51
PENGETAHUAN LOKAL PENGOBAT TRADISIONAL TERHADAP TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI 5 DESA KECAMATAN BATURAJA BARAT, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh Salma Indah Kurniati FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

PENGETAHUAN LOKAL PENGOBAT TRADISIONAL TERHADAPTUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI 5 DESA KECAMATAN

BATURAJA BARAT, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, PROVINSISUMATERA SELATAN

Oleh

Salma Indah Kurniati

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

ABSTRAK

PENGETAHUAN LOKAL PENGOBAT TRADISIONAL TERHADAPTUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI 5 DESA KECAMATAN

BATURAJA BARAT, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, PROVINSISUMATERA SELATAN

Oleh

Salma Indah Kurniati

Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal dengan memanfaatkantumbuhan berkhasiat obat. Pengobatan tradisional diera modern ini belum sepenuhnyaditinggalkan, dimana pengobatan alternatif digunakan kembali sebagai alasan bahwapengobatan modern memiliki efek samping. Salah satu daerah yang masih kental denganpengobatan tradisonal adalah Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Uluyang terletak di Sumatera Selatan karena penduduknya mayoritas (etnis) asli dan masihbanyak melakukan pengobatan tradisional, sehingga pengetahuan lokal dan pengobattradisional (batra) cukup banyak ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikaninformasi tentang tumbuhan berkhasiat obat dan cara pengolahannya agar dapatdigunakan sebagai pengobatan alternatif di Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten OganKomering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan di 5 desa KecamatanBaturaja Barat, pada bulan Januari sampai bulan Februari 2018. Berdasarkan hasilpenelitian di Kecamatan Baturaja Barat diperoleh 8 batra dari 5 desa yaitu Desa TalangJawa (4), Air Gading (1), Saung Naga (1), Batu Putih (1), dan desa Pusar (1). Informasiyang diperoleh dari batra tersebut terdapat 140 jenis tumbuhan berkhasiat obat dari 60suku tumbuhan. Suku tumbuhan yang banyak digunakan adalah suku Zingiberaceae.Habitus tumbuhan yang banyak digunakan adalah semak. Bagian tumbuhan berkhasiatobat yang banyak digunakan adalah daun. Cara pengolahan yang banyak dilakukandengan cara direbus, serta cara pemakaian yang digunakan adalah diminum, dan Penyakityang sering diobati yaitu diabetes.

Kata kunci: Baturaja Barat, Kabupaten OKU, Tumbuhan Berkhasiat Obat.

Page 3: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

PENGETAHUAN LOKAL PENGOBAT TRADISIONAL TERHADAP

TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI 5 DESA KECAMATAN

BATURAJA BARAT, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, PROVINSI

SUMATERA SELATAN

Oleh

Salma Indah Kurniati

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 4: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal
Page 5: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal
Page 6: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Baturaja pada tanggal 19

Mei 1996, sebagai anak pertama dari empat

bersaudara buah pernikahan dari Bapak Pratikno dan

Ibu Rimbawati.

Penulis mulai menempuh pendidikan pertama di

Sekolah Taman Kanak- Kanak di TK Xaverius

Baturaja, OKU (Ogan Komering Ulu), Sumatera Selatan pada tahun 2001,

dilanjutkan dengan Sekolah Dasar di SD Xaverius 1 Baturaja, OKU, Sumatera

Selatan pada tahun 2002 dan selesai pada tahun 2008, setelah itu dilanjutkan ke

pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Xaverius Baturaja, OKU,

Sumatera Selatan yang diselesaikan pada tahun 2011, dilanjutkan ke pendidikan

Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, yang diselesaikan

pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2014, Penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis

pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi pada kepengurusan

periode 2015/2016.

Page 7: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

Pada tahun 2017 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Mekar

Harjo, Kecamatan Selagai Lingga, Kabupaten Lampung Tengah Provinsi

Lampung dan Kerja Praktik di UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten

OKU, Sumatera Selatan. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata

kuliah Embriologi Hewan, Planktonologi, dan Bryologi.

Page 8: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

Motto

“ Kalau kau biarkan kepalamu terlalubesar, itu akan mematahkan lehermu.” –Elvis Presley

“ Perbedaan orang bodoh dan jenius adalahorang jenius punya batasnya.” - AlbertEinstein

“ Jika kamu benar menginginkan sesuatu,kamu akan menemukan caranya. Namunjika tak serius, kau hanya akan menemukanalasan.” - Jim Rohn

Page 9: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, penulis panjatkan doa dan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT.

atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Pengetahuan Lokal Pengobat Tradisional Terhadap Tumbuhan

berkhasiat obat di 5 desa Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten Ogan

Komering Ulu, Sumatera Selatan”.

Dalam meneyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Ibu Dra. Yulanty, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing

Akademik yang telah membimbing, meluangkan waktu, memberi kritik dan

masukan yang membangun agar saya dapat mengerjakan skripsi ini dengan

baik.

2. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S., selaku Pembimbing II yang

selalu memberikan saya semangat, arahan dan nasihat agar saya menjadi lebih

baik dalam setiap hal yang akan saya ambil.

3. Ibu Dra, Martha L. Lande, M.P., selaku Pembahas Skripsi yang banyak sekali

memberikan masukan, dan arahan pada saat proses penulisan skripsi

berlangsung.

Page 10: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

4. Orang tua tercinta (Bapak Pratikno dan Ibu Rimbawati), yang selalu

memberikan saya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi, yang tiada henti memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan

fasilitas terbaik agar saya dapat menyelesaikan studi S1 ini dengan sebaik-

baiknya.

5. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA

Unila yang telah memberikan nasihat-nasihat selama berkuliah di Jurusan

Biologi.

6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas MIPA

Universitas Lampung.

7. Bapak dan ibu dosen Biologi FMIPA UNILA yang telah memberikan banyak

ilmu kepada saya.

8. Administrasi Jurusan Biologi (Bu Dewi, Pak Yusuf, Mas Yanto, Mba Leha).

9. Adik-adiku tersayang (Ayu Sasqia Putri, Ni Galuh Oku Banowati, M. Aldi

Al-Rasyid, dan Hamda Sakhia) yang selalu memberikan kehangatan dan

semangat pada saat pengerjaan skripsi ini.

10. Yang terkasih, Dion Danovan, Amd., yang sudah menemani, memberikan

support, kasih sayang, yang ikut merasakan lelahnya mengerjakan skripsi ini.

11. Keluarga Besarku (Eyang Uti, Eyang kakung, Mamak, Bulek Fitri, Om budi,

Cik Fara, Om Tio, Bunda Irma) yang sudah memberikan fasilitas yang baik,

dan kasih sayang yang berlimpah.

12. Mesy Hervista, S.Si., yang telah menyibukkan diri ikut memberikan ide dan

masukan pada skripsi ini.

Page 11: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

13. Gita Puspita Sari otw S.Si., sahabat yang biasa kasih tumpangan Wi-fi

dikosan dalam pengerjaan skripsi.

14. Keluarga besar Bapak Sugandono, yang telah memberikan faslitas yang

sangat baik dalam menjalankan skripsi ini.

15. Tim Sukses wilayah Gedung Meneng, (Renti, Uwik, Dias, Lasmi) yang telah

membantu pengerjaan skripsi ini.

16. Keluarga besar Kosan Dara (Mba Emet, Mba Vivi, Wuri, Ning, Darlina,

Atika, Gati, Anggi, dan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu) yang selalu

memberikan rasa “rumah” walaupun jauh dari rumah.

17. Geng KKN (Mba Erisa, Vero, Pau, Dea, Ridho, Bang Arif, Dela, Bunda, Ice,

Inayah, Retno, Imam, Bang Idil, Bang Bobi, Bang Indra, Kakek, Bang W.A,

Bang Ikbal, Bang Satria, Said, Gama, dan yang tidak bisa disebutkan satu-

satu) yang telah memberikan kebahagian, canda tawa dan kenangan yang

manis.

