Click here to load reader
Upload
yuni-wijayanti-elf
View
12
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fis
Citation preview
BAB II
MODEL LEARNING CYCLE 5E
DAN KETERAMPIL AN PROSES SAINS
A. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Adanya Model Learning Cycle
Menurut Piaget (Ratna Wilis Dahar, 1996:150), dalam proses individu
memperoleh pengetahuan tidak akan terlepas dari perkembangan intelektual.
Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu: 1) organisasi,
memberikan kemampu an pada seseoran g untuk mengorganisasikan proses-proses
fisik atau proses-proses psikologis menjadi sistem yang teratur dan berhubungan
menjadi struktur, 2) adaptasi, semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi terhadap
lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Pada
proses asimilasi, seseorang menggunakan kemampuan yang sudah ada untuk
menanggapi masalah yang dihadapi dalam lin gkungan, seseorang berinteraksi
dengan data yang ada dalam lingkungan untuk diproses dalam mentalnya. Dalam
proses ini struktur mental seseorang d apat berubah sehingga terjadi
ketidakseimbangan ( disequilibrium ) dan akibatnya terjadi akomodasi. Pada proses
akomodasi, seseorang melakukan modifikasi mental yang ada dalam mengadakan
respon terhadap tantangan lingkungan sehingga terjadi pengembangan mental.
Dari hasil penelitiannya tentang bagaimana proses individu memperoleh
pengetahuan tersebut, Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama (Ratna Wilis
Dahar, 1996:159).
8
9
Teori konstruktivisme yang dikemban gkan oleh Piaget menyatakan bahwa
dalam proses belajar mengajar, individu membangun pengetahuannya sendiri dan
banyak memperoleh pen getahuannya di luar sekolah. Oleh karena itu setiap siswa
akan memb awa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan
lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pandan gan konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan secara utuh dari guru ke siswa, namun secara aktif dibangun sendiri
melalui pengalaman nyata, sehingga peran guru hanya sebagai pendiagn osa dan
fasilitator. Salah satu model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme adalah
model learning cycle (Nuryani Rustaman, 2005:173).
B. Model Learning Cycle 5E
Dalam bahasa Indon esia learning cycle disebu t sebagai siklus belajar.
Learning cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari f ase-fase atau
tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran
dengan jalan berperan aktif (Fajaroh dan Dasna, 2007). Dengan kata lain
pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle berpusat pada siswa dan
guru berperan sebagai fasilitator. Model learning cycle merupakan model
pembelajaran yang penerapannya sesuai d engan Standar Pendidikan Sains
(Univercity of Akron, 2008). Model learning cycle merupakan model
pembelajaran yang berlandaskan pada teori konstruktivisme yang pada mulanya
terdiri dari tiga tahap.
10
Model learning cycle yang terdiri dari tiga tahap pertama kali
dikembangkan oleh Robert Karplus dalam Science Curiculum Impropement
Study /SCIS (Trowb ridge & B ybee dalam Made Wena, 2009). Ketiga tahapan
tersebut meliputi tahap eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep.
Semakin lama, tahap an model learning cycle semakin berkemban g dan
semakin dikhususkan oleh para ahli. Model learning cycle tiga tahap yang semula
dikembangkan oleh Robert Karplus saat ini telah dikembangkan menjadi 5 tahap
seperti yang dikemukakan oleh Anthon y W. Lorsbach dari Illnois State
University. Dalam artik elnya yang berjudul The Learning Cycle as a Tool for
Planning Science Instruction , Anthony W. Lorsbach mengemukakan bahwa
model learning cycle terbagi ke dalam lima tahap, yaitu tahap engage, explore,
explain, extend dan evaluate . Tahap-tahap dalam learning cycle yang
dikemukakan oleh Anthony W. Lorsbach ini sering disebut 5E, kelima tahap itu
meliputi:
1. Engage (mengajak)
Tahap ini merupakan tahap awal dari learning cycle 5E. Pada tahap ini
guru berusaha memban gkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang
akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai
permasalahan yang berhubungan dengan topik bahasan yang akan diajarkan.
Dengan demikian siswa akan memberikan respon atau jawaban, kemudian
jawaban siswa dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan. Kemudian guru perlu
melakukan identifikasi ada atau tidaknya kesalahan konsep pad a siswa.
