106
ROADMAP 2010 – 2025 BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Road Map Badan Geologi 2010

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Road Map Badan Geologi 2010

ROADMAP2010 – 2025

BADAN GEOLOGIKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: Road Map Badan Geologi 2010

ROADMAP2010 – 2025

BADAN GEOLOGI

Page 3: Road Map Badan Geologi 2010

iv v

KATA PENGANTAR

Telah banyak dokumen maupun informasi yang tersedia sebagai pedoman da-lam menjalankan pembangunan nasional, khususnya bidang geologi termasuk penyusunan dokumen Roadmap ini. Muara dari seluruh informasi, dokumen dan arahan itu adalah untuk memberikan pedoman dan arahan dalam menentukan kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang geologi.

Mengikuti arahan pembangunan sebagaimana digariskan dalam Rencana Pem-bangunan Jangka Panjang Nasional 2010-2025 serta selanjutnya Rencana Pemba-ngunan Jangka Menengah Nasional dan dirumuskan lebih lanjut dalam buku ini 7 (tujuh) prioritas agenda pembangunan bidang geologi, yaitu: Agenda Pengemban-gan Sumber Daya Energi, Agenda Pengembangan Sumber Daya Mineral, Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah, Agenda Mitigasi Bencana Geologi, Agenda Pengembangan Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang, Agenda Pengembangan Geo-Informasi, dan Agenda Tata Laksana Kepemerintahan.

Tujuan penting yang ingin dicapai dengan penyusunan Buku Roadmap Badan Geologi adalah memberikan dukungan informasi dan arahan setiap bidang prio-ritas dan juga memberikan tahapan pencapaian atau roadmap dari strategi pem-bangunan kegeologian dalam mendukung optimalisasi pembangunana nasional sebagaimana direncanakan dalam RPJPN 2005-2025 yang selanjutnya akan diru-muskan sebagai kebijakan strategis di dalam Renstra atau Rencana Aksi Badan Geologi dalam tahapan pembangunan lima tahunan.

Dengan selesainya penyusunan naskah buku ini, diharapkan seluruh pihak yang berkepentingan dengan pembangunan kegeologian di Indonesia, baik pe-merintah, swasta, perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya dapat memanfaatkan

sebaik-baiknya informasi yang disampaikan dalam buku ini, untuk diterapkan sebagai bagian dari strategi dan kebijakan yang disusun masing-masing institusi.

Buku Roadmap Badan Geologi ini dapat direvisi untuk disesuaikan dengan perkembangan kondisi lingkungan strategis ke depan, untuk itu saran dan masu-kannya senantiasa kami tunggu.

Tim Penyusun Sekretariat Badan Geologi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................DAFTAR ISI..................................................................................................DAFTAR TABEL............................................................................................DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

I. PENDAHULUAN..............................................................................1.1. Latar Belakang...................................................................................1.2. Maksud dan Tujuan...........................................................................1.3. Cakupan Ruang Ruang Lingkup.........................................................1.4. Landasan Hukum...............................................................................

II. KONDISI SAAT INI DAN MODAL DASAR.......................................... 2.1. Sumber Daya Geologi........................................................................2.2. Air Tanah, Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang......................2.3. Kegunungapian dan Mitigasi Bencana Geologi................................2.4. Geosain dan Geo-Informasi..............................................................2.5. Tata Laksana Kepemerintahan Bidang Geologi................................

III. ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN BIDANG GEOLOGI....................3.1. Umum: Isu dan Tantangan dari RPJPN 2005 – 2025........................3.2. Ketahanan Energi..............................................................................3.3. Lingkungan dan Perubahan Iklim......................................................3.4. Bencana Alam...................................................................................3.5. Industri Mineral.................................................................................3.6. Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah..........................................3.7. Pengembangan Informasi Geologi....................................................3.8. Air dan Degradasi Lingkungan..........................................................

IV. ARAH KEBIJAKAN, AGENDA DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN4.1. Arah Umum Kebijakan4.2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Energi4.2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Mineral4.4. Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah4.5. Agenda Mitigasi Bencana Geologi4.6. Agenda Pengembangan Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang4.7. Agenda Pengembangan Geo-Informasi4.8. Agenda Tata Laksana Kepemerintahan

V. PENUTUP

ivv

viiviii

11334

89

23293238

494951586482

104107110

114114123126128132134140146

155

Page 4: Road Map Badan Geologi 2010

vi vii

DAFTAR TABEL

• Tabel 2.1. Status Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009 • Tabel 2.2. Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM 2006 – 2009 • Tabel 2.3. Sebaran Cekungan Air Tanah • Tabel 2.4. Ringkasan hasil-hasil kegiatan kegunungapian dan miti-

gasi bencana geologi• Tabel 2.5. Jumlah staf/SDM pada Badan Geologi menurut jenjang

pendidikan • Tabel 2.6. Rencana pegawai Badan Geologi yang akan pensiun

pada 2010 – 2013 • Tabel 3.1. Perkembangan ketergantungan terhadap minyak impor

(%) Impor netto terhadap konsumsi (Sumber: DESDM, 2009) • Tabel 3.2. Neraca minyak bumi/BBM Indonesia tahun 2008 (ribu barel

per hari) (Sumber: DESDM, 2009) http://www.bgl.esdm.go.id/) • Tabel 3.3. Kejadian bencana gempabumi di Indonesia periode

2004-2009• Tabel 3.4. Bencana gerakan tanah periode 2004-2009 • Tabel 3.5. Identifikasi karakteristik dasar (karakteristik umum) ba-

haya untuk mitigasi bencana, kasus bahaya tanah longsor (Sum-ber: UNDTMP, dalam Warta Geologi, Vol. I No 4, Juli 2006, terse-dia pada http://www.bgl.esdm.go.id/ )

• Tabel 3.6. Form isian jenis bencana dan parameter untuk pema-haman bencana yang harus tersedia di setiap level pemerintahan paling bawah (Sumber: (Sumber: UNDTMP, dalam Warta Geologi, Vol. I No 4, Juli 2006

• Tabel 3.7. Permintaan LTJ Dunia Tahun 2005 (Sumber: ”Logam Tanah Jarang, http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_tanah_jarang )

• Tabel 3.8. Kelompok Mineral Kapasitas Pasar Tinggi (diatas 1 mil-yar dolar AS)

• Tabel 3.9. Kelompok Mineral Kapasitas Pasar Menengah (100 juta - 1 milyar dolar AS)

• Tabel 4.1. Matriks Kebijakan, Sasaran Aksi, dan Rencana Aksi TKBG

.........II-13.......................II-18

...................................................II-27

.................................................................................II-31

.............................................................................................II-45

...................................................................................II-47

................III-53

................III-53

..............................................................................................III-68.........................III-69

.................................................III-73

..............................................................................III-74

...................III-89

..........................................................................................III-92

.................................................................................III-93.........IV-152

• Gambar 2.1. Busur Magmatisme Indonesia • Gambar 2.2. Cadangan Minyak Bumi Indonesia, Status Akhir 2008 • Gambar 2.3. Cadangan Gas Bumi dan CBM Indonesia, Status 2009 • Gambar 2.4. Peta Pengembangan Wilayah Kerja Pertambangan Panas

Bumi • Gambar 2.5. Status Lokasi Penyelidikan Panas Bumi Tahun 2009 • Gambar 2.6. Peningkatan status sumber daya dan cadangan panas

bumi 2005 – 2009 • Gambar 2.7. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia 2005

– 2009 • Gambar 2.8. Status Sumber Daya Gambut 2005 – 2009 • Gambar 2.9. Status Sumber Daya Bitumen Padat 2005 – 2009 • Gambar 2.10. Perkembangan Neraca Sumber Daya dan Cadangan

Mineral Logam 2005-2008 • Gambar 2.11. Perkembangan Neraca Sumber Daya Bahan Baku

Semen 2005 – 2008 • Gambar 2.12. Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Bangu-

nan 2005-2008 • Gambar 2.13. Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Galian

Keramik dan Industri • Gambar 2.14. Pemanfaatan air tanah untuk penyediaan air bersih

di daerah sulit air • Gambar 2.15. Peta Gaya Berat Indonesia • Gambar 2.16. Peta Cekungan Sedimen Indonesia • Gambar 2.17. Pengelompokan Cekungan Sedimen Indonesia • Gambar 2.18. Arsitektur sistem informasi Badan Geologi saat ini • Gambar 2.19. Alur pertukaran data dan informasi Badan Geologi

saat ini • Gambar 2.20. Perbandingan tenaga teknis (41%) dengan tenaga

administrative (59%) Badan Geologi status Tahun 2009 • Gambar 2.21. Komposisi pegawai negeri pada Badan Geologi: S3

(2%), S2 (8%), S1 (27%), S0/D3 (4%), SLTA (48%), SLTP (6%), dan SD (5%)

• Gambar 2.22. Komposisi pegawai negeri Badan Geologi berdasar-

............................................II-10............II-12

..............II-12

...........................................................................................................II-13...............II-14

....................................................................................II-15

......................................................................................................II-15.........................II-16

..............II-17

......................................................................II-19

.................................................................................II-20

........................................................................................II-20

...............................................................................II-21

.....................................................................................II-25...............................................II-34

..................................II-34...............II-35

............II-37

.....................................................................................................II-37

........................II-46

.........................................................................................................II-46

DAFTAR GAMBAR

Page 5: Road Map Badan Geologi 2010

viii ix

kan usia • Gambar 3.1. Grafik Hubbert untuk perkembangan produksi min-

yak Indonesia • Gambar 3.2. Proyeksi perubahan temperatur permukaan glob-

al de ngan tiga skenario SRES B1, A1B, dan A2. (Sumber: IPCC, 2007)

• Gambar 3.4. Siklus tahapan (phase) dalam manajemen darurat (disaster manajemen): Tanggap Darurat (Response), Pemulihan (Recovery), Mitigasi (Mitigation), dan Kesiapsiagaan (Preparad-ness). Sumber: tersedia pada http://en.wikipedia.org/wiki/Disas-ter_mitigation#Mitigation , diakses 3 Juli 2009

• Gambar 3.5. Tahapan manajemen bencana dari pra bencana, pada saat kejadian bencana hingga pasca bencana. Sumber: Buku “Gempabumi dan Tsunami”, DVMBG, DESDM bekerjasama dengan PGRI dan Yayasan SAMPAI, 2004

• Gambar 3.6. Ilustrasi tantangan dalam mitigasi bencana yang mer-entang mulai dari pra bencana (pemetaan zona kerentanan atau kawasan rawan bencana, pemantauan, sosialisasi, hingga peringa-tan dini); pada saat terjadi bencana (tanggap darurat), dan pasca bencana (penyelidikan, rekonstruksi, dan rehabilitasi-tidak dita-mpilkan dalam gambar), kasus bencana gerakan tanah

• Gambar 3.7. Zona subduksi di sekeliling wilayah Indonesia. Sum-ber: J. A. Katili, 2006 dalam Warta Geologi, Volume I Nomor 4 Ta-hun 2006

• Gambar 3.8. Ribuan titik pusat sumber gempabumi besar-kecil di wilayah Indonesia. Sumber: J. A. Katili, 2006 dalam Warta Geologi, Volume 1 Nomor 4 Tahun 2006

• Gambar 3.9. Kawasan rawan bencana geotektonik di Indonesia (Sumber: Warta Geologi, Volume 1 Nomor 4, Tahun 2006

• Gambar 3.10. Peta gunung api besar Indonesia (Major Volcanoes Indonesia) dari USGS yang bersumber dari Direktorat Vulkanolo-gi (PVMBG sekarang). Jumlah gunung api dalam peta adalah 69 gunung api. Sebanyak 10 buah gunung yang terdata oleh PVMBG (total 79 gunung api) tidak dijumpai dalam peta, diantaranya: G. Guntur (Jawa Barat) dan beberapa buah gunung api di Laut Banda, dan Kepulauan Sangihe. Sumber: http://vulcan.wr.usgs.gov/

• Gambar 3.11. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi

...................................................................................................II-47

..........................................................................................III-52

......................................................................................................III-59

.....................................III-16

...........................................................III-16

........................III-72

................................................................................................III-75

.............................................................III-75

....................III-76

................III-77

- yang di beberapa tempat berimpitan dengan Peta KRB Tsubna-mi - dengan skala yang masih belum rinci. Penyusunan peta KRB Gempabumi dalam skala rinci masih menjadi tantangan kede-pan

• Gambar 3.12. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gerakan Tanah atau Tanah Longsor dengan skala yang masih belum rinci, contoh untuk wilayah Jawa Barat dan Banten mpabumi untuk bulan November 2005. Penyusunan peta KRB Gerakan Tanah da-lam skala rinci untuk seluruh wilayah berpotensi longsor di Indo-nesia masih menjadi tantangan kedepan

• Gambar 3.13. Busur Magmatisme Indonesia • Gambar 3.14. Status tahun 2009 dan perkembangan 2005-2008

tentang sumber daya dan cadangan mineral logam Emas, Timah, dan Nikel

• Gambar 3.15 Perkembangan produksi LTJ dunia (Sumber: “Rare earth elemet”, tersedia pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Rare_earth_element

• Gambar 4.1 Tahapan RPJM bidang geologi (dalam kotak berwar-na) berdasarkan tahapan RPJMN sebagaimana dalam RPJPN (di bagian bawahnya masing-masing tahapan)

• Gambar 4.2. Milestone Survei Pendahuluan/Eksplorasi Panas Bumi

• Gambar 4.3. Milestone Penyelidikan Energi Fosil • Gambar 4.4. Milestone Eksplorasi Sumber Daya Mineral • Gambar 4.5. Roadmap sumber daya air tanah • Gambar 4.6. Milestone kegiatan kegunungapian dan mitigasi

bencana geologi • Gambar 4.7. Roadmap lingkungan geologi dan penataan ruang• Gambar 4.8. Milestone pengembangan geo-informasi dalam

mendukung ketahanan dan kemandirian energi dan mineral • Gambar 4.9. Milestone Rencana Komposisi Pegawai Badan

Geologi • Gambar 4.10. Diagram Komposisi Pegawai Badan Geologi yang

diinginkan

.........................................................................................................III-79

..............................................III-79........................................III-85

................................................................................................III-86

..............................................................................III-88

.........................................IV-119

.....................................................................................................IV-125................................IV-125

....................IV-128....................................IV-130

...................................................................................IV-135.........IV-139

..............IV-141

.................................................................................................IV-154

.............................................................................................IV-154

Page 6: Road Map Badan Geologi 2010

1

Geology for Security and Welfare

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangWilayah Indonesia memiliki tatanan geologi yang khas dan rumit sebagai aki-

bat interaksi pertemuan antara tiga mega-lempeng tektonik dunia, yaitu Lem-peng Samudra Pasifik yang bergerak kearah barat, Lempeng Benua Indo-Austra-lia yang bergerak kearah utara, dan Lempeng Benua Eurasia yang relatif stabil sehingga terbentuk beberapa cekungan dan pegunungan. Tatanan geologi terse-but telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam da-lam wujud sumber daya mineral dan energi yang bernilai ekonomi tinggi. Batuan yang dijumpai di wilayah Indonesia meliputi berbagai jenis batuan yang asal dan sumbernya berbeda sehingga terjadi perbedaan potensi sumber daya mineral antara kawasan Indonesia Barat dengan kawasan Indonesia Timur.

Pembentukan pegunungan, kegiatan magmatik dan proses sedimentasi pada cekungan-cekungan di beberapa tempat menyebabkan terbentuknya sumber daya mineral dan energi yang potensial. Pada tempat-tempat tertentu, kegia-tan magmatik dengan pembentukan gunung api terjadi berulang kali. Kegiatan magmatik tersebut, baik yang syngenetic (pasca magmatik) dan epigenetic (ber-samaan dengan proses magmatik) disertai oleh proses mineralisasi, sehingga di beberapa tempat di wilayah Indonesia banyak dijumpai terjadinya proses min-eralisasi yang menyebabkan terbentuknya asosiasi beberapa logam dasar, log-am mulia, besi, paduan besi, nikel, kobal dan mineral rombakan/endapan plaser (pasir besi, timah, emas, intan, zirkon dan sebagainya). Pada kegiatan gunung api dimana Indonesia merupakan negara yang paling banyak mempunyai gunung api aktif di dunia, selain menyebabkan pembentukan beberapa mineral logam dasar, juga logam mulia serta memiliki potensi sumber daya panas bumi. Se-mentara pada cekungan-cekungan ditemukan sumber daya minyak bumi, gas bumi, batubara, gambut, bitumen padat dan aspal (khusus di Buton). Di beber-

Page 7: Road Map Badan Geologi 2010

2 3

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

apa tempat proses sedimentasi dan pelapukan batuan serta proses lateritisasi menyebabkan terjadinya proses pengayaan mineral. Dengan terjadinya proses pengangkatan dan perlipatan pada batuan pembawa mineral tersebut, beber-apa sumber daya mineral yang potensial tersebut tersingkap pada permukaan.

Dalam upaya mengungkapkan kekayaan sumber daya kebumian tersebut di-atas, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah melaksanakan secara intensif penyelidikan umum, dan ek-splorasi untuk menginventarisasikan potensi mineral, batubara dan minyak bumi di berbagai wilayah.

Salah satu kendala yang dijumpai saat ini antara lain adalah belum terinte-grasinya pengungkapan secara nasional potensi sumber daya geologi. Secara kelembagaan kendala yang dijumpai adalah dijumpainya banyak kerancuan yang menyangkut kewenangan berbagai instansi yang menangani hal-hal yang ber-hubungan dengan sumber daya geologi.

Contoh lain yang menjadi kendala pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya geologi adalah dalam kaitannya dengan peruntukan kawasan per-tambangan sebagai implementasi UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penata-an Ruang. Delineasi daerah potensi sumber daya geologi agak sulit ditentukan batas-batasnya sebelum dilakukan kegiatan eksplorasi untuk mengetahui lokasi dan pola penyebaran sumbernya. Pengembangan sumber daya geologi yang po-tensial tersebut menjadi lebih krusial akibat terbitnya Undang Undang Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan, yang melarang kegiatan penambangan terbuka di daerah hutan lindung. Meskipun tujuan Undang Undang tersebut adalah un-tuk meminimalisir tingkat kerusakan kawasan hutan khususnya pada hutan lind-ung, tetapi hal tersebut kontradiktif dengan pola penyebaran mineral terutama mineral logam yang secara alamiah umumnya menempati daerah bertopografi tinggi dengan kelerengan yang terjal. Dalam kenyataannya daerah-daerah terse-but sebagian besar sudah ditetapkan sebagai hutan lindung, sehingga kegiatan eksplorasi bahkan identifikasi sumber daya mineralpun sulit dilakukan.

Yang tak kalah pentingnya adalah dalam kaitannya dengan kegiatan penyeli-dikan pada cekungan geologi Tersier yaitu cekungan yang diidentifikasi mengand-ung cadangan minyak dan gas bumi, dengan kategori cadangan terbukti (proven reserve) ataupun yang baru bersifat potensi (potential reserve). Peranan infor-

masi geologi untuk mengidentifikasi cekungan migas tersebut menjadi sangat penting dan bersifat strategis, karena dengan meningkatkan kegiatan eksplor-asi maka memberikan peluang lebih banyak minyak dan gas bumi yang dapat diambil di wilayah Indonesia. Sifat strategis tersebut terutama jika wilayah yang potensial tersebut terletak di daerah frontier atau wilayah yang berbatasan den-gan negara lain, karena sifat penyebaran cekungan minyak yang tidak mengenai batas wilayah / negara.

1. 2. Maksud dan TujuanRoad Map Badan Geologi adalah dokumen perencanaan Badan Geologi yang

merupakan penjabaran dari RPJP 2005 – 2025 ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman peran geologi di masa mendatang. Adapun tujuan

1. Meningkatnya pemahaman geologi, serta penggunaan data dan informasi dasar geologi dalam aplikasi geologi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, dan mitigasi bencana;

2. Meningkatnya penggunaan data dan informasi sumber daya geologi da-lam upaya peningkatan kesejahteraan, ketahanan dan daya saing ekonomi berbasis sumber daya mineral dan energi;

3. Meningkatnya kualitas mitigasi bencana gunungapi dan gerakan tanah, serta kontribusi geologi untuk mitigasi bencana lainnya guna penguran-gan korban jiwa akibat bencana alam;

4. Meningkatnya penggunaan data dan informasi lingkungan geologi dalam penataan ruang, peningkatan kualitas dan perlindungan lingkungan, dan penyediaan air bersih;

5. Meningkatkan kinerja dan akuntabilitas kelembagaan penelitian dan pe-layanan bidang geologi.

Tujuan tersebut mengalir menjadi produk-produk untuk mendukung kebutu-han nasional dalam rangka meningkatkan daya saing dan mewujudkan kemandi-rian bangsa.

1.3. Cakupan dan Ruang LingkupRoadmap Badan Geologi mencakup 4 bidang prioritas, kebencanaan men-

cakup 5 (lima) bidang prioritas nasional dalam, mewujudkan “Percepatan Per-

Page 8: Road Map Badan Geologi 2010

4 5

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

tumbuhan Ekonomi melalui Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat dan Dae-rah untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, yaitu:

a) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelolab) Ketahanan Panganc) Infrastrukturd) Energie) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

Ruang lingkup penyusunan, Aspek Sumber Daya Geologi mencakup aspek-as-pek sebagai berikut :

• Identifikasi, analisis dan evaluasi permasalahan yang berkaitan dengan pe-ngelolaan, pengembangan, pemanfaatan sumber daya geologi saat ini serta melakukan prediksi pengelolaan sumber daya geologi dimasa mendatang.

• Penyusunan rekomendasi tentang pengelolaan bidang geologi secara na-sional berdasarkan pendekatan aspek sumber daya geologi, agar peman-faatan sumber daya geologi untuk kesejahteraan masyarakat dan konserva-si lingkungan lebih optimal.

• Identifikasi tindakan dan upaya, baik yang bersifat struktural maupun non struktural, agar pengelolaan kegeologian nasional terutama yang menyang-kut bidang sumber daya geologi menjadi lebih optimal berdasarkan analisis dan evaluasi kondisi saat ini. Identifikasi tersebut ditekankan pada perma-salahan atau isu-isu yang dihadapi berkenaan dengan kebijakan dan kelem-bagaan.

• Perumusan strategi dalam perencanaan penelitian, pengembangan dan pe-layanan bidang kegeologian secara nasional agar kinerja dalam pengelolaan sumber daya geologi meningkat .

1.4. Landasan HukumSaat ini tugas dan fungsi kegeologian yang utama diemban oleh Badan Geolo-

gi berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementeri-an ESDM. Keberadaan Kepmen SDM Nomor 0030 Tahun 2005 tersebut pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Un-

dang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Masing-masing berturut berkenaan dengan kekuasaan pemerintahan negara dan kementerian negara.

Terbitnya sejumlah undang-undang (UU) di tingkat nasional, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan mandat pelaksanaan kegiatan kepada lem-baga pemerintah pelaksana utama kegeologian, baik saat ini maupun ke depan. Lembaga pemerintah yang dimaksud pada saat ini adalah Badan Geologi dibawah Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Selain itu, banyak isu stra-tegis Nasional terkait bidang kegeologian muncul sebagai implikasi dari diterbit-kannya UU tersebut. Mandat yang lahir dari sejumlah UU itu juga akan mempe-ngaruhi perkembangan kebijakan, strategi dan program pada Badan Geologi.

UU termaksud ada yang berkaitan dengan substansi teknis kegeologian dan ada pula yang berkaitan dengan aspek tatalaksana kepemerintahan. Dibawah ini UU yang memberikan mandat berkaitan dengan subtansi teknis kegeologian: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Undang-undang ini memberikan mandat untuk:

• Melakukan perlindungan dan pengamanan benda alam yang di anggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. (keunikan batuan dan fosil, bentang alam).

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, mem-berikan mandat untuk:

• Melakukan survei umum untuk memperkirakan letak dan • potensi sumber daya minyak dan gas bumi• Melakukan pengelolaan data dan informasi hasil kegiatan survei

dan pemetaan geologi, geofisika dan geokimia• Melakukan evaluasi joint study dalam penyiapan wilayah kerja

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, memberikan mandat untuk:

• Melakukan inventarisasi, penyelidikan pendahuluan dan eksplorasi panas bumi

• Menyusun rancangan wilayah kerja pengusahaan panas bumi4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air memberikan

mandat untuk:• Menyusun Peta Batas Cekungan Air Tanah (CAT)

Page 9: Road Map Badan Geologi 2010

6 7

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

• Menyusun pedoman terkait pengelolaan, penyelidikan, penelitian, ek-splorasi dan evaluasi data

• Melakukan inventarisasi dan pengelolaan air bawah tanah pada CAT lintas propinsi dan lintas negara

• Melakukan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah lintas propin-si dan lintas negara

• Menetapkan daerah konservasi dan daerah pemanfaatan air tanah5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

memberikan mandat untuk: • Melakukan pemantauan, kajian, penetapan status aktivitas dan

penyebaran informasi• Melakukan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana• Melakukan mitigasi bencana

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberi-kan mandat:

• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan lindung geolo-gi

• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan rawan ben-cana geologi

• Menyusun rancangan Permen tentang kawasan imbuhan air tanah• Menyusun rancangan Permen tentang kriteria teknis kawasan • peruntukan pertambangan

7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi memberikan mandat:• Melakukan inventarisasi sumber daya energi • Konservasi sumber daya energi

8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara memberikan mandat untuk:

• Melakukan inventarisasi, penyelidikan, penelitian, dan eksplorasi sumber daya mineral dan batubara

• Menyiapkan rancangan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pencadangan Nasional (WPN), dan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) untuk Tata Ruang Na-sional.

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan memberi-kan mandat untuk:

• Inventarisasi objek wisata alam dan pengembangan destinasi wisata (pengembangan Museum Geologi dan deliniasi potensi kawasan wisata alam geologi)

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelo-laan Lingkungan Hidup memberikan mandat untuk:

• Penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (pe-manfaatan informasi geologi)

• Penetapan wilayah ekoregion (pemanfaatan informasi geologi)

Adapun UU yang memberikan implikasi atau mandat terhadap aspek tatalak-sana kepemerintahan lembaga Pemerintah bidang geologi diantaranya adalah:1) UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan peraturan dibawahnya, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2004, dan PP Nomor 21 Tahun 2008;3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, berikut peraturan dibawahnya (PP Nomor 60 Tahun 2008);4) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan peraturan dibawahnya; 5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Undang-undang adalah dinamis yang berarti dapat saja berubah meski peri-ode perubahannya memerlukan waktu tahunan. Implikasinya adalah mandat UU untuk bidang geologi sebagaimana tersebut diatas juga dapat berubah. Na-mun demikian, mandat yang muncul saat ini bagi bidang geologi sebagai imp-likasi dari UU yang ada juga akan menentukan peta perjalanan pembangunan bidang geologi ke depan, minimal 5 sampai dengan 10 tahun ke depan.

Page 10: Road Map Badan Geologi 2010

8 9

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

BAB IIKONDISI SAAT INI DAN MODAL DASAR

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025, selanjut-nya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasi-onal periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia us-aha) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling me-lengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk: (a) men-dukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan na-sional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perenca-naan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanju-tan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Mengacu kepada tujuan RPJP Nasional tersebut, peran geologi terkait dengan integrasi dan sinkronisasi antar ruang dan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, sinergis dan berkelanjutan.

Peranan data dan informasi geologi dalam Pembangunan Nasional dapat dikelompokkan dalam (1) Mineral Ekonomi (energi, bahan logam dan industri, bahan bangunan) yang merupakan komoditi (2) Lingkungan dan ekosistem dan (3) Tata ruang dan kebencanaan. Berkenaan dengan kegunaan data geologi un-tuk mineral ekonomi yang menghasilkan komoditi yang semakin hari semakin penting baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri sudah sangat

jelas dan tidak perlu dibahas lebih lanjut. Akan tetapi yang perlu ditekankan ada-lah bahwa peranannya dalam menetapkan strategi nasional mineral yang dapat menjamin ketersediaan mineral khususnya untuk jangka panjang (20 tahun dan seterusnya). Data dan informasi geologi akan sangat menentukan bentuk strate-gi jangka panjang tersebut. Sebagai contoh pemanfaatan batubara yang mem-punyai cadangan cukup untuk 400 tahun perlu diatur sejak awal apakah akan diekspor tanpa batas atau perlu pengendalian, serta wilayah mana yang harus dikendalikan sebagai cadangan negara.

Peranan data dan informasi geologi dalam pembangunan lingkungan dan ekosistem serta tata ruang dan kebencanaan tercakup sebagai dasar bagi pe-nataan kawasan. Penataan kawasan atau ruang merupakan bagian dari kebija-kan pembangunan nasional untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat. Berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memerlukan perencanaan kawasan dan ruang secara menyeluruh, meliputi aspek-aspek ke-manusiaan, sumber daya alam, geologi, ekonomi, sosial politik, pertahanan kea-manan dan lingkungan hidup. Geologi berperan dalam masalah bencana geologi, pemetaan dalam perencanaan tata ruang yang terkait dengan cebakan mineral, bahan galian, tanah untuk pertanian dan lain sebagainya.

Geologi juga memberikan identifikasi berbagai potensi dan ancaman bahaya bagi pembangunan seperti lokasi bendungan, kawasan pemukiman, potensi en-ergi, pemanfaatan lahan sebagai tempat bertumpunya bangunan-bangunan be-rat. Berkaitan dengan sumber daya air, geologi menentukan air permukaan, air tanah, air bawah tanah, pola aliran air sungai, daerah aliran sungai (DAS), akuifer, kawasan resapan, daur hidrologi, struktur geologi permukaan dan bawah per-mukaan. Geologi juga terkait erat dengan penentuan ruang terbuka yang kemu-dian dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi, kawasan resapan air, kawasan pelestarian ekosistem, cagar budaya atau kawasan lindung.

2.1. Sumber Daya GeologiData, informasi, referensi, dan pengalaman geologi akan menjadi modal uta-

ma untuk meneruskan pembangunan dalam bidang sumber daya migas, panas bumi, dan mineral pada Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

Produksi minyak Indonesia yang cenderung terus menurun umumnya dihasil-

Page 11: Road Map Badan Geologi 2010

10 11

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

kan dari cekungan-cekungan minyak yang sudah mature. Sampai saat ini, dari 66 cekungan yang telah diketahui, baru 16 cekungan yang berproduksi, sehingga perlu dilakukan pencarian minyak bumi pada cekungan yang belum diproduksi dan cekungan baru minyak bumi.

Berdasarkan kebijakan energi Indonesia hingga tahun 2025, kebutuhan energi yang berasal dari minyak bumi secara bertahap akan dikurangi, digantikan oleh batubara, dan energi baru dan terbarukan. Potensi sumber daya dan cadangan batubara Indonesia sebesar 122 milyar ton yang 60 % diantaranya jenis low-rank; gambut sebesar 9,086 milyar ton, CBM (coal-bed methane) sebesar 31,9 juta m3, panas bumi sebesar 27,7 Gwe, dan oil shale sebesar 11,4 milyar ton, keseluru-hannya masih memerlukan pengembangan dan peningkatan statusnya.

Kebutuhan batubara sebagai sumber energi akan selalu meningkat seiring dengan program kebijakan energi mix, dimana peran batubara 2010 sebesar 20,83%, 2014 sebesar 24,07% dan 2025 sebesar 33% yang mengakibatkan ket-ersediaannya harus dijaga dengan baik. Keberadaan batubara yang mempunyai karakteristik dapat diusahakan sebagai tambang dalam diyakini dapat menjamin ketersediaan dimasa mendatang. Oleh karena itu pemerintah harus menetapkan wilayah pencadangan negara untuk komoditi tersebut.

Kondisi tektonik global membentuk beberapa busur magmatisme sepanjang Kepulauan Indonesia (Gambar 2.1) yang berkaitan erat dengan jalur mineralisa-

Gambar 2.1 Busur Magmatisme Indonesia.

si terbentuknya mineral logam. Begitu pula bermacam jenis mineral non-logam yang terbentuk oleh variasi proses geologi akibat tektonik global tersebut.

Industri strategis besi baja nasional menggunakan bahan baku bijih besi be-rupa pellet yang diimport dari negara lain. Hal ini mengakibatkan biaya produksi yang tinggi sehingga harga jual baja tidak mampu bersaing dengan produsen dari luar negeri. Kebutuhan bijih besi lokal menjadi strategis untuk daya saing indus-tri besi baja. Hal ini berkaitan juga dengan kebijakan pemerintah untuk mem-bangun industri baja di Kalimantan Selatan berbasis bahan baku bijih besi lokal juga menjadi sangat penting. Bidang Geologi dituntut untuk lebih meningkatkan kegiatan eksplorasi bijih besi dalam upaya menemukan cadangan baru agar ke-langsungan pasokan bahan baku untuk industri besi baja nasional dapat terjaga.

Mineral logam strategis yang keterdapatannya hanya didaerah tertentu, sep-erti timah didaerah Bangka-Belitung dan bauksit di Kalimantan Barat dan Riau se-makin berkurang potensinya seiring dengan produksi yang terus dihasilkan dari lokasi penambangan mineral logam tersebut. Oleh karena itu komoditi tersebut harus menjadi fokus pencadangan negara untuk menjamin ketersediaan logam strategis dikemudian hari, sehingga pemerintah harus menetapkan wilayah pen-cadangan negara untuk komoditi-komoditi logam strategis. Bidang geologi ber-peran penting dalam menemukan dan eksplorasi cadangan baru logam strategis Indonesia. Potensi sumber daya energi Indonesia terdiri dari: minyak bumi, ba-tubara dan coal bed methane, gambut dan panas bumi; sedangkan sumber daya mineral terdiri dari mineral logam dan non logam antara lain: emas, tembaga, bijih besi, nikel, timah, mangan, bauksit, intan, granit, zirkon.

Status potensi cadangan minyak bumi tahun 2008 sebesar 8,2 milliar barrel yang apabila diproduksi dengan tingkat produksi sebesar 0,357 milliar barel per tahun, maka potensi minyak bumi masih akan bertahan setidaknya selama 23 tahun. Gas bumi dengan cadangan sebesar 170 TSCF dan tingkat produksi sebe-sar 2,9 TSCF, maka diharapkan gas bumi dapat memasok energi hingga 62 tahun ke depan. Ditinjau dari sebarannya, cadangan minyak bumi terbesar terdapat di wilayah di Provinsi Riau (4,1 milliar barrel, Gambar 2.2), sedangkan cadangan gas bumi terbesar berada di daerah Natuna sebesar 52,59 TCF (Gambar 2.3). Potensi coal bed methane Indonesia yang tersebar pada 11 Cekungan Batubara diperkirakan sebesar 453 TCF.

Page 12: Road Map Badan Geologi 2010

12 13

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Gambar 2.2 Cadangan Minyak Bumi Indonesia, Status Akhir 2008

Gambar 2.3 Cadangan Gas Bumi dan CBM Indonesia, Status 2009.

Berdasarkan hasil penyelidikan tahun 2009 (status sampai dengan Desember 2009) telah ditemukan penambahan 8 lokasi daerah panas bumi di Maluku, Pap-ua Barat dan Sulawesi Barat dan 4 peningkatan status sumber daya dengan total penambahan potensi 818 Mwe. Selain itu juga telah terjadi penambahan kapa-sitas panas bumi sebesar 137 Mwe dari PLTP Lahendong III (20 Mwe) dan PLTP Wayang Windu II (117 MW), sehingga status potensi panas bumi Tahun 2009,

Tabel 2.1 Status Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009

yaitu: 28.884 Mwe, daerah/lapangan panas bumi sebanyak 265 lokasi, kapasitas terpasang 1189 MWe (gambar 2.4 dan Tabel 2.1). Namun kapasitas terpasang tersebut masih sekitar 4 % dari total potensi panas bumi Indonesia yang sebesar 28,5 ribu MW dan merupakan potensi panas bumi terbesar di dunia.

Dari sejumlah ini, sekitar 80% berasosiasi dengan lingkungan vulkanik dan 20% berada di lingkungan non vulkanik seperti di sebagian besar P. Sulawesi (ke-

Total Potensi : 28.528 MW Total Kapasitas : 1189 MW

Gambar 2.4 Peta Pengembangan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi.

Page 13: Road Map Badan Geologi 2010

14 15

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Gambar 2.5 Status Lokasi Penyelidikan Panas Bumi Tahun 2009.

cuali Sulut), Kalimantan Barat, dan di Kepala Burung Irian Jaya. Kemudian status penyelidikan tahun 2009, dari 265 lokasi panas bumi sebagian besar (166 loka-si atau 62,64%) berada pada tingkat survei pendahuluan, 84 lokasi atau 31,7 % berada pada tahap eksplorasi permukaan rinci, 8 lokasi atau 3,02 % berada pada tahap eksplorasi pemboran dan hanya 7 lokasi atau 2,64 % yang telah ter-manfaatkan (terpasang) untuk tenaga listrik, lebih lanjut dapat dijelaskan pada Gambar 2.5.

Status sumber daya dan cadangan tahun 2005 total sebesar 27.483 MWe, sum-ber daya sebesar 13.543 Mwe (49%), cadangan 13.940 MWe (51%); menjadi sum-ber daya 13.813 MWe (47,6%) dan cadangan sebesar 15.071 MWe (52,3%) atau total potensi sebesar 28.528 MWe pada tahun 2009. Prosentase kenaikan poten-si panas bumi dari tahun 2005 dengan total sumber daya dan cadangan sebesar 27.483 MWe, menjadi 28.528 MWe pada tahun 2009 atau mengalami kenaikan 3,8 % dibanding 5 tahun sebelumnya. Perbandingan peningkatan status potensi sumber daya panas bumi dari tahun 2005 s/d 2009 dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Berdasarkan hasil penyelidikan, status potensi batubara pada tahun 2009 sumber daya sebesar 104, 94 Milyar Ton dan cadangan sebesar 21,13 Milyar ton. Peningkatan sumber daya batubara tahun 2005 – 2009 sebesar 43,593 Milyar Ton (70%) dibanding sumber daya tahun 2005 (Gambar 2.7).

Gambut merupakan salah satu sumberdaya energi alternatif yang terdapat di Indonesia dan sampai saat ini masih belum digunakan sebagai bahan ener-gi. Sampai dengan tahun 2005, tercatat sumberdaya gambut sebesar 1,8546 milyar ton, tahun berikutnya yakni tahun 2006, angka ini berubah menjadi 2,2303 milyar ton, yang berarti terjadi kenaikan sebesar 3,757 milyar ton atau 20.25%, sedangkan pada tahun 2007 terjadi lonjakan yang cukup besar dima-na sumberdaya menjadi 8,6162 atau terjadi lonjakan sebesar 63,819 milyar ton atau 286%, ini terjadi karena dimulainya pembuatan data base gambut

Gambar 2.6 Peningkatan status sumber daya dan cadangan panas bumi 2005 – 2009.

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

2005 2006 2007 2008 2009

61,37 65,40

93,40104,76104,94

7,01 9,4818,71 20,96 21,13

Milyar

Ton Sumber Daya

Cadangan

Gambar 2.7 Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia 2005 – 2009.

Page 14: Road Map Badan Geologi 2010

16 17

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Gambar 2.8 Status Sumber Daya Gambut 2005 - 2009.

8,30

8,40

8,50

8,60

8,70

8,80

8,90

9,00

9,10

9,20

2006 2007 2008 2009

8,608,61

9,099,20

Mily

ar T

on

Sumber Daya

seluruh Indonesia, dimana semua data kegiatan inventarisasi gambut yang per-nah dilakukan di tinjau kembali, hal ini terlihat dari angka sumberdaya gam-but tahun 2008 yang berjumlah 9,0861 milyar ton, disini terjadi pergeseran sebesar 4.739 milyar ton atau hanya sebesar 5,5%. Tahun 2009 sesuai hasil penyelidikan terdapat kenaikan sebesar 108,961 juta ton, sehingga status sum-ber daya sebesar 9,20 milyar ton (Gambar 2.8).

Bitumen padat merupakan salah satu sumber energi alternative lain yang diselidiki. Berdasarkan data yang terhimpun diketahui bahwa pada tahun 2005 diketahui sumberdaya bitumen padat sebesar 6,7987 milyar ton batuan, pada tahun berikutnya yakni tahun 2006 angka ini berubah menjadi 9,8359 milyar ton, sehingga terjadi kenaikan sebesar 3,0372 milyar ton atau 44,67%. Pada tahun 2007, sumberdaya berubah lagi menjadi 11.2482, ini berarti bertambah sebesar 1,4123 milyar ton atau 14.35 %, seterusnya pada tahun 2008, sumber-daya bitumen padat menjadi 11,4151 milyar ton, berarti terjadi kenaikan sebe-sar 0,1669 milyar ton atau 1.48 %. Tahun 2009, sumber daya bitumen padat meningkat menjadi sebesar 11,417 milyar ton. Kandungan minyak yang terdapat pada endapan bitumen padat yang terdapat di Indonesia berkisar antara. 0 – 248 liter/ton, hal ini mengindikasikan bahwa potensi hidrokarbon yang bisa di ambil dari bitumenpadat di Indonesia cukup menjanjikan.

Kegiatan penyelidikan CBM dimulai pada tahun 2006, dimana dihasilkan se-besar 116.779.766 cuft gas metan untuk cakupan daerah seluas 8,6 Km2, de-ngan lokasi di Kalimantan Timur, sedangkan tahun 2007 untuk daerah seluas 2 Km2 didapat 606.520.712 cuft dengan lokasi di daerah Kalimantan Timur. Pada tahun 2008 dilakukan penyelidikan di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan, dimana di dapatkan 5.164.389,763 cuft untuk wilayah seluas 5 km2 di Kalsel dan 9.113.064 cuft gas untuk daerah seluas 2 km2 di Sumatera Selatan. Tahun 2009, hasil penyelidikan di Tanjung Enim, Sumatera selatan diperoleh sumber daya CBM sebesar 730.479.997 Cuft; dan daerah Sawah Lunto, Sumatera Barat diper-olegh sumber daya sebesar. 978.212.000 Cuft. Bila dilihat dari hasil yang di capai, terlihat adanya kenaikan sumberdaya di berbagai komoditi, untuk itu maka perlu di usulkan agar dilakukan kegiatan yang lebih intensif lagi terutama untuk Bitu-men Padat dan CBM, karena data penyebaran komoditi ini masih sedikit sekali (Tabel 2.2).

Indonesia memiliki potensi mineral logam strategis: emas, perak tembaga, Ni-kel, timah, bijih besi, bauksit, mangan dan pasir besi. Status sumber daya mineral logam strategis tahun 2008 yaitu: emas primer sebesar 4.277 ton dan cadangan sebesar 4.513 ton; timah sebesar 629.100 ton dan cadangan sebesar 442.763

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

2005 2006 2007 2008 2009

6,779

9,81611,22911,415

11,417

Mily

ar T

on

Sumber Daya

Gambar 2.9 Status Sumber Daya Bitumen Padat 2005 – 2009.

