32
SATUAN ACARA BERMAIN Menggambar dan Mewarnai Untuk memenuhi tugas praktik Profesi Keperawatan Di IRNA IV Ruang 7A IKA Rumah sakit Dr. Saiful Anwar Malang Department Anak Disusun Oleh : Siti Chotijah Dedit Budianto Desi Putri Hermawati Rifa Diana Kurniawati PROGRAM STUDY DIII – KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Sab 7a Drawing

Embed Size (px)

DESCRIPTION

satuan acara bermain menggambar dan mewarnai

Citation preview

SATUAN ACARA BERMAIN

Menggambar dan Mewarnai

Untuk memenuhi tugas praktik Profesi Keperawatan

Di IRNA IV Ruang 7A IKA Rumah sakit Dr. Saiful Anwar Malang

Department Anak

Disusun Oleh :

Siti Chotijah

Dedit Budianto

Desi Putri Hermawati

Rifa Diana Kurniawati

PROGRAM STUDY DIII – KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014/2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh

dengan stres yang mana akan menimbulkan reaksi pada anak yang sesuai dengan

perkembangannya, diantaranya anak akan merasa cemas dan akan timbul ketakutan

akibat perpisahan dengan keluarga ataupun linkungan terutama pada anak yang di rawat

lama.

Terapi bermain ini sangat dibutuhkan oleh seorang anak, dimana ini merupakan

kebutuhan psikososial anak baik keadaan sehat maupn sakit. Bermain pada anak yang di

hospitalisasi dapat meningkatkan kecerdasannya dalam berfikir dan membantu anak

untuk mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada

anak. Pada anak prasekolah dan sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan

motorik halusnya sudah baik pula dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.

Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak prasekolah dan sekolah, maka

dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan

bermain akan membuat anak menjadi lebih rileks.

Adapun sasaran utama dalam terapi ini adalah anak-anak yang dirawat dengan

diagnosa medis Typhoid ataupun DHF ( Dengue Haemorhagic Fever ), karena pada

dasarnya penyakit ini memiliki manifestasi klinis peningkatan suhu tubuh ( demam ).

Selain terapi yang diberikan kepada anak terapi medikasi yang tidak kalah pentingnya

yaitu memperbanyak minum air putih untuk mengembalikan homeostatis ( kecendrungan

menetap dalam keadaan tubuh normal dalam suatu organisme ) cairan tubuh. Selain itu

anak-anak juga harus mengetahui cara untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh

( demam )lainnya ,yaitu dengan cara kompres untuk menurunkan suhu tubuh serta

mengenal lebih dekat thermometer sebagai alat untuk mengukur suhu tubuh.

Banyaknya anak-anak yang menderita Thypoid dan DHF di RSUD Budi asih

Lantai V timur dengan berbagai tingkat usia anak, maka kami mengambil tingkat

populasi anak usia pre school dan usia sekolah yaitu rentang usia 3 hingga usia 12 tahun

untuk melakukan terapi bermain puzzle yang berkaitan dengan demam setelah itu pasien

diminta bercerita tentang puzzlenya dan lomba minum aer putih sebagaimana salah satu

cara menurunkan demam.

Alasan kelompok kami mengadakan therapy kelompok bermain pada anak usia

prasekolah dan sekolah karena lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak

bermain. Selain itu alasan kelompok kami mengadakan therapy bermain menyusun

puzzle gambar pada usia prasekolah dan sekolah adalah untuk mengembangkan motorik

halus, intelektual, keterampilan kognitif dan pasien dapat bercerita tentang puzzlenya

terkait dengan kemampuan berbahasa. Selain itu pada usia ini merupakan usia awal

dalam berimajinasi serta sudah lebih kooperatif untuk diajak bermain.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia preschool (3-6 tahun)

selama kurang lebih 45 menit diharapkan anak dapat mengenal demam dan

mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya serta dapat melanjutkan

tumbuh kembang anak yang normal atau sehat.

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari program bermain ini yaitu agar :

a. Dapat menambah wawasannya

b. Dapat merangsang imajinasi anak

c. Dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak

d. Dapat merangsang rasa kreatif anak

e. Dapat mengembangkan kepercayaan dirinya

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Bermain

Bermain menurut J.Cpaing ( 2002 ) adalah cara unik bagi anak memahami dan

mempelajari dunianya. Bermain yang merupakan cara anak untuk memenuhi

kebutuhannya,

Sedangkan menurut Chaterine Garvey ( 2007 ) bermain adalah cara anak lebih

sering berperan aktif, berkaitan dengan sisi dari kehidupannya seperti untuk melanjutkan

perkembangan social dan meningkatkan kreatifitasnya bermain merupakan media untuk

belajar karena melalui bermain anak akan:

