114
PUISI-PUISI BI‟AH AL-„ADAWIYYAH: STUDI PENERJEMAHAN SASTRA SEBAGAI PENGKHIANATANTEKS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S) Oleh: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan Tarjamah Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1437 H/2016 M

Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

  • Upload
    lequynh

  • View
    269

  • Download
    22

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

PUISI-PUISI RĀBI‟AH AL-„ADAWIYYAH:

STUDI PENERJEMAHAN SASTRA SEBAGAI “PENGKHIANATAN” TEKS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh:

Rizky Rachmat Hakim

Nim : 1111024000004

Jurusan Tarjamah

Fakultas Adab Dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

1437 H/2016 M

Page 2: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber data yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,15 Maret 2016

Rizky Rachmat Hakim

Page 3: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,
Page 4: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,
Page 5: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

i

ABSTRAK

Rizky Rachmat Hakim. 1111024000004. “Puisi-puisi Rābi’ah al-Adawiyyah,

Studi Penerjemahan Sastra Sebagai Pengkhianatan Teks.” Jurusan Tarjamah,

Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016.

Dalam penelitian ini, saya selaku peneliti menganalisa terjemahan puisi-

puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah dalam buku Rabi’ah al-Adawiyah Cinta Allahdan

Kerinduan Spiritual Manusia yang merupakan terjemahan dari buku sumber,

Rābi’ah al- ‘Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- ilāḥī. Fokus pada penilitian ini

adalah kasus pengkhianatan teks yang ada pada terjemahan puisi Rābi‟ah al-

Adawiyyah

Untuk memecahkan masalah di atas, dalam penelitian ini, saya selaku

peneliti menggunakan metode analisis kualitatif yaitu penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian kualitatif dilakukan

dengan cara mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan

diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan dengan angka-angka. Sumber

data yang digunakan adalah terjemahan puisi-puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah dan

puisi dari bahasa sumbernya yang terdapat dalam buku sumber berjudul, Rābi’ah

al- ‘Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- ilāḥī.

Dalam buku sumber Rābi’ah al- ‘Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- ilāḥī

ternyata peneliti temukan beberapa puisi yang dikarang oleh selain Rābi‟ah al-

Adawiyyah. Maka dari itu peneliti menyaring dan memilih puisi-puisi Rābi‟ah al-

Page 6: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

ii

Adawiyyah sesuai dengan judul bahasan penelitian kali ini yang jumlahnya ada

enam (6) puisi.

Setelah diteliti, peneliti menemukan beberapa kasus pengkhianatan teks

dalam terjemahan puisi-puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah. Dari temuan hasil analisis

tersebut terjawab bahwa, hilangnya ciri fisik atau bentuk pada puisi bahasa

sasaran (terjemahan puisi sumber) yang semestinya ada dan menjadi ciri khas dari

sebuah puisi. Dan ada beberapa terjemahan yang salah atau tidak tepat, sehingga

isi/maksud puisi tidak sampai pada pembaca puisi.

Page 7: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

iii

PRAKATA

Segala puji bagi Allah swt, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini

akhirnya dapat terselesaikan. Shalawat serta salam terlimpah pada junjungan kita

Nabi Muhummad saw. juga atas segenap keluarga, sahabat dan semua

pengikutnya hingga hari kemudian, semoga kita mendapatkan pertolongan

melalui beliau atas izin Allah swt. di hari tiada pertolongan dari siapapun.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada bapak Dekan Fakultas Adab

dan Humaniora, Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag. yang sekaligus menjadi dosen

pembimbing skripsi. Juga kepada seluruh staf akademik fakultas dan semua

civitas academica Fakultas Adab dan Humaniora.

Terima kasih pula peneliti ucapkan kepada ketua Jurusan Tarjamah Bapak

Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum, beserta Sekretaris Jurusan Ibu Rizqi

Handayani, MA. yang telah membantu dalam urusan administratif, sehingga dapat

terselesaikannya skripsi dan perkuliahan di strata 1 ini. Terima kasih pula

diucapkan untuk seluruh dosen pengajar di jurusan Tarjamah yang telah membagi

ilmu dan membimbing peneliti sampai pada tahap ini. Terima kasih khusus

diucapkan untuk dosen penguji skripsi, kepada Ibu Karlina Helmanita, M.Ag. dan

Bapak Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang terbesar khusus untuk kedua

orang tua, ayah dan ibu yang selalu membimbing, menasehati, mengajarkan dan

mengarahkan kejalan yang benar, serta selalu mendukung setiap kegiatan peneliti

yang bernilai positif. Peneliti rasa tiada yang bisa dibalas atas kebaikan mereka

Page 8: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

iv

berdua, selain berusaha dan berdoa kepada Allah swt, agar mereka selalu diberi

keberkahan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Terima kasih pula peneliti ucapkan untuk seluruh teman-teman

seperjuangan Jurusan Tarjamah angkatan 2011-2012, semoga silaturahmi kita

tetap terjaga. Juga terima kasih kepada teman-teman Jurusan Tarjamah mulai dari

angkatan 2012 hingga 2014 yang telah berpartisipasi dan mebantu peneliti saat

diamanahkan menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarjamah

periode 2013 hingga pertengahan 2015.

Semoga skripsi yang amat sederhana ini membawa manfaat bagi khasanah

ilmu pengetahuan, terutama kajian tentang penerjemahan syi‟ir dan yang

sejenisnya. Akhir kata peneliti ucapkan mohon maaf akan kekurangan skripsi

yang ditulis dan terima kasih.

Jakarta, 15 Maret 2016

Rizky Rachmat Hakim

Page 9: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………...i

PRAKATA……………………………………………………………………….iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v

PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………………….vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………….................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………….......5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………..........5

D. Tinjauan Pustaka…………………………………………….........6

E. Metode Penelitian………………………………………….............6

F. Sistematika Penulisan…………………………………..................8

BAB II TEORI SASTRA (PUISI) DAN PENERJEMAHAN

A. Teori Puisi………………………………...……………………….11

1. Definisi Puisi...…………..........................................................12

2. Jenis Syi’ir (Puisi Arab)………………………………….......15

3. Unsur Pembangun Syi’ir (Puisi Arab)………………….......17

4. Puisi Indonesia………………………………………………..20

5. Unsur Pembangun Puisi Indonesia………………………….23

6. Macam-Macam Puisi Indonesia……………………………..26

7. Karakteristik Bahasa Puisi…………………………………..28

Page 10: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

vi

B. Penerjemahan Sastra……………………………………............33

1. Definisi Penerjemahan…………………………………........33

2. Metode Penerjemahan Sastra (Puisi) ……………………...34

3. Pengkhianatan Kreatif Dalam Penerjemahan Sastra

(Puisi)……………………………………………....................40

BAB III BIOGRAFI RĀBI’AH AL-ADAWIYYAH DAN PENERJEMAH

A. Biografi Rābi’ah al-Adawiyyah………………………………...47

B. Biografi dan karya penerjemah Yunan

Askaruzzaman…………………………………………………...57

BAB IV ANALISIS TERJEMAH PUISI RĀBI’AH AL-‘ADAWIYYAH,

STUDI PENERJEMAHAN SASTRA SEBAGAI

PENGKHIANATAN TEKS

A. Deskripsi Teks Puisi……………………………………………...60

B. Analisis Puisi Rābi’ah al-Adawiyyah: Studi Penerjemahan

Sastra (Puisi) Sebagai Pengkhianatan

Teks………………………………………………………………..63

1. Pengkhianatan Bentuk…………………………………...63

2. Pengkhianatan Isi………………………………………...78

3. Pengkhianatan Kreatif…………………………………...87

BAB V PENUTUP…………………………………………………………….92

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....94

Page 11: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

vii

Pedoman Transliterasi Arab-Latin

1. Pengertian Transliterasi

Transliterasi dimaksudkan sebagaia pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke

abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab

dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.

2. Pembakuan

Pembakuan pedoman Transliterasi Arab-Latin ini disusun dengan prinsip sebagai

berikut:

a. Sejalan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

b. Huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf Latin dicarikan

padanan dengan cara memberi tambahan tanda diakritik, dengan dasar

“satu fonem satu lambang.”

c. Pedoman transliterasi ini diperuntukan bagi masyarakat umum.

3. Rumusan Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Hal-hal yang dirumuskan secara kongkrit dalam pedoman transliterasi Arab-Latin

ini meliputi:

a. Konsonan

b. Vokal

c. Maddah

d. Ta Marbuthah

e. Syaddah (Tasydid)

f. Kata Sandang

Page 12: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

viii

g. Hamzah

h. Penulisan Kata

i. Huruf Kapital

j. Tajwid

A. Pedoman Transliterasi Arab-Latin

1. Konsonan

Fonem Konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan

sebagian dilambangkan dengan dengan tanda, dan sebagiannya lagi dilambangkan

dengan huruf dan tanda sekaligus.

Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan Transliterasinya dengan huruf Latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

ba b Be ب

ta t Te ت

ṡa ṡ es (dengan titik di atas) ث

jim j Je ج

ḥa ḥ ha (dengan titik di ح

bawah)

kh kh ka dan ha خ

dal d De د

żal ż zet (dengan titik di ذ

atas)

Page 13: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

ix

ra r Er ر

zai z Zet ز

sin s Es س

syin sy es dan ye ش

ṣad ṣ es (dengan titik di ص

bawah)

ḍad ḍ de (dengan titik di ض

bawah)

ṭa ṭ te (dengan titik di ط

bawah)

ẓai ẓ zet (dengan titik di ظ

bawah)

ain ...‟... koma terbalik di atas„ ع

gain g Ge غ

fa f Ef ف

qaf q Ki ق

kaf k Ka ك

lam l El ل

mim n Em م

nun m En ن

wau w We و

ha h Ha ه

hamzah ...‟... apostrof ء

Page 14: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

x

ya y Ye ي

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau

monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

1. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fataḥah a a

Kasrah i i

ḍammah u u و

Contoh:

yazhabu – رهب Kataba – كخب

su‟ila – سئم fa‟ala – فعم

ẓukira - ذكس

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan

huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Nama Gabungan Huruf Nama

Page 15: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

xi

Huruf

‘....ي Fatḥah dan ya ai a dan i

‘...و Fatḥah dan wau au a dan u

Contoh:

haula -هىل kaifa – كف

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harkat dan

huruf Nama Huruf dan tanda Nama

....ا....يFatḥah dan alif

atau ya ā a dan garis di atas

Kasrah dan ya ī i dan garis di atas ....ي

ḍammah dan wau ū u dan garis di atas ....و

Contoh:

qīla - قم qāla – قبل

yaqūlu – قىل ramā – زم

4. Ta marbuṭah

Transliterasinya untuk ta marbuṭah ada dua.

a. Ta marbuṭah hidup

Ta marbuṭah yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan

ḍammah, transliterasinya adalah /t/.

b. Ta marbuṭah mati

Ta marbuṭah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya

adalah /h/.

Page 16: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

xii

c. Kalau ada suatu kata yang akhir katanya ta marbuṭah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah

maka ta marbuṭah itu di transliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

rauḍah al-aṭfāl - زوضتاالطفبل

- rauḍatul aṭfāl

زة al- Madīnah al- Munawwarah - انمدىتانمىى

- al- Madīnatul- Munawwarah

ṭalḥah - طهحت

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasi ini tanda

syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan

huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh :

ل rabbanā – زبىب nazzala – وص

al- ḥajju – انحج al- birr – انبس

nu‟ima – وعم

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan huruf, yaitu: ال. Namun,

dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang

diikuti oleh huruf syamsiyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf

qamariah.

1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah

Page 17: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

xiii

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan

huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariyah ditransliterasikan sesuai

dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf qomariyah, kata sandang ditulis

terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung

/hubung.

Contoh:

as-sayyidatu – انسدة ar-rajulu – انسجم

al-qalamu – انقهم asy-syamsu – انشمش

al-jalālu – انجلل al-badi‟u – انبدع

7. Hamzah

Dinyatakan di depan Daftar Transliterasi Arab-Latin bahwa hamzah

ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya terletak di tengah dan di

akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena

dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh :

1. Hamzah di awal

umirtu – أمسث

akala – اكم

2. Hamzah di tengah

ta‟khużūna – حأخرون

ta‟kulūna – حأكهىن

3. Hamzah di akhir

syai‟un – شء

an-nau‟u – انىىء

Page 18: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

xiv

8. Penulisan Kata

اشقه هللانهىخسانس -Wa innallāha lahuwa khair ar - وإن

rāziqīn

- Wa innallāha lahuwa khairur-

rāziqīn

Fa aufu al-kaila wa al-mizāna - فأوفانكموانمصان

- Fa auful-kaila wal-mizāna

Bismillāhi majrēha wa mursāhā - بسمهللامجسىهبومسسهب

9. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam tranliterasi

ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang

berlaku dalam EYD, di antaranya huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf

awal, nama diri, dan psrmulaan kalimat. Bila mana diri itu didahului oleh kata

sandangnya.

Contoh:

س انس د اال ل ىومبمحم - Wa mā Muhammadun illā ar-rasūl

زمضبنانرأوصلفهانقسانشهس - Syahru Ramadāna al-laẓi unzila fihi

al- Qur’ānu.

أولبجوضعنهىبضنهرببكت إن

مببزكب

- Inna awwala baitin wudi‟a linnāsi

lallazī bi Bakkata mubārakan

Penggunaan huruh awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan

Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan

Page 19: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

xv

kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak

dipergunakan.

Contoh :

قسب مههللاوفخح .Naṣrum minallāhi wa fatḥun qarīb - وصس

ب Lillāhi al-amru jamī‟an - للاالمسجمع

- Lillāhi amru jamī‟an

ب شءعهم Wallāhu bikulli syai‟in „alīmun - وهللابكم

10. Tajwid

Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi

ini merupakan bagian tak terpisahkan dengan ilmu Tajwid. Karena itu peresmian

pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.1

1 Salinan dari Pedoman Transliterasi Arab Latin Departemen Agama RI, 2003, Jakarta.

Page 20: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Puisi merupakan salah satu dari karya sastra selain novel yang berbentuk

prosa, seperti dalam kamus istilah sastra dikatakan bahwa umumnya sastra berupa

teks rekaan baik puisi maupun prosa yang nilainya tergantung pada kedalaman

pikiran dan kedalam jiwa.1

Penjelasan lainnya tentang puisi diungkapkan oleh Situmorang dalam

Purba, “Puisi berasal dari bahasa Yunani yang dalam bahasa latin disebut poietes

(poeta). Mula-mula artinya pembangunan, pembentukan atau pembuat. Asal

katanya poieo atau poio atau poeo yang artinya „membangun‟, „menyebabkan‟,

„menimbulkan‟ atau „ menyair‟. Arti yang mula-mula itu lama-kelamaan semakin

dipersempit menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut irama,

sajak dan kadang-kadang kata kiasan.2

Sedangkan menurut Panuti Sudjiman menguraikan bahwa puisi adalah

ragam sastra yang bahasanya terkait oleh irama, matra dan rima serta penyusunan

larik dan bait.3 Dari pengertian yang dipaparkan oleh para ahli tadi, kita dapat

mengetahui bahwa, puisi adalah bagian dari karya sastra yang mempunyai ciri

khas. Ciri khas dari puisi itu bahasanya disusun menurut irama, matra, dan rima,

sehingga membentuk sajak, larik dan bait-bait. Pengunaan bahasanya memakai

1 Abdul Rozak Zaidan, Anita K Puspita dan Haniah, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1994), h. 181. 2 Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 20.

3 Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: UI Press, 1990), h. 64.

Page 21: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

2

beberapa gaya bahasa dan kiasan yang berbeda dengan pemakaian bahasa pada

umumnya.

Ciri khas puisi yang telah diungkapkan di atas sudah umum banyak

diketahui orang dan lama-kelamaan nampaknya ciri khas puisi tersebut

membentuk sebuah aturan yang baku dalam membuat puisi. Maka ketika

seseorang membuat atau menulis puisi tanpa adanya ciri khas tersebut maka

pembacanya tidak akan menganggap itu sebuah karya puisi. Aturan itulah disebut

konvensi, yakni suatu kesepakatan yang sudah diterima orang banyak atau

masyarakat pada umumnya yang menjadi sebuah tradisi secara terus-menerus dari

waktu ke waktu.4

Puisi juga mempunyai unsur yang lainnya yaitu puisi harus mempunyai

nila yang membangkitkan atau menggugah pembacanya. Seperti arti puisi yang

dipaparkan di atas yaitu puisi memiliki arti membangun, menimbulkan, dan

menyebabkan. Hal serupa dipaparkan juga oleh Horatius, “Puisi itu harus indah

dan menghibur serta disaat yang bersamaan puisi juga harus berguna dan

mengajarkan sesuatu.”5 Maka tak heran puisi memiliki pengagumnya sendiri dari

berbagai kalangan masyarakat.

Permasalahannya adalah puisi yang ditulis bukan berbahasa sumber atau

bahasa ibu dari kalangan pembacanya. Hal ini disebabkan dari perkembangan

kegiatan penerjemahan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga dan juga

penerbitan-penerbitan buku di berbagai negara. Misalkan satu penerbitan di

4 Melani Budianta, Ida Sundari Husen, dkk. Membaca Sastra (Pengantar Memahami

Sastra untuk Perguruan Tinggi), (Magelang: Indonesia Tera, 2003), h. 15. 5 Melani Budianta, Ida Sundari Husen, dkk. Membaca Sastra (Pengantar Memahami

Sastra untuk Perguruan Tinggi), (Magelang: Indonesia Tera, 2003), h. 39-40.

Page 22: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

3

Indonesia mengambil beberapa buku yang berasal dari negara lain yang berbahasa

asing, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan serta

diedarkan ke masyarakat umum. Bagi masyarakat yang mempunyai buku aslinya

dan mengerti bahasa buku aslinya (buku sumbernya) itu tidak menjadi masalah,

ketika ada kesalahan penerjemahan ia langsung bisa mengoreksinya. Namun,

menjadi masalah bagi masyarakat umum yang tidak mengetahui buku aslinya atau

tidak menguasai bahasa pada buku aslinya ketika ada masalah penerjemahan ia

akan terima saja karena ketidaktahuannya.

Contoh kasus pada puisi karya Charil Anwar yang berjudul Huesca siapa

yang tahu puisi tersebut merupakan puisi terjemahan dari puisi yang berjudul

Poem Mungkin yang mengetahuinya hanyalah orang-orang yang memahami dan

memiliki naskah asli dari puisi tersebut. Maksudnya memahami adalah orang

yang memahami seluk beluk gramatika bahasa sumber dan bahasa sasarannya.6

Tentunya setiap penerjemahan memiliki masalah karena perbedaan antara

bahasa sumber (bahasa asing) dan bahasa sasaran (bahasa ibu) selalu membayangi

proses penerjemahan, disebabkan tidak ada dua bahasa yang sama. Setiap bahasa

pasti memiliki sistem dan strukturnya sendiri yang khas untuk diri bahasa

tersebut. Dan belum lagi budaya yang berbeda yang melekat pada bahasa itu

sendiri. Jadi tidak ada terjemahan yang sempurna. Dan tidak ada terjemahan yang

tidak memiliki masalah.7

6 Sugeng Hariyanto, "Pengkhianatan Demi Kesetiaan: Upaya Masuk Akal Untuk

Mencapai Terjemahan Puisi Ideal". (Malang: Jurnal Linguistik Terapan. Nomor 1. Volume 2,

Politeknik Negeri Malang, 2012), h. 3-5. 7 Beny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 14,26

dan 40.

Page 23: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

4

Lebih parah lagi ketika menerjemahkan karya sastra. Penerjemah akan

banyak menemukan masalah atau problema ketika menerjemahkan karya sastra.

Gifford dalam Hariyanto, berpendapat bahwa terjemahan sastra diumpamakan

sebagai reproduksi hitam putih dari lukisan cat minyak yang berwarna. Lebih

jauh, karya terjemahan menurutnya tidak akan dapat menandingi kehalusan dan

kelengkapan imajinasi penulis bahasa sumber atau penulis aslinya. Setiap upaya

penerjemahan adalah sebuah upaya pemiskinan, dan taraf pemiskinan ini pada

taraf yang tertinggi pada penerjemahan puisi. Sedangkan orang-orang Prancis

berpendapat bahwa terjemahan karya sastra dianggap trahison creatice yang

artinya ia menganggap bahwa penerjemahan karya sastra (puisi) itu dianggap

pengkhianatan yang kreatif.8

Mengapa penerjemahan karya sastra khususnya puisi banyak

menimbulkan polemik. Sebabnya adalah karena puisi merupakan karya sastra

yang unik, pemakaian bahasanyapun sangat unik, tidak memakai bahasa pada

umumnya seperti yang telah dipaparkan di atas tadi. Maka penerjemahan karya

sastra (puisi) menuai beberapa problema diantaranya problema pengkhianatan

pada teks yang telah disinggung di atas tadi. Maka dari itu peneliti mengambil

fokus penerjemahan karya sastra sebagai pengkhianatan teks, kemudian peneliti

mengambil puisi-puisi Rābi‟ah al- Adawiyyah dalam buku Rabī‟ah al-

„Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- illāḥī yang diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia oleh Yunan Askaruzzaman sebagai objek penelitiannya. Maka dari situ

8 Sugeng Hariyanto, "Pengkhianatan Demi Kesetiaan: Upaya Masuk Akal Untuk

Mencapai Terjemahan Puisi Ideal". (Malang: Jurnal Linguistik Terapan. Nomor 1. Volume 2,

Politeknik Negeri Malang, 2012), h. 2.