Page 15: Road Map Badan Geologi 2010

18 19

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

ton; tembaga sebesar 68.776.529 ton dan cadangan sebesar 44.172.245 ton; bijih besi primer sebesar 381.107.205 ton dan cadangan sebesar 2.216.105 ton; bijih pasir besi sebesar 1.014.797.846 ton dan cadangan sebesar 4.732.000 ton; bijih bauksit sebesar 626.617.510 ton dan cadangan sebesar 161.603.547 ton; bijih mangan sebesar 10.620.006 ton dan cadangan sebesar 938.240 ton; bijih nikel sebesar 1.716.547.777 ton dan cadangan sebesar 555.110.009 ton.

Perkembangan sumber daya mineral logam mulai tahun 2005 – 2008 secara umum tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan, kecuali hanya pada beber-apa komoditi seperti: pasir besi, timah dan Nikel, yang dapat disajikan dalam Gambar 2.10. Perkembangan sumber daya mineral Non logam status tahun 2005 -2008 untuk komoditi strategis dapat dijelaskan pada Gambar 2.11 s/d Gambar 2.13.

Bedasarkan data geologi, Indonesia mempunyai cadangan sumber daya be-berapa jenis mineral andalan yang sangat diperlukan sebagai komoditi interna-sional, yaitu timah, nikel, batubara, emas, tembaga, besi di samping cadangan minyak dan gas di sejumlah lebih dari 60 cekungan. Beberapa di antara mineral itu tergolong sebagai sumber daya kelas dunia seperti timah (8% cadangan dunia), nikel (14%), tembaga (5%), batubara (2%), gas bumi (2%) dan minyak bumi (1%). Perlu diketahui bahwa jumlah cadangan sumber daya ini akan naik bilamana dilakukan eksplorasi lebih mendalam dan akan tetap berimbang wa-laupun dieksploitir bilamana selalu dilakukan eksplorasi baru. Kondisi geolo-gi Indonesia sangat mendukung (favorable) bagi terdapatnya mineral-mineral

No Daerah/Lokasi Tahun

SumberdayaHipotetik Rata-rataMethane Content

(Cuft/ton)

Batubara (ton) Methane (Cuft)

1 Loa Lepu (Kaltim) 2006 191,726,612 150,711,520 0.7861

2 Buana Jaya (Kaltim) 2007 534,261,545 606,588,270 1.1354

3 Tanah Bumbu (Kalsel) 2008 112,733,226 402,255,325 3.5682

4 Tamiang (Sumsel) 2008 31,792,000 9,114,082 0.2867

5 Tanjung Enim (Sumsel) 2009 7.333.777 730,479,997 99.6153

6 Ombilin (Sumbar) 2009 5.200.000 978,212,000 188.31

Tabel 2.2 Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM 2006 – 2009

Gambar 2.10 Perkembangan Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam 2005-2008

Page 16: Road Map Badan Geologi 2010

20 21

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Gambar 2.11 Perkembangan Neraca Sumber Daya Bahan Baku Semen 2005 – 2008.

Gambar 2.12 Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Bangunan 2005-2008.

andalan tersebut. Angka-angka cadangan secara lebih rinci dapat dilihat pada sub bab sumber daya. Posisi Indonesia saat ini merupakan eksportir gas alam nomor satu di dunia, produsen timah nomor dua di dunia, eksportir batubara ketiga dunia, produsen tembaga ketiga dunia, produsen nikel kelima dunia dan produsen emas ketujuh di dunia.

Sumber daya sebagai suatu potensi harus dikelola secara efektif, terencana dan sinergis. Sebuah organisasi yang sukses akan mampu mengelola sumber

Gambar 2.13 Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Galian Keramik dan Industri.

Page 17: Road Map Badan Geologi 2010

22 23

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

daya yang dimiliki sebagai suatu kegiatan berkelanjutan, tanpa henti dan mer-upakan kegiatan yang menantang. Berbagai cara dan kreatifitas dalam menge-lola sumber daya harus dipandang sebagai suatu tantangan untuk terus maju dan berkembang. Kreatifitas ini membutuhkan energi besar untuk menciptakan kesuksesan organisasi.

Sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam selama ini telah terbukti mampu memberikan sumbangan bagi devisa negara, sumber bahan baku industri, sumber energi dan lain sebagainya. Penyebaran sumber daya mi-gas, panas bumi dan mineral sebagai sumber daya geologi dikontrol oleh kondi-si-kondisi geologi. Peran dan fungsi geologi dalam eksplorasi sumber daya ini san-gat menentukan untuk menjamin ketersediaan pasokannya. Data dan informasi geologi yang makin meningkat akibat penyelidikan sumber daya mineral, panas bumi dan migas di Indonesia menjadikan pengetahuan geologi adalah sumber penting tentang penyebaran sumber daya ini, karena penyebaran sumber daya ini tidak merata tapi mengikuti tatanan geologi tertentu. Sebagai contoh bijih mineral hanya terdapat pada jalur sebaran batuan ultra basa.

Pengetahuan geologi yang menyeluruh seperti pemetaan geologi maupun peta tematik merupakan potensi yang menentukan faktor-faktor geologi dalam mengontrol kejadian dan penyebaran sumber daya mineral, panas bumi dan mi-gas. Pemetaan ini merupakan modal dasar bagi pelaksanaan eksplorasi sumber daya geologi. Lebih dari seratus tahun sumber daya geologi telah memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

Indonesia yang terletak di suatu kawasan tempat bertemunya tiga lempeng besar dunia, memiliki keunikan dan kekayaan tersendiri. Selain kekayaan migas, panas bumi dan mineral yang sangat berlimpah, tempat yang unik ini juga me-nimbulkan banyak konsep penting dalam geologi berkembang dan diujicobakan di Indonesia, hal ini mengundang minat investor asing. Konsep-konsep ini ter-bukti sangat membantu dalam eksplorasi sumber daya migas, panas bumi dan mineral.

Beberapa bagian penelitian berkenaan dengan batubara dan minyak bumi yang belum tergarap sepenuhnya saat ini adalah kajian zonasi daerah potensi batubara untuk tambang dalam, kajian potensi endapan gambut Indonesia ber-

dasarkan aspek lingkungan, kajian awal potensi source rock hidrokarbon, kajian potensi gas methane dalam batubara, kajian potensi gas methan, kajian potensi endapan batubara Indonesia untuk batubara cair (liquified coal). Selain itu, in-ventarisasi batubara marginal, inventarisasi gambut, inventarisasi bitumen pa-dat, survei pendahuluan bitumen, inventarisasi kandungan minyak dalam enda-pan bitumen, pengukuran kandungan gas dalam lapisan batubara di wilayah eksplorasi masih memerlukan tindak lanjut.

2.2. Air Tanah, Lingkungan Geologi dan Penataan RuangIndonesia senantiasa berpartisipasi dalam upaya-upaya global untuk me-

mecahkan isu atau permasalahan bersama yang dihadapi umat manusia, dian-taranya isu perubahan iklim dengan prinsip bebas dari kepentingan bangsa lain. Berhadapan dengan isu perubahan iklim, penting bagi Indonesia untuk terlebih dahulu melakukan riset tentang climate change proof sebagai sebuah scientif-ic basis dan membangun ketahanan (resilience) terhadap isu perubahan iklim bagi Indonesia Bidang geologi dapat berperan dalam upaya-upaya untuk climate change proof melalui pendekatan (proxy) pembuktian ada atau tidak adanya pe-rubahan iklim di masa lalu yang diperoleh melalui riset iklim purba (paleocli-mate). Riset dari bidang geologi ini bersama-sama dengan respon dan upaya scientific basis dari sektor iklim dan sektor lainnya akan berperan penting, baik dalam rangka climate change proof maupun ketahanan terhadap isu perubahan iklim.

Lepas dari pengaruh pemanasan global, indikasi perubahan iklim global telah tampak dan menyebabkan kenaikan muka air laut dan perubahan pola curah hujan yang dapat berdampak pada penurunan sumber daya air dan perubahan fenomena kebencanaan, seperti longsor yang diikuti oleh banjir bandang. Sesuai respon tingkat global dan nasional, upaya untuk menghadapi dampak perubah-an iklim dilakukan dengan dua langkah utama secara bersamaan, yaitu: mitigasi dan adaptasi. Dalam adaptasi, bidang geologi dapat berperan antara lain melaui rekomendasi, penyediaan informasi dan riset dan kajian kerentanan air tanah untuk adaptasi terhadap bahaya pada ketersediaan air akibat perubahan iklim, dan bahaya intrusi air laut pada kawasan pesisir dan pantai akibat kenaikan muka laut; serta kerentanan terhadap bahaya longsor. Didalam upaya mitigasi, bidang

Page 18: Road Map Badan Geologi 2010

24 25

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

geologi dapat berkontribusi antara lain melalui riset atau penyediaan informa-si tentang formasi batuan yang dapat menyimpan gas rumah kaca (GRK), dan cadangan batubara dengan kandungan GRK yang rendah.

Bidang lingkungan geologi dan air tanah melaksanakan tugas penelitian dan pe-layanan aspek geologi lingkungan, geologi teknik, dan air tanah. Hasil-hasil peneli-tian bidang lingkungan geologi dan air tanah digunakan, antara lain untuk penata-an ruang, pengembangan wilayah, penentuan lokasi atau penempatan bangunan fisik yang penting, strategis, atau vital; dan pengelolaan sumber daya air tanah.

Kegiatan lingkungan geologi dan air tanah meliputi survei, pemetaan, inven-tarisasi, penyelidikan, penelitian, analisis laboratorium, pengembangan rancang bangun dan pemodelan, pelayanan data dan informasi dan rekomendasi penge-lolaan geologi lingkungan dan air tanah. Aspek sains geologi yang mendukung lingkungan geologi adalah geologi kuarter, dinamika cekungan, dan geomorfolo-gi. Sub bidang ini juga menyumbang terhadap kinerja berkaitan dengan aspek geo-informasi (IKU: jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah pengunjung layanan bidang informasi geologi); di samping kinerja yang berkaitan langsung (IKU: penerapan tata ruang berbasis geologi dan jumlah penyediaan sumber air tanah di daerah sulit air).

Pengelolaan sumber daya air terintegrasi antara air hujan, air permukaan, dan air tanah tetap diperlukan menghadapi ancaman krisis air dan meningkatnya tekanan terhadap air yang sudah dialami beberapa wilayah di Indonesia sejaka dasawarsa 1990-an. Bidang geologi dapat berkontribusi dalam pengelolaan sum-ber daya air teritegrasi, baik di tingkat pengambilan keputusan, maupun riset pengembangan sumber daya air antara lain melalui penyediaan peta hidrogeolo-gi, peta konservasi air tanah, perta daerah resapan air tanah, rancang bangun dan rekayasa air tanah; serta saran dan rekomendasi kebijakan pengelolaan air dari sisi air tanah.

Kebutuhan air bersih akan semakin meningkat sementara sumber-sumber air yang ada termasuk air tanah semakin berkurang. Pengelolaan air tanah harus lebih efektif. Di Indonesia terdapat 421 Cekungan Air Tanah yang memerlukan pengembangan dalam pengelolaannya. Selain itu, terdapat 6000 desa tertinggal yang membutuhkan sumber air bersih asal air tanah.

Daerah di perkotaan dan kawasan cepat tumbuh telah mengalami degra-

dasi lingkungan akibat pengambilan air tanah yang melampau daya dukungnya. Beberapa kawasan juga sangat strategsi sebagai daerah rasapan air yang penting untuk kawasan perkotaan, daerah cepat tumbuh, atau kawasan penting lainnya yang ketersediaan airnya sudah memerlukan penanganan. Daerah-daerah atau ka-wasan-kawasan seperti tersebut memerlukan konservasi air tanah, baik konservasi vegetatif maupun konservasi non vegetatif. Bidang geologi ke depan akan semakin dituntut untuk berperan dalam konservasi air, terutama konservasi non vegetatif, melalui perumusan kebijakan dan pengaturan, data dan informasi (a.l. peta kon-servasi), rancang bangun (a.l. sumur resapan), dan jasa riset konservasi air tanah.

Paradigma pengelolaan air tanah untuk masa mendatang harus berbasis ce-kungan air tanah (CAT) serta berpedoman pada prinsip pemanfaatan air tanah berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perubahan iklim akibat pemanasan global telah berdampak pada kenaikan suhu permukaan bumi, perubahan pola curah hujan, peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian iklim ekstrim serta kenaikan muka air laut, menyebabkan pe-rubahan keseimbangan neraca air tanah yang pada akhirnya menimbulkan ter-jadinya banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Gambar 2.14 Pemanfaatan air tanah untuk penyediaan air bersih di daerah sulit air.

Page 19: Road Map Badan Geologi 2010

26 27

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Pembangunan basis data bidang air tanah yang up to date dan mudah di akses sebagai informasi publik merupakan salah satu prioritas nasional pembangunan bidang geologi. Air tanah memiliki peran yang semakin penting sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, terutama di daerah sulit air. Oleh karena itu, Pemerintah mempunyai kewajiban menjamin hak-hak mas-yarakat akan air bersih. Capaian kegiatan-kegiatan di bidang air tanah antara lain:

• Informasi potensi air tanah belum tersedia di seluruh CAT• Lebih dari 70% kebutuhan air bersih di beeberapa kota besar memanfaat-

kan sumber daya air tanah (Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, Denpas-ar, dll)

• Degradasi kuantitas dan kualitas air tanah di beberapa CAT (contoh: CAT Jakarta, CAT Bandung-Soreang, CAT Semarang-Demak, dll)

• Degradasi lingkungan air tanah di beberapa CAT (contoh: CAT Jakarta, CAT Bandung-Soreang, CAT Semarang-Demak, dll), berupa amblesan tanah dan intrusi air laut.

• Pembangunan yang menyebabkan perubahan fungsi lahan menimbulkan berkurangnya imbuhan air tanah pada CAT

• Perubahan iklim global menyebabkan berkurangnya imbuhan air tanah• Belum sepenuhnya peraturan perundang-undangan tentang air tanah

dilaksanakan daerah, menimbulkan pertentangan kepentingan antar daerah

Berdasarkan data dan informasi cekungan air tanah (CAT) yang dilakukan oleh PLG, telah teridentifikasi sebanyak 412 CAT. Jumlah ini tersebar di 9 (sembilan) wilayah, yaitu : 1)Sumatera, 2) Jawa-Madura, 3) Bali, 4) NTB, 5)NTT, 6) Kaliman-tan, 7) Sulawesi, 8) Maluku, dan 9) Papua. Lihat tabel 2.3.

Daerah yang mengalami amblesan akibat penurunan muka airtanah rentan terhadap bahaya banjir di musim penghujan atau saat kenaikan muka air laut (sea level rise; SLR) di kawasan dekat pantai. Bidang geologi dapat berkontribusi dalam deliniasi dan pemberian rekomendasi penanganan kawasan rentan terha-dap bahaya banjir tersebut.

Indonesia masih memerlukan pembangunan jalan raya sesuai dengan salah satu prioritas Pembangunan Nasional yaitu penguatan infrastruktur. Pemban-gunan akses jalan raya juga merupakan salah satu program MDG’s di Indonesia.

Data dasar geologi dan geologi teknik sangat diperlukan dalam pembangunan jalan raya, sehingga bidang geologi sudah semestinya berperan dalam penye-diaan informasi yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur penting tersebut. Pencapaian hasil-hasil kegiatan penyelidikan dan penelitian geologi lingkungan dan geologi teknik hingga saat ini antara lain:

• Pemetaan kawasan kars dan konservasi kawasan lindung geologi di 18 lo-kasi (30%)

• Penyelidikan geologi lingkungan perkotaan, meliputi terutama kota-kota besar di Indonesia sebanyak 61 lokasi (32%)

• Penyelidikan geologi lingkungan regional telah selesai 68 wilayah (45%)• Penyelidikan geologi lingkungan untuk TPA sampah di 20 lokasi• Penyelidikan geologi lingkungan kawasan pertambangan sebanyak 54 lo-

kasi (10%)• Penelitian geologi lingkungan terkait isu strategis nasional di 4 lokasi• Pemetaan geologi teknik bersistem Jawa – Bali telah mencapai 44 lembar

(52%)• Pemetaan geologi teknik bersistem Luar Jawa – Bali 35 lembar (15%)

NO PULAU JUMLAH KETERANGAN

1. Sumatera 65 Terdapat 34 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsiTerdapat 12 CAT yang sebarannya berada di 3 provinsi

2. Jawa dan Madura 80 Terdapat 1 CAT yang sebarannya berada di 3 provinsiTerdapat 16 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsi

3. Bali 8 Pulau Bali dan Nusa Penida

4. Nusa Tenggara Barat 9 Tersebar diseluruh pulau-pulau di NTB

5. Nusa Tenggara Timur 38 Tersebar diseluruh wilayah provinsi

6. Kalimantan 22 Terdapat 4 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsiTerdapat 2 CAT berbatasan dengan Malaysia

7. Sulawesi 91 Terdapat 10 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsi

8. Maluku 68 Tersebar diseluruh kepulauan Maluku

9. Papua 40 Terdapat 5 CAT yang sebarannya berada di 2 provinsiTerdapat 2 CAT berbatasan dengan Papua New Guinea

Tabel 2.3 Sebaran Cekungan Air Tanah

Page 20: Road Map Badan Geologi 2010

28 29

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

• Penyelidikan geologi teknik wilayah strategis 91 lokasi• Pembahasan/kontijensi Raperpres dan Raperda Rencana Tata Ruang 42

lokasi, meliputi: RTR Pulau/Kepulauan (9 lokasi), RTR Kawasan Strategis Nasional (9 lokasi), RTRW Provinsi (9 lokasi), RTRW Kabupaten/Kota (15 lokasi)

• Stock Taking pemanfaatan lahan dan peraturan perundangan lintas sektorDalam setiap penyelenggaraan sosialisasi di daerah, antara lain di Padang,

Denpasar, Mataram dan Jakarta, Badan Geologi selalu diundang untuk dijadikan sebagai nara sumber untuk menjelaskan dan sekaligus menjawab permasalah-an penataan ruang yang terkait dengan sektor ESDM. Demikian pula dalam ra-pat-rapat pembahasan RTR Pulau/Kepulauan, revisi RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dan Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional.

Selain itu, dalam rangka penyamaan persepsi terhadap permasalahan sub sektor ESDM terkait dengan perencanaan tata ruang, Badan Geologi telah berinisiatif untuk mengadakan rapat pembahasan dengan beberapa kali men-gundang seluruh Unit Eselon I terkait di lingkungan Departemen ESDM. Rapat pembahasan tersebut menghasilkan kesepakatan berupa penghimpunan data masing-masing sub sektor untuk diserahkan kepada Badan Geologi yang selan-jutkan akan diserahkan kepada Departemen Pekerjaan Umum selaku Koordina-tor bidang teknis BKPRN sebagai bahan masukan dalam penetapan tata ruang sektor ESDM untuk RTR Pulau/Kepulauan dan RTRW Provinsi/ Kabupaten/Kota. Data-data tersebut berupa:

• Sebaran cekungan Migas, Wilayah Kerja Migas dan jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional termasuk lokasi kilang minyak;

• Jaringan transmisi, tower dan pembangkit tenaga listrik;• Wilayah Kontrak Karya, Kuasa Pertambangan, PKP2B dan Wilayah Kerja

Pertambangan Panas Bumi;• Sebaran potensi sumber daya mineral, batubara dan panas bumi;• Sebaran Kawasan Lindung Geologi (kawasan cagar alam geologi, kawasan

rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindun-gan terhadap air tanah).

Rapat pembahasan lintas Unit tersebut juga telah menghasilkan suatu persa-maan persepsi/kesepahaman yang sangat panting, yaitu mengenai kesetaraan

antara Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) menurut PP No. 26 Tahun 2008 dengan Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pembahasan tersebut juga men-yamakan persepsi tentang kesetaraan antara KPP dengan cekungan migas dan panas bumi.

2.3. KegunungapiandanMitigasiBencanaGeologiIndonesia merupakan wilayah dengan frekuensi kejadian bencana geologi

tinggi, sehingga diperlukan upaya mitigasi untuk mengurangi resiko akibat ben-cana berupa kehilangan jiwa dan harta benda. Pengurangan resiko akibat ben-cana telah menjadi program MDG’s dan UNDP di Indonesia, termasuk pengu-rangan resiko akibat bencana geologi berupa letusan gunungapi, gempabumi dan tsunami, dan tanah longsor. Bidang geologi akan senantiasa dituntut un-tuk memberikan kontribusi penting dalam pengurangan resiko akibat bencana geologi.

Wilayah Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia, Lem-peng Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia. Sebagai konsekuensinya, wilayah ini memiliki tataan geologi yang kompleks dan dinamis. Berbagai potensi, baik yang bersifat menguntungkan berupa sumber daya energi dan mineral ataupun yang bersifat merugikan seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi dan gera-kan tanah terjadi di kawasan ini. Kondisi tersebut menjadikan pengelolaan geolo-gi wilayah Indonesia strategis dalam pembangunan nasional. Potensi bahaya ini tercermin pada peta kawasan rawan bencana gunungapi, gempa bumi, tsunami dan zona kerentanan gerakan tanah. Kondisi ini memerlukan penanganan miti-gasi bencana yang kontinyu, sebelum, saat dan setelah kejadian bencana, guna pencapaian pengurangan risiko bencana.

Hyogo Framework for Action Conference 2005 tentang Pengurangan Risiko Bencana menjadi salah satu dasar rencana aksi mitigasi bencana geologi, kerang-ka aksi Hyogo mempunyai tujuan membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap risiko bencana. Konferensi mengadopsi lima prioritas aksi, yaitu:

• Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya;

Page 21: Road Map Badan Geologi 2010

30 31

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

• Mengidentifikasi, mengkaji dan memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini;

• Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat;

• Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar; • Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respons yang efektif

di semua tingkat.Masyarakat berhak mendapat perlindungan dari ancaman bencana, namun

penanganan bencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melain-kan menjadi tanggung jawab bersama. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka saat ini penanganan bencana tidak lagi menekankan pada tanggap darurat saja, tetapi pada keseluruhan tahapan manajemen bencana yang meliputi sebe-lum, pada saat dan pasca bencana.

Pembangunan yang berkembang pesat termasuk pengembangan pariwisata dan disertai peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Pemukiman dan aktivitas penduduk serta obyek vital/strategis yang ter-letak di kawasan rawan bencana geologis mengakibatkan peningkatan risiko ben-cana. Kajian Risiko Bencana di daerah rawan bencana belum dilakukan secara maksimal, sedangkan Indonesia merupakan negara rawan bencana geologis. Hal ini berdasarkan data, setiap tahun kejadian bencana gerakan tanah lebih dari 75 kali, gempa bumi berkisar antara 5 – 12 kali, gunungapi meletus atau pening-katan kegiatannya lebih dari 10 kali. Sementara bencana tsunami terjadi 2 kali dalam 5 tahun terakhir.

Pemerintah Daerah belum memprioritaskan mitigasi bencana dalam kegia-tan pembangunan sesuai UU nomor 24 tahun 2007 dan UU nomor 26 tahun 2007 dan masih kurangnya peran aktif dan pemahaman masyarakat terhadap mitigasi bencana geologis. Di lain pihak tuntutan masyarakat dan Pemerintah Daerah akan informasi kebencanaan geologis yang cepat dan akurat. Koordinasi dalam penanganan bencana adalah hal yang harus dilakukan mengingat, bahwa mitigasi bencana merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Koordinasi ini sampai sekarang masih belum terlaksana secara opti-mal, karena kurangnya peran aktif dan rendahnya pemahaman masyarakat serta keterlibatan instansi penangan bencana di daerah.

Pengembangan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia dalam pen-anganan bencana memerlukan kerjasama teknik antar instansi baik dalam mau-pun luar negeri. Kerjasama yang sudah terjalin saat ini dalam bidang penanganan bencana geologi antara lain: Perguruan Tinggi (ITB, UNPAD, UPI, UGM, UNBRAW, UNDIP, USU), LIPI, BNPB, BSN, RISTEK, BMKG, LAPAN, BAKOSURTANAL, DEPSOS, DEPDAGRI, DEPHUB, PEMDA, TNI, POLRI, dan LSM. Kerja sama Luar Negeri an-tara lain dengan Amerika Serikat (USGS), Australia (BOM dan GA), Jepang (JICA/JST, DPRI/Kyoto University, GSJ), Belgia (ULB), Italia, Jerman (GeoRisk), MEE (MIA-VITA), Singapura (NTU - EOS), Prancis, CCOP.

Hingga awal tahun 2010 dari sebanyak 77 gunungapi tipe A baru 62 gunun-gapi yang sudah dipantau dengan peralatan. Sementara itu, telah pula dilaku-kan pemanfaatan teknologi VSAT pada 14 gunungapi; dan pelaksanaan region-al center untuk monitoring gunungapi dilaksanakan pada 6 wilayah gunungapi. Sementara itu, pembangunan yang berkembang pesat dan peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan di kawasan rawan bencana geologis mengakibatkan peningkatan risiko bencana. Ringkasan hasil-hasil kegia-tan secara umum disajikan seperti pada tabel di bawah ini:

Peta Geologi Gunungapi

11 Gunungapi (pada saat ini sudah dipetakan sebanyak 67 dari 72 Gunungapi atau 93 %)

33 sudah dipublikasikan Tahun 2011 selesai

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi

41 Gunungapi (pada saat ini sudah terselesaikan sebanyak 67 dari 72 gunungapi atau 93%)

57 sudah dipublikasikan Tahun 2011 selesai

Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah

36 Peta (skala regional sudah selesai dalam bentuk Atlas)

Peta Kawasan Rawan Bencana Gempabumi

7 Peta sudah terselesaikan dari 33 skala provinsi (2006 s/d 2009)

Tahun 2014 selesai

Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami

4 Peta sudah terselesaikan dari 22 provinsi yang rawan tsunami

Tahun 2014 selesai

Pengkajian Mitigasi Bencana Geologi G. Merapi 45 Kegiatan

Perekayasaan Peralatan 9 Paket

Tabel 2.4 Ringkasan hasil-hasil kegiatan kegunungapian dan mitigasi bencana geologi

Page 22: Road Map Badan Geologi 2010

32 33

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Sistem Peringatan Dini Gunungapi

Data aktifitas dari 33 gunungapi yang dipantau dari 10 Regional Center ditelemetrikan secara real time ke Kantor PVMBG di Bandung sudah selesai

Tanggap Darurat Gunungapi 60 Gunungapi Tanggap Darurat Gempabumi 55 Kejadian Tanggap Darurat Gerakan Tanah 200 Kejadian

Peringatan Dini Gerakan Tanah 60 Peringatan dini gerakan tanah yg disampaikan ke 24 provinsi

Sosialisasi Bencana Geologi 70 Kegiatan Pelatihan Kebencanaan 1 Kegiatan (2009) Buku Kebencanaan Geologi

untuk TK, SD, SMP 8 Buku (2009) w

Penyusunan Rencana Kontijensi 6 Kegiatan (2008-2009)

2.4. Geosain dan Geo-InformasiPengetahuan geologi dan peta tematik memberikan informasi tentang penye-

baran mineral, panas bumi dan migas, sehingga kita dapat berkonsultasi kemana harus mencari sumber data tersebut. Peran dan fungsi geologi, terutama sumber daya geologi menjadi sangat penting berkelanjutan pembangunan bidang migas, panas bumi dan mineral di Indonesia. Geologi akan menjadi ujung tombak da-lam mewujudkan cadangan potensial di lapangan produksi saat ini sehingga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat lebih lama.

Peran Geologi di masa depan akan terkait dengan upaya penyelenggaraan dan pemberian informasi kegeologian yang akurat dan tepat kepada masyarakat. Berhubungan dengan kebutuhan akan analisis kegeologian dalam setiap aspek pembangunan terutama kewilayahan dan kebencanaan, maka setiap kebijakan di bidang geologi terutama yang menyangkut kepentingan masyarakat luas harus mencerminkan transparansi dan tepat sasaran.

Semua tujuan ini terkait dengan pengelolaan dan pengembangan sistem se-cara baik sumber-sumber daya informasi. Sumber daya informasi yang ada dike-lola dengan benar sehingga merupakan suatu sistem informasi yang memberikan pelayanan andal, terjangkau dan terpercaya kepada masyarakat luas, menjadi sarana komunikasi hubungan antar lembaga negara, dan memberi rangsangan bagi partisipasi masyarakat bagi penentuan kebijakan pemerintah.

Pencapaian tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang transparan, andal dan terjangkau harus diikuti dengan hubungan yang harmonis

antara pusat dan daerah, antar lembaga pemerintah, mengingat banyaknya data dan informasi geologi yang juga dimiliki oleh lembaga pemerintah lain.

Kegeologian dalam implementasi dan pengembangannya bertumpu pada tiga aspek bagiannya, yaitu sumber daya geologi, lingkungan geologi dan keben-canaan, serta geo-informasi. Geosains adalah dasar dari ketiga aspek tersebut. Geosains mencakup penelitian paleontologi, petrologi, stratigrafi, sedimentolo-gi, geofisika, fisika-batuan, geokimia, geokronologi, dan kemagnetan purba. Ada-pun geo-informasi merupakan muara berbagai kegiatan penelitian, mitigasi dan pelayanan bidang geologi. Cakupannya meliputi pengelolaan data dan informasi, termasuk pemerolehan, penghimpunan, pengolahan, penyusunan, penyajian, pengemasan, penyimpanan, retrieval, dan penyebarluasan, serta pemutakhiran data dan informasi. Produk geo-informasi antara lain data dan informasi dalam bentuk peta, atlas, digital, buku; dan sistem informasi.

Hingga awal 2010 kondisi umum pencapaian meliputi: (i) peta geologi ber-sistem dan peta geofisika skala 1:100.000 untuk Jawa dan Madura, dan skala 1 : 250.000 untuk Indonesia telah selesai seluruhnya; (ii) peta geokimia skala 1 : 250.000 untuk kepentingan eksplorasi telah selesai wilayah Sumatera, Sulawesi dan Nusatenggara dan sebagai kecil Kalimantan; (iii) peta hidrogeologi skala 1 : 250.000 selesai sekitar 54% wilayah Indonesia. Semetara itu, hingga periode yang sama, pencapaian peta bertema antara lain: (i) peta seismotektonik (24 lembar), (ii) peta geologi Kuarter (22 lembar), (iii) peta geomorfologi (16 lem-bar), (iv) peta batas cekungan air tanah (100%), (v) peta geologi teknik (79 lem-bar), (vi) peta geologi lingkungan (30 lembar), (vii) peta zona kerentanan gerakan tanah (25 lembar), (viii) peta geologi gunungapi (65 lembar), (ix) peta kawasan rawan bencana (KRB) gunungapi (57 lembar), (x) peta KRB gempa bumi (5 lem-bar), dan (xi) peta KRB tsunami (4 lembar).

Berdasarkan hasil penelitian cekungan sedimen yang dilakukan oleh Badan Geologi sejak tahun 2005 sampai dengan 2009 telah dicapai hasil sebagai beri-kut:

• Pemetaan Gaya Berat skala 1:250.000 telah dapat diselesaikan yang men-cakup seluruh wilayah Indonesia (Gambar 2.15);

• Tersusunnya deliniasi cekungan sedimen Indonesia sebanyak 128 cekun-gan (Gambar 2.16 dan 2.17);

Page 23: Road Map Badan Geologi 2010

34 35

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Gambar 2.15 Peta Gaya Berat Indonesia.

Gambar 2.16 Peta Cekungan Sedimen Indonesia

• Tersusunnya karakterisasi beberapa cekungan di wilayah Jawa, Kaliman-tan, Sumatera dan Sulawesi sesuai hasil penyelidikan dinamika cekungan;

• Tersusunnya Prototipe Atlas yang mencakup Atlas Cekungan Sumatera Se-latan.

Hingga awal 2010 telah tersusun Atlas Sumber Daya Energi Indonesia Ba-gian Timur, terdiri dari 17 peta tematis skala 1: 5.000.000; Atlas Cekungan Su-matera Selatan; Atlas Geologi dan Sumber Daya Mineral dan Energi Indonesia skala 1:10.000.000 memuat 33 tema; dan Atlas Pengelompokan Pulau Kecil berdasarkan Tektonogenesis untuk Perencanaan Tata Ruang Darat, Laut, dan Dirgantara Nasional, skala 1:15.000.000 (30 peta bertema). Sampai periode yang sama, telah pula tersusun Peta Cekungan Sedimen Indonesia memuat 128 cekungan sedimen; dan peta karakterisasi beberapa cekungan di wilayah Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Di sisi lain, data fisik untuk penen-tuan batas landas kontinen guna pengusulan batas teritorial wilayah negara sudah cukup tersedia. Data dan informasi geologi tersebut tersaji dalam berb-agai format.

Penelitian dan pelayanan bidang geologi aspek geoinformasi sektor ener-gi paling tidak mampu menyajikan data dan informasi yang dimilikinya dalam

Gambar 2.17 Pengelompokan Cekungan Sedimen Indonesia.

Page 24: Road Map Badan Geologi 2010

36 37

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

pengertian geoinformasi sebagaimana tersebut diatas, baik untuk data dan in-formasi yang telah ada atau pun prediksi-prediksi ke depan.

Sehubungan dengan pengembangan sistem informasi, berikut ini beberapa kondisi serta permasalahan yang ada saat ini terkait dengan sistem informasi di lingkungan Badan Geologi:

• Masing-masing Unit memiliki sistem, dokumen, laporan, basis data dan perpustakaan yang masih dikelola oleh masing-masing unit eselon 2 di lingkungan Badan Geologi. Data dikomunikasikan dan dikoordinasikan belum secara sistem yang terintegrasi dan dilakukan manual menurut kebutuhan seketika, sehingga pemutakhirannya tidak terpantau

• Masing-masing Unit memiliki Infrasturktur yang belum terkoordinasi • Masing-masing Unit memiliki dan menyimpan data dan informasi geolo-

gi di lokal server dan PC, bahkan pada media simpan pribadi para pega-wai yang mengerjakan kegiatan

• Format tidak seragam, terutama format untuk pelayanan informasi Publik

• Belum ada kebijakan dan Prosedur Standar Operasional (SOP) dalam pengelolaan data dan informasi geologi hasil kegiatan masing-masing Unit

• Pemerolehan data dari daerah dan institusi lain yang berkaitan belum optimal

• Penyediaan pelayanan jaringan akses untuk informasi kebencanaan be-lum efisien

• Keterbatasan SDM yang kompeten di bidang pengelolaan informasi • Adanya kendala administrasi keproyekan dalam hal pemeliharaan infras-

truktur• Kelambatan akses sistem masuk dan keluar• Saat ini setiap Unit BGL memiliki koneksi Internet dengan ISP sendi-

ri-sendiri• Koneksi JarKom ESDM dirasakan setiap Unit belum optimal, PVMBG dan

PSG tidak dapat melakukan koneksi ke internet, hanya mencapai Gateway ring ESDM

• Secara operasional beberapa Unit Badan Geologi membutuhkan dukun-Gambar 2.19 Alur pertukaran data dan informasi Badan Geologi saat ini.

Gambar 2.18 Arsitektur sistem informasi Badan Geologi saat ini.

Page 25: Road Map Badan Geologi 2010

38 39

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

gan ISP di luar JarKom ESDM untuk mendukung kegiatannya seperti PVM-BG untuk monitoring Gunung Api dan PSG untuk remote data acces tim lapangan ke server PSG (upload data lapangan dari daerah)

• Secara topologi fisik dan logic setiap lokal Unit BGL belum terkoneksi• Unit-unit di Diponegoro sudah terhubung dengan Fiber Optik JarKom

ESDM dan dipusatkan diinterkoneksi ring ESDM di Sekretariat Badan Geologi

• Pusat Sumberdaya Geologi, secara topologi logic tergabung keJarKom ESDM, namun secara fisik terpisah dengan Lingkungan Badan Geologi

• Sistem Domain Unit-Unit Badan Geologi masih memakai IP Publik dari ISP, mengingat keterbatasan IP Publik JarKom ESDM dan koneksinya yang be-lum baik

2.5. Tata Laksana Kepemerintahan Bidang GeologiTatalaksana kepemerintahan (public governance) yang baik merupakan pra-

syarat tercapainya sasaran kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh mas-ing-masing instansi Pemerintah untuk setiap sektor atau bidang pembangunan, termasuk bidang geologi. Sebagai bagian dari pelayanan publik oleh instansi Pe-merintah, tatalaksana kepemerintahan yang baik adalah bagian dari kepemer-intahan yang baik (good governance) dan merupakan indikator terlaksananya reformasi birokrasi. Saat ini kepemerintahan yang baik telah menjadi tuntutan masyarakat luas di tingkat global maupun nasional.

- Peraturan perundang-undanganSaat ini tugas dan fungsi kegeologian yang utama diemban oleh Badan Geolo-

gi berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen ESDM. Keberadaan Kepmen tersebut pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo-nesia Tahun 1945.masing-masing berturut berkenaan dengan kekuasaan pemer-intahan negara dan kementrian negara.

Berdasarkan Pasal 4 Kepmen ESDM tersebut, Badan Geologi merupakan salah satu unsur organisasi dari Departemen ESDM dengan tugas tertentu di bidang

geologi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri ESDM. Dalam Pasal 501 Kepmen tersebut, tugas Badan Geologi adalah melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi.

Berdasarkan Kempen ESDM tersebut diatas, fungsi Badan Geologi berdasar-kan Kepmen ESDM tersebut adalah:

a. perumusan kebijakan di bidang geologi;b. perumusan rencana dan program penelitian dan pelayanan;c. pembinaan dan pelaksanaan penelitian dan pelayanan;d. pelayanan survei geologi, serta penelitian dan pelayanan di bidange. sumber daya geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, dan geologi lingkungan;f. pembinaan pelayanan jasa penelitian geologi;g. pemberian rekomendasi serta penyajian informasi hasil survei, penelitian dan pelayanan;h. evaluasi pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi;i. pelaksanaan urusan administrasi Badan Geologi.

Sementara itu, BPPTK dan Museum Geologi yang saat ini berada di bawah Badan Geologi diatur dengan Kepmen ESDM, terpisah dari Permen ESDM No-mor 0030 Tahun 2005. Keberadaan BPPTK dituangkan dalam Kepmen ESDM No-mor 1723 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja BPPTK. Sedangkan ke-beradaan Museum Geologi ditetapkan berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 1725 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja Museum Geologi. Dengan demiki-an terlihat bahwa tidak seluruh unit yang ada di bawah Badan Geologi diatur dengan satu peraturan perundang-undangan yang sama. Atau, berdirinya Badan Geologi dengan seluruh unit di bawahnya belum diatur dengan satu peraturan perundang-undangan.

Selain itu, berbagai peraturan perundang-undangan juga mengatur tentang kegeologian. Dengan kata lain, bidang kegeologian diatur juga dalam berbagai paraturan perundang-undangan (PUU) baik sektor ESDM, maupun sektor lainnya seperti: Pekerjaan Umum (PU), Lingkungan Hidup, Kepariwisataan, Dalam Neg-eri, Industri, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan lainnya. Berbagai PPU tersebut memberikan implikasi atau mandat bagi pelaksanaan ke-geologian kepada Badan Geologi sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.

Page 26: Road Map Badan Geologi 2010

40 41

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Kondisi tersebut diatas menyebabkan peran bidang geologi tidak terbatas untuk memenuhi informasi hulu sektor ESDM. Bidang geologi juga dituntut un-tuk berperan atau memenuhi kebutuhan informasi dan rekomendasi bagi sek-tor lain, seperti PU (tata ruang, air tanah), Lingkungan Hidup (misal: ecoregion), Pariwisata dan Pendidikan (misal: museum geologi, gunungapi), Dalam Negeri dan Penanggulangan Bencana (misal: mitigasi bencana geologi). Sementara itu, bidang geologi hingga saat ini belum memiliki PUU setingkat undang-undang yang diperlukan sebagai acuan utama pengaturan pengelolaan berbagai sumber daya alam yang secara ilmu pengetahuan seharusnya berbasiskan geologi.

Pada saat ini sejumlah PUU berkenaan dengan subtansi kegeologian atau PUU yang bidang geologi sebagai vocal point-nya telah dihasilkan. Misalnya, Peratur-an Pemerintah (PP) RI Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah. Sejumlah per-masalahan masih terdapat didalam PUU terkait kegeologian tersebut. Diantara permasalahan tersebut adalah: kewenangan pengelolaan kegeologian antar Pu-sat dan Daerah secara umum belum diatur secara optimal, sebagai contoh pen-gaturan hubungan pusat dan daerah di bidang data dan informasi geologi.

- Organisasi dan Tatalaksana Berdasarkan Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005, organisasi Badan

Geologi saat ini terdiri atas 5 unit. Kelima unit tersebut adalah: Sekretariat Badan Geologi (SBG), Pusat Survei Geologi (PSG), Sumber Daya Geologi (PSDG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan Pusat Lingkun-gan Geologi (PLG). Adapun organisasi 2 unit pelayanan teknis (UPT) yang ada dibawah Badan Geologi, yaitu Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) dibawah PVMBG, dan Museum Geologi dibawah PSG, masing-masing ditetapkan berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 1723 Tahun 2002 tentang BPPTK. Sedangkan keberadaan Museum Geologi ditetapkan berdasar-kan Permen ESDM Nomor 1725 Tahun 2002 tentang UPT Museum Geologi. Den-gan demikian, secara organisasi, BPPTK dan Museum Geologi hadir lebih dahulu dibanding organisasi induknya, Badan Geologi.

Tugas dan fungsi (tupoksi) unit-unit dibawah Badan Geologi tersebut, ber-dasarkan Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005 berada di seputar penelitian dan pelayanan bidang geologi. SBG memiliki tugas menyelenggarakan pembinaan

dan pelayanan administratif kepada semua unsur di lingkungan Badan Geolo-gi. Adapun fungsi SBG meliputi koordinasi pelayanan administrasi, perumusan kebijakan penelitian dan pelayanan geologi, penyusunan SOP dan akuntabilitas kinerja; serta perencanaan kerja, penganggaran dan kegiatan satuan kerja, pen-gelolaan administrasi perbendaharaan dan barang milik kekayaan negara serta akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan; pengelolaan kepegawaian dan pengembangan organisasi; perumusan rancangan peraturan perundang-undan-gan geologi, serta pelaksanaan bantuan hukum, informasi hukum, kehumasan dan penyelolaan hak atas kekayaan intelektual; pengelolaan sisitem dan jaringan informasi, serta penyiapan bahan laporan pimpinan Badan Geologi; pengelolaan urusan ketatausahaan, kearsipan, dan rurnah tangga; pembinaan kelompok ja-batan fungsional; dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pelayanan adminis-tratif kepada sernua unsur di lingkungan Badan Geologi.

