Upload
bogel-andy
View
536
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kejadian Anemia di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari Tahun 2010
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemi defisiensi besi merupakan jenis malnutrisi yang masih banyak di
jumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia
(Beck 2000). Salah satu kelompok masyarakat yang rawan menderita anemi gizi
adalah wanita usia subur (WUS), termasuk ibu hamil, remaja putri dan kelompok
lainnya terutama yang berpenghasilan rendah (Depkes RI, 2002)
Kejadian anemia disebabkan karena pola konsumsi makanan masyarakat
di Indonesia yang masih didominasi oleh sayuran, sebagai sumber zat besi yang
sulit diserat. Sedangkan daging dan bahan pangan hewani yang diketahui sebagai
sumber zat besi yang baik jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan.
Disamping itu keadaan tertentu seperti keutuhan yang meningkat pada waktu
perumbuhan, mengidap penyakit kronis serta kehilangan darah karena infeksi
parasit (Malaria dan kecacingan) akan memperkuat anemianya
(Depkes RI, 1998).
Satu diantara tiga remaja putri di Indonesia menderita anemia. Hal ini
dapat dimaklumi karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang
membutuhkan zat gizi yang lebik tinggi termasuk zat besi. Disamping itu remaja
putri mengalami menstruasi setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi lebih
tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsinya juga lebih rendah dari
pada pria karena faktor ingin langsing (Depkes RI, 1998).
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak akibatnya dapat menurunkan
prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja, disamping itu penderita
kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh, yang mengakibatkan
mudah terkena infeksi. (Depkes RI, 2002).
Kadar hemoglobin yang kurang dapat digunakan sebagai indikator anemia
defisiensi besi (Halberg et al, 2003). Dari segi kesehatan masyarakat anemia gizi
diasosiasikan dengan snemia defisiensi besi. Prevalensi kekurangan zat besi di
negara berkembang jauh lebih tinggi dari negara maju, yaitu masing-masing 36%
dan 8 % (Demaeyer, 2003), prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri di
beberapa negara yaitu : 82,5 % di Bangladesh, 23 % di China dan 42,2 % di
Filiphina (Demaeyer, 2003). India ditemukan 74,7 % remaja putri (12-19 tahun
(Kotecha, 2000). Di Indonesia prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri
tahun 2006 yaitu 28 % (Depkes RI, 2007). Data Survey Kesehatan Rumah tangga
(SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada balita 40,5%,
ibu hamil 50.5 %, ibu nifas 45,1 % remaja putri usia (10-18 tahun) 57,1 % dan
usia 19-45 tahun 39,5 %. Dari semua kelompok umur tersebut wanita mempunyai
resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri.
Hasil penelitian bagian gizi FKM UNAIR (Bernadeta, 1998) terhadap
remaja putri SMU 2 Maumere Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur
menunjukkan prevalensi anemia 64,1 %. Sedangkan hasil penelitian Lestari, dkk
(1998) dalam Abd. Kadir pada remaja putri SMU Dati II Bogor menunjukkan
bahwa prevalensi anemi sebesar 50,5 %.
Prevalensi anemia pada remaja putri SMU di Provinsi Sulawesi Tenggara
mencapai sekitar 43 % untuk tahun 2006 dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan
sekitar 16 % atau mencapai 59 % remaja putri yang menderita anemia dan
menurut kemungkinan kejadian serupa dari hasil penelitian sebelumnya dapat
terjadi khususnya di MAN 2 Kendari, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kejadian Anemia di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari Tahun 2010”.?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh informasi pengetahuan remaja putri tentang kejadian
anemia di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari Tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian adalah:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan informasi dan masukan pada Dinas Pendidikan
Kab. Konawe pada umumnya dan pada khususnya MAN 2 Kendari bahwa
anemia dapat mengakibatkan menurunnya gairah, konsentrasi dan prestasi
belajar serta dapat mengganggu pertumbuhan.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat
umumnya dan khususnya bagi remaja putri tentang adanya masalah anemia
serta faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam rangka
menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang
baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan
aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman
inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.
Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan
observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris
tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila
seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala
yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa
didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali.
Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan
sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan
melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme
lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada
pengalaman.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman
seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan
seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak
untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status
kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan
atau aktif dengan tahapan-tahapannya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah
visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
b. Media
Media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat
yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio,
koran, dan majalah.
c. Keterpaparan Informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary
menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun
ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain
itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan
oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik
untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara,
kode, program komputer, database. Adanya perbedaan definisi informasi
dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible),
sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang
diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta
diteruskan melalui komunikasi.
2. Tinjauan Tentang Anemia
a. Pengertian Anemia
Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia. Prevalensinya
masih tinggi terutama pada wanita hamil, anak balita, anak sekolah, dan
pekerja berpenghasilan rendah. Prevalensi anemia gizi pada balita di
Propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1995 adalah 40,5 % dan meningkat
menjadi 48,1 % pada tahun 2001 (Depkes RI, 2003).