1. Berkomunikasi

2. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan

3. Melakukan apa yang dapat dilakukan

4. Mengenal waktu, warna dan jenis, dsb

Sebagian besar interaksi antara teman sebaya selama masa kanak-kanak

melibatkan permainan. Karena itu, kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya

dalam masa ini terjadi dalam permainan. Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas

sosial yang dominan pada awal anak-anak, sebab anak-anak menghabiskan waktu lebih

banyak waktunya di luar rumah dengan teman-temannya dibanding dengan aktivitas

lainnya. Permainan adalah  suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk

kepentingan kegiatan itu sendiri. Bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik

daripada hasil yang akan didapatkannya (Schwartman, 2008)

B. Fungsi Permainan.

Permainan memiliki banyak fungsi, permainan juga memiliki arti yang sangat

penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Permainan meningkatkan afliasi

dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif,

meningkatkan daya jelajah dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang

secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak

akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak

mempraktekkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.

Hetherington & Parker (2009) menyebutkan ada tiga fungsi utama dari

permainan:

1. Fungsi Kognitif.

Fungsi kognitif permainan membantu perkembangan kognitif anak, yaitu dengan

permainan anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya

dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.

2. Fungsi Sosial.

Fungsi sosial permainan dalam meningkatkan perkembangan sosial anak,

khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran. Anak belajar

memahami orang lain dan peran-peran yang akan dimainkan dikemudian hari setelah

tumbuh menjadi orang dewasa.

3. Fungsi Emosi

Fungsi emosi permainan memungkinkan anak memecahkan sebagian dari

masalah emosionalnya, anak belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin karena

kemungkinan besar permainan anak melepaskan energi fisik yang dan membebaskan

perasaan-perasaan yang terpendam.

Bagi Freud dan Erikson permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia

yang sangat berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan konflik karena tekanan-

tekanan terlepas di dalam permainan anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan.

Piaget melihat permainan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan

kognitif anak-anak. Ia juga mengatakan bahwa perkembangan kognitif anak-anak

membatasi cara mereka bermain. Piaget juga yakin, bahwa struktur-struktur kognitif

perlu dilatih dan permainan memberi setting yang sempurna bagi latihan ini. Misalnya :

saat anak belajar dengan angka-angka mereka akan tertawa dan bahagia saat berhasil

menyelesaikan dengan baik.

Vygotsky, ia yakin bahwa permainan adalah suatu setting yang sangat bagus bagi

perkembangan kognitif. Ia tertarik khususnya pada aspek-aspek simbolis dan kayalan

suatu permainan. Contoh : seorang anak menganggap boneka sebabagai sosok bayi yang

hidup.

Daniel Berlyne menjelaskan permainan sebagai suatu yang menegaskan dan

menyenangkan karena permainan itu memuaskan dorongan penjelajahan kita, yang

meliputi keingintahuan dan hasrat akan informasi tentang sesuatu yang baru atau yang

tidak bisa.

C. Jenis-Jenis Permainan.

Studi kalsik terhadap aktivitas permainan anak-anak pra sekolah di lakukan oleh

Mildred Perten. Berdasarkan oservasinya terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun,

Perten menentukan 6 ketegori permainan anak-anak yaitu:

1. Unoccupied Play. Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik

perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang

tidak terkontrol.

2. Solitary Play. Anak dalam sebuah kelompok asik bermain sendiri-sendiri dengan

bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain

dan tidak peduli terhadap apapun yang yang sedang terjadi.

3. Onlooker Play. Terjadi ketika anak melihat orang lain bermain, anak ikut berbicara

dengan anak-anak lain itu dan mngajukan pertanyaan. Tetapi anak tidak ikut terlibat

dalam permainan tersebut.

4. Parallel Play. Anak-anak bermain dengan permainan yang sama, tetapi tidak ada

kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar permainan.

5. Assosiative Play. Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan, tetapi p

ermainan itu tidak mengarah kepada sastu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan

pembagian alat-alat permainan

6. Cooperative Play. Anak-anak bermain dalam kelompok yang teroganisir, dengan

kegiatan-kegiatan konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata dimana setiap anak

mempunyai peranan sendiri-sendiri. Kelompok ini di pimpin dan diarahkan oleh satu

atau dua orang anak sebagai pimpinan kelompok.

Kategori Parten tersebut berdasarkan kategori permainan yang menekankan di

dalam dunia sosial anak, tetapi ada juga permainan yang menekankan pada aspek kognitif

dan sosial dari suatu pemainan.

1. Permainan Sensorimotor / Praktis.Permainan Sensorimotor ialah perilaku yang

diperlihatkan oleh bayi untuk memperoleh kenikmatan dan melatih perkembangan

sensorimotor mereka. Selama tahun-tahun pra sekolah anak terlibat dalam

permainan yang melibatkan praktek beragam keterampilan.