Secara umum, tupoksi PSG berkenaan di seputar survei geologi yang meliputi survei, penelitian, penyelidikan dan pelayanan data dan informasi dasar bidang geologi; tupoksi PMG berada disekitar penelitian, penyelidikan, dan pelayanan bidang sumber daya geologi. Tupoksi PVMBG berkaitan dengan penelitian, penyelidikan, dan pelayanan bidang vulkanologi dan rnitigasi bencana geologi. Tupoksi PLG beurusan dengan penelitian, penyelidikan dan pelayanan lingkun-gan geologi dan air tanah. Tupoksi unit-unit dibawah Badan Geologi selengkap-nya dapat dilihat dalam Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005.

Kondisi dan permasalahan saat ini berkenaan dengan organisasi dan tatalak-sana pembagunan bidang geologi selanjutnya dapat disampaikan sebagai beri-kut:

1. Badan Geologi sebagai satu-satunya unit eselon 1 yang memiliki tugas khu-sus melaksanakan penelitian dan pelayanan bidang geologi;

2. Badan Geologi belum memiliki unit pembantu (UPT) teknis atau organisasi sejenis di Daerah, padahal keberadaan UPT seperti itu adalah sangat diper-lukan mengingat luasnya cakupan wilayah kerja Badan Geologi;

3. Badan Geologi melayani multi sektor (ESDM, PU, LH, Kepariwisataan, Da-lam Negeri, Industri, dll);

4. Terdapat lembaga-lembaga lain di tingkat Pusat yang menangani kegeolo-gian;

Page 27: Road Map Badan Geologi 2010

42 43

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

5. Lebih khusus, berkenaan dengan tatakerja yang diatur oleh Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005, terdapat kondisi dan permasalahan berikut:

a. Penyeragaman nomenkaltur tugas fungsi, padahal masing-masing unit dapat memiliki karakteristik yang berbeda;

b. Fungsi kerja sama dan pelayanan publik yang selama ini merupakan kegia-tan yang cukup strategis belum secara eksplisit dinyatakan sebagai fungsi dari Sekretariat Badan. Fungsi pelayanan publik ini di Pusat justru terdapat pada Sub Bidang (Subbid) Kerja Sama dan Subbid Informasi Publik;

c. Terdapat struktur-struktur tertentu di Pusat (Unit langsung dibawah Badan Geologi) bahkan dengan level yang lebih tinggi; sedangkan di unit yang mengkoordinirnya (Sekretariat) tidak memiliki struktur terse-but. Misalnya, di Badan Geologi, pada Pusat, terdapat Bidang Informasi yang terdiri dari Subbid Sistem Informasi dan Subbid Informasi Publik, sedangkan di Sekretariat Badan justru hanya terdapat Sub Bagian (Sub-bag) pengelolaan informasi. Hal lain sama kasusnya untuk kerja sama seperti pada butir b);

d. Hal sebaliknya untuk urusan administratif di Sekretariat Badan terdapat Bagian Umum dan Subbag Tata Usaha sebaliknya di Pusat justru menjadi Bagian Tata Usaha dan Subbag Umum dan Keuangan. Hal ini secara no-menkaltur sudah menunjukkan terbalik-balik;

e. Terdapat potensi duplikasi fungsi antara Subbag Perlengkapan dan Rumah Tangga dengan Subbag Kekayaan Negara pada Sekretariat Badan untuk urusan pengelolaan sarana-prasarana;

f. Bidang Sarana Teknik (Sartek) pada Pusat-Pusat didalam prakteknya sela-ma ini lebih banyak bersifat idle, karena secara struktural bidang tersebut tidak memiliki garis koordinasi ke Sekretariat Badan dan seterusnya sam-pai ke Sekretariat Jenderal.;

g. UPT diatur dengan Kepmen tersendiri yang kelahirannya lebih dahulu dibanding Permen Nomor 0030 Tahun 2005. Idealnya UPT memiliki garis koordinasi ke Sekretariat Badan.

(5) Sistem informasi yang mudah, cepat dan akurat belum optimal;(6) Ketersediaan dan penerapan SOP tidak lengkap;(7) Ketersediaan dan penerapan SPM rendah;

(8) Pelayanan publik tidak terintegrasi, antara lain: sistem informasi geologi masih tersebar(9) Kerja sama internasional dalam bidang kebencanaan geologi, sumberdaya geologi, geosain dan geoinformasi telah berjalan dengan baik; namun pemanfaatan kerja sama tidak optimal.

- Sarana, prasarana, dan teknologi Kondisi sarana, prasarana, dan teknologi penelitian dan pelayanan bidang

geologi yang dimiliki Badan Geologi pada saat ini dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Gedung perkantoran, antara lain sbb: 1) kompleks perkantoran Badan Geolo-gi di Jln. Diponegoro Nomor 57 Bandung 40122, Jawa Barat; 2) kantor Pusat Sumber Daya Geologi di Jln. Soekarno-Hatta No. 444 Bandung 40254, Jawa Barat; 3) kantor BPPTK, Jln. Cendana No. 15, Yogyakarta 55166, DKI Yogya-karta; 4) kantor Pusat Lingkungan Geologi di Madiun, Jawa Timur;

2. Gedung Museum Kegeologian beserta sarana peragaannya: Museum Geolo-gi di Bandung, Museum Gunung Batur di Bali, Museum Gunung Merapi di Yogyakarta, Museum Kars di Wonogiri dan Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh;

3. Gedung perpustakaan untuk setiap unit atau satuan kerja (satker);4. Gedung bengkel alat berat dan pengeboran;5. Pos pengamat gunung api (PGA) sebanyak 74 lokasi PGA tersebar di 63

lokasi gunungapi di seluruh Indonesia;6. Sejumlah laboratorium yang tersebar di Pusat-Pusat dan UPT, yaitu: a) Laboratorium penginderaan jauh b) Laboratorium petrologi c) Laboratorium geokimia, kimia mineral dan air d) Laboratorium geokronologi e) Laboratorium fisika batuan dan mineral f) Laboratorium geologi kuarter g) Laboratorium biostratigrafi h) Laboratorium mekanika tanah dan batuan i) Laboratorium instrumentasi dan mitigasi

Page 28: Road Map Badan Geologi 2010

44 45

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

7. Peralatan pengeboran untuk air tanah, mineral, batubara, dan panas bumi;8. Alat-alat berat lainnya;9. Peralatan survey geofisika (gaya berat, geomagnet, seismik, geolistrik,

magnetotellurik, induce polarization, peralatan logging);10. Peralatan penanggulangan bencana (seismometer, data logger, tiltmeter,

extensometer, dan inklinometer) dan GPS;11. Sarana dan prasarana tersebut diatas cukup memadai namun masih perlu

ditingkatkan serta pemanfaatannya perlu lebih dioptimalkan.

- Sumber Daya Manusia Pencapaian tujuan organisasi sangat besar dipengaruhi oleh modal sumber

daya manusia yang dimiliki. Sumber daya manusia merupakan kesatuan dari komitmen, karakter, kompetensi, profesional, pengalaman dan keberanian yang dimiliki masing-masing individu. Pencapaian kinerja ditentukan oleh dua hal yai-tu penguasaan pengetahuan yang mendalam (knowledge dan skill) juga dipen-garuhi oleh sikap perilaku dalam menghadapi setiap pekerjaan.

Dengan demikian pengembangan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya sebagai modal keberhasilan organisasi merupakan bagian penting dalam pengelolaan organisasi. Pengembangan ini dapat dalam bentuk pendidikan maupun pelatihan pegawai. Pegawai sebagai faktor penting yang menentukan perubahan harus dikelola secara benar, terencana dan kom-prehensif. Dalam Kajian Teknokratis Road Map Badan Geologi ini, faktor sumber daya manusia bukan hanya dituntut untuk memproses perubahan, tetapi juga dapat turut terlibat dalam perubahan.

Terlibat dalam perubahan maksudnya pegawai sebagai individu dan sumber daya harus ikut dipertimbangkan perubahannya dari posisi mereka tahun demi tahun (2005-2025) untuk dapat mencapai target organisasi. Misalnya, perlu penambahan pegawai, pengembangan kualitas, kapasitas, loyalitas dan kese-jahteraan pegawai. Semua ini harus dimanifestasikan dalam berbagai program pelaksanaan kemudian.

Perubahan eksternal yang terus terjadi harus disikapi dengan perubahan or-ganisasi secara aktif. Perubahan tersebut termasuk menjaga agar sumber daya manusia tidak mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu

terdapat dua langkah yang harus diperhatikan organisasi terkait dengan sum-ber daya manusia yaitu pertama, proses untuk mengelola sumber daya manusia agar selalu dalam kondisi sehat, produktif dan terjaga kompetensinya dan kedua, proses regenerasi yaitu kegiatan membentuk kader yang mampu meneruskan dan mengembangkan kegiatan produksi di lingkungan Badan Geologi, hal ini dapat juga diartikan sebagai menjaga populasi yang ada.

Untuk menciptakan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara efisien dan untuk mewujudkan visi dan misi RPJPN maka diperlukan geologiawan yang handal atau kompeten dan berwawasan teknologi. Oleh karena itu pendidikan dan penelitian geologi harus diarahkan sedemikian rupa agar dapat memberikan kontribusi berarti bagi rencana pembangunan jangka panjang nasional, dengan menekankan kepada peningkatan jumlah cadangan sumber daya geologi, pen-gelolaan lingkungan hidup, pembangunan infrastruktur, revitalisasi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, mitigasi bencana geologi, peningkatan kualitas geolo-giawan, peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, pengembangan sumber daya air, pemanfaatan sumber daya energi dan mineral dalam laut dan peman-faatan energi nuklir.

Pendidikan dan penelitian geologi harus diarahkan agar sesuai dengan Ren-cana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Pendidikan dan penelitian geologi harus jadi ”determinan” dalam pengambilan keputusan para pelaksana pemer-intahan demi tercapainya kesejahteraan rakyat. Kemasan hasil penelitian geologi harus mudah dipahami dan diarahkan untuk masyarakat luas, sehingga mampu menumbuhkan kepedulian bagi masyarakat terhadap bencana alam dan mas-alah lingkungan.

UNITPENDIDIKAN

JUMLAHSD SLTP SLTA D3 S1 S2 S3

SBG 2 3 20 1 21 8 2 57PMG 13 14 178 18 142 24 3 392PVG 29 35 227 9 88 26 7 421PLG 10 20 169 9 75 31 1 315PSG 11 14 105 12 97 56 15 310

Jumlah 65 86 699 49 423 145 28 1495Prosentase 5% 6% 48% 4% 27% 8% 2% 100%

Tabel 2.5 Jumlah staf/SDM pada Badan Geologi menurut jenjang pendidikan

Page 29: Road Map Badan Geologi 2010

46 47

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Gambar 2.21 Komposisi pegawai negeri pada Badan Geologi: S3 (2%), S2 (8%), S1 (27%), S0/D3 (4%), SLTA (48%), SLTP (6%), dan SD (5%).

Gambar 2.22 Komposisi pegawai negeri Badan Geologi berdasarkan usia .

Tabel 2.6 Rencana pegawai Badan Geologi yang akan pensiun pada 2010 - 2013

No UNITTAHUN 2010 - 2014

JmlSD SMP SLTA D3 S1 S2 S3

1. Sekretariat Badan Geologi 1 - 9 1 4 1 - 162. Pusat Sumber Daya Geologi 7 10 90 8 45 14 2 176

3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi 18 11 47 1 12 6 2 97

4. Pusat Lingkungan Geologi 6 8 54 6 23 16 - 1135. Pusat Survei Geologi 8 8 28 3 25 20 8 100

JUMLAH 40 37 228 19 109 57 12 502

Pendidikan geologi harus mampu menciptakan perilaku atau budaya ilmiah, langkah awal adalah dengan menambah kurikulum yaitu menambahkan mata kuliah filsafat, ekonomi manajemen dan etika profesi. Penambahan mata kuli-ah ini diharapkan mampu menciptakan lulusan geologi yang berjiwa ”enterpre-uneur” di samping mempunyai intelectual skill juga memiliki managerial skill yang baik. Geologiawan masa depan diharapkan merupakan lulusan geologi yang memiliki kehandalan di lapangan, namun juga tidak gagap teknologi. Re-alisasi untuk Badan Geologi sendiri adalah melakukan spesialisasi para geologi-awan melalui program S2 dan S3.

Jumlah sumber daya manusia pada Badan Geologi status Desember 2009 adalah total sebanyak 1495 orang dengan perincian jumlah pada masing-mas-

Gambar 2.20 Perbandingan tenaga teknis (41%) dengan tenaga administrative (59%) Badan Geologi status Tahun 2009.

ing Unit sebagai berikut: SBG se-banyak 57 orang, PMG sebanyak 392 orang, PVG (termasuk BPPTK) sebanyak 421 orang, PLG sebanyak 315 orang, PSG (termasuk Museum Geologi) sebanyak 310 orang. Kom-posisi pegawai Badan Geologi ber-

dasarkan pendidikan (kompetensi) disajikan pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.20. Berdasarkan analisis tenaga teknis dan tenaga administratif, perbandingan tena-ga teknis dengan tenaga administratif adalah 41% : 51%, sehingga lebih banyak tenaga administratif (Gambar 2.21).

Dari segi usia, mayoritas pegawai di lingkungan Badan Geologi berada dian-tara 41 – 50 tahun (45 %), kemudian usia > 51 tahun (30 %), dan yang paling kecil jumlahnya adalah usia < 40 tahun (25 %) segaimana pada Gambar 2.22. Jumlah

pegawai dengan status usianya terse-but akan berkurang karena total se-banyak 502 orang pegawai akan pen-siun pada periode 2010-2014 dengan perincian seperti pada Tabel 2.6.

Dari data tentang jumlah, tingkat pendidikan, usia dan rencana pensi-

un tersebut diatas, Badan Geologi mengalami permasalahan kekurangan tenaga pada jenjang pendidikan S1, S2, dan S3. Sebagai gambaran, dari 28 orang (2% dari total pegawai) pegawai yang berpendidikan S3 akan pensiun sebanyak 12 orang (2,4 % dari total pegawai yang akan pensiun atau 42% dari total pegawai S3).

- Hubungan Pemerintah Pusat dan DaerahDalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, membawa konsekuensi penyerahan beberapa kewenan-gan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur hak dan kewajiban sendiri uru-san pemerintahannya, dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Peran dan fungsi geologi di masa depan harus disesuaikan dengan kebutu-han pusat dan daerah. Oleh karena itu Badan Geologi dituntut untuk mampu menciptakan keseimbangan pembagian urusan pemerintahan antara pemerin-tah pusat dan daerah seperti yang telah dituangkan dalam Lampiran PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Pemerintahan Bidang Energi dan Sumber

Page 30: Road Map Badan Geologi 2010

48 49

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

BAB IIIISU STRATEGIS DAN TANTANGAN

BIDANG GEOLOGI

Kegiatan kegeologian harus mampu menjawab isu strategis nasional dan tantangan global untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia ke arah kehidupan yang sejahtera, aman dan nyaman. Isu strategis nasional terkait kegeologian muncul diantaranya sebagai implikasi dari diterbitkannya sejumlah Undang-undang (UU) sebagaimana telah disebutkan di depan. As-pek lain yang memunculkan permasalahan atau isu-isu yang dihadapi adalah: cakupan penelitian dan pelayanan bidang geologi yang luas, luasnya wilayah Indonesia sebagai wilayah kerja yang harus terlingkup dalam kegiatan kegeolo-gian Indonesia, dan fokus atau prioritas pembangunan Indonesia sebagaimana tertuang dalam RPJPN (2005-2025) dan secara khusus RPJMN Indonesia tahap kedua (2010-2015).

3.1 Umum: Isu dan Tantangan dari RPJPN 2005-2025Cakupan penelitian dan pelayanan bidang geologi mencakup seluruh aspek

yang berhubungan dengan bumi atau istilah yang menyatakan bumi (geo) yang meliputi jenis, susunan dan struktur batuan; sumber daya geologi (geo-resourc-es), geologi lingkungan (geo-environment), dan potensi bencana bumi (geo-haz-ards). Keseluruh aspek kerja penelitian dan pelayanan bidang geologi tersebut terhampar di segenap kawasan Indonesia yang memiliki 17.480 pulau, sekitar 6.000 pulau diantaranya berpenghuni, dengan wilayah daratan seluas 1.922.570 km2 dan wilayah lautan seluas 3.257.483 km2.

Secara geologi, kawasan ini terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yang aktif, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik, sehingga wilayah Indonesia memiliki geologi yang kompleks dan dinamis. Berbagai po-

Daya Mineral, sub Bidang Geologi. Data dan informasi geologi harus sejak dini diketahui melalui inventarisasi untuk dapat dipakai sebagai landasan bagi pene-tapan kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dapat diambil sebagai contoh adalah data geologi mengenai air tanah dan cekungan air tanah, sistem hidrologi panas bumi, sistem hidrologi cekungan air tanah, peta daerah bencana geologi dan sebagainya yang akan sangat menentukan pembagian kewenangan antar setiap daerah. Oleh karena itu data-data termaksud adalah merupakan data strategis yang harus siap sebelum terjadi ketidakjelasan atau bahkan konflik antar daerah.

Pelaksanaan kegiatan kegeologian yang terkait dengan pemerintahan daerah adalah:

• pelaksanaan inventarisasi geologi dan eksplorasi sumber daya mineral, batubara, panas bumi, migas, dan air tanah;

• pelaksanaan inventarisasi kawasan karst dan kawasan lindung geologi; • penetapan zonasi pemanfaatan kawasan kars dan kawasan lindung geolo-

gi; • pelaksanaan inventarisasi lingkungan geologi, geologi teknik, kawasan

rawan bencana dan kawasan lingkungan geologi;• penetapan pengelolaan lingkungan geologi, geologi teknik, kawasan

rawan bencana dan kawasan lingkungan geologi; • pelaksanaan kebijakan dan koordinasi mitigasi bencana geologi;• inventarisasi dan pengelolaan, kawasan rawan bencana geologi; • pengelolaan informasi bencana geologi; dan • pembinaan fungsional penyelidik bumi nasional dan pengelolaan data

dan informasi geologi.Pelaksanaan kewenangan tersebut bertujuan untuk menciptakan hubungan

yang harmonis antara pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah dalam pencapaian pembangunan sumber daya geologi Indonesia yang berdaya guna dan berkelanjutan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki masing-masing.

Page 31: Road Map Badan Geologi 2010

50 51

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

tensi bumi yang termasuk bidang geologi, baik yang bersifat menguntungkan be-rupa sumber daya energi dan mineral ataupun yang bersifat merugikan seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi dan tanah longsor terdapat di kawasan Indonesia. Kondisi tersebut menjadikan pengelolaan geologi wilayah Indonesia strategis sekaligus banya mengandung isu dalam pembangunan nasional.

Isu bidang geologi dalam pembangunan Nasional meliputi tidak hanya sek-tor energi dan sumber daya mineral, melainkan pula sektor lainnya mulai dari pekerjaan umum, pengelolaan sumber daya air, penanggulangan bencana, hingga ke peningkatan kesejahteraan umum yang merentang dalam periode 2010-2025. Berdasarkan RPJPN, terdapat beberapa fokus arah kebijakan pem-bangunan yang memberikan isu sekaligus tantangan untuk bidang geologi, yai-tu: 1) meningkatkan kesejahteraan rakyat (2005-2009), 2) meningkatkan kual-itas sumber daya manusia, membangun kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memperkuat daya saing perekonomian (2010-2014); 3) pemba-ngunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam tersedia (2015-2020); dan 4) pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

Pada RPJMN 2005-2009 yang telah lalu, bidang geologi menghadapi perma-salahan berkaitan dengan: 1) penyelesaian data dasar geologi regional, 2) pen-gungkapan potensi sumber daya geologi, dan 3) penyediaan air bersih bersumber dari air tanah. Sebagian dari permasalahan tersebut hingga periode 2010-2014 (RPJMN tahan II) sekarang ini masih belum terselesaikan seluruhnya.

Pada periode 2010-2014 (RPJMN II) bidang geologi menghadapi isu dan tan-tangan yang berhubungan dengan arah kebijakan peningkatan kualitas sum-ber daya manusia, membangun kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memperkuat daya saing perekonomian. Dalam hal ini, isu dan tantangan tersebut berkenaan dengan: 1) penyediaan data dasar geologi rinci, 2) pening-katan status potensi sumber daya mineral dan energi, 3) penyiapan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) dan Wilayah Pertambangan (WP); 4) pemenuhan kebutuhan air bersih bersumber air tanah; 5) pemenuhan data dan informa-si geologi lingkungan untuk penataan ruang; 6) penguasaan Iptek mitigasi gunung api dan bencana geologi; 7) penerapan konsep geologi; 8) revitalisasi kelembagaan; dan 8) pemahaman perubahan iklim.

Pada periode RPJMN III (2015-2020) isu-isu yang dihadapi akan berkaitan dengan arah kebijakan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA tersedia. Dalam hal ini, isu-isu tersebut berkenaan dengan: 1) pemantapan data dasar geologi rinci, 2) peningkatan pemanfaatan energi alternatif, 3) peningkatan status sumber daya dan cadangan energi dan mineral untuk kawasan andalan dan kawasan strategis nasional, 4) penyiapan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) dan Wilayah Pertambangan (WP), 5) optimalisasi pemanfataan air tanah, 6) pemantapan penerapan informasi geologi lingkung-an sebagai data dasar penataan ruang dan pengembangan wilayah, 7) peman-tapan penerapan teknologi mitigasi bencana dan peningkatan ketahanan mas-yarakat dalam menghadapi bencana, dan 8) pengembangan konsep dan model geologi Indonesia.

Adapun pada periode RPJMN IV (2020-2025) isu-isu dan tantangan bidang geologi yang dihadapi akan berkaitan dengan arah kebijakan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keung-gulan kompetitif. Isu dan tantangan bidang geologi pada periode ini antara lain berkaitan dengan: 1) pengembangan data dan informasi untuk memperkecil resiko eksplorasi dan meningkatkan kualitas hidup; 2) pemantapan mitigasi kebencanaan untuk mendukung keamanan dan kenyamanan masyarakat; 3) peningkatan status sumber daya dan cadangan energi dan mineral untuk pencadangan negara; 4) penyiapan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) dan Wilayah Pertambangan (WP); dan 5) peningkatan nilai tambah sumber daya mineral dan energi.

Terdapat sembilan isu Nasional strategis yang membutuhkan dukungan bidang geologi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, baik melalui sektor ESDM maupun sektor lainnya. Kesembilan isu tersebut adalah: ketah-anan energi, lingkungan dan perubahan iklim, bencana alam, tata ruang dan pengembangan wilayah, industri mineral, pengembangan informasi geologi, air dan lingkungan, pangan, dan batas wilayah NKRI.

3.2 Ketahanan EnergiKetahanan energi merupakan prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014,

yaitu ketahanan dan kemandirian energi. Isu ini juga terkandung dalam salah

Page 32: Road Map Badan Geologi 2010

52 53

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

NEGARATAHUN

2010 2015 2030OECD 60 62 65AMERIKA SERIKAT 66 69 74EROPA 69 75 80JEPANG 100 100 100KOREA 100 100 100DEVELOPING ASIA 57 63 73CINA 55 63 77INDIA 72 77 87

2004 2005 2006 2007 2008Ekspor Minyak bumi 489 434 369 366 399Impor Minyak bumi 404 322 317 314 254Balance Minyak bumi 85 112 52 52 145Impor BBM 339 451 355 410 418Net Balance - 254 - 399 - 303 - 358 - 273

Gambar 3.1. Grafik Hubbert untuk perkembangan produksi minyak Indonesia (Sukhyar, 2010).

Tabel 3.1. Perkembangan ketergantungan terhadap minyak impor (% Impor netto terhada konsumsi Sumber: DESDM, 2009)

Tabel 3.2. Neraca minyak bumi/BBM Indonesia tahun 2008 (ribu barel per hari) (Sumber: DESDM, 2009)

satu fokus sasaran pembangunan sektor ESDM, yaitu: meningkatkan keamanan pasokan energi. Dalam hal ini energi yang terkait dengan kegeologian adalah energi fosil yaitu: minyak dan gas bumi (migas), batubara; bitumen padat (oil shale), dan coal bed methane (CBM); dan energi non fosil atau energi terbarukan yaitu panas bumi (geothermal).

Didalam isu ketahanan energi terdapat sedikitnya 5 (lima) isu lebih lanjut, yaitu: i) penurunan produksi migas, ii) kemandirian energi atau pemanfaatan energi setempat, iii) diversifikasi energi yang meliputi energi baru dan terba-rukan, iv) konservasi sumber daya energi; dan v) alokasi sumber daya ener-gi. Ketahanan energi saat ini masih menjadi permasalahan atau isu strategis Nasional. Khususnya migas, kondisi saat ini berada dalam penurunan puncak produksi dan diperkirakan akan mengalami krisis pada tahun dekade 2030 (Gambar 3.1). Sementara itu kebutuhan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di Asia akan minyak bumi meningkat dan akan terus meningkat hingga tahun 2030 (Tabel 3.1).

Permasalahan ketahanan energi di Indonesia juga tercermin dari data neraca minyak bumi/BBM Indonesia. Net balance, yaitu selisish antara balance minyak (ekspor minyak – impor minyak) dengan impor BBM (bahan bakar minyak) Indo-nesia dari tahun 2004 hingga 2008 terus bertambah minus sebagaimana tampak pada Tabel 3.2.

Box 3.1. Selintas penurunan produksi migas Indonesia

Produksi minyak bumi saat ini telah menurun. Produksi gas menunjukkan ma-sih akan naik, namun di suatu waktu kedepan pasti akan mengikuti pola pro-duksi minyak bumi. Lapangan migas seperti lapangan Minas di Riau hampir sulit didapatkan saat ini. Kedepan cekungan sedimen atau migas marginal akan menjadi target yang berti secara geologi semakin sulit untuk menemu-kan cadangan migas. Kondisi tersebut membawa risiko bisnis semakin tinggi karena terdapat uncertainty di sisi hulu untuk mempercepat cadangan migas dan sumber energi lainnya.

Ketahanan energi menghadapi masalah semakin menurunnya produksi min-yak, karena sekitar 83% energi kita masih berasal dari energi fosil, khususnya migas dan batubara. Box 3.1 dibawah ini memperjelas hal tersebut. Semen-tara kandungan dan atau cadangan migas di sebanyak 128 cekungan sedimen yang sudah ditemukan belum diketahui seluruhnya sedemikian sehingga dapat menarik investasi.

Page 33: Road Map Badan Geologi 2010

54 55

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Penyediaan energi Indonesia juga masih belum sepenuhnya berbasiskan ke-mampuan sendiri dari hulu hingga hilir yang berarti kemandirian energi juga masih menjadi permasalahan. Kemandirian energi berkaitan dengan sumber daya energi yang tersedia di suatu daerah atau wilayah dan berhubungan dengan kendala ja-rak yang jauh ke sumber-sumber energi dari daerah atau kawasan lain. Salah satu upaya yang dapat mengurangi permasalahan kemandirian energi adalah optimal-isasi pemanfaatan energi setempat di luar migas dan batubara (di luar energi fos-sil konvensional) yang berarti peningkatan diversifikasi energi. Berbagai sumber energi baru dan terbarukan, seperti energi angin, energi matahari, oil shale, CBM, energi matahari, dan energi panas bumi, merupakan sumber-sumber energi untuk peningkatan diversifikasi energi dari sumber energi yang dominan digunakan saat ini, yaitu migas dan batubara. Bidang geologi dapat memberikan kontribusinya un-tuk meningkatkan ketahanan energi dan kemandirian energi melalui penyediaan informasi sumber daya energi baru dan terbarukan seperti oil shale, CBM, dan panas bumi.

Ketahanan energi juga menuntut alokasi dan konservasi sumber daya energi. Sumber-sumber energi yang ada harus dialokasikan secara tepat sehingga keber-gantungan kepada satu sumber energi strategis yang mengacancam ketesediann-ya dapat dihindari. Konservasi energi perlu dilakukan agar sumber energi yang ada dapat dihemat penggunaannya. Saat ini alokasi energi dan konservasi energi ma-sih menjadi permasalahan. Bidang geologi dapat berkontribusi dalam mengurangi permasalahan alokasi energi dan konservasi energi.

Tantangan ke depan dari isu ketahanan enerrgi, secara makro meliputi: 1) pen-ingkatan investasi pertambangan, khususnya – dalam hal ini – investasi di bidang eksplorasi sumber daya energi, termasuk teknologi eksplorasi; 2) percepatan penyiapan wilayah pertambangan/wilayah kerja pertambangan (WP dan WKP) batubara, CBM, migas, dan panas bumi; 3) ketahanan pasokan energi; dan 4) peningkatan nilai tambah keekonomian pemanfaatan sumber daya energi yang keberlanjutan.

Secara khusus, tantangan ketahanan enegi dari isu kemandirian energi atau pemanfaatan energi setempat dan isu penurunan produksi migas dalam hubungannya dengan bidang geologi antara lain adalah penemuan cadangan baru migas. Untuk itu, pengembangan eksplorasi di cekungan sedimen di luar

15 cekungan produksi saat ini menjadi tantangan ke depan. Demikian pula pencarian cekungan minyak dan gas (migas) baru di daerah (frontier area) karena potensi migas di daerah tersebut belum banyak terungkap. Selain itu, cekungan migas yang produksinya sudah menurun juga sebenarnya masih me-mungkinkan mengandung potensi migas yang ekonomis. Sumber daya migas di wilayah Indonesia bagian Timur (WIT) juga belum banyak diteliti.

Tantangan lainnya adalah terkait dengan teknologi eksplorasi. Diperlukan terobosan teknologi eksplorasi yang meliputi: 1) teknologi data acquisition da-lam eksplorasi sumber daya energi yaitu survei seismick air borne geophysics, dan survei geofisika lainnya secara cepat, dan murah; 2) teknologi interpretasi sistem geo-resources (petroleum system, geothermal system, dan mineraliza-tion system, dll); dan 3) teknologi penilaian (assessment) cadangan sumber daya energi.

Khususnya mengenai isu ketahanan energi untuk kawasan atau WIT sangat terkait dengan keterbatasan sumber daya energi yang telah terungkap hing-ga kini dan jarak wilayah tersebut dengan sumber-sumber energi yang telah berproduksi di Indonesia bagian barat. Karena itu, dalam isu ketahanan energi untuk WIT mengemukan isu kemandirian enegi. Apabila penyelesaian isu ke-mandirian energi di WIT tersebut dipadukan dengan solusi atas isu diversifi-kasi energi, yaitu visi penggunaan energi baru dan terbarukan, maka dari sisi bidang geologi untuk WIT terdapat tantangan penggunaan energi panas bumi yang perlu dikedepankan. Hal ini mengingat hasil survei dan eksplorasi sejauh ini menunjukkan bahwa WIT memiliki cukup sumber panas bumi yang tersebar cukup merata.

Berkenaan dengan panas bumi, tantangan yang dihadapi lebih banyak ber-kaitan dengan aspek hilir atau di luar bidang geologi. Pengembangan panas bumi sebenarnya dapat menjawab beberapa isu dalam isu ketahanan ener-gi, seperti isu kemandirian energi, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian timur; isu diversifikasi energi atau pemanfaatan energi baru dan terbarukan, isu alokasi energi hingga solusi isu konservasi energi dalam rangka penggunaan energi yang ramah lingkungan dan sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak bergantung kepada pihak asing dalam penggunaan energi (kemandirian energi).

Page 34: Road Map Badan Geologi 2010

56 57

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Tantangan yang dihadapi aspek panas bumi berkaitan dengan fakta berikut ini:• Panas bumi adalah sumber energi yang bersih lingkungan karena tidak

memproduksi emisi CO. Penggunaan energi panas bumi sebesar 5.789 MW adalah setara dengan pengurangan emisi CO sebesar 38 juta ton dari pengalihan pemanfaatan batu bara atau 25 juta ton dari penggan-tian pemakaian BBM;

• Panas bumi juga merupakan sumber energi yang berkelanjutan atau ter-sedia terus menerus (sustainable) selama kondisi geologi dan hidrologi terjaga keseimbangannya (misal: pembentukan magma tidak terhenti);

• Penggunaan energi panas bumi tidak memerlukan kilang, pengangku-tan, bongkar muat, dan bersifat lokal sehingga potensial untuk tidak tergantung pada fluktuasi harga energi fosil;

• Karakter sumber energi panas bumi yang bersifat lokal atau untuk keper-luan domestik atau setempat menjadikan pengembangannya akan ber-peran penting dalam diversifikasi energi, engurangan ketergantungan penggunaan migas dan membangun kemandirian energi lokal untuk ketahanan energi nasional;

• Penggunaan energi panas bumi juga menghemat devisa. Kajian Asosia-si Panasbumi Indonesia (API) menyatakan bahwa pemanfaatan sumber panas bumi hingga 5.796 MW dapat menyelamatkan penerimaan negara sebesar 4,5 miliar dollar AS per tahun dari penghematan BBM atau 1,5 miliar dollar AS per tahun dari penghematan batu bara (Sukhyar, 2009).

• Pemerintah Indonesia saat ini telah menargetkan pengurangan emisi CO se-besar 26 persen hingga tahun 2020 melaui pengurangan degradasi hutan dan alih fungsi lahan, dan penggunaan energi terbarukan, antara lain panas bumi;

• Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya panas bumi terbesar. Potensi panas bumi Indonesia saat ini mencapai 28.000 MW (35% dari po-tensi di seluruh dunia) yang tersebar di 265 lokasi di Sumatera, Jawa, Su-lawesi, Bali, NTT, Maluku, dan sebagian Kalimantan. Daya sebesar itu setara dengan 12 miliar barrel minyak bumi untuk masa pengoperasian 30 tahun;

• Indonesia berencana menjadi negara pengguna panas bumi untuk pem-bangkit listrik terbesar pada 2015. Saat ini negara yang terbesar dalam

Box 3.2. Tantangan dan dukungan untuk pengembangan panas bumi Indonesia

Pengembangan panas bumi masih membutuhkan dukungan semua pi-hak. Keberadaan UU Panas Bumi maupun berbagai peraturan yang ada be-lum mampu mewujudkan pemanfaatan sumber energi panas bumi secara maksimal. Berbagai hambatan dan tantangan masih membutuhkan keseriu-san untuk dicarikan solusinya.

Berbeda dengan minyak bumi atau barubara, karakteristik sumber ener-gi panas bumi membuat pengembangan dan pengelolaannya tidak dapat mengikuti mekanisme pasar. Hukum permintaan dan penawaran tidak ber-laku. Oleh sebab itu, peran pemerintah sangat diperlukan guna mengelola dan mengatur para pelaku industri pemanfaatan panas bumi.

Melalui peran pemerintah, kepentingan perusahaan penyalur listrik di hilir dan perusahaan pengembang sumber panas bumi (produksi uap/listr-ik) dapat dipertemukan. Bahkan sebaiknya pelayanan pengembangan panas bumi di hulu dan hilir dilakukan satu atap.

Pola satu atap ini diharapkan juga mengatasi hambatan pengembangan sumber energi panas bumi yang bersifat kedaerahan. Pada daerah-daerah yang hanya memiliki sumber energi panas bumi, energi ini mendapat pri-oritas pertama untuk dikembangkan. Pemerintah ikut serta memikul risiko, terutama di sisi hulu, sehingga dapat mengurangi risiko bisnis pengusaha.

Potensi besar panas bumi di Indonesia juga merupakan tantangan bagi ilmuwan, akademisi, teknolog, maupun pengusaha nasional karena tidak semua negara beruntung memiliki sumber energi ini. Penguasaan teknologi pengembangan sumber energi panas bumi oleh pihak nasional menghasil-kan nilai tambah industri, serta menumbuhkan kebanggaan karena Indone-sia menjadi tidak tergantung pada pihak asing (Sukhyar, 2009).

penggunaan panas bumi untuk pembangkit listrik adalah Amerika Seri-kat (2.900 MW) dan Filipina (2.000 MW). Indonesia saat ini masih bera-da pada posisi ketiga dalam penggunaan panas bumi untuk pembangkit listrik dengan daya yang sudah dimanfaatkan sebesar 1.189 MW;

Tantangan yang dihadapi dalam pemanfaatan energi panas bumi selanjut-nya dapat ditelaah dari paparan Box 3.2 dibawah ini:

Tantangan ketahanan energi ke depan juga muncul berkenaan dengan sum-ber-sumber energi baru yang masih termasuk kelompok energi fosil, seperti: coal-bed methane (CBM), bitumen padat atau oil shale, gambut, dan beberapa

Page 35: Road Map Badan Geologi 2010

58 59

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

energi baru dan terbarukan lainnya diluar otoritas bidang geologi. Dalam hal ini tantangan yang dihadapi bidang geologi adalah penyediaan data cadangan dan wilayah usaha pertambangan (WUP) dari sumber-sumber baru energi fosil terse-but. Tantangan ke depan juga muncul berkaitan dengan alokasi dan konservasi energi. Dalam hal ini, salah satu tantangan yang dihadapi bidang geologi adalah penyediaan informasi bagi wilayah pencadangan negara di bidang energi dan konservasi energi Indonesia.

3,3 Lingkungan dan Perubahan IklimIsu lingkungan akan menjadi isu Nasional, baik jangka menengah maupun

jangka panjang. Isu perubahan iklim merupakan bagian dari isu lingkungan hidup yang pada periode 2010-2014 telah menjadi salah satu subyek pen-garus-utamaan (main streaming) kedalam perencanaan pembangunan Nasion-al. Isu perubahan iklim juga akan menjadi isu ke depan hingga akhir dari RPJPN 2005-2025.

Isu kerusakan lingkungan hidup bersama-sama dengan isu perubahan iklim dan isu bencana geologi telah menjadi isu strategis sektor ESDM 2010-2014. Un-tuk itu, KESDM telah mencanangkan fokus yang berkaitan, yaitu: mendukung pelestarian lingkungan. Terdapat dua tujuan dari fokus sektor ESDM periode 2010-2014 tersebut yang berkaitan isu lingkungan hidup dan perubahan iklim dari bidang geologi, yaitu: 1) menurunnya emisi GRK sektor ESDM, dan 2) terwu-judnya konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Pada saat ini perubahan iklim diyakini oleh mayoritas ilmuwan dan diterima oleh sebagian besar bangsa-bangsa di dunia sebagai sebuah fenomena yang telah terjadi, ditandai terutama oleh kenaikan temperatur rata-rata permukaan bumi. Secara umum, adanya kenaikan temperatur global setelah era industri telah diakui oleh para pakar iklim dunia. Sejauh ilmu pengetahuan dan teknologi memungkin-kan, kenaikan temperatur global telah dikonfirmasi oleh para ahli melalui simulasi menggunakan GCM (Global Circulation Model) untuk kondisi abad ke-20.

Perubahan iklim diyakini pula oleh main stream global saat ini sebagai akibat pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan gas CO2 dan gas rumah kaca (GRK) lainnya di atmosfir dan peningkatan GRK ini sebagai akibat peng-gunaan energi fosil, degradasi hutan. Peninggkatan GRK mungkin pula sebagai

Gambar 3.2. Proyeksi perubahan temperatur permukaan global dengan tiga skenario SRES B1, A1B, dan A2. (Sumber : IPCC, 2007)

dampak aktivitas gunungapi, terutama untuk variabilitas lokal. Namun demikian, terdapat potensi isu perubahan iklim menjadi komoditi politis. Untuk mencegah hal itu, maka Indonesia perlu membangun ketahanan (resilince) terhadap isu perubahan iklim. Salah satu upaya untuk itu adalah penguatan scientific basis ka-jian iklim diantaranya melalui riset pembuktian perubahan iklim (climate change proof). Bidang geologi dapat berperan dalam upaya-upaya climate change proof melalui pendekatan (proxy) pembuktian perubahan iklim di masa lalu yang di-peroleh melalui riset iklim purba (paleoclimate).

Arus kuat di tingkat global menyatakan bahwa perubahan iklim global selain ditandai oleh kenaikan temperatur juga oleh adanya variabilitas curah hujan, peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian iklim ekstrim (La Nina dan El Nino), dan kenaikan muka air laut (sea level rise). Perubahan iklim memberikan dampak yang dalam terminologi IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) - se-buah badan PBB yang berurusan dengan fenoma perubahan iklim-dampak ini diawali dengan bahaya (hazard-H); berhadapan dengan sejumlah kerentanan (vulnerabilities-V) yang ada terhadap bahaya tersebut dan memberikan sejum-lah risiko (risks-R) yang mengancam berbagai kehidupan manusia. Tanda-tanda

Page 36: Road Map Badan Geologi 2010

60 61

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

perubahan iklim sebagaimana disebutkan diatas adalah stimuli atau pendorong terhadap munculnya bahaya (H) perubahan iklim.

Pada periode basah, sebagai contoh, curah hujan yang tinggi menyebabkan frekuensi dan intensitas kejadian banjir dan tanah longsor meningkat; dan pada periode kering kemarau menjadi lebih panjang atau sangat kering yang ber-dampak pada turunnya ketersediaan air hingga kekeringan. Banjir, tanah long-sor, penurunan ketersediaan air, dan kekeringan adalah bahaya yang berpotensi memberikan risiko terkait apabila bahaya tersebut berpadu dengan sejumlah kerentanan masing-masing. Adapun kerentanan terhadap perubahann iklim (V) didefinisikan oleh IPCC sebagai fungsi dari karakter, besaran, dan kecepatan dari bahaya perubahan iklim dan variasi dari keterpaparan (exposure), sensitivitas (sensitivity) dan kapasitas adaptasi (adaptive capacity) dari sistem terhadap ba-haya tersebut. Untuk setiap bahaya iklim, terdapat kerentanan dan risiko yang berkaitan dengan bahaya tersebut.

Selanjutnya, kerentanan menurut IPCC adalah fungsi dari eksposur (E), sensi-tivitas (S), dan kepasitas adaptasi (AC: adaptive capacity) terhadap bahaya yang dinyatakan dalam rumusan V = (E x S)/AC. Eksposur (E) atau keterpaparan ada-lah aspek fisik dari kerentanan meliputi kerawanan (susceptibility) lokasi dan lingkungan terbangun, tataguna lahan, kepadatan penduduk, dan aspek fisik lainnya. Sensitivitas (S) adalah tingkat kemampuan suatu sistem dalam mere-spon perubahan iklim seperti simpanan air, dan perluasan perubahan ekosistem. Sedangkan kapasitas adaptasi (AC) adalah potensi atau kemampuan suatu sistem untuk beradaptasi terhadap stimuli atau bahaya perubahan iklim. Kapasitas adaptasi dipengaruhi secara kuat oleh kerentanan masyarakat dan wilayah terh-adap bahaya peruban iklim. Indikatornya yang sering digunakan adalah sumber daya ekonomi, ketersediaan dan akses terhadap teknologi, informasi dan keter-ampilan, dan tingkat kesiapan infrastruktur serta institusi terkait.

