36
RISALAH RAPAT PANITIA KERJA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI, OTONOMI DAERAH, APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, KEPEMILUAN, PERTANAHAN DAN REFORMA AGRARIA) Tahun Sidang : 2013 – 2014 Masa Persidangan : II Rapat Ke- : -- Jenis Rapat : Rapat Panitia Kerja (PANJA) Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Rabu, 11 Desember 2013 Pukul : 19.00 WIB s.d Selesai Tempat : Hotel Saripan Pasific, Jakarta Ketua Rapat : Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, BCip, M.Si/Ketua Komisi II DPR RI Acara : Pembahasan substansi RUU tentang ASN Sekretaris Rapat : Dra. Hani Yuliasih/Kabag.Set Komisi II DPR RI Hadir : A. Anggota Komisi II DPR RI: 15 dari 25 orang Anggota Panja dengan rincian : Pimpinan Komisi II DPR RI (1 dari 4 orang Pimpinan): 1. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, BCip, M.Si 2. Arif Wibowo Fraksi Partai Demokrat (2 dari 6 orang Anggota): 3. Albert Yaputra, S.Sos, M.Kom 4. Ir. Nanang Samodra, KA, M.Sc Fraksi Partai Golkar (2dari 4 orang Anggota): 5. Drs. Murad U. Nasir, M.Si 6. Agustina Basik Basik, S.Sos., MM., MPD Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (4 dari 4 orang Anggota): 7. H. Rahadi Zakaria, S.Ip, MH 8. Dra. Eddy Mihati, M.Si 9. Zainun Ahmadi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (2 dari 2 orang Anggota): 10. KH. Aus Hidayat Nur 11. H.M. Gamari Sutrisno

RISALAH RAPAT PANITIA KERJA RANCANGAN UNDANG ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200427...2020/04/27  · Jenis Rapat : Rapat Panitia Kerja (PANJA) Sifat Rapat : Terbuka

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • RISALAH RAPAT PANITIA KERJA RANCANGAN UNDANG-UNDANG

    TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI, OTONOMI DAERAH,

    APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, KEPEMILUAN, PERTANAHAN DAN REFORMA AGRARIA)

    Tahun Sidang : 2013 – 2014 Masa Persidangan : II Rapat Ke- : -- Jenis Rapat : Rapat Panitia Kerja (PANJA) Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Rabu, 11 Desember 2013 Pukul : 19.00 WIB s.d Selesai Tempat : Hotel Saripan Pasific, Jakarta Ketua Rapat : Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, BCip, M.Si/Ketua Komisi II DPR RI Acara : Pembahasan substansi RUU tentang ASN

    Sekretaris Rapat : Dra. Hani Yuliasih/Kabag.Set Komisi II DPR RI Hadir : A. Anggota Komisi II DPR RI:

    15 dari 25 orang Anggota Panja dengan rincian :

    Pimpinan Komisi II DPR RI (1 dari 4 orang Pimpinan): 1. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, BCip, M.Si 2. Arif Wibowo

    Fraksi Partai Demokrat (2 dari 6 orang Anggota): 3. Albert Yaputra, S.Sos, M.Kom 4. Ir. Nanang Samodra, KA, M.Sc

    Fraksi Partai Golkar (2dari 4 orang Anggota): 5. Drs. Murad U. Nasir, M.Si 6. Agustina Basik Basik, S.Sos., MM., MPD

    Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (4 dari 4 orang Anggota): 7. H. Rahadi Zakaria, S.Ip, MH 8. Dra. Eddy Mihati, M.Si 9. Zainun Ahmadi

    Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (2 dari 2 orang Anggota): 10. KH. Aus Hidayat Nur 11. H.M. Gamari Sutrisno

  • Fraksi Partai Amanat Nasional (1 dari 1 orang Anggota): 12. Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (Tidak Hadir): Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (1 dari 1 orang Anggota): 13. Abdul Malik Haramain, M.Si Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (1 dari 1 orang Anggota): 14. Mestariany Habie, SH Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (1 dari 1 orang Anggota): 15. Ir. Rahman Halid, MM

    B . Pemerintah:

    1. Sekretaris Kementerian PAN & Reformasi Birokrasi 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI 3. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan RI 4. Dirjen Peraturan Perundang-undang Kementerian Hukum dan

    HAM RI JALANNYA RAPAT:

    KETUA RAPAT (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA, Bc.IP, M.Si) :

    Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Bapak Wamen dan jajaran Pemerintah yang saya hormati;

    Para Anggota Tim Perumus Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara Komisi II DPR-RI yang kami hormati.

    Sebagaimana perencanaan yang kita susun didasarkan atas keputusan rapat panja terakhir yaitu hari kemarin kita telah menyepakati pada keesokannya yaitu malam hari ini, kita akan memulai rapat tim perumus untuk merumuskan keseluruhan draft rancangan undang-undang tentang Aparatur Sipil Negara yang diharapkan kita akan segera mulai pada malam hari ini. Untuk itu perkenankanlah saya pimpinanan komisi II DPR-RI yang sekaligus menjadi pimpinan tim perumus sebagaimana peraturan dan tata tertib rapat ini juga harus memenuhi korum dalam rangka pengambilan keputusan dimana Anggota tim perumus ini berjumlah 14, hadir 11 orang maaf dari 18 orang Anggota, 7 fraksi dari 9 fraksi, oleh karena itu korum telah terpenuhi dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim seraya mamohon kemudahan kepada Tuhan yang maha kuasa rapat tim perumus ini kami nyatakan dibuka.

    (RAPAT DIBUKA PUKUL 20.25 WIB)

    Pak Wamen dan segenap jajaran Pemilu yang kami hormati dari Kemenkumham, dari Kemendagri, dari paguyuban kelembagaan, paguyuban Menpan aparatur dalam ada BKN dan

  • yang paling hafal saya yang berkacamata sama dengan saya kacamatanya kotak Pak, Bapak pejabat ekselon satu dari kantor Menkopolhukam, betul Pak ya ? yang selalu hadir sama-sama kita, saya malihat ini Bapak intens mengikuti rapat-rapat ini. Jadi nanti Pak Wamen kalau ada sosialisasi undang-undang ASN jangan lupa mau beli sosialisasi kemana-mana Pak.

    Baiklah yang pertama setelah kami membuka kami ingin meminta persetujuan Bapak-Bapak kalau rapat tim perumus yang dilanjutkan dengan tim sinkronisasi kita rencanakan berlangsung pada tanggal 11, tanggal 12, tanggal 13, kita selesai tanggal 14 Pak. Tentunya kalau kita bisa mengefektifkan waktu yang ada mudah-mudahan bisa lebih cepat, bahkan kalau perlu bisa berakhir dengan rapat panja, mendengarkan laporan tim perumus. Jadi sampai dengan selesai panja disini, sehingga diharapkan hari senin tanggal 16 itu kita harapkan sudah bisa berlangsung rapat kerja, proses pengambilan keputusan tingkat pertama untuk undang-undang ASN itu sudah tanggal 16 Pak, kita tinggak menghitung hari 17, 18, 19, tinggal 3 hari, karena tanggal 19 penutupan masa sidang. Nah ini terhadap jadwal ini kita sepakati dulu Pak ya, setuju Pak ya, baik.

    (RAPAT : SETUJU)

    Yang kedua, berkenaan dengan bahan draft rancangan undang-undang hasil panja per 9 Desember 2013 sudah ada di kita semua. Ini hasil draft yang dikerjakan oleh tim Pemerintah bersama dengan tim DPR yang substansinya didasarkan atas pembahasan dalam rapat panja-panja. Kami yakin bahwa bahan ini tentunya disana-dini nanti dalam perjalanannya apabila memang didapatkan ada kealfaan atau kekurangan disinilah kesempatan kita untuk merumuskan, untuk mensinkronkan termasuk menyisir ulang secara keseluruhan rancangan undang-undang ini agar menjadi benar adanya. Namun harapan kami, kita tidak usah terlalu berlama-lama pada hal-hal yang sifatnya terlalu redaksional. Kalau sampai pada padanan kata yang agak sulit ya saya akan lebih banyak mendengar bagaimana Legal Drafter, bagaimana ahli bahasa. Oleh karena itu mungkin kemarin kami meminta kepada jajaran pemerintah juga untuk melengkapi tim pemerintahnya dengan itu dan kami dapat laporan, tim untuk itu juga sudah dipersiapkan dalam rapat tim perumusan ini. Nah tidak menutup kemungkinan hal-hal yang mungkin terabaikan, terlupakan, belum terumuskan ini juga masih kita buka tutup, celah untuk bisa kita juga diskusikan dalam kesempatan ini. Nah keseluruhan DIM kita sejumlah 480 ya sekarang bukan lagi DIM, jadi 480 rumusan Pak. jadi rumusan nomor 1 ya judul rancangannya tetap sesuai dengan rumusan RUU atau memang mau ada perubahan tentunya kalau melihat keputusan panjanya seperti ini berarti tetap, kalau yang seperti-seperti ini menurut hemat kami mungkin kita tidak perlu berlama-lama, tinggal nanti dimulai dari bahan bayang, kita lihat aja main ke layar itukan kita berjalan. Oleh karena itu, saya akan langsung saja memulai pembahasan TAP Rancangan undang-undang ini dari rumusan yang Nomor urut satu sampai yang terakhir 480 dari jumlah halamannya mencapai 92 halaman. Nah ini cepat lambatnya bergantung kita semua. Namun sebelum masuk ke mekanisme pembahasan ini kami tetap mempersilahkan terlebih dahulu di awal ini apabila mungkin dari jajaran pemerintah ataupun dari segenap Anggota ada usul gagasan pemikiran kami masuk ke draft rumusan-rumusan ini, dari pemerintah silakan, mengikuti saja, dari Anggota, lanjut ya, baik. Baiklah kita mulai, ka bacakan nanti kalau kurang kuat volume suara saya, saya minta gantian Pak Sekretariat atau nanti bergantian dengan pemerintah gitu Pak supaya sama-sama suara saya harus dicadang.

  • Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia nomor titik-titik tahun titik-titik tentang Aparatur Sipil Negara. Dengan rahmat Tuhan yang maha esa Presiden Republik Indonesia, setuju ya nggak ada masalah ini

    (RAPAT : SETUJU)

    Menimbang :

    a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercatum dalam pembukaan undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kollusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 panja ... rumusan dsepakati dan diserahkan ke tim perumus, ada perubahan ? tidak ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Yang butir tiga kesimpulannya rumusan RUU tetap sedangkan rumusan pemerintah menjadi konsiderans menimbang tersendiri dengan perbaikan rumusan. Kami meminta komentar, kalau kami cermati sebetulnya pemerintah menghendaki konsiderans menimbang a itu langsung masuk konsierans menimbang b yang punya pemerintah, perdebatannya seperti itu. Namun dalam perdebatan di panja salah satunya Pak Gamari yang masih mengingatkan kepada kita huruf b ini Pak ketua jangan di hapus dulu karena penting, disana ada persoalan kualifikasi jabatan yang diperlukan enak, ada kualifikasi jabatan yang ini yang namanya ahli ini itu, nah kira-kira seperti itu. Nah kami kembalikan pada rumusan seperti ini apakah memang b dan b ini kita rubah manjadi abc yang pemerintah c, yang b juga kita pergubakan atau bagaimana. Kami kembalikan kepada pemerintah dulu, silakan.

    WAMENPAN :

    Dari pemerintah kami mengusulkan perubahan substansi ini memang dimasukkan dalam butir c Pak dalam aspek menimbang. Jadi setelah b yang kami usulkan untuk perubahan substansi ini menjadi huruf c. Kalau berkenan Pak ini dalam rangka memperkuat reformasi birokrasi barangkali perlu jadi dicantumkan kata dua kata ini reformasi birokrasi. Jadi misalnya bawa untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi atau nanti pada bagian lain di dalam huruf c ini perlu di tetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggung jawabkan kinerjanya dalam melakukan prinsip Merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara.

    KETUA RAPAT :

    Jadi dalam sistematika punya DPR yang b tetap, rumusannyapun tetap, lalu yang pemerintah b ini menjadi c, hanya ada pengkalimatan, penambahan kata-kata bagian dari reformasi birokrasi, ndak keberatan ya, setuju ya, setuju.

    (RAPAT : SETUJU)

  • Dengan demikian yang huruf c ini menjadi d, d menjadi d tanpa perlu saya bacalah ya sudah setuju ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Yang d tetap menjadi e, silakan Pak Gamari.

