Upload
dheden-maulana
View
174
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
RPIJM KECIPTAKARYAAN
Citation preview
BAB I_PENDAHULUAN | 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh
wilayah Indonesia, bersama seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai
dengan pemerintahan daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien,
efektif serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh
masyarakat. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah
pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas,
terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
Pendayagunaan sumber daya yang lebih optimal diharapkan mampu
mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan
diberbagai daerah, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan
kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPJM) Bidang
Keciptakaryaan Kota Makassar disusun dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan/pendanaan dan kelembagaan dalam kerangka
pembangunan infrastruktur bidang/PU Cipta Karya Kota Makassar.
Disamping itu, RPIJM Bidang PU Cipta Karya Kota Makassar disusun dengan
memperhatikan aspek kelayakan program masing-masing sektor dan
kelayakan spasialnya dan keterkaitannya dengan Rencana Tata Ruang yang
ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya.
BAB I_PENDAHULUAN | 2
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan
program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial,
dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya
Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung
Provinsi, Kabupaten/Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan
program yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya melalui
penyiapan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) sebagai
embrio terwujudnya perencanaan program infrastruktur yang lebih luas.
Dengan adanya RPIJM tersebut, PEMDA Kota Makassar dapat menggerakkan
semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni
(livable).
RPIJM yang disusun perlu memperhatikan aspek kelayakan program
dari masing-masing kegiatan dan kelayakan spasialnya sesuai skenario
pembangunan Kota Makassar yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang
ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang
telah disusun didasarkan pada kemampuan pendanaan dan kapasitas
kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan.
Dengan demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah Kota
Makassar diharapkan dapat mengakomodasikan dalam perumusan
pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, secara spesifik sesuai dengan
karakteristik dan potensi Kota Makassar agar dapat mendorong
pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan dan peningkatan
kualitas pelayanan kepada masyarakat. 1.2. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota
Makassar sebagai berikut :
1.2.1. Peraturan Perundangan
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
BAB I_PENDAHULUAN | 3
b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ;
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah;
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ;
e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara ;
f. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air ;
g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional ;
h. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
i. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
j. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
k. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman;
l. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
1.2.2. Kebijakan dan Strategi
a. Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang kebijakan Nasional Strategi
Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa
pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan
swcara berencana dan terpadu.
b. Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum.
c. Permen PU 21/PRT/M2006 tentang kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan
Persampahan.
d. Keputusan Presiden No.7/2004 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional.
BAB I_PENDAHULUAN | 4
1.3. TUJUAN DAN PENTINGNYA RPIJM
Penyusunan RPJIM Kota Makassar dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengarahkan semua sumberdaya yang dimiliki dan mengupayakan
sumberdaya lain (swasta) untuk terlibat di dalam pelaksanaan program-
program pembangunan yang ada dan untuk mencapai tujuan pembangunan
yang sudah ditetapkan.
RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility
Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang Keciptakayaan.
Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara profesional (oleh
ahlinya), namun tetap menekankan proses partisipasi melalui dialog
kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, professional dan lain-
lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kota Makassar dan
melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-
pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan
program investasi, sehingga diperoleh nilai manfaat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Manfaat yang diperoleh melalui RPIJM ini,
adalah :
1.3.1.Bagi Pemerintah Kota Makassar
Manfaat yang dapat diperoleh bagi pemerintah Kota Makassar
sebagai berikut :
a. Mengarahkan program penanganan dan pengelolaan pembangunan
bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar.
b. Menjadi acuan koordinasi pembangunan bagi Dinas/Instansi terkait
dalam rangka pembangunan bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar.
c. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan penanganan pembangunan
bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar kaitannya dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan.
1.3.2.Bagi Masyarakat
Manfaat yang diperoleh masyarakat sebagai berikut :
a. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar.
BAB I_PENDAHULUAN | 5
b. Memberdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam penangangan dan
pengendalian pembangunan bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar
sebagai bahagian dari integral pengembangan wilayah.
c. Membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dikalangan
masyarakat sebagai tenaga kerja lokal dalam rangka pembangunan
bidang PU/Cipta Karya khsusnya dalam kerangka penyiapan infrstruktur
kawasan Kota Makassar.
1.4. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan penyusunan RPIJM Bidang PU Cipta Karya Kota
Makassar, pada hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan,
analisis kelayakan program serta sintesis program dan anggaran dalam
rangka mewujudkan perencanaan program infrastruktur yang berkualitas,
sehingga mampu meningkatkan kemampuan manajemen pembangunan Kota
Makassar dalam Bidang PU/Cipta Karya.
Lingkup kegiatan pennyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota
Makassar, sebagai berikut :
a. Memberikan arahan proses penyusunan Rencana Program Infrastruktur
Jangka Menengah Bidang PU/Cipta karya terutama yang dibiayai dari
APBN maupun APBD Provinsi dan APBD Kota dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran pembangunan lima tahun Bidang PU/Cipta Karya.
b. Mendorong pembangunan Kota Makassar Bidang PU/Cipta Karya yang
mendapatkan prioritas dalam rangka pemerataan pembangunan dan
peningkatan pertumbuhan
c. Terciptanya rambu-rambu, arahan kebijakan dan prioritas Pembangunan
Kota Makassar Tahun 2010-2014
d. Terciptanya komponen program antara lain :
Rencana Pembangunan Kota Makassar Bidang PU Cipta Karya
Program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dalam
penyediaan perumahan dan permukiman, penyehatan lingkungan
permukiman (pengolahan air limbah, pengelolaan persampahan dan
BAB I_PENDAHULUAN | 6
penanganan drainase), penyediaan dan pengelolaan air minum, dan
penataan bangunan dan lingkungan.
Analisis Mengenai dampak Lingkungan (Amdal)
Analisis Keuangan daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan
Rencana Peningkatan Pendapatan Daerah
Rencana Pengembangan Kelembagaan daerah
Sedangkan Pendekatan Penyusunan RPIJM Kota Makassar pada
hakekatnya mempertimbangkan hal-hal antara lain :
a. Proses perencanaan yang partisipatif
b. Membangun transparansi dan persepsi bersama
c. Keterpaduan dan keberlanjutan
d. Kelayakan teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan
e. Credit Worthinees dan akuntabilitas
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 1
BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA MAKASSAR
2.1.KONDISI UMUM
2.1.1. Profil Geografi
Kondisi geografi Kota Makassar sangat di pengaruhi oleh kondisi
wilayahnya. Secara administrasi Kota Makassar memiliki luas wilayah kurang
lebih 175,77 Km2 terdiri atas 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Berdasarkan
letak geografis wilayah Kota Makassar berada pada posisi 5o8’6’19” Lintang
Selatan dan 119o24’17’38” Bujur Timur dengan batas administrasi wilayah
sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
2.1.2. Profil Demografi
Jumlah penduduk di Kota Makassar menunjukkan kenaikan angka
yang cukup signifikan. Hasil catatan registrasi pada Biro Pusat Statistik
menunjukkan Kota Makassar saat ini dihuni penduduk kurang lebih
1.272.349 jiwa. Angka tersebut memberikan indikator pesatnya kegiatan
pembangunan yang perlu disiapkan dimasa yang akan datang. Secara umum
kondisi demografi dan kependudukan Kota Makassar dijelaskan pada kajian
berikut.
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 2
Gambar 2.1. Peta Administrasi Makassar
2.1.2.1.Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur
Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Makassar
berdasarkan hasil catatan registrasi yang diperoleh didominasi oleh
kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 160.418
jiwa dan penduduk terkecil berusia antara 55-59 dengan jumlah penduduk
sebanyak 31.786 jiwa.
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 3
Tabel 2.1. Struktur Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota
Makassar
No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah
(Jiwa) Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4 5
1 0 – 4 67.309 56.306 123.615
2 5 – 9 63.494 66.162 129.656
3 10 – 14 61.488 56.040 117.528
4 15 – 19 60.285 72.389 132.674
5 20 – 24 66.806 87.280 154.086
6 25 – 29 56.272 71.356 127.628
7 30 – 34 55.521 56.561 112.082
8 35 – 39 45.491 52.304 97.795
9 40 – 44 37.014 29.526 66.540
10 45 – 49 25.729 29.164 54.893
11 50 – 54 18.456 24.183 42.639
12 55 – 59 15.296 19.563 34.859
13 60 – 64 18.558 17.179 35.737
14 65 ke atas 18.551 24.066 42.617
Jumlah 610.270 662.079 1.272.349
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2010
2.1.2.2.Laju Pertumbuhan Penduduk
Hasil pendataan yang dilakukan menunjukkan rata-rata laju tingkat
pertumbuhan penduduk Kota Makassar selama lima tahun terakhir dirinci
berdasarkan kecamatan mengalami kenaikan sebesar 7,84% per tahun. Pola
penyebaran penduduk di Kota Makassar secara umum terakumulasi di pusat
kota dan pusat-pusat pertumbuhan kota. Perkembangan jumlah penduduk,
dan pertumbuhan penduduk dirinci menurut kecamatan di Kota Makassar
pada Tabel berikut :
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 4
Tabel 2.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun 2005-2009
No
Kecamatan
Tahun Pekembangan Penduduk
(Jiwa)
Pertumbuhan Penduduk (%)
2005 2006 2007 2008 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Mariso 52.803 53.314 53.825 55.516 55.431 3.409 6,76
2 Mamajang 58.875 58.968 59.533 60.394 61.294 2.209 3,85
3 Tamalate 144.458 148.589 150.014 152.197 154.464 15.188 11,26
4 Rappocini 136.725 139.491 140.822 142.958 145.090 10.994 8,47
5 Makassar 80.383 80.874 81.645 82.907 84.143 3.609 13,61
6 Ujung Pandang 27.921 27.941 28.206 28.637 29.064 1.690 6,37
7 Wajo 34.137 34.178 34.504 35.011 35.533 1.814 5,55
8 Bontoala 56.991 60.276 60.850 61.809 62.731 6.269 11,49
9 Ujung Tanah 45.801 47.267 47.723 48.382 49.103 4.061 9,30
10 Tallo 128.141 132.158 133.426 135.315 137.333 9.186 7,39
11 Panakukang 129.967 131.229 132.479 134.548 136.555 6.377 5,06
12 Manggala 92.524 96.632 97.556 99.008 100.484 8.245 9,23
13 Biringkanaya 119.818 125.636 126.839 128.731 130.651 10.792 9,30
14 Tamalanrea 84.890 86.987 87.817 89.143 90.473 5.952 7,27
Jumlah 1.193.434 1.223.540 1.235.239 1.253.656 1.272.349 89.795 7,84
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2010
2.1.2.3.Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan klasifikasinya, struktur penduduk menurut tingkat
pendidikan di Kota Makassar terdiri dari kelompok penduduk yang
berpendidikan sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP),
sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan perguruan tinggi (PT). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 5
Tabel 2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Kecamatan
Penduduk Berdasarkan Pendidikan (Jiwa) Persentase (%) SD SLTP SMU PT
1 2 3 4 5 6 7
1 Mariso 846 839 891
15.850 5,98
2 Mamajang 1.349 1.806 1.192
3 Tamalate 1.894 2.519 1.399
4 Rappocini 1.932 1.766 755
5 Makassar 1.629 998 417
6 Ujung Pandang 1.930 3.138 1.662
7 Wajo 534 857 314
8 Bontoala 1.008 825 597
9 Ujung Tanah 935 1.008 599
10 Tallo 2.119 1.688 312
11 Panakukang 1.908 1.680 1.189
12 Manggala 1.702 2.205 1.297
13 Biringkanaya 2.445 2.996 988
14 Tamalanrea 1.580 1.518 762
Jumlah 21.811 23.843 12.374 15.850 5,98
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2009
2.1.2.4.Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan
Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian/tingkat
kesejahteraan pada dasarnya adalah jumlah penduduk yang memiliki
pekerjaan tetap. Pekerjaan tetap yang dimaksudkan adalah PNS, TNI-
POLRI, perdagangan dan jasa, wiraswasta dan lain-lain pekerjaan yang
sifatnya dapat menunjang kelangsungan kehidupan. Struktur penduduk
berdasarkan mata pencaharian/tingkat kesejahteraan di Kota Makassar
dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 6
Tabel 2.4. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat
Kesejahteraan
No
Kecamatan
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (Jiwa) TNI-
POLRI PNS Pedagang Wiraswasta Industri
1 2 3 4 5 6 7 1 Mariso
12.352 14.416 432.337 370.572 123.524
2 Mamajang
3 Tamalate
4 Rappocini
5 Makassar
6 Ujung Pandang
7 Wajo
8 Bontoala
9 Ujung Tanah
10 Tallo
11 Panakukang
12 Manggala
13 Biringkanaya
14 Tamalanrea
Jumlah 12.352 14.416 432.337 370.572 123.524
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2009 2.1.3. Profil Ekonomi
Kegiatan ekonomi di Kota Makassar telah memperlihatkan angka
pertumbuhan yang cukup menggembirakan, indikator tersebut dapat dilihat
dengan meningkatnya income pendapatan per kapita masyarakat.
Peningkatan pendapatan per kapita tersebut berimplikasi pada peningkatan
pembangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur lainnya.
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 7
Berdasarkan data yang diperoleh secara umum pertumbuhan
ekonomi Kota Makassar di dominasi oleh perkembangan sektor pertanian,
industri, listrik gas dan air bersih, angkutan dan komunikasi serta bank dan
lembaga keuangan.
Gambar 2.2. Peta Tata Guna Lahan Kota Makassar
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 8
2.1.4. Profil Sosial Budaya
Sosial budaya/adat istiadat merupakan karakteristik masyarakat
suatu daerah yang dijunjung tinggi secara turun temurun dari suatu
generasi ke generasi berikutnya. Adat istiadat atau kebiasaan masyarakat
merupakan salah satu aspek yang turut menentukan dalam pelaksanaan
pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan. Kebiasaan yang masih
mengakar sampai saat ini di Kota Makassar antara lain :
• Kultur individualisme cukup tinggi dengan kategori masyarakat
heterogen.
• Upacara adat, antara lain; perkawinan, khinatan, kematian, syukuran
kelahiran bayi dan pesta adat lainnya.
Tabel 2.5. Profil Kemiskinan Kota Makassar Tahun 2005-2008
No
Kecamatan
Angka Kemiskinan (Tahun 2005-2008)
Kategori Kemiskinan (Tahun 2008)
2005 2006 2007 2008 Sejahtera Sejahera I
Sejahtera II
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Mariso
8.996 90.150 90.600
13.095 4.621 2.725 2.867
2 Mamajang 3.510 1.328 663 463
3 Tamalate 9.558 3.332 1.836 1.444
4 Rappocini 2.712 1.233 757 512
5 Makassar 11.599 3.858 3.731 2.247
6 Ujung Pandang 1.823 297 553 518
7 Wajo 4.836 872 687 1.076
8 Bontoala 3.878 570 747 781
9 Ujung Tanah 11.474 1.772 1.179 1.200
10 Tallo 6.514 1.947 2.311 1.823
11 Panakukang 12.165 1.431 1.384 1.664
12 Manggala 7.172 1.469 1.690 1.921
13 Biringkanaya 293 13 247 27
14 Tamalanrea 1.999 1.137 1.289 1.091
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2009
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 9
2.2.KONDISI PRASARANA BIDANG PU/CIPTA KARYA
2.2.1. Kota Makassar
2.2.1.1.Sub Bidang Air Minum
Kondisi prasarana dan sarana bidang PU/Cipta Karya sub bidang air
minum terdiri dari; intake dan sistem transmisi, jaringan pipa transmisi,
jaringan pipa distribusi, reservoir dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.
Tabel 2.6. Kondisi Sarana dan Prasarana Air Minum Kota Makassar Tahun 2006-2008
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit Tahun 2006-2008)
Kondisi 2006 2007 2008
1 2 5 6 7 8
1 Produksi Air Minum (M3) 65.573.612,10 66.548.751,80 70.446.071,22 Baik 2 Cakupan Pelayanan (%) 70,51 72,80 73,75 Baik
3 Pelanggan Aktif (Sambungan) 130.483 135.013 140.457 Baik
4 Pelanggan Non Aktif (Sambungan) 14.320 14.569 14.120 Baik
5 Karyawan (Orang) 738 722 707 Baik 6 Efisiensi Penagihan (%) 82,30 86,35 87,02 Baik
7
Kapasitas Produksi Terpasang (Lt/Dt) 2.340 2.340 2.340 Baik Terpakai (Lt/Dt) 2.240 2.240 2.240 Baik
8 Penduduk Terlayani (Jiwa) 868.818 885.772 921.488 Baik
9 Intake dan Sistem Transmisi (Unit) 5 5 5 Baik
10 Reservoir (Unit) 6 6 6 Baik
11 Pipa Distribusi (M) 3.017.625,24 3.018.937,24 3.033.189,24 Baik
12 Pipa Transmisi (M) 15.390 15.390 15.390 Baik
Sumber :PDAM Kota Makassar, 2009
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 10
2.2.1.2.Sub Bidang Sampah
Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang harus memerlukan
penanganan. Sumber sampah yang ada di Kota Makassar bersumber dari;
sampah rumah tangga dan sampah yang berasal dari berbagai fasilitas.
Sistem pengelolaan sampah di Kota Makassar saat ini ditunjang dengan
ketersediaan sarana dan prasarana sampah antara lain; bak sampah,
kontainer, motor sampah dan mobil sampah. Untuk lebih jelasnya kondisi
sarana dan prasarana persampahan Kota Makassar dapat dilihat pada data
di bawah ini.
Tabel 2.7. Komposisi Sampah Di Kota Makassar Keadaan Bulan Desember 2010
NO. KOMPOSISI SAMPAH VOLUME ( M3) PROSENTASE
1. Sampah Organik / Organic 2,943.29 79.98%
2. Kertas, Karton / Paper, Carton 289.25 7.86%
3. Plastik / Plastic 320.90 8.72%
4. Metal, Kaleng, Besi, Aluminium/ Metal 68.45 1.86%
5. Karet, Ban / Rubber 34.22 0.93%
6. Kaca / Glass 12.14 0.33%
7. Kayu / Wood 9.94 0.27%
8. Lain - lain / Others 1.84 0.05%
JUMLAH …………… 3,680.03 100.00%
Sumber : Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 11
Pertumbuhan timbulan sampah kota Makassar meningkat cukup pesat
dari tahun ke tahun seiring perkembangan kota dan pertumbuhan
penduduk. Dimana dari data pertumbuhan penduduk yang bertumbuh
rerata 1,67%/tahunnya, dengan klarifikasi Kota Metro diproyeksikan 0,0035
m3/orang/hari, maka tahun 2008 sendiri timbulan sampah menjadi 4.215
m3/hari, dengan komposisi sampah organik 87,21%, kertas 4,42%, plastik
5,84% dan selebihnya aluminium, kaca, kayu dan jenis lainnya.
Pengelolaan persampahan di Kota Metropolitan Makassar sejak 2005 secara
kelembagaan sebagian kecil wilayah pengelolaan sampah diserahkan
kepada BUMD yakni PD.Kebersihan untuk 4 kecamatan, dan 10 Kecamatan
lainnya dikelola oleh Dinas Kebersihan, karena menurut anggapan Walikota
pihak PD.Kebersihan belum sanggup dalam pengelolaan persampahan
secara profesional.
Dengan tingkat pelayanan mencapai 82% maka jumlah sampah yang
terangkat menuju ke TPA mencapai 3.456 m3/hari, sedangkan yang tidak
terangkut mencapai 756 m3/hari. Sampah yang tidak terangkut inilah yang
diperkirakan menjadi salah satu kontribusi terhadap sampah sungai dan
sedimentasi.
Saat ini, sistem pelayanan pembuangan sampah di Kota Makassar sudah
dilayani oleh armada sampah yang pengelolaannya dibawah naungan Dinas
Kebersihan Kota Makassar, mulai dari daerah permukiman, daerah
perdagangan, pusat pemerintahan, lokasi kegiatan sosial dan pendidikan.
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 12
Tabel 2.8. Timbulan Sampah dan Yang Terangkut Di Kota Makassar Tahun 2009
NO. LOKASI /Location TIMBULAN (M3/hari)
PERSENTASE TERHADAP
TOTAL TIMBULAN
(%)
SAMPAH TERANGKUT
(M3/hari)
PERSENTASE TERHADAP
TOTAL TIMBULAN
(%)
1 2 3 4 5 6
1. Pemukiman :
a Mewah 226.46 6.15 216.81 95.74%
b Menengah 318.42 8.65 282.18 88.62%
c Sederhana 1325.61 36.02 1155.67 87.18%
2. Fasilitas kota :
a Pasar 588.36 15.99 522.99 88.89% b Kawasan perniagaan 134.41 3.65 120.47 89.63%
c Kawasan perkantoran 112.95 3.07 108.82 96.34%
d Kawasan pendidikan 74.68 2.03 67.45 90.32% e Terminal 94.26 2.56 84.32 89.45% f Stasiun Kereta api - - - g Pelabuhan 92.00 2.50 85.78 93.24% h Bandara - - - i Hotel 82.75 2.25 76.52 92.47% j Rumah sakit 86.00 2.34 74.70 86.86% k Sarana Ibadah 22.67 0.62 20.74 91.50%
3. Kawasan Industri 72.98 1.98 64.85 88.86%
4. Perairan terbuka 291.63 7.92 252.78 86.68%
5. Pantai Wisata 16.85 0.46 15.97 94.80%
6. Sungai - - - -
7. Anak sungai - - - -
8. Sapuan jalan dan taman 112.00 3.04 103.32 92.25%
9. Lain - lain 28.00 0.76 24.74 88.34%
Total timbulan sampah kota 3,680.03 100 3,278.12 89.08%
Sumber : Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 13
Tabel 2.9. Data Pengoperasian Kendaraan Persampahan Pada Dinas Pertanaman dan Kebersihan Kota Makassar Tahun 2010
No Jenis Kendaraan Usia Kendaraan
Jml 0-5 6-10 11-15 16-20 Diatas 20 tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Mini Truk Kijang - 3 1 - - 4
2 Dump Truk 35 18 8 9 5 75
3 Arm Roll Truck Kecil 15 29 14 - - 58
4 Arm Roll Truck Besar 4 - - - - 4
5 Compactor Truck Kecil - 1 - - - 1
6 Compactor Truck Besar 2 1 - - - 3
Total Kendaraan 56 52 23 9 5 145 108 37 145
Sumber : Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar
2.2.1.3.Sub Bidang Air Limbah
Air limbah yang ada di Kota Makassar bersumber dari; limbah
rumah tangga, fasilitas dan limbah yang berasal dari berbagai aktivitas.
Sistem pengelolaan air limbah di Kota Makassar saat ini ditunjang dengan
ketersediaan sarana dan prasarana air limbah antara lain; mobil penghisap
limbah (tinja rumah tangga. Untuk lebih jelasnya kondisi sarana dan
prasarana air limbah Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.10. Sarana dan Prasarana Air Limbah Kota Makassar Tahun 2003-2007
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit Tahun 2003-2007) Kondisi
2003 2004 2005 2006 2007
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Mobil Pengangkut Tinja 8 8 8 8 8 4 Kondisi Baik
Sumber :
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 14
2.2.1.4.Sub Bidang Drainase
Drainase merupakan kebutuhan utama dalam pengembangan
infrastruktur bidang PU Cipta Karya. Drainase berfungsi untuk menyalurkan
air hasil buangan rumah tangga dan air hujan, disamping itu drainase juga
berfungsi untuk penanggulangan banjir perkotaan. Kondisi sistem drainase
Kota makassar ini terdiri dari drainase primer (sungai dan laut), drainase
sekunder dan drainase tersier (drainase pada unit-unit permukiman).
Kondisi sistem drainase Kota Makassar dapat dilihat pada penjelasan Tabel
di bawah ini.
Tabel 2.11. Kondisi dan Sistem Jaringan Drainase Kota Makassar Tahun 2003-2007
No
Jenis Sarana Dan Prasarana
Panjang Saluran Yang Telah Dibangun (Tahun) Kondisi 2007 2008 2009 2010 2011
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Drainase Sekunder Panampu - - - 4920 m 4920 m Baik
2 Drainase Sekunder Jongaya - - - 7820 m 7820 m Baik
3 Drainase Sekunder Sinrijala - - - 2360 m 2360 m Baik
4 Drainase Sekunder Pampang - - - 131.040 m 131.040 m Baik
5 Drainase Sekunder Perumnas - - - 1860 m 1860 m Baik
6 Drainase Sekunder Gowa - - - 4890 m 4890 m Baik
7 Drainase Sekunder Antang - - - 1.387 m 1.387 m Baik
Sumber : Dinas PU Bidang Bangunan Air Kota Makassar,2010
2.2.1.5.Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan
Sub bidang tata bangunan dan lingkungan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan bangunan gedung, belum ada Peraturan Daerah yang
mengatur tentang penyelenggaraan Bangunan Gedung, permasalahan
secara spesifik umumnya pada bangunan yang belum memenuhi syarat
teknis maupun keserasian bangunan dan lingkungannya seperti yang terjadi
di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan pada kawasan
khusus seperti kawasan wisata dan kawasan bersejarah. Program penataan
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 15
bangunan yang telah dilaksanakan di Kota Makassar terbatas hanya pada
penyusunan RTBL untuk beberapa kawasan kota, sedangkan untuk
pendataan bangunan gedung dan sejenis belum terwujud.
Tabel 2.12. Program Penataan Bangunan Yang Telah Dilaksanakan di Kota Makassar Tahun 2005-2009
No Jenis Kegiatan Penataan Bangunan
Tahun Pelaksanaan Karakteristik Lokasi
2005 2006 2007 2008 2009
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penyusunan RTBL Koridor Jalan Perintis Kemerdekaan
2008 Penataan Kawasan Jalan Utama Kota
2 Penyusunan RTBL Kawasan Sungai Tallo 2007 Penataan Kawasan Sungai
Tallo
3 Penyusunan RTBL Kawasan Hertasning Baru 2008 Penataan Kawasan
Hertasning Baru
4 Penyusunan RTBL Koridor Jalan Sultan Alauddin 2009 Penataan Kawasan Jalan
Utama Kota
5 Penyusunan RTH Kota Makassar 2009 Penataan RTH Jalan
Abdullah Dg. Sirua
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sul-Sel,2009
Gambar 2.3. Peta Penataan Bangunan yang telah Terlaksana
BAB II_GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WIL. KOTA MAKASSAR | 16
2.2.1.6. Sub Bidang Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Pembangunan perumahan dan permukiman yang telah
terselenggara di Kota Makassar, dilaksanakan oleh pengembang
(developer), Perum Perumnas, Pemerintah Kota (Perumahan PNS) dan
swadaya oleh masyarakat. Pembangunan perumahan yang telah terlaksana
selama ini diperuntukkan untuk penduduk yang belum memiliki perumahan
disamping itu pembangunan perumahan untuk mengantisipasi lonjakan
penduduk setiap tahunnya di Kota Makassar yang semakin meningkat.
Pengembangan perumahan yang telah terselenggara, dapat dilihat pada
penjelasan Tabel di bawah ini.
Tabel 2.13. Program Pengembangan Permukiman Kota Makassar Tahun 2003-2007
No Jenis Kegiatan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman
Tahun Pelaksanaan Lokasi
2004
2005
2006
2007
2008
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pembangunan Perumahan Perumnas
2004
2005
2006
2007
2008
Kecamatan Tamalate, Panakkukang, Manggala, Tamalanrea dan Biringkanaya
2 Pembangunan Perumahan PNS - - - 2007 - Kelurahan Manggala
3 Pembangunan Perumahan Yang Diselenggarakan Oleh Pengembang (Developer)
2004
2005
2006
2007
2008
Tersebar Dalam Wilayah Kota Makassar
4 Pembangunan Perumahan Yang Diusahakan Masyarakat (Swadaya)
2004
2005
2006
2007
2008
Tersebar Dalam Wilayah Kota Makassar
Sumber : Survei Tim, 2009
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 1
BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH
3.1. STRATEGI/SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA
MAKASSAR 3.1.1.Rencana Struktur Tata Ruang Kota Makassar
Rencana struktur ruang Kota Makassar berguna untuk menciptakan
pembangunan fisik kota dan pemafaatan ruang Kota Makassar yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, suatu rencana struktur ruang kota yang
secara komprehensif mempertimbangkan seluruh aspek perencanaan kota
sehingga terwujud sesuai dengan visi dan misi Kota Makassar. Rencana
struktur ruang Kota Makassar digunakan sebagai pedoman untuk :
Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang
Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antar kawasan terpadu dan khusus serta keserasian antar
sektor pembangunan
Pelestarian dan pengendalian terhadap kawasan lindung
Ruang – ruang struktural merupakan ruang dengan fungsi-fungsi
utama kota yang memiliki fungsi, peranan dan pengaruh yang sangat
besar/vital, baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya maupun
alam/lingkungan. Ruang-ruag struktural di Kota Makassar meliputi :
Rencana Persebaran Penduduk
Rencana Pengembangan Kawasan Hijau
Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman
Rencana Pengembangan Bangunan Umum
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 2
Rencana Pengembangan Kawasan Industri
Rencana Pengembangan Kawasan Pergudangan
Rencana Pengembangan Kawasan Sistem Pusat Kegiatan
Rencana Pengembangan Prasarana Wilayah
Rencana Intensitas Ruang
3.1.2.Rencana Pengembangan Kota Makassar
Dalam rencana struktur tata ruang kota, yang menjadi kerangka
kota-Urban Struktur adalah jalan – jalan utama kota yang menjadi jalan
primer kota serta alur sungai utama yang penting. Jaringan Jalan Utama
Kota meliputi :
Jalan Lingkar Luar Barat – Utara Outer Ring Road
Jalan Lingkar Luar Utara Outer Ring Road
Jalan Lingkar Kawasan Utara Sungai Tallo
Jalan Lingkar Luar Timur Outer Ring Road (Jalan Rencana Utama
Mamminasata)
Jalan Lingkar Dalam (Rencana Jalan Mamminasata)
Jalan Poros Tengah Utara – Selatan
Jalan Poros Utara – Selatan Pusat Kota Bagian Timur
Jalan Poros Tengah Utara – Selatan
Jalan Poros Utara – Selatan Pusat Kota Bagian Barat
Jalan Poros Tengah Timur - Barat Pusat Kota
Jalan Poros Timur – Barat Pusat Kota
Jalan Poros Timur – Barat Rappocini – Manggala
Jalan Poros Timur – Barat Tallo – Panakukang( jalan rencana utama
Mamminasata)
Jalan Poros Timur – Barat Pesisir Sungai Tallo
Jalan Poros Timur – Barat Muara Tallo – Tamalanrea
Jalan Poros Timur – Barat Kawasan Idustri Makassar – Tamalanrea
Jalan Poros Utara – Selata Pusat Kota – Batara Bira
Jalan Lingkar Tanjung Bunga – Jeneberang
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 3
Jalan Lingkar Delta Sungai Jeneberang
Jalan Lingkar Kawasan Selatan Sungai Jeneberang
3.1.3.Pola Ruang Wilayah Kota Makassar
Pola ruang wilayah Kota Makassar, dilaksanakan berdasarkan arahan
sebagai berikut :
Arahan pengelolaan kawasan hijau lindung
Arahan pemanfaatan ruang kawasan hijau binaan
Arahan pemanfaatan ruang kawasan permukiman
Arahan pemanfaatan ruang kawasan ekonomi prospektif
Arahan pemanfataa ruang kawasan pusat kegiatan
Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah
Arahan pengembangan kawasan prioritas
Arahan kebijakan tata guna air, tata guna udara, dan tata guna ruang
bawah tanah.