11
2. Explore (menyelidiki)
Tahap ini merupakan tahap kedua dari learning cycle 5E. Pad a tahap ini
siswa diorganisasikan ke dalam kelompok belajar, kemudian diberi kesempatan
untuk bekerjasama dalam kelompok tanpa pembelajaran langsung dari guru.
Siswa didorong untuk membuktikan hipotesis, mencoba alternatif pemecahannya
dengan melakukan pengamatan, men gumpulkan data, diskusi dengan
kelompokn ya dan membuat suatu kesimpulan. Pada tahap ini guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator.
3. Explain (menjelaskan)
Tahap ini merupakan tahap ketiga dari learning cycle 5E. Pada tahap ini
guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep-konsep yang telah diperoleh
ketika tahap explore dengan pemikiran sendiri. Guru meminta bu kti dan
klarifikasi dari penjelasan siswa dan mengarahkan kegiatan diskusi. Dengan
adanya diskusi, guru memberi definisi dan penjelasan tentan g konsep yang
dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa.
4. Extend (memperluas)
Tahap ini merupakan tahap keempat dari learning cycle 5E. Pada tahap ini
siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi
baru. Pada tahap ini siswa akan menggunakan k onsep yang telah dikuasai untuk
menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Evaluate (menilai)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari learning cycle 5E. Pada tah ap ini
guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa. Siswa dapat
12
melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari
bukti dan penjelasan yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu, siswa dapat
mengetahui kekurangan atau kelebihannya dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada tahap ini guru dapat memberikan pertanyaan yang akan
mendorong siswa untuk melakukan pen yelidikan yang lebih lanjut dimasa yang
akan datang.
Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti di
bawah ini.
Evaluate Engage
Extend Explain Explore
Ga mbar 2.1
Diagram Learning Cycle 5E Menurut Anthony W. Lorsbach
Kelima tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam
menerapkan model learn ing cycle 5E. Guru dan siswa mempunyai peran masing-
masing dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan guru dan siswa selama
proses pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle 5E dapat
dijabarkan dalam tabel berikut:
13
Tabel 2.1Kegiatan Guru dan Siswa Pada Model Learning Cycle 5E
Tahapan
ModelKegiatan Guru Kegiatan Siswa
Learning
Cycle 5E
Membangkitkan minat dan Mengembangkan minat danEngage
(mengajak) keingintahuan siswa rasa ingin tahu terhadap meteri
yang akan diajarkan
Mengajukan pertanyaan Memberikan respon terhadap
mengenai permasalahan pertanyaan guru
yan g b erhubungan dengan
materi yang ak an diajarkan
Membentuk kelompok, Membentuk kelompok danExplore
(menyelidiki) memberi kesempatan untuk berusaha bekerja dalam
bekerja sama dalam kelompok
kelompok secara mandiri
Guru berperan sebagai Membuktikan hipotesis yang
fasilitator sudah dibuat pada tahap
sebelumnya, mencoba
alternatif pemecahann ya
dengan melakukan
pengamatan, mengumpulkan
data, diskusi dengan
kelompoknya dan membuat
suatu kesimpulan
14
Tahapan
ModelKegiatan Guru Kegiatan Siswa
Learning
Cycle 5E
Explain Mendorong siswa untuk Mencoba memberikan
(menjelaskan) menjelaskan konsep dengan penjelasan terhadap konsep
kalimat mereka sendiri yang ditemukan
Meminta bukti dan Menggunakan data hasil
klarifikasi dari penjelasan pengamatan dalam memberi
siswa penjelasan
Mendengar secara kritis Melakukan pembuktian
penjelasan antar siswa terhadap konsep yang diajukan
Memandu diskusi Melakukan diskusi
Memberi definisi dan Mendengarkan dan memahami
penjelasan tentang konsep penjelasan guru
yan g dibahas den gan
menggunakan penjelasan
siswa
Mengingatkan siswa pad a Menerapkan konsep danExtend
(memperluas) penjelasan alternatif dan keterampilan dalam situasi
mempertimbangkan data saat baru dan menggunakan label
mereka mengeksplorasi dan definisi formal
situasi baru
Mendorong dan Memecahkan masalah,
memfasilitasi siswa untuk membuat keputusan,