    F-PKS (GAMARI SUTRISNO) :

    Ketua, sebentar ketua, jika demikian usul pemerintah, maka tidak perlu lagi dikemukakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, jadi bahwa untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi maka ini sebagaimana dimaksud maka itu perlu dicoret, perlu di tetapkan dan seterusnya.

    KETUA RAPAT :

    Saya pikir usulan Pak Gamari ini sangat relevan Pak karena ada huruf b yang lebih mengelaborasi dari a dialabrasi lebih dalam oleh b, bahwa untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipili negara, setuju ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Kemudian, huruf d, jadi c jadi d ya, kemudian d jadi e, kemudian konsiderans mengingat tetap, nggak ada masalah.

    (RAPAT : SETUJU)

    Kemudian, butir 7 dengan persetujuan bersama DPR dan Presiden Repubik Indonesia memutuskan menetapkan undang-undang tentang aparatur sipil negara, ya sesuai rumusan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Bab satu ketentuan umum sesuai rumusan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Angka 1, dirumusan disepakati dan diserahkan ke Timus, ini berarti rumusan nggak ada perubahan Pak, sama.

    (RAPAT : SETUJU)

    Kemudian angka 2, sama.

    (RAPAT : SETUJU)

    Angka 11, sama.

    (RAPAT : SETUJU)

    Angka 12, sama.

    (RAPAT : SETUJU)

  • Angka 13,

    F PKS (GAMARI SUTRISNO) :

    Pimpinan mohon maaf, angka 11 kata mereka itu apakah bisa diganti dengan warga negara Indonesia, pegawai negara sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia.

    KETUA RAPAT :

    Ini cocok ini, cocok ya Bu Eni.

    (RAPAT : SETUJU)

    Kemudian butir 12 tetap, butir 13 tetap.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 14 tetap.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 15 tetap.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 16, butir 16 ini keputusan panja disepakati, diserahkan ke Timus catatan terkait dengan substansi rumusan RUU ... di batang tubuh. Ini istilah pengertian, berarti udah cocok ini ya, pimpinan tinggi adalah pegawai ASN yang menduduki jabatan pimpinan tinggi, kami kembalikan ke pemerintah dulu, seperti itu memang rumusannya, betul ya, Pak Gamari pimpinan tinggi betul ya, pimpinan tinggi adalah pegawai ASN yang menduduki jabatan pimpinan tinggi, coba.

    WAMENPAN :

    Mungkin karena ini terminologi jabatan Pimpinan Tinggi maka ini koreksi soal hurul kapital atau tidak kapital aja Pak. Apakah ini Pimpinan Tingginya t itu kecil atau kapital.

    KETUA RAPAT :

    Ya ini bukan koreksi yang substansial tapi perlu kita setujui juga.

    GAMARI SUTRISNO:

    Kalau pimpinan tinggi 1 terminologi maka ya P nya besar T nya besar.

    WAMENPAN:

    Pimpinan kami mengusulkan karena yang Nomor 15 itu adalah jabatannya, maka yang Nomor 16 itu pejabatnya Pak. Jadi ini penyempurnaannya adalah pejabat Pimpinan Tinggi adalah pegawai ASN yang menduduki jabatan Pimpinan Tinggi. Jadi Nomor 15 adalah jabatannya, nomor 16 adalah pejabatnya Pak. Nomor 15, butir 15 ini jabatan Pimpinan Tinggi jadi huruf T ini Pak, T nya besar, jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah, tetap Pak huruf kecil, sedangkan pada butir 16, pejabat Pimpinan Tinggi adalah pegawai ASN

  • yang menduduki jabatan Pimpinan Tinggi, P nya besar T nya besar Pak, jadi merefer pada butir 15 Pak.

    KETUA RAPAT :

    Oke ya deal.

    (RAPAT : SETUJU)

    Yang butir 17 ... adalah sekelompok jabatan yang berisi tugas pokok dan fungsi kegiatan dengan manajemen kebijakan pemerintah dan pembangunan serta pelayanan Administrasi. Nggak ada perubahan ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 18, butir 18 pegawai jabatan administrasi adalah pegawai ASN yang menduduki jabatan administrasi pada instansi pemerintah, titik ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    19 jabatan fungsional, 11 jabatan fungsional adalah jabatan yang berisi tugas pokok dan fungsi berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    20, 12. Pegawai jabatan fungsional adalah pegawai ASN yang menduduki jabatan fungsional pada instansi pemerintah.

    (RAPAT : SETUJU)

    21, 13. Pejabat yang berewenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan dan memberhentikan aparatur sipil negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Nah pertanyaan saya kalau di depan sudah ada aparatur sipil negara yang lain ASN, ini apa semua menggunakan ASN apa dipanjangkan, ASN kan.

    22, 14 instansi Pemerintah lah, instansi pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah.

    (RAPAT : SETUJU)

    23, instansi pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, Kesekretariatan lembaga negara, dan Kesekretariatan lembaga non struktural.

    (RAPAT : SETUJU)

    26, 16. Instansi daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah Kabupaten Kota yang memiliki Sekretariat daerah, Sekretariat Dewan, perwakilan rakyat daerah, Dinas daerah dan Lembaga Teknis daerah.

    (RAPAT : SETUJU)

  • Nah ini nanti yang huruf kecil huruf besarnya nanti di ahli bahasa pada terakhir di sempurnakan ya, saya nggak terlalu ahli.

    25 perwakilan adalah perwakilan republik Indonesia di luar negeri yang meliputi kedutaan besar Republik Indonesia, Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Konsulat Republik Indonesia, Perutusan Tetap Republik Indonesia pada perserikatan bangsa-bangsa dan perwakilan Republik Indonesia yang bersifat sementara. Betul ?

    (RAPAT : SETUJU)

    Ya maksudnya betul itu dihapus, ya udah dihapus kan.

    26, jadi 17 ya, 17, Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pendayagunaan aparatur negara. 27, huruf 19 menjadi 18, silakan Pak Gamari.

    F-PKS (GAMARI SUTRISNO) :

    Nomor 18, Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pendayagunaan aparatur sipil negara atau aparatur negara. Memang kan aparatur negara yang Menpan itu aparatur negara nggak pakai sipil ya, hanya konfirmasi aja, tanpa sipil ya, setuju Pak kalau gitu.

    KETUA RAPAT :

    Nomor 27, angka 19 menjadi angka 18, komisi aparatur sipil negara yang selanjutnya di singkat KASN adalah lembaga negara yang mandiri bebas. Nah ini sudah, rumusan terakhir bagaimana. Nah perubahan substansi ya sudah dalam panja, di pending nah. Terakhir komisi aparatur sipil negara yang selanjtnya disingkat KASN adalah lembaga non struktural yang mandiri bebas dari intervensi untuk menjamin pemberlakuan sistem merit. Setuju ya.

    F-PKS (RUSLI RIDWAN) :

    ... pemerintah, kenapa bahasannya kok pemberlakuan sistem Merit atau tidak saja apa bahasan saja ini. Untuk menjamin pemberlakuan sistem Merit, kalau saya pikir gitu, kenapa tidak menggunakan bahasa kata-kata begini, kata pemberlakuan diganti dengan pelaksananya gitu. Gitu ya jadi untuk menjamin pelaksananya sistem Merit. Jadi kata-kata pemberlakuan diganti dengan pelaksananya karena draft kita sebetulnya melaksanakan gitu.

    KETUA RAPAT :

    Bukan terwujud ?

    F-PKS (RUSLI RIDWAN) :

    Disini pemberlakuan, bisa saja terwujud daripada bahasa pemberlakuan ini

    KETUA RAPAT :

  • Ya saya juga kalau, kalau pemberlakuan itu terlalu teknis gitu Pak, teknis banget. Jadi kurang menggambarkan keseluruhan, hanya norma-norma regulasi abcd tapi kalau terwujud itukan filosofisnya, ambisinya itu kena semua

    F-PKS (RUSLI RIDWAN) :

    Terwujudnya aja barangkali lebih tepatnya.

    KETUA RAPAT :

    Ya terwujudnya sistem Merit ya. Oke.

    (RAPAT : SETUJU)

    Dicabut lagi deh kalau gitu.

    (RAPAT : SETUJU)

    Pak Zainun silakan.

    F-PDIP (ZAINUN AHMADI) :

    Saya ingin mempertanyakan tentang sebenarnya keterangan atau penjelasan sistem Merit itu bagaimana panjang lebarnya. Maksud saya gini jangan ini pengertian KASN ini disempitkan hanya sekedar untuk menjamin pemberlakuan sistem Merit atau tadi menurut bahasanya Pak Rusli tadi terlaksananya pemberlakuan sistem Merit, hanya sekedar untuk sistem Meritnya itu lho. Kalau menurut saya atas bagaimana yang telah kita sepakati kemarin-kemarin ini bagaimana menggambarkan keadaan KASN itu seperti ya bagaimana kemarin di sampaikan oleh pemerintah itu. Disana bisa mengawasi, membatalkan dan sebagainya. Tapi lebih luas gitu, jadi tidak sekedar mengawasi, kalau mengawasi Cuma ngawasi saja, jadi tidak punya wewenang apa-apa misalnya begitu. Jadi akan lebih pas, sempurna lagi kalau ini lebih di sempurnakan katanya atau pengertiannya KASN. Ingat itu adalah suatu ketentuan atau pengertian yang dimaksud dengan KASN itu apa, jadi tidak sekedar mengawasi, menjamin sistem Merit atau terlaksananya sistem Merit itu, Itu kira-kira gitu. Silakan saya juga jujur aja ini, saya sebetulnya ya karena sudah dicabut lagi ya, saya juga kok kayaknya apa nggak justru di kecilkan gitu menggunakan pengkalimatan, memberlakukan satu ya. Yang kedua sistem Merit gitu. Saya pikir KASN yang sudah kita design itu bukan sekedar menjamin Merit sistem lho. Sebetulnyakan secara filosofis itu merombak Pak mainset manajemen aparatur kita itu dari ... itu kan sesuatu yang fundamental, bukan sekedar Merit sistem. Orang mengartikan Merit sistem itu Cuma ya artinya didasarkan atas kompetensi, mengedepankan kinerja, yang namanya partisipatif dan lain sebagainya karena ada ukuran-ukuran itu Pak. Nah tapi maksudnya Pak Zainun itu apakah ndak bisa lebih dibuka aja gitu dibuka supaya jangan kejebak mau, kita ngomong gede tapi koknya Cuma sistem Merit, kira-kira gitu. Pak Rusli.

    F-PKS (RUSLI RIDWAN) :

    Ya sedikit, ...

    KETUA RAPAT :

    Silakan Pak Rahadi.

  • F-PDIP (RAHADI ZAKARIA) :

    Ya saya kira menurut saya bahwa ini tekanannya dalam komisi aparatur sipil negara yang merupakan lembaga yang mandiri bebas dari intervensi politik solid ingin mengatakan hal seperti itu bahwa lembaga ini adalah mandiri bebas dari intervensi politik. Kalau kemudian dikasih sampiran untuk menjamin sistem Merit nampaknya ndak tepat Pak. Tekannya adalah bebas mandiri dari intervensi politik titik saya kira, tidak perlu ada sampiran atau tambahan untuk menjamin sistem Merit. Jadi kan yang ingin disampaikan adalah lembaga ini adalah lembaga yang bebas dari intervensi politik itu saja titik saya kira. Kan pesan yang ingin disampaikan itu sebenarnya. Kalau ada menjamin sistem Merit ini memasuki wilayah yang sangat Teknis sekali. Misalnya ini adalah persoalan-persoalan mengandung unsur yang memiliki bobot yang sangat luar biasa bebas dari intervensi politik selesai saya kira, filosofinya kena, kalau untuk menjamin sistem Merit terjebak dengan persoalan-persoalan teknis, tidak filosofis lagi tidak memiliki kekuatan daya kekuatan daya kemandirian. Terima Kasih menurut saya begitu Pak.

    F-PKS (GAMARI SUTRISNO) :

    Saya hanya mau mendukung Pak Rahadi, betul saya kira. Kalaulah mau ditambahkan bukan gitu tambahannya itu. Kalau mau ditambahkan itu adalah untuk menjamin reformasi birokrasi yang meliputi seluruh area reformasi birokrasi. Tapi kalau dititik saja sudah cukup, karena uraian mengenai Keuangan nanti ada pada pasal yang lain. Itu selesai Pak ketua.

