30
RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN JENIS RAPAT : RAKER VII TANGGAL: 17 MARET 2011 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BELUM DIKOREKSI

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

RISALAH RAPAT

PANITIA KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

JENIS RAPAT : RAKER VII TANGGAL: 17 MARET 2011

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BELUM DIKOREKSI

 

Page 2: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Masa Persidangan Tahun Sidang Sifat Jenis Rapat Hari / Tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir

: : : : : : : : : : :

III 2010-2011 Terbuka Rapat Kerja dengan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI Rabu, 17 Maret 2011 Pukul 14.55 WIB s.d. 16.52 WIB Ruang Rapat Pansus C Gedung Nusantara II DPR RI, Lantai 3 Jl. Jend. Gatot Subroto – Jakarta SUTJIPTO, S.H., M.Kn. ENDANG SURYASTUTI, S.H., M.Si. Pembahasan DIM Persandingan A. Pimpinan Pansus RUU tentang Pembentukan

Peraturan PerUndang-Undangan : 1. SUTJIPTO, S.H., M.Kn./Fraksi Partai Demokrat;

B. Anggota Pansus RUU tentang PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Fraksi Partai Demokrat: 2. IGNATIUS MULYONO 3. H. HARRY WITJAKSONO Fraksi Partai Golongan Karya: 4. NURUL ARIFIN, S.IP., M.Si. 5. Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : - Fraksi Partai Keadilan Sejahtera: 6. Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF 7. BUKHORI YUSUF

Fraksi Partai Amanat Nasional: 8. Drs. RUSLI RIDWAN, M.Si. 9. H. JAMALUDDIN JAFAR, S.H.

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan: 10. H. USMAN JA’FAR

Page 3: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : -

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya: 11. RINDOKO DAHONO WINGIT, S.H., M.Hum.

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat: 12. H. SYARIFUDDIN SUDING, S.H., M.H.

C. Undangan

- Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI beserta jajaran

JALANNYA RAPAT : KETUA RAPAT (SUTJIPTO, S.H., M.Kn./F-PD) : Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk bagi kita semuanya, Yang terhormat Pimpinan dan anggota Pansus RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya, Hadirin yang berbahagia, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya kepada kita semuanya sehingga kita dapat menghadiri rapat kerja pada siang ini dalam rangka Pembicaraan Tingkat I pembahasaan atas RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Sesuai dengan laporan Sekretariat, rapat hari ini telah dihadiri oleh 17 orang yaitu 11 yang hadir dan 6 izin dari 30 anggota Pansus. Oleh karena itu, perkenankan kami membuka rapat kerja ini dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PADA PUKUL : 14.55 WIB) Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Saudara Menteri Hukum dan HAM yang telah bersedia memenuhi undangan Pansus dalam rapat kerja pada hari ini. Untuk itu sebelum kami melanjutkan rapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai berikut:

1. Pengantar Ketua Rapat; 2. Pembahasan DIM Persandingan RUU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 3. Penutup.

Rapat hari ini akan berlangsung sampai dengan pukul 16.00 WIB namun apabila masih ada hal yang perlu didiskusikan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan rapat. Apakah susunan acara dan waktu rapat yang kami bacakan tadi bisa disetujui? Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU)

Page 4: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

Saudara Menteri dan anggota Pansus yang terhormat, Sebelum kita lanjutkan pembahasan ke DIM selanjutnya, perlu kami sampaikan hasil rapat kerja pada tanggal 16 Maret 2011 yang lalu terhadap substansi peraturan presiden disepakati dimasukkan dalam hierarki peraturan perundang-undangan, dan peraturan menteri disepakati untuk pembahasan lebih lanjut diserahkan kepada Panja. Dengan disepakatinya peraturan presiden masuk di dalam hierarki maka substansi baru yang diusulkan Pemerintah tentunya harus kita bahas, dan pada rapat kerja tanggal 2 Maret 2011 yang lalu pembahasan DIM sampai pada DIM Nomor 65, pembahasan selanjutnya adalah DIM No. 78 yaitu usulan Pemerintah untuk penambahan pasal baru Pasal 10A mengenai materi muatan peraturan presiden. Untuk itu kami persilahkan kepada Pemerintah untuk menyampaikan penjelasannya. MENTERI HUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR) : Terima kasih, Pimpinan. Ibu dan Bapak anggota Pansus yang kami hormati, Memang ada beberapa hal yang kami kira perlu kita bicarakan di raker ini tetapi setelah kita mencoba melihat secara keseluruhan kami berpendapat mungkin ini adalah raker yang bisa kita akhiri pada hari ini untuk selanjutnya kita masuk pada Panja, karena kelihatan tidak banyak lagi hal yang terlalu jauh pandangan antara DPR dengan Pemerintah. Pertama berkenaan dengan masalah DIM No. 78 Pemerintah memang mengusulkan adanya penambahan pasal baru mengenai materi muatan peraturan presiden. Kami masukkan di dalam Pasal 10A yang berbunyi sebagai berikut, materi muatan peraturan presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang, materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintah. Jadi ini bagian dari konsekwensi setelah kita menyetujui bersama terhadap kehadiran peraturan presiden di dalam hierarki perundang-undangan. Sedangkan muatan yang berkaitan dengan peraturan menteri di sini kita juga sudah kawal meskipun nanti akan kita dalami supaya dia tidak pergi ke mana-mana yaitu materi yang diperintahkan peraturan pemerintah, peraturan presiden atau materi dalam rangka penyelenggaraan urusan tertentu dalam pemerintahan. Jadi ada kalimat “tertentu” sehingga dikhawatirkan abuse of power itu tidak akan muncul ke depan, mudah-mudahan. Ini bagian dari pendalaman kita ke depan. Kalau boleh, Ketua, kami lanjutkan saja dengan beberapa hal yang barangkali bisa kita bahas sekaligus. KETUA RAPAT : Silahkan. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih. Kita masuk pada DIM No. 90, di dalam DIM No. 90 Pemerintah mohon penjelasan terkait dengan substansi yang berkenaan dengan penyusunan peraturan pemerintah dimana peraturan pemerintah ini selain dari dibentuk atas perintah undang-undang, tetapi juga adalah melaksanakan bagian dari isi undang-undang itu sendiri, ada juga di dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang tidak memerintahkan kepada Peraturan Pemerintah sehingga mengalami kesulitan di dalam mengimplementasikannya sehingga tentu Pemerintah memiliki rasa tanggung jawab untuk menyempurnakan itu, jadi ini ada tanggapan Pemerintah mengenai program perencanaan. Nah, menurut hemat kami untuk Peraturan Pemerintah ini sebetulnya tidak usah pakai program perencanaan penyusunan peraturan pemerintah. Jadi

Page 5: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

memang ada yang sifatnya harus dibuat berdasarkan perintah undang-undang tetapi ada juga untuk melaksanakan isi dari undang-undang. Kemudian masuk pada DIM No. 146, ini berkaitan dengan penyusunan program legislasi daerah yang dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Daerah secara terrencana, terpadu dan sistematis. Kami di sini mengusulkan didasarkan pada posisi, pertama berdasarkan pada pengalamanan kita di negara ini ternyata banyak sekali peraturan-peraturan dearah yang dibatalkan secara hierarkis karena memang bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi, bahkan dengan berbagai macam alasan yang memang harus bisa dibatalkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.

Kemudian ada di sini kami menambahkan satu substansi mengenai instansi vertikal. Berdasarkan pengalaman kita dengan tidak mengurangi penghargaan kita kepada kawan-kawan DPRD yang justru sekarang persyaratan orang untuk menjadi anggota DPRD kalau dulu kan SMP saja cukup, sekarang SMA, sudah ada peningkatan dari segi peningkatan, sehingga kelihatan memang kita tidak punya satu sumber yang begitu dapat diharapkan maksimal dalam bentuk peraturan-peraturan daerah. Padahal satu peraturan daerah itu sangat mahal sekali, diperkirakan hampir mencapai 300 juta satu peraturan daerah, tetapi kadang-kadang hasilnya sia-sia.

Oleh karena itu, kami ingin menambahkan di dalam Pasal 25 ini menambahkan bahwa penyusunan program legislasi daerah dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan Pemerintah Daerah dengan mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak azasi manusia.

Sebagai satu terobosan yang sudah dilakukan sekarang ini, Pimpinan, Bapak/Ibu sekalian, Kementerian Hukum dan HAM sudah mendeklarasikan 18 Law and Human Right Center di seluruh provinsi, yang Insya Allah besok yang ke-19 di Kalimantan Barat. Di dalam Law and Human Right Center ini di dalamnya juga kami menyediakan ahli penyusunan perundang-undangan, legal drafter, dan dari 18 provinsi yang ada selama ini hampir seluruh bupati, walikota dan tentu juga gubernurnya, gubernur, bupati, walikota hadir bersama-sama di dalam peresmian Law and Human Right Center dan kami telah mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan kepada pemerintah-pemerintah daerah di bidang legislasi untuk mempersiapkan legal drafter, mempersiapkan materi-materi, harmonisasi, sinkorinsasi yang berkaitan dengan penyusunan program legislasi daerah. 18 provinsi ini sudah menyambut dengan baik dan sudah dijalin hubungan kerja sama dan Alhamdulillah kita pada periode satu tahun terakhir ini setelah kami mengulurkan tangan dan memang dapat sambutan yang luar biasa oleh semua kabupaten/kota yang ada, hampir tidak satupun bupati, walikota, maupun gubernur yang tidak berkenan, kami membantu dan sekarang sudah jalan. Kalau ada waktu barangkali Pansus ingin mencoba menyaksikan di Law and Human Right Center yang sudah kami resmikan di situ akan diperoleh satu pelayanan yang berkenaan dengan penyusunan peraturan-peraturan daerah.

Oleh karena itu, kami ingin memasukkan supaya memiliki landasan yuridis formal dan ada satu supporting yang lebih meningkat karena memang salah satu tugas dari Kementerian Hukum dan HAM itu adalah melakukan penyusunan terhadap program legislasi daerah. Dan kita sudah menerbitkan buku khusus pedoman untuk itu seluruh Indonesia. Jadi kami minta untuk memberikan satu legalisasi formal yang sudah ada faktanya di lapangan menambahkan dengan mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak azasi manusia.

Kami pun juga sekarang sedang memberikan kesempatan kepada pemerintah-pemerintah daerah untuk mengikuti latihan-latihan penyusunan perundang-undangan dari berbagai macam aspek, bahkan juga rata-rata kawan-kawan kita dari DPRD datang ke Jakarta ke Menteri Hukum dan HAM untuk minta petunjuk bagaimana menyusun program legislasi daerah. Jadi selalu dikunjungi kantor Kementerian Hukum dan HAM oleh DPRD-DPRD seluruh Indonesia, begitu juga oleh pemerintahan daerah. Ini usul kami di dalam Pasal 25.

Kemudian DIM No. 156, ini juga demikian, sama dengan yang di atas tetapi ini program legislasi daerah di lingkungan pemerintah daerah dikoordinasikan oleh Biro Hukum atau Bagian Hukum dengan mengikutsertakan instansi vertikal.

Page 6: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

Kemudian DIM No. 309, dalam DIM No. 309 usul dari Dewan Perwakilan Rakyat atau konsep dari DPR adalah dalam hal agar setiap orang mengetahuinya mengenai peraturan perundangan-undangan, peraturan perundang-undangan penjelasan dan/atau lampirannya harus diundangkan dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara atau Lembaran Daerah. Nah, kami menambahkan di sini agar setiap orang mengetahuinya peraturan perundang-undangan harus diundangkan dengan menempatkannya dalam, jadi ada ininya juga kotak-kotaknya, Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah atau Berita Daerah, seperti yang sudah pernah kita lakukan pembahasan pada DIM sebelumnya.

Memang di sini Pemerintah minta penjelasan mengenai alasan pengaturan pengundang-undangan hanya dimasukan dalam satu Lembaran Negara atau Lembaran Daerah saja. Pemerintah menyarankan agar rumusan tetap disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 karena selama ini penempatan materi substansi peraturan yang memuat norma hukum ditempatkan dalam Lembaran Negara, sedangkan penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara didasarkan pada bobot dari masing-masing substansi yang memuat norma hukum, maaf, didasarkan pada bobot dari masing-masing. Substansi yang memuat norma hukum diletakkan dalam Lembaran Negara karena pengundangan dalam Lembaran Negara mempunyai akibat hukum bahwa peraturan tersebut mengikat secara umum, ketentuan yang mengikat secara umum adalah yang dirumuskan dalam batang tubuh peraturan, sedangkan penjelasan tidak dapat dijadikan dasar hukum untuk menentukan bahwa seseorang melanggar peraturan, oleh karena itu diundangkan penjelasan itu dalam Tambahan Lembaran Negara. Memang tidak pernah penjelasan memuat terhadap norma.

