Upload
arie-soediatmika
View
34
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ringakasan Fisika Dasar I
Citation preview
Nama : I Made Ary Sudiatmika NIM : 1113031061
Kelas : C/Pendidikan Kimia
Dinamika Partikel
A. Gaya
Gaya sebagai semacam dorongan atau tarikan terhadap suatu benda. Yang
bisa memprecepat aksi sebuah benda.
B. Gaya berat
Yaitu gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah benda.w=mg. W adalah gaya
berat, m adalah massa ( kg ), g percepatan ( m/s2)
C. Gaya normal
Gaya reaksi yang sama dengan gaya berat N=−w cos α.
D. Gaya gesekan
Adalah gaya yang diberikan oleh suatu permukaan pada benda yang bergerak
melintasinya. Gaya gesekan dapat dibagi dua yaitu gaya gesekan static dan
gaya gesekan kinetis.
E. Gaya Sentripetal
Gaya sentripetal merupakan gaya yang dapat ditimbulkan oleh gaya-gaya
yang lain yang bekerja pada suatu benda.
F. Gerak Lurus Beraturan ( GLB )
Adalah suatu gerak yang bekerja pada lintasan dengan kecepatan konstan atau
tetap.s=v t. s adalah perpindahan ( m) v adalah kecepatan (m/s) t adalah
waktu (s).
G. Gerak Lurus Berubah Beraturan ( GLBB )
Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan ( GLBB )
jika kecepatan geraknya berubah secara teratur. Ada tiga rumus dalam GLBB
yaitu v t=v0+at ; st=v0t + 12
a t 2; v t2=v0
2+2 a st
H. Gaya Melingkar
Gerak Melingkar Beraturan ( GMB ) adalah gerak suatu benda
yang bergreak pada lintasan lingkaran dengan putaran yang tetap.
θ=ωt
θ adalah sudut yang ditempuh ( rad), ω adalah kelajuan sudut (rad/s), t adalah
waktu (s).
I. Gerak Melingkar Berubah Beraturan ( GMBB )
Keadaan berubah dari diam menjadi berputar cepat karena karena roda
mengalami percepatan sudut α. ω0=ω0+αt . ω adalah kelajuan sudut (rad/s), θ
= sudut tempuh (rad), α= percepatan sudut (rad/s), t = waktu (s).
J. Massa
Adalah ukuran inersia suatu benda dan diukur dalam Kg.
K. Hukumu Newton I
Suatu benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap
sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol. Dapat
dituliskan dengan persamaan ΣF=0.
L. Hukum Newton II
Hukum Newton II menyatakan bahwa percepatan yang dihasilkan oleh
resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan
gaya , searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa
benda. Secara matematis dapat dituliskan dengan persamaan Σ F= ma.
Dimana a= percepatan (m/s2), m= massa (kg) dan F= gaya (N)
M. Hukum Newton III
Jika benda pertama memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua juga
akan memberikan gaya yang sama besarnya pada benda pertama tetapi
arahnya berlawanan.
Faksi=−F reaksi
Hukum Gas Ideal
Gas Ideal
Gas ideal adalah gas yang memenuhi sifat-sifat berikut :
Gas ideal terdiri dari partikel-partikel yang tersebar merata dalam ruang
dengan jumlah yang banyak.
Partikel gas bergerak secara acak.
Gerak partikel gas ideal menuruti hukum Newton tentang gerak.
Ukuran partikel gas ideal lebih kecil daripada jarak antara partikelnya.
Tidak ada gaya luar yang bekerja pada partikel gas, kecuali bila terjadi kecuali
tumbukan.
Bila ada tumbukan antar partikel arau partikel dengan dinding, sifatnya
lenting sempurna.
Hukum gas Ideal :
Hukum Boyle
Jika suatu gas yang berada dalam suatu bejana tertutup dijaga konstan, maka tekanan
gas berbanding lurus dengan dengan volumenya. Persamaan hukum boyle :
PV=konstan; P1V1=P2V2; dimana P= tekanan(N/m2=Pa) dan V= volume (m3)
Hukum gay Lussac
Hukum Gay Lussac menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas sebanding
dengan suhu mutlak gas tersebut pada volume tetap, tekanan gas sebanding dengan
suhu mutlaknya. Secara matematis dapat dirumuskan :
Atau atau
Hukum Boyle-Gay Lussac
Apabila pada kondisi tekanan, suhu, dan volume gas dalam ruang tidak tetap maka
berlaku penggabungan hukum Boyle dan Gay Lussac. Dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Atau
Persamaan Gas Ideal
Dimana :
P = tekanan gas (Pa)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol (gr/mol)
R = tetapan gas umum = 8,31 J.mol-1.K-1
N = jumlah partikel
k = konstanta Bolzman = 1,38.10-23 J.K-1
m = massa gas
VT
=konstanV 1
T 1
=V 2
T2
PT
=konstanP1
T1
=P2
T 2
P . VT
=konstanP1.V 1
T 1
=P2V 2
T 2
P .V =nRT atau P .V =nKT
Mr = berat molekul gas
R = k . NA
NA = 6,02. 1023 molekul/mol
Ringkasan Materi Gelombang
Gelombang merupakan getaran yang merambat pada suatu medium yang tidak
disertai perpindahan mediumnya. Berdasarkan arah arah getarannya gelombnag dapat
dibagi menjadi dua yaitu gelombang Transversal dan gelombang Longitudinal.