    KETUA RAPAT :

    Jadi nggak salah kalau Pak Rahadi Zakaria ini memang seorang editor Pak, dia ini editor Pak di media, jadi tukang ngedit kalau tulisan-tulisan dari itu redaktor senior Pak jadi. Jadi saya agak sejalan, bukan agak lagi, sejalan Pak dengan Pak Rahadi, kami kembalikan kepada pemerintah. Setuju ya jadi tanpa ada apa-apa ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Terima Kasih Pak Rahadi bahwa sudah membuat karya besar Pak. Selamat datang Ibu Mestariani Habie, bagaimana dengan DPT nya masih bermasalah Bu. Beliau habis seminar di Fraksi soal DPT, golput atau di golputkan, menarik, saya mau datang tapi bentrok. Baik kami lanjutkan.

    Angka 28, butir 28 angka 20 menjadi angka 19 ya ? lembaga administrasi negara selanjutnya disingkat LAN adalah lembaga pemerintahan non kementerian yang diberi kewenangan melakukan pengkajian dan diklat ASN sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, setuju ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    KUMHAM :

    Bapak pimpinan maaf (ya, silakan) akta diklatnya kalau bisa dipanjangkan

    KETUA RAPAT

    oh yang ini, oke diklat dipanjangkan ya.

  • (RAPAT : SETUJU)

    Nomor 29, angka 20, 21 jadi angka 20. Badan Kepegawaian Negara yang selanjutnya di singkat BKN adalah lembaga non kementerian yang diberi kewenangan melakukan pemindahan dan menyelenggarakan manajemen ASN secara nasional sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, setuju ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Nomor 30, angka 22, nah ini disepakati pending untuk berkenaan dengan profesi ASN adalah pekerjaan atau sekelompok pekerjaan di dalam pemerintahan yang dilakukan oleh orang-orang profesional yang memiliki pengetahuan atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan formal dan atau pengalaman praktis serta memiliki nilai dasar kode etik dan kode perilaku. Ini rumusan setelah hasil pembahasan, nah sekian lama itu, begitu pemerintah ya. Nah ini rumusan ini bisa disepakati. Silakan Pak Zainun.

    F-PDIP (ZAINUN AHMADI) :

    Ketua ya, waktu itu kalau ndak salah saya ini yang mengusulkan terus akhirnya di pending itu. Memang ini sebutan profesi ini yang saya persoalkan. Sebenarnya ASN itu jabatan atau profesi ?. Pertanyaan ini sama ketika seorang notaris ditanya, notaris itu jabatan atau profesi, yang sesungguhnya adalah jabatan karena notaris itu mengemban tugas-tugas pemerintah di bidang perdataan, yang bersangkutan boleh memakai lambang garuda pancasila itu karena memang menjalankan tugas negara. Dia bukan pejabat negara tetapi pejabat umum yang diberikan tugas-tugas sekali lagi keperdataannya itu kepadanya gitu. Nah mengacu pada itu tadi, kenegaraan tadi yang diberikan juga kepada pegawai ini atau ASN ini. ASN itu adalah pegawai negara, abdi negara. Apakah dan dengan jabatan yang bermacam-macam ini baik jabatan internal sampai teratas harus menjadi super profesi, lalu kalau tadi juga pertanyaannya anda profesinya apa ?, saya ASN gitu, padahal disisi lain juga seorang doktor yang ahli, yang pegawai negeri, yang PNS, yang ASN, juga saya profesinya Dokter. Atau kalau kita mengacu pada kamus besar bahasa Indonesia ... saya itu punya catatan itu saya lihat-lihat kok ngilang kemana, saya ingin tunjukkan disitu tadi disebutkan bahwa apa itu yang disebut profesi, profesional dan sebagainya gitu. Memang profesi itu adalah sebagaimana juga disebut disini ya orang-orang perusahaan yang memiliki pengetahuan. Jadinya gini, di dalam KBB itu disebut profesi itu adalah orang yang mempunai keahlian yang khusus, keterampilan sebagai disebut disini. Nah kalau ini kita setujui profesi ASN dimasukkan di dalam undang-undang ini, kuatirnya ini akan mengacaukan apa itu sebenarnya istilah profesi gitu.mengacaukan dan itu berlaku untuk semuanya gitu karena ini sudah menjadi undang-undang. Nah hemat saya meskipun ini sudah disebut dalam naskah akademik dan ini adalah juga tambahan benar-benar begitu tanpa mengurangi disana ada ketentuan pemberlakuan nilai dasar, kode etik dan kode perilaku, kenapa sih ini harus dimasukkan gitu, dengan kata lain ini sebaiknya tidak ada gitu. Itu usulan dari saya begitu, tidak usah menyebut profesi hanya dikatakan hanya sebagai untuk sebutan saja, menyebutkan dalam pengertian yang sesungguhnya seperti apasih profesi gitu. Ini karena disana ada antara lain jabatan, itu ketua.

    Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

  • Sebelum dijawab oleh pemerintah, pertanyaan saya, apakah profesi ASN sebagai satu kata itu berulang-ulang di gunakan di undang-undang ini. Kalau toh memang ada pengkalimatan profesi ASN yang diulang-ulang menurut saya perlu ada di ketentuan umum. Tapi kalau di ketentuan umumnya kalau itu tidak diulang-ulang dan tidak dilakukan menurut saya tidak perlu kita jelaskan profesi ASN. Karena begini, kalau sekumpulan dari profesi-profesi itu apa namanya Profesi anda apa, guru, profesi anda dokter, itu adalah aparatur sipil negara. Itu profesi dokter, profesi perawat, profesi guru, nah kalau dikumpulin mereka ASN semua itu Pak, apakah mereka bisa di jadikan satu sebagai sebuah profesi ASN, itu satu pertanyaan.

    Yang kedua, secara teknis apabila memang pengkalimatan profesi ASN ini tidak keluar dalam rancangan undang-undang ini nggak kesebut itu, ya untuk apa dijelaskan dirumuskan dalam ketentuan. Jadi kami kira-kira kan seperti itu ya, kira-kira saya nangkap pikirannya Pak Zainun itu, itu, bukannya sol setuju tidak setuju, tapi kita ingin merumuskan yang pas. Coba Pak Rahadi Pak Rahadi kasih comment.

    F-PDIP (RAHADI ZAKARIA) :

    Ya jadi misalnya begini, ini adalah kalau saya melihat ini adalah itu artinya bahwa ini adalah salah satu bentuk untuk mendefinisikan. Jadi profesi ASN ini di definisikan misalnya seperti ini. Jadi di undang-undang aparatur sipil negara itu ada PNS tapi juga ada orang yang memiliki profesional. Ada orang-orang yang betul-betul profesional. Maksudnya adalah pendefinisian, tapi yang menjadi persoalan bagi saya ketika yang mau didefinisikan itu apa sebenarnya. Kan adalah kan artinya kita belajar dramatikakan untuk menunjukkan kepada salah satu bentuk, salah sebuah definisi adalah, misalnya manusia adalah orang yang punya bla bla bla, air adalah zat air bla bla bla itukan definisi. Kata kuncinya adalah dia adalah. Yang ingin saya tahu dari pemerintah, ketika profesi ASN atau definisi ini adalah untuk sebuah, untuk menunjukkan sesuatu yang didepannya itu apa sebenarnya. Jadi kalau saya melihat bahwa profesi ASN memang dimaksudkan memang ini agak rumit untuk menunjukkan bahwa di aparatur sipil negara itu sebetulnya ada orang-orang profesional, orang-orang profesional itu maka di kategorikan dalam profesi ASN. Nah Cuma cara merumuskan yang baik ini yang menurut saya belum ketemu Pak, kan gitu Pak kalau tidak salah begitu. Jadi di dalam aparatur sipil negara itu disamping ada PNS, ada orang-orang profesional yang disebut dia itu adalah profesi ASN. Nah profesi ASN itu macam-macam disitu artinya orang-orang banyak yang disini disebutkan memiliki pengetahuan atau keahlian. Ini untuk masuk ke definisi itu kira-kira yang mau di definisikan itu apa, kan itu Pak persoalannya. Nah ini, inikan pertanyaan kita semua ini. Untuk masuk ke wilayah itu adalah itu yang mau di definisikan itu apa sebetulnya. Saya kira .... Terima Kasih ini saya kira belum clear saya kira masih harus di sepakati, di pending kan ini, ya mari kita cari rumusan, ada ahli bahasa nggak dari sini. Saya luruskan sedikit.

    F-PKS (GAMARI SUTRISNO) :

    Kalau kita kembali ke Nomor 9 atau angka 1, itu saja yang sebetulnya perlu kita setujui dan memang ya jelas disetujui sebagai ketentuan umum di dalam RUU ini. Aparatur sipil negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi pegawai negeri sipil. Sehingga dengan demikian usulan baru dari pemerintah ini tidak perlu lagi dikemukakan disini. Kalau masih di kemukakan itu bukan disini tempatnya karena sudah ada penjelasan pada angka 9 butir 1 itu, menurut saya seperti itu Pak.

  • KETUA RAPAT :

    Jadi intinya beginilah, kalau definisi yang dikatakan oleh Pak Rahadi tadi tentang profesi ASN adalah bla bla bla dalam kenyataannya substansi ini tidak relevan dengan uraian apa segala macam, yakan, untuk apa ini manfaatnya, kalau nggak ada manfaatnya ya dibuang aja. Apakah itu ASN, sudah jelas dikatakan Pak Gamari tadi, aparatur sipil negara definisinya adalah profesi bagi pegawai negara sipil dan pegawai pemerintah dalam ... yang bekerja pada instansi pemerintah. Jadi dari sana saja sesungguhnya sudah selesai. Jadi pengertian profesi ASN itu tidak dalam yang dikatakan Pak Zainun tadi kan. Karena profesi yang sesungguhnya itu bukan ASN nya Pak, profesinya itu ya guru, Anggota dokter, jadi bukan profesi ASN. Tapi ASN itu sendiri itu apa sudah dijelaskan di butir 9. Jadi kalau pemerintah setuju, kalau ini dianggap tidak terlalu ini ya kita cabut aja angka butir 30. Pak Wamen silakan.

    WAMEN PAN & RB :

    Karena profesi ini Pak pimpinan dan Anggota dewan di sebut di dalam 9 DIM Pak yaitu DIM 33, 126, 132, 151, 158, 174, 176, 437, dan 438. Karena berulang-ulang disebut di dalam rumusan pasal jadi mungkin perlu juga penjelasan mengenai apa itu profesi. Bahwa itu mungkin perlu di definisikan ulang nah itu silakan Pak, artinya, Timmus ini yang barangkali kita rumuskan, karena memang dalam sidang kabinet pertama ini hampir setengah, hampir 1 jam Pak dibahas. Presiden juga bertanya what is a profesion, itu di definisikan dari webster dictionary bahkan beliau langsung menunjuk ini kalau orang bawa teh ngladenin saya ini profesi apa nggak ini. Nah kemudian adalah muncul bahwa profesi itu ada nilai dasar, ada kode etik, ada kode perilaku, ada standart kompetensi. Jadi dokter itu harus ada kompetensinya untuk merawat orang, untuk memeriksa. Harus ada nilai dasar, harus ada kode etik dan kode perilaku di dalam merawat. Jadi memang dia sekumpulan pekerjaan, kalau di PNS itu sekumpulan pekerjaan, ada dokter, ada akuntan, ada auditor, ada analisis kebijakan. Jadi yang pertama tentu karena ini bolak-balik di sebut dalam pasal Pak.

    Yang kedua, karena kita ingin menekankan perlu adanya etik, values, nilai dasar dan itu kode perilaku bagi setiap pegawai.

    Dan yang ketiga, bahwa yang di dalamnya itu adalah kumpulan pekerjaan yang ada di dalam ASN.

    Yang keempat, Pak sebenarnya kami ingin memindahkan orientasi struktural di dalam birokrasi itu dalam orientasi fungsional sehingga nanti jabatan-jabatan struktural ekselon tiga itu bertahap kita pindahkan. Sekarang di perencanaan itu dari ekselon satu sampai ekselon empat Pak. Kita ingin pindahkan semua orang supaya jadi perencana, perencana itu profesi Pak, auditor juga begitu Pak di BPKP itu sudah lebih dari 135 jabatan ekselon tiga dan empat itu dihapus dan mereka sekarang berstatus sebagai auditor, sebagai profesi auditor. Demikian juga nanti untuk analisis kebijakan, untuk akuntan. Jadi memang pemerintah ingin memindahkan pekerjaan-pekerjaan itu dari orientasi struktural kepada orientasi fungsi yang berbasis kepada profesinya ketika seseorang di rekruit menjadi PNS maka sebenarnya kita merekruit dia dengan latar

  • belakang profesi yang akan diduduki pada saat menjadi calon pegawai negeri sipil karena itu biasanya ... langsung disebutkan Pak, okonom, Kemudian akuntan. Tapi begitu masuk PNS semua orang lupa Pak pada profesi awalnya, jadi pejabat strultural semua. Ini yang menyebabkan birokrasi kita nggak inovatif, tidak melayani masyarakat dan seterusnya. Kira-kira gitu Pak filosofinya, tapi kami serahkan kepada Anggota dewan, kalaupun ini tidak disebut, tidak melukai pasal-pasal yang kita atur di dalam RUU ini.

