Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 13 TAHUN 2013
TENTANG
PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 107/Kpts-II/2003 tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan, Pengelolaan Tahura dilaksanakan oleh
Gubernur, Walikota/Bupati, telah dikeluarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK.353/Menhut-II/2004 tentang
Penetapan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Produksi
Tetap pada Kelompok Hutan Bunder menjadi Taman Hutan
Raya, yang mewajibkan pengelolaan Taman Hutan Raya
dengan baik serta memberi manfaat dan kesejahteraan bagi
masyarakat;
b. bahwa kawasan Taman Hutan Raya Bunder memiliki letak
strategis dan keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain,
serta kekayaan alam hayati dan non hayati yang sangat
beragam dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
pendidikan, dan ekowisata sehingga perlu diberikan
perlindungan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana
telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3
jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 827);
SALINAN
2
3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan yang telah ditetapkan
menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5339);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang
Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11 Tahun
1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
58);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4453);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5116);
3
10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5217);
11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut–II/2010
tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka
Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan
Taman Wisata Alam;
12. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 7 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang
Menjadi Kewenangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2007 Nomor 7);
13. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025 (Lembaran Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012 Nomor 1);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
dan
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN TAMAN
HUTAN RAYA BUNDER.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Taman Hutan Raya yang selanjutnya disebut Tahura adalah Taman Hutan
Raya Bunder.
4
2. Kawasan Tahura adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan
atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
3. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik
di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa serta pemanfatan secara lestari sumber daya hayati dan
ekosistemnya.
4. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela untuk menikmati keunikan dan
keindahan alam.
5. Blok Perlindungan adalah bagian dari kawasan Tahura yang diperuntukan
bagi perlindungan jenis-jenis tumbuhan dan satwa dari pengaruh kegiatan
lainnya.
6. Blok Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan Tahura yang secara intensif
diperuntukkan untuk kegiatan wisata, pengusahaan, pengelolaan dan
pengembangan serta budidaya tanaman.
7. Blok Lainnya adalah bagian dari kawasan Tahura yang ditetapkan karena
adanya kepentingan khusus guna menjamin efektivitas pengelolaan
Tahura. Blok Lainnya antara lain terdiri dari blok tradisional, blok religi,
blok budaya, dan blok sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan
keagamaan, kegiatan adat budaya, perlindungan nilai-nilai budaya, atau
sejarah.
8. Rencana Pengelolaan Tahura adalah panduan yang memuat tujuan,
kegiatan, dan perangkat yang diperlukan untuk pengelolaan Tahura.
9. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah bentuk usaha yang memanfaatkan
potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan
mengurangi fungsi utamanya, seperti pemanfaatan untuk wisata alam,
pemanfaatan air, pemanfaatan keindahan dan kenyamanan.
10. Pemanfaatan kawasan adalah bentuk pemanfaatan kawasan pada Tahura
dengan tidak mengurangi fungsi kawasan.
11. Kerjasama adalah kesepakatan antara pemerintah daerah dengan pihak
ketiga tentang pengelolaan Tahura yang dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
12. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
13. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
14. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.
15. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan.
5
Pasal 2
Pengelolaan Tahura dilaksanakan berdasarkan asas:
a. manfaat;
b. lestari;
c. keadilan;
d. kebersamaan;
e. keterbukaan; dan
f. keterpaduan.
Pasal 3
Pengelolaan Tahura bertujuan untuk:
a. menjamin kelestarian Tahura serta pelestarian plasma nutfah hutan
Indonesia;
b. membentuk, memelihara, melengkapi, dan melestarikan koleksi tumbuhan
dan satwa serta potensi Tahura;
c. optimalisasi pemanfaatan Tahura untuk tujuan koleksi tumbuhan, satwa
dan budidayanya.
d. mewujudkan tata kelola yang profesional, sinergis, dan partisipatif;
e. mewujudkan pengembangan Tahura sebagai kawasan kegiatan penelitian,
pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, pariwisata dan rekreasi; dan
f. mewujudkan Tahura sebagai simpul pertumbuhan dan pengembangan
kawasan sekitarnya.
BAB II
FUNGSI KAWASAN DAN KEGIATAN PEMANFAATAN
Bagian Kesatu
Fungsi Kawasan
Pasal 4
Kawasan Tahura berfungsi untuk:
a. perlindungan sistem penyangga kehidupan;
b. konservasi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa;
c. pemanfaatan secara lestari, sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
d. budidaya dan produksi tumbuhan dan satwa;
e. penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan; dan
f. menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi.