Selain itu perlu dipertimbangkan pula saat ini peraturan perundang-undangan yang diundangkan dalam Berita Negara setiap tahunnya mengalami peningkatan, apabila dijadikan satu dalam Lembaran Negara perlu pertimbangkan mengenai selama ini yang diundangkan dalam Berita Negara adalah peraturan yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga Pemerintah atau non kementerian dan sebagaimana bagaimana kedudukannya apabila dikaitkan dengan hierarki.

Kemudian penomoran pengundangan peraturan perundang-undangan tersebut, apakah ada pengklasifikasian bagaimana dengan penomoran apabila berganti tahun atau berlanjut atau mulai dari awal lagi, kami memang memprogram, Pimpinan, ke depan mungkin nomornya itu berurut walaupun tahunnya diganti supaya kita tidak mengalami kesulitan. Bahkan kalau dimungkinkan juga begitu juga dengan undang-undang, kalau memang dimungkinkan. Kalau DPR memang menghendaki seperti itu undang-undang bisa saja kita buat nomornya urut, jadi walaupun tahunnya ganti tetapi nomornya urut secara terus menerus. Jadi tergantung nanti dari pembicaraan.

Kemudian DIM No. 316 ini supaya kelihatan tanggung jawabnya memang DPR sebetulnya sudah mencantumkan di sini sebagai penanggung jawab untuk perundang-undangan itu adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan nomenklatur yang kita miliki berdasarkan Undang-Undang Kementerian Negara maka nomenklaturnya kita pindahkan saja di sini yaitu tidak lagi menteri yang tanggung jawab di bidang perundang-undangan tetapi langsung pada kementerian yang membidangi urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak azasi manusia supaya lebih klop dengan Undang-Undang Kementerian Negara.

Dan terakhir, Pimpinan, kami juga mengusulkan adanya usulan perubahan di dalam Bab XA tentang perancang peraturan perundang-undangan, kami mulai dari Pasal 67A, pada setiap tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan mengikutsertakan perancang peraturan perundang-undangan, jadi supaya dari awal sudah terkawal dengan baik.

Pasal 67B, pembinaan perancang peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67A dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak azasi manusia. Gunanya adalah ada satu keseragaman ke depan, sebab kalau nanti ada lagi inisiatif dari lembaga-lembaga tertentu untuk melakukan pembinaan terhadap perancang peraturan perundang-undangan, kami khawatir nanti terjadi dualisme atau tidak satu formatnya sehingga menjadi masalah di negara kita. Nah, oleh karena itu perlu ditekankan di sini supaya lebih sempurna bahwa pembinaan perancang peraturan perundang-undangan itu oleh Kementerian Hukum dan HAM. Dan sekarang ini sudah

Page 7: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

kita lakukan pendidikan, sedang kita lakukan pendidikan kepada kawan-kawan kita yang berasal dari daerah maupun juga dari tenaga-tenaga professional yang nanti fungsional sebagai tenaga perancang perundang-undangan dari Kementerian Hukum dan HAM dari karyawan sendiri.

Ini kemudian mengenai penyebarluasan, kami pada prinsipnya di sini setuju untuk penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan Pemerintah sejak penyusunan Prolegnas, penyusunan rancangan undang-undang, pembahasan rancangan undang-undang hingga pengundangan undang-undang. Kami setuju jadi bisa bersinergi antara Pemerintah dan DPR karena memang di dua lembaga inilah yang membahas dari awal.

Ya sedangkan yang lainnya, Pimpinan, Bapak dan Ibu sekalian, bisa kita perdalam nanti di Panja. Demikian kami sampaikan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih, Pimpinan. Karena ada beberapa DIM mulai dari DIM No. 90, 146, 156, 309, 316 dan Bab XA, jadi oleh karena itu saya usulkan kepada para anggota supaya perfraksi dulu menanggapi, seluruhnya saja ditanggapi baru nanti kita ambil keputusan satu per satu, ya syukur kalau nanti seragam semuanya kan lebih gampang. Oleh karena itu, kami persilahkan dari Demokrat dulu, Pak Mul untuk yang mewakili. Silahkan Pak Mul. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Terima kasih. Bapak Pimpinan, rekan-rekan Pansus dan Pak Menteri serta rombongan yang kami hormati, Apa yang disampaikan oleh Pemerintah ini tadi beberapa usulan untuk diadakan perbaikan dan sebagainya kami kira itu perlu menjadi pendalaman kita karena beberapa hal kami lihat sebetulnya mengapa kita tidak memberikan sebutkan seperti langsung disampaikan oleh Pak Menteri tadi bahwa Pemerintah di bidang hukum dan hak azasi manusia contohnya begitu. Kita banyak tadi masukan-masukan yang kalau kita lihat kita lebih memberikan sebutan lebih umum yaitu di bidang peraturan perundang-undangan contohnya, ini tempo hari kita mempertimbangkan apabila kelak kemudian hari ada perubahan nomenklatur sebutan dari kementerian-kementerian yang ada ini masih dipakai undang-undang ini, tetapi kalau itu langsung menunjuk seperti yang sekarang yang ada suatu saat sebutannya diubah otomatis harus dilakukan perubahan terhadap undang-undang ini. Menurut kami sejauh tidak menjadikan suatu confuse dari pihak pengguna undang-undang ini kami kira terhadap yang lebih umum itu barangkali lebih bisa menjamin usia undang-undang ini bisa lebih lama. Itu tanggapan yang pertama. Ini ada yang dimasukan Pak Menteri ini ada 9 soalnya ini. KETUA RAPAT : Ya, dari awal saja Pak Mul, artinya dari DIM yang tadi mengenai peraturan pemerintah tadi yang pertama. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : DIM No. 90 ini, ini kan hanya minta memberikan penjelasan kan ini, sebetulnya Pemerintah minta bentuk penjelasan barangkali kalau memang diperlukan ya ditambah saja kita nanti untuk kita rumuskan diberikan penjelasan saja supaya agar nantinya kalau dijelaskan hanya secara lisan itu nanti kemudian hari

Page 8: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

juga bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan bagi pihak pengguna, jadi kalau memang yang ditanyakan ini masalah minta penjelasan terkait dengan PP yang dibentuk atas perintah undang-undang yang ini barangkali kami kira nanti kalau perlu ya memang kita rumuskan penjelasan saja, Pak Ketua, sehingga untuk menghindarkan tidak timbulnya nanti menjadi pertanyaan atau penafsiran yang berbeda.

Kemudian saya lihat …(terpotong interupsi).

F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Pak Mul, boleh interupsi sedikit, Pak Mul. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Ya, silahkan, Pak. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Saran saya, Pak Ketua, saran saya satu-satu saja, kalau kita mengomentari terlalu banyak khawatirnya nanti pendapat kita membahas kembali mengulang lagi. DIM No. 90 saja saya kira dimulainya, DIM No. 90 bagaimana sikap masing-masing. Saya kira begitu lebih enak, karena banyak sekali. KETUA RAPAT : Jadi kalau begitu, Pak Mul, DIM No. 90 itu tadi yang disampaikan Pemerintah itu kan PP ini kan kemarin substansi Perpres sudah lebih luas dari yang PP jadi mestinya PP ini juga tidak boleh lebih sempit daripada Perpres. Saya kira begitu yang dimaksud Pak Menteri. Jadi DIM ini yang 90. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Yang dimaksud Pemerintah itu begini, Pak, karena PP itu tergantung dari muatan suatu undang-undang kalau memang itu ada perintah dari undang-undang itu ada berapa PP yang dibutuhkan maka baru kita bisa mendesain suatu PP-PP itu, sehingga di sini Pemerintah menilai bahwa sulit untuk merencanakan berapa PP yang akan dirumuskan atau diprogramkan lah terhadap perencanaan penyusunan PP itu yang oleh Pemerintah mengalami kesulitanlah kalau PP itu diprogramkan seperti kayak Prognas, Prolegda dan sebagainya itu sangat mungkin bisa dibikin perencanaannya, kalau PP itu sendiri mengalami kesulitan karena kan tergantung dari muatan undang-undang yang akan dibentuk itu.

Ini barangkali, sehingga saran kami tadi kalau itu mungkin nanti memberikan suatu kesulitan kita berikan penjelasan saja bahwa perencanaan penyusunan dari peraturan pemerintah nanti kita kasih penjelasan disesuaikan dengan contohnya muatan yang ada di dalam rancangan atau yang dimuat dalam undang-undang atau bagaimana gitu, sehingga orang itu memang tidak bisa membuat perencanaannya tetapi dia itu sebagai akibat. Hanya saja mungkin yang bisa dipedomani bahwa PP itu harus keluar seberapa lama setelah undang-undang itu diundangkan, itu yang sebetulnya yang kalau mau mengikat itu, Pak. Kalau mau mengikat di situ, bahwa PP itu harus sudah dikeluarkan setelah undang-undang itu diundangkan berapa lama jaraknya. Itu yang barangkali yang bisa untuk mengikat pengeluaran dan perencanaan dari peraturan pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih. Jadi sebagai tambahan, jadi pada waktu pembahasan di Baleg itu memang alasannya yang dikemukakan waktu itu adalah kenapa mesti ada perencanaan keputusan PP yaitu dihindari adanya

Page 9: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

keterlambatan tadi sampai menetapkan PP sebagai peraturan pelaksanaan dari suatu peraturan perundang-undangan. Jadi ada beberapa undang-undang yang sudah mengamanatkan berdasarkan suatu materi dalam PP tetapi sedangkan undang-undang sendiri kadang belum bisa berlaku sehingga menunggu PP yang ini waktunya sangat panjang, itu saya kira salah satu pertimbangan juga begitu. Dan PP kan bisa dilaksanakan secara berencana, dapat dibentuk tepat waktu, sehingga tidak menghambat dalam pelaksanaan suatu undang-undang. Itu yang dulu di Baleg bersama-sama dibahas. Selanjutnya kami persilahkan dari Fraksi Golkar khusus yang ini saja ya. F-PG (NURUL ARIFIN, S.Ip., M.Si) : Terima kasih, Ketua. Sekali lagi saya ingin berangkat dari logika awam atau logika sederhana yang dari perspektif saya, rasanya kalau PP kemudian dimasukan ke dalam program penyusunan dalam suatu program perencanaan itu rasanya sesuatu hal yang unlogic begitu, Pak. Seharusnya PP itu kan linear dengan undang-undang yang dihasilkan. Jadi kiranya ini bisa dipikirkan ulang begitu karena logikanya ada PP yang dihasilkan karena undang-undang, tetapi kalau alasan dari Ketua tadi bahwa ini harus dimasukan ke dalam program karena ada limitasi waktu supaya PP itu keluar tidak terlalu lama setelah undang-undang, saya kira ini bisa dibuat di dalam penjelasan atau apa begitu, tetapi tidak di dalam pasal, Pak, rasa-rasanya sih terlalu berlebihan begitu. KETUA RAPAT : Boleh saya koreksi, jadi sebenarnya Pemerintah minta penjelasan saja kenapa mesti pakai perencanaan untuk pembentukan PP. Yang kedua tolong ditanggapi khusus yang ini Pasal 10A dan 10B yang belum mendapatkan tanggapan dari kita. Pasal 10A, 10B yaitu DIM-nya 78, ini memang lebih bawah, yang tadi di atas, jadi sekaligus gitu ya yang 10A dan 10B. Kalau 10B kan kita belum bisa ya, tetapi khusus 10A-nya karena 10B kan akan dibawa ke Panja, di halaman 11. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Ketua. KETUA RAPAT : Ya, silahkan. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Saya pikir tadi sudah langsung bisa kita terima karena saya lihat muatan yang disampaikan Pemerintah ini rasanya sudah langsung oke kan, jadi makanya kita tidak tanggapi. Kalau 10B memang karena Permen-nya kita minta panjakan nanti dibahas, tetapi 10A kami kira itu normatif itu, iya kan? Kalau boleh langsung ini sebagai bonus untuk Pak Menteri langsung ketuk, Pak. KETUA RAPAT : Ya itu makanya tergantung, ini kan saya kira memang tidak perlu panjang-panjang tanggapannya karena ini substansinya kan jelas ya, ini sebagaimana yang dilobikan kemarin kan sudah disetujui Perpres masuk hierarkis cuman ini kan belum dibahas oleh karena itu kalau memang semua anggota setuju ya baguslah artinya ini bisa langsung ketuk, tetapi terserah saya serahkan kepada anggota 10A ini.