Prevalensi anemia gizi yang tinggi ini dapat membawa akibat
negative seperti : 1) Rendahnya kemampuan kerja jasmani dan
produktivitas kerja, 2) Rendahnya kemampuan intelektual, dan
3) Rendahnya kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tingginya angka
kesakitan. Dengan demikian konsekwensi fungsional dari anemia gizi
menyebabkan turunnya kualitas sumber daya manusia (Husaini, 1989).
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal
(Arisman, 2002). Beck (2000) mendefinisikan anemia adalah suatu
keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb) lebih rendah
dari nilai normal.
Sedangkan menurut Supariasa, dkk (2002) anemia adalah suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal,
yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Adapun
batasan anemia menurut Departemen Kesehatan 1995 adalah anak balita:
11 gram %, anak usia sekolah: 12 gram %, wanita dewasa: 12 gram %,
laki-laki dewasa: 13 gram %, ibu hamil: 11 gram % dan ibu menyusui > 3
bulan: 12 gram % (Supariasa, dkk, 2002).
b. Epidemiologi Anemia
Secara epidemiologi, anemia merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang hampir merata di seluruh dunia, pada segala umur dan
mulai dari dahulu sampai sekarang. Anemia banyak terjadi pada masa-
masa tumbuh kembang seperti pada bayi, anak balita dan anak usia
sekolah (7-19 tahun). Pada masa ini, semakin bertambah usia maka
kemungkinan terkena anemia semakin besar sampai pada usia dewasa.
Pada saat usia dewasa tua, secara epidemiologi terjadinya anemia semakin
menurun kecuali pada wanita yang hamil, bersalin dan menyusui
(Depkes, 1998).
c. Patofisiologi Anemia
Anemia terjadi karena penurunan produksi sel darah merah seperti
anemia defisiensi besi dan bisa juga karena peningkatan penghancuran sel
darah merah seperti anemia karena perdarahan dan anemi hemolitik
(Husaini, 1989).
d. Penyebab Anemia
Menurut Depkes RI (1998), sebagian besar anemia di Indonesia
disebabkan oleh kekurangan zat besi yang merupakan komponen
pembentukan hemoglobin atau sel darah merah, oleh karena itu disebut
anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi ini terjadi karena kandungan zat
besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan,
meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, dan meningkatnya
pengeluaran zat besi dari tubuh.
Anemia gizi dapat terjadi akibat rendahnya kadar zat besi dalam
makanan, tetapi dapat juga terjadi akibat perdarahan yang banyak atau
akibat penyakit kronis seperti malaria (Syahmein, 2002). Menurut
Almatsier (2003), penyebab masalah anemia adalah kurangnya daya beli
masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama
dengan ketersediaan biologik tinggi (asal hewani), dan perempuan
ditambah dengan kehilangan darah melalu haid atau pada persalinan
e. Klasifikasi Anemia
Secara morfologis anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran
sel dan haemoglobin yang dikandung sebagai berikut:
1) Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah
besar dan jumlah haemoglobin tiap sel juga bertambah, Ada dua jenis
anemia makrositik yaitu anemia megaloblastik dan non megaloblastik.
Kekurangan vitamin B12, asam folat atau gangguan sintesis DNA
merupakan penyebab anemia megaloblastik. Sedangkan anemia non
megaloblastik disebabkan oleh eritropoiesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membrane.
2) Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan suatu tanda
anemia mikrositik, penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan
sintesis globulin, porfirin dan hem, serta gangguan metabolisme
lainnya.
3) Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah.
Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah,
meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit penyakit
hemolitik, gangguan endokrin, ginjal dan hati (Citra Kusumasari, 2000
dalam Abdul Kadir, 2003).
f. Penilaian Status Anemia Defisiensi Besi
Penilaian status, besi yang terbaik dapat diperoleh dengan
menggunakan beberapa indikator secara bersamaan. Temuan dua atau
lebih nilai yang tidak normal mencerminkan adanya gangguan pada status
besi. Pemilihan kombinasi yang paling tepat sangat tergantung pada
kesehatan individu dan tujuan pemeriksaan karena kedua hal ini dapat
menyesatkan interprestasi hasil pemeriksaan laboratorium. Sedangkan
penentuan derajat anemia dilakukan melalui pemeriksaan darah rutin
(Arisman, 2002).
g. Anemia Defisiensi Pada Remaja Putri
Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa,
ditandai menyebabkan rawan terhadap anemia denga perubahan fisik dan
mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat-alat reproduksi
seperti menstruasi (umur 10-19 tahun) (Depkes, 1998). Partumbuhan
remaja putri yang cepat menyebabkan volume darah meningkat, demikian
pula massa otot dan enzim-enzim. Oleh karena itu, diperlukan asupan besi
yang cukup, disamping itu menstruasi yang dialami setiap bulan juga akan
meningkatkan kebutuhan mineral besi. Hal-hal ini yang defisiensi besi
(Khomsan, 2001).