Page 24: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

5

peneliti membuat judul Puisi-Puisi Rābi‟ah al-„Adawiyyah: Studi Penerjemahan

Sastra (Puisi) Sebagai “Pengkhianatan” Teks.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah peneliti paparkan di atas,

maka peneliti memilih puisi karangan Rabī‟ah al-‟Adawiyyah sebagai objek

kajian penelitian. Peneliti menemukan kasus penerjemahan puisi sebagai

pengkhianatan atas teks bahasa sumber (bsu) dalam terjemahan puisi Rabī‟ah al-

‟Adawiyyah yang diterjemahkan oleh Yunan Azkaruzzaman dalam buku yang

berjudul; Rabī‟ah al- „Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- illāḥī, bahan yang

digunakan peneliti sebagai sampel adalah semua puisi-puisi Rabī‟ah yang ada di

dalam buku Rabī‟ah al- „Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- illāḥī dalam bahasa

sumber (bahasa Arab) dan bahasa sasaran (bahasa Indonesia) hasil terjemahannya.

Setelah itu, peneliti merumuskan masalah dengan pertanyaan:

1. Apakah dalam penerjemahan puisi Rabī‟ah al-Adawiyyah terdapat

pengkhianatan teks?

2. Bagaimana bentuk pengkhianatan teks dalam puisi Rabī‟ah al-

Adawiyyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tentang pengkhianatan teks dan jenisnya dalam penerjemahan

puisi

Page 25: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

6

2. Mengetahui tips untuk menghindari pengkhianatan teks yang dapat merusak

atau mengubah maksud atau isi teks sumber atau kesalahan menerjemah

dalam menerjemahkan puisi Arab Indonesia

D. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti meninjau buku-buku (kepustakaan), penelitian yang berkaitan

dengan judul semacam ini umumnya sudah diteliti. Diantaranya:

1. Rahmat Darmawan Angkatan 2007, ia menganalisis diksi dan konstruksi

kalimat dalam terjemahan syair kitab Ta‟lim al-Muta‟allim

2. Sugeng Harianto dalam Jurnal Linguistik Terapan Politeknik Negeri

Malang 2012, penelitiannya ia beri judul, “Pengkhianatan Demi Kesetiaan:

Upaya Masuk Akal Untuk Mencapai Terjemahan Puisi Ideal.” Ia

menganalisis berbagai hasil terjemahan puisi. Salah satunya puisi Chairil

Anwar yang merupakan hasil terjemahan dari bahasa Inggris.

Perbedaan penelitian yang sudah dilakukan oleh kedua peneliti di atas dengan

peneliti, terdapat pada objek kajian, fokus masalah atau korpus kajian yang diteliti

pada penelitian kali ini.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9 Dengan kata lain, penelitian

kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang terkait dengan

9 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta, Arruz Media, 2011), h. 30.

Page 26: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

7

masalah yang akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan dengan

angka-angka.10

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti sebagai bahan utama dalam

penelitian skripsi ini adalah puisi Rabī‟ah al-Adawiyah yang terdapat pada buku

Rabī‟ah al- „Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- illāḥī yang ditulis oleh Dr.

Ma`mun Gharîb. Buku tersebut diterjemahkan secara keseluruhan oleh

penerjemah Yunan Azkaruzzaman yang diterbitkan oleh penerbit Zaman pada

tahun 2012 M.

3. Teknik Pengumpulan

Proses pengumpulan data dilakukan dengan berbagai macam cara

diantaranya mengumpulkan data-data dari data primer yang berasal dari sumber

data yakni puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah dalam bahasa sumber pada buku Rābi‟ah

al- „Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- illāḥī. Peneliti membaca dan memilih

puisi-puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah dalam bahasa sumber dan terjemahannya.

Kemudian didukug dengan data sekunder yakni mewawancari penerjemah.

4. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan cara menganalisis puisi-puisi Rābi‟ah al-

Adawiyyah dalam bahasa sumber dan terjemahannya. Pada proses analisi data ini,

peneliti menggunakan teori puisi yang diterapkan pada bahasa sumber dan bahasa

sasaran untuk mengetahui atau mengindikasi ada tidaknya kasus pengkhianatan

teks dalam terjemahan puisi tersebut. Peneliti juga menggunakan teori

10

Mahsun, Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Grafindo, 2013), h. 79.

Page 27: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

8

penerjemahan untuk mengetahui metode penerjemahan yang diterapkan

penerjemah dalam menerjemahkan puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah.

F. Sistematika Penulisan

Pada penulisan skripsi ini, peneliti menyajikannya dalam lima bab, guna

untuk mendapatkan hasil yang komprehensif dalam pembahasannya, dan peneliti

mengikuti panduan sistematika penulisan skripsi yang distandarkan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam buku Pedoman dan Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA. Berikut adalah sistematika penulisan yang

peneliti paparkan:

Bab I Pendahuluan. Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Teori Sastra (Puisi) dan Teori Penerjemahan. Bab ini menjelaskan

tentang teori sastra terutama puisi dan penerjemahan karya sastra berupa puisi

yang dikemukakan oleh beberapa pakar.

Bab III Gambaran Umum. Bab ini membahas tentang biografi, serta karya-

karya penulis puisi dan penerjemah. Bab ini merupakan pendalaman untuk

mengenal penulis puisi dan penerjemah.

Bab IV Analisis. Bab ini membahas proses dan hasil analisis terjemahan

puisi Rabī‟ah al- „Adawiyyah yang diambil dari kitab aslinya berjudul; Rabī‟ah

al- „Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- illāḥī. Bab ini merupakan puncak dari

bab-bab sebelumnya.

Page 28: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

9

Bab V Penutup. Bab ini merupakan kesimpulan dari semua pembahasan

yang telah peneliti deskripsikan, serta sedikit saran yang akan peneliti sampaikan

sebagai informasi tambahan untuk penerjemah dan mahasiswa tarjamah.

Page 29: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

10

BAB II

TEORI SASTRA (PUISI) DAN PENERJEMAHAN

Ilmu sastra menunjukkan keistimewaan, barangkali juga keanehan yang

mungkin tidak dapat kita lihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lain. Sampai

sekarang belum ada seorang pun yang berhasil memberi jawaban yang jelas atas

pertanyaan pertama dan paling hakiki, yang mau tak mau harus diajukan oleh

ilmu sastra: apakah sastra itu?

Para ahli telah melakukan banyak penelitian untuk menemukan jawaban

hakiki dari sastra itu sendiri. Akan tetapi, tetap juga belum berhasil ditemukan.

Berbagai pendekatan sudah dilakukan, hasilnya tetap tidak bisa memberi batasan.

Batasan manapun juga yang pernah diberikan oleh para ahli ternyata diserang,

ditentang, diasingkan, atau terbukti tak kesampaian karena hanya menekankan

satu atau beberapa aspek saja, atau hanya berlaku untuk sastra tertentu.11

Dalam beberapa bahasa, kata sastra dikatakan sebagai literature (Inggris),

literature (Jerman), literature (Francis). Semua kata itu berasal dari bahasa

Yunani yaitu litteratura. Artinya „huruf‟ atau „tulisan.‟ Awalnya kata itu

digunakan untuk tata bahasa dan puisi. Sebagai bahan perbandingan, kata sastra

dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta.12

Akar katanya sās- yang

mempunyai arti petunjuk, mengarahkan, mengajar. Akhiran –tra biasanya

menunjukkan alat, sarana. Oleh karena itu, sastra dapat diartikan alat untuk

mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Sedangkan kata

11 A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya,

1984). h.21 12

KBBI edisi 2008, h. 1265.

Page 30: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

11

susastra adalah kata ciptaan Jawa dan Melayu. Kata itu mengandung arti pustaka,

buku atau naskah.13

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata sastra dituliskan

sebagai (1) bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan

bahasa sehari-hari); (2) kesusastraan; (3) kitab suci Hindu; kitab ilmu

pengetahuan; (4) kl pustaka; primbon (berisi ramalan, hitungan, dsb; (5) kl tulisan;

huruf.14

Salah satu bagian dari sastra adalah puisi. Hal ini dikemukakkan oleh

Abdul Rozak Z, Anita K Puspita dan Haniah dalam bukunya yaitu Kamus Istilah

Sastra, umumnya sastra berupa teks rekaan baik puisi maupun prosa yang

nilainya tergantung pada kedalaman pikiran dan kedalaman jiwa.15

Banyak

pengertian puisi yang telah dipaparkan oleh para pakar sastra. Pengertian yang

dibuat mereka itu biasanya berhubungan dengan etimologi puisi, struktur fisik

puisi, struktur batin puisi.

Struktur fisik puisi, dan struktur batin puisi yang disebutkan di atas,

semuanya adalah ciri atau karakteristik dari sebuah puisi sebagai karya sastra.

Pada bab ini nantinya akan dibahas mengenai puisi, mulai dari pengertian atau

definisi hingga karakteristik atau ciri khas puisi.

A. Teori Puisi

Kehidupan sehari-hari kaya dengan berbagai ekspresi puitis yang tidak

secara langsung berkaitan dengan kegiatan berpuisi. Seperti sebuah lirik lagu

13

Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 2. 14

KBBI edisi 2008, h. 1272. 15

Abdul Rozak Zaidan, Anita K Puspita dan Haniah, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1994), h. 181

Page 31: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

12

“Kupu-kupu Kertas” karya Ebiet G. Ade, misalnya, memuat larik-larik yang

mengatakan: Setiap waktu engkau tersenyum| sudut matamu memancarkan rasa|

keresahan yang terbenam| kerinduan yang tertahan duka dalam| yang tersembunyi

jauh di lubuk kata-katamu| riuh mengalir bagai gerimis. Ada bermacam-macam

unsur puitis yang membuat lirik lagu ini terdengar seperti sebuah syair, dan

suasana yang dibangunnya pun kental dengan kepuitisan.

Ekspresi puitis lazim terdapat pula pada medium-medium verbal lainnya,

misalnya surat cinta. Ingat pernyataan “cinta ditolak dukun bertindak,”

mengandalkan pada kesebangunan jumlah suku kata dan rima akhir. Atau

ungkapan gombal “cintaku padamu sedalam lautan setinggi gunung,” yang

menggunakan perbandingan langsung antara cinta dan lautan serta gunung.16

Lalu

bagaimanakah pengertian dari puisi itu sendiri?

1. Definisi Puisi

Puisi berasal dari kata poet bahasa Yunani yang memiliki arti „membuat‟

atau „menciptakan‟. Di Inggris kata poet disebut maker. Dalam bahasa Yunani

poet berarti „orang yang menciptakan melalui imajinasinya,‟ orang yang

hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka kepada dewa-

dewa.17

Panuti Sudjiman dalam Kamus Istilah Sastra menguraikan bahwa puisi

adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra dan rima serta

penyusunannya larik dan bait.18

16

Melani Budianta, Ida Sundari Husen, dkk. Membaca Sastra (Pengantar Memahami

Sastra untuk Perguruan Tinggi), (Magelang: Indonesia Tera, 2003), h. 13-15. 17

Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 10. 18

Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: UI Press, 1990), h. 64.

Page 32: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

13

Sedangkan Abdul Rozak Zaidah, dkk, dalam Kamus Istilah Sastra-nya,

mengatakan bahwa puisi itu; (1) ragam sastra yang bahasanya terikat oleh

rima dan tatapuitika yang lain; (2) gubahan dalam bahasa yang bentuknya

dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran akan

pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi,

irama, dan makna khusus; (3) sajak.19

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah (1) ragam sastra

yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan

bait; (2) gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara

cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan

membagkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna

khusus; (3) sajak.20

Sedangkan dalam khasanah sastra Arab, puisi atau syi‟ir dalam bahasa

Arab memliki beberapa definisi sebagai berikut:

a. Menurut Khatibul Umam syi‟ir ialah kalimat berbahasa Arab yang disusun

dengan wazan Arab.21

b. Menurut Ali Badri, syi‟ir adalah kalam yang dibuat secara sengaja dengan

menggunakan pola tertentu berdasarkan pada wazan Arab.22

Setelah mengalami perkembangan definisi tersebut ditambahkan dengan aspek

lainnya yang turut mempengaruhi puisi atau syi‟ir tersebut, seperti:

19

Abdul Rozak Zaidan, Anita K Puspita dan Haniah, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1994), h. 159. 20

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 1112. 21

Khatibul Umam, al-Muyasir fī „ilmi al-„Arūḍ, (Jakarta: PT. Hikmah Syahid Indah,

1992), h.8. 22

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 53.

Page 33: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

14

Definisi syi‟ir menurut Ahmad Asy-Syāyib, syi‟ir atau puisi Arab adalah

ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau baḥr (mengikuti prosodi atau

ritme gaya lama) dan qāfiyah (rima akhir atau kesesuaiaan akhir baris/saṭr)

serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding

prosa.

Definisi puisi Arab yang lain dikemukakan juga oleh Muhammad al-

Kuttānā dengan mengutip pendapat Al-„Aqqād, yaitu ekspresi bahasa yang

indah lahir dari gejolak jiwa yang benar. Walaupun definisi ini telah

mengakomodasi puisi bebas, definisi ini terlalu luas, yang dimungkinkan

prosa sastra tertentu seperti karya Jībran Khalīl Jibrān (Khalil Gibran) masuk

kategori puisi. Karena itu, sangat baik, jika ditambah dengan penjelasan „yang

enjambemen‟ (sambung menyambungnya baris atau larik) disusun sesuai

dengan konvensi puisi, baik puisi tradisional maupun bebas.23

Dari berbagai definisi puisi di atas, baik definisi puisi secara umum

maupun definisi secara spesifikasi untuk syi‟ir (puisi Arab), diketahui bahwa

kebanyakan dari definisi yang telah dipaparkan membahas unsur-unsur

pembangun puisi dari segi bentuk dan isi, sehingga puisi itu menjadi sebuah

karya sastra. Namun, perlu diketahui juga bahwa puisi Indonesia dan syi‟ir

(puisi Arab) mempunyai berbagai jenisnya.

23

Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2012), h. 10 dan 11.

Page 34: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

15

2. Jenis Syi‟ir (Puisi Arab)

Syi‟ir dari unsur bentuk terbagi menjadi beberapa bagian jenis atau

macamnya diantaranya, puisi tradisional, puisi mursal, puisi muwasysyaḥāt,

dan puisi bebas (ḥurr).24

a. Puisi Tradisional Arab (Syi‟ir Lāzim)

Puisi tradisional dalam literatur Arab sering disebut dengan puisi klasik

(qadīm), atau sering juga disebut puisi lāzim/multazim (biasa/konvesional,

atau terikat aturan lama). Puisi ini adalah puisi Arab yang terikat

prosodi/matra gaya lama atau arūḍ (wazan/baḥr) dan qāfiyah, yang secara

enjambemen (susunan baris)-nya umumnya dalam bentuk qasīdah (dua baris

sejajar).

„Arūḍ adalah ilmu yang membahas benar tidaknya baḥr (wazan) dan

perubahan (varian)-nya yang dipakai dalam suatu syi‟ir. Sedangkan baḥr

adalah prosodi atau ritma/matra gaya lama yang jumlahnya banyak.

Sedangkan qāfiyah adalah kesesuaian akhir baris dalam setiap bait syi‟ir

(puisi).25

b. Puisi Bebas Arab (Syi‟ir Ḥurr)

„Asy-syi‟r al-ḥurr (puisi bebas) adalah puisi yang tidak terikat

prosodi/matra gaya lama atau arūd (wazan/baḥr) dan qāfiyah, yang secara

bentuk terkadang mendekati gaya prosa sastra dan susunan barisnya tidak

dalam bentuk qasīdah (dua baris sejajar), tetapi tersusun ke bawah.

24

Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2012), h. 12 25

Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2012), h.13.

Page 35: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

16

Seperti yang telah dipaparkan di atas tadi, bahwa puisi bebas ini tidak

terikat oleh arūd dan qāfiyah melainkan mendekati prosa, maka dalam sastra

Arab, as-syi‟r al-ḥurr acapkali disebut juga dengan sebutan al-qasīdah an-

nasariyyah (sajak keprosa-prosaan), as-syi‟r al-mansūr (puisi yang

diprosakan) dan an-nasar as-syi‟ri (prosa liris).26

Secara umum puisi bebas

(as-syi‟r al-ḥurr) ini terbagi menjadi tiga:

1. Puisi yang menggunakan satu baḥr tertentu dalam satu baris (saṭr)-nya

sementara dalam baris (saṭr) berikutnya menggunakan baḥr lain.

Maksud dari bagian pertama ini adalah as-syi‟r al-ḥurr (puisi bebas)

tidaklah bebas secara keseluruhan dari „arūd. Puisi bebas dalam

pengertian ini adalah puisi adalah puisi Arab yang tidak lagi terikat

qāfiyah dan tidak terikat hanya oleh satu baḥr dalam satu puisi yang

dibuat.

2. Puisi yang menggunakan satu taf‟ilah (kaki sajak), berdasarkan jenis

baḥr tertentu yang memiliki hanya satu taf‟ilah, yaitu baḥr kāmil, ramal,

hazaj, rajaz, mutaqārib, khafīf, dan wāfir.

As-syi‟r al-ḥurr (puisi bebas) model ketiga ini persis sama dengan puisi

modern Indonesia. Puisi yang terbebas dari ikatan qāfiyah, satu baḥr dan

taf‟ilah dalam setiap baitnya. Menurut Khalil Jibrân, hal yang terpenting

dalam puisi ini adalah mampu untuk menggugah rasa.

c. Puisi (Syi‟ir) Mursal dan Muwasysyaḥāt

As-syi‟ir al-mursal (puisi lepas) muncul dibawakan oleh Abū al-Athāhiyah

ini pada awal periode Abbasiyah. Dalam as-syi‟ir al-mursal, antara qāfiyah

26

Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2012), h. 16-19.

Page 36: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

17

yang satu dalam satu baris atau saṭr dengan yang lainnya dalam baris

berikutnya berbeda.

Adapun puisi muwasysyaḥāt ialah puisi yang menggabungkan model

qaṣīdah (baris pertama dan kedua disimpan sejajar) dan terkadang modelnya

mirip rubā‟iyyah (puisi empat baris yang antar barisnya tidak sejajar) tetapi

dengan tiga baris tersusun ke bawah pada bagian selanjutnya. Jenis puisi ini

dibuat biasanya untuk dinyanyikan, antara bait bagian awal dengan bagian

berikutnya berbeda baḥr (wazan), dikembangkan dari baḥr rajaz.

Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan lahirnya jenis puisi bebas

Arab. Paling tidak ada dua hal yang melatari kemunculannya; pertama,

kecendrungan romantis dan realis puisi Arab modern yang mendorong agar

puisi yang dicipta lebih berbobot, karena menyahuti lirik individual dan sosial,

dan juga mengandung gagasan filosofis dan simbolik; kedua, kecendrungan

para penyair modern Arab untuk memegang teguh prinsip kebebasan berkarya

bagi penyair.27

3. Unsur Pembangun Syi‟ir (Puisi Arab)

Unsur-unsur pembangun syi‟ir baik dari segi bentuk da nisi menjadikan

ciri khas tersendiri bagi syi‟ir Arab.28

Unsur-unsur pembangun inilah yang

membedakn jenis-jenis syi‟ir Arab yang sebagaimana telah dipaparkan pada

pembahasan di atas, terutama unsur pembangun syi‟ir dari segi bentuk.

a. Unsur Pembangun Syi‟ir dari Segi Bentuk

27

Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2012), h. 19. Para penyair puisi bebas Arab yang mengunakan aliran

romantis dan realistis mereka dpengaruhi oleh aliran romantis dan realis dari Inggris dan Prancis. 28

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h.54.

Page 37: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

18

Unsur-unsur yang membangun syi‟ir Arab dari segi bentuk itu ada

dua, yaitu wazan dan qāfiyah. Penyebutan istilah wazan dan qāfiyah dalam

bahasa Inggris dikenal dengan istilah rhyme dan metre, dalam bahasa

Indonesia dikenal dengan istilah rima dan matra.29

Lalu apa yang

dimaksud dengan wazan dan qāfiyah tersebut.

1. Wazan

Wazan dalam syi‟ir (puisi Arab) yaitu kumpulan taf‟ilah yang

terdapat pada bait syi‟ir yang telah ditentukan oleh kaidah-kaidah

ilmu „arūḍ. Wazan dinamakan juga baḥr.30

Adapun „Arūḍ yaitu ilmu yang membahas uṣūl untuk mengetahui

benar tidaknya wazan pada syi‟ir dan yang merusak syi‟ir, karena

ziḥāf dan i‟ilal.31

Adapun wazan atau baḥr yang sering digunakan

sebagai berikut:

البحر وزن البحر

بسيط فاعلن مستفعلن فاعلنمستفعلن

رجز مستفعلن مستفعلن مستفعلن

سريع مستفعلن مستفعلن فاعلن

رمل فاعال تن فاعال تن فاعال تن

خفيف فاعال تن مستفعلن فاعال تن

29

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 55. 30

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 55. 31

Khatibul Umam, al-Muyasir fī „ilmi al-„Arūḍ, (Jakarta: PT. Hikmah Syahid Indah,

1992), h.4.