3.1.4.Strategi Pengembangan Wilayah Kota Makassar
Perumusan strategi dimaksud selain memperhatikan potensi dan
kendala pembangunan yang dihadapi oleh wilayah Kota Makassar, juga
berwawasan lingkungan untuk menjamin terwujudnya proses pembangunan
yang berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat perkembangan wilayah
perkotaan yang optimal perlu diciptakan interkoneksitas untuk mewujudkan
akses melalui penataan sistem prasarana wilayah serta sistem pusat-pusat
pelayanan. Strategi pengembangan Wilayah Perkotaan Mamminasata adalah
meliputi :
Strategi Pengembangan Struktur Pemanfaatan Ruang
Strategi Pengembangan Sistem Prasarana
Strategi Pengembangan Tata Air
Strategi Pengembangan Kelembagaan
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 4
3.1.4.1.Strategi Pengembangan Struktur Pemanfaatan Ruang
Strategi pengembangan struktur Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
adalah membentuk pusat-pusat pelayanan utama yang bersinergi antara
satu sama lainnya. Fungsi yang diembang pada masing-masing pusat
pelayanan tersebut disesuaikan dengan potensi yang dimiliki dan
terwujudnya spesialisasi kemudian setiap pusat-pusat pelayanan saling
dihubungkan melalui sistem transportasi dan memperlancar akses dari dan
ke dalam Wilayah Kota Makassar.
Strategi Pengembangan Pemanfaatan Ruang diarahkan ke dalam dua
kategori yaitu :
3.1.4.2.Strategi Pemanfaatan Kawasan Lindung
Strategi Pemanfaatan kawasan lindung diperuntukkan bagi wilayah
darat, laut, dan udara Wilayah Kota Makassar, yaitu meliputi:
Penetapan Kawasan Lindung menurut jenisnya pada peta dengan tingkat
ketelitian 1: 50.000 sesuai dengan kriteria lokasi yang ditetapkan pada
KEPPRES NOMOR 32 Tahun 1980.
Pemanfaatan dan Pengendalian Kawasan Lindung sesuai dengan
fungsinya untuk menjamin kawasan wisata alam.
Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan budi daya yang
terlanjur ada pada kawasan lindung agar tidak merusak kegiatan fungsi
lindung kawasan.
Pemanfaatan kawasan lindung untuk kegiatan budidaya dapat dilakukan
secara terbatas sepanjang kegiatan dimaksud memenuhi persyaratan
yang ada (KEPPRES No.32 Tahun 1980).
3.1.4.3.Strategi Pemanfaatan Kawasan Budidaya
Strategi Pemamfaatan Kawasan Budidaya bagi wilayah darat, laut,
dan udara adalah sebagai berikut:
Penetapan Kawasan Budidaya yang berfungsi lintas pada peta ketelitian
1: 50.000.
Pemanfaatan ruang lintas yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan
peningkatan daya saing komoditi yang dihasilkan kawasan tersebut.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 5
Optimalisasi pemanfaatan ruang lintas mengacu pada aspek kesesuaian
fisik ekonomi dan sosial, serta tetap memperhatikan fungsi lindung
untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
3.1.4.4.Strategi Pengembangan Sistem Prasarana
Strategi pengembangan sistem prasarana Wilayah Mamminasata
diarahkan untuk :
Meningkatkan fungsi pelayanan sesuai ekonomi bagi masyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas sumberdaya
manusia.
Menciptakan keterkaitan fungsional antara pusat-pusat pelayanan dan
kawasan-kawasan pengembangan.
Meningkatkan kemudahan bagi para pelaku pembangunan untuk ikut
berpartisipasi dalam proses pembangunan Wilayah Kota Makassar.
Starategi Pengembangan Prasarana Wilayah Kota Makassar meliputi :
• Transportasi
• Telekomunikasi
• Energi
a. Transportasi
Transportasi pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk
meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku
ekonomi terhadap pusat-pusat pelayanan dan pemasaran, baik yang berada
di dalam maupun di luar Wilayah Kota Makassar, yang dilakukan dengan
pengembangan, peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana
transportasi darat, laut, dan udara.
Transportasi Darat
Sistem transportasi darat ditingkatkan dengan membangun jalur
“Outer Ring Road” yang menghubungkan internal Wilayah Kota Makassar,
jaringan jalan di dalam dan ke luar Wilayah Kota Makassar. Membangun dan
memfungsikan terminal regional bagian Utara dan Selatan Wilayah Kota
Makassar. Memfungsikan sistem transportsi sungai dan membangun
prasarana dan sarananya.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 6
Transportasi Laut
Meningkatkan fasilitas Pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan
samudera/internasional untuk mendukung berkembangnya fungsi pusat-
pusat pelayanan di Wilayah Kota Makassar.
Transportasi Udara
Meningkatkan fasilitas Bandar Udara Hasanuddin agar mampu
berfungsi sebagai Bandara Internasional, sehingga memperlancar aktivitas
perdagangan (Import-Eksport) dan pariwisata di Wilayah Mamminasata.
Telekomunikasi
Strategi pengembangan telekomunikasi diarahkan untuk
meningkatkan distribusi dan kualitas pelayanan telekomunikasi. Wilayah
Kota Makassar diupayakan dilayani oleh fasilitas jaringan telepon terpadu.
Prasarana Energi
• Memanfaatkan berbagai bentuk sumber daya untuk memasukkan
kebutuhan energi untuk industri, konsumsi rumah tangga dan kebutuhan
lainnya.
• Mengembangkan jaringan distribusi energi listrik secara terpadu agar
mampu memasuki energi listrik yang cukup merangsang berkembangnya
sektor perindustrian, khususnya di kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan industri.
b. Strategi Pengembangan Tata Air
Strategi pengembangan tata air di Wilayah Kota Makassar adalah
memfungsikan kawasan lahan basah (wetland) serta ekosistem perairannya
sebagai penahan banjir dengan cara menampung dan menyerap air
permukaan pada musim hujan serta kemudian membebaskannya secara
perlahan pada musim kemarau. Selain itu dengan memfungsikan kawasan
lahan basah (daerah resapan air) (wetland) sebagai penahan banjir dan
penyedia bahan baku air bersih, dapat dilakukan juga dengan membangun
waduk-waduk pengendalian banjir.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 7
c. Strategi Pengembangan Kelembagaan
Strategi pengembangan kelembagaan di wilayah Kota Makassar
adalah dengan mewujudkan suatu bentuk kerjasama antar pemerintah
kecamatan dan kelurahan yang terkait dan di bawah koordinasi pemerintah
kota dalam mengelola pelayanan fisik maupun fungsinya yang bersifat lintas
dan menekankan pada prinsip pembagian keuntungan (profit sharing).
Perumusan strategi dimaksud selain memperhatikan potensi dan
kendala pembangunan yang dihadapi oleh wilayah Kota Makassar, juga
berwawasan lingkungan untuk menjamin terwujudnya proses pembangunan
yang berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat perkembangan wilayah
perkotaan yang optimal perlu diciptakan interkoneksitas untuk mewujudkan
akses melalui penataan sistem prasarana wilayah serta sistem pusat-pusat
pelayanan. Strategi pengembangan Wilayah Perkotaan Mamminasata adalah
meliputi :
Strategi Pengembangan Struktur Pemanfaatan Ruang
Strategi Pengembangan Sistem Prasarana
Strategi Pengembangan Tata Air
Strategi Pengembangan Kelembagaan
a. Strategi Pengembangan Struktur Pemanfaatan Ruang
Strategi pengembangan struktur Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
adalah membentuk pusat-pusat pelayanan utama yang bersinergi antara
satu sama lainnya. Fungsi yang diemban pada masing-masing pusat
pelayanan tersebut disesuaikan dengan potensi yang dimiliki dan
terwujudnya spesialisasi kemudian setiap pusat-pusat pelayanan saling
dihubungkan melalui sistem transportasi dan memperlancar akses dari dan
ke dalam Wilayah Kota Makassar.
b. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana
Strategi pengembangan sistem prasarana Wilayah Kota Makassar
diarahkan untuk :
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 8
Meningkatkan fungsi pelayanan sesuai ekonomi bagi masyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas sumberdaya
manusia.
Menciptakan keterkaitan fungsional antara pusat-pusat pelayanan dan
kawasan-kawasan pengembangan.
Meningkatkan kemudahan bagi para pelaku pembangunan untuk ikut
berpartisipasi dalam proses pembangunan Wilayah Kota Makassar.
c. Strategi Pengembangan Kelembagaan
Strategi pengembangan kelembagaan di wilayah Kota Makassar
adalah dengan mewujudkan suatu bentuk kerjasama antar pemerintah
kecamatan dan kelurahan yang terkait dan di bawah koordinasi pemerintah
kota dalam mengelola pelayanan fisik maupun fungsinya yang bersifat lintas
dan menekankan pada prinsip pembagian keuntungan (profit sharing).
3.2. RPJP KOTA MAKASSAR
3.2.1. Arah Pembangunan Kota Makassar
Arah Pembangunan Kota Makassar hingga tahun 2025 di bagi kedalam
dua bagian besar, yakni arah pembangunan umum yang sifatnya
menyeluruh dan memayungi arah pembangunan sektoral atau arah
pembangunan yang bersifat segmentasi, serta arah pembangunan sektoral
itu sendiri dengan bagian-bagian yang dianggap penting bagi perkembangan
masa depan Kota Makassar.
3.2.2. Umum
Secara umum pembangunan Kota Makassar diarahkan pada
peningkatan kualitas manusia, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan
publik yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur pembangunan,
lingkungan fisik, social, politik dan ekonomi yang kondusif bagi Makassar
yang bermartabat dan manusiawi.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 9
3.2.3.Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang
3.2.3.1.Pengembangan Antar Kawasan
Pengembangan Kota Makassar diarahkan pada pertumbuhan kawasan
kota yang seimbang dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan
penduduk, perkembangan ekonomi, kebutuhan pelayanan publik, tata
ruang kota dan kelestarian lingkungan yang dapat menjamin kenyamanan
lingkungan dan kesinambungan pembangunan. Selain itu, pengembangan
Makassar juga diarahkan secara terintegrasi dengan daerah sekitarnya.
3.2.3.2.Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada ketersediaan
perumahan dan permukiman, sarana transportasi, air bersih, listrik, sarana
rekreasi dan wisata, sarana kebersihan dan keindahan kota yang sejalan
dengan perkembangan penduduk, tata ruang kota, kemajuan ekonomi yang
mendukung, perwujudan Makassar yang berwawasan lingkungan dan
bersahabat.
3.2.3.3.Pembangunan Lingkungan
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada penciptaan lingkungan
yang bersih, indah, lestari dan sehat yang mendukung terwujudnya
ketentraman, kenyamanan dan kedamaian bagi warga kota.
3.3. RPJMD KOTA MAKASSAR
3.3.1.Visi
Rumusan visi Makassar 2014 sebagai bagian dari pencapaian visi
jangka panjang sebagaimana yang telah dituangkan dalam Peraturan
Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun 2005 – 2025, yakni
”Makassar sebagai kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan Jasa
yang Berorientasi Global, Berwawasan Lingkungan dan Paling
Bersahabat” adalah bagian tidak terpisahkan / kelanjutan dari Visi
Pemerintah Kota Makassar 2009 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Kota Makassar Nomor 14 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 10
Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 yang disempurnakan dengan
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 9 Tahun 2006 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Makassar Tahun 2005-2010
yakni ”Makassar Kota Maritim, Niaga dan Pendidikan yang Bermartabat
dan Manusiawi” sehingga untuk menjamin konsistensi pembangunan jangka
menengah dan jangka panjang dan agar dapat dipelihara kesinambungan
arah pembangunan daerah dari waktu ke waktu, maka disusun Visi 2014 :
”Makassar Menuju Kota Dunia Berlandas Kearifan Lokal”.
Visi ini terinspirasi dari dua hal mendasar, sebagai berikut :
Pertama, yakni jiwa dan semangat untuk memacu perkembangan Makassar
agar lebih maju, terkemuka dan dapat menjadi kota yang diperhitungkan
dalam pergaulan regional, nasional dan global.
Kedua, yakni jiwa dan semangat untuk tetap memelihara kekayaan kultural
dan kejayaan Makassar yang telah dibangun sebelumnya, ditandai dengan
keterbukaan untuk menerima perubahan dan perkembangan, sembari tidak
meninggalkan nilai-nilai yang menjadi warisan sejarah masa lalu.
Pembangunan berkarakter yaitu pembangunan mesti bisa dipahami,
memiliki bahasa publik, dapat dibaca, dapat dilakukan dan adalah sesuatu
yang berbeda antara satu dengan yang ada pada umumnya yang sekaligus
menggambarkan pelaku pembangunan itu sendiri, watak, prilaku individu
yang merancang dan menangani pembangunan itu.
Kriteria pembangunan berkarakter yaitu perlakuan pembangunan
sesuai kebutuhan, mengakselerasi potensi local, fokus dan menyelesaikan
masalah, integratif dan bersifat holistik, memiliki nilai pragmatis dan
filosofis.
3.3.2. Misi
Penjabaran dari visi tersebut, dilakukan melalui 5 (lima) misi sebagai
berikut :
a. Mewujudkan warga kota yang sehat, cerdas, produktif, berdaya saing
dan bermartabat;
b. Mewujudkan ruang kota yang ramah lingkungan;
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 11
c. Mewujudkan peran strategis Makassar dalam perekonomian domestik
dan internasional;
d. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan berkualitas;
e. Mewujudkan kehidupan warga kota yang harmonis , dinamis ,
demokratis dan taat hukum.
3.3.3.Nilai-Nilai
Agar pembangunan kota Makassar memiliki daya dan tepat guna bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat maupun kualitas lingkungan secara
berkelanjutan, maka diperlukan kekuatan kultural, moral dan religiusitas
berupa nilai-nilai yang ditumbuh kembangkan bersama.
3.3.4. Kebijakan Pokok Pembangunan
Untuk menopang upaya perwujudan misi yang telah dikemukakan,
akan dilakukan melalui 5 (lima) arahan kebijakan, sebagai berikut :
3.3.4.1.Pengembangan Kawasan, Tata Ruang dan Lingkungan.
Melalui kebijakan ini, pembangunan Makassar diarahkan untuk
memantapkan pemanfaatan ruang wilayah darat, laut dan udara. Demikian
juga, dimaksudkan agar pembangunan wilayah darat, laut dan udara bisa
memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi warga kota dengan
mengedepankan kenyamanan dan ketentraman melalui pembangunan kota
sejuta pohon, bebas pencemaran lingkungan dengan penataan ruang
berbasis teknologi informasi yang menjamin pembangunan berkelanjutan.
3.3.4.2.Penguatan Struktur Ekonomi.
Melalui kebijakan ini, pembangunan Makassar diarahkan untuk
terciptanya struktur ekonomi yang kokoh pada semua sektor dengan
memberi tekanan pada sektor andalan; perniagaan, jasa dan industri yang
dapat memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
masyarakat yang berimplikasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 12
3.4. SKENARIO PENGEMBANGAN SEKTOR BIDANG PU / CIPTA KARYA
3.4.1. Bidang Air Minum
Air minum merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia. Sejauh
ini masyarakat perkotaan menaruh harapan besar kepada pemerintah
melalui PDAM untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Namun
kenyataan yang dihadapi masyarakat kota, sebagian besar PDAM belum
mampu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat baik ditinjau dari aspek
kuantitas terutama distribusi air pada saat pemakaian bersamaan (jam
puncak) maupun kualitas air yang didistribusikan.
Ketimpangan pembangunan dalam berbagai wujud pembangunan
umumnya dan khususnya tingkat pelayanan air minum lebih diakibatkan
dengan belum adanya konsep yang terpadu didalam mengembangkan unsur-
unsur pengelolaan dan manajemen PDAM dengan baik. Ketimpangan
tersebut, terutama disebabkan oleh belum adanya tindakan pengelolaan
yang didasarkan tingkat kebutuhan masyarakat yang paling mendasar.
Berdasarkan hal tersebut seharusnya pelayanan air minum daerah
mempertimbangkan aspek-aspek teknis untuk kebutuhan konsumsi air
bersih.
Sumber air yang dimanfaatkan masyarakat Kota Makassar untuk
memenuhi kebutuhan air minum pada umumnya bersumber dari PDAM dan
sebahagian kecil air tanah (sumur) dangkal/sumur dalam. Potensi air
bersih/minum yang bersumber dari PDAM, secara umum masih dominan
dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Makassar. Tingkat kebocoran teknis
dan non teknis PDAM Kota Makassar tahun 2008 mencapai 49,90% dengan
jumlah rumah tangga terlayani 123.192 unit sambungan dan non domestik
sebanyak 11.834 unit sambungan. Sambungan terpasang pelanggan
sebanyak 154.577 unit sambungan, terdiri dari sambungan aktif sebanyak
140.457 unit sambungan dan non aktif (pemutusan sambungan) sebanyak
14.120 unit sambungan dengan cakupan layanan air bersih mencapai
73,75%.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 13
Sampai dengan tahun 2010 warga masyarakat yang terlayani oleh
PDAM adalah sekitar 60%. Hal ini disebabkan terbatasnya jaringan
distribusi/sumber air baku sehingga masih ada sekitar 40% masyarakat yang
belum terlayani oleh PDAM. Dari 1,2 juta jumlah penduduk Kota Makassar
(Data tahun 2009), 692.308 jiwa sudah terlayani. Dari jumlah tersebut,
59,42% dilayani melalui pipa. Sedang sisanya 2,8% dilayani melalui nonpipa.
Berdasarkan data dari PDAM, luas wilayah distribusi telah mencapai radius
11.250 ha.
Target PDAM adalah pada tahun 2015 masyarakat yang sudah
terlayani adalah minimal 80%. Untuk mencapai hal ini Pemerintah Kota
Makassar merencanakan membangun/meningkatkan kapasitas IPA V Somba
opu menjadi 2000 ltr/dtk.
PDAM Kota Makassar saat ini memiliki lima buah instalasi Penjernihan
Air yaitu IPA I Ratulangi, IPA II PAnaikang, IPA III Antang, IPA IV Maccini
Sombala, dan IPA V Sombaopu.IPA terbesar yang dimiliki PDAM Kota
Makassar adalah IPA V Sombaopu dengan Kapasitas produksi 1000 (seribu)
liter/detik. IPA V Sombaopu melayani kurang lebih 50.000 (lima puluh ribu)
pelanggan yang tersebar di wilayah Kota Makassar. IPA ini mengambil air
baku dari Bendungan DAM Bili-bili yang terletak di Kab. Gowa.
Peningkatan kapasitas IPA Somba Opu V sesuai yang diusulkan oleh
PDAM sebesar 1000 ltr/dtk. Untuk pembangunan fisik termasuk treatment
plan dan jaringan diperkirakan menelan biaya sekitar Rp200 miliar yang
diharapkan bersumber dari dana APBN.
Sementara proses pembuatan Detail Enginering Desain (DED)
diperkirakan akan menelan anggaran sebesar Rp. 8 miliar yang sumber
dananya diharapkan dari PDAM, Pemkot Makassar dan Pemprov Sulsel.
Rencana peningkatan kapasitas menjadi 2.000 liter per detik itu
diharapkan mampu memenuhi permintaan pasar, tercatat daftar tunggu
pelanggan PDAM Kota Makassar hingga sekarang mencapai 25 ribu SL yang
masih belum bisa dipenuhi manajemen. Hingga Desember 2008 jumlah
pelanggan mencapai 140 ribu SL dan masih yang termasuk daftar tunggu
masih sekitar 25 ribu SL.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 14
Suplay air baku dari Bendungan Bili-bili mencapai 3.000 liter per
detik, hanya saja kemampuan IPA V hanya sampai 1.000 liter per detik,
sehingga masih ada tersisa 2.000 liter per detik.
Luas lahan IPA 5 Somba Opu baru terpakai 6 hektar dari luas lahan
mencapai 15 hektar, jadi masih memungkinkan untuk pembangunan
kapasitas lagi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kajian gambar dan tabel di
bawah ini.
Gambar 3.1. Peta Pelayanan PDAM Kota Makassar
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 15
Tabel 3.1. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Kota Makassar Tahun 2009
Sumber : PDAM Kota Makassar, 2009
No Uraian Satuan Sistem Non Perpipaan Sistem Perpipaan Keterangan
1 Pengelola - Masyarakat PDAM Kota Makassar
2 Tingkat Pelayanan % thd total penduduk
26,25% 73,75%
3 Sumber Air Baku
-
1. Air Tanah….% - Sumur Gali - Sumur bor 2. Air Permukaan …..%
4 Kapasitas Sub Sistem Produksi : Kapasitas Terpasang (Desain) Kapasitas Produksi : Produksi Saat Iini Terjual (Dikomsumsi Pelanggan)
l/det l/det
IPA I Ratulangi 50 L/dt IPA II Panaikang 1.000 L/dt IPA III Antang 90 L/dt IPA IV Maccini Sombala 200 L/dt IPA V Somba Opu 1.000 L/dt Terpasang 2.340 L/dt Terjual 2.240 L/dt
5 Jumlah Sambungan
Unit
Kebutuhan Air Domestik SR= 154.577 Unit Kebutuhan Air Non Domestik: KU= 114 Unit TU= 11.654 Unit HU= 66 Unit (tanah, hidran, kebakaran, kegiatan industri, infrastruktur utama)
6 Jam Operasi Sub Sistem Produksi Jam/hari 24
7 Kehilangan Air (UFW)
% 49,90
8 Jam Operasi Pelayanan Jam/hari 24
9
Retribusi/Tarif Berlaku (rata-rata)
Rp/M3
-
(uraikan struktur yang berlaku saat ini)
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 16
Gambar 3.2. Peta Sumber Air Bersih PDAM Kota Makassar
Tabel 3.2. Struktur Tarif Air Minum PDAM Kota Makassar
No Klasifikasi Pelanggan Pemakaian Air (Rupiah/Liter) 1-10.000 11-20.000 21-50.000 > 50.000
1 2 3 4 5 6 1 Sosial A 0,260 0,280 0,300 0,550 2 Sosial B 0,300 0,400 0,900 1,600 3 Sosial C 0,360 0,460 1,115 1,780 4 Rumah Tangga A 1,000 1,400 1,990 4,370 5 Rumah Tangga B 1,260 1,740 2,520 5,250 6 Rumah Tangga C 2,020 2,720 3,730 8,745 7 Rumah Tangga D 2,175 2,800 4,350 9,620 8 Konsulat 2,330 3,060 5,290 10,490 9 Instansi Pemerintah 2,330 3,110 4,630 9,925 10 Balai Latihan/Pertemuan 2,330 3,110 4,660 9,925 11 Niaga Kecil 4,350 5,900 7,300 9,320 12 Niaga Menengah 8,390 9,630 10,575 12,430 13 Niaga Besar 9,320 10,250 11,180 13,980 14 Industri Kecil 4,210 5,280 7,145 9,940 15 Industri Besar 10,560 11,900 13,220 15,860 16 Khusus A 15,000 15,000 15,000 15,000 17 Khusus B 17,500 17,500 17,500 17,500 18 Curah 25,00 25,00 25,00 25,00 19 Curah Khusus 60,00 60,00 60,00 60,00
Sumber : PDAM Kota Makassar, 2009
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 17
Tabel 3.3. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Perpipaan Kota Makassar Tahun 2009
No Uraian Jenis Kapasitas Dimensi Keterangan
1 2 3 4 5 6 1 a b 2
UNIT AIR BAKU Sumber Sungai Jeneberang Sungai Lekopaccing Trasmisi Air Baku Jaringan Pipa Transmisi UNIT PRODUKSI IPA I Ratulangi IPA II Panaikang IPA III Antang IPA IV Maccini Sombala IPA V Somba Opu
Air Permukaan Air Permukaan Pipa DIP
IPA I Ratulangi 50 L/dt IPA II Panaikang 1.000 L/dt IPA III Antang 90 L/dt IPA IV Maccini Sombala 200 L/dt IPA V Somba Opu 1.000 L/dt
Panjang 15.390 M
Sumber Dana Loan Tingkat I dan Pusat
3 a b
UNIT DISTRIBUSI Reservoir IPA I Ratulang IPA II Panaikang IPA III Antang IPA IV Maccini Sombala IPA V Somba Opu Jaringan Distribusi Jaringan Pipa Distribusi
Ground dan Tower Ground Ground Ground Ground Pipa DIP
1.250 dan 750 M3 10.000 M3 543 M3 400 M3 12.000 M3
Dimensi Pipa Φ 1.100 mm,
1.000 mm dan 900 mm
Konstruksi Beton Konstruksi Beton Konstruksi Beton Konstruksi Beton Konstruksi Beton Panjang Pipa Total 11.649 M
4
UNIT PELAYANAN SR Sosial Badan Usaha Industri Instansi Pemerintah Hidran Umum Pelabuhan Laut Bandara Mobil Tangki
154.577 Unit 1.562 Unit 9.524 Unit 114 Unit 546 Unit 66 Unit 9 Unit 2 Unit 13 Unit
3.4.2. Air Limbah
Salah satu sumber pencemaran lingkungan adalah air limbah. Air
limbah di Kota Makassar secara umum bersumber dari; limbah rumah
tangga, limbah industri, limbah kapal, dan hasil buangan dari aktivitas
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 18
sosial ekonomi. Berdasarkan karakteristiknya limbah hasil buangan di Kota
Makassar terdiri atas limbah padat dan limbah cair. Hasil observasi
lapangan yang dilakukan menunjukkan penangangan limbah di Kota
Makassar sepenuhnya belum dikelola secara optimal (tanpa melalui
treatment). Jika tidak diantisipasi sejak awal akan berdampak pada
pencemaran lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
pencemaran lingkungan. Kondisi ini secara umum terjadi di daerah kawasan
kumuh Kota Makassar.
Pengembangan jaringan air kotor/limbah domestik ditujukan
untuk mengendalikan dan menanggulangi pencemaran akibat
pembuangan air kotor/limbah cair rumah tangga melalui pengelolaan
secara terpadu, serta non domestik diolah secara khusus melalui IPAL
masing-masing industri sesuai dengan karakteristik industrinya.
Rencana pemanfaatan ruang sistem pengelolaan air limbah Kota Makassar
meliputi :
3.4.2.1.Pengelolaan Limbah Cair Sistem Setempat (On Site Sanitation)
Pengelolaan Iimbah Cair Sistem Setempat (On Site Sanitation)
diterapkan pada kawasan dengan kepadatan relatif rendah, menggunakan
tangki septik dan peresapan. Hingga akhir tahun 2013 penggunaan
tangki septik dan peresapan direncanakan mencapai 80% dari total
penduduk pada kawasan kepadatan rendah.
Diterapkan pada kawasan permukiman di atas air di pesisir pantai,
dengan menggunakan sistem tangki septik terapung yang sesuai dengan
standard untuk pengaruh pasang surut air laut. Hingga tahun 2013
penggunaan tangki septik terapung direncanakan mencapai 90% dari
total penduduk pada kawasan rumah diatas air kepadatan rendah.
Penyediaan prasamna jamban jamak/MCK pda kawasan
permukiman kumuh dan berpenghasilan relatif rendah, dengan kriteria 1 unit
jamban jamak / MCK melayani 5 KK.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 19
3.4.2.2. Pengelolaan Limbah Cair Sistem Terpusat (OffSite Sanitation)
Diterapkan pada kawasan permukiman perkotaan atau kawasan dengan
kepadatan penduduk yang relatif tinggi dengan menggunakan tangki septik
komunal. Hingga tahun 2013 pengelolaan limbah domestik direncanakan
mencapai 80 % dari total limbah cair perkotaan.
a. Diterapkan pada permukiman di atas air dengan septic tank
terapung komunal yang sesual dengan standard teknis untuk pasang
surut air laut. Hingga tahun 2013 pengelolaan limbah domestik
direncanakan mencapai 90 % dart total penduduk kawasan permukiman diatas
air kepadatan tinggl.
b. Kriteria kebutuhan prasarana air limbah dengan tangki septik
komunal adalah 1 unit tangki septik komunal rnelayani 10 - 15 KK.
c. Untuk kawwan strategis dan kawasan pengembangan baru,
pengelolaan limbah memakai sistem assainering (terpusat
menggunakan riol-riol).
Kriteria perencanaan kebutuhan untuk penggunaan sistem assainering,
meliputi:
a. Topografi lahan mencukupi kelandaiannya karena aliran menggunakan riol
b. Pengaliran air limbah dari rumah tangga menuju riol menggunakan
sistem
c. Ukuran riol minimum 200 mm, sambungan pipa rapat air, setiap pergantian
Pada saat tertentu dilakukan penggelontoran air sehingga limbah
yang mengendap atau masih tertinggal dapat mengafir ke tangki
penampungan air limbah dari riol dialirkan ke bak penampungan dengan kapasitas
sesuai kebutuhan bak penampungan harus melalui sistem pengolahan yang
memenuhi standar yang berlaku atau diambil clan dibawa ic2 IPLT untuk
diolah.
3.4.2.3.Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Lain (cuci, mandi)
Pembuangan masih dapat dibuang ke saluran drainase yang ada
mengingat limbah yang terkandung belum begitu besar dan dapat
diuraikan. Institusi untuk menangani pengelolaan air limbah secara
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 20
terpadu di Kota Makassar dilakukan oleh Dinas Lisda dan Dinas Kesehatan.
Pengelolaan Limbah Cair Non Domestik direncanakan agar masing-
masing Industri yang ada di- kota Makassar hiharapkan telah memiliki IPAL
untuk mengolah limbah-limbah yang dihasilkan sesual dengan
karakteristiknya.
3.4.2.4.Jamban dan Pembuangan Air Limbah Jamban
Masalah yang memprihatinkan pada semua fasilitas umum di Kota
Makassar adalah WC. Kalaupun ada fasilitas WC maka hampir dapat
dipastikan kebersihannya kurang diperhatikan, hal ini tidak hanya terjadi
pada daerah pasar saja, akan tetapi pada semua fasilitas umum seperti
terminal, puskesmas, tempat rekreasi dan lain-lain.
3.4.2.5.Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan tersebut adalah limbah organik berupa
sisa sayuran, sisa organ ikan, sisa organ unggas, sedang limbah anorganik
berupa kantong kresek yang terbuat dari plastik dan kertas. Sebagai salah
satu upaya untuk menjaga kebersihan, Dinas Kebersihan Kota Makassar
Telah menyediakan Tempat Pembuangan Sementara, Namun kondisinya
sudah banyak yang mengalami kerusakan.
3.4.2.6. Pemahaman, Keperdulian, Sikap, dan Prilaku Masyarakat
Secara umum pemahaman, keperdulian, sikap dan prilaku
masyarakat kota terhadap sanitasi lingkungan masih rendah, kalau tidak
mau dikatakan masih amat sangat rendah. Bukan pemandangan yang aneh,
jikalau mendapatkan masyarakat membuang sampah di kanal, dipinggir
jalan raya, membuang tinja di kanal, atau saluran drainase permukiman,
bahkan sangat sering dijumpai orang membuang sampah di jalan protokol
dari atas mobil bermerek mewah, dan itu bukan hanya dilakukan oleh sang
sopir yang kemungkinan berpendidikan formal yang rendah, tetapi sangat
sering dijumpai yang membuang sampah adalah majikannya yang duduk di
kursi jok belakang, dengan seenaknya membuang kulit kacang, kulit
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 21
rambutan/langsat yang telah dimakan isinya, sehingga diperlukan
penggalangan partisipasi masyarakat.
3.4.3. Persampahan
Perencanaan prasarana dan sarana persampahan dilaksanakan oleh
Dinas Kebersihan dan Keindahan, sedang pelaksanaan pembangunannya
dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar. Operasi dan
perawatan prasarana dan sarana persampahan dilakukan oleh Dinas
Keindahan. Pengawasan pengelolaan persampahan dilakukan oleh Struktur
organisasi pengelola persampahan. Hingga akhir tahun 2014 diharapkan
total tingkat pelayanan persampahan Kota Makassar akan mencapai 80%
dari total jumlah penduduk.