2. Pemainan Pura-Pura / Simbolis.Pemainan Pura-Pura / Simbolis terjadi ketika anak

mentransformasikan lingkungan fisik kedalam suatu simbol. Jenis permaian

khayalan ini seringkali nampak pada usia kurang lebih 18 bulan dan mencapai

puncak pada usia 4 hingga 5 tahun, kemudian menurun secara berangsur-angsur.

3. Permainan Sosial.Permainan Sosial ialah permainan yang melibatkan interaksi sosial

dengan teman-teman sebaya.

4. Permainan Konstruktif.Permainan Konstruktif mengkombinasikan kegiatan

sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan-gagasan simbolis.

Permainan konstruktif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi

atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri.

Misalnya menggerakkan jari-jari mereka ke kuas (permainan praktis), anak-anak

lebih suka mengambar kerangka rumah atau orang (permainan konstruktif).

D. Tujuan Bermain

Adapun tujuan bermain pada usia prasekolah dan usia sekolah adalah diantaranya:

1. Menyalurkan emosi / peran anak

2. Mengembangkan keterampilan berbahasa dan kognitif

3. Melatih motorik halus kasar

4. Mampu menyusun gambar yang sudah ditentukan

5. Meningkatkan kemampuan berbahasa

6. Dapat melanjutkan tumbang yang normal

7. Dapat mengekspresikan perasaan,keinginan dan fantasi /ide-ide

8. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah

9. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat

BAB III

PENGORGANISASIAN KEGIATAN BERMAIN

I. Topik : Menggambar objek untuk terapi hospitalisasi

Jenis Permainan : Menggambar dan Mewarnai.

Terapis : Empat orang mahasiswa

Sasaran : Lebih kurang 5 – 6 klien.

Waktu : 1 x 45 menit

Tempat : Ruang rawat anak 7A RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

II. Kelompok Usia

Permainan ini dikelompokkan bagi anak kelompok usia prasekolah dan usia

sekolah yaitu dengan rentang usia 3 – 6 tahun.

III. Organisasi

A. Waktu Pelaksanaan.

Hari/tanggal : Jum’at 20 Februari 2014

Waktu : 09.00 – 09.45 WIB

Perkenalan : 5 menit

Permainan : 30 menit

Terminasi : 10 menit

B. Tim Terapis

1. Leader :

Tugas :

Memimpin jalannya terapi bermain

Dapat mempelajari anggota kelompok dalam waktu yang sama.

Memonitor perkembangan kelompok untuk mencapai tujuan

Waspada dalam kegiatan terapi kelompok

Memberikan kenyamanan setiap anggota dalam melaksanakan

kegiatan terapi

Memiliki kemampuan untuk bersikap asertif, sehingga kelompok

dapat mencapai tujuan yang disampaikan.

Dapat mengorganisasikan keputusan yang diambil dalam kelompok

Memperkenalkan diri dan anggota kelompok lainnya.

Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.

Menjelaskan peraturan bermain

2. Co.Leader :

Tugas :

Menyampaikan informasi kepada leader, observer dan fasilitator.

Mengingatkan leader tentang waktu pelaksanaan dan mengingatkan

prosedur pelaksanaan kegiatan yang tertinggal.

3. Fasilitator :

Tugas :

Memotivasi anggota kelompok yang kurang aktif

Memotivasi agar anggota kelompok merespon sesuai dengan perilaku

anggota yang lain.

4. Observer:

Tugas :

Mengamati keamanan jalannya terapi bermain

Mencatat perilaku dn aktivitas klien baik verbal maupun non verbal

Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

(Stuart and Laraia, 1998)

C. Media dan alat

Buku gambar

Crayon

Pensil

Objek Gambar

D. Setting Tempat

1. Tempat : Ruang rawat anak 7A RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2. Bentuk Setting :

Keterangan :

: Meja

: Leader

: Co. leader

: Observer

: Fasilitator

: Peserta

E. Implementasi

1. Persiapan

Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi

Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Fase orientasi

salam terapeutik

Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan anggota kelompok

lain peserta memperkenalkan diri satu persatu.

Evaluasi

Menanyakan perasaan klien saat ini.

Kontrak

Terapis menjelaskan waktu, tempat, dan tujuan kegiatan yaitu anak dapat lebih

mengenal karakteristik dirinya sendiri serta mengekpresikan imajinasi anak.

3. Fase Kerja

Terapis menjelaskan aturan bermain:

-Leader meminta anak untuk menggambar objek yang disedikan oleh therapis.

-Waktu untuk menggambar dan mewarnai tersebut adalah 10 menit

-Jika gambar telah selesai, leader meminta anak untuk menyebutkan dan

menceritakan kembali.

-Setelah semua gambar selesai, peserta diajak menceritakan tentang gambarnya.