Page 38: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

19

مديد فاعال تن فاعلن فاعال تن

متدارك فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن

طويل فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن

متقارب فعولن فعولن فعولنفعولن

وافر مفاعلتن مفاعلتن فعولن

هزج مفاعيلن مفاعيلن

كامل متفاعلن متفاعلن متفاعلن

Tabel baḥr al-„Arūḍiyyah32

2. Qāfiyah

Adapun yang dimaksud qāfiyah dalam puisi (syi‟ir) Arab adalah

lafaz terakhir pada bait syi‟ir, yang dihitung dari huruf akhir bait

sampai dengan huruf hidup sebelum huruf mati yang ada di antara

keduanya. Atau juga kesesuaian akhir baris dalam setiap bait puisi.

b. Unsur Pembangun Syi‟ir dari Segi Isi

Sama halnya dengan puisi Indonesia atau puisi pada umumnya,

syi‟ir (puisi Arab) memiliki unsur dari segi isi atau batin yaitu; tema/al-

graḍ asy-syi‟rī (sense), perasaan (feeling), nada dan suasana (tone), serta

pesan (intention).33

Secara isi, syi‟ir (puisi Arab) terbagi tiga bagian besar: pertama,

puisi epik (qiṣaṣī) yang bersifat objektif (mauḍû‟i), yaitu puisi yang berisi

32

Khatibul Umam, al-Muyasir fī „ilmi al-„Arūḍ, (Jakarta: PT. Hikmah Syahid Indah,

1992), h.18. 33

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 18.

Page 39: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

20

sebuah cerita panjang hingga beribu-ribu bait. Jenis puisi ini terbagi ke

dalam tiga bagian: epos/al-malḥamah (cerita panjang seperti Illias dan

Odisee dalam tradisi Yunani); fabel (cerita tentang kehidupan binatang);

dan balada/sya‟bi (cerita rakyat yang mengharukan). Jenis puisi ini dalam

sastra Arab kurang dikenal. Namun, menurut „Izzudin Ismail dengan

mengutip sebagian pengkaji sastra, dalam sastra Arab yang hampir mirip

dengan model puisi ini adalah puisi Sa`ālīk pada periode Jahiliyah (pra-

Islam), puisi Huzail, dan puisi „Umar bin Abī Rabī‟ah. Kedua, puisi lirik

(gināi) yang bersifat subjektif (zātī), yaitu puisi yang berisi perasaan,

pikiran dan sikap penyair. Dalam sepanjang sejarah sastra Arab, puisi jenis

ini adalah puisi yang paling dikenal dan merupakan bentuk puisi yang

menjadi kekayaan yang melimpah yang dimiliki khazanah sastra Arab.

Ada banyak puisi Arab yang masuk kategori jenis puisi ini. Di antaranya

adalah puisi elegi (risā) yang berisi tentang ratapan kematian; puisi madḥ

(puisi pujian seperti pujian kepada Tuhan [hymne] terhadap pahlawan

[ode/oda] dan kekasih yang dicinta [gazal]; epigram (ta‟līmī) berisi ajaran

kehidupan; satir (ejekan pedas/kritik) dalam khazanah puisi (syi‟ir) Arab

disebut hijā. Ketiga, puisi dramtik (tamsīlī) puisi yang dibuat untuk sebuah

drama yang panjangnya terbatas, tidak sepanjang puisi epik. Seperti

Majnûn Lailā masuk ke dalam katagori terakhir ini.34

4. Puisi Indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai berbagai macam teks,

mulai dari teks berita yang ada di koran atau teks yang berisi info-info tertentu

34

Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2012), h.15-16.

Page 40: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

21

yang ada dalam sebuah majalah, atau juga teks yang terdapat dalam buku-

buku pelajaran atau buku cerita dan masih banyak yang lainnya. Terkadang

juga kita sering menjumpai ungkapan atau teks yang mengandung ciri-ciri

puisi. Lalu bagaimana kita mengetahui sebuah teks itu puisi atau bukan?

Sebagai contoh penyair Williams Carlos William tinggal serumah dengan

seorang temannya yang menyimpan beberapa buah persik di lemari es untuk

sarapan. Ketika temannya bangun kesiangan ia menemukan suatau catatan

kecil yang tertempel di lemari esnya;

Sekedar bilang

Bahwa saya terlanjur makan

Buah persik

Dalam kulkas

Yang mungkin sengaja

Kau sisihkan

Buat sarapan

Maafkan aku

Rasanya renyah

Begitu manis

Begitu dingin

Page 41: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

22

(William Carlos Williams, alih bahasa: Melani Budianta)

Menurut Anda, catatan itu sebuah puisi atau hanya sebuah pesan biasa

yang ditulis William untuk temanya? Mungkin kita tidak perlu menanyakan

hal itu kalau Anda belum tahu bahwa William seorang penyair terkenal, dan

seandainya tulisan itu disusun seperti ini:

Tomi yang baik,

Sekedar bilang bahwa saya terlanjur makan buah persik dalam kulkas yang

mungkin sengaja kau sisihkan buat sarapan. Maafkan aku, begitu manis,

begitu dingin.

Williams

Apa perbedaan teks pertama dan teks kedua? Ketika membaca teks kedua,

kita langsung mengatakan bahwa tulisan itu sebuah pesan karena ada nama

orang yang dituju dan ada nama pengirimnya. Selain itu, pesan tersebut ditulis

dalam bentuk kalimat biasa, sedangkan teks pertama bisa dianggap puisi.

Mengapa begitu? Karena, pertama ada judul yang ditulis terpisah dan dicetak

miring. Kemudian, tulisan itu dibagi menjadi tiga bait, yang masing-masing

ditulis dalam baris-baris pendek.

Siapa yang menetapkan aturan bahwa surat selalu diawali dengan nama

orang yang kita kirimi surat dan diakhiri dengan nama pengirim? Atau,

bahwa puisi ditulis dalam bait dan baris? Aturan itu disebut konvensi, yakni

suatu kesepakatan yang sudah diterima orang banyak dan sudah menjadi

tradisi. Hal seperti itu berarti sebuah karya sastra berkaitan dengan konvensi.

Page 42: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

23

Jadi apabila Anda mau menulis sebuah karya sastra berbentuk puisi, Anda

harus tahu bagaimana menulisnya.35

Oleh karena itu, puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra mempunyai

karakteristik. Secara garis besar ada dua unsur pembangun puisi, yaitu unsur

fisik dan unsur batin. Adapun yang dimaksud dengan unsur fisik yaitu unsur

estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Herman J. Waluyo

berpendapat bahwa, yang termasuk unsur-unsur fisik sebuah puisi, yaitu;

diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa piguratif (majas), ferifikasi dan tata

wajah puisi.

Bila struktur puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang

hendak disampaikan oleh penyair, maka struktur batin puisi adalah makna

yang terdapat dalam puisi itu sendiri.J. Waluyo menyebutnya dengan hakikat

puisi dan hakikat puisi itu terdiri dari empat unsur, yaitu; tema36

(sense),

perasaan penyair37

(feeling), nada dan suasana (tone), serta pesan (intention).38

5. Unsur Pembangun Puisi Indonesia

a. Unsur Pembangun Puisi Indonesia dari Segi Bentuk

Pada pembahasan definisi puisi telah dijelaskan menurut KBBI

bahwa puisi ialah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,

35

Melani Budianta, Ida Sundari Husen, dkk. Membaca Sastra (Pengantar Memahami

Sastra untuk Perguruan Tinggi), (Magelang: Indonesia Tera, 2003), h. 13-15. 36

Tema adalah gagasan, ide, ataupun pokok pikiran di dalam karya sastra yang terungkap

ataupun tidak. Lih. Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam

Syair-Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 18. 37

Lebih dikenal dengan istilah makna emotif, yaitu makna kata atau frase yang ditautkan

dengan perasaan dan ditentukan dengan perasaan. Lih. Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab

Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding),

(Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 18. Lih. Juga Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Sastra,

(Jakarta: UI Press, 1990), h. 50. 38

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 17-18.

Page 43: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

24

matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.39

Jadi unsur

pembangun puisi Indonesia dari segi bentuk yaitu irama, matra,

rima, larik dan bait.

1. Irama

Irama adalah gerakan berturut-turut secara teratur; turun naik

lagu (bunyi dsb) yang beraturan. Irama punya istilah lain yaitu

ritme; alunan yang terjadi dalam perulangan dan pergantian

kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi, keras lembut

tekanan, dan tinggi rendah nada (dalam puisi).40

2. Matra

Matra atau disebut juga dengan meter adalah unsur irama yang

berpola tetap dan yang perwujudannya dapat berupa

pertentangan yang berseling-seling antara suku yang panjang

dan pendek, suku yang bernada tinggi dan rendah, atau suku

yang beraksen dan tidak.41

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, matra adalah bagan yang dipakai dalam penyusunan

baris sajak yang berhubungan dengan jumlah, panjang, atau

tekanan suku kata.42

3. Rima

39

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008), edisi ke-empat, h. 1112. 40

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008), edisi ke-empat, h. 547. 41

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 20. 42

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-4, h. 1174.

Page 44: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

25

Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam

larik sajak maupun pada akhir larik sebuah sajak yang

berdekatan.Rima selain sebagai aksesoris puisi, ia juga

berfungsi untuk menyenangkan indera pendengar, ikut

membangun bait, serta ikut membentuk sajak.43

Di dalam puisi ada beberapa macam rima, diantaranya seperti;

rima akhir44

, rima berpeluk45

, rima dalam46

, rima ganda47

, dan

rima tengah48

.

4. Larik

Larik adalah baris sajak yang dicirikan oleh irama atau matra.

5. Bait

Bait adalah rangkaian sejumlah larik yang terkadang diikat oleh

aturan panjang, matra, atau bagan rima, yang merupakan

bagian dari sajak.

b. Unsur Pembangun Puisi Indonesia dari Segi Batin

Struktur batin puisi adalah makna yang terdapat dalam puisi itu

sendiri. Waluyo menyebutnya dengan hakikat puisi dan hakikat

puisi itu terdiri dari empat unsur, yaitu; tema49

(sense), perasaan

43

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 21. 44

Rima yang terdapat pada akhir larik sebuah sajak. 45

Rima akhir pada bait berlarik genap, yang larik pertamanya berima dengan larik ketiga

dan larik keduanya berima dengan larik keempat. 46

Rima antara dua kata atau lebih dalam satu larik sajak. 47

Rima yang terdiri atas dua suku kata, tetapi hanya suku kata pertama yang

mendapatkan tekanan. 48

Rima antara suku kata pada posisi yang sama, yang terdapat pada dua kata dalam satu

larik sajak. 49

Tema adalah gagasan, ide, ataupun pokok pikiran di dalam karya sastra yang terungkap

ataupun tidak. Lih. Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam

Syair-Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 18.

Page 45: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

26

penyair50

(feeling), nada dan suasana (tone), serta pesan

(intention). 51

6. Macam-Macam Puisi Indonesia

Sastra Melayu Klasik dianggap sebagai cikal bakal sastra Indonesia

berdasarkan hasil penelusuran sementara bermula pada abad ke-16 Masehi.

Berdasarkan pada fakta-fakta sejarah, terutama karya-karya sastra lama, tidak

dipungkiri lagi bila masuknya agama Islam ke bumi Nusantara ini termasuk

Indonesia yang telah membawa kehidupan baru dalam dunia sastra yang

semula beku dan tertidur. Sastra Nusantara mulai menggeliat bangun, tumbuh

dan berkembang pesat dengan metode baru yang lebih sistematis, gaya bahasa

baru yang lebih indah, gaya imajinasi baru yang inovatif, serta emosi-emosi

baru akibat bertambahnya pola pikir dan pengetahuan.

Ada beberapa jenis sastra Nusantara klasik yang sempat berkembang di

Indonesia sebelum abad 20. Sebagian besarnya adalah jenis dengan kategori

puisi, dan sedikit jenis prosa.52

Diantaranya adalah:

a. Pantun

Pantun termasuk salah satu jenis puisi lama. Setiap baitnya

biasanya terdiri dari empat larik, bersajak ab-ab ataupun aa-aa.

Pantun pada mulanya merupaka sastra lisan namun sekarang

dijumpai juga pantun tertulis.

50

Lebih dikenal dengan istilah makna emotif, yaitu makna kata atau frase yang ditautkan

dengan perasaan dan ditentukan dengan perasaan. Lih. Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab

Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding),

(Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 18. Lih. Juga Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Sastra,

(Jakarta: UI Press, 1990), h. 50. 51

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h. 17-18. 52

Cahya Buana, Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding), (Yogyakarta: mocopatbook, 2008), h.23-48.

Page 46: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

27

b. Karmina

Selain pantun terdapat corak puisi lama yang mirip dengan pantun,

yakni sama-sama memiliki sampiran da nisi, yang disebut dengan

karmina. Karmina dikenal dengan pantun kilat, adalah pantun yang

terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris

kedua adalah isi.

c. Seloka

Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepatah

maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran

bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk

pantun atau sya‟ir.

d. Gurindam

Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari

dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan

satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal,

masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban atau

akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama.

e. Syair

Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang

mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari empat baris,

berirama a-a-a-a, keempat baris tersebut mengandung arti atau

maksud penyair. Adapun bedanya dengan pantun, yaitu apabila

pada syair setiap barisnya mengandung makna, sedangkan pantun

hanya pada dua baris terakhir yang mengandung maksud.

Page 47: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

28

Jenis puisi di atas adalah kategori jenis puisi Indonesia lama yang masih

terikat rima, matra dan irama serta unsur fisik puisi gaya prosodi lama lainnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri menyebutkan beberapa jenis

puisi di antaranya:

1. Puisi Bebas, yaitu puisi yang tidak terikat oleh irama, rima dan

matra, tidak juga terikat oleh jumlah larik pada setap baitnya.

Dalam khasanah syi‟ir (puisi Arab) puisi bebas dikenal dengan

syi‟ir al-ḥūrr.

2. Puisi Lama, yaitu puisi yang masih terikat oleh unsur fisik puisi.

Contoh puisi lama, pantun, seloka, gurindam dan syair.

7. Karakteristik Bahasa Puisi

Bahasa pada puisi adalah bahasa yang sangat khas dan agak berbeda atau

bisa dikatakan istimewa bila dibandingkan penggunaan bahasa sehari-hari.

Anggapan ini tentunya bukan temuan baru dan sudah dari dulu semua orang

mengetahuinya, mulai dari sastrawan, penikmat sastra atau bahkan orang biasa

sekalipun.

Keistimewaan atau kekhasan bahasa pada puisi sudah ditonjolkan sejak

abad kelima, pada saat itu arteṣ (ars adalah kepandaian, teknis ilmiah, sistem

aturan, baru kemudian dalam bahasa Prancis dan Inggris art berkembang

maknanya menjadi „seni‟) dibedakan menjadi dua, masing-masing diberi

nama grammatical dan rhetorica. Grammatical meliputi recte loquendi

scientia (ilmu untuk berbicara secara tepat) dan poetarum enarratio semacam

ilmu sastra. Retorika adalah ars bene dicendi (kepandaain mengatakan sesuatu

secara baik) seperti pandainya orator dalam menyampaikan kata-kata.

Page 48: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

29

Menurut Zumthor yang dikutip dalam Teuuw, retorika itu bercampur baur

dengan konsep itu sendiri, tetapi adakalanya juga puisi digolongkan pula

dalam grammatical menurut Curitius.53

Para sastrawan dan orator sejak zaman dahulu sudah mengunakan ilmu

retorika dengan baik. Karena dengan menguasai retorika yang baik maka, ia

akan menghasilkan bahasa yang baik dan rapi. Sebab itu mereka disebut

orang-orang yang telaten dalam menerapkan ilmu retorika untuk

menghasilkan bahasa yang baik pada pidatonya, begitupun sastrawan untuk

menghasilkan karya yang memiliki nilai sastra tinggi serta nilai estetika yang

baik. Bahasa puisi juga tidak terlepas dari stilistika54

, karena dengan stilistika

kekhasan bahasa pada puisi atau karya sastra yang lainnya dapat terlihat.

Berbicara stilistika (gaya bahasa) yang sering digunakan dalam puisi

diantaranya metafora dan simile. Keduanya sering dipakai oleh para penyair:

a. Metafora

Sebuah ungkapan yang mempunyai makna kiasan dan memberikan

efek kuat tertentu. Misalkan sebuah ungkapan “duhai purnama”

untuk menggambarkan kecantikan atau ketampanan paras

seserong, biasanya sang kekasih dan memberikan efek tertentu

yang kuat. Jadi, metafora bukan menjalaskan kata secara harfiah,

melainkan konsep dari arti kata itu sendiri sehingga, menjadi lebih

mudah dimengerti.

53

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya,

1984), h. 71. 54

Stilistika adalah ilmu tentang penggunaan bahasa atau gaya bahasa yang dipakai dalam

karya sastra, seperti puisi atau prosa. Lih. Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1340.

Page 49: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

30

b. Simile

Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain namun masih

memiliki kesamaan-kesamaan tertentu. Misalkan, ungkapan

“Senyumnya semanis gula” ungkapan tersebut mempunyai makna

“senyumnya manis seperti gula” artinya ungkapan atau kata

“senyum” mempunyai kesamaan dengan “gula” yaitu sama-sama

manis.55

Selain metafora dan simile, gaya bahasa personifikasi juga sering kita

jumpai dalam karya puisi. Personifikasi adalah gaya bahasa yang

menggunakan benda mati seolah-olah bernyawa dan melakukan sesuatu atau

menjadi manusiawi seperti, “rumput yang menari-nari,” rumput adalah benda

mati yang seakan-akan dapat menari layaknya manusia.

Menurut sastrawan Roman Jacobson puisi merupakan karya sastra yang

sangat khas dan tipikal. Menurutnya kekhasan puisi terdapat pada bahasa atau

kata yang dipergunakan dalam sebuah puisi itu sendiri dan dibalik kata yang

dipergunakan pada puisi terdapat pesan yang tersirat. Misalnya sebuah puisi

karya Chairul Anwar berikut:

aku ini binatang jalang

dari kumpulannya terbuang

Kata “aku” di sini tidak seperti dalam bahasa sehari-hari yang menunjukan

kata ganti orang pertama yang merujuk pada penulis atau pengarang puisi ini

yaitu Chairul Anwar, melainkan seseorang yang ke-aku-annya kita jabarkan

atau artikan atas pertimbangan sajak-sajak dalam puisi tersebut. Begitu juga

55

Melani Budianta, Ida Sundari Husen, dkk. Membaca Sastra (Pengantar Memahami

Sastra untuk Perguruan Tinggi), (Magelang: Indonesia Tera, 2003), h. 40-41.

Page 50: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

31

dengan “binatang jalang” yang dipakai secara metafora.56

Maka dari itu ia

memasukkan fungsi puitik bahasa kedalam salah satu dari enam fungsi bahasa

yang lainnya. Teori ini masuk kedalam model semiotik.57

1. Penyimpangan Bahasa Dalam Bahasa Puisi

Penyimpangan bahasa dalam puisi sering menjadi ciri dari suatu

angkatan atau periode sastra. Penyimpangan bahasa itu disebabkan

bahasa puisi khususuya dan bahasa sastra umumnya bersifat tidak

stabil. Setiap angkatan dalam sastra mengubah konvensi sastra sambil

memakai dan menentangnya.58

Geoffrey Leech dalam Waluyo menyebutkan adanya 9 jenis pe-

nyimpangan bahasa yang sering dijumpai dalam puisi. Tidak setiap

puisi memiliki 9 aspek penyimpangan itu, tetapi hanya memiliki salah

satu atau beberapa aspek penyimpangan yang dominan pada jaman

tertentu.59

Lima diantaranya sebagai berikut:

a. Penyimpangan Leksikal

Kata-kata yang digunakan dalam puisi menyimpang dari kata-kata

yang kita pergunakan dalam hidup sehari-hari. Penyair memilih

kata-kata yang sesuai dengan pengucapan jiwanya atau kata-kata

itu disesuaikan dengan tuntutan estetis. Misalnya: mentari, pepintu,

keder, ngloyor, leluka, barwah, dan sebagainya.

56

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya,

1984). h. 73-75. 57

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya,

1984). h. 53-54. 58

A. Teeuw, Membaca dan Menilai Sastra, (Jakarta: Gramedia, 1983). h. 4. 59

Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1991). h. 68.

Page 51: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

32

b. Penyimpangan Semantis

Makna dalam puisi tidak menunjuk pada satu makna, namun

menunjuk pada makna ganda, Makna kata-kata tidak selalu sama

dengan makna dalam bahasa sehari-hari. Juga tidak ada kesatuan

makna konotatif dari penyair satu dengan penyair lainnya. Kata

"sungai" bagi penyair yang berasal dari daerah banjir akan

dikonotasikan dengan bencana, sementara para penangkap ikan dan

penambang akan menyebutnya sebagai sumber penghidupan. Kata

"bulan" dalam puisi Sitor berbeda dengan kata "bulan" dalam puisi

Toto Sudarto Bachtiar.

c. Penyimpangan Fonologis

Untuk kepentingan rima, penyair sering mengadakan

penyimpangan bunyi. Dalam puisi Chairil Anwar "Aku", kata

“perih" diganti dengan “peri". Dalam puisi lamanya, kata

"menggigil" diganti "menggigir"; kata "melayang" diganti dengan

“melayah”, dan sebagainya.

d. Penyimpangan Morfologis

Penyair sering melanggar kaidah morfologis secara sengaja. Dalam

puisi-puisi Rendra kita temui istilah: mungkret, mangkal,

ngangkang, nangis, gerayangi, dan sebagainya, sebagai contoh

penyimpangan morfologis.

e. Penyimpangan Sintaksis

Di depan sudah dijelaskan bahwa kata-kata dalam puisi bukan

membangun kalimat, namun membangun larik-larik. Dapat kita

Page 52: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

33

lihat, bahwa penyair sering alpa menggunakan huruf besar untuk

permulaan kalimatnya dan tanda titik untuk mengakhiri kalimat itu.