Menurut Depkes RI (1998), wanita dan remaja putri sering
menderita anemia karena:
1) Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi
makanan nabati dibandingkan hewani
2) Wanita lebih jarang mengkonsumsi makanan hewani dan sering
melakukan diet pengurangan makan karena ingin langsing
3) Mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali
lebih banyak dari pada pria, oleh karena itu wanita lebih cenderung
menderita anemia dibandingkan dengan pria.
Kelompok umur remaja termasuk golongan rentan, oleh karena
pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik dan pematangan organ tubuh
yang cepat sehingga untuk memenuhinya diperlukan zat-zat gizi yang
cukup, baik jumlah maupun macamnya. Oleh karena tidak ada satupun
jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat gizi, maka remaja
harus makan makanan yang beraneka ragam. Dengan mengkonsumsi
makanan yang beraneka ragam kekurangan zat besi pada jenis makanan
yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya
(Depkes RI, 1997).
Pengaruh defisiensi zat besi terutama melalui kondisi gangguan
fungsi hemoglobin yang merupakan alat transfor O2, yang diperlukan pada
banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah telah ditunjukkan
adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak
untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi
dalam belajar menurun (Tan, 2002).
Tanda-tanda anemia dan akibatnya pada remaja putri menurut
Depkes RI (1998):
a. Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5 L);
b. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang;
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat;
d. Menurunkan kemampuan dan konsetrasi belajar;
e. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal;
f. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati;
g. Mengakibatkan muka pucat;
B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Anemia Pada
Remaja Putri
1. Karakteristik Keluarga
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan kepala keluarga dapat mempengaruhi status
gizi remaja secara tidak lanusng, yaitu melalui perbaikan status sosial
ekonomi, pendidikan yang lebih tinggi mempunyai peluang meraih status
ekonomi yang lebih baik pula selanjutnya tingkat penyediaan makanan,
perawatan dan kebutuhan lainnya relatif dapat dipenuhi.
b. Jumlah Anggota Keluarga
Dewasa ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya
kebutuhan primer, tetapi kebutuhan lainnya sangat diperlukan. Jumlah
anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan,
karena semakin kecil jumlah anggota keluagra kebutuhan makannya akan
semakin terpenuhi (Suharjo, 1986).
2. Faktor Pola Konsumsi
a. Pola Konsumsi
Pola konsumsi adalah gambaran tentang waktu dan frekuensi
makan yang berlalu secara berulang-ulang dan terus menerus. Pola makan
didefenisikan sebagai gambaran luas tentang makanan yang lazim
dikonsumsi pada jangka waktu tertentu sesuai dengan pendistribusian
hidangan menurut waktu makanan (Depkes RI, 1999). Sedangkan
menurut Suhardjo dkk (1986), pola konsumsi atau kebiasaan makanan
adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk
memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.
b. Jenis Konsumsi Makanan
Menurut Almatsier (2003), pada umumnya menu di Indonesia
terdiri atas makanan sebagai berikut:
1) Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang: Nasi, jagung, ubi jalar,
singkong, talas, sagu, serta hasil olahan seperti mie, bihun, macaroni
dan sebagainya.
2) Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang pada
umumnya memberi rasa netral. Lebih terasa enak:
a) Lauk Hewani: Daging, ayam, ikan dan kerang, telur dan
sebagainya.
b) Lauk Nabati: kacang-kacangan dan hasil olahan, seperti kacang
kedelai, kacang hijau, kacang merah, tahu, tempe dan oncom.
3) Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan
makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah seperti
sayur daun-daunan, umbi-umbian, kacang-kacangan.
4) Buah untuk mencuci mulut seperti pepaya, nenas, pisang, jeruk.
c. Frekuensi Konsumsi Makanan
Salah satu penyebab terjadinya anemia adalah karena kurang
konsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi dan asam folat,
makan cukup namun makanan yang dikonsumsi bioavailabilitas besinya
rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang dan makanan yang
dimakan mengandung zat penghambat penyerapan zat besi dan asam folat
(Depkes, 1997).
3. Anemia Defisiensi Zat Besi Akibat Infeksi Malaria
Secara umum, penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang
mudah dan ada yang sukar terinfeksi malaria meskipun gejala klinisnya
ringan, karena memiliki kekebalan terhadap parasit malaria, baik yang bersifat
bawaan/alamiah maupun didapat (Prabowo, 2004)
C. Landasan Teori
Berdasarkan studi pustaka menunjukkan bahwa ada 2 (dua) penyebab
terjadinya anemia berhubungan dengan banyak faktor, diantaranya faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung adalah konsumsi energi,
protein, Fe dan vitamin C; pola konsumsi yang meliputi: Jenis makanan,
frekuensi makan dan pantangan makanan; penyakit infeksi yaitu penyakit infeksi
malaria dan kecacingan; kehilangan darah yang banyak karena perdarahan
kecelakaan dan menstruasi. Sedangkan faktor yang berhubungan secara tidak
langsung adalah pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jumlah anggota
keluarga dan ketersediaan pangan.