Di tingkat global, sebagaimana dalam IPCC, respon terhadap perubahan iklim terdiri atas dua langkah utama, yaitu mitigasi dan adaptasi. Mitigasi perubahan iklim adalah upaya penurunan laju terjadinya perubahan iklim dengan mening-katkan kemampuan absorbsi karbon dan mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca (GRK). Sebagai contoh, penggunaan energi panas bumi sebagai pengganti energi fosil merupakan langkah mitigasi perubahan iklim. Adapun adaptasi peru-

bahan iklim adalah upaya-upaya untuk mengurangi kerusakan dan atau mening-katkan peluang dari perubahan iklim yang meliputi rekayasa teknologi dan sosial untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim yang ditunjang oleh kesadaran yang tinggi, sikap mental, dan perilaku masyarakat. Contoh adaptasi adalah pen-ingkatan ketersediaan dan akses terhadap air bersih.

Dampak perubahan iklim dan bencana yang ditimbulkannya pada umumnya bersifat bertahap (gradual) alias tidak terjadi secara tiba-tiba. Berlainan dengan, misalnya, dampak atau bencana alam gempabumi. Berkaitan dengan langkah adaptasi perubahan iklim, IPCC telah merumuskan suatu kerangka kerja pe-nilaian risiko (risk assessment framework) dengan mengadopsi kerangka kerja penilaian risiko dalam kebencanaan yang besifat tiba-tiba, yaitu : R = H x V (R = risiko, H = bahaya, dan V = vulnerability). Maka langkah-langkah adaptasi dilaku-kan melalui langkah pengurangan eksposur dan sensitivitas dan meningkatkan kapasitas adaptasi. Lima sektor penting yang rentan dan berisiko terhadap ba-haya perubahan iklim adalah: pesisir dan pantai, sumber daya air, pertanian, ke-hutanan (antara lain: biodiversity) dan kesehatan.

Secara ringkas, isu lingkungan dan perubahan iklim disajikan pada box 3.3.

Box 3.3. Ringkasan isu lingkungan dan perubahan iklimBerkaitan dengan bidang geologi, isu lingkungan dan perubahan iklim

lebih jauh meliputi sedikitnya 3 (tiga) isu bagian, yaitu: i) isu degradasi lingkungan, dalam hal ini lingkungan fisik, dan ii) isu geologi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; dan iii) isu proxy riset iklim purba untuk cli-mate change proof atau sebaliknya dalam rangka membangun ketahanan (resilince) terhadap isu perubahan iklim.

Konsekuensi dari meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup, ter-masuk perubahan iklim, telah menyebabkan semakin pentingnya peranan suatu lingkungan dan tataan geologi dalam mendukung kelangsungan hidup umat manusia. Lokasi-lokasi seperti tapak pembangkit listrik tenaga nuklir, tempat pembuangan limbah, kawasan konservasi atau cagar alam, geowisata; penyimpanan karbon didalam bumi, sumber daya air tanah po-tensial terutama di daerah sulit air; dan kawasan untuk lingkungan binaan yang aman dari bahaya longsor akan membutuhkan lingkungan dan tataan geologi yang spesifik yang terdapat hanya di tempat-tempat tertentu.

Lokasi-lokasi seperti itu banyak terdapat di wilayah Indonesia, sehing-ga merupakan aset ekonomi yang sangat berharga dan strategis. Penilaian dan penyediaan informasi geologi tentang lokasi-lokasi tersebut merupa-

Page 37: Road Map Badan Geologi 2010

62 63

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Tantangan yang dihadapi bidang geologi dalam menghadapi isu lingkungan dan perubahan iklim meliputi: penyediaan data dan informasi untuk pencegah-an atau pengurangan degradasi lingkungan; dan penyediaan data dan informasi serta aksi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Tantangan pertama mer-upakan lanjutan dari tantangan dalam periode 2005-2009, sedangkan tantangan yang kedua merupakan sesuatu yang relatif baru muncul pada periode 2010-2014 seiring telah berlangsungnya pengarus-utamaan (main streaming) isu pe-rubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan Nasional.

Tantangan kedepan untuk pencegahan atau pengurangan degradasi lingkun-gan antara lain berupa rekomendasi dan penyediaan informasi berikut peta ten-tang geologi lingkungan regional, perkotaan, kawasan andalan, kawasan strate-gis, dan kawasan pertambangan; lokasi tapak pembuangan sampah akhir (TPA) dan tempat pembuangan limbah; serta peta-peta geologi teknik untuk infras-truktur penting dan strategis yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Tantangan lainnya adalah pemberian rekomendasi dan penyediaan peta-peta konservasi lingkungan, seperti kawasan lindung geologi, kawasan karst, kawasan strategis seperti situs-situs purbakala, geowisata, medical geology, dan eco-region. Tanta-ngan yang ada disini bersinggungan dengan penyelesaian isu-isu bidang geologi lainnya seperti: konservasi air tanah dan lingkungan, kebencanaan (georisk), dan penataan ruang. Untuk itu diperlukan penelitian yang meliputi survei, pemeta-an, penyelidikan dan riset; disamping pelayanan.

Berkaitan dengan isu perubahan iklim, tantangan yang dihadapi meliputi mit-igasi dan adaptasi perubahan iklim; serta riset-riset berkaitan dengan scientific basis untuk proxy pembuktian perubahan iklim untuk membangun ketahanan terhadap isu perubahan iklim. Dalam mitigasi perubahan iklim tantangan bidang geologi antara lain adalah penyiapan data dan informasi sumber daya panas bumi, WKP panas bumi sebagai energi alternatif pengganti energi fosil; penye-diaan informasi tentang formasi batuan yang dapat menyimpan atau mereduksi gas CO2 atau formasi CCS (carbon capture and storage). Tantangan lainnya da-lam kaitan ini adalah upaya yang bersifat sinergis antara penyediaan energi baru dengan pengurangan emisi CO2, misalnya pengkayaan CBM recovery dari lapisan batubara dalam (deep seated-coal beds) melalui injeksi CO2.

Tantangan lainnya dalam mitigasi ini adalah penyediaan informasi sumber

daya batubara dan gambut untuk pengurangan bencana kebakaran hutan dan emisi gas CO2. Mitigasi bencana kebakaran hutan dalam sudut pandang kebenca-naan selama ini diluar konteks perubahan iklim, dengan asumsi kebakaran hutan itu disebabkan oleh batubara dan gambut yang terbakar, dalam hal ini mer-upakan tindaka sinergis dengan mitigasi bencana perubahan iklim. Pengenalan jenis-jenis lapisan gambut kaitannya dengan emisi CO2 yang dihasilkannya akan berkonteribusi pada pengurangan gas CO2 sehingga merupakan salah satu upaya mitigasi perubahan iklim bidang geologi. Dengan kata lain, tantangannya disini adalah bidang geologi harus menghasilkan data dan informasi guna penanganan gambut dalam konteks perubahan iklim.

Adapun tantangan untuk pengurangan dampak dan risiko perubahan iklim atau adaptasi perubahan ikilm antara lain berupa pemberian rekomendasi dan penyediaan informsi tentang bahaya gerakan tanah atau longsor (lanslide) yang dipicu terutama oleh peningkatan intensitas curah hujan; konservasi air tanah, eksplorasi dan pengembangan air tanah sebagai sumber air, terutama di wilayah kering atau daerah sulit air. Lebih jauh, dalam hal ini bidang geologi ditantang untuk dapat menghasilkan formulasi bahaya perubahan iklim terhadap ger-akan tanah yang terkait dengan tataan air berikut kerentanan dan risikonya, secara spasial dan temporal; dituangkan dalam laporan hasil analisis maupun peta-peta. Demikian pula, informasi dalam bentuk laporan hasil analisis dileng-kapi dengan peta-peta formulasi bahaya perubahan iklim terhadap ketersediaan air tanah, dan kerentanan dan risiko air tanah terhadap bahaya tersebut untuk

kan bagian dari jawaban terhadap permasalahan degradasi lingkungan, ser-ta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Namun, penilaian (assessment) atau evaluasi dan penyediaan informasi geologi untuk lokasi-lokasi tersebut untuk seluruh Indonesia dan dengan skala yang cukup rinci saat ini masih merupakan permasalahan yang dihadapi bidang geologi.

Sementara itu, riset bidang geologi berkenaan dengan iklim purba se-bagai proxy pembuktian atau pemahaman pola perubahan iklim di masa lalu untuk jawaban dan respon permasalahan kini dan kedepan belum ban-yak dilakukan. Climate change proof masih menjadi permasalahan yang dihadapi bidang geologi. Di sisi lain, kontribusi bidang geologi dalam riset iklim purba sangat diperlukan untuk penguatan scientific basis bidang iklim sehingga diperoleh ketahanan terhadap isu perubahan iklim.

Page 38: Road Map Badan Geologi 2010

64 65

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

seluruh wilayah Indonesia berkaitan dengan stimuli dari perubahan iklim seperti: kenaikan temperatur, variabilitas curah hujan, banjir dan kekeringan, dampak El Nina dan La Nina, dan intrusi air laut akibat kenaikan muka air laut (SLR). Tantangan lainnya berkaitan dengan riset iklim purba sebagaimana dalam Box 3.4.

3.4BencanaAlamSesuai dengan RPJPN 2005-2025, diantara tujuan pembangunan terkait ben-

cana alam bidang geologi dalam tiga periode lima tahunan ke depan (2015-2025) berturut-turut adalah: 1) penguasaan iptek mitigasi gunung api dan bencana geologi, 2) pemantapan penerapan teknologi mitigasi bencana dan peningkatan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana; dan 3) pemantapan miti-gasi kebencanaan untuk mendukung keamanan dan kenyamanan masyarakat. Tujuan dalam RPJPN 2015-2025 tersebut menguatkan kembali paradigma pem-bangunan kegeologian kedepan yang harus berpedoman pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan peningkatan perlindungan masyarakat. Dalam kaitan tersebut, maka masalah perlindungan jiwa, harta benda dan lingkungan hidup kini dituntut untuk mendapat perhatian lebih besar. Fokus kegiatan kegeo-logian dalam paradigma baru ini bergeser ke arah penyediaan data dan informasi untuk upaya konservasi, pelestarian lingkungan, peningkatan kesehatan mas-yarakat,pengembangan wisata alam dan pengurangan resiko bencana

Box 3.4. Tantangan Riset Iklim Purba untuk Climate Change Proof Tantangan dalam riset iklim purba untuk climate change proof dalam

rangka membangun ketahanan terhadap isu perubahan iklim antara lain ka-jian-kajian yang meliputi penentuan atau pembuktian perubahan iklim ber-dasarkan analisis iklim purba. Beberapa isu yang menjadi tantangan bidang geosains dalam hal ini antara lain: 1) pendeteksian variabilitas iklim den-gan menggunana metode geokimia dan analisis isotop, 2) penelitian sedi-men Kuarter untuk penentuan kejadian iklim ekstrim; dan 3) riset tentang perkembangan geomorfologi sebagai respon terhadap perubahan iklim. Beberapa topik menarik yang menjadi tantangan bidang geologi untuk pengkajiannya dalam hal ini antara lain: riset tentang dampak vulkanisme terhadap perubahan iklim global, penelitian perkembangan coral reef, dan riset tentang endapan laut dalam sebagai indikator yang menerus dari pe-rubahan iklim global.

Banyak kejadian bencana geologi di wilayah Indonesia yang berdampak lokal, regional maupun global. Letusan G. Tambora pada tahun 1815 mengakibatkan gelombang hawa dingin dan tahun tanpa musim panas yang menyebabkan gagal panen serta kelaparan hampir di seluruh dunia. Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di bumi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) pada tahun 2004 mer-upakan tsunami terbesar di dunia mengakibatkan lebih dari 250 ribu jiwa tewas dan berdampak hingga Asia Selatan dan Afrika Timur. Demikian pula banyak keja-dian gempa bumi serta tanah longsor skala besar maupun kecil terjadi di wilayah Indonesia yang menyebabkan korban sangat banyak maupun sedikit, baik jiwa maupun harta benda. Di sisi lain, frekuensi kejadian bencana geologi di Indo-nesia merupakan tertinggi di dunia. Fenomena tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu wilayah yang paling rawan bencana geologi.

Kebencanaan, minimal sampai akhir periode 2010-2014, sebenarnya juga merupakan isu strategis sektor ESDM. Untuk itu, KESDM telah mencanangkan fokus yang berkaitan, yaitu: mendukung pelestarian lingkungan. Terdapat satu tujuan dari fokus sektor ESDM periode 2010-2014 tersebut yang berkaitan den-gan isu bencana alam aspek geologi, yaitu: berkurangnya resiko bencana geologi. Didalam isu bencana alam bidang geologi terdapat sedikitnya terdapat 2 (dua) isu lebih lanjut, yaitu: 1) pemahaman karakter setiap ancaman bencana (bahaya) geologi (geohazards) yang meliputi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung api guna efektivitas mitigasi bencana; dan 2) pengurangan risiko bencana alam geologi atau mitigasi bencana geologi dihadapkan dengan kecenderungan semakin meiningkatnya risiko bencana tersebut. Kondisi bencana alam geologi, dalam hal ini adalah letusan gunungapi, gempa bumi, tsunami, dan tanah long-sor berikut upaya penguragan risiko dari masing-masing bencana tersebut masih menjadi permasalahan yang dihadapi Indonesia.

Mitigasi bencana pada prinsipnya merupakan bagian dari manajemen darurat (Gambar 3.4 ). Sebagaimana pada Gambar 3.4, manajemen daruta meliputi se-dikitnya 4 langkah utama, yaitu: tanggap darurat (response), pemulihan (recov-ery), mitigasi atau pengurangan risiko (mitigation), dan kesiapsiagaan (preparad-ness). Masing-masing langkah tersebut terdiri atas beberapa langkah umum dan langkah khusus bergantung jenis ancamsn bahayanya dan kejadian bencananya. Sebagai contoh, langkah tersebut dibedakan pula atas jenis bencana yang ter-

Page 39: Road Map Badan Geologi 2010

66 67

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

jadi secara tiba-tiba misal gempabumi dan bencana yang terjadi secara perlahan sep-erti bencana perubahan iklim.

Banyak skema untuk memerinci lebih lanjut langkah-langkah dalam manajemen darurat tersebut diatas. Salah satunya ada-lah langkah mitigasi bencana sebagaima-na rumusan dari DVMBG (Direktorat Vul-kanologi dan Mitigasi Bencana), DESDM atau sekarang PVG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana), KESDM seperti pada Gambar 3.5. Langkah-langkah mitigasi bencana tersebut (Gambar 3.5) melipu-ti langkah sebelum terjadi (pra) bencana,

sosialisasi, serta peringatan dini kepada masyarakat di sekitar bencana dan per-ingatan dini. Pada saat terjadinya bencana tindakan yang diperlukan adalah tanggap darurat dan evakuasi. Sedangkan pada saat pasca bencana diperlukan langkah-langkah: penyelidikan, rekonstruksi dan pemulihan atau rehabilitasi bencana. Ketujuh langkah tersebut secara prinsip berlaku untuk setiap jenis ancaman bencana geologi yang meliputi letusan gunungapi, gempabumi dan tsunami, serta gerakan tanah. Penekanan yang berbeda dalam langkah-langkah tersebut lebih disebabkan oleh jenis bencananya dan adanya pembagian ke-wenangan dalam pelayanan publin dari instansi Pemerintah berdasarkan pera-turan perundang-undangan yang berlaku.

Mitigasi bencana geologi diawali dengan pemahaman karakter bahaya atau ancaman bencana letusan gunungapi, gempa bumi dan tsunami, dan gerakan tanah atau longsor (landslide), yaitu sasaran atau subyek dalam langkah penyeli-dikan, pemetaan dan pemantauan atau pengamatan pada mitigasi pra bencana. Dalam langkah pemahaman karakter bahaya atau penyebab bencana dari sisi kondisi alam bidang geologi ini pun masih terdapat permasalahan yang dise-babkan luasnya dan beragamnya sumber bencana alam tersebut; masih belum memadainya sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan sumber daya lainnya untuk riset-riset penyelidikan, pemetaan, pengamatan, pemantauan sumber-sumber bencana tersebut.

Dari 77 gunungapi tipe A yang ada di Indonesia 62 diantaranya sudah dipantau dengan peralatan; dan 14 diantaranya sudah menerapkan teknologi VSAT (very small aperture terminal). Demikian pula, peta KRB baru tersedia 55 buah dari 72 gunungapi (92%) yang seharusnya sudah memiliki peta KRB; dan peta geologi gunungapi baru mencakup 31 dari 72 gunungapi (44%). Pelaksanaan regional center untuk monitoring gunungapi pada 6 wilayah gunungapi juga belum terse-langgara dengan optimal. Sementara itu, dari 2004 hingga 2009 (5 tahun) saja sudah terjadi 4 kali letusan gunungapi, yaitu: Talang (2005), Gamkonora (2007), Kelud (2007), dan Karangetang (2009). Meski tidak ada korban jiwa dalam letu-san gunungapi tersebut, namun masyarakat yang mengungsi karena letusan-le-tusan tersebut total mencapai 38.000 orang (Talang, 2005: 25.000 orang; Gam-nokora, 2007: 10.000 orang; Kelud, 2007: 12.500 orang; dan Karangetang, 2009: 400 orang). Mitigasi bencana gunungapi relatif sudah cukup baik, namun tetap

Gambar. 3.5. Tahapan manajemen bencana dari pra bencana, pada saat kejadian bencana hingga pasca bencana. Sum-ber: Buku “Gempabumi dan Tsunami”, DVMBG, DESDM bekerjasama dengan PGRI dan Yayasan SAMPAI, 2004.

Gambar 3.4. Siklus tahapan (phase) dalam manaje-men darurat (disaster manajemen) : Tanggap Daru-rat (Response), Pemulihan (Recovery), Mitigasi (Mit-igation), dan Kesiapsiagaan (Preparadness). Sumber: tersedia pada http://en.wikipedia.org/wiki/Disaster_mitigation#Mitigation , diakses 3 Juli 2009

pada saat kejadian bencana, dan setelah kejadian (pasca) bencana. Langkah mitigasi pra bencana meliputi : penyelidikan, pemetaan, khususnya pemetaan zona atau kawasan rentan atau rawan bencana yang menhasilkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB); pemantauan atau pengamatan bahaya; dan pelatihan,

Page 40: Road Map Badan Geologi 2010

68 69

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

masih perlu ditingkatkan dan perlu diwaspadai ancaman bencana ke depan dari beberapa gunungapi yang potensial mengulang periode letusannya.

Bencana gempabumi antara tahun 2004 hingga 2009 terjadi sebanyak 56 kali yang menyebabkan total lebih dari 273.000 jiwa meninggal, dan lebih dari 103.000 orang luka-luka. Korban terbesar pada periode tersebut terjadi pada bencana gempa yang terbesar dalam catatan sejarah gempabumi Indonesia yang terjadi di NAD pada 2004. Rincian jumlah kejadian gempa, korban dan ban-gunan rusak disajikan pada Tabel 3.3.

Pada periode 2004-2009 Indonesia mengalami dua kejadian tsunami besar yang menelan korban sangat banyak, yaitu tsunami Aceh (NAD) tahun 2004 den-gan korban tercatat lebih dari 260.000 jiwa meninggal, dan tsunami Panganda-ran (Jawa Barat, 2006) dengan korban jiwa mencapai 560 jiwa. Dalam keben-canaan tersebut kegiatan bidang geologi dalam rangka mitigasi pasca bencana masih dirasakan kurang.

Pada saat ini mitigasi bencana tsunami dari Badan Geologi dilakukan dengan penyusunan peta KRB tsunami, sosialisasi bencana tersebut ke daerah yang po-tensial mengalami bencana tsunami; dan penelitian untuk mitigasi bencana tsu-nami dan penataan ruang di beberapa lokasi yang berpotensi mengalami ben-cana tsunami. Hingga saat ini peta KRB tsunami baru selesai 4 peta dari 22 peta target skala provinsi yang rawan tsunami. Peta KRB tsunami skala yang lebih rinci masih belum tersedia. Selain itu, beberapa penelitian terkait mitigasi bencana tsunami yang sedang dirintis di beberapa lokasi yang berpotensi mengalami ben-cana tsunami masih dirasakan kurang memadai, baik jumlahnya maupun keda-laman penelitiannya. Demikian pula, sosialisasi tentang bencana tsunami yang selama ini dilakukan masih dirasakan belum cukup.

Berkenaan dengan bencana gerakan tanah, isu yang paling penting adalah bahwa sesungguhnya gerakan tanah adalah bencana geologi yang paling sering terjadi diantara bencana geologi lainnya (letusan gunungapi, gempabumi dan tsunami). Gerakan tanah terjadi setiap tahun. Sebagai contoh, di Tahun 2010 selama 2 bulan (Januari-Februari) di Indonesia telah terjadi 35 kali kejadian ger-akan tanah dengan tujuh kejadian diantaranya menyebabkan korban jiwa meski-pun relatif sedikit (dibawah 10 orang untuk setiap kejadian). Antara pada periode

Tahun Frekunsi kejadian (x) Korban Meninggal (jiwa) Korban Luka (orang) Jumlah Bangunan Rusak

2004 9 265,000 100,000 100,000

2005 11 1,300 500 3,000

2006 12 6,000 1,000 5,0002007 8 106 990 50,0002008 8 12 93 2,849

2009 8 1,206 490 10,000

Total 56 273.624 103,073 170.073

Tabel 3.3 Kejadian bencana gempabumi di Indonesia periode 2004-2009

Mitigasi bencana gempa juga masih menghadapi beberapa permasalahan, di-antaranya: Peta KRB gempabumi baru tersedia 7 peta dari sasaran 33 peta KRB gempabumi skala provinsi. Untuk peta KRB skala kabupaten/kota belum tersedia. Demikian pula, peta mikrozonasi gempa yang diperlukan dalam mitigasi, masih belum tersedia dengan cukup memadai untuk semua daerah potensi bencana gempabumi. Frekuensi sosialisasi tentang bencana gempabumi masih dirasakan kurang.

Mitigasi bencana tsunami juga masih menghadapi permasalahan. Isu yang utamanya, sebagaimana bencana gempabumi adalah bahwa bencana tsunami sangat sulit diprediksi. Selain itu, kewenangan Badan Geologi sebagai pelaksana penelitian dan pelayanan bidang geologi saat ini terkait bencana tsunami bukan-lah pengembang mandat utama. Focal point kebencanaan tsunami saat ini ada di BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Adapun kewenangan Badan Geologi dalam hal ini adalah terbatas hanya pada penelitian dan pembe-rian penjelasan dari aspek geologi.

Tabel 3.4 Bencana gerakan tanah periode 2004-2009

Tahun Kejadian (kali)

Korban meninggal

(jiwa)2004 32 1112005 51 2382006 74 5912007 113 3152008 139 882009 161 659Total 570 2002

2004-2010 terjadi 570 kejadian gerakan tanah dengan total korban jiwa lebih dari 2000 jiwa (Tabel 3.4).

Dari data yang ada, kejadian gera-kan tanah dan bencananya lebih banyak terjadi di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal tersebut disebabkan oleh karena daerah tersebut banyak ditempati oleh batuan

Page 41: Road Map Badan Geologi 2010

70 71

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

vulkanik, populasi penduduk yang padat, dan pemukiman penduduk tersebut yang mengarah ke lereng sedang-terjal sehingga terjadi perubahan tata tata guna lahan yang memicu hilangnya ketahanan lereng dan akibatnya lereng menjadi rentan longsor. Karena itu, maka bencana gerakan tanah di Indonesia sudah saatnya mendapat perhatian yang lebih besar lagi. Sementara itu, pada saat ini mitigasi bencana gerakan tanah belum menjangkau ke seluruh wilayah yang berpotensi mengalami gerakan tanah disebabkan sejumlah keterbatasan, baik sumber daya manusia maupun sarana, prasaran dan biaya.

Sebagai mitigasi bencana lainnya, mitigasi bencana gerakan tanah bidang geologi dilaksanakan dengan melakukan penelitian, pemetaan dan pemantau-an pra bencana yang meliputi penyusunan peta KRB gerakan tanah, sosialisasi, pemberian peringatanm dini dan tanggap darurat. Meskipun peta kerentanan atau KRB gerakan tanah skala regional sudah selesai dalam bentuk atlas untuk seluruh Indonesia, namun, Peta KRB dengan skala yang lebih rinci baru selesai 36 peta dari ratusan target peta yang seharusnya disusun. Bahkan untuk gerakan tanah diperlukan peta KRB yang lebih rinci lagi (pada saat ini dalam pelayana publik dari Pemerintah di Indonesia penyusunan peta skala rinsi tersebut secara prinsip menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah).

Pada periode 2005-2009 jumlah tanggap darurat yang dilaksanakan ada se-banyak 200 kejadian. Sementara kejadian bencana pada periode tersebut lebih dari 500 kejadian. Demikian pula peringatan dini gerakan tanah dilaksanakan se-banyak 60 kali, disampaikan ke 24 provinsi. Namun demikian, materi peringatan dini ini masih merupakan perkiraan regional, berupa peta kerawanan bencana gerakan tanah regional provinsi berdasarkan data curah hujan yang juga bersifat regional. Hingga saat ini belum terlaksana peringatan dini dengan materi peta berskala yang lebih rinci untuk tingkat kabupaten/kota atau lebih rinci lagi.

Isu bencana alam geologis selain disebabkan oleh masih terkendalanya data dan informasi tentang karakter bahaya penyebabnya, juga disebabkan oleh fak-tor-faktor eksternal. Beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan dalam mitigasi bencana alam geologis adalah sebagai berikut:

• Pembangunan yang berkembang pesat dan peningkatan jumlah pen-duduk, sehingga terjadi alih fungsi lahan di kawasan rawan bencana geologi menyebabkan peningkatan risiko bencana.

• Terkait dengan risiko bencana, tindakan preventif pada pra bencana yang harus lebih diutamakan dalam penanggulangan bencana, sebagaimana diamanahkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1, masih menjadi permasalahan;

• Analisis dampak dan kajian risiko bencana di daerah rawan bencana be-lum dilakukan secara maksimal. Dalam hal ini, kajian yang terkait bidang geologi adalah kajian georisk sebagai salah satu komponen penilaian risiko terkait;

• Berkaitan dengan risiko (R) dengan pendekatan penilaian risiko R = H x V dengan H adalah bahaya (hazard) dan V adalah kerentanan (vulnerability), pemahaman tentang kerentanan (vulnerability) yang terdiri dari kepen-dudukan dan komponen kerentanan lainnya untuk setiap bencana alam geologis juga masih belum banyak dilakukan;

• Sosialisasi dan pelatihan untuk mitigsi bencana juga masih kurang, baik frekuensinya dan jangkauan seseuai dengan luas wilayah dan masyarakat yang terancam bencana, maupun kualitasnya;

• Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana dan penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana untuk setiap bencana geologi juga belum dapat dilakukan secara optimal;

• Kawasan rawan bencana sebagaimana tertuang dalam peta KRB juga be-lum diakomodir dalam tata ruang;

• Pemerintah Daerah dan masyarakat belum optimal memprioritaskan mitigasi bencana dalam kegiatan pembangunan, tata ruang, dan mitigasi bencana sebagaimana yang diamanahkan oleh peraturan perundang-un-dangan terkait;

• Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia untuk miti-gasi bencana masih belum optimal. Pembagian peran antara Pemerintah (pusat), Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagaimana amanah un-dang-undang belum dijabarkan secara rinci dalam rencana aksi. Demiki-an pula penganggaran biaya untuk mitigasi bencana di tingkat Pusat dan Daerah belum lentur sesuai dengan sifat kejadian bencana geologis yang umumnya sulit diprediksikan

Berdasarkan paparan tentang permasalahan berkaitan dengan bencana alam

Page 42: Road Map Badan Geologi 2010

72 73

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Jenis bahaya geologi IV Tanah Longsor (gerakan tanah)

Fenomena sebab akibat :

Meluncurnya tanah dan bebatuan pada lereng sebagai akibat getaran-getaran yang muncul secara alami, perubahan-perubahan secara langsung kandungan air, hilangnya daya dukung sekitar, pengisian beban, pelapukan, atau perubahan yang dilakukan manusia terhadap jalur-jalur air dan komposisi penyusun lereng tempat tanah dan batuan tersebut berada

Pengaruh dan karakteristikumum :

Tanah longsor berbeda-beda jenisnya (luncuran, jatuhan/ tumbang, menyebar kesamping, mwngalir), dan mungkin factor yang tak langsung mempengaruhinya berupa badai yang kencang, gempa bumi, dan letusan gunung api

Kejadian tanah longsor lebih menyebar dibanding kejadian geologi lainnya

Kemungkinan peramalan :

Frekuensi kemunculan, tingkat dan konsekuensi dari tanah longsor dapat diperkirakan

Daerah-daerah yang beresiko tinggi dapat ditetapkan berdasarkan informasi dari bidang geologi, geomorfologi, hidrologi, hidrogeolog, klimatologi, dan kondisi vegetasi

Faktor-faktor yang memberi andil pada kerentanan

:

Tempat tinggal yang dibangun pada lereng terjal, tanah lembek, atau puncak batu karang

Daerah hunian yang dibangun pada dasar lereng yang terjal, sekitar muara-muara sungai di lembah-lembah

Jalan-jalan & jalur-jalur komunikasi di daerah pegunungan

Bangunan dengan pondasi yang lemah

Jalur-jalur pipa yang ditanam dalam tanah, dan pipa-pipa tersebut mudah patah

Kurangnya pemahaman akan bahaya longsor

Tabel 3.5 Identifikasi karakteristik dasar (karakteristik umum) bahaya untuk mitigasi bencana, kasus bahaya tanah long-sor (Sumber: UNDTMP, dalam Warta Geologi, Vol. I No 4, Juli 2006, tersedia pada http://www.bgl.esdm.go.id/)

geologis, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi bidang geologi ke depan. Tantangan-tanganan tersebut diringkaskan dengan tinjauan pengelompokkan berdasarkan langkah-langkah dalam upaya mitigasi, yaitu: 1) sebelum terjadi bencana (pra bencana), terdiri atas: penyelidikan, pemetaan atau penyusunan peta KRB, pemantauan atau pengamatan bahaya; dan pelatihan, sosialisasi, ser-ta peringatan dini; 2) pada saat terjadinya bencana yang terdiri atas tindakan tanggap darurat dan evakuasi; dan 3) pasca bencana yang terdiri atas langkah penyelidikan, rekonstruksi, pemulihan atau rehabilitasi; dan mitigasi dalam arti sempit. Ilustrasi tantangan langkah-langkah dalam mitigasi bencana tersebut un-tuk bencana gerakan tanah disajikan pada Gambar di bawah ini.

PEMETAAN

ZONA KERENTANAN

TPEMANTAUAN GERAKAN TANAH

PADA

OBYEK VITAL STRATEGIS

SOSIALISASI

TANGGAP DARURAT

GERAKAN TANAH

MITIGASI

BENCANA GERAKAN TANAH

PERINGATAN DINI

Gambar. 3.6 Ilustrasi tantangan dalam mitigasi bencana yang merentang mulai dari pra bencana (pemetaan zona keren-tanan atau kawasan rawan bencana, pemantauan, sosialisasi, hingga peringatan dini); pada saat terjadi bencana (tang-gap darurat), dan pasca bencana (penyelidikan, rekonstruksi, dan rehabilitasi-tidak ditampilkan dalam gambar), kasus bencana gerakan tanah.

Pada pra bencana, tantangan yang dihadapi adalah penelitian atau penyeli-dikan tentang karakter bahaya geologi (geological hazards). Penelitian atau penyelidikan tersebut diarahkan guna mengetahui tanda-tanda bahaya (prekur-sor), kerentanan (vulnerability), dan risiko yang dihadapi masyarakat yang ber-

mukim di sekitar bencana sehingga tindakan preventif dapat dilakukan secara tepat dan risiko bencana dapat ditekan serendah mungkin dengan risiko utama yang harus dihindarkan adalah korban jiwa. Setiap daerah, minimal tingkat kabu-paten/kota, semestinya sudah memiliki informasi mengenai bahaya, kerentan-an, dan risiko dari setiap sumber bahaya geologis yang ada didaerahnya mas-ing-masing. Informasi dasar sebagaimana direkomendasikan oleh PBB melalui United Nations Disaster Management Training Programme (UNDTMP) seperti pada tabel 3.3 dan tabel 3.4, semestinya sudah tersedia atau terjawab pada seti-ap tingkat pemerintahan yang paling rendah, minimal kabupaten/kota di Indone-sia. Hal ini adalah tantangan besar ke depan, karena masih sangat sedikit daerah yang sudah memiliki informasi seperti dalam format tabel 3.5 dan tabel 3.6.

Page 43: Road Map Badan Geologi 2010

74 75

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Berkaitan dengan penyelidikan dalam mitigasi bencana, tantangan lainnya adalah pemetaan atau penyediaan peta-peta KRB atau zona kerentanan (suscep-tibility) bencana dengan skala yang kebih rinci atau skala operasional (1:25.000 atau minimal 1:50.000) untuk setiap jenis bencana dan di seluruh kawasan rawan bencana di Indonesia. Informasi hasil-hasil penyelidikan dan peta-peta KRB uta-

Jenis Bencana : ...................................................................Mekanisme Kerusakan : ...................................................................Parameter Kedahsyatan : ...................................................................Penyebab : ...................................................................Pengkajian Bahaya & Teknik-teknik Pemetaan : ...................................................................Potensi Pengurangan Bahaya : ..................................................................Serangan dan Peringatan : ...................................................................Elemen-elemen yang paling berisiko : ...................................................................Strategi-strategi Mitigasi Utama : ...................................................................Partisipasi Masyarakat : ...................................................................

Tabel 3.6. Form isian jenis bencana dan parameter untuk pemahaman bencana yang harus tersedia di setiap level pe-merintahan paling bawah (Sumber: (Sumber: UNDTMP, dalam Warta Geologi, Vol. I No 4, Juli 2006, tersedia pada http://www.bgl.esdm.go.id/)

Gambar 3.7. Zona subduksi di sekeliling wilayah Indone-sia. Sumber: J. A. Katili, 2006 dalam Warta Geologi, Vol-ume I Nomor 4 Tahun 2006.

Gambar 3.8. Ribuan titik pusat sumber gempabumi be-sar-kecil di wilayah Indonesia.Sumber: J. A. Katili, 2006 dalam Warta Geologi, Volume 1 Nomor 4 Tahun 2006.

Pengaruh-pengaruh khusus yang merugikan :

Kerusakan fisik – Segala sesuatu yang berada di atas atau pada jalur tanah longsor akan mengalami kerusakan. Puing-puing dapat menutup jalan-jalan, jalur-jalur komunikasi atau jalur pipa air. Pengaruh-pengaruh tidak langsung dapat berupa kerugian produktivitas pertanian atau lahan-lahan hutan, banjir, dan berkurangnya nilai-nilai harta benda atau kekayaan

Korban – Kematian terjadi karena runtuhnya lereng. Luncuran puing-puing atau aliran lumpur yang hebat telah membenuh beribu-ribu orang

Kemungkinantindakanpengurangan resiko :

Pemetaan bahaya

Legislasi dan peraturan penggunaan lahan

Asuransi

Tindakan-tindakankesiapan khusus :

Pendidikan masyarakat (sosialisasi)

Pemantauan

Sistem peringatan

Sistem evakuasi

Kebutuhan-kebutuhan khususpaskabencana :

SAR (penggunaan peralatan untuk memindahkan tanah)

Bantuan medis

Emergensi tempat berlindung bagi yang tidak memiliki tempat tinggal

Alat-alat penilaian dampak : Formulir-formulir pengkajian kerusakan

manya ditujukan untuk tindakan preventif dalam rangka mengurangi risiko ben-cana dengan sasaran utama tidak terdapatnya korban jiwa pada setiap kejadian bencana geologis. Sebagai contoh, peta KRB digunakan dalam penyusunan Tata Ruang selain digunakan dalam sosialisasi atau pemberian rekomendasi untuk mitigasi bencana. Penyediaan peta KRB skala rinci untuk seluruh wilayah Indo-nesia merupakan tantangan mengingat hingga saat ini ketersediaan peta-peta KRB masih sangat terbatas dihadapkan pada luasnya wilayah potensi bencana geologis di Indonesia (Gambar 3.7 sampai dengan 3.10).

Tantangan lainnya adalah penelitian yang lebih spesifik seperti riset mikro-zonasi gempa, variabitas hujan lokal yang menyebabkan longsor, dan prekursor letusan gunungapi. Hasil-hasil penelitian tersebut akan meningkatkan upaya-up-aya preventif guna menghindarkan risiko bencana terkait dan sangat berguna dalam penilaian kerentanan dan risiko bencana geologis suatu wilayah. Peneli-tian spesifik tersebut masih sangat terbatas dilakukan di Indonesia, sementara, wilayah Indonesia yang sangat rawan terhadap berbagai bencana geologis san-gat memerlukan hasil-hasil penelitian spesifik tersebut. Dalam rangka penelitian spesifik tersebut kerjasama dengan instansi lain, seperti BKMG untuk prakiraan hujan bulanan, perlu ditingkatkan.

Langkah-langkah lainnya dalam mitigasi pra bencana, yaitu pemantauan, sosialisasi da peringatan dini juga memberikan sejumlah tantangan ke depan. Banyaknya kawasan yang harus dipantau berkaitan dengan luasnya wilayah yang

Page 44: Road Map Badan Geologi 2010

76 77

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

gasi bencana, khususnya evakuasi atau penyelamatan diri dimana hal itu pun baru sebatas kasus aktivitas gunungapi Gunung Merapi di Yogyakarta dan sekitarnya. Upaya-upaya sosialisasi dan pelatihan berkaitan erat dengan tantangan lainnya yai-tu: mitigasi bencana mandiri (lihat Box 3.5, halaman 34).

Peringatan dini saat ini diberikan kepada Pemda yang memiliki daerah, terma-suk Jalur jalan, yang rentan bencana longsor di seluruh Indonesia pada setiap awal musim hujan, namun dalam sakla yang masih belum rinci. Tantangannya adalah bagaima peringatan dini tersebut dapat dibuat dalam skala yang lebih rinci. Tan-tangan lainnya adalah peringatan dini untuk bencana gempa bumi dan tusnami.

Tantangan mitigasi bencana pada fase tanggap darurat, penyelidikan, reha-bilitasi, rekonstruksi atau penyelidikan, rehabilitasi, dan mitigasi (dalam makna sempit) antara lain pembuatan jalur evakuasi pada saat terjadi ancaman ben-cana geologis di seluruh wilayah Indonesia yang memerlukan penyelidikan dan saran atau rekomendasi dari bidang geologi; serta tindakan darurat yang dapat dilaksanakan secara konsisten ke seluruh daerah yang mengalami bencana pada

Gambar 3.10. Peta gunung api besar Indonesia (Major Volcanoes Indonesia) dari USGS yang bersumber dari Direktorat Vulkanologi (PVMBG sekarang). Jumlah gunung api dalam peta adalah 69 gunung api. Sebanyak 10 buah gunung yang terdata oleh PVMBG (total 79 gunung api) tidak dijumpai dalam peta, diantaranya: G. Guntur (Jawa Barat) dan beberapa buah gunung api di Laut Banda, dan Kepulauan Sangihe. Sumber: http://vulcan.wr.usgs.gov/

Gambar 3.9 Kawasan rawan bencana geotektonik di Indonesia (Sumber: Warta Geologi, Volume 1 Nomor 4, Tahun 2006).

berpotensi menimbulkan bencana disebabkan Indonesia merupakan daerah yang secara geologis sangat aktif sehingga sangat rawan bencana geologis. Pe-mantauan di lokasi sumber bencana baik langsung maupun tidak langsung pada saat ini secara rutin baru dapat dilakukan untuk kasus letusan gunungapi. Ada-pun untuk kasus sumber bencana lainnya (gempa bumi tsunami, dan gerakan tanah) belum dapat dilakukan secara rutin dikarenakan berbagai kekurangan, baik biaya, sumber daya manusia, sarana atau teknologi maupun karakter jenis bahayanya sendiri yang sulit dipantau atau diperkirakan.

Sosialisasi ditujukan pada masyarakat yang tinggal pada kawasan rentan gerakan tanah untuk meningkatkan kemampuan mitigasi gerakan tanah. Namun, kemam-puan pemerintah dalam melaksanakan sosialisasi sangat terbatas dan umumnya hanya mampu dilaksanakan oleh Pemerintah pusat (Pemerintah). Sementara itu, luasnya wilayah yang harus diberi sosialisasi juga sangat besar. Selain itu, sosialisasi juga harus ditingkatkan atau harus dilengkapi dengan pelatihan atau simulasi-sim-ulasi sehingga masyarakat tidak hanya mengenal bahaya dan mitigasi bencana, namun juga terbiasa atau terampil untuk menyelematkan diri pada saat terjadi bencana sehingga terhindar dari kematian akibat bencana. Pada saat ini, hanya Pemerintah yang mampu melaksanakan pelatihan-pelatihan terarah tentang miti-

Page 45: Road Map Badan Geologi 2010

78 79

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

setiap kejadian bencana geologis. Penelitian pasca bencana dan pelaporan hasil tanggap darurat dan penelitian tersebut secara tepat dan akurat juga merupakan tantangan pasca bencana geologis.

Tantangan-tantangan tersebut semakin terasa besar apabila dikaitkan dengan tiga hal penting terkait mitigasi bencana, yaitu: kependudukan, penataan ruang, peran Pemda dan peran masyarakat dalam mitigasi bencana. Jumlah penduduk atau anggota masyarakat yang banyak dan pertumbuhannya yang pesat serta pemahaman masyarakat terhadap bencana dan mitigasinya yang masih rendah akan menyulitkan keberhasilan upaya-upaya mitigasi bencana. Sebagai contoh, upaya relokasi penduduk akan sangat sulit dilakukan pada suatu wilayah yang sebenarnya rawan bencana namun penduduk dan aktivitas di daerah tersebut padat dan berkembang pesat.

Kepadatan penduduk berkaitan dengan penataan ruang dan peran Pemda. Da-lam hal ini, tantangannya antara lain adalah banyaknya pemukiman dan aktivitas penduduk pada zona rawan bencana atau KRB, terutama KRB tingkat menengah hingga tinggi. Peta-peta KRB geologi juga belum digunakan dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah sesuai dengan amanat peraturan perundang-un-dangan terkait. Sementara itu, kewajiban Pemda dalam penanggulan bencana sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait saat ini an-tara lain adalah: 1) penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum; 2) perlindungan masyarakat dari dampak bencana; 3) pengurangan risiko bencana dan pemad-uan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan; dan 4) penga-lokasian dana penanggulangan bencana dalam APBD yang memadai.