6
Pasal 5
(1) Kawasan Tahura dibagi dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe,
fungsi dan rencana pemanfaatan hutan.
(2) Pembagian kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. blok perlindungan;
b. blok pemanfaatan; dan
c. blok lainnya.
(3) Pembagian kawasan dalam blok sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digambarkan dalam Peta Kawasan Tahura sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Bagian Kedua
Kegiatan Pemanfaatan
Pasal 6
Tahura dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi;
c. koleksi kekayaan keanekaragaman hayati;
d. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi
air, panas, dan angin serta wisata alam;
e. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam rangka menunjang budidaya
dalam bentuk penyediaan plasma nutfah;
f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan
g. pembinaan populasi melalui penangkaran dalam rangka
pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan
dalam lingkungan yang semi alami.
BAB III
PENGELOLAAN
Bagian Kesatu
Tahapan
Pasal 7
Pengelolaan Tahura dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. perencanaan;
b. pelaksanaan; dan
c. pembinaan, pengendalian dan pengawasan.
7
Bagian Kedua
Perencanaan
Pasal 8
Perencanaan Tahura meliputi:
a. Inventarisasi potensi kawasan;
b. Penataan kawasan; dan
c. Penyusunan rencana pengelolaan.
Pasal 9
(1) Inventarisasi potensi kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf a dilakukan oleh pengelola untuk memperoleh data dan informasi
potensi kawasan.
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek
ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.
Pasal 10
Penataan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:
a. penyusunan zonasi atau blok pengelolaan; dan
b. penataan wilayah kerja.
Pasal 11
(1) Penyusunan rencana pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf c, meliputi:
a. penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang; dan
b. penyusunan Rencana Pengelolaan tahunan.
(2) Penyusunan rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun sebagai acuan pengelolaan:
a. pemanfaatan kawasan sebagai pembangunan sarana dan prasarana
serta kelembagaan pengelolaan yang memadai;
b. perlindungan hutan sebagai penyangga kehidupan; dan
c. pengawetan tumbuhan dan/atau satwa langka, tumbuhan dan/atau
satwa yang memiliki nilai budaya dan kearifan lokal bagi masyarakat,
serta yang berpotensi untuk menunjang budidaya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara penyusunan rencana
pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Gubernur.
8
Bagian Ketiga
Pelaksanaan
Paragraf 1
Lingkup Pelaksanaan
Pasal 12
(1) Pelaksanaan pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf b meliputi:
a. penataan kawasan;
b. pengembangan potensi kawasan;
c. perlindungan dan pengamanan kawasan;
d. pembinaan lingkungan hidup; dan
e. pengembangan pariwisata.
(2) Pengelolaan Tahura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh SKPD.
Paragraf 2
Penataan Kawasan
Pasal 13
Penataan Kawasan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. pemeliharaan batas dan tanda batas kawasan termasuk rekonstruksi
batas; dan
b. penataan kawasan ke dalam Blok Perlindungan, Blok Pemanfaatan dan
Blok lainnya.
Paragraf 3
Pengembangan Potensi Kawasan
Pasal 14
Pengembangan potensi kawasan Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (1) huruf b meliputi:
a. inventarisasi dan identifikasi potensi kawasan;
b. penataan blok pemanfaatan;
c. peningkatan nilai kawasan; dan
d. rehabilitasi kawasan yang rusak.
9
Paragraf 4
Perlindungan dan Pengamanan Kawasan
Pasal 15
Perlindungan dan pengamanan kawasan Tahura sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c dilakukan dengan kegiatan:
a. perlindungan dan pengamanan batas fisik kawasan;
b. identifikasi daerah rawan gangguan;
c. pemasangan tanda larangan di tempat yang strategis;
d. patroli berkala dan berkesinambungan;
e. melibatkan masyarakat sekitar melalui pengamanan swakarsa; dan
f. penyediaan pos-pos jaga.
Paragraf 5
Pembinaan Lingkungan Hidup
Pasal 16
Pembinaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
huruf d meliputi:
a. mempertahankan dan mengembangkan sumber daya alam dan sumber
daya hayati yang telah ada;
b. mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan baik secara
langsung atau tidak langsung; dan
c. melakukan pemulihan lingkungan hidup.
Paragraf 6
Pengembangan Pariwisata
Pasal 17
Pengembangan pariwisata di Tahura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) huruf e dengan memperhatikan:
a. daya dukung lingkungan;
b. rekam jejak investor;
c. partisipasi masyarakat di sekitar; dan
d. pemberian ruang terhadap berkembangnya budaya lokal.