    KETUA RAPAT :

    Ada dua pilihan, kalau menurut hemat kami ini tetap dipakai, diartikan ini di pakai tapi dalam konteks kita mengartikan prefesi ASN ini sebagai kayak istilahnya kayak sekumpulan profesi. Kan semuanya punya kompetensi, punya nilai dasar yang guru yang ini, yang ini, pekerjaan-pekerjaan mereka melakukan itu semua dengan sebuah rumah yang namanya aparatur sipil negara, itulah namanya profesi ASN. Sepanjang itu kita sepakatinya itu atas dasar kebutuhan dalam rangka pengkalimatan terkebutuhan undang-undang ini karena diulang-ulang itu kita terimakan alternatif pertama bisa kita ketok. Alternatif yang kedua, tanpa dengan rumusan ini kita drop tapi ketika kita bicara tentang kebutuhan akan pengkalimatan profesi ASN seperti yang dikatakan tadi oleh Pak Wamen ada di butir sekian butir sekian kita sudah mengerti itu, kita paham. Jadi tidak perlu lagi itu mohon dimasukkan di ketentuan umum. Jadi apakah mau dimuat atau tidak ya alternatifnya itu. Kembali kepada pengusul Pak Zainun.

    F-PDIP (ZAINUN AHMADI) :

    Terima Kasih Pak ketua, saya ingin membandingkan yang angka 30 ini rumusan mengenai profesi ASN dengan ... tersebut profesi ASN adalah pekerjaan atau ... seterusnya. Kita bandingkan dengan angka 9 disitu adalah ketentuan yang dimaksud dengan ... dan selanjutnya. Kemudian pada angka 15 disitu langsung disebut jabatan pimpinan tinggi ini menunjuk pada jabatan. Pada angka 17 juga begitu, jabatan administrasi adalah ini meminjam istilahnya Pak Rahadi tadi tolong baca adalahnya itu. Angka 18 juga pegawai jabatan administrasi adalah disini bicara jabatan, jabatan fungsional adalah pegawai jabatan fungsional adalah dan seterusnya dan seterusnya terus kemudian ini di satu sisi kemudian kita bicara profesi ASN adalah kalau apa yang dikatakan oleh Pak Eko tadi menurut saya yang menggambarkan disitu ada ini, ini sebenarnya lebih cepat bukan profesi ASN tapi profesi di ASN, itu di profesi itukan banyak ada vokad, dokter, profesi di ASN adalah pekerjaan, lebih tepat begitu bukan profesi ASN jadi, profesi di atau pada. Profesi pada ASN ada menurut saya begitu. Tetapi kalau ini memang lalu akan membingungkan saya khawatir akan membingungkan karena acuannya profesi itu apasih sesungguhnya. Ini saya kira menurut saya saya setuju dengan alternatif yang Pak ketua sampaikan adalah ... yang kedua di drop gitu. Lalu juga tidak mengurangi makna daripada undang-undang ini.

    Terima Kasih ketua.

    KETUA RAPAT :

    Saya kira sepakat ya, pemerintah juga sudah ngangguk karena jelas sekali Pak di butir 9 kalau itu kita cermati. Aparatur sipil negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi sebagai

  • pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Kan jelas, menegaskan bahwa itu adalah profesi. Hanya ketika itu dirumuskan dalam profesi ASN adalah, itulah yang menurut hemat kami tadinya pemerintah juga merumuskan ini Pak hanya semata-mata karena pengulangan-pengulangan menggunakan kata profesi di rumusan yang lain. Jadi setuju ya kita drop ya, oke. Udah Pak Menteri setuju ya. Pak Rahadi.

    F-PDIP (RAHADI ZAKARIA) :

    Jadikan nafasnya itu untuk membedakan antara orang profesional dan yang tidak profesional. Inikan ASN ada PNS, ada orang-orang yang PNS tapi bagi profesi, profesional kan itu sebetulnya. Nah ini memang merancukan, ini terbalik-balik ini dalam hukum MD itu. Kalau menurut saya adalah Pak Eko, orang-orang di dalam pemerintahan, orang-orang di dalam pemerintah, orang-orang profesional di dalam pemerintahan yang memiliki pengetahuan atau keahlian yang di peroleh melalui dan lain-lain sebagainya disebut profesi ASN. Jadi menerangkan dan yang diterangkan ini disini adala rancu dan terbalik. Jadi kalau mau, masih ingin mengatakan bahwa di dalam undang-undang ... orang-orang profesi saya kira profesi saya kira orang-orang profesional di dalam pemerintahan yang memiliki pengetahuan atau kealihan yang diperoleh melalui pendidikan dan lain sebagainya adalah disebut profesi ASN. Jadi terbalik saya kira ini, jadi ini menerangkan dan yang diterangkan itu lebih dulu yang menerangkan bukan yang diterangkan, saya kira itu Pak, dalam hukum MD kan begitu Pak. (Silakan) mari Markus Nari.

    MARKUS NARI :

    Terima Kasih, saya kira kalau kita lihat memang undang-undang ketika itu berkali-kali disebut disitu sehingga harus ada penjelasan. Saya kira kita sepakat saja, kalau seandainya Bapak ingin tetap menjelaskan menyangkut profesi ASN itu karena memang di 9 ini itukan jelas, aparatur sipil negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi. Kata-kata profesi ini membingungkan orang kalau Bapak nggak jelaskan, yakan. Sehingga kalaupun Bapak mau tetapkan profesi ini saya sepakat dengan Pak Rahadi tadi, dirumuskan yang benar. Kalau kita membaca ini membingungkan sehingga teman-teman apasih sebenarnya sekelompok orang-orang itu gitu, sekelompok pekerja, pekerjaan, yang dimaksud profesi itukan. Ini barangkali kita minta Bapak menjelaskan ini, bahasa yang Bapak buat ini sehingga kita bisa jelas kalaupun memang arus kita tetapkan bahwa tetap ini ada, itu saya kira lebih bagus untuk menjelaskan, kalau orang membaca undang-undang kan bukan kita saja Pak nanti nya. Ini akan orang banyak akan membaca dan mereka harus mengerti.

    Yang kedua, kalaupun ini ditetapkan Bapak harus masuk saya kira jangan disini. Dia lebih bagus di 9 ini dibawahnya gitu. Orang membaca itu langsung jelas oh dibawahnya ini ada, yang dimaksud profesi itu ada gitu. Kalau inikan jauh lagi yakan, cari nanti lho, saya kira itu Pak ketua.

    F-PKS (GAMARI SUTRISNO) :

    Pak ketua, ini soal profesi. Kami bisa memahami apa yang disampaikan oleh pemerintah sebagai usulan baru. Pemerintah ini mencoba untuk menyampaikandefiniis tentang profesi secara umum. Jadi profesi adalah begitu ada profesi ASN ini yang kemudian jadi masalah, gitu ya.

  • Makanya, apakah tetap KASN hanya menjelaskan profesi adalah karena ini katanya ditemukan dalam webster dictionary oleh Pak SBY, lalu kami adapt disini, inikan diadaptasikan dari situ Pak Wamen kan. Jadi dari definisi profesi secara umum itulah kemudian saya lihat dipaksakan ini, karena ini adalah RUUASN menjadi profesi ASN. Jadi seperti itu yang bisa saya tangkap. Sebab itu kalau pemerintah mau mengusulkan dan kita setuju jangan sebut ASN nya, karena ASN sudah didefinisikan dalam butir 9 angka 1 tadi. Jadi ini hanya definisi tentang profesi gitu, kalau kita setuju untuk mendefinisikan tentang profesi supaa tidak membingungkan kita semua, begitu, itu menurut pendapat saya. Saya setuju dengan definisi ini tapi jangan kemudian bingung dengan masalah ASN. Jadi sesuatu yang umum kemudian dipaksakan ya khusus gitu.

    Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    Kami, ya Pak Nanang.

    NANANG SAMODRA :

    Terima Kasih ketua,

    Saya ingin mereview kembali mengapa dulu profesi ASN itu dijadikan profesi. Waktu itu menurut Pak Taufik polisi punya undang-undang profesi, TNI juga punya undang-undang profesi, nah terus PNS ingin dibuatkan undang-undang profesi. Tapi sayangnya saya tidak mendalami undang-undang TNI undang-undang Polri, apakah mereka mendefinisikan juga profesi. Tapi kalau kita ditanya, kita tanya ke tentara, profesinya apa ? tentara, bagian apa jabatannya macam-macam, bisa jadi dokter, tentara bisa jadi ... tentara. Nah pegawai negeri sipil ini ingin disatukan apakah itu sebagai satu profesi, profesi pegawai negeri, ia profesi juga sebagai pegawai negara, tapi ada juga cabang-cabangnya. Nah tinggal mungkin mendefinisikannya bahwa yg dimaksud profesi ini kira-kira seperti apa, itu saja Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    Pak Wamen silakan.

    WAMENPAN :

    Ya Pak Jodi memang merefer diskusi pada saat awal di dewan. Apa yang sebenarnya yang diungkapkan Pak Nanang itu menjadi history dalam background Pak mengapa kita menyebut ini sebagai profesi karena TNI sudah ditetapkan sebagai profesi dalam undang-undang mereka, polisi juga demikian hanya aparatur sipil negara ini masih belum jelas statusnya sebagai apa. Tapi kita bisa bikin beberapa nanti misalnya profesi dalam ASN adalah bisa juga apa, jadi kalau mau tidak membingungkan seperti kata Pak Zainun supaya profesi ASN tidak membingungkan definisi itu. Kami ikut aja Pak bagaimana baiknya nanti, ini adalah definisi yang sudah kami konsumsikan berdasarkan pada beberapa pengertian mengenai profesi Pak.

    KETUA RAPAT :

    Jadi kalau menurut saya tentang ASN itu adalah profesi itu udah selesai. Jadi padanannya dengan TNI, padanannya dengan Polri itu sudah selesai, itu diawal kita udah rumuskan. ASN adalah profesi, jelas bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja

  • yang bekerja pada instansi pemerintah. Jadi itu satu Pak ya, sebentar Pak, itu selesai. Tapi kebutuan kita saya coba mempertemukan kebutuhan kita di Nomor 30 angka 22 ini adalah kebutuhan yang memang satu, kata profesi ASN diulang-ulang, itu satu. Yang sesungguhnya kalau mau menggunakan rumusan ASN itu adalah profesi ini di drop pun menurut saya itu nggak ada masalah. Karena kalau menyebut profesi ASN itu kita udah ngerti tanpa harus ada penjelasannya justru malah mungkin menjadi, jadi bingung, Ini versi saya. Itukan alternatif saya Pak. Alternatif yang kedua, kita terimakan rumusan ini dengan perbaikan kan begitu Pak, contohnya misalkan, Profesi ASN adalah pekerjaan. Saya tidak pada sekelompok pekerjaan buat apalagi ada pengertian sekelompok pekerjaan. kalau yang namanya profesi itu lebih kepada ya profesi anda, jadi bukan sekelompok pekerjaan, kalaupun sekelompok aktifitas mungkin iya, actifity. Jadi kalau menurut saya profesi ASN adalah pekerjaan di dalam pemerintahan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan atau keahlian kata-kata orang-orang profesional dibutuhkan disana. Pekerjaan atau sekelompok pekerjaan, kalau saya sekelompok nggak perlu di dalam pemerintahan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan formal dan atau pengalaman praktis serta memiliki nilai dasar, kode etik dan kode perilaku. Nah soal profesional dan tidak profesional itu akibat dari apa yang dia lakukan Pak. Kalau dia ternyata dalam pekerjaannya tidak didasarkan atas pengetahuan yang cukup, tidak mempunyai nilai moral, etika dan ... ada nggak profesional sebagai aparatur sipil negara. Jadi bukan yang dilakukan oleh orang-orang yang profesional, itu profesi kalau menurut saya. Jadi profesi itu pekerjaan yang memang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan, memiliki keahlian yang diperoleh lewat pelatihan formal atau pengalaman praktis yang mempunyai nilai-nilai dasar, kode etik dan kode perilaku. Nah kalau itu yang disepakati ya kita sempurnakan seperti itu, begitu kan Pak markus, Bapak ini dokter administrasi Bapak, lengkapi tolong ,

    MARKUS NARI :

    saya kira udah benar ketua.