Berkaitan dengan hal tersebut, tantangan bidang geologi Pemerintah diantara-nya adalah memberikan pemahaman kepada Pemda agar mampu menyiapkan rencana kontijensi (kontingensi plan) dalam mitigasi bencana, menyiapkan anali-sis risiko bencana (laporan dan peta) dan mitigasinya, konsep pemaduan mitigasi bencana dengan program pembangunan, peningkatan koordinasi, dan pemberian rekomendasi tehnis penanggulangan bencana. Dalam hal ini peranan sosialisasi dan pelatihan mitigasi bencana geologi kepada Pemda kembali menjadi penting.

Tantangan terakhir, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, adalah per-an serta masyarakat dalam mitigasi bencana. Penanggulangan bencana atau

Gambar 3.11. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi - yang di beberapa tempat berimpitan dengan Peta KRB Tsubnami - dengan skala yang masih belum rinci. Penyusunan peta KRB Gempabumi dalam skala rinci masih menjadi tantangan kedepan.

Gambar 3.12. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gerakan Tanah atau Tanah Longsor dengan skala yang masih belum rinci, contoh untuk wilayah Jawa Barat dan Banten mpabumi untuk bulan November 2005. Penyusunan peta KRB Ger-akan Tanah dalam skala rinci untuk seluruh wilayah berpotensi longsor di Indonesia masih menjadi tantangan kedepan.

Page 46: Road Map Badan Geologi 2010

80 81

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

mitigasi bencana, termasuk bencana geologi, selain merupakan tanggunjawab Pemerintah juga menjadi kewajiban masyarakat. Hal tersebut sebagai implikasi dari baik karakter dan luasnya wilayah yang berpotensi bencana yang tidak me-mungkinkan dapat ditangani semuanya oleh Pemerintah, kemampuan mitigasi bencana dari Pemerintah itu sendiri yang masih kurang, maupun ketentuan dari Undang-undang kebencanaan saat ini.

Kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana masih rendah sehingga tantan-gannya adalah bagaimana meningkatkan pengetahuan atau pemahaman, kesada-ran serta partisipasi, dan kreativitas masyarakat secara efektif dalam pengurangan risiko bencana. Tantangan peran serta atau pemberdayaan masyarakat dalam mit-igasi bencana kedepan dituntut lebih mengarah kepada apa yang terangkum da-lam konsep mitigasi bencana yang mandiri atau ”pengelolaan risiko bencana ber-basis Komunitas (PRBBK)” atau ”pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat (PRBBM)”. Ketiganya konsep tersebut pada prinsipnya sama, yaitu bertujuan untuk membangun kesadaran dan aksi gerakan masyarakat itu sendiri dalam mitigasi bencana. Gerakan mitigasi bencana yang mandiri menjadi kebutuhan Pemerintah dan masyarakat Indonesia itu sendiri mengingat luasnya cakupan wilayah berisiko bencana dan padatnya penduduk pada banyak kawasan di Indonesia.

Peran bidang geologi sangat diperlukan dalam membangun gerakan mitigasi bencana yang mandiri. Box 3.5 dibawah ini memberikan gambaran singkat ten-tang konsep mitigasi bencana yang mandiri (MBM) terutama untuk kasus ben-cana gerakan tanah atau tanah longsor.

Box3.5.TantanganMitigasiBencanayangMandiri:KasusGerakanTanah

Mitigasi bencana yang mandiri atau mitigasi bencana mandiri (MBM) dimaksudkan sebagai upaya-upaya yang dilakukan atas kesadaran sendiri oleh sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu tempat di daerah bahaya guna menurunkan risiko bencana yang diakibatkannya sehingga, minimal, tidak terjadi korban jiwa akibat bencananya. MBM menuntut sedikitnya empat syarat: pemahaman dan kesadaran, keterampilan, kebersamaan, dan aksi yang tepat.

Masyarakat Indonesia harus paham bahwa mereka tinggal di wilayah

yang rawan bencana. Pemahaman diperlukan terhadap jenis bahaya yang mereka hadapi, saat bahaya itu mulai berubah menjadi bencana, termasuk tanda-tanda yang paling mudah dikenali dari kondisi awal terjadinya ben-cana; dan jalur pengungsian atau penyelamatan diri (evakuasi) yang aman dan cepat bila bencana itu akan terjadi. Masyarakat yang berdiam di KRB gerakan tanah semestinya paham akan ancaman longsoran bukit atau lereng disekitarnya; curah hujan atau kondisi tataguna lahan yang dapat memicu terjadinya longsor, jalur-jalur arah atau landaan longsor yang pernah terja-di, dan jalur evakuasi apabila ancaman longsor semakin nyata. Demikian pula hal yang sama untuk masyarakat di KRB gunungapi, KRB gempabumi dan KRB tsunami. Setiap masyarakat harus mengenal betul kondisi ancama bencana geologis yang ada pada wilayahnya masing-masing, termasuk seja-rah kejadian bencana penting yang pernah terjadi (mikrozonasi, dll). Pema-haman itu harus sedemikian tertanam sehingga menimbulkan kesadaran untuk melakukan tindakan mitigasi bencana secara mandiri. Kesadaran itu, dalam kasus gerakan tanah, misalnya, inisiatif sendiri untuk secara rutin me-meriksa kondisi bukit atau lereng di daerahnya yang berpotensi longsor, mel-aporkannya kepada ketua kampung apabila ditemui tanda-tanda awal bukit tersebut akan longsor; mengingatkan kepada seluruh warga kampung ten-tang akan terjadinya longsor dan ajakan mengungsi ke tempat yang aman.

Pemahaman dan kesadaran dengan pelatihan dan praktek akan mem-buahkan keterampilan mitigasi bencana. Dalam kasus longsor, keterampilan tersebut yang penting antara lain: mengenal tanda-tanda atau ciri-ciri pent-ing awal terjadinya bencana; mengumumkan adanya ancaman bencana, memerintahkan penyelamatan diri kepada seluruh warga kampung tanpa harus menimbulkan kepanikan; dan yang terpenting keterampilan evakua-si penyelamatan diri atau pengungsian pada saat yang tepat secara tertib. Karena itu, MBM mutlak memerlukan pelatihan atau simulasi evakuasi atau penyelamatan diri yang baik. Adapun aksi yang tepat antara lain mengungsi atau menyelematkan diri melalui jalur evakuasi secara tepat dan dilakukan pada saat yang tepat sebelum terjadinya puncak bahaya yang dapat me-nimbulkan bencana. Kesemua itu memerlukan kebersamaan dari semua warga masyarakat.

Page 47: Road Map Badan Geologi 2010

82 83

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Tantangan bidang dan otoritas pemerintah kegeologi kedepan dalam menumbuhkan MBM antara lain adalah menjadi fasilitator utama dari seluruh proses penumbuhan gerakan MBM; berperan dalam mendorong, merintis, mengatur, merencanakan, memantau, dan mengevaluasi perkem-bangan program MMB; serta melayani kebutuhan setiap gerakan MBM sesuai kewenangannya. Instansi kegeologian harus; mampu merumuskan pengetahuan tentang potensi bencana menjadi pengetahuan praktis mas-yarakat setempat; mensosialisasikan pengetahuan tersebut baik secara langsung dalam kegiatan sosialisasi khusus, maupun tidak langsung melalui berbagai media. Konsep dan format latihan keterampilan masyarakat dalam mitigasi bencana sesuai jenis ancaman bencana yang dihadapi oleh masing wilayah masyarakat tersebut harus banyak dimotori oleh bidang geologi. Instansi kegeologian juga ditantang untuk mampu memenuhi dan men-dorong Pemerintah Daerah dalam penyediaan dan penyebarluasan peta KRB yang lebih rinci dan mudah dipahami oleh masyarakat; memberikan rekomendasi kepada Pemda dan masyarakat setempat tentang ancaman bencana geologis dan mitigasinya; dan berkordinasi serta bekerjasama den-gan para pemangku kepentingan lainnya dalam menumbuh-kembangkan gerakan mitigasi bencana mandiri.

3.5 Industri Mineral Informasi hulu tentang sumber daya mineral yang menjadi otoritas bidang

geologi merupakan sumber pengembangan industri mineral. Meskipun indus-tri mineral bukan merupakan prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014, na-mun pengembangan industri mineral tetap penting oleh karena beberapa hal. Pertama, salah satu fokus sasaran pembangunan sektor ESDM periode 2010-2014 adalah peningkatan pasokan mineral (bersama-sama dengan peningka-tan pasokan energi) sebagai jawaban terhadap isu pengelolaan sumber daya mineral dan batubara pada periode yang sama.

Kedua, fakta bahwa hingga saat ini peran sektor mineral terhadap produk domestik bruto (PDB) masih cukup tinggi (rata-rata antara 1993-2005 sebesar 24,6%) yang memberikan sekitar 9% dari total penerimaan negara. Berdasar data Departemen ESDM, penerimaan negara dari sektor pertambangan yang

terdiri dari mineral dan batu bara, pada 2007 lalu, tercatat sebesar Rp 32,3 tri-liun atau melampaui target Rp 29,86 triliun. Dari jumlah penerimaan tersebut, sekitar 40% berasal dari industri mineral. Pada tahun 2009, perkiraan realisa-si penerimaan negara dari sektor ESDM tercatat sebesar Rp 235 triliun, naik 2,2% dari target penerimaan dalam APBN-P 2009 dimana kontribusi dari sektor pertambangan umum dengan mineral sebagai komiditi utama adalah sebesar 51,58 trilyun atau 22%. Industri mineral masih potensial sebagai penyumbang pendapatan negara. Khususnya beberapa jenis mineral, yaitu tembaga, emas, perak, timah, bauksit, nikel, dan granit sangat strategis untuk Indonesia.

Aspek ketiga alasan sumber daya mineral menjadi isu penting bidang geolo-gi adalah kenyataan masih terdapatnya berbagai masalah industri mineral yang berkaitan dengan persoalan isu pendapatan (outcome) dihadapkan pada per-soalan aset (barang modal) dan lingkungan. Terdapat pandangan yang menya-takan bahwa sumber daya pertambangan (migas, batubara, mineral dan bahan galian) bukanlah sumber pemasukan, namun harus dipandang sebagai aset atau barang modal yang berdampak pada perlakuan dalam perhitungan ekonomi yang berkaitan. Berkaitan dengan hal itu, persoalan kesejahteraan masyarakat di kawasan pertambangan, pencadangan nasional, dan kerusakan lingkungan menjadi problem utama dalam pengembangan industri mineral. Bidang geologi dituntut untuk berkontribusi terhadap pemecahan persoalan cadangan nasional dan pengelolaan lingkungan sumber daya mineral (konservasi, dll).

Didalam isu industri mineral atau isu peningkatan pasokan mineral ini ter-dapat sedikitnya empat isu lebih lanjut sebagai berikut: i) ketersediaan data sum-ber daya mineral, 2) pencarian mineral langka dan mineral strategis, 3) konserva-si sumber daya mineral dan 4) alokasi sumber daya mineral. Ketersediaan data sumber daya mineral akan menentukan perkembangan insdutri pertamgangan dan industri berbasis mineral lainnya. Peningkatan status dari sumber daya men-jadi cadangan mineral penting untuk peningkatan investasi sektor pertamban-gan. Isu konservasi sumber daya mineral berkaitan dengan lingkungan, efisiensi cara pemambangan, dan penambangan tanpa izin (PETI). Mineral langka dan mineral strategis sangat diperlukan untuk kebutuhan tertentu, sementara ke-pastian cadangannya masih menjadi permasalahan. Adapun alokasi sumber daya mineral yang saat ini belum sepenuhnya dapat diselesaikan berkaitan den-

Page 48: Road Map Badan Geologi 2010

84 85

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

gan pencadangan dan ketahanan sumber daya mineral nasional.Keteresediaan data sumber daya mineral yang menjadi tanggungjawab

bidang geologi membentang mulai dari penyelidikan umum, eksplorasi, sampai studi kelayakan dengan urutan penilaian mulai dari kerak bumi (crustal), busur magmatik (magmatic arc), jalur pembentukan mineral (metallogenic), prospeksi (prospecting), penemuan (discovery), hingga ke evaluasi lapangan (field evalu-ation). Data yang diperlukan mulai dari penilaian kerak bumi sampai evaluasi lapangan semakin meningkat. Hasil akhir (outcome) yang dituntut dari bidang geologi adalah penilaian sumber daya (resources) dengan status mulai dari spekulatif hingga hipotetis; dan cadangan (reserve) dengan status mulai dari ter-duga, mungkin, dan terbukti; untuk setiap jenis mineral strategis dan atau pent-ing. Dalam penyediaan data dan penilaian (assesment) sumber daya mineral tersebut masih dijumpai sejumlah permasalahan.

Data awal kerak bumi, busur magmatik sampai ke lajur mineralisasi pemben-tukan logam (metallogenic) secara umum sudah cukup tersedia, namun data dan informasi tentang konsep metallogenic yang lebih rinci, prospeksi hingga ke eval-uasi lapangan masih belum cukup memadai. Memang, cebakan bijih tembaga skala pertambangan oleh Freeport di Papua saat ini sulit ditemukan di tempat lain di Indonesia. Namun, beberapa jalur metallogenic cukup menjanjikan dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut guna memperoleh data sumber daya hingga cadangan mineralnya secara lebih akurat. Identifikasi magmatisme dan jalur metallogenic masih perlu ditingkatkan disertai penelitian yang lebih rinci pada lokasi-lokasi yang sudah terdeliniasi.

Magmatisme lajur timah zone Bukit Barisan, magmatisme busur Sunda, mag-natisme intrakontinen Kalimantan dan Natuna serta jalur metalogenik Sumat-era bagian Selatan masih memerlukan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan konsep-konsep atau model-model pembentukan mineralnya masing-masing. Sementara itu, beberapa mineral penting, meliputi logam mulia, logam dasar, dan bahan galian masih belum bertambah masing-masing nilai sumber daya dan cadangannya.

Permasalahan sumber daya mineral Indonesia, terumata aspek penemuan sumber daya yang baru menjadi kekhawatiran ke depan sebagaimana uraian da-lam Box 3.6.

Gambar 3.13. Busur Magmatisme Indonesia

Box 3.6. Kelangkaan Penemuan Baru Sumber Daya dan Cadangan Mineral

Hasil penelitian Fraser Institute sebagaimana dalam “Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi (Sektor Pertambangan)” dari Direktorat Statistik dan Mon-eter, BPS, menyatakan bahwa prospek mineral di Indonesia menduduki per-ingkat 6 (enam) teratas di dunia. Namun, sebagaimana dinyatakan dalam laporan tersebut, sektor pertambangan dikhawatirkan akan menghadapi kesulitan dalam mempertahankan kelangsungannya dalam jangka panjang yang disebabkan oleh tidak adanya investasi baru yang cukup signifikan di sektor pertambangan; dan tanpa eksplorasi dan penemuan baru beberapa tahun ke depan produksi pertambangan, termasuk mineral, dikhawatirkan akan menurun. Penemuan baru sumber daya dan cadangan mineral ma-sih menjadi permasalahan yang perlu segera mendapat pemecahan baik jangka pendek maupun jangka panjang terutama untuk tujuh jenis komoditi mineral yang memberikan kontribusi penting bagi penerimaan negara dan investasi selama ini, yaitu: Timah, Nikel, Tembaga, Emas, Perak, Pasir Besi, dan Bauksit. Tidak ada penambahan sumber daya maupun cadangan yang signifikan untuk ketujuh komiditi mineral tersebut dalam kurun waktu 2005-2009. Miskinna penemuan baru sumber daya dan cadangan disebabkan oleh masih rendahnya kegiatan eksplorasi, terutama ekplorasi rinci di daerah terindikasi maupun eksplorasi umum pada daerah lajur mineralisasi.

Page 49: Road Map Badan Geologi 2010

86 87

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Sebagai contoh, data sumber daya logam dari tahun 2005 sampai 2008 menunjukkan bahwa perkembangan sumber daya logam emas dari tahun ke ta-hun hanya sedikit mengalami peningkatan, sedangkan cadangan melonjak cukup tinggi dikarenakan adanya eksplorasi lebih detil secara lebih intensif pada daerah prospek yang sudah ada dibandingkan dengan penemuan daerah-daerah pros-pek baru. Untuk logam timah, pada periode yang sama cadangannya berkurang dikarenakan kurangnya kegiatan eksplorasi detil dan studi kelayakan pada daerah prospek. Adapun logam nikel pada periode 2006-2008 mengalami peningkatan sumber daya namun cadangannya berkurang disebabkan peningkatan produksi

seiring dengan permintaan nikel dunua yang sangat tinggi (booming) dan tanpa disertai penemuan cadangan baru.

Untuk logam lainnya kondisinya bervariasi, namun secara umum tidak ada peningkatan sumber daya atau cadangan yang berarti dikarenakan masih kuran-gnya penemuan sumber daya baru dan rendahnya peningkatan cadangan dan studi kelayakan, kecuali untuk logam tembaga. Pada periode 2005-2008 cadan-ga logam tembaga meningkat.

Permasalahan ketersediaan data sumber daya mineral yang direpresenta-sikan dalam bentuk status data sumber daya (resources) dan cadangan (reserve)

Gambar 3.14. Status tahun 2009 dan perkembangan 2005-2008 tentang sumber daya dan cadangan mineral logam Emas, Timah, dan Nikel.

berkaitan dengan serangkaian penelitian mulai dari survei, eksplorasi, propek-si, hingga studi kelayakan di lapangan maupun laboratorium yang masih belum memadai. Permasalahan di bidang penyediaan data sumber daya mineral ini berkaitan dengan masih rendahnya alokasi pembiayaan untuk penelitian, masih kurangnya sumber daya manusia, sarana dan prasarana (teknologi , kebijakan, dan regulasi).

Pencarian mineral langka dan mineral strategis adalah isu berikutnya dalam isu besar industri mineral. Beberapa dari mineral langka dapat menjadi strategis pada periode atau dihadapkan pada kebutuhan tertentu banyak negara terh-adapnya dan berkaitan dengan ketersediaannya di bumi yang sangat terbatas. Sebagai contoh, mineral Niobium, yang banyak digunakan oleh banyak negara pada peruh kedua abad 20 dan 80% kebutuhannya dipasok dari Brazil. Penger-tian mineral langka dapat berimpitan dengan pengertian mineral strategis.

Mineral langka (rare-earth minerals) adalah mineral yang mengandung satu atau lebih unsur (logam) bumi atau tanah yang langka (rare-earth ele-ments) sebagai penyusun utamanya. Unsur alami yang langka ini sering juga disebut “logam tanah jarang” (LTJ). Ytyrium sebagai unsur langka ditemukan pada hampir semua mineral langka. Mineral langka atau logam tanah jarang (LTJ) tidak ditemukan di bumi sebagai unsur bebas melainkan dalam bentuk senyawa kompleks karbonat ataupun fosfat; asosiasi didalam kompleks bat-uan beku alkalin hingga per-alkalin. Endapan hidrotermal yang berasosiasi dengan magma alkalin juga mengandung sejumlah mineral langka. Bebera-pa mineral langka adalah: Aeschynite, Allanite, Apatite, Bastnäsite, Britholite, Brockite, Cerite, Fluocerite, Fluorite, Gadolinite, Monazite, Parisite, Stillwellite, Synchisite, Titanite, Wakefieldite, Xenotime, Zircon, Zirconolite (Sumber: http://en.wikipedia.org/).

Beberapa unsur langka (LTJ) yang diperoleh dari mineral langka adalah (dalam kurung: simbol dan nomor atom):, Yttrium (Y, 39), Lanthanum (La, 57), Cerium (Ce, 58), Praseodymium (Py, 59), Neodymium (Nd, 60), Promethium (Pm, 61), Samarium (Sm, 62), Europium (Eu, 63), Gadolinium (Gd, 64), Terbium (Tb, 65), Dysprosium (Dy, 66), Holmium (Ho, 67), Erbium (Er, 68), Thulium (Tm, 69), dan Ytterbium (Yb, 70). Pada umumnya, unsur langka tersebut bersumber dari beber-apa mineral langka yang penting seperti: Bastnäsite, Monazite, dan Samarskite.

Page 50: Road Map Badan Geologi 2010

88 89

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Sejumlah unsur langka terdapat atau bersumber pada banyak mineral langka, seperi : Yttrium, Lhantanum, dan Cerium. Beberapa LTJ diperoleh sebagai by prod-uct dari unsur lain, seperti Yttrium yang diperoleh dari Uranium. Kegunaan dari LTJ yang berimplikasi pada eksploitasi mineral langka sebagai sumbernya pada umumnya untuk produk-produk teknologi tinggi sebagai komponen dari katalis, sensor, elektrolit, kapasitor, magnet, penangkap neutron, batere, refraksi, dan perantara kimia dalam beberapa industri seperti tv berwarna, mobil hibrid, laser, radar, bahan bakar nuklir, tabung x-ray, komputer, lensa kamera, super konduk-tor, lampu-lampu berwarna, dll. Perkembangan penggunaan LTJ terutama untuk teknologi mobil hibrid atau mobil ramah lingkungan, misal: Dysprosium yang be-rasal dari mineral Monazite, belakangan ini sangat menarik.

Sampai tahun 1960-an, sumber mineral langka adalah India, Brasil, dan Afrika, yang terutama berasal dari endapan Monazite, dikenal sebagai era Monazite-plac-er.; bergeser ke Mountain Pass (Amerika) pada periode 1960-1980-an, dikenal sebagai era Mountain-Pass; dan sejak 1990 hingga sekarang, bergeser ke China, dikenal sebagai era China (Gambar 3.15). Pada saat ini produsen terbesar unsur langka adalah China (lebih dari 95%). Produsen lainnya adalah Afrika Selatan, Amerika, dan Australia.

Gambar 3.15. Perkembangan produksi LTJ dunia (Sumber: “Rare earth elemet”, tersedia pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Rare_earth_element.

No Aplikasi Unsur LTJ Permintaan LTJ Thn 2005 (ton) Penggunaan LTJ

1. Magnet Nd, Pr, Dy, Tb, Sm 17.170

-Motor lisrik pada mobil hybrid-Power steering elektrik-Air conditioners-Generator-Hard disk drives

2. Baterai NiMH

La, Ce, Pr, Nd 7.200 -Baterai mobil hybrid

-Baterai rechargeable

3. Auto Catalysis Ce, La, Nd 5.830

-Gasoline and hybrids diesel fuel additive-Untuk peningkatan standar -emisi otomotif global

4.Fluid cracking catalysis

La, Ce, Pr, Nd 15.400

-Produksi minyak-Peningkatan kegunaan minyak mentah

5. PhosphorusEu, Y, Tb, La, Dy, Ce, Pr, Gd

4.007

-LCD TV dan monitor-Plasma TV-Energy efficient compact-Fluorescent lights

6. Polishing powders

Ce, La, Pr, mixed 15.150

-LCD TV dan monitor-Plasma TV dan display-Silicon wafers and chips

7. Glass additive

Ce, La, Nd, Er, Gd, Yb 13.590

-Kaca optic untuk-Kamera digital-Bahan fiber optic

Tabel 3.7 Permintaan LTJ Dunia Tahun 2005 (Sumber: ”Logam Tanah Jarang, http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_tanah_jarang)

Penggunaan LTJ dalam teknologi moderen saat ini telah meningkat secara men-colok dan akan terus meningkat kedepan. Kemampuan pasokan LTJ dunia saat ini yang sekitar 40.000 ton per tahun akan terlampau oleh permintaan, sebagaimana permintaan LTJ tahun 2005 yang mencapai lebih dari 60.000 ton untuk tujuh jenis aplikasi (Tabel 3.7). Eksplorasi penemuan sumber-sumber baru saat ini giat dilaku-kan kembali di Amerika, Kanada, Brasil, dan Afrika Selatan, juga di Vietnam.

LTJ di Indonesia masig belum mendapat perhatian yang signifikan. Usur atau logam tanah yang memiliki posisi strategis dalam perkembangan teknologi mod-ern (nuklir, mobil hibrid, dll), di Indonesia belum banyak diteliti. Memang, ke-

Page 51: Road Map Badan Geologi 2010

90 91

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

banyakan dari mineral sumber LTJ diperoleh sebagai by product dari pengolahan beberapa jenis barang tambang, seperti Monazite dari pengolahan timah, dan Yttrium dari pengolahan Uranium. Namun demikian, lokasi-lokasi endapan min-eral sumber LTJ tersebut belum banyak dieksplorasi. Penyelidikan dan penilaian geologi mineral langka di Indonesia diperlukan untuk memperoleh sumber yang cukup berati bagi industri mineral kita.

Mineral strategis per definisi sebagaimana dalam peraturan perundangan tentang pertambangan di masa lalu saat ini sudah tidak berlaku lagi. Berdasar-kan Undang-undang terbaru (UU Nomor 4 Tahun 2009?), mineral atau barang tambang atau barang galian sudah tidak dikelompokkan lagi berdasarkan strate-gis atau non strategis. Namun demikian, dari pengertian umum tentang mineral strategis bagi negaranya dan statistik pasar mineral dunia, maka akan diperoleh sejumlah mineral yang “strategis”. Kajian ini mendefinisikan “mineral strategis” berdasarkan pengertian umum dan perkembangan statistik kapasitas pasar min-eral di dunia status terakhir.

Mineral strategis biasanya dedefinisikan sebagai mineral yang vital atau sangat diperlukan karena sangat menentukan keamanan suatu negara namun penyediannya sebagian besar atau seluruhnya diperoleh dari sumber di nega-ra lain dikarenakan ketersediaan pasokannya didalam negeri tidak akan mampu memenuhi pada waktu terjadi emergensi nasional (“Stragic Mineral”, Paul Han-cocl and Brian J. Skinner, 2000, tersedia pada http://www.encyclopedia.com/doc/1O112-strategicminerals.html). Definisi senada diberikan oleh Natalie John-son, 2002 untuk mineral strategis bagi Amerika sabagai berikut: “A common definition of a strategic mineral is a mineral that would be needed to supply the military, industrial, and essential civilian needs of the United States during a national emergency. Furthermore, they are not found or produced in the United States in sufficient quantities to meet this need” (Sumber: “Strategic Minerals of the United States”, Natalieb Johnson, 2002)

Pada kedua rujukan tersebut diatas, mineral strategis selanjutnya dimaksud-kan sebagai mineral-mineral yang vital untuk pertanahan, industri angkasa luar, pasokan energi (termasuk pengembangan energi atom), dan transportasi. Ber-dasarkan sejarah, mineral kromium dan mineral yang mengandung timah mer-upakan mineral strategis pada kondisi perang dunia kedua (PD II). Selama PD II

tersebut, Amerika mengimpor 27 jenis mineral penting dari luar negeri. Peruba-han dalam pasokan dan permintaan terjadi dari waktu ke waktu. Menurunnya endapan, penemuan sumber baru, perang sipil, perubahan pemerintahanan, dan kesepakatan baru di bidang perdagangan internasional mempengaruhi sisi pasokan. Sedangkan substitusi, daur ulang, dan perkembangan teknologi dapat mengubah sisi permintaan.

Berdasarkan sejarah dan keadaan saat ini, beberapa mineral atau unsur yang pembawanya termasuk mineral strategis – diluar migas - adalah: Batubara (C), Emas (Au), Tembaga (Cu), Krom (Cr), Timah (Sn), Antimon (Sb), Kobalt (Co), Grafit (C), Uranium (U), Thorium (Th), dan Zirkon (Zr). Beberapa dari unsur tersebut termasuk kedalam unsur logam tanah jarang (LTJ) seperti Thorium dan Zirkon.

Penilaian mineral strategis dapat juga didasarkan kepada data statistik kapa-sitas pasar sejumlah mineral. Sebuah kajian statistik yang dilakukan United State Geological Survey (USGS) pada 2000 dan 2009 (Teku Ishlah, 2009) membagi min-eral kedalam 3 kelompok, yaitu mineral kapasitas pasar tinggi (> 1 milyar dolar AS), mineral kapasitas pasar menengah (antara US$ 100 juta- dolar AS hingga 1 milyar dolar AS); dan mineral kapasitas pasar rendag (< 100.000.000,- dolar AS). Dengan mengambil kelompok mineral pasar tinggi status tahun 2006, di-peroleh sebanyak 26 jenis mineral strategis berdasarkan kriteria tersebut (Tabel 3.8). Ke-26 jenis mineral tersebut adalah: Batubara, Tembaga, Aluminium, Ni-kel, Emas, Uranium, Potasium, Platinum, Molibdenum, Bijih Besi, Silikon, Perak, Timah hitam, Vermikulit, Batu posfat, Bauksit, Intan, Mangan, Seng, Belerang, Tungsten, Titan dioksid, Magnesium, Krom, Boron, dan Flourspar.

Dari Tabel 3.8 tampak bahwa mineral strategis menurut kriteria kapasitas pasar dunia tahun 2006 tersebut juga meliputi mineral yang strategis di bebera-pa negara atau diperlukan hampir di sepanjang sejarah, seperti: Batubara, Emas, Tembaga, Krom, Timah, dan Uranium. Beberapa mineral kapasitas pasa tinggi dunia juga merupakan mineral-mineral yang selama menjadi andalan Indonesia, yaitu: Batubara plus tujuh mineral utama yakni Timah, Nikel, Tembaga, Emas, Perak, Pasir Besi, dan Bauksit. Permasalahan yang masih dihadapi, seagaima-na telah dikemukakan sebelumnya adalah peningkatan data sumber daya dan cadangan yang meliputi permasalahan sedikitnya survei pendahuluan, eksplora-si rinci, prospeksi, dan studi kelayakan,

Page 52: Road Map Badan Geologi 2010

92 93

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

dan Krom, Beberapa diantaranya sudah diketahui cadangannya, seperti: Man-gan, dan Bijih besi. Tiga jenis mineral, yaitu Vermikulit, Boron, dan Flourspar belum ditemukan di Indonesia.

Mineral kelompok kapasitas pasar menengah dari studi USGS (Tabel 3.9) dapat termasuk mineral strategis. Mineral-mineral tersebut status 2006 adalah: Vanadium, Logam tanah jarang (LTJ), Trona, Asbestos, Berilium, Indium, Titani-um ilminit dan rutil, Antimoni, Barit, Rhenium, Zirkon, Bismut, Kadmium, Litium, dan Germanium. Beberapa diantara mineral tersebut terdapat di Indonesia, seperti: logam tanah jarang (LTJ), Barit, Asbestos, Titanium ilminit dan rutil , dan Zirkon. Mineral lainnya yang cukup penting bagi Indonesia yang termasuk kelom-pok kapasitas pasar rendah dalam studi USGS, 2006, adalah: Merkuri. Namun demikian, masih sedikit data dan informasi berkenaan dengan sumber daya dan cadangan berkenaan dengan kelompok mineral-mineral yang termasuk mineral pasar tingkat menengah pada tahun 2006 tersebut. Penelitian dan penyelidikan untuk mineral-mineral tersebut belum banyak dilakukan bahkan untuk survei pendahuluan sekalipun.

1989 2006JENIS MINERAL NILAI*) JENIS MINERAL NILAI*)

1. Logam Tanah Jarang 759 1. Vanadium 956 2. Trona 680 2. Logam tanah jarang 759 3. Boron 610 3. Trona 680 4. Flourspar 600 4. Asbestos 584 5. Molibdenum 600 5. Berilium 560 6. Kromium 460 6. Indium 405 7. Vanadium 450 7. Titanium ilminit dan rutil 342 8. Barit 400 8. Antimoni 324 9. Titanium metal 330 9. Barit 320 10. Kadmium 280 10. Rhenium 237 11. Berilium 235 11. Zirkon 214 12. Tungsten 207 12. Bismut 173 13. Litium 150 13. Kadmium 163 14. Zirkon 133 14. Litium 150 15. Antimoni 126 15. Germanium 124

*) Nilai dalam milyar dolar Amerika Serikat. Sumber : US Geological Survey, 2008, Mineral Commodity Summaries 2008 dalam Teuku Ishlah, 2009

Tabel 3.9 Kelompok Mineral Kapasitas Pasar Menengah (100 juta - 1 milyar dolar AS)

1989 2006

JENIS MINERAL NILAI*) JENIS MINERAL NILAI*)

1. Aluminium 24.300 Batubara 154,500

2. Emas 21.000 Tembaga 113,147

3. Tembaga 17.300 Aluminium 105,428

4. Batubara 12.400 Nikel 62,655

5. Bijih besi 7.200 Emas 59,721

6. Belerang 7.100 Uranium 15,466

7. Seng 6.500 Potasium 12,870

8. Titan dioksid 6.400 Platinum 12,201

9. Batu posfat 5.400 Molibdenum 12,095

10. Silikon 4.000 Bijih Besi 11,970

11. Nikel 3.700 Silikon 11,807

12. Timah hitam 3.300 Perak 8,831

13. Perak 3.000 Timah hitam 8,530

14. Potasium 3.000 Vermikulit 7,280

15. Platinum 2.500 Batu posfat 5,777

16. Uranium 1.592 Bauksit 5,130

17. Asbestos 1.575 Intan 4,410

18. Bauksit 1.400 Mangan 3,650

19. Timah 1.350 Seng 3,495

20. Mangan 1.100 Belerang 2,640

21. Magnesium 1.082 Tungsten 2,500 Titan dioksid 2,194 Magnesium 2,100 Krom 1,571

Boron 1,230

Flourspar 1,152

*) Nilai dalam milyar dolar Amerika Serikat. Sumber : US Geological Survey, 2008, Mineral Commodity Summaries 2008 dalam Teuku Ishlah, 2009

Tabel 3.8 Kelompok Mineral Kapasitas Pasar Tinggi (diatas 1 milyar dolar AS)

Sebenarnya, Indonesia memiliki sumber daya mineral lainnya dari kelompok mineral pasar tinggi dunia tersebut dan beberapa diantaranya sudah ditemukan, yaitu: Aluminium, Uranium, Molibdenum, Bijih Besi, Silikon, Timah hitam, Batu posfat, Intan, Mangan, Seng, Belerang, Tungsten, Titan dioksid, Magnesium,

Page 53: Road Map Badan Geologi 2010

94 95

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Box 3.7. Gambaran Kondisi dan Permasalahan Beberapa Mineral Indonesia

1. BATUBARA. Pada tahun 2006, produksi batubara dunia meningkat hing-gz 3.090,1 miliar ton, naik dari 1,3 miliar ton pada tahun 1989. Kon-sumsi batubara dunia saat ini mencapai 3.079,7 miliar ton (257 juta ton per bulan, 8,5 juta ton per hari) dan selisih antara produksi-konsumsi hanya 11 juta ton sepanjang tahun 2006. Akibatnya, batubara langka di pasar internasional yang mengakibatkan naiknya harga batubara men-capai US$ 100 per ton pada 4 januari 2008 (Harian Kompas, 6-2-2008).

Indonesia saat ini merupakan negara eksportir batubara ke-4 terbe-sar di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 119,9 juta ton pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan produksi batubara antara 1984-2005 sangat tinggi, yakni mencapai 32,09%. Produksi batubara 2006- 2025 diperkirakan akan tumbuh sebesar 112,8% (Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter).

Endapan batubara tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Pap-ua. Program PLTU batubara Indonesia sebesar 10.000 MW pada akhir tahun 2010 akan memerlukan batubara sebanyak 45 juta ton per ta-hun untuk kepentingan domestik. Sedangkan sebagian besar batubara dari PKP2B dan KP saat ini telah terikat kontrak penjualan dengan pi-hak pembeli di luar negeri. Oleh karena itu, eksplorasi batubara untuk keperluan PLTU perlu dilakukan terutama pada lahan PKP2B dan KP yang terlambat melaksanakan kewajiban eksplorasinya.

2. TEMBAGA-EMAS-PERAK. Tahun 2006 kapasitas pasar tembaga, emas, dan perak berturut-turut mencapai nilai US$ 113.147 miliar, US$ 59.721 milyar dan US$ 8.832 miliar. Khusus untuk tambaga tembaga jenis porfiri, pada tahun 1989-1992 terdapat belasan tambang di dunia yang ditutup

akibat harga tembaga yang rendah (60-65 cUS$ per pond). Sedangkan pertambagan tembaga di Papua dapat berjalan karena ongkos produksi pada tahun 1989 hanya 45 cUS$ per pond. Bila dipertimbangkan aspek geologi di Indonesia, maka mineral tembaga, emas dan perak terma-suk mineral yang sangat prospektif. Sebagian besar KKP di Indonesia sejak pola KK diluncurkan pemerintah, umumnya bertujuan mencari emas, tembaga dan mineral ikutannya. Karena itu, ke-3 jenis mineral ini menjadi sekala prioritas untuk eksplorasi. Hal ini disebabkan indikasi terbentuknya emas di Indonesia sangat meluas dengan mineralisasi da-lam kelompok tipe porfiri Cu-Au/Ag dan epitermal. Persoalan saat ini adalah bahwa endapan emas yang ditemukan di Indonesia tidak sesuai dengan target perusahaan KK yang beroperasi di Indonesia yang umumnya mencari emas dengan tonase minimal 30 ton Au pada kadar minimal 1 gr/ton (1 ppm). Akibatnya, prospek Gunung Pani (Sulawesi Utara) dengan sumber daya sebesar 27 juta ton dan kadar 1,5 ppm ditinggalkan. Dari 79 daerah prospek emas di Indonesia yang mempunyai cadangan lebih dari 30 ton Au pada kadar 1 ppm hanya ditemukan di sekitar Tembagapura (Papua), Batuhijau, NTB (360 juta ton bijih, Cu 0,7% dan Au 0,7 ppm), G. Pongkor, Jawa Barat (102 ton, Au 10-18 ppm, kapasitas produksi 2 ton), Messeel di Sulawesi Utara (60 ton, kapasitas produksi 8 ton Au/tahun, tahun 2004 tutup), Kelian (cadangan awal 59 ton, kapasitas produksi 12-14 ton Au/tahun, tahun 2002 tutup) dan Gosowong di Halmahera Tengah (29,5 ton Au. Kadar 20 ppm). Cadangan lainnya sebagian besar leb-ih kecil dari 10 ton Au sehingga tidak menarik untuk ditambang oleh perusahaan KK yang melakukan eksplorasi. Akibatnya areal prospek tersebut berpindah tangan. Usaha pertambangan emas juga sangat bergantung pada harga emas di pasar internasional. Booming Eksplorasi emas terjadi pada periode 1980-1990 disebabkan harga emas rata-rata diatas 450 USD per troy ounce, dengan harga tertinggi US$ 800 per troyounce tercapai pada saat AS memerangi Iran (1980). Kemudian harga emas turun hingga mencapai 260-275 USD/troy ounce pada periode 1991-2000. Tingkat

Gambaran kondisi dan permasahan beberapa mineral strategis sebagaimana didefinisikan tersebut diatas untuk Indonesia, diolah dari hasil kajian Teuku Ish-lah, 2009, disajikan dalam Box 3.7 dibawah ini.

Page 54: Road Map Badan Geologi 2010

96 97

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

harga ini tidak menarik untuk dilakukan eksplorasi dan beberapa peru-sahaan besar yang beroperasi di Indonesia seperti BHP Minerals mem-berhentikan kegiatannya. Disamping endapan porfiri Cu-Au/Ag, kondisi geologi di Indonesia un-tuk endapan emas jenis epitermal, alluvial dan juga terdapat emas yang berasosiasi dengan mineralisasi timah hitam, seng, tembaga yang ter-dapat dalam batuan gunungapi. Perusahaan kontrak karya di Indonesia mulai mencari emas epitermal terjadi pada KK Generasi IV (1984), V (1994), VI (1996) dan VII (1999). Disamping itu, endapan emas yang berhubungan dengan batuan ofiolit/ultrabasa di Indonesia juga telah menujukkan hasil yang signifikan seperti yang ditemukan di Pegunun-gan Bobaris dan Meratus (Kalimantan Selatan). Saat ini harga emas mencapai US$ 900-1000 per troy once, tetapi eksplorasi emas di Indo-nesia tidak menarik karena pelarangan tambang terbuka di kawasan hutan lindung dan berbagai isu lingkungan yang dihadapi seperti yang dialami oleh KKP di Sulawesi Utara akibat kasus Buyat.

3. ALUMUNIUM-BAUKSIT. Indonesia memiliki potensi bijih bauksit yang memadai walaupun mutunya lebih rendah bila dibandingkan dengan endapan bauksit di daratan Eropa dan Amerika Utara. Bijih bauksit di Indonesia telah ditemukan di beberpa tempat seperti di Kepulauan Riau (Kepri), Kalimantan Barat (Kalbar), dan lainnya secara kecil-kecilan seperti dalam endapan terarosa pada kawasan batugamping karst di Gunung Sewu (Jawa Tengah), Pulau Sumba (Nusa Tenggara Timur) dan Pulau Muna (Sulawesi Tenggara). Endapan bauksit berupa laterit yang terbaik ditemukan di sekitar Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalbar. Cadan-gan terbukti endapannya mencapai 1.300 juta ton, berkadar rata-rata 30% Al203 dan 7,4% SiO2. Sedangkan cadangan terukur denga kandun-gan 40%-43% Al203 yang dihitung melalui kajian kelayakan penamban-gan dari lokasi tersebut mencapai 800 juta ton. Cadangan di lokasi Tayan semula (tahun 1974) akan dieksploitasi oleh PT. ALCOA dengan investasi US$ 3.000.000.000,- (kurs pada waktu itu Rp 415/US$). Tetapi, setelah perusahaan ini gagal mendapat dana investa-

si dari bursa saham dan sindikasi, endapan bijih tersebut ditinggalkan. Alasan lainna penyebab tidak berlanjutnya penambangan di Tayan oleh PT ALCOA tersebut adalah adanya larangan Pemerintah pada waktu itu untuk penambangan yang hasilnya diekspor langsung dalam bentuk bijih tanpa diolah. Kaji-ulang investasi penambangan dan pengolahan bauksit untuk lokasi Tayan pada Tahun 1995 menghasilan angka kebutuhan dana investasi sebesar US$ 14.000 juta. Angka investasi yang besar, se-bagaimana perhitungan Tahun 1974 berasal dari biaya penyedian tenaga listrik yang diperlukan yang sangat besar dan tidak dapat dipenuhi kec-uali perusahaan membangun pembangkit listrik sendiri (PLTA). Setelah 1995, tidak ada satu pun PMA yang mau berinvestasi di Tayan sehingga endapan bauksit yang ada tetap belum dieksploitasi. Akhir-akhir ini bauksit langka di pasar dunia dan harganya naik tajam. Permintaan dari RRC, Korea Selatan, Taiwan, Jepang dan negara lain mengakibatkan aluminium meningkat. Menurut Haryanto Galoh (2007, komunikasi pribadi dengan rujukan tulisan ini) seluruh bekas lahan KK PT ALCOA pada akhir 2007 telah menjadi lahan para pemilik Kuasa Pertam-bangan (KP) yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten setempat dan diantaranya sudah ada yang berproduksi dengan harga jual bijih bauksit sekitar US $ 14 per ton. Harga tersebut cukup rendah dibanding harga bauksit di pasar London Metall Exchange yang mencapai sekitar US$ 28 per ton atau kisaran jarga bauksit dunia yang antara US$ 28-30 per tom. Sementara itu, cadangan bauksit di Tayan tersebut saat ini telah menjadi lahan kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Rusia.