Potensi timbulan sampah di Kota Makassar berdasarkan sumbernya
meliputi; sampah rumah tangga, industri, pasar, tempat pelelangan ikan,
sampah jalan dan sebagainya. Jika didasarkan pada sifat dan
karakteristiknya sampah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas di Kota
Makassar terdiri atas jenis sampah basah dan sampah kering. Hingga saat ini
pengelolaan sampah yang dihasilkan belum dikelola secara optimal, pola
penanganan yang dilakukan masyarakat sebagian masih bersifat
konvensional dengan cara; membakar, menimbun, membuang ke sungai dan
laut terutama lokasi kawasan yang berada di daerah pinggiran kota. Hingga
saat ini volume timbulan sampah yang telah tertangani dan diangkut ke TPA
sebesar 2871,94 m3/hari. Sarana dan prasarana yang digunakan antara lain:
gerobak sampah, kontainer dan armada pengangkutan sampah melalui
dinas kebersihan Kota Makassar.
BAB III_RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH | 22
Tabel 3.4. Sumber Timbulan Sampah di Kota Makassar
No Sumber Sampah Timbulan Sampah (M3/hari)
Persentase (%)
Terangkut (M3/Hari)
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 1 Permukiman
a. Mewah 256,45 7,20 216,7 7,55 b. Menengah 344,60 9,68 291,19 10,14 c. Sederhana 1.121,95 31,52 948,05 33,01
2 Sarana Kota
a. Pasar 594,00 16,69 402,36 14,01 b. Kawasan Niaga 143,55 4,03 109,1 3,80 c. Kawasan Perkantoran 111,65 3,14 84,85 2,95 d. Kawasan Pendidikan 74,00 2,08 52,43 1,83 e. Terminal 84,00 2,36 69,47 2,42 f. Pelabuhan 125,00 3,51 112,56 3,92 g. Hotel 63,80 1,79 48,49 1,69 h. Rumah Sakit 75,00 2,11 62,34 2,17 i. Sarana Ibadah 33,00 0,93 28,72 1,00
3 Kawasan Industri 79,00 2,22 68,54 2,39 4 Perairan Terbuka 332,00 9,33 264,32 9,20 5 Sapuan Jalan 122,00 3,43 112,82 3,93
Jumlah 3.560,00 100,00 2.871,94 100,00
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2008
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 1
BAB IV PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR
4.1. ANALISIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat
pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi
yang akan datang serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya
kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas
kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan
kebutuhan dasar. Dengan demikian upaya pembangunan perumahan dan
permukiman diarahkan sebagai salah sektor prioritas dalam pembangunan
manusia indonesia seutuhnya.
Pengembangan perumahan dan permukiman tidak terlepas dari
dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan
pemerintah dalam mengelolah penyelenggaraan perumahan dan
permukiman. Hal tersebut menjadi salah satu pokok permasalahan untuk
menginterpretasikan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman
sehingga diperlukan rumusan kebijakan dan strategi pengembangan yang
lebih mengakar di masyarakat dan dapat diimplementasikan oleh semua
pihak.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 2
4.1.1.Umum
Berdasarkan pada rencana pengembangan Kawasan Permukiman
dalam Tata Ruang Kota Makassar, arahan pengembangannya dikelompokkan
dalam kategori pengembangan kawasan permukiman yang berkepadatan
tinggi, sedang dan rendah. Pengembangan kawasan permukiman ditetapkan
dalam 13 Kawasan Terpadu Kota Makassar yang memungkinkan untuk
dikembangkan, hanya saja dibutuhkan ketentuan-ketentuan baru yang
mengatur pola dan bentuk permukiman yang akan dikembangkan. Pola dan
bentuk tersebut diantaranya menjadikan VISI, MISI DAN STRATEGI masing-
masing kawasan terpadu sebagai tolak ukur penentuan pola dan betuk
permukiman yang ingin dikembangkan dalam 13 kawasan terpadu yang
dimaksud.
Pengembangan kawasan permukiman, secara bertahap diharapkan
akan dilengkapi infrastruktur kawasannya dan sarana dan prasarana
lingkungan, terkait jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat setempat untuk kebutuhan fasilitas umum/fasilitas sosial.
Adapun fasilitas umum dan fasilitas sosial sebagaimana dimaksudkan diatas,
meliputi:
• Fasilitas Pendidikan
• Fasilitas Kesehatan
• Fasilitas Peribadatan
• Fasilitas Olah Raga/Keseian/Rekreasi
• Fasilitas Pelayanan Pemerintah
• Fasilitas Bina Sosial
• Fasilitas Perbelanjaan/Niaga
• Fasilitas transportasi
Secara umum, strategi pengembangan kawasan permukiman dalam
13 kawasan terpadu dilakukan dengan mengembangkan cara-cara progresif
melalui program REVITALISASI, PEREMAJAAN LINGKUNGAN secara TERBATAS
dan TERUKUR dan ataupun MEMBANGUN BARU dari kawasan yang
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 3
direncanakan sebagai kawasan permukiman serta mengembangkan sarana
dan prasarana kawasan secara seimbang sesuai kebutuhan masyarakat
setempat.
Tabel 4.1. Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan Terpadu
No KAWASAN TERPADU BRAND LUAS PERUMAHAN
1 Kawasan Pusat Kota Makassar Down Town 2.524.74 Ha 25.00 % 631.19 Ha
2 Kawasan Permukiman Terpadu Lakucini Residential City 2.879.49 Ha 40.00% 1.151.80 Ha
3 Kawasan Pelabuhan Terpadu Paotere Port City 875.52 Ha 10.00% 87.55 Ha
4 Kawasan Bandara Terpadu Biringmandai Airport City 1.288.28 Ha 12.00% 154.59 Ha
5 Kawasan Maritim Terpadu Kuri Marine City 617.61 Ha 15.00% 92.64 Ha
6 Kawasan Industri Terpadu Tamalanrea Industrial Park 966.32 Ha 11.00% 106.30 Ha
7 Kawasan Pergudangan Terpadu Sutami Warehouse Park 1.559.94 Ha 8.00% 392.60 Ha
8 Kawasan Pendidikan Terpadu Tamabiring Education City 3.322.75 Ha 34.00% 1.085.16 Ha
9 Kawasan Penelitian Terpadu Lakkang Scienceland 586.52 Ha 5.00% 29.33 Ha
10 Kawasan Budaya Terpadu Somba Opu Cultural Park 566.63 Ha 9.00% 51.00 Ha
11 Kawasan Olahraga Terpadu BAROMBONG Sport City 939.58 Ha 20.00% 187.92 Ha
12 Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu Tanjung Bunga Waterfront City 674.06 Ha 20.00% 134.81 Ha
13 Kawasan Bisnis Global Terpadu Tanjung Beringin Global City 636.78. Ha 15.00% 95.52 Ha
JUMLAH LUAS 17.146.63 Ha 4.200.39 Ha
PROSENTASI 100.00 % 24.50%
Sumber : Hasil Analisis Tim
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 4
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 5
Gambar 4.1. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan
Terpadu Kota Makassar
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 6
4.1.2. Profil Pembangunan Permukiman
Profil pembangunan permukiman Kota Makassar pada dasarnya
merupakan pengembangan kawasan perumahan yang telah dijabarkan
dalam 13 kawasan terpadu Kota Makassar, dengan persentase luas ruang
perumahan, sebagai berikut :
a. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman pada Kawasan Pusat Kota
ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 631.19 Ha, dengan
uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :
• Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat dan sedang termasuk pada kawasan
sepanjang bantaran KANAL KOTA.
• Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat secara terbatas.
• Mendorong pengembangan kawasan permukiman secara vertikal dan
memperkecil perpetakan untuk penyediaan perumahan gologan
menengah-ke bawah yang dilengkapi dengan sarana prasarana yang
memadai.
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur, yang
tersebar dalam kelompok-kelompok perumahan berkomplek di dalam
kota.
• Membatasi pemanfataan dan pelestarian lingkungan khusus pada
kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah di dalam kota.
• Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkugannya.
b. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan
Permukiman Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan
seluas 1151, 80 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai
berikut :
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 7
• Mengembangkan kawasan permukiman secara vertikal melalui
peremajaan terutama pada lokasi yang kondisinya kumuh berat.
• Mengembangkan kawasan permukiman baru terutama di wilayah
bagian timur kota (antara jalan lingkar tengah dan luar).
• Mendorong pengembangan kawasan permukiman KDB rendah beserta
fasilitasnya di daerah pengembangan permukiman Panakukang Mas.
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang tersebar
dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks di dalam
kawasan.
• Mempertahankan fungsi perumahan pada perumahan mantap.
• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya.
c. Rencana Pegembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Pelabuhan
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 87,55 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :
• Mempertahankan ligkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan
• Megembangkan perbaikan lingkungan pada kawasa permukiman
kumuh sedang dan ringan secara terbatas melalui pegembangan
secara vertikal, yang dilengkapi sarana dan prasarana yag memadai.
• Mengembangkan permukiman masyarakat menegah-atas pada areal
reklamasi pantai utara.
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman di kota
tua/bersejarah dan pelabuhan Soekarno-Hatta sekaligus
melestarikan lingkungannya.
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur
• Membatasi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan khusus pada
kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah dalam kota
• Mempertahankan fungsi perumahan pada perumahan mantap.
• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 8
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya.
d. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bandara
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 154,59 Ha
degan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :
• Mengarahkan pengembangan kawasan permukiman KDB rendah di
sekitar kawasan keselamatan operasi penerbangan Bandara
Hasanuddin dengan upaya mengembangkan budidaya tanaman hias
dan pertanian produktif.
• Mendorong pegembangan peremajaan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat, sedang dan ringan.
• Mempertahankan lingkungan permukiman yag teratur yag tersebar
dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks di dalam
kawasan
• Mempertahankan fungsi perumahan pada perumahan mantap.
• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya.
e. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Maritim
Terpadu Ditargetkan Menempati Wilayah Perecanaan Seluas 92,59 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
• Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai
• Mengembangkan permukiman nelayan yang bernuansa wisata dan
berwawasan lingkungan hidup di kawasan Pantai Utara dan pulau-
pulau yang dihuni di Kepulauan Spermonde.
• Mengembangkan kawasan permukiman baru
• Mempertahankan lingkungan permukiman nelayan yang sudah ada
• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap
• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 9
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
f. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Industri
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 106.30 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh sedang dan ringan secara terukur dan terkontrol
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan
• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh sedang dan ringan secara terbatas melalui pengembangan
secara vertikal, dan memperkecil perpetakan untuk penyediaan
perumahan golongan menengah-bawah yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang memadai
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur
• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap
• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
g. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan
Pergudangan Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan
seluas 392.60 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai
berikut:
• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh sedang dan ringan secara terukur dan terkontrol
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan
• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh sedang dan ringan secara terbatas melalui pengembangan
secara vertikal, dan memperkecil perpetakan untuk penyediaan
perumahan golongan menengah-bawah yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang memadai
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 10
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur
• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap
• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
h. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Pendidikan
Tinggi Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas
1.085.16 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
• Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai
• Mengembangkan kawasan permukiman KDB redah dalam areal
kawasan
• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap
• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
• Membatasi perubaha fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkunganya
i. Rencana Pegembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Penelitian
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 29.33 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
• Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh yang berada pada bagian hilir daerah aliran sugai
tallo berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
• Mengembangkan kawasan permukiman KDB rendah dalam areal
kawasan
• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap
• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
• Membatasi perubaha fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
j. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Budaya
Terpadu Ditargetkan Menempati Wilayah Perencanaan Seluas 51.00 Ha
dengan uraian araha pengembangannya sebagai berikut:
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 11
• Mengarahkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman warga
dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
• Membatasi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan khusus pada
kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah dalam kota
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan
• Mengarahkan pembangunan lingkungan permukiman baru yang
disesuaikan dengan atmosfir ruang kawasan yang ingin dicapai
sebagai kawasan budaya
• Mempertahakan fungsi perumahan pada kawasan mantap
• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
k. Rencana Pegembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Olahraga
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 187.92 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
• Mendorong pengembangan kawasan permukiman baru berikut dengan
lingkungan yang sesuai dengan penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai
• Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan
• Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
• Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
l. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bisnis dan
Pariwisata Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencaaan seluas
134,81 Ha dengan uraian pengembangannya sebagai berikut:
• Mempertahankan kawasan permukiman KDB rendah pada daerah
permukiman Tajung Bunga
• Mempertahankan lingkungan perumahan yang teratur yang terdapat
dalam kawasan
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 12
• Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukima yang sudah ada dan
sekaligus melestarikan lingkungannya
m. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bisnis
Global Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas
95,52 Ha dengan uraian pengembangan sebagai berikut:
• Mendorong perbaikan dan penataan lingkungan pada kawasan
perencanaan melalui pengembangan secara vertikal yang dilegkapi
sarana dan prasarana yang memadai
• Mengembangkan kawasan permukiman KDB rendah melalui
pengembangan permukiman masyarakat menengah-atas pada areal
reklamasi pantai
• Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman
• Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
n. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh
Berdasarkan pada data BKKBN Kota Makassar tahun 2007 menunjukkan
bahwa konsentrasi terbesar orang miskin berada di Kecamatan Tallo
(4.569 KK), Mariso (2.891 KK), Kecamatan Tamalate (2.833 KK),
kemudian Tamalanrea (2.779KK), Rapocini (2.665 KK), Panakkukang
(2,460 KK), Makassar (2.397 KK) dan Manggala (2.088) KK. Data
tersebut juga menunjukkan bahwa kecamatan dengan jumlah penduduk
terbanyak yang tigggal di daerah kumuh adalah di Kecamatan Tallo
(29.638), Rappocini (15.684), Tamalate (14.650), Mariso (11.901) dan
Ujung Tanah (11.160). Kecamatan ini berada di pinggiran kota sekitar
daerah utara, timur dan selatan dari pusat kota.
4.1.2.1.Kondisi Umum
4.1.2.1.1.Gambaran Umum
Perkembangan kawasan permukiman di Kota Makassar ditandai
dengan bertambahnya jumlah unit rumah atau meningkatnya luas lahan
permukiman pada kaswasan tertentu. Hal tersebut dapat terjadi akibat
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 13
tumbuhnya permukiman secara individu maupun perumahan yang terencana
dan berskala besar yang dikembangkan oleh developer (pengembang), yang
mengakibatkan berubahnya fungsi guna lahan secara mendasar. Penyediaan
perumahan secara terencana biasanya dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan serta memiliki estetika lingkungan yang lebih tertata.
Akan tetapi pada kawasan permukiman yang tumbuh secara alamiah dan
menempati lahan secara tidak teratur dan tidak dilengkapi dengan
penyediaan sarana dan prasarana lingkungan cenderung mengarah ke
perkampungan kumuh.
Proses pertumbuhan permukiman tersebut merupakan bagian yang
sulit untuk dihindari, demikian halnya dalam perkembangan Kota Makassar
mengalami permasalahan permukiman baik dalam upaya penataan maupun
penyediaan lahan dan fasilitas pendukungnya. Sejauh ini intensitas
perkembangan kawasan permukiman di Kota Makassar terus mengalami
peningkatan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduknya, hal
tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah rumah dan lahan
peruntukan kawasan permukiman.
Tingginya permintaan jumlah unit rumah setiap tahun dibarengi
peningkatan lahan permukiman perkotaan merupakan akibat dari
perkembangan jumlah penduduk dan pembentukan kota secara makro baik
yang terencana maupun terbentuk dengan sendirinya. Perkembangan
kawasan permukiman Kota Makassar mengalami proses tersebut yang
dilandasi oleh beberapa hal mendasar yaitu : (1) Kecenderungan penduduk
untuk tinggal secara berkelompok, (2) Dekat dengan pelayanan sarana dan
prasarana, (3) Tinggal disekitar lingkungan kerja. Hal tersebut secara tidak
langsung akan membentuk pola-pola permukiman di Kota Makassar. Pola
permukiman yang terbentuk antara lain : Pola grid, pola linier, pola loop
dan pola rekta linier. Masing-masing pola memiliki karakteristik tersendiri
yang terbentuk berdasarkan kondisi fisik lahan, karakteristik sosial
masyarakat dan orientasi kegiatan ekonomi masyarakat.
Pada awalnya Kota Makassar terbentuk pola permukiman yang linier
yaitu mengikuti pola jalan utama yang ada. Pola linier terbentuk dengan
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 14
pertimbangan aksesibilitas dan kemudahan pelayanan fasilitas, pola ini
terbentuk pada jalur-jalur utama dan jalan yang menghubungkan ke daerah
hinterland kota dan kawasan pinggiran. Kemudian pada pusat kota
mengalami perkembangan yang cukup pesat dan membentuk kelompok
permukiman skala besar (urban). Dengan pertimbangan nilai ekonomis
lahan dan pemanfaatan lahan yang seefisien mungkin, sehingga terbentuk
pola grid atau penyebaran bangunan yang hampir merata pada seluruh
bagian pusat kota, pola ini terdapat pada pusat aktifitas kota (kawasan
perdagangan dan kawasan perkantoran lama).
Sedangkan pada daerah pinggiran kota (phery-phery) memiliki
kecenderungan pembentukan pola permukiman yang menyebar dan
membentuk kelompok-kelompok permukiman kecil. Hal ini terbentuk
dengan pertimbangan nilai ekonomis lahan dan kecenderungan masyarakat
untuk tinggal dekat dengan lingkungan kerja (sektor pertanian).
Perkembangan pola permukiman pada daerah pinggiran relatif rendah, hal
ini dipengaruhi oleh produktifitas dan orientasi mata pencaharian
masyarakat tertumpu pada lahan pertanian, sehingga kecenderungan
masyarakat untuk bertempat tinggal pada kelompok permukiman yang ada,
atau dengan kata lain proporsi pertambahan jumlah rumah tidak seimbang
dengan perkembangan lahan permukiman.
Kawasan permukiman di Kota Makassar memiliki ciri dan
karakteristik tertentu pada masing-masing bagian kawasan kota. Kondisi
dan karakteristik lingkungan permukiman di Kota Makassar diuraikan
berdasarkan karakteristik pada masing-masing kawasan yang terbagi atas
permukiman pada kawasan pusat kota, permukiman pada kawasan transisi,
dan kawasan permukiman pada kawasan phery-phery (pinggiran).
a. Permukiman Pada Kawasan Pusat Kota
Aktivitas di Kota Makassar berorientasi pada kegiatan perdagangan
dan pelayanan jasa, berimplikasi pada optimalisasi lahan untuk bernilai
ekonomis. Dengan demikian sebagian besar permukiman memiliki fungsi
ganda yaitu sebagai tempat bermukim dan kegiatan usaha (ruko). Sulitnya
mendapatkan lahan permukiman pada pusat kota di Kota Makassar
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 15
mengakibatkan kurangnya estetika dalam pemanfaatan lahan permukiman
seperti bangunan pada bantaran sungai, proporsi lahan terbangun dan lahan
terbuka tidak seimbang, sempadan tidak diperhatikan dan lain sebagainya.
Aktivitas pada kawasan ini biasanya memiliki tingkat kepadatan yang
cukup tinggi dibanding kawasan lainnya. Aktifitas pada pusat kota terdiri
dari kegiatan perdagangan dan pelayanan sosial. Dengan demikian lahan
peruntukan permukiman relatif kecil dan memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Model kapling permukiman yang terbentuk relatif kecil hingga
sedang, estetika dan proporsi lahan tidak lagi menjadi pertimbangan dalam
pembangunan rumah, akan tetapi lebih mengarah pada peningkatan nilai
ekonomi dan peruntukan kegiatan usaha.
b. Permukiman Pada Kawasan Transisi
Pada kawasan transisi diarahkan pengembangannya untuk
permukiman dengan lahan yang cukup proporsi, sehingga pembangunan
perumahan pada kawasan permukiman ini sangat memungkinkan dilakukan
penataan lebih awal. Sebagian besar permukiman pada kawasan ini
merupakan bangunan permanen dan semi permanen. Kondisi permukiman
sudah tertata dengan perbandingan lahan terbangun dan lahan terbuka
yang lebih proporsi, sehingga estetika dan pengaturan sempadan nampak
dari pengaturan dan perletakan bangunan. Sejalan dengan hal tersebut
pengembangan perumahan dan permukiman pada kawasan ini diarahkan
untuk lebih tertata dengan pertimbangan standar layak huni dan lebih
manusiawi untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Permukiman Pada Kawasan Phery-Phery (Pinggiran)
Permukiman pada kawasan phery-phery di Kota Makassar merupakan
permukiman yang sebagian besar penduduknya berorientasi pada kegiatan
pertanian. Umumnya, permukiman penduduk masih temporer dengan
konstruksi kayu, model kapling cukup luas dan dimanfaatkan untuk apotik
hidup. Pertimbangan utama masyarakat untuk tinggal pada kawasan ini
antara lain : Dekat dengan tempat kerja dan nilai ekonomis lahan relatif
murah dibanding pada kawasan pusat kota. Lahan pengembangan
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 16
perumahan dan permukiman pada kawasan ini cukup luas sehingga dapat
diarahkan untuk permukiman yang berwawasan lingkungan. Akan tetapi
dalam proses perkembangan telah mengalami perubahan akibat tekanan
jumlah penduduk Kota Makassar yang cukup tinggi.
4.1.2.1.2.Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Kondisi prasarana dan sarana permukiman secara kuantitas menyebar
baik di pusat kota maupun di kawasan pinggiran seperti peningkatan
kualitas lingkungan perumahan kota, pembangunan infrastruktur seperti
peningkatan jalan/jembatan, penyediaan air bersih dan sanitasi serta
fasiilitas umum lainnya.
Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya
indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan
kepada masyarakat terutama di kawasan pinggiran Kota Makassar.
4.1.2.1.3.Parameter Teknis Wilayah
Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat
permasalahan sosial ekonomi masyarakat baik di pusat kota perkotaan
maupun di kawasan pinggiran kota seperti peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan/nelayan, pembangunan infrastruktur, yang
lebih baik diprioritaskan pada kawasan pinggiran kota dan pada kawasan
permukiman kumuh.
Prosedur standar yang digunakan berdasarkan buku petunjuk oleh
Departemen Pekerjaan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
(permendagri no .13 dan no 59 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah).
4.1.2.1.4. Aspek Pendanaan
Sumber dana yang digunakan dalam rangka pengembangan
permukiman di Kota Makassar selain yang bersumber dari APBD Kota
Makassar, APBD Propinsi, APBN dan Swadaya masyarakat serta pihak
pengembangan perumahan. Sumber dana APBN selama ini ditujukan untuk
membiayai program/kegiatan peningkatan kualitas permukiman perkotaan
kumuh/ NUSSP, pembangunan RUSUNAWA dan kawasan yang memiliki
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 17
fungsi dominan seperti kawasan wisata dan budaya dengan dana
pendamping atau shering APBD Kota Makassar.
4.1.2.1.5.Aspek Kelembagaan
Penyelenggaraan pembangunan permukiman dilaksanakan oleh Dinas
Tata Ruang dan Bangunan dan Dinas PU Cipta Karya Kota Makassar dengan
koordinasi dengan instansi terkait lainnya antara lain Bappeda, camat,
kepala kelurahan dan sebagainya. Unsur pelaksana adalah OMS (BKM,
LKMD,DPP) dan Unsur masyarakat lainnya.
4.1.2.2.Sasaran
Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman Kota
Makassar, sebagai berikut :
• Peningkatan kualitas pemukiman kumuh perkotaan pada 45 kelurahan.
• Pembangunan infrasturktur kawasan permukiman diarahkan pada
kawasan permukiman yang berada di wilayah pinggiran Kota Makassar
untuk kategori yang memiliki aksesibilitas rendah, sasaran yang ingin
dicapai adalah peningkatan mobilitas masyarakat.
4.1.3.Permasalahan Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Kota Makassar
Masalah permukiman terkait dengan dinamika perkembangan kota
dan wilayah, serta konflik di dalam kehidupan bermasyarakat.
Permasalahan pembangunan permukiman di Kota Makassar adalah meliputi
berbagai aspek seperti aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek
peran serta masyarakat.
Secara umum permasalahan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan permukiman dapat diuraikan sebagai berikut :
• Masih lemahnya kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan
perumahan dan permukiman.
• Secara umum penyelenggaraan di bidang perumahan dan permukiman
belum sepenuhnya optimal, ditinjau dari segi sumber daya manusia,
organisasi, tata laksana, serta dukungan prasarana dan sarana dasar.
• Aspek Pendanaan Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 18
Belum tersedianya dana jangka panjang untuk pembiayaan sektor
perumahan, yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
pendanaan dalam pengadaan pembangunan perumahan. Sehingga
memerlukan mobilisasi sumber-sumber pembiayaan yang efektif dengan
mengintegrasikan pembiayaan perumahan ke dalam sistem pembiayaan
yang lebih luas (APBD Kota, APBD Provinsi, APBN, Swasta dan Swadaya
Masyarakat)
• Aspek Peran Serta Masyarakat.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya
partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik
secara individual maupun organisasi masyarakat yang ada.
4.1.3.1.Analisis Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan
permukiman di Kota Makassar, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek
pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan
hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang
direkomendasikan sebagai berikut :
a. Kelembagaan yang menangani Bidang ke Cipta Karyaan khususnya
pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan
fungsi (tupoksi) yang jelas, serta penempatan tenaga pelaksana sesuai
dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.
b. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kota,
APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh satker
berada dalam SKPD.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani
program/kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun
organisasi masyarakat.
d. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan
dan pembangunan sektor perumahan dan permukiman.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 19
4.1.4.Analisis Usulan Pembangunan Permukiman
4.1.4.1.Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
Sistem Infrastruktur permukiman yang diusulkan adalah adanya
keserasian dan keseimbangan pembangunan infrastruktur permukiman
perkotaan dan perdesaan diharapkan mengacu kepada konsep
pembangunan prasarana kota terpadu antar sektor sesuai dengan rencana
induk sistem prasarana dan sarana yang ada seperti peningkatan kualitas
permukiman kumuh dan pengembangan pemukiman baru, yang ditunjang
dengan pembangunan sektor lainnya seperti pembangunan drainase,
persampahan, pengelolaan air limbah dan pembangunan jalan lingkungan
pada kawasan permukiman Kota Makassar.
Sedangkan sistem infrastruktur perdesaan adalah mengacu pada
konsep TRIDAYA melalui program pemberdayaan masyarakat setempat
meliputi program/kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh,
peningkatan prasarana dan sarana KTP2D/DPP, dan pembangunan
infrastruktur pemukiman kawasan pinggiran kota Makassar yang ditunjang
dengan pembangunan sektor jaringan jalan kolektor dalam rangka
meningkatkan aksesibilitas masyarakat menuju terwujudnya masyarakat
damai dan sejahtera.
4.1.4.2.Usulan dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Permukiman
Usulan dan prioritas program pembangunan prasarana dan sarana
permukiman meliputi : pembangunan jalan lingkungan, jalan setapak,
drainase, sanitasi, penyediaan air bersih/minum dan fasilitas umum lainnya
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kegiatan usaha masyarakat di
perkotaan melalui program penigkatan kualitas permukiman kumuh,
program pengembangan infrastruktur perkotaan dan program penanganan
kawasan permukiman yang mendesak untuk segera ditangani.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 20
4.1.4.3.Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Usulan dan prioritas kegiatan pembangunan infrastruktur
permukiman meliputi Kota Makassar Tahun 2010-2014 dapat dilihat Pada
Penjelasan Tabel di bawah ini.
Tabel 4.2. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar
No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana
1 2 3 4
A Tahun 2010
1 Pemasangan paving blok Kelurahan Tamangapa Paket APBD Kota 2 Pemasangan paving blok Kelurahan Manggala Paket APBD Kota 3 Pemasangan paving blok Kelurahan Bangkala Paket APBD Kota 4 Pemasangan paving blok Kelurahan Antang Paket APBD Kota 5 Pengaspalan jalan dirgantara Kelurahan Paropo Paket APBN 6 Pendampingan penyusunan strategi pengembangan kota (SPK) Paket APBN 7 Peningkatan lngkungan pemukiman kumuh Paket APBN
8 Penyediaan PSD bagi Kawasan RSH (Kawasan Manggala Perum PNS Pemda Provinsi Sulsel Paket APBN
B Tahun 2011
1 Pemasangan paving blok Kelurahan Batua 2 Pembangunan Rehabilitasi/Normalisasi Drainase 7 Kecamatan Paket APBD Kota
3 Pengerukan Saluran sekunder 4 lokasi Paket APBD APBD Provinsi
4 Peningkatan Drainase Pemukiman Tamalanrea/Konservasi Kampus Paket APBD Kota 5 Normalisasi Kap. Kolam/Waduk Kampus Paket APBD Provinsi 6 Pembangunan Tanggul Konservasi Danau Paket APBN 7 Pembangunan Saluran Pembuangan Utama Tamalanrea Paket APBN
C Tahun 2012
1 Pemasangan paving blok Kelurahan Maccini Sombala Paket APBD Kota 2 Pemasangan paving blok Kelurahan Tanjung Merdeka Paket APBD Kota 3 Pemasangan paving blok Kelurahan Parang Tambung Paket APBD Kota 4 Pemasangan paving blok Kelurahan Pa'Baeng-Baeng Paket APBD Kota 5 Pemasangan paving blok Kelurahan Mangasa Paket APBD Kota 6 Pemasangan paving blok Kelurahan Bungaya Paket APBD Kota 7 Pemasangan paving blok Kelurahan Barombong Paket APBD Kota
D Tahun 2013
1 Pemasangan paving blok Kelurahan Sudiang (Lap.Upacara SD) Paket APBD Kota 2 Pemasangan paving blok Kelurahan Paccerakkang Paket APBD Kota 3 Pemasangan paving blok Kelurahan Sudiang Raya Paket APBD Kota
E Tahun 2014
1 Pemasangan paving blok Kelurahan Sudiang Paket APBD Kota 2 Pemasangan paving blok Kelurahan Untia Paket APBD Kota 3 Pemasangan paving blok Kelurahan Pai Paket APBD Kota 4 Pemasangan paving blok Kelurahan Mariso Paket APBD Kota 5 Pemasangan paving blok Kelurahan Panambungan Paket APBD Kota 6 Revitalisasi Elevasi Jalan pintu I Unhas Paket APBD Provinsi
Sumber : Hasil Analisis
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 21
Gambar 4.2. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2010
Gambar 4.3. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2011
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 22
Gambar 4.4. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2012
Gambar 4.5. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur
Permukiman Kota Makassar Tahun 2013
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 23
Gambar 4.6. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Makassar Tahun 2014
4.1.4.4.Analisis Kerangka Dasar Pembangunan Permukiman
Kerangka pengembangan dasar pengembangan perumahan
permukiman di Kota Makassar pada dasarnya dilaksanakan dengan
memperhatikan konsep pengembangan tata ruang wilayah yang terdiri dari
3 kawasan utama dan prioritas pada kawasan keterpaduan untuk
pengembangan permukiman :
Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi keserasian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumber daya buatan
Kawasan penyangga, merupakan kawasan yang dikembangkan secara
terbatas dengan tujuan untuk melindungi kerusakan kawasan lindung
dengan tepat
Kawasan urban/ perkotaan, merupakan kawasan yang mempunyai
kegiatan non pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 24
permukiman, pertokoan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan ekonomi.
4.2. ANLISIS INVESTASI PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
4.2.1.Umum
Rencana penataan bangunan dan lingkungan Kota Makassar saat ini
lebih diarahkan pada kawasan pusat perdagangan dan transportasi,
kawasan industri, kawasan permukiman skala besar, kawasan bersejarah
dan pariwisata serta kawasan pusat pemerintahan. Dengan demikian
adanya rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL) pada kawasan
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi pelayanan dan
mendorong peningkatan jasa di sektor perdangan transportasi dan
pariwisata.