Adapun bagan kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar berikut :
Bagan Teori Penelitian
PengetahuanTentang Anemia
PelayananKesehatan
Konsumsi Zat Besi
Status Gizi
Konsumsi Makanan
Menstruasi
Asupan Zat Besi
Kehilangan Zat Besi
KEJADIAN
ANEMIA
D. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Hubungan Variabel Yang Diteliti
: Variabel Yang Diteliti
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Anemia
Anemia adalah gambaran keadaan kadar Hb remaja putri berdasarkan
pemeriksaan Laboratorium. Adapun kriteria objektifnya:
a. Anemia, bila kadar Hb < 12 gr / dl
b. Tidak anemia, bila kadar Hb > 12 gr / dl
(Supariasa, dkk, 2002)
Kadar Hb merupakan indikator dalam penentuan status anemia.
Anemia adalah kondisi dimana kadar Hb dalam darah kurang dari normal.
Ambang batas menurut Depkes bahwa seorang wanita (tidak hamil)
dikatakan anemia jika kadar Hb > 12 gr / dl.
2. Pengetahuan Remaja Tentang Anemia
Pengetahuan Remaja atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan
Pengetahuan Remaja Putri : Kejadian Anemia
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).
Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Upaya
perbaikan sejak dini membawa dampak yang positif
ketimbang intervensi yang dilakukan terlambat. Angka
kematian ibu (AKI) menjadi salah satu contohnya. Sebagai
salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat, AKI
merupakan suatu ukuran yang sangat penting. Di Negara
maju, AKI merupakan indikator vital, sebagai wujud
keberhasilan pemerintah dalam pembangunan kesehatan.
Keberhasilan penurunan AKI harus disertai dengan program
yang berkesinambungan dan komprehensif.
Saat ini Departemen Kesehatan RI mengembangkan
program desa siaga, sebagai bagian dari program pemerintah
dalam peningkatan kesehatan ibu. Sejalan dengan upaya
tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengawalinya
dengan mengembangkan puskesmas ramah ramaja sebagai
basis dari kesehatan seorang calon ibu. Program kesehatan
reproduksi, kesehatan ibu dan program gizi seiring sejalan
menggarap ladang baru bernama “remaja”.
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam
berbagai hal, baik mental, emosional, sosial dan fisik.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja
menyebabkan perubahan dalam perilaku konsumsi. Remaja
yang masih dalam proses mencari identitas diri, seringkali
mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi. Hal ini karena
remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup
konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun skunder.
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung
dengan AKI adalah anemia gizi. Data dari Direktorat
Kesehatan Keluarga menunjukan bahwa 40 % penyebab
kematian ibu adalah perdarahan, dan telah diketahui bahwa
anemia menjadi faktor risiko terjadinya perdarahan tersebut.
Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, prevalensi
anemia pada ibu hamil sebesar 42 %. Jika dilihat siklusnya,
ibu hamil yang menderita anemia dapat diakibatkan karena
anemia yang telah dideritanya sejak masih remaja.
Anemia, dipengaruhi secara lagsung oleh konsumsi
makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi,
selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula
karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti
pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat
besi yang masuk sedikit. Secara umum, konsumsi makanan
berkait erat dengan status gizi. Bila makanan yang
dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi
juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang
nilai gizinya, maka dapat menyebabkan kekurangan gizi.
Selain itu, Perilaku konsumsi makanan seseorang dipengaruhi
oleh faktor instrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari diri
seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan keyakinan, serta
faktor ekstrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri
seseorang seperti tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman,
iklan, tempat tinggal, lingkungan sosial, dan kebudayaan.
Survei ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia
pada remaja putri, khususnya pada siswi SLTA dan SLTP di
Kabupaten Sleman, dengan demikian dapat dilakukan
perbaikan secara dini.
Begitu pentingnya perhatian program terhadap remaja,
kegiatan kecil ini mudah-mudahan turut memberikan
kontribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat
khususnya penurunan anemia pada remaja dan penurunan
AKI pada umumnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang di maksudkan
untuk mendeksripsikan pengetahuan remaja putri tentang kejadian anemia di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari dan manfaat zat besi.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Mei 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari
Tahun 2010.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi putri, yang terdaftar dan
masih aktif belajar di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari Tahun Ajaran
2010/2010 sebanyak 23 remaja putri.