-Pemenang dibagi menjadi tiga yaitu juara 1, 2 dan 3

-Jika ada peserta yang ingin keluar harus menunjuk tangan dan memberitahukan

fasilitator

-Jika ada peserta yang drop out fasilitator menanyakan alasan kalau mungkin

motivasi kembali kegiatan

-Peserta harus hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan berlangsung

Fasilitator menyiapkan peralatan bermain

Fasilitator memberi motivasi kepada anak.

Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama program

bermain

4. Fase terminasi

Evaluasi respon subyektif

Leader menanyakan perasan klien setelah mengikuti program bermain.

Evaluasi respon obyektif

observer mengobservasi prilaku peserta selama kegiatan terkait dengan tujuan

Tindak lanjut

Menganjurkan kepada masing- masing anak untuk menebak gambar yang telah

digambar.

BAB IV

EVALUASI PROGRAM BERMAIN PADA ANAK

A. Struktur

1. Proposal sudah disetujui oleh pembimbing

2. Persiapan alat dilakukan 3 ( tiga ) hari sebelumnya.

3. Persiapan klien terpilih, melakukan kontak untuk pelaksanaan program bermain

satu hari sebelumnya

4. Izin menggunakan tempat dengan kepala ruangan

5. Diskusi kelompok untuk membagi tugas dalam bermain ( leader, Co leader,

pasilitator, observer )

B. Proses

1. Klien atau peserta aktip mengikuti kegiatan sampai selesai

2. Tidak ada perubahan posisi bermain

3. Leader dan Coleader dapat mengarahkan peserta untuk aktip melaksanakan

kegiatan

4. Fasilitator dapat dekolitasi peserta untuk aktif menyelesaikan kegiatan sampai

selesai

5. Observer dapat melaporkan jalannya kegiatan

6. Hasil

a. Klien mampu bergabung dengan temanya dalam kelompok kecil

b. 80% peserta dapat mengikuti kegiatan sampai selesai dan dapat menggambar

sesuai dengan kemampuan kognitif.

c. 50% peserta aktif mengikuti kegiatan permainan karena peserta dalam kondisi

yang lemah

7. Kendala dan hambatan

a. Kurangnya persiapan personil

b. Kurangnya persiapan alat

c. Peserta yang kurang kooperatif

d. Ada peserta yang keadaan umunya lemah

BAB V

PENUTUP

Dengan diadakannya terapi bermain ini diharapkan tujuan yang diharapkan dalam terapi

ini dapat terlaksana dan memberikan banyak manfaat yang baik bagi anak, keluarga maupun

terapis pelaksana dan perawat ruangan.

Dengan lomba menggambar yang berkaitan dengan sensorik diharapkan peserta lebih

mengenal karakteristik dirinya. Serta anak dapat atau mampu mengekspresikan perasaannya

lewat bermain yang tentu saja juga memberikan manfaat terhadap proses penyembuhan dan

tumbuh kembangnya baik saat berada di Rumah Sakit maupun selama perawatan di rumah.

A. Rencana Pelaksanaan :

No Terapis Waktu Subjek terapi

1 Persiapan

a. Menyiapkan ruangan.

b. Menyiapkan alat-alat.

c. Menyiapkan anak dan keluarga

10 menit Ruangan,alat,anak dan keluarga

siap

2 Proses :

a. Membuka proses terapi bermain

dengan mengucap kan salam,

memperkenalkan diri.

b. Menjelaskan pada anak dan

keluarga tentang tujuan dan

manfaat bermain, menjelaskan

cara permainan.

2. Mulai menyusun puzzle

5 menit

15 menit

Menjawab salam,

Memperkenalkan diri,

Memperhatikan

3. Anak bercerita tentang puzzle

4. Lomba minum air putih

5. Permainan berakir ketika

semua anak sudah

menghabiskan aqua yang

diberikan ( yang paling cepat

menghabiskan air putih

menjadi pemenang)

c. Mengevaluasi respon anak dan

keluarga.

5 menit

Bermain bersama dengan antusias

dan mengungkapkan perasaannya

3 Penutup (1 menit).

Menyimpulkan, mengucapkan

salam

10 menit Memperhatikan dan menawab

salam

IV. Evaluasi

1. Jenis evaluasi yang digunakan evaluasi formatif

2. Menggunakan evaluasi lisan,anak mampu :

a. Anak termotifasi untuk melakukan anjuran yang diberikan oleh dokter dan

perawat

b. Anak dapat menghabiskan minuman yang diberikan oleh perawat

c. Anak termotifasi untuk minum setelah berakirnya terapi bermain

DAFTAR REFERENSI

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada

Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com

Soetjiningsih. 2011. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Read more: http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/12/satuan-acara-bermain-

terapi.html#ixzz3S78uw4K0