19
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2003 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan, Pengelolaan Tahura dilaksanakan oleh Gubernur, Walikota/Bupati, telah dikeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.353/Menhut-II/2004 tentang Penetapan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Produksi Tetap pada Kelompok Hutan Bunder menjadi Taman Hutan Raya, yang mewajibkan pengelolaan Taman Hutan Raya dengan baik serta memberi manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat; b. bahwa kawasan Taman Hutan Raya Bunder memiliki letak strategis dan keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain, serta kekayaan alam hayati dan non hayati yang sangat beragam dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan ekowisata sehingga perlu diberikan perlindungan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827); SALINAN

SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR 13 TAHUN 2013

TENTANG

PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor 107/Kpts-II/2003 tentang Penyelenggaraan Tugas

Pembantuan, Pengelolaan Tahura dilaksanakan oleh

Gubernur, Walikota/Bupati, telah dikeluarkan Keputusan

Menteri Kehutanan Nomor SK.353/Menhut-II/2004 tentang

Penetapan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Produksi

Tetap pada Kelompok Hutan Bunder menjadi Taman Hutan

Raya, yang mewajibkan pengelolaan Taman Hutan Raya

dengan baik serta memberi manfaat dan kesejahteraan bagi

masyarakat;

b. bahwa kawasan Taman Hutan Raya Bunder memiliki letak

strategis dan keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain,

serta kekayaan alam hayati dan non hayati yang sangat

beragam dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

pendidikan, dan ekowisata sehingga perlu diberikan

perlindungan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana

telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3

jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah

Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 827);

SALINAN

Page 2: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

2

3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3419);

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41

Tahun 1999 tentang Kehutanan yang telah ditetapkan

menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4412);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4844);

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5339);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang

Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11 Tahun

1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor

58);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang

Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4453);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang

Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman

Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5116);

Page 3: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

3

10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor

56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5217);

11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut–II/2010

tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka

Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan

Taman Wisata Alam;

12. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 7 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang

Menjadi Kewenangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2007 Nomor 7);

13. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025 (Lembaran Daerah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 Nomor 1,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2012 Nomor 1);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN TAMAN

HUTAN RAYA BUNDER.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Taman Hutan Raya yang selanjutnya disebut Tahura adalah Taman Hutan

Raya Bunder.

Page 4: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

4

2. Kawasan Tahura adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan

atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk

kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.

3. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik

di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem

penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa serta pemanfatan secara lestari sumber daya hayati dan

ekosistemnya.

4. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela untuk menikmati keunikan dan

keindahan alam.

5. Blok Perlindungan adalah bagian dari kawasan Tahura yang diperuntukan

bagi perlindungan jenis-jenis tumbuhan dan satwa dari pengaruh kegiatan

lainnya.

6. Blok Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan Tahura yang secara intensif

diperuntukkan untuk kegiatan wisata, pengusahaan, pengelolaan dan

pengembangan serta budidaya tanaman.

7. Blok Lainnya adalah bagian dari kawasan Tahura yang ditetapkan karena

adanya kepentingan khusus guna menjamin efektivitas pengelolaan

Tahura. Blok Lainnya antara lain terdiri dari blok tradisional, blok religi,

blok budaya, dan blok sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan

keagamaan, kegiatan adat budaya, perlindungan nilai-nilai budaya, atau

sejarah.

8. Rencana Pengelolaan Tahura adalah panduan yang memuat tujuan,

kegiatan, dan perangkat yang diperlukan untuk pengelolaan Tahura.

9. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah bentuk usaha yang memanfaatkan

potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan

mengurangi fungsi utamanya, seperti pemanfaatan untuk wisata alam,

pemanfaatan air, pemanfaatan keindahan dan kenyamanan.

10. Pemanfaatan kawasan adalah bentuk pemanfaatan kawasan pada Tahura

dengan tidak mengurangi fungsi kawasan.

