19
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT UNIVERSITAS HASANUDDIN JANUARI 2013 SALPINGITIS DISUSUN OLEH: PEMBIMBING SUPERVISOR DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 1

salpingitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah salpingitis

Citation preview

Page 1: salpingitis

BAGIAN RADIOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN REFERATUNIVERSITAS HASANUDDIN JANUARI 2013

SALPINGITIS

DISUSUN OLEH:

PEMBIMBING

SUPERVISOR

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2013

1

Page 2: salpingitis

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Mohammad Luqmanul Hakim

NIM : C 111 08 765

Judul Referat : Salpingitis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, x Januari 2013

Penguji Konsulen Pembimbing

( ) ( ) ( )

Mengetahui

Ketua Bagian Radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Dr.dr. Bachtiar Murtala, sp. Rad.

Nip. 131 657 063

2

Page 3: salpingitis

SALPINGITIS

I. PENDAHULUAN

Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba. Hal ini sering

digunakan secara sinonim dengan penyakit radang panggul (PID), meskipun PID

tidak memiliki definisi yang akurat dan dapat merujuk pada beberapa penyakit pada

saluran kelamin bagian atas perempuan, seperti endometritis, ooforitis, myometritis,

parametritis dan infeksi pada panggul peritoneum. Sebaliknya, salpingitis hanya

merujuk infeksi dan peradangan di saluran tuba.(1)

Ketika peradangan terjadi, ekstra cairan sekresi atau nanah terkumpul di dalam

tabung tuba. Infeksi dari salah satu tabung tuba biasanya menyebabkan infeksi lain.

Hal ini terjadi karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.

Salpingitis adalah salah satu penyebab paling umum infertilitas wanita. Jika

salpingitis tidak segera diobati, infeksi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada

tuba falopi sehingga telur dilepaskan setiap siklus mestruasi tidak bisa bertemu

dengan sperma.(2,3)

II. INSIDEN

Di Amerika dari tahun 1995-2001, terdapat sekitar 769.859 kasus salpingitis

setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut 91% yang di diagnosa dengan rata – rata 25.235

( 4 dari 1000 wanita usia 15 – 44 tahun ).

Organisasi Kesehatan Dunia telah menerbitkan data tentang jumlah kasus tentang

gonore dan klamidia di seluruh dunia tahun 1995. Pada tahun itu, sekitar 31 juta

kasus infeksi Gonore dan 22,5 juta kasus infeksi Chlamydia, merupakan organisme

penyebab utama salpingitis dan terjadi pada wanita di seluruh dunia. Secara

geografis, sebagian besar kasus ini berada di negara berkembang. Prevalensi tertinggi

berada di sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, dengan terendah di Asia Timur dan

3

Page 4: salpingitis

Pasifik. Selain itu, komplikasi penyakit menular seksual, termasuk salpingitis, lebih

umum di negara-negara dengan sumber daya yang lebih miskin.(4)

III. EPIDEMIOLOGI

Lebih dari satu juta kasus salpingitis dilaporkan setiap tahunnya di AS, namun

jumlah insiden ini diperkirakan jauh lebih besar, ini disebabkan ketidak tahuan

penderita dan bahkan banyak kasus dilaporkan ketika penyakit telah kronis. Pada

wanita usia 16-25 tahun, salpingitis adalah infeksi yang paling berbahaya. Salpingitis

mempengaruhi sekitar 11% dari perempuan pada usia subur.

Salpingitis banyak di temukan pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Namun

hal ini dianggap sebagai efek dari riwayat seks sebelumnya, gonta - ganti pasangan

dan kurangnya pengetahuan kesehatan yang baik merupakan faktor resiko independen

untuk salpingitis. Sebagai akibat peningkatan resiko akibat berganti – ganti pasangan,

maka prevalensi tertinggi salpingitis adalah remaja (15-24 tahun).

Kurangnya kesadaran dini dan kurangnya kemauan untuk menggunakan alat

kontrasepsi umumnya juga menjadi faktor meningkatnya salpingitis.(1)

IV. ETIOLOGI

Salpingitis merupakan sinonim dari penyakit radang panggul (PID). PID terjadi

karena infeksi polimikrobakterial pada sistem genitalia wanita ( uterus, tuba fallopi

dan ovarium ) yang menyebabkan peningkatan infeksi pada daerah vagina atau

servikx.(5)

Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause

maupun selama kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual,

tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan

(misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:

Aktinomikosis (infeksi bakteri)

Skistosomiasis (infeksi parasit)

Tuberkulosis.

4

Page 5: salpingitis

Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.(medicastore)

Beberapa bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk salpingitis

meliputi:

Klamidia

Gonococcus (yang menyebabkan gonore)

Mycoplasma

Staphylococcus

Streptococcus.(1,2)

V. ANATOMI

Organ – organ utama dari traktus reproduksi wanita, yang pling penting diantaranya

adalah tuba fallopi, ovarium, uterus dan vagina.(6)

Dikutip dari kepustakaan 1 :

Gambaran anatomi traktus reproduksi wanita

5

Page 6: salpingitis

a. Tuba Fallopii

terdiri atas :

1. Pars intersisialis (diameter 3-6 cm), bagian yang terdapat pada dinding uterus.

2. Pars isthmika (diameter 2-3 cm), bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.

3. Pars ampularis (diameter 4-10 cm), bagian yang berbentuk saluran agak lebar,

tempat konsepsi terjadi.

4. Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan

mempunyai fimbrae.

Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari

ligamentum latum. (7,8)

b. Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di

kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan

uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui

ligamentum suspensorium ovarii.

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagaian besar

ovarium berada intraperitoneal dan tidak di lapisi oleh peritoneum. Bagian

ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Di situ masuk

pembuluh – pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang mengubungkan

lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dimanakan mesovarium.

c. Uterus

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang

sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di tempat yang

paling lebar 5,25 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks

uteri (1/3 bagian bawah).

Bagian atas uterus disebut fundus uteri, disitu tuba fallopii kanan dan kiri masuk

ke uterus. Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan otot

polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler,

yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhhannya

dapat berkontraksi dan berrelaksasi.

6

Page 7: salpingitis

d. Vagina

Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Introitus

vaginae tertutup pada himen (selaput dara), suatu lipatan selaput setempat. Pada

seorang virgo selaput daranya masih utuh, dan lubang selaput dara (hiatus

himenalis) umumnyya hanya dapat dilalui oleh jari kelingking.

Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan belakang 9,5 cm, sumbunya berjalan kira –

kira sejajar dengan arah pinggir bawah simfisis ke promontorium.(8)

VI. PATOFISIOLOGI

Kebanyakan kasus salpingitis terjadi dalam 2 tahap. Pertama melibatkan akuisisi

infeksi vagina atau leher rahim. Yang kedua melibatkan peningkatan saluran kelamin

bagian atas. Meskipun mekanisme yang tepat untuk peningkatan tidak diketahui,

siklus menstruasi mundur dan pembukaan leher rahim selama menstruasi tapi hal

tersebut merupakan faktor yang dapat meningkatkan infeksi.

Proses membedahan seperti biopsi endometrium, kuret dan hysteroscopies,

merupakan predisposisi wanita untukinfeksi ini. Perubahan dalam lingkungan mikro

cervicovaginal dihasilkan dari terapi antibiotik, ovulasi, menstruasi atau penyakit

menular seksual (PMS) dapat mengganggu keseimbangan flora endogen,

nonpatogenik biasanya menyebabkan organisme untuk berkembang biak sangat cepat

dan akan naik ke saluran bagian atas.

Faktor – faktor ini juga dapat memfasilitasi peningkatan bakteri patogen, seperti

neisseria gonorrhoeae atau chlamdia trachomatis. Intercourse juga dapat berkontribusi

untuk peningkatan infeksi dengan kontraksi rahim secara mekanis membujuk

organisme untuk meningkat. Selainitu sperma dapat membawa organisme ke saluran

kelamin bagin atas pada saat hubungan seksual.(4)

VII. DIAGNOSIS

A. Gambaran klinis

Salpingitis akut

7

Page 8: salpingitis

Salpingitis akut, saluran tuba menjadi merah dan bengkak, dan

mengeluarkan cairan tambahan sehingga dinding-dinding bagian dalam

tabung sering tetap bersatu. Tabung mungkin juga tetap berpegang pada

struktur terdekat seperti usus. Kadang-kadang, sebuah tabung tuba bisa

mengisi dan mengasapi dengan nanah. Dalam kasus yang jarang terjadi,

tabung pecah dan menyebabkan infeksi yang berbahaya dalam rongga

perut (peritonitis). (2)

Diambil dari kepustakaan 9 :

Gambaran salpingitis Akut

Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu serangan akut. Infeksi ini

lebih ringan, lebih tahan lama dan mungkin tidak menghasilkan banyak

terlihat gejala.(2)

8

Page 9: salpingitis

Di ambil dari kepustakaan 10 :

Gambaran salpingitis kronik

Dalam kasus ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. Ini berarti

saluran tuba bisa menjadi rusak tanpa wanita bahkan menyadari bahwa ia

memiliki infeksi. Gejala salpingitis dapat mencakup:

Vagina abnormal, seperti warna atau bau yang tidak biasa

Bercak antara periode

Dismenorea (menyakitkan periode)

Sakit saat ovulasi

Tidak nyaman atau sakit saat hubungan seksual

Demam

Sakit perut di kedua sisi

Nyeri punggung bawah

Sering buang air kecil

Mual dan muntah

Gejalanya biasanya muncul setelah periode menstruasi.(1,2)

9

Page 10: salpingitis

B. Gambaran Radiologis

1. USG

Meskipun ultrasonografi (USG) adalah tidak diindikasikan untuk diagnosa

penyakit ini, ini adalah tes diagnostik pilihan untuk evaluasi kemungkinan

TOA. ultrasonografi juga mungkin dapat membantu dalam mengatur keluar

beberapa etiologi dalam diferensial, seperti kista ovarium, ovarium torsi, dan,

mungkin, apendisitis atau endometriosis.

