting tanpanya dakwah kita ngawur
artinya tidak mnegena pada tujuan dan sasaran.12
Penerapan retorika dakwah sangat penting demi menunjang keberhasilan
dalam berdakwah. Penerapan retorika dakwah harus tepat pada tujuan dan sasaran
mengingat bervariasinya tingkat kesadaran dan kemampuan daya nalar
masyarakat. Dalam pelaksanaan retorika dakwah beliau mempersiapkan tahapan-
tahapan, seperti, meguasai dan menetukan topik yang akan dibahas, penyampaian
dengan gaya bahasa yang baik, intonasi dan artikulasi yang jelas, dan humor yang
dapat menyegarkan suasana jama’ah. Untuk memudahkan penulis dalam
11 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah. 12 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
53
melakukan jawaban terhadap penerapan retorika dakwah yang beliau gunakan,
maka penulis membaginya dalam beberapa langkah, yaitu:
1. Persiapan Sebelum Berdakwah
Pada hakikatnya setiap da’i ingin memperoleh pengaruh yang maksimal
pada dakwah yang disampaikannya agar berhasil dan tepat pada sasarannya.
Dakwah harus dilakukan dengan baik dan tepat dengan menggunakan retorika
dakwah. Persiapan adalah salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam
berdakwah, karena persiapan setengah untuk mencapai keberhasilan.
Walaupun jam terbang KH. Abdul Rahman al-Madinah sangat padat,
namun beliau tidak luput dari persiapan-persiapan yang matang demi menunjang
keberhasilan berdakwah. Menurut beliau ada dua persiapan dalam berdakwah,
persiapan secara lahir dan persiapan secara bathin. Di antara persiapan beliau
secara lahir yaitu:
a. Makan Yang Cukup
b. Cukup Tidur
c. Busana Dalam Berdakwah Harus Sesuai
d. Menguasai Materi
Persiapan sebelum Dakwah salah satunya kita memerlukan persiapan fisik
agar ketika kita berada di atas mimbar tidak tegang dan kaku, dan ketika sedang
melakukan dakwah supaya kondisi fisik kita sehat Persiapan lain kita harus makan
yang cukup, sebab jika kita terlalu lapar atau kenyang maka itu tidak baik juga
dalam penyampaian dakwah dan jika terlalu laparpun kita tidak konsen. Juga
54
persiapan lainnya harus cukup tidur, sesab kalau kurang tidur da’i akan kaku di
atas mimbar, penyampaiannyapun akan terbata-bata. Dan juga harus menguasai
materi yang akan kita sampaikan sesuai dengan tema yang mad’u maksud.
Pakaianpun harus kita siapkan dengan baik agar sesuai dengan keadaan ekonomi
jama’ah, ketika saya diundang di hadapan fakir miskin maka saya menggunakan
pakaian yang sederhana dan tidak terlihat terlalu mencolok.
Adapun persiapan beliau secara bathin yaitu:
a. Sholat Dhuha
b. Sholat Hajat
c. Sholat Tahajjud
d. Puasa
Ketika Nabi Musa akan mengahadap Firaun, seorang raja yang dzhalim
pada masanya, maka Nabi Musapun dianjurkan oleh Allah agar berdoa
“Robisyrohlii Sodrii Wayassirlii Amrii Wahlul ‘Uqdatan Min Lisaanii Yafqohu
Qowlii”. Itu do’a yang selalu saya baca ketika saya berada di atas mimbar.
Kadang juga persiapan bathin dengan sholat dhuha, sholat hajat, sholat tahajjud
dan berpuasa. meminta kepada Allah agar dakwah itu sesuai dengan apa yang
diperintahkan. 13
Persiapan bathin tujuannya karena semata-mata dakwah itu “Minallahi Wa
Ilallahi” dari Allah dan hanya untuk Allah. Karena kedua persiapan itu tidak
dapat dipisahkan. Manusia boleh sama kulitnya bahkan mungkin rambutnya tetapi
13 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
55
hati mereka siapa yang tahu. Maka agar manusia tetap memperhatikan kita dalam
berdakwah kita selalu memohon kepada Allah agar dakwah yang kita sampaikan
dapat lancar dan mengena ke hati mad’u, meminta kepada Allah agar dibimbing
dalam berdakwah dan tidak melukai hati orang. Sebab persiapan fisikpun tidak
cukup dalam berdakwah, dengan persiapan bathin kita akan selalu berpegang pada
Allah meminta bimbingan dari-Nya supaya apa yang kita sampaikan benar-benar
datangnya dari Allah jadi dakwah yang kita serukan tidak menyimpang.14
2. Penyusunan Dan Penguasaan Materi
Dakwah adalah proses mengkomunikasikan materi dakwah kepada tujuan
dakwah atau sasaran yang dimaksud oleh da’i itu sendiri. Oleh karena itu seorang
da’i harus mempersiapkan diri dalam melakukan aktifitas dakwah. Di samping
penguasaan materi-materi dakwah, juga teknik dalam penyampaian dakwah yang
dapat diterima oleh masyarakat.
Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah, selayaknya materi yang akan
disampaikan da’i harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Materi
yang beliau sajikan bersumber dari al-Quran, Hadits, Fatwa Ulama dan lain
sebagainya yang sesuai dengan materi yang akan dibahas. Serta materi yang
diangkatpun harus yang sedang menjadi pembicaraan masyarakat atau aktual,
dikemas secara mendalam dengan gaya bahasa yang menarik, karena dengan ini
maka dakwah yang disampaikan akan mengena kepada tujuan atau sasaran.
14 Wawancara Pribadi Dengan KH. Abdul Rahman al-Madinah.
56
Penyusunan dan penguasaan materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat merupakan suatu kewajiban bagi seorang da’i, sebab tanpa
penguasaan materi yang mendalam maka akan sulit membanguan kredibilitas
seorang da’i, sehingga dakwah yang disampaikan ngawur dan asal-asalan,
dakwah seperti ini akan membingungkan mad’u yang menerimanya. Namun jika
da’i mampu menguasai materi yang disajikan dengan bagus otomatis
penyampaiannyapun akan bagus pula, da’i terlihat tenang dan santai, mad’upun
akan mudah menerima pesan yang disampaikan.
3. Pemilihan Bahasa
Bahasa adalah momentum sebuah kata yang dapat membuat orang lain
paham dan mengerti. Seorang da’i harus pandai memilih kata-kata dan
mengemasnya dengan bahasa yang tepat agar jamaah mudah menerimanya.
Aristoteles memberikan nasehat ini; gunakan bahasa yang tepat, benar dan dapat
diterima. Pilih kata-kata yang jelas dan langsung, sampaikan kalimat yang indah,
mulia, dan hidup dan sesuaikan bahasa dengan pesan khalayak dan pembicaraan.
Dalam dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah menggunakan bahasa
yang mudah dipahami dan dicerna oleh jamaah. Bahasa yang beliau gunakan
merupakan bahasa indonesia, namun sekali-kali beliau juga menggunakan bahasa
inggris sebagai guyonan agar jamaah menjadi segar, setelah beliau mengucapkan
bahasa inggris, beliau selalu berkata” udah dengering aja gua mau gaya ini”,
logat yang beliau gunakan gaya suara betawi yang khas.
57
Gaya bahasa yang disesuaikan audiencenya yang dihadapi rangkain kata-
kata yang tidak bertele-tele, susunan kata yang teratur dan sistematis, membuat
ceramah yang enak didengar dan dipahami oleh mad’unya dalam hal ini para
santrinya. Olah vokal yang jelas lantang bicara tanpa ada rasa takut, sebab apa
yang beliau sampaikan adalah suatu kebenaran yang harus diketahui dan
dipahami.
Pengunaan bahasa, mimik dan intonasi retorika dakwah KH. Abdul
Rahman al-Madinah mampu meyakinkan mad’unya dalam pelaksanan dakwah
bil-lisan, penerapan dan penggunaan gaya serta intonasi retorika dakwah beliau
dapat dikatakan bagus, karena penyampaian sesuai dengan tingkat variasi
keilmuannya.
4. Materi Dakwah
Materi yang diangkat harus relevan dengan kondisi atau yang tengah
menjadi perhatian masyarakat saat ini, agar masyarakat berantusias dalam
mendengarkan dakwah yang disampaikan. Penyampaian materi harus
disampaikan secara mendalam agar mad’u dapat memahami masalah-masalah
yang sedang dihadapinya.
Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah salah satu penyebab kegagalan
dakwah karena da’i kurang mempersiapkan tema atau materi yang akan dibahas,
sebab jika kurang persiapan dalam berdakwah maka da’i akan bingung sendiri apa
yang harus ia sampaikan, otomatis karena kurang persiapan maka akan dakwah
gagal. Oleh karena itu persiapan materi dalam berdakwah menjadi salah satu
faktor yang utama dalam berdakwah.
58
Setelah penulis menghadiri beberapa kali ceramah beliau, baik di
lingkungan pesantren maupun di luar, seperti malelis-majelis yang beliau asuh.
Beliau menggunakan topik atau materi dakwah sesuai dengan metode yang
penulis gunakan pada bab dua yaitu:
Pertama, masalah akidah (keimanan), masalah pokok yang menjadi materi
dakwah adalah aqidah islamiyah, aspek akidah ini yang akan membentuk moral
manusia. Kedua, masalah syari’ah, hukum atau syariah disebut sebagai cermin
peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Materi dakwah yang
menyajikan unsur syariat harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi
yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang berifat wajib,
mubah, makruh, dan haram. Ketiga, masalah mu’amalah, Islam merupakan
agama yang melakukan urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada urusan
ibadah. Ibadah dalam mu’amalah di sini, diartkan sebagai ibadah yang mencakup
hubungan dengan Allah SWT dalam rangka mengabdi padanya. Beliau selau
menganjurkan agar kita selalu menjaga tali silaturahmi pada siapapun, karena itu
akan menyebabkan turunnya rahmat kepada kita, seperti dipanjangkan umurnya
dan dipermudah rejekinya. Keempat, masalah akhlak. Islam mengajarkan agar
manusia berbuat baik dengan ukuran yang bersumber pada Allah. Sebagaimana
telah diaktualisasikan oleh Rasulluloh SAW.
Materi dakwah yang beliau sampaikan dapat diketahui dari pembukaan
yang beliau gunakan. Apakah materi itu tentang Maulid, Isra Miraj, ataupun acara
59
المحمود واصطفاه فكان خير مبعوث و خير مولود د ف الوجود بمحملذى شرلحمد لا
د عبده و رسولهمحم الق اشهد ان ال اله اال اهللا وحده الشريك له و اشهد انمكارم االخ واتم
د وعلي اله و اصحابه وجنوده وانصاره الي يوم دنا محمم علي سيي وسلصل لهمال
:ابعدام.ينالد
15لعلي خلق عظيمك وان"قال تعالي في آتابهالعزيز
الم الة والسين والصنياوالدالحمدهللا الحمدهللا رب العالمين وبه نستعين علي امورالد
سبحانك ال علم لنااال .يندد وعلي اله وجنوده الي يوم الدناوشفيعناوموالنامحمعلي سي
الةلدلوك اقم الص:تعاليقال .اباهللا العلي العظيمك انت العليم الحكيم الحوالوالقوةالمتنا انماعل
16.اقران الفجر آان مشهود يل و قران الفجر انلمس الي غسق الالش
5. Humor
Kehidupan manusia tidak terlepas dari humor karena manusia memiliki
“Sense Of Humor”. Terkadang da’i memakai humor untuk menarik perhatian
jama’ah. Namun demikian humor dalam ceramah bukan sembarang humor seperti
halnya pelawak. Humor yang dimaksud adalah humor-humor yang bersifat
edukatif dan berisi ceramah.17 Seorang da’i yang baik akan menyisipkan pesan-
15 Ceramah KH. Abdul Rahman al-Madinah, Memperingati Maulid Nabi Muhammad
SAW, di Kemayoran Pada Tanggal 28 Juli 2010 16 Ceramah KH. Abdul Rahman Al-Madinah, Tentang Keutamaan Sholat Dan Mengaji,
Di Majelis Daaruus As-Sa’idah, Pada Tanggal 6 agustus 2010 17 Asmuni Sukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), hal. 120
60
pesan dakwahnya melalui humor, karena rasa humor juga dapat digunakan untuk
menjadikan masalah yang serius menjadi santai.
Humor merupakan bagian dari dakwah para da’i, terkadang dalam
berdakwah para da’i memilih dengan gaya bercanda, sehingga lebih memudahkan
mad’u dalam menerima pesan yang disampaikan oleh da’i, namun perlu dipahami
juga bahwa humor digunakan sebagai selingan dan hanya untuk menyegarkan
suasana jama’ah sehingga dakwah tidak monoton dan mad’upun tidak jenuh.
Menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah humor itu tergantung
bagaimana situasi dan kondisi, humor kita gunakan pada saat mad’u sudah terlihat
jenuh. Sering kali saya katakan bahwa retorika dakwah sangat penting dalam
bedakwah tanpa menguasai retorika dakwah maka kita akan ditinggali oleh
jamaah. Walaupun dakwah itu terbilang serius humor itu perlu untuk membumbui
dakwah akan tetapi jangan terlalu humor karena ditakutkan isi dari materi yang
kita sampaikan berkurang dan juga jangan terlalu serius karena itu akan
menjenuhkan jamaah, maka humor diperlukan saat diperlukan dan usahakan pula
dalam berdakwah kita harus santai.
Contoh humor yang beliau gunakan”…ada anak muda disuruh menjadi imam kebetulan waktu itu imam rutinnya sedang ada hajat, tanpa pikir panjang majulah ini anak muda ke tempat imam.ini anak muda biasa kalo solat bacanya qulhu(al-ikhlas), dia nekat baca surat alkafirun, ini surat emang pendek tapi banyak tikunganny bu. Lalu ini anak muda baca surat alkafirun ga selesai-selesai, walaa anawa laa antum walaa ana walaa antum, akhirnya jamaah ada yang kesel lalu dia teriak”lakum diinikum tong” kemudian anak muda ini baca lakum diinikum waladdollin jamaah serentak berkata AMIIIINNN. Nenek-nenek bilang lah kayanya gua amiin dah dua kali dah, lalu yang di sebelah jawab eh
61
nek sembahyang mah jangan ngomong, di sebelahnya lagi, ga mau kalah dan dia bilang. untung gua ga ngomong…”18
Beliau menggunakan humor seperti ini tatkala waktu menunjukan sudah
sangat larut malam, setelah jamaah merasa terhibur dengan humor-homor yang
menyegarkan barulah beliau menyampaikan tema atau materi yang akan
disampaikan.
Dari seluruh uraian di atas tentang penerapan retorika dakwah KH. Abdul
Rahman al-Madinah, dapat disimpulkan bahwa beliau berhasil dalam
melaksanakan yang sesuai dengan apa yang ada dalam retorika , materi dakwah
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bahasa yang mudah dipahami serta
ilustrasi yang sesuai dengan tema dan memahami situasi dan kondisi yang ada di
masyarakat.
Hal ini dikuatkan lagi dengan pendapatnya Toto Tasmara. Bahwa dalam
menerapkan retorika ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya;
aktualisai, analisa, persoalan dan situasi, kekuatan bahasa dan pengalaman,
intonasi, analogi dan pribahasa.19
Selama pengamatan penulis mengikuti dakwah beliau yang selalu dihadiri
ratusan jamaah walaupun kadang pengajiannya seusai solat subuh, penulis tidak
menemukan jamaah yang mendengarkan dakwahnya dalam keadaan tidur ataupun
bercanda. Akan tetapi mereka justru sangat antusias mendengarkan ceramahnya.
Dengan retorika yang beliau gunakan dapat menghipnotis jamaah, tidak lain dan
18 Ceramah KH. Abdul Rahman al-Madinah di Kemayoran Pada Tanggal 28 Juli 2010 19 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-3,
hal. 155
62
tidak bukan bahwa retorika yang baik serta cara penyampaian yang baik dapat
menarik hati jamaah.
Dari beberapa jamaah yang diwawancarai semuannya merespon baik atas
retorika dakwah yang beliau gunakan. Wawancara ini tingkatannya bervariasi
mulai dari santri ustad bahkan mahasiswa. Kepandaian KH. Abdul Rahman al-
Madinah dalam mengemas retorika sebagai alat, dan dakwah sebagai subjek.
Dalam hal ini beliau berhasil menggunakan retorika untuk mencapai keberhasilan
dalam berdakwah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini terdiri dari tiga butir yang
merujuk pada permasalahan dan tujuan penelitian
1. Retorika Dakwah menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah. Gaya atau ciri
khas seorang da’i dalam berdakwah. Berdakwah itu perlu cara dan perlu gaya
supaya tidak menjenuhkan dan tidak membosankan ma’du atau orang yang
kita ajak dakwah, sebab jika dakwah itu monoton maka orang akan jenuh.