11. Kerjasama adalah kesepakatan antara pemerintah daerah dengan pihak

ketiga tentang pengelolaan Tahura yang dibuat secara tertulis serta

menimbulkan hak dan kewajiban.

12. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta.

13. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

14. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

15. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD

adalah perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Daerah yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan.

Page 5: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

5

Pasal 2

Pengelolaan Tahura dilaksanakan berdasarkan asas:

a. manfaat;

b. lestari;

c. keadilan;

d. kebersamaan;

e. keterbukaan; dan

f. keterpaduan.

Pasal 3

Pengelolaan Tahura bertujuan untuk:

a. menjamin kelestarian Tahura serta pelestarian plasma nutfah hutan

Indonesia;

b. membentuk, memelihara, melengkapi, dan melestarikan koleksi tumbuhan

dan satwa serta potensi Tahura;

c. optimalisasi pemanfaatan Tahura untuk tujuan koleksi tumbuhan, satwa

dan budidayanya.

d. mewujudkan tata kelola yang profesional, sinergis, dan partisipatif;

e. mewujudkan pengembangan Tahura sebagai kawasan kegiatan penelitian,

pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, pariwisata dan rekreasi; dan

f. mewujudkan Tahura sebagai simpul pertumbuhan dan pengembangan

kawasan sekitarnya.

BAB II

FUNGSI KAWASAN DAN KEGIATAN PEMANFAATAN

Bagian Kesatu

Fungsi Kawasan

Pasal 4

Kawasan Tahura berfungsi untuk:

a. perlindungan sistem penyangga kehidupan;

b. konservasi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa;

c. pemanfaatan secara lestari, sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

d. budidaya dan produksi tumbuhan dan satwa;

e. penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan; dan

f. menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi.

Page 6: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

6

Pasal 5

(1) Kawasan Tahura dibagi dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe,

fungsi dan rencana pemanfaatan hutan.

(2) Pembagian kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. blok perlindungan;

b. blok pemanfaatan; dan

c. blok lainnya.

(3) Pembagian kawasan dalam blok sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

digambarkan dalam Peta Kawasan Tahura sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

Bagian Kedua

Kegiatan Pemanfaatan

Pasal 6

Tahura dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:

a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi;

c. koleksi kekayaan keanekaragaman hayati;

d. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi

air, panas, dan angin serta wisata alam;

e. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam rangka menunjang budidaya

dalam bentuk penyediaan plasma nutfah;

f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan

g. pembinaan populasi melalui penangkaran dalam rangka

pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan

dalam lingkungan yang semi alami.

BAB III

PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Tahapan

Pasal 7

Pengelolaan Tahura dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. perencanaan;

b. pelaksanaan; dan

c. pembinaan, pengendalian dan pengawasan.

Page 7: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

7

Bagian Kedua

Perencanaan

Pasal 8

Perencanaan Tahura meliputi:

a. Inventarisasi potensi kawasan;

b. Penataan kawasan; dan

c. Penyusunan rencana pengelolaan.

Pasal 9

(1) Inventarisasi potensi kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

huruf a dilakukan oleh pengelola untuk memperoleh data dan informasi

potensi kawasan.

(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek

ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.

Pasal 10

Penataan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:

a. penyusunan zonasi atau blok pengelolaan; dan

b. penataan wilayah kerja.

Pasal 11

(1) Penyusunan rencana pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 huruf c, meliputi:

a. penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang; dan

b. penyusunan Rencana Pengelolaan tahunan.

(2) Penyusunan rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disusun sebagai acuan pengelolaan:

a. pemanfaatan kawasan sebagai pembangunan sarana dan prasarana

serta kelembagaan pengelolaan yang memadai;

b. perlindungan hutan sebagai penyangga kehidupan; dan

c. pengawetan tumbuhan dan/atau satwa langka, tumbuhan dan/atau

satwa yang memiliki nilai budaya dan kearifan lokal bagi masyarakat,

serta yang berpotensi untuk menunjang budidaya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara penyusunan rencana

pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Gubernur.