18. Sahabat kesayangan (Cinul dan Nca) yang selalu buat rindu.

19. Teman-teman di Biologi angkatan 2014 (Syahnaz, Fathia J, Dewi Ayu,

Anindya, Cindil, Shinta, Ari, Risma, Novita, Athia, Betara, Mami, Meiliza,

Doa, Siti, Sesti, Dina, Mentari, Agata, Ata, Agustin, Nana, Risky, Mizan,

Basuki, Oksa, Anam, Dicky, dan yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu)

yang banyak memberikan kenangan berharga selama masa kuliah di Unila.

20. Adik-adik di Biologi angkatan 15’,16’,17’ (Jumi, Ipeh, Eriola, Ayu, Ebi,

Ema, Cung, Ratna, Denada, Ferli, Bima, Aris, Bagus, Dimas, Rome, Agung,

Mailinda, V.Dwi, Ewik dll.) atas kebersamaan dan keseruannya.

Page 12: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

21. Seluruh Warga HIMBIO FMIPA Unila atas kebersamaan motivasi dan

kehangatan selama ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang

terbaik bagi pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Wassalamualaikum, Wr.Wb.

Bandar Lampung, 31 Juli 2018

Penulis,

Salma Indah Kurniati

Page 13: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

iii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................. vii

I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1B. Tujuan Penelitian.................................................................... 4C. Manfaat Penelitian.................................................................. 4D. Kerangka Pikir........................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

A. Kabupaten Ogan Komering Ulu (Baturaja)............................ 6B. Pengertian Etnobotani ............................................................ 8C. Pengertian Tumbuhan Obat .................................................... 9

1. Tumbuhan obat tradisional ................................................ 102. Tumbuhan obat modern ..................................................... 103. Tumbuhan obat potensial................................................... 10

D. Pengobat Tradisional .............................................................. 111. Obat Tradisional Buatan Sendiri........................................ 122. Obat Tradisional dari Pembuat Jamu................................. 12

a. Jamu gendong .............................................................. 12b. Peracik Jamu ................................................................ 13

3. Obat Tradisional dari Tabib............................................... 134. Obat Tradisonal dari Sinshei.............................................. 13

Page 14: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

iv

5. Obat Tradisional Buatan Industri DepartemenKesehatan........................................................................... 14

E. Pengertian Etnis...................................................................... 141. Suku Komering .................................................................. 152. Suku Palembang ................................................................ 153. Suku Semendo ................................................................... 164. Suku Lintang...................................................................... 165. Suku Ogan.......................................................................... 17

III. METODE PENELITIAN............................................................ 19

A. Waktu dan Tempat.................................................................. 19B. Alat dan Bahan ....................................................................... 19C. Prosedur Kerja ........................................................................ 20

a. Jenis Data........................................................................... 201. Data Primer .................................................................. 202. Data Sekunder.............................................................. 20

b. Metode Pengambilan data ................................................ 201. Observasi .................................................................... 202. Wawancara ................................................................. 21

D. Perhitungan Persentase Habitus.............................................. 21E. Perhitungan Persentase Bagian Tumbuhan Yang

Digunakan Sebagai Obat ........................................................ 21F. Perhitungan Suku Tumbuhan Yang Digunakan Dalam

Pengobatan ............................................................................. 22G. Pembuatan Herbarium ............................................................ 22

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 23

A. Hasil Penelitian....................................................................... 241. Jenis-Jenis Suku Tumbuhan Yang Digunakan Sebagai

Obat.................................................................................... 362. Habitus Tumbuhan Berkhasiat Obat Yang Digunakan

Sebagai Obat...................................................................... 383. Bagian Tumbuhan Yang Digunakan Sebagai Obat ........... 394. Cara Pengolahan Tumbuhan Berhasiat Obat Untuk

Pengobatan......................................................................... 425. Cara Pemakaian Tumbuhan Berhasiat Obat Untuk

Pengobatan......................................................................... 436. Penyakit Yang Diobatimenggunakan Tumbuhan

Berkhasiat Obat ................................................................. 43B. Pembahasan ............................................................................ 44

Page 15: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

v

1. Jenis-Jenis Suku Tumbuhan Yang Digunakan SebagaiObat.................................................................................... 44

2. Habitus Tumbuhan Berkhasiat Obat Yang DigunakanSebagai Obat...................................................................... 45

3. Bagian Tumbuhan Yang Digunakan Sebagai Obat ........... 474. Cara Pengolahan Tumbuhan Berhasiat Obat Untuk

Pengobatan......................................................................... 485. Cara Pemakaian Tumbuhan Berhasiat Obat Untuk

Pengobatan......................................................................... 496. Penyakit Yang Diobati Menggunakan Tumbuhan

Berkhasiat Obat ................................................................. 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 53A. Kesimpulan ............................................................................... 53B. Saran ......................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nama-nama desa di Kecamatan Baturaja Barat, KabupatenOgan Komering Ulu, Sumatera Selatan...................................... 8

Tabel 2. Daftar nama tumbuhan yang terdapat di 5 desa KecamatanBaturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu, SumateraSelatan......................................................................................... 25

Tabel 3. Persentase habitus tumbuhan berkhasiat obat berdasarkanperhitungan masing-masing desa, di 5 desa KecamatanBaturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu, SumateraSelatan......................................................................................... 38

Tabel 4. Persentase bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat di5 desa Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten Ogan KomeringUlu, Sumatera Selatan................................................................. 40

Tabel 5. Daftar nama tumbuhan yang diperoleh menurut pengetahuanBatra ( Pengobat Tradisional) di 5 desa Kecamatan BaturajaBarat, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan......... 72

Tabel 6. Daftar tumbuhan, cara pengolahan ramuan dan pemakaiantumbuhan berkasiat obat di 5 desa Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ................... 76

Page 17: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Ogan Komering Ulu ........................................................ 7

Gambar 2. Grafik persentase suku tumbuhan yang digunakan di 5desa Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten Ogan KomeringUlu, Sumatera Selatan ............................................................. 37

Gambar 3. Grafik Persentase habitus tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Talang Jawa, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ................ 38

Gambar 4. Grafik Persentase habitus tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Air Gading, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ................ 38

Gambar 5. Grafik Persentase habitus tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Saung Naga, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ................ 39

Gambar 6. Grafik Persentase habitus tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Batu Putih, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ................ 39

Gambar 7. Grafik Persentase habitus tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Pusar, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ................ 39

Gambar 8. Grafik Persentase Bagian tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Talang Jawa, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan ................ 40

Page 18: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

viii

Gambar 9. Grafik Persentase bagian tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Air Gading, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.............. 41

Gambar 10. Grafik Persentase bagian tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Saung Naga, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan .............. 41

Gambar 11. Grafik Persentase bagian tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Batu Putih, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan .............. 41

Gambar 12. Grafik Persentase bagian tumbuhan berkhasiat obat yangdigunakan di desa Pusar, Kecamatan Baturaja Barat,Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan .............. 42

Gambar 13. Grafik Cara pengolahan jenis tumbuhan berkhasiat obatyang digunakan untuk mengobati penyakit di 5 desa di Kec.Baturaja Barat, Kab. Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. 42

Gambar 14. Grafik cara pemakaian ramuan obat yang digunakan di 5desa di Kec. Baturaja Barat, Kab. Ogan Komering Ulu,Sumatera Selatan ................................................................... 43

Gambar 15. Grafik jenis penyakit yang paling sering diobati di 5desa di Kec. Baturaja Barat, Kab. Ogan Komering Ulu,Sumatera Selatan .................................................................... 43

Gambar 16. Gambar lampiranAjeran (Bidens pilosa) ........................................................... 60Alang-Alang (Imperta cylindrica)......................................... 60Alpukat (Persea Americana) ................................................. 60Andong (Cordyline fruticosa) ............................................... 60Anting-Anting (Acalypha australis)...................................... 60Aren (Arenga pinnata) ........................................................... 60Asam Jawa (Tamarindus indica)............................................ 60Asoka (Ixora palludosa)......................................................... 60Babandotan (Ageratum conyzoides)....................................... 60Bakung (Crynum asiaticum) .................................................. 60Bangle (Zingiber Purpureum)................................................ 60Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)................................ 60Bawang Merah (Allium cepa) ................................................ 61

