106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VIII DI SMP N 1 SAWAHAN MADIUN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011 SKRIPSI Oleh : ITA WIDYAWATI K7407186 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

BAHASA INGGRIS KELAS VIII DI SMP N 1 SAWAHAN MADIUN

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011

SKRIPSI

Oleh :

ITA WIDYAWATI

K7407186

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Ita Widyawati. “ANALISIS KESULITAN BELAJAR PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VIII DI SMP N 1 SAWAHAN

MADIUN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011”. Skripsi,

Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret,

Desember 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar

dalam memahami menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris

dilihat dari aspek Reading, Listening, Structure dan Writing yang dialami siswa

kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun, (2) Mengetahui penyebab kesulitan belajar

siswa dalam mempelajari konsep dan kosakata yang dialami siswa kelas VIII

SMP N 1 Sawahan Madiun, (3) Mengetahui upaya-upaya pemecahan masalah

dalam kesulitan belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun.

Metode penelitian yang digunakan ini adalah Metode Deskriptif Kualitatif.

Subyek penelitian adalah siswa dan guru kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun

tahun ajaran 2010/2011. Strategi Penelitian yang digunakan penelitian ini adalah

Tunggal Terpancang. Sumber Data yang digunakan adalah Informan, Tempat dan

Peristiwa serta Dokumen dan Arsip.Teknik sampling yang digunakan adalah

Teknik sampel tujuan (purpose sampling). Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah Wawancara, Observasi, dan Analisis dokumen. Teknik analisis

data yang digunakan adalah Teknis Analisis Interaktif.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Jenis-jenis kesulitan belajar yang

dialami siswa dalam menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris

dilihat dari aspek Reading, Listening, Structure, dan Writing yaitu memahami

konsep dan kosakata, (2) Yang menjadi faktor-faktor penyebab siswa mengalami

kesulitan belajar berupa aspek kognitif yaitu kemampuan keterampilan

menghafal, kemampuan penguasaan materi dan kebiasaan belajar yang salah.

Untuk aspek afektif yang menjadi faktor penyebab siswa kesulitan dalam belajar

adalah kurang minat terhadap tugas sekolah, kurang memusatkan perhatian,

Page 3: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

menghindari tanggung jawab, malas belajar dan sering bolos. Untuk aspek

psikomotorik yang berupa terganggunya alat-alat indra penglihatan dan

pendengaran adalah menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar.

Lingkungan keluarga yang menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan

belajar adalah fasilitas meja belajar dan ruang untuk belajar. Untuk lingkungan

sekolah yang menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar adalah

perhatian guru kepada siswa, hubungan guru dengan siswa, cara mengajar guru

dan fasilitas belajar di sekolah, (3) Upaya-upaya yang dilakukan guru oleh siswa

kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun adalah dengan menggunakan pengajaran

perbaikan. Bentuk pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang

sifatnya memperbaiki. Bentuk perbaikan yang digunakan guru adalah berupa

diskusi dan tugas kelompok.

Page 4: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i

HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. iii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iv

HALAMAN REVISI…………………………………………………………. v

HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………… vi

HALAMAN ABSTACT……………………………………………………… viii

HALAMAN MOTTO………………………………………………………… x

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… xi

KATA PENGANTAR………………………………………………………... xii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xv

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xviii

DAFTAR BAGAN…………………………………………………………... xx

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….…………… xxi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1

B. Perumusan Masalah……………………………………………… 8

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 8

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 9

Page 5: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 10

1. Tinjauan Tentang Belajar…….………………………………. 10

2. Tinjauan Tentang Metode Mengajar………..………………... 18

3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ……………………….…... 25

4. Tinjauan Tentang Upaya Meningkatkan Presatasi Belajar

Siswa …………..……………….……………………………. 27

5. Tinjauan Tentang Kesulitan …………………………………. 29

B. Penelitian yang Relevan …………………………………………. 32

C. Kerangka Pemikiran ……………………………………………... 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 38

1. Tempat Penelitian …………………………………………… 38

2. Waktu Penelitian ……………………………………………. 38

B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………. 38

1. Bentuk Penelitian …………………………………………… 38

2. Strategi Penelitian …………………………………………… 39

C. Sumber Data …………………………………………………….. 40

D. Teknik Sampling ………………………………………………… 41

E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 42

Page 6: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

F. Validitas Data …………………………………………………... 45

G. Teknik Analisis Data …………………………………………..... 45

H. Prosedur Penelitian ……………………………………………… 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………….. 49

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian …………………………….. 64

C. Temua Studi yang dihubungkan dengan Kajian Teori ………… 85

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ………………………………………………………... 94

B. Implikasi ………………………………………………………... 95

C. Saran ……………………………………………………………. 96

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 98

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 99

Page 7: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya sendiri (Muhibbin Syah, 2006). Pendidikan selalu

mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem

pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara

lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta

didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Pendidikan nasional di Indonesia

tidak hanya bertugas membentuk warga negara yang baik, tetapi juga bertugas

mencerdaskan bangsa secara terus menerus, khusus untuk kepentingan generasi muda

di seluruh Indonesia. Menurut UUD 1945 pasal 31 dijelaskan bahwa pendidikan atau

pengajaran merupakan hak dari tiap-tiap warga Negara, tidak ada pihak yang dapat

melarang tiap-tiap warga Negara untuk mendapatkan pengajaran. Pemerintah

membuat sistem pengajaran nasional yang dalam pelaksanaannya sudah diatur

dengan Undang-undang.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia melalui tiga jalur, yaitu pendidikan

formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal

merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan di sekolah yang berjenjang dan

berkelanjutan. Pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak terlalu sistematis dan terencana,

sedangkan pendidikan informal merupakan jalur pendidikan yang dilakukan

seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar maupun tidak sadar dari

seseorang lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan yang dilakukan di sekolah

Page 8: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

merupakan wujud penyelenggaraan pendidikan formal, proses belajar mengajar di

sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara guru dan siswa.

SMP N 1 SAWAHAN merupakan sekolah negeri yang mempunyai input atau

masukan siswa dengan prestasi belajar yang bervariasi, Prestasi belajar yang

bervariasi ini menjadikan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dikelas

menjadi berbeda. Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas,

dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di

suatu ruangan dalam melaksanakan KBM. Kelas dalam arti luas mencakup interaksi

guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar dan implementasi kurikulum

serta evaluasinya. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Menurut Syaiful Bahri Djamarah,

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor.

Proses belajar yang dilakukan siswa SMP meliputi berbagai mata pelajaran

salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Mata Pelajaran Bahasa Inggris

yang diselenggarakan di sekolah pada umumnya sulit untuk dimengerti. Banyak

siswa yang beranggapan bahwa pelajaran Bahasa Inggris itu membosankan. Sehingga

pada waktu proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris banyak yang tidak

memperhatikan penjelasan guru. Pelajaran Bahasa Inggris tidak diminati para siswa,

karena siswa beranggapan bahwa pelajaran Bahasa Inggris menegangkan sehingga

siswa menjadi tegang dan akhirnya mengganggu konsentrasi belajar. Selain itu dalam

proses belajar mengajar guru tidak menggunakan metode mengajar yang bervariasi

dan menggunakan media pengajaran yang tidak menarik. Hal tersebut menyebabkan

proses belajar mengajar Bahasa Inggris menjadi pasif serta tidak merangsang

terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Selain itu guru dalam mengajar kurang

mengalokasikan waktu untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dan membagi

Page 9: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

materi ke dalam kegiatan tatap muka seperti tujuan yang diharapkan, sehingga

menjelang ujian banyak bahan yang belum terselesaikan dan guru harus mengejar

untuk menyelesaikannya dan hal ini menyebabkan siswa tidak siap untuk menerima

materi pelajaran yang banyak dalam waktu yang singkat. Seharusnya pada saat proses

belajar mengajar pelajaran Bahasa Inggris berlangsung, siswa memperhatikan

penjelasan dari guru, tidak bicara sendiri atau tiduran dikelas. Di samping itu guru

dalam penggunaan media atau metode pembelajaran harus bervariasi supaya dapat

menciptakan suasana belajar yang baik, siswa akan lebih aktif pada saat proses

belajar mengajar berlangsung. Tapi kenyataannya, berdasarkan wawancara dengan

beberapa siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun menyatakan bahwa pada saat

proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris berlangsung, siswa tersebut

tidak memperhatikan penjelasan dari guru, mereka cenderung melihat guru yang

sedang berbicara tetapi mereka tidak menyerap materi yang disampaikan guru

tersebut. Selain itu guru dalam memberikan pelajaran cenderung membosankan

karena tidak menggunakan metode dan media yang bervariasi sehingga membuat

suasana belajar menjadi pasif sehingga tidak menimbulkan interaksi antar guru dan

siswa.

Menurut Jerome S. Bruner dalam Muhibbin Syah (1999:109) siswa

menempuh 3 tahap dalam proses belajar yaitu (1). Tahap Informasi (tahap

penerimaan materi) (2). Tahap Transformasi (Tahap pengubahan materi) (3). Tahap

Evaluasi (Tahap penilaian ). Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam proses

belajar mengajar dikelas disebut sebagai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari

konsep Bahasa Inggris yang akan dipelajari oleh siswa VIII ada tiga konsep, yaitu

Reading, Structure, dan Listening. Konsep-konsep tersebut harus dipelajari dalam

waktu 2 semester, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa konsep tersebut

tidak dipelajari secara mendalam sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam

mempelajarinya. Kesulitan belajar pada peserta didik dapat terjadi pada siswa yang

berkatagori “di luar rata-rata“ (sangat pintar dan sangat bodoh) yang dipengaruhi oleh

tingkat kecerdasan, pengetahuan, bakat, kepribadian, sikap, kebiasaan, sifat dan latar

Page 10: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

belakang kehidupan keluarga, sosial dan emosional. Kesulitan belajar dapat

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari

psikofisik dan psikologis. Faktor eksternalnya terdiri dari lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat dsb. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari

konsep Bahasa Inggris dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, maka guru sebagai

seorang pendidik haruslah berupaya agar kesulitan-kesulitan belajar tersebut dapat

dikurangi atau bahkan dihilangkan. Upaya yang dilakukan guru dapat berhasil apabila

ada kerjasama yang harmonis antara guru dan siswa, sehingga siswa dapat mencapai

prestasi belajar yang diharapkan.

Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas

dan wawancara dengan guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII di SMP N 1

Sawahan Madiun tahun ajaran 2010-2011 semester genap menunjukkan bahwa

pencapaian kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris siswa belum semuanya sesuai

dengan KKM yaitu 65.

Tabel 1 : Daftar Rata-rata Nilai ujian Semester Genap Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun Tahun Ajaran 2010-2011.

Kelas VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F

Nilai

rata-rata

80 75 78 76 75 74

Sumber : Daftar nilai Ujian Semester Genap siswa kelas VIII Mata Pelajaran Bahasa Inggris.

Berdasarkan Tabel 1, maka dapat diketahui bahwa siswa kelas VIII F nilai

rata-ratanya paling rendah dibandingkan dengan nilai rat-rata siswa kelas VIII yang

lain. Sedangkan untuk presentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII dalam mata

pelajaran Bahasa Inggris dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2: Daftar ketuntasan Belajar siswa kelas VIII F SMP N 1 Sawahan Madiun

pada mata pelajaran Bahasa Inggris Tahun Ajaran 2010-2011.

Kriteria Jumlah siswa Persantase

Tuntas 10 35,71%

Tidak tuntas 18 64,28%

Jumlah 28 100% Sumber : Daftar nilai Semester Genap kelas VIII F Mata Pelajaran Bahasa Inggris .

Page 11: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Untuk meningkatkan kualitas pada bidang pendidikan dipengaruhi oleh

banyak faktor, seperti kualitas masukan pendidikan, kualitas sumber daya pendidikan

serta kemampuan pengelola pendidikan untuk mengantisipasi dan menangani

berbagai pengaruh lingkungan dalam kaitannya dengan Bimbingan dan Konseling.

Syahril (1991 : 45) mengemukakan bahwa “Diagnosis kesulitan belajar itu

merupakan usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab dan

menemukan serta menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap

siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sedangkan "Menurut Burton, seorang siswa

dapat juga diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan

menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya.

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk

mencapai kinerja akademik (academic performance ) yang memuaskan. Namun dari

kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa sistem itu memiliki perbedaan dalam hal

kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan

pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antar seorang siswa dengan

siswa lainnya. Fenomena kesulitan belajar siswa biasanya tampak jelas dari

menurunnya prestasi belajar. Menurut Mulyono (1999:9) anak berkesulitan belajar

memperoleh prestasi belajar jauh di bawah potensi yang dimilikinya. Atau menurut

Burton (1952) dalam Abin Syamsudin (2003:307), siswa diduga mengalami kesulitan

belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam

mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:11) secara

garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu: (1).

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning

disabilities ), kesulitan belajar ini mencakup gangguan motorik & persepsi, kesulitan

belajar bahasa & komunikasi, serta kesulitan belajar dalam penyelesaian perilaku

sosial (2). Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities), kesulitan

belajar ini menunjuk pada adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang

sesuai dengan kapasitas yang di harapkan.

Page 12: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Kesulitan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar

akademik, karena adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang tidak sesuai

dengan yang diharapkan dalam mata pelajaran. Kegagalan ini karena adanya faktor-

faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep Bahasa

Inggris. Kesulitan belajar yang dirasakan siswa bermacam-macam dapat di lihat dari

segi kesulitan belajar, dari segi mata pelajaran yang dipelajari, dari segi sifat

kesulitannya, dan dari segi faktor penyebab. Kesulitan belajar (learning difficulty)

terjadi karena siswa tidak mendapat kesempatan dalam mempelajari Bahasa Inggris

yang bersumber pada :

1. Kesulitan membaca kalimat dan kosa kata yaitu Kesulitan membaca terutama

bila kalimat itu merupakan kalimat pasif, kalimat aktif lebih mudah di mengerti

oleh siswa. Pengertian istilah menurut kamus bahasa Inggris adalah kata atau

gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan sesuatu makna konsep,

keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Seringkali siswa tidak

memahami benar istilah yang digunakan. Beberapa siswa hanya menghafal saja

tanpa memahami apa maksud sebenarnya. Misalnya dari segi aspek listening,

grammer.

2. Kesulitan memahami konsep yaitu dalam Bahasa Inggris banyak ditemukan

banyak konsep, Konsep adalah gagasan mengenai materi yang dapat dinyatakan

dengan kata atau istilah. Sedangkan pengertian teori menurut kamus Bahas

Inggris adalah asas-asas dan hukum-hukum yang menjadi dasar sesuatu ilmu

pengetahuan. Misalnya dari segi aspek Structure, reading.

Menurut Muhibbin Syah (2006:173) faktor-faktor yang menyebabkan

kesulitan belajar meliputi :

1. Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,

misalnya rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa, labilnya emosi dan

sikap dan tertanggungnya alat-alat indera penglihatan dan pendengar.

Page 13: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang

tidak mendukung aktivitas belajar siswa.

a. Lingkungan Keluarga, contohnya : ketidakharmonisan hubungan antara ayah

dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b. Lingkungan Perkampungan/masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan

kumuh (slum area), dan teman sepermainan yang nakal.

c. Lingkungan Sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang

buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang

berkualitas rendah.

Model pelayanan berkesulitan belajar pada umumnya dan anak berkesulitan

belajar pada khususnya dapat ditinjau dari empat dimensi yaitu (1) lingkungan belajar

(2) program penempatan (3) jenis guru yang menangani (Anton Sukarno, 1999).

Pelayanan anak berkesulitan belajar ditinjau dari lingkungan belajar dapat dibedakan

menjadi tiga lingkungan belajar yaitu sistem integrasi, segregasi, dan campuran (JM

Kauffman, 1988). Pelayanan anak berkesulitan belajar ditinjau dari program

penempatan terdapat tiga model yaitu kelas regular, kelas khusus dan sekolah khusus

(Cecil D Mercer,1983). Pelayanan anak ditinjau dari jenis guru yang menangani ada

model guru sebagai berikut (1) guru kelas (2) guru kunjung (3)guru khusus (4)

konsultan dan tutor. Dalam kesempatan penelitian ini dibatasi model pelayanan

dengan program penempatan kelas khusus, kelas regular dan kelas konvensional.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “ANALISIS KESULITAN BELAJAR PADA

MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VIII DI SMP N 1

SAWAHAN MADIUN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011”.

Page 14: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah

dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Jenis-jenis kesulitan belajar apakah yang dialami siswa kelas VIII dalam

memahami menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris dilihat

dari aspek Reading, Listening, Structure?

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesulitan belajar siswa kelas VIII

dalam memahami menyelesaikan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris

dilihat aspek Reading, Listening, Structure?

3. Bagaimana upaya-upaya pemecahan masalah dalam kesulitan belajar siswa

kelas VIII dalam memahami menyelesaikan materi pada mata pelajaran

Bahasa Inggris dilihat dari aspek Reading, Listening, Structure ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin

dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar siswa dalam memahami

menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris dilihat dari aspek

Reading, Listening, Structure.

2. Untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa dalam memahami

menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris dilihat dari aspek

Reading, Listening, Structure.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya pemecahan masalah dalam kesulitan belajar

siswa kelas VIII dalam memahami menyelesaikan materi pada mata pelajaran

Bahasa Inggris dilihat dari aspek Reading, Listening, Structure.

Page 15: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

D. Manfaat Penelitian

Hasil kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan

ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi

belajar siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Sekolah

Sebagai masukan kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya

untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan pembelajaran yang sesuai

dengan materi pelajaran.

b. Bagi Guru

Memberikan berbagai manfaat pembelajaran dalam meningkatkan peran

serta siswa dalam proses belajar mengajar.

c. Bagi Siswa

Untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan perbaikan

pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang diterima dibangku

perkuliahan yang berupa teori terutama yang berkaitan dengan Bahasa

Inggris. Sebagai calon guru, belajar untuk menerapkan pembelajaran

yang tepat untuk menyampaikan bahan ajar sesuai dengan kondisi yang

diinginkan siswa dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan.

Page 16: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Mengkaji teori-teori yang relevan dalam suatu penelitian sangat diperlukan.

Kajian teoritis pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah

yang sudah ada. Hal yang dikaji dapat berupa teori-teori berbentuk suatu konsep,

hukum dan prinsip yang relevan dengan masalah yang dirumuskan pada langkah awal

untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut.