Pasal 18
Jenis Usaha Pariwisata yang dapat dikembangkan di Kawasan Tahura
meliputi:
10
a. penyediaan Jasa Wisata Alam:
1. informasi pariwisata;
2. pramuwisata;
3. transportasi;
4. perjalanan wisata;
5. cinderamata;
6. makanan dan minuman; dan/atau
7. usaha lain yang sejenis.
b. penyediaan Sarana Wisata Alam:
1. wisata tirta;
2. akomodasi;
3. transportasi;
4. wisata petualangan; dan/atau
5. usaha lainnya yang sejenis.
Pasal 19
(1) Penyediaan Jasa Wisata Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a dapat dilakukan di seluruh kawasan Tahura dengan ketentuan
tidak mengganggu fungsi dan peruntukan blok.
(2) Penyediaan Sarana Wisata Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf b hanya dapat dilakukan pada blok pemanfaatan.
Bagian Keempat
Pembinaan, Pengawasan, Dan Pengendalian
Pasal 20
(1) Gubernur melakukan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian
terhadap pengelola Tahura.
(2) Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi.
(3) Koordinator Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD.
BAB IV
PERIZINAN
Pasal 21
(1) Setiap orang yang akan memanfaatkan Tahura wajib memiliki Izin
Pemanfaatan Kawasan dari Gubernur.
11
(2) Gubernur dapat mendelegasikan kewenangan penerbitan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala SKPD.
(3) Peruntukan izin pemanfaatan kawasan meliputi kegiatan:
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi;
c. koleksi kekayaan keanekaragaman hayati;
d. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dalam rangka menunjang
budidaya dalam bentuk penyediaan plasma nutfah;
e. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan
f. pembinaan populasi melalui penangkaran dalam rangka
pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan
dalam lingkungan yang semi alami.
(4) Izin pemanfaatan jasa lingkungan diberikan untuk kegiatan penyimpanan
dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan
angin serta wisata alam.
(5) Dalam hal izin pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
digunakan untuk kegiatan usaha maka diberikan:
a. izin usaha pemanfaatan kawasan; atau
b. izin usaha pemanfaatan Jasa Lingkungan.
Pasal 22
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara dan Persyaratan Permohonan
Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 diatur dengan Peraturan
Gubernur.
(2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain memuat
tata cara dan persyaratan permohonan izin, juga dapat memuat tentang:
a. bentuk-bentuk pemanfaatan yang harus disertai perjanjian; dan/atau
b. pendelegasian kewenangan pemberian izin dari Gubernur kepada
Kepala SKPD.
Pasal 23
(1) Izin pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5) dan Izin
pemanfaatan kawasan untuk penelitian yang melibatkan pihak asing
harus ditindaklanjuti dengan perjanjian.
(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus
memuat:
a. dukungan, hak dan kewajiban para pihak;
b. jenis kegiatan;
c. jangka waktu perjanjian;
d. kondisi pasca berakhirnya perjanjian;
12
e. pernyataan kesediaan untuk melibatkan masyarakat sekitar; dan
f. larangan.
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 24
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Tahura meliputi:
a. turut serta dalam menjaga keberlangsungan Tahura;
b. turut serta memberi informasi, saran serta pertimbangan dalam
pengelolaan Tahura; dan/atau
c. turut serta dalam melakukan pengawasan dalam pengelolaan Tahura.
BAB VI
PENYIDIKAN
Pasal 25
Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di SKPD dan/atau di bidang penegakan hukum diberi
wewenang melakukan penyidikan atas pelanggaran ketentuan di dalam
Peraturan Daerah ini sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
Setiap orang yang memanfaatkan Tahura tanpa izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) diancam pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
Izin yang telah dikeluarkan dan/atau perjanjian pemanfaatan Tahura yang
telah dilakukan Pemerintah Daerah sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan,
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya izin dan/atau
perjanjian.
13
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Tata Cara dan Persyaratan Izin Pemanfaatan Tahura yang telah dilaksanakan
sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini harus disesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan
Daerah ini ditetapkan.
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 31 Desember 2013
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
HAMENGKU BUWONO X
Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal 31 Desember 2013
SEKRETARIS DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
ICHSANURI
LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013
NOMOR 14.