Page 10: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

F-PG (NURUL ARIFIN, S.Ip., M.Si) : Ya, normatif saja, Pak. KETUA RAPAT : Dari PDIP tidak ada, PKS khusus yang 10A saja, Pak, dilobikan kemarin. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Terima kasih, Pimpinan. Pak Menteri dan para anggota yang saya hormati, Saya kira ini sudah kita lobikan kita setuju masuk peraturan presiden, dan definisinya saya kira kami juga bisa menerima apa yang diusulkan oleh Pemerintah pada DIM No. 78, DIM baru Pasal 10A yaitu peraturan presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang, materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan, ini yang DIM No. 78. DIM No. 90 dikomentari tidak? KETUA RAPAT : Itu tadi sudah diberikan penjelasan saja, itu minta penjelasan mengenai rumusan di dalam untuk PP itu perlu ada materi muatan, alasan dibuatnya suatu materi terhadap materi atau alasan dibuatnya suatu undang-undang ini kan yang untuk yang tadi, eh PP, perencanaan pembuatan PP tadi sudah kita jelaskan, saya kira khusus yang 10A saja, Pak, tadi hanya minta penjelasan. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : DIM No. 90 ini tidak komentari, karena ini kan yang dikomentari Pemerintah. MENTERI HUKUM DAN HAM : Tetapi mohon, Pak, yang itu juga, Pak, minta dikomentari, karena Pemerintah sebetulnya tidak setuju, Pak, karena nanti pasti mengalami kesulitan seperti Mbak Nurul bilang ini kan linear bagaimana kita mau membuat program PP. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Ya, Pimpinan. Saya kira jelas dari Pemerintah itu yang diinginkan adalah DIM yang dibuat oleh DPR dihilangkan, karena tidak mungkin membuat suatu perencanaan sesuatu yang belum terjadi, undang-undang yang mau jadi ke depan saja ini belum tahu kita mana yang duluan. Dia sebagai perintah otomatis dengan disahkannya undang-undang DPR, munculnya PP itu sebagai sebuah kegiatan yang automatically setelah undang-undang disahkan. Oleh karena itu, saya setuju dengan Demokrat, Pak Mul tadi sampaikan, persoalan PP kita itu adalah pada persoalan rentang waktu setelah undang-undang itu keluar yang selama ini beberapa undang-undang sampai sekarang belum keluar, bahkan di Komisi I kemarin date line undang-undang itu hampir date line PP-nya harus keluar baru dia keluar, seperti keterbukaan informasi publik, itu contoh ya, betapa banyaknya PP yang terlambat.

Page 11: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

Oleh karena itu, saran kami, Pimpinan, kami setuju dengan usulan Pemerintah, tetapi kita mendefinisikan DIM No. 15 tentang apa itu PP kita menambahkan ada batas waktunya, karena di DIM No. 15 saya bacakan, Pimpinan, peraturan pemerintah adalah, ini usulan dari Pemerintah ya, bunyinya peraturan pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Ini kan kurang lebih sama dengan DPR tetapi tidak ada batas waktunya, mungkin kita masukan, selambat-lambatnya sekian tahun atau sesuai dengan perintah undang-undang terkait, kalau undang-undang terkait memerintahkan setahun ya dia harus selesai setahun, tetapi beberapa undang-undang tidak memerintahkan. Oleh karena itu, untuk undang-undang yang tidak memerintahkan kita buat batas selambat-lambatnya maksimum. Ada yang memerintahkan kita ikuti undang-undang yang memerintahkan, jika tidak memerintahkan kita tetapkan batas maksimum. Sehingga itu perbaikan, kita hilangkan DIM No. 90 dari DPR, tetapi kita sempurnakan DIM No. 15 dari DPR dan dari Pemerintah dengan memberikan batas waktu tadi. Demikian. KETUA RAPAT : Jadi selanjutnya dari PAN silahkan. F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) : Ya, terima kasih. KETUA RAPAT : Yang Pasal 10A sekaligus usul Pemerintah supaya dihapuskannya mengenai program penyusunan peraturan pemerintah masuk DIM No. 90 lama. F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) : Jadi yang DIM No. 78 ini konsekwensi yang 10A itu konsekwensi dari Pasal 4 Undang-Undang Dasar 1945, jadi saya pikir ini adalah wajar. Kemudian yang lainnya yang DIM No. 90, yang DIM No. 90 ini dilatarbelakangi suatu pemikiran, saya memahami bahwa ini undang-undang dengan peraturan pemerintah itu harus berbanding lurus, harus seimbang, hanya pertanyaannya ini pengalaman masa lalu ini PP yang tertinggal, yang terutang itu kapan mau diselesaikan. Nah, kalau itu mau menyelesaikan tentu penyelesaiannya melalui yang ini, jadi melalui DIM No. 90 ini adalah pintu masuk untuk menyelesaikan PP-PP yang terutang yang dulu, entah berapa banyaknya saya tidak tahu. Ini barangkali saya memahami, ke depan sebetulnya memang logis PP ini berbanding lurus dengan undang-undang, dimana undang-undangnya belum terencanakan bagaimana membuat perencanaan PP, tetapi persoalannya muncul bagaimana PP-PP yang terutang penyelesaiannya. Saya pikir ini adalah pintu masuk untuk menyelesaikan PP-PP yang terutang. Terima kasih. KETUA RAPAT : Ya selanjutnya PPP. F-PPP (H. MUHAMMAD ARWANI THOMAFI) : Pimpinan, para anggota dan Pak Menteri yang terhormat,

10 

Page 12: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

Prinsipnya selama ini problem dari PP ya itu kan Pemerintah tidak cepat menyelesaikan PP sebagai amanat dari undang-undang. Di beberapa undang-undang ada yang sudah tegas memberikan batas waktu tetapi juga ada beberapa undang-undang yang tidak memberikan batas waktu, artinya menurut saya revisi undang-undang ini juga harus memberikan solusi terkait dengan batas waktu diterbitkannya PP itu. Juga mungkin ada upaya-upaya untuk bagaimana agar ada ketegasan dari Pemerintah untuk menerbitkan ini karena sepertinya tidak ada perencanaan begitu. Pertanyaannya kembali ke sana, di satu sisi perencanaan PP itu memang sesuatu yang barangkali tidak sama seperti perencanaan penyusunan undang-undang, perencanaan penyusunan Perda, tetapi problem-nya sama problemnya adalah kalau tidak direncanakan ya walaupun bukan dalam sebuah perencanaan seperti undang-undang ini tetapi harus ada bagaimana agar batas waktu itu tidak seperti yang sudah-sudah, juga menjadi pintu masuk bagi beberapa PP yang merupakan amanat undang-undang yang sampai sekarang belum diterbitkan. Menurut saya perlu ada penjelasan ya yang konkrit dari undang-undang ini untuk terkait dengan batas waktu itu. Begitu, Pimpinan. KETUA RAPAT : Terima kasih. Selanjutnya dari PKB, tidak ada ya. Dari Hanura silahkan, Gerindra sorry, ada Gerindra. F-P. GERINDRA (RINDOKO DAHONO WINGIT, S.H., M.Hum. Terima kasih, Pimpinan. Pada prinsipnya memang peraturan pemerintah ini tidak bisa diprediksi, artinya tidak bisa disusun dulu programnya, mengingat bahwa undang-undang juga belum tahu kapan turun dan lain sebagainya termasuk substansinya. Kami sependapat kalau PP ini tidak perlu program penyusunan, itu yang pertama. Hanya yang kedua, jangka waktu PP ini yang perlu diperhatikan. Karena apa? Agar segera bisa operasional suatu undang-undang ini ditentukan jangka waktunya secara terbatas, tetapi kalau bisa jangan sampai satu tahun, karena sudah lama banyak sekali undang-undang yang sudah ditunggu oleh masyarakat tetapi karena terbentur dengan jangka waktu berlaku sehingga tidak bisa segera operasional. Yang cukup penting menurut kami adalah mungkin bisa diamanatkan dalam perubahan undang-undang ini bahwa setiap undang-undang itu diwajibkan operasionalnya melalui peraturan pemerintah, sehingga selama ini pengalaman undang-undang tanpa PP bisa berjalan langsung terus, jadi tergantung selera bagaimana menafsirkan undang-undang itu. Jadi diamanatkan dalam undang-undang ini bahwa setiap undang-undang bisa operasional kalau ada peraturan pemerintah, sepanjang itu sudah disampaikan kawan dari PAN banyak sekali undang-undang yang sudah operasional tetapi tidak ada PP-nya ini PR ini segera bisa diselesaikan sehingga ada satu kepastian hukum bagi suatu undang-undang. Saya kira itu, Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT : Pak Sudding, silahkan. F-P. HANURA (H. SYARIFUDDIN SUDDING, S.H., M.H.) : Terima kasih, Ketua. Yang pertama tentang Pasal 10A ini walaupun tadi sudah disampaikan bahwa ini adalah kesepakatan hasil lobi Hanura masih, karena Hanura ketika itu tidak hadir ada kegiatan di Komisi III, Hanura tetap masih berpandangan bahwa peraturan presiden ini kurang tepat ya kita masukan ke dalam hierarki karena ada peraturan pemerintah pengganti undang-undang dan itu peraturan presiden ini kan sifatnya mengikat ke dalam, self regulation, jadi saya kira ini Hanura masih berpandangan bahwa ini

11 

Page 13: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

kurang tepat ketika peraturan presiden tetap masuk dalam hierarki perundang-undangan. Itu pandangan Hanura ya. Tetapi ketika ini adalah merupakan suatu keputusan lobi mayoritas, Hanura ikut tetapi pandangan Hanura tidak bisa itu. Itu satu. Yang kedua, menyangkut masalah peraturan pemerintah saya sih melihat bahwa peraturan pemerintah, ya saya sepakat dengan Pak Mul, bahwa ini tidak bisa direncanakan karena ini adalah suatu perintah undang-undang, saya lebih condong melihat ketika misalnya peraturan pemerintah ini dalam rumusannya, artinya ketika pihak Pemerintah merumuskan suatu PP paling tidak apakah ada ruang ya yang dimungkinkan untuk dikonsultasikan kepada DPR ketika peraturan pemerintah ini dibuat oleh piak pemerintah gitu. Artinya apa? Karena ini kan berlaku, berlaku apa, berlaku ke publik peraturan pemerintah ini sehingga yang untuk meminimalisir menurut saya meminimalisir adanya suatu pertentangan antara perintah undang-undang dengan peraturan pemerintah yang akan diberlakukan untuk itu. Jadi disamping menyangkut masalah tenggang waktu yang diberikan untuk terbitnya peraturan pemerintah karena memang cukup banyak undang-undang yang berlaku saat ini, Undang-Undang Pokok Agraria saja sampai sekarang belum ada peraturan pemerintahnya sejak tahun 1960, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 sampai sekarang belum ada PP-nya ini. Disamping menyangkut masalah tenggang waktu juga ada ruang tidak dimungkinkan ketika Pemerintah membuat peraturan pemerintah itu dikonsultasikan kepada DPR supaya tidak bertentangan nantinya karena ini berlaku untuk publik tentang rumusan pembentukan peraturan pemerintah ini. Saya kira itu saja, Ketua, dari kami. KETUA RAPAT : Baik, jadi kalau boleh kami simpulkan jadi untuk yang 10A, jadi ini memang tinggal diformatkan saja, karena memang kita sudah lobi disepakati dan bahkan sudah diketok, tetapi waktu itu kita menghargai masih dilakukan lobi …(tidak jelas). Lalu yang kedua, khusus mengenai DIM No. 90 saya kira apa yang disampaikan dari PAN tadi bagus bahwa kita mungkin punya dua masalah yang pertama adalah untuk sekian PP-PP yang sekarang masih tersisa yang tidak ada aturannya itu kapan akan diselesaikan, saya kira itu bisa dimasukan. Yang ke depan saya kira kita setuju bahwa tidak perlu ada perencanaan penyusunannya tetapi harus ada limit waktu apakah diatur di dalam undang-undang atau maksimumnya berapa di sini. Apakah ini bisa diterima oleh Pemerintah? Kami persilahkan ini, Pak Menteri. MENTERI HUKUM DAN HAM : Ya, terima kasih, Pimpinan. Pertama terhadap PP kita sepakat bahwa PP ini tentu dalam rangka melaksanakan undang-undang, bahkan atas perintah undang-undang. Memang selama ini ada suatu kesan sampai hari ini di tengah-tengah masyarakat seakan-akan PP ini—undang-undang seakan-akan wajib dilaksanakan dengan PP. Pengalaman kami kalau ketemu dengan gubernur, bupati, walikota, “ini kenapa kok tidak dilaksanakan? PP-nya belumnya ada, Pak.”, padahal PP itu kan tidak wajib kecuali kalau diperintahkan, mereka melaksanakan isi. Nah, kami setuju seperti dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 yang lalu Pasal 39 itu memang memberikan pembatasan seperti yang dikatakan oleh Pak Al Muzzammil Yusuf tadi bahwa memang harus ada perintah dari undang-undang itu, kapan setidak-tidaknya PP harus dikeluarkan oleh Pemerintah, berikan saja, Pak, perintahkan saja dalam undang-undang, PP ini harus diselesaikan dalam waktu enam bulan atau dalam waktu satu tahun misalnya, begitu, jadi lebih tegas. Karena memang kalau tidak diperintahkan pengalaman kita pada masa lalu memang ada juga ada harus diatur dengan PP sudah mau habis PP-nya tidak keluar-keluar, undang-undangnya sudah bubar. Jadi untuk kepentingan bangsa saya kira setuju supaya sistem ketatanegaraan bisa jalan.