1. Tinjauan tentang Belajar

a. Pengertian Belajar

Pendidikan sebagai indikator kemajuan bangsa yang dipandang sangat penting

dalam proses pembangunan. Oleh sebab itu, perlu adanya penyempurnaan terus-

menerus dan berkesinambungan agar kualitas pendidikan semakin meningkat.

Pendidikan harus dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan para peserta didik

mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh

kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab sehingga bermanfaat bagi diri sendiri

dan masyarakat pada umumnya. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari

pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni

dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus-menerus ini menuntut

perlunya peningkatan mutu pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang mampu

bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur

kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya

tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para

pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Pendidikan

Nasional di Indonesia tidak hanya bertugas membentuk warga negara yang baik,

Page 17: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

tetapi juga bertugas mencerdaskan bangsa secara terus menerus, khusus untuk

kepentingan generasi muda di seluruh Indonesia. Menurut UUD 1945 pasal 31

dijelaskan bahwa pendidikan atau pengajaran merupakan hak dari tiap-tiap warga

Negara, tidak ada pihak yang dapat melarang tiap-tiap warga Negara untuk

mendapatkan pengajaran. Pendidikan disini merupakan usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sendiri.

Dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang

menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang

dilakukannya. Di dalam kenyataan perubahan dalam bentuk respon-respon sebagai

hasil belajar ada yang mudah terlihat tetapi juga yang sifatnya potensial, artinya tidak

tepat.

Slameto (2003:2) menyatakan bahwa “Belajar ialah proses usaha yang di

lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan

“James O.Whittaker mengemukakan bahwa, “ Belajar adalah proses di mana tingkah

laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. “Belajar adalah suatu

usaha untuk menguasai suatu kecakapan, baik jasmaniah maupun rohaniah dengan

jalan mengorganisasikan atau mereorganisasikan materi, hingga menjadi milik orang

yang belajar dan mengubah tingkah laku yang lebih baik”.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha untuk mendapat suatu kecakapan,

kepandaian atau pengertian dimana individu berubah perilakunya sebagai akibat dari

pengalaman yang dikaitkan dengan materi yang sudah dimiliki oleh individu.

Perubahan yang dialami individu banyak sekali, namun tidak setiap perubahan itu

sebagai kegiatan belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan,

pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam arti belajar.

Belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil, oleh karena itu belajar berlangsung

secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk

Page 18: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

mencapai suatu tujuan. Dengan demikian terdapat ciri-ciri khusus sehingga

perubahan tingkah laku itu disebut belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo (1991:

121-122) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, yaitu :

1. Perubahan yang terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

b. Proses Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara

guru dengan siswa atau peserta didik itu sendiri, hal ini mengakibatkan suasana kelas

menjadi kondusif dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya

semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa mengakibatkan pula

terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan

prestasi. Dalam memasuki proses belajar tidak mungkin seorang tidak mempunyai

pengetahuan awal yang telah didapat dari proses belajar sebelumnya. Jadi tidak

pernah ada seorang pelajar yang bisa disamakan dengan kertas putih tanpa isi.

Dengan demikian, proses belajar adalah suatu proses konstruksi dan rekonstruksi.

Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar

secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Satu langkah untuk

memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik atau metode mengajar.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada

faktor guru saja, tetapi berbagai faktor yang lainnya juga berpengaruh untuk

menghasilkan keluaran atau output proses pengajaran yang bermutu. Namun pada

hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama dalam sistem pendidikan yang

sangat mempengaruhi pendidikan. Disini dalam proses belajar mengajar guru

diharapkan untuk memilih metode-metode untuk mencapai tujuan instruksional.

Tujuan instruksional merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran

serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan

Page 19: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

menggunakan metode-metode pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi

siswanya. Kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

menghasilkan suatu perubahan positif dalam diri siswa yang sedang menuju kearah

kedewasaan. Di dalam kegiatan belajar mengajar, interaksi yang terjadi antara guru

dan siswa sangat penting, di samping unsur-unsur yang lain yaitu kurikulum, bahan

ajar, evaluasi, interaksi dan prestasi. Guru sebagai seorang pengajar memiliki tugas

sebagai perancang dari peristiwa pengajaran yang juga sekaligus sebagai penilai

terhadap belajar siswa. Guru sebagai perancang kegiatan pengajaran, memiliki

peranan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan pemusatan

perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Salah satu di antaranya guru

harus dapat memilih suatu metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi yang

akan diajarkan. Apabila metode yang diterapkan kurang sesuai, akan terjadi suatu

bentuk kebosanan dari siswa dan cenderung untuk mengabaikan pelajaran yang

diberikan guru yang pada akhirnya hasil belajar yang diperoleh kurang sesuai dengan

harapan.

Hasil belajar dalam pendidikan di sekolah biasanya diukur melalui prestasi

belajar yang dicapai siswa setelah siswa tersebut menempuh atau mengikuti suatu

proses belajar. Hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan

pengajaran dan sebagai bahan dalam memperbaiki proses belajar mengajar.

Keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti proses belajar akan timbul, hal

ini ditandai adanya suatu prestasi belajar yang dicapai oleh setiap siswa tidak sama.

Sekolah juga mempunyai peranan yang penting dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar siswa. Peranan sekolah tersebut dapat ditujukkan melalui penyediaan sarana

dan prasarana sekolah maupun pengelolaan proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh setiap sekolah berbeda-beda,

sehingga setiap sekolah mempunyai kemampuan yang tidak sama dalam mengelola

sekolah untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik dan efesien.

Selama ini proses belajar mengajar di SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

khususnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris menggunakan metode ceramah.

Page 20: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Penggunaan metode tersebut kurang berjalan secara maksimal. Proses belajar

mengajar yang terfokus pada guru menyebabkan kurangnya peran serta siswa dalam

kegiatan belajar mengajar. Rata-rata siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Siswa cenderung tidak banyak bertanya dan menggali informasi dari guru maupun

sumber belajar lain. Siswa hanya menerima pengetahuan yang ada sehingga memiliki

prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1

Sawahan Madiun belum dapat maksimal karena penggunaan metode belum semuanya

dilaksanakan secara optimal dan masih banyak siswa yang perolehan nilainya belum

mencapai target yang diinginkan sekolah. Penetapan target nilai tersebut bertujuan

untuk memacu kompetitif belajar siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik.

Adapun salah satu upaya yang perlu dilakukan guru di kelas VIII SMP Negeri 1

Sawahan Madiun untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan

menggunakan metode yang bervariasi supaya siswa tidak jenuh dalam mengikuti

proses belajar mengajar.

c. Hakikat Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Menurut

Etzioni dalam Cepi Ryana (2006:http://cepiriyana.blogspot.com/hakikat-kualitas-

pembelajaran.htm), secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat

keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya

merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun

di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi

produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap

orangnya. Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu

memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya

atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan yang akan dicapai. Dengan demikan,

yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan

pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni.

Page 21: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Menurut Cepi Ryana (2000) dapat dikemukan aspek-aspek efektivitas belajar

sebagai berikut : (1). Peningkatan pengetahuan, (2). Peningkatan ketrampilan, (3).

Perubahan sikap, (4). Perilaku, (5). Kemampuan adaptasi, (6). Peningkatan integrasi,

(7). Peningkatan partisipasi, dan (8). Peningkatan interaksi kultur.

Yenny Anjar Jayadi (2007: 13-18) mengemukakan bahwa “Kualitas didalam

pembelajaran yang meliputi faktor internal dan eksternal diwujudkan sebagai

indikator kualitas pembelajaran yang meliputi motivasi belajar dan partisipasi siwa

dalam kegiatan pembelajaran dan penguasaan konsep siswa”. Penilaian terhadap

proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat

perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Nana Sudjana (2008:56)

menyatakan bahwa “Penilaian kualitas pembelajaran tidak hanya berorientasi pada

hasil semata-mata, tetapi juga kepada proses”. Oleh sebab itu, penilaian terhadap

hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang. Suatu proses belajar

mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar

yang efektif.

Dalam hal ini perlu disadari masalah yang menentukan bukan kolot atau

modernnya pengajaranan, bukan pula konvensional atau progresifnya pengajaran,

tetapi pengukuran suksesnya pengajarannya. Syarat utama adalah hasilnya. Dalam

menilai atau mendiskripsikan hasil di sinipun harus cermat dan tepat, yaitu dengan

memperhatikan bagaimana prosesnya. Dalam proses ini, siswa akan beraktivitas dan

berkreatifitas. Proses yang tidak baik atau benar akan menghasilkan capaian yang

tidak baik juga atau bisa dikatakan capaian yang semu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas

pembelajaran merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap yang meliputi

motivasi belajar dan partispasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan

memperhatikan bagaimana proses pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam penelitian

ini, indikator pencapaian kualitas pembelajaran antara lain : (1). Keaktifan siswa saat

mengikuti kegiatan apersepsi dan kegiatan dalam proses pembelajaran, (2). Ketelitian

Page 22: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal, (3). Ketuntasan hasil belajar

(standar nilai 70).

d. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Pengukuran suksesnya pengajaran, syarat utama adalah hasilnya. Pengertian

tolok ukur dan tingkat keberhasilan belajar mengajar menurut Moh Uzer dan Lilis

Setyawati dalam Dyah Rahayu Widiarni (2008) dikemukakan sebagai berikut:

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan

berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan

filososfi. Untuk menyamakan persepsi sebaiknya berpedoman pada kurikulum

yang berlaku saat ini, bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu

bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus

(TIK), guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu

satuan bahasan kepada siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya tujuan pengajaran atau yang

sudah umum dikenal dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan

hasil belajar bagi siswa setelah melakukan proses belajar di bawah bimbingan guru

dalam situasiyang kondusif. Tujuan pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Pengertian TIU menurut SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No.8/U/1975 yaitu tujuan-tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada

program pengajaran suatu bidang pelajaran. Sedangkan menurut Dick dan Carey

dalam Sardiman (2007), TIU adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

mengenai apakah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia selesai

mengikuti suatu pengajaran.

Briggs dalam Sadirman menyatakan bahwa TIU adalah pernyataan umum

mengenai tujuan akhir dari program pengajaran. Biasanya menggunakan kata-kata

yang dapat menunjukkan keumuman, misalnya: memahami, mengetahui,

menghayati dan sebagainya.

Page 23: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

2) Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang bersifat khusus sebagai

penjabaran dari tujuan umum pengajaran. TIK lebih bersifat khusus dan konkret,

dalam arti dapat diukur atau dapat diamati hasilnya. Biasanya menggunakan kata-

kata yang menunjukkan pada sifat khusus atau dapat diamati, misal: menjelaskan,

menunjukkan, menerangkan dsb.

Indikator yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam menyatakan bahwa

suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil menurut Dyah Rahayu Widiarni

(2008) adalah:

1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,

baik secara individu maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran (TIK) telah dicapai siswa.

Namun yang banyak dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan dari keduanya

adalah daya serap siswa terhadap pelajaran.

Salah satu indikator tercapainya kualitas pembelajaran adalah apabila

pembelajaran tersebut dapat berlangsung secara aktif dan efektif. Pembelajaran

aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk

interaksi antar peserta didik maupun dengan guru dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini, peserta didik secara aktif menggunakan otak, baik untuk

menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, ataupun

menerapkan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada

dalam kehidupan nyata. Dengan adanya pembelajaran aktif maka dapat dikatakan

bahwa pembelajaran tersebut efektif. Menurut Raiser Robert dalam Dian

Hermawati (2009) pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan tertentu dengan proses yang menyenangkan.

Page 24: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2. Tinjauan Tentang Metode Mengajar

a. Pengertian Metode Mengajar

Metode secara harfiah berarti “cara” yang dalam pemakaian umum diartikan

sebagai untuk melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan

menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Metode adalah cara atau

jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Mengajar itu sendiri

menurut Moh Uzer Usman (2006:6) menyatakan bahwa, ”Mengajar merupakan suatu

usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan

bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”. Sehingga metode mengajar

adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar untuk mencapai

tujuan tertentu. Menurut Sardiman A.M (2001 :46) mengajar adalah suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya

dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar. Sedangkan menurut T. Raka

Joni dalam Mulyani Sumantri (2001:21) merumuskan pengertian mengajar sebagai

pencipta dan suatu system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

Mengajar merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan,

ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar

adalah aktivitas membimbing anak dan menciptakan system lingkungan yang

mendukung proses belajar mengajar sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Metode mengajar adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk mencipatakan situasi

pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses

belajar dan tercapainya prestasi belajar siswa yang memuaskan (Sunaryo dalam

Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:114). Jadi metode mengajar merupakan

cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pengajaran.

Ketepatan metode mengajar dalam proses belajar mengajar sangat penting

karena setiap metode mengajar mempunyai karakteristik sendiri-sendiri yang hanya

Page 25: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

memberikan hasil memuaskan apabila diterapkan dalam strategi belajar mengajar

yang cocok. Jadi seorang pendidik dituntut untuk memilih metode mengajar yang

lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi dalam tujuan pembelajaran,

sehingga perancangan dan pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar harus

dilandasi oleh pengetahuan, pemahaman,dan ketrampilan penggunaan metode

mengajar yang memadai. Karena penggunaan metode belajar disini juga merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

b. Macam-macam Metode Mengajar

Menurut Nana Sudjana (2005: 76), “Proses belajar mengajar yang baik

hendaknya menggunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian”. Tugas

guru adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar

mengajar yang baik dan benar. Metode mengajar dapat berfungsi secara maksimal

jika didukung oleh pengadaan fasilitas atau alat-alat yang memadai. Guru tidak dapat

memilih dan melaksanakan metode mengajar tertentu tanpa memperhatikan alat bantu

mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat bergantung pada

tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Nana Sudjana (2005: 55), beberapa metode mengajar yang sering

digunakan oleh guru antara lain sebagai berikut:

1. Metode Ceramah

2. Metode Tanya Jawab

3. Metode Diskusi

4. Metode Tugas Belajar

5. Metode Kerja Kelompok

6. Metode Demonstrasi

7. Metode Eksperimen

8. Metode Simulasi

9. Metode Inquiri

10. Metode Pengajaran Unit

Page 26: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Berdasarkan beberapa metode mengajar yang sering digunakan oleh guru di

atas dapat dijelasakan antara lain sebagai berikut :

1. Metode Ceramah (Preaching Method)

Metode Ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan

penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Metode ceramah

merupakan metode yang paling popular dan banyak dilakukan guru. Selain

mudah penyajiannya juga tidak banyak memerlukan media.

2. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar

mengajar melalui transaksi dua arah atau two way traffics dari guru ke peserta

didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi

melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.

3. Metode Diskusi (Discussion Method)

Metode Diskusi adalah proses interaksi antara dua atau lebih individu yang

terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah,

dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

4. Metode Pemberian Tugas (Recitation Method)

Metode Pemberian Tugas adalah suatu cara interaksi belajar mengajar yang

ditandai dengan adaya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah

ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok.

5. Metode Kerja Kelompok

Metode Kerja Kelompok adalah suatu cara mengajar dimana siswa di dalam kelas

dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok yang

terdiri dari beberapa siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah

atau melaksanakan tugas tertentu untuk dibahas dalam kelompok tersebut.

6. Metode Demonstrasi (Demonstration Method)

Metode Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instrumen atau tim

guru menunjukkan/memperlihatkan sesuatu proses.

Page 27: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

7. Metode Eksperimen (Experimental Method)

Metode Eksperimen atau percobaan adalah salah satu cara mengajar dimana siswa

melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan

hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan

dievaluasi oleh guru.

8. Metode Simulasi (Simulation Method)

Metode Simulasi adalah cara pengajaran dengan menggunakan suatu tiruan untuk

menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakikat

suatu konsep, prinsip atau ketrampilan tertentu.

9. Metode Inkuiri (Inquiri Method)

Metode Inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang member kesempatan kepada

peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru yang

melibatkan peserta didik dalam proses mental dalam rangka penemuannya.

10. Metode Pengajaran Unit

Metode Pengajaran Unit adalah pengajaran yang mengarahkan kegiatan peserta

didik pada pemecahan suatu masalah yang dirumuskan dahulu secara bersama-

sama. Metode ini merupakan cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari

suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga

pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

c. Prinsip-prinsip Metode Mengajar

Menurut Nasution (2005 : 73), metode mengajar didasarkan atas prinsip-

prinsip yang sama dengan pengajaran individual lainnya, yaitu:

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-

masing.

2. Membuka kemungkinan bagi siswa untuk mencapai penguasaan penuh atas bahan

yang dipelajari.

3. Mendorong siswa untuk menjalankan metode problem solving, jadi pemikiran

dalam melakukan tugas-tugas.

Page 28: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

4. Mengembangkan kesanggupan untuk mempunyai inisiatif dan mengatur diri

sendiri dalam belajar.

5. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri sendiri dan mempertinggi motivasi untuk

belajar.

6. Menentukan dengan teliti taraf pengetahuan siswa sebelum diberikan tugas atau

kontrak tertentu.

7. Memberikan evaluasi yang sering secara individual untuk mengetahui dengan

segera hasil yang dicapai sebagai reinforcement bagi pelajar maupun guru, akan

tetapi juga untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh murid,

maupun kelemahan-kelemahan tugas itu sendiri.

Adapun prinsip-prinsip metode mengajar menurut Slameto (2003:35) adalah:

1. Perhatian

Didalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa terhadap

pelajaran yang akan diberikan oleh guru.

2. Aktifitas

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktifitas siswa dalam

berfikir maupun berbuat. Yang dimaksud berbuat disini siswa dapat menjelaskan

tugas, perintah dan sebagainya.

3. Appersepsi

Guru yang mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan

kepada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.

4. Peragaan

Waktu guru mengajar didepan kelas, harus menunjukkan benda-benda yang asli.

Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan dal

lain-lain.

5. Repetisi

Repetisi adalah pengulangan. Penjelasan materi perlu diulang, penjelasan yang

diulang akan memberikan tanggapan yang jelas dan tidak mudah untuk dilupakan

siswa.

6. Korelasi

Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar

setiap pelajaran, begitu juga kenyataan hidup ilmu pengetahuan itu saling

berkaitan.

Sedangkan menurut Mussel dalam Slameto (2003:40), prinsip-prinsip metode

mengajar yaitu:

1. Konteks

Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks itu sendiri. Situasi

problematis mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam

kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan yang

melibatkan dia menjadi peserta yang aktif.