    KETUA RAPAT :

    Silakan Pak Azhar.

    AZHAR ROMLI :

    Baik Terima Kasih, terkait dengan DIM 30 ya, pasal 22 itu memang ketika DIM 9 kita nyatakan secara dekat bahwa ASN itu adalah profesi, kalimat yang disampaikan oleh ketua tadi sebenarnya sudah mengarah memang kalau saya memang setuju sekelompok pekerjaan itu jangan muncul Pak serta orang-orang profesional. Kalau dia katakan orang profesional berarti PNS itu bukan profesi, berarti ada orang, ada yang tidak profesi ada yang profesi. Jadi tegas saja kalimatnya mungkin profesi ASN adalah pekerjaan di dalam pemerintahan yang dilakukan oleh orang profesional, jangan orang-orang, berarti udah bertentangan dengan pasal 9 kalau ketika katakan orang-orang berarti memang PNS itu tidak profesi gitu lho. Jadi kita menyatakan ajalah pokoknya yang namanya PNS ASN itu adalah profesi karena di pasal 9. Nah kalau kita pakai orang-orang profesional berarti memang tidak profesi itu PNS, oleh karena itu terkait dengan kalimat bahasa itu kalau usul saya dengan apa yang disampaikan ketua tadi dilakukan oleh orang profesional yang memiliki seterus-terusnya itu. Bahkan kalau dibilang memiliki keahlian dan

  • keterampilan, karena human kapital itukan muatannya antara lain ilmu pengetahuan, keahlian, profesi jadilah sebagai asset diri dia. Jadi ini kita ingin mempertegaskan profesi itu, itu usul saya ketika pasal 9 itu kita kaitkan. Jadi itu pendapat saya, Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    iya Terima Kasih Pak Azhar, silakan Pak Markus.

    MARKUS NARI :

    Jadi kalaupun kita mau memang tetap masukkan ini profesi ASN ini rumusannya barangkali kita rubah seperti dikatakan tadi, profesi ASN itu, profesi ASN adalah pekerjaan yang di dalam pemerintahan yang dilakukan oleh orang (jangan orang) tetap orang Pak karena profesional ini sudah menunjukkan tadi yang memiliki pengetahuan atau kalian orang punya pengetahuan kalian itu orang profesional. Betul, jadi tetap profesi, Cuma profesionalnya ini kita hilangkan saja karena dibawa yang menunjukkan yang memiliki pengetahuan atau keahlian yang diperoleh melalui, itu sudah profesional kalau orang punya itu, yakan. Jadi profesionalnya kita hilangkan yang memiliki pengetahuan atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan formal dan atau pengalaman praktis serta memiliki nilai dasar, kode etik dan kode perilaku. Karena ini nilai dasar kode etik dan kode perilaku ini yang dibutuhkan di dalam profesi. Jadi dokter, profesi dokter itu yang paling penting. Jadi saya kira yang kita titik beratkan saja ini memiliki nilai dasar kode etik dan kode perilaku. Kalau yang diatas saya kira nggak masalah, kita bisa tambahkan. Tetapi kata-kata profesional ini yang saya kira saya sepakat tadi seperti ketua hilangkan saja kata profesional disitu.

    KETUA RAPAT :

    Pak Rusli dulu saya minta sedikit opini dari Pak Rusli.

    RUSLI RIDWAN :

    Ini memang dalam RUU ini tentang profesi ASN ini pertama adalah rumusan 9 sudah dijelaskan. Muncul juga disini di rumusan 30 juga muncul juga sebetulnya di rumusan 33. Jadi ini terlalu banyak numpuk gitu. Coba kita rumuskan 33 juga menyebutkan itu masalah 3, 33 ini berarti berapa ini ? DIM 33 nya, kalau dikatakan DIM. Aparatur sipil negara sebagai profesi menjelaskan lagi ada nilai dasar, ada kode etik, ada komitmen, ada kualifikasi akademik, ada profesionalismenya pasti bertumpuk bahasa-bahasa ini. Jadi memang ini disempurnakan atau dikatakan ketua tadi cabut juga kayaknya tidak masalah karena sudah terlalu bertumpuk begitu Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    Pak Wamen dicabut saja ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Jadi butir 22 drop ya. Kemudian Nomor 30 a angka 23 menjadi angka 21 nah ini masukan yang sudah kita bicarakan mengenai sistem Merit. Ada coment ? sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen aparatur sipil negara yang berdasarkan pada kompetensi dan kualifikasi secara

  • adil dan wajar tanpa membedakan latar belakang politik keras karena kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur ataupun kondisi kecacatan, Setuju ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 31 nggak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Kemudian butir 31 a juga udah melalui proses usulan 9 November.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 32, setuju.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 33 ada perubahan substansi berkaitan dengan kode perilaku, ini mungkin pemerintah bisa jelaskan sedikit, hanya nambah aja di huruf c, ditambah kode perilaku. Nggak ada masalah ya ? setuju kan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Kemudian butir 34, setuju.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 35, setuju.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 36 sesuai rumusan tetap.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 37, nah butir 37 ini di pending berkaitan dengan kode perilaku. Mungkin bisa dijelaskan dari tim pemerintah rumusan ini apa masih sesuai dengan rumusan asli, draft RUU atau sudah hasil perubahan mungkin bisa dijelaskan. Pak Wawan silakan.

    WAMENPAN :

    Jadi kode perilaku itu sebenarnya penjelasan detail mengenai kode etik Pak. Jadi kalau memang mau diubah saya usulkan kode etik dan kode perilaku itu jadi satu kalimat Pak. Karena di dalam kode perilaku ini sudah secara detail menjelaskan hal-hal yang boleh da yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pegawai aparatur sipil negara. Jadi kalau saya lihat memang sering kali di beberapa negara kalau sudah ada kode perilaku, kode etiknya jadi satu karena kode perilaku sebenarnya menjelaskan secara lebih detail kode etik di atasnya Pak.

    KETUA RAPAT :

    Kode etik / kode perilaku begitu maksudnya ? (kode etik dan kode perilaku) kode etik dan kode perilaku jadikan satu ya (ya Pak) oke.

  • (RAPAT : SETUJU)

    Jadi di DIM 37 kode etik dan kode perilaku sebagai maksud pada pasal 3 huruf meliputi, ini nanti di tim rumus di Timsin di sesuaikan ya. Menunjukkan pasal dan hurufnya.

    RAHADI ZAKARIA :

    Pimpinan, (silakan) saya (Pak Rahadi) jadi supaya tidak rancu, Pak saya kira kode etik dan kode perilaku. Perilaku itu sendiri melahirkan kode etik, moral, ini mohon maaf ini saya bicara sedikit, mengutip kata-kata baret soal filsafat, kode etik. Jadi kalau perilaku itu adalah menyangkut moral, moral kemudian menyangkut etik, etik kemudian melahirkan untuk menjaga itu maka dikasih kode, namanya kode etik. Nah ini apakah nanti tidak maksudnya apakah ini tidak tumpang tindih antara kode etik dan kode perilaku. Jadikan sumbernya itu etika itukan dari perilaku Pak, dari moral, moral kemudian ada etika, etika kemudian ngasih kode, kode etik. Saya kira menurut saya bukan perilaku tapi kalau misalnya mau mengatakan perilaku, ya perilaku saja tidak usah pakai kode gitu lho Pak, beda Pak pemahaman dari segi filsafat itu menurut saya.

    Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    Silakan Pak Ses mau memberi komentar Pak Wamen.

    SESMENPAN :

    ... namun kemudian referensinya sama. Pemahaman kami justru yang makro yang dasar-dasar itu kode etik Pak. Dengan etika, etika itukan apa yang baik, apa yang tidak baik kan gitu Pak, masih terlalu umum. Nah penjabaran apa yang tidak baik apa yang tidak baik itu di dalam kode perilaku dijabarkan di dalam perilaku, etik, itu. Itu Pak ... begitu, singkat tadi etika itu dalam perilaku supaya tidak confuse tidak dicatat saja gitu. Jadi sebenarnya etika lebih-lebih sangat kualitatif sekali lah itu dijabarkan di dalam perilaku sehingga perilaku disinikan sudah nggak boleh ini nggak boleh itu sudah konkrit di dalam sikap perilaku apa yang dikatakan baik atau tidak baik tadi didalam kode perilaku itu dijabarkan lebih konkrit lagi.

    RAHADI ZAKARIA :

    Saya kira tidak perlu dimasukkan lagi unsur yang namanya etik, inikan sebetulnya perasan dari etika, perilaku itu. Jadi kode perilaku kalau menurut saya tidak perlu jadi kode etik lagi.

    KETUA RAPAT :

    Saya minta komentar Pak Nanang.

    NANANG SAMODRA :

    Dalam beberapa buku saya lihat di perusahaan-perusahaan atau di pemerintahan itu tidak hanya kode etik code of etic tapi juga ada ..., jadi mungkin disini mengacu kesana yang ... itu adalah kode perilaku dan code of etic nya adalah kode etik, barangkali begitu. Jadi memang sudah

  • umum sudah biasa. Yang lebih umum diatur dalam kode etik yang detailnya diatur di dalam ... atau kode perilaku. Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    Pak Zainun

    ZAINUN AHMADI :

    Terima Kasih, kalau menurut saya ini mungkin juga kepada pemerintah, baik itu kode etik maupun kode perilaku yang merupakan nilai dasar itu tidak perlu dimasukkan didalam undang-undang ini gimana Pak sehingga bisa ini sendiri atau ini disebutkan nanti akan diatur sendiri dan nanti akan bisa di buku saku kecil, bisa dikantongi sama staf pegawai ASN itu, enak gitu, kalau undang-undang kan tebel ya dimasukkin di kantong gitu. Kode itu biasanya juga menjadi buku saku yang jadi pegangan kemana-mana gitu. Ini saran, lebih kepada saran, dengan kata lain kalau tidak dimasukkan itu bagaimana dimasukkan di dalam undang-undang ini atau dalam pasal ini.

    Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    oh Pak Gamari

    GAMARI SUTRISNO :

    Ketua, saya tidak keberatan dengan uraian ini tapi konsekwensinya pasal 3 huruf d sampai h juga harus diurai karena pada pasal 3 ayat a diurai di nilai dasar, kemudian b juga diurai walaupun hanya 2 ayat, c juga kode perilaku di urai, lalu kemudian ayat Bapak pasal 3 sampai h tidak ada uraian itu resikonya kalau kemudian kita mengurai ayat-ayat yang ada dalam pasal. Kenapa ayat abc diurai kalau ayat d sampai h tidak diurai. Iya, apa itu komitmen integritas, kompetensi diperlukan, kualifikasi, akademik, jaminan itu mestinya seperti itu harusnya. Kalau setiap ayat di pasal itu diberikan penjelasannya harusnya juga ayat yang lain ada. Ini pertanyaan untuk kita jawab bersama-sama. Kalau memang begitu kita setujui ini ayat a, nilai dasar itu bagaimana, kode etik ayat b itu bagaimana kode perilaku maka seharusnya ayat d sampai h juga harus begitu.

    RUSLI RIDWAN :

    Ya pimpinan, (Pak Rusli sebelum ke Pak Eko nanti) ya kalau saya justru minta penjelasan ke pemerintah, saya ini bisa melihat di DIM 37 ini mana kode etik, mana kode perilaku tidak jelas ini menurut saya. Jadi saya sepakat kalau seandainya kode etik dan kode perilaku ini saja dipakai sudah, karena dalam DIM 37 ini mana kode etik, aman kode perilaku sepertinya membaur sudah disini, gitu. Sampai-sampai tidak bisa membedakan mana yang lebih rinci mana, Terima Kasih, jadi rancu ini menurut saya mana kode etik, mana kode perilaku, jadi satu di dalam DIM 37. Maka tepatnya DIM 37 ini dirubah saja kode perilaku dan etik begitu.