Page 19: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

ix

Bawang Putih (Alium sativum)............................................... 61Bayam Duri (Amaranthus spinnosus) .................................... 61Belalai Gajah (Clicanantus nutans) ....................................... 61Belimbing Wuluh (Averhoa bilimbi) ..................................... 61Binahong Ungu (Anredera cordifolia)................................... 61Beluntas (Plucea indica) ........................................................ 61Benalu pada jeruk nipis (Loranthus sp.) ................................ 61Bengkuang (Pachyrhizus erosus)........................................... 61Buah Bit (Beta vulgaris) ........................................................ 61Bunga Air Mancur (Russelia equisetiformis)......................... 61Bunga Coklat (Zephyrntes candida) ...................................... 62Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa).................................. 62Brotowali (Tinospora crispa)................................................. 62Cabai Merah (Capsicuma annum) ......................................... 62Cabai Jawa (Piper retrofractum)............................................ 62Cengkeh (Sizygium aromatica) .............................................. 62Cermai (Phyllantus acidus) .................................................... 62Cincau (Premna oblongifolia)................................................ 62Ciplukan (Passiflora foetida) ................................................. 62Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)......................................... 62Dadap Ayam (Erytrhirna variegata) ..................................... 62Daun Afrika (Vernonia amigdalina) ...................................... 62Daun Dewa (Gynura pseudochina)........................................ 62Daun Jinten (Plectranthus amboinicus) ................................. 63Daun Kopasanda (Chromolaena odorata) ............................. 63Daun Miana (Oleus atropurpureus)....................................... 63Daun Mindi (Melia azedarach).............................................. 63Daun Mint (Mentha cordifolia).............................................. 63Daun Nangka Kuning (Belum diketahui)............................... 63Daun Nilam (Pogostemon calbin).......................................... 63Daun Salam (Sizigyum polyanthum) ...................................... 63Daun Sendok (Plantago major) ............................................. 63Daun Ungu (Graptophyllum pictum) ..................................... 63Delima (Punica granatum) .................................................... 63Jagung (Zea mays).................................................................. 63Jahe (Zingiber officinale) ....................................................... 64Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum rizhoma) ........... 64Jambu Biji (Psidium guajava)................................................ 64Jarak (Jatropha curca) ........................................................... 64Jarak Cina (Jatropha multifida) ............................................. 64Jeringau (Acorus calamus) ..................................................... 64Jeruk nipis (Citrus auranthifolia)........................................... 64

Page 20: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

x

Jeruk purut (Citrus hitrix) ...................................................... 64Jinten Hitam (Nigella sativa) ................................................. 64Julang-Jaling (Achibenron microcarpum).............................. 64Kacang Hijau (Vigna radiata)................................................ 64Katuk (Saurophus androginus) .............................................. 64Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) ................................ 65Kayu Pule (Alstonia scolaris) ................................................ 65Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) ................................ 65Kecombrang (Etlingera elatior)............................................. 65Kedondong Hutan (Lannea nigritana)................................... 65Keji Beling (Strobilanthes cripus) ......................................... 65Kelapa Hijau (Cocos nucifera)............................................... 65Kelor (Moringa oliefera)........................................................ 65Kemangi (Ocimum sanctum).................................................. 65Kembang Sepatu (Hisbiscus rossa-sinensis).......................... 65Kemiri (Aleurites moluccanna).............................................. 65Kemuning (Murayya panicullata).......................................... 65Kenanga (Canangium odoratum)........................................... 66Kencur (Kamferia galanga) ................................................... 66Kenikir (Cosmos caudatus).................................................... 66Ketumbar (Coriandrum sativum) ........................................... 66Ki Tolod (Isotoma longiflora)................................................ 66Kopi (Coffea arabica) ............................................................ 66Krokot (Portulaca oleracea).................................................. 66Kucai (Allium odorum)........................................................... 66Kunyit (Curcuma domestica) ................................................. 66Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus)................................ 66Lada (Piper nigrum)............................................................... 66Landep (Barleria Cristata)..................................................... 66Lempuyang (Zingiber americana) ......................................... 67Lengkuas (Alpinia galanga)................................................... 67Lidah buaya (Aloe vera)......................................................... 67Mahkota Dewa (Paleria macrocarpa) ................................... 67Mahoni (Switenia magahoni) ................................................. 67Manggis (Garcina mangostana) ............................................ 67Mangkokan (Nothopanax cutellarium) .................................. 67Melati (Jasminum sambac) .................................................... 67Mengkudu (Morinda citrifolia).............................................. 67Meniran (Phyllantus niruri) ................................................... 67Murbei (Morus alba).............................................................. 67Nanas (Ananas comosuss)...................................................... 67Nona Makan Sirih (Clerodendrum thomsonae) ..................... 68

Page 21: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

xi

Oyong (Luffa acutangula)...................................................... 68Pacar cina (Aglaria odorata).................................................. 68Pala (myristica fragrans)........................................................ 68Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) ............................. 68Pare (Momordica caranthia).................................................. 68Patah Tulang (Pedilanthus pringlei) ...................................... 68Patikan Kebo (Euphorbia hirta)............................................. 68Pecut Kuda (Stachitarpheta jamaicensis) .............................. 68Pegagan (Centella aciatica) ................................................... 68Pepaya (Carica payaya) ......................................................... 68Pisang (Musa paradisica)....................................................... 68Putri Malu (Mimosa pudica) .................................................. 69Rosella (Hisbiscus sabdariffa) ............................................... 69Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa)................................. 69Sambiloto (Andrographis paniculata) ................................... 69Sangketan (Heliotropium indicum) ........................................ 69Selasih (Ocimum bassilcium) ................................................. 69Seledri (Apium graveolens).................................................... 69Sembung (Blumea balsamifera)............................................. 69Sembung Cina (Michania micrantha).................................... 69Serai (Cymbopogon nardus)................................................... 69Seri (Muntingia calabura)...................................................... 69Sesuruhan (Piperomia pellucida)........................................... 69Sidaguri (Sida rombhifolia).................................................... 70Sirih (Piper betle)................................................................... 70Sirih merah (Piper crocatum) ................................................ 70Sirsak (Annona muricata) ...................................................... 70Sisik Naga (Drymogblosum phyloselloides) .......................... 70Srikaya (Annona squamosa)................................................... 70Sukun (Artocarpus comunnis)................................................ 70Tapak dara (Catronthus roseus)............................................. 70Tapak liman (Elephantropus scaber)..................................... 70Tembelekan (Lantana camara).............................................. 70Temu Ireng (Curcuma aeruginosa)........................................ 70Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) ................................ 70Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza) .................................. 71Temu Putih (Curcuma Zedoaria)........................................... 71Timun (Cucumis sativus) ....................................................... 71Timun Suri (Curcunis reticulatus) ......................................... 71Tomat (Solannum lycopersicum) ........................................... 71

Page 22: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

xii

Urang-Aring (Eclipta alba)................................................... 71Wortel (Daucus carota) ........................................................ 71Zaitun (Olea europaea)......................................................... 71

Page 23: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara tropis dengan keanekaragaman

tumbuhan yang besar, kurang lebih terdapat 40.000 jenis tumbuhan dan

11.000 jenis diantaranya diduga berkhasiat obat. Tumbuhan berkasiat obat

tersebut telah dimanfaatkan secara turun temurun, dengan mengambil

tumbuhan liar ataupun menanam di pekarangan rumah. Halaman atau

pekarangan yang penuh dengan obat merupakan apotek hidup yang dapat

membantu dalam penyembuhan penyakit (Aryasetia, 2008).

Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan

budaya bangsa yang terus ditingkatkan melalui penggalian, penelitian,

pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan dengan

pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebelum mengenal dokter dalam dunia medis, masyarakat tradisional

memiliki cara tersendiri dalam melakukan penyembuhan. Mereka sudah

mengenal Dukun, Tabib, Sinshei dan juga Batra (Pengobat Tradisional)

lainnya yang umumnya menggunakan cara tradisional dalam meramu

tumbuhan obat sampai dengan penggunaan jampi-jampi (doa-doa) terhadap

roh leluhur untuk memperoleh kesembuhan.

Page 24: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

2

Masyarakat Indonesia banyak memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang

ada untuk penanganan penyakit, seperti tumbuhan dan hewan, dimulai dari

pengalaman pribadi, atau diperoleh dari warisan (turun temurun).

Pemanfaatan sumber daya alam dalam proses pengobatan berkaitan dengan

lingkungan manusia, dimana masyarakat memanfaatkan lingkungan alam

sekitar sebagai sumber material pengobatan. Ini dapat dibuktikan dengan

adanya sistem pengobatan tradisional menggunakan tumbuhan obat (Wijaya,

2013).

Zaman modern saat ini, banyak masyarakat menggunakan jasa pengobatan

modern, dengan pergi ke dokter apabila mereka sakit. Hal ini juga diiringi

dengan perkembangan ilmu kedokteran, dimana sekarang terjadi perbaikan

dan peningkatan fasilitas kesehatan. Kenyataan di lapangan membuktikan

bahwa masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya meninggalkan cara-

cara tradisional dalam mengobati penyakit. Umumnya mereka juga masih

mempercayai tahayul yang masih ada di masyarakat, dapat disimpulkan

bahwa dunia pengobatan tradisional belum ditinggalkan, dimana sekarang

pengobatan alternatif digunakan kembali sebagai alasan pengobatan modern

memiliki efek samping karena menggunakan zat kimia. Pengobat tradisional

mulai dikembangkan dan juga menjadi pilihan masyarakat selain berobat

dengan ahli medis seperti dokter dan ahli medis lainnya (Koenjtaraningrat,

1990).

Pengobatan tradisional dalam masyarakat lebih identik dengan istilah dukun

atau tabib. Istilah dukun yang dimaksud adalah orang yang memanfaatkan

Page 25: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

3

tumbuhan sekitar sebagai obat-obatan dalam pengobatannya. Sebagai langkah

yang sangat membantu untuk mengetahui suatu tumbuhan berkhasiat obat

adalah dari pengetahuan masyarakat tradisional secara turun temurun

(Dharma, 2001).

Menurut Rifai (1998), kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai

ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga

kemungkinan besar persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumberdaya

nabati di lingkungannya berbeda, termasuk dalam pemanfaatan tumbuhan

sebagai obat tradisional. Sudah ada penelitian tentang jenis-jenis tumbuhan

yang diduga berpotensi sebagai obat. Penelitian tentang pengetahuan dan

pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat lokal, telah banyak dilakukan di

Indonesia, diantaranya pemanfaatan suku Zingiberaceae sebagai obat

tradisional oleh masyarakat Lembak Delapan, Bengkulu (Siagian & Sunaryo,

1996). Selain itu, penelitian tentang inventarisasi tumbuhan obat tradisional

dan pemanfaatannya telah dilakukan oleh Des (1993) di Kotamadya Padang,

Penelitian lainnya tentang Keragaman Tumbuhan dan Ramuan Etnomedisin

telah dilakukan Evizal dkk. (2013) di Lampung Timur.

Salah satu daerah yang masih kental dengan pengobatan tradisonal adalah

Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu yang terletak di

Sumatera Selatan karena penduduknya mayoritas (etnis) asli dan masih

banyak melakukan pengobatan tradisional, sehingga pengetahuan lokal dan

pengobat tradisional (batra) cukup banyak ditemukan. Untuk itu dalam

penelitian ini, dilakukan penelitian tentang seberapa besarnya penggunaan

Page 26: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

4

tumbuhan berkhasiat obat dalam pengobatan oleh dukun (pengobat

tradisonal) di daerah tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengetahuan lokal pengobat

tradisional menggunakan tumbuhan berkasiat obat dalam pengobatan di 5

desa Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi

Sumatera Selatan.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk dapat digunakan dalam

dunia kesehatan pengobatan alternatif. khususnya di 5 desa Kecamatan

Baturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.

D. Kerangka Pikir

Masyarakat Indonesia saat ini banyak menggunakan jasa pengobatan modern,

dengan pergi ke dokter apabila mereka terserang penyakit. Hal ini juga

diiringi dengan perkembangan ilmu kedokteran, dimana sekarang terjadi

perbaikan dan peningkatan fasilitas kesehatan. Kenyataan yang ada di

lapangan tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia masih belum

sepenuhnya meninggalkan cara-cara tradisional dalam menanggapi penyakit.

Tidak hanya itu, masyarakat Indonesia juga masih mempercayai tahayul yang

ada di masyarakat. Dengan demikian dunia pengobatan tradisional diera

Page 27: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

5

modern ini belum sepenuhnya ditinggalkan, dimana pengobatan alternatif

digunakan kembali sebagai alasan bahwa pengobatan modern memiliki efek

samping karena menggunakan zat kimia. Pengobatan tradisonal mulai

dikembangkan dan juga menjadi pilihan masyarakat selain berobat dengan

ahli medis seperti dokter dan lainnya.

Pengobatan tradisional lebih identik dengan istilah dukun atau tabib. Istilah

dukun yang dimaksud adalah orang yang memanfaatkan tumbuhan sekitar

sebagai obat-obatan dalam pengobatannya. Sebagai langkah awal yang sangat

membantu untuk mengetahui tumbuhan berkhasiat obat adalah dari

pengetahuan masyarakat tradisional secara turun temurun.

Salah satu daerah yang dinilai masih kental dengan pengobatan tradisional

adalah Kecamatan Baturaja Barat yang terletak di Kabupaten OKU (Ogan

Komering Ulu), Sumatera Selatan, karena pengobatan tradisional pada

masyakat masih cukup banyak ditemukan. Hal ini dikarenakan OKU

merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang masih

kental dengan nuansa adat karena mayoritas penduduk disana adalah

penduduk asli (etnis OKU). Untuk itu penelitian dilakukan untuk menggali

pengetahuan pengobat tradisional dalam menggunakan tumbuhan berkhasiat

obat untuk pengobatan.

Page 28: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kabupaten Ogan Komering Ulu (Baturaja)

Secara geografis Kabupaten Ogan Komering Ulu (sebelum pemekaran)

terletak diantara 103o-104o BT, dan 3o-4o LS, atau terletak pada jalur Lintas

Tengah Trans Sumatera, yang menghubungkan Provinsi Lampung dengan

Provinsi Bengkulu.

Sebagian daerah di Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan daerah yang

termasuk kawasan lindung, dimana kawasan tersebut memiliki potensi untuk

perlindungan, pengawetan, konservasi, dan pelestarian. Keadaan topografi

dan ketinggian wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu berkisar antara 0 -

1.000 mdpl. Hal ini dimaklumi karena Kabupaten Ogan Komering Ulu masih

terletak di jalur Bukit Barisan wilayah bagian selatan (Laporan rencana

Pembangunan,2012).

Page 29: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

7

Gambar 1. Peta Kabupaten Ogan Komering Ulu (Anonim, 2017).

Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2003, Kabupaten Ogan Komering Ulu

dimekarkan menjadi 3 kabupaten yaitu :

Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan ibukota Baturaja

Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dengan ibukota Martapura

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dengan ibukota Muaradua

Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar

yang melintasi dan mengalir di sepanjang wilayah kabupaten OKU, yaitu

sungai Ogan dan Sungai Komering. Berdasarkan sejarah, sesuai dengan

kesepakatan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan

Komering Ulu Nomor 9 Tahun 1997 tanggal 20 Januari 1997, Tahun 1878

ditetapkan sebagai tahun kelahiran nama Ogan Komering Ulu.

