ringkasan ISPA

Embed Size (px)

Citation preview

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hari anak nasional diperingati tanggal 24 Juli. Hasil SURKESNAS menyatakan proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28%, dan dari 100 balita yang meninggal disebabkan oleh ISPA dan terutama oleh kasus pneumonia 80%. Hasil SKRT 2001 menyatakan angka kematian balita akibat penyakit sistem pernafasan adalah 4,9/1000 balita. Berarti sekitar 5 dari 1000 balita yang meninggal setiap tahun akibat pneumonia, atau rata-rata 1 anak balita Indonesia yang meninggal akibat pneumonia setiap 5 menit. Millenium Development Goals tahun 2015 menurunkan 1/3 kematian karena ISPA : Konvensi hak-hak anak Meningkatkan angka kematian bayi dari 35/1000 menjadi 26/1000 dimana pneumonia merupakan salah satu penyakit ISPA yang paling banyak menyebabkan kematian pada balita. Untuk meningkatkan cakupan dan tatalaksana penderita pneumonia di UPK dibentuklah klinik MTBS. Selain ISPA juga untuk diare, malaria, campak, gizi kurang dan kecacingan. Penyakit lain yang gejalanya mirip pneumonia yaitu SARS, Avian Influenza. Penyakit ISPA merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian balita Upaya pencegahan ISPA di Indonesia merupakan upaya yang sulit disebabkan tidak adanya suatu pengukuran yang efektif biaya terhadap : Vaksinasi Kepadatan penduduk Kondisi lingkungan fisik Bila penyakit Pneumonia dapat dideteksi lebih dini dan diobati secara tepat maka pengalaman di dunia kematian ISPA-Pneumonia dapat diturunkan secara drastis.

World Health Report 2005 penyebab kematian balita di dunia: 1. ISPA 19% 2. Diare 17% 3. Penyebab neonatal 37% (bayi) Infeksi berat Asfiksia lahir Prematur Kelainan anomali Tetanus neonatarum Neonatal lain 4. PTM 10%

5. Malaria 8% 6. Campak 4% 7. Kecelakaan/HIV-AIDS 3% Tahun 1998 penatalaksanaan dititikberatkan terhadap klasifikasi ISPA dengan pneumonia karena penyebab kematian balita yang terbesar oleh karena pneumonia. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) Adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran napas atas) hingga alveoli (saluran nafas bawah), termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Klasifikasi ISPA dapat dibedakan ringan, sedang, berat.

Kriteria Definisi Operasional Penderita ISPA adalah : Balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernafas. Pola tatalaksana penderita terdiri dari 4 bagian yaitu : 1. 2. 3. 4. Pemeriksaan Penentuan ada tidaknya tanda bahaya Penentuan klasifikasi penyakit Pengobatan dan tindakan

PNEUMONIA Adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus yang disebut Bronchopneumonia. Di dalam pelaksanaan pemberantasan penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia dan bronkopneumonia) disebut saja pneumonia. Dalam penentuan klasifikasi dibedakan 2 kelompok yaitu : 1. Kelompok umur 2-5 tahun o Pneumonia berat o Pneumonia o Bukan pneumonia 2. Kelompok umur < 2 bulan o Pneumonia berat (gangguan nafas dan infeksi sistemik) o Bukan pneumonia KLASIFIKASI PNEUMONIA BERAT Berdasarkan pada batuk dan kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada anak usia 2 -< 5 tahun, nafas cepat (fast breathing) untuk kelompok usia < 2 bulan yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 x/menit atau tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kedalam. KLASIFIKASI PNEUMONIA Berdasarkan pada batuk dan atau kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur.

2 bulan - 1 tahun 50 x/menit 1 tahun - < 5 tahun 40 x/menit KLASIFIKASI BUKAN PNEUMONIA Mencakup kelompok penderita balita dengan BATUK yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Mencakup penyakit-penyakit ISPA lain diluar pneumonia seperti batuk pilek bukan pneumonia (commond cold, pharingitis, tonsilitis, otitis). ETIOLOGI ISPAo 300 jenis bakteri golongan strepcoccus, staphyloccus dll

o Virus o riketsia PNEUMONIA o Pemeriksaan imunologi o Biakan dahak o Laboratorium darah Sulit ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh maka penetapan etiologi : 1. Pemeriksaan immunologi (hasil tidak memuaskan) 2. Biakan dahak dari aspirat paru (prosedur yang berisiko melakukan punksi paru pada penderita pneumonia balita) dan bertentangan etika 3. Pemeriksaan spesimen darah Maka berdasarkan hasil penelitian penyebab pneumonia di Indonesia lebih banyak oleh karena bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Haemaphilus oleh karena standar terapi pneumonia dengan antimikroba/antibiotika. Penyebab pneumonia paling umum grup B. Streptococcus1. Neonatus umur 3 minggu - 3 bulan (bakteri streptococcus pneumonia)