2. Sampel
a. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri Kelas XII IPA sebanyak
13 orang dan XII IPS sebanyak 10 orang di Madrasah Aliyah Negeri 2
Kendari dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Random Total
Sampling dengan kriteria:
1) Tidak sedang menstruasi
2) Tidak sedang menderita sakit
3) Bersedia ikut dalam penelitian
4) Remaja putri yang tinggal bersama orang tua/keluarga
b. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 23 orang sebagai
sumber data.
D. Instrumen Penelitian
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan penelitian ada dua instrumen yang
digunakan yaitu:
1. Kuesioner
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
2. Jenis Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi hasil
wawancara langsung dengan responden dengan bantuan kuesioner yang
meliputi pola haid, karakteristik keluarga, pola konsumsi dan riwayat
infeksi malaria.
b. Data Sekunder
Gambaran umum lokasi penelitian diperoleh melalui pendekatan
dokumentasi terhadap data yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari
Tahun 2010
E. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan
kalkulator dan rumus distribusi frekuensi yaitu :
nX = x 100 %
∑
Keterangan :
X : Variabel yang diteliti
n : Jumlah variabel yang diteliti
∑ : Jumlah Keseluruhan dari sampel
(Ridwan, 2007)
F. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
a. Keadaan Geografis
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari terletak di Kelurahan Unaaha
Kabupaten Konawe Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Dibangun diatas
tanah seluas 20.000 m², dengan luas bangunan 3.572 m², dengan berbatasan
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kel. Wawonggole
- Sebelah Timur Berbatasan dengan Kel. Wawonggole dan Kel. Asinua
- Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kel. Ambekaeri dan Kel. Tumpas
- Sebelah Barat Berbatasan dengan Kel. Tumpas
b. Analisa Tenaga Pengajar
Tabel 1 :Distribusi Tenaga Pengajar MAN 2 Kendari Tahun 2010
No UraianPendidikan
JmlhS3 S2 S1 DIII SLTA1. 2.3.4.
Guru Tetap (PNS )Guru Honor Pegawai Tata UsahaPegawai Honor
----
1---
183-1
----
--14
19-15
Jumlah - 1 22 - 5 28 Sumber : Data Sekunder 2010
c. Analisa Sarana Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari memiliki 23 ruangan, disajikan
dalam tabel berikut ini :
Tabel 2 :Distribusi Sarana Sekolah Di MAN 2 Kendari Tahun 2010
No Jenis Sarana/Barang Jumlah
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.33.34.35.36.37.38.
Tanah Ruang Kepala Kantor Madrasah Ruang Wakil Kepala Sekolah Ruang Tata Usaha Ruang Bendahara Ruang Guru Ruang TamuRuang Operator KomputerRuang BK Ruang Osis Ruang Seni MusikRuang Laboratorium IPA Ruang Komputer Ruang Multimedia Ruang Perpustakaan RKB Auditorium Mushollah Komputer Laptop PrinterTV RadioDVD LCD Proyektor/Infokus Telepon Handy CampKamera DigitalSound Sistem OHP Jam dinding WC Meja (berbagai model)Kursi (berbagai model)Lemari Papan Struktur Organisasi Papan Pengumuman Papan Administrasi lainnya
2.000 M²1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit1 Unit9 Unit1 Unit1 Unit8 Buah2 Buah4 Buah4 Buah4 Buah2 Buah2 Buah2 Buah1 Buah1 Buah2 Buah1 Buah12 buah13 Unit375 buah452 buah53 buah1 buah1 Buah8 Buah
39.40.41.42.43.44.45.46.47.48.49.50.51.52.53.54.55.56.57.58.59.60.61.
Mading Brankas Kipas Angin ACDispencerWireless AmplifierKendaraan Roda Dua Mesin Fhoto Copy Mesin Potong Rumput Tangki Semprot Papan Tulis Alat Olah RagaAlat Senam Lapangan Volly Lapangan Badminton Lapangan Takraw Lapangan Tenis Meja Alat Kesenian Gambar Presiden/Wakil Presiden Bendera Merah Putih Bendera Tut Wuri Handayani Lambang Bhineka Tunggal Ika Bendera Korpri
1 Buah1 Buah4 buah3 Buah4 Buah2 Buah2 buah1 Buah2 buah2 buah24 buah65 buah2 buah2 buah1 Buah1 Buah1 Buah23 buah14 buah12 buah1 Buah2 buah1 Buah
Sumber : Kantor MAN 2 Kendari Tahun 2010 (diolah)
2. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam beberapa tabel distribusi di
sertai dengan narasi atau penjelasan tabel, yang terdiri dari dua analisis, yaitu
analisis univariat dan analisis bivariat sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
a. Anemia
Tabel 3 :Distribusi Anemia Pada Remaja Putri di MAN 2 Kendari Tahun 2010
Anemia N %
Ya 12 52,20
Tidak 11 47,80
Total 23 100
Sumber : Data Primer (diolah) 2010.