Page 8: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

8

Bagian Ketiga

Pelaksanaan

Paragraf 1

Lingkup Pelaksanaan

Pasal 12

(1) Pelaksanaan pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

huruf b meliputi:

a. penataan kawasan;

b. pengembangan potensi kawasan;

c. perlindungan dan pengamanan kawasan;

d. pembinaan lingkungan hidup; dan

e. pengembangan pariwisata.

(2) Pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

oleh SKPD.

Paragraf 2

Penataan Kawasan

Pasal 13

Penataan Kawasan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)

huruf a meliputi:

a. pemeliharaan batas dan tanda batas kawasan termasuk rekonstruksi

batas; dan

b. penataan kawasan ke dalam Blok Perlindungan, Blok Pemanfaatan dan

Blok lainnya.

Paragraf 3

Pengembangan Potensi Kawasan

Pasal 14

Pengembangan potensi kawasan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal

12 ayat (1) huruf b meliputi:

a. inventarisasi dan identifikasi potensi kawasan;

b. penataan blok pemanfaatan;

c. peningkatan nilai kawasan; dan

d. rehabilitasi kawasan yang rusak.

Page 9: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

9

Paragraf 4

Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Pasal 15

Perlindungan dan pengamanan kawasan Tahura sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c dilakukan dengan kegiatan:

a. perlindungan dan pengamanan batas fisik kawasan;

b. identifikasi daerah rawan gangguan;

c. pemasangan tanda larangan di tempat yang strategis;

d. patroli berkala dan berkesinambungan;

e. melibatkan masyarakat sekitar melalui pengamanan swakarsa; dan

f. penyediaan pos-pos jaga.

Paragraf 5

Pembinaan Lingkungan Hidup

Pasal 16

Pembinaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)

huruf d meliputi:

a. mempertahankan dan mengembangkan sumber daya alam dan sumber

daya hayati yang telah ada;

b. mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan baik secara

langsung atau tidak langsung; dan

c. melakukan pemulihan lingkungan hidup.

Paragraf 6

Pengembangan Pariwisata

Pasal 17

Pengembangan pariwisata di Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12

ayat (1) huruf e dengan memperhatikan:

a. daya dukung lingkungan;

b. rekam jejak investor;

c. partisipasi masyarakat di sekitar; dan

d. pemberian ruang terhadap berkembangnya budaya lokal.

Pasal 18

Jenis Usaha Pariwisata yang dapat dikembangkan di Kawasan Tahura

meliputi:

Page 10: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

10

a. penyediaan Jasa Wisata Alam:

1. informasi pariwisata;

2. pramuwisata;

3. transportasi;

4. perjalanan wisata;

5. cinderamata;

6. makanan dan minuman; dan/atau

7. usaha lain yang sejenis.

b. penyediaan Sarana Wisata Alam:

1. wisata tirta;

2. akomodasi;

3. transportasi;

4. wisata petualangan; dan/atau

5. usaha lainnya yang sejenis.

Pasal 19

(1) Penyediaan Jasa Wisata Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf a dapat dilakukan di seluruh kawasan Tahura dengan ketentuan

tidak mengganggu fungsi dan peruntukan blok.

(2) Penyediaan Sarana Wisata Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf b hanya dapat dilakukan pada blok pemanfaatan.

Bagian Keempat

Pembinaan, Pengawasan, Dan Pengendalian

Pasal 20

(1) Gubernur melakukan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian

terhadap pengelola Tahura.

(2) Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi.

(3) Koordinator Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD.

BAB IV

PERIZINAN

Pasal 21

(1) Setiap orang yang akan memanfaatkan Tahura wajib memiliki Izin

Pemanfaatan Kawasan dari Gubernur.

Page 11: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

11

(2) Gubernur dapat mendelegasikan kewenangan penerbitan izin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala SKPD.