12 

Page 14: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

Nah, karena itu adalah peraturan pemerintah maka absolutelly secara hukum ketatanegaraan itu adalah urusan Pemerintah yang membuat peraturan pemerintah. Kalau misalnya DPR masih ragu dengan Pemerintah tidak usah diperintahkan membuat peraturan pemerintah, susun saja semuanya dalam undang-undang, Pemerintah juga tidak butuh-butuh amat sebetulnya dengan PP, kan begitu. PP kan diminta oleh undang-undang, ya peraturan pemerintah bukan peraturan Pemerintah bersama dengan DPR lagi, kalau memang kita tidak setuju, khawatir atur semua dalam undang-undang, Pemerintah juga tidak capek-capek bikin PP. Jadi kita ingin mendudukan sistem ketatanegaraan kita berdasarkan pada posisi masing-masing kelembagaan ini. Jadi kami juga setuju tadi dengan Mbak Nurul, Pak Mul juga ya itu linear saja, jadi jangan terlalu banyak PP lagi. Kita pengalaman kita juga cukup parah sebetulnya dengan PP ini. Artinya kan Pemerintahan ini kan sepanjang masa, ini sebagai pedoman. Jadi kami kira itu, Pimpinan.

Sedikit mengenai nomenklatur yang disampaikan oleh Pak Mul justru kalau menurut hemat kami sekarang karena sudah ada acuan undang-undangnya yang sekarang dulu saja kita rujuk, Pak, nanti kalau undang-undangnya berubah kita ubah lagi gitu, tetapi ini saja sudah ada kita tidak ikuti, tidak kita sesuaikan bagaimana, kan repot juga kita. Jadi menurut kami karena memang kita sudah menyepakati nomenklatur ya kita pakai nomenklatur yang ada dulu. Begitu, Pak.

Terima kasih, Pak.

F-P. HANURA (H. SYARIFUDDIN SUDDING, S.H., M.H.) : Saya sedikit tambahkan. Saya tidak bermaksud bahwa dalam penyusunan peraturan pemerintah itu dibahas lagi lewat DPR, tetapi paling tidak maksud saya ada ruang tidak dimungkinkan untuk itu untuk dikonsultasikan, hanya sebatas konsultasi saja, kalau memang itu dimungkinkan, tetapi kalau memang ini adalah masuk domain Pemerintah ya monggo saja silahkan. F-PG (NURUL ARIFIN, S.Ip., M.Si) : Ya, menarik sekali apa yang tadi dikatakan oleh Pak Menteri bahwa PP itu tidak diwajibkan, jadi seandainya tidak diwajibkan apakah tidak melanggar hukum ketatanegaraan bila ditiadakan begitu. Karena kan ada atau tidak ada PP sebetulnya bisa berjalan. Tetapi seandainya ada PP, oke kesepakatannya katakanlah memang PP itu selalu harus ada, selain berbicara tentang limitasi waktu entah 6 bulan, entah 1 tahun, maka sebetulnya harus juga ada sanksi karena kita butuh ketepatan waktu tersebut begitu supaya Pemerintah tidak berutang-utang PP lagi. Nah, disamping limitasi waktu saya juga mengusulkan supaya juga ada koridor yang mengatur substansi begitu supaya ini tidak melenceng dari undang-undang yang ada, jadi tidak dimain-mainkan juga oleh Pemerintah, jadi ada unsur akuntabilitas atau transparansi seperti Pak Sudding inginkan, jadi unsur untuk konsultasinya itu saya maknakan di sini adalah unsur keterbukaan kepada publik supaya tidak ada unsur main-main atau penyeludupan katakanlah kata-kata yang ingin dimasukkan oleh Pemerintah. Begitu, Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT : Silahkan Pak Mul. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Ya, apa yang disampaikan Pak Sudding ataupun Mbak Nurul, kami kira itu suatu yang seyogyanya memang begitu, dan penyusunan undang-undang pada sekitar tahun 1999 itu memang untuk PP itu tidak diberikan cek kosong, ada batasan-batasan yang dituliskan di situ antara lain muatannya itu harus

13 

Page 15: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

mengandung ini dan sebagainya, tetapi akhir-akhir ini penyusunan untuk pembuatan PP tidak disebutkan itu lagi langsung saja itu diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah, sehingga itu seakan-akan cek kosong, sehingga Pemerintah mau mengisinya apa saja itu tidak ada ikatan yang kayak begitu. Tetapi kami juga minta untuk kita pahami bersama juga bahwa kalau kita berikan sanksi itu ada baiknya, hanya saja sering terjadi penyusunan suatu PP yang sudah diperintahkan, diamanatkan dari suatu undang-undang itu ternyata sekarang itu aspek teknis, untuk merumuskan lebih lanjut itu masih tergantung selesainya undang-undang terkait yang dimuat dari kebijakan yang termuat di undang-undang terkait yang lain, sehingga supaya tulisan PP-nya itu komprehensif begitu, nah ini mengganggu jangka waktu yang sudah ditentukan itu, lah kalau itu juga mungkin barangkali bisa kita berikan ruang penyelamatan gitu supaya nanti tidak kena sanksi-kena sanksi terus saya takut nanti habis anggota Pemerintah ini satu-satu karena tidak bisa menyelesaikan PP masuk ke sanksi semua. Tetapi memang seharusnya hal itu memang kita batasi, Pak, karena Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, itu dikasih kurang lebih 24 PP sampai sekarang baru 3 PP, itu dari tahun 1999, Pak. Memang karena tidak ada batas waktunya itu tadi. Nah, ini contoh-contoh yang sederhana lah, 3204 sendiri itu PP-nya masih kurang banyak sekali juga kalau memang …(tidak jelas)… tetapi itulah situasinya sehingga kami sangat mendukung manakala bisa kita rumuskan suatu undang-undang yang kita tidak terlalu banyak membubarkan ada PP lagi, Pak. Kalau memang sangat karena yang dibutuhkan sangat teknis betul harus ada PP barulah dikeluarkan PP, itupun seyogyanya ada rambu-rambu yang harus dipedomani baik waktu maupun muatan yang ada di situ sehingga betul-betul kita tidak memberikan cek kosonglah. Kira-kira begitu, tetapi membikin itu juga tidak mudah juga, karena ya itu kan ada intreprestasi. Terima kasih, Pak. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Pimpinan, Terima kasih, Pimpinan. Saya kira tadi yang belum dijawab Pemerintah usulan dari Fraksi PAN tentang beberapa undang-undang yang PP-nya belum muncul, kita ingin undang-undang ini menyelesaikan PR-PR masa lalu, ini satu yang belum terjawab ya. Yang kedua, tadi dialog kita tentang PP ini apakah perlu konsultasi atau tidak, Pak Menteri, saya kira pendapat Pak Menteri benar, bicara soal kewenangan itu kewenangan Pemerintah, tetapi kalau kita bicara kasus sebenarnya ini adalah persoalan menarik untuk kita diskusikan. PP No. 110 yang menjerat sekian banyak anggota Dewan, itu kan karena konfrontasi antara undang-undang dengan PP, mereka tidak salah secara undang-undang, tetapi mereka salah jika dipakai PP. Perdebatan itulah yang panjang di Komisi III dan Pak Menteri pada waktu itu juga ada di situ, salah satu anggota di sana, saya juga pernah ada di sana, jadi kita tahu betul, saya tidak perlu menceritakan sama Pak Menteri, betapa perdebatan ini sampai-sampai kemudian ada yang mengatakan PP No. 110 otomatis batal demi hukum karena dia bertentangan dengan undang-undang, tetapi pada faktanya itu digunakan oleh Kejaksaan dan digunakan oleh Mahkamah Agung, nyangkut lama itu, sehingga kemudian keluar fatwa Mahkamah Agung dia tidak digunakan, tetapi setelah menjaring sekian orang dihadapan proses hukum di Kejaksaan. Jadi kita perlu menyelesaikan ini. Saya setuju bahwa ini domain Pemerintah, tetapi kita tidak ingin PP yang dibuat ini kemudian menjadi kekuatan hukum yang melawan undang-undang sementara dia sudah lewat waktunya tidak di-yudicial review oleh MA, perlu tidak kita kasih kelonggaran waktu, yudicial review di-MA segala peraturan di bawah undang-undang itu tidak kita batasi waktu, yang kemarin kan kalau tidak salah 60 ya? 60 hari atau 6 bulan? Enam bulan ya. Selewat itu tidak bisa di-yudicial review, jadi berlaku, maka PP No. 110 berlaku karena tidak ada yang mengkritisi pada waktu itu, tetapi ketika dia diberlakukan substansinya bertentangan dengan undang-undang. Nah, ini persoalan ini, Pak Menteri. Jadi kita sepakat ini domain Pemerintah tetapi bagaimana kita selesaikan segala bentuk PP yang ternyata di kemudian hari diketahui dia bertentangan dengan undang-undang. Saran saya penyelesaiannya adalah memang yudicial review itu kita buka, tidak

14 

Page 16: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

kita batasi, sehingga begitu itu digunakan oleh Kejaksaan atau apa bisa masuk orang, ini PP yang digunakan oleh Kejaksaan untuk pidana dan lain-lain bertentangan dengan undang-undang ini sehingga proses yudicial review ini didahulukan, jangan seperti kemarin. Demikian tambahan. Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih. Pak Sudding dulu silahkan. F-P. HANURA (H. SYARIFUDDIN SUDDING, S.H., M.H.) : Ya, saya kira ini contoh yang disampaikan tadi yang cukup menarik itu yang mau saya tambahkan ya tentang PP No. 110 tadi itu yang bertentangan dengan undang-undang. Makanya itu kenapa saya mmebuka ruang harus ada dikonsultasikan walaupun saya memahami bahwa ini adalah domain Pemerintah karena itu tadi bahwa kita jangan hanya melihat kepentingan pada saat ini tetapi artinya kan Pak Menteri artinya kan tidak selamanya SBY ini selaku Presiden, ini kan akan berganti, Pak, jadi kita lihat ke depannya, kan begitu. Nah, peraturan pemerintah, pembahasan undang-undang ini kan berlaku secara yang akan datang, nah, saya kira kita letakan pondasinya yang tepat walaupun Pemerintah silih berganti tetapi ada suatu pondasi yang kita pegang bahwa ini ada suatu transparansi, akuntabilitas pembentukan peraturan perundang-undangan. Ini yang kita inginkan, Pak Menteri, bukan karena kita melihat kepentingan hari ini sehingga kita bertahan pada hal-hal yang tidak substansial menurut saya, tetapi marilah kita lihat ke depan ya, saya kira Pak Mul juga sepakat bahwa tidak selamanya SBY akan menjadi Presiden, kan begitu akan berganti pemerintahan, tetapi ada suatu norma hukum yang betul-betul kita jadikan landasan dalam hal pembuatan peraturan perundang-undangan inilah, kalau setiap Pemerintah lalu silih berganti kita buat lagi perubahan undang-undang ya kapan selesainya, ya samaan kan Undang-Undang Dasar, jangan karena faktor kepentingan, jangan karena faktor ini lalu kemudian kita membuat sesuai dengan kepentingan kita, ya kapan kita bisa membangun bangsa ini ke depan yang lebih baik kalau hanya semua didasarkan kepada kepentingan. Maka saya selalu menuntut ada suatu transparansi keterbukaan dan itu untuk kepentingan bangsa dan rakyat. Jadi bukan saya meminta tadi, Pak Menteri, ada konsultasi dan segala macam ingin mengamputasi hak-hak atau domainnya Pemerintah, bukan begitu, tetapi saya ingin ada suatu keterbukaan seperti yang dicontohkan Saudara saya tadi tentang PP No. 110 itu yang justru bertentangan dengan undang-undang, karena itu tadi, domain di Pemerintah, Pemerintah yang membuat padahal itu bertentangan dengan undang-undang. Baik, terima kasih. KETUA RAPAT : Ya, jadi perlu saya sampaikan informasi juga bahwa memang di dalam rancangan undang-undang kita sudah ingin mengatur masalah yudicial review, jadi ada Surat Edaran Mahkamah Agung yang itu bertentangan dengan konstitusi, di satu kalau undang-undang itu tanpa ada batas waktu kapan undang-undang dikeluarkan bahkan kemarin Tim saya berhasil membatalkan Undang-Undang Angket, Undang-Undang No. 6 Tahun 1954, iya hak angket dari sistem parlementer itu, itu sudah dibatalkan. Tetapi Mahkamah Agung itu memang ini dianggap urusan kecil sehingga dia mengurusi perkara saja, padahal ini kan penting, makanya betul PP No. 110 itu kan sudah menelan korban sekian banyak, oleh karena itu kita ingin rumuskan juga bahwa supaya itu dibuka, jangan Mahkamah Agung membuat SE seenaknya sendiri. Sebenarnya kita sudah beberapa kali mau konsultasi Mahkamah Agung tetapi mendadak dibatalkan, seperti tadi pagi sebenarnya kita pukul 10.00 WIB, dia minta pukul 14.00 WIB, tentu kita tidak bisa, kita akan raker dengan Pak Menteri, oleh karena itu lah kalau ada PP-PP nanti yang bertentangan dengan