Tabel 3 diatas terlihat bahwa dari 23 remaja putri di Madrasah
Aliyah Negeri 2 kendari yang mengalami Anemia sebanyak 12 orang
remaja putri (52,20 %) dan 11 orang remaja putri (47,80 %) yang tidak
mengalami anemia.
b. Jenis Konsumsi Makanan
Tabel 4 : Distiribusi Jenis Konsumsi Makanan Yang Mengandung
Zat Besi Remaja Putri Berkaitan Terjadinya Anemia di MAN 2 Kendari Tahun 2010
Jenis Makanan N %
Mengandung zat besi 6 26,09
Tidak mengandung zat besi 17 73,91
Total 23 100
Sumber : Data Primer (diolah) 2010
Tabel 4 diatas terlihat bahwa jenis makanan yang mengandung zat
besi berkaitan terjadinya anemia dengan kategori mengandung zat besi
sebanyak 17 remaja putri (73,91 %). Sedangkan yang kategori tidak
mengandung zat besi sebanyak 6 remaja putri (26,09 %).
c. Frekuensi Makan
Tabel 5 :Distribusi Frekuensi Makan Remaja Putri
di MAN 2 Kendari Tahun 2010
Frekuensi Makan N %
Baik 20 86,96
Kurang 3 13,04
Total 23 100
Sumber : Data Primer (diolah) 2010
Tabel 5 diatas terlihat bahwa frekuensi makan remaja yang
tertinggi dengan kategori kurang sebanyak 3 remaja putri (13,04 %).
Sedangkan yang terendah dengan kategori baik sebanyak 20 remaja
putri (86,96 %).
d. Distribusi Pantangan Makanan
Tabel 6 :Distribusi Pantangan Makanan Remaja Putri Tentang Anemia
di MAN 2 Kendari Tahun 2010
Pantangan Makanan N %
Ya 16 69,57
Tidak 7 30,43
Total 23 100
Sumber : Data primer (diolah) 2010
Tabel 6 diatas terlihat bahwa frekuensi pantangan makanan remaja
putri yang tertinggi dengan kategori Ya sebanyak 16 remaja putri
(69,57 %) dengan alasan tertentu seperti alergi terhadap makanan
tersebut. Sedangkan dengan kategori tidak sebanyak 7 remaja putri
(30,43 %) dengan alasan tidak ada makanan yang dipantang.
2. Analisa Bivarat
a. Distribusi Pengetahuan antara jenis makanan dengan kejadian anemia
pada remaja Putri di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari tahun 2010.
Tabel 7 :Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Anemia
pada Remaja Putri di MAN 2 Kendari Tahun 2010
Pengetahuan Kejadian Anemia
AnemiaTotal
Persentase (%)Ya Tidak
n % n %
Mengetahui 2 8,70 10 43,50 12 52,20
Tidak Mengetahui 10 43,50 1 4,30 11 47,80
Total 12 52,20 11 47,80 23 100
Sumber : Data Primer (diolah) 2010
Tabel 7 diatas terlihat bahwa dari 23 sampel remaja putri terdapat
sebanyak 12 orang responden (52,20 %) remaja putri yang mempunyai
pengetahuan tentang kejadian anemia, dan 11 remaja putri (47,80 %)
yang tidak mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia. Dari 12
responden yang mengetahui tentang kejadian anemia ternyata hanya
terdapat 2 remaja putri (8,70 %) mengalami kejadian anemia atau
10 (43,50 %) orang remaja putri yang tidak mengalami kejadian
anemia. Sedangkan dari 11 (47,80 %) responden yang tidak
mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia terdapat 10 (43,50
%) remaja putri mengalami kejadian anemia atau 1 (4,30 %) dari 11
(47,80 %) responden yang tidak mengalami anemia.
Hasil penelitian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan remaja putri tentang kejadian anemia di Madrasah Aliyah
Negeri 2 Kendari mempengaruhi terjadinya anemia.
B. Pembahasan
Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian remaja putri di Madrasah Aliyah
Negeri 2 Kendari mengalami anemia, yaitu dari 23 jumlah remaja putri
ditemukan sebanyak 12 remaja putri (52,20 %) dari yang tidak mempunyai
pengetahuan tentang kejadian anemia. Berikut adalah penjabaran dari pada tabel
diatas :
1. Jenis Konsumsi Makanan Pada Remaja Putri Berkaitan Dengan Kejadian
Anemia
Hasil penelitian dari 23 remaja putri yang menjadi sampel dalam
penelitian ini diperoleh remaja putri yang mempunyai jenis konsumsi
makanan yang mengandung zat besi sebanyak 6 remaja putri (26,09 %).
Sedangkan dalam kategori yang tidak mengandung zat besi 17 remaja putri
(73,91 %). Dari analisis pengetahuan, remaja putri yang mengalami anemia
cenderung mempunyai jenis konsumsi makanan kurang. Alasan karena masa
remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih baik
sementara jumlah makanan yang dikonsumsinya rendah karena faktor ingin
langsing.