4.2.1.1.Penataan Bangunan
4.2.1.2.Permasalahan Penataan Bangunan
Penyelenggaraan bangunan di Kota Makassar sesuai dengan aturan
yang dipersyaratkan oleh peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Direktur
Jendral Cipta Karya maupun peraturan dan perundang-undangan lainnya
yang berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk belum
adanya peraturan Daerah yang mengatur tentang penyelenggaraan
Bangunan Gedung, permasalahan secara spesifik umumnya pada bangunan
yang belum memenuhi syarat teknis maupun keserasian bangunan dan
lingkungannya seperti yang terjadi di kawasan perumahan, perkantoran,
perdagangan dan pada kawasan khusus seperti kawasan wisata dan kawasan
bersejarah. Dilain pihak masih tingginya pelanggaran bangunan yang tidak
mentaati garis sempadan jalan, sungai, pantai dan kawasan non budi daya
lainnya.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 25
4.2.1.3. Penataan Lingkungan
Kegiatan penataan lingkungan untuk mendukung fungsi kawasan
tertentu belum dilakukan karena belum optimalnya kinerja instansi yang
berwenang yang melakukan perencanaan, pengaturan dan pembinaan
teknis maupun dalam pelaksanaan fisik dilapangan. Dilain pihak masih
terbatasnya kemampuan sumber daya manusia aparatur daerah yang
menangani dan masih terbatasnya kemampuan APBD untuk mendanai
kegiatan-kegiatan tersebut serta masih kurangnya pemahaman tentang
pentingnya penataan lingkungan dalam rangka mendorong peningkatan
fungsi kawasan seiring dengan meningkatnya lapangan kerja dan
pertumbuhan ekonomi kerakyatan.
4.2.1.4. Pencapaian Penataan Bangunan dan Lingkungan
Sampai saat ini upaya-upaya penataan bangunan dan lingkungan baik
ditingkat penyusunan rencana maupun pelaksanaan fisik dilapangan belum
optimal pelaksanaannya dan realisasinya masih bersifat parsial.
4.2.1.5. Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kota Makassar
Kebijakan penataan bangunan gedung dan lingkungan pada kegiatan
penataan bangunan gedung seperti bangunan perkantoran dan rumah
dinas, sedangkan penataan lingkungan belum dilakukan secara optimal dan
berkesinambungan.
4.2.2. Profil Rincian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Kondisi fisik bangunan gedung dan lingkungan sudah mulai
menunjukkan tanda-tanda kekumuhan pada daerah perkotaan yang
merupakan daerah urban dan pada kawasan kumuh nelayan dengan
pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat tanpa melihat secara detail
rencana tata ruang yang ada/tanpa melaporkan izin pada dinas tata ruang
Kota Makassar, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penataan kota sehingga
akan menimbulkan kekumuhan dan dampak lingkungan lainnya, rendahnya
kemampuan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat miskin kota,
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 26
pengetahuan tentang desain bangunan dan faktor sosial budaya masyarakat
yang masih rendah.
4.2.2.1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Secara umum penataan bangunan dan lingkungan di Kota Makassar
khususnya di daerah perkotaan dan kawasan pinggiran sudah dilakukan
berdasarkan rencana tata ruang yang ada, namun beberapa pembangunan
gedung yang dilakukan oleh masyarakat hanya mengikuti selera sehingga
struktur dan model serta luas lahan yang digunakan tidak mengikuti kaidah
yang sudah ditetapkan dalam konsep tata ruang dan aspek teknis sering
diabaikan sehingga hasilnya kurang baik. Oleh karena adanya pelaksanaan
bangunan seperti itu maka perlu dilakukan pembenahan oleh pihak
berkompeten secara tegas dan konsisten, namun tetap dilakukan secara
persuasive sehingga pembangunan yang berjalan tidak menimbulkan
dampak buruk terhadap lingkungan.
4.2.2.2. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Pertimbangan lingkungan selalu menjadi aspek utama dalam proses
perencanaan, termasuk dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan.
Dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa kondisi bangunan
gedung dan lingkungan diperoleh gambaran sebagai berikut :
Kondisi bangunan khususnya bangunan rumah penduduk di daerah
sekitar pantai dan daerah bantaran sungai umumnya tidak memenuhi
kriteria teknis suatu bangunan dari hal jarak antara rumah, penataan
dan elevasi sehingga sering terjadi kebakaran, menimbulkan lingkungan
kumuh karena tidak teratur dan rutin dilanda banjir yang disebabkan air
pasang, terutam bila musim hujan apalagi jika banjir bersamaan naiknya
air pasang, kondisi genangan di areal permukiman bisa bertahan
berhari-hari sehingga berpotensi menimbulkan berbagai macam
penyakit.
Khusus di kawasan pinggiran kota intensitasnya sudah menunjukkan
gejala pembangunan yang cukup tinggi dan sporadis sehingga
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 27
memerlukan pengendalian dalam bentuk penataan bangunan dan
lingkungan.
4.2.2.3. Permasalahan Yang Dihadapi
Kondisi bangunan khususnya bangunan rumah penduduk di koridor
jalan utama Kota Makassar, serta kawasan pesisir dan bantaran sungai yang
umumnya dihuni oleh kaum nelayan yang tergolong kelompok
berpenghasilan rendah umumnya tidak memenuhi kriteria teknis suatu
bangunan dari hal jarak antara rumah, penataan dan elevasi, sehingga
menimbulkan lingkungan kumuh hal ini disebabkan oleh karena tidak
teratur dan rutin dilanda banjir akibat air pasang, terutama bila musim
hujan menyebabkan terjadi banjir bersamaan air pasang, kondisi genangan
di areal permukiman bisa bertahan berhari-hari sehingga berpotensi
menimbulkan berbagai macam penyakit.
4.2.2.4. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sasaran penataan bangunan gedung dan lingkngan di Kota Makassar,
sebagai berikut :
a. Optimalisasi penyelenggaraan penataan bangunan gedung yang tertib,
fungsional, andal dan efisien.
b. Optimalisasi penyelenggaraan bangunan dan lingkungan permukiman
yang produktif dan memiliki berjatidiri.
c. Optimalisasi penyelenggaraan penataan, revitalisasi kawasan dan
bangunan dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi,
d. Optimalisasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan akan
mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan
gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan
budaya lokal
e. Agar pengembangan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung
guna menunjang pembangunan regional/internasional yang
berkelanjutan.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 28
4.2.3.Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Wujud bangunan dirancang dengan dasar pertimbangan fungsi
bangunan, khususnya bangunan perdagangan harus bersifat rekreatif dan
dinamis serta memberikan dampak psikologis yang mendukung sebagai
bangunan bisnis. Disamping itu faktor lain yang perlu diperhatikan dalam
mengolah wujud bangunan yaitu : kondisi topografi, iklim lingkungan, ciri
arsitektur tropis, mencerminkan budaya setempat, keserasian dengan
lingkungan sekitar serta mempertimbangkan pemakaian bahan bangunan
lokal yang berkualitas baik.
Untuk wujud bangunan yang menyangkut fungsi bangunan yang
menumental atau meyangkut lingkungan kota atau memerlukan penampilan
bangunan yang bercirikan tradisional atau khas daerah maka perlu
dikonsultasikan dengan tenaga ahli yang telah berpengalaman.
4.2.3.1.Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kota Makassar yang belum menyelesaikan perda bangunan gedung
yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG. Masih tidak dilibatkannya Tim
ahli bangunan gedung yang berfungsi dalam pembinaan penataan bangunan
dan lingkungan. Pemda belum menerbitkan sertifikasi layak Fungsi (SLF)
bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan baru hasil
pembangunan.
4.2.3.2.Rekomendasi
Guna mendukung penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan di Kota Makassar, beberapa hal yang direkomendasikan sebagai
berikut :
a. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional,
andal dan efisien.
b. Pemda harus bertindak sebagai policy dalam penyelenggaraan
lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri.
c. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar
dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi,
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 29
d. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk
mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan
gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan
budaya lokal
e. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung
untuk menunjang pembangunan regional/internasional yang
berkelanjutan.
4.2.4.Program Yang Diusulkan
a. Melakukan penataan bangunan agar dapat memberi nilai tambah fisik,
ekonomi dan sosial.
b. penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur
perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi
dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal
c. Pengembangan permukiman masyarakat agar produktif dan berjatidiri.
4.2.4.1.Usulan dan Prioritas Program
Penetapan kebijakan strategi, penyusunan norma standar dan
pedoman, koordinasi pengembangan perumahan, sosialisasi perundang-
undangan bidang perumahan, koordinasi pembangunan perumahan dengan
lembaga/badan usaha, fasilitas dan stimulasi pembangunan perumahan
masyarakat. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat,
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
4.2.4.2.Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Program Priorotas Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di
Kota Makassar Tahun 2010-2014, dapat dilihat pada Kajian Tabel di bawah
ini.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 30
Tabel 4.3. Usulan Prioritas Penataan Bangunan Gedung Kota Makassar
No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana
1 2 3 4
A Tahun 2011
1 Pembangunan Kantor Camat Mariso Unit APBD Kota 2 Pembangunan Kantor Camat Tamalate Unit APBD Kota 3 Pembangunan Kantor Camat Ujung Tanah Unit APBD Kota 4 Pemeliharaan sarana dan Prasarana Umum Unit APBD Kota 5 Pelatihan Teknis Bangunan Gedung 6 Org APBD Kota
B Tahun 2012
1 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 2 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 3 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 4 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 5 Pembangunan Taman Baca Komp.Hartaco Jaya Unit APBD Kota 6 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 7 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana umum Paket APBD Kota 8 Pelatihan Teknis Bangunan Gedung 6 Org APBD Kota
C Tahun 2013
1 Pembangunan Posyandu 2 Unit APBD Kota 2 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 3 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 4 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 5 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 6 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 7 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 8 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 9 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 10 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 11 Pemeliharaan sarana dan Prasarana Umum Unit APBD Kota 12 Pelatihan teknis 6 Org APBD Kota
D Tahun 2014
1 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 2 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 3 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 4 Pembangunan Posyandu Unit APBD Kota 5 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 6 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 7 Pembangunan Taman Baca Unit APBD Kota 8 Pembangunan Taman Baca Pulau kodingareng Unit APBD Kota 9 Pembangunan Taman Baca Pulau Lae-Lae Unit APBD Kota 10 Pemeliharaan sarana dan Prasarana Umum Unit APBD Kota 11 Pelatihan teknis 6 Org APBD Kota
Sumber : Hasil Analisis
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 31
Gambar 4.7. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2010
Gambar 4.8. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan
Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2011
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 32
Gambar 4.9. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan
Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2012
Gambar 4.10. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan
Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2013
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 33
Gambar 4.11. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Penataan Bangunan Gedung Kota Makassar Tahun 2014
4.2.4.3.Pembiayaan Proyek Penyediaan pengelolaan
Sumber pembiayaan penyelenggaraan proyek penataan bangunan
dan lingkungan Kota Makassar bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi
dan APBD Kota dan masyarakat serta kalangan swasta.
4.3. ANALISIS INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH
4.3.1.Umum
Sub bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum memiliki program kegiatan yang bertujuan untuk
mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan
yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang
dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal waste water) yang
terdiri atas limbah domestik (rumah tangga) yang berasal air sisa mandi,
cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 34
industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3).
4.3.2.Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana Kota Makassar
Penanganan masalah pengelolaan air limbah dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Makassar sifatnya mutlak, tetapi dilakukan secara
berkala dikembangkan/disediakan untuk penduduk. Prioritas
pengembangan pada daerah-daerah yang belum terjangkau dan lebih
difokuskan pada kawasan permukiman kumuh.
4.3.3.Profil Pengelolaan Air Limbah
Profil pengelolaan limbah Kota Makassar pada dasarnya adalah untuk
mengetahui sejuah mana proses yang telah dilakukan selama ini. Air limbah
yang dihasilkan umumnya bersumber dari air limbah rumah tangga, industri
dan beberapa fasilitas. Proses pengelolaannya dilakukan dengan
menggunakan truk pengangkut/penghisap limbah yang dikelola oleh Dinas
Kebersihan Kota Makassar sedangkan air limbah yang dihasilkan oleh
industri sejauh ini telah memiliki wadah (penampungan) yang dilakukan
oleh masing-masing unit industri.
4.3.4.Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini
Sistem pengolahan Air Limbah di Kota Makassar dengan sistem on
site (penanganan setempat) yang terbagi atas :
a. Pengelolaan oleh masyarakat/rumah tangga, dengan membuat jamban
keluarga dan septicktank sendiri.
b. Pengelolaan oleh pemerintah, tetapi terbatas pada prasarana untuk
tempat umum dengan membuat MCK umum dan septick tank komunal.
4.3.4.1.Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan
Terkait dengan limbah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
bagi masyarakat saat ini belum terasa secara luas, akan tetapi pada
kawasan tertentu seperti pada lingkungan kegiatan ekonomi seperti rumah
makan, hotel, buangan rumah tangga yang selama ini belum dilakukan
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 35
netralisasi sebelum dibuang pada daerah hilir yang menjadi akhir
pembuangan yang selama ini sudah mulai terasa. Oleh karena untuk
mengantisipasi akibat yang ditimbulkan pada tahun mendatang seiring
dengan semakin meningkatnya usaha sosial ekonomi masyarakat
memerlukan dukungan peraturan dan master induk penanganannya agar
tidak menimbulkan masalah dikemudian hari termasuk untuk penanganan
limbah hasil buangan rumah tangga, khususnya pada kawasan permukiman
kumuh yang masih mengandalkan saluran drainase sebagai saluran
pembuangan.
4.3.4.2.Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Prasarana dan sarana pengolahan air limbah sebenarnya sudah
dilakukan pada jenis limbah tertentu seperti untuk tinja, akan tetapi untuk
limbah lain perlu pula dilakukan penanganan karena hal tersebut tidak
kurang pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan yang pada akhirnya
bermuara pada pencemaran lingkungan.
4.3.4.3.Kondisi Sistem Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Kota Makassar saat ini telah memiliki sistem pembuangan air limbah
terpusat, akan tetapi fungsinya belum optimal dari kapasitas yang ada saat
ini berupa bangunan intalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) penanganan
pembuangan air limbah sebagian besar dilakukan secara individual oleh
masyarakat dengan membuat jamban keluarga dan septictank.
4.3.4.4.Permasalahan Yang Dihadapi
Dengan belum tersedianya sarana dan prasarana pengolahan air
limbah sehingga air buangan kota dan buangan rumah tangga, maka akan
menimbulkan pencemaran pada sungai dan laut, disamping itu masih belum
terpisahnya antara drainase air hujan dengan limbah buangan rumah tangga
sehingga volumenya menjadi besar yang menyebabkan kapasitas sarana
yang diperlukan dalam mengolah limbah tersebut cukup besar.
Permasalahan yang dihadapi pada sektor air limbah Kota Makassar
sebagai berikut :
a. Lemahnya kelembagaan yang menangani sektor air limbah kota.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 36
b. Upaya optimalisasi limbah air buangan belum optimal dilakukan,
khususnya pada kawasan dengan tingkat kepadatan tinggi.
c. Operasiopnalisasi sarana dan prasarana pengelolaan limbah hasil
buangan belum optimal dalam penyelenggaraan dan pelaksanaannya.
d. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah, khususnya
limbah hasil buangan rumah tangga belum optimal.
4.3.5.Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah
Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah terutama
sampah perkotaan dan air limbah rumah tangga, khususnya pada rumah
makan dan sejenisnya yang selama ini cukup memberi sumbangan yang
besar terhadap produksi air limbah di lingkungan pusat kota, sedang pada
kawaasan pinggiran masih sangat kecil dan masih dapat ternetralisir secara
alamiah.
4.3.5.1. Alternatif Pemecahan Persoalan
Disamping perlunya dibangun sarana dan prasarana pengolah air
limbah, maka saluran pembuang air hujan yang selama ini tergabung
dengan air limbah buangan rumah tangga, limbah perkotaan dan
sebagainya, maka untuk mengefisienkan dana yang diperlukan sarana
pengolah air limbah yang diperlukan maka antara saluran air limbah dan
saluran limpasan air hujan harus dipisahkan.
4.3.5.2. Rekomendasi
Menfgantisipasi permasalahan yang dihadapi untuk penanganan
sektor air limbah di Kota Makassar seperti yang disebutkan pada analisis
permasalahan diatas, maka direkomendasikan untuk membangun sarana
dan prasarana pengolah air limbah untuk berfungsi menetralisir beban
pencemaran air limbah/buangan sebelum dilepas pada pembuangan akhir
yaitu sungai dan laut.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 37
4.3.6.Sistem Prasarana Yang Diusulkan
Optimalisasi pengolahan air limbah dapat dicapai untuk tujuan dan
sasaran peruntukannya, khususnya untuk menangani pada kawasan pada
penduduk, sehingga perumusan program dilakukan secara terencana dan
terarah dan dikuatkan dengan peraturan hukum mengenai sanksi bagi yang
melanggar kesepakatan yang telah disepakati tentang keharusan setiap
individu, lembaga dan swasta yang menghasilkan limbah wajib melakukan
pengolahan limbah secara terpadu sebelum di buang ke tempat
pembuangan akhir.
4.3.6.1.Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan
Baik pengelolaan pengolahan air limbah dari tinja maupun buangan
rumah tangga dan dari berbagai sumber lainnya perlu dilakukan
pengembangan seiring dengan bertambahnya jumlah penghasil air limbah,
demikian pula tentang umur ekonomis dan cakupan pelayanannya, hal ini
perlu diproyeksikan perencanaan jangka menegah dan jangka panjang.
4.3.6.2.Usulan dan Prioritas Program
Usulan dan prioritas program terutama ditujukan untuk air limbah
industri yang dianggap berbahaya bagi manusia dan lingkungan, juga
buangan rumah tangga dan kegiatan ekonomi produktif lainnya yang
menghasilkan limbah. Program pengelolaan Air Limbah yang diusulkan
adalah penyediaan sarana dan prasarana dijelaskan dalam Kajian tabel dan
gambar di bawah ini.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 38
Tabel 4.4. Usulan Prioritas Pembangunan Sistem Air Limbah Kota
Makassar
No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana
1 2 3 4
A Tahun 2011
1 Pembangunan IPAL untuk UKM di Kecamatan Tamalate Unit APBD Kota 2 Persiapan Lahan IPAL Losari Unit APBD Kota 3 Pembangunan IPAL Kawasan Losari Unit APBN
B Tahun 2012
1 Pembangunan IPAL Untuk Rusunawa Unit APBD Provinsi 2 Pembangunan IPAL untuk UKM di Kecamatan Mariso dan Mamajang Unit APBD Kota
C Tahun 2013
1 Pembangunan IPAL untuk UKM di Kecamatan Makassar, Bontoala dan Ujung Pandang Unit APBD Kota
D Tahun 2014
1 Pembangunan IPAL untuk UKM di Kecamatan Manggala, Panakkukang dan Biringkanaya Unit APBD Kota
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 4.12. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem Air Limbah Kota Makassar Tahun 2010
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 39
Gambar 4.13. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem Air Limbah Kota Makassar Tahun 2011
Gambar 4.14. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem
Air Limbah Kota Makassar Tahun 2012
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 40
Gambar 4.15. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem
Air Limbah Kota Makassar Tahun 2013
Gambar 4.16. Peta Usulan Prioritas Pembangunan Sistem Air Limbah Kota Makassar Tahun 2014
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 41
4.3.6.3.Pembiayaan Pengelolaan
Upaya penanganan air limbah Kota Makassar untuk dapat memenuhi
tujuannya maka diperlukan sosialisasi dan pemahaman diberikan kepada
segenap lapisan masyarakat baik sebagai individu, lembaga swasta,
kelompok industri dan seluruh pihak terkait agar penanganan pengolahan
air limbah ini dilakukan secara partisipatif demi kebaikan bersama,
sehingga beban pemerintah untuk investasi pembangunan prasarana dan
sarana air limbah yang diperlukan dapat diminimalkan. Skenarionya perlu
dilakukan secara profesional antara pemerintah, masyarakat dan swasta.
Mengingat dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan cukup
signifikan maka sumber pendanaan khususnya pihak pemerintah dapat
bersumber dari pemerintah kota, provinsi maupun APBN. 4.4.Analisis Investasi Sub-Bidang Persampahan
4.4.1.Umum
Bahwa untuk mendukung program pemerintah Kota Makassar sebagai
kota yang bersih dan manusiawi, maka tugas pokok Dinas Kebersihan kota
adalah menciptakan lingkungan perkotaan yang bersih dan indah, khususnya
dalam penanganan sektor persampahan. Kondisi sistem persampahan Kota
Makassar saat ini dikelola melalui penyediaan bak sampah (kontainer),
TPS, TPA, truk pengangkut sampah dan beberapa alat berat.
4.4.2.Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kota Makassar
Kebijakan pengelolaan sektor persampahan di Kota Makassar, dalam
kerangka untuk mengantisipasi volume timbulan sampah kota, maka
diharapkan dukungan pembangunan dan penyiapan sarana dan prasarana
pengolahan persampahan antara lain : penentuan lokasi TPA disesuaikan
dengan Tata Ruang Kota Makassar, pembangunan TPA pada lokasi yang
ditetapkan (TPA Antang) dan pengadaan sarana dan prasarana
persampahan.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 42
4.4.3.Profil Persampahan
4.4.3.1.Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini
Diperkirakan total timbunan sampah di Kota Makassar adalah
3.382,38 m3 perhari. Prasarana dan sarana dasar persampahan yang ada di
Kota Makassar adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5. Persentase Penanganan Sampah Kota Makasar
No Penanganan Volume (m3)
Persentase (%)
1 Diangkut Petugas
Ke TPA 3.109,56 87,59 Dipulung, dimusnahkan 78,60 2,22
2 Diolah Kompos 26,20 0,74 Daur ulang 48,03 1,35 Incinerator 11,00 0,31
3 Tidak terangkut 272,82 7,69
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Makassar,2009
Gambar 4.17. Peta Persentase Penanganan Sampah Kota Makassar
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 43
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kota Makassar berlokasi di
Tamangapa, Kecamatan Manggala dengan luas 14,3 ha ( yang sudah
terpakai 11,9 ha) berjarak 14.00 km dari pantai dan 0,50 dari pemukiman
terdekat. Sistim pengolahan yang dilakukan di TPA Tamangapa adalah
controlled landfill dengan alat-alat berat yang dimiliki berupa; Wheel
loader 2 unit, Bulldozer 1 unit dan Excavator 1 unit.
4.4.3.2.Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada (Aspek Teknis)
Kondisi sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan Kota
Makassar, ditinjau dari aspek teknis dimungkinkan untuk mendukung
pengelolaan sampah kota, antara lain dengan memerlukan dukungan
peningkatan :
a. Penambahan dan optimalisasi sarana angkutan sampah
b. Pengadaan dan pembangunan TPS/Pewadahan sumpah pada kawasan
dengan tingkat kepadatan tinggi
c. Melanjutkan pembangunan Lokasi TPA Antang
4.4.3.3.Aspek Pendanaan
Dana operasional kebersihan/persampahan masih memerlukan
dukungan pembiayaan dari berbagai pihak baik yang bersumber dari APBN,
APBD Provinsi maupun dukungan pembiayaan APBD Kota Makassar.
4.4.3.4.Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan
Dalam kerangka pengelolaan sektor persampahan Kota Makassar
diharapkan dikelolas secara profesional. Untuk maksud tersebut
memerlukan penguatan kelembagaan yang secara khusus menangani
masalah kebersihan/persampahan yaitu Dinas Kebersihan dan Keindahan
Kota Makassar.
4.4.3.5.Aspek Peraturan Perundangan
Aspek peraturan perundangan yang dijadikan momentum dalam
pengelolaan sistem persampahan Kota Makassar mengacu pada Perda No. 3
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 44
Tahun 2000 tentang Kebersihan/Persampahan dan Sementara menunggu UU
tentang Limbah/Sampah dari DPR RI.
4.4.3.6.Aspek Peran Serta Masyarakat
Aspek peran serta masyarakat dalam penanganan sistem
persampahan dengan jalan sosialisasi pada masyarakat tentang kebersihan
lingkungan perkotaan, khususnya aturan yang telah tertuang dalam Perda
No. 3 Tahun 2000 tentang kebersihan.
4.4.4.Permasalahan Yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah di Kota
Makassar sebagai berikut :
a. Aspek Kelembagaan
Permasalahan yang dihadapi dari segi kelembagaan yang menangani
sektor persampahan Kota Makassar sebagai berikut :
Fungsi Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Makassar belum berfungsi
optimal;
Lemahnya koordinasi yang menangani sektor persampahan
Kurangnya SDM yang handal dalam penanganan sektor persampahan
b. Aspek Operasional/Teknik
Permasalahan yang dihadapi dari segi operasional/teknis yang
menangani sektor persampahan Kota Makassar sebagai berikut :
Manajemen operasional kebersihan belum optimal dilaksanakan;
SDM aparat kebersihan masih rendah;
Sistem pengangkutan sampah belum baik;
Sistem pengelolaan kebersihan sampah belum terkoordinir dengan baik;
c. Aspek Pembiayaan
Belum optimalnya/rendahnya dana operasional kebersihan yang
dianggarkan dalam APBD Kota Makassar, sehingga memerlukan dukungan
pembiayaan baik dari APBN, APBD Provinsi maupun APBD Kota Makassar.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 45
d. Aspek Peran Serta Masyarakat
Aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan di
Kota Makassar diindikasikan masih sangat rendah dan memerlukan
sosialisasi secara menyeluruh dikalangan masyarakat. Hal-hal yang harus
ditingkatkan antara lain sebagai berikut :
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penanganan persampahan masih
cukup rendah.
Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh
pengelolaan sampah yang kurang baik akan berdampak terhadap
kesehatan, belum dipahami secara total
Kebiasaan penduduk membuang sampah diluar tempat yang disediakan
relatif masing tinggi, antara lain membuang keselokan atau kanal yang
ada sehingga mengakibatkan pendangkalan
4.4.4.1.Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengolahan Persampahan
Sasaran penyediaan prasarana dan sarana pengolahan persampahan
pada dasarnya dilakukan untuk antisipasi dan mengelola sampah hasil
buangan ketempat yang telah disediakan (TPS dan TPA) disisi lain
penyediaan prasarana dan sarana pengolahan persampahan untuk
mencegah timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh sampah.
Disamping itu dengan ketersediaan prasarana dan sarana akan memudahkan
dalam hal pengelolaan sampah hingga pada proses pembuangan atau daur
ulang sampah untuk memisahkan sampah yang tidak dapat terurai.
4.4.5.Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.4.5.1.Analisis Permasalahan
Dalam pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kota
Makassar, memerlukan tindakan penanganan, tindakan penanganan yang
dimaksud sebagai berikut :
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 46
a. Sistem Pengumpulan Sampah
Belum jelasnya sistem yang digunakan dalam mekanisme atau model
pengumpulan sampah ke tempat pewadahan termasuk frekuensi
angkutan sampah yang belum optimal.
b. Sistem Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah belum dilakukan dengan baik karena belum
tersedianya TPS/Tong sampah pada unit-unit permukiman tertentu,
belum berfungsi optimalnya TPA yang ada saat ini serta belum
tersedianya peta layanan pengangkutan sampah.
c. Penampungan Sementara
Terbatasnya tempat/pewadahan (TPS) yang digunakan sebagai
penampungan sementara dari sumber sampah ke TPS dan hanya di lokasi
atau area kawasan tertentu kota.
d. Pembuangan Akhir
Belum berfungsi optimalnya lokasi TPA yang baru.
4.4.5.2.Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif Pemecahan Masalah yang bisa ditempuh antara lain
adalah :
a. Sistem Pengumpulan Sampah
Pembuangan sampah dari sumber sampah dimasukkan dalam suatu
tempat pewadahan/TPS kemudian dilaksanakan oleh petugas kebersihan
dengan menggunakan motor gerobak sampah, ditampung melalui
kontainer dan selanjutnya diangkut kepembuangan akhir.
b. Sistem Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah dilaksanakan dari sumber sampah ke TPS dan
selanjunya ke TPA dengan menggunakan gerobak sampah dan Arm Roll
Truck.
c. Penampungan Sementara
Pemerintah dan masyarakat bersama-sama membangun tempat
pewadahan (TPS) /tong sampah.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 47
d. Pembuangan Akhir
Optimalisasi lokasi TPA Antang sebagai proses pengolahan sampah akhir.
4.4.6.Sistem Pengelolaan Sampah Yang Diusulkan
4.4.6.1.Kebutuhan Pengembangan
Penguataan kelembagaan Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota
Makassar untuk menangani sektor persampahan.
4.4.6.2.Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Sampah
Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan sampah di Kota Makassar
Tahun 2010-2014, dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.
Tabel 4.6. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Pengelolaan Sampah Kota Makassar
No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana
1 2 3 4
A Tahun 2011
1 Pengadaan Container (6M3) Unit APBD 2 Pengadaan Dump Truck (6M3) Unit APBD 3 Pengadaan Dump Truck (10M3) Unit APBD 4 Pengadaan Buldozer Unit APBD Provinsi
5 Pembangunan Prasarana dan Sarana Sampah Terpadu 3R di Kecamatan Ujung Tanah Unit APBD
6 Pembangunan Prasarana dan Sarana Sampah Terpadu 3R di Kecamatan Ujung Tanah Unit APBD
7 Pengadaan Mobil sampah (30M3) Unit APBD Provinsi
B Tahun 2012
1 Pengadaan Arm Roll (6M3) Unit APBD 2 Pengadaan Arm Roll (10M3) Unit APBD 3 Pengadaan Excalator Unit APBD Provinsi 4 Pengadaan Mobil sampah (30M3) Unit APBD Provinsi
C Tahun 2013
1 Pengadaan Container (6M3) Unit APBD 2 Pengadaan Container (10M3) Unit APBD 3 Pengadaan Motor Sampah 3 Roda Unit APBD 4 Pengadaan Mobil Sampah (30M3) Unit APBD Provinsi 5 Pengadaan Dump Truck (6M3) Unit APBD Provinsi 6 Pengadaan Dump Truck (10M3) Unit APBD Provinsi
D Tahun 2014
1 Pengadaan Container (6M3) Unit APBD 2 Pengadaan Container (10M3) Unit APBD 3 Pengadaan Motor Sampah 3 Roda Unit APBD 4 Pengadaan Mobil Sampah (30M3) Unit APBD Provinsi
Sumber : Hasil Analisis
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 48
4.5.Analisis Investasi Sub-Bidang Drainase
4.5.1.Umum
Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat
menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan
perumahan kawasan jasa/industri yang selanjutnya menjadi kawasan
terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya
dukungan prasarana dan sarana yang baik yang menjangkau kepada
masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.
Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat
sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak
kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air
(retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini
akhirnya menigkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran
drainase dan sungai yang ada saat ini.
Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan
drainase mengeringkan kawasan terbangun dan rendahnya kapasitas seluruh
prasarana pengendalian banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa,
pintu-pintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut.
Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase
perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase
yang berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang
prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima
secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar
lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan
buatan/alamiah seperti kolam tandon, waduk lapangan, sumur-sumur
resapan, penataan lansekap dan lain-lain.
Hal tersebut bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi
sehingga dimensi saluran lebih ekonomis, dapat juga membantu menambah
sumber-sumber air baku. Penanganan drainase juga harus memakai
pendekatan sistem, tidak secara parsial, parameter-parameter teknis
ditentukan faktor alam setempat.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 49
Pertambahan penduduk yang semakin meningkat, terbatasnya
kemampuan pemerintah, swasta dan masyarakat, serta tuntunan akan
kawasan terbangun yang bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan dan
pelayanan prasarana dan sarana drainase, harus tetap dipertahankan dan
ditingkatkan. Tantangan yang dihadapi antara lain :
• Mencegah terjadinya penurunan kualitas kawasan terbangun
• Melakukan optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi terhapa prasarana
dan sarana drainase yang sudah terbangun
• Melaksanakan peningkatan dan peningkatan dan pengembangan sistem
yang ada serta pembangunan baru secara efektif dan efisien agar dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah
• Pemerataan pembangunan bidang drainase dengan memperhatikan
kondisi ekonomi nasional dan daerah setempat
• Menunjang terwujudnya lingkungan peumahan dan permukiman yang
bersih dan sehat serta terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan
rendah.