Lokasipenelitian

Page 30: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

8

Kecamatan Baturaja Barat merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Kecamatan Baturaja Barat terdiri

dari 11 desa yaitu:

Tabel 1. Nama-nama desa di Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten OganKomering Ulu, Sumatera Selatan

No Kabupaten Kecamatan Nama Desa

1 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Air Gading

2 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Batu Kuning

3 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Batu Putih

4 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Karang Agung

5 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Karang Endah

6 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Laya

7 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Pusar

8 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Saung Naga

9 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Sukamaju

10 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Talang Jawa

11 Ogan Komering Ulu Baturaja Barat Tanjung Agung

B. Pengertian Etnobotani

Etnobotani berasal dari kata etno (etnis) dan botani. Etno berarti masyarakat

adat atau kelompok sosial kebudayaan yang mempunyai arti tertentu

sedangkan botani adalah tumbuhan. Etnobotani adalah interaksi antara

masyarakat setempat dengan lingkungan hidupnya secara spesifik pada

tumbuhan serta pengkajian penggunaan tumbuhan sebagai makanan,

perlindungan atau rumah, pengobatan, pakaian, perburuan dan upacara adat

(Purwanto, 1999). Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani

taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat

Page 31: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

9

kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari

hubungan timbal balik antara manusia dengan tumbuhan, serta menyangkut

pemanfaatan tumbuhan tersebut untuk kepentingan budaya dan kelestarian

sumber daya alam (Darmono, 2007).

Etnobotani dikemukakan pertama kali oleh Harsberger pada tahun 1985

sebagai ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara

tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif. Secara terminologi,

etnobotani adalah studi yang mempelajari hubungan antara manusia dan

tumbuhan. Jadi, etnobotani adalah studi yang menganalisis hasil dari

manipulasi materil tumbuhan asli dengan konteks budaya dalam penggunaan

tumbuhan. Etnobotani melihat dan mengetahui bagaimana masyarakat

memandang dunia tumbuhan, memasukkan ke dalam budaya dan agama

mereka (Tamin dan Arbain, 1995).

Etnobotani merupakan kajian mengenai interaksi antara masyarakat lokal

dengan lingkungan alam, terutama mengenai penggunaan tumbuhan dalam

kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tradisional yang dimiliki setiap suku atau

etnis secara turun temurun, antara lain penggunaan tumbuhan sebagai obat

(Bodeker, 2000).

C. Pengertian Tanaman Obat

Menurut Zuhud (1994) tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan yang

diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan

menjadi 3 kelompok tumbuhan obat, yaitu:

Page 32: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

10

1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau

dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat

tradisional.

2. Tumbuhan obat modern, yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah

dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat

dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3. Tumbuhan obat potensial, yaitu jenis tumbuhan yang diduga mengandung

senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan

secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional.

Tumbuhan berkhasiat obat yaitu pada bagian tertentu baik akar, batang,

kulit, daun maupun hasil sekresi tumbuhan tersebut dipercaya dapat

menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit (Noorhidayah,2006).

Tumbuhan berkhasiat obat mengandung zat aktif yang berkhasiat bagi

kesehatan dan dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh penyakit

(Dalimarta, 2000).

Ada dua cara membuat ramuan obat dari tumbuhan yaitu direbus dan

ditumbuk (diperas). Sementara itu, penggunaan ramuan obat ada tiga cara

yaitu diminum, ditempelkan, atau dibasuhkan dengan air pencuci.

Penggunaan dengan cara diminum biasanya untuk pengobatan tubuh

bagian dalam, sedangkan dua cara lainnya untuk pengobatan tubuh bagian

luar (Kusuma dan Zakky, 2005).

Pemanfaatan obat tradisonal dapat menjadi pilihan utama masyarakat

karena akses fasilitas kesehatan yang jauh dan harga obat sintetis yang

Page 33: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

11

mahal. Sebagian masyarakat dapat menggunakan tumbuhan obat karena

tumbuhan tersebut memiliki khasiat tertentu. Salah satu tumbuhan yang

dapat digunakan adalah kencur. Seperti yang diketahui khasiat kencur

bersama dengan bahan lain dalam ramuan dapat digunakan sebagai obat

disentri, maag, campuran obat sariawan, bengkak, radang lambung, urat

tegang dan batuk kering pada anak-anak (Hariyadi, 2001).

Tumbuhan obat yang beraneka jenis, habitus, dan khasiatnya

mempunyai potensi besar memberi kontribusi bagi pembangunan dan

pengembangan hutan. Karakteristik berbagai tumbuhan obat yang

menghasilkan produk berguna bagi masyarakat memberi peluang untuk

dibangun dan dikembangkan bersama di daerah tertentu. Salah satu

pekerjaan yang harus dilakukan sebelum penyebarluasan pemanfaatan

tumbuhan obat adalah pengenalan tumbuhan obat dan karakterisasi

tumbuhan obat itu sendiri (Hamzari, 2008).

D. Pengobatan Tradisional

Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional terbagi menjadi dua yaitu

cara penyembuhan tradisional atau traditional healing yang terdiri dari

pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya, serta obat tradisional atau

traditional drugs menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam sebagai

obat untuk penyembuhan penyakit. Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis

yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil dari bagian tumbuhan seperti

buah, daun, kulit, batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari

sumber hewani seperti bagian kelenjar-kelenjar, tulang-tulang maupun

Page 34: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

12

dagingnya dan ketiga adalah dari sumber mineral atau garam-garam yang bisa

didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah (Agoes dan Jakob, 1999).

Menurut WHO (2011), pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni

pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman praktek,

baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan

diagnosis, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik mental ataupun

sosial. Defenisi pengobatan tradisional menurut WHO tersebut mengacu

kepada adanya pengalaman praktek yaitu hasil yang diamati secara terus-

menerus dari generasi baik secara lisan maupun tulisan.

Menurut Suharmiati dan Handayani (2006), obat tradisional yang ada di

masyarakat dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:

1. Obat tradisional buatan sendiri

Obat tradisional yang dibuat sendiri menjadi dasar bagi pemerintah dalam

Program Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Sumber tanaman bisa

disediakan oleh masyarakat sendiri baik secara individu, keluarga, maupun

kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Program TOGA juga

mengajarkan tentang cara penyajian obat tradisional secara sederhana,

tetapi tetap aman dikonsumsi, dan dalam pelaksanaannya diharapkan peran

aktif seluruh anggota masyarakat dengan bimbingan dan binaan

Puskesmas setempat (Suharmiati dan Handayani, 2006).

2. Obat tradisional dari pembuat jamu

a. Jamu Gendong, jamu yang disediakan dalam bentuk minuman dan

sangat digemari masyarakat, secara umum dijual dengan nama kunyit

Page 35: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

13

asam, mengkudu, pahitan, beras kencur, juga tersedia jamu yang

disediakan khusus sesuai pesanan, misalnya jamu bersalin dan jamu

untuk mengobati keputihan.

b. Peracik jamu, bentuk jamu menyerupai jamu gendong, tetapi

kegunaannya lebih khusus untuk keluhan kesehatan tertentu, misalnya

untuk kesegaran, menghilangkan pegal linu, serta batuk. Peracik jamu

tradisional saat ini sudah semakin berkurang, diperkirakan karena kalah

bersaing dengan industri obat tradisional skala besar yang mampu

menyediakan jamu bentuk yang lebih praktis.

3. Obat tradisional dari tabib

Saat ini jumlahnya tidak banyak tetapi tabib masih bisa dijumpai, pada

praktek pengobatannya, tabib menyediakan ramuan yang berasal dari

bahan alam lokal. Selain memberi ramuan, para tabib juga

mengkombinasikan dengan teknik lain seperti metode spiritual atau

supranatural.

4. Obat tradisional dari sinshei

Pengobatan sinshei berasal dari negara Cina yang mengobati pasien

menggunakan obat tradisional. Bahan-bahan obat tradisional yang

digunakan berasal dari Cina, ada juga yang dicampur bahan lokal.