(3) Peruntukan izin pemanfaatan kawasan meliputi kegiatan:

a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi;

c. koleksi kekayaan keanekaragaman hayati;

d. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam rangka menunjang

budidaya dalam bentuk penyediaan plasma nutfah;

e. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan

f. pembinaan populasi melalui penangkaran dalam rangka

pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan

dalam lingkungan yang semi alami.

(4) Izin pemanfaatan jasa lingkungan diberikan untuk kegiatan penyimpanan

dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan

angin serta wisata alam.

(5) Dalam hal izin pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

digunakan untuk kegiatan usaha maka diberikan:

a. izin usaha pemanfaatan kawasan; atau

b. izin usaha pemanfaatan Jasa Lingkungan.

Pasal 22

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara dan Persyaratan Permohonan

Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 diatur dengan Peraturan

Gubernur.

(2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain memuat

tata cara dan persyaratan permohonan izin, juga dapat memuat tentang:

a. bentuk-bentuk pemanfaatan yang harus disertai perjanjian; dan/atau

b. pendelegasian kewenangan pemberian izin dari Gubernur kepada

Kepala SKPD.

Pasal 23

(1) Izin pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5) dan Izin

pemanfaatan kawasan untuk penelitian yang melibatkan pihak asing

harus ditindaklanjuti dengan perjanjian.

(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus

memuat:

a. dukungan, hak dan kewajiban para pihak;

b. jenis kegiatan;

c. jangka waktu perjanjian;

d. kondisi pasca berakhirnya perjanjian;

Page 12: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

12

e. pernyataan kesediaan untuk melibatkan masyarakat sekitar; dan

f. larangan.

BAB V

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 24

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Tahura meliputi:

a. turut serta dalam menjaga keberlangsungan Tahura;

b. turut serta memberi informasi, saran serta pertimbangan dalam

pengelolaan Tahura; dan/atau

c. turut serta dalam melakukan pengawasan dalam pengelolaan Tahura.

BAB VI

PENYIDIKAN

Pasal 25

Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik

Pegawai Negeri Sipil di SKPD dan/atau di bidang penegakan hukum diberi

wewenang melakukan penyidikan atas pelanggaran ketentuan di dalam

Peraturan Daerah ini sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 26

Setiap orang yang memanfaatkan Tahura tanpa izin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (1) diancam pidana sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 27

Izin yang telah dikeluarkan dan/atau perjanjian pemanfaatan Tahura yang

telah dilakukan Pemerintah Daerah sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan,

dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya izin dan/atau

perjanjian.

Page 13: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

13

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Tata Cara dan Persyaratan Izin Pemanfaatan Tahura yang telah dilaksanakan

sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini harus disesuaikan dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan

Daerah ini ditetapkan.

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak

tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Ditetapkan di Yogyakarta

pada tanggal 31 Desember 2013

GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

ttd.

HAMENGKU BUWONO X

Diundangkan di Yogyakarta

pada tanggal 31 Desember 2013

SEKRETARIS DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

ttd.

ICHSANURI

LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

NOMOR 14.

Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001

Page 14: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

14

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR 13 TAHUN 2013

TENTANG

PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

I. UMUM

Tahura adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau

bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan

rekreasi. Oleh sebab itu, pengembangan Tahura merupakan suatu pilihan

yang tepat dalam melakukan konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya, yang sekaligus untuk mendukung spesifikasi Yogyakarta

sebagi kota pendidikan dan kota wisata.

Tahura sebagai taman hutan raya yang mampu memberikan

akomodasi bagi konservasi sumberdaya alam di bidang kehutanan dan

kegiatan pariwisata dengan pengelolaan secara profesional dan mandiri

serta diharapkan ikut serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi

wilayahnya.

Secara garis besar fasilitas pengelolaan yang diperlukan adalah

untuk mewadahi seluruh kegiatan yang terkait dengan pengelolaan Tahura

baik sebagai Hutan Konservasi maupun sebagai Tempat Wisata dan

Pendidikan. Sarana dan Prasarana yang direncanakan harus disesuaikan

dengan kebutuhan yang diperlukan sesuai pengembangan yang

direncanakan.