Beberapa hal yang perlu dierhatikan dalam pengembangan sistem
penanganan darinase Kota Makassar antara lain :
1. Peran Kota yang menjadi hinterland Kota Makassar dalam
pengembangan wilayah yang terpadu (Metropolitan Mamminasata)
2. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kota Makassar, seperti
struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya
3. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan
berkelanjutan dan wawasan lingkungan
4. Logical Framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi
penanganan drainase
5. Keterpaduan penanganan drainase dengan pengembangan sistem sektor
lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan
pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap
perencanaan baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam
perencanaan teknik
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 50
6. Memerhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman
yang tersedia
7. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penanganan
drainase bersangkutan
8. Sebagai suatu prasarana yang tidak saja penting bagi peningkatan
kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan
ekosistem lingkungan.
9. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat
maupun swasta
10. Kelembagaan yang menangani drainase
11. Investasi PS drainase dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam
hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan
12. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau
pengelolaan sarana dan prasarana drainase, perlu dilakukan idenifikasi
lebih lanjut.
13. Safeguard sosial dan lingkungan
14. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk
mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
Fungsi drainase perkotaan dapat dibagi dalam kriteria sebagai
berikut :
1. Mengeringkan bagian wilayah/kawasan kota dari genangan sehingga
tidak menimbulkan dampak negatif
2. Membebaskan suatu wilayah/kawasan terutama permukiman yang padat
dari genangan air, erosi dan banjir
3. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya
dengan terlebih dahulu memberikan air limpasan untuk meresap
terlebih dahulu ke dalam tanah (konservasi air)
4. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan, bila drainase lancar maka
memperkecil resiko penyakit yang ditransmisikan melalui air (water
borne desease) dan penyakit lainnya.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 51
6. Dengan sistem drainase yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan
dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan
dan bangunan-bangunan lainnya.
7. Dengan sistem drainase yang terencana maka dapat dioptimalkan
pengatur tata air; yang berfungsi mengendalikan keberadaan air yang
melimpah pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 bagian
yaitu : drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor
drainage). Sisem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat,
kriteria dan peruntukannya.
Sistem drainase major adalah sistem utama atau drainase makro
(major draigane) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air
dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).
Sistem drainase minor/mikro, adalah sistem saluran dan bangunan
pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah
tangkapan hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota.
4.5.2.Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari Rencana Investasi Sub Bidang Drainase
adalah sebagai berikut :
a. Mampu menyiapkan program penanganan drainase dengan sasaran
individu/kelompok/instituís dari berbagai stakeholder yang terlibat
langsung maupun tak langsung dalam penyelenggaraan drainase yaitu
Institusi pengelolaan sistem dan jeringan drainase dan kawasan
tertentu.
b. Adanya kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Instituís
pengelola drainase.
c. Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat
dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih
ditingkatkan.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 52
4.5.3.Arah Kebijakan Penanganan Drainase
Penanganan drainase perlu memperhatikan fungís drainase
perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase
yang berwawasan lingkungan. Sasaran kebijakan pengembangan drainase
adalah sebagai berikut :
Terlaksananya pengembangan sstem drainase yang terdesentralisir,
efisien, efektif dan terpadu.
Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan
melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
Terciptanya peningkatan koordinasi antara kabupaten/kota dalam
penanganan sistem drainase.
4.5.4.Isu-Isu Strategis dan Permasalahan
Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan drainase Kota
Makassar pada intinya bahwa drainase yang ada sekarang tidak berfungsi
dengan baik, hal ini dapat terlihat pada saat musim hujan, dimana sistem
drainase yang ada tidak mampu menampung luapan air yang ditimbulkan
oleh air hujan. Disamping itu drainase yang ada pada beberapa titik
tertentu dalam Kota Makassar telah mengalami sedimentasi yang
diakibatkan oleh tumpukan sampah yang terbuang melalui saluran drainase.
4.5.5.Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Dalam Rencana Kota Makassar
Kebijakan, program dan kegiatan pengelolaan drainase dalam
rencana Kota Makassar dilaksanakan untuk penanggulangan luapan air yang
timbul khususnya pada saat terjadi musim hujan. Sistem drainase yang ada
saat ini memerlukan penanganan, baik dalam hal rehabilitasi saluran
maupun pembangunan baru saluran drainase. Untuk kebijakan pengelolaan
sistem drainase Kota Makassar diharapkan munculnya aturan-aturan dari
pemerintah setempat bagaimana mengelola, mengawasi, mengendalikan
dan melakukan tindakan apabila ditemukan hal-hal yang kurang sportif dari
masyarakat sehubungan dengan kelancaraan pemanfaatan sistem drainase
kota.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 53
4.5.6.Profil Drainase
4.5.6.1.Gambaran Umum Kondisi Sistem Drainase
Dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan prasarana dan sarana
perkotaan yang semakin berkembang dan meningkat di Kota Makassar,
maka areal yang tadinya merupakan ruang terbuka dan secara tidak
langsung menjadi daerah genangan terutama pada musim hujan,
menyebabkan daya tampung drainase yang ada tidak lagi mempu
menyalurkan air buangan berupa air hujan terutama jika kejadiannya
bersamaan dengan naiknya air pasang maka akan menimbulkan banjir pada
daerah kota.
Tabel 4.7. Kondisi dan Panjang Saluran Drainase Kota Makassar
No Kecamatan Panjang Draiase (Meter)
Jumlah
PJG Berdasarkan % Sedimen (MTR)
Lebar <1M
Lebar 1-3M
Lebar > 3M < =50% > 20%
1 2 3 4 5 6 7 8 1 Biringkanaya 310.069 8.250 1.031 319.350 315.100 4.250
2 Bontoala 67.508 14.864 4.033 86.405 80.033 63.720
3 Makassar 77.597 20.594 2.279 10.470 69.505 30.969
4 Mamajang 73.806 14.029 18.437 106.272 104.110 1.269
5 Manggala 171.088 20.695 26.695 218.478 218.479 -
6 Mariso 50.504 143.200 3.207 196.911 13.018 10.513
7 Panakukang 175.278 40.652 30.278 246.208 244.989 1.227
8 Rappocini 168.475 57.483 7.116 344.852 342.483 2.368
9 Tallo 168.475 22.270 3.756 194.501 181.187 12.684
10 Tamalanrea 349.085 18.395 - 367.480 275.438 92.042
11 Tamalate 166.415 38.899 29.822 235.136 207.387 27.750
12 Ujung Pandang 47.668 19.831 3.938 81.437 52.121 19.318
13 Ujung Tanah 46.747 5.225 3.243 55.215 55.216 -
14 Wajo 51.902 13.290 2.295 37.487 67.488 -
Total 2.036.395 437,677 136,130 2,610,202 2,226,554 266,110
Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kota Makassar, 2008
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 54
4.5.6.2.Aspek Teknis
Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau
perbaikan sistem drainase diperkotaan antara lain:
1. Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil dibandingkan dengan
kawasan pinggiran.
2. Pembebasan lahan dan relokasi (pemindahan) penduduk lebih sulit
dilaksanakan dibandingkan dengan daerah perdesaan yang jarang
penduduknya.
3. Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkaitan dengan adanya limbah
domestik dan limbah industri.
4. Diharapkan sistem drainase yang dibangun/diperbaiki harus sesuai
dengan lingkungan perkotaan.
Perbaikan sistem drainase di daerah perkotaan pada umumnya
mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
Mempelajari sistem drainase yang sudah ada saat ini.
Merumuskan rencana perbaikan sistem drainase.
Perencanaan fasilitas drainase, seperti saluran drainase, tanggul,
gorong-gorong, kolam retensi, stasiun pompa, dan lain-lain.
Pelaksanaan pekerjaan.
Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase.
4.5.6.3.Aspek Kelembagaan
Secara umum organisasi pengelola prasarana dan sarana perkotaan
terdiri dari tiga tingkatan,yaitu eksekutif atau direktur,manajer menengah
dan operator. Disamping itu diperlukan tingkat keempat sebagai penentu
kebijakan, yaitu pemegang otoritas masing-masing tingkatan, dari puncak
sampai bawah memerlukan perencana untuk bekerja. Rencana meliputi
visi,misi,tujuan,obyektif,dan rencana kerja. Fungsi akuntabilitas didasarkan
pada rencana ini dan evaluasi dilakukan pada tingkat kesuksesan
pelaksanaan rencana tersebut.
Organisasi atau lembaga pengelola prasarana dan sarana
pengendalian banjir diperkotaan harus dibentuk, tidak hanya pada kawasan
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 55
perkotaan saja,tetapi juga diseluruh daerah tangkapan air dan kawasan
perairan pantai dimana sumber persalahan berasal. Institusi ini mempunyai
tanggung jawab mengendalikan peningkatan debit dari daerah hulu dengan
jalan menurunkan aliran permukaan dan meregulasi debit puncak melalui
berbagai macam cara dan bertanggung jawab untuk mengendalikan
pengambilan air tanah yang berdampak pada amblesan tanah (land
subsidence).
Disamping itu, lembaga ini juga bertanggung jawab terhadap
pengembangan rencana dan program, persiapan dan implementasi sistem
pembangunan, melakukan operasi dan pemeliharaan, manajemen keuangan
dan menjaga sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support
System = DSS).
DSS adalah sistem yang mengorganisasi proses,analisis,dan
pengiriman informasi yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan.Struktur utama DSS diperlihatkan pada gambar 4.10,yang
menggambarkan aliran permintaan untuk mendukung keputusan dari
pengambil keputusan kepada staf pendukung.Dua aktifitas utama dalam
DSS, yaitu mengola data dan memepelajari alternatif,dan kegiatan
mengkonversi data atau informasi menjadi pengetahuan yang sangat
bermanfaat dalam pengambilan keputusan.Sehingga peran DSS adalah
membawa data dan hasil studi,jika diperlukan dengan menggunakan
model,untuk menghasilkan pendukung keputusan.Jika ini berhasil akan
memuat mengenai semua kategori informasi yang diperlukan,termasuk
data mentah,studi model,pendapat,dan hasil analisis.
4.5.6.4.Aspek Pendanaan
Pembangunan drainase tidak memberikan keuntungan secara
langsung kepada masyarakat, sehingga sulit dilakukan secra
mandiri/swadaya kecuali yang sifatnya sangat sederhana bahkan di daerah
kota masyarakat cenderung acuh dan kurang peduli, sehingga otomatis
pembangunan drainase menjadi tugas pemerintah namun disisi
pemeliharaan bisa saja dilakukan secara partisipasi oleh masyarakat.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 56
4.5.6.5.Aspek Peraturan Perundangan
Untuk dapat melaksanakan konsep penanganan banjir secara
konprehensif berdasakan paradigma manajemen air diiperlukan
seperangkat peraturan. Dalam peraturan tersebut harus meliputi filosofi
manajemen air (khususnya air hujan) dan implementasinya kedalam
pendekatan teknis, susunan institusi, finansial, perilaku masyarakat yang
diharapkan dan sanksi terhadap pihak-pihak yang melanggar Peraturan
harus disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh pengelola
dan masyarakat yang menjadi stakeholder.
4.5.6.6.Aspek Peran Serta Masayarakat
Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat
terhadap fasilitas yang akan dikembangkan perlu diperhatikan aspek sosial
budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk menghindari terjadinya
pertentangan tujuan antara kehendak pemerintah dan masyarakat. Juga
untuk menghilangkan kesan bahwa fasilitas yang dibangun semata-mata
untuk pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan
keberhasilannya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi
yang terus-menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu
dilibatkan pada setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan
gagasan, perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.
4.5.7.Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi dapat dilihat dari aspek yaitu
permasalahan sistem drainase yang ada, sasaran drainase, rumusan
masalah.
4.5.7.1.Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada
Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan sektor drainase Kota
Makassar sebagai berikut :
a. Meluapnya sungai Tallo yang menggenangi kawasan permukiman
perumahan BTP, Hamzi, Bung Permai, Antara, Wirabuana dan sebagian
Perumahan Dosen UNHAS, Asal Mula, yang merupakan daerah
permukiman padat.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 57
b. Belum adanya penanganan pada sistem sungai yang ada dan sistem
drainase pada area V .
c. Tidak tertampungnya volume air melalui sistem pengendalian banjir
Kota Makassar (Kanal Jongaya, Panampu dan Sinrijala) sesuai dengan
catchment area pada saat intensitas hujan tinggi yang bersamaan
dengan pasang air laut.
d. Meluapnya sungai Je’ne Madingin/Borong Jambu yang berdampak pada
kawasan perumahan Manggala/Antang dan sekitarnya.
e. Tingginya sedimentasi pada saluran tersier dan sekunder akibat dari
pembuangan sampah.
f. Adanya saluran drainase yang dijadikan sebagai pelataran (plat penutup)
yang menghambat untuk dilakukan normalisasi saluran.
4.5.7.2.Sasaran Drainase
Saluran drainase yang sudah ada diharapkan agar banjir yang selama
ini terjadi dipermukiman penduduk terutama permukiman. Namun sasaran
utama yang sangat perlu mendapat perhatian selain daerah permukiman,
areal perkantoran/ pelayanan umum maupun sarana ekonomi.
4.5.8.Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.5.8.1.Analisis Kebutuhan
Melihat dan mengkaji permasalahan banjir yang selama ini terjadi di
Kota Makassar, hal itu menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan prasarana
drainase tersebut masih jauh dari kebutuhan, namun diakui bahwa untuk
membebaskan sama sekali dari banjir yang memang kondisi geografinya,
khususnya di daerah kota tentu memerlukan biaya yang sangat mahal. Oleh
karena itu untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan
pemda dalam membiayai pembangunan drainase, perlu dilakukan sistem
prioritas berdasarkan fungsi kawasan/wilayah daerah banjir tersebut
sekaligus membuat skenario yang sesuai.
4.5.8.2.Analisis Sistem Drainase
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang begitu cepat telah
menyebabkan perubahan tata guna lahan. Banyak lahan yang semula
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 58
berupa lahan terbuka atau hutan berubah menjadi areal permukiman
maupun industri. Hal ini tidak hanya terjadi di kawasan perkotaan namun
sudah merambah ke kawasan budidaya dan kawasan lindung yang berfungsi
sebagai daerah resapan air. Dampak dari perubahan fungsi lahan tersebut
adalah meningkatnya aliaran tanah. Akibatnya setelah distribus air yang
makin timpang antara musim hujan dan musim kemarau, debit banjir
meningkat dan ancaman kekeringan semakin besar.
Bertolak dari permasalahan tersebut maka konsep dasar
pengembangan drainase berkelanjutan meningkatkan daya guna air,
meminimalkan kerugian serta memperbaiki dan konsevasi lingkungan.
Diperlukan usaha-usaha konfrehensif dan integratif yang meliputi seluruh
proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural.
4.5.8.3.Analisis Jaringan Drainase
Agar jaringan drainase yang direncanakan dan dilaksanakan maka
setiap perencanaan yang dilakukan harus bersinergi dengan jaringan
drainase yang sudah ada baik tersier, sekunder mapun primer, sehingga
tidak ada satupun saluran drainase yang terputus dengan jaringan drainse
lainnya. Dari hasil infestigasi yang ada sudah menunjukkan ke arah
tersebut. Oleh karena itu maka master plan tentang drainase perlu lebih
disempurnakan dan disosialisasikan keberadaanya bagi seluruh lapisan
masyarakat.
4.5.8.4.Analisis Ekonomi
Seluruh tahapan pembangunan sistem drainase, mulai dari studi dan
perencanaan rinci sampai pelaksanaan fisik dan siap dioperasikan,
direncanakan selesai dalam jangka waktu empat tahun. Umur teknis
bangunan diperkirakan 50 tahun terhitung sejak dimulainya operasi. Biaya
pembangunan terdiri dari biaya dasar pembangunan (investasi awal), biaya
operasi, pemeliharaan dan penggantian (O/M & R). Sedangkan keuntungan
yang diperoleh berasal dari hilangnya kerugian banjir dengan adanya
pembangunan sistem drainase.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 59
4.5.8.5.Alternatif Penyelesaian Masalah
Pembangunan drainase berupa saluran dengan berbagai type pada
masing-masing kawasan/areal, tergantung dari debit banjir dan luas areal
kawasan. Sedang pada daerah hilir didekat muara dipasang klep otomatis
yang bertujuan untuk mengatasi masuknya air laut pada saat pasang.
4.5.8.6.Rekomendasi
Untuk menyelesaikan masalah banjir yang dialami Kota Makassar
selama ini maka perlu penanganan secara sinergis terutama masyarakat dan
pemerintah dengan memperhatikan segala yang terkait terutama aspek
teknis dan berorientasi pembangunan berkelanjutan.
4.5.9.Sistem Drainase Yang Diusulkan
4.5.9.1.Usulan dan Prioritas Program
Pembangunan drainase di semua kawasan sebagai saluran pengendali
banjir mencakup; pembangunan drainase primer, sekunder, tersier,
normalisasi drainase, pengerukan saluran yang telah mengalami
sedimentasi, pembangunan saluran pembuang dan tanggul penahan luapan
air.
4.5.9.2.Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Drainase
Usulan dan prioritas proyek penyediaan drainase Kota Makassar
tahun 2010-2014, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 60
Tabel 4.8. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Drainase Kota Makassar
No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana
1 2 3 4
A Tahun 2011
1 Pemb.Rehab/Normalisasi Drainase 7 Kecamatan Paket APBd Kota 2 Pengerukan Saluran sekunder 4 lokasi Paket APBD Provinsi 3 Peningkatan Drainase Pemukiman Tamalanrea/Konservasi Kampus Paket APBD Kota 4 Normalisasi Kapasitas Kolam/Waduk Kampus Paket APBD Provinsi 5 Pembangunan Tanggul Konservasi Danau Paket APBN 6 Pembangunan Saluran Pembuangan Utama Tamalanrea Paket APBN
B Tahun 2012
1 Pembangunan Rehab/Normalisasi drainase 2 kecamatan Paket APBD Kota
C Tahun 2013
1 Pembangunan Tanggul Sungai Tallo Barat (Kawasan Perumahan Antara, Hamzy dan BTN Asal Mula Paket APBN
D Tahun 2014
1 Pembangunan Tanggul Sungai Tallo Barat ( Kawasan Perumahan Bung, Wesabbe dan BTP Paket APBN
Sumber : Hasil Analisis
4.5.9.3.Pembiayaan Proyek Penyediaan Drainase
Pembiayaan proyek penyediaan sistem jaringan drainase Kota
Makassar bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kota, masyarakat
serta kalangan swasta.
4.6.Analisis Investasi Pengembangan Air Minum
4.6.1.Umum
Sub bidang air minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan
meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan,
khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air. Selain itu
meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan
sarana air minum di perkotaan.
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam pengembangan sistem
pengadaan air minum antara lain :
a. Peran Kota Makassar dalam pengembangan wilayah
b. Rencana pembangunan Kota Makassar
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 61
c. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi kabupaten/kota
bersangkutan, seperti struktur dan marfologi tanah, topografi dan
sebagainya.
d. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
e. Dalam penyusunan RPJIM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem
Pengembangan air minum.
f. Logical Frework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi
pengelolaan air minum.
g. Keterpaduan pengelolaan air minum dengan pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan
penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada
setiap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun
dalam perencanaan teknik.
h. Memperhatikan perundangan dan peraturan serta pedoan dan petunjuk
yang tersedia.
4.6.2.Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum
4.6.2.1.Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan
Sistem penyediaan dan pengelolaan pelayanan air minum Kota
Makassar diselenggarakan oleh PDAM Kota Makassar. Sistem penyediaan
tersebut dilaksanakan dengan menggunakan sistem zona pelayanan
berdasarkan Instalasi Pengelohan Air (IPA).
Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dikelola PDAM saat ini terdapat 5
unit IPA dengan sumber air baku dari air permukaan Sungai Jeneberang dan
air permukaan Sungai Lekopaccing. Sistem pengelolaan air minum tersebut
terselenggara atau terlayani berdasarkan zona pelayanan didasarkan pada
keberadaan masing-masing Instalasi Pengolahan Air (IPA).
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 62
4.6.2.2.Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum
Kondisi sistem sarana dan prasarana penyediaan dan pengelolaan air
minum di Kota Makassar saat ini, belum mampu memenuhi seluruh
kebutuhan masyarakat, oleh karena itu dari hasil evaluasi yang dilakukan
menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas sarana dan prasarana
demikian pula kualitas air yang belum memenuhi syarat sehingga kurang
layak untuk di konsumsi.
4.6.2.3.Sistem Non Perpipaan
Sistem non perpipaan yang ada umumnya berupa sumur, baik berupa
sumur gali maupun sumur bor, dimana untuk sumur bor masih sangat
terbatas penggunaannya akibat biaya yang cukup besar dan bisa memicu
terjadinya intrusi air laut masuk ke sumber air penduduk. Sementara untuk
sumur gali permasalahannya adalah kwalitas air yang dihasilkan pada
umumnya rasanya asin, disamping itu cenderung terjadi pencemaran,
karena banyak yang masih belum dilantai dan sekat dengan septik tank
warga sehingga cenderung terkontimanisasi dengan sumur mereka yang
bisa menimbulkan efek negative bagi kesehatan.
4.6.2.3.1.Aspek Teknis
Sebelum dibuat sumur Bor, perlu dilakukan pendugaan air tanah dengan
memakai alat Geolistrik
Berdasarkan hasil duga air tanah dilakukan pengeboran sesuai dengan
kedalaman dari hasil duga air tanah.
Konstruksi sumur bor harus memakai cassing (sumur) dan pipa yang
mengangkat air
Menggunakan pompa submersible (pompa Celup) dengan head dan
kapasitasnya disesuaikan dengan kebutuhan
Pipa angkat sebaiknya mnggunakan pipa GIP dan cassing menggunakan
Pipa PVC
Harus dilakukan tes kapasitas terhadap sumur bor.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 63
4.6.2.3.2.Aspek Pendanaan
Mengingat ketersediaan dana dari pemerintah maupun kemampuan
masyarakat dalam membiayai penyediaan sarana dan prasarana air bersih,
maka diperlukan dukungan dan dari pihak ke tiga yang diharapkan mampu
membantu kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih
sehingga kesehatan masyarakat terkait dengan konsumsi air bersih bisa
terpenuhi.
4.6.2.3.3.Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Belum adanya lembaga yang menagani masalah ini baik yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun masyarakat, sehingga sampai
saat ini hanya dilakukan secara individu. Penanganan prasarana ini juga
biasanya dilakukan program pemberdayaan masyarakat dan program yang
dilakukan oleh Dinas permukiman dan tata ruang daerah maupun propinsi.
4.6.2.4.Sistem Perpipaan
Tingkat pelayanan rendah, hal ini disebabkan karena ketersediaan
air baku yang ada tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan, sehingga perlu mencari sumber air baku baru yang diperkirakan
mampu memenuhi tujuan tersebut. Operasional dan maintenance tidak
sesuai standard, sehingga banyak mengalami kendala disamping itu
ketersediaan tenaga untuk melayani operasionalisasi sistem perpipaan
tersebut sangat kurang yang menyebabkan pelayanan kepada pelanggan
mengalami kendala.
4.6.2.4.1.Aspek Teknis
Sumber air baku/air permukaan sebelum dimanfaatkan perlu
dilakukan survey pendahuluan yang meliputi :
Kualitas air baku
Kuantitas air baku
Lokasi bangunan intake
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 64
4.6.2.4.2.Aspek Pendanaan
Terbatasnya dana APBD, dimana kebutuhan lain yang sifatnya lebih
urgen, hingga saat ini pemenuhan dana untuk kebutuhan masyarakat yang
belum terjangkau jaringan pipa belum dapat direaliasikan, disamping itu
untuk menyediakan prasarana dan sarana memang memerlukan investasi
yang cukup besar apalagi jika yang akan dihasilkan adalah air bersih yang
layak minum.
4.6.2.4.3.Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Dari sisi kelembagaan sebenarnya sudah ada yaitu PDAM yang
didukung oleh perda. Namun dari sisi efektifitas lembaga itu sendiri perlu
ditingkatkan, hal ini terindikasi dengan masih banyaknya keluhan dari para
pelanggan dan tindak lanjut dari keluhan itu kurang terlihat.
4.6.3.Permasalahan Yang Dihadapi
4.6.4.Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum
Sasaran penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air minum seluruh masyarakat
terutama di daerah perkotaan dan daerah yang mengalami kesulitan air
bersih terutama pada musim kemarau. Hal ini perlu mendapat perhatian
mengingat air bersih merupakan kebutuhan primer sehingga usaha
mengatasi dari seluruh stake holder perlu dilakukan secara terpadu.
4.6.5.Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Analisis permasalahan dan rekomendasi merupakan wujud dari hal-
hal yang menjadi masalah PDAM Kota Makassar dalam hal pelayanan air
minum kepada pelanggan. Permasalahan yang dihadapi PDAM Kota Makassar
kondisi saat ini dan memerlukan pembenahan sebagai berikut :
Penurunan debit air IPAL II Panaikang khususnya pada saat terjadi
musim kemarau, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan air minum
wilayah Utara dan Timur
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 65
Jaringan pipa transmisi dan distribusi memerlukan penggantian
disebabkan karena kondisi usia pipa di atas 10 tahun
Tingkat kebocoran mencapai 49,90%
4.6.6.Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum
4.6.6.1.Analisis Kondisi Pelayanan
Melihat kondisi ketersediaan air minum di Kota Makassar masih belum
mampu melayani kebutuhan masyarakat secara optimal, hal ini disebabkan
oleh kapasitas produksi yang memang tidak cukup untuk memenuhi
masyarakat kota disamping kualitas produksi air minum yang masih perlu
ditingkatkan khususnya pada saat musim kemarau mengalami penurunan
debit.
4.6.6.2.Analisis Kebutuhan Air
Untuk memenuhi kebutuhan warga kota mengenai air bersih, seiring
dengan semakin meningkatnya usaha sosial ekonomi masyarakat, seperti
semakin tumbuhnya perhotelan dan perumahan dan lain-lain maka tentu
akan diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat kebutuhan air bersih.
Oleh karena itu dengan kondisi sekarang ini saja sudah menunjukkan
kekurang mampuan pihak PDAM dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, sehingga pencarian sumber air baku yang baru dan memenuhi
kualitas menjadi suatu kebutuhan.
4.6.7.Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih
pada tahun 2012 terdapat kekurangan sebesar 35 ltr/dtk dari berbagai
sumber air, disamping itu air yang di produksi melalui PDAM kwalitasnya
belum memenuhi standar kebutuhan air bersih, hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah dan masyarakat perlu mencari sumber air baku yang lain baik
bentukya dari mata air yang disalurkan melalui jaringan pipa maupun sumur
bor dan sumur gali. Satu hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan
penyediaan air dengan sumur bor adalah masuknya air asin ke lingkungan
permukiman yang dapat menyebabkan asinnya sumur yang ada.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 66
4.6.8.Analisis Kebutuhan Program
Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan bahwa alternatif
program yang bisa dilakukan dan efisien dari segi operasional adalah
dengan meanambah jaringan perpipaan dengan mencari sumber air baku
yang baru yang memungkinkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di
perkotaan maupun di perdesaan. Hal yang paling memungkinkan adalah
pengaliran melalui sistem gravitasi karena daerah pelayanan pada umunya
letaknya lebih rendah dari sumber air.
4.6.9.Rekomendasi
4.6.9.1. Sistem Prasarana Yang Diusulkan
4.6.9.1.1. Sistem Non Perpipaan
Sistem prasarana yang diusul untuk rekomendasi penyediaan air
minum PDAM Kota Makassar sistem non perpipaan, sebagai berikut :
Pembangunan sumur tanah dalam (artesis) pada kawasan yang
rawan/kekurangan distribusi air minum khususnya pelayanan wilayah
Utara dan Timur Kota Makassar
Penyelidikan potensi sumber air baku air tanah dalam yang dapat
dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan air minum
Penyusunan DED pengembangan sistem air minum Kota Makassar
4.6.9.1.2. Sistem Perpipaan
Sistem prasarana yang diusul untuk rekomendasi penyediaan air
minum PDAM Kota Makassar sistem perpipaan, sebagai berikut :
Penggantian pompa air baku yang mengalami kerusakan
Rehabilitasi IPA
Rehabilitasi jaringan pipa transmisi dan distribusi yang mengalami
kerusakan
Penggantian water meter pelanggan yang diindikasikan mengalami
gangguan untuk optimalisasi pelayanan
Pembangunan Booster Pump pada titik-titik tertentu yang rawan akan
kebutuhan air minum
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 67
Penambahan sambungan baru untuk kawasan yang belum memiliki
sistem jaringan air minum yang dikelola PDAM
4.6.9.1.3. Usulan dan Prioritas Program
Usulan dan Prioritas Program Penyediaan Air Minum, sebagai
berikut :
Kegiatan penyedian prasarana dan sarana air minum, yang terdiri dari
pengadaan perpipan untuk kawasan pesisir, pengadaan hydran Umum,
sumur bor, pengadaan mesin pompa dan Pembuatan bak penampungan
air yang lokasinya tersebar di beberapa kelurahan dan kecamatan di
Kota Makassar.
Kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi kawsan RHS
yang terdiri dari Penyusunan Master Plan Air Minum Kota Makassar.
Kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana Air minum di kelurahan rawan
air, pesisir dan kawasan pinggiran kota.
Kegiatan Bantek program penyehatan PDAM diantaranya pembenahan
jaringan PDAM, perencanaan dan pembangunan jaringan air sistem
gravitasi dan instalasi penjernihan air bersih/minum.
Kegiatan Peningkatan cakupan air minum perpipaan di kawasan
keterpaduan Kota Makassar
Peningkatan kapasitas termasuk jaringan perpipaan dari sumber air baku
untuk meningkatkan pelayanan masyarakat.
Perlunya kebijakan dari pihak PDAM untuk melakukan koordinasi dengan
masyarakat konsumen tentang bagaimana mutu dan kualitas air yang
digunakan, kuantitas air serta kontinyuitas air dan hal-hal lain seperti
kerusakan meteran air.
Perlunya kebijakan pemasangan pipa transmisi dan distribusi yang
bertujuan agar proses distribusi air ke bak penampungan dan bak
distribusi lebih cepat dan menghasilkan debit air yang lebih banyak.
Kebijakan pemindahan pipa distribusi yang berada pada poros jalan
serta kebijakan pendeteksian jaringan pompa, pipa yang bermasalah
(bocor) yang perlu segera ditangani guna mencegah tingkat kehilangan
air yang lebih besar.
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 68
4.6.9.1.4. Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Pengelolaan Air
Minum
Program Prioritas Pengelolaan Air Minum di Kota Makassar Tahun
2010-2014, dapat dilihat pada Kajian Tabel di bawah ini.
Tabel 4.9. Usulan Prioritas Pengelolaan Air Minum Kota Makassar
No Uraian Kegiatan Satuan Sumber Dana
1 2 3 4
A Tahun 2011
1 Bangunan Intake/Rumah Pompa Air Baku Melengkaeri Suplesi IPA II Panaikang Unit APBN
2 Pompa Air Baku Kapasitas 250 l/dt,Head 80 m IPA II Panaikang Unit APBN
3 Pipa Taransmisi Ø 600 mm HOPE -100 IPA II Panaikang M APBN
4 Mesin Genset 750 KVA IPA II Panaikang Unit APBN
5 Pengembangan Jaringan Distribusi IPA V Somba Opu Unit APBD
6 Pembuatan DMA + Stop Test dan Visual Lenckage Survei 20 Zona Set APBD
7 Pemasangan Pipa Distribusi Jl.Hertasning (Arupala) untuk pengembangan M APBD
8 Pemasangan Pipa PVC STEEL, terminal air bersih dari IPA IV ke Jl.A.Yani Ø 12" M PDAM
9 Pemasangan Boster Pump Unit PDAM
10 Relokasi Pipa distribusi + meter SL Perum Panakukang (zona 20-23) M PDAM
11 Relokasi Pipa distribusi Perumahan BTN Hamzi dan Antara + meter per SL M PDAM
12 Relokasi jaringan Jl. Yos Sudarso, pipa baja Ø 200 mm Unit PDAM
13 Pembuatan DMA + Stop Test & Visual Lenckage Survei 20 Zona Set PDAM
14 Pemasasangan Pipa Distribusi Jl.Hertasning (Arupala) untuk pengembangan M PDAM
15 Penggantian water Meter Pelanggan Unit PDAM
16 Penambahan Sambungan Baru Unit PDAM
17 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Paket APBN/APBD Kota/Masyarakat
B Tahun 2012
1 Pengadaan Pipa Transmisi Dia 600 mm HDPE-100 IPA II Panaikang M APBN / APBD Kota
2 Pergantian water Meter pelanggang Unit PDAM
3 Penambahan Sambungan Baru Unit PDAM
4 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Paket APBN/APBD Kota/Masyarakat
C Tahun 2013
1 Pipa Transmisi Dia 600 mm HDPE-100 IPA II Panaikang M APBN / APBD Kota
2 Pergantian water Meter pelanggang Unit PDAM
3 Penambahan Sambungan Baru Unit PDAM
4 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Paket APBN/APBD Kota/Masyarakat
BAB IV_PROG. INVESTASI INFRASTRUKTUR KOTA MAKASSAR | 69
D Tahun 2014
1 Pergantian water Meter pelanggang Unit PDAM
2 Penambahan Sambungan Baru Unit PDAM
3 Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Paket APBN/APBD Kota/Masyarakat
Sumber : Hasil Analisis
4.6.9.1.5. Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Pembiayaan proyek penyediaan pengelolaan air minum diharapkan
melalui sumber APBN mengingat kebutuhan dana yang diperlukan cukup
besar, sehingga diharapkan dari pemerintah daerah melalui dana APBN,
maupun dari dana APBD propinsi, APBD Kota Makassar dan PDAM Kota
Makassar.