15 

Page 17: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

undang-undang siapa saja kan itu bisa mengajukan yudicial review ke Mahkamah Agung, jadi tidak akan terjadi lagi kalau kasus yang 110 yang menelan korban sekian banyak, kita dudukan pada ketatanegaraan. Dan dari masukan-masukan pada waktu RDPU juga agar beban Mahkamah Agung itu tidak terlampau besar, jadi kalau ada yudicial review yang Perda kabupaten/kota itu didelegir ke pengadilan tinggi, tetapi Perda provinsi dan peraturan perundang-undangan lainnya itu oleh Mahkamah Agung, secara informal saya sudah bicara dengan Prof. Lotulung pada waktu saya ketemu, konsultasi dengan Komisi III itu, cuma kan tentu kita ingin konsultasi resmi. Oleh karena itu, Pak Menteri, saya usulkan jadi untuk peraturan pemerintah saya kita yang diundang ini diatur limitasi waktunya, khawatir nanti ada, jangan sampai ada kelupaan membuat undang-undang tidak mengatur PP harus diselesaikan kapan, kita waktunya bisa apakah bisa diputuskan sekarang, yang kedua ada aturan peralihan yang mengatur PP-PP yang diperintahkan oleh undang-undang sebelum dikeluarkan undang-undang ini kapan harus diselesaikan. Saya kira ada dua masalah tadi yang disampaikan dari PAN dari Pak Muzzammil, jadi ada dua persoalan. Begitu, Pak Menteri. Terima kasih. F-PG (NURUL ARIFIN, S.Ip., M.Si) : Itu, Pak, tadi masukan saya selain masalah limitasi waktu maka harus juga diatur tentang koridor substansi supaya ada pagarnya supaya tidak terjadi lagi seperti contoh PP No. 110 itu, Pak. Jadi supaya mengacu pada undang-undang yang bersangkutan, jadi sejalan begitu. Itu kan kelihatannya PP-nya tidak sejalan dengan undang-undangnya sehingga itu dipergunakan sebagai alat oleh kepolisian, oleg kejaksaan untuk menjerat begitu, karena itu sebetulnya tidak dikehendaki dalam undang-undang. KETUA RAPAT : Saya kira begini, tadi kan sejauh mungkin semua bisa diatur dengan undang-undang, kan dengan undang-undang, tidak usah ada PP, kan begitu kan. Saya kira kita berpikir begitu, sejauh bisa norma-norma itu diatur undang-undang tidak perlu ada PP, tetapi kalau ada PP itu yang bersifat sangat teknis. Tetapi kalau teknis pun itu ternyata bertentangan kan ada pintu masuk ke yudial review ke Mahkamah Agung, jadi sudah ada koridornya, jadi kita dudukan pada sistem ketatanegaraan kita. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO) : Pak, sebentar, Pak. Ya, sekedar menyimpulkan, ada dua hal, Pak, sebenarnya, Pak, kalau menyangkut undang-undang ini apakah perlu dibuat PP saya sependapat dengan Pak Menteri tadi, memang harus, ini menyangkut politik hukum ini, DPR punya beban berat ini kalau memang kita mau membuat undang-undang yang kayaknya implementasi sampai ke detail kita harus politik hukum kita harus menggambarkan PP itu, tetapi kalau kaitannya PP bertentangan dengan undang-undang itu masalah gampang itu bisa di YR seperti tadi Bapak bilang.

Jadi saya tertarik dengan tadi yang disampaikan Pak Mul, mungkin bisa di-combain saja ini sebab kalau dibikin kaku ini bahaya juga ini, misalnya dibikin harus limit, 6 bulan harus ada PP-nya, tahunya karena kesibukan Pemerintah satu dan lain hal tidak jadi mungkin banyak undang-undang …(tidak dilanjutkan)… apa ini sanksinya apa batal demi hukum atau apa ini, kalau batal demi hukum berarti undang-undang yang sudah dibuat oleh DPR dengan biaya yang cukup mahal dengan milyar-milyar itu bisa batal dengan sendirinya, ini perlu kita renungkan, apa sanksinya. Kalau menurut saya sih ini menyangkut politik hukum, jadi kalau kita mau membayangkan suatu undang-undang ini harus implementatif ya siapkanlah peraturan itu sedetail mungkin, tidak apa-apa dalam undang-undang, tetapi kalau tidak, ya kita juga tidak tahu kan, Pak, sesuatu yang akan terjadi kemudian kan, kadang-kadang

16 

Page 18: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

undang-undang ini baru terasa perlu PP ketika kita mau mengimplementasikan ada satu persoalan, nah baru diperlukan PP, nah kewajiban moril memang pada Pemerintah untuk membuat PP, nah apakah perlu dibuat sanksi tadi seperti Pak Mul bilang kalau dibuat sanksi apakah nanti bisa batal demi hukum beberapa undang-undang kan, mungkin banyak undang-undang yang batal demi hukum kalau dibuat sanksi atau sanksinya apa saya tidak tahu. Ini mungkin jadi perenungan kita bersama, Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Ya, pengalaman saya pribadi juga saya itu sejak tahun 1988 menunggu PP, Undang-Undang Penerbangan sudah ada tinggal membuat PP menunjuk siapa sih pejabat pembuat akta hipotik kapal terbang, itu Lion hari-hari tanya untuk jaminkan kapal terbangnya, tetapi sampai sekarang belum keluar, Pak Menteri, kelihatannya mungkin sudah dekat, mudah-mudahan. Silahkan, Pak Menteri, khusus substansi ini, jadi yang pertama adalah limitasi undang-undang yang akan kita buat setelah lahirnya undang-undang ini, kedua menyelesaikan PP-PP yang diperintahkan sebelum lahirnya perubahan undang-undang ini. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih, Pak. Pertama kita mengacu dulu kepada konstitusi kita di dalam Pasal 5 ayat (2) mengatakan bahwa Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Kalau kita bicara masalah konsultasi ada pasal-pasal lain di dalam konstitusi kita yang memerlukan pertimbangan DPR misalnya pengangkatan duta, penerimaan duta penguasa lain, memerlukan pertimbangan, pertimbangan itu pun tidak mengikat, kalau Presiden memperhatikan pertimbangan itu diperhatikan boleh kalau tidak juga tidak apa-apa, namanya pertimbangan, kecuali persetujuan, absolutely kalau persetujuan. Sementara Pasal 5 ayat (2) mengatakan Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya, ini prinsip dasarnya, kita memang memahami agar PP yang dikeluarkan oleh Pemerintah itu jangan lari ke mana-mana kan begitu, nah supaya dia jangan lari ke mana-mana yang paling penting bagi kita adalah bagaimana kita harus secara jelas limitatif menegaskan di dalam undang-undang itu tentang apa yang harus diatur dengan PP itu sehingga PP ini tidak lari ke mana-mana seperti PP No. 110 itu memang PP amburadul itu, karena sudah mengatur sesuatu yang substansi yang sebetulnya bukan kewenangannya dia, kan begitu.

Nah, di dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 ini juga cukup bagus mengatakan materi muatan peraturan pemerintah berisi materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Nah, di dalam beberapa undang-undang ini sudah ada, Pak, bagaimana bentuk peraturan pemerintah yang diinginkan. Misalnya di dalam Undang-Undang tentang Advokat, di sini dinyatakan ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Artinya apa yang akan diatur itu, itu sudah jelas tidak boleh mengatur yang mana-mana. Memang inilah persoalannya bagi kita masih banyak PP yang belum keluar.

Nah, mengenai limitatif waktu, kami tadi sudah menyatakan juga setuju di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 misalnya di sini ada limitatif waktu, Pak, Pasal 238 ayat (2) menyatakan peraturan pelaksanaan atas undang-undang ini ditetapkan selambat-lambatnya dua tahun sejak undang-undang ini ditetapkan. Jadi ada tenggang waktu, kalau tidak memang liar, dan bisa tidak jadi-jadi PP-nya, kita merasakan itu semua.

Nah, jadi, Pak Sudding, kita sebetulnya sama saja, Pak, ini bukan berarti karena saya sekarang jadi menteri presiden sekarang, bukan begitu, persoalnya dari awal memang kita untuk milik bangsa, saya malah menginginkan kalau bisa dalam undang-undang itu tidak usah ada PP lagi, kurangi saja PP itu, cuman kita kadang-kadang malas membahas suatu masalah ya sudah lah serahkan kepada PP, ini

17 

Page 19: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

panjang sekali kita bahas kita tidak mau, diserahkan kepada PP, kita juga yang membuka peluang supaya Pemerintah diberikan kesempatan membuat PP, tidak jadi-jadi PP-nya. Yang lebih baik undang-undang itu sangat komprehensif, atur saja sekalian, kan lebih lengkap, kan begitu.

Nah, PP itu kan mungkin masalah-masalah yang bersifat teknis, kan tidak mungkin misalnya gaji kita semua diatur dengan undang-undang detailnya, diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah, misalnya kenaikan gaji ini, ini sekian, ini honornya sekian, tunjungan ini-tunjangan ini sekian-sekian, kan berjalan secara terus menerus, itu sebetulnya yang lebih kepada bersifat teknis.

Nah, jadi itu prinsipnya PP tadi, bukannya kami tidak setuju, Pak Sudding, tetapi kami hanya ingin menempatkan pada posisi sistem yang ada.

Nah, kemudian Pak Rusli, yang diingatkan oleh Pak Muzzammil, saya tidak tahu juga berapa PP yang belum ada, kita kaji dulu mana PP yang belum, memang banyak sudah pasti, makanya jangan serahkan PP itu, jangan keluarin terus instruksi bikin PP.

Kemudian ya seperti Pak Muzzammil bilang ada PP yang konfrontasi dengan undang-undang, ya saya kira ini memang harus jadi perhatian kita yang sungguh-sungguh walaupun sebetulnya PP No. 110 itu sebagian hakimnya menerapkan sebagian tidak, nah ini juga hakim pun begitu, coba bayangkan, ada yang dibebaskan sebebas-bebasnya, bebas murni. Itu di Sumatera Barat tidak satupun yang dihukum. Apakah karena kita anggota Komisi III waktu itu, tidak mengerti juga, tetapi yang jelas penerapannya pun juga lain-lain dan itupun hakim agung. Jadi memang ini tergantung pada SDM kita lah ya.

Mengenai Yudicial Review, kami sebetulnya sependapat harus memang dibuka kesempatan, jangan dibatasi kalau memang ternyata pada sekali waktu ternyata PP-nya bermasalah bertentangan dengan undang-undang, selama ini tidak dibaca, ya rugilah masyarakatnya, nah jalannya adalah yudicial review itu. Jadi kita buka peluangnya untuk membatalkan. Kalau menurut hemat saya ya saya sependapat, Pak, dengan Pak Muzzammil berikan saja waktu, sampai kapan pun boleh begitu. Buat apa kalau memang orang sudah merasa dirugikan kepentingannya sementara untuk mengubah PP kan juga tidak mudah lama juga, prosedurnya juga panjang, begitu ya. Jadi kami setuju, Pak, untuk itu.

Ya, tentu kalau mengenai sanksi saya kira kita kembali kepada sistem ketatanegaraan saja, Pak, dimana Presiden diberikan perintah untuk menjalankan undang-undang. Ini kan sistem ketatanegaraan jadi tidak ada sanksi-sanksi pidana, sanksi apa itu tidak ada.