Retorika Dakwah sangat penting dalam berdakwah tanpa menguasai Retorika
dakwah maka dakwah kurang memuaskan atau mungkin tidak berhasil.
Karena dakwah Perlu trik sendiri jika dakwah kita monoton orang akan jenuh.
2. Dakwah menurut KH. Abdul Rahman al-Madinah. Mengajak atau menyeru.
Setiap orang mempunyai kewajiban dan tugas untuk mengajak kepada semua
lapisan masyarakat. Tugas dakwah yang pertama mengajak terhadap diri kita
dan keluarga kita, karena fungsi dakwah itu sangat berarti buat diri kita,
keluaga kita, dan juga masyarakat. Agar lapisan masyarakat senantiasa
menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Tujuan dakwah mengajak mad’u
agar dapat senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi apa yang
dilarangnya, menjalankan apa yang diperintah Rasul dan menjauhi apa yang
dilarangnya.
63
64
3. Penerapan Retorika Dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah di pondok
pesantren al-hidayah dan sekitarnya khususnya di Pondok Kelapa. Seperti
pada umumya para kyai menyampaikan dakwahnya dengan salam dan
moqaddimah terlebih dahulu, lalu memulainya dengan ayat atau hadits yang
berkaitan dengan tema, beliau menggunakan bahasa yang sederhana agar
mudah dipahami oleh mad’unya serta menyesuaikan situsasi dan kondisi,
mengingat klasifikasi mad’u dan daya tangkapnya yang berbeda. Olah vokal
yang beliau miliki sangat khas, nada dan irama yang naik turun, adakalanya
menyelipkan humor, adakala juga bersikap tegas dan serius. Gaya intonasi
yang khas dan menarik dapat memikat hati jamaah.
Penerapan retorika dakwah beliau cukup efektif, dari segi prakteknya beliau
cukup memahami retorika dakwah yang baik, selain penguasaan materi yang
baik, pengetahuan bahasanya serta pengalaman beliau dalam berdakwah
membuat retorika beliau kian bagus. Ini terbukti dalam pelaksanaan
dakwahnya, karena setiap minggu, bahkan setiap tahun di pondok pesantren
santri dan jamaah beliau selalu bertambah. Dakwah yang beliau gunakan
bersifat information,yaitu memberi informasi atau pengetahuan pada jamaah.
education, yatu memberi pendidikan, terbukti dengan pondok pesantren dan
beberapa majlis talim yang beliau asuh. Persuasion, mampu mengemas materi
dakwah dengan menarik. dan entertainment, dalam berdakwahpun beliau
menggunakan canda agar dakwah terlihat lebih santai. Dengan keempat
65
landasan tersebut dakwah beliau dapat dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat.
B. Saran-saran
Ada beberapa saran yang peneliti ajukan dalam pengembanan retorika dakwah
yang beliau gunakan. Semoga saran-saran ini dapat bermanfaat. Dalam kali ini
penulis mengajukan saran yakni:
1. Hendaknya setelah KH. Abdul Rahman al-Madinah menyampaikan materi
dakwahnya, pada akhir ceramah mengambil satu kesimpulan atau
menyimpulkan secara keseluruhan, agar mad’u dapat memahami dan
mengambil manfaat yang lebih sesuai dengan tema. Hendaknya humor-
humor yang berbau “porno” agar dihindari.
2. Abi panggilan sehari-hari beliau. Dakwah adalah tugas yang sangat mulia
sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya. Semoga abi tetap konsisten
(Istiqomah) dalam menjalankan dakwah Islam, dengan selalu melakukan
perbaikan-perbaikan secara terus menerus, karena figur dan sosok seperti abi
yang dibutuhkan sekarang ini.
3. Kepada segenap dewan guru al-Hidayah dan jamaah Nahdhotus Syubban agar
terus mendukung program dengan selalu memberikan gagasan dan juga ide.
Agar pondok pesantren al-Hidayah bisa lebih maju dan berkembang lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Datuk Tombak. Kunci Sukses Penerangan Dan Dakwah, Jakarta: PT. Rhineka
Cipta.
al-Qathani, Sa’id. Menjadi Da’i Sukses, Jakarta: Qisthi Press, 2005.
Anonim. Islam,Dakwah Dan Politik. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002.
Arifin. M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
ar-Rafi’i, Mustthafa. Potret Juru Dakwah. Jakarta: CV Pustaka al-Kautsar, 2002.
Badrutamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta, Grafindo, 2005.
Departemen Pendidikan Nasioanal. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Effendi, Onong Uchana. Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003.
Hasanuddin, A.H. Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,
Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982.
Hedrikus, P. Rudi Wuwur. Retorika. Jakarta: CV. Firdaus, 1993.
Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Qutub. Jakarta, Pemadani, 2006.
Israr, M.H. Retorika Dan Dakwah Islam Era Modern. Jakarta: CV. Firdaus, 1993.
Keraf, Gorys. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1984.
Lubis, H. Basrah. Metodologi Dan Retorika Dakwah Petunjuk Praktis Khutbah Dan
Pidato. Jakarta: PT. Tursina,1999.
Malaikah, Musthafa. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi Harmoni Antara
Kelembutan Dan Ketegasan. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001.
Mastuhu. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar Disiplin Ilmu,
Bandung: Pusjarlit Dan Nuansa, 1998.
Mubarok, Ahmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
……….., Dakwah Islam. Bogor: Thariqul Izzah, 2002.
M.Munir dan Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Munzier Suparta dan Harjani Hefni. Metode Dakwah. Jakarta, Prenada Media, 2006.
Moleong, Lexy. j. Metodologi Penilitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Oka, I Gusti Ngurah. Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar. Bandung: Terate,
1976.
Rahmat, Jalaluddin. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,1999.
………., Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002.
Rafi’uddin, dan Maman Abdul Djaliel. Prinsip-Prinsip Dan Strategi Dakwah
Bandung: CV. Pustaka Setia,1997.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta:UIN Jakarta Press, 2007.
Rukmana, H. Naan. Masjid Dan Dakwah. Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002.
Rosydy, T,A Lathief. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi. Medan: PT.
Firma Rinbow,1939.
Saputra, Wahidin. Retorika Dakwah Lisan, (Teknik Khitabah). Buku Ajar Fakultas
Dakwah UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta: Dakwah Pres 2006.
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Quran Fungsi Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999.
Shomad, Idris A. Diktat Ilmu Dakwah. Uin Syarif Hidayatulloh Jakarta, Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi, 2004.
Subagyo, Joko. Metode Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta Rhineka Cipta,1991.
Syakir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas,1993.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pertama, 1997.
Yahya, Toha Umar. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya,1983.
Yunus, Muhammad. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah, 1973.
KH. Abbdul Rahman al-MMadinah SSaat Berddakwah
Partner KKH. Abdull Rahman a
al-Madinahh dalam beerdakwah
Peneliti Saat Akan Berdakwah
KEMENTRIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Tlp/fax : (021) 7472728 / 74703580
Jl. Ir Juanda no. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id,E-mail : [email protected]
FORMULIR PENDAFTARAN CALON WISUDA KE-81
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
1. Nama : Hari Haryanto
2. Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi 06 Januari 1988
3. Nomor Pokok : 106051001821
4. Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
5. Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
6. Program : S1
7. : Retorika Dakwah KH. Abdul Rahman al-Madinah di
Judul Skripsi
Pondok Pesantren al-Hidayah
tasi 28
rgan
: -
ka atas Rt 007. Rw. 03. No.26. Jati Bening I.
13. Alamat Sekarang : 03. No.26. Jati Bening I.
14. Nama Ayah :
yah
u
Ibu
mah Tangga
Jakarta, 31 Agustus 2010
ryanto
8. Tanggal Lulus : 31 Agustus 2010
9. No. Ijazah : -
10. Indeks Pres : 3,
11. Jabatan Dalam O isasi
Kemahasiswaan
12. Alamat Asal : Jl. Nang
Pondok Gede. Bekasi Barat
Jl. Nangka atas Rt 007. Rw.
Pondok Gede. Bekasi Barat
Moh. Somad. S.pd
15. Pendidikan A : S1
16. Pekerjaan Ayah : Gur
17. Nama Ibu : Wina
18. Pendidikan : SMA
19. Pekerjaan Ibu : Ibu Ru
Hari Ha
KEMENTRIAN AGAMA UNIVE (UIN)
FAKU UNIKASI 72728 / 74703580
Jl.
RSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA LTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOM
Ir Juanda no. 95Tlp/fax : (021) 74
Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id,E-mail : [email protected]
IDENTITAS ALUMNI Wisuda Ke 010/2011
Yang bertandatangan di bawah ini,
ari Haryanto
1988
Rw. 03. No.26. Jati Bening I.