Page 29: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2. Fokus

Dalam proses belajar mengajar perlu diorganisasikan bahan yang penting, artinya

harus menjumpai kunci dan pembuktian yang diperlukan. Belajar yang penuh

makna harus diorganisasikan pada suatu fokus.

3. Sosialisasi

Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kelompok diskusi,

mereka bertanggungjawab atas proses pemecahan masalah.

4. Individualisasi

Dalam mengorganisasikan belajar mengajar, guru memperhatikan taraf

kesanggupan siswa.

5. Evaluasi

Evalusai dilaksanakan untuk menelitri hasil dan proses belajar siswa untuk

mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam mengajar guru

harus dapat membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk melaksanakan

berbagai aktivitas seperti pemberian tugas. Dengan adanya perhatian terhadap

aktivitas yang akan dilakukan maka siswa akan lebih mudah memahami apa yang

harus dikerjakan, lalu melakukan appersepsi yaitu menghubungkan materi dengan

pengalaman siswa. Disamping itu untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi, guru diharapkan menunjukkan benda asli atau contoh, sehingga akan timbul

ketrampilan terhadap materi pelajaran serta melakukan repetisi atau pengulangan

terhadap materi dan memberikan materi sesuai dengan urutan tertentu. Didalam

mengajar guru juga harus memperhatikan adnya perbedaan siswa supaya dapat

membantu siswa jika mengalami kesulitan. Untuk mengukur sejauh mana kemajuan

belajar siswa dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu metode pengajaran

maka guru harus mengadakan evaluasi, baik sumatif maupun formatif.

d. Pengajaran yang Efektif

Menurut Suryosubroto (1997 : 9-10), dalam proses pengajaran, efektivitas

dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

1. Mengajar guru. Menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang

direncanakan dapat terlaksana.

2. Belajar siswa. Menyangkut sejauh mana tujuan pengajaran yang diinginkan dapat

tercapai melalui kegiatan belajar-mengajar.

Page 30: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1993 :25), pengajaran yang

efektif dapat ditinjau dari :

1. Cara mengajar guru. Meliputi sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang

direncanakan dapat terlaksana.

2. Cara belajar siswa. Meliputi sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan dapat

tercapai.

Jadi dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

pengajaran yang efektif dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

1. Cara mengajar guru

Sebelum mengajar guru harus merencanakan dengan sebaik-baiknya apa yang

hendak di sampaikan kepada siswanya, kemudian pada akhir pelajaran baru dapat

diketahui sejauh mana rencana tersebut dapat tercapai.

2. Cara belajar siswa

Taraf pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk praktis tentang sejauh

manakah interaksi belajar mengajar harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

akhir pengajaran.

Dalam efektivitas mengajar, tentunya tidak terlepas dari aspek-aspek yang

terdapat dalam pengajaran yang efektif, hal ini menyangkut berbagai aspek

kemampuan yang harus di kuasai guru dalam mengajar serta mengenai cara belajar

siswa yang baik dalam kegiatan belajar mengajar. Efektivitas mengajar adalah sejauh

mana siswa dapat menyerap apa yang telah diajarkan oleh guru sehingga tujuan

instruksional yang diinginkan dapat tercapai. Untuk itulah dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar, posisi guru sebagai tenaga pengajar sangat diperlukan agar kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan secara efektif.

Page 31: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3. Tinjauan tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan tolok ukur keberhasilan belajar dan keberhasilan

pendidikan. Prestasi belajar terdiri dari dua rangkaian kata-kata yaitu prestasi dan

belajar. Prestasi berasal dari bahas Belanda “prestatie” yang artinya hasil usaha.

Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1993 : 768) prestasi berarti hasil yang telah dicapai

atau dilakukan.

Prestasi belajar menurut W.J.S. Poerwadarminta (1993:768) adalah

penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran

yang lazim ditunjukkan dengan nilai angka yang diberikan oleh guru. Sedangkan

menurut Sutratinah Tirtonegoro (1994:43) bahwa prestasi belajar adalah hasil

pengukuran serta penilaian yang dinyatakan dengan simbol, angka, huruf, maupun

kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai anak dalam periode tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar

adalah hasil pengukuran dan penilaian tentang tingkat penguasaan pengetahuan atau

ketrampilan yang diperoleh melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan

simbol, angka atau huruf yang diberikan oleh guru.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena

mempunyai fungsi utama, antara lain menurut Zainal Arifin (1990 : 3) yaitu:

1. Prestasi belajar sebagai kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai

anak didik.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan

atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi

keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk

kebutuhan anak didik dalam suatu program.

3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya

adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam

Page 32: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi berperan sebagai umpan balik

dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan

indikator tingkat produktivitas suatu instansi pendidikan. Asumsinya adalah

bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan

anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar

dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik dimasyarakat. Asumsinya

adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan

pembangunan masyarakat.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap gaya serap anak didik. Dalam

proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama

karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran

yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

c. Penentuan Prestasi Belajar

Penentuan prestasi belajar bukanlah merupakan hal yang baru dikalangan

dunia pendidikan. Masalah ini sudah ada sejak orang mengenal pendidikan. Orang

menentukan prestasi belajar mulai dari yang paling sederhana, dimana hasilnya tidak

perlu dicatat dan dimasukkan dalam skor sampai pada penentuan prestasi belajar yang

sangat kompleks yang hasilnya perlu diolah dan dikembangkan lagi.

Berdasarkan berbagai bentuk penentuan prestasi belajar yang ada sebenarnya

mempunyai kesamaan dalam tujuan, yaitu untuk memperoleh data perkembangan

anak didiknya. Dalam suatu pendidikan formal yang lebih dikenal dengan proses

belajar mengajar hasil penentuan prestasi belajar merupakan cermin dari kemajuan

yang telah dicapai oleh anak didiknya.

Menurut Nana Sudjana (2005 : 111), untuk dapat menentukan tercapai

tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan

Page 33: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

penilaia atau evaluasi. Penilaian dan evaluasi pada dasarnya adalah memberikan

pertimbangan tau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa disekolah merupakan ukuran terhadap

penguasaan materi yang diberikan oleh guru disekolah. Prestasi belajar dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik intern maupun ekstern. Menurut M. Ngalim Purwanto

(2002 : 107), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1. Faktor ekstern, meliputi:

a) Lingkungan, meliputi alam dan sosial seperti cuaca, tempat, pribadi guru

mengajar, sikap orang tua terhadap anak sedang belajar, dan lain-lain.

b) Instrumental, yaitu kurikulum atau bahan pelajaran, guru, saran serta fasilitas

dan adminstrasi.

2. Faktor Intern meliputi:

a) Fisiologi, meliputi kondisi fisik panca indra.

b) Psikologi, meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan

kognitif.

4. Tinjauan tentang Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Ace Suryadi (1990) berpendapat tentang upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan sekolah sebagai berikut :

a. Peningkatan Mutu Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan akibat langsung dari tinggi rendahnya keinginan untuk

belajar sebagai bentuk terpenting dari hasil pendidikan. Keinginan belajar adalah

keinginan siswa untuk selalu terlibat secara aktif dalam mempelajari suatu

konsepsi termasuk perubahan-perubahannya yang mungkin terjadi dalam

konsepsi tersebut. Kemampuan belajar adalah kemampuan yang dijadikan sebagai

dasar untuk belajar secara berkelanjutan baik disekolah yang lebih tinggi maupun

dalam kehidupannya. Keinginan dan kemampuan belajar itu harus ada dalam diri

siswa sampai dengan lulus ujian.

Page 34: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

b. Peningkatan Mutu Pengajaran

Suatu sekolah menciptakan mutu pengajaran yang tinggi, maka harus mampu

menciptakan mutu pengajaran yang tinggi. Faktor untuk meningkatkan mutu

pengajaran adalah :

1). Peningkatan Mutu Guru

Peningkatan mutu guru dapat ditunjukkan sebagai berikut :

a) Guru harus memiliki kemampuan professional yang tinggi seperti

intelegensi, sikap dan penguasaan ilmu.

b) Guru senantiasa berupaya secara profesional yaitu kemampuan guru

dalam menerapkan kemampuan profesinya menjadikan tindakan seperti

mengajar.

c) Guru mencurahkan waktu sebanyak mungkin untuk melaksanakan upaya

profesionalnya yaitu semakin banyak waktu guru mengajar, maka semakin

banyak waktu murid belajar.

2). Peningkatan Mutu Pengelolaan

Proses pengelolaan adalah proses pemanfaatan masukan-masukan pendidikan

termasuk sarana prasarana untuk menunjang proses pengajaran, sehingga

dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Peningkatan mutu

pengelolaan dapat dinilai dari kemampuan sekolah dalam menciptakan

kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dengan baik. Kegiatan tersebut

perlu adanya dukungan dalam penyediaan fasilitas belajar yang dapat

memberikan kemudahan siswa untuk belajar.

3). Peningkatan Mutu siswa

Mutu siswa dapat dinilai dari segi ciri-ciri yang dimiliki oleh siswa secara

individual. Ciri-ciri tersebut terdiri dari fisik dan kesehatan serta ciri

intelegensi yang dimiliki.

Page 35: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

5. Tinjauan tentang Kesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk

mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari

kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa sistem itu memiliki perbedaan dalam hal

kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan

pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antar seorang siswa dengan

siswa lainnya.

Kesulitan belajar siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya prestasi

belajar. Menurut Mulyono (1999:9) anak berkesulitan belajar memperoleh prestasi

belajar jauh di bawah potensi yang dimilikinya. Atau menurut Burton (1952) dalam

Abin Syamsudin (2003:307), siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang

bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-

tujuan belajarnya.

Kesulitan belajar (Abu Ahmadi dan widodo supriyono, 1991:88) adalah suatu

kondisi proses belajar yang ditandai hambata-hambatan tertentu untuk mencapai

hasil belajar. Kesulitan belajar merupakan tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda.

Ada yang ringan, sederhana atau simpel sifat dan rumit atau kompleks. Kompleksitas

kasus kesulitan belajar (Ishak dan Warji,1987:69) itu antara lain:

a. Jenis-jenis dan sifat kesulitan belajar itu sendiri.

b. Jenis-jenis dan faktor penyebab kesulitan belajar.

b. Jenis-jenis kesulitan belajar

Kesulitan belajar (learning difficulty) terjadi karena siswa tidak mendapat

kesempatan dalam mempelajari Bahasa Inggris yang bersumber pada :

1) Kesulitan membaca kalimat dan kosa kata

Page 36: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Kesulitan membaca terutama bila kalimat itu merupakan kalimat pasif, kalimat

aktif lebih mudah di mengerti oleh siswa. Pengertian kosa kata menurut para ahli

adalah gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan sesuatu makna

konsep, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Seringkali siswa

tidak memahami benar istilah yang digunakan. Beberapa siswa hanya menghafal

saja tanpa memahami apa maksud sebenarnya.

2) Kesulitan memahami konsep

Dalam Bahasa Inggris banyak ditemukan konsep, Konsep adalah gagasan

mengenai materi yang dapat dinyatakan dengan kata atau istilah. Sedangkan

pengertian teori menurut pendapat para ahli adalah asas-asas dan hukum-hukum

yang menjadi dasar sesuatu ilmu pengetahuan.

Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:11) secara garis besar kesulitan

belajar dapat diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu: (1). Kesulitan belajar yang

berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning disabilities ), kesulitan

belajar ini mencakup gangguan motorik & persepsi, kesulitan belajar bahasa &

komunikasi, serta kesulitan belajar dalam penyelesaian perilaku sosial (2). Kesulitan

belajar akademik (academic learning disabilities), kesulitan belajar ini menunjuk

pada adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas

yang diharapkan.

c. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah

saja tetapi juga pada siswa berkemampuan rata-rata (normal) bahkan siswa dengan

kemampuan tinggi. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat

tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Menurut Muhibbin Syah

(2006:173) faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar meliputi :

1. Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,

yakni :

Page 37: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas

intelektual / intelegensi siswa.

b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), anatara lain seperti labilnya emosi dan

sikap.

c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti tertanggungnya

alat-alat indera penglihatan dan pendengar.

2. Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang

tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat di bagi menjadi tiga

macam, yaitu:

a. Lingkungan Keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah

dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b. Lingkungan Perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan

kumuh (slum area), dan teman sepermainan yang nakal.

c. Lingkungan Sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang

buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang

berkualitas rendah.

d. Hambatan-hambatan kesulitan belajar

Siswa yang mengalami kesulitan belajar memiliki hambatan-hambatan yang

berdampak langsung maupun tidak langsung dalam bentuk tingkah laku. Menurut

Abu Ahmadi dan Widodo (1991:89) beberapa ciri-ciri tingkah laku yang merupakan

gelaja kesulitan belajar antara lain :

1. Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh

kelompok kelas.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,berpura-

pura,dusta dan lainnya.

Page 38: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti mudah tersinggung, murung,

pemarah, selalu sedih dan sebagainya.

e. Langkah-langkah untuk memecahkan kasus kesulitan belajar

Kesulitan belajar yang dialami siswa harus segera diketahui sedini mungkin,

sehingga tidak menghambat tercapainya tujuan belajar. Untuk menangani atau

memecahkan kasus kesulitan belajar menurut C.Ross dan J. Stenley (Ischak dan

Warji, 1987:2 ) dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Diagnosis yang berisi tentang identifikasi kasus, lokalisasi jenis dan sifat

kesulitan dan menetapkan faktor penyebab kesulitan belajar.

2. Prognose, yaitu mengadakan estimasi tentang kesulitan belajar.

3. Terapi, yaitu menentukan berbagai kemungkinan dalam rangka penyembuhan

kesulitan, proses pemberian bantuan.

B. Penelitian yang Relevan

Nunik Lestio Rini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

kesulitan belajar dalam mengerjakan soal-soal serta materi Pada pelajaran Bahasa

Inggris ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik di SMA N Batik 2

Surakarta tahun ajaran 2010-2011” menunjukkan bahwa analisis regresi memperoleh

persamaan garis regresi: Y = 30,410 + 1,148.X1 + 0,766.X2 + 0,723.X3. Persamaan

menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa dalam mengerjakan soal-soal pada mata

pelajaran Bahasa Inggris dipengaruhi oleh aspek kognitif, aspek afektif, aspek

psikomotorik. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1) Aspek

kognitif berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa. Terbukti dari hasil uji t sebesar

5,360 lebih besar dari ttabel (1,980) pada taraf signifikansi 5%; 2) Aspek afektif

berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa. Terbukti dari hasil uji t sebesar 3,258

lebih besar dari ttabel (1,980) pada taraf signifikansi 5%; 3) Aspek psikomotorik

berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa. Terbukti dari hasil uji t sebesar 3,970

Page 39: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

lebih besar dari tabel (1,980) pada taraf signifikansi 5%; 4) Aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek psikomotorik berpengaruh terhadap kesulitan mengerjakan soal

pada siswa kelas X SMK Batik 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

Sedangkan dalam penelitian Catherine McBride (2011) yang berjudul “Model

pelayanan berkesulitan belajar pada umumnya dan anak berkesulitan belajar pada

khususnya” menunjukkan bahwa Pelayanan anak berkesulitan belajar ditinjau dari

program penempatan terdapat tiga model yaitu kelas regular, kelas khusus dan

sekolah khusus. Pelayanan anak ditinjau dari jenis guru yang menangani ada model

guru sebagai berikut (1) guru kelas (2) guru kunjung (3)guru khusus (4) konsultan

dan tutor. Dalam kesempatan penelitian ini dibatasi model pelayanan dengan program

penempatan kelas khusus, kelas regular dan kelas konvensional. Dalam model

pelayanan ini anak berkesulitan belajar ringan dan anak normal ditempatkan dalam

satu kelas, mendapat pelayanan belajar yang sama oleh guru kelas yang telah dilatih

sesuai dengan prinsip falsafah normalisasi. Pelayanan kelas regular memberikan

kemudahan tumbuhnya kepribadian yang utuh dan penuh baik bagi anak normal

maupun anak berkesulitan belajar.

Pelayanan kelas khusus merupakan sistem pelayanan campuran antara system

integrasi dan sistem segresi. Anak berkesulitan belajar dilayani bersama anak normal,

tetapi pada waktu tertentu dilayani terpisah dengan anak normal. Pelayanan di kelas

khusus cocok untuk menangani kasus-kasus sulit yang ditangani dalam kelas regular,

kondisi lingkungan kelas khusus cocok untuk menangani anak berkesulitan belajar

ringan dan berat, kelas khusus dapat menguatkan harga diri dan tanggung jawab,

Guru dapat memusatkan perhatiannya secara penuh terhadap kebutuhan anak

berkesulitan belajar yang berbeda-beda.

Menurut Abu Ahmad dan Widodo (1991:89-91) untuk mengetahui adanya

kemungkinan siswa mengalami kesulitan belajar diadakan penyelidikan antara lain

dengan:

1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek

(siswa).

Page 40: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Interview, yaitu melakukan wawancara langsung terhadap siswa yang di selidiki

atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang siswa yang di

selidiki.

3. Tes diagnostic, yaitu tes untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan

belajar. Tes ini dapat berupa tes buatan guru (teacher made test).

4. Dokumentasi, yaitu melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan siswa.

C. Kerangka Pemikiran

Kesulitan belajar siswa dalam memahami materi pelajaran dapat diidentifikasi

dengan dasar prinsip belajar tuntas. Di SMP N 1 SAWAHAN MADIUN, siswa

dikatakan telah mencapai pengusaan tuntas apabila telah mencapai pemahaman

minimal 60%-80% dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan siswa yang

belum mencapai tahap tersebut akan termasuk siswa yang mengalami kesulitan

belajar dan memerlukan pengajaran remidiasi. Namun pada penelitian ini nanti, siswa

yang dikatakan sudah memperoleh ketuntasan belajar secara langsung adalah siswa

yang telah mencapai pemahaman 65%-90%.

Siswa yang dikatakan mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasi dari

nilai hasil evaluasi belajar yang kurang baik. Nilai yang kurang baik ini mungkin

disebabkan karena siswa mengalami kesulitan belajar atau mungkin karena siswa

tidak siap dalam menghadapi evaluasi tersebut (Muhibbin syah,2004:172). Siswa

mengalami kesulitan bisa dilihat dari faktor intern dan ekstern dalam proses belajar,

dari situ guru mencari solusi atau upaya untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak

didik. Upaya atau pemecahan masalah untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak

didik antara lain dengan adanya pengadaan perbaikan atau remidiasi, program

pengayaan, pengajaran individual dan sebagainya. Dari upaya-upaya yang dilakukan

oleh guru untuk memecahkan masalah dalam kesulitan belajar maka prestasi siswa

akan meningkat sesuai harapan yang diinginkan.