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 1
BAB V SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
5.1. UMUM
Kebijaksanaan dan program pembangunan infrastruktur
Keciptakaryaan Kota Makassar tidak hanya menyangkut pembangunan dan
penyediaan fasilitas umum bagi masyarakat, melainkan juga menyangkut
pembangunan prasarana dan sarana fisik keciptakaryaan. Dengan demikian
peranan infrastruktur keciptakaryaan sangat penting dalam kebebasan
memilih pembangunan yang memungkinkan lingkungan hidup dapat
menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan, sebaliknya
kebijaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup mempunyai pengaruh
langsung pada perkembangan pembangunan.
Dalam hal penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk
menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) untuk menjadi dasar
pengembangan di masa yang akan datang, Jika ditinjau dari intensitas
bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan dan lingkungan
belum tertata dengan baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan
terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan
kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa wilayah/kawasan
yang peruntukan sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai
open space untuk memberikan nuansa lingkungan yang asri.
Pada sub bidang air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 2
pencemaran air. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah yang berasal
dari perumahan dan permukiman penduduk yang terdiri dari limbah
domestik (rumah tangga) yang bersumber dari air sisa mandi, cuci, dapur
dan tinja manusia dari lingkungan perumahan dan permukiman serta air
limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung bahan beracun dan
berbahaya (B3).
Sub bidang persampahan, diperlukan pengelolaan lanjutan karena
masih dapat dimanfaatkan atau masih memiliki nilai produktif jika dikelola.
Produksi sampah yang dihasilkan akan tergantung dari jenis dan frekuensi
aktivitas yang berlangsung pada suatu wilayah/kawasan. Sedangkan jenis
produksi sampah masih sangat kuat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya
dan orientasi ekonomi. Pengelolaan jenis sampah dan intensitas
penanganannya antara kawasan dalam suatu wilayah sangat berbeda
termasuk jumlah sampah yang dihasilkan. Untuk mengestimasi jumlah
sampah yang akan dihasilkan dimasa yang akan datang (waktu/tahapan
perencanaan) dianggap bahwa jumlah sampah yang dihasilkan tergantung
dari besaran jumlah penduduk.
Sistem drainase memiliki fungsi sebagai saluran pembuangan, dalam
bentuk aliran permukaan dan sebagai saluran pembuangan air hujan
maupun limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dan berpengaruh dalam pembangunan sistem
drainase adalah; kepadatan penduduk, kondisi jaringan yang ada (ada atau
belum ada jaringan), kemiringan lereng dan curah hujan.
Sektor air minum, merupakan kebutuhan pokok penduduk dari
beberapa kebutuhan pokok lainnya. Sasaran estimasi kebutuhan air minum
dikategorikan berdasarkan jumlah penduduk pendukung dan kebutuhan
aktivitas perkotaan (fasilitas umum dan sosial).
Sektor jalan diperlukan dalam rangka keterhubungan antara satu
wilayah/kawasan dengan wilayah/kawasan lainnya. Disamping itu sektor
jalan memegang peranan penting dalam pengembangan perekonomian
masyarakat. Ketersedian sistem jaringan jalan memegang peranan penting
dan hal mobilisasi dan kelancaran bertransportasi.
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 3
Dari uraian tersebut di atas, penyusunan RPIJM pada hakekatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal,
tempat berusaha baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dalam
lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi yang akan mendukung pengembangan wilayah secara
efektif dan efisien serta memperhatikan keseimbangan-keterpaduan
hubungan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala
usaha pembangunan tersebut haruslah tercermin dan dapat menjamin
terciptanya peningkatan produktivitas kota, peningkatan efisiensi
pelayanan dan kegiatan, pembangunan yang berkeadilan sosial, dan makin
mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia
usaha dalam pelaksanaan pembangunan, baik melalui organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun perseoranga serta
meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu
lingkungan.
Dalam pelaksanaan program pembangunan pada saat ini ada
beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam
mengantisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan
tersebut, untuk mengantisipasi hal tersebut maka dibuatkan dokumen
SAFEGUARD (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Peraturan dan
perundang-undangan yang berhubungan dengan Safeguard untuk menilai
kemungkinan dampak pencemaran yang ditimbulkan.
5.2. KOMPONEN SAFEGUARD
Dalam pelaksanaan usaha dan kegiatan pembangunan di bidang
keciptakaryaan adalah beberapa kegiatan yang diwajibkan untuk
melakanakan kegiatan Safeguard yang sesuai dengan aturan-aturan yang
telah ditetapkan dalam rangka untuk menyeimbangkan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dengan menitik beratkan pada keseimbangan antar usaha
atau kegiatan dengan lingkungan yang memperoleh manfaat dari usaha
atau kegiatan tersebut.
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 4
5.2.1.Komponen Sosial Ekonomi
Komponen sosial ekonomi yang diidentifikasi akan terkena dampak
sehubungan dengan program-program yang dicanangkan dalam Rencana
Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Makassar, sebagai berikut :
a. Dampak Pembangunan Sarana dan Prasarana
Dampak pembangunan sarana dan prasarana meliputi :
• Mengakibatkan menurunnya kualitas udara disekitar area
pembangunan
• Menurunnya kualitas air tanah
• Gangguan kesehatan penduduk disekitar lokasi pembangunan
b. Dampak Pembebasan Lahan Untuk Pembangunan
Dampak pembebasan lahan untuk pembangunan meliputi :
• Menyebabkan timbulnya persepsi negatif penduduk disekitas lokasi
pembangunan
• Menyebabkan munculnya keresahan penduduk
c. Dampak Kegiatan Demolisasi dan Mobilisasi
Dampak kegiatan demobilisasi dan mobilisasi meliputi :
• Menyebabkan kerusakan badan jalan
• Menurunnya kualitas udara
• Gangguan kesehatan penduduk
5.2.2.Komponen Sosial Budaya
Komponen sosial budaya yang diidentifikasi akan terkena dampak
sehubungan dengan program-program yang dicanangkan dalam Rencana
Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Makassar, sebagai berikut :
a. Dampak Pembebasan Lahan
Dampak pembebasan lahan untuk pembangunan meliputi :
• Menyebabkan timbulnya persepsi negatif penduduk disekitas lokasi
pembangunan
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 5
• Menyebabkan munculnya keresahan dikalangan penduduk
b. Dampak Penerimaan Tenaga Kerja
Dampak penerimaan tenaga kerja meliputi :
• Terbukanya kesempatan kerja dikalangan penduduk
• Timbulnya kecemburuan sosial
• Timbulnya konflik antara tenaga kerja lokal dan pendatang
• Timbulnya ancaman gangguan keamanan
c. Dampak Pengoperasian dan Pelaksanaan Pembangunan
Dampak pengoperasian danpelaksanaan pembangunan meliputi :
• Menurunnya kualitas air tanah disekitar lokasi pembangunan
• Penurunan kualitas udara
• Penurunan pendapatan penduduk
d. Dampak Kegiatan Pemeliharaan Hasil-Hasil Pembangunan
Dampak kegiatan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan meliputi :
• Penurunan kualitas air
• Gangguan kesehatan penduduk
• Keresahan dikalangan penduduk
• Kemacetan lalulintas selama pemeliharaan
5.2.3.Komponen Lingkungan
Komponen lingkungan yang diidentifikasi akan terkena dampak
sehubungan dengan program-program yang dicanangkan dalam Rencana
Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Makassar, sebagai berikut :
a. Menurunnya kualitas air tanah disekitar lokasi pembangunan
b. Penurunan kualitas udara
c. Gangguan kesehatan penduduk
5.3. METODE PENDUGAAN DAMPAK
Metode pendugaan dampak pada dasarnya dilaksanakan dalam
rangka identifikasi potensi pencemaran lingkungan dalam kegiatan
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 6
pembangunan berbagai prasarana dan sarana yang akan dibangun. Kaitan
antara kegiatan pembangunan Bajo dengan dampak besar dan penting
diperkirakan akan terjadi pada tahap pra konstruksi, pelaksanaan
konstruksi dan pasca pengelolaan.
Bagi rencana dan usaha atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi
dengan Safeguard disebabkan tidak ada dampak penting secara teknologi
sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tetap diharuskan Upaya
pengelolaan Lingkungan (UKL) dan upaya Pemantauan lingkungan (UPL)
sesuai dengan peraturanyang berlaku. UKL dan UPL diatur melalui suatu
Pedoman Umum (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep.
12/MENLH/3/94,tanggal 19 Maret 1994)
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
perlu disusun sedemikian rupa ,sehingga dapat :
• Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis rencana usaha
atau kegiatan yang merupakan sifat proyek itu sendiri dan dapat
menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan.
• Informasi komponen lingkungan yang terkena dampak
• Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang harus
dilakukan oleh pemrakarsa pada tahap prakonstruksi,konstruksi maupun
pasca konstruksi.
Karena UKL dan UPL bukan merupakan bagian dari Safeguard, maka
kedua dokumen tersebut tidak dinilai oleh Komisi AMDAL, melainkan
diarahkan langsung oleh Instansi Teknis yang membidangi dan
bertanggungjawab atas pembinaan usaha atau kegiatan tersebut melalui
suatu petunjuk teknis yang bersangkutan. Walaupun tidak dinilai oleh
Komisi AMDAL, akan tetapi kedua dokumen tersebut merupakan syarat
pemberian ijin usaha atau kegiatan dimaksud oleh instansi yang
bertanggungjawab (sektoral).
a. Pra Konstruksi
Pada tahap ini kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan
dampak besar dan penting adalah :
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 7
Pemilihan lokasi
Penggunaan lahan
Pembuatan rancang pembangunan
b. Pelaksanaan Konstruksi
Kegiatan pelaksanaan konstruksi yang akan dilaksanakan meliputi;
Pembangunan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana yang akan
dikembangkan.
c. Pasca Pengelolaan
Kegiatan yang ditelaah dalam operasional pembangunan adalah
kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting.
Kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Pemakaian Tenaga Kerja Operasional
Pada tahap operasional diperlukan tenaga kerja, tenaga kerja yang
dibutuhkan pada pengoperasian diperkirakan tidak banyak bila
dibandingkan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang ada dan
memberikan dampak penting dengan terbukanya lapangan kerja yang
sifatnya permanen.
Operasional Fasilitas
Kegiatan pengoperasian fasilitas pada hakekatnya adalah proses
kegiatan operasional. Suatu kegiatan akan menggambarkan aktivitas
semua sektor kegiatan untuk menampung fenomena dalam masyarakat
lokal yang diprediksi akan melakukan kegiatan.
Pemeliharaan
Untuk tetap mencapai diperkirakan akan terpengaruh oleh kegiatan-
kegiatan pembangunan, pemeliharaan dan yang terpenting adalah
ekosistem lingkungan.
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 8
5.4. PEMILIHAN ALTERNATIF
5.4.1. Proses Pemilihan Alternatif
Proses pemilihan alternatif pada dasarnya mengacu pada ketentuan
yang telah ditetapkan pemerintah melalui keputusan umum dalam
peraturan Pemerintah No.51/1993 tentang perbedaan jenis Safeguard.
Proses pemilihan alternatif yang dimaksud sebagai berikut :
• Safeguard adalah suatu usaha atau kegiaan seperti yang telah
ditetapkan dalam peraturan yang terdahulu
• Safeguard kegiatan terpadu/multisektor yang merupakan hasil studi
mengenai dampak penting usaha atau kegiatan terpadu yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dala suatu kesatuan hamparan
ekosistem dan melibatkan satu instansi yang bertanggungjawab
• Safeguard kawasan yang merupakan hasil studi mengenai dampak
lingkungan hidup dalam satun kesatuan hamparan ekosistem dan
menyangkut kewenangan atau instansi yang bertanggungjawab
• Safeguard Regional yang merupakan hasil studi dampak penting usaha
atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu
kesatuan hamparan eksistem zona rencana pengembangan wilayah
sesuai dengan RUTRD dengan melibatkan kewenangan lebih dari satu
instansi yang bertanggung jawab.
5.4.2. Penyajian Pemilihan Alternatif
Proses penyajian pemilihan alternatif pada dasarnya disesuaikan
dengan komponen yang disajikan sesuai dengan jenis kegiatan
pembangunan yang akan dilaksankan. Proses penyajian pemilihan alternatif
yang dimaksud sebagai berikut :
• Transparan; kegiatan pembangunan yang terkait harus diinformasikan
secara transfaran kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak,
Informasi harus mencakup daftara warga dan aset (tanah, bangunan,
tanaman atau lainnya) yang kan terkena dampak
• Partisipatif; warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP)
harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti:
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 9
penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi,
serta lokasi tempat pemukiman kembali.
• Adil; pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP.
Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang
memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara
dengan harga pasar tanah dan asetnya.
• Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang
ditetapkan atau jika memungkinkan, secara sukarela menghibahkan
sebahagian tanahnya pada kegiatan.
5.5. ANALISIS PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Komisi Safeguard pusat terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak
tetap yan dibentuk oleh Menteri atau pimpinan lembaga non Departemen,
dan dalam menjalankan tugasnya komisi Safeguard pusat dibantu oleh Tim
Teknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen safeguard.
Komisi Safeguard Daerah yang terdiri dari anggota tetap dan anggota
tidak tetap yang dibentuk oleh Gubernur, dan dalam menjalankan tugasnya
Komisi Safeguard daerah dibantu oleh Tim Teknis yang bertugas menilai
dokumen-dokumen Safeguard. Komisi Safeguard Pusat bertugas untuk :
• Menyusun pedoman teknis pembuatan Dokumen Safeguard yang meliputi
pembuatan kerangka acuan analisis dampak lingkungan
(KA ANDAL), Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan lingkungan (RPL)
• Menanggapi dokumen KA-ANDAL
• Menanggapi dokumen ANDAL
• Menanggapi dokumen RKL
• Menanggapi dokumen RPL
• Membantu penyelesaian diterbitkannya keputusan tentang dokumen
ANDAL,RKL,RPL. • Melaksanakan tugas lain yang ditentukan oleh Menteri
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 10
5.5.1. Sistem Pengelolaan
Sistem pengelolaan pada prinsipnya adalah untuk menetapkan
kelembagaan dalam sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan yang dimaksud
dalam hal :
• Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL,
melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya
• Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak
lingkungan atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat
perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL.
• Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya ke
Bappedalda atau Walikota
• Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau
UKL/UPL pada publik dalam waktu yang tidak terbatas
• Penanganan keluhan publik secara transparan
5.5.2. Pelaksanaan Pengelolaan
Pelaksanaan pengelolaan dilakukan oleh lembaga yang telah
ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Pelaksanaan pengelolaan tersebut sebagai berikut :
• Pemrakarsa Kegiatan
• Bappedalda atau Dinas/Instansi terkait
• Komisi Amdal
5.5.3. Pembiayaan Pengelolaan
Pembiayaan pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan yang akan
dilaksanakan melalui pelaksanaan RPIJM PU Cipta Karya Kota Makassar
bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kota.
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 11
5.6. ANALISIS PEMANTAUAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
5.6.1. Tipe Pemantauan
Tipe pemantauan yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan
program yang telah ditetapkan. Tipe pemantauan yang dimaksud sebagai
berikut :
• Penelaah awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yang
bersangkutan memerlukan pembebasan lahan atau kegiatan yang
bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan pemukiman
kembali atau tidak
• Pengklasifikasian berbagai kategori dampak yang akan ditimbulkan dari
sub proyek yang diusulkan
• Perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang
tanah secara sukarela
• Perumusan rencana tindak pembebasan tanah secara sederhana dan
menyeluruh sesuai kebutuhan yang didukung oleh SK Gubernur/Walikota
• Menyelenggaran Tracer Study untuk menjamin bahwa proses
pembebasan tanah telah sesuai standart yang berlaku.
5.6.2. Prosedur Pemantauan
Prosedur pemantauan dilaksanakan untuk melihat seberapa besar
dampak yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dilaksanakan.
Prosedur pemantauan yang dimaksud sebagai berikut :
• Jumlah Manusia Yang Akan Terkena Dampak, Dampak lingkungan
suatu kegiatan menjadi penting bila manusia di wilayah studi Safeguard
yag terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari
kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang
menikmati manfaat dari kegiatan diwilayah studi.
• Luas Wilayah Persebaran Dampak,dampak lingkungan suatu kegiatan
bersifat penting bila renana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya
wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas
dampak,atau tidak berbaliknya dampak ,atau komulatif dampak
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 12
• Lamanya Dampak Berlangsung,dampak lingkungan bersifat penting bila
rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan
mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya,atausegi
komulatif dampak,yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan
kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi dan pasca operasi)
• Intensitas Dampak,intensitas dampak mengandung pengertian yang
timbul bersifat hebat ,drastic,serta berlangsung diareal yang bersifat
luas,dalam kurun waktu yang relative singkat.Dengan demikian dampak
lingkungan yang tergolong penting antara lain; bila rencana usaha atau
kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik atau hayati
lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut perundang-
undangan yang berlaku,
• Banyaknya Komponen Lingkungan Lain Yang Terkena Dampak,
Dampak tergolong penting bila rencana usaha atau kegiatan
menimbulkan ampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah
komponennya lebih atau sama dengan komponrn lingkungan yang
terkena dampak primer,
• Sifat Komulatif Dampak, Dampak tergolong penting bila dampak
lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus,sehingga pada
kurun waktu tertentu ,atau beragamnya terus menerus sehingga pada
kurun waktu tertentu ,atau beragamnya dampak lingkungan bertumpuk
dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat diassimilasikan oleh
lingkungan alam atau social yang menerimanya,
• Berbalik Atau Tidak Berbaliknya Dampak, Dampak bersifat penting
apabila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan
tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.
5.6.3. Pelaksanaan Pemantauan
Pelaksanaan pemantauan yang akan diselenggaran akan melibatkan
berbagai komponen yang terkait langsung dengan pelaksanaan
pembangunan. Pelaksanaan pemantauan melibatkan komponen safeguard
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 13
lingkungan antara lain; pemrakarsa kegiatan, Bappedalda, Instansi terkait
dan komisi amdal yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan RPIJM Bidang PU Cipta
Karya Kota Makassar, hal-hal yang akan dipantau disesuaikan dengan
program-program yang akan diselenggarakan. Untuk lebih jelasnya
pelaksanaan pemantauan dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.
Tabel 5.1. Kategori Subproyek Menurut Dampak Lingkungan
Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah
1 2 3
A. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
TAHUN 2011
Pemasangan Paving Blok Kelurahan Tamangapa, Manggala, Bangkala dan Batua Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Tahun 2012
Pemasangan Paving Blok Kelurahan Maccini Sombala, Tanjung Merdeka, Parang Tambung, Pa’Baeng-Baeng, Mangasa, Bungaya dan Barombong Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Tahun 2013
Pemasangan Paving Blok Kelurahan Sudiang (Lapangan Upacara SD, Paccerakang dan Sudiang Raya Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Tahun 2014
Pemasangan Paving Blok Kelurahan Sudiang, Untia, Pai, Mariso dan Panambungan
Revitalisasi Elevasi Jalan Pintu I UNHAS Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
B. TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Tahun 2011 Pelatihan Teknis Bangunan Gedung Pembangunan Kantor Camat Mariso,
Tamalate dan Ujung Tanah
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 14
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum Subproyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihanya sangat mungkin dilakukan
Tahun 2012
Pelatihan Teknis Bangunan Gedung Pembangunan Taman Baca Baruga
Barombong, Paccerakang, Kelurahan Manggala, Bunga Eja, Tamalanrea Indah dan Bontomarannu
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Tahun 2013
Pelatihan Teknis Bangunan Gedung Pembangunan Posyandu Tamalanrea
Indah, Bangkala, Panambungan, Mariso, Bontorannu, Barombong, Tanjung Merdeka, Paccerakang, Tamarunang dan Maccini Parang
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Tahun 2014
Pelatihan Teknis Bangunan Gedung Pembangunan Posyandu Wajo,
Manggala, Tamalanrea Indah dan Bunga Eja
Pembangunan Taman Baca Rappocini, Panakkukang dan Bulu Rokeng
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Umum Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
C. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Tahun 2011
Pembangunan Bangunan Intake/Rumah Pompa Air Baku Malengkeri (Suplesi)
Pengembangan Jaringan Distribusi IPA V Subproyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihanya sangat mungkin dilakukan
UKL/UPL
Penggantian Pompa Air Baku Kapasitas 250 Lt/dt, Heat 80 M
Penggantian Mesin Genset 750 KVA
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
BAB V_SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN | 15
Penggantian Meter Air Baku/Flow Meter 600 MM Suplesi Malengkeri
Penggantian Pipa Transmisi Diameter 600 MM HDPE-100
Penggantian Water Meter Pelanggan Penambahan sambungan Baru
Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tahun 2012
Penggantian Pipa Transmisi Diameter 600 MM HDPE-100
Penggantian Water Meter Pelanggan Penambahan Sambungan Baru Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Tahun 2013
Penggantian Pipa Transmisi Diameter 600 MM HDPE-100
Penggantian Water Meter Pelanggan Penambahan Sambungan Baru Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Tahun 2014
Penggantian Water Meter Pelanggan Penambahan Sambungan Baru Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Subproyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air
Tidak Diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Sumber : Hasil Analisis
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 1
BAB VI KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN
6.1. UMUM
Meningkatnya tuntutan kebutuhan dana sebagai konsekwensi
penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, melalui otonomi daerah menuntut berbagai upaya
penyesuaian manajemen keuangan daerah termasuk arah pengelolaan
pendapatan dan belanja daerah.
Melalui desentralisasi fiskal, Pemerintah Daerah dituntut untuk
mengelola keuangan daerah secara akuntabel dan transparan. Berdasarkan
kebijakan normatif yang ada, pemerintah daerah diberi kesempatan untuk
melakukan perubahan kebijakan dan sistem pengelolaan keuangan daerah.
Dasar-dasar yang melatarbelakangi perubahan adalah : 1). perubahan
paradigma penyelenggaraan pemerintahan seiring otonomi daerah dan
desentralisasi; 2). semangat reinventing governance dan good governance,
dan 3), realitas regulasi dan instrumen pengelolaan keuangan daerah dalam
bentuk peraturan pelaksanaan yang baru, dan mendorong terciptanya iklim
investasi yang baik.
6.1.1. Komponen Keuangan
Hak pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah adalah:
(1) memungut pajak dan restribusi daerah serta mengelola kekayaan
daerah; (2) memperoleh dana perimbangan, dan (3) melakukan pinjaman.
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 2
Dalam melaksanakan hak tersebut, pemerintah daerah mempunyai
kewajiban untuk: (1) mengelola sumber keuangan daerah secara efektif,
efisien, transparan, akuntabel dan taat azas sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku; (2) mensinergikan kebijakan
pembangunan daerah dengan kebijakan nasional; serta (3) melaporkan dan
mempertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat dan masyarakat.
Pemerintah daerah mempunyai kewajiban menyelenggarakan segala
kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk kemakmuran,
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan
kewenangan tersebut diperlukan kemampuan pendanaan yang memadai.
Pendapatan daerah menurut sumbernya, terdiri dari pendapatan asli
daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Dari ketiga
sumber pendapatan tersebut, pendapatan asli daerah merupakan
pendapatan yang memungkinkan untuk dioptimalkan.
Sesuai dengan prioritas kebijakan keuangan daerah, kebijakan
pendapatan daerah diarahkan pada optimalisasi pengelolaan pendapatan
daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan
daerah.
Dalam rangka melaksanakan optimalisasi sumber pendapatan daerah
terutama yang berasal dari penerimaan asli daerah, senantiasa
mempertimbangkan berbagai hal kepentingan masyarakat antara lain tidak
mengganggu substansi dari nilai-nilai pelayanan dasar kepada masyarakat.
Oleh karena itu intensifikasi maupun ekstensifikasi pendapatan asli daerah
tetap memperhatikan aspek pelayanan dan senantiasa menjaga iklim yang
kondusif untuk perkembangan dunia usaha.
Arah kebijakan pendapatan daerah yang ditempuh adalah
Intensifikasi dan Ektensifikasi Pendapatan Asli Daerah melalui serangkaian
kegiatan antara lain : peningkatan kualitas pelayanan dan Tertib
Administrasi Pengelolaan Pendapatan Daerah. Strategi dan prioritas
Pendapatan Daerah tahun 2004 – 2009 telah dirumuskan dalam program dan
kegiatan prioritas sebagai berikut :
• Optimaslisasi pemanfaatan sumber-sumber pendapatan daerah;
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 3
• Penelitian dan pengkajian sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah;
• Pemberdayaan fungsi dan peran perusahaan daerah;
• Prioritas pembiayaan penggerakan ekonomi dan pelayanan publik;
• Evaluasi Peraturan Daerah tentang pajak dan retribusi daerah;
• Pemutakhiran data obyek dan subyek pajak dan retribusi daerah;
• Pemantapan sistem akuntansi daerah;
• Evaluasi dan penataan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan keuangan
daerah;
• Pelatihan Aparatur;
• Kerjasama Lintas Daerah;
• Penyiapan sistem informasi dan manajemen perpajakan.
Berdasarkan program prioritas dan penunjang tersebut diatas
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah sesuai dengan jenis
penerimaan dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
6.1.2. Komponen Penerimaan Pendapatan
Sesuai dengan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), pendapatan daerah terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah : terdiri dari penerimaan Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan,
dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dapat direalisasikan
secara rasional dan terukur dengan melaksanakan beberapa kegiatan
yang mampu mendorong pendapatan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Pendapatan Dari Dana Perimbangan, yaitu pendapatan yang sangat
terkait dengan pelaksanaan desentralisasi kewenangan dan fiskal yang
diserahkan kepada daerah. Komponen Dana Perimbangan bersumber
dari Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA, Dana Alokasi Umum
dan Dana Alokasi Khusus. Penerimaan dana perimbangan yang dicapai
atas dasar formulasi bagi hasil yang telah ditetapkan dengan
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 4
kemampuan optimal pemungutan yang dilaksanakan di daerah serta
intensitas koordinasi dan konsultasi dengan pemerintah.
c. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah, yaitu pada dasarnya dalam struktur
APBD adalah merupakan jenis penerimaan yang bersumber dari dana
bantuan berupa kontijensi penyeimbang gaji, hibah, dana darurat dan
bantuan keuangan dari provinsi.
6.1.3. Pendapatan Asli Daerah
Target dan realisasi pendapatan pada tahun 2006 – 2008, mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dan merupakan akumulasi dari Laporan
Keterangan Pertanggunjawaban Walikota Akhir Tahun. Untuk lebih jelasnya
perkembangan target dan realisasi pendapatan, dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.
Tabel 6.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2006-2008
NO URAIAN Tahun
2006 2007 2008
1 2 3 4 5
I PENDAPATAN DAERAH
829,108,496,280.68
920,971,740,075.00
1,010,284,431,000.00
Pendapatan Asli Daerah
120,890,776,136.68
125,936,173,075.00
137,237,118,000.00
Pajak Daerah
77,878,472,788.00
79,867,787,125.00
91,694,050,000.00
Retribusi Daerah
37,066,083,922.47
38,487,896,750.00
37,152,142,000.00
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1,891,718,875.39
3,701,549,700.00
3,857,926,000.00
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
4,054,500,550.82
3,878,939,500.00
4,533,000,000.00
Dana Perimbangan
619,958,299,314.00
697,778,550,000.00
781,814,690,000.00
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
92,274,299,314.00
105,401,550,000.00
118,493,300,000.00
Dana Alokasi Umum (DAU)
513,004,000,000.00
583,842,000,000.00
643,328,390,000.00
Dana Alokasi Khusus (DAK)
14,680,000,000.00
8,535,000,000.00
19,993,000,000.00
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
88,259,420,830.00
97,257,017,000.00
91,232,623,000.00
Hibah
4,300,000,000.00
4,058,617,000.00
-
Dana Darurat
-
-
-
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan dari Pemerintah Daerah lainnya
78,205,560,890.00
79,500,000,000.00
87,500,000,000.00
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 5,753,859,940.00
-
-
Bantuan Keuangan dari Provinsi Pemerintah Daerah lainnya
13,698,400,000.00
3,732,623,000.00
JUMLAH PENDAPATAN
829,108,496,280.68
920,971,740,075.00
1,010,284,431,000.00
II BELANJA DAERAH
811,194,616,469.66
949,479,195,865.00
1,052,784,431,000.00
Belanja Tidak Langsung
429,714,288,676.01
485,355,906,460.00
581,224,140,000.00
Belanja Pegawai
382,650,566,084.65
432,452,881,164.00
516,531,429,000.00
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 5
1 2 3 4 5
Belanja Bunga
1,621,374,677.47
3,481,000,000.00
2,714,711,000.00
Belanja Subsidi
4,457,413,399.89
2,987,988,525.00
1,500,000,000.00
Belanja Hibah
22,744,760,645.00
3,500,000,000.00
23,030,500,000.00
Belanja Bantuan Sosial
15,788,416,953.00
42,934,036,771.00
35,447,500,000.00
Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa
2,451,756,916.00
-
-
Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemeritah Desa
-
-
-
Belanja Tak Terduga
-
-
2,000,000,000.00
Belanja Langsung
381,480,327,793.65
464,123,289,405.00
471,560,291,000.00
Belanja Pegawai
102,679,891,954.00
103,860,687,740.00
Belanja Barang dan Jasa
255,150,566,084.65
220,461,417,168.00
227,897,231,605.00
Belanja Modal
126,329,761,709.00
140,981,980,283.00
139,802,371,655.00
JUMLAH BELANJA
811,194,616,469.66
949,479,195,865.00
1,052,784,431,000.00
SURPLUS (DEFISIT)
17,913,879,811.02
(28,507,455,790.00)
(42,500,000,000.00)
III PEMBIAYAAN DAERAH
66,476,854,127.36
98,632,728,890.00 62,500,000,000.00
Penerimaan Pembiayaan
49,064,678,602.36
63,570,092,340.00 52,500,000,000.00
Sisa lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SILPA)
47,040,760,066.36
49,566,826,000.00
45,000,000,000.00
Pencairan Dana Cadangan -
-
7,500,000,000.00
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
-
-
-
Penerimaan Pinjaman Daerah
-
-
-
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
429,243,343.00
-
-
Penerimaan Piutang Daerah
1,594,675,193.00
14,003,266,340.00
-
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
49,064,678,602.36
63,570,092,340.00 52,500,000,000.00
Pengeluaran Pembiayaan
16,412,175,525.00
35,062,636,550.00
10,000,000,000.00
Pembentukan Dana Cadangan
-
7,500,000,000.00
-
Penyertaan Modal ( Investasi ) Daerah
5,750,000,000.00
7,000,000,000.00
-
Pembayaran Pokok Utang
9,926,725,600.00
20,500,000,000.00
10,000,000,000.00
Pembayaran Utang Belanja
735,449,925.00
62,636,550.00
-
Pembayaran Utang Pajak
-
-
-
Pemberian Pinjaman Daerah
-
-
-
Dana Bergulir
1,000,000,000.00
-
-
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
17,412,175,525.00
35,062,636,550.00
10,000,000,000.00
Pembiayaan Netto
31,652,503,077.36
28,507,455,790.00 42,500,000,000.00
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA)
49,566,826,000.93
-
-
DSCR
21.92
Sumber : Bappeda Kota Makassar, 2009
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 6
6.1.4. Dana Perimbangan
Dana perimbangan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak dan
Bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
Dana Perimbangan dari Provinsi.