Alamat Sekarang : . 03. No.26. Jati Bening I.
Kode Pos :
n 76030 HP. 0856-8530-533
S u
hman al-Madinah di
8. Pembimbing
i n
engetahui, Jakarta,31 agustus 2010
Drs. Jumroni, M.Si
: 81/Tahun Akademik 2
1. Nama : H
2. Nomor Pokok/NIM : 106051001821
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi 06 Januari
Alamat Asal : Jl. Nangka atas Rt 007.
Pondok Gede. Bekasi Barat
Jl. Nangka atas Rt 007. Rw
Pondok Gede. Bekasi Barat
17412
5. Telepo : 021 849
6. Jurusan/Program t di : Komunikasi dan Penyiaran Islam
7. Judul Skripsi : Retorika Dakwah KH Abdul Ra
Pondok Pesantren al-Hidayah
: Drs. Wahidin Saputra.MA
9. Penguji 1 : Drs. Study Rizal, LK, MA
10. Penguji 2 : H. Zakaria. MA
11. Tanggal Lulus Uj a : 31 Agustus 2010
12. IP/Yudisium : 3,28/amat baik
13. No & Tgl. Ijazah : -
14. Pekerjaan : -
15. Alamat Pekerjaan : -
M
Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Hari Haryanto NIP. 19630515 199203 1 006
Bismilla Assalam Yang be
Menera
Benar t
judul:
“Retori
Demiki
Wassala
ahirahmani
mu’alaikum
ertanda tangNama Pekerjaan Alamat
angkan bahwNama Nim Jur/SemesteAlamat
telah melak
ika Dakwah
ianlah surat
amu’alaiku
irrahim
Warahmat
gan di bawa: KH. A: Mubal: Jl. Lam
wa mahasisw: Hari H: 10605
er : KPI/V : Jl. NaPondok
kukan wawa
h KH Abdu
keterangan
m Warahma
tullahi Waba
ah ini: Abdul Rahmlligh mpiri RT. 0
wa di bawahHaryanto 51001821 VIII angka Atas
k Gede. B
ancara/riset
l Rahman A
n ini dibuat u
atullahi Wa
arakaatuh
man al-Madi
01/12, Kec. D
h ini
s RT. 007/0Bekasi Barat
dengan say
Al-Madinah
untuk dapat
abarakaatuh
Pim
inah
Duren Sawi
03 No. 26.t 17412
ya, untuk m
h Di Pondo
t digunakan
h
Jakartampinan Pon
KH Abd
it. Jakarta T
Kel. Jati B
melengkapi d
ok Pesantre
n sebagaima
05 Agustusndok Pesantr
dul Rahman
Timur
Bening Bar
data skripsi
en Al-Hiday
ana mestinya
s 2010 ren al-Hiday
n al-Madina
ru. Kec.
i dengan
yah”
a
yah
ah
Yang be
Menera
Benar t
Majelis
“Retori
Demiki
ertanda tangNama Pekerjaan Alamat
angkan bahwNama Nim Jur/SemesteAlamat
telah melak
s Ta’lim yan
ika Dakwah
ianlah surat
gan di bawa: KH. A: Mubal: Jl. Lam
wa mahasisw: Hari H: 10605
er : KPI/V : Jl. NaPondok
ksanakan p
ng saya bim
h KH Abdu
keterangan
SURAT
ah ini: Abdul Rahmlligh mpiri RT. 0
wa di bawahHaryanto 51001821 VIII angka Atas
k Gede. Bek
enelitian di
mbing, denga
l Rahman A
n ini dibuat u
T KETERA
man al-Madi
01/12. Kec. D
h ini
s RT. 007/0kasi Barat 17
i lingkunga
an judul skr
Al-Madinah
untuk dapat
J Pimpina
KH A
ANGAN
inah
Duren Sawi
03 No. 26. 7412
an Pondok
ripsi:
h Di Pondo
t digunakan
Jakarta 05 Aan Pondok P
Abdul Rahm
it. Jakarta T
Kel. Jati B
Pesantren
ok Pesantre
n sebagaima
Agustus 20Pesantren al
man al-Mad
Timur
Bening Bar
al-Hidayah
en Al-Hiday
ana mestinya
10 l-Hidayah
dinah
ru. Kec.
h dan di
yah”
a
HASIL WAWANCARA DENGAN KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH
Hari/Tanggal : Kamis, 5 Agustus 2010
Tempat : Jl. Lampiri RT. 01/12. Kec. Duren Sawit. Jakarta Timur (Kediaman
Beliau)
Jam : Pukul 23:29 WIB
1. Bagaimana latar belakang Keluarga Kyai, Pendidikan serta pengalaman dalam Bidang
Organisasi?
Jawab : Latar Belakang saya, Saya Lahir di Jakarta Pada Tanggal 31 Agustus
Tahun 1962. Ayah saya bernama KH al-Madinah dan Ibu saya bernama Hj. Tiharoh.
Saya anak ke-Enam dari Tujuh bersaudara, mereka adalah, H. Abdul Latif (al-
maghfurlah), H. Matroji, Hj. Rosadah, H. Tamin Hadi, Hj. Dra. Rodemah, H. Abdul
Rahman dan Rosidah. Dari kecil kami dididik dengan Agama. Awal pendidikan saya
sekolah di Sekolah Pendidikkan Dasar dan sorenya saya belajar lagi di MI. Lalu saya
masuk sekolah PGA yang berada di Daerah Bekasi setelah lulus dari sana saya
melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Daarul Rahman yang terletak di Daerah
Jakarta Selatan di bawah asuhan KH. Syukron Ma’mun. Karena ayah saya juga guru
maka saya dan semua saudara-saudara di warisi dengan pendidkan agama. Kakak saya
sendiri menjadi kepala sekolah di Pondok Pesantren al-Hidayah dan saya sendiri yang
mengasuh Pondok Pesantren tersebut, Namun saya merasa bahwa yang menjadi
pengasuh di Pondok Pesantren tidak hanya saya karena itu adalah wakaf dari Orang
Tua maka kami sekeluarga siap untuk mengelola Pesantren tersebut agar lebih
berkembang lagi. Kalau organisasi saya aktif dalam bidang organisasi sampai saat ini
saya menjadi penasehat FBR dan FORKABI. Sebenarnya banyak orang-orang partai
yang mengajak saya untuk bergabung dengan partainya tapi saya menolak karena saya
berharap dakwah saya ini bermanfaat bagi semua partai maka dari itu saya tidak mau
bergelut dalam satu partai karena kalau saya bergelut dalam satu partai maka mungkin
dakwah saya memihak untuk satu partai saja, saya paham partai tapi dakwah saya ingin
meluas di berbagai kalangan. Karena saya dari masyarakat dan saya masyarakat supaya
saya diterima oleh masyarakat makanya saya mengambil satu keputusan bahwa saya
ingin dimiliki oleh semua masyarakat makanya tidak memegang kepada satu partai, atau
satu golongan, atau satu organisasi tertentu dengan maksud agar dakwah saya dapat
masuk kesemua kalangan dan masyarakat, karena saya ingin memasyarakatkan dakwah,
karena saya berprinsip kalau saya berdakwah satu partai maka partai lain tidak kena
dakwah saya karena berbeda pendapat atau argument oleh satu partai tertentu
sedangkan kita satu bangsa yanga harus diberi siraman rohani sehingga menjadi bangsa
yang selalu menjalankan perintah allah SWT dan menjauhi larangannya.
2. Apa aktifitas Kyai selain membimbing santri di Pondok Pesantren?
Jawab : Aktifitas saya saya selain membimbing dan mengasuh santriawan dan
santriawati yang ada di Pondok Pesantren saya juga aktif dakwah di Luar dan berbagai
Daerah termasuk Sulawesi, Padang, Kalimantan dan masih banyak lagi.
3. Berapa jumlah Majelis Ta’lim yang Kyai asuh? Dimana saja?
Jawab : Saya mengajar dari mesjid ke mesjid dari remaja orang tua dan kaum
ibu terutama di lingkungan saya sendiri karena saya ingin lingkungan saya disirami
dengan siraman rohani. Saya mengajar juga di luar Kota atau Jawa akan tetapi saya
mengajar di sana sebulan sekali karena yang saya dahulukan di lingkungan saya sendiri
makanya setiap hari saya mengajar di maejlis-majelis yang terletak khusunya di Daerah
Pondok Kelapa dan sekitarnya.