Page 41: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Kesulitan belajar dapat dikurangi dengan adanya upaya yang dilakukan guru

dengan cara pengajaran perbaikan, program pengayaan dan pengajaran individual.

Upaya yang dilakukan dapat berhasil apabila adanya kerjasama yang baik antara guru

dan siswa, sehingga akan berpengaruh dalam pencapaian prestasi belajar yang

maksimal. Untuk memperjelas alur pikiran diatas maka dapat disusun bagan kerangka

pikiran sebagai berikut:

Bagan 1 : Kerangka Pemikiran

Peningkatan Prestasi Belajar

Upaya untuk mengatasi Kesulitan Belajar

Faktor Intern Faktor Ekstern

Kesulitan Belajar

siswa

Page 42: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan penelitian merupakan upaya-upaya yang dikatakan oleh peneliti

dimulai sejak pencarian masalah, perumusan masalah, sampai pada penarikan

kesimpulan. Menurut Lexy J. Moleong (2007:6) mengatakan bahwa ”Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa

pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah. Pada dasarnya untuk mendapatkan kebenaran dari suatu penelitian

diperlukan adanya metodologi. Metodologi merupakan suatu pola yang berfungsi

untuk mengarahkan proses berfikir agar penelitian menghasilkan kebenaran yang

obyektif dan dapat menghantarkan peneliti ke arah tujuan yang diinginkan yaitu hasil

yang dapat dipertanggungjawabkan.

Beni Ahmad Saebani (2009:41) mengatakan bahwa “Penelitian adalah

merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu.

Kegiatan ini biasanya muncul dan dilakukan karena ada suatu masalah yang

memerlukan jawaban atau ingin membuktikan sesuatu yang telah dialami selama

hidup atau mengetahui berbagai latar belakang terjadinya sesuatu”. Sedangkan

menurut Sigit Santoso (2011:25) “Metodologi penelitian adalah strategi umum yang

diikuti dalam pengumpulan dan analisis data dalam upaya menjawab suatu

pertanyaan”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa untuk menjawab

suatu pertanyaan dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode penelitian.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang

disebut dengan metodologi penelitian adalah suatu ilmu mengenai cara atau jalan

yang digunakan untuk menguji suatu kebenaran pada kegiatan penelitian serta

mencari solusi yang tepat untuk masalah yang diteliti dengan menerapkan prosedur-

prosedur yang tepat sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Page 43: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di

SMP N 1 SAWAHAN MADIUN, yang beralamat di Jl. Barat no 63 no.telp

(0351) 451107 Sawahan Madiun. Alasan pemilihan SMP N 1 SAWAHAN

MADIUN kelas VIII Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011 untuk

dilaksanakannya penelitian adalah:

1. Karena terdapat permasalahan kesulitan belajar yaitu rendahnya prestasi belajar

siswa kelas VIII pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris.

2. Tersedianya data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3. Sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari

kemungkinan adanya penelitian ulang.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai disetujuinya penyusunan proposal sampai

dengan selesainya penyusunan laporan dalam bentuk skripsi yaitu pada bulan April

2011 sampai dengan Januari 2012 lihat tabel di lampiran 4.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian Deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif menurut Sanapiah Faisal (2001:20) adalah Penelitian yang dimaksudkan

eksporasi dan klarifikasi menurut sesuatu kenyataan sosial dengan jalan

mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

diteliti. Sedangkan Sigit Santoso (2011:59) berpendapat bahwa “Metode penelitian

Deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

fenomena-fenomena atau situasi yang aktual atau yang ada pada saat penelitian

Page 44: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

berlangsung”. Jadi penelitian deskriptif tidak menggunakan dan tidak melakukan

pengujian hipotesis, berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan

mengembangkan perbendaharaan teori.

Penelitian Kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2000:3) dalam Bogdan dan

Taylor adalah sebagai berikut “Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati”. Metode ini lebih bersifat naturalistik yang lebih mampu

mengungkap hubungan antara peneliti dengan responden dan keduanya mempunyai

pengaruh analisis kualitatif dengan metode deskriptif.

2. Strategi Penelitian

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang,

dimana peneliti hanya mengkaji suatu masalah saja dan pengumpulan data yang lebih

terarah berdasarkan tujuan mengenai peranan seorang guru dalam mengatasi kesulitan

belajar pada anak didik. Penelitian ini memfokuskan pada masalah faktor-faktor yang

menyebabkan kesulitan belajar dan upaya guru untuk mengatasi kesulitan belajar

dalam mempelajari konsep Bahasa Inggris yang dialami siswa kelas VIII SMP N 1

Sawahan Madiun Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011.

Menurut H.B Sutopo ( 2002:42 ) “ Penelitian terpancang (embedded research)

yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel

utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitinya sebelum

peneliti ke lapangan studinya”. H.B Sutopo juga berpendapat bahwa strategi

penelitian dibedakan menjadi tiga, antara lain:

a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik dan

sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamnya sebelum

memasuki lapangan.

b. Ganda terpancang yaitu penelitian tersebut mempersyaratkan adanya sasaran

lebih dari satu yang memiliki dan perbedaan karakteristik dan sudah memilih

Page 45: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki

lapangan.

c. Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan

fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan.

C. Sumber Data

Penelitian yang bersifat kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2000:32) adalah

“Penelitian yang menggunakan data berupa kata-kata tindakan selebihnya adalah

tambahan seperti dokumen yang lain”. Artinya, sumber data dalam penelitian

kualitatif adalah manusia, tingkah laku, dokumen serta pribadi dengan cara

memasuki lapangan penelitian, hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat berhadapan

langsung dengan sumber data atau informannya. Sumber yang dapat dimanfaatkan

untuk mencari data dalam penelitian ini adalah :

1. Informan

Informan dalam penelitian kualitatif adalah seseorang yang dipandang

mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk

memberikan informasi kepada peneliti yang berupa kata-kata. Peneliti akan

memilih informan sesuai dengan judul di atas, sehingga diperoleh data yang

obyektif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah identitas responden,

kegiatan belajar mengajar di kelas, dan hambatan-hambatan yang dihadapi guru

dalam menggunakan metode mengajar serta upaya untuk mengatasi hambatan

tersebut. Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris

kelas VIII dan siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun.

2. Tempat dan Peristiwa

Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan observasi yang akan

melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi. Tempat atau lokasi yang

berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian merupakan salah satu jenis

sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti. Informasi mengenai kondisi

Page 46: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dari lokasi peristiwa atau aktifitas yang dilakukan bisa digali lewat sumber

lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya. Tempat

penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMP N 1 Sawahan Madiun.

3. Dokumen dan Arsip

Dokumen dan Arsip merupakan sumber data tambahan yang berupa catatan-

catatan tertulis. Dokumen dan Arsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data tentang jumlah siswa, nilai ujian semester genap siswa kelas VIII SMP N 1

Sawahan Madiun Tahun Ajaran 2010-2011, data jumlah guru dan karyawan SMP

N 1 Sawahan Madiun, dan arsip sejarah berdirinya SMP N 1 Sawahan Madiun.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau

memfokuskan permasalahan agar pemilihan sampel lebih mengarah pada tujuan

penelitian. Maksud penggunaan sampling dalam penelitian kualitatif adalah untuk

menjaring atau mencari informasi dari berbagai sumber dan bertujuan untuk merinci

kekhususan dari berbagai sumber data tersebut serta untuk menggali informasi yang

akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Sampel dapat diambil

dengan menggunakan teknik sampel bertujuan (Purpose Sampling). Menurut

Suharsini Arikunto (1996:127): “Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil

subyek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas

adanya tujuan tertentu”. Sampel bertujuan merupakan sampel yang diambil tidak

ditekankan pada jumlah, tetapi ditekankan pada kualitas pemahamannya kepada

masalah yang diteliti. Suharsini Arikunto (2002 : 14-15) mengemukakan bahwa

teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif ada empat, yaitu:

1. Accindental sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu

yang tidak dirancang terlebih dahulu.

2. Purposive sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu

yang dipandang dapat memberi data secara maksimal.

3. Cluster-quota sampling, yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu

sampai batas yang diinginkan terpenuhi.

Page 47: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

4. Snow ball sampling, yaitu peneliti memenuhi responden secara berantai.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan fokus

penelitian. Peneliti tidak menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti menentukan

sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang

permasalahan yang sedang diteliti. Peneliti berusaha untuk mendapatkan informasi

sebanyak mungkin yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Purpose sampling (sampel

tujuan). Pengambilan sampel tidak ditekankan pada jumlah, melainkan lebih

ditekankan pada kualitas pemahamannya kepada masalah yang diteliti. Jumlah

sampel akan berkembang (Snow Ball) yaitu dari satu informan ke informan yang lain

sampai informasi yang dibutuhkan mencukupi.

Suharsini Arikunto (2002:117) berpendapat bahwa ada 3 syarat penarikan

sampel bertujuan adalah:

1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik

tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

2. Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling

banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subyektif).

3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat dan didalam studi

pendahuluan.

E. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan : (1). Wawancara; (2). Observasi; dan

(3). Dokumen dan Arsip. Menurut Goets dan LaComte dalam Bambang Sumardjo

(2004:21) menyatakan bahwa, “Data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan

dalam dua cara yaitu: metode interaktif dan non interaktif”. Data interaktif meliputi

wawancara yang mendalam dan observasi langsung, sedangkan metode non interaktif

meliputi observasi, kuesioner dan mencatat dokumen maupun arsip. Sesuai dengan

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data

yang digunakan:

Page 48: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

1. Wawancara

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa

manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan

informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara. Menurut Lexy. J.

Moleong (2000:135), “Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan

maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu peneliti yang mengajukan

pertanyaan dan informan yang memberika jawaban”.

Dari pendapat diatas, untuk memperoleh data utama adalah melalui

wawancara kepada informan guna memperoleh data yang akurat atau relevan. Cara

yang dilakukan dalam teknik wawancara ini adalah dengan mengajukan pertanyaan

kepada informan untuk mendapat data mengenai permasalahan yang sedang diteliti.

Adapun Guba dan Lincoln dalam Lexy. J. Moleong (2000:137) berpendapat

bahwa jenis-jenis wawancara dibagi menjadi empat antara lain :

a. Wawancara oleh Tim Panel.

b. Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka.

c. Wawancara Riwayat Secara Lisan.

d. Wawancara Terstruktur dan tidak terstruktur.

Berdasarkan dari jenis-jenis wawancara di atas dapat dijelaskan antara lain

sebagai berikut :

1) Wawancara oleh Tim Panel

Wawancara oleh Tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang,

tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai.

Sedangkan wawancara panel ialah seorang pewawancara dapat saja

memperhadapkan dua orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus.

2. Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka

Wawancara tertutup merupakan wawancara yang mana pihak yang diwawancara

tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Sedangkan

wawancara terbuka adalah wawancara yang mana pihak yang diwawancarai

Page 49: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai serta mengetahui tujuan

wawancara tersebut.

3. Wawancara Riwayat secara lisan

Wawancara ini dimaksudkan untuk mengungkapkan riwayat tertentu, pada jenis

pihak yang diwawancarai bicara secara terus-menerus dan pewawancara sekali-

kali mengajukan pertanyaan.

4. Wawancara Terstruktur dan Tak Terstruktur

Wawancara terstruktur merupakan wawancara dimana pewawancara menetapka

sendiri pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan disusun dengan

ketat. Sedangkan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang

digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku. Responden biasanya

terdiri dari atas mereka yang mempunyai pengetahuan dan mendalami serta lebih

mengetahui informasi yang lebih dibutuhkan.

Dalam penelitian ini pihak peneliti sebagai pewawancara menggunakan teknik

wawancara terstruktur yang pokok-pokok pertanyaannya diatur secara terstruktur

dibuat kerangka dan garis besarnya sebelum berada di lapangan peneliti sehingga

yang diberikan lebih terarah.

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang

berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda dan rekaman gambar. Dalam hal ini

peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data yang ada di

lapangan. Observasi merupakan salah satu cara peneliti ilmiah yang paling sesuai di

bidang ilmu sosial. Dengan metode ini dapat diketahui mengenai lingkungan tempat

penelitian. Lexy. J. Moleong (2000:126) menyatakan bahwa, “Pengamatan,

memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari

pihaknya maupun dari pihak subyek”. Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan

observasi tidak berperan (non participant observation) dimana peneliti tidak menjadi

Page 50: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

bagian dari populasi sehingga hasil penelitian benar-benar objektif sesuai dengan

keadaan di lapangan.

3. Analisis Dokumentasi

Pengumpulan data dengan jalan wawancara dan observasi belum cukup untuk

mendapatkan data yang diperlukan. Untuk itu peneliti juga menggunakan teknik

dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersumber dari

arsip dan dokumen yang ada. Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penyelidikan. Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan

gambaran bagaimana sebuah penelitian kualitatif deskriptif dilakukan. Data yang

dihasilkan dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.

F. Validitas Data

Menurut Lexy J. Moleong (2000:178) : “ Triangulasi adalah Teknik

pemeriksaan keabsahan data yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Denzin dalam Lexy J. Moleong (2000:178) membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyelidikan dan teori antara lain :

1. Tri angulasi dengan Sumber

Triangulasi ini berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

metode kualitatif.

Page 51: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Triangulasi dengan Metode

Triangulasi terdapat dua strategi yaitu pertama adalah pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan

yang kedua adalah pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

3. Triangulasi dengan Penyidik

Triangulasi ini dengan jalan memanfaatkan peneliti lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

4. Triangulasi dengan Teori

Triangulasi ini berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa

derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori tetapi hal itu dapat

dilaksanakan dalam hal dinamakan penjelasan banding.

Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.

Triangulasi sumber digunakan untuk pengumpulan data sejenis dengan

menggunakan sumber data yang berbeda, yaitu siswa dan guru.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong (2004:103) menyatakan bahawa, “Analisis data

adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data”.

Langkah-langkah dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

mengikuti teknik analisis interaktif. Mathew dan A. Michel huberman (1992:16)

menyatakan bahwa, “Teknik analisis data mengalir terdiri dari tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

atau verifikasi. “Jadi antara reduksi data penyajian dan penarikan kesimpulan atau

Page 52: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

verifikasi dilakukan sebelum, selama, dan sesudah mengumpulkan data dalam bentuk

yang sejajar untuk membangun suatu analisis yang tangguh.

Selanjutnya peneliti bergerak diantara kegiatan reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan. Adapun kegiatannya sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan data yang mencakup

proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang di

dapat di lapangan (tempat penelitian). Reduksi data seringkali tampak pada saat

sebelum peneliti memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian,

permasalahan penelitian, dan pengumpulan data yang dipilihnya. Tahap ini

berlangsung secara terus sampai laporan akhir lengkap tersusun. Sebagaian dari

hasil analisis, maka proses menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang tidak perlu dan mengorganisasikan data merupakan hal yang sangat

penting dilakukan. Sehingga akan mempermudah dalam menarik dan

menverifikasikan kesimpulan akhir.

b. Penyajian Data

Penyajian Data adalah sekumpulan informasi yang tersusun memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan

penyajian ini dapat membantu peneliti dalam memahami apa yang sedang terjadi

dan apa yang seharusnya dilakukan. Penyajian informasi ini dapat berbentuk

matriks, grafik, jaringan dan bagian yang tersusun secara terpadu sehingga

memudahkan peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya yang harus

dilakukan. Kegiatan penyajian data disamping sebagai kegiatan analisis juga

merupakan kegiatan reduksi data.

c. Penarikan kesimpulan atau Verifikasi

Pada dasarnya kesimpulan awal sudah dapat ditarik kesimpulan pada saat

matriks, tetapi hal itu belum begitu jelas. Dalam hal ini dapat menggiring pada

pengambilan keputusan untuk menentukan langkah-langkah berikutnya yang

harus dilakukan. Sedangkan kesimpulan akhir merupakan keadaan dari yang

Page 53: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang telah memiliki

landasan yang kuat dari proses analisis terhadap gejala yang ada. Dari beberapa

permasalahan didiskusikan dengan berbagai pihak yang relevan yang akhirnya

terjadi sebuah kesimpulan, dengan maksud apabila ada data baru kemudian akan

merubah kesimpulan sementara segera melakukan perbaikan melalui data yang

diperoleh selanjutnya. Hal ini dilaksanakan sampai seluruh data dikumpulkan.

Ketiga komponen tersebut berjalan bersama pada waktu kegiatan

pengumpulan data. Setelah memperoleh data, reduksi data segera dibuat dan

diteruskan dengan penyusunan sajian data. Dari sajian data tersebut dapat berjalan

dipergunakan untuk menyusun kesimpulan sementara yang perlu diubah. Dengan

demikian setiap kesimpulan yang salah dapat dibenarkan atau diperbaiki melalui data

yang diperoleh selanjutnya. Demikian seterusnya perjalanan data dan analisis berjalan

sampai seluruh data selesai dikumpulkan.

Untuk lebih jelasnya, dapat disajikan dalam bentuk bagan model analisis

interaktif mengalir sebagai berikut :

Bagan 2. Skema Model Analisis Data Interaktif (HB Sutopo, 2002:96)

Pengumpulan

data

Sajian

data

Penarikan

simpulan/verifikasi

Reduksi

data

Page 54: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang harus

ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Dalam hal ini merupakan tahap akhir

didalam proses penelitian. Laporan penulisan ditulis dengan bentuk skripsi dan dalam

kaedah-kaedah yang benar, setelah data yang diperoleh itu diolah dan dianalisa. Hal

ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan dengan teratur sehingga hasil

penelitian dapat dipertanggungjawabkan dan hasil penelitian ini nantinya juga

diharapkan bermanfaat dan juga memiliki wawasan yang luas bagi penulisan sendiri

dan masyarakat luas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa langkah atau prosedur,

antara lain sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan mulai dari penyusunan rancangan penelitian, memilih

laporan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan,

memilih dan memanfaatkan informasi serta menyiapkan perlengkapan

penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan sering disebut tahap lapangan. Peneliti menggali data dari

sumber data yang relevan dengan tujuan penelitian.

c. Tahap Analisis Data

Tahap Analisis Data merupakan usaha untuk menemukan tema yang relevan

dengan masalah penelitian.

d. Tahap Penulisan Laporan

Dalam tahap ini, peneliti menyusun dan menulis laporan setelah menganalisis

data.

e. Tahap Perbanyakan Laporan

Setelah menyusun dan menulis laporan, kemudian peneliti menggandakan atau

memperbanyak laporan.