2. Balita 4 bulan - < 5 tahun (virus) 3. > 5 tahun sampai dewasa (bakteri) Faktor risiko Hal-hal yang menyebabkan terjadinya peningkatan insiden dan kematian pneumonia : 1. Meningkatkan insiden pneumonia o o o o o o o o o o Umur < 2 bulan Laki-laki Gizi kurang Berat badan lahir rendah Tidak mendapat ASI Polusi udara Kepadatan tempat tinggal Imunisasi yang tidak memadai Defisiensi vitamin A Ventilasi rumah kurang memadai

2. Meningkatkan angka kematian pneumonia

o o o o o o o o o o

Umur > 2 bulan Tingkat sosial ekonomi rendah Kurang gizi BBLR Tingkat pendidikan ibu rendah Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah Kepadatan tempat tinggal Imunisasi yang tidak memadai Menderita penyakit kronik Aspek kepercayaan setempat dalam pencarian pengobatan

Obat flu PPA penilpropalamin 15 mg tidak boleh > 15 mg sesuai anjuran Depkes karena akan menyebabkan vasokontriksi dan vasodilatasi.

Sasaran pelaksanaan pemberantasan penyakit ISPA ditujukan pada kelompok umur balita bayi 0 - < 1 tahun dan anak balita (1- < 5 tahun) Pada fokus penanggulangan pada penyakit pneumonia, hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa : 1. Angka mortalitas dan morbiditas ISPA pada kelompok umur balita di Indonesia masih tinggi 2. Keberhasilan upaya pengendalian penyakit ISPA dapat mempunyai daya ungkit dalam penurunan angka kematian bayi dan angka kematian balita di Indonesia. STRATEGI PENANGGULANGAN PNEUMONIA DI INDONESIA 1. Komitmen politis disetiap tingkat administratif pemerintahan advokasi dan sosialisasi penanggulangan pneumonia balita 2. Sosialisasi kebijakan desentralisasi dan standar pelayanan minimal penanggulangan pneumonia balita 3. Koordinasi berkala melalui forum kemitraan yang terkait program nasional bagi anak indonesia (PNAI) 2015 4. Melaksanakan secara bertahap MTBS di UPK dasar (puskesmas dan pustu) 5. Menentukan dan melakukan tatalaksana standar terapi berdasarkan pedoman nasional di UPK 6. Menyediakan pelayanan kesehatan rujukan pneumonia di UPK yang memadai 7. Meningkatkan mutu pelayanan, penanggulangan pneumonia/ISPA dengan : Peningkatan kemampuan SDM (pelatihan petugas pengelola ISPA) Menyediakan obat standar ISPA (paracetamol 500 mg, cotrimoxazole 100,120) Alat kesehatan (tabung oksigen, sound timer) puskesmas 3 bh, pustu 1 bh, bidan/posyandu 1 bh. 8. Meningkatkan peran keluarga dan masyarakat dengan memberdayakan masyarakat dengan Meningkatkan pengetahuan Meningkatkan kesadaran Meningkatkan keterampilan 9. Meningkatkan peran mitra (IBI, PPNI, IDI, IDAI, HAKLI), swasta, pemda 10. Melaksanakan supervisi secara intensif oleh penanggung jawab program Penetapan Kasus Pneumonia pada Balita Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas sesuai umur. Adanya nafas cepat ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernafasan. Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan :

Sebanyak 50 x/menit atau lebih pada balita 2 bulan - < 1 tahun Sebanyak 40 x/menit atau lebih pada balita 1 tahun - < 5 tahun Pada balita < 2 bulan tidak dikenal dengan pneumonia, namun langsung di diagnosa pneumonia berat. Penetapan Kasus Pneumonia Berat pada Balita Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau penarikan di dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan- < 5 tahun. Pada balita usia < 2 bulan didiagnosa pneumonia berat ditandai : Adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernafasan ( 60 x/menit) atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam.

CARA MENGHITUNG TARGET PNEUMONIA Jumlah penduduk x 10 % = Jumlah Balita Jumlah Balita x 10 % = Target penderita pneumonia

MENGHITUNG CAKUPAN Jumlah kasus / target penderita pneumonia x 100