Penyediaan obat tradisional Cina mudah diperoleh di toko-toko obat Cina

dalam bentuk sediaan jadi, pengobatan sinshei biasanya

mengkombinasikan ramuan dengan teknik pijatan, akupresur, dan

akupuntur.

Page 36: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

14

5. Obat tradisional buatan Industri Departemen Kesehatan

Depertemen Kesehatan membagi industri obat tradisional dalam dua

kelompok, yaitu Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan Industri Obat

Tradisional (IOT). Obat tradisional industri diproduksi dalam bentuk

sediaan modern berupa herbal terstandar atau fitofarmaka seperti tablet

dan kapsul, juga bentuk sediaan lebih sederhana seperti serbuk, pil, dan

sirup. Bentuk obat tradisional seperti serbuk, pil, kapsul dan sirup harus

menjamin mutu yang sesuai dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik (CPOTB). Tata cara pembuatan ramuan obat tradisional yang

sesuai dengan pedoman tersebut dapat dibuat sendiri dengan cara

sederhana (Suharmiati dan Handayani, 2006).

E. Pengertian Etnis

Etnis atau Kelompok etnik (suku bangsa) merupakan golongan manusia dari

kelompok yang mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya yang pada

umumnya garis keturunan dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh

pengakuan orang lain dan ciri dari kelompok itu sendiri contohnya kesamaan

budaya, agama, bahasa, perilaku, serta ciri biologis. Dalam pertemuan

Internasional terhadap tantangan dalam melakukan pengukuran dunia etnis

pada tahun 1992 mengumumkan bahwa, etnisitas ialah suatu faktor

fundamental yang ada didalam kehidupan manusia (Kurniawan, 2016).

Orang yang berasal dari suatu kelompok etnis cenderung melihat budaya

mereka adalah yang terbaik. Kecenderungan ini disebut etnosentrisme, yaitu

kecenderungan memandang norma dan nilai dianut seseorang sebagai hal

Page 37: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

15

mutlak dan digunakan sebagai standar penilaian untuk mengukur budaya lain

(Fajri, 2016).

Etnis atau suku yang ada di Sumatera Selatan sangat beragam, 5 suku (etnis)

diantaranya sebagai berikut:

1. Suku Komering

Komering merupakan salah satu suku atau wilayah budaya di Sumatera

Selatan, yang berada di sepanjang aliran Sungai Komering. Seperti halnya

suku-suku di Sumatera Selatan, karakter suku ini adalah penjelajah

sehingga penyebaran suku cukup luas hingga ke Lampung. Suku

Komering terbagi beberapa marga, diantaranya marga Paku Sengkunyit,

marga Sosoh Buay Rayap, marga Buay Pemuka Peliyung, marga Buay

Madang, dan marga Semendawai. Wilayah budaya Komering merupakan

wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan wilayah budaya suku-

suku lainnya di Sumatera Selatan.

2. Suku Palembang

Kelompok suku Palembang memenuhi 40 - 50% daerah kota Palembang.

Suku Palembang dibagi menjadi dua kelompok : Wong Jeroo merupakan

keturunan bangsawan dan sedikit lebih rendah dari orang-orang istana

kerajaan tempo dulu yang berpusat di Palembang, dan Wong Jabo adalah

rakyat biasa. Seorang yang ahli tentang asal usul orang Palembang dan

juga keturunan raja, mengakui bahwa suku Palembang merupakan hasil

dari peleburan bangsa Arab, Cina, suku Jawa dan kelompok-kelompok

suku lainnya di Indonesia. Suku Palembang sendiri memiliki dua ragam

bahasa, yaitu Baso Palembang Alus dan Baso Palembang Sari-ari.

Page 38: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

16

Suku Palembang masih menetap di rumah yang didirikan di atas air.

Model arsitektur rumah orang Palembang yang paling khas adalah rumah

Limas yang kebanyakan didirikan di atas panggung di atas air untuk

melindungi dari banjir yang terus terjadi dari dahulu sampai sekarang. Di

kawasan sungai Musi sering terlihat orang Palembang menawarkan

dagangannya di atas perahu.

3. Suku Semendo

Suku Semendo berada di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim,

Provinsi Sumatera Selatan. Menurut sejarah, suku Semendo berasal dari

keturunan suku Banten beberapa abad silam yang pergi merantau dari

Jawa ke pulau Sumatera, dan kemudian menetap dan beranak cucu di

daerah Semendo. Hampir 100% penduduk Semendo hidup dari hasil

pertanian, yang diolah dengan cara tradisional. Lahan pertanian di daerah

ini cukup subur, karena berada kurang lebih 900 meter di atas permukaan

laut. Ada dua komoditi utama dari daerah ini: kopi jenis Robusta dengan

jumlah produksi mencapai 300 ton per tahunnya, dan padi, dimana daerah

ini termasuk salah satu lumbung padi untuk daerah Sumatera Selatan.

4. Suku Lintang

Kawasan pegunungan Bukit Barisan di Sumatera Selatan merupakan

tempat tinggal suku Lintang, diapit oleh suku Pasemah dan Rejang. Suku

Lintang merupakan salah satu suku Melayu yang tinggal di sepanjang tepi

sungai Musi di Provinsi Sumatera Selatan. Suku Melayu Lintang hidup

dari bercocok tanam yang menghasilkan : kopi, beras, kemiri, karet dan

Page 39: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

17

sayur-sayuran. Mereka juga beternak kambing, kerbau, ayam, itik, bebek,

dll. Mereka tidak mencari nafkah di sektor perikanan walaupun tinggal di

tepi sungai. Orang Lintang adalah penganut Islam yang cukup kuat. Hal ini

terlihat dengan banyaknya masjid dan pesantren untuk melatih kaum

mudanya. Adat istiadat serta kebudayaan daerah ini sangat dipengaruhi

oleh nafas keislaman yang kuat. Mulai dari musik rebana, lagu-lagu daerah

dan tari-tarian sangat dipengaruhi oleh budaya melayu Islam. Bahasa yang

digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Semendo. Setiap

kata pada setiap bahasa ini umumnya berakhiran "e."

5. Suku Ogan

Suku Ogan terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Ogan

Komering Ilir. Mereka mendiami tempat sepanjang aliran Sungai Ogan

dari Baturaja sampai ke Kaskusan.Orang Ogan biasa disebut orang

Pagagan. Suku Ogan terbagi menjadi 3 (tiga) sub-suku, yakni: suku

Pegagan Ulu, suku Penesak, dan suku Pegagan Ilir (Marsden, 2013).

Kelompok masyarakat ogan adalah penduduk asli dan bertani, tetapi

banyak juga yang menjadi pegawai negeri. Makanan pokok suku ini

adalah hasil pertanian. Suku Ogan, mayoritas pemeluk agama Islam,

Sehingga hampir seluruh budaya dan adat istiadat mereka dipengaruhi oleh

budaya Islam dan Melayu. Namun ada pula pemeluk agama Kristen

Katolik. Suku Ogan, umumnya hidup pada bidang pertanian. Saat ini tidak

sedikit dari masyarakat Ogan yang telah bekerja di sektor pemerintah

maupun swasta (Andyra, 2013).

Page 40: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

18

Sebagaimana layaknya suku-suku di Sumatera, pengetahuan diturunkan

melalui tradisi lisan, terutama untuk mengetahui budaya yang masih

tersembunyi. Salah satu cara yaitu pengobatan tradisional. Awalnya semua

berasal dari mistis, dari “kepercayaan” yang diyakini sebagai kebenaran.

Lalu hasrat manusia untuk tahu lebih banyak tentang segala hal

membuatnya berinovasi terhadap diri dalam lingkungan sekitarnya. Maka

kemudian berkembanglah pengetahuan yang diyakini sebagai ilmu.

Misalnya pengetahuan tentang pengobatan dan penyembuhan: ilmu

tumbuk, obat uluan, yang salah satu sumbernya adalah jeme pacakh.