Dalam hal ini anemia dianggap bukan hal yang tabu oleh sebagian
besar remaja putri di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari, sehingga mereka
dapat memperoleh pengetahuan serta kemauan mereka untuk mengatasi
anemia hal tersebut dengan mencari melalui media yang mereka dapatkan
seperti membaca buku, menonton TV, dan media lainnya, terkadang mereka
berdiskusi dengan teman.
2. Frekuensi Makanan pada Remaja Putri Berkaitan dengan Kejadian Anemia
Hasil penelitian dari 23 remaja putri yang menjadi sampel penelitian
ini terdapat 20 remaja putri (86,96 %) yang frekuensi konsumsi makanan
yang kategori baik dan berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa remaja
putri yang frekuensi konsumsi makanan kategori kurang lebih sedikit yaitu
3 remaja putri (13,04 %). Dengan alasan frekuensi makan dengan kategori
kurang lebih rendah di banding dengan frekuensi makannya baik, karena
sebagian besar remaja putri di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari
mengkonsumsi makanan < 3 kali sehari yang kurang mengandung zat besi,
walaupun kita ketahui biarpun dalam frekuensi makanannya < 3 kali sehari
tapi tetap mengandung zat besi kemungkinan kecil dapat menyebabkan
anemia, begitupun sebaliknya.
Frekuensi konsumsi makanan merupakan salah satu penyebab
terjadinya anemia karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung
zat besi dan asam folat makan cukup namun makanan yang di konsumsi zat
besinya kurang sehingga zat besi yang diserap kurang menghambat
penyerapan zat besi dan asam folat (Depkes-1997).
3. Pantangan Makanan pada Remaja Putri Berkaitan dengan Kejadian Anemia
Hasil penelitian dari 23 remaja putri yang menjadi sampel penelitian
ini terdapat 16 remaja putri (69,57 %) yang mempunyai pantangan makanan
kategori Ya dan berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa remaja putri
yang mempunyai pantangan makanan kategori tidak 7 remaja putri
(30,43 %).
Pantangan makanan adalah jenis makanan yang tidak pernah di
konsumsi karena alasan tertentu, seperti daging sapi, ikan, telur, sayur
bayam. Padahal kita dapat ketahui makanan tersebut sangat baik dikonsumsi,
sehingga yang mempunyai pantangan makanan lebih tinggi akan terkena
anemia dibanding yang tidak mempunyai pantangan makan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Berdasarkan penelitian bahwa tingkat pengetahuan remaja putri di
MAN 2 Kendari berpengaruh pada terjadinya anemia ini terlihat dari 23
sampel remaja putri terdapat sebanyak 12 orang responden (52,20 %) remaja
putri yang mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia, dan 11 remaja
putri (47,80 %) yang tidak mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia
dan sebagian dari remaja putri 11 (47,80 %) responden yang tidak
mempunyai pengetahuan tentang kejadian anemia terdapat 10 (43,50 %)
remaja putri mengalami kejadian anemia atau 1 (4,30 %) dari 11 (47,80 %)
responden yang tidak mengalami anemia.
2. Sebagian remaja putri di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari mengalami
anemia yaitu sebanyak 12 remaja putri (52,20 %) dan yang tidak mengalami
anemia yaitu sebanyak 11 remaja putri (47,80 %).
3. Jenis makanan remaja putri yang mengandung zat besi berkaitan dengan
kejadian anemia sebanyak 6 remaja putri (26,09 %). Sedangkan yang
kategori kurang sebanyak 17 remaja putri (73,91 %). Sehingga jenis
makanan remaja putri yang mengandung zat besi lebih rendah dibanding
yang tidak mengandung zat besi.
4. Frekuensi makan remaja putri yang tertinggi dengan kategori baik sebanyak
3 remaja putri (13,04 %). Sedangkan yang tertinggi dengan kategori kurang
sebanyak 3 remaja putri (13,04 %). Sehingga dapat kita lihat perbandingan
yang cukup tinggi.
5. Pantangan makanan remaja putri yang tertinggi dengan kategori Ya
sebanyak 16 remaja putri (69,57 %). Sedangkan yang terendah dengan
kategori Tidak sebanyak 7 remaja putri (30,43 %).
B. Saran
1. Kepada pihak sekolah untuk lebih meningkatkan pendidikan dibidang
kesehatan misalnya mengadakan penyuluhan- penyuluhan kesehatan dengan
bekerjasama dengan pihak tenaga kesehatan.
2. Pada remaja putri khususnya siswi untuk lebih meningkatkan pengetahuan
mereka mengenai kesehatan terutama mereka yang tidak mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi sehingga mempunyai resiko lebih tinggi
terkena anemia.
3. Dianjurkan kepada semua remaja putri untuk lebih rajin memeriksakan
kesehatannya agar dapat memperoleh informasi atau penyuluhan tentang
anemia. Serta masalah frekuensi makan yang benar.