Konsep pengembangan kawasan Tahura berorientasi pada

pembangunan (development) dan pelestarian (conservation). Dalam

orientasi pembangunan, diarahkan pada pengoptimalan pengembangan

dan pemanfaatan potensi yang dimiliki di mana terdapat bagian kawasan

yang dapat dimanfaatkan berdasar sumberdaya yang dimiliki untuk

mewadahi aktivitas rekreasi dan wisata dengan minat khusus. Sedangkan

dalam orientasi pelestarian, diarahkan untuk tetap berada pada jalur dan

rambu-rambu konservasi sumber daya alam yang dimiliki di mana

terdapat bagian kawasan yang lebih difokuskan pada pelestarian

sumberdaya untuk keperluan keseimbangan ekosistem dan penelitian.

Tahura sebagai suatu kawasan dengan berbagai kepentingan yang

sangat luas perlu adanya pola pengelolaan yang profesional sehingga dapat

dimanfaatkan secara berkesinambungan dalam jangka panjang.

Pemerintah dan masyarakat memiliki tanggung jawab bersama dalam

menjaga kelangsungan Tahura.

Page 15: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

15

Tanggung jawab ini muncul melalui pendanaan untuk kepentingan

infrastruktur dasar dan infrastruktur yang diperlukan guna mencapai

optimalisasi fungsi Tahura. Mekanisme kolaborasi dan kerjasama

merupakan langkah yang diperlukan untuk menunjang kepentingan

tersebut.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah pengelolaan

Tahura dapat memberikan manfaat secara edukasi, ekologi,

ekonomi dan sosial budaya.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas lestari” adalah pengelolaan

Tahura dilakukan secara berkelanjutan dan tetap melestarikan

fungsi kawasan Tahura sebagai kawasan edukasi, ekologi,

ekonomi dan sosial budaya.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah memberikan

kesempatan yang sama kepada para pihak untuk terlibat

dalam pengelolaan Tahura.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah dalam

pengelolaan Tahura dapat dilakukan secara bersama-sama

dengan para pihak melalui kerjasama/kolaborasi.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah dalam

pengelolaan Tahura terbuka bagi para pihak untuk

berpartisipasi.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah dalam

pengelolaan Tahura dilakukan secara terpadu dengan

memperhatikan kepentingan nasional, regional, sektor lain,

dan masyarakat setempat.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Page 16: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

16

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Ayat (1)

Huruf a

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang disusun untuk

jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.

Huruf b

Rencana Pengelolaan Tahunan disusun untuk jangka

waktu 1 (satu) tahun.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Page 17: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

17

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Rekam jejak investor merupakan sebuah filter bagi

Pemerintah Daerah dalam menyeleksi investor yang

menanamkan modal adalah investor yang memiliki catatan

yang baik di bidang lingkungan hidup.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Page 18: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

18

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “kondisi pasca berakhirnya

perjanjian” adalah pengaturan yang mengikat pihak

pemegang izin yang memanfaatkan Tahura apabila

dikemudian hari setelah berakhirnya izin/perjanjian

diketahui atau timbul suatu keadaan yang merugikan

Pemerintah Daerah akibat pemanfaatan Tahura yang

dilakukan pemegang izin.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Contoh bentuk-bentuk larangan antara lain:

a. melakukan kegiatan pemanfaatan diluar izin yang

diberikan;

b. mengubah fungsi hutan;

c. mengagunkan izin yang diberikan; atau

d. mengalihkan izin kepada pihak lain.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR

14.

Page 19: SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA · PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA . GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR 13 TAHUN 2013

TENTANG

PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA

BUNDER

PETA KAWASAN TAHURA

GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

ttd.

HAMENGKU BUWONO X

Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001