4. PLATINUM GROUP. Mineral yang termasuk ke dalam grup platina ter-diri dari Platinum, Palladium, Rhodium, Ruthenium, Iridium dan Osmi-um.; digunakan sebagai katalis dalam proses pembakaran bensin dan oksigen pada mesin otomotif, dan sebagian digunakan untuk perhiasan yang dikenal sebagai emas putih. Indikasi mineralisasi platina di Indo-nesia terdapat di Kalimantan Selatan dan Aceh Selatan yang keduanya berhubungan dengan batuan ultrabasa. Eksplorasi bijih platina di Indo-nesia masih dalam bentuk riset berjangka-waktu pendek atau bersifat

Page 55: Road Map Badan Geologi 2010

98 99

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

tinjauan yang dilakukan atas dasar kerja sama teknik antara pemer-intah. Misal, kerjasama yang dilakukan Badan Geologi dengan USGS, Amerika Serikat tahun 1986-1987. Kini tenaga ahli di Badan Geologi yang mendampingi USGS dalam kerjasama tersebut sebagian besar telah purna bakti dan hanya tinggal seorang ahli. Perlu dilakukan kem-bali riset terhadap kelompok mineral platina dalam bentuk kerja sama bilateral;

5. MOLIBDENUM (Mo). Mineral Mo termasuk kelompok paduan besi. Namun, terdapat mineralisasi Mo berupa mineral ikutan dalam tipe porfiri Cu-Mo dan tipe urat. Pada tahun 1989, nilai pasar Mo hanya US$ 600 juta, meningkat tajam pada tahun 2006 mencapai US$ 12.095 miliar. Kenaikan ini disebabkan meningkatnya harga Mo dan produksi Mo sebagai mineral ikutan dari tambang Tembaga-Moli (Porfiri Cu-Mo) di Escondida, Cili yang ditemukan oleh BHP Minerals pada tahun 1988. Akibat penemuan tersebut, endapan Cu-Au yang ditemukan BPH Mineral di sekitar Sungai Mak di Gorontalo ditinggalkan. Padahal dalam kajian kelayakan tambang, endapan tersebut layak ditambang dengan kapasitas 15.000 ton bijih per hari dan investasi US$ 300 juta. Indonesia memiliki lahan berpotensi Mo di Tangse, Nangroe Aceh Darussalam (NAD); Malala, Buol Tolitoli (Sulteng), dan beberapa daer-ah prospek di Kalbar. Mineralisasi Cu-Mo di Tangse, NAD, ditemukan oleh Tim Pemetaan Geokimia Sistematik Regional sekala 1:250.000 yang merupakan Proyek Kerja Sama Bilateral antara Direktorat Geolo-gi (Badan Geologi sekarang) - British Geological Survey (GSI-BGS) pada tahun 1975 dengan penemuan anomali pasir sungai aktif unsur Cu dan Mo seluas 35 km persegi, dan diteruskan oleh PT. Riotinto Betlehem. Areal prospek ini tidak menarik karena berkadar rendah (0,05-0,20% Cu dan 50-300 ppm Mo). Namun demikian, studi geokimia sangat penting dalam identifikasi jebakan-jebakan mineral di Indonesia. Hasil penyelidikan tahun 2007 di Kab. Gayo Luwes, NAD menemukan urat kuarsa yang mengandung 0,8% Mo di Pasir Kolak dan mineralisasi Mo kadar > 12% dalam batuan tufa yang kontak dengan batu gamping di

alur Sungai Putih. Kedua lokasi ini diduga merupakan bagian dari min-eralisasi porfiri Cu-Mo di Tangse. Adapun di Malala (Gayo Luwes, NAD), berdasarkan survei geokimia regional, ditemukan mineralisasi Mo pada batuan granit. Mineralisasi Mo, kadar 1,64%, juga ditemukan di Gunung Bawang, Bengkayang, Kalbar hasil penyelidikan di jaman Belanda. Indi-kasi lain ditemukan di Way Kupang, Teluk Betung, Lampung dalam ben-tuk urat tipis. Dengan meningkatnya harga Mo saat ini, banyak peminat, terutama dari RRC dan Taiwan, yang datang ke Badan Geologi untuk mencari data dan informasi tentang Mo. Peminat umumnya mencari daerah prospek dengan kadar Mo diatas 0,20% atau 2000 ppm. Oleh kare-na itu, diperlukan riset untuk mempelajari dan mengevaluasi mineral molibden dengan tujuan penambangan skala kecil.

6. BELERANG. Riset kapasitas pasar menunjukkan bahwa kebutuhan in-dustri terhadap belerang sangat besar. Namun, saat ini dunia kelebi-han pasok belerang yang menyebabkan harga belerang sangat rendah bahkan tidak mampu menutupi ongkos produksi. Kelebihan produksi tersebut berasal dari produk tambahan minyak bumi dan bijih sulfida (konsentrat tembaga, nikel, bijih pirit) yang dihasilkan oleh smelter konsentrat tembaga di Jepang, Jerman, Perancis dan Amerika Serikat. Sebagai contoh, kilang minyak Balongan, Jabar, yang mengolah minyak dari lapangan Duri dengan kapasitas kilang 125.000 barel/hari meng-hasilkan belerang sebanyak 20.000 ton per hari. Meskipun demikian, belerang yang berasal dari gunung api, pengolahan konsentrat tem-baga, dan bijih pirit masih sangat diperlukan oleh beberapa industri seperti industri gula, industri bahan kimia dan industri farmasi dikare-nakan belerang tersebut tidak mengandung kerosene yang berbahaya bagi kesehatan. Indonesia memiliki potensi bijih pirit masif di Kaliman-tan Selatan yang menarik untuk dijadikan bahan baku belerang;

7. TITAN DIOKSID. Mineral ini umumnya digunakan untuk zat pewarna dan katalis kimia. Di Indonesia banyak ditemukan indikasi endapan

Page 56: Road Map Badan Geologi 2010

100 101

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

ilminit dan rutil (sumber titan dioksid) disepanjang pantai selatan Pu-lau Jawa dan beberapa di tempat di Sumatra serta pantai utara Pap-ua. Saat ini banyak negara memproses ilminit dan rutil menjadi titan dioksid sintetis seperti di Malaysia dan Thailand. Negara tetangga ini membuat titan dioksid sintetis dari mineral ikutan yang terdapat pada endapan timah plaser. Dipantai utara Jayapura dan Sarmi, ditemukan rutil, ilminit, zirkon, emas, kromit, leuxene dan sebagainya yang pros-pek sepanjang 220 km. Di pantai selatan Pulau Jawa, terdapat enda-pan pasir besi mengandung Titan. Namun, bila dilihat kadar ilminit antara 9-11 % TiO2 yang terdapat di pantai Selatan Pulau Jawa, sulit untuk mengwujutkan pabrikasi titan sintetis di negeri ini. Walaupun demikian riset dan kajian tentang endapan titan dan ilminit diperlu-kan.

8. TIMAH HITAM (Pb) dan SENG (Zen). Kedua mineral ini sering terben-tuk bersamaan. Hasil survei Direktorat Sumber Daya Mineral (PMG, Badan Geologi sekarang) menunjukkan bahwa mineralisasi Pb dan Zn di Indonesia banyak ditemukan dalam jumlah kecil-kecil teruta-ma di Pulau Sumatera (Pagae Gunung, Tanjung Balit, Sungai Tuboh, Gunung Limbung), Pulau Jawa (Gunung Sawal), Kalimantan (Kasihan, Ketapang), Cibugis, Sukabumi, Jabar. Beberapa diantaranya sudah di-usahakan oleh masyarakat berupa penambangan tanpa ijin. PMG juga melakukan eksplorasi di Kerinci untuk timah hitam tipe Sedex, namun tidak berhasil Indonesia juga memiliki potensi Pb yang berasosiasi dengan Cu dan AuUsaha eksplorasi timah hitam juga dilakukan melalui kerja sama bi-lateral dengan Korea Selatan di Pacitan, Jawa (1991-1994), dengan Jepang di Sumatera yakni di Pagar Gunung (1980-1984), dan Sungai Tuboh (1983-1987), Sumatera. Penemuan bijih Pb terakhir adalah 3 areal prospek di Sopokomil, Dairi, Sumatera Utara, yakni daerah An-jing Hitam, Bonkaras dan Lae jahe. Di daerah Anjing hitam ditemukan bijih dengan cadangan pra-kajian kelayakan sebesar 10 juta ton; kadar 15,3% Zn, 9,4% Pb dan Ag 14 ppm, ada tipe mineralisasi Sedex. Di Lae

Jahe diperoleh sumber daya tereka 8,2 juta ton dengan kadar 7,7% Zn dan 4,1% Pb. Sedangkan di Bonkaras sumber daya terka O,8 juta ton dengan kadar 7,2% Zn dan 4,3% Pb. Daerah Sopokomil merupakan daerah anomali geokimia dengan un-sur timah hitam, seng dan arsen. Eksplorasi daerah anomali tersebut dilanjutkan oleh PT Aneka Tambang berkerja sama dengan Herad Resource Limited. Mineralisasi timah hitam di sungai Tuboh, Lubuk Linggau dan Pagar Gunung, Sumatera Selatan, menjadi lahan KKP. Kegiatan riset untuk mineralisasi timah hitam-seng ini diperlukan dengan alasan Indonesia banyak memiliki data mineralisasi timah hitam dan seng hasil kerja sama bilateral dan KKP. Kajian tentang timah hitam dan seng ini diperlukan dan survei yang telah dilakukan menunjukkan pentingnya studi geokimia untuk eksplorasi mineral tersebut. Namun demikian, sifat dari Pb yang merupakan B3 (bah-an berbahaya dan beracun) perlu dipertimbangkan dalam eksplorasi dan eksploitasinya.

9. URANIUM (U). Pada tahun 1989, mineral ini dipasarkan dengan nilai US$ 1.592 miliar dan meningkat tajam mencapai US$ 15.466 miliar pada 2006. Lonjakan nilai ini disebabkan meningkatnya kebutuhan uranium. Uranium ditambang di Eropa Barat, Afrika Tengah, Australia dan beberapa negara lain dalam jumlah kecil. Menurut data World Nuclear Assosiation (2006), sumber daya Udunia yang ekonomis se-besar 4,7 juta ton, dengan tingkat konsumsi sebesar 64.000 ton per tahun, cadangan tersebut cukup selama 75 tahun. Namun jika porsi nuklir dalam penyediaan energi listrik dunia dipertahankan konstan sekitar 16%, dengan pertumbuhan energi listrik dunia sebesar 2,7% per tahun, maka diperkirakan umur cadangannya hanya cukup 40 tahun. Saat ini produksi U hanya mampu memenuhi 63 persen per-mintaan dunia. Kekurangan pasokan dipenuhi dari cadangan stok yang sebagian besar berasal dari kelebihan produksi industri senjata nuklir sebelum tahun 1980. Tidak ada angka pasti mengenai jumlah stok tersebut, namun pada tahun 2005 berjumlah sekitar 210.000 ton

Page 57: Road Map Badan Geologi 2010

102 103

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

(Energy Watch Group, 2007). Ketimpangan antara pasokan dan kebu-tuhan ini menyebabkan kenaikan harga U sejak 2001. Bahkan sejak tahun 2005, harga U telah melonjak hampir tiga kali lipat. Gejolak har-ga tersebut mematahkan anggapan selama ini, bahwa harga Usangat stabil sehingga dapat diprediksi secara pasti.Indonesia mulai melakukan pencarian uranium pada tahun 1950 yang oleh Tim Ekspedisi Universitas Delf Belanda di Kepala Burung di Papua. Pada tahun 1960, eksplorasi secara kecil-kecilan dilakukan oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). Pada tahun 1969, BATAN bekerjasa sama dengan Perancis, Jerman dan lainnya juga melakukan eksplorasi uranium. Berdasarkan UU No 10 Tahun 1997 tentang Tenaga nuklir, mineral uranium menjadi wewenang BATAN termasuk penerbitan KP-nya.Secara geologi, uranium di Indonesia ditemukan dengan lingkungan geologi pada batuan granit tipe-S, berasosiasi dengan batuan malihan, dan endapan hasil pelapukan batuan granit dan maliahan. Mineralisa-si U terbaik saat ini ditemukan di daerah Kalan, Sintang, Kalbar, yang berasosiasi dengan mineral apatit, turmalin, pirit dan molibdenum. Juga terdapat mineral U dalam bentuk urat yang tersebar diantara hablur apatit dan monazit. Sumber daya terukur saat ini mencapai 1.360 ton U3O8, terunjuk 7.728 ton U3O8 dan tereka 2004 ton. Ber-dasarkan hasil penyelidikan BATAN-BGR, 1976, Indonesia juga memi-liki daerah prospek mineralisasi U di Papua, Kalimantan dan Sumat-era. Permasalahannya, uranium telah menjadi isu lingkungan dan isu politik negara adidaya. Oleh karena itu, eksplorasi U diusulkan tidak menjadi prioritas utama, tapi perlu riset dan kajian lebih dalam untuk kepentingan kesehatan.

10. POTASIUM, SILIKA, VERMIKULIT, BATU POSFAT, INTAN, FLUOSFAR. Mineral-mineral tersebut termasuk kelompok mineral kapasitas pas-ar tinggi. Secara geologi, Indonesia berpeluang untuk menghasilkan Potasium (K), Intan (C), dan Flouspar atau Fluorit (CaF2); serta-dalam jumlah sedikit - Vermikulit dan Batu Fosfat. Mineral Silika banyak di-

jumpai di banyak wilayah negara. Oleh karena itu, penambangan silika di Indonesia kurang berkembang. Meskipun demikian, data kapasitas pasar mineral menujukkan bahwa mineral Silika mencapai angka pe-masasaran kelompok tinggi, yaitu: 11,807 milyar dolar AS atau urutan ke sebelas paling tinggi.

11. Mineral Fluospar digunakan dalam berbagai industri. Di Indonesia min-eral Fluospar terdapat antara lain pada kompleks granitoid Sibolga - Su-mut, di sebagaian jenis granit terdapat pengayaan uranium, berupa uraninit pada urat urat pegmatit (Subandrio, 1997). Anomali radioaktif yang terdeteksi alat Geiger Counter juga menunjukan biotite granite dan epy-syenite (Pra Tersier) kaya dengan U-Th yang ternyata juga kaya akan zircon, monazite, fluorite dan turmalinPenambangan intan secara tradisional terdapat di Martapura, Kaliman-tan Selatan; Purukcahu, Kalimantan Tengah; dan Sungai Landak, Ngab-ang Kalimantan Barat. Pada tahun 1965 ditemukan intan berukuran 166 karat (Intan Trisakti) di Martapura. Pada bulan Januari 2008 ditemukan intan di desa Antaraku Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar Kali-mantan Selatan yang diberi nama Intan Putri Malu. Intan tersebut di-beli oleh pengusaha lokal dari penemunya/pendulang tradisional den-gan harga Rp. 3 miliar dengan berat 130 karat dan berwarna pink dari penemunya. Pengusaha lokal ini, mendapat penawaran dari pedagang permata dari Jerman dengan harga Rp 24 miliar lebih. Penemuan ini menunjukkan bahwa potensi intan di Kalimantan Selatan masih besar. Oleh karena itu lembaga pemerintah perlu melakukan riset terhadap endapan intan di Kalsel dan Kalteng dimana hingga saat ini belum dike-temukan endapan intan primer. Untuk mineral yang termasuk kedalam kelompok kapasitas pasar me-nengah, umumnya merupakan hasil tambahan dari produk tambang kelompok kapasitas tinggi. Secara geologi, mineral tersebut nerupa-kan mineral ikutan. Sedangkan pada kelompok Kapasitas Rendah, umumnya mineral ini dihasilkan dari hasil olahan dengan teknologi tinggi. Juga dapat dikatakan bahwa, sangat sedikit mineral dari kelom-

Page 58: Road Map Badan Geologi 2010

104 105

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Dalam aspek lainnya, pengungkapan sumber daya mineral akhir-akhir ini menjadi penunjang penting terutama untuk penyediaan bahan baku pupuk serta penyediaan lahan pertanian. Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian.

3.6 Tata Ruang dan Pengembangan WilayahPeranan data dan informasi geologi dalam pembangunan lingkungan dan

ekosistem serta tata ruang dan kebencanaan tercakup sebagai dasar bagi pe-nataan kawasan. Penataan kawasan atau ruang merupakan bagian dari kebija-kan pembangunan nasional untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat. Berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memerlukan perencanaan kawasan dan ruang secara menyeluruh, meliputi aspek-aspek ke-manusiaan, sumber daya alam, geologi, ekonomi, sosial politik, pertahanan kea-manan dan lingkungan hidup. Geologi berperan dalam masalah bencana geologi, pemetaan dalam perencanaan tata ruang yang terkait dengan cebakan mineral, bahan galian, tanah untuk pertanian dan lain sebagainya.

• Konflik tata guna lahan dan perbatasan wilayahPembangunan yang dilakukan saat ini belum mempertimbangkan keberlan-

pok II dan III yang merupakan hasil tambang langsung kecuali kro-mit, barit dan intan industri. Kadang-kadang untuk mengembang-kan mineral ikutan ini terhambat dengan penemuan teknologi yang telah dipatenkan oleh perusahaan tertentu, misalnya produk litium untuk kepingan baterei kering litium yang banyak digunakan pada elektronik digital, saat ini hanya dikuasai oleh 2 perusahaan AS yang telah dipatenkan. Perusahaan ini memperoleh dari smelter den-gan harga berdasarkan kesepakatan kedua pihak. Disini digunakan kaidah Win-Win Solution, dimana perusahaan pertambangan perlu mengelola sampah pertambanagan dan perusahaan tertentu me-merlukan bahan baku.

jutan dan daya dukung lingkungan. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi lebih mengemuka sehingga keinginan untuk mengeksploitasi sum-ber daya alam geologi menjadi sangat berlebihan yang pada akhirnya secara langsung menurunkan kualitas dan kuantitas lingkungan. Konflik pemanfaatan ruang menjadi sangat mencuat khususnya antar kegiatan pertambangan dan ke-hutanan. Peranan geologi belum dioptimalkan dalam penyusunan tata ruang, bahkan kemungkinan tidak dipertimbangkan sebagai unsur penentu, hal ini dise-babkan belum diacunya undang-undang penataan ruang.

Terkait dengan kawasan pertambangan, dibandingkan dengan jenis kawasan budi daya lainnya, kawasan pertambangan sebagai bagian dari pemanfaatan ruang mempunyai ciri yang sangat khas. Kawasan budi daya lain dapat ditem-patkqan secara fleksibel sedangkan kawasan pertambangan hanya dapat ditem-patkan pada daerah yang memang mempunyai prospek sumber daya mineral. Penempatan kawasan budi daya lain pada lahan yang prospek sumber daya min-eral dapat menyebabkan sumber daya mineral tersebut tidak dapat dimanfaat-kan secara optimal.

Ruang wilayah perbatasan sebagaimana disinggung dalam aspek pertahanan keamanan mempunyai potensi untuk wilayah konflik dengan negara tetangga, penyebabnya selain karena posisi geografis pula diperkirakan potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Mengetahui seluruh kandungan sum-ber daya alam geologi mineral dan energi secara lebih akurat, adalah domain tugas dan fungsi Badan Geologi, maka oleh karena itu menjadi strategis ditinjau dari aspek kedaulatan negara dan keutuhan NKRI. Dalam GBHN 1967 – 1997 geologi diposisikan sebagai modal dasar pembangunan, maka dengan itu kon-sekuensi logisnya masih diperlukan keberlanjutan pengumpulan data dan infor-masi geologi dalam skala yang lebih rinci sebagai basis seluruh kebijakan pemba-ngunan nasional

• Tata ruang bawah permukaan dan bawah lautPelaksanaan penataan ruang untuk penentuan wilayah bukan hanya menga-

cu pada kondisi geomorfologi permukaan tanah saja namun juga harus mengacu pada kondisi bawah permukaan baik di darat dan di laut. Tuntutan ini sejalan dengan semakin sempitnya ruang di permukaan tanah ditambah dengan kema-

Page 59: Road Map Badan Geologi 2010

106 107

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

juan teknologi yang memungkinkan pembangunan infrastruktur di dalam tanah (terowongan bawah tanah, gedung bawah tanah, dll).

Kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan memungkinkan dilaksanakannya pembuatan jaringan bawah laut (terowongan bawah laut) yang mampu menjadi alternativ transportasi dan jaringan kabel bawah laut maupun pipa gas bawah laut. Jaringan ini seharusnya lebih dikembangkan melihat jarak antar pulau yang relatif masih dekat sehingga lebih mudah terealisasi.

• Penyediaan data geologi rinciKondisi Indonesia yang berada di jalur pertemuan lempeng benua dan lem-

peng samudera merupakan daerah yang rawan terhadap bencana. Informasi geologi suatu daerah terutama perkotaan yang mempunyai gedung-gedung dan sarana prasarana pendukung sangat diperlukan terutama sebagai data awal un-tuk pembuatan rancang bangun suatu gedung maupun prasarana lainnya. Untuk itu penyediaan data geologi rinci merupakan hal wajib yang harus disediakan dalam penataan ruang.

• Penataan ruang berbasis geologiPenataan ruang sebagai satu kesatuan wilayah baik ruang darat, laut maupun

udara, termasuk juga di dalam bumi perlu dilakukan secara bijaksana, berdaya guna dengan berpedoman kepada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ru-ang wilayah dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Penataan ruang yang selama ini diterapkan masih berorientasi pada permu-kaan tanah belum mencakup sisi bawah permukaan tanah suatu wilayah. Untuk itu perlu dilakukan penataan ruang yang mencakup semua wilayah baik darat, laut, udara serta kondisi bawah tanah yaitu melihat kondisi geologinya.

Dari kebijakan Tata Ruang yang masih relevan hingga saat ini diperoleh bah-wa Penataan Ruang ditujukan untuk mempercepat pengembangan wilayah dan pemerataan pembangunan, yang dijabarkan dalam 2 program nasional, yaitu:

• Peningkatan Ekonomi Wilayah, dan • Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh. Salah satu indikator kinerja program di atas adalah meningkatnya optimasi

cara pemanfaatan sumber daya lahan dan air tanpa harus merusak lingkungan. Penataan ruang dalam upaya peningkatan ekonomi wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh masih akan menjadi aspek penting dalam pembangunan jangka pendek hingga jangka panjang. Hal ini diperkuat oleh ren-cana percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia.

Seiring dengan isu Tata Ruang dalam pembangunan, lingkungan geologi un-tuk penataan ruang merupakan isu pokok yang relevan dalam pembangunan. Hal ini berdasarkan alasan bahwa persoalan benturan penggunaan lahan yang mengharuskan disusunnya Rencana Tata Ruang sesungguhnya berlangsung pada ruang lingkup wilayah geologi. Contoh: benturan antara sektor pertambangan mineral industri (batupasir, gravel, dll.) dengan perlindungan sumber air, tempat pembuangan sampah, dan pemukiman.

3,7 Pengembangan Informasi GeologiPeran Geologi di masa depan akan terkait dengan upaya penyelenggaraan

dan pemberian informasi kegeologian yang akurat dan tepat kepada masyarakat. Berhubungan dengan kebutuhan akan analisis kegeologian dalam setiap aspek pembangunan terutama kewilayahan dan kebencanaan, maka setiap kebijakan di bidang geologi terutama yang menyangkut kepentingan masyarakat luas harus mencerminkan transparansi dan tepat sasaran.

Semua tujuan ini terkait dengan pengelolaan dan pengembangan sistem se-cara baik sumber-sumber daya informasi. Sumber daya informasi yang ada dikelola dengan benar sehingga merupakan suatu sistem informasi yang memberikan pe-layanan andal, terjangkau dan terpercaya kepada masyarakat luas, menjadi sarana komunikasi hubungan antar lembaga negara, dan memberi rangsangan bagi parti-sipasi masyarakat bagi penentuan kebijakan pemerintah.

Pencapaian tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang transparan, andal dan terjangkau harus diikuti dengan hubungan yang harmonis antara pusat dan daerah, antar lembaga pemerintah, mengingat banyaknya data dan informasi geologi yang juga dimiliki oleh lembaga pemerintah lain.

• Pengelolaan Data dan Informasi Geologi Nasional (Pusat-Daerah)Sistem informasi yang sudah dikembangkan berbagai instansi baik pusat mau-

Page 60: Road Map Badan Geologi 2010

108 109

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

pun daerah umumnya masih bersifat sektoral. Pertukaran data sangatlah penting dalam iklim otonomi daerah. Dengan cara itu semua pihak diuntungkan. Daerah terbantu dalam percepatan pengumpulan dan penyusunan data serta pemenuhan kewajibannya kepada Pemerintah berkenaan dengan informasi geologi. Pemerin-tah pun tertolong dalam penyusunan dan pemutakhiran basis data terkait sehingga diperoleh basis data yang lebih baik dan terkini untuk perencanaan dan penetapan kebijakan pengelolaan geologi. Untuk itu perlu dibuat sistem informasi terpadu di-mana sistem informasi yang ada di tiap-tiap instansi pemerintah baik pusat mau-pun daerah, merupakan bagian (sub sistem) dari sistem informasi tersebut.

Data dan informasi geologi dapat dipakai sebagai landasan bagi penetapan kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Contohnya adalah data geolo-gi mengenai air tanah dan cekungan air tanah, sistem hidrologi panas bumi, sistem hidrologi cekungan air tanah, peta daerah bencana geologi dan sebagain-ya yang akan sangat menentukan pembagian kewenangan antar setiap daerah. Oleh karena itu data tersebut adalah merupakan data strategis yang harus siap sebelum terjadi ketidakjelasan atau bahkan konflik antar daerah.

Peran dan fungsi geologi di masa depan harus disesuaikan dengan kebutuhan pusat dan daerah. Oleh karena itu Badan Geologi dituntut untuk mampu men-ciptakan keseimbangan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pu-sat dan daerah seperti yang telah dituangkan dalam Lampiran PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Pemerintahan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, sub Bidang Geologi.

• Kebutuhan Data Dasar Geologi Rinci Penyediaan informasi dasar bagi kepentingan pembangunan nasional berupa

peta-peta geologi dan analisis geologi (peta bertema) yang dapat dipakai sebagai landasan untuk pencarian dan peningkatan cadangan mineral, pencarian lahan bagi pembangunan pertanian, transmigrasi, dan pembangunan infrastruktur (jalan, bendungan, dll).

Aktivitas eksplorasi pertambangan dan perminyakan baik masa lalu maupun saat ini telah membuktikan bahwa Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar, untuk itu pemerintah berusaha meningkatkan pertumbuhan pada sektor energi dan sumber daya mineral. Hal yang paling penting dalam eksplorasi sum-

ber daya energi dan mineral adalah informasi geologi. Sumber daya energi dan mineral adalah hasil dari proses geologi, dan strategi eksplorasi ditentukan oleh faktor – faktor geologi dan lingkungan keterdapatan cebakan – cebakan miner-al dan energi tersebut. Informasi awal geologi yang paling penting adalah peta geologi. Tanpa peta geologi keberadaan sumber daya mineral dan energi tidak diketahui, dan program eksplorasi tidak dapat berjalan dengan lancar.

Oleh karena itu, pemetaan geologi adalah aktivitas utama yang tidak hanya untuk pencarian sumber daya air, energi (minyak dan gas bumi, batubara, panas bumi) dan mineral, tetapi juga dapat berfungsi sebagai dasar dalam penyeli-dikan geoteknik, pemetaan kebencanaan geologi, perencanaan pengembangan wilayah dan lain-lainnya. Tantangan lain yang dihadapi semua negara pada abad ke 21 termasuk di dalamnya kenaikan muka air laut, manajemen sampah dan mekanisme penyimpanan gas CO2. Pengetahuan tentang batuan yang pada saat ini telah menjadi sesuatu yang sangat penting terutama terkait dengan era peru-bahan lingkungan global.

Peta geologi skala kecil (skala 1: 250.000 dan skala 1: 100.000) yang terdiri dari 237 lembar telah selesai dipetakan pada tahun 1995. Peta geologi ini dijad-ikan peta dasar dalam identifikasi dan penilaian sumber daya alam di Indonesia, namun peta-peta tersebut belum memberikan informasi geologi secara maksi-mal. Dalam rangka menentukan strategi untuk penggunaan sumber daya alam negara secara optimal, Indonesia memiliki kebutuhan dan permintaan untuk menghasilkan informasi geologi dalam bentuk peta geologi berskala menengah hingga skala rinci. Dalam konteks ini, maka Badan Geologi akan melakukan kegia-tan pemetaan geologi skala 1:50.000 mulai tahun 2010.

• Pemasyarakatan Manfaat Informasi GeologiSaat ini sudah waktunya bagi Badan Geologi menyampaikan kepada mas-

yarakat tentang kondisi geologi Indonesia yang sebenarnya. Sudah menjadi ken-yataan bahwa Indonesia selain memiliki kekayaan yang berlimpah juga berada dalam “ring of fire”. Kedua kombinasi kekayaan serta bahaya ini harus disadari betul. Bahwa alam ini selalu berjalan-jalan dari satu kesetimbangan menuju ke kesetimbangan yang lain. Di sela-sela saat-saat perubahan kesetimbangan alam ini masyarakat harus pandai-pandai memanfaatkan peluangnya.

Page 61: Road Map Badan Geologi 2010

110 111

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Bencana gempa bumi yang disertai tsunami di Aceh 26 Desember 2004 telah “membangunkan” masyarakat untuk sadar akan kondisi tanah-airnya. Kepanikan oleh sebagian besar masyarakat yang sering muncul saat ini lebih disebabkan karena ketidak-tahuan. Masyarakat perlu diberikan informasi tentang mitigasi seperti apa yg diperlukan dan informasi kalau memang ada bahaya, serta in-formasi kalau memang ada sumber daya alam, karena masyarakat sudah mulai menyadari manfaat informasi geologi saat ini.

Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan fenomena atau gejala alam tersebut sangat diperlukan agar masyarakat, di satu sisi dapat me-manfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki secara efektif, efisien dan berkelanjutan, namun di lain sisi juga memiliki wawasan untuk melakukan mit-igasi bencana yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Semua itu merupakan kekuatan masyarakat yang dapat diandalkan untuk melanjutkan pembangunan nasional yang berkelanjutan.

3.8 Air dan Degradasi Lingkungan

• Pemenuhan kebutuhan air bakuAir merupakan kebutuhan dasar yang mutlak bagi manusia dan semua makh-

luk hidup untuk dapat bertahan hidup. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air bersih menjadi semakin meningkat terutama di daerah desa tertinggal/daerah sulit air. Untuk lokasi yang dengan kondisi hidrogeologi sulit air, air tanah adalah alternativ yang paling baik untuk pemenuhan kebutuhan air baku tersebut. Hingga saat ini terdapat 11.669 desa tertinggal yang membutuh-kan sumber air bersih yang berasal dari air tanah.

• Penurunan kuantitas dan kualitas air tanahPemanfaatan air tanah yang berlebihan dan tanpa kontrol menyebabkan

penurunan muka air tanah yang drastis terutama di daerah dengan pengambilan air tanah sangat intensif. Kondisi ini menyebabkan kuantitas serta kualitas air tanah menjadi terganggu. Penurunan kualitas air tanah juga dipicu oleh masuknya bah-an-bahan berbahaya (B3) ke dalam air tanah akibat pembuangan limbah yang sem-barangan. Kondisi ini dapat berakibat air tanah yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia menjadi tercemar dan berbahaya untuk dikonsumsi.

Pengambilan air tanah yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan muka air tanah serta dapat menyebabkan penurunan tanah (land subsidence) yang membahayakan bangunan yang ada di permukaan tanah.

• Pengelolaan dan inventarisasi air tanahPengelolaan sumber daya air terintegrasi antara air hujan, air permukaan,

dan air tanah tetap diperlukan menghadapi ancaman krisis air dan meningkatn-ya tekanan terhadap air yang sudah dialami beberapa wilayah di Indonesia sejak dasawarsa 1990-an. Bidang geologi dapat berkontribusi dalam pengelolaan sum-ber daya air teritegrasi, baik di tingkat pengambilan keputusan, maupun riset pengembangan sumber daya air antara lain melalui penyediaan peta hidrogeolo-gi, peta konservasi air tanah, perta daerah resapan air tanah, rancang bangun dan rekayasa air tanah; serta saran dan rekomendasi kebijakan pengelolaan air dari sisi air tanah;

Daerah di perkotaan dan kawasan cepat tumbuh telah mengalami kerusakan akibat pengambilan air tanah yang melampau daya dukungnya. Beberapa kawasan juga sangat strategsi sebagai daerah rasapan air yang penting untuk kawasan perkotaan, daerah cepat tumbuh, atau kawasan penting lainnya yang keterse-diaan airnya sudah memerlukan penanganan. Daerah-daerah atau kawasan-ka-wasan seperti tersebut memerlukan konservasi air tanah, baik konservasi vegetatif maupun konservasi non vegetatif. Bidang geologi ke depan akan semakin dituntut untuk berperan dalam konservasi air, terutama konservasi non vegetatif, melalui perumusan kebijakan dan pengaturan, data dan informasi (a.l. peta konservasi), rancang bangun (a.l. sumur resapan), dan jasa riset konservasi air tanah.

Pengembangan airtanah untuk penyediaan air bersih di desa tertinggal mer-upakan bagian dari pengembangan air tanah di pedesaan (groundwater develop-ment in rural area). Pemecahan isu tersebut sekurang-kurangnya harus mampu menjawab persoalan-persoalan berikut:

1. Sumber air tanah harus tesedia secara berkelanjutan, 2. Sumber air tanah harus disediakan pada jarak terjangkau dari lokasi

pemukiman, kampung, atau bagian lain dari desa, 3. Jarak dari titik sumber air ke lokasi penggunaan tidak melebihi jarak ter-

tentu berdasarkan hasil kajian,

Page 62: Road Map Badan Geologi 2010

112 113

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

4. Tipe dan jenis sumur atau sumber air lainnya haruslah diadaptasikan pada kemampuan teknis, kebiasaan dan adat istiadat penduduk pengguna;

5. Instalansi yang diterapkan haruslah layak secara ekonomi.

• Degradasi lingkunganDaerah di perkotaan dan kawasan cepat tumbuh telah mengalami degradasi

lingkungan akibat pencemaran baik oleh limbah industri maupun limbah domes-tik. Intrusi air laut dan naiknya gelombang air laut ke daratan (ROB) di daerah pesisir pantai merupakan masalah serius bagi masyarakat di daerah tersebut. Bidang geologi ke depan akan semakin dituntut untuk berperan dalam penanga-nan kondisi lingkungan yang semakin rusak dan terdegradasi.

• Perubahan iklimIndonesia senantiasa berpartisipasi dalam upaya-upaya global untuk me-

mecahkan isu atau permasalahan bersama yang dihadapi umat manusia, dian-taranya isu perubahan iklim dengan prinsip bebas dari kepentingan bangsa lain. Berhadapan dengan isu perubahan iklim, penting bagi Indonesia untuk terlebih dahulu melakukan riset tentang climate change proof sebagai sebuah scientif-ic basis dan membangun ketahanan (resilience) terhadap isu perubahan iklim bagi Indonesia Bidang geologi dapat berperan dalam upaya-upaya untuk climate change proof melalui pendekatan (proxy) pembuktian ada atau tidak adanya pe-rubahan iklim di masa lalu yang diperoleh melalui riset iklim purba (paleocli-mate). Riset dari bidang geologi ini bersama-sama dengan respon dan upaya scientific basis dari sektor iklim dan sektor lainnya akan berperan penting, baik dalam rangka climate change proof maupun ketahanan terhadap isu perubahan iklim;

Lepas dari pengaruh pemanasan global, indikasi perubahan iklim global telah tampak dan menyebabkan kenaikan muka air laut dan perubahan pola curah hujan yang dapat berdampak pada penurunan sumber daya air dan perubahan fenomena kebencanaan, seperti longsor yang diikuti oleh banjir bandang. Sesuai respon tingkat global dan nasional, upaya untuk menghadapi dampak perubah-an iklim dilakukan dengan dua langkah utama secara bersamaan, yaitu: mitigasi dan adaptasi. Dalam adaptasi, bidang geologi dapat berperan antara lain melaui

rekomendasi, penyediaan informasi dan riset dan kajian kerentanan air tanah untuk adaptasi terhadap bahaya pada ketersediaan air akibat perubahan iklim, dan bahaya intrusi air laut pada kawasan pesisir dan pantai akibat kenaikan muka laut; serta kerentanan terhadap bahaya longsor. Didalam upaya mitigasi, bidang geologi dapat berkontribusi antara lain melalui riset atau penyediaan informa-si tentang formasi batuan yang dapat menyimpan gas rumah kaca (GRK), dan cadangan batubara dengan kandungan GRK yang rendah.

Daerah yang mengalami amblesan akibat penurunan muka airtanah rentan terhadap bahaya banjir di musim penghujan atau saat kenaikan muka air laut (sea level rise; SLR) di kawasan dekat pantai. Bidang geologi dapat berkontribusi dalam deliniasi dan pemberian rekomendasi penanganan kawasan rentan terh-adap bahaya banjir tersebut.

Indonesia masih memerlukan pembangunan jalan raya sesuai dengan salah satu prioritas Pembangunan Nasional yaitu penguatan infrastruktur. Pembangu-nan akses jalan raya juga merupakan salah satu program MDG’s di Indonesia. Data dasar geologi dan geologi teknik sangat diperlukan dalam pembangunan jalan raya, sehingga bidang geologi sudah semestinya berperan dalam penye-diaan informasi yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur penting tersebut.

Page 63: Road Map Badan Geologi 2010

114 115

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

4.1. Arah Umum KebijakanDalam Mengisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-

2025), maka Peran dan Fungsi Geologi akan lebi ditekankan pada:”Mengungkapkan Sumber Daya Geologi melalui Penyelidikan, Penelitian

dan Aplikasi Bagi Pengembangan Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Kewilayahan serta Melayani Informasi Kegeologian untuk Kepentingan dan Kes-ejahteraan Masyarakat”.Peran dan fungsi tersebut dapat tercapai melalui berbagai aspek, antara lain:

1. Penguatan dan peningkatan peran utama kegeologian dalam fungsi keekono-mian, khususnya berkaitan dengan peranan sumber daya geologi sebagai tulang punggung dalam eksplorasi dan eksploitasi mineral yang menjadi sum-ber utama pendapatan negara, sehingga sumber daya geologi ikut menyum-bang bagi peningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan na-sional di bidang pertambangan dan perluasan kesempatan serta penyerapan tenaga kerja khususnya di daerah-daerah yang mempunyai potensi mineral yang dapat dikembangkan oleh masyarakat.

2. Meningkatkan peran geologi dalam penyediaan informasi dasar bagi kepent-ingan pembangunan nasional berupa peta-peta geologi dan analisis geologi (peta tematik) yang dapat dipakai sebagai landasan untuk pencaharian dan peningkatan cadangan mineral (eksplorasi), pencaharian lahan bagi pemba-ngunan pertanian, transmigrasi, pembangunan infrastruktur (jalan, bend-ungan, dll) dan sebagai salah satu landasan bagi antisipasi dampak “global warming”.

BAB IVARAH KEBIJAKAN DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN

BIDANG GEOLOGI

3. Peningkatan peran geologi bagi pembangunan kewilayahan dan lingkungan hidup, khususnya data geologi untuk tata ruang, bencana alam, sarana prasa-rana dan air bersih, batas-batas pengelolaan sumber daya geologi bagi oto-nomi daerah, geowisata, kepewarisan kekayaan alam nasional baik di darat maupun di lautan.

4. Peningkatan peran dan fungsi geologi dalam partisipasi menjaga Hamkam-nas dengan mengungkap potensi geologi di wilayah luar Kepulauan Indonesia dan ikut berperan serta dalam analisis Strategi Mineral Indonesia yang dapat menjamin keberlangsungan tersedianya bahan-bahan dasar (life line of sup-ply) bagi pembangunan nasional.

5. Peningkatan peran geologi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan te-knologi melalui riset ilmiah maupun aplikatif bagi peningkatan pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat serta pengembangan teknologi bagi perlindungan terhadap ancaman bencana alam geologi (peringatan dini dsb). Peningkatan geologi dalam peran pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pusat riset dan pusat studi geologi bertaraf internasi-onal dengan periset dan mahasiswa lintas negara.

6. Peningkatan peran geologi dalam aspek lainnya baik secara nasional maupun internasional, khususnya berkenaan dengan kondisi global seperti dampak ”global warming”, peringatan dini bencana alam geologi (tsunami, abu gunung api bagi penerbangan dsb), masalah terumbu karang dunia yang be-rada di paparan benua di Indonesia, dan kegiatan pengelolaan dan pengatur-an (manajemen) kekayaan alam lintas sektoral.

Selain di bidang mineral, peranan geologi di bidang lainnya dalam pembangu-nan nasional saat ini dirasakan belum cukup. Peran geologi baru tampak ketika diberlakukan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pembangunan yang dilakukan saat ini yang terutama terkait dengan otonomi daerah masih jauh dari pembangunan yang melibatkan pengetahuan dan peran geologi. Sehubung-an dengan hal ini, perlu dilakukan pendekatan yang komprehensif dan mem-

Page 64: Road Map Badan Geologi 2010

116 117

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

perhatikan faktor-faktor yang terkait dengan tata ruang berupa kemampuan dan kerawanan geologi.

Sejauh ini banyak pelaku pembangunan yang menganggap bahwa ”geologi adalah sebagai penimbul masalah”. Hal ini berkaitan dengan tatanan geologi yang secara regional berada pada wilayah rawan. Untuk menghindari anggapan yang keliru seperti itu, maka masyarakat geologi maupun instansi geologi ha-rus memiliki hubungan dan komunikasi yang lancar dengan bidang keilmuan dan lembaga-lembaga lain. Informasi geologi tentang kebencanaan perlu dihimpun dalam satu sistem informasi atau database dengan cara memaksimalkan komu-nikasi antar instansi. Dalam hal ini masyarakat geologi dapat diwakili oleh Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).

Geologi menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi (prasyarat) dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional, terutama terkait dengan penata-an ruang. Oleh karena itu geologi dapat menjadi pionir dalam pembangunan bukan hanya sekedar menjadi pendukung. Geologi harus mampu tampil sebagai pemandu (guide) terhadap setiap pengambilan kebijakan terkait pelaksanaan pembangunan dan tata ruang yang berkelanjutan. Geologi di masa depan juga harus mampu memberikan data informasi untuk pengmbilan kebijakan penata-an ruang di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar.