4. Dianjurkan kepada semua remaja putri untuk lebih rajin memeriksakan
kesehatannya agar mendapatkan pengetahuan yang lebih dibidang kesehatan
apalagi di usia remaja yang rentan mengalami anemia. Disamping itu remaja
putri perlu mengetahui terlalu banyak pantang terhadap makanan dapat
mengakibatkan terjadinya anemia, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan
perlu mengadakan penyuluhan masalah kesehatan di sekolah-sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alan, B dan Robert J.M., 1989. Faktor Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.
Almatsier, S., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Arisman, M.B., 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta, Jakarta.
Beck, M.E., 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit.
Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta.
Bernadeta, M.K., Gandut., 1998. Studi Tentang Anemia Gizi dan Faktor yang
Mempengaruhi pada Remaja Putri SMU Maumere. Bagian Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya.
Bisara Dina., Supraptini., Tini, A., 2003. Status Gizi WUS dan Balita di Indonesia
Menurut Data SKRT 2001. Buletin Penelitian Kesehatan,. Jakarta : Badan
Litbangkes.
Depkes. RI., 1997. Anemia, Batasan, Penyebab Anemia dan Penanggulangan.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.
Harijanto, P.N., 2000. Malaria, Epidemologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan
Penanganan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kartasapoetra. G dan H. Marsetyo., 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan, dan
Produktivitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta.
Harijanto, P.N., 2000. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan
Penanganan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kartasapoetra G dan H. Marsetyo., 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan, dan
Produktivitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta.
Khomsan, 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup.
PT. Grasindo. Jakarta.
Lestari, 1998. dalam Abdul Kadir .J. Hubungan Konsumsi Protein, Zat Besi dan Vit.
C dengan Anemi Gizi Besi pada Ibu Hamil di Desa Asaria Konawe Selatan.
KTI tidak dipublikasikan.
Moehji, S., 2002. Ilmu Gizi.: Papas Sinar Sinanti. Jakarta.
Prabowo, A., 2004. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Puspa Swara. Jakarta
Tan Anthony, 2002. Wanita dan Nutrisi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Sjahmien Moehji. 2002. Ilmu Gizi (Pengetahuan Dasar ilmu Gizi). Jakarta :
PT. Bhratara
Suhardjo., Laura, J.H., Brady, J.D., dan Judy, A.D., 1986. Pangan, Gizi dan
Pertanian : Univeritas Indonesia. Jakarta.
Sumarmi, S dan Annis, C.A., 2000. Masalah Gizi di Indonesia. Surabaya : Diktat
tidak dipublikasikan.
Supariasa, D. N., Bachyar, B dan Ibnu, F., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wirakusumah, E. S., 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi.: Trubus
Agriwidya. Jakarta.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Proposal ini dalam bentuk sederhana, yang merupakan salah
satu syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan pada Poltekes Depkes Kendari Jurusan Kebidanan, dengan judul
“Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kejadian Anemia di Madrasah Aliyah Negeri
2 Kendari Tahun 2009”.
Selama persiapan penyusunan dan penyelesaian proposal ini, penulis mendapat
bantuan berupa bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Askrening, SKM. M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Arsulfa,S.SIT. M.Keb
selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan arahan selama proses penyusunan proposal ini hingga selesai.
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes selaku Direktur Poltekkes Depkes Kendari.
2. Ibu Sitti Aisa, AM.Keb. S.Pd selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes
Kendari.
3. Kartini, S.SIT, M.Kes, selaku penguji yang akan menguji penulis pada saat
seminar proposal.
4. Drs. H. Abd. Malik, M.Pd selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kendari yang
telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.
5. Bapak ibu dosen serta seluruh staf tata usaha di lingkungan Poltekkes Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mendidik dan mengarahkan selama mengikuti
pendidikan di bangku kuliah.
6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta, kakak serta seluruh keluargaku
yang telah memberikan do’a restu serta kasih sayang yang besar kepada penulis.
7. Seluruh rekan-rekan seperjuanganku di Poltekkes Jurusan Kebidanan T.A 2007
yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini tidak luput dari kesalahan.
Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan penyusunan proposal ini.
Harapan penulis semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga Allah SWT, senantiasa melindungi dan menyertai kita dalam segala
keseharian kita, Amin.
Kendari, Juli 2010
P e n u l i s
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
A. Telaah Pustaka ................................................................................... 5
B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Anemia
Pada Remaja Putri .............................................................................. 14
C. Landasan Teori ................................................................................... 17
D. Kerangka Konsep ............................................................................... 18
E. Definisi Operasional dan Kriteri Objektif .......................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 19
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 19
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 19
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 19
D. Instrumen Penelitian .......................................................................... 20
E. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 20
F. Pengolahan Data ................................................................................. 21
G. Penyajian Data ................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22