Page 55: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Untuk lebih jelasnya, dapat disajikan dalam bentuk bagan prosedur penelitian

sebagai berikut :

Bagan 3. Prosedur Penelitian

Sumber : Mathew B.Milles & A. Michael Huberman dalam H.B. Sutopo(2002:94)

Proposal

Penarikan

kesimpulan

Penulisan

Laporan

Persiapan

Pelaksanaan

Pengumpulan

Data dan

Analisis

Analisis

Akhir

Perbanyak

Laporan

Page 56: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi lokasi penelitian merupakan tempat dimana data diperoleh. Aspek-

aspek yang merupakan bagian dari deskripsi lokasi penelitian dapat diuraikan sebagai

berikut: 1). Sejarah singkat SMP Negeri 1 Sawahan Madiun, 2). Visi, Misi dan

Tujuan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun, 3). Struktur Organisasi SMP Negeri 1

Sawahan Madiun, 4). Keadaan Tenaga pengajar, 5). Rencana Strategis. Dari rincian

aspek-aspek tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

Kebutuhan akan pendidikan tingkat menengah negeri pada masyarakat

Kecamatan Jiwan pada tahun 1984 yang memiliki jumlah penduduk yang cukup

banyak akhirnya terpenuhi dengan berdirinya sebuah sekolah Menengah Pertama

Negeri Sawahan. Dengan adanya keputusan Menteri Dinas Pendidikan Dan

Kebudayaan Republik Indonesia nomor 291/O/1984, tanggal 16 Juni 1984 tentang

pembukaan dan penegerian sekolah tahun pelajaran 1984-1985 di Provinsi Jawa

Timur, maka berdirilah SMP Negeri 1 Sawahan Madiun di wilayah Kecamatan

Sawahan. Pada awal berdirinya SMP Negeri 1 Sawahan Madiun masih bertempat di

SDN Pucangrejo yang pada saat itu Drs. Tamin menjabat sebagai Kepala Sekolah.

Pada waktu itu karena gedungnya belum jadi maka proses belajar mengajar masih

menumpang di SDN Pucangrejo berjalan selama tiga bulan, dan masuknya sore.

Walaupun kondisinya seperti itu ternyata antusiasme masyarakat cukup tinggi

terbukti pada awal pendirian telah mendapatkan tiga kelas sekaligus, menariknya lagi

ternyata bukan masyarakat Sawahan saja yang berkeinginan menyekolahkan anaknya

ke SMP Nergeri 1 Sawahan tetapi juga masyarakat dari Kecamatan lain bahkan dari

Page 57: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Kabupaten lain, hal ini dikarenakan letak SMP Negeri 1 Sawahan Madiun berdekatan

dengan perbatasan kabupaten lain.

Setelah kondisi itu dijalani selama tiga bulan barulah tahun pelajaran

1984/1985 pemerintah Kabupaten Madiun mendirikan bangunan SMP Negeri 1

Sawahan Madiun di tanah kas Desa Pucangrejo, dengan kelengkapan 5 ruang kelas, 1

ruang guru, 1 uang perpustakaan, 1 ruang kantor TU, 1 ruang kantor BP, 1 ruang

kantor Kepala Sekolah dan 1 ruangan Laboratorium yang digunakan untuk

laboratorium fisika dan biologi. Kemudian tanggal 28 Oktober 1984 gedung

sekolahan sudah jadi dan akhirnya pindah ke gedung yang baru sehingga tanggal

tersebut ditetapkan sebagai hari Ulang Tahun SMP Negeri 1 Sawahan Madiun. Tahun

1984-1985 itu pula SMP Negeri 1 Sawahan Madiun memiliki struktur organisasi

sekolah yang mandiri dengan kepala sekolah pertama adalah Drs.Tamin serta dengan

guru 9 orang, dengan manajemen yang profesional. Sekolah yang awalnya kecil dari

hari kehari semakin berkembang serta tujuan menciptakan sebuah sekolah yang

disiplin dan pengajaran yang berkualitas maka SMP Negeri1 Sawahan Madiun cepat

dikenal oleh masyarakat. Efek positifnya jumlah peminat semakin bertambah

sehingga dari tahun ke tahun jumlah ruang berkembang dan siswanya pun semakin

bertambah.

Dari tahun ke tahun dengan pergantian Kepala Sekolah tepatnya Oktober

2007 yang menjabat sebagai Kepala Sekolah yaitu Drs. Kasdi terjadi perkembangan

dengan pembukuan kelas unggulan pada 2009 sampai sekarang Kepala Sekolah yang

masih dijabat oleh Sukarno S.pd SMP Negeri 1 Sawahan Madiun menjadi sekolah

favorit karena keunggulan para siswa-siswanya. Berikut daftar nama-nama yang

pernah menjabat sebagai kepala Sekolah di SMP N 1 Sawahan Madiun :

Page 58: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tabel 3. Daftar Nama Kepala Sekolah SMP N 1 Sawahan Madiun

No Nama Masa jabatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Drs. Tamin

Drs. Ramelan

Drs. Slamet E

Drs. Indarto

Drs. Mochtingudin

Dra. Agnesri

Drs. Sumartaja

Drs. H M. Walham

Des. Karmadi

Drs. Kasdi

1984-1990

1990-1994

1994-1996

1996-1998

1998-2000

2000-2002

2002-3005

2005-2007

Selama 5 bulan

Tahun 2009 hingga sekarang

Sumber : Dokumen Sekolah Tahun Pelajaran 2001

2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

bertumpu pada visi, misi dan tujuan pendidikan, yaitu:

a. Visi : Unggul dalam prestasi, luhur pada budi pekerti dan berketrampilan

tinggi.

Diharapkan dengan visi tersebut, warga sekolah mempunyai gambaran atau

idealism secara utuh tentang keberadaan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun di

masa mendatang. Secara sederhana visi sekolah adalah profil sekolah yang

diinginkan di masa depan oleh yang bersangkutan agar sekolah tersebut

semakin berkualitas.

b. Misi : Misi merupakan penjabaran dari visi dalam bentuk rumusan tugas,

kewajiban dan rancangan tindakan untuk mewujudkan visi tersebut. Dengan

demikian misi dapat dikatakan bentuk pelayanan untuk memenuhi tuntutan

yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikator.

Adapun misi SMP Negeri 1 Sawahan Madiun adalah sebagai berikut:

Page 59: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

1) Melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal.

2) Menumbuhkankembangkan penghayatan dan pengalaman terhadap agama

yang dianut untuk membentuk budi pekerti yang luhur.

3) Melestarikan dan mengembangkan olahraga, seni dan budaya.

4) Menciptakan suasana yang kondusif untuk mengaktifkan seluruh kegiatan

belajar.

5) Menyiapkan peserta didik yang mandiri dan berdaya saing tinggi dalam

menghadapi kehidupan di masyarakat.

c. Tujuan Pendidikan

1. Tujuan Umum

Sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen dan UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan ilmu pengetahuan pada siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk

mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

teknologi dan kesenian.

b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya

dan alam sekitarnya.

c. Meningkatkan minat baca siswa da pencapaian tingkat ketuntasan

belajar serta daya serap.

d. Meningkatkan ketrampilan sesuai dengan potensi dan minat yang

dimiliki oleh siswa.

3. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

Setiap instansi baik pemerintah maupun swasta merupakan suatu organisasi

formal yang perlu ditetapkan sebuah struktur organisasi. Struktur organisasi adalah

kerangka yang menunjukkan segenap tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan

Page 60: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

organisasi, antara fungsi tersebut, serta wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap

anggota organisasi yang memikul tiap-tiap tugas pekerjaan.

Struktur organisasai yang sehat dan efisisen dapat menjamin pelaksanaan

kerja dan wewenang setiap satuan organisasi dengan tertib serta memungkinkan

tercapainya perbandingan antara usaha dan hasil kerja dan hanya dengan

pengorganisasian suatu struktur organisasi dapat terwujud. Pengorganisasian adalah

serangkaian proses kegiatan penetapan dan pembagian pekerjaan yang dilaksanakan,

pembatasan tugas dan tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan

antar unsur-unsur organisasi sehingga memungkinkan orang dapat bekerja secara

efisien dalam usaha pencapaian tujuan. Adapun struktur organisasi SMP N 1

Sawahan terdapat dalam lampiran 3.

Berikut ini adalah pembagian tugas yang perlu dijabarkan sebagai penjelasan

dari adanya struktur organisasi, hal ini dimaksudkan untuk memperlancar alur kerja

masing-masing unsur yang ada di SMP N 1 Sawahan Madiun. Adapun pembagiannya

mengacu pada pedoman ketentuan pokok yayasan, yaitu:

a. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator manajer,

administrator dan supervisor.

1) Kepala Sekolah sebagai edukator

Kepala Sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar

mengajar secara efektif dan efisen.

2) Kepala Sekolah selaku manajer mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun perencanaan.

b. Mengorganisasikan kegiatan.

c. Mengarahkan kegiatan.

d. Melaksanakan pengawasan.

e. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan.

f. Menentukan kebijakan

g. Mengadakan rapat.

Page 61: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

h. Mengambil keputusan.

i. Mengatur proses belajar mengajar.

3) Kepala sekolah selaku Administrator bertugas menyelenggarakan

administrasi :

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Pengarahan

d. Pengawasan

e. Pengkoordinasian

f. Kurikulum

g. Kesiswaan

h. Ketatausahaan

i. Ketenagaan

j. Keuangan

k. Keperpustakaan

l. Laboratorium

m. Ruang Ketrampilan Kesenian

n. Bimbingan Konseling

o. Media

p. Gudang

4) Kepala Sekolah sebagai supervisor bertugas menyelenggarakan supervise

mengenai:

a. Proses belajar mengajar.

b. Kegiatan ekstrakurikuler.

c. Kegiatan ketatausahaan.

d. Sarana dan prasarana.

e. Kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).

Page 62: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

b. Wakil Kepala Sekolah

Wakil Kepala Sekolah pada SMP Negeri 1Sawahan Madiun ada 1 orang

wakil Kepala Sekolah yaitu Eka Suprija Utama S.pd yang bertugas membantu

kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1) Menyusun program perencanaan.

2) Membuat program kegiatan dan pelaksanaanya.

3) Pelaksanaan pengorganisasian.

4) Pelaksanaan pengarahan.

5) Pengkoordinasian.

6) Pengawasan.

7) Pengumpulan data.

8) Penyusunan laporan.

c. BP (Bimbingan Konseling)

Bimbingan dan Konseling membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling koordinasi

dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.

2) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi

dalam kegiatan belajar.

3) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan kepada siswa agar lebih

berprestasi dalam kegiatan belajar.

4) Menyusun statistik analisis hasil evaluasi.

5) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan

konseling.

Page 63: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

d. Tata Usaha

Kepala Tata Usaha merupakan tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

1) Penyusunan program kerja Tata Usaha sekolah.

2) Pengelolaan keuangan sekolah.

3) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa.

4) Pembinaan dan pengembangan karir Tata Usaha.

5) Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.

6) Penyusunan laporan keuangan pelaksanaan kegiatan pengurusan

ketatausahaan secara berkala.

e. Urusan Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana-rencana pengeluaran isi dan

bahan mengajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dengan demikian kurikulum dalam

pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dan berfungsi untuk

mewujudkan tujuan pendidikan.kurikulum yang digunakan SMP Negeri 1

Sawahan Madiun sejak tahun 2008/2009 adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

Urusan Kurikulum mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.

2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

3) Mengatur kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler.

4) Mengatur pelaksanaan program penilaian criteria kenaikan kelas.

5) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran.

Page 64: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

f. Urusan Sarana dan Prasarana

Urusan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang proses

belajar mengajar.

2) Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana.

3) Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian.

4) Mengatur pembukuannya.

g. Urusan Kesiswaan

Urusan Kesiswaan mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

2) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra

Sekolah).

3) Mengatur program pesantren kilat.

4) Menyelenggarakan cerdas cermat, olahraga prestasi dan lain-lain.

5) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa.

h. Urusan Hubungan Masyarakat

Urusan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah dan

peran komite sekolah.

2) Menyelenggarakan bakti sosial.

3) Menyelenggarakan pemeran hasil pendidikan di sekolah.

4) Menyusun laporan.

i. Wali Kelas

Wali kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

1) Pengelolaan kelas.

Page 65: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2) Penyelenggaraan administrasi kelas.

3) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa.

4) Pembuatan catatan khusus tentang siswa.

5) Pengisian dan pembagian buku laporan Penilaian Hasil Belajar.

6) Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugas kelas.

j. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah

yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.

3) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi

dalam kegiatan belajar.

4) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.

5) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling.

6) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan

konseling.

7) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

k. Guru

Guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai tugas

melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Tugas dan tanggung jawab guru meliputi:

1) Membuat program pengajaran.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

3) Membuat satuan pelajaran.

4) Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi

tanggung jawabnya.

Page 66: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

5) Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.

6) Membuat dan menyusun lembar kerja untuk mata pelajaran yang

memerlukan lembar kerja.

7) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing.

8) Mengatur kebersihan ruang tempat praktek, mengembalikan alat

pinjaman, pemeliharaan dan keamanan sarana praktek.

9) Mengadakan pemeriksaan, pemeliharaan dan keamanan, kebersihan

masing-masing dan alat-alat praktek lainnya pada setiap akhir pelajaran.

l. Pustakawan Sekolah

Pustakawan Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam hal sebagai berikut:

1) Perencanaan pengadaan buku-buku/bahan pustaka/media elektronika.

2) Pengurusan pelayanan perpustakaan.

3) Perencanaan pengembangan perpustakaan.

4) Pemeliharaan dan perbaikan buku-buku/bahan pustaka/media elektronika.

5) Penyimpanan buku-buku perpustakaan/media elektronika.

6) Menyusun tata tertib perpustakaan.

7) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.

m. Laboran

Laboran membantu tugas Kepala Sekolah dalam hal berikut :

1) Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium.

2) Menyusun jadwal dan tata tertib pengguna laboratorium.

3) Mengatur penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium.

4) Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium.

5) Inventarisasi dan pengadministrasian peminjam alat-alat laboratorium.

6) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.

Page 67: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

4. Keadaan Tenaga Pengajar, Karyawan, dan siswa SMP Negeri 1 Sawahan

Madiun

Proses belajar mengajar di SMP Negeri 1 Sawahan Madiun didukung oleh

beberapa komponen yang saling terkait. Komponen tersebut diantaranya adalah Guru,

Siswa, dan Karyawan yang ada di SMP Negeri 1 Sawahan Madiun. Guru sebagai

pihak yang bertugas menyampaikan materi serta mengelola kelas sehingga proses

belajar mengajar dapat terlaksana, di samping itu juga didukung dengan fasilitas

belajar yang lengkap akan mewujudkan keberhasilan proses belajar siswa yaitu anak

didik yang membutuhkan motivasi yang tinggi sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

Jumlah guru dan karyawan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun ada 50 orang yang terdiri

dari 40 guru, 10 dan jumlah siswa pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah 479 siswa.

1. Tenaga Kependidikan SMP N 1 Sawahan Madiun

SMP N 1 Sawahan Madiun mempunyai tenaga kependidikan yang dapat

mendukung proses belajar mengajar dikelas menjadi lancar. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Daftar Tenaga Kependidikan SMP N 1 Sawahan Madiun

Nama Status Jumlah

Tetap Tidak tetap

Guru

Karyawan

37

7

3

3

40

10

Total 44 6 50

Sumber : Dokumen Sekolah Tahun Pelajaran 2011

Sekolah ini pada tahun ajaran 2010-2011 memiliki guru yang berjumlah 40

orang yang terdiri dari 37 orang guru tetap dan 3 orang guru tidak tetap. Keadaan

guru di sekolah ini sering berganti-ganti karena tenaga guru tidak tetap yang

mengikuti tes calon PNS yang kemudian lulus dan ditempatkan di daerah lain.

Page 68: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Karyawan yang bekerja di sekolah ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 7 tanaga

tetap dan 3 tenaga yang tidak tetap.

2. Keadaan siswa SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

SMP N 1 Sawahan Madiun mempunyai siswa yang mempunyai input dan

kualitas yang sangat bagus serta jumlah siswa yang cukup banyak. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Daftar jumlah siswa SMP Negeri 1 Sawahan Madiun adalah sebagai

berikut:

NO KELAS KODE

PARALEL

JUMLAH SISWA

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1

2.

3.

IX

VIII

VII

A

B

C D

E

F G

A

B C

D

E

F A

B

C D

E

F G

14

11

12 12

10

14 15

13

18 14

15

13

13 14

12

14 12

12

12 12

10

13

12 12

10

6 6

13

10 12

11

13

13 12

12

10 12

12

12 13

TOTAL 243 242

Sumber : Dokumen sekolah Tahun Pelajaran 2011

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2010-2011 adalah 485 siswa dengan siswa

perempuan 243 dan siswa laki-laki 242. Keadaan ini mengalami penurunan dari tahun

ke tahun karena semakin ketatnya penerimaan sisa yang dilakukan sekolah ini agar

Page 69: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

mendapatkan siswa yang berkualitas selain itu juga adanya penurunan jumlah calon

siswa yang ingin masuk ke sekolah ini dan adanya peluang yang baik untuk dapat

masuk ke sekolah negeri.

3. Fasilitas Sekolah SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

SMP N 1 Sawahan Madiun mempunyai fasilitas yang sudah cukup memadai

sehingga dalam proses belajar berjalan dengan lancar. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Fasilitas Sekolah SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

Sumber : Laporan sekolah Tahun Pelajaran 2011

NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

Ruang Kelas

Ruang Konseling dan Konseling

Ruang Kepala Sekolah 1 ruang.

Ruang Guru

Ruang Staf

Ruang Komputer

Ruang UKS

Ruang Perpustakaan

Ruang Laboratorium

Ruang koperasi

Masjid.

Gudang.

Tempat parkir guru.

Tempat parkir siswa.

Kantin.

Lapangan sepak bola.