4. Apa yang dimaksud dengan Dakwah itu sendiri menurut Kyai?
Jawab : Dakwah dalam arti secara etimologi adalah mengajak berarti kita
mempunyai kewajiban dan tugas untuk mengajak kepada semua lapisan masyarakat,
termasuk tugas dakwah kita yang pertama mengajak terhadap diri kita dan keluarga kita,
Nah oleh karena fungsi dakwah itu sangat berarti buat kita, keluaga kita, dan
masyarakat agar lapisan masyarakat senantiasa menjalankan perintah Allah dan
Rasulnya.
5. Apa metode yang tepat untuk Kyai sampaikan kepada jamaah?
Jawab : Sebagai seorang Da’i atau Mubaligh selayaknya terlebih dahulu
mempunyai trik atau gaya dalam berdakwah agar dakwahnya dapat diterima oleh
masyarakat dan mengena pada sasaran. Maka metode yang saya gunakan terlebih
dahulu adalah saya melihat orang yang saya ajak dakwah kita harus mengenal mad’u
terlebih dahulu sebab masyarakat berbeda-beda tingkat ke ilmuwannya kita lihat mereka
dari golongan apa, atas, menengah, atau awam maka sangat penting bagi da’i mengenal
medan yang akan didakwahinya, siapa nih dan golongan apa nih. Misalnya pada saat
kita bertemu dengan petani maka bahasa yang kita gunakanpun bahasa petani, pada saat
bertemu orang yang kita anggap intelektual maka bahsa yang kita pakaipun bahasa yang
intelektual. Salah satu di antara Hadist Nabi berbunyi “Khatibinnaasa Biqodri
Uquulihim”. Artinya berbicaralah kalian menurut kadar kemampuan mereka. Seperti
yang tadi saya katakan kalau petani menggunakan bahasa petani kalau intelektual
gunakan bahasa yang intelektual. Maka bagi para da’i jangan sampai salah pakai dalam
penggunaan bahasa kepada khalayak karena itu dapat mengurangi keberhasilan dalam
berdakwah. Cara saya mengenal mad’u pertama kita bertanya terlebih dahulu, seperti,
mayoritas mereka bekerja di bidang apa saja. Supaya apa yang kita sampaikan dapat
mengena sasaran kita tanya masarakat sini sehari-hari mereka menggunakan bahasa
apa agar memudahkan dakwah kita dan mengena kepada khalayak maka mengetahui
mad’u merupakan salah satu faktor terpenting dalam berdakwah.
6. Mengapa Kyai tertarik dengan Dunia Dakwah dan sejak kapan Kyai mulai terjun ke
Dunia Dakwah?
Jawab : Saya tertarik dengan Dunia Dakwah karena itu merupakan perintah dari
Allah dan Rasulnya makanya dalam al-Quran “ud’u” ajaklah serulah manusia dalam
kebaikan maka kalau kita ikhlas mengajak saudara-saudara kita kejalan kebaikan,
jangankan mereka ikut tidak ikutpun itu merupakan penyampaian dakwah dan itu sangat
mulia di hadapan Allah makanya saya memilih tugas yang mulia ini karena itu
merupakan perintah Allah, tanpa pamrih, tanpa mengharap balasan dari seseorang yang
kita ajak, andai kata mereka mengikuti apa yang kita serukan sesuai dengan ajaran Allah
dan Rasulnya berarti kita telah menyelamatkan mereka, satu orang kita ajak ke jalan
kebaikan lalu dia mengikutinya berarti kita mendapatkan ganjaran yang besar lalu
bagaimaan jika sepuluh seratus atau bahkan jutaan orang. Maka dari itu saya sangat
tertarik dengan tugas yang mulia itu, ada satu pepatah yang mengatakan “Khoirunnasi
Anfa’uhum Linnasi”. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Sekarang kita mau jadi orang yang bermanfaat atau orang yang tidak bermanfaat, Nah
sekarang pasti kita ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang
lain makanya saya akan terus menjalakan dakwah walau dakwah itu sangat berat
“Qulilhaqqo Walaw Kaana Murron” katakan yang benar walau itu pahit. Kita harus
berani katakan yang benar itu benar dan yang bathil itu bathil di tengah-tengah Umat
dan di tengah masyarakat itulah dakwah sebab kalau ini tidak kita sampaikan maka
khawatir nanti umat bingung mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang benar
dan mana yang salah sehingga mereka tidak bisa membedakan. Nah dengan adanya
penyampaian dakwah ini kita mengajak dan mengasih tau kepada jamaah bahwa ini
yang hak dan ini yang bathil, ini yang benar dan ini yang salah, ini yang diperintah dan
ini yang dilarang. Apakah tidak mulia tugas yang seperti ini. Saya mulai aktif berdakwah
semenjak saya tamat dari Pesantren karena memang dari Pesantren saya sering
berdakwah pada awalnya saya berdakwah dari lingkungan kecil sampai berkembang
keluar lingkungan seperti di Luar Kota, dan Luar Jawa.
7. Bagaimana dakwah yang menarik agar mad’u mau mendengar ketika Kyai berdakwah?
Jawab : Sebagai da’i yang ahli selayaknya harus dapat melihat situasi dan
kondisi mad’u yang di hadapinya, sebab tanpa melihat itu maka dakwah kita tidak
mengenai sasaaran oleh karenanya pandai-pandailah sebagai da’i untuk bisa dan dapat
menarik jamaah agar dakwah dapat mengena ke hati jamaah. yah salah satunya da’i
harus menguasai betul Retorika Dakwah atau cara penyampaian yang baik dalam
berdakwah agar nyambung apa yang kita sampaikan. Itulah salah satu manfaat
mempelajari dan menguasai Retorika Dakwah, karena kita dakwah tidak sendiri tapi
harus komunikatif alias nyambung dengan mad’u.
8. Apa tujuan dakwah menurut Kyai?
Jawab : Tujuan Dakwah adalah mengajak mad’u agar dapat senantiasa
melaksanakan perintah Allah, menjalankan apa yang diperintah Rasul dan menjauhi apa
yang dilarangnya, sebab jika dakwah tidak mempunyai tujuan maka dakwah kita akan
ngawur dan ngambang maka kita harus tegas dan tahu ke mana mad’u akan kita bawa.
Sebab da’i ibarat supir angkot kemana penumpang itu akan dibawa tergantung supir.
Nah di dalam membawa penumpang iti tentunya supir harus memiliki ilmu dalam nyupir
itu sendiri agar penumpang itu selamat sampai tujuan. Maka sekali lagi saya ingin
katakaan bahwa tujuan dakwah adalah mengajak manusia kejalan yang baik dan
diridhoi oleh Allah SWT makanya dakwah itu merupakan tugas yang mulia. Andai kata
orang yang kita ajak ikut ke jalan yang kita serukan, maka di mata Allah itu merupakan
kebaikan yang luar biasa, lalu bagaimana jika yang mengikuti dakwah kita lebih dari
satu atau bahkan jutaan subhanallah.
9. Perlukah persiapan sebelum berdakwah, kalau iya seperti apa?
Jawab : Persiapan sebelum Dakwah salah satunya kita memerlukan persiapan
fisik agar ketika kita berada di atas mimbar tidak tegang dan kaku, dan ketika sedang
melakukan dakwah supaya kondisi sehat, persiapan lain kita harus makan yang cukup
sebab jika kita terlau lapar atau kenyang maka itu tidak baik juga dalam penyampaian
dan tidak konsen jika terlalu lapar. juga persiapan lainnya harus cukup tidur sesab kalau
kurang tidur, dan juga harus menguasai materi yang akan kita sampaikan sesuai dengan
tema yang mad’u maksud. Sedangkan persiapan bathin, seperti Nabi Ibrahim ketika akan
mengahadap seorang raja yang dzhalim maka Nabi Ibrahimpun dianjurkan agar berdoa
“Robisyrohli Sodri Wayassirlii AmriI Wahlul ‘Uqdatan Min Lisaanii Yafqohu Qowlii”.