Saya kira begitu, Pak. Terima kasih.

F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Pimpinan. KETUA RAPAT : Ya, silahkan. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Terima kasih. Saya kira mendengar penjelasan dari Pak Menteri tadi kita sudah punya titik temu, tetapi itu harus dirumuskan kan dalam bentuk pasal, oleh karena itu menurut saya apa yang disampaikan Pak Menteri tadi kita mintakan pihak Pemerintah untuk merumuskannya sebagai rumusan alternatif. Begitu, Pimpinan. Jadi tidak usah kita perdebatkan karena substansinya saya kira kita …(tidak dilanjutkan)… paling tidak dari Fraksi PKS kami bisa menerima apa yang disampaikan Pak Menteri yang terakhir. Terima kasih.

18 

Page 20: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

KETUA RAPAT : Ya, jadi prinsipnya ada limitasi apakah limitasinya diatur di dalam PPP atau diatur diundang-undang sendiri yang memerintahkan. Jadi saya kira kalau boleh kami usulkan di sini ada limitasi maksimum, jadi ruangnya lebih luas, lebih panjang, tetapi kalau lex specialist-nya diatur diundang-undang sendiri, jadi kan di undang-undang yang ini perlu segera PP mungkin ini dalam waktu tiga bulan atau enam bulan, jadi jangan mengikut yang panjang, jadi kalau boleh saya usulkan begitu, Pak Menteri. Jadi di undang-undang ini nanti berapa kira-kira Pemerintah, ini kan domainnya Pemerintah membuat PP ini kan begitu, jadi berapa tahun di sini, apakah tiga tahun, tetapi PP itu sendiri pertama adalah sesuai dengan perintah undang-undang atau paling lambat sesuai dengan undang-undang PPP, itu yang pertama. Jadi pertama bahwa limitasi maksimumnya ditentukan di RUU yang kita bahas ini yaitu RUU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, limitasi minimumnya tergantung undang-undang sendiri yang memerintahkan. Lalu yang satunya lagi, perlu diatur tidak sekarang, PP-PP yang diperintahkan sebelumnya ini apakah otamatis mengikuti tiga tahun sejak kapan, andaikata tiga tahun atau kapan itu kira-kira, Pak Menteri. Itu mungkin yang perlu dijawab oleh Pemerintah. MENTERI HUKUM DAN HAM : Iya, Pak, jadi kami menyarankan begini, Pak, di dalam undang-undang ini rambu-rambu saja kita buat, jadi dia tidak bicara masalah teknis, tetapi rambu-rambunya, jadi kalimatnya seperti ini, sistem undang-undang yang memerintahkan adanya peraturan pemerintah wajib mencantumkan batas waktu pada tahapan peraturan pemerintah tersebut. Jadi undang-undang ini sudah mewajibkan kepada semua undang-undang yang akan kita bahas, kita tetapkan saja waktunya. Nah masalah berapa waktunya itu sesuai dengan kebutuhan, situasional, kalau kita bilang di sini nanti selama-lama tiga tahun orang mau Pemilu, kan repot lagi kita, misalnya satu tahun, selambat-lambatnya satu tahun, cantumkan, Pak, situsionalnya, dan diingatkan, karena pembahasan bersama Pemerintah ya minta tanggung jawab moral yang mewakili Pemerintah itu, Pak, untuk mempersiapkan PP-nya, bahkan ada juga sebetulnya rancangan undang-undang yang dari Pemerintah begitu selesai PP-nya sudah dipersiapkan, ada juga yang lebih cepat. Begitu, Pak. KETUA RAPAT : Jadi kalau yang saya maksud tadi di sini ada sapu jagatnya begitu, jadi sapu jagatnya itu ya artinya ada batasan maksimum, tetapi buat lex specialist kan tentu di undang-undang itu sendiri, jadi undang-undangnya sendiri memerintahkan 6 bulan ya tidak mengikut yang di sini yang tiga tahun, begitu maksudnya, Pak Menteri. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO) : Pimpinan, melalui Pimpinan. Saya pikir urgensi dari undang-undang tersebut, kalau undang-undang tersebut menyebut PP, nanh boleh disebutkan, tetapi kalau dia tidak bikin PP, sebab kalau nanti di ketentuannya dibikin normatif dalam undang-undang demikian berarti semua undang-undang walaupun tidak diamanatkan PP pun harus. Nah, yang kedua saya mau sampaikan lagi kalau sampai Pemerintah belum sempat atau belum membuat PP nanti kan bisa disupervisi di komisi terkait, katakanlah misalnya tadi Undang-Undang Bantuan Hukum yang PP-nya belum ada sekarang, Komisi III kan bisa mempertanyakan kepada Pak Menteri.

Tidak, saya hanya mengingatkan Pimpinan kalau dibikin normatif itu, Pak, nanti jadi sapu jagat ke mana-mana. Saya hampir sependapat dengan idenya Pak Menteri itu di undang-undang yang disebutkan

19 

Page 21: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

PP nah disebutkan itu selambat-lambatnya harus kapan jadi PP-nya. Itu malah lebih mengikat mereka sendiri itu kalau dibikin demikian. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Ya, kami kira pembahasan ini sudah mulai oke punya ini sudah mulai mau terjadi fokus ini ya, tetapi kalau boleh …(terpotong interupsi). KETUA RAPAT : Boleh saya potong sedikit, karena tadi waktu kita pukul 16.00 WIB, boleh saya usulkan perpanjang, berapa, Pak Menteri, 30 menit? Baik, ya kita perpanjang sampai pukul 16.30 WIB.

(RAPAT : SETUJU) Silahkan Pak Mul. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Jadi kalau saya yang perlu kita perbaiki sebetulnya rumusan ketentuan umum nomor urut 5 tentang peraturan pemerintah itu kita rumuskan yang pas, lengkap, dan sekaligus itu kalau perlu limit time-nya itu yang secara umum dimuat di ketentuan peraturan pemerintah itu. Usul saya peraturan pemerintah itu seharusnya sudah bisa dikeluarkan paling lambat enam bulan, kecuali nanti kalau diperintah pasal tersendiri bahwa PP itu harus selesai dua tahun ya mengikuti yang itu, tetapi ada yang umum yang bahwa di dalam kita memberikan rumusan tentang peraturan pemerintah itu antara lain, Pak, ya bahwa itu dibikin manakala memang tidak bisa muatan itu dimasukan di substansi undang-undang, itu baru dibikin adanya peraturan pemerintah, jadi kalau masih bisa dibikin di undang-undang bikin di undang-undang, tetapi ternyata muatan itu dari aturan kita menyusun undang-undang ini tidak bisa menjadi substansi di undang-undang, ini harus maksudnya di batang tubuh, ini harus masuk dibikin di dalam peraturan pemerintah. Ini contohnya begitu sehingga menurut saya memang di sini harus ditegaskan juga, Pak, bahwa peraturan pemerintah itu memang muatannya itu tidak bisa sebagai substansi dari suatu undang-undang, dia memang harus diadakan melalui peraturan pemerintah, begitu loh, memang harus melalui peraturan pemerintah, jadi bukan nanti peraturan pemerintah itu dihapus-hapus semua masuk, nah ini aturan membuat undang-undang jadi kacau lagi nanti, itu kan ada membikin undang-undang tentu sudah ada pakemnya sendiri, muatan mana yang bisa masuk menjadi undang-undang dan mana yang harus jadi penjelasan dan mana kalau diperlukan untuk pelaksanaan ada PP-nya, ini kan muatan-muatan itu sudah jelas. Oleh sebab itu saran saya kita perbaiki saja ketentuan umum nomor urut lima ini, apa itu peraturan pemerintah, dibikin rumusan yang pas, kalau perlu sampai dengan aturan ketentuan batas waktunya itu juga bisa diberikan secara umum, kecuali nanti akan ditentukan, memang kalau memang ada sesuatu. Sehingga dengan demikian harapan kami begitu suatu pihak itu kementerian terkait adanya suatu undang-undang yang mau dilahirkan otomatis dia sudah mempersiapkan rancangan dari peraturan pemerintahnya sendiri kalau memang ada yang diperintahkan di situ. Ini antara lain seperti itu sehingga mudah-mudahan ini akan memberikan disiplin kita semua dan tentunya akan memberikan suatu kelancaran lah rangka operasionalisasi suatu undang-undang yang dilahirkan. Terima kasih. F-PPP (H. MUHAMMAD ARWANI THOMAFI) : Pimpinan.

20 

Page 22: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

KETUA RAPAT : Silahkan, siapa dulu ini? Ya, gantian. F-PPP (H. MUHAMMAD ARWANI THOMAFI) : Sebenarnya ada beberapa hal, kita kembali ke ketentuan umum tadi ya, sepakat dengan Pak Mul, terkait dengan persoalan peraturan pemerintah ini tidak hanya terkait dengan batas waktu diterbitkannya suatu PP, sepakat tadi dirumuskan bahwa setiap undang-undang yang mengamanatkan atau yang memerintahkan diterbitkannya suatu PP wajib mencantumkan batas waktu, tetapi tidak berhenti di situ menurut saya, perlu ada wajib mencantumkan batas waktu dengan selambat-lambatnya, ada batas waktu selambat-lambatnya. Mungkin saja PP itu diperlukan dalam batas waktu yang lebih cepat enam bulan atau satu tahun, tetapi jangan sampai tidak adanya batas waktu itu justru nanti memperlambat bahkan bisa sampai molor bertahun-tahun. Batasan yang kedua menurut saya adalah batasan diperlukannya suatu PP itu ada, ini tadi terkait dengan muatan substansi, terkait dengan teknis yang menurut saya masih belum jelas kapan suatu PP itu memang diperlukan. Terus yang ketiga adalah batasan apa yang harus diatur di dalam PP, ini terkait dengan batasan diperlukannya suatu PP, mungkin ini juga perlu dirumuskan kembali di dalam, barangkali dipertimbangkan ya kembali ke ketentuan umum sehingga nanti tidak bias terkait dengan suatu undang-undang itu ketika harus atau wajib mencantumkan adanya PP. Barangkali itu, Pimpinan. KETUA RAPAT : Pak Muzzammil. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Terima kasih, Pimpinan. Dari dialog terakhir ini saya menyimpulkan ada enam poin yang sedang kita bicarakan. Poin pertama adalah nampaknya kita setuju tidak harus semua undang-undang itu perlu ada PP, itu poin pertama. Tidak semua undang-undang memerlukan PP. Poin kedua, ketika undang-undang itu memerlukan PP, undang-undang yang kita bahas ini sekarang memerintahkan bahwa undang-undang yang akan datang ketika menyebut perlu PP harus dengan limitasinya, perintah umum, tidak harus satu, dua, tiga, tetapi undang-undang yang akan datang harus menyebut apakah enam bulan, satu tahun, dua tahun, itu harus tertulis jelas di dalam undang-undang yang akan datang setelah undang-undang ini disahkan. Yang ketiga harus ada, di undang-undang ini berbicara aturan transisi seperti Pimpinan katakan tadi, undang-undang yang belum ada PP-nya yang sekian banyak itu berapa lama kita kasih waktunya. Itu poin ketiga, harus ada di undang-undang kita ini. Kan inilah undang-undang yang relevan mengatur itu. Keempat, yudicial review terhadap berbagai peraturan di bawah undang-undang, tidak dibatasi waktu sebagaimana yudial review terhadap undang-undang di MK, sehingga kapan saja bisa dilakukan. Itu yang keempat. Kelima, untuk Pemerintah ketika mengajukan undang-undang dan itu menurut Pemerintah perlu ada PP-nya, PP itu sudah disertakan, itu tadi usulan Pemerintah yang terakhir, sehingga sesungguhnya Pemerintah siap, ini undang-undang dari kami, PP-nya ini loh, tanpa perlu kita mengutak-atik PP tetapi sesungguhnya Pemerintah sudah menunjukkan kesiapan PP itu ada, apakah ini perlu kita atur setiap

21 

Page 23: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

undang-undang yang berasal dari Pemerintah, bukan dari DPR, sudah menyertakan draft PP untuk menunjukan Pemerintah siap terhadap hal itu. Nah, inilah, Pimpinan, menurut saya yang poin yang kita bicarakan ini, tidak perlu kita definisikan secara konkrit, Pemerintah kita minta Tim-nya untuk merumuskan apa yang kita sepakati ini untuk menjadi bahan Panja, kalau substansi kita setujui pembahasan tinggal di Panja. Setuju kita hal-hal ini dirumuskan Pemerintah, draft baru Pemerintah itulah dibawa ke Panja pembahasannya. Demikian saran saya, Pimpinan.