Adapun rincian dana perimbangan untuk pemerintah Kota Makassar
yang diperoleh dalam kurung waktu tahun 2007 dan 2008 sebagai berikut :
Tabel 6.2. Dana Perimbangan Kota Makassar
No Uraian 2007 2008
1 2 3 4
1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak
105,401,550,000.00
118,493,300,000.00
2 Dana Alokasi Umum
583,842,000,000.00
643,328,390,000.00
3 Dana Alokasi Khusus
8,535,000,000.00
19,993,000,000.00
4 Dana Perimbangan dari Propinsi
13,698,400,000.00
3,732,623,000.00
Sumber : Laporan APBD Kota Makassar 2007-2008
Dari tabel diatas menjunkkan bahwa pada pos Dana Bagi Hasil Pajak/
Bukan Pajak terdapat kenaikan sebesar Rp.13.091.750.000 (11%), Dana
Alokasi Umum (DAU) kenaikannnya hanya Rp.59.486.390.000 (9%),Dana
Alokasi Khusus (DAK) naik sebesar Rp.11.458.000.000 (57%), dan Dana
Perimbangan dari Propinsi turun sebesar Rp.9.965.777.000 (267%).
6.2. KOMPONEN PENGELUARAN BELANJA
Pada komponen pengeluaran belanja Kota Makassar yang terjadi
dalam 2 tahun (2007-2008) terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan
jasa, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bantuan sosial dan belanja
modal yang dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 7
Tabel 6.3. Komponen Pengeluaran Belanja Kota Makassar
No Uraian 2007 2008
1 2 3 4 1 Belanja Pegawai 535.132.773.118.00 620.392.116.740.00 2 Belanja Barang dan jasa 220,461,417,168.00 227,897,231,605.00 3 Belanja Bunga 3,481,000,000.00 2,714,711,000.00 4 Belanja subsidi 2,987,988,525.00 1,500,000,000.00 5 Belanja Bantuan Sosial 42,934,036,771.00 35,447,500,000.00 6 Belanja Modal 140,981,980,283.00 139,802,371,655.00
Sumber : Laporan APBD Kota Makassar 2007-2008
Tabel ini menggambarkan keadaan komponen pengeluaran pada pos
belanja, dimana tingkat prosentase kenaikan/penurunan dari tahun 2007
dan 2008 pada masing-masing pos belanja yaitu belanja pegawai naik 16%,
belanja barang dan jasa naik 3%, belanja subsidi turun 99 %, belanja
bantuan sosial turun 21%, dan belanja modal turun 1%. 6.3. KOMPONEN PEMBIAYAAN
Pada komponen pembiayaan setiap daerah khususnya Kota Makassar
yang bersumber dari penerimaan pembiayaan dan dikurangi pengeluaran
pembiayaan untuk mendapatkan jumlah pembiayaan sebagaimana dalam
Tabel berikut:
Tabel 6.4. Komponen Pembiayaan Kota Makassar
No Uraian 2007 2008
1 2 3 4
1 Penerimaan Daerah 63,570,092,340.00 52,500,000,000.00
2 Pengeluaran Pembiayaan 35,062,636,550.00 10,000,000,000.00
3 Jumlah Pembiayaan 98,632,728,890.00 62,500,000,000.00
Sumber : Laporan APBD Kota Makassar 2007-2008
Dari uraian tabel tersebut diatas terlihat bahwa terjadi penurunan
baik penerimaan daerah sebesar Rp.11.070.092.340 atau turun 21%, dan
pengeluaran pembiayaan turun Rp.25.062.636.550. atau turun 251%. Hal ini
memerlihatkan bahwa terjadinya kenaikan penerimaan dibarengi juga
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 8
kenaikan pembiayaan, namun tingkat prosentasenya lebih besar
pengeluaran pembiayaan dibandingkan dengan kenaikan penerimaan
daerah.
6.4. PROFIL KEUANGAN KOTA MAKASSAR
Dalam setiap daerah mempunyai strategi untuk mendapatkan
sumber dana untuk membiayai aktivitasnya diluar anggaran yang telah
ditentukan, sehingga pada Kota Makassar tentunya juga mempunyai
langkah-langkah untuk mendapatkan sumber pembiayaan termasuk di
dalamnya menggalakkan penerimaan dari pajak dan bukan pajak
sebagaimana dalam lampiran.
6.4.1. Keuangan Daerah
Aspek keuangan merupakan salah satu penentu bagi kemajuan suatu
daerah untuk meningkatkan proses perekonomian baik yang dipandang dari
roda pemerintahaan maupun terhadap proses pembangunan. Kemajuan
suatu daerah tentunya bukan saja diandalkan dari keuangan daerah itu
sendiri tetapi ada peran swasta dan masyarakat khususnya untuk
meningkatkan perekonomian. Keuangan daerah sebagai gambaran tentang
tingkat kemajuan dalam mengelola sumber daya yang ada.
6.4.2. Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar
6.4.2.1. Laba Rugi 2006-2008
Posisi laporan laba/rugi dalam suatu pembukuan pada suatu
perusahaan khususnya perusahaan PDAM Kota Makassar, merupakan suatu
gambaran tentang kondisi posisi keuangan apakah perusaahaan tersebut
berada pada kondisi profitabilitas yang artinya apakah perusahaan
mempunyai kemampaun untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan
untuk mendapatkan laba tersebut.
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana posisi laporan keungan laba
rugi PDAM Kota Makassar perinciannya yaitu sebagai berikut :
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 9
Tabel 6.5. Laporan Laba (Rugi) Komparatif Periode 31 Desember 2006-2008 PDAM Kota Makassar
URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 (Unaudit)
1 2 3 4
PENDAPATAN USAHA
Pendapatan Penjualan Air 104,714,447,652.16
109,078,134,413.00
118.292.505.066.00
Pendapatan Penjualan Non Air 5,459,063,972.44
6,444,593,978.52
10.465.727.25
Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60
115,522,728,391.52
128.758.233.041.25
BIAYA LANGSUNG USAHA
Biaya Sumber Air 1,973,351,560.50
1,978,667,390.06
2.623.133.098.76
Biaya Pengolahan Air 32,841,696,148.64
30,340,509,160.13
29.183.479.561.88
Biaya Transmisi dan Distribusi 20,681,926,955.20
25,974,156,970.16
31.421.473.784.30
Jumlah Biaya Langsung Usaha 55,496,974,664.34
58,293,333,520.35
63.228.086.444.94
Laba ( Rugi ) Kotor Usaha 54,676,536,960.26
57,229,394,871.17
65.530.146.596.31
Biaya umum dan Administrasi 49,197,889,934.86
50,559,002,953.97
44.532.613.583.22
Biaya Bunga Pinjaman 16,260,162,666.67
20,960,175,739.38
18.417.009.326.82
Jumlah Biaya Umum dan Bunga 65,458,052,601.53
71,519,178,693.35
62.949.622.910.04
Laba ( Rugi ) Bersih Usaha (10,781,515,641.27)
(14,289,783,822.18)
2.580.523.686.27
PENDAPATAN DAN BIAYA LAIN-LAIN
Pendapatan Lain-lain 803,826,636.39
3,344,009,700.85
2.913.217.799.89
Biaya Lain-lain (387,280,069.93)
(140,033,602.77)
(208.688.271.59)
Jumlah Pendapatan dan Biaya Lainnya
416,546,566.46
3,203,976,098.08
2.704.529.528.30
Laba ( Rugi ) Sebelum Pajak (10,364,969,074.81)
(11,085,807,724.10)
5.285.053.214.57
Pajak penghasilan (PPh) -
LABA (RUGI) BERSIH SETELAH PAJAK
(10,364,969,074.81)
(11,085,807,724.10)
5.285.053.214.57
Sumber : PDAM Kota Makassar, 2008 Data Diolah
Dari Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penjualan air dan
non air terjadi kenaikan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2006 sebesar
Rp.110.173.511.624.60 , tahun 2007 sebesar Rp. 115.522.728.391,52 dan
tahun 2008 Rp.128.758.233.041.25
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 10
6.4.2.2. Neraca Komparatif 31 Desember 2006-2008
Laporan keuangan dalam bentuk neraca adalah suatu gambaran
posisi keuangan perusahaan tentang perbandingan antara pasiva dan aktiva
atau antara hak penerimaan pendapatan perusahaan dengan kewajiban
perusahaan didalam membayar atau mengembalikan hutang-hutang
perusahaan kepada investor. Adapun bentuk neraca keuangan PDAM Kota
Makassar perinciannya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 6.6. Neraca Komparatif Per 31 Desember 2006-2008 (Unaudit) PDAM Kota Makassar
AKTIVA TAHUN
2006 2007 2008 (unaudit)
1 2 3 4
AKTIVA LANCAR
Kas dan Setara Kas 13,252,957,900.25
31,797,279,022.32
33,455,365,513.47
Deposito Jangka Pendek 7,420,000,000.00
13,870,000,000.00
31,000,000,000.00
Piutang Usaha 29,246,639,710.86
31,126,577,809.76
30,449.196.199.62
Peny. Piutang Usaha 9,967,963,490.50
10,656,723,640.18
(11.062.970.290.62)
Piutang Usaha Bersih 19,278,676,220.36
20,469,854,169.58
19.386.225.908,02
Piutang Karyawan 1,452,511,001.28
1,053,715,051.84
934.519.601,84
Piutang Lain-lain 1,130,570,638.98
1,362,042,138.98
1.378.942.138,98
Persediaan Barang 588,408,995.00
982,587,070.00
704.062.725,00
Uang Muka Biaya 1,080,966,494.00
553,200,496.00
20.097.494.326,00
Uang Muka Pajak -
- -
Jumlah Aktiva Lancar 44,204,091,249.87
70,088,677,948.72
106.956.610.326,00
AKTIVA TETAP
Tanah 4,105,929,361.26
4,105,929,361.26
4.845.129.361,26
Bangunan 134,509,166,287.81
135,105,929,537.81
135.530.929.537,81
Jaringan Pipa 205,603,626,682.00
210,772,399,517.48
227.871.377.755,05
Mesin Pompa 59,905,202,946.49
60,177,587,221.49
60.628.156.721,49
Alat Kantor dan Teknik Bengkel 2,563,615,244.41
2,732,564,994.41
2.805.994.6441,41
Kendaraan 5,997,878,030.50
6,280,378,030.50
5.054.744.030,50
Mesin Kantor dan Komputer 6,865,962,451.00
8,316,101,090.00
8.704.787.790,00
Nilai Perolehan Aktiva Tetap 419,551,381,003.47
427,490,889,752.95
445.541.119840,52
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 11
1 2 3 4
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (219,072,070,823.92)
(241,918,164,369.91)
(263.373.986.959,78)
Nilai Buku Aktiva Tetap 200,479,310,179.55 185,572,725,383.04 182.167.132.880,74
AKTIVA LAIN – LAIN
Bahan Iinstalasi 5,696,071,754.20
9,059,263,700.97
9.087.579.742,40
Biaya Ditangguhkan 10,384,471,136.80
13,116,965,284.00
9.837.723.963.00
Perhitungan Dengan Pemkot 923,752,697.74
923,752,697.74
923,752,697.74
Proyek Dalam Penyelesaian -
- -
Aktiva Lain-Lain Lainnya 820,853,975.05
296,658,228.39
281.658.228.39
Jumlah Aktiva Lain-Lain 17,825,149,563.79
23,396,639,911.10
20.130.714.726.53
JUMLAH AKTIVA 262,508,550,993.21
279,058,043,242.86
309.254.457.726.58
KEWAJIBAN LANCAR
Hutang Usaha 2,847,426,956.67
3,807,151,565.04
12.260.216.290.00
Biaya YMH Dibayar 8,402,769,283.14
6,884,895,502.13
4.540.291.863.46
Pendapatan Diterima Dimuka -
- -
Hutang Pajak -
- -
Hutang Jangka Panjang 46,616,661,439.62
83,222,339,652.04
99.094.437.904.96
Hutang Bunga 45,691,607,588.46
54,681,589,808.52
67.283.899.703.40
Hutang denda Pinjaman 11,651,466,160.62
15,858,890,633.44
21.673.590.065.38
Kewajiban Jangka Pendek Lainnya 15,283,470,790.23
12,795,202,271.75
7.991.447.843.75
Jumlah Hutang Lancar 130,493,402,218.74
177,250,069,432.92
212.843.883.670.95
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Hutang Pemerintah Pusat (PDN) 130.666.666.57
33,750,000.00
11.250.000.00
Pinjaman Luar Negeri (OBCF) IP-332 637.812.700.00
- -
Pinjaman Luar Negeri (OBCF) IP-415 118.871.986.896.88
103,033,095,831.20
87.183.497.578.28
Jumlah Hutang Jangka Panjang 119.640.456.263.45
103,066,845,831.20
87.194.747.578.25
KEWAJIBAN LAIN-LAIN
Hutang Usaha Lainnya -
-
-
Uang Muka Pelanggan 5,529,740,380.00
5,529,740,380.00
5,529,740,380.00
Cadangan Dana Meter 21,696,122,141.93
25,914,967,419.93
31.104.612.903.93
Hutang Jangka Panjang Lainnya -
-
-
Jumlah Kewajiban Lain-Lain 27,225,862,521.93
31,444,707,799.93
36.634.353.283.93
EKUITAS
Modal Pemkot 17,291,644,384.15 17,291,644,384.15 17,291,644,384.15
Modal Pemerintah Pusat 14,611,271,563.20 14,611,271,563.20 14,611,271,563.20
Penyertan Yang Blm Ditentukan Statusnya 156,638,802,326.00 156,638,802,326.00 156,638,802,326.00
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 12
1 2 3 4
Laba ( Rugi) Tahun Lalu (193,027,929,209.43) (210,159,490,370.440 (221.245.296.294.50)
Laba (Rugi) Tahun Berjalan (10,364,969,074.82) (11,085,807,724.10) 5.285.053.214.57
Jumlah Ekuitas (14,851,180,010.90)
(32,703,579,821.19)
(27.418.526.806.58)
JUMLAH KEWAJIBAN & EKUITAS 262,508,550,993.22
279,058,043,242.86
309.254.457.726.58
Sumber : PDAM Kota Makassar, 2008 Data Diolah
Tabel tersebut di atas menjelaskan bahwa jumlah aktiva terdapat
kenaikan dari tahun 2006 sebesar Rp. 262.508.550.993,22, tahun 2007
sebesar Rp.279.058.043.242,86 dan pada tahun 2008 (unaudit) sebesar
Rp. 309.254.457.726,58. 6.5. PERMASALAHAN DAN ANALISIS
6.5.1. Kondisi Keuangan Pemerintah Kota Makassar
Dari Laporan keuangan yang tergambar dalam APBD tahun 2006
sampai dengan 2008, terjadi kenaikan pos tertentu disisi lain ada
penurunan sebagaimana dalam lampiran.
a. Permasalahan
Kinerja Badan Usaha Milik Daerah sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah belum optimal;
Dana perimbangan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi belum
sepenuhnya ditransfer ke Kasda secara tepat waktu;
Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pengelolaan
pendapatan daerah;
Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat memenuhi
kewajibannya sebagai wajib pajak dan retribusi.
b. Solusi
Peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Daerah melalui pengembangan
lapangan usaha dan jaringan pemasaran;
Peningkatan koordinasi dan konsultasi dengan Pemerintah dan
Pemerintah Provinsi mengenai dana perimbangan untuk dapat
ditransfer tepat waktu.
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 13
Peningkatan dan Penambahan sarana dan prasarana penunjang
pengelolaan pendapatan daerah;
Sosialisasi dan pemberian motivasi kepada wajib pajak dan retribusi.
6.5.2. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kota Makassar
Untuk melihat penerimaan daerah dengan melakukan proyeksi
minimal 5 tahun kedepan dengan dasar asumsi persentase kenaikan
pertahunnya dengan melihat hasil yang dicapai tahun sebelumnya
sebagaimana dalam lampiran.
Tabel 6.7. Proyeksi APBD Pemerintah Kota Makassar
No Uraian Bagian dan Pos % Per Tahun
% Proyeksi Pertumbuhan
Proyeksi
2012 2013 2014
1. Belanja Operasi -Belanja Pegawai 13.74% 15.20% 948,470,238,368 1,092,637,714,600 1,258,718,647,219
-Belanja Barang 3.17% 6% 271,429,249,197 287,715,004,149 304,977,904,398
-Belanja Bunga -28.23% -10% 1,979,024,319 1,781,121,887 1,603,009,698
-Belanja Subsidi -99.20% -23% 684,799,500 527,295,615 406,017,624
-Belanja Hibah 84.80% 25% 44,981,445,313 56,226,806,641 70,283,508,301
-Belanja Bantuan Sosial -21.12% 21% 62,797,408,548 75,984,864,342 91,941,685,854
Jumlah (1) 11.25% 1,330,342,165,244 1,514,872,807,234 1,727,930,773,094
2. Belanja Modal
-Belanja Tanah 14.53% 17% 10,647,097,355
12,457,103,905
14,574,811,569
-Belanja Peralatan dan Mesin 48.16% 23%
105,125,018,824
129,303,773,154
159,043,640,979
-Belanja Gedung dan Bangunan 12.44% 9%
38,333,384,872
41,783,389,511
45,543,894,566
-Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 4.13% 2%
69,211,740,562
70,595,975,373
72,007,894,880
-Belanja Aset tetap Lainya 34.96% 12% 3,647,496,222
4,085,195,769
4,575,419,261
-Belanja Aset Lainya
Jumlah (2) 21.84% 226,964,737,835 258,225,437,711 295,745,661,256
3 Transfer ke Desa/ Kel. -Bagi Hasil Pajak 9.14% 11% 119,667,712,500 132,831,160,875 147,442,588,571
-Bagi Hasil Retribusi
-Bagi Hasil Pendapatan
Lainya
Jumlah (3) 9.14% 119,667,712,500 132,831,160,875 147,442,588,571
4 Belanja Tak Terduga 1% 2,060,602,000 2,081,208,020 2,102,020,100
Jumlah Biaya 1,679,035,217,579 1,908,010,613,840 2,173,221,043,022
Sumber : Bappeda Kota Makassar, Data Diolah, 2009
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 14
6.5.2.1. Proyeksi Penerimaan dan Belanja
Dalam melakukan perencanaan baik dalam penerimaan maupun
rencana pembiayaan/belanja yaitu dengan membuat proyeksi keuangan 5
tahun dengan asumsi prosentase masing-masing jenis penerimaan maupun
pembiayaan/belanja sebagaimana terlihat pada Tabel lampiran.
Tabel 6.8. Struktur Pengeluaran Belanja SAP-D
No Sub-Komponen Belanja Rp
1 Belanja Operasi
Belanja Pegawai 620,392,116,740.00
Belanja Barang 227,897,231,605.00
Belanja Bunga 2,714,711,000.00
Belanja Subsidi 1,500,000,000.00
Belanja Hibah 23,030,500,000.00
Belanja Bantuan Sosial 35,447,500,000.00
Jumlah (1) 910,982,059,345.00
2 Belanja Modal
-Belanja Tanah 6,647,734,100.00
-Belanja Peralatan dan Mesin 56,492,494,533.00
-Belanja Gedung dan Bangunan 29,600,406,533.00
-Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 65.219.768.944
-Belanja Aset tetap Lainya 2,596,215,765.00
-Belanja Aset Lainya -
Jumlah (2) 160,556,619,608.00
3 Transfer ke Desa/ Kel. -
-Bagi Hasil Pajak 87,500,000,000.00
-Bagi Hasil Retribusi -
-Bagi Hasil Pendapatan Lainya -
Jumlah (3) 87,500,000,000.00
4 Belanja Tak Terduga 2,000,000,000.00
Jumlah (4) 2,000,000,000.00
Sumber : PP No. 24/2004 Tentang Sistem Akutansi Pemerintahan
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 15
Tabel 6.9. Struktur Pembiayaan SAP-D
No Subkomponen Pembiayaan Rp.
1 Penerimaan Pembiayaan
a. Penggunaan SILPA 45,000,000,000.00
b. Pencairan Dana Cadangan 7,500,000,000.00
c. Pinjaman Dalam Negri –Pemerintah Pusat -
d. Pinjaman Dalam Negri –Pemda Lain -
e. Pinjaman Dalam Negri –Bank -
f. Pinjaman Dalam Negri –Non-Bank -
g. Pinjaman Dalam Negri –Oligasi -
h. Pinjaman Dalam Negri –Lainya -
i. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pers. Negara -
j. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pers. Daerah -
k. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pemda Lainya -
Jumla (1) 52,500,000,000.00
2 Pengeluaran Pembiayaan
a. Pembentukan Dana Cadangan -
b. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemd.Pusat 10,000,000,000.00
c. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemd. Lain -
d. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Bank -
e. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non-Bank -
f. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Obligasi -
g. Pembayaran Pokok Pinjaman – Lainya -
h. Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara -
i. Pemberian Pinjaman kpd Pers. Daerah -
j. Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainya -
Jumlah (2) 10,000,000,000.00
Pembiayaan Netto (1-2) 42,500,000,000.00
Sumber : PP No. 24/2004 Tentang Sistem Akutansi Pemerintahan
6.5.2.2. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan
Salah satu penerimaan yang bersumber penerimaan daerah yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tercakup didalamnya pajak daerah,
retribusi, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain
pendapatan yang sah, dimana perlu dilakukan proyeksi kedepan minimal 5
tahun dengan berasumsi secara prosentase terhadap masing-masing pos
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 16
penerimaan. Adapun asumsi yang digunakan dalam proyeksi PAD dapat
dilihat pada Tabel lampiran.
Tabel 6.10. Proyeksi APBD dan Perimbangan
No Uraian Bagian dan Pos Realisasi APBD
% Per Tahun % Proyeksi Pertumbuhan
Proyeksi
2008 2012 2013 2014
1. Pendapatan
a. Dana Alokasi Umum 643,328,390,000 9.25% 12.20% 908,680,666,581 1,019,539,707,903 1,143,923,552,268
b. Dana Alokasi Khusus 19,993,000,000 57.31% 11.50% 27,714,214,129 30,901,348,754 34,455,003,860
c. Dana Bagi Hasil Pajak 118,493,300,000 11.05% 5% 137,170,806,413 144,029,346,733 151,230,814,070
d. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (Non Pajak)
2. Pendapatan Asli Daerah
a. Retribusi 37,152,142,000 -3.60% 5% 43,008,248,383 45,158,660,802 47,416,593,842
b. Pendapatan Pajak Daerah 91,694,050,000 12.90% 7% 112,329,154,094 120,192,194,881 128,605,648,522
c. Penerimaan Bunga -
d. Penerimaan Lain Yang Sah 4,533,000,000 14.43% 11.30% 6,249,873,283 6,956,108,964 7,742,149,277
3 Penerimaan Pembiayaan
a. Penggunaan SILPA 45,000,000,000 -10.15% 2% 47,754,360,000 48,709,447,200 49,683,636,144
b. Pencarian Dana Cadangan 7,500,000,000 100.00% 3% 8,195,452,500 8,441,316,075 8,694,555,557
c. Pinjaman Dalam Negri- Pemerintah Pusat
-
d. Pinjaman Dalam Negri- Pemda Lain
-
e. Pinjaman Dalam Negri –Bank
-
f. Pinjaman Dalam Negri –Non-Bank
-
g. Pinjaman Dalam Negri –Oligasi
-
h. Pinjaman Dalam Negri –Lainya
-
i. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pers. Negara
-
j. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pers. Daerah
-
k. Penerimaan Kembali Pinjaman kpd Pemda. Lainnya
-
Jumlah Pendapatan
Sumber : Bappeda Kota Makassar, Data Diolah, 2009
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 17
Tabel 6.11. Proyeksi APBD dan Perimbangan
No Uraian Bagian dan Pos Realisasi APBD
% Per Tahun
% Proyeksi Pertumbuhan
Proyeksi
2008 2012 2013 2014
1 Rasio Perhitungan DSCR 21.92 46.53% 12.10% 49.07 60.32 70.28
2 Bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
137,237,118,000 7.51% 9.20% 178,706,152,365 195,147,118,383 213,100,653,274
3 Pos dana Alokasi Umum (DAU) 643,328,390,000 9.25% 12.20% 908,680,666,581 1,019,539,707,903 1,143,923,552,268
4 Pos Dana Otonomi Khusus - - - - -
5 Pos Dana Bagian Hasil (DBH)+DBJBP
118,493,300,000 11.05% 17.30% 191,244,005,401 224,329,218,335 263,138,173,107
6 Belanja Wajib - -
-
Belanja Pegawai 516,531,429,000 16.28% 19.40% 879,244,645,575 1,049,818,106,816 1,253,482,819,539
Belanja Anggota DPRD 103,860,687,740 1.14% 2.10% 110,542,280,611 112,863,668,504 115,233,805,543
7 Angsuran Pokok Pinjaman 10,000,000,000 -105.00% -25% 4,218,750,000 3,164,062,500 2,373,046,875
8 Angsuran Bunga Pinjaman 2,714,711,000 -28.23% -15% 1,667,171,893 1,417,096,109 1,204,531,693
9 Biaya Lain (Biaya Komitmen+Jasa Giro Perbankan+Provesi)
- - - - - -
DSCR Minimal 2,5
Sumber : Hasil Analisis
6.5.2.3. Proyeksi Public Saving
Untuk mendapatkan Publik Saving pada suatu daerah yang mengacu
pada sumber penerimaan maupun belanja wajib pada data Laporan APBD
sebagai perbandingan tahun 2007-2008 dapat dilihat pada Tabel lampiran.
Tabel 6.12. Public Saving
No Sumber Penerimaan
Tahun Pertumbuhan Rata-rata Proporsi
2005 2006 2007 2008
(ribuan) (ribuan) (ribuan) (ribuan) (%) (%)
I Penerimaan
1 PAD 99,841,782
120,890,776
125,936,173 137,237,118 11.19% 20.11%
2 DBHP+DBHBP 88,019,900 92,274,299
105,401,550 118,493,300 10.42% 18.72%
3 DAU 323,075,000
513,004,000
583,842,000 643,328,390 28.51% 51.25%
4 DAK - 14,680,000
8,535,000 19,993,000 16.70% 30.02%
II Belanja Wajib
1 Pembiayaan 43,474,465 48,064,678 63,570,092 52,500,000 6.49% 11.67%
2 Pembelanjaan 17,916,796 16,412,175 35,062,636 10,000,000 -17.67% -31.76%
Total Public Saving 95,387,991
134,220,988
153,724,575 163,591,968 55.63% 100%
Sumber : Bappeda Kota Makassar, Data Diolah, 2009
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 18
6.6. ANALISIS TINGKAT KETERSEDIAAN DANA
6.6.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
a. Kemampuan Keuangan (PAD) Kota Makassar
Analisis kemampuan keuangan daerah ditujukan untuk mengetahui
kemampuan keuanfgan yang ada dalam kerangka pembiayaan pembangunan
daerah. Proyeksi PAD dilakukan dalam rangka mengetahui seberapa besar
kemampuan keuangan daerah bersangkutan dalam membiayai
pembangunan yang akan datang (periode 5 tahun) dengan asumsi kenaikan
10%. Hasil proyeksi PAD Kota Makassar ditujukan untuk mengukur keuangan
daerah dalam membiayai sektor-sektor pembangunan. Hasil proyeksi
diperoleh gambaran pada penjelasan Tabel di bawah ini.
Tabel 6.13. Proyeksi PAD Kota Makassar Periode 5 Tahun (2010-2014)
No Tahun Jumlah (Rp.000)
1 2 3
1 2010
157,822,685,700.00
2 2011
181,496,088,555.00
3 2012
208,720,501,838.25
4 2013
240,028,577,113.99
5 2014
276,032,863,681.09
Sumber : Hasil Analisis b. Kemampuan Pembiayaan Bidang PU/Cipta Karya
Kemampuan pembiayaan pada dasarnya adalah jumlah biaya
pelaksanaan yang akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan sektor
keciptakaryaan, khususnya penggunaan dana dalam pelaksanaan
pembangunan bidang ke Cipta Karyaan Kota Makassar. Kemampuan
pembiayaan tersebut didasarkan pada jenis-jenis pembangunan yang akan
dan telah diprogramkan untuk dilaksanakan pada priode anggaran yang
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 19
telah dipersiapkan setiap tahunnya. Proyeksi kemampuan pembiayaan Dinas
PU Cipta Karya Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 6.14. Proyeksi Kemampuan Pembiayaan Dinas PU Cipta Karya Kota
Makassar Periode 2010-2014
No Tahun Jumlah (Rp) %Terhadap PAD
1 2 3 4
1 2010 23,043,124,342.58 15%
2 2011 26,499,592,993.97 15%
3 2012 30,474,531,943.07 15%
4 2013 35,045,711,734.53 15%
5 2014 40,302,568,494.71 15%
Sumber : Hasil Analisis
6.6.2. Aspek Keuangan Perusahaan
a. Penilaian Rasio Keuangan Perusahaan 2006-2008 (Unaudit)
Ratio keuangan perusahaan didasarkan pada prinsip bahwa nilai ratio
dapat membantu menunjukkan berbagai hal yang memerlukan penelitian
lebih lanjut dalam rangka mengembangkan strategi operasi pada masa
mendatang.
Secara umum penilaian kinerja keuangan mencakup pengukuran
terhadap keseimbangan struktur permodalan, pendayagunaan aktiva,
kemampuan menghasilkan laba, efisiensi dalam pengelolaan sumber dana
dan penggunaan dana serta kemampuan membayar kewajiban yang jatuh
tempo.
b. Ratio Likuiditas
Menampilkan dan menjelaskan kondisi kemampuan keuangan
berdasarkan rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio, acid test ratio,
cash ratio, perputaran piutang maupun periode rata-rata pengumpulan
piutang serta perkembangannya. Tabel perhitungannya dapat dilihat pada
Tabel berikut ini.