menerapk an konsep dalam melakukan percobaan dan
situasi yang baru pengamatan
15
Tahapan
ModelKegiatan Guru Kegiatan Siswa
Learning
Cycle 5E
Evaluate Mengamati pengetahuan Mengevaluasi belajarnya
(menilai) atau pemahaman siswa sendiri dengan mengajukan
pertanyaan dan mencari
jawaban dari bukti dan
penjelasan yang telah
diperoleh sebelumn ya
Mendorong siswa Mengambil kesimpulan lanjut
melakukan evaluasi diri atas situasi belajar yang
dilakukann ya
Mendorong siswa Melihat dan menganalisis
memahami kekurangan atau kekurangan atau kelebihannya
kelebihannya dalam kegiatan dalam kegiatan pembelajaran
pembelajaran
(Made Wena, 2009:173)
Berdasarkan pada tahapan-tahapan model learning cycle 5E di atas,
terlihat bahwa proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer ilmu pengetahuan
dari guru ke siswa, melainkan proses perolehan konsep yang berorientasi pada
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, siswa dapat mempelajari materi secara bermakna dengan
bekerja dan berfikir, pengetahuan dikonstruksi dari pen galaman siswa melalui
penyelidikan dan penemuan untuk memecahkan masalah, kemudian siswa dapat
mengungkapkan konsep yan g sesuai den gan pengalamannya dan menggunakan
16
pemahaman yang telah diperoleh untuk memecahkan permasalahan lain yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan guru lebih banyak
bertan ya d aripada memberi tahu. Misalnya pada saat akan melakukan percobaan,
guru tidak memberikan petunjuk langkah-langkah yang h arus dilakukan siswa,
tetapi guru mengajukan pertanyaan penuntun tentang apa yang akan dilakukan
siswa. Dengan demikian keterampilan proses sains siswa dapat digali dengan
menerapkan model learning cycle 5E.
C. Keterampilan Proses Sains
IPA pad a hakikatnya terdiri dari tiga aspek penting yaitu proses, produk
dan sikap. Produk dimaksudkan bahwa di dalam IPA terdapat sekumpulan
pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-
hukum, dan teori. Proses merupakan seluruh kegiatan-kegiatan ilmiah untuk
mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan sikap merupakan
sikap ilmiah yang dimiliki para ilmuwan dalam melakukan proses IPA (Nani
Dahniar, 2006 ). Dalam melakukan kegiatan tersebut, par a ilmuwan memiliki
keterampilan-keterampilan yang disebut keterampilan proses sains (Conny
Semiawan, 1986).
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan ilmiah yang
melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial yang
diperlukan untuk memperoleh dan men gembangk an fakta, konsep dan prinsip IPA
(Nuryani Rustaman, 2005:86). Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat
karena dengan melakuk an keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya.
17
Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena siswa
menggunkan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan
keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, misalnya mendiskusikan hasil
pengamatan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:138) keterampilan proses sains
merupakan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, fisik dan sosial
yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yan g pad a prinsipnya telah
ada dalam diri siswa. Keterampilan proses sains merupakan wahana penemuan
dan pengembangn fakta, konsep dan prinsip IPA bagi diri siswa. Fakta, konsep
dan prinsip IPA yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperan dalam
pengembangan keterampilan proses pada diri siswa. Interaksi antara
pengembangan k eterampilan dengan fakta, konsep serta prinsip IPA pada
akhirnya akan mengembangkan sikap ilmiah pada diri siswa.
Dari pengertian keterampilan proses sains yang dikemukakan oleh p ara
ahli, dapat dirumuskan bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan
ilmiah yang men cakup keterampilan intelektual, manual dan sosial yang
bersumber d ari kemampuan-kemampuan dasar yang pada prinsipnya telah ada
dalam diri siswa yang digunakan untuk menemukan dan mengembangkan fakta,
konsep dan prinsip IPA serta mengembangkan sikap ilmiah sehingga
keterampilan proses sains perlu dilatihkan pada siswa.