Sering pula sulit kita mencari kesatuan manakah yang dapat kita

sebut satu kalimat dalam puisi. Baris-baris puisi tidak harus

membangun kalimat karena makna yang dikemukakan mungkin

jauh lebih luas dari satu kalimat tersebut.

B. Penerjemahan Sastra (Puisi)

1. Definisi Penerjemahan

Kegiatan menerjemahkan sudah berlangsung sejak lama. Bahkan kegiatan

penerjemahan ini membawa kemajuan atau kejayaan umat muslim pada saat

Dinasti Abbasiyah. Konon di kawasan Timur-Tengah, tepatnya di Kota Elba

Kuno, ditemukan kamus tertua yang sudah berumur antara 6.000-10.000

tahun.60

Kamus merupakan salah satu penanda bahwa kegiatan penerjemahan

ini sudah berlangsung.

Dalam bahasa Indonesia kata terjemah diambil dari bahasa Arab تشجوح

yang memiliki arti „menerjemahkan.‟61

Sedangkan menurut KBBI (Kamus

Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti, „menyalin (memindahkan) satu bahasa

ke bahasa yang lain atau mengalihbahasakan.‟62

Namun pada hakikatnya, penerjemahan adalah proses pengalihan pesan

dari bahasa sumber (bsu) ke bahasa sasaran (bsa). Bahasa sumber adalah

bahasa yang digunakan oleh penulis atau penutur bahasa yang akan

60

M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: PT. Remaja

Rosydakarya, 2011). h. 1. 61

Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia, h. 131. 62

KBBI edisi 2008, h. 1509.

Page 53: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

34

diterjemahkan ke bahasa sasaran atau bahasa sasaran. Hal itu serupa dengan

pendapat dari Moeliono dan Nida penerjemhan merupakan kegiatan

mereproduksi amanat atau pesan dengan padanan yang paling dekat dan wajar

di dalam bahasa sasaran atau bahasa penerima.63

2. Metode Penerjemahan Sastra (Puisi)

Terjemahan yang dihasilkan sesungguhnya tidak terlepas dari metode

penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Memilih sebuah metode

penerjemahan ini bersifat umum. Seorang penerjemah menentukan terlebih

dahulu calon pembaca hasil terjemahannya dan/atau akan digunakan apa hasil

terjemahan tersebut.64

Menurut Molina dan Albar, metode penerjemahan

merujuk pada cara tertentu yang digunakan dalam proses penerjemahan

sesuai dengan tujuan penerjemah.65

Oleh karena itu penerjemahan sering

didasari oleh audience design atau need analysis.

Dalam praktiknya, penggunaan metode penerjemahan ini tidak bersifat

simplistis. Seorang penerjemah tidak hanya menggunakan satu metode saja,

misalkan seorang penerjemah tidak hanya menggunakan metode

penerjemahan setia saja pada saat menerjemahkan. Bisa jadi pemilihan metode

saat menerjemahkan terkait dengan norma dan sifat bahasa sumber, fungsi

terjemahan dan juga pembaca dari bahasa sasaran tersebut.

Pada penerjemahan karya sastra (puisi) biasanya ada beberapa metode

penerjemahan yang sering digunakan dalam menerjemahkan karya sastra

63

Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung:

Humaniora, 2005), h. 10-11 64

Beny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 55 65

M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: PT. Remaja

Rosydakarya, 2011). h. 51

Page 54: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

35

(puisi). Adapun beberapa metode penerjemahan yang biasa digunakan dalam

menerjemahkan karya sastra (puisi) sebagai berikut:

a. Metode Penerjemahan Adaptasi

Metode yang dirumuskan oleh Newmark ini diakui dapat digunakan

untuk menerjemahkan karya sastra seperti puisi, naskah drama dan yang

berbentuk prosa lainnya. Al-Farisi dalam bukunya menjelaskan bahwa

penerjemahan adaptasi merupakan merupakan penerjemahan teks yang

paling bebas. Penerjemah berusaha menyelaraskan budaya bahasa sumber

dalam bahasa sasaran. Budaya bahasa sumber dikonversi ke dalam bahasa

sasaran, kemudian teks tersebut dituls ulang dalam bahasa sasaran. Oleh

karena itu, hasil terjemahannya dipandang sebagai penulisan kembali pesan

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan gaya bahasa yang paling

wajar dam mudah dipahami dalam bahasa sasaran.66

Hal serupa diungkapkan oleh Hoed tentang metode penerjemahan

adaptasi yang dirumuskan Newmark. Ia menyebutkan penerjemahan

adaptasi atau saduran. Metode penerjemahan ini lebih menekankan pada

“isi” pesan dari teks sumber, sedangkan bentuknya disesuaikan dengan

kebutuhan pembaca dalam bahasa sasaran. Dalam adaptation biasanya

tokoh, latar belakang, dan konteks sosial dalam drama atau novel

disesuaikan dengan kebudayaan bahasa sasaran.67

Jadi menurutnya metode

ini telah dipakai dalam menerjemahkan karya sastra yang berbentuk prosa.

b. Metode Penerjemahan Setia

66

M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: PT. Remaja

Rosydakarya, 2011). h. 56 67

Beny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 56.

Page 55: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

36

Meskipun tidak disepakati oleh beberapa ahli penerjemah, metode

penerjemahan setia ini kerapkali dipakai atau tetap dipakai orang-orang

dalam menerjemahkan teks sumber ke teks sasaran. Salah satu penerjemah

yang mengakui bahwa metode penerjemahan setia ini dapat digunakan

dalam menerjemahkan puisi ialah Hoed.

Hoed dalam bukunya mengatakan bahwa penerjemahan setia (fathful) itu

ialah penerjemahan yang dilakukan dengan mempertahankan sejauh

mungkin aspek bentuk (dalam teks puisi) sehingga kita masih secara

lengkap melihat kesetiaan pada segi bentuknya. Dalam penerjemahan puisi

penerjemah berusaha mengikuti model puisi teks sumber.68

Sedangkan Hidayatullah menjelaskan dalam bukunya penerjemahan setia

ialah seorang penerjemah mereproduksi makna kontekstual, tetapi masih

dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bermuatan budaya

dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan diksi masih

tetap dibiarkan. Ia berpegan teguh pada maksud dan tujuan teks sumber,

sehingga agak kaku dan terasa asing. Ia tidak berkompromi dengan kaidah

teks sumber. Ia memberikan contoh sebaga berikut:

69.اده الش ش ث و

Dia (laki-laki) dermawan karena banyak abunya.

Penerjemah tetap memunculkan „banyak abunya‟ padahal kata

„dermawan‟ saja sudah cukup mewakili terjemahan dari „ اده الش ش ث و ‟

penerjemah sesetia mungkin pada teks bahasa sumber, karena itu dinamakan

68

Beny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 56. 69

Lihat, Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-

Indonesia, (Tangerang: Dikara, 2010), h. 32.

Page 56: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

37

penerjemahan setia.70

Dari sekian banyak metode penerjemahan yang

dirumuskan oleh para ahli penerjemah dua metode di ataslah yang sering

digunakan dalam penerjemahan karya sastra (puisi).

Selanjutnya ada metode penerjemahan yang lainnya secara umum dan

diakui kelengkapannya oleh para penerjemah yaitu rumusan metode

penerjemahan menurut Newmark,71

sebagai berikut:

a. Metode Penerjemahan Kata demi Kata

Penerjemah langsung memberi makna kata bahasa sasaran Tsa (Teks bahasa

sasaran) sesuai dengan makna di dalam kamus tepat di bawah kata bahasa

sumber atau Tsu (Teks bahasa sumber). Contohnya:

اى ش الم ذو ح أ أ ش ل

MembacaAhmadAl-Qur‟an

b. Metode Penerjemahan Harfiah

Penerjemah hanya mengalihkan struktur gramatika dari bahasa sumber ke

dalam struktur gramatika bahasa sasaran yang memiliki padanan paling

dekat. Namun, unsur leksikalnya masih terasa dan belum mengindahkan

konteks pada teks bahasa sumber sehingga pesan tidak teralihkan. Pada

metode ini penerjemah masih patuh pada teks bahasa sumber. Contohnya:

ذ ج ض الو ل إ ذو ح أ ة ز ص ح اه ل ل ح ث الص ج ل

Pergi Ahmad ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh

70

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-

Indonesia, (Tangerang: Dikara, 2010), h. 32. 71

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-

Indonesia, (Tangerang: Dikara, 2010), hlm. 31

Page 57: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

38

c. Penerjemahan Semantis

Penerjemah lebih flesikbel dalam mengalihkan pesan dari teks bahasa

sumber (Tbsu) ke dalam teks bahasa sasaran (Tbsa). Ia mempertimbangkan

unsur estetika kata yang bermuatan budaya antara Tbsu dan Tbsa, juga

berusaha menerjemahkannya sewajar mungkin ke dalam Tsa. Contoh:

ظ ال ث ض ت ث ض ط او ل ل

Jangan terlalu mengulurkan tanganmu

Pada contoh kata di atas penerjemahannya sudah baik tidak kaku seperti

metode penerjemahan sebelumnya. Akan tetapi, bila pemberian makna kata

yaitu „mengulurkan tanganmu‟ dengan „murah hati‟ maka ‟تثضطا„

terjemahannya lebih bagus dan tepat.

d. Penerjemahan Bebas

Penerjemah biasanya tidak lagi memperhatikan bentuk teks Bsu, ia hanya

memperhatikan pada teks Bsa yang akan menjadi hasil terjemahan dari teks

Bsa. Pada intinya dalam metode penerjemahan ini penerjemah hanya

memperhatikan pesan yang dimaksud di dalam teks Bsu kemudian

dituangkan ke dalam teks Bsa dengan gaya bahasa si penerjemah. Contoh:

اء و ل الع اد ث ع ي ه للا ش خ ا و إ

Ulama hanya takut pada Allah

Page 58: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

39

e. Penerjemahan Idiomatik

Penerjemah mereproduksi pesan yang terkandung dalam teks bsu, tapi

cenderung mendistorsi nuansa makna. Sebab metode ini mengharuskan

penerjemah untuk sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan

idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Contoh:

ل ف الض ذ ال ي ه ش اخ ل الع ذ ال Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah

f. Penerjemahan Komunikatif

Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan makna

yang terdapat pada konteks teks bsu secara tepat. Pengungkapan dilakukan

dengan cara-cara tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah

dipahami oleh pembaca teks bsa. Dengan kata lain, metode ini sangat

mengindahkan efek terjemahan terhadap pembaca teks bsa dan sangat

memperhatikan prinsip komunikasi.72

Contohnya:

ح غ ض ه ي ه نث ح ف ط ي ه س ط ت

Kita berproses dari sperma, lalu zigot, kemudian embrio (akademisi)

Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging( awam)

Dalam khazanah penerjemahan di dunia Arab terdapat dua jenis metode;

pertama, penerjemahan harfiah; kedua, penerjemahan tafsiriyah.73

72

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-

Indonesia, (Tangerang: Dikara, 2010), hlm. 34. Yang dimaksud dengan prinsip komunikasi adalah

pembaca dan tujuan penerjemahan. Jadi penerjemah dengan menggunakan metode komunikatif

harus memperhatikan pembaca tek bsu dari berbagai kalangan dan tujuan dari menerjemahkan teks

bsa-nya tersebut. 73

Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung:

Humaniora, 2005), h. 69-70

Page 59: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

40

Metode penerjemahan harfiah ialah cara menerjemahkan yang memperhatikan

gramatika teks sumber. Cara menerjemahkan yang juga disebut dengan

metode lafziyah atau musāwiyah ini diikuti oleh Yohana bin al-Bathriq, Ibnu

Na‟imah dan lainnya. Cara kerja metode ini ialah menjadikan kata sebagai

objek utama dalam menerjemahkan, jadi penerjemah menerjemahkan kata

perkata hingga teks sumber selesai diterjemahkan ke teks sasaran.

Metode penerjemahan tafsiriyah ialah cara menerjemahkan yang tidak

terapaku terhadap gramatika teks sumber. Metode ini berbalik dengan metode

harfiah yang terpaku terhadap gramatika teks sumber dan menjadikan kata

sebagai patokan dalam menerjemahkan. Penggambaran makna atau pesan

dibalik teks sumber lebih diutamakan dalam metode ini, dengan tujuan pesan

dibalik teks tersebut dapat sampai kepada pembaca teks sasaran. Metode ini

dikenal dengan istilah ma‟nawiyah dan diterapkan oleh Hunain bin Ishak, al-

Jauhari dan lainnya.

Ada pula metode yang mencampurkan antara harfiyah dan tafsiriyah,

metode ini dikembangkan oleh Ahmad Hasan Az-Zayat seorang penerjemah

modern yang dikenal dalam dunia penerjmahan Arab.

3. Pengkhianatan Kreatif Dalam Penerjemahan Sastra (Puisi)

Kita andaikan ada sebuah sajak dalam bahasa Jepang diterjemahkan ke

dalam bahasa Inggris; sajak terjemahan itu kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia, lalu ke dalam bahasa Jawa. Dari versi bahasa Jawa, sajak itu

kemudian “dikembalikan” ke dalam bahasa Jepang. Saya yakin, pembaca

Jepang akan bertanya-tanya siapa gerangan yang telah menulis sajak serupa

itu. Perbedaan antara yang asli dan yang “asli” tapi “terjemahan” itu

Page 60: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

41

merupakan hasil dari suatu proses pengkhianatan kreatif yang dilakukan oleh

para penerjemah.

Menerjemahkan karya sastra berarti mengubah “mengurangi atau

menambah” apa yang ada pada aslinya. Setiap penerjemah karya sastra pada

hakikatnya mengkhianati yang diterjemahkannya sebab hanya dengan

demikian ia bisa menampung karya yang diterjemahkannya itu ke dalam

bahasa sasaran.74

Pandangan Damono, yang menganggap karya terjemahan sastra (puisi)

sebagai pengkhianatan kreatif di atas diilhami dari pendapat Gifford. Ia

(Gifford) berpendapat bahwa, “Tidak ada terjemahan yang bisa menandingi

taraf kehalusan dan kelengkapan yang ada dalam imajinasi penulis asli dalam

menyusun bahan karangannya. Itulah sebabnya keutuhan karya sastra asli

akan dimiskinkan oleh terjemahan, meskipun taraf pemiskinan itu tergantung

pada jenis karya sastra yang diterjemahkannya. Taraf pemiskinan pada puisi

terjemahan tentunya sangat tinggi sebab dalam jenis sastra ini pengolahan

bahasa untuk mengatur bahan menuntut imajinasi yang bekerja pada

kemampuan penuh.”75

Akan tetapi Damono tidak menerima pandangan Gifford apa adanya.

Menurutnya (Damono), “Pandangan semacam itu sangat wajar dalam konteks

pembicaraan mengenai sastra bandingan, suatu minat dalam telaah sastra yang

memusatkan perhatian pada membanding-bandingkan karya sastra. Dalam

bidang ini, tentu saja karya terjemahan tidak mempunyai kedudukan yang

74

Sapardi Djoko Damono dalam http://mayantara.sch.id/artikel/menerjemahkan-karya-

sastra.htm. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016. Pukul 22:00 WIB. 75

Sugeng Hariyanto, "Pengkhianatan Demi Kesetiaan: Upaya Masuk Akal Untuk

Mencapai Terjemahan Puisi Ideal". (Malang: Jurnal Linguistik Terapan. Nomor 1. Volume 2,

Politeknik Negeri Malang, 2012), h. 2

Page 61: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

42

kokoh. Segi-segi stilistik, bahkan tematik, karya sastra sastra tidak akan bisa

dibanding-bandingkan jika bahannya adalah karya terjemahan. Bahwa

terjemahan tidak akan bisa sama dengan aslinya, itu jelas. Karya asli itu final,

sedang terjemahan tidak; suatu karya sastra bisa diterjemahkan oleh beberapa

orang dengan hasil yang berbeda-beda, tidak ada satu pun yang dianggap final

karenanya selalu tersedia ruang untuk mengubah karya terjemahan.”76

Damono juga berpendapat, “Penerjemahan karya sastra tidak usah dinggap

sebagai usaha mati-matian untuk menjadi karya yang sama dan sebangun

dengan aslinya. Dengan landasan tersebut, tentunya kita tidak bisa sepenuhnya

menerima pandangan Gifford yang mengibaratkan terjemahan sebagai

reproduksi hitam putih atas luksian cat minyak. Kecelakaan semacam itu bisa

saja terjadi jika penerjemahnya kurang mampu; namun keunggulan bisa juga

dicapai jika penerjemahnya andal. Sangat mungkin ada terjemahan yang lebih

bagus dari aslinya: hubungan antarunsurnya lebih kokoh, wawasannya lebih

dalam, dan kemungkinan penghayatannya lebih luas. Dengan demikian ia

bukan sekedar reproduksi hitam putih, tetapi karya lukisan cat minyak juga

yang sejajar kualitasnya dengan aslinya.”77

Maka menurutnya (Damono)

penerjemahan sastra terutama puisi ialah proses pengkhianatan yang kreatif

dalam penerjemahan.

Gagasan pengkhianatan kreatif dalam penerjemahan sastra berasal dari

Prancis, dicetuskan oleh Robert Escarpit.78

Ia mengatakan dalam bukunya

76

Sapardi Djoko Damono dalam http://mayantara.sch.id/artikel/menerjemahkan-karya-

sastra.htm. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016. Pukul 22:00 WIB. 77

Sapardi Djoko Damono dalam http://mayantara.sch.id/artikel/menerjemahkan-karya-

sastra.htm. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016. Pukul 22:00 WIB. 78

http://dict.cn/%22Creative%20treason%22%20was%20initiated%20by%20a%20French

%20literary%20sociologist%20Robert%20Escarpit%20in%20his%20book%20Sciologie%20de%

Page 62: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

43

(Sociologie de la Liteature) bahwa pengarang sastra yang menulis buku,

nantinya akan dilupakan sepulu, dua puluh atau tiga puluh tahun setelah ia

meninggal, tetapi jika ia berhasil melewati masa tersebut dan namanya masih

diingat, maka ia akan menjadi bagian populasi sastra dan namanya dijamin

akan terus hidup.

Escarpit berpendpat bahwa karya sastra yang telah dibuat oleh seseorang

(pengarang sastra) yang pernah dilupakan atau diabaikan bertahun-tahun, akan

mendapatkan pengakuan kembali secara luar biasa melalui penggolangan

kembali atau maksudnya penghidupan karya sastra kembali, yang biasanya

bersifat interpretatif (dilakukan dengan kegiatan penerjemahan ulang).

Penggolongan kembali atau penghidupan kembali sebuah karya sastra

bertujuan menghidupkan kembali karya sastra yang mulanya tidak dikenal,

atau tidak dipahami oleh publik, menjadi sebuah karya sastra yang mudah

dikenal dan mudah dipahami oleh publik luas. Hal yang demikian itu

selanjutnya dinamai oleh Escarpit dengan istilah trahison créatrice

(pengkhianatan kreatif).79

Damono membuktikan kasus penerjemahan sebagai pengkhianatan kreatif

pada puisi‟ Huesca‟ karya Chairil Anwar yang merupakan terjemahan dari

puisinya John Cornford yang berjudul „Poem‟.80

Puisi sumber John Cornford “Poem”:

20la%20Litteature%20%28The%20Sociology%20of%20Literature%29%20in%201958_2E%20H

e%20holds%20that%20translation%20is%20always%20a%20kind%20of%20creative%20treason

_2E. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016. Pukul 22:00 WIB 79

Robert Escarpit, Sosiologi Sastra, Diterjemahkan oleh: Ida Sundari, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, Edisi Ke-2, 2008), h. 35. 80

Sugeng Hariyanto, "Pengkhianatan Demi Kesetiaan: Upaya Masuk Akal Untuk

Mencapai Terjemahan Puisi Ideal". (Malang: Jurnal Linguistik Terapan. Nomor 1. Volume 2,

Politeknik Negeri Malang, 2012), h. 2-5.

Page 63: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

44

Heart of the heartless world,

Dear heart, the thought of you

Is the paint in my side,

The shadow that chills my view

The wind rises in the evening

Reminds that autumn is near.

I am afraid to lose you

I am afraid of my fear.

On the last mile to Huesca,

The last fence for our pride,

Think so kindly, dear, that I

Sense you at my side.

And if bad luck should lay my strength

Into the shallow grave,

Remember all the good you can;

Don‟t forget my love.

Puisi terjemahan atau saduran „Huesca” Khairil Anwar:

Jiwa di dunia yang hilang jiwa

Jiwa sayang, kenangan padamu

Adalah derita di sisiku,

Bayangan yang bikin tinjauan beku.

Angin bangkit ketika senja,

Ngingatkan musim gugur akan tiba.

Aku cemas bisa kehilangan kau,

Aku cemas pada kecemasanku.

Di batu penghabisan ke Huesca,

Pagar penghabisan dari kebangaan kita,

Page 64: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

45

Kenanglah sayang, dengan mesra

Kau kubayangkan di sisiku ada.