Karena geologi menjadi tulang punggung dalam eksplorasi dan penyediaan mineral bagi pembangunan pertambangan yang menjadi sumber penting dalam pembangunan nasional, maka para pelaku bidang geologi harus diikuti dengan sikap yang militan berpikir strategis dari makro ke mikro dan selalu berorienta-si ke depan. Hal tersebut dapat terjadi antara lain dengan melakukan transfor-masi atau perubahan perilaku, Badan Geologi sebagai sebuah lembaga berikut para aparaturnya perlu mengambil kutur kerja dari sistem participation menjadi sistem involvement.

Peneropongan peran dan fungsi geologi masa depan dicoba ditelusuri dengan berbagai diskusi dengan pakar, berbagai kalangan terkait (stake holder), maupun jajak pendapat. Nampak bahwa harapan geologi sebagai tulang punggung di sek-tor Energi dan Sumber Daya Mineral masih menempati sekitar 65%, artinya geolo-gi masih merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Departemen ESDM, na-mun dengan berbagai tahapan strategis serta tanggung jawab yang semakin besar

maka kehadiran institusi kegeologian secara nasional yang menampilkan tugas dan fungsi geologi secara utuh baik sumber daya geologi maupun kebencanaan geolo-gi, lingkungan dan kewilayahan (sekitar 35% dari penelusuran curah pendapat), sudah mulai dirintis dan ditampilkan mulai tahapan ketiga rencana jangka menen-gah. Berbagai dimensi peran geologi yang ditampilkan dari curah pendapat dan berbagai penelusuran pakar dapat dilihat pada diagram di lampiran.

Sebagai penyedia data dan informasi utama dalam geologi maka, pemetaan geologi beserta peta tematiknya nampaknya masih perlu dilakukan secara ter-us menerus dengan lebih sistematis dan detail, walaupun secara sekala besar wilayah Indonesia sudah terliputi, namun dalam skala regional 1:100.000, semi detail 1:50.000 dan skala detail 1:25.000 masiih harus menjadi perhatian utama.

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan data-data pendukung di atas, maka sumber daya geologi yang tak terbarukan pemanfaatannya harus seefisien mungkin dengan stategi terus meningkatkan cadangan yang diarahkan untuk mendukung penyediaan kebutuhan dalam neg-eri. Dilihat dari sudut keekonomian, Indonesia masih kaya mineral asal dilakukan eksplorasi yang optimal. Oleh karena itu, peran geologi masih sangat tinggi. Per-an geologi masih kepada mengungkapkan kekayaan sumber daya geologi secara lebih akurat dan detail untuk menambah jumlah cadangannya. Berbagai strategi yang merupakan langkah Badan Geologi dalam menunjang Rencana Pembangu-nan Jangka Panjang Nasional adalah:

a. Peningkatan inventarisasi sumber daya geologi baik berupa data dasar dalam bentuk peta geologi maupun analisis geologi melalui peta tematik dan konsep-konsep dasar untuk melandasi inventarisasi dan eksplorasi mineral sumber daya geologi;

b. Peningkatan inventarisasi data geologi untuk kewilayahan dan tata ruang, bencana alam geologi, “Global Warming” dan ketahanan nasional;

c. Intensifikasi riset dasar, riset aplikatif, analisis konsep dan pengembangan teknologi;

d. Peningkatan sumber daya manusia;e. Reposisi peran dan fungsi Badan Geologi;f. Peningkatan sarana dan prasarana;g. Peningkatan komunikasi dan sosialisasi data dan informasi geologi.

Page 65: Road Map Badan Geologi 2010

118 119

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Pemantapan data dasar geologi rinci

Peningkatan pemanfaatan energi alternatif

Peningkatan status sumber daya dan cadangan energi dan mineral untuk kawasan andalan dan kawasan strategis nasional

Penyiapan Wilayah Kerja Pertambangan dan Wilayah Pertambangan

Optimalisasi

pemanfataan air tanah

Pemantapan penerapan informasi geologi lingkungan sebagai data dasar penataan ruang dan pengembangan wilayah

Pemantapan penerapan teknologi mitigasi bencana dan peningkatan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana

Pengembangan konsep dan model geologi Indonesia

Penyelesaian data dasar geologi regional

Pengungkapan

potensi sumber daya geologi

Penyediaan air bersih

Penyediaan data dasar geologi rinci

Peningkatan status potensi sumber daya mineral dan energi

Penyiapan Wilayah Kerja Pertambangan dan Wilayah Pertambangan

Pemenuhan kebutuhan air bersih bersumber air tanah

Pemenuhan data dan

informasi geologi lingkungan untuk penataan ruang

Penguasaan Iptek mitigasi gunung api dan bencana geologi

Penerapan konsep

geologi

Revitalisasi kelembagaan

Pemahaman perubahan iklim

Pengembangan data dan informasi untuk memperkecil resiko eksplorasi dan meningkatkan kualitas hidup,

Pemantapan mitigasi kebencanaan untuk mendukung keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Peningkatan status sumber daya dan cadangan energi dan mineral untuk pencadangan negara

Penyiapan Wilayah Kerja Pertambangan dan Wilayah Pertambangan

Peningkatan nilai tambah sumber daya mineral dan energi

Meningkatkan

Kesejahteraan

Rakyat

Meningkatkan kualitas

SDM, membangun

kemampuan iptek,

memperkuat daya saing

perekonomian

Pembangunan keunggulan

kompetitif perekonomian

yang berbasis SDA tersedia

Pembangunan di segala

bidang dengan struktur

perekonomian yang

kokoh berlandaskan

keunggulan kompetitif

Gambar 4.1 Tahapan RPJM bidang geologi (dalam kotak berwarna) berdasarkan tahapan RPJMN sebagaimana dalam RPJPN (di bagian bawahnya masing-masing tahapan).

Strategi Badan Geologi tersebut harus diarahkan agar sesuai dengan Ren-cana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Geologi harus ber-peran sebagai pioner bukan hanya sebagai pendukung, karena semua sektor kehidupan terutama sumber pendapatan negara terbesar sangat tergantung dari peran geologi dalam mengeksplorasi dan akan menyingkap data dan infor-masi sumber daya geologi tersebut. Geologi sangat menentukan keberhasilan penemuan sumber daya menjadi cadangan secara optimal melalui kegiatan penyelidikan dan penelitian, pengeboran hingga proses eksploitasi yang baik dan benar.

Peran geologi juga menentukan segi-segi kehidupan rakyat karena geologi berperan penting dalam perencanaan kewilayahan, terutama kemudian akan terkait dengan kawasan rawan bencana alam, penyediaan air bersih, sarana dan prasarana kehidupan. Oleh karena itu peran geologi untuk masa yang akan datang terutama dalam mengisi rencana pembangunan jangka panjang nasional harus benar-benar diperhatikan, dan didayagunakan secara optimal.

Rencana Pembangunan di Indonesia hingga tahun 2025 mengacu kepada Un-dang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangkan Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Didalam RPJPN 2005-2025 terkandung amanat yang menjadi tugas pokok pelaksanaan pembangunan bidang geologi dalam tahapan 5 tahunan (RPJMN) sebagaimana pada Gambar 4.1. Roadmap Badan Geologi menjadi salah satu acuan dalam penyusunan RPJM 2010-2014 Badan Geologi. Tiga hal yang penting dari roadmap Badan Geologi yang menjadi rujukan dalam penyusunan RPJM 2010-2014 Badan Geologi adalah fungsi geolo-gi, arah masa depan geologi 2005-2025, dan tahapan rencana pembangunan bidang geologi 2005-2025.

Arah masa depan pembangunan bidang geologi 2005-2025 ditandai dengan 9 (sembilan) aspek, yaitu: 1) inventarisasi data dan infromasi sumber daya geologi, 2) peningkatan mitigasi bencana geologi khususnya letusan gunungapi dan tanah longsor; dan serta kontribusi pada mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami; 3) inventarisasi data dan inforamsi geologi untuk kewilayahan dan tata ruang, 5) intensifikasi riset geologi, 6) peningkatan sumber daya manusia, 7) peningkatan sarana dan prasarana, 8) reposisi peran dan fungsi geologi, dan 9) peningkatan komunikasi dan sosialisasi data dan informasi geologi.

Inventarisasi data dan informasi sumber daya geologi meliputi: 1) pemetaan geologi secara detail, termasuk penuntasan pemetaan geologi regional; pe-metaan semi detail untuk seluruh wilayah Indonesia daratan maupun bawah lautan, serta merintis pemetaan dalam skala detail; 2) pemutakhiran peta geologi dan pemetaan geologi tematis sumber daya geologi berkaitan dengan kemajuan sistem informasi berbasis digital dan kemajuan teknologi remote sensing; 3) penyelidikan dan penelitian sumber daya geologi dan pemetaan tematik sumber daya geologi yang meliputi: Intensifikasi dan ekstensifikasi penyelidikan dan penelitian di kawasan yang berpotensi mempunyai sumber

Page 66: Road Map Badan Geologi 2010

120 121

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

daya mineral dan energi, termasuk prioritas sumber daya panas bumi, batuba-ra, CBM, dan oil shale.

Peningkatan mitigasi bencana geologi khususnya letusan gunungapi dan tanah longsor; dan serta kontribusi pada mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. Arah ini meliputi Ketersediaan informasi dan pedoman kebencanaan geologi, dan pemberian rekomendasi teknis dapat meningkatkan pemahaman dan kes-iap-siagaan kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan masyarakat dalam menghadapi bencana geologi, sehingga dapat mengurangi korban jiwa dan ker-ugian harta benda. Badan Geologi akan melakukan pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gunungapi, Gempabumi, Tsunami, Gerakan tanah dan menyusun kat-alog gempabumi merusak tahun 1629 – 2014 serta memberikan rekomendasi teknis. Selain itu akan disusun rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sum-ber Daya Mineral tentang Pedoman Mitigasi Bencana Geologi dan Pengurangan Resiko Bencana Geologi.

Kemandirian dalam sistem peringatan dini kebencanaan geologi dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta memantapkan dalam penerapan te-knologi mitigasi bencana. Badan Geologi akan mengembangkan rancang bangun dan rekayasa teknologi, penerapan metoda baru pemantauan, pemanfaatan te-knologi VSAT pemantauan gunungapi dan pemantauan gerakan tanah di daerah vital dan strategis untuk menunjang sistem peringatan dini.

Peningkatan inventarisasi data geologi untuk Kewilayahan dan Tata Ruang meliputi: 1) pemetaan geologi lingkungan regional dan semi detail secara leb-ih sistematis dan teraplikasi khususnya menggambarkan daya dukung geologi untuk wilayah dengan kecenderungan perkembangan wilayah dan pertumbu-han ekonomi yang pesat, 2) pemetaan dan inventarisasi kebencanaan geologi dalam skala memadai sehingga merupakan informasi akurat dan tepat sasaran dalam perencanaan pengembangan wilayah; 3) peningkatan inventarisasi data keunikan geologi untuk kepewarisan geologi dan pengusulannya sebagai wilayah konservasi; 4) peningkatan pemenuhan air bersih dari air tanah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa terpencil yang sulit air; 5) pen-carian potensi geologi yang dapat menunjang peningkatan dan pengembangan pertanian dan perkebunan khususnya untuk ketahanan pangan dan komoditi pertanian internasional.

Intensifikasi riset geologi meliputi: 1) riset untuk pengembangan ilmu geologi aplikatif yang dapat menunjang dan bermanfaat secara langsung dalam men-dukung pencapaian Rencana Jangka Panjang Nasional, 2) peningkatan riset da-lam pengkajian konsep kegeologian untuk menunjang eksplorasi mineral khu-susnya menambah cadangan baik di laut maupun di daratan, 3) intensifikasi riset untuk pengembangan aplikasi dan teknologi eksplorasi sehingga hasilnya dapat diaplikasikan untuk menambah jumlah cadangan mineral dan sumber energi; 4) intensifikasi riset aplikatif untuk pengembangan teknologi bagi perlindungan masyarakat terhadap bencana alam geologi seperti pengembangan teknologi peringatan dini; 5) riset untuk aplikasi geologi yang terkait dengan lingkungan dan kesehatan masyarakat, seperti misalnya riset di bidang geomedik; 6) Hak paten dan Hak atas Kekayaan Intekektual (HaKI) hasil riset; 7) rekayasa teknologi, rancang bangun dan permodelan dalam sumber daya geologi, geologi lingkun-gan dan kebencanaan geologi.

Peningkatan sumber daya manusia, meliputi: 1) peningkatan jumlah peneli-ti khususnya yang berkompeten terkait dengan jenjang pendidikan S2 Magister dan S3 Doktor; 2) diversifikasi keahlian sumber daya manusia dengan kemam-puan mensosialisasikan dan menginformasikan hasil survei dan riset geologi un-tuk kepentingan pembangunan dan masyarakat dalam informasi yang mudah diterima oleh pemakai; 3) peningkatan status penyelidik/surveyor/pengamat di pos pengamatan gunung api melalui pendidikan S1.

Reposisi peran dan fungsi Badan Geologi, meliputi: 1) peran Badan Geologi sebagai tulang punggung dan ujung tombak dalam data dan informasi kekayaan sumber daya mineral dan energi seluruh wilayah Indonesia; 2) peran Badan Geologi sebagai tulang punggung data dan informasi geologi yang teraplikasi lingkungan dan kewilayahan khususnya tata ruang, sarana/prasarana wilayah, kebencanaan geologi; 3) revitalisasi fungsi untuk meningkatkan pertukaran data dan informasi, serta pelayanan informasi geologi ke daerah melalui jaringan unit pelaksana teknis di daerah.

Peningkatan sarana dan prasarana, meliputi: 1) peningkatan kualitas dan kuantitas peralatan laboratorium riset bertaraf unggul dalam skala kualitas in-ternasional dan laboratorium pelayanan untuk kepentingan masyarakat; 2) pen-ingkatan kualitas dan kuantitas peralatan survei geologi, geofisika dan geokimia;

Page 67: Road Map Badan Geologi 2010

122 123

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

3) peningkatan prasarana gedung dan laboratorium lapangan; 4) peningkatan titik pengamatan dengan peralatan otomatis untuk wilayah yang berpotensi bencana geologi; 5) peningkatan jumlah pos dan peralatan pengamatan, satu pos untuk setiap satu gunung api; 6) pembentukan Unit Pelaksana Teknis “Regional Center for Volcanic Monitoring and Geological Disaster Prevention” di wilayah-Sulawe-si-Maluku, Flores-Nusa Tenggara, Sumatera, dan Jawa-Bali, untuk meningkatkan pengumpulan data dan informasi dan pelayanan teknis kepada masyarakat secara langsung tentang bencana geologi; 7) peningkatan pengelolaan dokumen hasil kegiatan kegeologian, dan 8) peningkatan pengelolaan sistem informasi geografis dan bank data sumber daya geologi, geologi lingkungan dan kebencanaan geologi.

Peningkatan komunikasi dan sosialisasi data dan informasi geologi meliputi: 1) peningkatan sosialisasi untuk kepentingan pembangunan di daerah sejalan dengan rintisan jaringan sistem informasi geologi dengan setiap propinsi; 2) peningkatan komunikasi dan sosialisasi data geologi secara nasional dan internasional, lintas disiplin dan lintas instansi khususnya untuk pengembangan kewilayahan dan untuk kepentingan pertahanan keamanan antara lain di lingkar luar perbatasan Indone-sia; 3) peningkatan sosialisasi dan komunikasi informasi data kewilayahan terkait dengan potensi kesuburan tanah dan kecocokan pertanian untuk menunjang pen-ingkatan dan ketahanan pangan; 4) peningkatan peran dan fungsi kolokium serta peran media penerbitan; 5) peningkatan kualitas dan kuantitas peran museum dan perpustakaan geologi.; 6) penyelenggarakan website dan terbitan bertaraf interna-sional.; 7) peningkatan pengelolaan dokumen hasil kegiatan kegeologian; dan 8) peningkatan pengelolaan sistem informasi geografis dan bank data sumber daya geologi, geologi lingkungan dan kebencanaan geologi.

Untuk mencapai berbagai arah dalam rangka menunjang pencapaian RPJPN 2005 – 2025 maka diperlukan pentahapan pelaksanaan program dan kegiatan. Tahapan merujuk kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yaitu kurun waktu 5 (lima) tahunan sesuai amanah dalam Undang-undang ten-tang RPJPN. Roadmap Badan Geologi juga memuat pentahapan pembangunan bidang geologi dalam periode lima tahunan. Pentahapan tersebut menjadi salah satu acuan didalam penyusunan Renstra Badan Geologi 2010-2014.

Sebagai tindak lanjut dari kebijakan pembangunan bidang geologi, telah di-identifikasi sebanyak 7 (tujuh) agenda pembangunan bidang geologi 2010-2014.

Masing-masing agenda tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi sub agenda atau induk dari rencana aksi. Ketujuh agenda dan penjabarannya masing-masing ada-lah berikut ini:

1. Agenda Pengembangan Sumber Daya Energi2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Mineral3. Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah4. Agenda Mitigasi Bencana Geologi5. Agenda Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang 6. Agenda Pengembangan Geo-Informasi7. Agenda Tata Laksana Kepemerintahan

4.2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Energi4.2.1 Kebijakan

Kebijakan merupakan cara untuk mencapai suatu sasaran atau permasalahan yang menjadi isu utama dalam rencana pembangunan yang memiliki dampak besar terhadap pencapaian sasaran bidang geologi untuk mendukung ketah-anan dan kemandirian energi. Dalam rangka mancapai sasaran pembangunan ketahanan dan kemandirian energi, kebijakan umum bidang geologi diarahkan pada sembilan agenda kebijakan, yaitu:

1. Pengungkapan potensi sumber daya geologi; 2. Peningkatan manajemen sumber daya geologi yang menekankan pada

alokasi dan konservasi sumber daya; 3. Pengungkapan potensi geologi lingkungan; untuk penataan ruang dan

pengelolaan lingkungan;4. Pemenuhan kebutuhan air bersih dari pemanfaatan air tanah;5. Peningkatan kemampuan mitigasi bencana geologi;6. Peningkatan ketersediaan data dasar geologi;7. Pengembangan konsep geologi untuk pengungkapan potensi geologi; 8. Peningkatan pelayanan publik melalui pengelolaan, penyediaan serta

penyebarluasan data dan informasi sumber daya geologi;9. Pemberdayaan kerja sama internasional dalam rangka peningkatan

hubungan diplomatik dan pencarian sumber-sumber potensi geologi.Untuk melaksanakan kebijakan umum bidang geologi tersebut, maka kebija-

Page 68: Road Map Badan Geologi 2010

124 125

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

kan pengembangan sumber daya energi difokuskan pada lima hal pokok, yaitu:1. Peningkatan pengungkapan potensi sumber daya energi fosil dan panas

bumi;2. Peningkatan eksplorasi bidang energi fosil dan panas bumi oleh industri;3. Peningkatan manajemen sumber daya energi yang menekankan pada alo-

kasi dan konservasi sumber daya energi;4. Pengembangan rancang bangun/perekayasaan bidang sumber daya energi;5. Pengembangan penelitian terkait perubahan iklim.

4.2.2. Sasaran Sasaran merupakan kondisi yang ingin dicapai oleh Badan Geologi setiap ta-

hun terkait pengembangan sumber daya energi dalam rangka pencapaian ketah-anan dan kemandirian energi. Sasaran ditetapkan berdasarkan kebijakan umum bidang geologi selama 5 tahun. Sasaran pengembangan sumber daya energi yang akan dilakukan oleh Badan Geologi adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya data dan informasi serta meningkatnya status sumber daya dan cadangan energi fosil dan panas bumi;

2. Terkelolanya sumber daya gambut;3. Tersedianya data kajian wilayah keprospekan sumber daya energi Indonesia; 4. Tersedianya Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi baru untuk

mendukung program pembangkit listrik 10.000 MW Tahap 2;5. Tersedianya Wilayah Pertambangan (WP) energi fosil untuk menunjang

kesinambungan energi nasional;6. Tersedianya neraca sumber daya energi fosil dan panas bumi; 7. Optimalnya nilai tambah keekonomian untuk terwujudnya pemanfaatan

sumber daya energi yang berkelanjutan; 8. Tersedianya hasil rancang bangun/perekayasaan sumber daya energi fosil

dan panas bumi;9. Tersedianya hasil kajian geological storage siting untuk gas CO2.

4.2.3.TahapanPencapaianLingkup Milestone Sumber Daya Energi Tahun 2010 – 2025 antara lain di-

fokuskan pada:

1. Survei Pendahuluan/Eksplorasi Panas Bumi 2. Penyelidikan Energi Fosil (Batubara, CBM, Gambut, Bitumen Padat)

Gambar 4.2 Milestone Survei Pendahuluan/Eksplorasi Panas Bumi

Gambar 4.3 Milestone Penyelidikan Energi Fosil.

Page 69: Road Map Badan Geologi 2010

126 127

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

4.3. Agenda Pengembangan Sumber Daya Mineral4.3.1 Kebijakan

Dalam rangka mancapai sasaran pembangunan pengelolaan sumber daya mineral dan pertambangan, kebijakan umum bidang geologi diarahkan pada sembilan agenda kebijakan, yaitu:

1. Pengungkapan potensi sumber daya geologi;2. Peningkatan manajemen sumber daya geologi yang menekankan pada

alokasi dan konservasi sumber daya; 3. Pengungkapan potensi geologi lingkungan untuk penataanruang dan pen-

gelolaan lingkungan untuk penataan ruang dan pengelolaan lingkungan;4. Pemenuhan kebutuhan air bersih dari pemanfaatan air tanah;5. Peningkatan kemampuan mitigasi bencana geologi;6. Peningkatan ketersediaan data dasar geologi ;7. Pengembangan konsep geologi untuk pengungkapan potensi geologi;8. Peningkatan pelayanan publik melalui pengelolaan, penyediaan serta

penyebarluasan data dan informasi sumber daya geologi;9. Pemberdayaan kerja sama internasional dalam rangka peningkatan

hubungan diplomatik dan pencarian sumber-sumber potensi geologi.

Untuk melaksanakan kebijakan umum bidang geologi tersebut, maka kebi-jakan pengembangan sumber daya mineral difokuskan pada enam hal pokok, yaitu :

1. Peningkatan pengungkapan potensi sumber daya mineral; 2. Peningkatan eksplorasi bidang mineral oleh industri;3. Peningkatan manajemen sumber daya mineral yang menekankan pada

alokasi dan konservasi sumber daya mineral;4. Pengembangan rancang bangun/ perekayasaan bidang sumber daya min-

eral;5. Pengembangan penelitian terkait perubahan iklim;6. Pengembangan penelitian untuk medical geology.

4.3.2. Sasaran Sasaran merupakan kondisi yang ingin dicapai oleh Badan Geologi setiap ta-

hun terkait pengembangan sumber daya mineral, ditetapkan berdasarkan kebi-jakan umum bidang geologi. Sasaran pengembangan sumber daya mineral yang akan dilakukan oleh Badan Geologi adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya data dan informasi, serta meningkatnya status sumber daya dan cadangan mineral;

2. Tersedianya data kajian wilayah keprospekan sumber daya mineral Indo-nesia;

3. Tersedianya Wilayah Pertambangan (WP) mineral; 4. Tersedianya neraca sumber daya mineral;5. Optimalnya nilai tambah keekonomian untuk terwujudnya pemanfaatan

sumber daya mineral yang berkelanjutan; 6. Tersedianya hasil rancang bangun/perekayasaan bidang sumber daya

mineral; 7. Tersedianya hasil kajian geological storage siting untuk gas CO2 dan pe-

manfaatan batuan ultrabasa dan basalt sebagai penangkap gas CO2; 8. Tersedianya data dan informasi batuan, mineral, unsur kimia, gas, air,

abu volkanik untuk mendukung kesehatan masyarakat (medical geolo-gy).

9. Tersedianya data dan informasi potensi sumber daya mineral untuk bah-an baku industry pertambangan strategis dalam negeri.

4.3.3.TahapanPencapaianLingkup Milestone Sumber Daya Mineral Tahun 2010 – 2025 antara lain di-

fokuskan pada: 1. Eksplorasi Bijih Besi dan Pasir Besi 2. Eksplorasi Endapan Bauksit 3. Eksplorasi Endapan Gamping4. Eksplorasi Endapan Zeolit5. Eksplorasi Endapan Bentonit6. Eksplorasi Endapan Wollastonit dan Oksida Allumina7. Eksplorasi Endapan Batuan Ultrabasa8. Eksplorasi Endapan Potassium dan Fosfat

Page 70: Road Map Badan Geologi 2010

128 129

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

4.4. Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah4.4.1 Kebijakan

Kebijakan yang akan dilaksanakan terkait dengan bidang sumber daya air tanah terdiri dari:

a. Pengelolaan data dan informasi air tanahb. Pengungkapan sumber daya air tanahc. Peningkatan pemenuhan kebutuhan air bersih bersumber dari air tanahd. Peningkatan pelaksanaan konservasi air tanahe. Peningkatan pengendalian pengambilan air tanahf. Peningkatan fasilitas penyelesaian konflik pengelolaan air tanah

4.4.2 Sasaran Sasaran utama agenda pengembangan sumber daya air tanah difokuskan

pada:1. Terkelolanya data dan informasi air tanah/hidrogeologi2. Tersedianya data dan informasi air tanah/hidrogeologi3. Tersedianya air bersih di daerah sulit air dan desa tertinggal4. Terlaksananya konservasi air tanah5. Terkendalinya pengambilan air tanah6. Terselesaikannya konflik pengelolaan air tanah

4.4.3.TahapanPencapaiana. Penyediaan air bersih di desa tertinggal/daerah sulit air

Air sebagai kebutuhan dasar manusia serta semua makhluk hidup adalah

hal mutlak yang harus dipenuhi. Dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan air bersih juga semakin meningkat, terlebih kebutuhan air bersih untuk masyarakat di desa tertinggal/ daerah sulit air. Mengingat ketersediaan sumber air yang semakin terbatas, sulit dan bahkan tidak dapat diperoleh disebabkan oleh kondisi geologi dan hidrogeologinya, maka sumber air yang berasal dari air tanah merupakan salah satu alternatif yang dipandang tepat untuk mencukupi kebutuhan air bersih tersebut.

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan penyediaan air bersih di desa tertinggal/daerah sulit air ini adalah untuk memberikan pelayanan dan jaminan keterse-diaan kebutuhan air bersih yang diprioritaskan bagi masyarakat di daerah desa tertinggal/sulit air di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Man-faat yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah terbangunnya suatu sarana air bersih berupa sumur bor yang dapat digunakan oleh penduduk setempat untuk me-menuhi kebutuhan air bersih masyarakat sehari-hari.Hingga tahun 2009, jum-lah lokasi pengeboran air tanah untuk penyediaan air bersih di desa tertinggal/sulit air adalah 429 lokasi dengan dari total desa tertinggal di tahun 2009 adalah 11.669 desa.

Berdasarkan pertimbangan aspek alamiah keberadaan air tanah di alam yang dipandang dari sudut kondisi hidrogeologi dengan aspek sosial masyarakat daer-ah tertinggal/sulit air. Maka Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) melaku-kan perencanaan nasional Pengembangan Sarana Air Bersih dari Air Tanah di Desa Tertinggal/Sulit Air untuk tahun RPJM ke-2 (2010-2014) hinga RPJM ke-4 (2020-2025).

Jumlah sumur yang direncanakan pada tahun 2010 hingga 2025 adalah se-banyak 1500 sumur bor yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia. Rencana pem-buatan sumur ini pertahun adalah 100 buah sumur dan dikhususkan bagi mas-yarakat di desa tertinggal/sulit air.

b. Pengelolaan data dan informasi air tanahData dan informasi air tanah adalah salah satu kebutuhan masyarakat kare-

na dengan adanya data dan informasi air tanah masyarakat akan dapat lebih bijak dalam menggunakan air tanah. Untuk itu pengelolaan data dan informasi air tanah mutlak dilakukan.

Gambar 4.4 Milestone Eksplorasi Sumber Daya Minera.

Page 71: Road Map Badan Geologi 2010

130 131

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) sebagai perangkat perintah yang salah satu tugas utamanya adalah pengelolaan air tanah, mempunyai kewajiban untuk mengembangkan sistem informasi air tanah. Arah pengembangan penge-lolaan data dan informasi air tanah Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) 2010 – 2025 adalah tersusun dan terkelolanya data dan informasi tentang air tanah nasional yang dapat diakses oleh setiap kalangan masyarakat yang mem-butuhkan informasi mengenai air tanah.

Pengembangan sistem informasi air tanah ini akan dapat berjalan dengan baik dengan adanya pengelolaan sistem informasi dan pemutakhiran data air tanah. Proses penyediaan data dan informasi air tanah dapat berjalan baik dengan didukung adanya pengambilan serta pengumpulan data terlebih dahulu. Kegia-tan ini dapat dilakukan dengan menginventarisasi data-data yang telah ada de-ngan cara melakukan digitasi peta yang masih berbentuk hard-copy, melakukan entry data lokasi sumur bor air tanah, entry data litologi sumur bor, data well loging serta melakukan entry data terhadap hasil pengamatan muka air tanah.

Gambar 4.5 Roadmap sumber daya air tanah

Hasil pengambilan dan inventarisasi data air tanah kemudian disimpan dan dilakukan pengolahan data. Penyimpanan dilakukan didalam sebuah server yang berisi semua data keairtanahan secara nasional yang dapat diakses oleh mas-yarakat yang membutuhkan data tersebut. Pemutakhiran data selalu dilakukan jika didapatkan data baru mengenai keairtanahan di setiap lokasi di Indonesia sehing-ga akan langsung menambah data base sistem informasi air tanah secara nasional.

Penerbitan serta penyebarluasan informasi mengenai sistem informasi air tanah adalah tujuan dari pengelolaan sistem informasi air tanah untuk lebih mengenalkan sistem informasi air tanah yang telah dibangun secara nasional ke-pada setiap kalangan masyarakat serta stake-holder yang berkepentingan den-gan data dan informasi air tanah.

c. Peningkatan ketersediaan data dan informasi air tanahKetersediaan data dan informasi air tanah berupa penyelidikan dan pemetaan

air tanah yang berbasis Cekungan Air Tanah (CAT) akan terus dilakukan di setiap tahun pada RPJM ke-2 hingga tahun 2025 sampai semua daerah di seluruh Ne-gara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai data dan informasi mengenai air tanah.

Penyediaan data dan informasi air tanah meliputi beberapa kegiatan, yaitu:• Pemetaan hidrogeologi bersistem seluruh Indonesia• Penyelidikan potensi air tanah pada cekungan air tanah• Penyelidikan geofisika

d. Peningkatan pelaksanaan konservasi air tanahAir tanah sebagai sumber daya alam meskipun dapat diperbaharui namun

membutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk itu konservasi air tanah harus sen-antiasa dilakukan guna menjaga kelestarian dan keberlanjutannya (sustainable). Roadmap Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) dalam pelaksanaan konser-vasi air tanah dalam kurun waktu 2010 hingga 2025 adalah dengan melakukan penetapan wilayah konservasi air tanah terutama didaerah dengan pengambilan air tanah intensif.

Pembangunan sumur pantau untuk mengetahui kuantitas pengambilan air tanah serta mengukur kualitas air tanah mutlak dilakukan guna melihat dampak

Page 72: Road Map Badan Geologi 2010

132 133

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

pengambilan air tanah terhadap kondisi air tanah. Sumur imbuhan air tanah diperlukan dibangun untuk daerah dengan kondisi air tanah kritis sehingga dapat menambah imbuhan air tanah dan mengurangi run-off yang pada akhirnya dapat mengurangi bencana banjir.

Pemantauan kualitas dan kuantitas air tanah yang telah dilakukan oleh PLG selama ini akan terus dilaksanakan terutama untuk daerah yang mengalami per-masalahan air tanah dan pengambilan air tanah yang intensif.

e. Peningkatan Pengendalian Pengambilan Air TanahPengambilan air tanah tanpa kontrol akan mengakibatkan berkurangnya

cadangan air tanah serta terjadinya penurunan air tanah. Pada tahap yang lebih ekstrim, pengambilan air tanah yang berlebihan dapat menimbulkan penurunan tanah (land-subsidence). Untuk itu roadmap PLG hingga 2025 senantiasa mema-sukkan pengendalian pengambilan air tanah dengan melakukan kegiatan penga-lokasian penggunaan air tanah serta pemantauan debit pengambilan air tanah.

4.5.AgendaMitigasiBencanaGeologi4.5.1 Kebijakan

Kebijakan mitigasi bencana geologi terutama diarahkan untuk:• Mitigasi bencana geologi diutamakan di wilayah padat pemukiman dan

aktivitas penduduk, keberadaan bangunan vital serta strategis yang ber-potensi terancam

• Penyebaran Informasi tentang mitigasi dan penanggulangan bencana geologi untuk menciptakan kemandirian bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam mitigasi bencana geologi

• Percepatan pembuatan dan penerbitan Peta Kawasan Rawan Bencana Geologi dan Peta Zona Risiko Bencana Geologi

• Peningkatan layanan mitigasi bencana geologi• Pengarusutamaan pedoman penanganan kebencanaan geologi• Pengarusutamaan kerja sama dengan Pemerintah Daerah, perguruan

tinggi dan lembaga di bidang kebencanaan serta melibatkan peran aktif masyarakat

• Peningkatan kerja sama dan alih teknologi dalam dan luar negeri.

4.5.2 Sasaran Sedangkan sasaran mitigasi bencana geologi terutama diarahkan untuk men-

jadikan:• Terwujudnya mitigasi kebencanaan geologi yang efektif dan efisien• Tersedianya informasi kebencanaan yang menjadi pendukung utama da-

lam perencanaan tata ruang berbasis risiko bencana• Terlaksananya pemberian rekomendasi teknis kebencanaan geologi • Tersedianya pemodelan ancaman bahaya geologi• Terwujudnya pengurangan ketergantungan peralatan mitigasi bencana geologi • Terwujudnya peningkatan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat da-

lam menghadapi bencana geologi• Tercapainya pengurangan Risiko Bencana Geologi• Terpenuhinya kebutuhan peta KRB gempa bumi, tsunami dan gerakan tanah• Terselesaikannya peta zona kerentanan gerakan tanah dan pemetaan ka-

wasan rawan bencana gempa bumi di setiap provinsi • Terwujudnya peta kawasan rawan bencana gunung api Tipe A• Terwujudnya kegiatan tanggap darurat bencana geologi yang optimal• Terlaksananya identifikasi kebakaran batubara di daerah/jalur vital dan

strategis• Tersedianya data kajian erosi dan sedimentasi di DAS• Terlaksananya peran aktif dalam kaji cepat ESDM Peduli Bencana dalam

Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana tingkat Nasional (SRC-PB)• Tersusunnya bahan Peraturan Menteri tentang Pedoman Mitigasi Ben-

cana Geologi, serta Pedoman Pengurangan Risiko Bencana Geologi.• Terlaksananya penyusunan rencana kontijensi bencana geologi dan pela-

tihan kebencanaan di berbagai wilayah• Terlaksananya peningkatan kerja sama dan koordinasi tentang kebenca-

naan geologi dengan pemangku kepentingan/perguruan tinggi• Terlaksananya peningkatan peran aktif masyarakat dan pemangku kepent-

ingan dalam penanggulangan bencana• Terwujudnya peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam miti-

gasi bencana geologi• Terlaksananya pemutakhiran teknologi pemantauan gunung api

Page 73: Road Map Badan Geologi 2010

134 135

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

4.6. Agenda Pengembangan Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang4.6.1 Kebijakan

Kebijakan yang akan dilaksanakan bidang Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang terdiri dari:

a. Optimalisasi penataan ruang berbasis geologi;b. Peningkatan ketersediaan data geologi untuk pembangunan infrastruktur

vital dan strategis;c. Pengendalian degradasi lingkungan akibat pemanfaatan ruang bawah

tanah dan sumber daya geologi;d. Pengkajian geologi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global;e. Peningkatan pengelolaan lahan gambut untuk pembangunan infrastruktur.

4.6.2. Sasaran • Tersedianya data dan informasi geologi untuk dasar penataan ruang • Tersedianya peraturan perundangan yang mengatur tata ruang berbasis

geologi dan penyelesaian konflik pemanfaatan lahan• Tersedianya informasi geologi untuk pembangunan infrastruktur vital dan

strategis • Tersedianya informasi geologi dan rekomendasi pengelolaan lingkungan

pada kegiatan pertambangan• Tersedianya informasi geologi lingkungan untuk mitigasi dan adaptasi pe-

rubahan iklim global• Tersedianya data dan informasi geologi teknik lahan gambut

4.6.3.TahapanPencapaian

Kegiatan 2009 2010 2015 2020 2025

Pemetaan Geologi Gunungapi

2 Gunungapi

2 Gunungapi

10 Gunungapi

10 Gunungapi

10 Gunungapi

Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gunungapi

10 G.Api Tipe A

6 G. Api Tipe A

30 G. Api Tipe B & C

30 G. Api Tipe B

30 G. Api Tipe A (revisi)

Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gempabumi 5 Lokasi 5 Lokasi 25 Lokasi 25 Lokasi 25 Lokasi

Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Tsunami 4 Lokasi 4 Lokasi 20 Lokasi 20 Lokasi 20 Lokasi Gambar 4.6 Milestone kegiatan kegunungapian dan mitigasi bencana geologi.

Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah 8 Lokasi 9 Lokasi 45 Lokasi 45 Lokasi 45 Lokasi

Pemetaan Zona Risiko Bencana Gunungapi 2 Lokasi 4 Lokasi 25 Lokasi 25 Lokasi 25 Lokasi

Pemetaan Zona Risiko Bencana Gerakan Tanah 1 Lokasi 2 Lokasi 20 Lokasi 20 Lokasi 20 Lokasi

Pemetaan Zona Risiko Bencana Gempabumi 1 Lokasi 1 Lokasi 10 Lokasi 10 Lokasi 10 Lokasi

Pemetaan Zona Risiko Bencana Tsunami 1 Lokasi 1 Lokasi 10 Lokasi 10 Lokasi 10 Lokasi

Pemantauan Gunungapi 62 G. Api 62 G. Api 62 G. Api 62 G. Api 62 G. Api

Instalasi Peralatan Pemantauan Gunungapi 5 G. Api 4 G. Api 30 G. Api 30 G. Api 30 G. Api

Peringatan Dini Bahaya Gunungapi 8 G. Api 8 G. Api 50 G. Api 50 G. Api 50 G. Api

Penyelidikan Gunungapi 11 G. Api 10 G. Api 60 G. Api 60 G. Api 60 G. Api

Penelitian Kebencanaan Geologi 3 Lokasi 4 Lokasi 65 Lokasi 65 Lokasi 65 Lokasi

Evaluasi Prakiraan Bahaya Gunungapi 2 G. Api 2 G. Api 10 G. Api 10 G. Api 10 G. Api

Geowisata Gunungapi 0 0 20 G. Api 20 G. Api 20 G. Api

Evaluasi Potensi Bencana Geologi 2 Kegiatan 4 Kegiatan 30 Kegiatan 30

Kegiatan 30 Kegiatan

Penyuluhan dan Penyebaran Informasi 28 Kegiatan 28

Kegiatan 90 Kegiatan 93 Kegiatan

125 Kegiatan

Penyelidikan Bencana Geologi 15 Lokasi 17 Lokasi 105 Lokasi 105 Lokasi 105 Lokasi

Peringatan Dini Bahaya Gerakan Tanah 13 Lokasi 20 Lokasi 80 Lokasi 80 Lokasi 80 Lokasi

Pemantauan Gerakan Tanah 3 Lokasi 2 Lokasi 10 Lokasi 10 Lokasi 10 Lokasi

Perekayasaan/Rancang Bangun Peralatan 4 Kegiatan 4 Kegiatan 20 Kegiatan 20

Kegiatan 20 Kegiatan

Tanggap Darurat Bencana Geologi 33 Lokasi 64 Lokasi 425 Lokasi 425 Lokasi 425 Lokasi

Pasca Bencana Geologi 33 Lokasi 35 Lokasi 175 Lokasi 175 Lokasi 175 Lokasi

Page 74: Road Map Badan Geologi 2010

136 137

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

a. Identifikasi potensi konflik pemanfaatan ruang sektor ESDM dengan sektor lain

Potensi konflik pemanfaatan ruang sering terjadi akibat tidak jelasnya pe-runtukan lahan dalam penataan ruang. Keinginan untuk memperoleh keun-tungan ekonomi lebih mengemuka sehingga keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam geologi menjadi sangat berlebihan yang pada akhirnya se-cara langsung menurunkan kualitas dan kuantitas lingkungan.

Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) sebagai salah satu instansi yang bertugas melakukan penataan ruang senantiasa berusaha melakukan identifi-kasi potensi konflik dengan melakukan penyelidikan geologi lingkungan pada beberapa kawasan, yaitu: (1) kawasan pertambangan, (2) kawasan rawan ben-cana geologi, dan (3) ruang bawah tanah. Dalam roadmap PLG, penyelidikan geologi lingkungan pada ketiga kawasan ini simultan dilakukan pada RPJM ke-2, ke-3 dan ke-4 karena pengidentifikasian potensi konflik pemanfaatan ruang adalah permasalahan yang berkesinambungan dan terkait dengan perkemban-gan ilmu dan teknologi. Sasaran yang hendak dicapai adalah: (1) sebagai dasar untuk penetapan KPP, (2) pemanfaatan ruang untuk kawasan rawan bencana, dan (3) pemanfaatan ruang bawah tanah daerah perkotaan dan kawasan per-tambangan.

b. Penetapan kebijakan pemanfaatan kawasanPemanfaatan kawasan harus sesuai dengan peruntukannya. Kebijakan peman-

faatan kawasan merupakan kebijakan yang mendesak untuk segera diselesaikan terkait dengan UU yang telah diterbitkan mengenai penataan ruang. Sesuai den-gan UU No. 26 tahun 2007 bahwa penataan ruang saat ini harus merupakan tata ruang berbasis geologi, Badan Geologi sebagai instansi pemerintah yang mem-bidangi geologi mempunyai kewajiban untuk menyusun peraturan perundangan pemanfaatan ruang berbasis geologi.