Menurut C onny Semiawan (1986:14 ) terdapat beberapa alasan yang
mendasari perlunya dilatihkan keterampilan proses sains pad a siswa dalam
18
kegiatan belajar men gajar yaitu: (1) siswa harus dilatih untuk menemukan
pengetahuan dan konsep serta mengembangkann ya sendiri, (2) siswa akan mudah
memahami konsep-konsep yan g rumit dan abstrak jika disertai contoh yang
konkrit, (3) siswa perlu dilatih untuk selalu bertanya, berfikir kritis dan
mengusahakan kemungkinan-kemungkinan untuk menjawab suatu masalah, (4)
dalam proses belajar mengajar pen gembangan konsep tidak terlep as dari
pengembangan sikap dalam diri siswa, dengan dilatihkannya keterampilan proses
sains dapat mengembangkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dalam melatihkan
keterampilan proses sains pada siswa tentunya perlu didukung oleh guru. Dengan
kata lain guru berperan dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
Adapun peran guru d alam mengembangkan keterampilan proses sains
siswa yaitu: (1) memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan
keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena yang
memungkinkan siswa menggunakan alat indranya, mengumpulkan bukti-bukti,
bertan ya, merumuskan hipotesis dan keterampilan proses lainnya, (2) memberi
kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ataupun kelas, (3)
membantu siswa untuk menyadari bahwa keterampilan proses sains penting
sebagai bagian dari proses belajar mereka sendiri, (4) memberikan teknik secara
tepat untuk meningkatkan keterampilan. Dengan demikian guru bertindak sebagai
fasilitator, guru tidak memberikan konsep kepada siswa, tetapi berusaha untuk
membimbing dan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa untuk
dapat melakukan penemuan konsep-konsep atau fakta-fakta.
19
Menurut Nuryani Rustaman (2005:86), k eterampilan proses terdiri atas
sejumlah keterampilan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Keterampilan
proses tersebut adalah keter ampilan mengamati, menginterpretasi data,
meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan,
menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep dan mengajukan p ertan yaan.
Berikut ini adalah penjelasan men genai keterampilan-keterampilan proses
tersebut :
1. Mengamati
Mengamati merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar.
Mengamati adalah kemampuan mengumpulkan fakta, mencari persamaan dan
perbedaan atau memilih-milih mana yan g penting, kurang atau tidak penting
dengan menggunakan sebagian atau semua indr a. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006:142) mengamati memiliki dua sifat utama yaitu: 1) sifat kualitatif,
mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan
indra untuk memperoleh informasi, 2) sifat kuantitatif, mengamati bersifat
kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunak an indra juga
memberikan peralatan lain yan g memberikan informasi khusus dan tepat.
2. Menginterpretasi data
Fakta atau data yang diperoleh dari hasil pengamatan serin g kali
memberikan suatu pola. Pola dari fakta atau data ini bisa ditafsirkan lebih lanjut
menjadi suatu penjelasan yan g logis. Menginterpretasi data merupakan
kemampuan mencatat data hasil percobaan, menghubungkan hasil-hasil percobaan
20
dan menemukan pola dari sejumlah data yang dikumpulkan kemudian menarik
kesimpulan dari hasil percobaan.
3. Meramalkan
Meramalkan disebut juga memprediksi, yaitu kemampuan memperkirakan
sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang menunjukan suatu
kecenderungan atau pola yang sudah ada. Keterampilan memprediksi bertolak
dari keterampilan interp retasi yaitu menemukan p ola. Setelah pola dikenali siswa,
mereka memperkirakan hal-hal yang belum terjadi berd asarkan pola tersebut.
Melalui cara ini prediksi akan lebih nyata bagi siswa dan jelas perbedaannya
dengan hipotesis.
4. Berkomunikasi
Berkomunikasi dapat diartikan menyampaik an data dan memperoleh fakta,
konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual atau audio
visual. Keterampilan berkomunikasi merupakan kemampuan menjelaskan hasil
percobaan melalui kegiatan diskusi, menggambarkan data empiris dengan grafik
atau tabel atau diagram, menyusun dan menyampaikan laporan hasil percobaan.
5. Berhipotesis
Berhipotesis merupak an kemampuan men yatak an hubungan antara dua
variabel dan mengajukan perkiraan penyeb ab sesuatu terjadi. Kebenaran hipotesis
akan diuji melalui percobaan.
6. Merencanakan percobaan
Merencanakan percobaan adalah merancang kegiatan yang dilakukan
untuk menguji hipotesis, memeriksa kebenaran atau memperlihatkan prinsip-
21
prinsip atau fakta-fakta yang telah diketahui. Keterampilan merencanakan
percobaan merupakan kemampuan menentukan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam percobaan, menentukan variabel yang akan diamati dan diukur
dan menentukan langkah-langkah percobaan yang akan ditempuh.
7. Menggunakan alat dan bahan
Menggunakan alat dan bahan merupakan kemampuan menggunakan alat
dan bahan serta mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan tersebut.