21

1

1

1

1

1

1

1

6

1

1

1

1

1

2

1

Page 70: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Bangunan gedung SMP Negeri 1 Sawahan Madiun sudah memenuhi

persyaratan bangunan yang sehat. Sarana dan Prasarana yang disediakan sekolah

yang dapat mendukung proses belajar mengajar diupayakan selengkap mungkin, hal

ini karena dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah ini.

Sarana dan Prasaran tersebut selain dapat digunakan secara optimal oleh pihak guru,

siswa dan karyawan diharapkan pula pihak-pihak tersebut ikut menjaga dan merawat

sarana dan prasarana tersebut sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan

datang. Cara merawat sarana dan prasarana tersebut dengan menjaga kebersihan dan

kerapiannya.

5. Rencana Strategis

Pada tahun ajaran 2011 SMP Negeri 1 Sawahan Madiun menetapkan sasaran

yang harus dicapai sebagai berikut:

1) Sasaran jangka pendek

a. Siswa dapat mandiri dalam arti mampu mengembangkan potensi yang

dimiliki dengan kemampuan yang ada dengan tidak meninggalkan kodrat

sebagai makhluk sosial.

b. Siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

mengadapi tantangan hidup yang semakin kompleks.

c. Siswa lulusan SMP Negeri 1 Sawahan dapat mengikuti dan beradaptasi serta

bisa berprestasi disekolah dan atau jenjang sekolah yang lebih tinggi dan juga

dimasyarakat.

d. Siswa lulusan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun unggul dalam moralitas dan

intelektualitas.

2) Sasaran jangka panjang

a. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun

untuk mendorong mengoptimalkan potensi, bakat, dan minat siswa.

b. Peningkatan proses kegiatan belajar mengajar dengan sarana dan prasarana

yang ada.

Page 71: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

c. Peningkatan profesionalisme tenaga pengajar atau guru yang ada di SMP

Negeri 1 Sawahan Madiun.

d. Peningkatan jumlah siswa yang menjalankan syariat agama sebesar tiga puluh

persen.

e. Penurunan pelanggaran ketertiban sebesar 251 kasus setiap tahun.

f. Meningkatkan minat baca dan rata-rata tingkat ketuntasan daya serap melalui

tolok ukur NEM atau hasil ujian akhir sebesar 0,26.

g. Memiliki tim olahraga, seni dan budaya yang handal dan berprestasi pada

tingkat kabupaten.

h. Meningkatkan ketrampilan siswa khususnya mereka yang diperkirakan tidak

dapat melanjutkan pendidikannya.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Ketidakberhasilan atau kegagalan siswa dalam proses belajar mengajar siswa

dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Penelitian ini melakukan analisis tentang

kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII SMP N 1

Sawahan Madiun, sehingga terperinci permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam mempelajari mata

pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII SMP Negeri 1 Sawahan Madiun.

Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa yaitu faktor intern dan ekstern.

Faktor intern terdiri dari aspek kognitif, yaitu: keterampilan menghafal,

penguasaan materi, dan kebiasaan belajar yang salah. Aspek afektif, yaitu: rasa

aman dalam belajar, penyesuaian terhadap lingkungan, minat terhadap tugas

sekolah, pusat perhatian dalam belajar, menghindari tanggung jawab, malas

dalam belajar, dan sering bolos. Sedangkan faktor psikomotor, yaitu:

terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran,sedangkan faktor

ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Page 72: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

a. Faktor intern terdiri dari :

1. Kognitif

Kognitif (ranah cipta) antara lain kemampuan siswa dalam

menguasai ketrampilan menghafal, kurang menguasai materi dan

memiliki kebiasaan belajar yang salah. Untuk kemampuan siswa

dalam ketrampilan menghafal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Kemampuan siswa dalam ketrampilan menghafal materi.

NO Kemampuan

Menghafal

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

3.

Menguasai

Kurang

Tidak menguasai

2

22

4

7,14

78,57

14,95

0

2

3

0

15

2

2

2

2

0,00

7,14

10,71

0,00

53,57

7,14

7,14

7,14

7,14

Jumlah 28 100 5 17 6 17,85 60,71 21,42

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagaian besar siswa

menguasai ketrampilan menghafal yaitu sebanyak 2 siswa, yang

kurang menguasai ketrampilan menghafal sebanyak 22 siswa dan

yang tidak menguasai ketrampilan menghafal sebanyak 4 siswa.

Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa menguasai

ketrampilan menghafal untuk prestasi belajar siswa yang menguasai

menghafal materi kebanyakan mendapat nilai >8 yaitu sebanysk 0

siswa, sedangkan siswa yang kurang menguasai menghafal materi

yang mendapat nilai >8 yaitu 2 siswa. Jadi untuk penguasaan

ketrampilan menghafal merupakan faktor yang menyebabkan siswa

mengalami kesulitan dalam belajar karena siswa yang kurang

menguasai ketrampilan menghafal yang mendapatkan nilai >8 2

siswa sedangkan yang menguasai ketrampilan menghafal 2 siswa

seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut

Page 73: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

informan no 2,6-10,12-18,20-25,28, pada tanggal 22 Juli 2011 pukul

09.50 menyatakan bahwa :

“Penguasaan ketrampilan menghafal saya hanya setengah-setengah

saja karena sering bercanda dikelas ”.

Untuk kemampuan siswa dalam penguasaan memahami materi

Bahasa Inggris dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Kemampuan siswa dalam penguasaan memahami materi

Bahasa Inggris.

NO Penguasaan

memahami

materi

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1. 2.

3.

Menguasai Kurang

Tidak

menguasai

3 20

5

10,71 71,42

17,85

5 5

0

0 7

7

2 0

2

17,85 17,85

0,00

0,00 25,00

25,00

7,14 0,00

7,14

Jumlah 28 100 10 14 4 35,70 50,00 14,28

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagaian besar siswa

penguasaan memahami materi Bahasa Inggris yaitu sebanyak 3

siswa, yang kurang dalam penguasaan memahami materi sebanyak

5 siswa. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa yang

menguasai pemahaman materi Bahasa Inggris untuk prestasi belajar

siswa kebanyakan mendapat nilai >8 yaitu sebanysk 2 siswa,

sedangkan siswa yang kurang menguasai pemahaman materi yang

mendapat nilai >8 yaitu 0 siswa. Jadi untuk penguasaan memahami

materi merupakan faktor yang menyebabkan siswa mengalami

kesulitan dalam belajar karena siswa yang kurang menguasai

pemahaman materi yang mendapatkan nilai >8 2 siswa sedangkan

yang menguasai pemahaman materi 2 siswa seperti data rekapan

nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 1,5,6-

Page 74: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

10,13,15,17 pada tanggal 25 Juli 2011 pukul 08.30 menyatakan

bahwa :

“Kemampuan saya dalam memahami materi kurang begitu

menguasai karena kurang konsentrasi didalam kelas”.

Untuk kebiasaan belajar siswa yang salah dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 9. kebiasaan belajar siswa yang salah

NO Kebiasaan

belajar

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Salah

Benar

18

10

64,28

35,71

2

0

5

14

3

14

7,14

35,71

17,85

50,00

10,71

40,00

Jumlah 28 100 2 19 17 42,85 67,85 40,71

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagaian besar siswa

memiliki kebiasaan belajar yang benar yaitu sebanyak 10 siswa dan

yang memiliki kebiasaan belajar salah sebanyak 18 siswa. Jadi

dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki kebiasaan belajar yang

benar. Untuk prestasi belajar siswa yang memiliki kebiasaan belajar

salah mendapat nilai 7-8 yaitu sebanyak 5 siswa dan siswa yang

memiliki kebiasaan belajar benar mendapat nilai 7-8 yaitu 14 siswa.

Jadi untuk kebiasaan belajar siswa merupakan faktor yang

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar karena

siswa yang kebiasaan belajarnya salah akan mempengaruhi prestasi

belajarnya seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari

guru. Berikut informan no 1-2,5-10,12-14,23,25-26,28,30 pada

tanggal 28 Juli 2011 pukul 10.30 menyatakan bahwa :

“ Kebiasaan belajar saya salah karena terkadang saya belajar tidak pada tempatnya jadi kurang konsentrasi”.

Page 75: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Untuk faktor kognitif yag berupa ketrampilan menghafal,

penguasaan materi dan kebiasaan belajar yang salah menjadi faktor

yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

2. Afektif

Kesulitan belajar siswa yang bersifat efektif (ranah rasa) yaitu

terdapatnya rasa tidak aman, penyesuaian terhadap lingkungan,

kurang minatnya terhadap tugas sekolah, kurang memusatkan

perhatian, menghindari taggung jawab, malas belajar, dan sering

bolos. Untuk indikator rasa aman dalam belajar dapat lihat pada tabel

10 berikut ini :

Tabel 10. Indikator Rasa aman dalam belajar

NO Rasa

aman

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1. 2.

Aman Tidak

aman

26 2

92,85 7,14

0 0

7 5

3 11

0 0

25,00 17,85

10,71 39,28

Jumlah 28 100 0 12 14 0 42,85 49,99

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 26 siswa

menyatakan perasaan ketika belajar adalah aman dan sebanyak 2

siswa menyatakan perasaan ketika belajar adalah tidak aman. Dapat

disimpulkan bahwa siswa merasa aman ketika belajar. Untuk

prestasi belajar siswa yang merasa tidak aman ketika sedang belajar

sebagian besar mendapatkan nilai 7-8 hanya 5 siswa, siswa yang

merasa aman mendapatkan nilai 7-8 hanya 7 siswa. Jadi dapat

disimpulkan bahwa rasa aman ketika sedang belajar tidak menjadi

faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar seperti data

rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan

Page 76: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

no 1-10,11,12,16-20,25,27,28 pada tanggal 02 Agustus 2011 pukul

10.30 menyatakan bahwa :

“ Rasa aman dalam belajar bagi saya aman-aman saja jadi tidak ada

masalah dalam belajar”.

Untuk penyesuaian terhadap lingkungan dapat dilihat pada tabel 10

berikut:

Tabel 11. Indikator Penyesuaian terhadap lingkungan NO Kesulitan

beradaptasi

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Ada

Tidak ada

4

24

14,28

85,71

1

1

5

9

1

11

3,57

3,57

17,85

32,14

17,85

39,28

Jumlah 28 100,00 2 14 12 7,14 49,99 57,13

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang mengalami

kesulitan beradaptasi sebanyak 4 siswa dan yang tidak mengalami

kesulitan beradaptasi sebanyak 24 siswa. Jadi untuk penyesuaian

terhadap lingkungan dapat disimpulkan bahwa siswa tidak

mengalami kesulitan dalam menyesuaikan terhadap lingkungan.

Untuk prestasi belajar siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan lingkungan bisa mendapat nilai >8 dengan jumlah 11

siswa, sedangkan siswa yang mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan lingkungan yang mendapatkan nilai >8 hanya 1

siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyesuaian terhadap

lingkungan merupakan faktor yang menyebabkan siswa kesulitan

dalam belajar karena siswa yang mendapat nilai >8 11 siswa seperti

data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut

informan no 1-5,8-10,12,14,16-20,22-28 pada tanggal 05 Agustus

2011 pukul 08.00 menyatakan bahwa :

Page 77: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

“Dalam penyesuaian diri dengan lingkungan saya tidak merasa

kesulitan karena sangat mudah menurut saya untuk beradaptasi ”.

Untuk indikator minat terhadap tugas sekolah dapat dilihat pada

tabel 12 berikut:

Tabel 12. Indikator Minat terhadap tugas sekolah

NO Minat siswa Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

3.

Minat

Tidak minat

Biasa saja

18

8

2

64,28

28,57

7,14

0

2

0

10

3

3

3

2

5

0,00

7,14

0,00

35,71

10,71

10,71

10,71

7,14

17,85

Jumlah 28 100 2 16 10 7,14 57,13 35,70

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa siswa yang minat terhadap tugas

sekolah adalah 18 siswa, siswa yang tidak minat sebanyak 8 siswa

dan siswa yang biasa saja terhadap tugas sekolah sebanyak 2 siswa.

Siswa yang minat terhadap tugas sekolah mendapat nilai 7-8

sebanyak 10 siswa. Jadi untuk minat terhadap tugas sekolah dapat

disimpulkan bahwa minat siswa terhadap tugas sekolah menjadi

penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat

dilihat pada prestasi belajar siswa, siswa yang tidak minat terhadap

tugas sekolah yang mendapatkan nilai 7-8 hanya 3 siswa sedangkan

siswa yang minat terhadap tugas sekolah yang mendapat nialai 7-8

sebanyak 10 siswa seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti

dari guru. Berikut informan no 1,5,10,20,21,22-24 pada tanggal 08

Agustus 2011 pukul 08.00 menyatakan bahwa :

“Minat belajar saya kurang karena merasa mudah bosen dalam

belajar bahasa inggris selain itu guru juga gitu-gitu saja dan jarang

dikoreksi”.

Page 78: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Untuk pusat perhatian dalam belajar dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 13. Indikator Pusat perhatian dalam belajar

NO Konsentrasi

siswa

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Konsentrasi

Tidak

22

6

78,57

21,42

0

0

12

5

6

5

0,00

0,00

42,85

17,85

21,42

17,85

Jumlah 28 100,00 0 17 11 0,00 60,70 39,27

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang konsentrasi

dalam belajar secara penuh sebanyak 22 siswa, yang tidak

konsentrasi sebanyak 6 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar siswa dapat memusatkan perhatian dalam belajar

secara penuh. Untuk prestasi belajar, sebagian besar siswa

mendapatkan nilai 7-8 yaitu 12 siswa yang dapat memusatkan

perhatian dalam belajar secara penuh konsentrasi. Jadi dapat

disimpulkan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik

siswa harus bisa berkonsentrasi atau memusatkan perhatian ketika

belajar. Hal ini dapat dilihat pada siswa yang kurang berkonsentrasi

yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 6 siswa. Jadi untuk siswa

yang kurang memusatkan perhatian dalam belajar menyebabkan

siswa mengalami kesulitan dalam belajar siswa seperti data rekapan

nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no

2,5,10,14,17-18 pada tanggal 10 Agustus 2011 pukul 09.00

menyatakan bahwa :

“Iya, Karena dalam belajar saya tidak bisa konsentrasi dan

saya sering merasa bosen dengan pelajaran Bahasa Inggris”.

Page 79: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Untuk siswa yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas

sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Indikator Menghindari tanggung jawab

NO Menghindari

tanggung

jawab

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1. 2.

Pernah Tidak pernah

6 22

21,42 78,57

0 0

12 5

9 2

0 0

42,85 17,85

32,14 7,14

Jumlah 28 100 0 17 11 0 60,70 39,28

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa yang

pernah menghindari tanggung jawab adalah 6 siswa, sedangkan

yang tidak pernah menghindari tanggung jawab sebanyak 22 siswa.

Untuk prestasi belajar siswa yang tidak pernah menghindari

tanggung jawab dalam tugas sekolah yang mendapat nilai >8

sebanyak 9 siswa dan yang menghindari tanggung jawab yang

mendapatkan nilai >8 hanya 2 siswa. Jadi untuk rasa tanggung

jawab terhadap tugas sekolah menjadi faktor yang menyebabkan

siswa mengalami kesulitan dalam belajar seperti data rekapan nilai

yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 3,5,7,10-

13,20-24 pada tanggal 13 Agustus 2011 pukul 10.30 menyatakan

bahwa :

“ Terhadap tugas sekolah saya selalu mengerjakan, tidak pernah

menghindari karena menurut saya itu penting”.

Untuk siswa yang malas belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Indikator Malas belajar

NO Kemampuan

belajar

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

3.

Malas

Semangat

Biasa saja

10

10

8

35,71

35,71

28,57

2

0

2

3

6

3

3

7

5

7,14

0,00

7,14

10,71

21,42

10,71

10,71

25,00

17,85

Jumlah 28 100 4 9 15 14,28 42,84 53,56

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Page 80: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang malas belajar

adalah10 siswa, yang semangat belajar sebanyak 10 siswa. Jadi

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa semangat untuk

belajar. Untuk prestasi belajar dapat ditunjukkan pada siswa yang

malas belajar yang mendapat nilai 7-8 sebanyak 3 siswa sedangkan

siswa yang semangat belajar yang mendapatkan nilai 7-8 sebanyak

6 siswa. Jadi untuk siswa yang malas belajar dapat menjadi faktor

penyebab siswa kesulitan dalam belajar, karena siswa yang malas

belajar yang mendapatkan nilai >8 hanya 3 siswa seperti data

rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan

no 2,5,6,12-15,21 pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 08.00

menyatakan bahwa :

“ Perasaan saya ketika belajar biasa-biasa saja tidak terlalu semangat

karena kurang minat ”.

Untuk siswa yang sering bolos sekolah dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 16. Indikator Sering bolos sekolah

NO Kehadiran

siswa

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1. 2.

bolos Belum

4 24

14,28 85,71

2 0

0 14

0 14

7,14 0,00

0,00 50,00

0,00 50,00

Jumlah 28 100 2 14 14 7,14 50,00 50,00

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa

belum pernah membolos. Untuk prestasi belajar siswa juga

mendapatkan nilai yang sangat baik. Hal ini membuktikan tingkat

kehadiran siswa tinggi sehingga diharapkan kesulitan belajar siswa

dapat ditekan seminim mungkin. Jadi dapat disimpulkan bahwa

untuk tingkat kehadiran siswa yang sering bolos bisa menjadi faktor

penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar, ini dapat dilihat

Page 81: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

pada prestasi belajar siswa yang pernah membolos yaitu 4 siswa

ternyata mendapatkan nilai <7 seperti data rekapan nilai yang

diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 1-5,7,9,12-28

pada tanggal 19 Agustus 2011 pukul 10.00 menyatakan bahwa :

“ Saya tidak pernah bolos sekolah saat pelajaran Bahasa Inggris

karena menurut saya itu penting ”.

Untuk aspek afektif yang menjadi faktor penyebab siswa

kesulitan belajar dalam belajar adalah penyesuaian terhadap

lingkungan, kurang minat terhadap tugas belajar, kurang memusatkan

perhatian, menghindari tanggung jawab, malas belajar, sering bolos

dan yang bukan menjadi faktor siswa mengalami kesulitan dalam

belajar yaitu terdapatnya rasa tidak aman dalam belajar.

3. Psikomotor

Gangguan yang bersikap psikomotorik (ranah karsa) seperti

terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran akan

membuat siswa sulit menerima penjelasan dari guru.