I. Gelombang Transversal
Gelombang transversal merupakan gelombnag yang arah getarnya tegak lurus
terhadap arah perambatannya.
Panjang satu lembah dan satu bukit disebut panjang gelombang (λ). Jadi cepat
rambat gelombang transversal dapat ditulis sebagai berikut :
v= λT
dimana T=1/f maka persamaannya dapat ditulis v=λf
II. Gelombang Longitudinal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus
dengan arah getarannya, misalnya gelombang cahaya dan gelombang pada tali. Pada
gelombang transversal, satu gelombang adalah panjang satu bukit dan satu lembah
yang berurutan atau jarak antara dua puncak atau dua dasar yang berurutan. Puncak
gelombang adalah titik-titik tertinggi pada gelombang. Sedangkan dasar gelombang
adalah titik-titik terendah pada gelombang.
III. Gelombang Stasioner
Gelombang stasioner (gelombang diam) atau gelombang berdiri terbentuk dari
hasil interferensi dua gelombang yang mempunyai frekuensi dan amplitude yang
sama tetapi berlawanan arah.
Pada dua deret gelombang dengan frekuensi sama, memiliki kelajuan dan amplitudo
yang sama, berjalan di dalam arah-arah yang berlawanan sepanjang sebuah tali, maka
persamaan untuk menyatakan dua gelombang tersebut adalah:
y1 = A sin (kx −ωt )
y2 = A sin (kx + ωt )
Resultan kedua persamaan tersebut adalah:
y = y1 + y2 = A sin(kx −ωt )+ A sin (kx +ωt ))
Dengan menggunakan hubungan trigonometrik, resultannya menjadi:
y = 2A sin kx cos. ωt ini merupakan persamaan gelombang tegak atau stasioner.
IV. Resonansi
Resonansi merupakan proses bergetarnya suatu benda dikarenakan ada benda lain
yang bergetar, hal ini terjadi dikarenakan suatu benda bergetar pada frekwensi yang
sama dengan frekwensi benda yang terpengaruhi. Contohnya apabila suatu gitar
dipetik pada yang dipetik pada nada D, maka dawai keempat akan ikut bergetar
karena dawai ke-4 gitar biasanya bernada D, sehingga karena kesamaan frekwensi ini,
maka senar tersebut juga ikut bergetar walau tidak disentuh. Persamaannya adalah :
I n=2n−1
4λ
Dimana
I = panjang kolom udara diatas permukaan air dalam tabung (m)
n = resonansi ke-n
λ = panjang gelombang (m)
Equipartisi Energi
A. Azas equipartisi energi
Energi kinetik rata-rata partikel gas besarnya memenuhi suatu aturan tertentu
seperti berikut.“Jika pada gas berlaku hukum Newton maka semua derajat
kebebasan gerak partikel akan menyumbang energi kinetik sebesar 1/2 kT.”
Ek= f (1/2 kT)
Dengan Ek = energi kinetik rata-rata partikel (joule)
T = suhu gas (K)
f = derajat kebebasan
k = ketetapan Boltzman
B. Energi Dalam
Energy dalam (U) adalah besarnya energy kinetic sebanyak partikel gas yang
terdapat di dalam ruang. Jika banyaknya partikel gas = N, maka
U= f(1/2NkT)
Dimana :
f = derajat kebebasan
N = jumlah partikel gas
K = konstanta boltzman ( 1,38.1023) J.K
U= f.(1/2nRT)
Dimana :
n = jumlah mol zat
R = konstanta gas (8,314 J/mol K)
C. Gas Monoatomik
Partikel-partikel gas monoatomik hanya memiliki gerak translasi sehingga
memliki tiga derajat kebebasan. Berarti energy kinetik rata-rata partikelnya
memenuhi persamaan berikut:
Ek = 32
kT
Dalam sejumlah gas dapat mengandung banyak partikel (N partikel). Setiap
partikel tersebut memiliki energi, jumlah semua energi kinetik partikel partikel
itu dinamakan energi dalam gas dan disimbulkan U sesuai persamaan berikut.