    KETUA RAPAT :

    Maaf Pak Eko, saya dan seluruh Anggota Timmus, saya pendatang baru ini tukang bisik. Ya lihat aja keseluruhannya babnya, jadi ya saya ikutin dululah nasehat yang rambut putih ini. Saya

  • pikir bener juga gitu bab 2 ini bicara tentang azaz, prinsip, nilai-nilai dasar dan kode etik. Jadi ada 4 di baba ini gitu. Tapi kalau kita lihat rumusan berikutnya itukan ada insertkan pemerintah tentang sistem Merit gitu, itukan, tapi kita udah sepakat tadi kan supaya Timsin nanti nyisisr lagi, supaya jangan loncat-loncat itu tolong ini di tim perumus diingatkan. Nah kalau mulainya dengan azaz kan harusnya yang butir 32 ini kan, Penyelenggaraan kebijakan manajemen ASN ... berdasarkan pada azaz kepastian hukum bla bla bla kan gitu. Nah prinsip yang dilakukan apa ? prinsip yang dilakukan didasarkan atas nilai dasar, kode etik bla bla bla kan begitu. Nah nilai dasarnya apa ? nilai dasar itu meliputi ideologi bla bla bla kan gitu, kalau kode etiknya bagaimana ? nah kode etiknya ini pemerintah bermaksud mengusulkan baru, detailnya tentang kode etik itu dijabarkan lebih jauh supaya menjadi terukur dikasihlah kode perilaku, usulannya gitu lho Pak. Jadi bukan judul kode etik tapi yang dimaksud dengan kode etiknya itu ya perilakunya kudu kiek lha gitu. Ya jujur, berintegritas tinggi, hati-hati dan rajin kira-kira itulah, yakan. Nah kalau ini disepakati yang bab 2 ini kita setujui substansinya, dirumus ulang, gitu ya, dirumus ulag supaya diserahkan ke timsin aja gitu. Silakan Prof Eko. Itu ya.

    WAMENPAN :

    Sebenarnya pemerintah sudah punya BP42 Pak tahun 2004 kalau nggak salah tentang kode etik pegawai negeri sipil. Jadi kalau memang mau di masukkan juga kode etiknya barangkali bisa dimasukkan kode etik untuk pasal 5. Kemudian 5 ini penjelasan untuk kode perilakunya Pak supaya lebih menjelaskan dalam pasal 5 tadi. Jadi kira-kira begitu Pak.

    KETUA RAPAT :

    Ya jelas ini ya, ini Terima Kasih Pak Arif walaupun datang-datang langsung bisik. Jadi saya pikir bab 2 ini azaz, prinsip, nilai-nilai dasar dan kode etik kita sepakat ya. Uraiannya di sinkronisasi, di tata ulang supaya menjelaskan apa azaznya, apa prinsipnya, apa nilai-nilai dasarnya dan apa kode etiknya. Nah itu terurut, termasuk yang mau Bapak sampaikan tadi berkenaan dengan Merit sistem dan sebagainya itu bisa di setkan di dalam. Nah sehingga dengan demikian sampai dengan butir 38, ya dari butir 31 sampai dengan butir 38 kita serahkan ke timmus ya dengan rumusan substansi, maaf timsin untuk merumuskan itu, setuju ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Karena masuk bab 3, nah g termasuk 38 itu termasuk pemberian sanksi dan lain sebagainya itu supaya ada efektifitas ya, itu saya termasuk yang Merit sistem itu Pak dikait-kaitkan disananya. Kemudian bab 3 ini status dan kedudukan, tidak ada perubahan. Bagian ke satu, jenis tetap tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Pasal 6 butir 41 pegawai ASN terdiri dari PNS dan PPPK, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Bagian kedua status, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

  • Butir 43 pasal 7 ayat 1 tidak ada perubahan, PNS mengajukan pasal 6a merupakan pegawai ASN yang dianggap sebagai pegawai tetap oleh pejabat yang berwenang dan memiliki Nomor induk pegawai secara nasional, betul ini ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Kemudian P3K sebagaimana dalam pasal 6b merupakan pegawai ASN yang dianggap sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh pejabat yang berwenang sesuai keperluan instansi menurut ketentuan peraturan perundang-undang, oke.

    (RAPAT : SETUJU)

    Bagian ketiga, kedudukan tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Pasal 8 butir 46 pegawai ASN berkedudukan di pusat, daerah dan luar negeri. Perubahan substansi pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk menjalankan pemerintahan, melaksanakan pembangunan dan memberikan pelayanan pada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata. Keputusan panja di pending, ini apa ini saya, terkait pasal 8 sampai dengan 12 DIM 46 sampai dengan 56 meminta kepada pemerintah untuk mereview ulang perumusan tersebut. ... yang ini dihapus tapi yang pegawai ASN yang berkedudukan di pusat, daerah dan yang di luar negeri ini mohon di rumus ulang lah. Perubahan substansinya dirubah menjadi pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk menjalankan pemerintahan, melaksanakan pembangunan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata. Ini yang nyebut pusat daerah dan luar negeri, mungkin bisa dibantu ini, pimpinan agak kurang telmi, Dari pemerintah ada, mungkin Pak Tasdik. Ini perdebatannya waktu itu, ini Pak ini juga sebetulnya yang mulai ini, Pak Zainun. Kedudukan itu mau menunjuk lokal, lokus gitu ya atau fungsi gitu, apa namanya ? kedudukan hukumnya, bukan kedudukan tempatnya. Pemerintah menghendaki kedudukan hukumnya, nah di draft kita kedudukan tempatnya, ikut pemerintah ikut kita, kali-kali ikut pemerintah ya, kali ini ikut pemerintah aja ya ? oke.

    (RAPAT : SETUJU)

    Nah nanti tapi rumusannya di Timsin lagi lah, Pak saya konstruksinya ini dilihat kembali. Angka 48 pasal 9 pegawi ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah, ya nggak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 49, pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan atau politik. Kenapa mesti nyebut partai politik gitu ? pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik, betul ? ini saya jadi ragu-ragu ini, betul ya ?

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 50 tidak ada perubahan, fungsi tugas dan peran, bagian kesatunya bicara tentang fungsi tidak ada perubahan.

  • (RAPAT : SETUJU)

    Pasal 10 nyatentang fungsi, pegawai ASN berfungsi pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa, setuju ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Bagian kedua tugas pokoknya, tetap.

    (RAPAT : SETUJU)

    Ada pasal 11 pegawai ASN bertugas

    a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat yang berewnang sesuai dengan perturan perundang-undangan.

    b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, setuju ini

    nggak ada perubahan. (RAPAT : SETUJU)

    Bagian ketiga peran, silakan Pak Gamari.

    GAMARI SUTRISNO :

    Perlu juga kita tanya ahli bahasa ini mengenai nomenklatur... ASN, inikan kita perlu konfirmasi atau kepastian. Ada ahli bahasa dan pemerintah (besok) oh besok kalau besok ya sudah jadi besok aja ketua.

    KETUA RAPAT :

    Ya pokoknya di Timsin saya tadi udah ada komitmen dengan Pak SesmenPan, pokoknya di Timsin Pak tolong di sisir lagi jangan sampai ada kalimat-kalimat yang kalau memang nggak pas ya di, langsung aja di, tapi dilaporkan, perubahannya di laporkan. Contoh, mempererat persatuan dan kesatuan negara kesatuan republik Indonesia, saya pikir apa nggak mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, kan selesai. Nah tapi sudahlah ini dululah ya. Butir 56, pegawai ASN berperan selaku perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional bebas dari intervensi politik dan bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Rumusan tetap diserahkan ke Timus.

    (RAPAT : SETUJU)

    Bab 5 jabatan ASN, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Bagian kesatu umum, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Pasal 13 jabatan ASN terdiri dari

  • a. Jabatan administrasi b. Jabatan fungsional, dan c. Jabatan pimpinan tinggi

    2 jabatan ASN diisi dari jabatan ASN. Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari

    a. TNI, dan b. Polri.

    Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan tata cara jabatan ASN tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 3 TNI Polri diatur dengan peraturan pemerintah. Panja 24 September di sepakati terkait untuk ... tambahan dari pemerintah diserahkan ke Timmus. Catatan panja 1 Oktober pasal 13 ayat 4 perlu di sesuaikan dengan undang-undang TNI Nomor 34 tahun 2004 dan Polri Nomor 2 tahun 2002 terkait dengan pasal 13 ayat 4 pending, yang ini yang inget saya pending itu kalau mendelegernya itu kepada peraturan pemerintah dikhawatirkan peraturan pemerintah ini nyelonong cukup punya mandatoris dari undang-undang ini lalu membuat PP yang justru nabrak undang-undang TNI nya, nabrak undang-undang Polri. Karena saya termasuk orang yang berfikir sesungguhnya saya keberatan gitu kalau jabatan-jabatan aparatur sipil negara ini itu dapat diisi oleh TNI Polri, apasih kelebihan dia sampai saya ngomomg begitu. Kenapa saya nggak bisa ngisi jabatan TNI kalau Cuma hormat-hormat siap-siap aja saya juga bisa, ngangkat senjata saya juga berlatih, saya penembak mahir, saya punya ijazah sebagai penembak mahir itu ada. Itu jadi soal ketahanan nasional, wah soal ketahanan nasional saya sering ngajar ke Lemhanas kira-kira gitulah Pak. Jadi apalagi yang dibedakan, nah akhirnya kesepakatannya oke, tertentu, apa, Lemsaneg, BIN, mungkin terus, ya memang betul-betul yang tenaga-tenaga di lembaga antariksa nasional, Lapan yang memang kaitannya dengan apalah gitukan, harus militer gitukan, (Satpol PP) jangan Satpol PP lah, wah ngledek. Itu boleh, tapi gini Pak Wamen, maksud kami ini tolong kita juga, kita kan sipil semua nih, hanya ada dari Menkopolhukam yang paling beliau aja digebukin nanti sama Pak ... tapi bercanda Pak, saya banyak bercanda jangan dianggap serius. Nantinya, kita punya semangat yang sama Pak. Skomunikasi dengan Pak Menkopolhukam juga Bapak boleh cek sekali dua kali. Beliau juga punya kepentingan komitmen yang sama ingin membangun negara bangsa kedepan itu tidak lagi bicara tentang dikotomi sipil militer, tapi yuk kita kerja bareng-bareng menata ini menjadi semakin tertib semakin baik. Nah oleh karena itu menurut hemat kami kita setuju, ada jabatan ASN tertentu dapat diisi dari TNI dan Polri, kita setuju Pak, setuju, nggak ada keberatan ya. Namun jangan nanti merambah, Dirjen imigrasi, hanya karena alasan security, keamanan, lalu mengabaikan orang-orang profesional akhirnya diisi tentara. Di KumHAM itu tidak lagi cukup panjang Pak Dirjen imigrasi oleh militer. Sekarang sudah nggak. Dirjen pemasyarakatan pernah lama oleh polisi, sekarang nggak, sekarang udah nggak, dulu lama oleh polisi Pak. Nah nanti lama-lama Dirjen anggaran diisi lagi dari kepala dinas Keuangan, Mabes Polri. Memang betul-betul orang Keuangan juga gitu. Nanti Mayor jenderal Bidang Keuangan di Mabes Polri jadi Dirjen anggaran, itu yang kita hindari Pak. Walaupun sama-sama bidang Keuangannya. Nah bagaimana rumusannya, ini mengingatkan pasal 13 ayat 4 perlu disesuaikan dengan undang-undang TNI dan undang-undang Polri. Jadi rumusannya seperti apa ? Pak Zainun.

    ZAINUN AHMADI :

    Ya, menurut saya kalau ketentuan ini lebih lanjut diatur dengan peraturan pemerintah sepertinya memberikan cek kosong kepada pemerintah hingga terlalu bebas mereka sehingga

  • seperti kekhuatiran ketua dan juga kekhuatiran kita semua itu mereka polisi atau militer ini bisa ke sipil, sipil ini nggak bisa ke militer. Jadi menurut saya ini di urai atau di penjelasan atau sebagai contoh gitu, hanya tertentu saja, tertentunya inikan tertentunya harus disebutkan dalam undang-undang ini, tidak dalam PT gitu Pak, Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    Coba saya, Pak Rusli.

    RUSLI RIDWAN :

    Ya saya pernah mengajukan sebetulnya dalam pasal ini. Waktu itu mengajukan agar pemerintah menyiapkan sebetulnya daftar yang bisa diisi oleh TNI Polri itu apa saja. Nah kemudian itu kalau bisa itu dimasukkan ke dalam pasal saja disini atau dalam penjelasan paling tidak. Jadi tidak lagi banyak bergeser gitu. Jadi dulu saya pernah menyampaikan itu, jadi pemerintah berharap menyampaikan semacam daftar jabatan sipil tertentu ini dimasukkan saja di dalam bab penjelasan seperti itu.

    Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    Oke, sebelum ke pemerintah ini jadi yang jadi perdebatan inikan ayat 4, pasal 13 ayat 4. Jadi ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan tata cara pengisian jabatan ASN tertentu diatur dalam peraturan pemerintah ini kita rubah, dirubah, perubahannya ini yang harus diatur satu, mungkin tata cara pengisian bisa diatur dengan peraturan pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tapi kalau soal jenisnya sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini, gitu kira-kira. Silakan Prof Eko.