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd
DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001
14
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 13 TAHUN 2013
TENTANG
PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER
I. UMUM
Tahura adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau
bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan
rekreasi. Oleh sebab itu, pengembangan Tahura merupakan suatu pilihan
yang tepat dalam melakukan konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya, yang sekaligus untuk mendukung spesifikasi Yogyakarta
sebagi kota pendidikan dan kota wisata.
Tahura sebagai taman hutan raya yang mampu memberikan
akomodasi bagi konservasi sumberdaya alam di bidang kehutanan dan
kegiatan pariwisata dengan pengelolaan secara profesional dan mandiri
serta diharapkan ikut serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi
wilayahnya.
Secara garis besar fasilitas pengelolaan yang diperlukan adalah
untuk mewadahi seluruh kegiatan yang terkait dengan pengelolaan Tahura
baik sebagai Hutan Konservasi maupun sebagai Tempat Wisata dan
Pendidikan. Sarana dan Prasarana yang direncanakan harus disesuaikan
dengan kebutuhan yang diperlukan sesuai pengembangan yang
direncanakan.
Konsep pengembangan kawasan Tahura berorientasi pada
pembangunan (development) dan pelestarian (conservation). Dalam
orientasi pembangunan, diarahkan pada pengoptimalan pengembangan
dan pemanfaatan potensi yang dimiliki di mana terdapat bagian kawasan
yang dapat dimanfaatkan berdasar sumberdaya yang dimiliki untuk
mewadahi aktivitas rekreasi dan wisata dengan minat khusus. Sedangkan
dalam orientasi pelestarian, diarahkan untuk tetap berada pada jalur dan
rambu-rambu konservasi sumber daya alam yang dimiliki di mana
terdapat bagian kawasan yang lebih difokuskan pada pelestarian
sumberdaya untuk keperluan keseimbangan ekosistem dan penelitian.
Tahura sebagai suatu kawasan dengan berbagai kepentingan yang
sangat luas perlu adanya pola pengelolaan yang profesional sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkesinambungan dalam jangka panjang.
Pemerintah dan masyarakat memiliki tanggung jawab bersama dalam
menjaga kelangsungan Tahura.
15
Tanggung jawab ini muncul melalui pendanaan untuk kepentingan
infrastruktur dasar dan infrastruktur yang diperlukan guna mencapai
optimalisasi fungsi Tahura. Mekanisme kolaborasi dan kerjasama
merupakan langkah yang diperlukan untuk menunjang kepentingan
tersebut.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah pengelolaan
Tahura dapat memberikan manfaat secara edukasi, ekologi,
ekonomi dan sosial budaya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas lestari” adalah pengelolaan
Tahura dilakukan secara berkelanjutan dan tetap melestarikan
fungsi kawasan Tahura sebagai kawasan edukasi, ekologi,
ekonomi dan sosial budaya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah memberikan
kesempatan yang sama kepada para pihak untuk terlibat
dalam pengelolaan Tahura.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah dalam
pengelolaan Tahura dapat dilakukan secara bersama-sama
dengan para pihak melalui kerjasama/kolaborasi.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah dalam
pengelolaan Tahura terbuka bagi para pihak untuk
berpartisipasi.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah dalam
pengelolaan Tahura dilakukan secara terpadu dengan
memperhatikan kepentingan nasional, regional, sektor lain,
dan masyarakat setempat.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
16
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang disusun untuk
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
Huruf b
Rencana Pengelolaan Tahunan disusun untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
17
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Rekam jejak investor merupakan sebuah filter bagi
Pemerintah Daerah dalam menyeleksi investor yang
menanamkan modal adalah investor yang memiliki catatan
yang baik di bidang lingkungan hidup.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
18
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “kondisi pasca berakhirnya
perjanjian” adalah pengaturan yang mengikat pihak
pemegang izin yang memanfaatkan Tahura apabila
dikemudian hari setelah berakhirnya izin/perjanjian
diketahui atau timbul suatu keadaan yang merugikan
Pemerintah Daerah akibat pemanfaatan Tahura yang
dilakukan pemegang izin.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Contoh bentuk-bentuk larangan antara lain:
a. melakukan kegiatan pemanfaatan diluar izin yang
diberikan;
b. mengubah fungsi hutan;
c. mengagunkan izin yang diberikan; atau
d. mengalihkan izin kepada pihak lain.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR
14.
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 13 TAHUN 2013
TENTANG
PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA
BUNDER
PETA KAWASAN TAHURA
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ttd.
HAMENGKU BUWONO X
Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BIRO HUKUM,
ttd
DEWO ISNU BROTO I.S. NIP. 19640714 199102 1 001