Terima kasih. KETUA RAPAT : Baik, terima kasih. Ya saya kira kita membahas sudah cukup lama ya baru dua DIM, tetapi tidak apa-apa, ini saya kira penting. Iya, saya kira kan tentu substansinya biar Pak Menteri, ya Pemerintah ini juga setuju dulu baru nanti kita rumuskan bawa ke Panja. Jadi yang pertama bahwa setiap pembantukan undang-undang, jadi setelah RUU ini disahkan, bila ada PP harus ada mencantumkan kapan selambatnya PP itu dikeluarkan. Lalu yang kedua apa bisa itu memerintah bahwa selalu harus menyiapkan PP-nya kalau inisiatifnya dari Pemerintah, itu tentu kita tanyakan kepada Pemerintah begitu karena kalau itu kan harus tidak boleh diskriminasi, kalau inisiatif DPR juga harus di DPR menyiapkan PP-nya, kan begitu, jadi kan kita harus seimbang begitu. Lalu yang ketiga, Pak Menteri, bagaimana nasib PP-PP yang diwajibkan undang-undang sebelum disahkannya RUU ini, itu saya kira, karena ada domainnya di Pemerintah, karena kan tentu bisa disampaikan kesulitan-kesulitannya. Yudicial Review saya kira belum masuk DIM sini tetapi substansi itu saya kira kita bisa setujui, ya jadi memang itu yang penting bagi kita biar Mahkamah Agung tidak ya mendegradasi konsitusi, itu jelas-jelas bertentangan dengan konsitusi, apa yang dikeluarkan SE oleh Mahkamah Agung itu. Kami persilahkan, Pak Menteri. Selamat datang Pak Taufik. MENTERI HUKUM DAN HAM : Ya terima kasih, Pimpinan. Banyak hal sebetulnya sudah mengerucut, seperti yang diambil kesimpulan oleh Pak Muzzammil tadi, juga oleh Pimpinan. Ya, pada prinsipnya kita memang menginginkan ke depan undang-undang supaya lebih komprehensif, meminimalisasikan jumlahnya PP, itu penting ya supaya legalitas legislasinya lebih sempurna, maksud kami posisinya.

Kalau bicara tentang masalah rancangan undang-undang yang datang dari Pemerintah apakah bisa langsung dipersiapkan dengan PP-nya, Kementerian Hukum dan HAM selama ini sesuai dengan bidangnya memang seperti itu, tetapi bukan berarti Kementerian lain juga tidak bisa, tugas kami adalah kami akan mengingatkan kepada semua kementerian teknis yang mengambil inisiatif untuk mengusulkan rancangan undang-undang kami akan mengingatkan sejauh memang itu dicantumkan di dalam undang-undang ini, jadi kami hanya tinggal mengingatkan isi dari undang-undang ini. Jadi itu pada prinsipnya masih bisa, Pak.

Sedangkan mengenai nasib PP yang malang, yang belum lahir sampai hari ini, mungkin ada entah dari zaman kapan, tentu agak sulit, Pak, kami menyelesaikan atau menjelaskannya karena itu juga banyak sekali dan itu sebetulnya di luar konteks pembuatan undang-undang kita hari ini, tetapi itu kan materi dalam rapat kerja. Nah, kalau boleh barangkali Pansus ini merekomendasikan kepada semua komisi-komisi semuanya untuk melakukan kajian kembali terhadap tupoksi masing-masing, ada tidak undang-undang yang berkaitan dengan kinerja masing-masing di komisi yang PP-nya belum ada supaya komisi-komisinya mengingatkan kepada Pemerintah pada waktu rapat kerja, jadi bebannya tidak di sini, Pak.

22 

Page 24: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

Karena terus terang itu terlalu berat, bagi Kumham terlalu berat, pekerjaannya juga segudang. Ini mohon maaf, Pak Mul saja berkali-kali mengeluh kepada kami, Pak, mengenai Prolegnas, jangan kan PP yang sudah zaman bahela, Prolegnas, dan kami sudah mau mengirim surat berkali-kali kepada kementerian, segera, otentik itu, segera, ayo DPR sudah menunggu, kami tetap mengingatkan, tetapi tentu tidak bisa ditangani sepenuhnya oleh Hukum dan HAM. Jadi tolong, Pak, nasib PP ini serahkan kepada masing-masing komisi saja, Pak, untuk mengingatkan para menterinya untuk mempersiapkan, Pak. Ya, mau dijewer, mau diapa terserahlah kita.

Terima kasih, Pak. KETUA RAPAT : Ya, baik, jadi ini saya diberitahukan oleh Sekretariat jadi sebenarnya di dalam DIM No. 290 itu sebenarnya sudah ada, jadi ini sekaligus kan pembahasan kita malah sudah jauh ke sini, padahal sebenarnya tadi substansinya kita ingin PP-PP yang lama tetapi kelihatannya memang menjadi kesulitan bagi Pemerintah apalagi kalau undang-undangnya mungkin dibuat zaman Gusdur, zaman Ibu Mega kan, masih banyak mungkin juga kan, ada juga yang 88 itu sampai sekarang belum keluar PP. Ya zaman Pak Harto juga. Jadi saya kira untuk mengenai limit waktu di sini, boleh saya …(tidak jelas)… setiap undang-undang wajib mencantumkan batas waktu penetapan peraturan pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut. Jadi ini pemerintah juga tidak ada usulan, saya kira ini kan sudah sepakat, setiap undang-undang wajib mencantumkan batas waktu penetapan peraturan pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut. INTERUPSI : Setiap undang-undang yang mencantumkan PP atau setiap undang-undang harus mempunyai limit waktu? KETUA RAPAT : Setiap undang-undang tentu yang ada PP-nya kan, kalau tidak ada PP-nya ya masa harus ada batas waktunya. Jadi, saya kira dua DIM ini saya kira kita sudah setuju ya, jadi yang tadi 10A sama yang dihapuskan, usulan Pemerintah kan dihapuskan tadi, berarti kan kita sudah setuju semuanya ya. Jadi boleh saya ketok ya? MENTERI HUKUM DAN HAM : Ini, Pak, jadi tadi kami juga sudah kutip, Pak, sebetulnya dalam Pasal 39 ayat (2) sesuai dengan apa yang disampaikan Pak Harry Witjaksono itu sebaiknya kita sempurnakan kalimatnya itu, Pak, jadi setiap undang-undang yang memerlukan atau yang memerlukan peraturan pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pelaksana undang-undang wajib mencantumkan batas waktu penetapan peraturan pemerintah atau peraturan lainnya itu, supaya lebih jelas. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO) : Pimpinan, memerlukan atau mengamanatkan? Makanya kita harus cari kalimat yang hati-hati ini, memerlukan, mengamanatkan atau memerintahkan.

23 

Page 25: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

KETUA RAPAT : Nanti itu sinkronisasi Timsin. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO) : Semangatnya dulu. Semangatnya bahwa harus ada PP ya, tetapi nanti kalimat redaksinya di Panja saja, Pak, ya. KETUA RAPAT : Jadi prinsipnya setiap undang-undang baik itu memerintahkan adanya suatu PP, pelaksana undang-undang itu ada PP atau mengamanatkan apapun nanti yang tepat kalimatnya bahwa itu harus mencantumkan batas waktu kapan memerlukan PP atau peraturan lainnya. Saya kira itu kita setujui bersama ya substansinya. Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Ini waktunya sudah …(terpotong interupsi). Ya. MENTERI HUKUM DAN HAM : Yang lain dibawa ke Panja saja tidak apa-apa. KETUA RAPAT : Ya, baik, ke Panja. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF) : Pimpinan, saya setuju tadi apa kata Pemerintah karena ini kita minta Pemerintah merumuskan ulang beberapa yang kita bicarakan tadi, yang lain kita bawa ke Panja. Tetapi terkait satu hal yang saya masih mengganjal ini soal PP yang belum selesai tadi, nampaknya Pemerintah, Menteri Hukum dan HAM, khawatir ketika ini dibuat pasal transisi memberatkan Kementerian Hukum dan HAM apakah setiap PP itu muncul harus dari Kementerian Hukum dan HAM ataukah sesungguhnya secara pembahasan bisa berlangsung di setiap Kementerian kan. Iya kan? Bisa kementerian membahasnya, Kementerian Hukum dan HAM hanya mewakili Pemerintah untuk kemudian apakah pengesahan PP-nya dan lain-lain, tetapi secara substansi kan sebenarnya kementerian terkait yang mengkaji itu. Oleh karena itu saya kira kalau ini kita tentukan di sini sebagaimana dulu juga UUD 1945 ada pasal transisi evaluasi terhadap TAP MPR, Pak Tjip juga ikut itu, jadi TAP MPR itu kan dievaluasi, nah sekarang kita juga sama PP melalui undang-undang ini dievaluasi untuk memberikan apakah diakhir empat tahun ini masa pemerintahan misalnya selesai, saya kira bebannya kan tidak hanya kepada Kementerian Hukum dan HAM, bebannya kan kepada seluruh kementerian terkait. Kalau ini tidak kita tetapkan, Pimpinan, misalnya kata Pak Menteri tadi sudahlah di komisi-komisi saja dievaluasi, itu tidak mengikat, kita semua tahu itu tidak mengikat dan itulah yang selama ini PP itu tidak keluar-keluar, tetapi begitu kita tetapkan di sini ada batas waktu. Saya kira itu yang masih yang menurut kami masih diperlukan. Terima kasih, Pimpinan.

24 

Page 26: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Ketua, kalau saya usulan yang disampaikan Mas Muzzammil tadi, itu nanti sebagai bahan lobi setelah Pak Menteri berbincang-bincang dengan yang lain, karena kalau itu tadi dimasukan di sini, itu juga saya pikir nanti Pemerintah itu kehilangan kesempatan tidur nyenyak gitu. Kalau memang sekarang itu jujur saja PP itu sangat banyak sekali dan itu mungkin, Pak Menteri Hukum dan HAM pun tidak bisa mengikuti PP mana yang sudah selesai dan yang belum, jujur saya pikir tidak tidak akan tahu karena satu undang-undang itu tempo hari, Pak, waktu zaman-zaman yang lalu itu PP-nya masih banyak, ada yang masih banyak sampai 21, itu bisa pingsan itu. Jadi kalau saya itu kita endapkan dulu lah, usulan beliau itu bagus sekali, tetapi kepada Pemerintah agaknya memang berat itu kalau sampai masuk di sini, biar nanti pada waktunya kita rumuskanlah kalau sudah menjelang-jelang selesai nanti waktu lobi kita rumuskanlah bagaimana itu nanti masuk di dalam peralihan kita lah, jadi kalau memang masuk nah itu nantilah jangan sekarang dulu, nanti saya takut Pak Menteri bebannya terlalu berat itu nanti. Terima kasih. F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) : Pimpinan, ya sedikit saja saya ini. Saya memahami betapa sulitnya Pemerintah untuk membuat perencanaan yang sudah yang lalu itu, cuma saya melihat begini, Pak, bahwa PP-PP ke depan penyelesaiannya itu sudah jelas diatur dalam DIM No. 290, penyelesaian dengan DIM No. 290, itu PP ke depan. Saya melihat DIM No. 290 ini adalah niat baik kita dalam undang-undang ini untuk menyelesaikan yang ke belakang sebetulnya, jadi bunyi pasal ini tidak usah dihilangkan, tetapi untuk menyelesaikan pintu masuk menyelesaikan yang sudah begitu. Jadi kalau ke depan sebetulnya tidak masalah karena ada DIM No. 90, tetapi bagaimana yang dulu-dulu? Yang dulu-dulu ini menggunakan program semampunya lah saya pikir, tetapi sudah ada niatan baik untuk menyelesaikan yang dulu. Nah, menggunakan mana? Ya menggunakan DIM No. 90 ini. Kalau DIM No. 90 ini dihilangkan ini seperti tidak ada niatan baik bagaimana menyelesaikan yang dulu, jadi kalau masalah mampunya tiga ya tiga, mampunya lima ya lima, tetapi pintu masuk menyelesaikan yang dulu ada melalui DIM No. 90 ini. Terima kasih. KETUA RAPAT : Jadi DIM No. 290 itu tidak dihilangkan, Pak. F-PAN (Drs. H. RUSLI RIDWAN, M.Si) : DIM No. 290 itu adalah untuk PP ke depan ya, tetapi bagaimana PP yang kebelakang? Ada pintu masuk DIM No. 90 ini. Nah, dengan menggunakan barangkali prioritasnya, mampunya lima, enam, tetapi perencanaan penyelesaian masalah-masalah masa lalu itu ada pintu masuk DIM No. 90. KETUA RAPAT : Jadi kan tadi kita hampir sepakat kan DIM No. 290 itu sudah sepakat, ini usulan DPR begitu, Pak. Usulan DPR, sebenarnya usulan ini adalah memang kita bicara ke depan bukan bicara ke belakang, kalau kita bicara ke belakang tadi Pak Menteri sudah jawab bahwa itu banyak sekali kendala-kendala. Kalau tadi yang saya usulkan pertama ada pasal sapu jagat di sini, katakan tiga tahun berarti paling tidak yang lama-lama itu tiga tahun ke depan harus selesai juga, kan begitu, tetapi kan ini ada kesulitan bagi Pemerintah, oleh karena itu saya kira apa yang disampaikan oleh Pak Mul tadi saya kira kita rekomendasikan, saya kira kan Menteri Hukum bisa kerja sama lah dengan UGM, dengan UI atau dengan universitas itu untuk meneliti semua undang-undang itu mana yang PP belum keluar, kalau ditugaskan pada stafnya saya kira