Obat uluan adalah penyembuhan dengan obat-obatan herbal yang bisa

dimengerti secara medis meskipun banyak yang belum diteliti seperti

kalau kepedasan (terkena cabai) di mata, lutut dan siku akan digosok-

gosok dengan kunyit. Secara akupuntur, susunan syaraf di persendian yang

digosok kunyit akan meredakan rasa pedas. Contah lain, misalnya: Bujang

tue (nangka kuning) untuk obat Hepatitis.

Dalam masyarakat Ogan, dukun atau jeme pacakh adalah pribadi yang

mempunyai keyakinan ilmu tumbuk, berpengetahuan obat uluan, dan

disertai kemampuan untuk berhubungan dengan berbagai kepercayaan

(Anonim, 2014).

Page 41: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari

2018 di 5 desa di Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten OKU (Ogan

Komering Ulu), Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian dilakukan pada 5 desa

yaitu desa Air gading, desa Saung Naga, desa Talang Jawa, desa Batu putih,

dan desa Pusar di kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten OKU, Sumatera

Selatan. Pada masing-masing desa dipilih mininal 1 pengobat tradisional.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah SLR (Single-lens reflects)

yang berfungsi untuk mengambil gambar atau memotret objek, lembar data

untuk menulis hasil tumbuhan yang diperoleh, kuisioner digunakan untuk

mengumpulkan informasi wawancara, gunting berfungsi memotong

tumbuhan yang ditemukan, spirtus digunakan untuk proses pengawetan

herbarium, amplop plastik digunakan untuk menyimpan spesimen, kertas

merang berfungsi untuk menutup spesimen, etiket gantung digunakan untuk

penomoran sampel di bagian kanan bawah, papan triplek (sasak) digunakan

untuk mengepres spesimen, kertas karton digunakan untuk melindungi

spesimen, spesimen folder digunakan untuk menyimpan herbarium kering,

Page 42: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

20

serta selotip untuk merekatkan ranting, daun, dan bagian lain yang kecil dan

tipis. Bahan yang digunakan adalah tumbuhan obat yang terdapat disekitar

kawasan di 5 desa Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten OKU, Sumatera

Selatan.

C. Prosedur Kerja

a) Jenis dan pengambilan data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data primer yaitu hasil pengamatan secara langsung yang diperoleh di

lapangan melalui wawancara langsung dengan pengobat tradisional

(batra) sebagai informan dengan bantuan kuisioner

2. Data sekunder meliputi sumber yang terkait baik dari kepala suku,

kepala daerah, dukun, dan lain-lain.

b) Metode pengambilan data

1. Metode observasi

Observasi lapangan dan pengambilan tumbuhan obat berdasarkan

keterangan yang diperoleh dari pengobat tradisional.

Observasi lapangan meliputi:

Pengamatan di lokasi informan terkait:

a. koleksi tumbuhan obat

b. pengolahan tumbuhan obat

c. cara pemakaian ramuan obat, khasiat tumbuhan obat dan bagian

yang digunakan untuk penyembuhan penyakit.

Page 43: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

21

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pengobat radisional yang mengetahui

penggunaan tumbuhan sebagai obat. Dalam penelitian ini digunakan

informan kunci, yaitu anggota masyarakat yang mampu memberikan

informasi yang akurat seperti dukun atau pengobat tradisional. Untuk

mendapatkan pengobat tradisional tersebut harus didasarkan atas

rekomendasi dari tokoh adat atau tokoh masyarakat setempat

(Purwanto, 2007). Selanjutnya mencari informasi dari pengobat

tradisional tersebut mengenai nama lokal dari tumbuhan tersebut,

organ/bagian tumbuhan yang digunakan, manfaat dalam mengobati

penyakit dan cara pengolahannya serta pemakaiannya. Wawancara

dilakukan secara terstruktur dan bebas langsung ke pengobat

tradisional.

D. Perhitungan Persentase Habius

Hasil perhitungan memperlihatkan jumlah habitus terbanyak dan paling

sedikit. Kelompok habitus digunakan adalah pohon, perdu, semak, herba,

dan liana. Analisis persen habitus menggunakan rumus sebagai berikut

(Fakhrozi, 2009):

Persen habitus tertentu =∑ ∑ x 100%

E. Perhitungan Persentase Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat

Persen bagian yang digunakan =∑∑ x 100%

Page 44: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

22

F. Perhitungan Suku Tumbuhan yang Digunakan dalam Pengobatan

Analisis persen suku yang digunakan menggunakan rumus sebagai berikut

(Fakhrozi, 2009):

Persen suku yang digunakan =∑ x 100%

G. Pembuatan Herbarium

Langkah- langkah dalam pembuatan herbarium dalam Ristoja (2015),

adalah sebagai berikut:

1) Sampel tumbuhan yang diambil dari lapangan/lokasi terdiri atas ranting

lengkap dengan daunnya, jika ada bunga dan buahnya pun diambil

kemudian dipotong menggunakan gunting.

2) Sampel diletakkan ke dalam kertas koran dan diatur sedemikian rupa

lalu dilengkapi dengan etiket gantung. Penulisan etiket gantung

menggunakan pensil 2B.

3) Sampel dibasahi dengan spirtus hingga seluruh sampel dan kertas buram

basah. Kemudian sisi atas bawah kantong plastik dilipat dan diletakan

menggunakan lakban coklat.

4) Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berukuran 40x60cm.

5) Setelah sampai di laboratorium spesimen dikeluarkan dari katong plastik

dan diletakkan pada kertas buram yang baru, posisi spesimen diatur

untuk menunjukkan morfologi semua bagian sampel.

6) Setiap tumpukkan kertas buram dibatasi karton, sejumlah maksimal 10

tumpukan karton disusun sedemikian rupa, kemudian dijepit sasak/alat

pres dan dikencangkan.

7) Selanjutnya herbarium dioven dengan suhu 50-700C selama ± 48 jam

8) Herbarium yang telah dikeringkan kemudian dipindahkan dan disusun di

Page 45: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

23

kertas herbarium, kemudian ditempel selotip.

9) Etiket herbarium diletakkan pada bagian kanan bawah kertas herbarium

menggunakan lem serta dilengkapi dengan keterangan yang diperlukan.

Kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku Crnquist (1981) dan

buku Hsuan Keng (1978).

Page 46: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Terdapat 140 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 60 suku tumbuhan dan

suku tumbuhan yang banyak digunakan adalah suku Zingiberaceae di Kec.

Baturaja Barat Kab. Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.

2. Habitus yang banyak digunakan adalah semak.

3. Bagian yang banyak digunakan adalah daun.

4. Pengolahan yang banyak dilakukan dengan cara direbus, dan pemakaian

dengan cara diminum.

5. Penyakit yang paling sering diobati oleh batra di 5 desa Kec. Baturaja

Barat Kab. Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan adalah penyakit diabetes.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai penggunaan tanaman obat di

kabupaten lainnya di Provinsi Sumatera Selatan.

Page 47: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

55

DAFTAR PUSTAKA

Adel, P, R, S., & Prakash, J. 2010. Chemical composition andantioxidant propertiesof ginger root (Zingiber officinale Rosce). Journalof Medicinal PlantsResearch, 4(24), 2674-2679.

Adeyi, A.O., Idowu, B.A., Mafiana, C.F., Oluwalana, S.A., Ajayi, O.L., Akinloye,O.A., 2012, Rat model of food-induced non-obese-type 2 diabetes mellitus:Comparative pathophysiology and histopathology, Int J PhysiolPathophysiol Pharmacol 2012;4(1):51-58.

Agus, A., dan Jacob, T. 1999. Antropologi Kesehatan Indonesia. PengobatanTradisional. Jilid I. EGC. Jakarta

Anas D, Susila. 2014. Kandungan pada Suku Zingiberaceae. Departemen AgronomiFak. Pertanian Institut Pertanian Bogor. Di Akses Tanggal 27 Mei 2018

Andyrra. 2013. Suku-suku di Sumatera Selatan. http://andyrra.blogspot.co.id/2013/11/suku-suku-di-Sumatera-Selatan.diakses pada tanggal 5 Desember2017 pukul 21.34 WIB.