Kadang juga persiapan bathin dengan sholat dhuha, hajat dan tahajjud dan meminta
kepada Allah agar dakwah itu sesuai dengan apa yang diperintahkan. Itu artinya
persiapan da’i dan jangan jadi da’i nekat maka dai pun perlu persiapan bathin
tujuannya karena semata-mata “Minallahi Wa Ilallahi” dari Allah dan hanya untuk
Allah. Karena kedua persiapan itu tidak dapat dipisahkan. Manusia boleh sama kulitnya
bahkan mungkin rambutnya tetapi hati mereka siapa yang tahu, maka agar manusia
tetap memperhatikan kita dalam berdakwah maka kita selalu memohon kepada Allah
agar dakwah yang kita sampaikan dapat lancar dan mengena ke hati mad’u, karena
persiapan bathin gunanya kita meminta kepada Allah agar dibimbing dalam berdakwah
dan tidak melukai hati orang, sebab kalau kita hanya mempersiapkan fisik berarti kita
nekat seolah-olah kita merasa diri kita ini siapa tapi kalau kita tetap berpegang pada
Allah kita minta bimbingan dari Allah supaya apa yang kita sampaikan benar-benar
datangnya dari Allah jadi dakwah yang kita serukan tidak menyimpang.
10. Apa yang dimaksud Retorika Dakwah menurut Kyai?
Jawab : Retorika Dakwah artinya gaya atau ciri khas dalam berdakwah.
Berdakwah itu perlu cara dan perlu gaya supaya tidak menjenuhkan dan tidak
membosankan ma’du atau orang yang kita ajak dakwah sebab manakala dakwah itu
monoton maka orang akan jenuh dan di situlah diperlukan Retorika Dakwah dan
Retorika Dakwah sangat penting dalam berdakwah tanpa menguasai Retorika Dakwah
maka dakwah kita kurang memuaskan atau mungkin tidak berhasil. Perlu trik sendiri
karena kalau dakwah kita monoton kadang-kadang orang ada yang ngantuk, jenuh dan
lain sebagainya. Nah pada saat itulah Rertorika Dakwah kita keluarkan tujuannya agar
tidak jenuh di sinilah pentingya Retorika Dakwah.
11. Seberapa penting penggunaan humor dalam berdakwah menurut Kyai?
Jawab : Humor itu tergantung bagaimana situasi dan kondisi. Humor kita
gunakan pada saat mad’u sudah terlihat jenuh makanya sekali saya katakan bahwa
Retorika Dakwah sangat penting dalam bedakwah tanpa menguasai Retorika Dakwah
maka kita akan ditinggali oleh jamaah. Contoh kita ceramah sudah jam 11 malam
misalnya maka supaya dakwah kita menarik didengar jamaah biasanya saya
menyelipkan humor seperti ini ”waktu sudah menunjukan pukul jam 7 lewat 3 jam
artinya kan jam11. Nah dari situ merekan mulai tergerak hatinya untuk mengikuti
dakwah kita terus walau waktu sudah larut malam mungkin ini salah satu trik dakwah
agar jamaah selalu memperhatikan kita walaupun dakwah itu terbilang serius, humor itu
perlu untuk membumbui dakwah, akan tetapi jangan terlalu humor karena ditakutkan isi
dari materi yang kita sampaikan berkurang dan juga jangan terlalu serius karena itu
akan menjenuhkan jamaah maka humor diperlukan saat diperlukan dan usahakan pula
dalam berdakwah kita harus santai.
12. Seberapa penting penggunaan retorika dalam berdakwah?
Jawab : Retorika dalam bedakwah sangat penting kalau saya ditanya seberapa
penting pengunaan Retorika dalam berdakwah maka saya katakan sangat penting, sebab
tanpa Retorika Dakwah maka kita akan bingung ke mana sasaran dakwah kita, ga bakal
mengena maka diperlukanlah gaya pidato atau gaya ceramah seperti Bung Karno, coba
kita lihat Retorika yang beliau gunakan, beliau seorang Orator dan Proklamator yang
sangat luar biasa, menurut saya, bagaimana gaya beliau dalam berpidato di hadapan
ribuan jamaah, satu contoh Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, pidato
beliau sangat mengebu dan berapi-api, tapi beliau tahu kapan harus menggunakan
intonasi keras dan kapan menggunakan intonasi yang lembut. Nah ini dimaksud agar
jamaah tetap konsen dan memperhatikan dakwah kita, sebab kalau kita terlau humorpun
itu akan jenuh kalau seriuspun akan bosan. Makanya Retorika Dakwah sangat penting
tanpanya dakwah kita ngawur artinya tidak mengena pada tujuan dan sasaran.
13. Bagaimana cara penerapan Retorika yang efektif menurut Kyai?
Jawab : Cara penerapan Retorika yang efektif seperti yang disabdakan Nabi
“Khoirul Kalam Maa Qolla Wa Dalla” sebaik-baik ucapan itu yang singkat dan padat,
misalnya peceramahnya banyak dan waktu sudah larut maka seorang da’i harus
menghindari dakwah yang terlalu panjang isinya sedikit tetapi kasihlah mereka dakwah
yang singkat dan yang padat dalam artian mereka dapat mengambil manfaat dari apa
yang disampaikan walaupun singkat. Sekarang kita berbicara tanpa Retorika maka
ngawur dan tidak tahu dakwahnya itu kemana. Jamaahpun akan bertanya “dia ngomong
apasih kok saya ga paham”. Misalnya keadaan jamaah sudah jenuh nah kalau gitu saya
menyampaikan dakwah dengan singkat namun padat dan jamaah pun tidak menggrutu
artinya dakwah kita keterima pada jamaah apa yang kita sampaikan. Maka sering sekali
saya katakaan jika da’i yang tidak menguasai Retorika dalam berdakwah maka otomatis
dia akan ditinggalkan jamaah.
14. Apa tujuan dan fungsi retorika dalam berdakwah?
Jawab : Tujuan Retorika Dakwah dalam berdakwah agar dakwah yang kita
sampaikan kena kepada sasaran sesuai dengan tema yang jamaah maksud, sebab tanpa
Retorika Dakwah, apa yang kita sampaikan kurang mengena pada sasaran. Siapa
mereka yang kita ajak bicara dan kemana pembicaraan yang kita maksud dengan itu
dakwah dapat tersalurkan sesuai kebutuhan mereka.
15. Apa yang menyebabkan kegagalan dalam berdakwah?
Jawab : Penyebab kegagalan dakwah karena da’i kurang mempersiapkan tema
yang akan dibahas sebab kalau kurang persiapan dalam berdakwah maka da’i akan
bingung sendiri apa yang harus ia sampaikan, otomatis karena kurang persiapan maka
akan gagal, kurang persiapan saja akan gagal apa lagi kalau tanpa ada persiapan
mungkin dakwah yang di sampaikan tidak tahu kearah mana yang dimaksud. Oleh
karena itu persiapan materi dalam berdakwah menjadi salah satu faktor yang utama
dalam berdakwah, kemudian yang kedua, jamaah tidak mengerti apa yang disampaikan
da’i itu sendiri karena tidak ngerti artinya ga nyambung da’i ngomong apa jamaah
memahaminya apa alias tidak balance. Akhirnya dakwah itu di anggap gagal apa yang
disampaikan, walau da’i berdakwah dengan mengebu-gebu tapi karena tidak mengenai
sasaran kepada yang diajak dakwah tadi maka dakwah itu dianggap gaagl karena tidak
tepat pada sasaran. Misalnya petani diajak ngomong politik yah itu terlalu jauh jadi ga
ngerti lah mereka, mungkin petani akan bilang “ngomong apa sih da’i saya ga ngerti”.
Nah karena tidak pahamnya jamaah apa yang diutarakan oleh da’i maka itu juga
dianggap gagal makanya da’i harus sangat pandai mengetahui medan yang akan
disampaikan.
16. Menurut Kyai da’i professional itu seperti apa?
Jawab : Dai Professional itu kembali lagi kepada siapa dia itu artinya harus
menguasai berbagai macam ilmu dan lapangan atau medan tempat da’i berdakwah dan
bisa menguasai ilmu dalam beretorika. Terkadang ada da’i yang kurang profssional,
petani diajak ngomong yang bukan dibidangnya sehingga mereka tidak mengerti. Nah itu
juga dibilang kurang profesional. Seharusnya dakwah yang diseru dapat mengena
kepada jamaah, kadang-kadang kalau tidak profesional seorang da’i berdakwah tidak
kenal waktu walaupun sudah larut malam tapi ia tetap ngomong panjang lebar sehingga
jenuh. Da’i profesional itu simpelnya adalah harus tepat segalanya tepat waktu, tepat
tujuan, tepat materi, dan tepat sasaran itu disebut profesional kalau tidak profesional
contohnya tukang tape suruh ceramah yah sudah jelas itu kurang profesioanal dan da’i
harus mempersiapkan segalanya dengan matang.
17. Apa nasehat atau pesan pak kyai pada calon-calon da’i pada masa mendatang?
Jawab : Nasehat buat calon da’i. Karena Dakwah itu tujuan yang sangat mulia
apapun tujuan kita akan mendapat keridhoan Allah maka dasarilah dengan yang ikhlas.