    WAMENPAN :

    Secara limitatif sebenarnya ini sudah diatur di dalam undang-undang TNI dan Polri Pak. Jadi pasal 47 itu disebutkan disini hanya pada kantor bidang politik dan keamanan negara, pertahanan negara, sekretaris militer, intelijen negara, sandi negara, lembaga ketahanan nasional, dewan pertahanan nasional, search and rescue national, narkotika nasional dan mahkamah agung Pak. Jadi kalau mau dikunci mungkin jabatan ASN tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 3 sesuai dengan undang-undang yang mengatur TNI dan Polri, karena sudah dikunci Pak di undang-undang kecuali undang-undangnya mau diubah lagi oleh dewan menambahkan sejumlah jabatan sipil lainnya. Tapi pertanyaan apakah jabatan sipil bisa diduduki TNI memang sudah diatur juga Pak, undang-undang ada, jabatan-jabatan tertentu memang. Tapi memang bukan profesi TNI dan Polrinya tapi jabatan-jabatan tertentu di TNI dan Polri Pak itu juga boleh diduduki oleh sipil. Kalau gitu dikunci itu aja Pak sesuai dengan undang-undang yang mengatur TNI dan Polri, jenis jabatannya.

    KETUA RAPAT :

    .... jabatan pengawas dan jabatan administrator, setuju ini nggak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

  • Ketentuan lebih lanjut mengenai jabatan administrasi diatur dengan peraturan pemerintah, oke.

    (RAPAT : SETUJU)

    Pasal 15 tentang jabatan pelaksana, jabatan pelaksana sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ... Bertanggung jawab melaksanakan kegiatan peranan publik, administrasi pemerintahan dan pembangunan, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Jabatan pengawasi ini tadi pelaksana pengawas bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dlaksanakan oleh pejabat pelaksana, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Nah jabatan administrator bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan peranan publik administrasi pemerintahan dan pembangunan, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Lalu pasal 16 ayat satunya setiap jabatan sebagaimana dimaksud pasal 14 ayat 1 ditetapkan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Penetapan kompetensi yang dibutuhkan sebagaimana pada ayat 1 diatur dalam peraturan pemerintah. Tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Jabatan fungsional bagian yang ketiga, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Pasal 17 nya berbunyi

    1. Jabatan fungsional dan jabatan ASN terdiri dari jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan, setuju tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    a. Jabatan fungsional keahlian sebagaimana pada ayat 1 terdiri dari ahli pertama, pertama atau pratama ?, betul pertama ya ? ahli pertama ahli muda ahli madya dan ahli utama, nggaka da perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    b. Jabatan fungsional keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari pemula trampil dan mahir, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

  • Ayat 4 ketentuan lebih lanjut mengenai jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dalam peraturan pemerintah, tidak ada perubahan.

    (RAPAT : SETUJU)

    Butir 72, penambahan substansi baru pemerintah dibagian ketiga a Mengusulkan ada bagian ketiga a dengan judul pejabat yang berwenang, pasal 17 a berbunyi ayat 1 pejabat yang berwenang tingkat kementerian dan lembaga pemerintahan non kementerian adalah Menteri dan pimpinan lembaga. Pejabat yang berewenang di tingkat sekretariat lembaga negara dan lembaga non struktural adalah pejabat karier tertinggi. Pejabat yang berwenang di tingkat pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten Kota adalah pejabat karier tertinggi. Menurut saya ini sudah ada perubahan ketika kemarin di rapat panja terakhir kami persilakan kepada Pak Eko Mungkin untuk sedikit menjelaskan beberapa perubahan itu.

    WAMENPAN :

    Kami sampaikan ide dan gagasan dari Pak Menteri Pan yang juga sudah dilaporkan kepada presiden minggu lalu melalui surat resmi bahwa kami mengusulkan ada 2 pejabat disini Pak Zainun, pejabat yang berwenang dan pejabat pembina kepegawaian. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang memiliki kewenangan untuk mengangkat, memberhentikan dan memindahkan. Sedangkan pejabat pembina kepegawaian adalah pejabat yang melakukan pembinaan manajemen ASN. Nah jadi pejabat yang berwenang ini dipegang oleh pejabat politik baik di tingkat pusat, provinsi maupun Kabupaten Kota, sedangkan pejabat pembina kepegawaian dilakukan oleh pejabat karier tertinggi sehingga ada check and balance Pak.

    Jadi proses seleksi dan seterusnya di lakukan atas koordinasi oleh sekretaris daerah atau oleh sekretaris kementerian atau Sekjen tetapi hasil ini disampaikan pada pejabat yang berwenang untuk diambil keputusan mengenai pengangkatan, pemberhentian dan juga pemindahannya Pak. Sehingga ada crosscek antara para pejabat politik dengan pejabat karier Pak. Ini kira-kira rumusan baru yang disampaikan oleh Pak Menteri PAN yang sudah kami laporkan juga oleh presiden Pak.

    KETUA RAPAT :

    Ya Terima Kasih Prof Eko, ini di bagian ketiga ini judul nyakan pejabat yang berwenang, yang dijelaskan oleh Pak Wamen itu setelah konsultasi dengan presiden dan kemarinpun dalam rapat panja kita cukup intens memperdebatkan ini kita menggunakan dua istilah karena memang ada pejabat politik yang itu proses pengangkatannya lewat mekanisme politik seperti seorang gubernur, seorang bupati termasuk Menteripun itu adalah pejabat politik. Karena itu kewenangan ... presiden, itu pejabat politik, dibedakan dengan pejabat karier yang itu adalah sesungguhnya adalah aparatur sipil negara, itu pada posisi Sekjen, pada posisi Sekda di provinsi dan Sekda Kabupaten. Nah akhirnya yang dilakukan itu adalah untuk tingkat pusat pejabat yang berwenang akhirnya dalam manajemen ASN ini ada pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan secara administratif itu adalah pejabat politik, gitukan Pak ya ? baik di pusat maupun di daerah. Jadi sama itu Pak udah sepakat. Namun pejabat yang day by day mengelola, memanage aparatur ke sehari-hariannya itu pejabat karier tertinggi, kira-kira itu yang dimaksud. Pejabat karier tertinggi itu baik yang di pusat maupun di daerah. Jadi sama Pak, ini kalau di pusat itu ada Sekjen, kalau di kementerian itu Sektama, Sekretaris, Sekretris ini nomenklaturnya lain-lain

  • Pak ada Setama, ada Sekretaris doang, udah sama berarti ya ? di kementerian hanya Sekretaris ? ada Sekretaris ada Sekjen.

    Ini seharusnya tidak boleh begitu Pak, harusnya satu aja. Nanti orang jadi bingung yang lebih tinggi yang mana itu, perasaannya lebih tinggi Sekjen kadang-kadang, ada Jenderalnya. Nah jadi, ini pertanyaan saya Pak Eko, yang Bapak jeaskan ini ya seperti pejabat ini sudah masuk disini, pejabat yang berwenang di tingkat pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten Kota adalah pejabat karier tertinggikan bukan ini lagi kan, rumusannya sudah bukan yang ini maksud saya gitu, sudah berubah kan, oke. Nah jadi sekarang kita putuskan pending kita cabut, kita rumuskan dengan yang sudah saya utarakan tadi gitu.

    GAMARI SUTRISNO :

    Setuju kita hilangkan, Cuma saya harus minta klarifikasi.

    KETUA RAPAT :

    Jangan di pending lagi, kan saya usulkan tadi untuk disetujui.

    GAMARI SUTRISNO :

    Tunggu dulu, ini untuk 17a bagian 3 ini belum ada rumusannya, bagaimana kita nggak memendingnya. Inikan belum ada rumusannya.

    KETUA RAPAT :

    Bukan maksud gua, mohon maaf maksud saya ini Pak Gamari jadi agak sopan agak susah saya, maksud saya Pak Gamari, pengertian pending, ini posisinya pending karena ini sudah tim perumus maksud saya itu apa yang di dibicarakan di panja kemarin dengan apa yang diperdebatkan oleh kita ini yang kita sepakati untuk masuk ke tim perumus yang itu kita tugaskan aja pasal ini dirumuskan. Nggak dibedakan kira-kira gitu ya. Ya silakan Pak Gamari.

    GAMARI SUTRISNO :

    Sebelum dirumuskan kesana, tadikan disampaikan oleh pemerintah pejabat yang berwenang dan pejabat pembina kepegawaian inikan saya masih ada pertanyaan membedakan pejabat yang berwenang dan pejabat pembina kepegawaian. Apakah itu artinya bahwa pejabat yang berwenang tidak punya kewenangan membina kepegawaian dan atau sebaliknya gitu. Jadi yang satu pejabat pembina kepegawaian punya kewenangan membina kepegawaian apakah pejabat yang berwenang tidak punya kewenangan. Ini harus clear penjelasan yang pertama sebelum di rumuskan karena dari penjelasan tadi saya masih belum jelas betul itu sehingga operasionalisasinya seperti apa gitu, kewenangan yang mana ini yang harus dibagi, misalnya kalau pejabat karier struktural tertinggi saya harus tambahkan karier struktural karena ada karier fungsional ada karier administrasi. Ini yang dimaksud oleh Pak Wamenkan pejabat karier struktural tertinggi maka harus berkata pejabat karier struktural tertinggi. Ini supaya ada pembagian yang jelas antara yang dimaksud dengan pejabat karier struktural tertinggi sebagai pejabat pembina kepegawaian. Lalu kemudian Menteri atau pimpinan lembaga itu kewenangannya pada hal apa saja. Nah kalau di daerah juga seperti itu. Bupati itu kewenangannya pada hal apa aja. Kemudian yang hanya berwenang untuk masalah kepegawaian adalah pejabat ekselon tinggi, lalu

  • kewenangan yang lain itu, nah inikan harus jelas adalah bupati atau pimpinan lembaga. Jadi harus ada penjelasan seperti itu, sehingga memang clear betul pembagian kewenangannya itu. Ini yang perlu saya sampaikan agar dirumusan tadi sudah lebih menjurus kepada rumusan yang lebih kita sepakati bersama. (Ya pimpinan menyambung),

    KETUA RAPAT :

    Silakan Pak Rusli

    RUSLI RIDWAN :

    Ya waktu pertemuan dengan Pak Menteri sebetulnya saya masih amat sebetulnya, amat sangat tidak setuju sebetulnya, berkeberatan karena di dalam DIM 21 itu sudah dijelaskan pada pejabat yang berwenang itu adalah dapat memutasi, mengangkat memberhentikan, menunjukkan, itu tugas petugas yang berwenang. Itu diserahkan kepada Bupati, kalau orang yang paling takut di PNS itu adalah nonjok dimutasi, tidak punya jabatan itukan takut. Paling takut maka dipolitisirlah gitu. Ini jadi masalah kembali lagi keawal, sementara kita gegernya RUU ASN ini dengan komisi II itu waktu itu masalah perilaku bupati ini sebetulnya gitu. Sementara kalau pejabat pembina itu hanya membina saja tidak bisa memutasi, tidak bisa memberhentikan, tidak bisa mengangkat, jadi masalah gitu. Jadi saya ini, ini kembali sebetulnya masa lalu sebetulnya kalau Bupati dikasih kewenangan untuk mengangkat memberhentikan, mempromosikan, menonjokkan ini jadi masalah.

    Terima Kasih pimpinan.

    KETUA RAPAT :

    Prof Eko.

    WAMENPAN :

    Terima Kasih Pak, sebenarnya arahan presiden dan wakil presiden itu memang tidak tertutup Pak. Artinya mohon dibahas mana segi positive dan negative dengan memindahkan kewenangan mengangkat, memberhentikan dan memindahkan pegawai dari pejabat politik kepada pejabat karier Pak jadi artinya apa yang dirumuskan oleh Pak Menteri PAN kemarin itu adalah hasil dari berbagai masukan yang disampaikan oleh sejumlah asosiasi kepala daerah dan juga sebenarnya adalah asosiasi atau forum sekretaris daerah seluruh Indonesia yang sebagian menganggap apakah dengan diberikannya kewenangan kepada kami itu tidak akan menimbulkan konflik kewenangan di dalam penyelenggaraan Pemerintahan antara kepala daerah dengan sekretaris daerah. Jadi ini baru gagasan Pak Menteri yang kita bisa elaborasi dalam pertemuan ini Pak, segi baik dan buruknya saya paham bahwa dalam prakteknya memang kewenangannya sangat besar ada diberikan kepada kepala daerah. Ini menimbulkan politisasi yang sangat tinggi dalam pemberhentian pegawai, kepala-kepala dinas, sekretaris daerah yang masih terjadi saat ini. Yang terakhir misalnya itu saya dengar di kota Palembang juga katanya terjadi mutasi besar-besaran segala macam. Tapi kita bicarakan bersama Pak, artinya pada prinsipnya pemerintah dan sesuai dengan ... presiden dibuat keseimbangan mana yang kira-kira baik untuk kita terapkan di Indonesia. Tapi memang potensi kalau itu diserahkan kepada sekretaris daerah seluruhnya itu mungkin akan terjadi satu pemotongan kewenangan kepala daerah atas otonomi daerah. Itu sudah pasti akan di rasakan oleh Gubernur, Bupati, Walikota.