Anonim. 2014. http://radendasun.blogspot.com/2012/05/cerita-puyang-Sumatera-Selatan.html diakses pada tanggal 5 Desember 2017 pukul 21:34

Anonim. 2017. Pengobatan dalam suku ogan. http://Suku-Ogan-Sumatera-Selatan.Diakses pada tanggal 5 desember 2017.Pukul 22.00 WIB.

Aryasetia, Y.N. 2008. Kesehatan, Mengenal Apotek Hidup. Jakarta: CVKarya.Mandiri Pratama

Asmino, P., 1995. Pengalaman Pribadi dengan Pengobatan Alternatif. Jakarta:Airlangga University Press.

Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) Kabupaten OKU. 2012. LaporanRencana Pembangunan. Pemerintah Kabupaten OKU. Sumatra Selatan.

Page 48: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

55

Bodeker, G.2000. Indigenous Medical Knowledge: The Law and Politics ofProtention.

Dalimarta,S.2000.Atlas TumbuhanObat Indonesia jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Darmono, 2007.Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (CentellaasiaticaL.) di SukuDayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado.Biologi FKIP Universitas LambungMangkurat Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Darwis, S. N. 1992. Potensi Sirih (Piper betle L.) sebagai Tanaman Obat. WartaTumbuhan Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah.Vol. 1 No.1. h : 9-1.

Des, M. 1993. Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional di Kotamadya Padang.Abstr. 2678.hal 38.Dalam Sari Laporan Penelitian dan Survei Jilid18.1995. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI, Jakarta.

Dharma, A. 2001. Uji Bioaktifitas Metabolit Sekunder.Makalah WorkshopPeningkatan Sumber Daya Alam Hayatidan Rekayasa Bioteknologi.FMIPA UNAND, Padang.

Djama’an, Q., Goenarwo, E., dan Mashoedi,I. 2012. Pengaruh air perasan jaheterhadap kadar glukosa darah dan gambaran histopatologi sel beta pankreasstudi eksperimental padatikus jantan. Jurnal Sains Medika, 4(2), 165-173.

Evizal, R. Setyaningrum, E., dan Adrian. 2013. Keragaman Tumbuhan dan RamuanEtnomedisin Lampung Timur. FMIPA UNILA, Lampung.

Fajri,Zul. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengertian Etnis. Jakarta.

Fakhrozi, I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional disekitar TamanNasional Bukit Tigapuluh (Studi kasus di Desa Rantau Langsat,Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau).(Skripsi). Bogor : Fakultas Kehutana, Institus Pertanian Bogor.

Hariyadi, S. 2001. Khasiat Tanaman TOGA untuk Pengobatan Alternatif. PenerbitKalamedia, Jakarta.

Indrayanto, 2008, Pengantar Budidaya Hutan, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Internasional Diabetes Federations (IDF). 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition,International Diabetes Federation 2013. http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf diakses tanggal 27 Mei 2018 pukul 21:30WIB.

Page 49: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

56

Hamzari.2008. Identifikasi Tumbuhan Obat-Obatan Yang Dimanfaatkan OlehMasyarakat Sekitar HutanTabo-Tabo. Manajemen HutanVol 3 (2), 111-234. Palu:Universitas Tadulako.

Hariyadi, S. 2001. Khasiat Tanaman TOGA untuk Pengobatan Alternatif. Jakarta:Penerbit. Kalamedia.

Hernani dan Yuliani, S., 1992, Peranan sirih sebagai obat tradisional, WartaTumbuhan Obat Indonesia,1(1) : 12.

Kohei, K. 2010. Pathophysiology of type 2 diabetes and its treatment policy.Journal of the Japan Medical Association, 53(1), 41-46.

Krebs, 1978. Ecology.The Experimental Analysis of Distribution andAbundance.Trhid Edition Harper and Row Distribution, New York.

Kurniawan, Aris. 2016. Pengertian Etnis Menurut Para Ahli Dan Contohnya.http://www.guru pendidikan.co.id/pengertian-etnis-menurut-para-ahli-dan-contohnya/ Diakses pada tanggal 5 Desember 2017 Pukul 22.00 WIB.

Koenjtaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi. Jilid I. UI Perss. Jakarta.

Kusuma, F. R. dan B.M. Zakky. 2005. Tumbuhan Liar BerkhasiatObat.PT. AgroMedia Pustaka.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2013. Hasil Identifikasi Tumbuhan.Bogor: Herbarium Bogoriense. Halaman 1

Marsden, William,2013.Sejarah Sumatera, Jakarta :Komunitas Bambu

Noorhidayah. 2006. Eksplorasi Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat. EGC. Jakarta.

Prayogo, B. dan Sutaryadi, 1992. Pemanfaatan daun sirih untuk pelayanan kesehatanprimer, Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 1(1) : 9.

Purwanto, Y. 1999. Peran dan Peluang Etnobotani Masa kini di Indonesia DalamMenunjang Upaya Konservasi dan Pengembangan KeanekaragamanHayati. Prosiding SeminarHasil-hasil Penelitian Bidang Ilmu Hayat. PusatAntar Universitas Ilmu Hayat IPB, Bogor.

Purwanto, Y. 2007. Ethnobiologis. Ilmu inter disipliner, metodelogi, aplikasi, danprosedurnya dalam pengembangan sumberdaya tumbuhan. Bahan kuliahPacasarjana. IPB. Bogor.

Page 50: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

57

Rifai, M.A. 1998. PemasakinianEtnobotaniIndonesia :SuatuKeharusan demiPeningkatan Upaya Pemanfaatan, Pengembangan dan Penguasaannya.Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III ( 5-6 Mei 1998, Denpasar-Bali): 352-356.

Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja). 2015. Pedoman Koleksi SampelTumbuhan, Dokumentasi, Pembuatan Herbarium dan Deskripsi Morfologi.Tawangmangu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Siagian, M.H dan Sunaryo. 1996. Pemanfaatan Suku Zingiberaceae Sebagai ObatTradisional oleh Masyarakat Lembak Delapan, Bengkulu, Abstr. 0554.Hlm 246 Dalam Indeks Beranotasi Keanekaragaman Hayati dalamPublikasi Ilmiah Staf Peneliti Pusat Penelitian Biologi-LIPI, 2002.Biodiversity Conservation Project, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor.

Soedigdo, P. 1975. Penelitian efek hipoglikemis komponen-komponen daunsambiloto Andrographis paniculata Nees. Simposium PenelitianTananaman Obat I Bogor, hal. 191-19.

Suharmiati, dan Handayani, L.2006.Cara Benar Meracik Obat Tradisional.Jakarta:Agro. Media Pustaka.

Tamin, R dan Arbain D. 1995. Biodiversitas dan Studi Etnobotani. MakalahLokakarya Isolasi Senyawa Berkhasiat. Kerjasama HEDS-FMIPAUniversitas Andalas, Padang.

Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan, edisi ke 14. Gadjah Mada UniversityPress.Yogyakarta.

Wijaya, D.D. 2013. Dukun, Jampe Dan Tumbuhan Obat (Studi Etnomedisin danPengetahuan Lokal Pada Marga Sungkai Bunga Mayang, Lampung)Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Pemerintahan (FISIP) UniversitasLampung. Bandar Lampung.

World Health Organization WHO. 2011. Quality Control Methods For MedicinalPlant Material.Switherland: WHO. Halaman 19-25.

Winarto, W.P. 2003. Sambiloto : Budidaya dan pemanfaatan untuk obat. PenebarSwadaya. Jakarta. pp. 71.

Page 51: Salma Indah Kurniati - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/32658/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Salma Indah Kurniati Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisonal

58

Yatim. 1999. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Zuhud EAM, Ekarelawan, danRiswan S. 1994. HutanTropika Indonesia sebagaiSumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. DalamPelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat HutanTropikaI ndonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. FakultasKehutanan IPB-Lembaga AlamTropika Indonesia (LATIN). Bogor.