USG Transabdominal tidak mampu membedakan antara pyosalpinx,

hydrosalpinx, akut salpingitis, tuboovarian kompleks, atau TOA, dan

diferensiasi ini ditingkatkan dengan USG transvaginal.(4)

Di ambil dari kepustakaan 11 :

Gambaran USG Salpingitis

2. HSG

Salpingitis isthmica nodosa dapat di diagnosis menggunakan pemeriksaan

radiograpi. Histerosalpingogram atau HSG menunjukkan banyaknya

diverticuli atau kantong luar yang menonjol dari lumen tuba sampai ke

10

Page 11: salpingitis

dinding dari isthmic yang melewati porsi dari tuba fallopian. Karena itu

dengan pemeriksaan HSG gambaran radiologis dari tuba diverticulosis

kelihatan.(12,13)

Dikutip dari kepustakaan 12 :

Gambaran HSG dari salpingitis

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

# Pemeriksaan darah lengkap

# Pemeriksan cairan dari serviks

# Kuldosentesis

# Laparoskopi (16)

VIII. DIAGNOSA BANDING

11

Page 12: salpingitis

ADNEKSA TUBA FALLOPII

Tumor ganas primer di tuba sangat jarang, lebih sering yang sekunder barasal dari

tumor ganas ovarium, uterus, kolorektal, lambung dan payudara.

Pada awalnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala. Diagnosis sering terlambat

di buat karena letaknya yang sangat tersembunyi. Biasanya dibuat secara tak terduga

saat laparotomi dan pemeriksaan histologik atas spesimen yang dikirim. Kalau sudah

ada keluhan biasanya sudah terlambat. Deteksi dini tumor ganas tubafalloppii sukar

diupayakan. Perlu dapat perhatian khusus bila wanita berusia (45-55 tahun),

ditemukan tumor adneksa disertai nyeri dan adanya getah vagina yang semula

kekuning – kuningan kemudian bercampur darah, dicurigai kemungkinan akan

adanya tumor ganas tuba terutama pada nullipara atau primipara.

Pemeriksaan sitologi usapan serviks tidak banyak membantu. Akan tetapi

bilamana hasilnya sel ganas positif, sedangkan di serviks maupun dikavum uteri

dapat dinyatakan tidak ada keganasan, maka perlu dipikirkan kemungkinan

keganasan di tuba atau ovarium, lebih lebih jika ada masa tumor pada adneksa.

Heistero-salpingografi (HSG) tidak dianjurkan karena dapat berakibat meluasnya

proses radang. Transvaginal/transrektal USG dapat membantu menegakkan diagnosis.(14)

12

Page 13: salpingitis

Diambil dari kepustakaan 14 :

Gambaran USG Adneksa tuba Fallopii

IX. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengelolaan secara efisien salpingitis adalah untuk mengobati infeksi akut,

sehingga menjaga kesuburan dan mencegah kehamilan ektopik, serta mengurangi

risiko jangka panjang inflamasi sequelae.(4)

Wanita dengan PID atau salpingitis dapat berobat jalan maupun di rawat inap.

Menurut Pelvic Inflammatory Disease Evaluation and Clinical Health (PEACH) trial,

831 wanita dengan gejala PID ringan biasanya menerima pasien rawat inap dengan

pengobatan melalui intravena (IV) : cefoxitin dan doxycycline, sedangkan untuk

pesien rawat jalan diberi intramuskular (IM) cefoxitin dan pemberian peroral untuk

doxycycline.(15)

Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan

pembedahan.

Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara

bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual,

pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.(16)

X. KOMPLIKASI

Tanpa perawatan, salpingitis dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk:

infeksi lebih lanjut

infeksi dapat menyebar ke struktur terdekat, seperti indung telur atau rahim.

Infeksi mitra seks

wanita pasangan atau mitra dapat kontrak bakteri dan terinfeksi juga.

Tubo-ovarium abses

sekitar 15 persen wanita dengan mengembangkan salpingitis abses, yang

memerlukan rawat inap.

Kehamilan ektopik

13

Page 14: salpingitis

Tabung tuba yang diblokir mencegah telur yang telah dibuahi memasuki

rahim, sehingga embrio kemudian tumbuh diluar tabung tuba. Resiko

kehamilan ektopik untuk wanita dengan salpingitis atau penyakit radang

panggul (PID) adalah sekitar 1 – 20 persen. (2,3)

Infertility

Tabung tuba cacat atau terdapat luka sehingga telur dan sperma tidak dapat

bertemu. Setelah seseorang terkena salpingitis atau PID, seorang wanita

memiliki resiko infertilitas sekitar 15 persen. Pada infertility terjadi

inflaminasi, sebagian besar terjadi akibat dari infeksi gonococcal, akibat dari

pengobatan modern.(17)

XI. PROGNOSIS

Prognosis untuk salpingitis sangat bagus jika penyakit ini didiagnosis dan

diobati dini, meskipun sebagian kecil pasien akan menjadi tidak subur

meskipun perawatan dini.

Prognosis buruk pada pasien dengan episode berulang penyakit.(4)

14