Dan jika untung malang menghamparkan

Aku pada kuburan dangkal,

Ingatlah sebisamu segala yang baik

Dan cintaku yang kekal

Damono dalam analisisnya memaparkan, pada larik pertama “heartless

world” diterjemahkan menjadi “dunia yang hilang jiwa”. Padahal “heartless”

aslinya bermakna “kejam”. Apakah “hilang jiwa” berarti “kejam”? Menurut

Damono, Chairil menciptakan ungkapan baru yang tidak ada hubungannya

dengan kekejaman. Pada larik kedua, “dear heart” diterjemahkan menjadi

“Jiwa sayang”, demi memburu pengulangan kata “jiwa” tidak diterjemahkan

menjadi “kekasih”, “jantung hati”, dsb.

Perhatikan juga “aku cemas” untuk ungkapan asli “I am afraid”. Aku

cemas rasanya lebih kuat kandungan emosinya daripada “aku khawatir”, “aku

takut”.

Perhatikan pula dua larik terakhir yang disatukan dalam TBSa-nya.

Remember all the good you can

Don‟t forget my love

Ingatlah sebisamu segala yang baik

Dan cintaku yang kekal

“Remember” dan “don‟t forget” dirangkum menjadi “ingatlah”. Sementara itu

“yang kekal” ditambahkan untuk memburu rimanya.81

81

Sugeng Hariyanto, "Pengkhianatan Demi Kesetiaan: Upaya Masuk Akal Untuk

Mencapai Terjemahan Puisi Ideal". (Malang: Jurnal Linguistik Terapan. Nomor 1. Volume 2,

Politeknik Negeri Malang, 2012), h. 2-5.

Page 65: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

46

BAB III

BIOGRAFI RABĪ’AH AL-ADAWIYAH

DAN PENERJEMAH YUNAN ASKARUZZAMAN

A. Biografi Rabī’ah al-Adawiyyah

Rabiah Al-Adawiyah (bahasa Arab: ساتعحالعذحالمضح) dikenal juga dengan nama

Rabi‟ah Basri adalah seorang sufi wanita yang dikenal karena kesucian dan dan

kecintaannya terhadap Allah. Rabi'ah merupakan klien (bahasa Arabnya Mawlat)

dari klan Al-Atik suku Qays bin 'Adi, dimana ia terkenal dengan sebutan al-

Qaysyah. Ia dikenal sebagai seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik

kepada kehidupan duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk

beribadah kepada Allah. Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717 Masehi,

atau 95 - 99 Hijriah, di kota Basrah, Irakdan meninggal sekitar tahun 801 Masehi /

185 Hijriah.82

Nama lengkapnya adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah.83

Rabiah merupakan sufi wanita beraliran Sunni pada masa dinasti Umayyah yang

menjadi pemimpin dari murid-murid perempuan dan zahidah, yang mengabdikan

dirinya untuk penelitian hukum kesucian yang sangat takut dan taat kepada

Tuhan. Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki sebagai The Mother of the Grand Master

82

https://id.wikipedia.org/wiki/Rabi'ah_al_Adawiyyah Diakses pada pukul 19:29,

tanggal, 28-10-20115. 83

Ada pendapat yang mengatakan ada perbedaan nama dalam sejarah antara Rabi‟ah

binti Ismail dengan Rabi‟ah al-Adawiyah. Yang pertama bernama Rabi‟ah atau Rabi‟yah (dengan

ya) dan kedua adalah rabi‟ah al-Adawiyah atau al-basriyyah atau al-Qaysiyyah. Rabi‟ah binti

Ismail menikah dengan Ahmad bin Abi al-Hawari. Sedangkan rabi‟ah al- Adawiyyah tidak

menikah. Rabi‟ah binti Ismail wafat tahun 229 Hijriah dan dikuburkan di Ra‟s Zeyta di Baytil

maqdis, sedangkan Rabi‟ah al-Adawiyah wafat tahun 180 Hijriah dan dikebumikan di Basra.

Lihat. Muhammad Atiyyah Khamis diterjemahkan oleh Aliudin Mahjuddin, Penyair Wanita Sufi

Rabi‟ah al- Adawiyah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 4-5.

Page 66: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

47

atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya. Ia juga menjadi panutan para ahli

sufi lain seperti Ibnu al-Faridh dan Dzhun-Nun al-misri.84

Kemasyhuran Rabi‟ah al- Adawiyah sebagai sufi yang zuhud telah

tersebar keberbagai penjuru negeri, hingga menjangkau Eropa. Para sarjana Barat

sangat kagum akan sejarah hidup wanita yang saleh ini, lebih-lebih lagi karena ia

seorang yang tidak pernah menginjakkan kakinya di perguruan tinggi ternama

manapun. Namun, buah pikirannya kaya akan ilmu yang mendalam sehingga para

sarjana itu sangat menaruh minat untuk meneliti buah pikirannya. Diantara sarjana

Barat yang telah menuliskan riwayat hidup dan gagasan Rabi‟ah al-Adawiyah

ialah Margaret Smith (Rabi‟ah dan sufi-sufi wanita dalam Islam) diterbitkan di

Cambridge, tahun 1928. Kemudian, Masignon dan Nicholson.85

1. Kelahiran Rābi‟ah al-Adawiyah

Rabi'ah dilahirkan di kota Basrah, Irak, sekitar abad ke delapan tahun 713

- 717 masehi atau 95 - 99 H. Para penulis sejarah hidup Rabi‟ah al- Adawiyah

mengangkat sisi kemiskinan keluarga Rabi‟ah, bahkan minyak lampu templok

di rumahnya tinggal sedikit. Hanya cahaya temaram yang menyambut proses

kelahiran Rabi‟ah. Begitu lahir, sang ibu masih harus kebingungan mencari

kain penghangat untuk si jabang bayi. Akhirnya, sang ibu meminta suaminya

untuk memberanikan meminta sedikit minyak demi lampu templok kepada

tetangga. Namun, tidak ada hasil.

84

Terdapat pendapat yang mengungkapkan bahwa terjadi kekeliruan sejarah bahwa Zhun

Nun al-Misri baru lahir pada tahun 180 Hijriah yaitu tahun wafatnya Rabi‟ah al-Adawiyyah

(dalam riwayat lain). Dengan begitu Dzhun nun al-mishri diriwayatkan bertemu dengan Rabi‟ah

ash-Shamiyah. Lihat. Muhammad Atiyyah Khamis diterjemahkan oleh Aliudin Mahjuddin,

Penyair Wanita Sufi Rabi‟ah al- Adawiyah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 5 85

Muhammad Atiyyah Khamis diterjemahkan oleh Aliudin Mahjuddin, Penyair Wanita

Sufi Rabi‟ah al- Adawiyah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 4

Page 67: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

48

Sang ayah tertidur dalam kesedihan. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu

dengan Rasulullah yang bersabda kepadanya, “Jangan bersedih. Anak

perempuanmu yang baru lahir ini kelak menjadi tokoh yang agung derajatnya.

Tujuh puluh ribu umatku amat mengharap syafaat darinya.” Nabi Muhammad

lalu memerintahkan sang ayah untuk menemui Gubernur Bashrah waktu itu,

Isa Dazadzan, dan menyerahkan kepadanya selembar kertas yang bertuliskan:

Setiap hari engkau bershalawat seratus kali kepadaku. Khusus pada malam

Jum‟at, sebanyak empat ratus kali. Namun, hari Jum‟at kemarin engkau lupa

kepadaku. Untuk itu, berikan kepada orang ini empat ratus dinar agar dosamu

karena melupakanku terhapus.”

Sang ayah membulatkan. Ia menyerahkan kepada skretaris gubernur

selember surat berisi catatan dari Nabi. Sekretaris lalu menyampaikan surat itu

kepada gubernur. Sang gubernur Bashrah – seperti yang dicatat Fariduddin

Athar dalam Tazkirat al-Awliya‟ – berkata, “Berikanlah dua ribu dinar kepada

para fakir miskin dan empat ratus kepada syeikh yang kesini itu! Katakana

bahwa aku memintanya untuk menemuiku. Tidak! Jangan! Lebih patut jika

akulah yang menemuinya. Berlutut di depan pintunya, membersihkan pintu

rumahnya dengan janggutku sendiri, memohon kepadanya agar ia sudi

memohon kepada Allah apa yang ku inginkan, dan ia bisa membeli semua

kebutuhan bayinya.”86

Dengan demikian, dari kisah di atas, sesungguhnya Rabi‟ah lahir dengan

membawa rezekynya sendiri. Atau Allah telah myediakan dana yang

dibutuhkan oleh Rabi‟ah. Juga Bahwa si jabang bayi kelak akan berbahagaia

86

Ma‟mun Gharib, Rabî‟ah al-„Adawiyyah, Fî Miḥrâb al-Hubb al- Ilâhî, (Kairo: Dâr

Ghrîb li ath-Thibâh wa an-Nasyr wa at-Tawzi‟, 2000), h.26.

Page 68: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

49

di dunia. Bukankah Rasulullah telah membesarkan hati sang ayah dengan

mimpinya tersebut? Bahkan mengarahkan sang ayah ke tempat ia dapat

menerima rezekinya.

2. Gadis Kecil yang Saleh

Rabi‟ah tumbuh dalam lingkungan keluarga yang biasa dengan kehidupan

orang saleh dan zuhud. Sejak kecil ia sudah tampak kecerdasannya. Ia

menyadari kepapaan dan penderitaan yang dihadapi orang tuanya. Kendati

demikian hal itu tidak mengurangi ketaqwaan dan pengabdian keluarga

Rabi‟ah terhadap Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari, ia selalu memperhatikan bagaimana ayahnya

melakukan ibadah kepada Allah, antara lain dengan membaca al-Qur‟an dan

berzikir; ia pun selalu melakukan ibadah kepada Allah sesuai dengan yang

telah dilihat dan didengar dari ayahnya. Sejak kecil ia telah diajarkan berbudi

pekerti (Akhlak) yang baik dan luhur. Dan sejak kecil pula ia telah sering

mendengarkan kata halal dan haram dari kedua orang tuanya dan saudari-

saudari nya, sehingga ia menghayati makna hakiki dari kata-kata tersebut dan

menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya.87

Sejak kecil Rabi‟ah sangat suka belajar menghafal al-Qur‟an. Bila ia telah

berhasil menghafalnya, ia duduk dan menghafalnya kembali dengan perasaan

khusyuk, iman yang mendalam, dan pemahaman yang sempurna. Bahkan ia

telah berhasil menghafal seluruh tiga puluh juz Al-Qur‟an saat usianya masih

belia. Melihat hal ini, tak kuasa ayahnya menahan air matanya. Ia sendiri tidak

87

Muhammad Atiyyah Khamis diterjemahkan oleh Aliudin Mahjuddin, Penyair Wanita

Sufi Rabi‟ah al- Adawiyah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 9

Page 69: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

50

tahu, apakah air mata ini air mata gembira, atau air mata terharu, atau perasaan

khusyuk.88

3. Menjadi Yatim Piatu

Sejak kecil Rabi'ah sudah dikenal sebagai anak yang cerdas dan taat

beragama. Beberapa tahun kemudian, ayahnya, Ismail, meninggal dunia

kemudian disusul oleh ibunya, sehingga Rabi'ah dan ketiga saudara

perempuannya menjadi anak yatim piatu. Ayah dan Ibunya hanya

meninggalkan harta berupa sebuah perahu yang kemudian digunakan Rabi'ah

untuk mencari nafkah. Rabi'ah bekerja sebagai penarik perahu yang

menyebrangkan orang dari tepi sungai Dajlah ke tepi sungai yang lain.

Sementara ketiga saudara perempuannya bekerja dirumah menenun kain atau

memintal benang.89

Ada cerita menarik, dalam riwayat yang lain menceritakan, setiap habis

pulang dari pekerjaannya Rabi‟ah menghibur dirinya dengan melafalkan

senandung-senandung bernada sedih, hal itu dilakukan untuk meluapkan rasa

sedihnya yang ada dalam hatinya. Namun, pada satu hari ketika ia sangat lelah

pulang dari pekerjaannya, ia jatuh tertidur lelap. Dalam tidurnya ia bermimpi,

ia melihat sebuah cahaya yang amat cemerlang, yang belum pernah dilihatnya.

Begitu terang cahaya itu memancar, hingga menerangi tempat dan benda-

benda disekelilingnya. Cahaya itu bahkan menjalari seluruh tubuhnya dan

merasuk ke dalam hati, jiwa dan urat syarafnya. Rabi‟ah terbangun dari tidur

dalam keadaan tersenyum dan menangis. Mimpi itu muncul kembali pada

88

Ma‟mun Gharib, Rabî‟ah al-„Adawiyyah, Fî Miḥrâb al-Hubb al- Ilâhî, (Kairo: Dâr

Ghrîb li ath-Thibâh wa an-Nasyr wa at-Tawzi‟, 2000), h.28. 89

https://id.wikipedia.org/wiki/Rabi'ah_al_Adawiyyah Diakses pada pukul 10:25,tanggal

29-10-2015

Page 70: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

51

waktu siang hari. Pada satu hari, ketika Rabi‟ah sedang bekerja menyeberangi

orang-orang di atas perahunya, ketika itu, ia sedang menatap cakrawala, tiba-

tiba terdengar suara yang amat merdu:

Lebih indah dari senandung serunai yang merdu

Di kegelapan malam terdengar bacaan Qur‟an

Alangkah bahagianya karena Tuhan mendengarnya

Suara yang merdu membangkitkan keharuan

Dan air mata pun bercucuran

Pipinya sujud menyentuh tanah bergelimang debu

Sedangkan hatinya penuh cinta Ilahi

Ia berkata. Tuhanku. Tuhanku.

Ibadah pada-Mu meringankan deritaku.

Bukan main terperanjatnya Rabi‟ah mendengar suara yang tidak terduga itu.

Ia berusaha mencari sumber suara itu, namun tidak berhasil.

4. Menjadi Hamba Sahaya

Ketika kota Basrah dilanda berbagai bencana alam dan kekeringan akibat

kemarau panjang, Rabi'ah dan ketiga saudara perempuannya memutuskan

untuk berkelana ke berbagai daerah untuk bertahan hidup. Dalam

pengembaraanya, Rabi'ah terpisah dengan ketiga saudara perempuannya

sehingga ia hidup seorang diri. Pada saat itulah Rabi'ah diculik oleh

sekelompok penyamun kemudian dijual sebagai hamba sahaya seharga enam

dirham kepada seorang pedagang.

Pedagang yang membeli Rabi'ah sebagai hamba sahaya

memperlakukannya dengan kejam, sehingga Rabi'ah harus selalu bekerja

Page 71: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

52

keras sepanjang hari. Riwayat lain mengatakan, bahwa Rabi‟ah memiliki

suara merdu dan pandai memainkan seruling. Dengan kelebihan itu,

majikannya menugaskan Rabi‟ah al-Adawiyah untuk bernyanyi demi

menghibur sahabat-sahabat majikannya. Padahal Rabi‟ah sendiri merasa tidak

nyaman dengan keadaan tersebut. Menimbang bahwa ia telah mengahafal al-

Qur‟an sejak dini. Jiwanya tentu telah terkondisikan untuk merindukan apa

yang telah diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya. Wajar saja bila

Rabi‟ah merasa sangat tidak nyaman dengan pekerjaan seperti itu, karena

hidupnya sudah terpola agamis sejak ia kecil.90

Dalam suatu malam, Rabi'ah bermunajat kepada Allah jika ia dapat bebas

dari perbudakan maka ia tak akan berhenti sedikit pun beribadah. Ketika

Rabi'ah sedang berdoa dan melakukan salat malam, pedagang yang menjadi

majikannya itu dikejutkan oleh sebuah lentera yang bergantung di atas kepala

Rabi'ah tanpa ada sehelai tali pun Cahaya bagaikan lentera yang menyinari

seluruh rumah itu merupakan cahaya sakinah (diambil dari bahasa Hebrew

yaitu "Shekina" yang berarti cahaya rahmat Tuhan) dari seorang muslimah

suci. Melihat peristiwa tidak biasa yang terjadi pada Rabi'ah, pedagang itu

menjadi ketakutan dan keesokan harinya membebaskan Rabi'ah. Sebelum

Rabi'ah pergi, Pedagang itu menawarkan Rabi'ah untuk tinggal di Basrah dan

ia akan menanggung segala keperluan dan kebutuhan Rabi'ah, namun karena

90

Ma‟mun Gharib, Rabî‟ah al-„Adawiyyah, Fî Miḥrâb al-Hubb al- Ilâhî, (Kairo: Dâr

Ghrîb li ath-Thibâh wa an-Nasyr wa at-Tawzi‟, 2000), h. 29-31

Page 72: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

53

kezuhudannya, Rabi'ah menolak dan sesuai janjinya jika ia bebas, maka

Rabi'ah akan mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah.91

5. Kehidupan Sebagai Sufi Dan Pilihan Untuk Tidak Menikah

Setelah bebas sebagai hamba sahaya, Rabi'ah pergi mengembara di padang

pasir. Setelah beberapa saat tinggal di padang pasir, ia menemukan tempat

tinggal.92

Di tempat itulah ia menghabiskan seluruh waktunya beribadah

kepada Allah. Rabiah juga memiliki majelis yang dikunjungi banyak murid.

Majelisnya itu juga sering dikunjungi oleh zahid-zahid lain untuk bertukar

pikiran. Di antara mereka yang pernah mengunjungi majelis Rabi'ah adalah,

Malik bin Dinar (wafat 748 / 130 H), Sufyan as-Sauri (wafat 778 / 161H), dan

Syaqiq al-Balkhi (wafat 810/194H). Rabi'ah hanya tidur sedikit disiang hari

dan menghabiskan sepanjang malam untuk bermunajat sehingga ia dikenal

sebagai pujangga dengan syair-syair cintanya yang indah kepada Allah.

Rabi'ah telah terkenal karena kecerdasan dan ketaatannya ke pelosok

negeri sehingga ia menerima banyak lamaran untuk menikah. Di antara

mereka yang melamarnya adalah Abdul Wahid bin Zayd, seorang teolog dan

ulama, Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, seorang amir dari dinasti

Abbasiyah yang sangat kaya, juga seorang Gubernur yang meminta rakyat

Basrah untuk mencarikannya seorang istri dan penduduk Basrah bersepakat

bahwa Rabi'ah adalah orang yang tepat untuk gubernur tersebut. Riwayat lain

juga menyebutkan bahwa Hasan al-Bashri, seorang sufi besar dan sahabat

91

Muhammad Atiyyah Khamis diterjemahkan oleh Aliudin Mahjuddin, Penyair Wanita

Sufi Rabi‟ah al- Adawiyah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 16-19 92

Buku-buku manakib tidak menyebutkan secara pasti tentang tempat tinggal setelah ia

bebas dari perbudakan dan dalam perjalanannya melalu padang pasir. Tapi, pastinya ia akan

tinggal bersama sahabatnya yang bernama Abdah binti Abi Shawwal.

Page 73: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

54

Rabi'ah, juga meminangnya, namun hal itu masih diragukan kebenarannya

mengingat Hasan al-Bashri meninggal 70 tahun sebelum kelahiran Rabi'ah.

Rabi'ah menolak seluruh lamaran itu dan memilih untuk tidak menikah.

Meskipun tidak menikah, Rabi'ah sadar bahwa pernikahan termasuk sunah

agama, sebab, tidak ada kependetaan (bahasa Arab: Rahbaniyah) dalam

syariat islam. Rabi'ah memilih untuk tidak menikah karena ia takut tidak bisa

bertindak adil terhadap suami dan anak-anaknya kelak karena hati dan

perhatiannya sudah tercurahkan kepada Allah. Tidak ada satupun di dunia ini

yang dicintai Rabi'ah kecuali Allah. Sehingga atas dasar itulah, Rabi'ah

memuntuskan untuk tidak menikah hingga akhir hidupnya.

6. Ajaran Tasawuf Rabi‟ah al-Adawiyah

Ketika menjadi hamba sahaya, Rabi'ah mengembangkan aliran sufi yang

berlandaskan seluruh amal ibadahnya atas dasar cinta kepada Ilahi tanpa

pamrih atas pahala, surga atau penyelamatan dari azab neraka. Rabi'ah

terkenal dengan metode cinta kepada Allah (Bahasa Arab: Al-mahabbah,

artinya cinta tanpa pamrih) dan kedekatan dengan Tuhan.93

Pengertian dari metode mahabbah antara lain sebagai berikut:94

a. Memeluk kepatuhan kepada Tuhan dan membenci sikap melawan

kepada-Nya.

b. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.

c. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi

(Tuhan).

93

Muhammad Atiyyah Khamis diterjemahkan oleh Aliudin Mahjuddin, Penyair Wanita

Sufi Rabi‟ah al- Adawiyah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 55-65 94

Harun Nasution, Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),

h. 70-71

Page 74: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

55

Menurut al-Sarraj mahabbah mempunyai tiga tingkatan:95

a. Cinta biasa, yaitu selalu mengngiat Tuhan dengan żikir, suka menyebut

nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan

Tuhan. Senantiasa memuji Tuhan.

b. Cinta orang yang siddik (الصذك), yaitu orang yang kenal pada Tuhan,

pada kebesaran-Nya, pada kekuasaan-Nya, pada ilmu-Nya dan lain-lain.

Cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seseorang

dari Tuhan dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang ada

pada Tuhan. Ia mengadakan dialog dengan Tuhan dan memperoleh

kesenangan dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini membuat orangnya

sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedang

hatinya penuh dengan perasaan cinta pada Tuhan dan selalu rindu pada-

Nya.

c. Cinta orang yang „arif (العاسف), yaitu orang yang tahu betul pada Tuhan.

Cinta semacam ini timbul karena telah tahu betul pada Tuhan. Yang

dilihat dan dirasa bukan lagi cint, tetpi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-

sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai.

Para ulama tasawuf memandang Rabi'ah sebagai tonggak penting

perkembangan tasawuf dari fase dominasi emosi takut kepada Allah menuju

fase dominasi atau mengembangkan emosi cinta yang maksimal kepada-Nya.

Tingkat kehidupan zuhud yang tadinya direntangkan oleh Hasan al-Bashri

sebagai ketakutan dan pengharapan kepada Allah, telah dinaikkan maknanya

oleh Rabi'ah sebagai zuhud karena cinta kepada Allah. Rabi'ah telah membuka

95

Harun Nasution, Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),

h. 70-71

Page 75: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

56

jalan ma'rifat Illahi sehingga ia menjadi teladan bagi para cendikiawan

muslim, seperti Sofyan ath-Thawri, Rabah bin Amr al-Qaysi, dan Malik bin

Dinar.

7. Akhir Hidup Rabi‟ah al-Adawiyah

Sekembalinya Rabi'ah dari Mekah untuk melaksanakan ibadah haji,

kesehatan Rabi'ah mulai menurun. Ia tinggal bersama sahabatnya, Abdah binti

Abi Shawwal, yang telah menemaninya dengan baik hingga akhir hidupnya.

Rabi'ah tak pernah mau menyusahkan orang lain, sehingga ia meminta kepada

Abdah untuk membungkus jenazahnya nanti dengan kain kafan yang telah ia

sediakan sejak lama. Menjelang kematiannya, banyak orang-orang saleh ingin

mendampinginya, namun Rabi'ah menolak. Rabiah diperkirakan meninggal

dalam usia 83 tahun pada tahun 801 Masehi / 185 Hijriah dan dimakamkan di

Bashrah, Irak.96

B. Gambaran Umum Penerjemah

Yunan Askaruzzaman Ahmad, beliau dilahirkan di Tanjungkarang, 26

Agustus 1974. Alamat beliau saat ini di Bumi Bekasi Baru RT.04/ RW. 07 No. 15

Blok 6, Kel. Bojong Rawalumbu, Kec. Rawalumbu. Kota Bekasi – Jawa Barat.

Kesibukan beliau sehari-hari saat ini ialah menjadi pengajar berbagai majelis

ta‟lim, penulis, penyadur dan penerjemah lepas di berbagai penerbit diantaranya,

penerbit Zaman dan Lentera Hati.97

Masa pendidikan SD beliau selesaikan di SD Krida Putra 02 Petang,

Jakarta Timur pada tahun 1986. Kemudian beliau lanjutkan pada pendidikan

96

https://id.wikipedia.org/wiki/Rabi'ah_al_Adawiyyah Diakses pada pukul 10:25,tanggal

29-10-2015 97

Wawancara langsung dengan narasumber pada tanggal 19-11-2015, pukul 11:43 WIB

Page 76: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

57

tingkat SLTP/Mts di Darunnajah Ulujami, Jakarta Selatan selama tiga tahun, lulus

pada tahun 1989. Kemudian dilanjutkan ke tingkat SLTA/MA di MAN (PK) I

Yogyakarta, selesai pada tahun 1992. Dilanjutkan ke tingkat perguruan tinggi

(strata I) di Universitas Al-Azhar jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin

Kairo, Mesir, selesai pada tahun 1996 dengan predikat jayyid. Kemudian tingkat

strata II di universitas yang sama namun, tidak tamat dikarenakan kerusuhan yang

terjadi pada tahun 1998 dan mengharuskan beliau pulang ke Indonesia. Strata II

yang sempat tertunda di Mesir, beliau lanjutkan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta jurusan Pemikiran Islam belum tamat hingga saat ini. Namun, beliau

tamatkan strata II nya di Universitas Indraprasta (UNINDRA) PGRI Jakarta,

Insya Allah akan diwisuda pada Januari 2016.98

Adapun diantara karya-karya beliau sebagai berikut:

1. Karya Terjemahan

a. Filsafat Etika, Tanggapan Kaum Rasionalis dan Intuisionalis Islam.

Judul asli al-Falsafah al-Akhlāqiyyah Fi al-Fikr al-Islām: al-Aqliyyun

wa al-Dzauqiyyun aw an-Nazhar wa al-Amal, karangan Dr. Ahmad

Mahmud Subhi, terbitan Dar an-Nadwah al-„Arabiyah, Beirut, tahun

1992. Diterbitkan oleh penerbit Serambi Ilmu Semesta tahun 2001.

b. Terampil Bersahabat dengan Siapa Saja – Kisah Sukses Rasulullah

dan Ulama Menjalin Persaudaraan, Persahabatan dan Pergaulan.

Paruh Kitab Adab al-Ulfah wa al-Ukhuwah dari Ihya „Ulumiddin

karya Hujjat al-Islam Imam al-Ghazali.

98

Curriculum vitae Yunan Askaruzzaman

Page 77: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

58

c. Rabi‟ah al-Adawiyah, Cinta Allah dan Kerinduan Spiritual Manusia.

Judul asli terjemahan ini adalah Rabi‟ah al- „Adawiyyah Fī Mīḥrāb al-

Ḥubb al- illāḥī, karangan Dr. Ma‟mun Gharib, terbitan Dar Gharib li

ath-Thiba‟ah wa an-Nasyr wa at-Tawzi‟, Kairo, Mesir. Diterbitkan

Zaman tahun 2012.

2. Karya Suntingan

a. Kiai Sableng Santri Gendeng, Penerbit Gantar tahun 2012.

b. Jin dan Setan, Penerbit Serambi Ilmu Semesta tahun 2003.

c. Kemenangan Besar Berjumpa Sang Maha Benar. Penerbit Serambi.

3. Karya Saduran

a. Malik bin Anas, bekerjasama dengan Dr. Mukhlis Hanafi, diterbitkan

dengan judul Biografi 5 Imam Mazhab oleh penerbit Lentera Hati.

b. Imam Syafi‟I Sang Penopang Sunnah, bekerjasama dengan Dr.

Mukhlis Hanafi, diterbitkan dengan judul Biografi 5 Imam Mazhab

oleh penerbit Lentera Hati.

4. Karya Tulis

a. Tangisan Langit, Kisah-kisah Terpilih tentang Air Mata Para Nabi

dan Orang-Orang Saleh. Bekerjasama dengan Imam Sibawaih El-

Hasany. Diterbitkan oleh Lentera Hati tahun 2013.

Page 78: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

59

BAB IV

ANALISIS TERJEMAHAN PUISI-PUISI RĀBI’AH AL-ADAWIYYAH

STUDI KASUS PENERJEMAHAN SEBAGAI “PENGKHIANATAN TEKS

Pada bab ini peneliti akan menganalisis terjemahan puisi Rābi‟ah al-

Adawiyyah dengan kasus penerjemahan sastra (puisi) sebagai pengkhianatan teks.

Peneliti akan menggunakan teori puisi dan teori metode penerjemahan yang telah

peneliti uraikan dalam bab dua untuk menganalisis terjemahan puisi Rābi‟ah al-

Adawiyyah ini. Juga untuk meneliti makna pada tiap kata dalam puisi-puisi

Rābi‟ah al-Adawiyyah, peneliti menggunakan kamus al-Munawwir dan al-

Munjid.

Kemudian peneliti akan membuat kategorisasi dalam menganalisis

terjemahan puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah ini berdasarkan pengkhianatan yang ada

pada beberapa unsur puisi sebagai berikut:

a. Pengkhianatan Bentuk

b. Pengkhianatan Isi

c. Pengkhianatan Kreatif

A. Deskripsi Teks Puisi

Sebelum masuk pada bagian analisis, peneliti akan mendeskripsikan

keenam puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah yang ada di dalam buku Rabī‟ah al-

„Adawiyyah Fī Mīḥrāb al- Ḥubb al- illāḥī dan terjemahannya sebagai berikut:

Puisi pertama:

ي ف الى ل د ال ه ه اى او اب #إ ر الت ش ق الز ف و ل اب ت ش

Page 79: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

60

Bila cinta dari-Mu kuraih, semua menjadi remeh

Segala yang di atas tanah tak lebih hanyalah tanah

Puisi kedua:

ال ة ح ي ثح ه ث ح أ ااو ز ل ل أ ه ل ة ح #

ااو ص ي وع ن ش و ز ت ل غ ش #ف ال ة ح ز االهأ ف

ااو س أ تح ة ج الح ل ه ف ش ى #ف ل ل أ ت أ ز االهأ

ف ر ف ذ و الح ل ا ل ان ر ل يى ل # ر ف ذ و الح ل ا ان ر ل

Kucintai Engkau dengan dua cinta: cinta karena diri

Dan cinta sebab Engkau patut dicinta

Cinta karena diri adalah larut aku

Mengingat-Mu dan mengabaikan selain-Mu

Sedang cinta sebab Engkau patut dicinta

Adalah Engkau singkap tabir hingga aku dapat memandang-Mu

Pada keduanya, pujian tidak layak bagiku.

Sebab semua pujian untuk-Mu semata.

Puisi ketiga:

ث ذ ح ه اد ؤ الف ف ه ت ل ع ج إ ص ل ج اد س أ ي ه و ض ج ت ح ت أ #

ض ا ؤ ه ش ل ج ل ل ه ن ض الج ف ض أ اد ؤ الف ف ث ل ل ة ث ح #

Kujadikan Engkau teman bicaraku di hati

Ragaku kupersilakan bagi sesiapa teman dudukku

Ragaku menjadi penghibur teman duduk

Page 80: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

61

Di kalbuku kekasih hati menjadi teman

Puisi keempat:

ع ذ ت اس الم ف ش و ع ال ز # ثح ش ظ ت ت أ ل لإ ص ع ت

ع ط ه ة ح ي و ل ةح الو ى#إ ت ع ط ال ل اد ص ه ث ح اى و ل

Kau bermaksiat kepada Tuhan, tapi tetap menyatakan cinta

Demi Tuhan, itu tidak dapat disandingkan

Jika cintamu tulus, niscaya kau patuh kepada-Nya

Sungguh, seorang pencinta akan mematuhi kekasihnya

Puisi kelima:

ج ش ش ه اج الح ل ح ت ه ت ل ف ض ش ت ه ت ل # اب ض غ ام ال

ت ز الت ل ش اه ع ه ت ت # اب ش خ ي و ال الع ي ت

ي ل الى ف م ز ع ال ه ه حاص ر إ اب ش ت اب ش الت ق ف ز الل و #

Sekiranya Engkau menjadi pemanis di tengah pahitnya kehidupan

Sekiranya Engkau mencurahkan rida saat orang-orang terbelenggu kemurkaan

Sekiranya di antara diriku dan diri-Mu adalah sesuatu yang semerbak

Dan di antara diriku dan semesta ini adalah kehancuran

Jika ketetapan hati dari-Mu telah nyata maka segala sesuatu menjadi mudah

Dan segala yang di atas tanah tak lain hanyalah tanah

Puisi keenam:

ااو ت أ ذ ال ث ز ه م ال ن ح اس ا#ف او ص ال ه ة ل الم ة ث اح

ت اح س ائ ج اس ااو ص ةح ى أ ة ل الم ت أ ذ #ل س ش ص

Wahai kekasihku! Hanya Engkaulah yang kukasihi

Page 81: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

62

Beri ampunlah dosa yang datang ke hadirat-Mu

Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku

Hati telah enggan mencintai selain kepada Engkau

B. Analisis Puisi Rābi’ah al-Adawiyyah: Studi Penerjemahan Sastra (Puisi)

Sebagai Pengkhianatan Teks

1. Pengkhianatan Bentuk

Kategori yang pertama yaitu, pengkhianatan pada bentuk. Maksudnya

adalah ketidaksesuaian unsur pembangun puisi dari segi bentuk atau fisik pada

puisi bahasa sasaran. Melihat puisi sumber adalah puisi tradisional Arab yang

memiliki keindahan dari unsur fisik, maka puisi terjemahannya agar dapat

menampilkan keindahan puisi sumber secara utuh, juga harus menampilkan

unsur fisik/bentuk puisi sasaran yang indah pula. perhatikan kasus di bawah

ini:

ث ذ ح ه اد ؤ الف ف ه ت ل ع ج إ ص ل ج اد س أ ي ه و ض ج ت ح ت أ #

ض ا ؤ ه ش ل ج ل ل ه ن ض الج ف ض أ اد ؤ الف ف ث ل ل ة ث ح #

Terjemahan Puisi

Versi Penerjemah

Kujadikan Engkau teman bicaraku di hati

Ragaku kupersilakan bagi sesiapa teman dudukku

Ragaku menjadi penghibur teman duduk

Di kalbuku kekasih hati menjadi teman

Versi Peneliti

Kujadikan Kau teman bicaraku di kalbu

Kupersilakan ragaku untuk teman dudukku

Ragaku menjadi penghibur teman duduk

Kekasih hatiku jadi teman setia di kalbu

Gambar tabel 1.

Page 82: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

63

Perbandingan terjemahan

Analisis:

Perhatikan terjemahan bait pertama dari syi‟ir (puisi) ketiga di atas:

ث ذ ح ه اد ؤ الف ف ه ت ل ع ج إ ص ل ج اد س أ ي ه و ض ج ت ح ت أ #

di hatiEngkau teman bicaraku Kujadikan

dudukkukupersilakan bagi sesiapa teman Ragaku

Antara terjemahan syaṭr pertama dan kedua pada bagian awal tidak sama

bentuk unsur rimanya. Nampaknya penerjemah memperhatikan keteralihan

unsur gramatika (sintaksis) dari bahasa sumber ke bahasa sasaran pada

terjemahan teks و ض ج ت ح ت أ , namun hal itu menjadikan unsur rima yang

harus ada pada terjemahan teks sasaran menjadi tidak sesuai.

Ketidaksesuaiannya pada kata yang peneliti beri garisbawah di atas. Juga

nampak di atas adanya ketidaksesuaian rima akhir pada syaṭr pertama dan

kedua yaitu pada kata „hati‟ dan „dudukku,‟ masalah ini sebenarnya dapat

diatasi penerjemah dengan memilih diksi yang tepat, sehingga dapat membuat

rima akhir yang indah pada puisi Bsa.

Mengingat teori puisi pada bab dua, puisi tradisional atau puisi lama harus

memiliki unsur pembangun dari segi bentuk atau fisik berupa rima, matra dan

irama, sehingga membuat puisi tampak indah. Coba perhatikan keseluruhan

terjemahan syi‟ir ketiga ini:

Kujadikan Engkau teman bicaraku di hati

Ragaku kupersilakan bagi sesiapa teman dudukku

Ragaku menjadi penghibur teman duduk

Page 83: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

64

Di kalbuku kekasih hati menjadi teman

Tidak hanya pada rima bagian awalnya saja yang tidak memiliki keserasian,

rima bagian akhirnyapun tidak tidak serasi, sehingga hilang estetik dari unsur

fisiknya (matra dan iramanya).

Saran peneliti sebagai berikut:

a. Untuk bait pertama. Pertama, bagian terjemah syaṭr pertama kata „hati‟

yang digunakan untuk menerjemahkan kata „ ادؤ الف ‟ diganti dengan kata

„kalbu‟ agar rima akhirnya serasi dengan kata yang menjadi rima akhir

pada larik/ syaṭr berikutnya. Kedua, larik kedua, demi memburu rima

awal agar bunyinya sama kata „ragaku‟ yang menjadi terjemahan

„ و ض ج ‟ diletakan setelah kata „kupersilakan‟ terjemahan dari „ ت ح ت أ ‟.

Jadi demi memburu keserasian bunyi rima awal, larik kedua

diterjemahkan menggunakan metode penerjemahan setia.

b. Untuk bait kedua. Pertama, untuk syaṭr pertama dari bait kedua ini,

peneliti setuju dengan hasil terjemahan penerjemah yang menggunakan

metode penerjemahan semantik. Kedua, untuk larik (syaṭr) kedua dari

bait kedua ini, pada terjemahan ث ل ل ة ث ح dan الف ف ادؤ . Frasa

ث ل ل ة ث ح diterjemahkan „kekasih hati‟ padahal di frasa tersbut

terdapat ḍomir muttasil ya` mutakallim yang nempel dan memiliki arti

„kepunyaan saya‟ jadi seharusnya penerjemah memberi arti „kekasih

hatiku‟ untuk teks sumber ث ل ل ة ث ح . Sedangkan untuk teks اد ؤ الف ف

cukup diberi arti „di hati‟ tanpa penambahan „ku‟ karena, tidak ada

ḍomir muttasil ya` mutakallim yang nempel pada teks اد ؤ الف ف . Pada

Page 84: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

65

kenyataannya penerjemah puisi ini melakukan hal sebaliknya,

membuang arti „aku/saya‟ dari frasa ث ل ل ة ث ح dan memunculkannya

pada teks اد ؤ الف ف yang tidak terdapat ḍomir muttasil ya` mutakallim

yang nempel padanya.

Hasilnya akan didapati terjemahan puisi dari peneliti sebagai berikut:

Kujadikan Kau teman bicaraku di kalbu

Kupersilakan ragaku untuk teman dudukku

Ragaku menjadi penghibur teman duduk

Kekasih hatiku jadi teman setia di kalbu

Selanjutnya pengkhianatan pada bentuk juga peneliti temukan pada

terjemahan syi‟ir kedua di bawah ini:

ال ة ح ي ثح ه ث ح أ ااو ز ل ل أ ه ل ة ح #

ااو ص ي وع ن ش و ز ت ل غ ش #ف ال ة ح ز االهأ ف

ااو س أ تح ة ج الح ل ه ف ش ى #ف ل ل أ ت أ ز االهأ

ف ر ف ذ و الح ل ا ل ان ر ل يى ل # ر ف ذ و الح ل ا ان ر ل

Terjemahan Puisi

Versi Penerjemah

Kucintai Engkau dengan dua cinta: cinta karena diri

Dan cinta sebab Engkau patut dicinta

Cinta karena diri adalah larut aku

Mengingat-Mu dan mengabaikan selain-Mu

Sedang cinta sebab Engkau patut dicinta

Adalah Engkau singkap tabir hingga aku dapat memandang-Mu

Pada keduanya, pujian tidak layak bagiku

Page 85: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

66

Sebab semua pujian untuk-Mu semata

Versi Peneliti

Kucintai Kau dengan dua cinta; cinta karena cinta

Cinta sebab Kau patut dicinta

Cinta karena cinta

Menyibukkanku mengingat-Mu dari selain-Mu

Sebab Engkau patut dicinta

Kau singkap tabir hingga aku makrifat pada-Mu

Pujian tak layak bagiku, pada keduanya

Pujian hanya bagi Allah, pada keduanya

Gambar tabel 1.1.

Perbandingan terjemahan

Analisis:

Perhatikan puisi terjemahan di atas, penyusunan matra pada puisi di atas

masih berantakan tidak berpatokan pada rima yang saling megikat antara satu

kata dengan kata yang lainnya. Peneliti melihat, penerjemah puisi ini hanya

mementingkan keteralihan pesan atau maksud puisi sumber pada puisi sasaran

namun, ia mengabaikan unsur bentuk/fisik yang membangun atau yang

menjadi ciri khas dari puisi itu sendiri. Penerjemah puisi harus

mempertimbangkan unsur pembangun puisi dalam puisi Bsa-nya, tidak bisa

diabaikan. Bila diabaikan maka akan hilang unsur puisinya dan hal itu yang

menyebabkan puisi Tsa mengkhianati puisi Tsu.

Peneliti memperhatikan permulaan kata pada tiap lariknya tidak serasi,

seakan tidak ada irama yang mengikatnya. Pembaca awam, ketika membaca

puisi ini akan merasakan seperti bukan membaca puisi, bila teks puisi

sumbernya dipisahkan dari teks puisi terjemahannya. Mereka akan merasakan

membaca prosa yang di puisi kan, dengan bermodal rima akhir dan

penyusunan larik.

Page 86: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

67

Perhatikan teks puisi terjemahan (tsa) di bawah ini:

Kucintai Engkau dengan dua cinta: cinta karena diri

Dan cinta sebab Engkau patut dicinta

Cinta karena diri adalah larut aku

Mengingat-Mu dan mengabaikan selain-Mu

Sedang cinta sebab Engkau patut dicinta

Adalah Engkau singkap tabir hingga aku dapat memandang-Mu

Pada keduanya, pujian tidak layak bagiku

Sebab semua pujian untuk-Mu semata

Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan strategi memilih metode

penerjemahan yang tepat dan pemilihan diksi yang tepat, guna memburu rima,

irama dan unsur pembangun bentuk puisi lainnya.

Pada bait pertama agar rima awal antara larik pertama dan kedua memiliki

irama, maka peneliti mencoba mencarikan diksi yang sesuai untuk menjadi

padanan teks sumber dan demi memburu rima awal yang berirama. Kalimat

„kucintai Engkau dengan dua cinta: cinta karena diri‟ yang menjadi

terjemahan larik pertama dari teks „ ال ة ح ي ثح ه ث ح أ ,‟ menurut peneliti

terjemahan ال ة ح yaitu „cinta karena diri‟ baiknya diubah menjadi „cinta

karena cinta‟ dengan alas an memburu keindahan estetik pada rima dan matra

puisinya.