25 

Page 27: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

memang berat, Pak, tugas yang rutin saja sudah luar biasa, nanti kan kalau kurang anggaran kan kita Komisi III bisa bantu Pak Menteri lah, karena itu penting sekali saya kira, Pak, memang, iya kan nanti kerja sama itu. Jadi saya kira memang tadi sudah dijawab Pak Menteri, Pak, jadi ada kesulitan kalau itu dirumuskan secara normatif mengenai PP-PP yang belum ada itu, kalau yang ke depankan sudah jelas kita melihat ke depan, tetapi tentu menjadi catatan Pak Menteri yaitu tadi rekomendasi saja bahwa iya kan, artinya rekomendasi Pak Menteri kan bisa bentuk Tim atau kerja sama dengan universitas untuk meneliti PP mana saja gitu, ini kan bagus masih 3,5 tahun itu kalau bisa menyelesaikan PP-PP yang ketinggalan. Masih ada, Pak Taufiq? F-PG (Drs. TAUFIQ HIDAYAT, M.Si) : Ya, Pimpinan, ini begini jangan salah kelihatannya beban begitu ya, tetapi sebenarnya itu peluang politik, Pak, ini perspektifnya berbeda kita melihat, Pak Menteri melihat juga berbeda, siapa tahu bahwa itu semua selesai di bawah kepemimpinan Pak Menteri kita ini tentu tidak ada alasan untuk memberi raport merah atau reshuffle bahkan, itu tidak ada alasan kan? Untuk apa? Wong pekerjaan itu bisa diselesaikan semuanya. Memang ini berat, terasa berat karena menumpuk, Pak. Yang menumpuk siapa, kan bukan kita, kan Pemerintah yang menumpuk ini, yang inilah. Persoalannya adalah rapor-rapor merah ini tidak ada tindak lanjutnya gitu kan, artinya pekerjaan semakin ditumpuk. Saya setuju bahwa ada unsur pemaksa PP-PP yang belum selesai ini segera diselesaikan dengan satu batasan waktu juga seperti pasal yang sudah disepakati ini, tetapi mungkin tempatnya bisa kita tempatkan di penjelasan, penjelasan tentang undang-undang yang sudah dibuat dan memerintahkan PP itu segera dituntaskan dalam tenggat waktu yang reasonable untuk bisa itu diselesaikan. Kalau batasannya Cuma sebulan kan memberatkan, Pak, tetapi kalau batasannya itu juga agak panjang itu juga longgar sekali.

Prakteknya, Pak, terus terang saja ini, Pak Menteri, mohon maaf, kadang-kadang PP ini muncul-muncul juga ini permainan pejabat-pejabat di level menengah, saya kebetulan banyak berbincang dengan teman-teman, Pak, ini sebagai contoh saja Undang-Undang tentang Bencana Alam itu juga mengamanatkan untuk menyelenggarakan program insurance terhadap bencana alam dan gagasan itu sudah diluncurkan, hanya PP-nya saja tidak keluar sampai hari ini, padahal itu rakyat sangat membutuhkan kalau ada itu juga Pemerintah sangat bagus di mata rakyat, ada berapa kerusakan rumah yang terjadi karena bencana alam, di situ juga sudah bisa diselesaikan. Poin ini secara politik tentu akan diambil oleh Presiden karena menyelenggarakan suatu program kesejahteraan rakyat yang sangat bagus. Kan tidak mungkin yang namanya Pemerintah menghalangi ini begitu, mau Pemerintah yang namanya Presiden atau Mensesneg-nya, ini tidak mungkin deh, atau menteri teknisnya, ini tidak mungkin. Tetapi kenapa tidak muncul? Nah, hal-hal yang demikian ini terjadi, apakah itu sekedar malas, saya kira tidak, ada kesengajaan untuk hal-hal yang seperti ini yang barangkali juga yang berkaitan dengan, ya di sisi lain di balik regulasi itu. Nah, yang begini-begini masa kita maafkan, kita terlambat terus untuk mencapai kemajuan, dan saya yakin Pak Menteri, Pak Patrialis, orangnya sangat bekerja keras untuk kepentingan rakyat, jangan salah, Pak. Itu masalahnya. Ini beliau ini saya kenal sejak sama-sama aktif di Kepemudaan dulu, Pak, jadi saya tahu betul itu, Pak.

Terima kasih, Pak.

F-PAN (H. JAMALUDDIN JAFAR, S.H.) : Pimpinan, jadi apa tadi yang dijelaskan oleh teman-teman, saya pikir Pak Menteri sudah menjelaskan juga kepada kita bahwa tidak semestinya undang-undang itu diterbitkan, tadi beliau sudah memberikan. Kemudian PP harus diberi limitasi waktu sebagaimana dalam DIM No. 290 kan sudah ada juga dimasukan, saya pikir tidak perlu diperdebatkan lagi. Kemudian tadi Pak Menteri melontarkan, mungkin sudah lain ini, yaitu DIM No. 146 tentang terbatasnya SDM di daerah, tadi ada semacam permintaan bahwa Kementerian Hukum dan HAM di

26 

Page 28: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

vertikalnya, di bawahnya itu dilibatkan untuk penyusunan undang-undang peraturan daerah, walaupun tadi belum disambung, tetapi pertanyaan kami apakah juga mengakomodir nanti di Undang-undang MD3, ini perlu kita semacam pekerjaan rumah untuk kita, nanti kita jawab, karena ini menunjuk tadi, bukan untuk ini. Saya kira itu dari kami. Terima kasih. KETUA RAPAT : Baik, saya kira semua apa yang disampaikan dicatat, tadi sudah disampaikan Pak Taufiq, mungkin kalau undang-undang dikeluarkan sejak Bapak kita ini menjadi menteri saya kira tidak kesulitan, tetapi persoalannya kan PP-PP yang zaman Pak Harto masih ada, Pak, 88. Jadi, saya kira rapat hari ini sebelum kita tutup, Pak Menteri mungkin ada yang ingin disampaikan, silahkan. MENTERI HUKUM DAN HAM : Terima kasih. Pimpinan, Ibu dan Bapak sekalian, Kami kira dialog kita sangat bermakna sekali untuk kepentingan bangsa masa depan dimana kita mencoba mengumpulkan pikiran-pikiran yang begitu cemerlang, gemilang, untuk kepentingan bangsa yang lebih baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu sekalian, seperti yang kami sampaikan tadi beberapa hal yang sudah kami sampaikan tadi kami tidak keberatan kalau itu nanti akan kita bahas di dalam Panja secara mendalam. Bahkan kalau misalnya kalau masih ada keraguan kita terhadap suatu hal yang agak sulit diputuskan, kapan perlu kita kembali mendatangkan para ahli dalam Panja untuk memperdalam. Tentu mendatangkan para ahli di dalam Panja itu atas persetujuan dari raker pada hari ini kalau memang itu diperlukan, biasa terjadi seperti itu yang pernah kita lakukan, di Panja pun kita mendatangkan para ahli. Kami pada prinsipnya memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya meskipun perbedaan pendapat yang ada di antara kita, kami melihat itu bukanlah sesuatu yang tidak bermakna justru maknanya sangat mendalam sekali sehingga kita bisa lebih mengerucut di dalam mengambil kesimpulan ini. Terima kasih, Pimpinan. F-PD (H. HARRY WITJAKSONO) : Pimpinan, sebelum rapat ditutup saya hanya mengingatkan, mengingat waktu kan sudah 12 hari lagi ini rencana jadwalnya ke depan, apakah Pak Pimpinan perlu menyampaikan hal-hal penting sehubungan dengan rencana kunjungan pergi? Tidak. Kalau tidak ada, ya tidak apa-apa, tetapi artinya setelah Pak Menteri keluar maksud saya. KETUA RAPAT : Yang saya hormati Pak Menteri beserta jajarannya, Kami dari Pansus juga menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang baik dan kesediaannya untuk menghadiri rapat-rapat dan tentu banyak dinamika, jadi kalau ada hal-hal yang kurang berkenan kita perdebatkan tentu saya atas nama Pansus mohon maaf. Dan selanjutnya semua DIM yang tidak selesai dibahas dalam raker kita bawa ke Panja semuanya, jadi itu keputusan kita.

(RAPAT : SETUJU)

27 

Page 29: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Ketua. KETUA RAPAT : Ya, silahkan. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Hanya melaporkan hasil pertemuan Baleg tadi dengan Pak Menteri khusus untuk pembahsan rancangan undang-undang yang sore ini menjadi topik kita diharapkan selesai paling lambat Masa Sidang ke IV, jadi mohon kita sama-sama mempersiapkan diri dengan bagus. Sekali lagi penyelesaian rancangan undang-undang yang kita bahas ini sudah kita rencanakan dan dijadwalkan paling lambat Masa Sidang ke IV sudah selesai. Terima kasih. Terserah Pak Ketua mau mengatur bagaimana menyelesaikannya. KETUA RAPAT : Ya, tentu kan kita kalau tidak bisa Panja kan kita bisa lakukan konsiyering lah kita memang sepakat sebagaimana yang disampaikan yang terhormat Pak Mulyono bahwa kita kan tiga masa persidangan. Ini sudah yang ke II, tinggal satu lagi. F-PD (IGNATIUS MULYONO) : Sekarang ini Masa Sidang ke III, selesai diharapkan paling lambat Masa Sidang ke IV. KETUA RAPAT : Ya, Insya Allah selesai lah, jadi saya kira dengan Pak Menteri hal-hal yang substansi saya kira sudah, mudah-mudahan Panja nanti tidak …(tidak jelas). Mungkin perlu kami sampaikan, jadi untuk susunan Panja jadi dari unsur Pimpinan saya sendiri Sutjipto, Dr. H. Deding Ishak, Saudara Rahadi Zakaria, Saudara T.B. Soemandjaja. Lalu Fraksi Demokrat, Bapak Mulyono, Saudara Harry Witjaksono, Gede Pasek, dan Bapak Dr. H. Taufiq Effendi. Dari Fraksi Golkar, yang paling cantik ini Saudara Nurul Arifin, Pak Taufiq Hidayat dan Saudara Andi Rio Idris Padjalangi. Dari Fraksi PDI Perjuangan Saudara Arif Wibowo dan Saudara Achmad Basarah. Dari Fraksi PKS Saudara Bukhori Yusuf, dari Fraksi Partai Amanat Nasional Dr. H. Rusli Ridwan, dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan yang terhormat Bapak H. Muhammad Arwani Thomafi, dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa yang terhormat Ibu Dra. Hj. Ida Fauziyah, dari Fraksi Gerindra yang terhormat Bapak Rindoko Dahono Wingit, S.H., M.Hum., dan dari Fraksi Partai Hanura yang terhormat Bapak H. Syarifuddin Sudding, S.H., M.H.. Jadi untuk rapat Panja tentu nanti akan dilakukan pemberitahuan resmi kepada Bapak Menteri kapan kita mulai rapat Panja karena Panja sudah terbentuk ya minggu depan tentunya kita sudah bisa mulai, kita harapkan bisa cepatlah karena kita tinggal dua minggu gitu jadi untuk rapat Panja ini. Demikianlah rapat ini, kalau boleh kami akhiri dan sekali lagi kami ucapkan terima kasih kepada Pak Menteri beserta jajarannya dan juga semua anggota Pansus, semoga Tuhan Yang Maha Esa

28 

Page 30: RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200514-100040-5362.pdfrapat perkenankan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai

 

29 

memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita semua, sehingga kita dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Demikian. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PADA PUKUL 16.52 WIB)

Jakarta, 17 Maret 2011 a.n. KETUA PANSUS RUU

TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

SEKRETARIS RAPAT,

ENDANG SURYASTUTI, S.H., M.Si. NIP. 19690801 199403 2 001