Peraturan perundangan di bawah UU yang lebih memperinci pelaksanaan UU No. 26 tahun 2007 serta UU lain yang berhubungan dengan pemanfaatan ka-wasan sangat diperlukan karena masih banyak persoalan dalam penataan ruang yang perlu lebih detil lagi pengaturannya. Peraturan perundangan yang harus diselesaikan adalah :

• Perpres Tentang RTR Pulau /Kepulauan• Perpres Tentang Penataan Ruang Bawah Tanah• Permen Tentang Kriteria Teknis KPP• Permen Tentang Kawasan Lindung Geologi• Permen Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan TPA Sampah• Permen Tentang Pengelolaan Kawasan Kars• Permen Tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan BencanaMengingat kebutuhan penetapan kawasan ini begitu mendesak, Pusat

Lingkungan Geologi (Badan Geologi) akan menyelesaikan pembuatan peraturan perundangan ini dalam RPJM ke-2 (2010 – 2014).

c. Penyediaan informasi geologi teknikPerencanaan penataan ruang/wilayah diperlukan dalam rangka penataan,

pemanfaatan, dan pengelolaan ruang/wilayah untuk mewujudkan keterpaduan dan keseimbangan perkembangan antarwilayah. Perencanaan yang baik dapat memberikan arahan kebijakan yang jelas dan strategi yang tepat terhadap pe-manfaatan ruang/wilayah. Dalam rangka mendukung perencanaan pemanfaatan ruang/wilayah suatu daerah menghendaki ketersediaan data dan/atau informasi terkait mengenai aspek-aspek pendukung dan penghambat yang dimiliki oleh daerah daerah tersebut.

Oleh karena kondisi yang berbeda-beda dari satu daerah terhadap daerah yang lain, maka diperlukan suatu penyajian data dan informasi terkait khusus-nya terhadap kondisi fisik lahan. Kondisi lahan yang sesuai dengan penggunaan yang tepat dapat diketahui berdasarkan data-data pendukung dari daerah yang bersangkutan.

Geologi teknik merupakan salah satu aspek yang memberikan informasi mengenai kondisi suatu lahan (daerah) yang berhubungan dengan sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan. Data geologi teknik sebagai salah satu data pendukung yang penting dalam penyusunan tata ruang dan wilayah agar tidak terjadi kes-alahan-kesalahan dalam menentukan dan/atau memutuskan peruntukan lahan yang sesuai dengan kemampuan daya dukungnya.

Semakin meningkatnya kegiatan penyusunan dan/atau perubahan tata ruang dan pengembangan wilayah kabupaten/kota, maka harus disesuaikan dengan

Page 75: Road Map Badan Geologi 2010

138 139

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

kemampuan daya dukungnya lahan yang ada. Selanjutnya, laju pembangunan yang juga semakin meningkat di segala bidang (industri, perdagangan, pari-wisata dan lain-lain) harus disertai pula dengan penyediaan sarana infrastruk-tur yang memadahi terutama pada infrastruktur perhubungan, pelabuhan, jalan raya (termasuk jembatan), bandara, gedung-gedung pusat bisnis dan lain-lainnya.

Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) selama kurun waktu 2010 hingga 2025 berusaha untuk menyediakan data dan informasi geologi teknik melalui penyelidikan dan penelitian geologi teknik yang bertujuan untuk menyediakan data dan informasi geologi teknik se-Indonesia yang terkait dengan penurunan muka tanah, likuifaksi, kemantapan lereng, dan lain-lain untuk kepentingan pembangunan infrastruktur vital dan strategis.

d. Penilaian resiko lingkungan geologiKondisi Indonesia yang berada pada jalur seismologi dan vulkanisme mene-

mpatkan Indonesia sebagai negara yang mempunyai resiko geologi yang besar. Penyelidikan terhadap resiko geologi adalah salah satu tugas Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) untuk memberikan informasi kepada masyarakat akan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh suatu fenomena geologi tertentu.

Di sebagian wilayah di Indonesia, kondisi tanah dibawahnya merupakan tanah lunak (gambut, lempung lunak dan lempung mengembang) yang kemu-dian berkembang menjadi lahan pemukiman lahan pertanian, dll, yang karena kemampuan nilai daya dukung tanahnya rendah maka dapat timbul kendala/per-masalahan geologi. Disamping itu, sepanjang dekade terakhir ini timbul fenom-ena geologi berupa amblesan tanah (land subsidence), perosokan tanah (settle-ment), longsoran, abrasi pantai, sedimentasi/ pendangkalan sungai dan muara sungai yang menyebabkan terjadinya banjir, banjir bandang, rob (tergenang air), tanah longsor dan lain-lain.

Kondisi infrastruktur penting seperti bendungan (waduk) juga tidak terlepas dari fenomena resiko geologi. Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) pada RPJM ke-2 hingga RPJM ke-4 senantiasa konsisten untuk melaksanakan penyeli-dikan dan penelitian mengenai resiko geologi yang munkin timbul dari fenomena geologi serta melakukan penyelidikan geologi teknik dan geologi lingkungan di

daerah bendungan (waduk) dan sekitarnya untuk mengkaji tingkat kerawanan bendungan tersebut demi melindungi masyarakat di sekitarnya.

e. Penyediaan informasi geologi lingkungan untuk berbagai penerapanInformasi geologi lingkungan sangat diperlukan sebagai data awal dalam

pembuatan tata ruang suatu wilayah. Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) dalam kurun waktu 2010 hingga 2025 berupaya untuk menyediakan informasi mengenai geologi lingkungan dengan mengadakan penyelidikan geologi lingkun-gan terutama pada Kawasan Andalan, Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Per-batasan NKRI serta pulau-pulau kecil terluar.

Gambar 4.7 Roadmap lingkungan geologi dan penataan ruang.

Page 76: Road Map Badan Geologi 2010

140 141

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Hingga medium RPJM ke-3 (2015 – 2019) diharapkan kegiatan penyelidikan untuk kawasan perbatasan NKRI dan pulau-pulau kecil terluar dapat diselesaikan karena daerah perbatasan merupakan daerah yang rawan konflik sehingga pelak-sanaanya mendesak untuk segera diselesaikan. Pada RPJM ke-3 (2015 – 2019) di-harapkan penyelidikan untuk Kawasan Andalan dan Kawasan Strategis Nasional dapat mencapai 60 %, terutama untuk daerah-daerah dengan perkembangan yang relatif cepat. Pada RPJM ke-4 (2020 – 2025) kegiatan penyelidikan pada kawasan andalan dan kawasan strategis nasional diharapkan selesai.

Informasi geologi lingkungan juga dapat digunakan sebagai keperluan yang lebih luas lagi, misalnya untuk informasi geologi dalam bidang kesehatan (med-ical geology) dan penentuan lokasi penyimpanan gas carbon (CCS). Kegiatan ini mulai dirintis oleh Pusat Lingkungan Geologi (Badan Geologi) mulai RPJM ke-2 dan terus dikembangkan hingga RPJM ke-4.

4.7. Agenda Pengembangan Geo-Informasi4.7.1 Kebijakan

Kebijakan Pengembangan Geo-Informasi Badan Geologi:1) Peningkatan ketersediaan data dasar geologi 2) Peningkatan pemanfaatan geosains untuk mempelajari fenomena alam 3) Peningkatan sistem informasi kegeologian

4.7.2. Sasaran Sasaran Pengembangan Geo-Informasi Badan Geologi:1) Terwujudnya basis data spasial geologi rinci nasional dan regional ASEAN 2) Tercapainya pemahaman gejala perubahan alam 3) Terwujudnya sistem informasi kegeologian yang terintegrasi

4.7.3TahapanPencapaian4.7.3.1 Penyediaan Peta-Peta Digital Bersistem dan Bertemaa. Peta Geologi

Pemetaan geologi skala 1:50.000 untuk seluruh wilayah Indonesia den-gan fokus utama pada penggunaan teknologi penginderaan-jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Khususnya, teknik pengolahan dan interpretasi

geologi untuk mendapatkan informasi geologi menggunakan citra satelit (op-tik dan radar) yang beresolusi tinggi dan basis data diproses dengan meng-gunakan SIG.

b. Survei Geofisika Udara Survei magnetik udara di atas Papua dan Kalimantan dengan menggunakan

pesawat (fixed wing/helicopter) untuk pengukuran magnetik, radiometri dan parameter lain di atas pulau-pulau tersebut. Survei magnetik udara tersebut menghasilkan peta-peta geofisika yang lengkap dan paket-paket informasi dig-ital, khususnya informasi mengenai magnetik, emisi gamma-ray (radiometric), dan karakter-karakter lainnya.

c. Pemetaan Geokimia Pemetaan geokimia untuk eksplorasi, lingkungan, dan medical geology di

wilayah Sulawesi, serta pemetaan hidrogeologi skala 1 : 250.000 dengan target capaian sekitar 75% wilayah Indonesia.

Gambar 4.8 Milestone pengembangan geo-informasi dalam mendukung ketahanan dan kemandirian en-ergi dan mineral.

Page 77: Road Map Badan Geologi 2010

142 143

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

d. Peta Bertema Selain peta bersistem dibuat pula peta bertema di daerah prioritas. Peta ber-

tema tersebut terdiri dari: - Peta seismotektonik yang memuat informasi tentang peluang kerusakan

sebagai akibat gempa bumi;- Peta geologi Kuarter yang berisi informasi tentang proses geologi sejak 1,7

juta tahun sampai sekarang;- Peta geomorfologi yang menampilkan informasi tentang proses pembentu-

kan rupa bumi;- Peta cekungan air tanah yang menggambarkan keterdapatan air tanah;- Peta geologi teknik yang berisi informasi sifat keteknikan bahan geologi da-

lam mendukung pembangunan fisik daerah;- Peta geologi tata-lingkungan yang memuat informasi dalam memberikan

arah pengambilan putusan yang terkait dengan perubahan lingkungan;dan- Peta gerakan tanah yang menampilkan daerah yang rentan gerakan seperti

tanah longsor dan amblasan.

4.7.3.2 Pemutakhiran Basis Data Geologi Nasional Peta-peta bersistem dan bertema yang sudah dalam format digital terdiri dari

Peta Geologi skala 1:250.000 (181 lembar), Peta Geologi skala 1:100.000 (58 lem-bar), Peta Gaya berat skala 1:250.000 (146 lembar), Peta Gaya berat skala 1:100.000 (58 lembar), Peta Geologi Kuarter skala 1:50.000 (22 lembar), Peta Geomorfologi skala 1:100.000 (16 lembar), Peta Seismotektonik 1:5.000.000 (1 lembar), Peta Wilayah Rawan Gempabumi 1:5.000.000 (1 lembar), dan Peta Lajur Gempa bumi Tektonik 1:5.000.000 (1 lembar). Dengan semakin berkembangnya teknologi in-formasi terutama dalam bidang sistem informasi geografis dan internet, peta-peta digital tersebut lebih mudah dimutakhirkan. Sumber data untuk pemutakhiran ba-sis data tersebut antara lain berasal dari:• Data Lapangan Berasal dari pengukuran atau pengamatan secara langsung di lapangan.• Data Peta

Berupa informasi yang telah terekam baik pada kertas atau film, data peta ini terlebih dahulu harus dikonversikan ke dalam bentuk digital dengan menggu-

nakan Digitizer/Scanner.• Data Citra Pengindraan Jauh

Berupa data yang berasal dari foto udara, radar, atau satelit. Data ini harus dikonversikan terlebih dahulu baik secara manual menggunakan perangkat lu-nak yang dirancang khusus.

• Data Laboratorium • Data yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium.

Pemutakhiran basis data adalah pekerjaan yang berkelanjutan (terus-menerus).

4.7.3.3 Penyediaan Data dan Informasi Geologi Kawasan Perbatasan, Pulau-Pu-lauKecildanTerluarSertaBatasLandasKontinen

Berbagai masalah yang sering menjadi kendala utama dalam pengelolaan dan pembangunan pulau-pulau kecil di Indonesia di antaranya adalah aksesibilitas. Ini disebabkan terutama karena lokasi yang terpencil dan terisolir, sumber daya air dan infrastuktur yang sangat terbatas, tingkat pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang rendah. Setiap pulau kecil atau gugus pulau-pulau kecil, memiliki karakteristik dan tingkat kerentanan yang berbeda dibandingkan dengan pulau besar.

Dalam kaitannya dengan masalah tersebut di atas Badan Geologi pada tahun 2007 telah menerbitkan Atlas Pengelompokan Pulau Kecil Berdasarkan Tektono-genesis Untuk Perencanaan Tata Ruang Darat, Laut, dan Dirgantara Nasional, dengan skala 1:15.000.000, terdiri dari 30 peta bertema. Namun demikian masih perlu dilakukan kegiatan untuk menghimpun data dan informasi spasial tentang tataan geologi, potensi sumber daya mineral, energi, dan air tanah, serta potensi kebencanaannya. Data dan informasi spasial tersebut sangat diperlukan dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan penataan ruang di pulau-pulau ke-cil terluar dan wilayah perbatasan negara.

Bagian dari landas kontinen wilayah Indonesia yang dimulai dari sepanjang Pan-tai Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Banda, Papua bagian Utara dan Sulawesi serta Kalimantan, dikelilingi oleh suatu tepian aktif yang merupakan pertemuan lempeng samudera dan lempeng kontinen. Batas pertemuan lempeng ini atau disebut batas subduksi, dapat dianggap sebagai batas tepian kontinen di Indonesia.

Data gaya berat menunjukkan harga anomali berkaitan dengan jenis kerak yang mendasarinya. Batas dari kerak samudera dan kerak benua dicirikan oleh adanya

Page 78: Road Map Badan Geologi 2010

144 145

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

perubahan harga anomali dan merupakan batas dari Foot of Slope (FOS). Ada in-dikasi endapan sedimen cukup tebal di kawasan terluar perairan NKRI terdapat sekitar tekuk lereng sepanjang FOS yaitu bagian barat Nanggroe Aceh Darussalam, selatan Sumba serta di utara Papua dan sisi timur pulau Halmahera.

Data gaya-berat tersebut perlu diintergrasikan dengan data geologi dan geofisi-ka kelautan, serta data batimetri sebagai satu kesatuan data fisik sebagai dasar penentuan batas landas kontinen guna pengusulan batas teritorial wilayah negara.

4.7.3.4 Penjaringan Data Geologi Regional ASEAN Badan Geologi yang diwakili oleh Pusat Sumber Daya Geologi telah ditunjuk

sebagai country coordinator pengelola database ASEAN yang bekerjasama den-gan Malaysia untuk mengembangkan database mineral ASEAN yang berada da-lam payung kerja sama ASOMM (ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals) dan AMMM (ASEAN Ministerial Meeting on Minerals).

4.7.3.5PenelitiandanPengembanganGeosainDalam rangka meningkatkan pemahaman akan fenomena atau gejala alam,

perlu dilaksanakan penelitian geosain terintegrasi. Geosain mampu menghasil-kan model-model yang secara ilmiah membantu rekonstruksi dan pemahaman proses-proses masa lampau dan mendatang tentang bumi, serta dapat mem-berikan sumbangan besar dalam pemahaman perubahan iklim global. Selain itu, keterkaitan yang erat antara material bumi dan kesehatan manusia membutuh-kan pemahaman yang lebih mendalam terhadap proses-proses kebumian.

Pengembangan konsep geosain yang berlandaskan pada teori-teori global yang sudah ada (tektonik lempeng, plume structure, dll.). Pengembangan kon-sep geosain tersebut pada dasarnya adalah menampilkan pemodelan dan simu-lasi sebagai dasar untuk menaksir keterdapatan sumber daya mineral dan energi, serta prakiraan resiko bencana dan pengaruhnya.

4.7.3.6 Pengembangan Arsitektur Data dan Informasi Kegeologian Data dan informasi hasil kegiatan penelitian dan pemetaan sudah banyak

terkumpul dalam bentuk konvensional dan akan lebih banyak lagi dengan ber-langsungnya penyelidikan terus menerus sekarang ini dan di masa yang akan

datang. Namun data dan peta konvensional yang sudah dibuat tersebut banyak yang rusak dan hilang informasinya karena kurangnya pemeliharaan. Selain itu permukaan bumi yang selalu mengalami perubahan menyebabkan peta harus selalu diperbaharui setiap saat agar informasinya selalu benar.

Keadaan di atas sangat menuntut penyelenggaraan manajemen dan pengem-bangan arsitektur data secara memadai. Pemanfaatan teknologi informasi mer-upakan salah satu cara dalam pengelolaan data yang mampu mengolah dan menampung data bervolume besar dengan hasil yang cepat, tepat dan akurat. Pengembangan arsitektur data dan informasi tersebut ditempuh melalui taha-pan sebagai berikut:

• Benchmarking dengan berbagai instansi dan lembaga penelitian/ pendi-dikan yang dianggap relevan dengan kegiatan yang telah direncanakan

• Assessment data di lingkungan Badan Geologi• Pengumpulan, klasifikasi dan verifikasi data• Desain model data (pembentukan layer peta dan strukturisasi data)• Inputing data (dijitasi peta dan pemasukkan atribut peta) • Overlay antar peta (sebaran/titik, topo dan peta dasar)• Penyimpanan dan pemeliharaan • Manipulasi dan analisis data • Pembuatan modul Sistem Informasi Geografis (SIG) • Desain dan pembutan layout informasi • Penyajian informasi (peta, citra, tabel, foto, gambar, grafik, modeling, dll)• Penyusunan SOP dan launching hasil kegiatan • Pengguna (user) masyarakat global

4.7.3.7 Pengembangan Infrastruktur Sistem Informasi KegeologianInfrastukrur yang diperlukan untuk mewujudkan one-stop geoinformation

portal Badan Geologi merupakan sistem saling terkait antara data dan informasi dengan sistem pendukungnya berupa hardware, software dan brainware yang secara keseluruhan akan terintegrasi meningkatkan efisiensi pengelolan data dan informasi. Untuk itu, diperlukan rencana kegiatan sebagai berikut:

• Koneksi topologi fisik dan logic antar unit Badan Geologi dilakukan dengan Router Gateway

Page 79: Road Map Badan Geologi 2010

146 147

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

• Setelah terkoneksi akses ke One Portal dilakukan dengan Virtual Private Network (VPN) via Internet, dengan VPN akan ada satu IP virtual yang berlaku bagi semua unit secara lokal

• Data dan Informasi yang diupdate disetiap unit disinkronisasikan dengan dB Server, sehingga data dan informasi yang akan dishare akan sama. Se-cara otomatis Badan Geologi sebagai portal utama (main gateway geo-in-formasi) akan mendapatkan status update terbaru persis seperti mas-ing-masing unit. Informasi akan terkumpul di portal Badan Geologi.

• Agar beban traffic internet Badan Geologi tidak memuncak, dokumen asli, peta dan data lainnya tetap di host di masing-masing Unit. Sebagai gate-way Geo-informasi Badan Geologi memuat semua yang diperlukan bagi masyarakat pengguna.

• Dengan adanya sinkronisasi ini, Server Badan Geologi (Sekretariat Badan) dapat bertindak sebagai backup server semua data dan informasi yang ada di setiap Unit untuk menghadapi kemungkinan data loss dan keru-sakan data. Dengan cara seperti itu, maka data dan informasi tersinkroni-sasi, tersalin dan dapat direcovery ulang jika dan terjadi kendala di salah satu unit Badan Geologi.

Untuk mendukung Sistem Pelayanan tersebut perlu adanya Kebijakan dan SOP antara lain yang akan mengatur:

• Tim Pengelolaan Konten Web Portal Badan Geologi (Sekretariat Badan) • Infrastruktur yang memadai dan termasuk perawatan dan pemeliharaannya • Kebijakan sharing data dan informasi ke publik • Pertimbangan jika ada yang terkait dengan PNBP• Semua data hasil kegiatan setiap unit dapat disimpan di Server agar Sink-

ron dan ter- backup

4.8. Agenda Tata Laksana Kepemerintahan4.8.1 Kebijakan

Kebijakan strategis tatalaksana kepemerintahan pembangunan bidang geolo-gi (TKPBG) meliputi: kebijakan, sasaran aksi, dan rencana aksi TKPBG. Kebijakan strategis ini merupakan pengembangan dari kebijakan strategis, sasaran aksi,

dan rencana aksi pembangunan bidang geologi, diidentifikasi berdasarkan kondi-si saat ini, kondisi yang diharapkan, mandat undang-undang, isu-isu strategis dan tantangan khususnya berkenaan dengan tatalaksana kepemerintahan.

Terdapat dua kebijakan strategis pembangunan bidang geologi yang terkait secara langsung dengan tatalaksana kepemerintahan bidang geologi (TKBG), yaitu: (1) peningkatan pelayanan publik melalui pengelolaan, penyediaan serta penyebarluasan data dan informasi geologi; dan (2) pemberdayaan kerja sama internasional dalam rangka peningkatan hubungan diplomatik dan pencarian sumber-sumber potensi geologi. Berkaitan dengan TKBG, kebijakan strategis tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kebijakan sebagai berikut:

• Peningkatan jumlah pegawai yang kompeten;• Peningkatan pelayanan publik;• Penataan organisasi Badan Geologi;• Pengembangan teknologi sarana dan prasarana teknik; • Pengembangan peraturan perundang-undangan bidang geologi; • Perlindungan hak cipta produk Badan Geologi;• Optimalisasi kerja sama nasional dan internasional.

Kebijakan-kebijakan TKBG tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:1. Peningkatan jumlah pegawai yang kompeten

Kebijakan ini bertujuan untuk memenuhi jumlah sumber daya manusia organ-isasi pelaksana tugas penelitian dan pelayanan bidang geologi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan. Kebijakan ini ditujukan antara lain guna men-capai komposisi pegawai teknis dan non teknis yang proporsional.

2. Peningkatan pelayanan publik Kebijakan peningkatan pelayanan publik ditujukan guna menjawab mandat undang-undang (UU), terutama UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Pub-lik. Selain itu, kebijakan tersebut juga ditujukan untuk menjawab isu-isu dan tantangan berkenaan dengan pelayanan publik. Melalui kebijakan ini dihara-pkan terjawab permasalahan ketersediaan dan pengelolaan data dan infor-masi, serta pelayanan publik pada umumnya, dan pelayanan informasi bidang

Page 80: Road Map Badan Geologi 2010

148 149

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

geologi yang integrasi, yang cepat, tepat, dan akurat. Kebijakan ini juga di-harapkan ditujukan guna pencapaian tatalaksana penelitian, mitigasi, dan pelayanan bidang geologi yang lebih baik melalui penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi sejumlah norma, standar, seperti standard operating procedure (SOP), standar pelayanan minimal (SPM); pedoman, dan kriteria yang diper-lukan guna mencapai disiplin kerja dan etos kerja yang tinggi, kinerja yang optimal, dan prestasi kerja yang baik.

3. Penataan organisasi Badan GeologiPenataan organisasi bermakna pengembangan organisasi dari organisasi yang ada menuju struktur, tugas dan fungsi organisasi yang lebih memenuhi tun-tutan yang ada. Kebijakan penataan. Bidang geologi dituntut semakin berper-an tidak saja oleh sektor ESDM, melainkan juga sektor-sektor lainnya seper-ti sektor pekerjaan umum (penataan ruang), lingkungan hidup (perubahan iklim, ekoregion, dsb), penanggulangan bencana, dan sektor lainnya. Paradig-ma baru kegeologian ini juga menghendaki penyesuaian pada aspek kelem-bagaan. Penataan organisasi Badan Geologi juga diperlukan guna melak-sanakan berbagai mandat dari sejumlah UU yang mengatur dan berimplikasi terhadap bidang kegeologian. Kebijakan tersebut diantaranya diarahkna guna pencapaian sasaran terbentuknya kantor regional atau UPT bidang geologi di sejumlah daerah yang strategis.

4. Pengembangan teknologi sarana dan prasarana teknik Teknologi, sarana dan prasarana teknik yang maju atau cukup memadai diper-lukan dalam penelitian dan pelayanan bidang geologi. Hal ini mengingat luas dan beragamnya wilayah Indonesia dengan banyak diantaranya merupakan remote area. Akselerasi penyediaan peta, data dan informasi geologi serta pelayanan bidang geologi juga memerlukan teknologi, sarana, dan prasarana teknik yang memadai. Kebijakan pengembangan aspek ini diarahkan diantara-nya guna terlaksananya penelitian di seluruh wilayah NKRI, akselerasi penye-diaan data dan informasi serta pelayanan prima bidang geologi.

5. Pengembangan peraturan perundang-undangan bidang geologi

Berbagai mandat yang muncul dari sejumlah undang-undang menunjukkan semakin pentingnya peran kegeologian dalam pembangunan. Konflik penga-turan juga masih terdapat diantara sub sektor atau diantara sektor ESDM den-gan sektor lainnya. Sementara itu, bidang geologi juga memerlukan pengatur-an berkenaan dengan hubungan Pusat dengan Daerah serta kebijakan teknis dalam pelaksanaan kegiatannya. Kebijakan ini diarahkan guna penyelesaian isu payung hukum tentang kegeologian, masalah konflik pengaturan, hubun-gan Pusat dan Daerah, serta kebijakan teknis bidang kegeologian.

6. Perlindungan hak cipta produk Badan GeologiKebijakan perlindungan hak cipta produk Badan Geologi ditujukan guna me-lindungi berbagai produk Badan Geologi dan para penciptanya dari penjiplakan atau pembajakan. Pada akhirnya, kebijakan ini akan merangsang prestasi dan karya dalam bertugas, baik secara organisasi maupun per individu.

7. Optimalisasi kerja sama nasional dan internasionalSampai akhir periode RPJMN I, 2005-2009 manfaat kerja sama nasional dan internasional dirasakan belum optimal. Kebijakan optimalisasi kerja sama na-sional dan internasonal diarahkan guna pencapaian peningkatan manfaat dari kerja sama tersebut, khususnya alih teknologi dari negara maju, serta pen-ingkatan hubungan antara negara dengan negara-negara di kawasan ASEAN, Pasifik, dan Afrika.

4.8.2. Sasaran Sesuai arahan kebijakan aspek tatalaksana kepemerintahan bidang geologi

(TKBG), sebanyak 19 (sembilan belas) sasaran aksi aspek TKBG telah diidentifika-si dan direncanakan dicapai. Ke-19 sasaran aksi tersebut adalah:

1. Tercapainya komposisi tenaga teknis dengan tenaga pendukung yang propor-sional sesuai dengan standar kompetensi;

2. Terlaksananya SOP, SPM dan e-procurment;3. Terselenggaranya pemasyarakatan manfaat informasi kegeologian;4. Tersebarluaskannya hasil-hasil kegiatan Badan Geologi;5. Terbentuknya sistem pelayanan perpustakaan yang terintegrasi ;

Page 81: Road Map Badan Geologi 2010

150 151

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

6. Terselenggaranya pelayanan museum kegeologian;7. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan publik;8. Terlaksananya pelayanan penelitian, penyelidikan, laboratorium;9. Terbentuknya UPT Strategis Badan Geologi;10. Tersedianya sarana penelitian dan laboratorium yang handal;11. Tersedianya teknologi mutakhir dalam bidang sarana penelitian;12. Terpenuhinya standar pemantauan gunung api di seluruh Indonesia;13. Tersedianya bahan perumusan peraturan perundang-udangan bidang

geologi; 14. Tersedianya bahan kebijakan teknis bidang geologi;15. Terdaftarnya hak cipta (HaKI) produk-produk Badan Geologi;16. Terbangunnya jejaring kerja antar Pusat dan Daerah di bidang geologi;17. Meningkatnya koordinasi bidang geologi antara Pusat dengan Daerah dan lem-

baga terkait;18. Terselenggaranya aliansi internasional;19. Tercapainya alih teknologi bidang kegeologian dalam kerja sama internasional.

4.8.3.TahapanPencapaianBerdasarkan kebijakan dan sasaran aksi, selanjutnya diidentifikasi rencana aksi as-

pek tatalaksana kepemerintahan bidang geologi (TKBG). Rencana aksi ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk pencapaian sasaran TKBG yang telah direncanakan.

Terdapat sebanyak 33 (tiga puluh tiga) rencana aksi TKBG guna mencapai seban-yak 19 (sembilan belas) sasaran aksi sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Ke-33 rencana aksi tersebut adalah:

1. Penyertaan pendidikan formal dan pelatihan dalam dan luar negeri;2. Penerimaan CPNS sesuai dengan kompetensi;3. Perencanaan SDM dan pengembangan pola karier;4. Pengembangan standar kompetensi pejabat fungsional ;5. Penyusunan SOP, SPM, dan e-procurement; 6. Penetapan SOP, SPM dan e-procurement; 7. Sosialisasi, penerapan, dan evaluasi SOP, SPM dan e-procurement;8. Penyelenggaraan sosialisasi atau seminar, lokakarya, pameran, promosi, dan

kehumasan;

9. Penerbitan publikasi ilmiah (jurnal/bulletin) kegeologian ;10. Pengintegrasian sistem layanan perpustakaan ;11. Pelayanan perpustakaan on-line;12. Pengembangan aplikasi perpustakaan (e-book, electronic journal) dan knowl-

edge-based management;13. Pengembangan peragaan museum kegeologian;14. Pengembangan riset dan penyusunan basis data koleksi museum kegeolo-

gian;15. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan publik;16. Pelayanan penelitian dan penyelidikan bidang geologi;17. Pelayanan laboratorium bidang geologi;18. Penyiapan kajian teknis pengembangan UPT dan kantor regional BG di wilayah

strategis;19. Pengadaan sarana penelitian dan laboratorium;20. Pelaksanaan akreditasi laboratorium;21. Pemutakhiran teknologi secara mandiri atau memanfaatkan hasil kerja sama

internasional;22. Peningkatan kinerja rancang bangun dan perekayasaan teknologi;23. Penyediaan sistem dan sarana pemantauan gunung api;24. Pengkajian peraturan perundang-undangan yang terkait bidang geologi; 25. Penyelesaian bahan perumusan peraturan perundang-udangan bidang

geologi;26. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) bidang geologi ;27. Penyusunan dan pengusulan SNI bidang geologi;28. Pengajuan dan proses penetapan HaKI produk-produk Badan Geologi;29. Pelaksanaan koordinasi dengan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota30. Pelaksanaan koordinasi bidang geologi antara Pusat dengan Daerah dan lem-

baga terkait;31. Pelaksanaan aliansi industri dalam pengungkapan potensi geologi di Kawasan

ASEAN, Afrika, dan Pasifik;32. Pelaksanaan aliansi dalam perbantuan mitigasi bencana geologi di Kawasan

ASEAN, Afrika, dan Pasifik;33. Pelaksanaan kerja sama dengan negara maju di bidang mitigasi bencana

Page 82: Road Map Badan Geologi 2010

152 153

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

geologi, pengungkapan sumber daya geologi, lingkungan geologi, dan pengembangan geosain.

Berdasarkan kebijakan, sasaran aksi, dan rencana aksi selanjutnya disusun matriks yang menggambarkan hubungan masing-masing kebijakan, sasaran aksi, dan ren-cana aksi yang bersesuaian sebagaimana Tabel 4.1 di bawah ini.

KEBIJAKAN SASARAN AKSI RENCANA AKSI

Peningkatan jumlah pegawai yang kompeten

Tercapainya komposisi tenaga teknis dengan tenaga pendukung yang proporsional sesuai dengan standar kompetensi

Penyertaan pendidikan formal dan pelatihan dalam dan luar negeri

Penerimaan CPNS sesuai dengan kompetensi

Perencanaan SDM dan pengembangan pola karier

Pengembangan standar kompetensi pejabat fungsional

Peningkatan pelayanan publik

Terlaksananya SOP, SPM dan e-procurment

Penyusunan SOP, SPM, dan e-procurment

Penetapan SOP, SPM & e-procurment Sosialisasi, penerapan, dan evaluasi SOP, SPM dan e-procurment

Terselenggaranya pemasyarakatan manfaat informasi kegeologian

Penyelenggaraan sosialisasi dan/atau seminar, lokakarya, pameran, promosi, dan kehumasan

Tersebarluaskannya hasil-hasil kegiatan Badan Geologi

Penerbitan publikasi ilmiah (jurnal dan/ atau bulletin) kegeologian

Terbentuknya sistem pelayanan perpustakaan terintegrasi

Pengintegrasian system layanan perpustakaan Pelayanan perpustakaan on-line

Pengembangan aplikasi perpustakaan (e-book, electronic journal) dan knowledge-based management

Terselenggaranya pelayanan museum kegeologian

Pengembangan peragaan museum kegeologian

Pengembangan riset dan penyusunan basis data koleksi museum kegeologian

Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan publik

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan Publik

Terlaksananya pela-yanan penelitian, penyelidikan, laboratorium

Pelayanan penelitian dan penyelidikan bidang geologi

Pelayanan laboratorium bidang geologi

Tabel 4.1 Matriks Kebijakan, Sasaran Aksi, dan Rencana Aksi TKBG

Penataan Organisasi Badan Geologi

Terbentuknya UPT Strategis Badan Geologi

Penyiapan kajian teknis pengembangan UPT dan kantor regional Badan Geologi di wilayah strategis

Pengem-bangan sarana dan teknologi penelitian

Tersedianya sarana penelitian dan laboratorium yang handal

Pengadaan sarana penelitian dan laboratorium

Pelaksanaan akreditasi laboratorium

Tersedianya teknologi mutakhir dalam bidang sarana penelitian

Pemutakhiran teknologi secara mandiri atau memanfaatkan hasil kerja sama internasional

Peningkatan kinerja rancang bangun dan perekayasaan teknologi

Terpenuhinya standar peman-tauan Gunung api di seluruh Indonesia

Penyediaan sistem dan sarana pemantauan Gunung api

Pengem-bangan peraturan perundang-udangan bidang geologi

Tersedianya bahan perumusan peraturan per-undang-undangan bidang geologi

Pengkajian peraturan perundang-undangan yang terkait bidang geologi

Penyelesaian bahan perumusan peraturan perundang-udangan bidang geologi

Tersedianya bahan kebijakan teknis bidang geologi

Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) bidang geologi

Penyusunan dan pengusulan SNI bidang geologi

Perlindung-an hakciptaprodukBadan Geologi

Terdaftarnya hak cipta produk-produk Badan Geologi

Pengajuan dan proses penetapan HaKI produk-produk Badan Geologi

Optimalisasikerja sama nasional dan inter-nasional

Terbangunnya jejaring kerja antar Pusat dan Daerah di bidang geologi

Pelaksanaan koordinasi dengan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota

Meningkatnya koordinasi bid geologi antara Pusat dengan Daerah dan lembaga terkait

Pelaksanaan koordinasi bidang geologi antara Pusat dengan Daerah dan lembaga terkait

Terselenggaranya aliansi internasional

Pelaksanaan aliansi industri dalam pengungkapan potensi geologi di Kawasan ASEAN, Afrika, dan Pasifik

Pelaksanaan aliansi dalam perbantuan mitigasi bencana geologi di Kawasan ASEAN, Afrika, dan Pasifik

Tercapainya alih teknologi bidang kegeologian dalam kerja sama internasional

Pelaksanaan kerja sama dengan negara maju di bidang mitigasi bencana geologi, pengungkapan sumber daya geologi, lingkungan geologi, dan pengembangan geosain

Page 83: Road Map Badan Geologi 2010

154 155

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Gambar 4.9 Milestone Rencana Komposisi Pegawai Badan Geologi

Gambar 4.10 Diagram Komposisi Pegawai Badan Geologi yang diinginkan

BAB VPENUTUP

Bangsa Indonesia secara bertahap terus berusaha membangun kemandirian. Kemandirian yang ditopang dengan kemampuan sumber daya nasional yang be-bas dari ketergantungan luar negeri. Ketergantungan pada berbagai produk luar negeri dapat dikurangi dengan penguasaan dan penguatan Iptek. Penguasaan dan penguatan Iptek dapat dicapai dengan memposisikan aktivitas penelitian dan pelayanan publik sebagai salah satu unsur utama dalam pembangunan na-sional.

Fungsi geologi dirasa akan semakin meningkat dalam melaksanakan perannya selaku pendukung utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasi-onal 2005 – 2025. Peran utama geologi adalah sebagai penyedia informasi utama dalam inventarisasi sumber daya geologi dan lingkungan geologi untuk kewilaya-han dan tata ruang, vulkanologi, mitigasi bencana geologi (geohazard) dan pen-getahuan geologi. Peranan riset geologi baik untuk kepentingan pengembangan keilmuan dan khususnya yang teraplikasi akan semakin menonjol seiring dengan tuntutan pembangunan, kebutuhan masyarakat maupun tuntutan kemajuan ilmu geologi yang bersifat global.

Road Map Badan geologi 2005 – 2025 yang berisi Visi – Misi dan Arah serta tahapan adalah kompas dalam menyusun agenda pembangunan Badan Geologi dalam menunaikan tugas dan fungsinya dalam penelitian, penyelidikan dan pe-layanan dalam bidang georesources dan geohazard.

Melihat peran dan fungsi geologi yang menjadi semakin penting di dalam mengisi pembangunan 20 tahun ke depan tampak, bahwa Badan Geologi masih menjadi tulang punggung di lingkungan sektor energi dan sumber daya miner-al dalam rangka meningkatkan sumber mineral, sumber energi termasuk sum-ber panas bumi dalam rangka meningkatkan pendapatan negara, kesejahteraan masyarakat untuk penyerapan tenaga kerja serta memberikan solusi dalam men-

Page 84: Road Map Badan Geologi 2010

156 157

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

cari energi modern. Oleh karena itu dalam beberapa periode tahapan rencana jangka menengah satu dan dua posisi Badan Geologi masih tetap diperlukan ke-beradaannya di lingkungan sektor energi dan sumber daya mineral.

Berdasarkan hasil evaluasi khusususnya dalam pengelolaan dan pengemban-gan sumber daya geologi yang telah dilakukan selama ini dan memperhatikan hambatan dan tantangan saat ini dan di masa depan, maka diperlukan solusi kelembagaan dengan pembentukan lembaga yang melaksanakan Pengelolaan Kegeologian Nasional. Tujuannya adalah agar dapat mempercepat pengungka-pan informasi geologi dan memberikan pelayanan yang optimal kepada para stake holder (pemerintah, pengusaha dan masyarakat).

Pembentukan Lembaga Pemerintah Non Kementerian sebagai lembaga khu-sus yang mewadahi kegiatan pelayanan pemetaan dan informasi geologi, keben-canaan geologi, sumber daya kebumian, lingkungan dan pengembangan wilayah serta geologi kelautan merupakan keniscayaan dalam kurun waktu setidaknya sepuluh tahun ke depan. Diharapkan kegiatan pemerintahan bidang geologi akan dapat memberikan pelayanan kebumian kepada seluruh instansi pemerin-tah dan masyarakat secara lebih cepat, tepat dan akurat.

Dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitiandan pelayanan kegeologian juga diperlukan SDM yang berkualitas dan pemberdayaan institusi litbang dan industri nasional. Pemerintah berkewajiban untuk merumuskan kebijakan yang memacu kemampuan nasional. Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk Roadmap Badan Geologi sampai tahun 2025 yang dikelompokkan sesuai dengan berbagai bidang prioritas pembangunan. Buku Roadmap Badan Geologi Tahun 2005-2025 ini diharapkan dapat memberikan pedoman bagi lembaga litbang, perguruan tinggi dan industri dalam perencanaan strategis terutama terkait den-gan kegiatan kegeologian untuk memperoleh hasil yang optimal bagi pembangu-nan nasional.

Untuk mencapai kemandirian secara bertahap, khususnya kegiatan kegeo-logian telah ditentukan 7 (tujuh) bidang prioritas agenda pembangunan, yaitu: Pengembangan Sumber Daya Energi, Pengembangan Sumber Daya Mineral, Pengembangan Sumber Daya Air Tanah, Mitigasi Bencana Geologi, Pengemban-gan Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang, Pengembangan Geo-Informasi serta Peningkatan Tata Laksana Kepemerintahan.

Untuk melaksanakan roadmap dibutuhkan prasyarat jiwa juang dari aparat Badan Geologi yang tidak pernah surut dalam berkarya memenuhi dan mengisi cita-cita bangsa dengan mewujudkan geologi untuk kesejahteraan masyarakat dan memberikan perlidungan masyarakat. Para pendahulu yang meletakan dasar dan jiwa patriot di lembaga kegeologian harus dijadikan suri tauladan didalam berkarya dan berbakti untuk nusa dan bangsa. Dengan jiwa dan semangat yang merupakan prasyarat maka visi akan terwujud dengan gerak langkah melalui misi dan perencanaan secara bertahap.

Keberhasilan dalam melaksanakan program-program yang dirumuskan dalam roadmap ini sangat tergantung pada komitmen semua pihak khususnya lembaga penelitian dan pelayanan yang terkait, baik pada tingkat nasional dan daerah dalam menjalankannya. Walaupun diakui masih banyaknya isu-isu yang penting dan terus berkembang, berbagai program yang disusun dalam buku putih ini diyakini dapat dikembangkan sedemikian rupa untuk mengakomodasikan isu-isu dimaksud. Beberapa keterbatasan dan kendala yang dihadapi dalam peny-usunan program-program menyangkut berbagai kompleksitas kebutuhan mas-yarakat di satu pihak dan keterbatasan pendanaan di lain pihak. Oleh karena itu, peran dan kesadaran seluruh lembaga serta stakeholder terkait sangat diharap-kan dalam memahami dan sekaligus menjalankan program-program yang telah dirumuskan. Dukungan kebijakan dalam rangka mendukung prioritas nasional sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan implementasi program-pro-gram tersebut.

Akhirnya, yang masih harus ditindaklanjuti secara lebih konsisten adalah bagaimana caranya agar buku ini dapat digunakan secara berkelanjutan dan memperoleh modifikasi seperlunya pada waktu tertentu sesuai dengan tuntutan jaman serta mendapat dukungan politik yang memadai, sehingga kegiatan-ke-giatan yang dilaksanakan berdasarkan buku ini memberi dampak luas bagi pem-bangunan bidang geologi khususnya dan seterusnya bagi pembangunan nasion-al di Indonesia.

Page 85: Road Map Badan Geologi 2010

158 159

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 86: Road Map Badan Geologi 2010

160 161

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 87: Road Map Badan Geologi 2010

162 163

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 88: Road Map Badan Geologi 2010

164 165

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 89: Road Map Badan Geologi 2010

166 167

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 90: Road Map Badan Geologi 2010

168 169

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 91: Road Map Badan Geologi 2010

170 171

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 92: Road Map Badan Geologi 2010

172 173

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 93: Road Map Badan Geologi 2010

174 175

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 94: Road Map Badan Geologi 2010

176 177

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 95: Road Map Badan Geologi 2010

178 179

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 96: Road Map Badan Geologi 2010

180 181

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 97: Road Map Badan Geologi 2010

182 183

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 98: Road Map Badan Geologi 2010

184 185

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 99: Road Map Badan Geologi 2010

186 187

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 100: Road Map Badan Geologi 2010

188 189

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 101: Road Map Badan Geologi 2010

190 191

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 102: Road Map Badan Geologi 2010

192 193

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 103: Road Map Badan Geologi 2010

194 195

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 104: Road Map Badan Geologi 2010

196 197

Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

Page 105: Road Map Badan Geologi 2010

198

Road Map Badan Geologi 2010-2025

Page 106: Road Map Badan Geologi 2010

© BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JLN. DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG http://www.bgl.esdm.go.id/