Untuk gangguan indra oleh siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 17. Indikator Gangguan indra oleh siswa

NO Gangguan

indra

(psikomotor)

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Ya

Tidak

2

26

7,14

92,85

1

1

1

11

0

14

3,57

3,57

3,57

39,25

0,00

50,00

Jumlah 28 100 2 12 14 7,14 42,82 50,00

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada 2 siswa yang mengalami

gangguan alat-alat indra penglihatan dan pendengaran dan 26 yang

tidak mengalami. Siswa yang tidak mengalami gangguan indra

sebanyak 26 siswa yang mendapat nilai >8 sebanyak 14 siswa dan

yang mengalami gangguan sebanyak 2 siswa, 1 siswa mendapat nilai

Page 82: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

<7 dan 1 siswa mendapat nilai 7-8. Untuk siswa yang mengalami

gangguan indra haru segera diobati atau dengan jalan duduk di bangku

depan sehingga kekurangan pada indra penglihatan dan pendengaran

bisa diminimalisir. Jadi untuk gangguan indra penglihatan dan

pendengaran menjadi faktor siswa mengalami kesulitan dalam belajar

seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut

informan no 1-22,24,25,26,28 pada tanggal 22 Agustus 2011 pukul

08.15 menyatakan bahwa :

“ Saya tidak mempunyai gangguan indra penglihatan dan indra

pendengaran jadi menurut saya tidak mengganggu dalam belajar ”.

Untuk aspek psikomotor yang berupa gangguan indra penglihatan dan

pendengaran menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan

dalam belajar.

a) Faktor Ekstern, terdiri dari :

1. Lingkungan Keluarga

Gangguan belajar yang berasal dari lingkungan keluarga adalah

kurang lengkapnya fasilitas belajar di rumah yaitu tersedianya meja

belajar, tidak memiliki ruang belajar sendiri dan perhatian orang tua

kurang yaitu tidak dipantaunya kegiatan belajarnya. Keluarga terutama

orang tua seharusnya memperhatikan kegiatan belajar anak dirumah

serta memberikan fasilitas atau sarana belajar yang mendukung supaya

anak tidak malas untuk belajar.

Page 83: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Untuk fasilitas meja belajar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18. Indikator Fasilitas meja belajar

NO Meja belajar Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Punya

Tidak punya

18

10

7,14

92,85

1

1

9

3

12

2

3,57

3,57

32,14

10,71

42,85

7,14

Jumlah 28 100 2 12 14 7,14 42,85 49,99

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki fasilitas

meja belajar ada 18 siswa dan yang tidak memiliki ada meja belajar

ada 10 siswa. Jadi untuk fasilitas meja belajar sebagian besar siswa

sudah memiliki. Untuk prestasi belajar siswa yang mempunyai

fasilitas meja belajar yang mendapat nilai >8 sebanyak 12 siswa, dan

yang tidak punya hanya 2 siswa yang mendapat nilai >8. Jadi dapat

disimpulkan bahwa fasilitas meja belajar menjadi faktor yang

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar, hal ini dapat

dilihat pada siswa yang tidak punya fasilitas meja belajar yang

mendapatkan nilai >8 hanya 2 siswa seperti data rekapan nilai yang

diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 1,3,5,9,10,pada

tanggal 19 Agustus 2011 pukul 10.00 menyatakan bahwa :

“ Saya belum memiliki fasilitas belajar yang lengkap karena tidak

ada dana ”.

Untuk ruang belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 19. Indikator Ruang belajar

NO Ruang belajar Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2. 3.

Ruang tamu

Ruang keluarga Ruang belajar

2

10 16

7,14

35,71 57,14

1

1 0

9

3 5

0

2 7

3,57

3,57 0,00

32,14

10,71 17,85

0,00

7,14 25,00

Jumlah 28 100 2 17 9 7,14 60,70 32,14

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Page 84: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa belajar di ruang tamu

ada 2 siswa, siswa yang belajar di ruang keluarga atau TV ada 10

siswa, dan siswa yang belajar di ruang belajar ada 16 siswa. Jadi

kebanyakan siswa belajar di ruang belajar. Untuk prestasi belajar

siswa yang belajarnya di ruang belajar mendapat nilai >8 sebanyak 7

siswa dan yang belajar di ruang lain yang mendapatkan nilai >8 hanya

2 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk ruang atau tempat

belajar menjadi faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan

dalam belajar, hal ini dapat dilihat pada siswa yang belajar di ruangan

lain bukan di ruang belajar yang mendapatkan nilai >8 hanya 2 siswa

seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut

informan no 1-4,6,7,8,9,10,23,26,28 pada tanggal 23 Agustus 2011

pukul 09.15 menyatakan bahwa :

“ Saya belajar tidak di ruang belajar tetapi di ruang keluarga karena tidak memiliki ruang belajar khusus ”.

Untuk perhatian orang tua waktu belajar dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 20. Indikator Perhatian orang tua waktu belajar

NO Perhatian orang tua Jumlah Prestasi Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

3.

Menemani sam.sel

Menemani sebntr

Tidak menemani

4

10

14

14,28

35,71

50,00

0

1

1

2

2

10

2

2

8

0,00

3,57

3,57

7,14

7,14

35,71

7,14

7,14

28,57

Jumlah 28 100 2 14 12 7,14 49,99 42,85

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 14,28% menyatakan orang tua

menemani belajar samapai selesai, 35,71% menyatakan bahwa orang

tua menemani sebentar dan 50,00% menyatakan bahwa orang tua tidak

menemani anaknya ketika sedang belajar. Jadi sebagian besar orang

tua tidak menemani anaknya ketika belajar. Untuk prestasi belajar

Page 85: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

siswa yang tidak ditemani ketika belajar yang mendapatkan nilai 7-8

sebanyak 10 siswa, sedangkan yang ditemani yang mendapat nilai >8

hanya 2 siswa. Jadi untuk perhatian orang tua ketika belajar tidak

menjadi faktor penyebab siswa kesulitan dalam belajar, karena tanpa

ditemani orang tua mereka bisa mendapatkan nilai yang baik seperti

data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan

no 1-4,6,7,8,9,10,21-23,26,28 pada tanggal 25 Agustus 2011 pukul 10.15

menyatakan bahwa :

“ Tidak, Karena orang tua saya sibuk dengan urusannya masing-masing”.

2. Lingkungan sekolah

Penyebab kesulitan belajar siswa di lingkungan sekolah adalah

perhatian guru kepada anak didik kurang, hubungan guru dengan anak

didik tidak harmonis, cara mengajar guru kurang baik, serta fasilitas

sekolah kurang memadai.

Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) seorang guru selalu

berhubungan dengan anak didik. Hubungan ini secara tidak langsung

akan berpengaruh kepada prestasi belajar anak didik. Hubungan guru

dan anak didik yang kurang/tidak harmonis akan menyebabkan minat

belajar menjadi kurang, guru tidak akan mengetahui karakter anak

didiknya, dan prestasi belajar tidak maksimal.

Untuk perhatian guru terhadap siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 21. Indikator Perhatian guru terhadap siswa

NO Perhatian guru Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Perhatian

Tidak perhatian

28

-

100

2

0

13

0

13

0

7,14

0,00

46,42

0,00

46,42

0,00

Jumlah 28 100 2 13 13 7,14 46,42 46,42

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Page 86: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 100% guru memberikan

perhatian kepada anak didiknya untuk lebih rajin belajar. Tujuan dari

guru memberi perhatian kepada anak didiknya adalah supaya siswa-

siswanya sungguh-sungguh dalam belajar untuk mendapatkan

prestasi/hasil belajar yang baik. Untuk perhatian guru terhadap

siswanya menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan dalam

belajar seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru.

Berikut informan no 1-28 pada tanggal 26 Agustus 2011 pukul 08.30

menyatakan bahwa :

“ Guru Bahasa Inggris selalu memberi perhatian dan motivasi untuk belajar sungguh-sungguh ”.

Untuk hubungan guru dengan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 22. Indikator Hubungan guru dengan siswa

NO Hubungan

dengan siswa

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Baik

Biasa

18

10

64,28

35,71

0

2

9

3

11

3

0,00

7,14

32,14

10,71

39,28

10,71

Jumlah 28 100 2 12 14 7,14 42,85 49,99

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa hubungan guru Bahasa Inggris

dengan anak didiknya sebesar 35,71% biasa, sedagkan 64,28%

menyatakan baik. Jadi sebagian besar hubungan siswa dengan guru

baik. Untuk prestasi belajar siswa yang memiliki hubungan baik

dengan guru yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 11 siswa, yang

biasa saja mendapat nilai >8 sebanyak 3 siswa. Jadi untuk hubungan

guru dengan siswa menjadi faktor penyebab siswa mengalami

kesulitan dalam belajar seperti data rekapan nilai yang diperoleh

peneliti dari guru.

Page 87: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Berikut informan no 2,4,6-8,11,12,13,18-20 pada tanggal 28 Agustus

2011 pukul 11.00 menyatakan bahwa :

“ Hubungan saya dengan guru Bahasa Inggris biasa-biasa saja tidak

ada masalah dan menurut saya guru Bahasa Inggris sangat sabar”.

Untuk cara mengajar guru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Indikator Cara mengajar guru Bahasa Inggris

NO Cara

mengajar guru

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1. 2.

3.

Baik Biasa

Kurang baik

10 15

3

35,71 53,57

10,71

0 0

2

3 9

1

7 6

0

0,00 0,00

7,14

10,71 32,14

3,57

25,00 21,42

0,00

Jumlah 28 100 2 13 13 7,14 46,42 46,42

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 35,71% cara mengajar guru

sudah baik, 53,57% cara mengajar guru biasa saja, dan 10,71% cara

mengajar guru kurang baik. Untuk prestasi belajar siswa yang

mendapatkan nilai >8 mengatakan cara mengajar guru sudah baik

dengan jumlah 10 siswa, sedangkan yang mengatakan cara mengajar

guru kurang baik tidak mendapatkan nilai >8. Cara mengajar yang

digunakan guru harus bervariasi dalam artian tidak monoton. Cara atau

metode mengajar yang digunakan akan mempengaruhi konsentrasi

siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu guru

harus benar-benar pandai dalam memilih metode mengajar yang akan

digunakan supaya siswa tidak mudah bosen seperti data rekapan nilai

yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 2-5,7,9,10-

13,27 pada tanggal 03 September 2011 pukul 08.00 menyatakan bahwa :

“ Cara mengajar guru Bahasa Inggris menurut saya biasa-biasa saja

terkadang saya masih merasa bosen karena hanya menggunakan metode ceramah saja ”.

Page 88: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Dalam menunjang keberhasilan Proses Belajar Mengajar

keberadaan fasilitas atau sarana prasarana pembelajaran di sekolah

sangat penting sekali.

Untuk fasilitas belajar di sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 24. Indikator Fasilitas belajar di sekolah

NO Fasilitas

belajar

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Lengkap

Belum lengkap

13

15

46,42

53,57

0

2

4

9

8

5

0,00

7,14

14,28

32,14

28,57

17,85

Jumlah 28 100 2 13 13 7,14 46,42 46,42

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 53,57% mengatakan fasilitas

belajar di sekolah belum lengkap dan 46,42% mengatakan fasilitas

belajar di sekolah sudah lengkap. Untuk prestasi belajar, yang

mengatakan fasilitas belajar sudah lengkap yang mendapat nilai >8

sebanyak 8 siswa dan yang mengatakan belum lengkap yang

mendapatkan nilai >8 sebanyak 5 siswa. Jadi untuk fasilitas belajar di

sekolah menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar

seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut

informan no 1,2,3,4,5,6-10,23,25,26,28 pada tanggal 07 September

2011 pukul 09.15 menyatakan bahwa :

“Menurut saya, fasilitas belajar di sekolah seperti buku bacaan kurang lengkap dan laboratorium bahasa juga belum ada”.

3. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang menjadi penyebab kesulitan

belajar siswa berupa kondisi lingkungan sekolah masyarakat yang

kurang mendukung dan buku bacaan siswa.

Page 89: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Untuk kondisi lingkungan masyarakat yang mempengaruhi belajar

siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 25. Indikator kondisi lingkungan masyarakat

NO Kondisi

lingkungan

masyarakat

Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Mendukung

Tidak

mendukung

9

19

32,14

67,85

0

2

0

18

5

3

0,00

7,14

0,00

64,28

17,85

10,71

Jumlah 28 100 2 18 8 7,14 64,28 28,56

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 32,14% menyatakan bahwa

lingkungan masyarakat mendukung waktu belajar dan 67,85%

menyatakan bahwa lingkungan masyarakat tidak mendukung waktu

belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan masyarakat

tidak mendukung siswa dalam belajar. Untuk prestasi belajar, yang

menyatakan tidak mendukung mendapat yang mendapat nilai 7-8

sebanyak 18 siswa dan yang menyatakan mendukung mendapat

nilai>8 sebanyak 5 siswa. Jadi untuk kondisi lingkungan masyarakat

tidak menjadi faktor penyebab siswa dalam kesulitan belajar seperti

data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan

no 1,2,5-8,10,13-15,20,22,24,28 pada tanggal 10 September 2011 pukul

09.00 menyatakan bahwa :

“Kondisi lingkungan masyarakat saya sangat tidak mendukung untuk belajar karena banyak remaja yang begadang sehingga

berisik”.

Untuk buku bacaan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 26. Indikator Buku bacaan siswa

NO Buku bacaan Jumlah Prestasi

Belajar/Nilai

%

Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8

1.

2.

Buku cerita

Bk.Bhs.Ing

20

8

71,42

28,57

3

0

15

0

7

3

10,71

0,00

53,57

0,00

25,00

10,71

Jumlah 28 100,0 3 15 10 10,71 53,57 35,71

Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.

Page 90: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 71,42% menyatakan bahwa

siswa lebih suka membaca buku cerita daripada membaca buku

pelajaran Bahasa Inggris, dan 28,57% menyatakan bahwa siswa

membaca buku pelajaran Bahasa Inggris. Jadi untuk pelajaran Bahasa

Inggris sebagian besar siswa membaca buku cerita daripada buku

pelajaran Bahasa Inggris. Untuk prestasi belajar, dari 20 siswa yang

membaca buku cerita 3 siswa yang mendapat nilai <7, 15 siswa yang

mendapat nilai 7-8 dan 7 siswa yang mendapat nilai >8. Dan yang

menyatakan buku bacaanya buku pelajaran Bahasa Inggris 3 siswa

nilainya >8. Hal ini disebabkan karena siswa kurang minat atau kurang

tertarik membaca buku pelajaran Bahasa Inggris yang dirasa susah dan

membosankan karena materinya yang terlalu banyak. Siswa lebih

berminat membaca buku cerita daripada membaca buku pelajaran

Bahasa Inggris karena buku cerita dapat menghilangkan stress karena

ceritanya asik dan menarik. Dapat disimpulkan bahwa buku bacaan

siswa tidak menjadi faktor penyebab siswa kesulitan dalam belajar

seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut

informan no 1,2,3,5-7,9,11-15,22,25,27,28 pada tanggal 12 September

2011 pukul 09.30 menyatakan bahwa :

“ Saya lebih memilih membaca buku cerita daripada membaca buku

pelajaran Bahasa Inggris karena lebih asyik ”.

Untuk lingkungan masyarakat, yang berupa kondisi lingkungan

masyarakat tidak mendukung dan buku bacaan siswa tidak menjadi faktor

penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

Page 91: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar dalam

mempelajari konsep dan kosakata materi pada pelajaran Bahasa Inggris

kelas VIII.

Guru dalam menjelaskan materi pelajaran Bahasa Inggris di

kelas sering merasa bahwa anak didiknya mengalami kesulitan dalam

penerimaan materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilihat pada sikap

siswa yang cepat mengalami kebosanan ketika guru menjelaskan materi di

depan kelas. Sikap guru dalam hal ini adalah dengan melakukan beberapa

upaya pengajaran yang dapat membantu kesulitan belajar yang dialami

anak didiknya. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan

belajar siswa dalam mempelajari konsep dan kosakata pada pelajaran

Bahasa Inggris adalah sebagai berikut:

a) Pengajaran perbaikan

Tujuan pengajaran perbaikan adalah untuk membantu siswa

mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran. Metode

pengajaran perbaikan adalah metode pemberian tugas, metode diskusi,

metode Tanya jawab, metode kerja kelompok dan metode tutor

sebaya.

Tabel 27. Indikator Pengajaran perbaikan yang dilakukan oleh guru

dalam sampel

NO Pengajaran perbaikan Jumlah

Siswa %

1. 2.

3.

Tidak pernah Pernah

Sering

- -

1

0 0

100,00

Jumlah 1 100,00

Dokumen : Hasil wawancara guru

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa semua guru mata pelajaran

Bahasa Inggris kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun mengadakan

pengajaran perbaikan.

Page 92: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Tabel 28. Indikator Pengajaran perbaikan yang diterima oleh siswa

NO Pengajaran perbaikan Jumlah

Siswa %

1.

2.

3.

Tidak pernah

Pernah

Sering

-

-

28

0,00

0,00

100,00

Jumlah 28 100,00

Dokumen : Hasil wawancara guru

Dari tabel di atas bahwa semua siswa sering mendapatkan pengajaran

perbaikan dari guru untuk mengatasi kesulitan belajar yang mereka

alami. Informan no 29 pada tanggal 20 September 2011 pukul 11.00

WIB menyatakan sebagai berikut:

“Pengajaran Perbaikan sering saya lakukan karena menurut saya

dengan menggunakan pengajaran ini dapat meningkat prestasi belajar siswa”.

b) Pengajaran pengayaan

Pengajaran pengayaan dalam proses belajar mengajar

diperuntukkan bagi siswa yang tergolong cepat dalam menyelesaikan

tugas belajarnya.

Tabel 29. Indikator Pengajaran pengayaan yang dilakukan oleh guru

dalam sampel

NO Pengajaran pengayaan Jumlah

Siswa %

1. 2.

3.

Tidak pernah Pernah

Sering

1 -

-

100,00 0,00

0,00

Jumlah 1 100,00

Dokumen : Hasil wawancara guru

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pengajaran pengayaan tidak

dilakukan oleh guru karena guru menganggap kemampuan siswa rata-

rata sama.

Page 93: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Informan no 29 pada tanggal 20 September 2011 pukul 11.00 WIB

menyatakan sebagai berikut:

“ Pengajaran pengayaan jarang saya lakukan karena saya tidak mau

membeda-bedakan siswa yang pintar dengan siswa yang kurang pintar dan saya menganggap kemampuan siswa rata-rata sama”.