U = N
U = N kT
U = n R T
D. Gas Diatomik
Pada suhu rendah (300K), diatomic mempunyai 3 derajat kebebasan, sehingga
besarnya Ek = 32
kT dengan energi dalam U = 32
nRT .
Pada suhu sedang (500K), gas diatomic mempunyai 5 derajat kebebasan,
sehingga Ek = 5/2kT dan energi dalam sebesar U = 5/2NkT atau 5/2 nRT
Pada suhu tinggi (1.000K), gas diatomic mempunyai 7 derajat kebebasan,
sehingga Ek = 7/2kT dan energi dalam sebesar U = 7/2 NkT
Ringkasan Sifat-sfat Cahaya
Cahaya sebagai gelombang memiliki sifat-sifat cahaya sebagai berikut:
1. Pemantulan (refleksi)
Pemantulan cahaya dapaat terjadi pada bahan yang mengkilat sperti cermin.
Dalam pemantulan ada hokum pemantulan cahaya yang berbunyi :
Sinar datang, garis normal,dan inar pantul terletak pada satu bidang
datar.
Besar sudut datang sama dengan besar sudut pantul.
2. Pembiasan (refraksi)
Hukum pemantulan:
Berkas sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang
datar
Perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah konstan.
sinθ1
sin θ2
=n2
n1
=n21
3. Difraksi cahaya
Difraksi cahaya merupakan peristiwa pembelokan arah rambat oleh kisi atau
celah sempit.
Difraksi celah tunggal
Pola difraksi pada celah tunggal sebagai berikut :
Pola difraksi minimum (gelap) = d sin θ = nλ
Pola difraksi maksimum (terang) = d sin θ = (n-1/2)λ
dengan : d = jarak antar celah (m)
θ = sudut berkas cahaya terhadap arah tegak lurus
λ = panjang gelombang sinar (m)
n = orde (n = 1, 2, 3, .....)
Difraksi celah majemuk
o Interferensi maksimum (garis terang)
d sin θ = nλ dimana d = 1/N cm
o Interfensi minimum (garis gelap)
d sin θ = (n-1/2)λ
dimana θ = sudut difraksi, n = orde difraksi, d = jarak antara celah
kisi, N = banyak goresan (celah) tiap satuan panjang mm.
4. Interferensi cahaya
Interferensi adalah gabungan dua cahaya atau lebih. Syarat terjadinya
inteferensi cahaya yaitu sumber cahaya harus koheren. Syarat sumber cahaya
koheren yaitu: frekuensinya tetap, amplitudonya tetap, dan aplitudonya tetap.
Interfernsi pada celah ganda : percobaan Young
o Interferensi maksimum : d sin θ = n λ
o Interferensi minimum : d sin θ = (n -1/2 ) λ
Keterangan :
d = jarak celah (m) θ = sudut deviasi
n = orde interferensi (0,1,2…) λ = panjang gelombang
interfernsi pada lapisan tipis :
o interferensi maksimum (konstruktif)
m λ=2nt cosθt
o interferensi minimum (destruktif)
(m+ 12 ) λ=2nt cosθt
Keterangan :
t = tebal lapisan tipis m = bilangan bulat
n = indeks bias lapisan θt = sudut bias
Ringkasan Listrik Dinamis
Hukum Ohm
Kuat arus yang mengalir melalui suatu pengantar sebanding dengan beda potensial
antara ujung-ujung penghantar, asal suhu penghantar tersebut tidak berubah.
V(volt) R
I (ampere)
Hukum I Kirchoff
Hokum I Kirchoff menyatakan bahwa jumlah arus yang masuk kesuatu titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan
tersebut. ∑ I masuk = ∑❑ I keluar.
Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff menyatakan bahwa jumlah aljabar perubahan tegangan mengelilingi suatu rangkaian tertutup (loop) sama dengan nol. Dapat dirumuskan :
∑V =0atau∑ E+∑ IR=0. Dalam penggunaan hukum II Kirchoff perlu
diperhatikan perjanjian berikut:
Kuat arus bertanda positif (+) jika searah dengan arah loop yang kita tentukan, dan bertanda negative (-) jika berlawanan dengan arah loop.
Apabila saat mengikuti arah loop, kutub positif sumber tegangan dijumpai lebih dahulu daripada kutub negatifnya, ggl (E) bertanda positif (+). Sebaliknya jika kutub negative dijumpai lebih dahulu, ggl (E) bernilai negative (-).