Ikhlas dalam berdakwah karena kalau kita ikhlas dalam berdakwah Insya Allah kita
tidak pernah mengharap imbalan dan mengharap sesuatau tidak pula upah sehingga
nanti yang timbul pada diri kita adalah keikhlasan karena apa saja jika didasari dengan
ikhlas nanti Allah yang akan membalasnya. Namun terkadang ada da’i yang komersil
kalau tidak dijemput ga datang kalau dijemputpun mobilnya harus berAC, yah kadang-
kadang pasang target, pasang tarif kaya taksi. Itu bukan dakwah yang diajarkan oleh
Allah dan Rasulnya karena itu artinya menjual apa yang disampaikan tapi kalau
dasarnya ikhlas pokonya hidup jadi enak aja dah kalau bahasa anak mudanya enjoy aja
dah. Udah selayaknya bagi pada da’i-da’i masa mendatang tanamkanlah keikhlasan
dalam berdakwah cukup Allah yang akan membalasnya karena jika Allah yang
membalas tidak tanggung-tanggung lagi sebagiamana Nabi bersabda “Akhlisuu
A’maalukum Lillahi Fainnaha La Yaqbalu Illa Maa Kholuso Lahu”. Iklaskanlah amalmu
itu karena Allah tidak akan menerima kecuali ikhlas. Berarti karena dakwah adalah
tugas yang mulia maka Allah akan membalas dengan yang mulia pula tanpa ikhlas
berarti kita mengaharap sesuatu maka nanti yang kita dapat hanya sesuatu itu
biarkanlah Allah yang membalas itu semua dengan yang lebih besar.
HASIL WAWANCARA DENGAN USTAD SENIOR PON-PES AL-HIDAYAH
Nama : Ustad. Muhammad Zaelani. S.Ag
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Juni 2010
Jam : Pukul 20:55 WIB
1. Siapa pendiri Pondok Pesantren al-Hidayah?
Jawab : Pondok Pesantren al-Hidayah ini dicetuskan oleh. H. Abdul Latif, KH. al-
Madinah dan KH. Abdul Rahman. Beliaulah yang mempunyai gagsan untuk mendirikan
sebuah Pesantren khusus anak-anak yatim dan yang tidak mampu. Dan pada saat itu
juga saya ditugaskan mencari dana ke berbagai lembaga dan syukur Alhamdulillah
sekarang sudah jadi Pondok Pesantren walaupun mungkin masih banyak kekurangan
dalam segi bangunan, perlu diingat juga bahwa Pondok Pesantren ini berdiri dari dana-
dana warga setempat khusunya daerah Pondok Kelapa dan sekitarnya.
2. Kapan diresmikannya, dan oleh Siapa?
Jawab : Pada tanaggal 1 Januari 1990. Diresmikan oleh guru KH. Abdul Rahman
semasa duduk di bangku Pondok Pesantren Daarul-Rahman, yaitu KH. Syukron
Ma’mun,dan dihadiri dengan kyai-kyai lain seperti KH. Antung Ghazali, KH. Abdul
Qadir al-Jaelani, KH. Abdul Rahman Naidi. Dengan harapan semoga Pondok Pesantren
al-Hidayah ini mendapat keberkahan dari beliau agar mampu menjadikan santri-santri
berakhlak dan berbudi luhur serta berilmu dan dapat mengamalkannya di tengah-tengah
masyarakat.
3. Alasan mengapa mendirikan Pondok Pesantren al-Hidayah?
Jawab : Awalnya anak-anak pada mengaji di Masjid Jami’ al-Ma’mur, karena saking
banyaknya anak-anak ngaji dan tidak tertampung lagi maka beliau berniat untuk
mendirikan Pondok Pesantren agar semua anak-anak yang ngaji dapat tertampung lagi,
akan tetapi Pondok Pesantren ini khsusus buat anak yatim dan anak yang tidak mampu,
nah, mudah-mudahan dengan adanya pondok pesantren ini anak-anak yang tidak mampu
buat bayaran atau anak-anak yatim bisa sekolah dan belajar, karena pesantren ini
menanggung semua biaya pendidikan dan makan bagi para santri.
4. Bearsal dari mana saja santri-santri yang bermukim di asrama?
Jawab : Santri yang bermukim di pondok pesantren dari berbagai macam daerah seperti
sukabumi, jawa tengah, brebes, lampung, garut, pokoknya masih banyak lagi dah,
mereka tau pondok pesantren al-hidayah karena kyai abdul rahman al-madinah sering
menyampaikan dakwahnya di daerah tersebut, akhirnya orangtua santri pada masukin
anaknya ke pesantern al-hidayah.
5. Bagaimana mengembangkan potensi yang ada pada diri santri?
Jawab : Untuk mengembangkan bakat atau potensi apda santri pondok pesantren al-
hidayah membuat program eskul seprti, Muhadhoroh (latihan pidato dengan
menggunakan tiga bahasa), Muhadatsah (percakapan dengan menggunakan bahasa arab
dan inggris) Marching Band, Pencak Silat, Marawis, Hadroh, semoga dengan adanya
program ini bakat mereka dapat tersalurkan.
6. Pendidikan apa saja yang ada di Pondok Pesantren al-Hidayah?
Jawab : Pada pagi hari mulai pukul 06.30 sampai 07.10 semua santri melakukan
percakapan di halaman sekolah dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Terus
pukul 07.20 sampai 12.00 para santri belajar di dalam kelas pelajaranya mulai dari
umum sampai agama ada karena itu pelajaran yang formal. Lalu pada siang harinya
sampai pukul 15.00 para santri mengikuti kursus bahasa Arab dan Inggris. Selanjutnya
pada sore harinya diberlakukan Sistem Salafi, karena pada pukul 16.00 sampai pukul
17.30 para santri belajar kitab kuning seperti Fathul Mu’in, Fathul Qurib dan lain
sebagainya. Lalu selepas sholat maghrib sampai isya para santri memperdalam bahasa
arab dengan mempelajari kitab-kitab seperti, al-Ajrumiyah, al-Imriti, an-Nahwul wadih.
7. Visi dan misi pondok pesantren al-Hidayah, dan tujuan didirikan?
Jawab : Kalo visinya pondok pesantren al-hidayah adalah Mencetak generasi muslim
yang siap terjun ke masyarakat untuk menyebarluaskan Agama Allah yang selalu
berpegang teguh pada al-Qur’an dan Hadits, Jujur, Amanah, Ilmiyah Amaliyah,
Amaliyah Ilmiyah
Sedangkan misinya yang paling pokok adalah Mempersiapkan kader-kader muslim yang
menguasai ilmu Agama, mampu berkreasi secara aktif berlandaskan Iman dan Taqwa.,
Menanamkan jiwa tauhid yang tinggi dengan landasan al-Quran dan Hadits, Membentuk
anak-anak yatim dan dhua’fa menjadi generasi muslim yang memiliki Iman yang kuat,
berakhlak mulia dan berpendidikan
8. Apa Pondok Pesantren ini telah terakreditasi?
Jawab : Kalau sekolahnya sudah lama terakreditasi sedangkan pondok pesantrennya
belum, namun sampai saat ini pengurus akan terus berusaha agar pondok pesantrennya
pun dapat terakreditasi. AMIIN.
Nama : Kyai Ihya ‘Ulumuddin (Jaka Tingkir)
Hari/Tanggal : 09 Novermber 2010
Tempat : Jl. Lampiri RT. 01/12. Kec. Duren Sawit. Jakarta Timur
Pekerjaan : Muballigh
1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?
Jawab : Beliau sosok yang da’i yang penuh karakter, penuh semangat dan
wibawa maka tidak heran jika jamaah beliau sangat banyak, karena beliau penuh
kewibawaan dalam berdakwah
2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?
Jawab : Sangat memukau dan bagus sekali, isi dakwah beliau begitu menyentuh
dengan nada dan retorika yang bagus, keras namun penuh canda dan guyonan
yang membuat jamaah enggan meninggalkan majlis ketika beliau berdakwah
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?
Jawab : Sangat suka sekali, karena dakwah yang beliau gunakan sangat sesuai
dengan situasi dan kondisi saat ini. Beliau selalu menyesuaikan tema yang up-
date pada masyarakat, sehingga masyarakat berantusias mengikuti dakwah
beliau
4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?
Jawab : Sangat mengerti, bahasa yang beliau sampaikan mudah dicerna tidak
monoton sehingga dakwahnya dapat dinikmati semua lapisan masyarakat
5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?