Page 87: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

68

Kata ة ح mempunyai arti dalam kamus „cinta‟ „mencintai‟ dan

„menyukai‟ sedangkan, kata 'mempunyai arti dalam kamus 'cinta ال

'keinginan' 'kesukaan' 'kesenangan' dan „kecenderungan‟. Demi memburu rima

yang serasi dan keindahan puisi yang harus ada dalam sebuah puisi99

, peneliti

menerjemahkan frasa ال ة ح dengan „cinta karena cinta‟

Sedangkan pada larik (syaṭr) kedua bait pertama, kata „dan‟ yang menjadi

terjemahan (wau) tidak perlu diterjemahkan, karena tersebut penanda

awal kalimat atau dikenal dengan wau isti‟naf. Pemilihan diksi „Engkau‟

untuk terjemahan ḍomir muttaṣil ن menurut peneliti lebih cocok „Kau‟

dengan alasan katau „Kau‟ lebih memiliki kedekatan antara orang yang

berbicara dengan orang yang diajak bicara. Peneliti menerjemahkan larik

kedua ini ااو ز ل ل أ ه ل ة ح sebagai berikut; „Cinta sebab Kau patut

dicinta‟. Hasil terjemahan peneliti larik satu dan dua bait pertama sebagai

berikut:

Kucintai Kau dengan dua cinta; cinta karena cinta

Cinta sebab Kau patut dicinta

Terjemahan bait kedua dari syi‟ir kedua ini terdapat beberapa masalah

terutama pada larik pertama. Frasa „larut aku‟ merupakan terjemahan dari tsu

ل غ ش ف yang terdapat pada larik kedua, hal ini merupakan kasus pengkhianatan

tsa pada tsu yang dilakukan penerjemah puisi. Sebab, penerjemah puisi bukan

99

Lihat unsur pembangun puisi dari segi bentuk/fisik pada bab dua.

Page 88: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

69

lagi menerjemahkan, melainkan sudah menyadur. Penerjemah puisi meletakan

terjemahan larik kedua pada larik pertama yang menurut peneliti tidak

diperbolehkan, karena yang dinamakan menerjemahkan adalah mengalihkan

pesan seutuhnya dari bahasa sumber ke-bahasa sasaran, kalau itu puisi berarti

lengkap dengan unsur-unsur puisi dan dalam bentuk bentuk puisi pada bahasa

sasaran.

Untuk larik pertama bait kedua peneliti menerjemahkan teks ز االهأ ف

ال ة ح dengan arti „cinta karena cinta‟100

. Sebab bila diterjemahkan

dengan metode penerjemahan harfiyah atau semantik, nanti akan muncul

makna dari teks الهأف ز ا „adapun‟101

yang tidak estetis bila diletakan pada

bahasa puisi.

Kemudian frasa ل غ ش ف tetap terjemahannya diletakan pada larik kedua.

Peneliti menerjemahkan larik kedua secara menyeluruh sebagai berikut;

„Menyibukkanku mengingat-Mu dari selain-Mu‟. „Menyibukkanku‟ arti dari

frasa ل غ ش ف , sedangkan „mengingat-Mu dari selain-Mu‟ terjemahan dari

teks ااو ص ي وع ن ش و ز ت .

هأ ز الا ل ل أ ت أ pada bait ketiga penerjemah puisi ini

menerjemahkan teks هأ ز الا dengan padanan „sedang‟ dalam bahasa

sasaran yang menurut peneliti tidak perlu diberikan padanan sebab dapat

100

Menggunakan metode penerjemahan bebas 101

Dalam kamus Munawwir

Page 89: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

70

merusak bahasa dalam puisi/ syi‟ir-nya. Menurut peneliti terjemahkan saja

„sebab Engkau patut dicinta‟. Larik selanjutnya menurut peneliti

diterjemahkan saja „Kau singkap tabir hingga aku makrifat pada-Mu.‟ Peneliti

memilih membuang kata „adalah‟ yang dimunculkan oleh penerjemah sebab

menurut peneliti, kata „adalah‟ tidak tepat pada pemakaian bahasa puisi.

Untuk bait terakhir menurut peneliti pada larik pertama diubah menjadi

„pujian tak layak bagiku, pada keduanya‟ sedangkan larik keduanya „pujian

hanya bagi Allah, pada keduanya‟ dengan alasan demi memburu keselarasan

rima bagian awal dan akhir pada larik pertama dan kedua. Rincian makna larik

pertama dan kedua sebagai berikut:

Kata/ Frasa

Bahasa Sumber

Makna Kamus/ Makna

terjemahan harfiyyah

Kata yang dipakai

penerjemah

ر ف ا ان ر ل ,Di, di dalam, pada = ف

itu = ران ,ini = را

Pada keduanya

ف ذ و الح ل الحوذ ,Maka tidak = فل

= Pujian, syukur,

terimakasih

Pujian tidak layak

ل Bagiku, untukku Bagiku

Gambar tabel 1.2.

Rincian makna larik pertama

Kata/ Frasa

Bahasa Sumber

Makna Kamus/ Makna

terjemahan harfiyyah

Kata yang dipakai

penerjemah

Page 90: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

71

يى ل Akan tetapi Sebab

ل

Bagi Allah -

ذ و الح

Pujian, syukur, terimakasih Pujian

ر ف ا ان ر ل را ,Di, di dalam, pada = ف

= ini, ران = itu

-

Gambar tabel 1.3.

Rincian makna larik kedua.

Terjemahan larik kedua diterjemahkan dengan metode penerjemahan bebas

oleh penerjemah puisi ini.

Secara keseluruhan peneliti menerjemahkan ulang syi‟ir kedua sebagai

berikut:

Kucintai Kau dengan dua cinta; cinta karena cinta

Cinta sebab Kau patut dicinta

Cinta karena cinta

Menyibukkanku mengingat-Mu dari selain-Mu

Sebab Engkau patut dicinta

Kau singkap tabir hingga aku makrifat pada-Mu

Pujian tak layak bagiku, pada keduanya

Pujian hanya bagi Allah, pada keduanya

Kemudian peneliti menemukan kasus pengkhianatan bentuk pada terjemahan

syi‟ir kelima di bawah ini:

Page 91: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

72

ج ش ش ه اج الح ل ح ت ه ت ل ف ض ش ت ه ت ل # اب ض غ ام ال

ت ز الت ل ش اه ع ه ت ت # اب ش خ ي و ال الع ي ت

ي ل الى ف م ز ع ال ه ه حاص ر إ اب ش ت اب ش الت ق ف ز الل و #

Terjemahan Puisi

Versi Penerjemah

Sekiranya Engkau menjadi pemanis di tengah pahitnya kehidupan

Sekiranya Engkau mencurahkan rida saat orang-orang terbelenggu kemurkaan

Sekiranya di antara diriku dan diri-Mu adalah sesuatu yang semerbak

Dan di antara diriku dan semesta ini adalah kehancuran

Jika ketetapan hati dari-Mu telah nyata maka segala sesuatu menjadi mudah

Dan segala yang di atas tanah tak lain hanyalah tanah

Versi Peneliti

Semoga Kau jadi pemanis dalam pahitnya kehidupan

Semoga Kau meridai saat manusia murka

Semoga antara aku dan Engkau terpelihara

Antara aku dan semesta hanyalah fana

Bila kesungguhan hati-Mu nyata, segala sesuatu jadi remeh

Segala yang di atas tanah hanyalah tanah.

Gambar tabel 1.4.

Perbandingan terjemahan

Analisis:

Pendapat peneliti mengenai terjemahan puisi di atas, penerjemah sadar atau

tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja telah memakai rima akhir patah. Ciri

rima akhir patah polanya adalah a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a/b-a-a-a, namun yang

menjadi ganjalan bagi peneliti adalah biasanya salah satu dari rima akhir patah

tersebut huruf vokal (a,i,u,e,o) atau huruf konsonan di antara tiga huruf vokal

yang ada pada suku kata terakhir pada larik sebelum dan sesudah huruf

Page 92: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

73

konsonan itu. Bila terjemahan ش اه ع yaitu „semerbak‟ diganti dengan diksi

lain yang bersuku kata akhirnya huruf vokal maka terpenuhi unsur rima

akhirnya.

Selanjutnya kata „dan‟ yang menjadi terjemahan huruf pada syaṭr

keempat baiknya dibuang saja sebab terjemahan harfiyyah ini merusak irama,

dan kata „di antara‟ dibuang kata preposisi „di‟ jadi tinggal kata „antara‟ saja

pada awal kalimat, serta membuang kata „ini‟ dan „adalah‟ yang tidak ada

rujukkannya dalam teks sumber, kemudian diganti dengan kata „hanya‟ yang

masih ada hubungan dengan konteks teks sumber, jadi terjemahannya akan

seperti ini, “Antara diriku dan semesta hanya kehancuran.” Menurut peneliti

itu lebih baik.

Analisis peneliti terhadap terjemahan syi‟ir kelima terkait dengan

pengkhianatan teks pada unsur bentuk/fisik puisi sebagai berikut:

a. Bait pertama peneliti menilai antara larik pertama dan kedua rima awal

dan akhirnya sudah dapat mewakili unsur pembangun bentuk dari puisi

bahasa sasaran, karena memiliki kesamaan bunyi untuk membentuk

irama. Namun, pada pertengahan kalimat terasa amat panjang untuk

kalimat dalam puisi terutama pada larik kedua (terjemahan puisi). Untuk

larik pertama terjemahkan saja sebagai berikut; „Semoga Engkau jadi

pemanis dalam pahitnya kehidupan‟, lalu larik keduanya; „Semoga

Engkau meridai saat manusia murka‟. Peneliti mempertimbangkan

menerjemahkan kata لت dengan padanan 'semoga' daripada 'sekiranya',

karena menurut peneliti setelah mengkaji riwayat kehidupan (pembacaan

Page 93: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

74

historikal) beliau (Rabi‟ah) sebagai sufi wanita, beliau ini senantiasa

berdoa kepada Allah dengan bahasa yang sangat santun, bahkan terlalu

santunnya, seakan-akan beliau merendahkan dirinya dihadapan Allah.

Jadi, menurut peneliti kata ت ل pada syi‟ir ini bukanlah bermkana

denotasi „sekiranya‟ yang mengandung unsur angan-angan, tapi terdapat

makna konotasi yaitu harapan „semoga‟.

Selanjutnya peneliti lebih memilih diksi „dalam‟ daripada „di

tengah‟, menurut peneliti tidak perlu mencari padanan di luar konteks

kalimat, bila masih bisa dicari padanan pada konteks kalimat. Kata

„dalam‟ pada larik pertama muncul karena terdapat ḥaliyyah dari teks

ج ش ش ه اج الح ل ح ت ه ت ل ف yang memiliki „dalam keadaan‟ atau „dalam‟.

Larik kedua, bandingkan antara terjemahan penerjemah puisi ini dengan

terjemahan peneliti; „Sekiranya Engkau mencurahkan rida saat orang-

orang terbelenggu kemurkaan‟ dengan „Semoga Engkau meridai saat

manusia murka‟. Pertama, terjemahan puisi penerjemah terlalu panjang

kalimatnya untuk ukuran sebuah puisi, sedangkan peneliti lebih

memadatkan kalimatnya. Kedua, penerjemah puisi menerjemahkan kata

ض ش ت „mencurahkan rida‟ yang sebenarnya bisa diefektifkan dengan

diksi „meridai‟ dan kata اب ض غ yang diterjemahkan penerjemah puisi

ini dengan „terbelenggu kemurkaan‟ peneliti menyederhanakan dengan

memilih diksi „murka‟. Penerjemah puisi perlu mengingat bahwa bahasa

yang digunakan pada puisi adalah bahasa yang padat dan terfokuskan

Page 94: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

75

pada maksud puisi itu sendiri.102

Pemilihan diksi yang tepat untuk

dijadikan padanan (terjemahan) Bsu pada Bsa merupakan bagian dari

strategi penerjemahan.

b. Bait kedua menurut peneliti untuk terjemahan شاه ع yang diberi

terjemahan 'semerbak' oleh penerjemah, baiknya atau bahkan seharusnya

dicari diksi yang lain agar rima akhir sesuai dengan larik kedua bait

pertama atau larik sesudahnya yaitu larik kedua bait kedua. Dalam

kamus al-Munawir, kata شاه ع memiliki arti „yang didiami‟dan „yang

dipelihara‟ atau „terpelihara‟. Selanjutnya untuk menyelarasi rima akhir

pada larik pertama bait kedua, peneliti memilih diksi „fana‟ untuk

terjemahan teks اب ش خ daripada diksi „kehancuran‟.

Juga untuk memburu kesamaan irama pada permulaan kalimat antara

larik pertama dan kedua, bait kedua ini, peneliti membuang preposisi

„di‟ pada kata „di antara‟ yang menjadi terjemahan dari teks ت .

c. Bait ketiga dari syi‟ir kelima ini, ada beberapa diksi yang menjadi

padanan tsa pada tsu yang peneliti ubah dengan alasan memburu

keselarasan bunyi irama, diantaranya kata „jika‟ yang menjadi padanan

tsu ار إ . Diubah dengan diksi „bila‟ sebab, memburu keselarasan bunyi

irama pada kata „segala‟di larik kedua. Dengan pertimbangan kata „bila‟

dan „jika‟ masih dapat menjadi padanan tsu ار إ .

102

Melani Budianta, Ida Sundari Husen, dkk. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk

Perguruan Tinggi), (Magelang: Indonesia Tera, 2003), h. 40-41.

Page 95: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

76

Secara keseluruhan peneliti menganalisis metode penerjemahan yang

digunakan penerjemah puisi untuk menerjemahkan puisi ini menggunakan

metode penerjemahan setia. Dapat diketahui ketika penerjemah puisi,

menerjemahkan bait ketiga, “Sekiranya di antara diriku dan diri-Mu adalah

sesuatu yang semerbak,” # “Dan di antara diriku dan semesta ini adalah

kehancuran.” Penerjemah sangat setia ketika menerjemahkan atau mencari

padanan tsu شاه ع dengan diksi „semerbak‟ dan tsu اب ش خ „kehancuran‟ yang

kedua arti tersebut terdapat dalam kamus.103

Penerjemah tidak bisa

melepaskan arti sesungguhnya teks sumber tersebut, sehingga berdampak

pada keindahan puisi terjemahannya.104

Menurut peneliti, baiknya ketika menerjemahkan puisi/syi‟ir tsu ke tsa,

harus lebih memperhatikan kekhasan dari puisi itu sendiri walaupun dalam

teks sasaran atau bahasa sasaran, disamping harus memperhatikan keteralihan

pesan. Hasil dari analisis syi‟ir kelima ini, peneliti mencoba menerjemahkan

ulang dengan pola rima akhir patah b-a-a-a sebagai berikut:

Semoga Kau jadi pemanis dalam pahitnya kehidupan

Semoga Kau meridai saat manusia murka

Semoga antara aku dan Engkau terpelihara

Antara aku dan semesta hanyalah fana

Bila kesungguhan hati-Mu nyata, segala sesuatu jadi remeh

Segala yang di atas tanah hanyalah tanah.

103

al-Munawir 104

Dampaknya adalah hilang keindahan syi'ir kelima dari segi bentuknya sebagai puisi,

karena hilangnya irama dan rima akhir.

Page 96: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

77

2. Pengkhianatan Isi

Kategori kedua ialah pengkhianatan unsur isi pada syi‟ir (puisi), dengan artian

kasus pengkhianatan unsur isi puisi yang disebabkan oleh pemilihan metode

penerjemahan, juga terkait strategi dalam menerjemahkan teks sumber.

Strategi dalam menerjemahkan kaitannya dengan pemilihan diksi dan lainnya.

Kaitannya dengan masalah terjemahan yang dapat merubah isi (maksud) dari

puisi sumber.

Kasus pertama peneliti temukan pada syi‟ir kelima, bait ketiga pada syaṭr

pertama, analisisnya sebagai berikut:

ج ش ش ه اج الح ل ح ت ه ت ل ف ض ش ت ه ت ل # اب ض غ ام ال

ت ز الت ل ش اه ع ه ت ت # اب ش خ ي و ال الع ي ت

ي ل الى ف م ز ع ال ه ه حاص ر إ اب ش ت اب ش الت ق ف ز الل و #

Teks sumber ص ر إ ي ل الى ف م ز ع ال ه ه حا , terutama pada teks yang

digarisbawahi oleh peneliti, yang menjadi kajian kasus pengkhianatan teks

unsur isi puisi.

Sebelumnya teks ي juga terdapat pada syi‟ir pertama larik pertama yang

berbunyi, ص ر إ ي ل الى ف م ز ع ال ه ه حا . Sama-sama terdapat kata ي ,

diterjemahkan berbeda oleh penerjemah. Kata ي pada syi‟ir pertama

diterjemahkan „remeh‟, sedangkan kata ي pada syi‟ir kelima diterjemahkan

mudah.

Page 97: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

78

Peneliti menganalisa arti kata ي dalam bahasa sasaran (Indonesia)

sebagai berikut; „mudah‟, „gampang‟, „rendah‟, „remeh‟.105

Belum selesai

mencari padanan teks atau kata untuk terjemahan ي sampai pada merujuk

kamus saja, tetapi kita perlu melihat konteks kalimat teks sumber (syi‟ir) jauh

lebih kedalam lagi dengan mempertimbangkan kajian historis (sejarah) syi‟ir

ditulis dan pengarang syi‟ir ini.

Bila dikaji secara historis syi‟ir ini ditulis/dikarang oleh seorang sufi

wanita yaitu Rābi‟ah al-Adawiyah. Rābi‟ah al-Adawiyah merupakan sufi

wanita yang sangat zuḥud artinya ia tidak lagi memperhatikan keidupan

duniawi, sehingga sepanjang masa hidupnya ia hanya melakukan ibadah, ia

curahkan seluruh kehidupannya kepada Allah swt. dengan metode atau cara

tasawwuf mahabbahnya ia berhasil makrifat (kasyaf) kepada Allah swt.106

Pertimbangan kedua adalah karena keterpautan kata „tanah‟ yang menjadi

terjemahan teks اب ش الت yang memiliki konotasi yang sama dengan kata

'remeh'. Bila diteliti makna „remeh‟ dan „mudah‟ dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia sebagai berikut:

Kata Makna/Arti Menurut KBBI

Remeh Tidak penting, tidak berharga, atau kecil

Mudah Gampang tidak sukar, tidak perlu mengeluarkan tenaga dan

pikiran dalam mengerjakannya

Gambar tabel 2.

105

Kamus al-Munawwir dan al-Munjid. 106

Lihat bab ke-3 pembahasan ajaran tasawwuf Rabi‟ah al-Adawiyyah

Page 98: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

79

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dianalisa, peneliti lebih

memilih kata „remeh‟ untuk terjemahan kata atau teks sumber ي daripada

kata „mudah‟, karena kata „remeh‟ lebih dekat maksudnya untuk mewakili isi

atau pesan dari teks sumber ي .

Pada bait selanjutnya bait kedua peneliti juga menemukan kasus

pengkhianatan teks pada terjemahan ش اه ع yang diterjemahkan „semerbak‟

oleh penerjemah puisi ini. Bisa dilihat dibawah ini bait kedua syaṭr pertama

dari syi‟ir ini:

ت ز الت ل ش اه ع ه ت

Sekiranya di antara diriku dan diri-Mu adalah sesuatu yang semerbak

Kata ش اه mempunyai beberapa padanan dalam bahasa Indonesia sebagai ع

berikut:

Kata/ Frasa

Bahasa Sumber

Makna Kamus/ Makna

terjemahan harfiyyah

Kata yang dipakai

penerjemah

ش اه ع Yang didiami, tempat yang

didiami, yang dipelihara.

Semerbak

Gambar tabel 2.1.

Dari uraian tabel di atas, hemat peneliti adalah ambil kata „terpelihara‟ saja

yang dekat dengan makna ش اه ع pada teks sumber, sehingga penerjemah tidak

mengkhianati isi teks sumber. Kalau tetap memakai kata „semerbak‟ hasil

terjemahan dari penerjemah puisi ini dapat mengkhianati isi/maksud dari

pengarang puisi ini.

Page 99: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

80

Selanjutnya peneliti menemukan kasus pengkhianatan teks unsur isi puisi pada

syi‟ir kedua di bawah ini:

ال ة ح ي ثح ه ث ح أ ااو ز ل ل أ ه ل ة ح #

ااو ص ي وع ن ش و ز ت ل غ ش #ف ال ة ح ز االهأ ف

ااو س أ تح ة ج الح ل ه ف ش ى #ف ل ل أ ت أ ز االهأ

ف ر ف ذ و الح ل ا ل ان ر ل يى ل # ر ف ذ و الح ل ا ان ر ل

Terjemahan Puisi

Versi Penerjemah

Kucintai Engkau dengan dua cinta: cinta karena diri

Dan cinta sebab Engkau patut dicinta

Cinta karena diri adalah larut aku

Mengingat-Mu dan mengabaikan selain-Mu

Sedang cinta sebab Engkau patut dicinta

Adalah Engkau singkap tabir hingga aku dapat memandang-Mu

Pada keduanya, pujian tidak layak bagiku

Sebab semua pujian untuk-Mu semata

Versi Peneliti

Kucintai Kau dengan dua cinta; cinta karena cinta

Cinta sebab Kau patut dicinta

Cinta karena cinta

Menyibukkanku mengingat-Mu dari selain-Mu

Sebab Engkau patut dicinta

Kau singkap tabir hingga aku makrifat pada-Mu

Pujian tak layak bagiku, pada keduanya

Pujian hanya bagi Allah, pada keduanya

Gambar tabel 2.2.