Hambatan dalam
Dari grafik dapat dilihat bahwa
R=VI
atau R=tan❑α
Perbandingan tegangan (V) dan kuat arus (I) disebut hambatan atau resistensi (R). Hukum Ohm dapat dirumuskan dengan : V=IR dimana V adalah beda potensial (V), I adalah kuat arus listrik (A) dan R adalah tahanan /hambatan (ohm=ω) 1 ohm= 1 volt/ampere (V/A).
Semua sumber tegangan listrik memilki hambatan dalam walaupun kecil. Misalkan baterai, baterai memilki hambatan dalam meskipun kecil. Hambatan dalam dilambangkan oleh (r).
GGl
Ggl atau gaya gerak listrik adalah besar beda potensial suatu sumber tegangan sebelum digunakan untuk mengalirkan arus listrik. Rumus untuk mendapatkan besar ggl E= I (R+r) dimana E=besar ggl (volt), I = kuat arus listrik (ampere), R= hambatan rangkaian (ohm), r = hambatan dalam sumber tegangan (ohm)
Hukum Faraday
Hukum induksi Faraday menyatakan : “tegangan gerak eletrik imbas (GGL induksi) dalam sebuah rangkaian sama dengan kecepatan perubahan fluks yang melalui rangkaian tersebut”
ε=−Blv dengan ε = GGl induksi, B=induksi magnet ,l=panjang kawat , dan v=kecepatan gerak kawat
Jika kumparan terdiri atas N lilitan, GGl induksi akan muncul di setiap lilitan dan seluruh ggl induksi, ini harus dijumlahkan. Kumparan ini dililit dengan erat sehingga setiap lilitan dapat dikatakan menempati daerah yang sama dari ruang, fluks yang melalui setiap lilitan akan sama besarnya. GGL induksi ini diberikan oleh persamaan
ε=−Ndϕdt
=−d (Nϕ)
dt
Ringkasan Materi Radiasi Benda Hitam
Benda hitam didefinisikan sebagai sebuah benda yang menyerap semua radiasi
yang datang padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar
dari benda hitam. Jadi, benda hitam mempunyai harga absorptansi dan emisivitas
yang besarnya sama dengan satu.
1. Emisivitas (e)
Enisivitas (daya pancar) merupakan karakteristik suatu materi, yang menunjukkan
perbandingan daya yang dipancarkan per satuan luas oleh suatu permukaan terhadap
daya yang dipancarkan benda hitam pada temperatur yang sama. Radiasi dipengaruhi
oleh sifat warna benda. Besaran ini dinamakan koefisien emisivitas, disimbulkan e.
Benda hitam sempurna memiliki e = 1, benda putih sempurna e = 0 dan benda-benda
lain memiliki rentang 0 - 1.
2. Absorpsi
Absorptansi (daya serap) merupakan perbandingan fluks pancaran atau fluks
cahaya yang diserap oleh suatu benda terhadap fluks yang tiba pada benda itu. Besar
koefesien absorpsi sama dengan emesivitas yaitu antara 0-1.
3. Radiasi Benda Hitam
Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah
benda hitam. Pada radiasi benda hitam berlaku Hukum Stefan Boltzman yang
berbunyi : “Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda
hitam dalam satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat
temperatur termodinamikanya”. Secara matematis dapat dtulis persamaanya sebagai
berikut :
I = e σ T4
P = I . AE = P . t
3.1 Pergeseran Wien
Benda hitam pada suhu tertentu akan meradiasikan energy dalam bentuk
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang bervariasi. Hubungan
antara panjang gelombang pada intensitas maksimum dan saat suhu mutlaknya
tertentu diselidiki oleh Wien didapat grafik seperti di bawah ini.
Keterangan : I = intensitas radiasi ( watt/m2)P = daya radiasi (watt)E = energi radiasi (joule)T = suhu mutlak benda (K)A = luas penampang (m2)t = waktu radiasi (s)σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67.10-8 Wm-2 K4)
T3
λ panjang gelombang (mm)
Kenaikan suhu benda hitam menyebabkan panjang gelombang maksimum yang
dipancarkan benda akan mengecil. Hubungan ini dapat dituliskan seperti persamaan
berikut.
λm T = c
4. Efek Fotolistrik
Menurut Einstein, cahaya merambat dalam bentuk paket-paket energy yang disebut dengan foton. Foton berperilaku seperti partikel dan tiap foton mengandung energy sebesar :
Ek = h.f – h.f0
I
T1
T2
Keterangan :
λm = panjang gelombang intensitas radiasi maksimum (m)
T = suhu mutlak benda (K)
c = tetapan Wien (2,90.10-3 mK)
Keterangan :
f = frekuensi cahaya (Hz)
f0 = frekuensi ambang (Hz)
h = konstanta Planck (6,63 × 10-34 Js)
Ek = energi kinetik maksimum elektron ( J)