Tabel 30. Indikator Pengajaran pengayaan yang diterima oleh siswa

NO Pengajaran perbaikan Jumlah

Siswa %

1.

2.

3.

Tidak pernah

Pernah

Sering

28

-

-

100,00

0,00

0,00

Jumlah 28 100,00

Dokumen : Hasil wawancara guru

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa semua siswa tidak

pernah/belum pernah mendapatkan pengajaran pengayaan.

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

Dalam temuan studi ini dapat peneliti analisis informasi yang

dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan selanjutnya

dikaitkan dengan teori yang ada. Setiap siswa menginginkan setiap hasil

belajarnya mendapatkan nilai yang bagus atau memuaskan untuk semua mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hal itu mustahil terjadi apabila tidak dengan

belajar yang rajin, setiap individu mempunyai perbedaan-perbedaan yang sudah

dibawa sejak lahir. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi bakat, minat,

kepribadian, sikap, kebiasaan belajar, tingkat inteligensi dan sebagainya. Prestasi

belajar yang kurang memuaskan dapat sebagai salah satu indikasi siswa

mengalami kesilitan belajar. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi dari apa yang

dipelajari, bagaimana bahan pelajaran itu dipelajari dan faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar termasuk di dalamnya situasi dan kondisi kelas

Page 94: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

yang kurang kondusif. Hal itu dapat dilihat dari cara siswa menerima materi yang

sebagian dari mereka ramai sendiri bahkan ada yang tiduran di kelas.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil dari penelitian sesuai

dengan kajian teori yang ada seperti yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah

(1995:173):

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ada 2 macam, yaitu:

1. Faktor intern siswa yang meliputi gangguan psikofisik yang bersifat afektif,

kognitif dan psikomotorik.

2. Faktor ekstern siswa yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

dan lingkungan masyarakat.

Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kesulitan belajar

dalam mempahami konsep dan kosakata pada pelajaran Bahasa Inggris yang

dialami oleh siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun adalah kesulitan belajar

yang dialami siswa dibedakan karena dua faktor yaitu :

1. Faktor intern yang terdiri dari gangguan psikofisik siswa :

a) Bersifat kognitif (raah cipta), yang berupa ketrampilan menghafal, kurang

penguasaan materi dan kebiasaan belajar yang salah.

b) Bersifat afektif (ranah rasa), yaitu terdapatnya rasa tidak aman dalam

belajar, penyesuaian terhadap lingkungan, kurang minat terhadap

pelajaran, kurang memusatkan perhatian dalam belajar, menghindari

tanggung jawab, malas belajar, dan sering bolos sekolah.

c) Bersifat psikomotor (ranah karsa), yang berupa kurang terganggunya alat-

alat indra penglihatan dan pendengaran.

2. Faktor ekstern yang terdiri dari :

a) Lingkungan keluarga

Beberapa faktor yang menjadi kesulitan belajar dari lingkungan keluarga

adalah kurang kelengkapan fasilitas belajar seperti meja belajar, tidak

Page 95: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

memiliki ruang belajar sendiri di rumah, dan perhatian orang tua kurang

waktu anak belajar.

b) Lingkungan sekolah

Beberapa faktor penyebab kesulitan belajar dari lingkungan sekolah

adalah perhatian guru terhadap anak didiknya kurang, hubungan antara

guru dengan anak didik tidak harmonis, cara mengajar guru kurang baik,

dan fasilitas sekolah kurang lengkap.

c) Lingkungan masyarakat

Beberapa faktor penyebab kesulitan belajar dari lingkungan masyarakat

adalah kondisi lingkungan masyarakat kurang mendukung dan buku

bacaan siswa.

Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam

mempelajari konsep dan kosakata pelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII

SMP N 1 Sawahan Madiun adalah :

1. Faktor intern terdiri dari :

a. Kognitif

1) Kurangnya kemampuan menghafal

Ternyata kemampuan menghafal berpengaruh terhadap prestasi

belajar, dapat dilihat bahwa yang menguasai dan mendapat nilai >8

sebanyak 2 siswa, yang kurang menguasai dan mendapat nilai >8

sebanyak 2 siswa sedangkan yang tidak menguasai yang mendapat

nilai >8 sebanyak 2 siswa. Lihat pada tabel 7.

2) Kurangnya kemampuan menguasai materi

Untuk kemampuan menguasai materi menjadi faktor penyebab siswa

mengalami kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap

prestasi belajar. Dapat dilihat bahwa yang dapat menguasai materi

secara setengah-setengah yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 0 siswa

Page 96: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

sedangkan yang menguasai materi secara keseluruhan yang mendapat

nilai >8 sebanyak 2 siswa. Lihat pada tabel 8.

3) Kebiasaan belajar salah

Untuk kebiasaan belajar salah merupakan faktor yang menyebabkan

siswa kesulitan dalam belajar. Dapat dilihat bahwa yang memiliki

kebiasaan belajar yang benar mendapatkan nilai >8 sebanyak 14 siswa

dan yang memiliki kebisaan belajar salah mendapat nilai >8 sebanyak

3 siswa. Lihat pada tabel 9.

b. Afektif

1) Rasa aman dalam belajar

Untuk rasa aman dalam belajar tidak menjadi faktor penyebab siswa

mengalami kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh pada

prestasi belajar. Lihat pada tabel 10.

2) Penyesuaian terhadap lingkungan

Untuk penyesuaian terhadap lingkungan tidak menjadi faktor

penyebab siswa kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh

terhadap prestasi belajar. Lihat pada tabel 11.

3) Minat terhadap tugas sekolah

Untuk minat terhadap tugas sekolah menjadi faktor penyebab siswa

kesulitan belajar dan juga berpengaruh terhadap presatasi belajar

siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang minat terhadap tugas sekolah

mendapat nilai 7-8 sebanyak 10 siswa dan yang tidak minat terhadap

tugas sekolah yang mendapat nilai 7-8 sebanyak 3 siswa. Lihat pada

tabel 12.

4) Pusat perhatian belajar

Untuk pusat perhatian belajar menjadi faktor penyebab siswa

mengalami kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap

prestasi belajar. Siswa yang kurang bisa memusatkan perhatiannya

Page 97: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

mendapatkan nilai >8 sebanyak 6 siswa sedangkan siswa yang bisa

memusatkan perhatian secara penuh dan mendapat nilai >8 sebanyak 5

siswa. Lihat pada tabel 13.

5) Menghindari tanggung jawab

Untuk menghindari tanggung jawab menjadi penyebab siswa

mengalami kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap

prestasi belajar. Dapat dilihat bahwa siswa yang tidak pernah

mengindari tanggung jawab dan mendapatkan nilai >8 sebanyak 9

siswa sedangkan yang pernah menghindari tanggung jawab dan

mendapat nilai >8 sebanyak 2 siswa. Lihat pada tabel 14.

6) Malas belajar

Untuk malas belajar menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan

dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dapat

dilihat bahwa siswa yang malas belajar dan mendapatkan nilai >8

sebanyak 3 siswa, dan yang biasa-biasa saja mendapat nilai >8

sebanyak 5 siswa, sedangkan yang semangat belajar dan mendapat

nilai >8 sebanyak 7 siswa. Lihat pada tabel 15.

7) Sering bolos

Untuk sering bolos menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan

dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dapat

dilihat bahwa siswa yang tidak pernah bolos dan mendapatkan nilai >8

sebanyak 14 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 7-8 sebanyak 14

siswa. Lihat pada tabel 16.

c. Psikomotorik

Terganggunya indra penglihatan dan pendengaran.

Untuk indra penglihatan da pendengaran yang terganggu

menjadi faktor penyebab siswa kesulitan dalam belaja dan juga

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dapat dilihat bahwa siswa

Page 98: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

yang tidak mempunyai gangguan indra penglihatan dan pendengaran

mendapat nilai >8 sebanyak 14 siswa. Lihat pada tabel 17.

2. Faktor ekstern terdiri dari :

a. Lingkungan keluarga

1) Fasilitas meja belajar

Untuk fasilitas meja belajar menjadi faktor siswa mengalami kesulitan

belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dapat

dilihat bahwa siswa yang memiliki fasilitas meja belajar yang

mendapatkan nilai >8 sebanyak 12 siswa dan yang tidak memiliki

fasilitas meja belajar yang mendapat nilai >8 hanya 2 siswa. Lihat

pada tabel 18.

2) Ruang belajar

Untuk ruang belajar atau tempat belajar menjadi faktor siswa

mengalami kesulitan belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang belajar di ruang belajar

yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 7 siswa dan yang belajar di

ruang lain yang mendapat nilai >8 hanya 2 siswa. Lihat pada tabel 19.

3) Perhatian orang tua

Untuk perhatian orang tua tidak menjadi faktor siswa mengalami

kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang tidak pernah ditemani

orang tua ketika sedang belajar yang mendapatkan nilai 7-8 sebanyak

10 siswa sedangkan yang ditemani sampai selesai yang mendapatkan

nilai 7-8 hanya 2 siswa. Lihat pada tabel 20.

b. Lingkungan sekolah

1) Perhatian guru terhadap siswa

Untuk perhatian guru terhadap siswa menjadi faktor siswa mengalami

kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa. Dapat dilihat pada nilai siswa yang mendapatkan nilai 7-8

Page 99: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

sebanyak 13 siswa dan yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 13 siswa.

Lihat pada tabel 21.

2) Hubungan guru dengan siswa

Untuk hubungan guru dengan siswa menjadi faktor siswa mengalami

kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki hubungan dengan

guru baik yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 11 siswa. Lihat pada

tabel 22.

3) Cara mengajar guru

Untuk cara mengajar guru menjadi faktor siswa mengalami kesulitan

dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Dapat dilihat bahwa cara mengajar guru sudah baik dan siswa yang

mendapatkan nilai >8 sebanyak 7 siswa. Dan yang mengatakan cara

mengajar guru kurang baik tidak ada yang mendapatkan nilai >8. Lihat

pada tabel 23.

4) Fasilitas sekolah

Untuk fasilitas sekolah menjadi faktor siswa mengalami kesulitan

dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Dapat dilihat bahwa pada siswa yang mengatakan fasilitas belajar

sekolah sudah lengkap yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 8 siswa

dan yang mengatakan belum lengkap yang mendapat nilai >8

sebanyak 5 siswa. Lihat pada tabel 24.

c. Lingkungan masyarakat

1) Kondisi lingkungan masyarakat

Untuk kondisi lingkungan masyarakat tidak menjadi faktor siswa

mengalami kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa. Dapat dilihat bahwa pada siswa yang

mengatakan kondisi lingkungan masyarakat yang tidak mendukung

Page 100: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

proses belajar mengajar mendapatkan nilai 7-8 sebanyak 18 siswa.

Lihat pada tabel 25.

2) Buku bacaan siswa

Untuk buku bacaan siswa tidak menjadi faktor siswa mengalami

kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa. Dapat dilihat bahwa pada siswa yang buku bacaannya

buku cerita yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 7 siswa dan siswa

yang buku bacaannya pelajaran Bahasa Inggris yang mendapat nilai

>8 sebanyak 3 siswa. Lihat pada tabel 26.

Berdasarkan kajian teori dan temuan studi tentang kesulitan belajar siswa

dalam mempelajari konsep dan kosakata terdapat kesamaan hasil, jadi hasil penelitian

ini relevan dengan kajian teori yang telah dibahas dimuka. Kesulitan belajar yang

dialami siswa dapat diatasi guru dengan melakukan beberapa upaya.

Hasil penelitian tentang upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi

kesulitan belajar dalam mempelajari konsep dan kosakata yang dialami siswa kelas

VIII SMP N1 Sawahan Madiun adalah sebagai berikut :

a. Pengajaran perbaikan

Untuk pengajaran perbaikan sering dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk

membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dari

28 siswa mengatakan sering mendapatkan pengajaran perbaikan dari guru Bahasa

Inggris.

b. Pengajaran pengayaan

Untuk pengajaran pengayaan guru tidak pernah memberikan pengajaran

pengayaan kepada siswanya. Hal itu didasarkan pada guru tidak mau membeda-

bedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Dari siswa juga

mengatakan tidak pernah diberi pengajaran pengayaan dari guru Bahasa Inggris.

Berdasarkan kajian teori tentang upaya mengatasi kesulitan belajar dengan

temuan studi di lapangan terdapat hasil yang kurang relevan dimana menurut kajian

Page 101: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

teori upaya tersebut ada 4 macam sedangkan temuan studi terdapat 2 macam. Hal ini

dikarenakan untuk upaya yang ketiga yaitu pengajaran individual tidak dapat

dilakukan oleh guru karena layanan tersebut berlaku untuk kelas XI yang menjelang

ujian akhir.

Kesulitan belajar yang dialami siswa telah diketahui penyebabnya dan

berbagai upaya yang dilakukan guru juga telah dapat diketahui, maka kesulitan

belajar yang dialami siswa dapat berlangsung diatasi oleh guru dan adanya

peningkatan prestasi belajar yang memuaskan untuk semua pihak khususnya siswa

dan guru.

Page 102: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan sesuai dengan

tujuan ingin diharapkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam

mempelajari konsep dan kosakata pada mata pelajaran Bahasa Inggris

pada siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun terdiri dari :

a. Faktor intern, yang dibedakan dalam:

1. Aspek Kognitif

Untuk aspek kognitif (ranah cipta), yang menjadi faktor

penyebab kesulitan belajar siswa adalah kemampuan

keterampilan menghafal, kemampuan menguasai materi dan

kebiasaan belajar yang salah.

2. Aspek Afektif

Untuk aspek afektif (ranah karsa), yang menjadi faktor penyebab

siswa mengalami kesulitan dalam belajar adalah kurang minat

terhadap tugas sekolah, kurang memusatkan perhatian,

menghindari tanggung jawab, malas belajar dan sering bolos.

3. Aspek Psikomotorik

Gangguan yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yang

menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan dalam

belajar adalah terganggunya alat-alat indra penglihatan dan

pendengaran.

Page 103: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

b. Faktor ekstern terdiri dari :

1. Lingkungan Keluarga

Untuk lingkungan keluarga yang menjadi faktor penyebab

siswa mengalami kesulitan dalam belajar antara lain fasilitas

meja belajar dan ruang untuk belajar.

2. Lingkungan Sekolah

Untuk lingkungan sekolah yang menjadi faktor penyebab siswa

mengalami kesulitan dalam belajar antara lain perhatian guru

terhadap siswa, hubungan antara guru dengan siswa, cara

mengajar guru dan fasilitas belajar di sekolah.

3. Lingkungan Masyarakat

Untuk lingkungan Masyarakat yang berupa kondisi lingkungan

masyarakat dan buku bacaan siswa tidak menjadi faktor

penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

2. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

dalam mempelajari konsep dan kosakata pada mata pelajaran Bahasa

Inggris kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun adalah dengan

menggunakan pengajaran perbaikan. Bentuk pengajaran perbaikan

merupakan suatu bentuk pengajaran yang sifatnya memperbaiki.

Bentuk perbaikan yang digunakan guru adalah berupa diskusi dan

tugas kelompok.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas, selanjutnya dikemukakan

implikasi hasil penelitian. Implikasi hasil penelitian di SMP N 1 Sawahan

Madiun dapat berupa hasil teoritis terhadap usaha pengembangan ilmu

pengetahuan dan penerapan secara praktis dalam memecahkan masalah

dalam penelitian.

Page 104: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

1. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dipengaruhi faktor intern dan

faktor ekstern, faktor intern terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Kedua faktor penyebab kesulitan belajar siswa tersebut

dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam mengatasi kesulitan

belajar yang dialami siswa sebagaimana dikemukakan oleh Muhibbin

Syah (1995:173). Dengan demikian penanganan kesulitan belajar yang

dilakukan oleh guru dapat lebih terarah dan mengenai pada

permasalahan, sehingga berdampak baik bagi peningkatan prestasi

belajar dan juga rendahnya kualitas siswa juga teratasi. Selain itu siswa

juga bisa berfikir secara kritis dan sering berlatih sehingga materi apa

yang disampaikan oleh guru mereka pahami secara penuh dan

menyeluruh.

2. Bahwa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa upaya-upaya yang

dilakukan oleh guru melalui pengajaran perbaikan. Dari pengajaran

perbaikan terlihat bahwa prestasi belajar siswa meningkat. Upaya-upaya

yang dilakukan oleh guru yang telah melekat pada diri guru seharusnya

lebih dioptimalkan agar kesulitan belajar yang dialami siswa dapat

ditekan seminimal mungkin. Peranan guru dalam mengatasi kesulitan

belajar siswa dengan melakukan pengajaran perbaikan harus lebih

ditingkatkan kembali.

Page 105: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian yang telah

dikemukakan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Siswa hendaknya :

a) Lebih giat belajar lagi dan berlatih mengerjakan soal-soal yang

diberikan oleh guru dengan cara diskusi dalam kelompok kecil,

belajar kelompok diluar jam sekolah dan lain-lain jadi materi yang

sudah diajarkan dapat dipahaminya dan materi yang akan diajarkan

sudah dapat dimengerti lebih dulu.

b) Sering mengikuti pengajaran perbaikan yang diberikan oleh guru

ketika ditanyakan siswa lebih paham dan mengerti.

c) Sering mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru supaya bisa

lebih mendalami materi yang disampaikan guru.

2. Bagi Guru

Guru hendaknya :

a) Lebih sering mengingat kepada siswa supaya mempelajari materi

baik yang sudah maupun belum diajarkan sehingga ketika

ditanyakan siswa lebih paham dan mengerti.

b) Sering melaksanakan pengajaran perbaikan karena pengajaran

perbaikan bisa dilakukan ketika selesai ulangan harian saat jam

pelajaran berlangsung dan untuk semua siswa dalam satu kelas.

c) Sering memberi tugas kepada siswa supaya bisa lebih mendalami

materi yang disampaikan guru.

Page 106: S KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

3. Bagi Kepala Sekolah

Kepala Sekolah hendaknya :

a) Sering mengingat kepada guru dan mendukung upaya yang

dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar sehingga ketika

ditanyakan siswa lebih paham dan mengerti.

b) Lebih sering mengingat kepada guru melaksanakan pengajaran

perbaikan karena pengajaran perbaikan bisa dilakukan ketika selesai

ulangan harian saat jam pelajaran berlangsung dan untuk semua

siswa dalam satu kelas.

c) Lebih sering mengingat kepada guru untuk memberi tugas kepada

siswa supaya bisa lebih mendalami materi yang disampaikan.