  • Kedua dalam prakteknya mungkin akan menimbulkan ketegangan-ketegangan Pak dalam pembinaan kepegawaian antara kepala daerah dan sekretaris daerah. Nah jadi sebenarnya dalam posisi ini pemerintah masih terbuka Pak kita bahas tentu dengan tema politik dengan pertimbangan kompetensi dan seterusnya Pak. Tapi dengan adanya KASN dengan pengawasan KASN sangat ketat sebenarnya kepala daerahkan disuguhkan oleh tiga calon Pak yang dibuat oleh tim panitia seleksi. Tadi kami di tempat makan juga bicara, sebelum di tetapkan satu calon yang diusulkan oleh Pansel kepada pejabat yang berwenang, pejabat yang berwenang harus berkonsultasi dan mendapatkan persetujuan. Jadi idenya begitu Pak dari komisi aparatur sipil negara. Jadi artinya KASN juga mengontrol penetapan pejabat atau pengisian pejabat dalam jabatan. Nah ini nanti idenya akan berurutan dengan kewenangan KASN dengan pembentukan panitia seleksi dan seterusnya Pak kira-kira begitu.

    Terima Kasih Pak.

    KETUA RAPAT :

    Iya memang kalau dari penjelasan para Anggota maupun dari Pak Wamen kita nangkap ini. Cuma yang jadi problem yang dikatakan Pak Gamari kalau rumusannya seperti ini, ini belum cukup. Jadi harus ada rumusan yang detail. Kita juga pada semangat yang sama Pak. Kami juga tidak ingin orang yang sudah jangan diartikan orang yang terpilih lewat pilkada jadi seorang Bupati itu buruk semua, jangan dan kedepan mungkin akan jauh lebih bagus baik secara langsung maupun oleh DPRD kira-kira kan begitu karena belum tuntas dan itu orang yang selection people orang yang terpilih lewat menisme politik baik langsung di tengah rakyat maupun oleh dan dia memang sebagai orang yang bertanggung jawab paling bertanggung jawab sukses tidaknya penyelenggara pemerintah daerah, kalau ini bicara dengan konteks daerah ya si orang yang dipilih oleh orang rakyat itu Pak. Jadi kalau menurut hemat saya tidak fair juga kalau lalu dia di pangkas sedemikian rupa untuk mengatur perangkat yang ada di bawahnya, Sekda dan sebagainya. Kalau menurut saya itu nggak kehilangan esensi kekuasannya. Jadi untuk apa dipilih, tapi artinya yang saya sampaikan itu kalau kewenangan itu sepenuhnya diberikan pada sang Sekda gitu, bisa terjadi yang dikhawatirkan matahari kemari itu Pak. Nah ini jadi saya setuju jangan pada posisi pejabat yang berwenang mengangkat terminologi ini tawaran Pak karena kita coba diskursuslah, bukan pada posisi pejabat yang mengangkat dan memberhentikan lalu disandingkan dengan pejabat yang melakukan manajemen pembinaan gitu kalau menurut saya nggak begitu. Kalau saya justru dibelah aja gitu Pak, kalau ini keatas itu kasih aja kewenangan Bupati, kepala daerah yang kebawahnya mungkin ekselon kebawahnya ya serahkan aja itu ke Sekda. Itukan juga alternatif pemikiran Pak Rusli. Jadi artinya si Bupati ini tetap dia punya juga fungsi, bukan ngangkat memberhentikan. Kalau soal ngangkat memberhentikan tidak politisasi Pak Gamari, Pak Rusli udah selesai, nggak udah selesai buat saya. Buat saya udah selesai karena ada timsel ada KASN yang tidak bisa lagi Bupati semena-mena ngangkat itu udah selesai itu Pak, kalau soal itu udah selesai. Yang belum selesai ini pasca pengangkatan kan dia milih, kan dia juga harus brifing orang-orang yang diusulkan untuk diangkat-angkat kepala dinasnya, Sekdanya, segala kan harus dibina juga Pak. Kalau saya lebih pada posisi itu, nah pada level dibawah kepala dinas di bawahnya yaitu serahkan proses berikutnya itu di Sekda itu. Kalau saya lebih pada pilihan itu Pak, dipusat juga gitu Pak, silakan aja Menteri mengelola para ekselon satu dan lain sebagainya itu ya. Tapi kalau sudah bicara ekselon dua kebawah mungkin dikasih ke Sekjennya Pak, bisa nggak

  • kalau di bagi-bagi kayak gitu. Ini nggak apa-apa kita agak lebih perdalam Pak Eko supaya nggak salah, ini sangat-sangat sensitif lho buat kami ini. Pak Arif, Sebentar Pak, Pak Arif dulu Pak.

    ARIF WIBOWO :

    Sedikit aja, sebenarnya setuju dengan Pak ketua untuk mendalami. Saya kira perlu kita pikir secara matang karena ini menyangkut hakikat kekuasaan kalau kita sebut mereka adalah pimpinan atau pejabat politik ya mesti punya kekuasaan dan kekuasaan yang paling autentik itu ya mengatur orang. Jadi kalau mengatur barang ya nggak perlu berkuasa kira-kira gitu, cukup nyuruh kuli saja, itu yang pertama, jadi maksud saya begini, pertanyaan kita sebenarnya yang menjadi masalah selama ini di dalam praktek adalah karena Bupati punya kekuasaan atau menyalahgunakan kekuasaan, itu dulu. Kalau karena punya kekuasaan saya kira ya serahkan semua pada pejabat administratur sama dengan ketika kita mendiskusikan mengapa misalnya dengan penegakan hukum yang cenderung berlebihan orang kemudian kehilangan kreatifitas kepemimpinan menjadi mandul. Kalau semua serba aturan yang sangat kaku maka kemudian tidak ada inisiatif tidak ada kreatifitas, tidak ada sesuatu yang progresif yang bisa menerobos atas satu kebukuan situasi tertentu. Jadi saya kira dari pemerintah untuk mencoba memberikan tidak sekedar penjelasan tapi barangkali juga dengan data angka. Jangan-jangan memang wah saya mensinyalir jelas karena mereka pimpinan politik ya sebenarnya ya tidak bisa tidak ya harus dituding adalah partai politik sebagai sumber ... dan seleksi para pejabat politik itu. Tatkala partai politik tidak bisa menyiapkan para pejabat politik itu dengan baik ya hasilnya seperti itu Sekda kemudian jadi staf di tingkat Kecamatan. Ya pikir-pikirnya dipikir sama Bupati itu saya yang berkuasa kok, lha ini kemudian jadi penyalahgunaan kekuasaan atau menggunakan kekuasaan sewenang-wenang menjadi ... kan gitu. Nah untuk mengatasi itu yang perlu kita pikir sekarang bagaimana cara mengaturnya. Tapi kalau kemudian pejabat atau pejabat politik itu tidak memiliki kekuasaan ya tidak perlu ada pejabat politik Pak di administraturkan semua saja, ndak perlu ada Bupati, ndak perlu ada Gubernur mau saya, cukup ditangani oleh para birokrat dan ini saya kira lebih murah. Tapi mesti kita beberkan barangkali kalau kita mengambil untuk sebagian cara kepemimpinan di cina ya mesti demokrasinya kita sempitkan ... ya kita lihat yang pali cocok itu mana, Terima Kasih.

    GAMARI SUTRISNO :

    Sedikit pimpinan, ketua, itulah makanya saya dari awal itu mengusulkan agar jangan sampai terjadi penyalahgunaan kekuasaan, saya setuju dengan Pak Arif itu. Bagaimana Bupati, Walikota maupun Menteri dan ketua lembaga itu tidak menyalahgunakan kekuasaannya. Maka Pansel itu jangan di bentuk oleh Bupati, jangan dibentuk oleh Menteri atau lembaga. KASN yang harus membentuk karena KASN adalah lembaga nonstruktural, mandiri. Jadi Panselnya juga orang-orang yang mandiri. Tapikan pemerintah punya konsep itu kementerian lembaga, yang membentuknya adalah kementerian lembaga yang membentuknya, agak sulit untuk mengatur terjadinya penyalahgunaan kekuasaan itu. Pansel itu harus berprosedur mandiri, bagaimana pemerintah membentuk itu Pansel mandiri, sulit Pak.

    KETUA RAPAT :

    Ini gua jawab dulu, kita udah sama Pak, ntar dulu, saya mengikuti Pak. Dengan beliau ini kita udah sama, sebelah sono yang nggak sama. Sebelah sono itu ada kabinet Pak, kementerian

  • itu banyak, ini yang nggak sama. Akhirnya kita kreatif ini mikirinnya begitu, saya masuk kedalam Pak, kita sama, ini perdebatan kita mati-matian mempertahankan konsep itu, itu lho Pak Zainun itu kondisinya jadi yang dikatakan Pak Gamari itu ya kita akhirnya harus cari jalan yang terbaik, akhirnya ya itu, itu Pak Gamari silakan lanjut lagi Pak.

    RUSLI RIDWAN :

    Ya jadi Pak saya memahami sebetulnya, sangat amat memahami bahwa Bupati, Walikota Gubernur yang dipilih itu punya kekuasaan. Kekuasaan itu sangat amat memahami, memang ngatur orang gitu. Hanya saja saya berharap kekuasaan itu tadi seperti Pak Arif sampaikan jangan sampai di salahgunakan wewenang, saya memahami itu sebetulnya. Nah kemudian alangkah eloknya jika seandainya pembahasan berkaitan kewenangan pejabat yang berwenang ini juga disandingkan pembahasaannya secara bersamaan dengan tugas KASN itu sebagai apa, tugas fungsinya. Kalau tugas KASN ini bisa mengimbangi kesewenang-wenangan Bupati, Walikota, Gubernur ini mungkin clear ini sebetulnya Pak persoalan ini. Jadi intinya sejauh mana tugas fungsi dan kewenangan ASN terhadap perilaku Bupati, Walikota dan Gubernur tadi mungkin juga dengan Menteri Terima Kasih.

    KETUA RAPAT :

    Wah ini pendatang baru, dari tadi saya tunggu-tunggu kok anteng ae, silakan Pak Malik.

    ABDUL MALIK HARAMAIH :

    Kedinginan Pak, Terima Kasih pimpinan, pemerintah yang saya hormati jadi. Prinsipnya saya setuju bahwa tadinya saya berfikir ideal bahwa untuk urusan rotasi kekuasaan di provinsi maupun di Kabupaten Kota itu coba hilangkan ektrem kewenangan delighted politition apakah itu Gubernur, Bupati Walikota. Tapi kemudian sama sekali nggak arif, contoh misalkan begini kalau kemudian provinsi, Kabupaten kemudian kota, kemudian ... kemudian yang paling disalahkan itu pasti apakah itu Gubernurnya Bupatinya Walikota. Sisi lain kemudian kita ingin mengurangi otoritas seorang kepala daerah itu sama sekali tidak bijak menurut saya ... itu. Nah saya hanya berfikir begini, yang pertama bagaimana kemudian seorang kepala daerah diberi kewenangan. Tetapi untuk mengantisipasi kemungkinan abuse itu harus tetap dibatasi, saya setuju pertama misalkan harus KASN terlibat diproses promosi jabatan itu. yang kedua mungkin perlu dibatasi ekselon berapa yang diberi kewenangan kepada kepala daerah kemudian ekselon kebawahnya dipotong wewenang itu. Contoh misalkan untuk Sekda, untuk kepala Satker dibawahnya kepala Satker apa namanya itu. Mungkin itu Bupati, kepala daerah harus diberi kewenangan karena tangannya Bupati disitu, bagaimana ini orang berkuasa dan orang yang paling bertanggung jawab atas daerahnya maju nggaknya kalau kemudian tangannya dipotong nggak bisa ngapa-ngapain itukan juga nggak jujur. Yang kedua menurut saya begini Pak, ini pengalaman kampung saya, Dapi