Perbandingan terjemahan

Analisis:

Pada terjemahan kata yang digarisbawahi pada larik kedua bait ketiga dari

syi‟ir di atas, rinciannya sebagai berikut:

Page 100: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

81

اتح ة ج الح ل ه ف ش ى ف او أ س

Adalah Engkau singkap tabir hingga aku dapat memandang-Mu

Teks sumber atau frasa ااو س أ diterjemahkan „memandang-Mu‟ oleh

penerjemah puisi ini. Menurut peneliti frasa ااو س أ diterjemahkan secara

hafiyyah atau leksikal oleh penerjemah puisi ini. Tidak salah, tetapi maksud

atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang syi‟ir ini kurang

tersampaikan.

Bila dilihat dalam kamus frasa ااو س أ 107

memiliki akar kata أ س memiliki

arti atau makna; „melihat‟, „memandang‟, „dapat dilihat‟, „menyangka‟,

„menduga‟, „bermimpi‟, dan „makrifat‟.108

Diantara arti kata أ س peneliti

memilih kata „makrifat‟ untuk dijadikan padanan أ س dalam bahasa

sasarannya (terjemahannya), dengan pertimbangan syi‟ir ini ditulis oleh

seorang sufi dan syi‟irnya juga membahas tentang tasawwuf.

Selanjutnya peneliti menemukan kasus pengkhianatan teks pada syi‟ir

keempat di bawah ini:

ع ذ ت اس الم ف ش و ع ال ز # ثح ش ظ ت ت أ ل لإ ص ع ت

ع ط ه ة ح ي و ل ةح الو ى#إ ت ع ط ال ل اد ص ه ث ح اى و ل

Terjemahan Puisi

Versi Penerjemah

107

أرى + ك= أراك 108

Kamus al-Munawwir dan al-Munjid

Page 101: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

82

Kau bermaksiat kepada Tuhan, tapi tetap menyatakan cinta

Demi Tuhan, itu tidak dapat disandingkan

Jika cintamu tulus, niscaya kau patuh kepada-Nya

Sungguh, seorang pencinta akan mematuhi kekasihnya

Versi Peneliti

Kau maksiat pada Tuhan tapi, tetap nyatakan cinta

Demi Tuhan! Ini kiasan yang mengherankan

Kalau cintamu tulus, niscaya kau patuh pada-Nya

Sungguh, seorang pencinta akan mematuhi kekasihnya

Gambar tabel 2.3.

Perbandingan terjemahan

Analisis:

Perhatikan syi‟ir keempat di atas, peneliti menemukan kasus pengkhianatan

pada bait pertama syaṭr kedua pada teks sasaran, “Tidak dapat disandingkan”

yang menjadi padanan dari ع ذ ت اس الم ف dan kata از diterjemahkan „itu‟

dalam bahasa sasaran. Perhatikan uraian dalam tabel di bawah ini:

Kata/ Frasa

Bahasa Sumber

Makna Kamus/ Makna

terjemahan harfiyyah

Kata yang dipakai

penerjemah

از Ini -

ش و ع ل Demi Tuhan, Demi Jiwa Demi Tuhan

ع ذ ت اس الم ف ,Ukuran = الماس

perbandingan,

persamaan, kiasan.

,bandingan = تذع

takjub, heran

Itu tidak dapat

disandingkan

Gambar tabel 2.4.

Page 102: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

83

Dari uraian tabel di atas nampaknya, penerjemah menggunakan metode

penerjemahan bebas pada terjemahan ع ذ ت اس الم ف dengan memunculkan

gagasan penerjemah sendiri yaitu „tidak dapat disandingkan‟. Menurut peneliti

gagasan dari penerjemah puisi ini tidak dapat mewakili atau menggantikan

maksud/isi dari teks ع ذ ت اس الم ف . Maksud pengarang puisi yang peneliti

tangkap adalah situasi yang mengherankan pengarang dari ungkapan

sebelumnya pada syaṭr pertama, dan juga teks/kata ع ذ ت yang menunjukkan

arti „keheranan‟ atau „aneh‟. Jadi terjemahan yang pas menurut peneliti seperti

ini, “Demi Tuhan! ini kiasan yang mengherankan,” dengan tetap

menerjemahkan teks از dengan padanan „ini‟.

Peneliti mencoba menerjemahkan ulang syi‟ir di atas sebagai berikut:

Kau maksiat pada Tuhan tapi, tetap nyatakan cinta

Demi Tuhan! Ini kiasan yang mengherankan

Kalau cintamu tulus, niscaya kau patuh pada-Nya

Sungguh, seorang pencinta akan mematuhi kekasihnya

Pada syi‟ir keenam di bawah ini juga peneliti temukan kasus pengkhiantan isi

sebagai berikut:

ااو ت أ ذ ال ث ز ه م ال ن ح اس ا#ف او ص ال ه ة ل الم ة ث اح

ت اح س ائ ج اس ااو ص ةح ى أ ة ل الم ت أ ذ #ل س ش ص

Terjemahan Puisi

Versi Penerjemah

Page 103: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

84

Wahai kekasihku! Hanya Engkaulah yang kukasihi

Beri ampunlah dosa yang datang ke hadirat-Mu

Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku

Hati telah enggan mencintai selain kepada Engkau

Versi Peneliti

Wahai kekasihku! Tiada kekasih bagiku melainkan Engkau

Kasihilah hari-hari pendosa yang datang pada-Mu

Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku

Hati telah enggan mencintai selain kepada Engkau

Gambar tabel 2.5.

Perbandingan terjemahan

Analisis:

Pada bait pertama peneliti menemukan kasus pengkhianatan isi pada

terjemahan teks ااو ت أ ذ ال ث ز ه م ال ن ح اس ف pada syaṭr kedua.

ااو ت أ ذ ال ث ز ه م ال ن ح اس ف Mu-yang datang ke hadirat dosaBeri ampunlah

Kata „dosa‟ yang penelti garisbawahi merupakan pengkhianatan isi yang

dilakukan penerjemah terhadap teks sumber, sebab kata „dosa‟ bukan padanan

atau terjemahan teks اث ز ه . Teks اث ز ه benar memang memiliki arti atau

padanan „dosa‟, bila dikembalikan keasalnya atau keakar katanya yaitu ة ر ,

sedangkan kata اث ز ه telah mengalami perubahan bentuk kata dan memiliki

arti sendiri yakni „orang yang berdosa‟. Juga kata نح س إ „rahmati‟ memiliki

konatasi makna yang berbeda dengan شف غ إ „ampuni‟, „maafkan‟. Kata

„rahmati‟ atau „kasihilah‟ memiliki konotasi makna berbeda dengan „ampuni‟

atau „maafkan‟. Jadi menurut peneliti yang tepat untuk terjemahan teks نح س إ

Page 104: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

85

menurut unsur isi puisi ini ialah „rahmati‟ atau „kasihi‟ disesuaikan dengan

matra dan rima puisi.

Kata/ Frasa

Bahasa Sumber

Makna Kamus/ Makna

terjemahan harfiyyah

Kata yang dipakai

penerjemah

اث ز ه م ال ن ح اس Kata اسحن berasal dari kata

yang memiliki arti سحن

menyayangi, mengasihani,

merahmati.

Kata الم memiliki arti hari,

waktu, suatu hari.

Dan kata هزثا isim fāil dari

masdar رة yang memiliki

arti pendosa

Beri ampunlah dosa

Gambar tabel 2.6.

Berdasarkan uraian analisis diatas, peneliti menerjemahkan teks فاسحن

لذاتاوا sebagai berikut; “Kasihilah hari-hari pendosa yang datang المهزثا

pada-Mu.” Selanjutnya agar rima akhirnya serasi pada tiap lariknya, larik

pertama bait pertama terjemahannya, diterjemahkan secara setia saja, “Wahai

kekasihku! Tiada kekasih bagiku melainkan Engkau.” Terjemahan versi

peneliti secara keseluruhan sebagai berikut:

Wahai kekasihku! Tiada kekasih bagiku melainkan Engkau

Kasihilah hari-hari pendosa yang datang pada-Mu

Page 105: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

86

Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku

Hati telah enggan mencintai selain kepada Engkau

3. Pengkhianatan Kreatif

Seperti yang dipaparkan Damono pada bab dua pembahasan teori, bahwa

menerjemahkan karya sastra berarti mengubah “mengurangi atau menambah”

apa yang ada pada aslinya. Setiap penerjemah karya sastra pada hakikatnya

mengkhianati yang diterjemahkannya sebab hanya dengan demikian ia bisa

menampung karya yang diterjemahkannya itu ke dalam bahasa sasaran,

pengkhianatan tersebut tidak selalu negatif, melainkan banyak juga yang

berdampak atau menghasilkan karya terjemahan yang positif. Pengkhianatan

teks terjemahan yang bernilai positif lah yang disebut dengan pengkhianatan

kreatif dari penerjemah, hal tersebut dipaparkan oleh Damono dan juga

Escarpit.

Peneliti ketika menganalisis terjemahan puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah

menemukan kasus pengkhianatan kreatif dalam terjemahan puisi tersebut.

Diantara kasusnya akan dipaparkan di bawah ini:

Syi‟ir pertama

ي ف الى ل د ال ه ه اى او اب #إ ر الت ش ق الز ف و ل اب ت ش

Bila cinta dari-Mu kuraih, semua menjadi remeh

Segala yang di atas tanah tak lebih hanyalah tanah

Perhataikan terjemahan larik pertama pada kata „kuraih‟, dalam puisi teks

sumber tidak ada teks atau kata yang dapat dirujuk oleh kata „kuraih‟ dalam

teks sasarannya. Artinya tidak ada kata pada teks sumber yang pantas

Page 106: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

87

dipadankan atau diterjemahkan dengan kata „kuraih‟ pada teks sasaran,

melainkan kreatifitas dari penerjemah puisi ini sendiri yang memunculkan

kata „kuraih‟ pada puisi terjemahannya (teks bahasa sasaran). Inilah yang

disebut pengkhianatan kreatif dalam penerjemahan sastra (puisi). Lihat

terjemahan perkatanya dalam uraian tabel di bawah ini.

Kata/ Frasa Bahasa

Sumber

Makna Kamus/ Makna

terjemahan harfiyyah

Kata yang dipakai

penerjemah

ا Jika, bila, apabila إ ر Bila

اى ,Ada, terdapat, terjadi و

seyogyanya, dahulu,

adapun.

-

ه Dari-Mu Dari-Mu ه

د Cinta, menyukai, sangat ال

mencintai

Cinta

Maka segala sesuatu Semua ف الى ل

Mudah, remeh Remeh ي

Gambar Tabel 3.

Kemudian pada larik atau syaṭr kedua pada syi‟ir pertama:

اب اب ت ش الت ش ق الز ف و ل

hanyalah tanah tak lebihSegala yang di atas tanah

Kata „tak lebih‟ yang diberi garis bawah oleh peneliti juga termasuk kasus

pengkhianatan kreatif, sebab kata tersebut dimunculkan oleh penerjemah puisi

ini dari makna konteks struktur kalimat اب ت ش اب الت ش ق ف , yang menurut

Page 107: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

88

peneliti cukup dimunculkan kata „hanya‟ tanpa „tak lebih‟ sudah dapat

mewakili isi/maksud dari larik kedua ini.

Selanjutnya pada syi‟ir ketiga peneliti menemukan kasus pengkhianatan

kreatif sebagai berikut:

ث ذ ح ه اد ؤ الف ف ه ت ل ع ج إ ص ل ج اد س أ ي ه و ض ج ت ح ت أ #

ض ا ؤ ه ش ل ج ل ل ه ن ض الج ف ض أ اد ؤ الف ف ث ل ل ة ث ح #

Terjemahan Puisi

Versi Penerjemah

Kujadikan Engkau teman bicaraku di hati

Ragaku kupersilakan bagi sesiapa teman dudukku

Ragaku menjadi penghibur teman duduk

Di kalbuku kekasih hati menjadi teman

Versi Peneliti

Kujadikan Kau teman bicaraku di kalbu

Kupersilakan ragaku untuk teman dudukku

Ragaku menjadi penghibur teman duduk

Kekasih hatiku jadi teman setia di kalbu

Gambar tabel 3.1.

Perbandingan terjemahan

Analisis:

Teks yang diberi garis bawah oleh peneliti adalah kasus pengkhianatan kreatif

pada terjemahan syi‟ir ketiga. Bila dilihat berdasarkan teori metode

penerjemahan, menurut peneliti, penerjemah puisi ini menggunakan metode

penerjemahan semantis. Dapat diketahui penerjemah menggunakan metode

penerjemahan semantis dari teks-teks yang diberi garis bawah oleh peneliti.

Page 108: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

89

Coba perhatikan tsa „teman bicaraku‟ yang menjadi padanan tsu ث ذ ح ه .

Teks ث ذ ح ث ;mempunya arti sendiri sebagai berikut ه ذ ح terbentuk dari kata ه

ث ذ ح ث kata .(mutakallim) + ه ذ ح memiliki arti dalam kamus „orang yang ه

berbicara‟, „kejadian‟, „orang yang bercerita‟. Sedangkan (mutakallim)

memiliki arti „saya‟. Penerjemah puisi ini memilih padanan „teman

bicaraku‟untuk menerjemahkan teks sumber ث ذ ح ,dalam tsa atau bsa ه

menurut peneliti ini merupakan kreatifitas dari penerjemah puisi. Sama ketika

penerjemah puisi, menerjemahkan teks ث ذ ح dan teks ه ا ض ؤ ش ه ل .ل ل ج

Menurut peneliti, penerjemah puisi ini telah mampu melepaskan diri dari

keterikatannya terhadap teks sumber, sehingga memunculkan tsa yang terbaca,

dapat dipahami, dan wajar dalam bahasa sasaran.

Selanjutnya pada syi‟ir keenam peneliti temukan kasus pengkhianatan kreatif

sebagai berikut:

ااو ت أ ذ ال ث ز ه م ال ن ح اس ا#ف او ص ال ه ة ل الم ة ث اح

ت اح س ائ ج اس ااو ص ةح ى أ ة ل الم ت أ ذ #ل س ش ص

Terjemahan Puisi

Versi Penerjemah

Wahai kekasihku! Hanya Engkaulah yang kukasihi

Beri ampunlah dosa yang datang ke hadirat-Mu

Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku

Hati telah enggan mencintai selain kepada Engkau

Versi Peneliti

Wahai kekasihku! Tiada kekasih bagiku melainkan Engkau

Page 109: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

90

Kasihilah hari-hari pendosa yang datang pada-Mu

Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku

Hati telah enggan mencintai selain kepada Engkau

Gambar tabel 3.2.

Perbandingan terjemahan

Analisis:

Pada terjemahan teks ا او ص ال yaitu „hanya Engkaulah yang kukasihi‟, bila ه

dilihat dari penerapan metode penerjemahan yang dipakai penerjemah puisi

ini adalah penerjemahan bebas. Bila diterjemahkan secara setia artinya akan

seperti ini „tiada selainmu‟. Kasus ini termasuk pengkhianatan kreatif.

Kreatifitas penerjemah puisi ini diaplikasikan pada penerjemahan teks ال ه

ا او .ص

Kemudian pada terjemahan ا (ya nida) yang memiliki arti dalam kamus

„wahai‟ atau „duhai‟, diterjemahkan „Engkaulah‟ oleh penerjemah puisi ini.

Menurut peneliti, kata „Engkaulah‟ muncul sebab kreatifitas atau pendapat

penerjemah puisi ini yang dimunculkan atas dasar idiologi atau

pandangan/pendapat puisi ini, hal ini dikenal dalam hermeneutik dengan

istilah konstruksi makna teori yang ditawarkan oleh Gadamer.

Page 110: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian terjemahan puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah Yunan

Askaruzzaman adalah penerjemahan puisi Rābi‟ah al-Adawiyyah terdapat

pengkhiantan teks. Pengkhiantan teks tersebut terdapat pada puisi kedua, ketiga,

keempat,kelima dan keenam.

macam pengkhianatan teks pada penerjemahan puisi Rabi‟ah al-Adawiyah

adalah terletak pada pengkhiantan bentuk da nisi puisi. Pada aspek pengkhianatan

bentuk puisi terdapat pada unsur fisik puisi seperti, irama, ritma dan irama puisi,

yang terdapat pada puisi kedua, ketiga dan keenam. Pada aspek pengkhianatan isi

terdapat pada puisi kedua, keempat, kelima dan keenam. Di samping itu

pengkhianatan teks tersebut juga menandakan adanya pengkhianatan kreatif yang

bernilai positif. Pengkhianatan kreatif pada penerjemahan puisi juga ditemukan

pada syi‟ir Rabī‟ah al-Adawiyyah, syi‟ir pertama, ketiga dan keenam.

Pengkhianatan kreatif pada penerjemahan puisi Rabi‟ah al-Adawiyyah,

menunjukan bahwa keberadaan pengkhianatan teks pada penerjemahan puisi tidak

selalu bernilai negatif.

B. Saran dan Rekomendasi

Maka dari itu saran penelitian ini adalah untuk menjadi penerjemah puisi,

penerjemah puisi, harus mempelajari ilmu tentang puisi dan teori-teori yang

berkaitan dengan puisi sebagai karya sastra, penerjemah puisi harus mempelajari

dan mengetahui strategi dalam menerjemahkan puisi, karena puisi merupakan

Page 111: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

92

karya sastra yang unik, berbeda dengan karya sastra prosa, dan yang terakhir

penerjemah puisi harus mempelajari banyak teori atau metode penerjemahan yang

berkaitan dengan puisi atau ilmu bahasa lainnya yang berkaitan dengan puisi

sebagai karya sastra.

Penelitian ini disadari masih belum sempurna dan banyak kekurangannya,

maka dari itu penelitian ini merekomendasikan penelitian yang terkait

penerjemahan sastra yang ranahnya lebih luas dari sekedar penelitian

penerjemahan puisi. Penelitian ini juga merekomendasikan keberlanjutan

penelitian penerjemahan sastra yang berbentuk prosa (novel, cerpen dan lainnya)

atau puisi modern dan puisi bebas.

Page 112: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

93

DAFTAR PUSTAKA

Al Farisi, M. Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Al-Hafny, Abdul Mun‟im. 1992. Rābi'ah Al-Adawiyyah (Imāmah Al-'Asyiqīna

Wal Mahzūnīn). Kairo: Dār ar-Rasyād.

Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Buana, Cahya. 2008. Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama

Dalam Syair-Syair Hamzah Fansuri (Kajian Sastra Banding).

Jogjakarta: Mocopatbook.

Budianta, Melani, Dkk. 2003. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra

Untuk Perguruan Tinggi). Magelang: Indonesia Tera

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Darmawan, Rahmat. 2011. “Analisis Diksi dan Konstruksi Kalimat Dalam

Terjemahan Syair Ta‟lim al-Muta‟alim.,” Skripsi S1 Fakultas Adab dan

Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Escarpit, Robert. 2008. Sosiologi Sastra. Edisi ke-2. Diterjemahkan oleh: Ida

Sundari. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hakim, Taufiqul. 2004. Program Pemula Membaca Kitab Kuning Qoidati: Rumus

dan Qoidah. Jepara: Al-Falah Offset

Page 113: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

94

Hakim, Taufiqul. 2004. Program Pemula Membaca Kitab Kuning Muhimmah:

Praktek Penerapan Rumus. Jepara: Al-Falah Offset.

Hariyanto, Sugeng. 2012. “Penghianatan Demi Kesetiaan: Upaya Masuk Akal

Untuk Mencapai Terjemahan Puisi Ideal”. Jurnal Linguistik Terapan.

Nomor 1. Volume 2. Politeknik Negeri Malang.

Hidayatullah, Moch. Syarif. 2010. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan

Arab Indonesia. Tangerang: Dikara.

Hoed, Beni H. 2006. Penerjemahan Dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hoed, Beni H. 2014. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas

Bambu. https://id.wikipedia.org/wiki/Rabi‟ah al Adawiyyah (Diakses

pada pukul 19:29, tanggal 28-10-2015).

Kamil, Sukron. 2012. Akhlak Tasawuf (Diktat Bahan Ajar). Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah.

Kamil, Sukron. 2012. Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dn Modern. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Nusa Indah.

Khamis, M. Atiyyah. 1994. Penyair Wanita Sufi Rabi‟ah Al-Adawiyyah.

Diterjemahkan oleh: Aliudin Mahjuddin. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Machali, Rochaya. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia

Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif.

Page 114: Rizky Rachmat Hakim Nim : 1111024000004 Jurusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32451/1/Rizky... · bab iv analisis terjemah puisi rĀbi’ah al-‘adawiyyah,

95

Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi). Jakarta: CeQDA.

Nasution, Harun. 1973. Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan

Bintang.

Purba, Antilan. 2012. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.

Syatibi, Ahmad. 2012. Pengantar Memahami Bahasa al-Qur‟an Balaghah I (Ilmu

Bayan). Jakarta: Adabia Press.

Syihabuddin. 2005. Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung:

Humaniora.

Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Umam, Khotibul. 1992. Al-Muyassir Fī „Ilmil „Arūḍ. Jakarta: PT. Hikmah

Syahida Indah.

Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Zaidan, Abdul R, dkk. 1994. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.