8. Menerapkan konsep
Menerapkan konsep merupakan kemampuan menggunak an konsep yang
telah dimiliki untuk memecahkan masalah tertentu atau menjelaskan suatu
peristiwa baru.
9. Mengajukan pertanyaan
Bertan ya dalam ilmu pengetahu an memerlukan suatu pemikiran.
Mengajukan pertanyaan merupak an salah satu keterampilan proses sains yang
ditandai oleh adanya kemampuan mengajukan pertanyaan yang meminta
penjelasan dan menanyakan sesuatu hal yang berlatar belakang hipotesis.
22
D. Hubungan Model Learning Cycle 5E dengan Ketera mpilan Proses Sains
Proses pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan kepada
pengetahuan yang harus dikuasai siswa tetapi yang diutamakan adalah
kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Dalam hal ini guru
mengajar buk anlah memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan
suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Selain itu dalam
pembelajaran lebih ditekankan pada prosesnya sehingga lebih banyak diarahkan
kepada latihan keterampilan proses sains dalam usaha menemukan pengetahuan
itu sendiri. Dengan d emikian diperlukan suatu pembelajaran yang dapat
menunjang dilatihkannya keterampilan proses sains siswa. Salah satu model
pembelajaran yang dipandang dapat membantu dan memfasilitasi siswa
melatihkan aspek-aspek keterampilan proses sain s adalah den gan model learning
cycle 5E. Adapun hubun gan model learning cycle 5E dengan k eter ampilan proses
sains dapat dilihat pada tabel 2.2.
23
Tabel 2.2Hubungan T ahapan Model Learning Cycle 5E dengan
Aspek Ketera mpilan Proses Sains
Tahapan Aspek
Model KeterampilanKegiatan Pembelajaran
Learning Proses Sains yang
Cycle 5E Dapat Digali
Guru membangkitkan rasa ingin tahu Mengamati danEngage
(mengajak) siswa dengan mengajukan berhipotesis
permasalahan melalui kegiatan
demonstrasi atau menunjukan suatu
fenomena. Kemudian siswa diajak
untuk membuat hipotesis berdasarkan
masalah yang diajukan oleh guru.
Explore Siswa membuktikan hipotesis dengan Merencanak an
melakukan pen yelidikan secara percobaan,(menyelidiki)
berkelompok. menggunakan alat
Pada fase ini guru bertindak sebagai dan bahan,
fasilitator membantu siswa agar mengamati,
bekerja pada ruang lingkup menginterpretasi
permasalahan. data, meramalkan,
mengajukan
pertanyaan dan
berkomunikasi
24
Tahapan Aspek
Model KeterampilanKegiatan Pembelajaran
Learning Proses Sains yang
Cycle 5E Dapat Digali
Explain Siswa menjelaskan konsep atau hasil Berkomunikasi dan
(menjelaskan) penyelidikan den gan kata-kata sendiri mengajukan
melalui kegiatan diskusi kelas. pertanyaan
Guru meminta bukti dan klarifikasi
dari penjelasan siswa dan
mengarahk an kegiatan diskusi,
sehingga pada akhirnya didapatkan
suatu kesimpulan yang lebih formal.
Extend Siswa diberi kesempatan untuk Menerapkan konsep
(memperluas) menerapk an konsep yang telah
diperoleh pada suatu permasalahan
atau dalam situasi baru.
Siswa mengevaluasi belajarnya MengajukanEvaluate
(menilai) sendiri dengan mengajukan pertanyaan
pertanyaan, mengambil kesimpulan
lanjut atas situasi belajar yang
dilakukan dan menganalisis
kekurangan atau kelebihannya dalam
kegiatan pembelajaran. Kemudian
siswa merespon pertanyaan dari guru
yan g akan mendorong untuk
melakukan penyelidikan lebih lanjut
pada pertemuan selanjutnya.
25
Berdasarkan tab el 2.2 di atas dapat terlihat bahwa pada setiap tahapan
model learning cycle 5E dapat digali aspek keterampilan proses sains pada siswa,
sehingga terdapat hubungan antara tahapan model learning cycle 5E dengan
keterampilan proses sains yan g diteliti. Dengan demikian keterampilan proses
sains diharapkan dapat dilatihkan dan ditingkatkan dengan menerapkan model
learning cycle 5E dalam pembelajaran.