Jawab : Cukup efektif, kalau boleh saya presentasekan kira-kira 90%, apa lagi
saat ini beliau selalu mengajak para pemuda/pemudi untuk mengaji. Saya sangat
mendukung pengajian yang beliau adakan, selain itu juga dakwah beliau sangat
dinikmati oleh para pemuda dan pemudi, oleh karena itu jamaah beliau
kebanyakan anak muda
6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?
Jawab: Sangat bagus, dakwah beliau sangat berbobot dan menggetarkan dengan
nada suara yang keras dan tegas, beliau menyampaikan dakwahnya tanpa rasa
takut walaupun ketika membahas tentang kepemerintahan
7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?
Jawab : Iya, agar jamaah yang mendengarkan tidak jenuh karena itu juga
merupakan salah satu persiapan dalam berdakwah, namun selayaknya humor
yang digunakan sesuai dengan tema yang menjadi pokok pembahasan
8. Menurut anda apa kekurangan dan kelebihan KH. Abdul Rahman dalam
berdakwah?
Jawab: Bahasa intelektual yang beliau gunakan agak kurang. Selayaknya juga
dakwah beliau ditunjang oleh ilmu-ilmu atau wawasan umum
Kalau kelebihan beliau sangat banyak, karena beliau salah satu muballigh yang
menjadi panutan bagi para da’i, khusunya di daerah pondok kelapa. Suara keras,
tegas serta enak didengar, penuh canda, energik dan susunan bahasa yang mudah
dipahami oleh mad’u
9. Apa saran anda untuk KH. Abdul Rahman?
Jawab: Saran saya untuk beliau, hendaknya selalu mempebanyak membaca
buku-buku atau materi-materi umum agar lebih menunjang dakwah beliau pada
masa yang akan datang.
Kyai Ihya ‘Ulumuddin
Nama : Ustad. Muhammad Romli
Hari/Tanggal : 3 juli 2010
Tempat : Jl. Swadaya Kincan, RT.04/14. Jati Bening. Pondok Gede
Pekerjaan : Ustad di Pondok Pesantren al-Hidayah
1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?
Jawab : Dermawan, Humoris dan peduli dengan anak yatim
2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?
Jawab : “Qulil Haqqo Walaw Kaana Murron” Berani dan Tegas dalam
menyampaikan dakwahnya serta dakwahnya dapat diterima oleh berbagai
kalangan baik remaja, anak-anak maupun ibu-ibu
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?
Jawab : Sangat menyukai karena beliau dalam berdakwah tidak menggurui dan
interaktif da’i dan mad’u sangat efektif
4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?
Jawab : Mengerti, Dakwah yang beliau gunakan mengajak bukan mengejek dan
bahasanya mudah dicerna
5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?
Jawab : Sudah cukup, Selain gayanya yang khas olah vokal beliau dalam
berdakwah amat mendukung
6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?
Jawab: Bagus, karena penyampaian dakwahnya sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Rasul
7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?
Jawab : Iya namun tidak sering, Tujuannya agar mad’u tidak jenuh.
Ustad Moh Romli
Nama : Aminuddin
Hari/Tanggal : 23 juni 2010
Alamat : Jl. Perjuangan Fatahillah RT.05/03. Desa Kebalen. Kec. Babelan
Pekerjaan : Guru Sekolah Dasar
1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?
Jawab : Santun, Ramah dan sebagai panutan dalam berdakwah
2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?
Jawab : Bagus, Keras, Tegas dan mudah dipahami bahasanya
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?
Jawab : Tentu, Karena humornya lucu dan santai
4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?
Jawab : Mengerti, bahasa yang beliau gunakan sederhana tidak muluk-muluk
5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?
Jawab : Efektif, Karena mengambil dari sejarah-sejarah para Nabi yang disertai
al-Qur’an dan Hadits
6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?
Jawab : Bagus, Karena dalam berdakah beliau amat lantang, keras dan tegas
sehingga jama’ah senantiasa mengikuti dakwahnya
7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?
Jawab : Sedikit, Beliau lebih banyak bicara dengan lantang dalam berdakwah.
Aminuddin
Nama : Zaqi Mubarok
Hari/Tanggal : 23 juni 2010
Tempat : Jl. Raya Kemang Sari RT.002/011. No77. Jt. Bening Baru
Pekerjaan : Mahasiswa UIN Jakarta
1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?
Jawab : Baik, Ramah, Tawaddhu dan mudah bergaul khusunya dengan jam’ah
2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?
Jawab : Bagus, Cara penyampainnya dalam berdakwah mengena kepada hati
jama’ah
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?
Jawab : Iya suka, karena Materi yang beliau gunakan menarik dan enak didengar
4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?
Jawab : Mengerti, Karena memakai bahasa Betawi alias bahasa orang sini
5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?
Jawab : Iya cukup efektif, karena beliau mengambil topik yang sedang update
6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?
Jawab : Bagus, Tapi terkadang beliau menggunakan bahasa inggris seharusnya
tidak usah digunakan lebih baik bahasa Betawi aja semuanya.
7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?
Jawab : Sering, Karena banyak jama’ah yang tertawa ketika beliau berdakwah,
itu perlu dan bagus karena tidak semua kyai bisa mengguanakan humor lewat
dakwah.
Zaqi Mubarok
Nama : Imam Wahyudi
Hari/Tanggal : Sabtu 17 Juli 2010
Tempat : Pondok Pesantren al-Hidayah
Pekerjaan : Santri
1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?
Jawab : Baik. Bisa merubah akhlak masyarakat sekitar
2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?
Jawab : Bagus. Suaranya yamg keras dan dakwahynya tidak bosan untuk
didengar
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?
Jawab : Suka sekali, karena beliau menggunakan dakwah dengan gayanya sendiri
tanpa mengikuti gaya orang lain
4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?
Jawab : Mengerti, karena setiap beliau ceramah saya selalu memperhatikannya
dengan serius sehingga saya memahami isi dakwah yang beliau sampaikan
5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?
Jawab : Efektif, selain ceramah beliau juga akti mengajaar di majlis-majlis
sekitar Pondok Kelapa
6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?
Jawab : Bagus sekali, terbukti antusias warga kepada dakwah beliau banyak
dinikmati oleh banyak orang
7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?
Jawab : Iya sering biar jamah tidak bosan dan ngantuk.
Imam Wahyudi
Nama : Iwan Kurniawan
Hari/Tanggal : Sabtu 17 Juli 2010
Tempat : Pondok Pesanten al-Hidayah
Pekerjaan : Santri
1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?
Jawab : Baik, Santun dan peduli dengan orang dhuafa
2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?
Jawab : Bagus, keras namun dapat diterima oleh masyarakat
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?
Jawab : Suka, karena beliau berdakwah dengan simple dan tidak bertele-tele
4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?
Jawab : Mengerti karena cara penyampaiannya bagus dan bahasanya mudah
dipahami, beliau juga tidak menggunakan bahasa asing dalam berdakwah
khususnya di hadapan santri
5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?
Jawab : Efektif, karen banyak jamah yang datang ketika beliau ceramah
6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?
Jawab : Bagus, karena suara beliau sangat jelas untuk didengar dan suara belaiu
bagus seperti Qori walaupun beliau bukan Qori
7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?
Jawab : Iya sering supaya santri tidak ngantuk ketika beliau ceramah
Iwan Kurniawan
Nama : Syuhadaakum
Hari/Tanggal : Sabtu 17 Juli 2010
Tempat : Pondok Pesantren al-Hidayah
Pekerjaan : Santri
1. Bagaimana sosok KH. Abdul Rahman di mata anda?
Jawab : Tawaddhu dan disegani oleh masyarakat
2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Abdul Rahman?
Jawab : Ceramahnya enak dan tidak bosan didengar walau berkali-kali
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?
Jawab : Suka sekali karena beliau ceramah diselingi humor jadi kami para santri
sangat menyukai soalnya tidak bosan
4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?
Jawab : Mengerti karena beliau ceramah secara santai tapi serius dan saya sering
mendengarkan beliau ceramah
5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?
Jawab : Sudah karena merubah prilaku santri menjadi lebih baik
6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?
Jawab : Bagus, kadang-kadang beliau ceramah sambil berjalan-jalan, maksudnya
berpidah-pindah tempat jadi mata santri tidak lepas kepada beliau, fokus gitu
7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?
Jawab : Iya sering, apalagi kalau ceramahnya waktu malam, jadi para santri tidak
ada yang ngantuk apalagi tidur.
Syuhadaakum
Ust. Muhammad Zaelani. S.Ag