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 20
Tabel 6.15. Ratio Likuiditas (Dalam Rupiah) PDAM Kota Makassar Periode 2006-2008 (Unaudit)
NO URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 (unaudit)
1 2 3 4 5
1 Current Ratio (a/b) 0.34 0.40 0,50
% Perubahan
a. Aktiva Lancar 44,204,091,249.87 70,088,677,948.72 106.956.610.214,31
b. Hutang Lancar 130,493,402,218.74 177,250,069,432.92 212.843.883.670,95
2 Acid Test Ration (a+b+c)/d 0.31 0.37 0,39
% Perubahan
a. Kas dan Bank 13,252,957,900.25 31,797,279,022.32 33.455.365.513,47
b. Deposito 7,420,000,000.00 13,870,000,000.00 31.000.000.000,00
c. Piutang Usaha (besih) 19,278,676,220.36
20,469,854,169.58
19.386.225.909,02
d. Hutang Lancar 130,493,402,218.74
177,250,069,432.92 212.843.883.670,95
3 Cash Ratio ( a/b) 0.10 0.18 0,16
% Perubahan
a. Kas dan Bank 13,252,957,900.25
31,797,279,022.32
33.455.365.513,47
b. Hutang Lancar 130,493,402,218.74
177,250,069,432.92
212.843.883.670,95
4 Perputaran Piutang 5.71 5.16 5.78
(a) / ( ( b+c) / 2 )
% Perubahan
a. Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60
115,522,728,391.52
128.758.233.041,25
b. Piutang awal ( Bersih) 16.712.581.743,24
21.861.757.860,62
22.885.611.360,40
c. Piutang akhir ( Bersih) 21.861.757.860,62
22.885.611.360,40
21.699.687.649,84
5 Periode Rata-Rata Pengumpulan Piutang 63.02 69.72 62.33
(( b+c) / 2 / (a/360)
% Perubahan
a. Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60
115,522,728,391.52
128.758.233.041,25
b. Pitang awal ( Bersih) 16.712.581.743,24
21.861.757.860,62
22.885.611.360,40
c. Piutang Akhir ( Bersih) 21.861.757.860,62
22.885.611.360,40
21.699.687.649,84
Sumber : Hasil Analisis Laporan Keuangan PDAM, 2009
Dari Tabel diatas, menunjukkan bahwa dari sisi current ratio sejak
tahun 2006 sebesar 0,34 : 1 (34%), tahun 2007 sebesar 0,40 : 1 (40%) dan
pada tahun 2008 sebesar 0,50 : 1 (50%), ini memberikan gambaran bahwa
dalam menyelesaikan kewajiban yang segera dibayar tidak mampu untuk
menyelesaikan segera
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 21
Pada posisi Acid test ratio menunjukkan pada tahun 2006 sampai
dengan 2008 yaitu hanya sebesar 0,31 : 1 (31%), 0,37 : 1 (37%) dan 0,39 : 1
(39%), artinya dalam menyelesaikan kewajiban hutang lancar dengan
menggunakan dana kas/setoran kas dan piutang tidak dapat diselesaikan
segera dan pada perhitungan cash ratio menunjukkan sejak tahun 2006-
2008 yaitu sebesar 0,10 : 1 (10%), 0,18 : 1 (18%) dan 0,16 : 1 (16%), artinya
dengan menggunakan dana kas untuk membayar kewajiban hanya mampu
16% dari dana kas yang ada.
Perputaran piutang pada tahun 2006, piutang yang tertanam hanya
mampu berputar 5,71 kali , tahun 2007 hanya 5.16 kali dan pada tahun
2008 hanya 5.78 kali, Periode rata-rata pengumpulan piutang hanya pada
tahun 2006-2008 piutang dapat dikumpulkan rata-rata selama 2 bulan (60
hari, sehingga menyebabkan perputaran dana tersendat.
c. Ratio Solvabilitas
Menampilkan dan menjelaskan perkembangan kondisi keuangan
berdasarkan rasio solvabilitas yang teridiri dari total aktiva dibanding total
hutang serta total hutang dibanding total ekuitas. Perhitungannya dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 6.16. Ratio Solvabilitas (Dalam Rupiah) PDAM Kota Makassar Periode 2006-2008 (Unaudit)
NO URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 (unaudit)
1 2 3 4 5
1 Total Aktiva dengan Total Hutang (a/b) 0.95 0.90 0.92
% Perubahan
a. Jumlah Aktiva 262,508,550,993.21
279,058,043,242.86
309.254.457.726.58
b. Jumlah Hutang 277,359,731,004.12
311,761,623,064.05
336.672.984.533.16
2 Total hutang dengan Ekuitas (a/b) -18.68 -9.53 -12.28
% Perubahan
a. Jumlah Hutang 277,359,731,004.12
311,761,623,064.05
336.672.984.583.16
b. Jumlah ekuitas (14,851,180,010.90)
(32,703,579,821.19)
(27.418.526.806.58)
Sumber : Hasil Analisis Laporan Keuangan PDAM, 2009
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 22
Perbandingan total aktiva dengan total utang mulai tahun 2006 -
2008 mengalami fluktuasi dari 95% turun sampai 92%, dimana
menggambarkan bahwa perusahaan ini dapat dikatakan dalam keadaan
insovable sebab sudah melebihi hutan dibanding dengan kekayaan. Total
hutang dengan ekuitasnya menunjukkan titik sangat rawang mulai pada
tahun 2006 - 2008 total utang lebih besar dari ekuitasnya yaitu 9,53% atau
posisi ekuitasnya sebesar (Rp. 27.418.526.806.58), hal ini yang
menyebabkan dari tahun ketahun terus mengalami kerugian sehingga
ekuitas habis terserap oleh kerugian yang dibarengi kewajiban yang sangat
besar.
d. Ratio Rentabilitas
Menampilkan dan menjelaskan perkembangan kondisi keuangan
untuk mendapatkan laba berdasarkan rasio solvabilitas yang teridiri dari
rasio perputaran aktiva usaha, ratio margin kotor, ratio margin operasi.
Tabel perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6.17. Ratio Rentabilitas (Dalam Rupiah) PDAM Kota Makassar Periode 2006-2008 (Unaudit)
NO URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 (unaudit)
1 2 3 4 5
1 Perputaran Aktiva Usaha (a/b) 42% 41% 42%
% Perubahan
a. Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60
115,522,728,391.52
128.758.233.041.25
b. Jumlah Aktiva 262,508,550,993.21
279,058,043,242.86
309.254.457.726.58
2 Gross Margin Ratio ( a/b) 50% 50% 51%
% Perubahan
a. Laba (Rugi) Kotor Usaha 54,676,536,960.26
57,229,394,871.17
65.530.146.596.31
b. Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60
115,522,728,391.52
128.758.233.041.25
3 Operating Margin Ratio (a/b) 0% 0% 2%
% Perubahan
a. Laba (Rugi) Bersih Usaha (10,781,515,641.27)
(11.085.807.724.10)
2.580523.686.27
b. Jumlah Pendapatan Usaha 110,173,511,624.60
115,522,728,391.52
128.758.233.041.25
Sumber : Hasil Analisis Laporan Keuangan PDAM, 2008
BAB VI_KEUANGAN DAN ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN | 23
Perputaran aktiva usaha, menggambarkan bahwa pada tahun 2006-
2008 rentabilitasnya (kemampuan menciptakan laba atas aktiva yang ada)
hanya rata-rata 41%. Pada analisis Gross Margin Ratio sejak tahun 2006-
2008 rata-rata 50%. Dan Operating Ratio mulai tahun 2006-2008 hanya
mampu 2% pada thn 2008.
6.7. ANALISIS PEMBIAYAAN PROGRAM
6.7.1. Analisis Pembiayaan Program
Pembiayaan program didasarkan pada prioritas penanganan kawasan
keterpaduan Kota Makassar. Usulan penetapan lokasi RPIJM Bidang
PU/Cipta Karya Kota Makassar didasarkan pada kebutuhan pengembangan
infrastruktur ke Cipta Karyaan. Usulan penetapan lokasi RPIJM tersebut
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 6.18. Lokasi Penetapan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar
No Uraian Kegiatan Sasaran Lokasi
1 2 3 4
1 Penataan Lingkungan Permukiman Peningkatan jalan lingkungan dan drainase perkotaan
Kawasan perkotaan Kota Makassar
2 Tata Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan untuk setiap kawasan berdasarkan fungsi dan peruntukannya
Kawasan perkotaan Kota Makassar
3 Prasarana Air Minum
Rehabilitas jaringan pipa transmisi dan distribusi yang telah mengalami keausan dan peningkatan kapasitas produksi untuk menjangkau kawasan-kawasan yang rawan air minum
Kawasan perkotaan Kota Makassar
4 Persampahan Pengadaan Alat-alat berat system pengelolaan persampahan
Kawasan perkotaan Kota Makassar
5 Air Limbah Pembangunan IPAL Kawasan perkotaan Kota Makassar
Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kota Makassar, 2008
6.7.2. Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM
Pelaksanaan pembiayaan RPIJM didasarkan pada komponen sektor
bidang PU/Cipta Karya. Dalam Kerangka penggunaan alokasi dana beberapa
sektor yang akan dibiayai sesuai program dalam usulan RPIJM (Matriks) pada
Tabel terlampir.
BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 1
BAB VII KELEMBAGAAN DAERAH DAN ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
7.1. UMUM
Kapasitas dan kewenangan instansi dalam kerangka mendukung
RPIJM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus
dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana
bahkan cendrung cukup rumit. Untuk maksud tersebut peran kelembagaan
bidang PU/Cipta Karya memiliki posisi yang cukup penting di dalam
implentasi program yang akan disepakati.
Aspek kelembagaan yang dimaksud dalam pelaksanaan RPIJM bidang
PU/Cipta Karya Kota Makassar akan bertugas untuk menjalaskan fungsinya
melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan
demikian akan diperlukan koordinasi yang intensif untuk tujuan
singkronisasi di dalam pelaksanaan program termasuk didalamnya Bappeda,
Dinas-Dinas dan PDAM. Oleh karena RPIJM ini bersifat program jangka
menengah, maka di perlukan peningkatan kapasitas kelembagaan
pemerintah baik kelembagaan masyarakat maupun swasta yang terkait
langsung dengan program yang akan dilaksanakan.
Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat
terhadap fasilitas yang akan dikembangkan perlu diperhatikan aspek sosial
budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk menghidari terjadinya
pertentangan tujuan antara kehendak pemerintah dan masyarakat. Juga
BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 2
untuk menghilangkan kesan bahwa fasilitas yang dibangun semata-mata
untuk pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan
keberhasilannya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi
yang terus-menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu
dilibatkan pada setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan
gagasan, perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.
7.2. KONDISI KELEMBAGAAN
7.2.1. Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kota Makassar
Kondisi Kelembagaan pemerintah Kota Makassar serta Kapasitas dan
kewenangan instansi untuk mendukung RPIJM menjadi sangat penting
karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan
roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup
rumit.
Kondisi kelembagaan dalam pelaksanaan dan implementasi program
keciptakaryaan, jika dikaji secara mendalam masih mengalami berbagai
hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan yang dimaksud
sebagai berikut :
a. Struktur organisasi Kelembagaan pada pemerintah Kota Makassar belum
sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan sesuai yang
dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah;
b. Dukungan peraturan belum memadai;
c. Terbatasnya dan relevansi SDM yang dimiliki dengan bidang tugas belum
terselenggara secara optimal;
d. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;
Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan
sumber daya manusia yang dimiliki oleh bidang PU/Cipta Karya Kota
Makassar, dijelaskan pada Tabel berikut :
KELEMBAGAAN DAERAH & ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN | 3
Tabel 7.1. Jumlah Kualitas Karyawan dan Kebutuhan Pelatihan Kota Makassar Tahun 2011
Bidang
Golongan Jenis Kelamin Umur (thn) Strata Pendidikan Status Kepegawaian
I II III IV Pria
(orang)
Wanita
(orang)
<25
(orang)
26-35
(orang)
36-45
(orang)
>45
(orang)
<SD
(orang)
SLTP
(orang)
SLTA
(orang)
Sarmud/
Diploma
(orang)
Sarjana
(orang)
Honorer
(orang)
PNS
(orang)
Pekerjaan Umum
15 15 - 2 23 151
85 62 23 42 19 190
77 46 31 74 124
13 12 1 72 13
102
Sumber : Dinas PU Kota Makassar
KELEMBAGAAN DAERAH & ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN | 4
Tabel 7.2. Latar Belakang Manajemen yang Menduduki Jabatan Struktural di Dinas PU Kota Makassar Tahun 2010
Nama Pegawai Jabatan Struktural Gol. Umur Tingkat Pendidikan
Pengalaman Jabatan yang Lalu
Ir. H. Ridwan Muhadir, M.Si Kepala Dinas IV B 53 Tahun S2 - Drs. Muslim Sekretaris Dinas IV A 54 Tahun S1 Ir. H. Tajuddin Lammase, M.Si Kabid. Bang. Ged. Pemrintah, Sar. Umum & Perum. IV B 54 Tahun S2 M. Arifin M., SE Kasi. Pemb. Ged. Pemerintah, Sarana Umum & Perum. III D 53 Tahun S1 H. Laode Salimu Kasi. Pemel. Ged. Pemerintah,Sarana Umum & Perum. III D 55 Tahun S.MUDA Syamsul Bachri Kasi. Penel. & Pengaw.Ged.Pemerintah, Sar.Umum & Perum. III D 55 Tahun S.MUDA Ir. Baharuddin S. Kabid. Bidang Bangunan Air IV B 53 Tahun S1 Ir. Yonathan Pandin Kasi. Pembangunan Bangunan Air III D 54 Tahun S1 Ir. Darmawagus, M.Pd Kasi Pemeliharaan Bangunan Air IV A 48 Tahun S2 Ir. Moch. Natsir Azis Kasi. Penelitian & Pengawasasn Bangunan Air III D 56 Tahun S1 Ir. A. Muh. Ansar, M.Si Kabid. Jalan dan Jembatan IV B 49 Tahun S2 Ir. H. M. Hamka, M.Si Kasi. Pembangunan Jalan & Jembatan IV A 46 Tahun S2 Tajuddin, ST.,M.Si Kasi Pemeliharaan Jalan & Jembatan III D 45 Tahun S2 Andi Asham S., ST Kasi. Penelitian & Pengawasan Jalan & Jembatan III C 46 Tahun S2 Ir. H. Marzuki Mahdis, M.Si Kabid. Sarana & Prasarana Lingkungan IV A 56 Tahun S2 Muh. Fuad Azis Dm, ST.,M.Si Kasi. Prasarana Lingkungan III C 42 Tahun S2 Muh. Dahyar Hursany, M.Si Kasi. Air Bersih IV A 53 Tahun S2 Drs. Imbang Muryanto, M.Si Kasi. Sanitasi IV A 44 Tahun S2 Syarifuddin Hamzah, ST.,M.Si Kepala UPTD Lampu Penerangan Jalan & Taman IV A 56 Tahun S2 Aslahuddin Rachim, SH Kepala UPTD Perbengkelan IV A 52 Tahun S1 Ir. H. Arifuddin Kepala UPTD Rusunawa III D 52 Tahun S1 Muh. Nurdin, S.Sos Kasubag. Umum & Kepegawaian III C 48 Tahun S1 H. Abd. Rasyid, S.Sos, MM Kasubag. Keuangan IV A 50 Tahun S2 Yusuf Soean, ST., M.Si Kasubag. Perlengkapan III C 46 Tahun S2
Sumber : Dinas PU Kota Makassar
BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 5
7.2.2. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah
Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat
terhadap fasilitas dan infrastruktur yang akan dikembangkan perlu
diperhatikan aspek sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk
menghidari terjadinya konflik antara tujuan dan kehendak pemerintah
demikian pula halnya dengan masyarakat. Guna menghilangkan kesan
bahwa fasilitas dan infrastrutur yang dibangun semata-mata untuk
pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan keberhasilannya.
Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi yang terus-
menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu dilibatkan pada
setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan gagasan,
perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.
7.3. MASALAH, ANALISIS DAN USULAN PROGRAM
7.3.1. Masalah Yang Dihadapi
Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan
pembangunan, khususnya bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar yang dapat
di identifikasi sebagai berikut :
a. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;
b. Dukungan peraturan belum memadai;
c. Terbatasnya kemampuan SDM yang dimiliki;
d. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;
7.3.2. Analisis Permasalahan
Sebagai antisipasi kebijaksanaan dan strategi pengembangan fisik,
sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting
dalam pelaksanaan dan pengawasan khususnya dalam menjabarkan strategi
pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi
pengembangan kelembagaan yang akan dikembangkan di Kota Makassar
untuk mendukung pelaksanaan RPIJM 2011-2014 sebagai berikut :
Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan di setiap
tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta
BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 6
seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi
perencanaan tata ruang;
Koordinasi didalam pelaksanaan program diawali dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program secara berkala;
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan SDM yang
menangani langsung pelaksanaan program melalui pelatihan dan
diseminasi;
7.3.3. Usulan Program
Usulan penetapan lokasi RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar
didasarkan pada kebutuhan pengembangan infrastruktur ke Cipta Karyaan.
Usulan penetapan lokasi RPIJM tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini.
Tabel 49. Lokasi Penetapan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar
No Uraian Kegiatan Sasaran Lokasi
1 2 3 4
1 Penataan Lingkungan Permukiman Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh
Kawasan kumuh perkotaan dan kumuh nelayan Kota Makassar
2 Tata Bangunan dan Lingkungan Penataan bangunan dan lingkungan untuk setiap kawasan
Kawasan Keterpaduan Kota Makassar
3 Prasarana Air Minum Pemasangan jaringan pipa distribusi, buster pump dan unit pelayanan
Kawasan perkotaan Kota Makassar
4 Prasarana Dranase Pembangunan/rehabilitasi dan normalisasi sistem saluran drainase disemua kawasan
Kawasan Keterpaduan Kota Makassar
5 Prasarana Jalan Peningkatan kualitas jalan lingkungan
Kawasan Keterpaduan Kota Makassar
6 Persampahan Pengadaan countainer dan kendaraan pengangkut sampah
Kawasan Keterpaduan Kota Makassar
7 Air Limbah Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah
Kawasan Keterpaduan Kota Makassar
Sumber : Hasil Analisis Untuk mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan, bidang
PU/Cipta Karya dalam kerangka pelaksanaan program beberapa hal yang
akan dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan bagi staf yang tingkat
pendidikannya masih sarjana muda dan non sarjana melalui jalur
pendidikan formal;
BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 7
b. Peningkatan kualitas SDM aparat bidang PU/Cipta Karya melalui
pelatihan dan kursus di bidang teknis dan manajerial untuk pengelolaan
infrastruktur keciptakaryaan;
c. Penghargaan bagi karyawan yang berprestasi.
7.4. USULAN SISTEM PROSEDUR ANTAR INSTANSI
7.4.1. Kedudukan, Fungsi, Tugas dalam Pelaksanaan RPJIM
Dinas Pekerjaan Umum dalam hal ini, Dinas PU Cipta Karya Kota
Makassar merupakan institusi yang menangani penyusunan dan
implementasi program investasi bidang keciptakaryaan, memiliki
kewenangan dalam pengambilan keputusan dari proses perencanaan,
penganggaran dan hubungan antar instansi terkait, dalam melaksanakan
program/kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPIJM untuk periode 4
tahun ke depan. Untuk mendukung pelaksanaan program keciptakaryaan
Kota Makassar, maka diperlukan langkah-langkah koordinasi sebagai
berikut :
Dalam hal penganggaran pelaksanaan program, maka Dinas PU/Cipta
Karya akan berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah;
Dalam hal pelaksanaan program maka Dinas PU/Cipta Karya Kota
Makassar, akan berkoordinasi dengan dinas/instansi yang terkait
langsung dengan pelaksanaan program.
Guna memudahkan pelaksanaan koordinasi, akan sangat ditentukan
oleh struktur organisasi yang telah terbentuk dan upaya penyempurnaan
struktur organisasi bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar sesuai peraturan
pemerintah yang berlaku. Struktur Organisasi bidang PU/Cipta Karya Kota
Makassar terdiri atas beberapa bidang dan seksi, dengan perincian sebagai
berikut :
a. Kepala Dinas
b. Bagian Tata Usaha Terdiri atas :
Sub Bagian Umum dan kepegawaian
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Perlengkapan
BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 8
c. Bidang Bangunan Gedung Pemerintahan, Sarana Umum & Perumahan
Seksi Perumahaan
Seksi bangunan gedung Pemerintahan
d. Bidang Sarana dan Prasarana Lingkungan :
Seksi Prasarana Lingkungan
Seksi Seksi Air Bersih
Seksi Sanitasi
e. Bidang Jalan dan Jembatan :
Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan
Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
f. Bidang Bangunan Air :
Seksi Seksi Pembangunan, Sungai,Kanal dan drainase
Seksi pemeliharaan Sungai, Kanal dan Drainase
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Bengkel dan Alat-Alat Berat
Lampu Penerangan Jalan dan Taman
Rusunawa
7.4.2. Penyampaian RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar
Skema proses pelaksanaan penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya
Kota Makassar, sebagai berikut :
BAB_VII KELEMBAGAAN DAERAH & ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN | 9
SKEMA PENYUSUNAN RPIJM DAERAH (KOTA MAKASSAR)
TINGKAT PROVINSI TINGKAT KOTA DINAS PU/PERKIM SATGAS PROVINSI KM PROVINSI BAPPEDA DINAS PU/PERKIM SATGAS KOTA FASILITATOR
Sosialisasi TOT Pembentukan Satgas Kota Makassar
Penyiapan Dan Prioritas Program
Pemantauan Pembentukan Satgas
Kota Makassar
Asistensi Skenario Pengembangan Kota
Asistensi Skenario Pengembangan Bidang
CK
Asistensi Rencana Investasi Badang CK
Kompilasi RPIJM Bidang CK
Pendampingan Penyusunan Skenario Pengembangan Kota
Pendampingan Penyusunan Skenario
Pengembangan Bidang CK
Analisis Kelayakan Investasi Bidang CK
- Kajian Kelayakan - Kap. Kelembagaan - Kap. Keuangan - Pentahapan - Paket Investasi
Pemantauan Pembentukan Satgas
Kota Makassar
Pemantauan Pembentukan Satgas
Kota Makassar
Penentuan Skenario Pengembangan Kota
Penentuan Skenario Pengembangan Bidang
CK
Penentuan Rencana Investasi Bidang CK
Penyampaian RPIJM Kota Bidang CK
Penyusunan Draft Skenario Pengem.
Kota
Penyusunan Draft Skenario Peng. Bid. CK
Analisis Program Investasi :
- Kajian Kelayakan - Kap. Kelembagaan - Kap. Keuangan - Pentahapan - Paket Investasi
Pendampingan PEMDA Dalam Penyiapan
Momerandum Bidang CK
BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 10
7.5. KONDISI KELEMBAGAAN
Organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPIJM Bidang
PU/Cipta Karya Kota Makassar terdiri dari :
Satgas Pusat, didukung oleh Sekretariat RPIJM
Satgas Provinsi, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan
Satgas Kabupaten/Kota, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan
Konsultan
Dari uraian tersebut di atas, diagram organisasi pelaksana kegiatan
fasilitasi penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kota Makassar sebagai
berikut :
Guna merealisasikan pelaksanaan RPIJM bidang PU/Cipta Karya Kota
Makassar dengan mempertimbangkan eksternal dan internal faktor yang
mempengaruhi secara teknis pelaksanaan RPIJM ini, maka dibutuhkan
strategi-strategi didalam pelaksanaannya. Rumusan strategi yang dimaksud
dijelaskan pada matrik SWOT berikut.
Satgas Pusat
Dukungan Sekretariat
Satgas Provinsi
Satgas Kabupaten/Kota
Dukungan Konsultan
Dukungan Konsultan
Dukungan Satker DJCK Provinsi
BAB_VII KELEMBAG. DAERAH & ANALISIS PENINGK. KAPASITAS KELEMBAG. | 11
MATRIKS SWOT ANALISIS
Identifikasi Faktor
Eksternal Faktor
Opportunity (O) Treat (T)
1. Dukungan Pembiayaan Dari Pemerintah Pusat untuk menangani Bidang PU/Cipta Karya
2. Dukung Pemerintah Provinsi Untuk Mengembangan Kawasan Keterpaduan Kota Makassar Cukup Positif
3. Penggalangan Dana Investasi dari sektor swasta cukup positif
4. Minat Investasi di Kota Makassar Cukup Tinggi
1. Lemahnya koordinasi pelaksanaan program
2. Globalisasi Ekonomi yang cukup kuat
3. Sumber Pembiayaan yang semakin terbatas
4. Penggalangan Dana Pembangunan Semakin Terbatas
I n t e r n a l F a k t o r
Strength (S) S Vs O S Vs T
1. Potensi SDM yang cukup memadai
2. Dukungan PEMDA Kota Makassar Cukup Besar Di Dalam Pelaksanaan RPIJM
3. Sarana Dan Infrastruktur Cukup Memadai
4. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Cukup Tinggi
1. Peningkatan SDM Aparat bidang PU Cipta Karya
2. Optimalisasi pengembangan kawasan Keterpaduan Kota Makassar yang berkelanjutan
3. Optimalisasi sumber-sumber pendanaan daerah untuk mendukung program bidang PU/Cipta Karya
4. Optimalisasi partisipasi swasta dan masyarakat untuk ikut serta di dalam pembiayaan program bidang PU/Cipta Karya
1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM melalui jalur pendidikan dan pelatihan bidang PU/Cipta Karya
2. Optimalisasi sumberdaya dalam pelaksanaan pembangunan bidang PU/Cipta Karya
3. Efektifitas dan efisiensi di dalam penganggaran yang dibarengi dengan peningkatan pelayanan
Weakness (W) W Vs O W Vs T
1. Perkembangan Kawasan Kota Makassar Cenderung sporadis
2. Secara Umum Kawasan Kota Makassar Rawan bencana Alam
3. Penguasaan infrastruktur masih sangat terbatas
4. Koordinasi di dalam pelaksanaan program sangat terbatas
5. Munculnya kawasan-kawasan baru yang memerlukan pengendalian dan pembiayaan
1. Penegasan RTRW sebagai alat pengendali pembangunan Kota Makassar
2. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang peningkatan kualitas lingkungan hunian.
3. Mengupayakan peningkatan jiwa interpreneur ship bagi masyarakat untuk menggalang sumber-sumber pendanaan
4. Penguatan struktur kelembagaan bidang PU/Cipta Karya melalui penegasan tugas dan fungsi masing-masing bidang
1. Peningkatan koordinasi dan manajemen tata pemerintahan yang baik.
2. Peningkatan dan pemberdayaan manejemen bida PU/Cipta Karya Kota Makassar.
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat untuk mendukung terselenggaranya pelaksanaan program bidang PU/Cipta Karya
VIII_RENC. KESEPAKATAN (MEMOR.) RENCANA INVESTASI & KAIDAH PELAKSANAAN | 1
BAB VIII RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) RENCANA INVESTASI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
8.1. RINGKASAN RENCANA PEMBANGUNAN
Program investasi Kota Makassar yang merupakan rekapitulasi dari
dokumen RPIJM yang telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan
kota makassat dari aspek teknis, biaya dan waktu selain itu rencana
program investasi harus melengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang
diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Walikota Makassar
selaku kepala Daerah. Program investasi bidang PU/Cipta Karya disusun
berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kota Makassar untuk memenuhi
sasaran dan rencana pembangunan Kota Makassar. Setiap daerah
diharapkan mempunyai prioritas yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
wilayah.
Dokumen rencana program investasi yang merupakan rekapitulasi
dan intisari dari RPIJM Kota Makassar. Dokumen rencana program investasi
ini dilengkapi aspek legalitas yang diwujudkan dalam kesediaan Walikota
Makassar selaku penyelenggara pembangunan daerah untuk melaksanakan
program investasi yang telah diusulkan.
8.2. RINGKASAN PROGRAM PRIORITAS
Kebijaksanaan dan program pembangunan infrastruktur
keciptakaryaan Kota Makassar tidak hanya menyangkut pembangunan dan
penyediaan fasilitas umum bagi masyarakat, melainkan juga menyangkut
VIII_RENC. KESEPAKATAN (MEMOR.) RENCANA INVESTASI & KAIDAH PELAKSANAAN | 2
pembangunan prasarana dan sarana fisik Keciptakaryaan. Dengan demikian
peranan infrastruktur keciptakaryaan sangat penting dalam kebebasan
memilih pembangunan yang memungkinkan lingkungan hidup dapat
menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan, sebaliknya
kebijaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup mempunyai pengaruh
langsung pada perkembangan pembangunan.
Dalam hal penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk
menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) karena akan menjadi
dasar di masa yang akan datang, Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang
ada saat ini, maka penataan bangunan dan lingkungan belum tertata
dengan baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada
daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan.
Untuk itu, maka pada beberapa wilayah/kawasan yang peruntukan sebagai
lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk
memberikan nuansa lingkungan yang asri.
Pada sub bidang air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari
pencemaran air. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah yang berasal
dari perumahan dan permukiman penduduk yang terdiri dari limbah
domestik (rumah tangga) yang bersumber dari air sisa mandi, cuci, dapur
dan tinja manusia dari lingkungan perumahan dan permukiman serta air
limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung bahan beracun dan
berbahaya (B3).
Sub bidang persampahan, diperlukan pengelolaan lanjutan karena
masih dapat dimanfaatkan atau masih memiliki nilai produktif jika dikelola.
Produksi sampah yang dihasilkan akan tergantung dari jenis dan frekuensi
aktivitas yang berlangsung pada suatu wilayah/kawasan. Sedangkan jenis
produksi sampah masih sangat kuat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya
dan orientasi ekonomi. Pengelolaan jenis sampah dan intensitas
penanganannya antara kawasan dalam suatu wilayah sangat berbeda
termasuk jumlah sampah yang dihasilkan. Untuk mengestimasi jumlah
sampah yang akan dihasilkan dimasa yang akan datang (waktu/tahapan
VIII_RENC. KESEPAKATAN (MEMOR.) RENCANA INVESTASI & KAIDAH PELAKSANAAN | 3
perencanaan) dianggap bahwa jumlah sampah yang dihasilkan tergantung
dari besaran jumlah penduduk.
Sistem drainase memiliki fungsi sebagai saluran pembuangan, dalam
bentuk aliran permukaan dan sebagai saluran pembuangan air hujan
maupun limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dan berpengaruh dalam pembangunan sistem
drainase adalah; kepadatan penduduk, kondisi jaringan yang ada (ada atau
belum ada jaringan), kemiringan lereng dan curah hujan.
Sektor air minum, merupakan kebutuhan pokok penduduk dari
beberapa kebutuhan pokok lainnya. Sasaran estimasi kebutuhan air minum
dikategorikan berdasarkan jumlah penduduk pendukung dan kebutuhan
aktivitas perkotaan (fasilitas umum dan sosial).
Sektor jalan diperlukan dalam rangka keterhubungan antara satu
wilayah/kawasan dengan wilayah/kawasan lainnya. Disamping itu sektor
jalan memegang peranan penting dalam pengembangan perekonomian
masyarakat. Ketersedian sistem jaringan jalan memegang peranan penting
dan hal mobilisasi dan kelancaran bertransportasi.
Dari uraian tersebut di atas, penyusunan RPIJM pada hakekatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal,
tempat berusaha baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dalam
lingkungan yang sehat dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi yang akan mendukung pengembangan wilayah secara
efektif dan efisien serta memperhatikan keseimbangan-keterpaduan
hubungan antara perkotaan dan perdesaan. Hal ini berarti bahwa, segala
usaha pembangunan tersebut haruslah tercermin dan dapat menjamin
terciptanya :
Peningkatan produktivitas kota
Peningkatan efisiensi pelayanan dan kegiatan
Pembangunan yang berkeadilan sosial
Makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan
dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan, baik melalui organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun perseorangan
VIII_RENC. KESEPAKATAN (MEMOR.) RENCANA INVESTASI & KAIDAH PELAKSANAAN | 4
Meningkatnya kualitas fisik lingkungan sesuai dengan baku mutu
lingkungan
8.3. PENGATURAN DAN MEKANISME PELAKSANAAN
Untuk memberikan dasar hukum dari program investasi yang
diusulkan Kota Makassar diperlukan lembar kesepakatan Walikota untuk
melaksanakan dan mendanai program investasi bidang PU/Cipta Karya.
Lembar ini juga memiliki arti penting bagi pelaksanaan program investasi
yang ada di dalam RPJIM antara lain:
a. Sebagai dasar dalam pemerintahaan Kota Makassar pada
penyelenggaraan bidang cipta karya.
b. Mendorong komitmen Pemerintah Kota Makassar dalam menyusun
program investasi bidang cipta karya dalam RPIJM, serta memberikan
penguatan dalam prosedur pendanaan, terutama dana dari lingkungan
eksternal Pemerintahaan Kota Makassar, Pemerintah Provinsi dan,
Pemerintah Pusat, masyarakat, Pinjaman Luar Negeri ataupun
kerjasama dengan swasta.
c. Selain lembar kesediaan yang disyahkan Walikota untuk melengkapi
ringkasan rencana program investasi, diperlukan tabel-tabel rencana
investasi program, rencana pelaksanaannya sampai akhir 5 tahun ke
depan, peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pembangunan dan
struktur ruang Kota Makassar